cadangan
TRANSCRIPT
![Page 1: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/1.jpg)
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul : Menyaring Limbah Cair Industri Logam Berat Mengunakan Membran Silika Nanopori dari Ampas Tebu
2. Bidang : KKTM
3. Ketua Pelaksanaa. Nama : Rudini Mulyab. NIM : 41610010035c. Jurusan : Teknik Industrid. Universitas : Mercu Buanae. Alamat : JL. Raya Meruya Selatan Kembangan, Jakarta Baratf. Telepon : 021 – 584 0816
4. Anggota Pelaksanaa. Nama : Ismab. NIM : 41610010049c. Jurusan : Teknik Industrid. Universitas : Mercu Buanae. Alamat : JL. Raya Meruya Selatan Kembangan, Jakarta Baratf. Telepon : 021 – 584 0816
5. Dosen Pembimbinga. Nama Lengkap : Ir. Atep Afia Hidayat MP., M.Si.b. NIP : 192660068c. Jabatan : Pembina Kemahasiswaand. Alamat : Komplek Sekretariat Negara D.9 No. 28
Tangerang 15143.
Disahkan di : JakartaTanggal :
Direktur KemahasiswaanUniversitas Mercu Buana
Dosen Pembimbing
Dosen.NIP.
Ir. Atep Afia Hidayat MP., M.Si.NIP. 192660068
Universitas Mercu Buana Page | 1
![Page 2: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/2.jpg)
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama : Rudini Mulya
Nama Panggilan : Rudini
Tempat, Tanggal Lahir : Manambin ( MEDAN), 12 April 1990
Alamat : Jl. Raden Fatah No.75 Rt 001 / 005 Kec.Ciledug-Tangerang 15153
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : WNI
No. HP : 021 – 97882617 / 081315583304
E – Mail : [email protected]
Hobi : Organisasi, Membaca dan Musik.
Latar Belakang Pendidikan
Universitas Mercu Buana, Fakultas Teknologi Industri.
Program Studi Teknik Industri (Semester II) 2010 – 2014
SMA N 1 Megang Sakti, Palembang 2006 – 2009
SMP N 2 Batin / VIII, Jambi 2003 – 2006
Universitas Mercu Buana Page | 2
![Page 3: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/3.jpg)
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama : Isma Rindiyani
Nama Panggilan : Isma
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta ,21 februari 1993
Alamat : Jln.rasamala 3 no.12 menteng dalam,tebet,Jakarta selatan
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : WNI
Telp.Rumah/ HP : 085716044937
E – Mail : [email protected]
Hobi : Organisasi,mendengrkan musik,jalan-jalan.
Latar Belakang Pendidikan
Universitas Mercu Buana, Fakultas Teknologi Industri.
Program Studi Teknik Industri (Semester II) 2010 – 2014
SMA Darul ma’arif 2007 – 2010
SMP N 86 2004 – 2007
SD N 01 pagi pondok kelapa 1998 - 2004
TK. Budi Bhakti tebet 1997 - 1998
Universitas Mercu Buana Page | 3
![Page 4: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/4.jpg)
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan program Kompetisi Karya
Tulis Mahasiswa yang diadakan oleh Direktorat Kemahasiswaan Universitas Mercubuana
(DIRMAWA).
Dalam pengerjaan Karya Tulis ini penulis mengambil bidang ilmu IPA dengan memilih
topik yang berjudul Menyaring Limbah Cair Industri Logam Berat Menggunakan Membran
Silika Nanopori Dari Ampas Tebu . Karya Tulis ini tidak dapat penulis selesaikan dengan
baik tanpa bantuan dan dorongan yang sangat berharga dari berbagai pihak, baik secara moril
maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya yang telah diberikan
2. Orangtua dan keluarga penulis atas doa, nasehat dan bimbingan moral maupun ma-
teril.
3. Ir. Atep Afia Hidayat MP., M.Si.
Selaku Dosen Pembimbing.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per-
satu.
Harapan penulis semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih
jauh dari kata sempurna, karena dalam Karya Tulis ini masih banyak sekali kekurangannya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan segala saran dan kritik bagi para pembaca,
yang sifatnya membangun guna kesempurnaan Karya Tulis ini.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
Universitas Mercu Buana Page | 4
![Page 5: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/5.jpg)
DAFTRAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………
Daftar Isi ……………………………………………………
Ringkasan ……………………………………………………
Bab I Pendahuluan ……………………………………………………
1.1. Latar Belakang ……………………………………………
1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………
1.3. Gagasan ……………………………………………
1.4. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………
Bab II Telaah Pustaka ……………………………………………
2.1. Tebu ……………………………………………
2.2. Botani Tebu……………………
2.3. Ampas Tebu ……………………………………
2.4. Kandungan Tebu ……………………………………
Bab III Metode Penulisan ……………………………………………
BAB IV Analisis dan Sintesis ……………………………………
4.1. R ……
4.2. P ……………………………
4.3. P
Bab V Simpulan dan Saran ……………………………………………
5.1. Simpulan ……………………………………………………
5.2. Saran ……………………………………………………
Universitas Mercu Buana Page | 5
![Page 6: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/6.jpg)
RINGKASAN
Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam dari sektor perkebunan.
Berbagai jenis perkebunan yang dapat menjadi komoditi ekspor dapat ditemukan di Indonesia
seperti perkebunan tebu,tembakau, karet, kelapa sawit, perkebunan buah-buahan dan
sebagainya. Kemajuan teknologi dan perkembangan kegiatan industri, selain membawa
dampak positif juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan jika tidak arif dalam
penggunaannya. Limbah yang sangat berbahaya dan memiliki daya racun tinggi umumnya
berasal dari hasil buangan industri, terutama industri logam berat.
Limbah industri yang mengandung logam berat tidak dapat dibuang langsung ke
sungai, waduk atau laut karena keberadaan logam berat sangat berbahaya bagi kehidupan
manusia, hewan, dan lingkungan. Beberapa industri pelapisan logam di indonesia
menghadapi kesulitan untuk menangani limbah proses Hard Chrome yang memiliki
kandungan krom (Cr) sebesar 75900 mg/L dan besi (Fe) sebesar 18610 mg/L. Beberapa jenis
logam lain yang juga terdapat dalam limbah proses Hard Chrome perusahaan tersebut adalah
tembaga (Cu) dan mangan (Mn) dengan kadar 777 mg/L dan 92.5 mg/L (Soemantojo, 2005).
Dengan pertimbangan kadar logam, terutama Cr dan Fe yang sangat tinggi dari limbah
industri yaitu dengan komposisi 75900 mg/L Cr, 777 mg/L Cu, 18610 mg/L Fe, dan
92.5mg/L Mn, maka dilakukan penelitian untuk memisahkan logam-logam tersebut dari
limbah cair dengan penyaringan membran (Mallia dan Till, 2003).
