cara belajar

18
Cara Belajar, Motivasi Belajar, Strategi Belajar, Gaya Belajar, dan Sumber Belajar Selama di Sekolah Menengah Atas (SMA) Cara belajar Sebelum memulai untuk belajar saya selalu mengawali dengan berdoa karena saya sadar semua takdir hidup kita hanyalah Allah swt. yang maha mengetahui. Sekuat apa pun berusaha untuk merubah hidup kita, tetapi tetap Allah swt. yang menentukan segalanya. Selama belajar saya terkadang mencatat apa yang saya baca. Dalam hal ini saya tidak mencatat semua apa yang saya baca, tapi hanyalah meringkas bahan bacaan yang saya anggap penting untuk dipelajari kembali nantinya. Dengan begitu materi yang saya pelajari akan cepat masuk kedalam otak dan akan sulit untuk dilupakan. Setiap kali saya belajar, misalnya di sekolah belajar kimia sekitar 2 jam pelajaran, maka setiba di rumah pasti saya sudah lupa lagi. Lupa dalam hal ini tidak lupa semuanya, tapi inti ataupun pokok- pokok dari apa yang saya pelajari sebelumnya di sekolah akan terlupakan sebagian. Olehnya itu biar saya tidak lupa saya selalu mengulang kembali di rumah pelajaran yang ada di sekolah. Jadi, pas ulangan harian atau ulangan semester belajarnya tidak perlu memakai sistem belajar semalam, tapi sudah dicicil sebelum-sebelumnya. Kemudian

Upload: ayub

Post on 23-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

merupakan sedikit pengetahuan mengenai car belajar yang baik

TRANSCRIPT

Page 1: Cara Belajar

Cara Belajar, Motivasi Belajar, Strategi Belajar, Gaya Belajar, dan Sumber

Belajar Selama di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Cara belajar

Sebelum memulai untuk belajar saya selalu mengawali dengan berdoa karena

saya sadar semua takdir hidup kita hanyalah Allah swt. yang maha mengetahui.

Sekuat apa pun berusaha untuk merubah hidup kita, tetapi tetap Allah swt. yang

menentukan segalanya.

Selama belajar saya terkadang mencatat apa yang saya baca. Dalam hal ini

saya tidak mencatat semua apa yang saya baca, tapi hanyalah meringkas bahan

bacaan yang saya anggap penting untuk dipelajari kembali nantinya. Dengan begitu

materi yang saya pelajari akan cepat masuk kedalam otak dan akan sulit untuk

dilupakan.

Setiap kali saya belajar, misalnya di sekolah belajar kimia sekitar 2 jam

pelajaran, maka setiba di rumah pasti saya sudah lupa lagi. Lupa dalam hal ini tidak

lupa semuanya, tapi inti ataupun pokok- pokok dari apa yang saya pelajari

sebelumnya di sekolah akan terlupakan sebagian. Olehnya itu biar saya tidak lupa

saya selalu mengulang kembali di rumah pelajaran yang ada di sekolah. Jadi, pas

ulangan harian atau ulangan semester belajarnya tidak perlu memakai sistem belajar

semalam, tapi sudah dicicil sebelum-sebelumnya. Kemudian kalau pelajarannya

memerlukan hitungan tidak mungkin hanya mengandalkan yang namanya menghafal.

Jadi saya juga banyak mengerjakan dengan soal-soal latihan. Nanti ketika tiba

saatnya ulangan, maka saya tidak kaget lagi karena saya sudah terbiasa mengerjakan

soal tersebut meskipun tidak sama persis dengan soal yang dihadapi ketika ulangan

itu berlangsung.

Saya adalah tipe orang yang menyukai ketenangan untuk belajar, tapi kalau

untuk pelajaran yang memerlukan perhitungan saya selalu belajar bersama dengan

teman yang saya anggap sebagai orang yang lebih tahu dari pada saya tentang

pelajaran yang dimaksud. Terkhusus untuk pelajaran yang memerlukan penghafalan

dan pemahaman saya lebih memilih untuk belajar sendiri di tempat yang tenang.

