carbon emission trading by masdar&meriko

2
Carbon Emission Trading (Perdagangan Emisi Karbon) Oleh Masdar Helmy (125060600111063) & Meriko Dian Candra (125060600111042) Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, 2013 Latar Belakang Gagasan mengenai perdagangan emisi karbon merupakan implementasi kesepakatan yang dicetuskan dalam Protokol Kyoto (1997) dalam aksi menurunkan gas rumah kaca sebagai dampak adanya isu Global Warming (pemanansan global). Perdagangan emisi tercetus bersamaan dengan dua program lainnya, yaitu Implementasi Bersama (Join Implementation) dan Mekanisme Pembangaun Bersih (Clean Development Mechanism). Gas karbon muncul akibat emisi (hasil buangan) industri di atmosfer dan menjadi salah satu penyebab utama pemanasan global. Negara yang ikut meratifikasi Protokol Kyoto wajib ikut serta dalam perdagangan emisi karbon serta kegiatan penurunan emisi dan mekanisme pembangunan bersih. Protokol Kyoto telah diratifikasi 180 negara (per Desember 1997) termasuk negara Indonesia. Namun, dua negara besar, yaitu Amerika Serikat dan Australia tidak ikut serta dalam protokol ini. Konsep Perdagangan Karbon Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu membatasi peningkatan CO2 di atmosfer (Razak, 2007). Berdasarkan Protokol Kyoto, perdagangan tersebut membuat pembeli dan penjual emisi karbon memiliki kedudukan yang sama dalam peraturan perdagangan. Penjual merupakan negara atau pengelola lahan yang mampu menyerap karbon berdasarkan akumulasi kemampuan hutan yang mampu menyerap karbon, pada lahan tersebut. Sedangkan pembeli merupakan negara atau pemilik industri yang menghasilkan CO2 ke atmosfer. Negara maju dengan dengan industrinya yang menghasilkan banyak CO2 diwajibkan menyeimbangkan emisi yang mereka hasilkan melalui mekanisme sekustrasi karbon sebagai kompensasi atas emisi CO2 yang mereka hasilkan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara membeli CER (Certified Emission Reduction) dari negara penyerap karbon. Gambar Ilustrasi Perdagangan Emisi Karbon Sumber: Climate Avenue

Upload: meriko-d-c-iwanaa

Post on 31-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah mengenai Perdagangan emisi karbon, Carbon emission trading, carbon trading, CER, protokol kyoto,

TRANSCRIPT

Page 1: Carbon Emission Trading by Masdar&Meriko

Carbon Emission Trading (Perdagangan Emisi Karbon) Oleh

Masdar Helmy (125060600111063) & Meriko Dian Candra (125060600111042)

Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Malang, 2013

Latar Belakang

Gagasan mengenai perdagangan emisi karbon merupakan implementasi kesepakatan

yang dicetuskan dalam Protokol Kyoto (1997) dalam aksi menurunkan gas rumah kaca

sebagai dampak adanya isu Global Warming (pemanansan global). Perdagangan emisi

tercetus bersamaan dengan dua program lainnya, yaitu Implementasi Bersama (Join

Implementation) dan Mekanisme Pembangaun Bersih (Clean Development Mechanism). Gas

karbon muncul akibat emisi (hasil buangan) industri di atmosfer dan menjadi salah satu

penyebab utama pemanasan global.

Negara yang ikut meratifikasi Protokol Kyoto wajib ikut serta dalam perdagangan

emisi karbon serta kegiatan penurunan emisi dan mekanisme pembangunan bersih. Protokol

Kyoto telah diratifikasi 180 negara (per Desember 1997) termasuk negara Indonesia. Namun,

dua negara besar, yaitu Amerika Serikat dan Australia tidak ikut serta dalam protokol ini.

Konsep Perdagangan Karbon

Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu membatasi

peningkatan CO2 di atmosfer (Razak, 2007). Berdasarkan Protokol Kyoto, perdagangan

tersebut membuat pembeli dan penjual emisi karbon memiliki kedudukan yang sama dalam

peraturan perdagangan.