Pembuatan membran silika nanopori dengan bahan dasar ampas tebu ini merupakan
wujud pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi. Tebu (Saccharum
officinarum L.) merupakan tanaman yang melimpah di Indonesia. Proses ekstraksi cairan tebu
memiliki hasil samping berupa ampas tebu (baggase) sebesar 90%, sedangkan gula yang
dimanfaatkan hanya 5%, dan sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air (Witono, 2003;
Misran, 2005). Jumlah ampas tebu yang melimpah tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan membran silika nanopori. Kandungan silika pada ampas tebu
sebesar 62.748% sudah memenuhi kriteria untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan
membran (Wibowo, 1998).
Dari aspek sosial Dengan adanya aktifitas budidaya tentunya keuntungan yang bisa
didapatkan diantaranya; berkurangnya jumlah pengangguran, meningkatnya pendapatan
masyarakat, bertambahnya pendapatan asli daerah (PAD), persaingan usaha semakin ketat
sehingga roda perekonomian akan terus berjalan dan terciptanya iklim usaha yang kondusif
Universitas Mercu Buana Page | 6
![Page 7: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/7.jpg)
dan pada akhirnya akan tercipta kesejahteraan hidup masyarakat. Menghemat biaya untuk
transportasi dan penimbunan limbah, Mengurangi volume/ukuran limbah, Memiliki nilai jual
yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek ekologis, ampas tebu memberikan banyak manfaat terhadap lingkungan
sekitarnya antara lain adalah dapat menyaring limbah cair industri logam berat,Selain untuk
mendapatkan keuntungan secara ekonimis, diharapkan usaha pemamfaatan ampas tebu ini
juga merupakan salah satu cara untuk melestarikan lingkungan itu sendiri dan juga turut serta
dalam upaya mengembangkannya yaitu melalui memanfaatkan kecanggihan ilmu
pengetahuan dan teknologi misalnya dengan teknik efisiensi dan sistem sintesis.
Aspek biologis, ampas tebu memiliki kadar bahan organik sekitar 90%, kandungan N
0.3%, P2O5 0.02%, K2O 0.14%, Ca 0.06%, dan Mg 0.04% (Toharisman, 1991). Pemberian
kompos campuran bagase, blotong, dan abu boiler pabrik pengolahan tebu dapat
meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan K dalam tanah, kadar bahan organik, pH tanah,
serta kapasitas menahan air (Ismail, 1987). Hasil penelitian Riyanto (1995) menunjukkan
bahwa pemberian kompos bagase 4-6 ton/ha dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK pada
tanaman hingga 50%.
Aspek dampak lingkungan, sebagaimana biasanya, budidaya pasti mensyaratkan lokasi
yang bebas dari polusi dan pencemaran .ampas tebu dapat Mengurangi polusi udara karena
pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat
bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah,Mengurangi kebutuhan lahan untuk
penimbunan.Dengan demikian budidaya rumput laut ini tidak mencemari dan merusak
lingkungan disekitar.
Preparasi membran silika nanopori dengan CTAB (surfaktan nonionik) dan pengadukan
ultrasonik dilakukan agar pori membran yang terbentuk berukuran nano. Pori-pori membran
yang berukuran nano bertujuan agar membran dapat menjerap semua jenis logam berat yang
terkandung dalam limbah industri.
Hasil pembuangan limbah industri yang telah melewati membran sudah terbebas dari
logam berat yang dapat mencemari lingkungan. sehingga membran silika nanopori berbahan
dasar ampas tebu ikut berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan biota air. Pembuatan
Universitas Mercu Buana Page | 7
![Page 8: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/8.jpg)
membran silika nanopori ini juga merupakan bentuk dorongan dan stimulus kepada berbagai
pihak yang memiliki otoritas dan daya dukung dalam mengembalikan kestabilan ekosistem
perairan akibat pencemaran industri logam berat.
Karakteristik dan Komposisi Ampas Tebu
Ampas tebu memiliki bulk density sekitar 7,5 lbs/cub atau 0,125 gr/cm3, moisture content sekitar
48% menurut Hugot (HandBook of Cane Sugar Engineering, 1986). Nilai di atas diambil dari
penelitian terhadap ampas tebu basah. Ampas tebu basah memiliki kapasitas kalor dalam jumlah
yang besar. Kalor yang dihasilkan ampas tebu mempunyai 2 jenis kalor, yaitu : GCV (Gross
Calorific Value) dan NCV (Net calorific Value).
Karakteristik Kimia
Abu ampas tebu (bagasse ash) adalah hasil pembakaran secara kimiawi dari pembakaran ampas
tebu, terdiri dari garam-garam anorganik. Pada saat ampas tebu dibakar pada boiler, perubahan
menjadi klinker dengan perubahan warna menjadi warna cerah keunguan. Pada pembuatan
keramik dari ampas tebu, dimana keramik dipanaskan pada suhu 500oC sampai meningkat
menjadi 700oC sampai berat abu menjadi konstan sehingga dapat diketahui komposisi abu ampas
tebu yang terkandung didalamnya adalah 73,8%.
Abu Ampas Tebu sebagai Fly Ash
Fly ash merupakan abu pembakaran batu bara pada pembangkit tenaga listrik, yang berubah
bentuk pada cerobong asap. Fly ash terdiri atas partikel yang berdiameter sampai 50 Gm dan lolos
ayakan 45 Gm (Tattershall G. M., and Banfill P. F. G., “ The Rheologhy of Fresh Concrete”1983)
ASTM C 618 dan Canadian Standard Asociation (CSA) A 23,5 memberikan 2 jenis fly ash yaitu
tipe F dan tipe C. Secara umum perbedaan kedua tipe ini adalah pada sumbernya, yaitu batu bara.
Tapi secra khusus, perbedaan yang nyata adalah komposisi kimia yang terkandung pada fly ash.
Universitas Mercu Buana Page | 8
![Page 9: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam dari sektor perkebunan.
Berbagai jenis perkebunan yang dapat menjadi komoditi ekspor dapat ditemukan di Indonesia
seperti perkebunan tebu, tembakau, karet, kelapa sawit, perkebunan buah-buahan dan
sebagainya.Diantara semua jenis perkebunan di Indonesia tersebut, perkebunan tebu.
Produksi gula tebu yang terus meningkat, dengan total tebu yang dihasilkan sebesar
24.044.531 ton, dengan produksi kristal gula sebesar 1.690.406 ton dari areal seluas 340.377
ha selama tahun 2000 dari seluruh pabrik di Indonesia ( P3GI, “Statistik Produksi Gula
Indonesia”, Pasuruan.2000). Tetapi angka tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan
Indonesia akan gula.
