ca paru

37
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA PARU Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Respirasi II Oleh: KELOMPOK 5 1. Leni Anitasari (131511123059) 2. Gauedensiana Uduk (131511123061) 3. Triana Ramadhani Putri (131511123063) 4. Diah Lestari (131511123065) 5. Toto Sujarwo (131511123067) 6. Sunardi (131511123069) 7. Fauzan Rifai (131511123071) 8. Disen Fajar (131511123073) UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS 2015

Upload: adib-huda-mujtaba

Post on 26-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ca paru

TRANSCRIPT

Page 1: Ca Paru

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA PARU

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Respirasi II

Oleh:

KELOMPOK 5

1. Leni Anitasari (131511123059)

2. Gauedensiana Uduk (131511123061)

3. Triana Ramadhani Putri (131511123063)

4. Diah Lestari (131511123065)

5. Toto Sujarwo (131511123067)

6. Sunardi (131511123069)

7. Fauzan Rifai (131511123071)

8. Disen Fajar (131511123073)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

2015

Page 2: Ca Paru

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT, Tuhan yang Maha Esa

atas limpahan rahmat dan karuniaNya sampai saat ini kita masih diberikan

berbagai nikmat kesehatan, nikmat kesempatan. Shalawat serta salam semoga

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, manusia

istimewa yang seluruh ucapan, perilakunya adalah kebenaran sehingga kami

kelompok 5 (lima) selaku penulis bisa menyelesaikan tugas makalah tepat pada

waktunya.

Terimakasih kami sampaikan kepada Bapak/Ibu dosen yang telah

memberikan tugas dengan baik dan dapat kami jadikan sarana belajar kelompok

kami sehingga proses pembelajaran kami dapat terlaksana dengan baik.

Terimakasih kepada teman teman rekan kelompok 5 (lima) serta kelompok lain

kelas AJ1 yang telah memberikan sumbangsih waktu, tenaga dan pikiran dalam

proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan

makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik serta saran yang

sifatnya membangun tetap kami harapkan untuk kesempurnaan tugas-tugas

berikutnya.

Demikian pengantar dari kami dan semoga makalah ini bermanfaat bagi

penulis dan bagi pembaca dan mahasiswa pada umumnya.

Penulis

KELOMPOK 5

AJ 1 B18

Page 3: Ca Paru

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan ........................................................................................................ 1

C.Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3

A. Pengertian ................................................................................................ 3

B. Etiologi .................................................................................................... 3

C. Klasifikasi ............................................................................................... 5

D. WOC........................................................................................................ 7

E. Manifestasi klinis .................................................................................... 7

F. Stadium Cancer ....................................................................................... 8

G. Patofisiologi ............................................................................................ 10

H. Pemeriksaan diagnostik ........................................................................... 10

I. Penatalaksanaan ..................................................................................... 12

J. Konsep asuhan keperawatan ................................................................... 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... 28

BAB IVPENUTUP .................................................................................................... 34

A Kesimpulan ................................................................................................ 34

B Saran ........................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Ca Paru

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker

pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan

insidensi paru-paru yang mengejutkan. American Cancer Society

memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987

dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat

tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris

40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker

terbanyak.

RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki

urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem

pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui

tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar

peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time

risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya

disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak

kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan membahas

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru dengan kasus pada

tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang

efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden

kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien menderita penyakit cancer

paru.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru

2. Tujuan Khusus:

a. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru

Page 5: Ca Paru

2

b. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru

c. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru

d. Menjelaskan patofisiologi kanker paru

e. Menjelaskan Stadium kanker paru

f. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru

g. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada

kanker paru

h. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :

1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien kanker paru

2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru

Page 6: Ca Paru

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN.

Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi,

1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami

proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

B. ETIOLOGI.

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada

beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden

kanker paru :

1) Merokok.

Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik

yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh

batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini

mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.

Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan

kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar

10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau

rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2) Iradiasi.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di

Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %

meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif

dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

3) Kanker paru akibat kerja.

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan

karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja

Page 7: Ca Paru

4

pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja

dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4) Polusi udara.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih

tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui

adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5) Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker

paru, yakni :

1. Proton oncogen.

2. Tumor suppressor gene.

3. Gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis.

Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor

dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor

dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS)

sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2

berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah-

programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel

sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat

pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit

genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi

agresif pada jaringan sekitarnya.

Predisposisi Gen supresor tumor

Inisitor

Page 8: Ca Paru

5

Delesi/ insersi

Promotor

Tumor/ autonomi

Progresor

Ekspansi/ metastasis

6) Diet.

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan

vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.

(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

C. KLASIFIKASI.

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :

1) Karsinoma Bronkogenik.

1. Karsinoma epidermoid (skuamosa).

Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel

termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara

khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan

menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui

beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah

bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

2. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini

timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.

Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan

sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe

Page 9: Ca Paru

6

hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ

distal.

3. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat

mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen

bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local

pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas

melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis

tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang

jauh.

4. Karsinoma sel besar.

Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk

dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel –

sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh

cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang

jauh.

5. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.

6. Lain – lain.

1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).

2). Tumor kelenjar bronchial.

