case perawatan icu post craniotomy

26
CASE REPORT PERWATAN ICU PASIEN POST-CRANIOTOMY Oleh : Andreas Kurniawan 030.08.026 Ahmad Musa 030.08.0 Izzul Akmal 030.08.274 Pembimbing : dr. Abubakar, Sp. An K Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Periode 6 Mei 2013 – 8 Juni 2013 1

Upload: izzul-kadarusman

Post on 29-Nov-2015

340 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

CASE REPORT

PERWATAN ICU PASIEN POST-CRANIOTOMY

Oleh :

Andreas Kurniawan 030.08.026

Ahmad Musa 030.08.0

Izzul Akmal 030.08.274

Pembimbing :

dr. Abubakar, Sp. An K

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Periode 6 Mei 2013 – 8 Juni 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta

1

Page 2: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya kami

dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini tepat pada waktunya, dalam rangka memenuhi

salah satu persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati, yaitu laporan kasus ‘Perawatan ICU Pasien Post-Craniotomy’.

Pelaporan kasus ini akan mencakup preesentasi pasien icu post-craniotomy selama

sebelas hari perawatan dengan menampilkan status pasien pre op, post op dan perawatan hari

pertama, kelainan selama perawatan di ICU serta penanganan yang dilakukan. Presentasi

akan dilanjutkan dengan pembahasan kasus secara khusus dan tinjauan pustaka mengenai

definisi, indikasi dan syarat pemindahan pasien ICU secara umum serta pembahasan

kelaianan asam basa.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada: dr. Abubakar, Sp.An K selaku pembimbing laporan kasus, atas bimbingan serta

dukungan dari teman – teman dan staf pendidikan dan pelayanan di bagian anestesi yang

telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.

Akhir kata, kami sadari bahwa penyajian laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga laporan

kasus ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, khusus nya di bagian Ilmu Anestesi.

Jakarta, Oktober 2012

Penyusun

2

Page 3: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

PENDAHULUAN

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Bp. S

Jenis Kelamin : laki-laki

Usia : 30 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan : SMA

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Kp. Kavling Pegadungan RT 02/09

ANAMNESIS

Aloanamnesis dilakukan pada tanggal 10 Mei 2013, pukul 09.00 WIB di ICU RSUP

Fatmawati, Jakarta Selatan.

Keluhan Utama

Pasien datang ke IGD RSUP Fatmawati pada tanggal 4 Mei 2013 pukul 03:00 pagi WIB

dengan keluhan luka tumpul pada kepala akibat kecelakaan motor.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD pada tanggal 4 Oktober 2012 dengan luka robek pada kaki kanan

karena tertabrak oleh motor lain dari sebelah kanan saat pasien sedang membonceng motor

sekitar jam 3:00 pagi WIB. Kejadian tersebut terjadi secara tiba-tiba saat mengendarai di

persimpangan jalan tanpa memakai helem tiba-tiba tertabrak dari depan oleh motor lain 3

Page 4: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

sampai motor membelok dengan tajam dan pasien terjatoh ke jalan beraspal. Bagian pertama

yang terkena jalan adalah bagian kepala dan tangan kiri. Pada saat itu pasien tidak mengingat

kejadian. Pasien terjatuh di jalan beraspal dengan posisi terlentang. Saat itu kaki terdapat luka

lecet pada kepala tangan kiri dan memar pada siku lengan kiri. Pasien mengalami banyak

perdarahan dari luka-lukanya. Setelah jatuh pasien dibawa langsung ke IGD RSUP

Fatmawati, di sana pasien dipasang infus di 3 tempat dan di balut lukanya serta diberi

penyangga leher dan direncanakan operasi cito. Pasien mengaku sadar selama kejadian dari

tertabrak sampai ke ruang IGD. Saat di IGD pasien mengalami muntah selama perjalanan

sebanyak 1 kali. Kemudian pasien dibawa ke IBS sekitar pukul 08:00 pagiWIB dan dipasang

CVC dan loading cairan RL sebanyak 1000 ml dan di tambah 1000ml NaCl 0.9% serta

1000ml RL selama operasi. Tidak dilakukan transfusi atau koloid. Perdarahan selama operasi

berjumlah kurang lebih 1000 ml.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak ada riwayat penyakit yang menyebabkan pasien dirawat di rumah sakit.

Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan dan alergi makanan.

Tidak mengalami demam, pusing, mudah lelah dalam 2 minggu terakhir.

Pasien menyangkal riwayat sesak nafas disertai nafas berbunyi, dan alergi makanan.