Page 2: Cara Belajar

Tempat tenang yang saya maksud adalah kamar saya sendiri. Saya menganggapnya

demikian karena tempat tinggal saya ketika itu (rumah kos) sebagian besar dihuni

oleh para pelajar sama seperti saya. Jadi malamnya itu suasanya cukup tenang untuk

belajar dan yang mempunyai tempat itu juga mengerti bahwa untuk belajar itu harus

memerlukan ketenangan. Jadi, itu juga sangat membantu bukan hanya saya tapi

teman-teman yang lain.

Ketika di SMA ada beberapa pelajaran-pelajaran yang tidak saya kurang

mengerti ataupun tidak saya mengerti sama sekali. Oleh karen itu saya selalu

membiasakan diri untuk bertanya kepada orang-orang yang saya anggap lebih

mengerti, entah itu guru ataupun teman sekolah. Sering juga saya bertanya kepada

adik-adik kelas saat itu. Saya bertanya kepada mereka karena mereka sedang

mempelajarinya. Jadi, sangat mudah bagi saya memperoleh informasi. Dari itu saya

banyak mendapat penjelasan-penjelasan yang lebih mudah untuk dimengerti.

Waktu SMA jujur saya adalah orang yang suka menunda pekerjaan. Misalnya

saya sering menunda untuk melakukan ibadah, menunda tugas rumah, bahkan makan

pun saya sering lupa karena kebiasaan menunda tersebut. Walaupun terbiasa

menunda pekerjaan, tapi yang namanya tugas dari sekolah pasti bisa terselesaikan.

Hanya saja ketika itu akibat dari kebiasaan buruk tersebut penyakit lambung saya

sering kambuh sehingga sering sakit. Pernah saya sakit sampai apa yang saya makan

pasti dimuntahkan kembali. Dari peristiwa itu sampai sekarang saya sudah tidak

berani lagi untuk menunda waktu makan.

Dari cara belajar saya selama sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) hal

yang paling penting dalam belajar adalah selalu berkonsentrasi. Konsentrasi sangat

dibutuhkan karena dengan berkosentrasi saya bisa memfokuskan terhadap apa yang

saya pelajari. Percuma saja apabila cara belajar saya baik tetapi konsentrasi misalnya

dengan pikiran yang berjalan-jalan, maka tentu materi yang saya pelajari tidak masuk

ke otak.

Page 3: Cara Belajar

Motivasi Belajar

Ketika saya duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA) salah satu yang menjadi

motivasi bagi diri untuk selalu belajar adalah cita-cita. Cita-cita saya untuk ”menjadi

seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan saya untuk selalu

belajar dengan tekun belajar. Karena saya berpikir bahwa sebagai siswa ketika itu

saya harus tekun belajar agar cita-cita itu tercapai. Cita- cita itu akan memperkuat

motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik saya. Sebab jika cita-cita itu tercapai,

kelak akan mewujudkan aktualisasi diri saya.

Kemampuan belajar menjadi motivasi saya selanjutnya. Dimana saya

melihat bahwa kemampuan belajar saya tidak jauh berbeda dengan orang-orang di

atas saya. Sehingga hal itu menjadi dorongan bagi saya untuk terus berusaha dan

terus belajar untuk melampaui mereka. Walaupun pada akhirnya saya tidak bisa

melampaui mereka paling tidak hampir sedikt lagi akan menyamai mereka.

Selain hal di atas yang menjadi motivasi belajar saya selama di SMA. Ada

satu hal lagi yang menjadi motivasi bagi diri saya, yaitu kondisi lingkungan. Baik itu

kondisi lingkungan kelas dan keluarga. Kondisi lingkungan kelas menumbuhkan

motivasi saya karena terlihat bahwa terjadi persaingan antar siswa satu sama lain.