Kemajuan teknologi dan perkembangan kegiatan industri, selain membawa dampak
positif juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan jika tidak arif dalam
penggunaannya. Tumbuh pesatnya industri juga menyebabkan semakin banyak limbah yang
dikeluarkan dan mengakibatkan permasalahan yang kompleks bagi lingkungan. Limbah yang
sangat berbahaya dan memiliki daya racun tinggi umumnya berasal dari buangan industri,
terutama industri logam berat. Oleh karena itu, proses penanganan limbah menjadi bagian
yang sangat penting dalam industri. Logam berat tergolong limbah B3 yang pada kadar
tertentu dapat membahayakan lingkungan sekitarnya karena bersifat toksik bagi hewan dan
manusia (La Grega, 2001). Salah satu contoh industri penghasil limbah yang mengandung
persenyawaan logam berat adalah industri pelapisan logam. Industri ini menggunakan
senyawa logam berat sebagai zat pewarna dan pelapis, terutama logam krom dalam jumlah
yang cukup besar. Salah satu proses yang menghasilkan limbah krom dalam jumlah besar
adalah proses Hard Chrome (Soemantojo, 2005).
Limbah industri yang mengandung logam berat tidak dapat dibuang langsung ke sungai,
waduk atau laut karena keberadaan logam berat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia,
hewan, dan lingkungan. Limbah yang akan dibuang, kadar logamnya tidak boleh melewati
batas kadar maksimum yang diperbolehkan oleh regulasi pemerintah
(KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri) agar
Universitas Mercu Buana Page | 9
![Page 10: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/10.jpg)
tidak mencemari lingkungan. Kadar maksimum Cr, Cu, Fe, dan Mn dalam limbah industri
yang diperbolehkan berturut-turut adalah 0.5 mg/L, 2 mg/L, 5 mg/L, dan 2 mg/L. Beberapa
industri pelapisan logam di Jakarta menghadapi kesulitan untuk menangani limbah proses
Hard Chrome yang memiliki kandungan krom (Cr) sebesar 75900 mg/L dan besi (Fe) sebesar
18610 mg/L. Beberapa jenis logam lain yang juga terdapat dalam limbah proses Hard
Chrome perusahaan tersebut adalah tembaga (Cu) dan mangan (Mn) dengan kadar 777 mg/L
dan 92.5 mg/L (Soemantojo, 2005). Dengan pertimbangan kadar logam, terutama Cr dan Fe
yang sangat tinggi dari limbah industri yaitu dengan komposisi 75900 mg/L Cr, 777 mg/L
Cu, 18610 mg/L Fe, dan 92.5mg/L Mn, maka dilakukan penelitian untuk memisahkan logam-
logam tersebut dari limbah cair dengan penyaringan membran (Mallia dan Till, 2003).
Membran berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul,
menahan partikel yang berukuran lebih besar dari pori-pori membran, dan melewatkan
partikel yang berukuran lebih kecil (Mulder, 1996). Penggunaan membran silika dari bahan
dasar ampas tebu merupakan solusi yang efisien dan tepat untuk pengolahan limbah industri,
karena membran ini dibuat dengan ukuran nanopori sehingga dapat menjerap semua logam
berat yang terkandung dalam limbah industri.
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang hanya dapat hidup di
daerah yang beriklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal 232 ribu
hektar yang 67.74% diantaranya terdapat di Pulau Jawa, Medan, Lampung, Semarang, Solo,
dan Makasar (Misran, 2005; Departemen Pertanian, 2004). Menurut Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat tahun 2006, perkebunan tebu menempati luas areal 12024.31 hektar,
dengan produksi tebu mencapai 64169.06 ton. Dari seluruh perkebunan tebu yang ada di
Indonesia, 50% diantaranya adalah perkebunan rakyat, 30% perkebunan swasta, dan hanya
20% perkebunan negara. Tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik-pabrik gula
(PG). Dalam proses produksi di pabrik-pabrik gula (PG), ampas tebu (baggase) dihasilkan
sebesar 90%, sedangkan gula yang dimanfaatkan hanya 5%, dan sisanya berupa tetes tebu
(molase) dan air (Witono, 2003; Misran, 2005).
Berdasarkan data tersebut, limbah tebu dengan jumlah yang melimpah akan
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan membran silika nanopori. Hal ini dilakukan
sebagai wujud pemanfaatan limbah agar menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi dan
bermanfaat bagi masyarakat. Wibowo (1998) menemukan bahwa sebesar 62.748% silika
diperoleh dari ampas tebu yang telah dibakar pada temperatur 200-300oC selama 2 jam.
Universitas Mercu Buana Page | 10
![Page 11: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/11.jpg)
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ampas tebu dapat dijadikan membran silika nanopori sebagai salah satu bahan
penyaring limbah cair industri logam berat ?
Apakah pemamfaatan ampas tebu dapat dikembangkan secara luas oleh pabrik-pabrik
gula di Indonesia ?
Bagaimana cara membuat membran silika nanopori dari ampas tebu ?
Bagaimana pengaruh penggunaan membran silika nanopori dari ampas tebu sebagai
bahan penyaring limbah cair industri logam berat ?
1.3. Gagasan
1.3.1. Definisi Ampas Tebu Sebagai Penyaring Limbah Industri Logam Berat
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk
bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.
Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam
sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak
dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007e). Ampas tebu atau
lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi
(pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 –
40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Husin
(2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu
giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula
Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57
pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b),
sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton.
Definisi Ampas tebu (baggase) adalah campuran dari serat yang kuat
dengan jaringan parenchyma yang lembut, yang mempuyai tingkat higroskopis
yang tinggi, dihasilkan melalui penggilingan tebu. Pada proses penggilingan tebu
terdapat 5 kali proses dari batang tebu sampai ampas tebu. Pada proses
penggilingan pertama dan kedua dihasilkan ampas tebu basah, hingga pada
Universitas Mercu Buana Page | 11
![Page 12: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/12.jpg)
penggilingan terakhir dihasilkan ampas tebu yang kering. Namun, sebanyak 60%
dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar,
bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan
lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut
belum dimanfaatkan (Husin, 2007). Ampas tebu sebagian besar mengandung
ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter
sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk
diolah menjadi papan-papan buatan. Bagase mengandung air 48 - 52%, gula
rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagase tidak dapat larut dalam
air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Husin, 2007).
1.3.2. Karakteristik dan Komposisi Ampas Tebu
Ampas tebu memiliki bulk density sekitar 7,5 lbs/cub atau 0,125 gr/cm3,
moisture content sekitar 48% menurut Hugot (HandBook of Cane Sugar
Engineering,1986). Nilai di atas diambil dari penelitian terhadap ampas tebu
basah. Ampas tebu basah memiliki kapasitas kalor dalam jumlah yang besar.