Pasien menyangkal memiliki riwayat darah tinggi, riwayat sakit jantung, dan riwayat

kencing manis.

Pasien mengaku tidak pernah operasi

Pasien memiliki riwayat TB paru

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat kencing manis, darah tinggi, penyakit jantung,

alergi makanan, obat-obatan, sesak nafas disertai nafas berbunyi.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit berat

4

Page 5: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

Kesadaran : sopor

GCS : 6 (E3,M2,V1)

Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/66 mmHg

Nadi : 112 x/menit

Suhu : 36,80 C

Pernapasan : 20 x/menit

Kepala

Bentuk : Normocephali

Mata : Konjuntiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-), odema(-)

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut : Bibir kering (-), dinding faring hiperemis (-), odema(-), sianosis(-)

Telinga : Normotia, tanda radang (-)

Leher : deviasi (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax

Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas kedua dada simetris

Palpasi : Vokal fremitus +/+ simetris, turgor kulit <2 detik

Perkusi : Sonor dikedua lapang paru

Auskultasi :

Jantung: BJ I-II reguler,murmur (-), gallop (-)

Paru : SN vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen :

Inspeksi : Datar

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+), menurun

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-), tampak lesi kulit

5

Page 6: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

Genitalia : OUE hiperemis (-),discharge (-).

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 4 Oktober 2012

Hb 11,9

Lekosit 11.400

Hematokrit 34

Trombosit 179000

Glukosa sewaktu 134

Tanggal 5 Oktober 2012

Elektrolit

Na 138

K 3,73

Cl 114

Tanggal 6 Oktober 2012

SGOT 33

SGPT 31

Kreatinin 0,9

Ureum 25

Pemeriksaan CT-Scan

Terdapat subdural hematome

RESUME

Seorang laki-laki berumur 30 tahun, menikah, agama Islam, tinggal di Kp. Kavling

Pegadungan RT 02/09 datang ke RSUP Fatmawati tanggal 10 Mei 2013 dengan keluhan luka

tumpul pada kepala akibat kecelakaan motor. Tanda vital terdapat tachycardi dan tachypnoe.

Dilakukan pembukaan jalan nafas dengan memasang orofaringeal airway, infus RL 20 tpm

pada 3 line di kedua tangan dan kaki kiri serta dilakukan monitoring saturasi O2, tekanan

darah, dan nadi. Dari hasil anamnesis didapatkan keterangan bahwa pasien mengalami 6

Page 7: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

kecelakaan lalu lintas, dan megalami trauma pada bagian kepala akibat terjatuh saat

membonceng motor dengan bagian kepala terbentur jalan aspal saat terjatuh. Dari hasil

pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran sopor dengan GCS 6 (E3,M2,V1), tanda vital dalam

batas normal. Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan peningkatan leukosit (11400),

anemia ( Hb=11,9) , suspek toleransi glukosa terganggu (GDS 134). Diagnosis pada pasien

ini adalah subdural hematome.

DIAGNOSIS PASTI

Subdural Hematome

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Cefepime 2 x 1 gram

Netilmicin sulphate 2 x 200 mg

Ketorolac tromethamine 2 x 1mg

Non-medikamentosa

Debridement Luka

ORIF K-wire

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Follow up

Tanggal 8 Oktober 2012

S : Nyeri pada pedis dextra

O : CM, HD stabil

A : Fraktur metatarsal 1, 2, 3 pedisdextra

P : Cefepime 2 x 1 gram

Netilmicin sulphate 2 x 200 mg

Ketorolac tromethamine 3 x 30 mg

Ranitidin 2 x 1 ampul

7

Page 8: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

Tanggal 9 Oktober 2012

S : Nyeri pada pedis dextra

O : CM, HD stabil

Status lokalis :

Look : Tampak luka terbalut kassa dan elastic bandage, rembesan (-), darah (-)

Feel : Tendiness (+), akral hangat

Movement : Limited due to pain

A : Fraktur metatarsal 1, 2, 3 pedisdextra

P : Cefepime 2 x 1 gram

Netilmicin sulphate 2 x 200 mg

Ketorolac tromethamine 3 x 30 mg

Ranitidin 2 x 1 ampul

Tanggal 10 Oktober 2012

S : Nyeri pada pedis dextra

O : CM, HD stabil

Status lokalis :

Look : Tampak luka terbalut kassa dan elastic bandage, rembesan (-), darah (-)