Sehingga siapa pun tidak terkecuali saya termotivasi untuk selalu belajar. Hal yang

paling memotivasi saya dalam belajar adalah keluarga terutama orang tua. Karena

beliau-beliau lah yang selalu membuat saya bersemangat untuk belajar dan saya

selalu mimikirkan mereka ketika saya belajar. Apabila prestasi saya kurang dari

harapan mereka, selalu saya diberikan nasihat-nasihat. Dari nasihat-nasihat

merekalah membuat motivasi belajar saya semakin besar.

Strategi Belajar

Awal menjadi siswa di SMA strategi belajar yang saya lakukan adalah

banyak bergaul dengan kakak-kakak kelas. Saya banyak belajar dari mereka tentang

pelajaran sekolah. Dari situ saya banyak mengambil bahan-bahan pelajaran ataupun

contoh tugas-tugas yang belum tentu ada sama teman-teman setingkat saya.

Sehingga saya merasa selangkah lebih maju dari pada teman saya yang lain. Melalui

Page 4: Cara Belajar

bahan ataupun contoh tugas yang saya peroleh, dapat membuat pengetahuan saya ke

depannya menjadi lebih berkembang. Setelah cukup lama menjadi siswa, saya

banyak konsultasi dengan guru mata pelajaran yang saya kurang mengerti. Banyak

hal yang saya dapat antara lain penjelasan-penjelasan yang tidak diterangkan di kelas

dan saya merasa lebih akrab dengan guru.

Mengulang-ngulangi pelajaran adalah strategi saya dalam belajar selanjutnya.

Karena dengan mengulangi apa yang saya pelajari dapat membuat pelajaran bertahan

lebih lama di memori otak saya. Selain itu saya juga sering bertanya kepada guru

tentang materi yang akan dibawakan selanjutnya. Hal ini memberikan kesempatan

kepada saya untuk mempelajari materi sampai guru mengajarkannya. Sehingga saya

sudah siap untuk materi itu.

Menciptakan minat terhadap pelajaran juga merupakan strategi belajar saya

ketika di SMA dulu. Hal ini saya lakukan agar pada saat menerima pelajaran atau

sedang belajar akan dengan mudah pelajaran itu masuk. Karena saya telah

beranggapan positif terhadap pelajaran. Dengan minat itu pula akan menciptakan

emosi yang positif terhadap pikiran saya.

Gaya Belajar

Tidak jauh berbeda selama saya di SD ataupun di SMP, saya adalah orang

yng lebih suka gaya belajar melihat serta mendengar. Apabila guru sedang

menerangkan tentang pelajaran di depan kelas , diawal-awal pasti saya akan

memperhatikan dengan seksama apa yang diterangkan oleh guru sambil sesekali

menuliskan ke dalam buku catatan beberapa hal yang penting untuk bahan pelajaran

saya nantinya. Namun, apabila guru telah lama menerangkan pelajaran maka saat itu

juga perhatian kepada guru hanya sekedar mendengarkan saja apa yang guru

sampaikan. Jika apa yang guru sampaikan ada di dalam buku maka saya akan

membaca saja selama di kelas sambil mendengarkan penyampaian materi oleh guru.

Karena saya lebih senang dengan gaya belajar tersebut, maka teori dalam

pelajaran akan lebih gampang masuk dan gampang untuk tersimpan di dalam memori

Page 5: Cara Belajar

otak. Walaupun kelihatannya cukup rumit, tapi saya merasa dengan gaya belajar

seperti ini saya mendapakat nilai yang cukup lumayan.

Sumber Belajar

Waktu sekolah di SMA, saya banyak mendapatkan sumber-sumber untuk

belajar. Yang pertama adalah bahan ajar yang diberikan oleh guru baik secara lisan

maupun tulisan. Karena dari hal itu saya banyak mengambil pelajaran baik yang

sifatya akademik maupun yang bersifat non-akademik.