Kalor yang dihasilkan ampas tebu mempunyai 2 jenis kalor, yaitu : GCV (Gross
Calorific Value) dan NCV (Net calorific Value). GCV merupakan total
pembakaran ampas tebu dan sumber kalor berasal dari selisih kalor akibat uap air
yang keluar pada saat terjadi pembakaran dengan kalor yang dihasilkan dengan
proses pengembunan. Pada ampas tebu yang baru hasil penggilingan mempunyai
kelembapan rata-rata 50%.Untuk komposisi ampas tebu secara umum ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 2. struktur ampas tebu (Lacey, J .. The Microbicloby of the baggase of
Sugar Cane- Proc. Of XVII Congress Of ISSCT)
No. Komponen Berat Kering ( % )
1. Sellulosa 26 – 43%
2. Hemiselulosa 17 – 23 %
3. Pentosan 20 – 33 %
4. Lignin 13 – 22 %
5. Abu 2 - 3,82 %
6. Pentosan 20 - 27,97%
7. SiO2 3,01%
Universitas Mercu Buana Page | 12
![Page 13: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/13.jpg)
Karakteristik Kimia Ampas Tebu
Abu ampas tebu (bagasse ash) adalah hasil pembakaran secara kimiawi dari
pembakaran ampas tebu, terdiri dari garam-garam anorganik. Pada saat ampas
tebu dibakar pada boiler, perubahan menjadi klinker dengan perubahan warna
menjadi warna cerah keunguan. Pada pembuatan keramik dari ampas tebu,
dimana keramik dipanaskan pada suhu 500oC sampai meningkat menjadi 700oC
sampai berat abu menjadi konstan sehingga dapat diketahui komposisi abu ampas
tebu yang terkandung didalamnya adalah 73,8%.
Abu Ampas Tebu sebagai Fly Ash
Fly ash merupakan abu pembakaran batu bara pada pembangkit tenaga listrik,
yang berubah bentuk pada cerobong asap. Fly ash terdiri atas partikel yang
berdiameter sampai 50 Gm dan lolos ayakan 45 Gm (Tattershall G. M., and
Banfill P. F. G., “ The Rheologhy of Fresh Concrete”., 1983) ASTM C 618 dan
Canadian Standard Asociation (CSA) A 23,5 memberikan 2 jenis fly ash yaitu tipe
F dan tipe C. Secara umum perbedaan kedua tipe ini adalah pada sumbernya, yaitu
batu bara. Tapi secra khusus, perbedaan yang nyata adalah komposisi kimia yang
terkandung pada fly ash. Pada tipe F, komposisi kimia yangdiberikan yaitu :
SiO2.Al2O3-Fe2O3 J 70 %, dan untuk kadar CaO rata-rata kurang dari 8%.
Sedangkan tipe C, untuk komposisi yang sama SiO2.Al2O3-Fe2O3 antara 50 –
70%. Pada abu ampas tebu, komposisi SiO2.Al2O3-Fe2O3 berkisar 70 – 80%.
1.5. Tujuan dan Manfaat penulisan
Peningkatan nilai guna dan nilai ekonomis dilakukan dengan memanfaatkan limbah
tebu menjadi bahan dasar pembuatan membran silika nanopori yang berdaya jual tinggi.
Selain itu, hasil penyaringan limbah melalui teknologi membran ini akan menghasilkan
kualitas air yang terbebas dari kandungan logam berat sehingga dapat menjamin keselamatan
ekosistem perairan serta tidak membahayakan manusia. Selain itu bagi berbagai pihak, seperti
pemerintah, industri gula, industri kimia, kalangan industri pada umumnya, masyarakat, dan
bagi akademisi. Manfaat tersebut di antaranya:
Universitas Mercu Buana Page | 13
![Page 14: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/14.jpg)
1. Pemerintah dapat mengembangkan limbah tebu secara lebih optimum sehingga dapat
menambah penghasilan negara.
2. Pengembangan produk membran silika nanopori akan memicu jiwa kreatif dan
inovatif industri gula untuk meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari ampas
tebu.
3. Industri kimia, industri logam berat, dan kalangan industri pada umumnya dapat men-
gatasi penjerapan logam berat dengan menggunakan membran silika nanopori ini se-
hingga bisa menjadi solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan limbah industri
saat ini.
4. Masyarakat sekitar kawasan industri memperoleh lingkungan perairan yang sudah ter-
bebas dari logam berat yang berbahaya bagi makhluk hidup.
5. Kalangan akademisi dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menjadikan
tulisan ini sebagai bahan rujukan dalam membuat karya tulis lainnya. Membran silika
nanopori ini bermanfaat sebagai sistem penjerap logam berat pada limbah industri,
sehingga bisa menjadi solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan limbah industri
saat ini dan menjaga kelestarian biota air.
Universitas Mercu Buana Page | 14
![Page 15: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/15.jpg)
BAB 11
TELAAH PUSTAKA
2.1 Tebu ( Saccharum Officinarum )
Tebu merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumput-rumputan (Gramineae), Batang
tanaman tebu memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun.
Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam sepanjang 11- 12 bulan. Tanaman ini berasal
dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar
2.2 Botani Tebu ( Saccharum Officinarum )
Klasifikasi botani tanaman tebu adalah sebagai berikut ( slamet,2004 ):
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminalisesar
Familia : Gramineae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum
Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus, tidak bercabang dan tumbuh
tegak.tanaman yang tumbuh baik tinggi batangnya dapat mencapai 3- 5 meter atau lebih.
Termasuk dalam jenis rumput-rumputan bertahunan,besar, tinggi sistem perakaran
besar,menjalar,batang kokoh, dan terbagi kedalam ruas-ruas; ruas beragam panjangnya 10-30
cm,menggembung,menggelondong,atau menyelindiris.pada batangnya terdapat lapisan lilin
yang berwarna putih keabu-abuan daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan
yang berseling (penebar swadaya, 2000).
Universitas Mercu Buana Page | 15
![Page 16: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/16.jpg)
Beberapa kondisi lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan tanaman tebu antara lain :
a) Berada pada daerah tropis yang basah (35o LS dan 39o LU), dengan topografi 0 –
1400 mdpl.
b) CH 200 mm/bulan pada 5-6 bulan berturut-turut, 125 mm/bulan 2 bulan transisi dan
kurang 75 mm/bulan pada 4-5 bulan berturut-turut.
c) Kecepatan angin kurang dari 10 km/jam.
d) Suhu udara 24-30 oC, dengan beda suhu siang dan malam tidak lebih dari 10 oC.
e) Bentuk areal datar hingga berombak dengan kemiringan lereng kurang dari 2 %.
f) Kedalaman jeluk efektif minimal 50 cm.
g) Tekstur tanah sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman
and Brady, 1960) adalah lempung, lempung berpasir, lempung berdebu, liat berpasir,
liat berlempung, liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar
sampai halus.
h) pH tanah optimal pada 6-7.
i) Status hara bagi tanaman tebu dengan kriteria N total > 1,5, P2O5 tersedia > 75 ppm,
K2O tersedia > 150 ppm dan kejenuhan Al < 30 %.
