case mata

27
I. Identitas Nama : Tn.T Umur : 34th Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Cidadas Pekerjaan : Pegawai Swasta Bahasa : Indonesia Status : Menikah Tanggal Pemeriksaan : 19 Februari 2015 II. Anamnesis Keluhan Utama : Mata merah kiri disertai penglihatan buram Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata merah dan penglihatan buram pada mata sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga merasa mata kirinya perih, berair, dan terasa mengganjal ketika pasien menutup mata. Pasien juga mengaku nyeri pada matanya yang kiri disertai silau bila melihat cahaya. Pasien mengaku sering mengucek mata. Pasien menyangkal adanya rasa gatal di mata, riwayat trauma, maupun alergi. Sebelumnya juga pasien tidak mengeluhkan adanya sakit kepala, mual, muntah, mengkonsumsi obat tertentu, menggunakan lensa kontak maupun kacamata sebelumnya. Pasien adalah seorang pegawai kantor, bekerja di ruangan ber AC. Rekan kerja tidak ada yang sakit mata 2

Upload: adi-widana

Post on 14-Nov-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kimochii

TRANSCRIPT

I. IdentitasNama: Tn.TUmur: 34thJenis Kelamin: Laki-lakiAlamat: CidadasPekerjaan: Pegawai SwastaBahasa: IndonesiaStatus: MenikahTanggal Pemeriksaan : 19 Februari 2015

II. AnamnesisKeluhan Utama : Mata merah kiri disertai penglihatan buram Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata merah dan penglihatan buram pada mata sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga merasa mata kirinya perih, berair, dan terasa mengganjal ketika pasien menutup mata. Pasien juga mengaku nyeri pada matanya yang kiri disertai silau bila melihat cahaya. Pasien mengaku sering mengucek mata. Pasien menyangkal adanya rasa gatal di mata, riwayat trauma, maupun alergi. Sebelumnya juga pasien tidak mengeluhkan adanya sakit kepala, mual, muntah, mengkonsumsi obat tertentu, menggunakan lensa kontak maupun kacamata sebelumnya. Pasien adalah seorang pegawai kantor, bekerja di ruangan ber AC. Rekan kerja tidak ada yang sakit mata merah seperti pasien. Pasien tidak pernah berkebun sebelumnya.RPD: Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat kencing manis dan tekanan darah tinggi disangkal. RPK : Tidak ada yang menderita seperti pasienUB: Menggunakan Insto, namun tidak ada perbaikan

III. Status OphtalmikusInspeksiODOS

Palpebra Superioroedem -, ekteropion -, enteropion -oedem -, ekteropion -, enteropion -

Palpebra Inferioroedem -, ekteropion -, enteropion -oedem -, ekteropion -, enteropion -

Ciliatrichiasis -trichiasis -

Apparatus Lacrimalistidak ada kelainantidak ada kelainan

Konjungtiva tarsalis superioroedem -, hiperemis -oedem -, hiperemis -

Konjungtiva tarsalis inferioroedem -, hiperemis -oedem -, hiperemis -

Konjungtiva bulbiinjeksi konjungtiva -, injeksi silier -injeksi konjungtiva -, injeksi silier +

Korneajernihkeruh

PupilDiameterReflek cahaya direkReflek cahaya indirek 3mm++ 3mm++

Irissulkus dan gyrus jelassulkus dan gyrus jelas

Lensajernihjernih

PalpasiODOS

Benjolan--

Nyeri tekan--

Tekanan intraokulernormalnormal

Pemeriksaan visus

Visus dasar1.00.25

Dengan pinholetidak dilakukantidak dilakukan

Dengan koreksi--

Koreksi--

Penglihatan binokulertidak dilakukantidak dilakukan

Koreksi dekattidak dilakukantidak dilakukan

Papillary distancetidak dilakukantidak dilakukan

Lensometertidak dilakukantidak dilakukan

Muscle balanceODOS

Pergerakan bola mata

Duksibaikbaik

Versibaik

Pemeriksaan Slit LampODOS

Ciliathriciasis -thriciasis -

Konjungtiva bulbiinjeksi konjungtiva -injeksi konjungtiva -

injeksi silier -injeksi silier +

Korneajernihulkus + (fluoresin tes)

COAkedalaman sedangFlare +, hipopion +

Irissulcus dan gyrus jelassulcus dan gyrus jelas

LensaJernihJernih

Koreksi--

Pemeriksaan Lapang Pandang

Konfrontasibaikbaik

Pemeriksaan Tonometri

Schiotztidak dilakukantidak dilakukan

Pemeriksaan Funduskopitidak dilakukantidak dilakukan

Ulkus Kornea

IV. Anatomi dan Fisiologi kornea Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.

Gambar 1. Anatomi Mata

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:1. Lapisan epitel Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan.2. Membran Bowman Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.3. Jaringan Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descement Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.