Selanjutnya yang kedua adalah melalui cerita rakyat. Saya menjadikannya

sebagai sumber belajar saya karena melalui cerita rakyat saya banyak belajar tentang

nilai-nilai moral atau kemanusiaan di dalamnya. Kemudian film juga menjadi bahan

pembelajaran bagi saya karena sama halnya dengan cerita rakyat yang banyak

mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan.

Sebagai seorang siswa, yang menjadi sumber untuk belajar selanjutnya adalah

buku. Tentu buku sangat penting bagi saya sebagai sumber pembelajaran. Di dalam

buku banyak sekali informasi yang membantu saya dalam proses belajar mengajar.

Buku yang menjadi sumber belajar dapat dengan mudah saya dapatkan. Selain

dengan membeli di toko buku saya juga meminjam kepada teman ataupun

meminjamnya di perpustakaan sekolah.

Seiring dengan perkembangannya jaman, maka sumber belajar saya

pun ikut terpengaruh. Salah satunya saya menjadikan internet sebagai sumber

belajar. Dengan internet saya banyak mendapatkan banyak informasi yang

dapat membantu saya dalam belajar. Tidak hanya di Indonesia, tapi saya juga

dapat mengakses informasi yang ada di luar negeri yang cukup

menunjang prestasi saya dalam hal belajar.

Page 6: Cara Belajar

Cara Belajar, Motivasi Belajar, Strategi Belajar, Gaya Belajar, dan Sumber

Belajar Setelah Matrikulasi 2014

Cara Belajar

Bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Tanggung jawab merupakan tolok

ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas,

waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.

Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya. Tentukan

sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain

mendikte kamu apa yang penting.

Kerjakan dulu mana yang penting. Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang

telah kamu tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan

perhatianmu dari tujuanmu.

Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition" (bukan situasi "win-win"

lagi). "Co-opetition" merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan

"competition" (persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam belajar

bersama dan banyak memberikan masukkan /ide baru dalam mengerjakan tugas,

anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas. Dengan begini, kamu akan selalu

terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di dalam kelas.

Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu. Ketika kamu ingin

membicarakan suatu masalah akademis dengan guru/dosenmu, misalnya

mempertanyakan nilai matematika atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk

mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu sebagai guru/dosen tersebut.

Cari solusi yang lebih baik. Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan

pada hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut. Coba cara lainnya.

Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar, teman, kelompok

belajar atau dengan pembimbing akademismu. Mereka akan membantumu untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan. Dengan cara ini, belajar

akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapatkan ide-ide yang cemerlang.

Page 7: Cara Belajar

Materi diadaptasi dari:

Landsberger, Joe. Effective Habits for Effective Study

Melihat dari cara belajar yang tertulis di atas, maka akan menjadi bahan bagi

saya agar bisa merubah cara belajar saya selama ini yang kurang begitu efektif.

Dengan begitu prestasi-prestasi saya kedepannya akan lebih baik lagi.

Motivasi Belajar

Dalam membicarakan soal jenis-jenis motivasi, hanya akan dibahas dari dua

sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi saya selaku

mahasiswa (motivasi intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri saya

(motivasi ektrinsik).

1. Motivasi Intrinsik

Gage dan Berline (dalam Elida Prayitno, 1989: 11) mengemukakan bahwa

mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik aktifitasnya lebih baik dalam belajar dari

pada mahasiswa yang termotivasi secara ektrinsik. mahasiswa yang memiliki

motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktifitas yang tinggi dalam belajar.

mahasiswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan

masalah pelajaran dengan benar, atau dapat mengerjakan tugas perkuliahan secara

baik. Belajar di kelas, kelompok. Mandiri dan mengerjakan tugas-tugas menjadi

tantangan dan tanpa paksaan ia mau melakukannya.

Oleh karena saya termotivasi dari dalam diri saya sendiri maka akan muncul

tujuan saya yang sebenarnya. Tujuan yang saya inginkan dalam belajar, tanpa adanya

pengaruh dari luar seperti dari dosen, orang tua, maupun lingkungan masyarakat.