2.3 Ampas tebu ( bagase )
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi
(pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – 40% dari berat
tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Husin (2007) menambahkan, berdasarkan
data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan
sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari
Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57
pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas tebu
yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari ampas
Universitas Mercu Buana Page | 16
![Page 17: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/17.jpg)
tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas,
bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan
sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan (Husin, 2007).
2.4 Kandungan Tebu
Komponen kimia serat sabut tebu dan beberapa serat penting lainya dapat dilihat pada tabel
No Serat Lignin( % )
Selulosa( % )
Hemiselulosa( %)
1. Tandan Sawit 19 65 -
2. Mesocrap Sawit 11 60 -
3. Sabut Tebu 40-50 32-43 0,15-0,25
4. Pisang 5 63-64 19
5. Sasal Okt-14 66-72 12
6. Daun Nanas 12,7 81,5 0
Sumber : Kliwon (2002 ).
Bila tebu dipotong akan terlihat serat jaringan pembuluh ( vascular bundle ) dan sel
parenkim serta terdapat cairan yang mengandung gula.serat dan kulit batang sekitar 12,5 dari
berat tebu.dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40 % dari berat tebu yang
digiling ( penebar swadaya, 2000)
Sifat mekanis ampas tebu
sifat mekanis ampas serat sabut tebu dan beberapa serat penting lainya dapat ditunjukkan pada tabel.
Tabel.sifat mekanis beberapa serat penting.
No Serat Kekuatan Tarik(Mpa )
Pemanjangan( % )
Kekerasan( Mpa )
1. Tandan Sawit 248 14 2000
2. Mesocrap Sawit 80 17 500
3. Sabut Tebu 140 25 3200
4. Pisang 540 3 816
5. Sasal 580 4,3 1200
6. Daun Nanas 640 2,4 970
Universitas Mercu Buana Page | 17
![Page 18: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/18.jpg)
Menurut Husin (2007) hasil analisis serat bagas adalah seperti dalam Tabel 2. berikut:
Tabel 2. Komposisi kimia ampas tebu
Kandungan Kadar (%)Abu
Lignin
Selulosa
Sari
Pentosan
SiO2
3,82
22,09
37,65
1,81
27,97
3,01
Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar
bagi pabrik yang bersangkutan, setelah ampas tebu tersebut mengalami pengeringan.
Disamping untuk bahan bakar, ampas tebu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada
industri kertas, particleboard, fibreboard, dan lain-lain (Indriani dan Sumiarsih, 1992).
Kegiatan pembangunan kawasan industri dan pertambangan berdampak positif bagi
masyarakat luas, yaitu menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun,
keberhasilan tersebut diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan
lingkungan. Pembangunan kawasan industri menimbulkan permasalahan lingkungan bagi
masyarakat sekitarnya, yaitu pencemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) melalui
limbahnya. Limbah industri yang dibuang ke badan air atau sungai dan lingkungan sekitarnya
dapat mencemari tanah dan air.
Pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi industri banyak mengandung bahan
berbahaya, misalnya logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan plumbo (Pb).
Jenis logam berat tersebut cenderung meningkatkan kasus keracunan dan gangguan kesehatan
masyarakat (Sugijanto et al, 1991). Hal yang menyebabkan logam berat menjadi bahan
pencemar yang berbahaya itu karena logam berat tidak dapat dihancurkan (nondegradable)
oleh organisme hidup, sehingga terakumulasi ke lingkungan. Hasil akumulasi tersebut
mengendap di dasar perairan dan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan
anorganik secara adsorpsi dan kombinasi. Biota di perairan yang tercemar logam berat dapat
mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Semakin tinggi kandungan
Universitas Mercu Buana Page | 18
![Page 19: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/19.jpg)
logam berat dalam perairan maka semakin tinggi kandungan logam berat yang terakumulasi
dalam tubuh hewan tersebut (Rai et al, 1981).
Industri penghasil limbah yang mengandung persenyawaan logam berat terbanyak
adalah industri pelapisan logam, yang menggunakan senyawa logam berat sebagai zat
pewarna dan pelapis. Beberapa industri pelapisan logam di Jakarta menghadapi kesulitan
untuk menangani limbah proses Hard Chrome yang memiliki kandungan krom (Cr) sebesar
75900 mg/L dan besi (Fe) sebesar 18610 mg/L. Beberapa jenis logam lain yang juga terdapat
dalam limbah proses Hard Chrome perusahaan tersebut adalah tembaga (Cu) dan mangan
(Mn) dengan kadar 777 mg/L dan 92.5 mg/L (Soemantojo, 2005).
Dampak dari limbah industri logam berat di Jakarta tersebut diperkuat lagi dengan data
yang tertulis dalam surat kabar harian Pikiran Rakyat pada tanggal 30 Desember 2009 bahwa
sekitar 60% Sungai Citarum tercemar oleh limbah industri kimia, peternakan, dan pertanian,
sisanya merupakan limbah organik dan rumah tangga. Tidak hanya menjadikan air keruh,
biota perairan terutama ikan akan mati akibat logam berat yang terakumulasi dalam waduk.
Dari hasil penelitian yang dilakukan PT Indonesia Power bersama Pusat Penelitian Sumber
Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran, Bandung, pada tahun 2004
menerangkan bahwa kualitas air Waduk Saguling sudah di atas ambang batas normal. Salah
satu contohnya, pada kandungan merkuri (Hg) yang mencapai angka 0,236. Pada
kenyataannya standar baku mutu menunjukkan bahwa angka aman bagi kandungan merkuri
hanya adalah 0,002. Logam merkuri tersebut berasal dari pakan ikan dan industri plastik,
sedangkan logam berat lainnya berasal dari pabrik tekstil untuk proses pewarnaan kain.
Akumulasi logam berat ini yang akan menjadi masalah besar di masa mendatang. Pada saat
ini air dari Waduk Saguling tidak layak lagi dimanfaatkan untuk konsumsi, pertanian, dan
perikanan (Citarum Fact Sheet, 2010).
Universitas Mercu Buana Page | 19
![Page 20: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/20.jpg)
BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan karya tulis ini dimulai dengan pencarian data-data dan informasi berupa
pengamatan secara langsung serta data sekunder yang berasal dari surat kabar, buku-buku
teks, jurnal-jurnal, laporan hasil penelitian, dan artikel-artikel dari internet. Dalam
menyelesaikan masalah, karya tulis ini didekati dengan studi literatur dan komunikasi
personal agar didapatkan gambaran yang nyata tentang permasalahan.
Proses selanjutnya adalah pembuatan outline, yang berisi ide-ide umum yang akan
dimuat dalam tulisan ini. Hal ini berguna untuk membatasi karya tulis agar sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Outline juga mempermudah proses data collecting (pengumpulan
data).