Gambar 2. Lapisan Kornea

Kornea memiliki beberapa mekanisme pertahanannya sendiri karena paparan terhadap mikroba dan lingkungan luar yang konstan. Beberapa mekanismenya adalah reflex menutup mata, kemampuan air mata untuk membuang serta mikroba, epitel hidrofobik sebagai barrier, dan kemampuan regenerasi epitel yang cepat. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.

V. DefinisiUlkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

VI. Etiologia. Infeksi Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa. Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides. Infeksi virus Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang). AcanthamoebaAcanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.

Radiasi atau suhuDapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea. Sindrom SjorgenPada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein. Defisiensi vitamin AUlkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh. Obat-obatan Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma. Pajanan (exposure) Neurotropikc. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas) Granulomatosa wagener Rheumathoid arthritis

VII. Klasifikasi Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:1. Ulkus kornea sentrala. Ulkus kornea bakterialisb. Ulkus kornea fungic. Ulkus kornea virusd. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifera. Ulkus marginalb. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)c. Ulkus cincin (ring ulcer)

VIII. Patofisiologi Karena kornea avaskular, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea. Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.

IX. Manifestasi Klinis

Ulkus Kornea Sentral 1. Ulkus Kornea Bakterialis a. Ulkus Kornea Streptococcus pneumoniae (pneumococcal) Biasanya timbul 24 -4 8 jam setelah inokulasi pada kornea yang tidak intak. Ulkus biasanya berwarna keabu-abuan, berbatas tegas, dan cenderung menyebar secara acak dari fokus infeksi ke arah sentral kornea. Pada awalnya lapis superfisial saja yang terkena kemudian menuju lapis dalam kornea. Kornea di sekitar ulkus biasanya tetap jernih. Hipopion tidak selalu menyertai ulkus.b. Ulkus Kornea Stafilokokus Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. c. Ulkus Kornea Pseudomonas aeruginosa Infiltrate berwarna kuning atau keabu-abuan pada epitel kornea yang tidak intak. Ulkus kornea yang disebabkan Pseudomonas sering disertai rasa sakit. Lesi cenderung menyebar dengan cepat ke semua arah. Sering terdapat hipopion yang membesar seiring dengan perluasan ulkus. Infiltrat dan eksudat berwarna hijau kebiruan karena pigmen yang diproduksi oleh Pseudomonas, warna tersebut merupakan patognomonic untuk infeksi P. aeruginosa. Ulkus kornea karena Pseudomonas biasanya berhubungan dengan pemakaian lensa kontak lunak terutama jenis pemakaian jangka panjang. Selain itu juga berhubungan dengan pemakian larutan fluoresensi dan tetes mata yang terkontaminasi.d. Ulkus Kornea Moraxella liquefanciens Menyebabkan ulkus berbentuk oval yang biasanya terletak di inferior kornea kemudian menginfeksi stroma bagian dalam dalam periode beberapa hari. Biasanya tidak disertai hipopion atau disertai namun hanya berupa hipopion kecil berjumlah satu, kornea di sekitar ulkus biasanya jernih. Ulkus M liquefaciens sering terjadi pada pasien dengan alkoholisme, diabetes, dan keadaan imunosupresi. e. Ulkus kornea Group A Streptococcus Tidak memiliki ciri khusus. Sekitar stroma kornea terdapat infiltrat dan edema, terdapat juga hipopion.

2. Ulkus Kornea Fungi Ulkus kornea jamur, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin banyak dijumpai diantara penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Ulkus jamur tersebut indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial dan lesi-lesi satelit (umumnya menginfiltrasi tempat-tempat yang jauh dari daerah ulserasi utama). Di bawah lesi utama dan juga lesi-lesi satelit sering terdapat plak endotel disertai reaksi bilik mata depan yang hebat.3. Ulkus Kornea Virusa. Ulkus Kornea Herpes Zoster Secara morfologi sama dengan penyakit herpes simpleks namun beda dari segi antigen dan klinis. Zoster lebih sering menginfeksi pasien lanjut usia. Kerusakan mata akibat penyakit ini dapat dikarenakan oleh dua hal yaitu invasi virus langsung dan inflamasi sekunder akibat mekanisme autoimun. Herpes zoster oftalmikus dibagi menjadi 3 fase yaitu:

1. Fase akut Ditandai dengan penyakit seperti influenza, demam, malaise, sakit kepala hingga seminggu sebelum tanda kemerahan muncul, neuralgia preherpetik, kemerahan pada kulit, timbulnya keratitis dalam beberapa hari setelah kemerahan itu muncul, keratitis numular yang muncul sekitar 10 hari setelah kemerahan muncul, dan keratitis disciform yang dapat terjadi setelah tiga minggu.2 Fase kronik Ditandai dengan keratitis numular selama berbulan-bulan, keratitis disciform dengan jaringan parut, keratitis neutrofik yang dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder dan keratitis plak mukus yang dapat timbul setelah bulan ketiga hingga keenam.3.Fase relapse Dapat dijumpai bahkan hingga sepuluh tahun setelah fase akut. Hal ini dapat diakibatkan oleh penghentian tiba-tiba dari steroid topikal. Lesi yang paling umum adalah episkleritis,skleritis, iritis, glaukoma, keratitis numular, disciform atau plak mukus.

b. Ulkus Kornea Herpes simplex Tanda : vesikel pada kulit melibatkan alis dan area periorbital. Kondisi akut, unilateral, konjungtivitis folikuler berhubungan dengan limphadenopathy preauriculer. Epitelial keratitis dapat terjadi di segala usia, sakit ringan, mata berair dan penglihatan kabur. Tanda yang muncul secara kronologis opaknya sel epitelial yang tersusun dalam coarse punctate atau stellalte pattern, deskuamasi sentral yang menghasilkan lesi garis linear bercabang (dendritik) dengan akhir terminal bulb, berkurangnya sensasi kornea, infiltrat pada anterior stromal, perluasan sentrifugal progresif yang dapat menghasilkan konfigurasi amoeboid, dalam masa pemulihan pada epitel dapat terjadi bentuk garis lurus yang persisten yang mencerminkan arah dari sel pemulihan epitel. Bentuk dendrit Herpes simplex kecil, ulceratif ,jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.4. Ulkus Kornea Acanthamoeba Infeksi kornea oleh Acanthamoeba biasanya dihubungkan dengan penggunaan lensa kontak lunak, termasuk lensa hidrogel silikon, atau lensa kontak rigid (permeabel-gas) yang dipakai semalaman untuk memperbaiki kelainan refraksi (orthokeratologi). Infeksi ini juga ditemukan pada individu bukan pemakai lensa kontak setelah terpapar air atau tanah yang telah tercemar. Gejala awal adalah rasa nyeri yang tidak sebanding dengan temuan klinisnya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinis yang khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma dan infiltrat perineural, tetapi seringkali ditemukan perubahan-perubahan yang terbatas pada epitel kornea.

Ulkus Kornea Perifer 1. Ulkus Marginal Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat nyeri. Ulkus ini timbulnya sekunder akibat konjungtivitis bakteri akut atau kronik, terutama blefarokonjungtivitis stafilokok dan lebih jarang akibat konjungtivitis Koch-Weeks (Haemophilus Aegyptius). Walaupun demikian, ulkus-ulkus ini bukan suatu proses infeksi dan pada kerokan tidak terdapat bakteri penyebab. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri; antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang berdifusi melalui epitel kornea. Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.2. Ulkus Mooren Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral. 3. Ring Ulcer Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.

Gejala subjektif dapat berupa : Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri. Infiltrat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala objektif dapat berupa : Kekeruhan berwarna putih pada kornea, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat, injeksi siliar, dan hipopion.

X. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti:Ketajaman penglihatan, tes refraksi, pemeriksaan slit-lamp, keratometri (pengukuran kornea), respon reflek pupil, pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi, goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).

XI. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah mencegah berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Pemberian sikloplegikaSikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjanya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut : Sedatif, menghilangkan rasa sakit Dekongestif, menurunkan tanda radang Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpunya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru. Antibiotik Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali. Anti jamur Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml,Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole Jamur berfilamen : topokal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik. Anti Viral Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.

Bedah (keratoplasti)Indikasi keratoplasti- Dengan pengobatan tidak sembuh- Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan - Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi Ada dua jenis keratoplasti yaitu: Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segerea setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam. Media penyimpan modern memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini. Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.XII. Komplikasi Komplikasi yang timbul berupa : Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis Prolaps iris Sikatrik kornea Katarak Glaukoma sekunder

XIII. Pencegahan Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata. Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah. Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.

XIV. Prognosis Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatanpenggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi. Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi padaulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblast dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

2