2. Motivasi Ektrinsik

Motivasi belajar dikatakan ektrinsik bila mahasiswa menempatkan tujuan

belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 151).

Mahasiswa belajar karena hendak mencapai angka tertinggi, diploma, gelar,

kehormatan, pujian, disegani, dan sebagainya.

Motivasi ektrinsik bukan berarti motivasi yang saya tidak diperlukan dan tidak

baik dalam pendidikan. Motivasi ektrinsik diperlukan agar saya sebagai mahasiswa

mau belajar. Saya berpikir bahwa di dalam kelas banyak sekali mahasiswa yang

Page 8: Cara Belajar

dorongan belajarnya memerlukan motivasi ektrinsik. Mereka memerlukan perhatian

dan pengarahan yang khusus dari dosen tidak terkecuali saya. Namun, untuk hal ini

tentunya motivasi ektrinsik tidak lagi menjadi prioritas saya sebagai mahasiswa. Saya

harus membangkitkan semangat belajar dari dalam diri sendiri untuk mencapai

kesuksesan di perguruan tinggi.

Strategi Belajar

Menurut hasil penelitian Biggs (1991), strategi belajar dapat dikelompokkan

ke dalam 3 protopie (bentuk dasar), yakni:

Strategi surface (permukaan atau bersifat lahiriah)

Strategi deep (mendalam)

Strategi achieving (pencapaian prestasi tinggi)

Mahasiswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar

karena dorongan dari luar, (ekstresik) takut tidak lulus karena takut malu. Untuk itu

gaya belajarnya santai asal hafal dan tidak mementingkan pengalaman yang

mendalam.

Sebaliknya mahasiswa yang menggunakan Deep biasanya mempelajari

materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsic). Gaya

belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta

memikirkan cara mengaplikasikannya.

Sementara itu,  mahasiswa yang menggunakan pendekatan achieving pada

umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-

enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan

dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar ini lebih

serius daripada yang menggunakan pendekatan lainnya.

Sebagai seorang mahasiswa, maka strategi belajar yang cocok untuk

diterapkan adalah strategi Deep dan strategi Hachieving. Kedua strategi ini sangat

baik untuk saya terapkan pada masa perkuliahan nanti. Akan lebih bagus lagi jika

kedua strategi belajar ini dikombinasikan satu sama lain. Strategi belajar ini

membuat saya akan lebih mudah memahami apa yang diterangkan oleh para

pendidik. Strategi-strategi ini sangat ekektif dan efisien digunakan, karena akan

Page 9: Cara Belajar

mendorong saya untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan strategi

belajar Surface sangat tidak cocok untuk digunakan. karena sebagai seorang

mahasiswa kedokteran tidak cukup jika hanya mempelajari sesuatu hal tanpa

memperdalamnya. Apa lagi mata kuliah yang akan dihadapi nantinya sangat

berhubungan erat antara satu mata kuliah dengan mata kuliah yang lain.

Gaya Belajar

Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari

menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar

berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi

(perceptual modality).

1. Visual (Visual Learners)

Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman

penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar

mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu

buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang

khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah

kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya

atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga

memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki

kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara,

keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah

menginterpretasikan kata atau ucapan.

2. Auditori (Auditory Learners )

Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran

untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini

benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau

pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan

memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini

adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki

Page 10: Cara Belajar

kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga

memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

3. Kinestetik (Kinesthetic Learners)

Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang

bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa

mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang

tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan

sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan

memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya  ini bisa menyerap informasi

tanpa harus membaca penjelasannya.

Berdasarkan penjelasan dari ketiga gaya belajar di atas , maka saya memilih

untuk mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Saya berfikir bahwa jika saya

tetap mengikuti gaya belajar saya sewaktu masih menjadi siswa di SMA, maka saya

tidak akan memiliki kemajuan yang berarti. Oleh karena itu saya harus merubah itu.