Data-data dan informasi yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sesuai dengan
outline, tema, dan tujuan penulisan. Hasil pengolahan ditulis berdasarkan Pedoman Umum
Penyelenggaraan Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tingkat Perguruan
Tinggi/Wilayah/Nasional.
Pembahasan tulisan ini dilakukan berdasarkan literatur dan fakta yang ada di
lapangan, untuk diarahkan pada tujuan penulisan. Pengambilan kesimpulan menggunakan
metode induksi dan deduksi. Saran dirumuskan berdasarkan fakta yang ada dengan
kesimpulan yang diperoleh untuk menciptakan kondisi yang lebih baik.
Universitas Mercu Buana Page | 20
![Page 21: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Membran Silika Nanopori
Pengolahan limbah industri telah banyak dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
secara kimia menggunakan koagulan, secara fisika dengan adsorpsi menggunakan arang aktif,
dan secara biologi menggunakan mikroba (Forlink, 2000). Namun, metode tersebut memiliki
beberapa kekurangan. Pengolahan limbah secara kimia menggunakan koagulan akan
menghasilkan lumpur dalam jumlah yang relatif besar, sehingga membutuhkan pengolahan
lebih lanjut terhadap lumpur yang terbentuk. Penggunaan arang aktif dalam pengolahan
limbah meskipun sangat efektif, tetapi memerlukan biaya yang cukup tinggi karena harganya
relatif mahal, terutama jika digunakan dalam skala besar atau konsentrasi limbah yang tinggi
(Manurung et al., 2004).
Selain dari penggunaan secara kimia tersebut, menurut Baker (2004), pada sistem filter
industri sering digunakan membran yang memiliki banyak kekurangan. Kekurangannya
berada pada proses produksi yang juga mahal atau sulitnya menghasilkan kulitas produk
membran yang baik. Contoh membran sintetis yang sering dipergunakan dalam proses
industri terdiri dari dua jenis yaitu membran isotropik dan membran anisotropik. Membran
isotropik terdiri dari mikroporos membran (membran berpori), dense membran (membran
film tipis), dan membran elektrik (gabungan dari mikroporos dan film tipis), sedangkan
membran anisotropik adalah membran yang sangat tipis yaitu dengan ketebalan 20 µm.
Contoh membran isotropik yang biasa digunakan dalam proses industri adalah zeolit karena
memiliki struktur mikroporos. Namun, tipe membran jenis ini memiliki kekurangan yaitu
sulit dihasilkan, memerlukan biaya yang tinggi terutama dalam pembuatan zeolitnya, dan
seringkali kurang efektif menyaring logam berat yang saat ini sudah mendominasi kandungan
limbah industri. Hal ini terjadi karena tidak tersedianya senyawa zeolit yang natural sehingga
zeolit hidrofobik perlu disintesis lebih lanjut menjadi membran mikroporos (Jurgen, 2005).
Ukuran membran yang dibuat, dibentuk dengan ukuran nanometer sehingga pori-pori
yang berukuran nano tersebut dapat menjerap logam-logam berat yang melewati sistem filter
limbah industri. Sistem membran yang digunakan untuk operasi-operasi pengolahan limbah
memiliki banyak keunggulan, yaitu diantaranya tidak membutuhkan energi yang terlalu besar
karena tidak melibatkan perubahan fase dan tidak terlalu menggunakan energi dalam bentuk
Universitas Mercu Buana Page | 21
![Page 22: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/22.jpg)
panas sehingga komponen di dalamnya dapat dipertahankan (Aspiyanto dan Susilowati
2002). Membran diklasifikasikan berdasarkan ukuran pori-porinya, terdiri atas reverse
osmosis (RO), nanofiltrasi (NF), ulltrafiltrasi (UF), dan mikrofiltrasi (MF) (Mallia dan Till
2003). Ukuran pori yang kami tawarkan adalah ukuran nanofiltrasi yang memiliki ukuran pori
0.001µm dan mampu menahan partikel berukuran 50-1000 Da (Mallia dan Till 2003).
Silika merupakan unsur terbesar kedua di kerak bumi dan sebagian di dalam tanah
(Tabel 1). Dengan demikian, semua jaringan perakaran tanaman dalam tanah mengandung
silika, termasuk tebu. Kandungan silika dalam tanah dianggap berlimpah untuk memenuhi
kebutuhan tanaman. Tanaman akumulator silika membutuhkan unsur silika dalam jumlah
banyak untuk pertumbuhannya. Tanaman akumulator silika terutama berasal dari famili
Gramineae seperti bambu, padi, dan tebu serta tanaman tingkat rendah dari famili
Chlorophyta seperti alga.9 Silika berperan dalam meningkatkan fotosintesis dan resistensi
terhadap cekaman biotik dan abiotik.
Tabel 1 Komposisi unsur di dalam kerak bumi
No Unsur Rata -Rata Berat
1 Oksigen 46,62 Silika 27,7
3 Alumunium 8,1
4 Besi 5
5 Kalsium 3,6
6 Natrium 2,8
7 Kalium 2,6
8 Magnesium 2,19 Lainya 1,5
Sumber : Balai Penelitian Tanah (2010)
Silika biasanya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dengan berbagai ukuran
tergantung aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam industri ban, karet, gelas, semen, beton,
keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film, pasta gigi, dan lain-lain. Proses
penghalusan atau memperkecil ukuran dari pasir silika umumnya digunakan metode milling
dengan ball mill untuk menghancurkan ukuran pasir silika yang besar menjadi ukuran yang
lebih kecil dan halus. Silika dengan ukuran yang halus inilah yang biasanya banyak
digunakan dalam industri.
Universitas Mercu Buana Page | 22
![Page 23: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/23.jpg)
Seiring perkembangan teknologi, saat ini banyak yang mengaplikasikan silika pada
industri terutama dalam penggunaan silika dalam ukuran partikel yang kecil sampai skala
mikron atau bahkan nanosilika. Kondisi ukuran partikel bahan baku yang diperkecil membuat
produk memiliki sifat yang berbeda sehingga meningkatkan kualitasnya. Nanosilika banyak
digunakan pada aplikasi di industri ban, karet, cat, kosmetik, elektronik, dan keramik.
Sebagai salah satu contoh adalah pada produk ban dan karet. Manfaat dari penambahan
nanosilika pada ban akan membuat ban memiliki daya lekat yang lebih baik terlebih pada
jalan salju, mereduksi kebisingan yang ditimbulkan, dan usia ban yang lebih panjang
dibandingkan dengan produk ban tanpa penambahan nanosilika. Nanosilika ini pula yang
dapat diaplikasikan untuk bahan pembuat membran silika nanopori yang kuat dan tahan lama.