Penjual merupakan negara atau pengelola lahan yang mampu menyerap karbon

berdasarkan akumulasi kemampuan hutan yang mampu menyerap karbon, pada lahan

tersebut. Sedangkan pembeli merupakan negara atau pemilik industri yang menghasilkan

CO2 ke atmosfer.

Negara maju dengan dengan industrinya yang menghasilkan banyak CO2 diwajibkan

menyeimbangkan emisi yang mereka hasilkan melalui mekanisme sekustrasi karbon sebagai

kompensasi atas emisi CO2 yang mereka hasilkan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara

membeli CER (Certified Emission Reduction) dari negara penyerap karbon.

Gambar Ilustrasi Perdagangan Emisi Karbon

Sumber: Climate Avenue

Page 2: Carbon Emission Trading by Masdar&Meriko

Perhitungan bisnis karbon menghargai setiap upaya penurunan 1 ton karbon dengan

pemberian 1 CER. Sertifikat yang mirip surat berharga yang dikeluarkan oleh Badan

Eksekutif CDM di bawah naungan UNFCCC (United Nation Frameworks Convention

Climate Change). Harga CER rata-rata berkisar 5-15 US dollar, tergantung pihak-pihak

terkait yang melakukan transaksi.

Dari bisnis tersebut, negara berkembang dan negara miskin yang rata-rata memiliki

areal hutan yang luas dapat mendapat dana yang melimpah dari negara maju.

Peran Hutan dalam Perdagangan Karbon

Pohon dapat menghasilkan O2 dan merduksi CO2 hasil dari proses fotosintetis pohon

yang terdapat pada hutan tersebut. Fungsi hutan adalah sebagai “paru-paru dunia” yang

menyerap emisi yang dikeluarkan oleh makhluk hidup dan berbagai mcaam kendaraan

bermotor, diantaranya CO2 sehingga keseimbangan alam dapat terjaga. Hal tersebut

memunculkan gagasan untuk memanfaatkan hutan sebagai tempat penyimpanan atau

penyerap karbon.

Mekanisme baru yang muncul dalam perdagangan karbon dari pemikiran tersebut

adalah negara industri dan negara penghasil polutan terbesar memberi kompensasi kepada

negara berkembang untuk mencadangkan hutan tropis yang mereka miliki sehingga terjadi

“sequestration” (penyimpanan sejumlah besar karbon). Di Indonesia, untuk

mengimplementasikan gagasan tersebut, dibentuklah Peratuan Menteri kehutanan No. P 14

Tahun 2004 tentang Tata Cara Aforestasi dan Reforestasi, menyebutkan bahwa hutan dalam

rangka mewujudkan Mekanisme Pembangunan Bersih memiliki luas hutan minimal 0,25

hektar, persentase penutupan tajuk 30%, dan tinggi pohon minimal adalah 5 meter.

Areal hutan di Indonesia yang sangat luas menjadi peluang besar untuk menambah

pemasukan dengan adanya kompensasi perdagangan karbon. Hal terbut tentunya akan sangat

berguna dalam kegiatan pembangunan. Tentunya, tidak terlepas dari persyaratan-persyaratan

yang ditetapkan oleh negara-negara yang membeli CER dari Indonesia. Namun, perdagangan

emisi karbon memunculkan pertanyaan, mampukan program perdagangan karbon ini

mengurangi perubahan iklim global, tanpa ada penurunan emisi dari negara-negara maju.

Sumber:

Anonim. Artikel Karbon dan Produk Hutan.

Napitu, Ja Posman. 2007. Makalah: Sistem Pengelolaan Hutan Upaya Penurunan Emisi

Carbon Pengembangan Proyek CDM. Yogyakarta

Razak, Abdul. 2007. Makalah Manajemen Hutan Lanjutan: Kelayakan Kompensasi yang

Ditawarkan dalam Perdagangan karbon. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana

Program studi Manajemen Konservasi SDA dan Lingkungan, UGM

Climate Avenue. 2011. Carbon Credits Explained. http://www.climateavenue.com-

/cdm.carbon.cred.index.htm