Seorang mahasiswa kedokteran dituntut harus lebih aktif mengembangkan gaya

belajarnya. Karena materi perkuliahan yang cukup padat, maka gaya belajar yang

tepat akan menentukan keberhasilan saya ke depannya. Saya berharap dengan gaya

belajar yang baru ini, pemahaman tentang belajar saya akan lebih baik lagi dari yang

sebelumnya.

Sumber Belajar

Sebagai seorang mahasiswa kedokteran dimana fakultas menerapkan metode

pembelajaran PBL (Problem Based Learning), sumber pembelajaran bagi mahasiswa

menjadi sangat penting. Sumber pembelajaran bagi mahasiswa yaitu literatur.

Ketersediaan fasilitas pustaka berupa buku, artikel, jurnal, yang semuanya digunakan

sebagai sumber belajar. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Davis dan

Harden bahwa salah satu karakteristik PBL (Problem Based Learning) adalah

mahasiswa diberi akses jangkauan sumber belajar dan dipandu dalam mencari

sumber yang tepat untuk belajar secara mandiri. Harsono juga menyebutkan bahwa

salah satu yang diperlukan dalam pelaksanaan PBL adalah ketersediaan literatur

Page 11: Cara Belajar

sebagai referensi. Referensi dapat berupa buku, jurnal, artikel dan lain-lain.

Sumber belajar selanjutnya adalah internet. Harsono menyebutkan bahwa

internet merupakan salah satu jenis referensi yang dapat digunakan dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Internet menjadi sangat bermanfaat

karena mahasiswa dapat mengakses berbagai informasi tak terbatas dari internet.

Internet dapat di akses diberbagai tempat dan informasi yang didapatkan bersifat up

to date. Internet bermanfaat sebagai sumber belajar mahasiswa dalam pelaksanaan

pembelajaran PBL (Problem Basead Learning).

Selain itu yang turut andil sebagai sumber belajar bagi mahasiswa adalah

dosen .Dosen memiliki peran dalam terlaksananya sistem PBL (Problem Based

Learning). Peran dosen dalam PBL tidak lagi hanya sebagai seorang pengajar namun

juga berperan sebagai fasilitator atau tutor dalam diskusi tutorial. Tutor berfungsi

sebagai fasilitator dalam pembelajaran PBL. Terdapat beberapa fungsi utama tutor

yaitu menjaga agar proses belajar tetap berjalan, memancing mahasiswa belajar

secara mendalam, memastikan semua mahasiswa terlibat dalam proses belajar,

memantau kemajuan belajar dari tiap-tiap anggota kelompok, dan memberi tahu hal

yang mampu mendorong mahasiswa dalam menggali kasusnya. Tutor juga berfungsi

untuk menstimulasi elaborasi, menstimulasi integrasi pengetahuan mahasiswa,

menstimulasi interaksi antar mahasiswa dengan

menanyakan beberapa pertanyaan, klarifikasi, atau aplikasi pengetahuan.

Namun demikian, perlu digaris bawahi bahwa tutor tidak diperkenankan memberi

tahu secara langsung ilmu pengetahuan yang dimilikinya, karena pada

prinsipnya fungsi tutor adalah sebagai fasilitator proses belajar sehingga

tercipta proses belajar yang aktif dan dinamis.

Oleh karena itu saya sebagai mahasiswa harus bersikap aktif untuk

mendapatkan informasi atau bahan pembelajaran dari semua sumber belajar tersebut.

Hal itu sangat wajib saya lakukukan karena akan sangat mempengaruhi dari nilai

atupun pengetahuan saya ke depannya.

Page 12: Cara Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Verdika, S. dkk, April 2009,“Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK

UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan

kontekstual dalam PBL”. Vol.4, No.1. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi

Kesehatan Indonesia.