Cara memperoleh ukuran silika sampai pada ukuran nano perlu perlakuan khusus pada
prosesnya. Mikrosilika biasanya dapat diperoleh dengan metode special milling, yaitu metode
milling biasa yang sudah dimodifikasi khusus sehingga kemampuan untuk
menghancurkannya jauh lebih efektif. Metode ini bahkan memungkinkan untuk memperoleh
silika sampai pada skala nano, sedangkan untuk nanosilika bisa diperoleh dengan metode-
metode tertentu yang sekarang telah banyak diteliti diantaranya adalah sol-gel process, gas
phase process, chemical precipitation, emulsion techniques, dan plasma spraying & foging
proses (Polimerisasi silika terlarut menjadi organo silika).
4.2 Sumber Bahan Pembuat Membran
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang hanya dapat hidup di
daerah yang beriklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal 232 ribu
hektar yang 67.74% diantaranya terdapat di Pulau Jawa, Medan, Lampung, Semarang, Solo,
dan Makasar (Misran, 2005; Departemen Pertanian, 2004). Menurut Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat tahun 2006, perkebunan tebu menempati luas areal 12024.31 hektar,
dengan produksi tebu mencapai 64169.06 ton.
Universitas Mercu Buana Page | 23
![Page 24: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/24.jpg)
Tabel berikut menyajikan komponen-komponen yang terdapat dalam batang tebu.
Tabel 2 Komponen-komponen yang terdapat dalam batang tebu
No Komponen Jumlah (%)
1. Monosakarida 0.5 ~ 1,5
2. Komponen Jumlah (%)
3. Sukrosa 11 ~ 19
4. Zat-Zat Organik 0,5 ~ 1,5
5. Zat-Zat Anorganik 0,15
6. Sabut 11 ~ 19
7. Air 65 ~ 75
8. Bahan Lain 12
Sumber: Misran (2005)
Tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik-pabrik gula (PG). Dalam proses
produksi di pabrik-pabrik gula (PG), ampas tebu (baggase) dihasilkan sebesar 90%,
sedangkan gula yang dimanfaatkan hanya 5%, dan sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air
(Witono 2003; Misran 2005). Ampas tebu merupakan sisa bagian batang tebu dalam proses
ekstraksi tebu yang memiliki kadar air berkisar 46-52 %, kadar serat 43-52 % dan padatan
terlarut sekitar 2-6 %. Komposisi kimia ampas tebu meliputi: zat arang atau karbon (C) 23,7
%, zat cair atau hidrogen (H) 2 %, zat asam Oksigen (O) 20 %, air atau W (HO) 50 % , dan
gula 3 % (Paturau, 1982). Pada prinsipnya serat ampas tebu terdiri dari selulosa, pentosan
dan lignin. Komposisi ketiga komponen bisa bervariasi pada varitas tebu yang berbeda
(Kurniawan, 1998; Hutasoit, 1998).
Menurut Misran (2005), selama ini produk utama yang dihasilkan dari tebu adalah gula,
sementara buangan atau hasil samping yang lain tidak begitu diperhatikan, kecuali tetes tebu
yang sudah lama dimanfaatkan untuk pembuatan etanol dan bahan pembuatan monosodium
glutamat (MSG), atau ampas tebu yang dimanfaatkan untuk makanan ternak, bahan baku
pembuatan pupuk, pulp, particle, board, dan untuk bahan bakar bakar boiler di pabrik gula.
Namun, enggunaannya masih terbatas dan nilai ekonomi yang diperoleh juga belum tinggi.
Sedangkan aneka limbah dalam proses produksi gula seperti blotong dan abu sisa
pembakaran terbuang sia-sia. Bahkan untuk buangan limbahnya pun menimbulkan
pencemaran lingkungan sehingga menambah pengeluaran PG. Oleh karena itu, penggunaan
ampas tebu sebagai membran nanopori diharapkan dapat menjadi nilai tambah serta
meningkatkan daya dukungnya terhadap lingkungan dalam penanganan limbah logam berat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ampas tebu juga berpotensi sebagai adsorben
Universitas Mercu Buana Page | 24
![Page 25: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/25.jpg)
(Diapati, 2009). Data mengenai sumber silika dari tebu pun diperkuat oleh hasil penelitian
Wibowo (1998) yang menemukan sebesar 62.748% silika berhasil diperoleh dari ampas tebu
yang telah dibakar pada temperatur 200-300o C selama 2 jam. Oleh karena itu, ampas tebu
yang melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber utama bahan pembuat
membran silika nanopori yang selanjutnya digunakan sebagai filter logam berat pada aliran
limbah industri, terutama industi logam berat.
Membran silika nanopori dari ampas tebu dapat digunakan dalam jangka waktu lama
karena membran ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan membran ini adalah stabil
terhadap pengaruh mekanik, panas, pelarut organik, dan kondisi pH ekstrem. Membran silika
nanopori tahan terhadap tekanan tinggi sehingga tidak mudah rusak. Selain itu, membran ini
bisa digunakan untuk menjerap logam berat pada limbah yang bersifat asam, basa, maupun
yang mengandung pelarut organik (Mulder, 1996).
4.3 Metode Pembuatan Membran Silika Nanopori Berbahan Dasar Ampas Tebu
Sintesis silika dari ampas tebu dilakukan dengan menggunakan teknik pengabuan.
Ampas tebu dibersihkan dengan air dari impuritas akibat kotoran, kemudian dilakukan proses
pengeringan dengan oven pada suhu 190oC selama 30 jam. Pengarangan ampas tebu
dilakukan dengan cara dioven pada suhu 300oC selama 15 jam. Proses ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan abu. Pengabuan dilakukan dengan cara dioven pada suhu 600oC
selama 30 jam, setelah itu dilakukan pemurnian sampel agar silika terpisah dari abu tebu.
Metode yang dipakai untuk pemurnian adalah metode pengasaman dengan
menggunakan larutan HCl pekat. Proses pemurnian dilakukan dengan cara memasukkan
sampel berupa abu tebu ke dalam wadah dan dibasahi dengan akuades panas. Selanjutnya ke
dalam campuran ditambahkan HCl pekat dan diuapkan sampai kering, lalu pengerjaan ini
diulangi sebanyak tiga kali. Akuades dan HCl pekat dituangkan ke wadah dan diinkubasi di
atas penangas air selama 5 jam. Campuran tersebut kemudian disaring dengan kertas saring
bebas abu dan dicuci dengan akuades panas. Hasil dari penyaringan berupa residu padat,
kemudian dipanaskan pada suhu 300oC selama 3 jam hingga menjadi arang. Kemudian
dilanjutkan dengan memanaskannya pada suhu 600oC sehingga yang tersisa hanya endapan
silika yang berwarna putih (Harsono, 2002).
Universitas Mercu Buana Page | 25
![Page 26: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/26.jpg)
Preparasi membran, pada metode ini silika dicampurkan dengan 1-propanol, dan
campuran tersebut kemudian disentrifus dengan kecepatan 600 rpm selama 10 menit.