Feel : Tendiness (+), akral hangat

Movement : Limited due to pain

A : Fraktur metatarsal 1, 2, 3 pedisdextra

P : Cefepime 2 x 1 gram

Netilmicin sulphate 2 x 200 mg

Ketorolac tromethamine 3 x 30 mg

Ranitidin 2 x 1 ampul

Pro Op

Tanggal 11 Oktober 2012

S : Nyeri pada pedis dextra

O : CM, HD stabil

Status lokalis :

Look : Tampak luka terbalut kassa dan elastic bandage, rembesan (-), darah (-)

Feel : Tendiness (+), akral hangat

Movement : Limited due to pain

A : Post-op ORIF K-wire

8

Page 9: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

P : Awasi TNSP

Injeksi cefepime 2 x 1 gram

Injeksi Ketorolac tromethamine 3 x 30 mg

Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul

Diet MBKTKTP

Transfusi PRC 1 bag

Proses Pembedahan

1. Pasien posisi supine dengan GA Spinal

2. Asepsis dan Antisepsis daerah operasi

3. Dilakukan debridement dengan NaCl steril sebanyak 4 liter

4. Identifikasi : tampak fraktur site pada shelf metacarpal 1 (severe comminutive), shelf

metatarsal 2 (severe communitive), metatarsal 3 (comminutive)

5. Dilakukan reduksi dan pemasangan criss cross K-wire pada metatarsal 1 dan 2 dan

sing wire pada metatarsal 3 secara retrograde

6. Tendon-tendon ADL di approximasi

7. Luka operasi dirawat dan ditutup secara situasi

8. Operasi selesai

9

Page 10: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat

ditegakkan diagnosis pasti Communitive Open fracture of the 1st, 2nd, and 3rd metaphysis

metatarsal pedis dextra. Pada pasien ditemukan hasil anamnesis riwayat trauma tumpul

dengan kekuatan tinggi pada pedis dextra yang berasal dari lateral yang kemudian tertransfer

bagian medial pedis. Menurut anamnesis yang telah dilakukan, tidak terdapat kelainan lain

yang bermakna. Pada pemeriksaan fisik tampak adanya vunus laseratum yang dalam pada

pedis dextra dimana terlihat ada rupture tendon dan ke tidak mampuan menggerakan jari 1, 2,

3 pedis dextra. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan kelainan struktu os. metatarsal 1, 2, 3

pedis dextra dimana terdapat beberapa pecahan tulang metatarsal 1, 2 dan 3 pada bagian

metafisis. Pada penatalaksanaan dilakukan reposisi dan fiksasi terbuka dengan menggunakan

Kirschner wire dengan metode criss cross. Indikasi dilakukan tindakan tersebut adalah

sebagai fiksasi permanen atau definitife fixation dimana dapat di indikasikan bila fraktur yang

bersangkutan terpadat pada tulang yang kecil atau tidak terlalu panjang atau fragmen fraktur

cukup kecil seperti fraktur pada ost. palanx dan ost. metatarsal. Metode fiksasi yang dipilih

merupakan metode yang menghasilkan fiksasi yang paling stabil. K-wire tersebut juga

ditekuk pada ujungnya supaya menghindari adanya migrasi atau pergerakan dari K-wire.

Diberikan medikamentosa antibiotic cefepime injeksi untuk mengurangi resiko infeksi pasca

operasi dari bakteri Gram positif dan Gram negative. Ketorolac untuk mengatasi nyeri pasca

operasi. Ranitidine digunakan untuk mengatasi efeksamping dyspepsia dari ketorolac. Diet

tinggi karbohidrat dan tinggi protein untuk member dukungan gizi untuk mempercepat

penyembuhan serta diberkan transfuse PRC 1 bag karena Hb < 10,5 g/dl.

Prognosis ad vitam adalah bonam karena luka tidak mengancam nyawa. Prognosis ad

fungtionam dubia ad malam karena fungsi pedis tidak dapat digunakan bila hanya

menggunakan fiksasi K-wire. Prognosis ad sanationam dubia ad bonam karena faktor usia,

jarak antar fragmen tulang yang cukup jauh sehingga union membutuhkan waktu cukup lama

10

Page 11: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

dan kemungkinan malunion dan non union cukup tinggi, namun luka tidak terinfeksi dan

fiksasi baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Dimana

trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah

tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari

daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada

klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh (Sjamsuhidajat, 2005).

Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan

luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa

infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau

dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (chairuddin

rasjad,2008).

Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang

terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi

penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk

dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan

segera, secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit

dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat (chairuddin

rasjad,2008).

Patah tulang terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang bersangkutan

sedang atau pernah berhubungan dunia luar (PDT ortopedi,2008)

 

Etiologi dan Patofisiologi Fraktur Terbuka11

Page 12: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

Penyebab dari Fraktur terbuka adalah Trauma langsung: benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur pada tempat itu Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. 

Sedangkan Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena

1. Penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.

2. Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.

3.  

Klasifikasi Fraktur Terbuka

klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)

TIPE 1

Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang

yang menembus kulit. terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda2 trauma

yang hebat pada jaringan lunak. fraktur yang terjadi biasanya bersifat simple, transversal,

oblik pendek atau sedikit komunitif.

TIPE 2

Laserasi kulit melebihi 1cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit.

terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur.

TIPE 3

Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur

neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. tipe ini biasanya di sebabkan oleh karena

trauma dengan kecepatan tinggi. tipe 3 di bagi dalam 3 subtipe:

TIPE 3 a

Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat

ataupun adanya flap. fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat

TIPE 3 b

Fraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan,

terdapat pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebatserta fraktur komunitif

yang hebat.

12

Page 13: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

TIPE 3 c

Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa

memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak. 

Diagnosis Fraktur Terbuka

Anamnesis

-Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat

maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota

gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di

daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

1. Syok, anemia atau perdarahan

2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-

organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen

3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis

Pemeriksaan lokal

1. Inspeksi (Look)

Bandingkan dengan bagian yang sehat

Perhatikan posisi anggota gerak

Keadaan umum penderita secara keseluruhan

Ekspresi wajah karena nyeri

Lidah kering atau basah

Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur

tertutup atau fraktur terbuka

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari

Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan

13

Page 14: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organlain

Perhatikan kondisi mental penderita

Keadaan vaskularisasi

2. Palpasi (Feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangatnyeri.

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan

jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri

dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena

Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma ,

temperatur kulit

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya

perbedaan panjang tungkai

3. Pergerakan (Move)

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan

pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pederita dengan

fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh

dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan

lunak seperti pembuluh darah dan saraf. 

4. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi

kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Kelaianan saraf

yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan

tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.

5. Pemeriksaan radiologis

14

Page 15: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.

Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya kita

mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum

dilakukan pemeriksaan radiologis. 

Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur tebuka:

1. Obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan.

2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan

kematian.

3. Berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi.

4. Segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik

5. Ulangi debrideman 24-72 jam berikutnya

6. Stabilisasi fraktur.

7. Biarkan luka tebuka antara 5-7 hari

8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya

9. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena

 

TAHAP-TAHAP PENGOBATAN FRAKTUR TERBUKA

1. Pembersihan luka

Pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara

mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.

2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)

Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan

bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak,

fascia, otot dan fragmen2 yang lepas

3. Pengobatan fraktur itu sendiri

15

Page 16: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi terbuka dengan

fiksasi eksterna tulang. fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.

4. Penutupan kulit

Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya

kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila penutupan membuat

kulit sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap

untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. luka dapat dibiarkan

terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut

delayed primary closure. yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak

dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.

5. Pemberian antibiotic

Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam dosis

yang adekuat sebelum, pada saat dan sesuadah tindakan operasi

6. Pencegahan tetanus

Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. pada penderita

yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum,

dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia)

Komplikasi Fraktur Terbuka

1. Perdarahan, syok septik sampai kematian

2. Septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik

3. Tetanus

4. Gangrene

5. Perdarahan sekunder

6. Osteomielitis kronik

7. Delayed union

8. Non union dan malunion

9. Kekakuan sendi

10. Komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama 

16

Page 17: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

Prognosis Fraktur Terbuka

            Semua patah  tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan terbukanya barier

jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi. Seperti kita

ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka, luka yang terjadi masih dalam

stadium kontaminasi (golden periode) dan setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka

infeksi. Oleh karena itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelumgolden

periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai walaupun

ditinjau dari segi prioritas penanganannya, tulang secara primer menempati urutan prioritas

ke 6.

17

Page 18: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

KESIMPULAN

Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan

luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa

infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau

dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung.

Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang

terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi

penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk

dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan

segera, secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit

dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.

Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa merusak kulit,

jaringan lunak dan tulang atau Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.

Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)

Semua patah  tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Karena itu penanganan patah

tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir

penanganan patah tulang terbuka tercapai

 

18

Page 19: Case Perawatan ICU Post Craniotomy

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif

Watampone, 2008. 332-334.

2. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005.

840-841.

3. Newton CD. Etiology, Classification, and Diagnosis of Fracture.

http://www.ivis.org [Access on 14 October 2012].

4. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius, 2000.346-370

5. Brinker. Review Of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company,

2001. 127-135.

19