Langkah selanjutnya, ditambahkan CTAB yang telah dilarutkan dalam air deionisasi. Larutan
tersebut kemudian diaduk dengan ultrasonik selama 10 sampai 15 jam. Tujuan dari
penggunaan CTAB (surfaktan nonionik) dan pengadukan dengan ultrasonik agar terbentuk
pori membran yang berukuran nano. Sol silika kemudian dicetak dan dikalsinasi pada suhu
450oC selama 90 menit dengan pendinginan 0,2oC min-1 (Chowdhury SR et al., 2006).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
5.1.1. Sintesis membran silika nanopori dengan bahan dasar ampas tebu merupakan
solusi alternatif untuk mengatasi pencemaran lingkungan kawasan industri dari
logam berat.
5.1.2. Pemanfaatan ampas tebu ini juga dapat meningkatkan nilai guna dan nilai
ekonomis dari limbah pabrik gula (tebu).
5.1.3 Penggunaan membran silika dengan ukuran pori yang sangat kecil (nanometer)
ini mampu menjerap logam berat dalam bentuk koloid sehingga hasil buangan
cair industri tidak mencemari lingkungan
5.1.4. Proses pembuatan dari rumput laut dibuat dengan tiga tahapan, yaitu :
(1) Pengeringan;
(2) Ekstraksi Ampas Tebu menjadi membran silika nanopori ;
(3) Esterifikasi Ampas Tebu menjadi Membran silika nanopori
5.1.4. membrane silika nanopori dari ampas tebu memiliki segi positif
dalam beberapa aspek, yaitu :
(1) Aspek Ekonomi
(2) Aspek Sosial
(3) Aspek Ekologis
(4) Aspek Biologis
(5) Aspek Dampak Lingkungan
Universitas Mercu Buana Page | 26
![Page 27: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/27.jpg)
5.2 Saran
5.2.1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan
membran silika nanopori berbagai jenis Ampas Tebu yang ada diIndonesia.
5.2.2. Perlu diadakan percobaan untuk mengetahui berapa bahan membran silika
Nanopori Yang dihasilkan dari setiap kilogram Ampas Tebu kering.
5.2.3. Perlu pengenalan kepada masyarakat tentang manfaat Ampas Tebu sebagai
penyaring limbah industry logam beratsehingga mendorong minat masyarakat
untuk membudidayakan fungsi ampas tebu.
.
5.2.4. Perlu dicari suatu peralatan yang kompak, sederhana dan murah
yang dapat membuat Ampas Tebu menjadi membran silika nanopori untuk
menyaring limbah industry logam berat dalam skala kecil, sehingga membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Universitas Mercu Buana Page | 27
![Page 28: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/28.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
[FAO] Food Agriculture Organization. 2006. Major Food and Agricutural Commodities and
Producers: Sugar Cane 2006 [terhubung berkala]
http://www.fao.org/es/ess/top/commodity.html. [19 Mar 2010].
[MENLH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:KEP-51/MENLH/10/1995
[terhubung berkala] http//www.bapedal.go.id./kepmen.html. [16 Mar 2010].
Aspiyanto dan A Susilowati. 2005. Prosiding Seminar nasional IV :Aplikasi Kimia dalam
pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Lembaga Peneliti Indonesia.
Barker RW. 2004. Membrane Technology and Application 2nd Ed. John Willey & Sons. Vol.
11, 3-4.
Chowdhury SR, Alisia MP, Dave HAB, Johan E. 2006. Influence of porous substrate on
mesopore structure and water permeability of surfactant template mesoporous silika
membranes. Journal of Membran Science 277: 6-10.
Departemen Pertanian. 2004. Luas Areal Tebu MTT 2003/2004, Per perusahaan s/d Januari
2004. [terhubung berkala] http://www.deptan.go.id/ ditjenbun (13 Oktober 2010).
Diapati M. 2009. Ampas Tebu sebagai Adsorben Zat Warna Reaktif Cibacron Red[skripsi].
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pngetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Forlink. 2000. Paket Terapan Produksi Bersih pada Industri Tekstil. [terhubung berkala]
forlink.dml.or.id.(13 Oktober 2010).
Harsono H. 2002. Pembuatan silika amorf dari limbah sekam padi. Jurnal Ilmu Dasar 3(2):
98-103.
Hutasoit, G.F., 1998, Pengaruh Kehalusan Ampas Tebu dan Perekat Terhadap
KualitasPapan Partikel, Majalah Penelitian Gula XXXIV (2). Juni. Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Pasuruan.
Jürgen C. 2005. Zeolite Membranes: From the Laboratory Scale to Technical Applications.
Germany : University of Hanover, Institute of Physical Chemistry and
Electrochemistry.
Universitas Mercu Buana Page | 28
![Page 29: cadangan](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022042606/548b595bb47959666d8b46c0/html5/thumbnails/29.jpg)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:KEP51/MENLH/10/1995. [terhubung berkala] http//www.bapedal.go.id./kepmen. (13 Oktober 2010)
Kurniawan Y. 1998. Pemanfaatan Ampas Tebu Untuk Pembuatan Papan Serat Berkerapatan Sedang (MDF). Berita P3GI (22). Februari. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Pasuruan.
La Grega. 2001. Hazardous Waste Management 2nd ed. McGraw-Hill Publication Co.
Malli dan Till. 2003. Membran Bioreactors: Waste water treatment application to Achieve High Quality Efluent. Water Industry Group.
Manurung R, Hasibuan R, Irvan. 2004. Perombakan zat warna Azo reaktif secara Anaerob-aerob. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara. Medan.
Misran E. 2005. Industri Tebu menuju Zero Waste Industry. Jurnal Teknologi Proses. Vol. 4 ; 6-10.
Rai LL, J Gaur and HD kumar. 1981. Phycology and heavy Metal Pollution In Biological Review of The Phycology Society. London: Cambridge University Press.
Sugijanto, Koeswadji H, Mukono J, Hadiadi H. 1991. Analisis Kadar Merkuri dan Kadnium dalam Beberapa Hewan laut di Muara Sungai Kalimas. Artikel Lingkungan dan Pembangunan.
Wibowo FXN. 1998. Laporan Studi : Peningkatan Kandungan SiO2 Abu Ampas Tebu dan Efeknya pada Kuat Desak Beton. Fak. Teknik UAJY.
Witono JA. 2003. Produksi Furfural dan turunannnya : Alternatif Peningkatan Niai Tambah Ampas Tebu Indonesia (Sebuah Wacana bagi Pengembangan Industri berbasis Limbah Pertanian).[terhubung berkala] http://www.chemistry.org/?sect=fokus&ext=15 (13 Oktober 2010).
Universitas Mercu Buana Page | 29