3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.

4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma

5). Sarkoma

6). Tak terklasifikasi.

7). Mesotelioma.

8). Melanoma.

(Price, Patofisiologi, 1995).

D. WOC

Page 10: Ca Paru

7

E. MANIFESTASI KLINIS.

1) Gejala awal.

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

bronkus.

2) Gejala umum.

1. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk

mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang

sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam

berespon terhadap infeksi sekunder.

Page 11: Ca Paru

8

2. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang

mengalami ulserasi.

3. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

F. STADIUM.

Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint

Committee on Cancer.

Stadium Kanker Paru

STADIUM TNM

Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0

Stadium 0 Tis, N0, M0

Stadium IA T1, N0, M0

Stadium IB T2, N0, M0

Stadium IIA T1, N1, M0

Stadium IIB T2, N1, M0

T3, N0, M0

Stadium IIIA T3, N1, M0

T1-3, N2, M0

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0 T4, N berapa pun, M0

Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

Keterangan

Status tumor (T)

T0 Tidak terbukti adanya tumor primer.

Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan

Page 12: Ca Paru

9

bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau

bronkoskopi.

Tis Karsinoma in situ.

T1 Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura

viseralis yang normal.

T2 Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang

sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan

ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm

distal dari karina.

T3 Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke

dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan

perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang

terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan

karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar,

trakea, esofagus, atau korpus vertebra.

T4 Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum,

jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus

vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi

pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus

yang sama pada tumor primer.

Keterlibatan getah bening (N)

N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening

regional.

N1 Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus

ipsilateral.

N2 Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah

bening subkarina.

N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening

hilus kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau

supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Metastasis Jauh (M)

Page 13: Ca Paru

10

M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh.

M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya

otak

Sumber : (Huq,2010)

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

G. PATOFISIOLOGI.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi

pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang

terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti

dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,

hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan

pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya

metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –

struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,

tulang rangka.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.

1) Radiologi.

1. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya

kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat

Page 14: Ca Paru

11

menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis

erosi tulang rusuk atau vertebra.

2. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2) Laboratorium.

1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan

ventilasi.

3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada

kanker paru).

3) Histopatologi.

1. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi

lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

2. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan

ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

3. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan

cara torakoskopi.

4. Mediastinosopi.

Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang

terlibat.

5. Torakotomi.

Page 15: Ca Paru

12

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –

macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan

sel tumor.

4) Pencitraan.

1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

I. PENATALAKSANAAN.

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

1. Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup

klien.

2. Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun

keluarga.

4. Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian

nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,

2000)

5. Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,

untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan

sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.

a) Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks

khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

b) Pneumonektomi pengangkatan paru).

Page 16: Ca Paru

13

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa

diangkat.

c) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb

atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak

tuberkulois.

d) Resesi segmental.

Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

e) Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit

peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan

paru – paru berbentuk baji (potongan es).

f) Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

6. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif

dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,

seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/

bronkus.

7. Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,

untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi

luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU.

1) PENGKAJIAN.

1. Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).

1). Aktivitas/ istirahat.

Page 17: Ca Paru

14

Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan

rutin,

dispnea karena aktivitas.

Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).

2). Sirkulasi.

Gejala : JVD (obstruksi vana kava).

Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).

Takikardi/ disritmia.

Jari tabuh.

3). Integritas ego.

Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan

Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.

Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.

4). Eliminasi.

Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan

hormonal, tumor epidermoid)

5). Makanan/ cairan.

Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan

masukan

makanan.

Kesulitan menelan

Haus/ peningkatan masukan cairan.

Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)

Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava),

edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal,

karsinoma sel kecil)

Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor

epidermoid).

Page 18: Ca Paru

15

6). Nyeri/ kenyamanan.

Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak

selalu

pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi

oleh perubahan posisi.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau

adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.

7). Pernafasan.

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan

atau

produksi sputum.

Nafas pendek

Pekerja yang terpajan polutan, debu industri

Serak, paralysis pita suara.

Riwayat merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja

Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)

Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran

udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area

yang mengalami lesi).

Hemoptisis.

8). Keamanan.

Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)

Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,

karsinoma sel kecil)

9). Seksualitas.

Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel

besar)

Page 19: Ca Paru

16

Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal,

karsinoma sel kecil)

10). Penyuluhan.

Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis

Kegagalan untuk membaik.

2. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

- Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.

- Frekuensi dan irama jantung.

- Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan

Ht).

- Pemantauan tekanan vena sentral.

- Status nutrisi.

- Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang

di operasi.

- Kondisi dan karakteristik water seal drainase.

1). Aktivitas atau istirahat.

Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.

2). Sirkulasi.

Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.

3). Eliminasi.

Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB

Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine

Bisng usus, samara atau jelas.

4). Makanan dan cairan.

Gejala : Mual atau muntah

5). Neurosensori.

Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.

Page 20: Ca Paru

17

6). Nyeri dan ketidaknyamanan.

Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri

Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi

Atau efek – efek anastesi.

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN.

1. Preoperasi

(Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges,

Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

1). Kerusakan pertukaran gas

Dapat dihubungkan :

Hipoventilasi.

Kriteria hasil :

- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress

pernafasan.

- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/

situasi.

Intervensi :

- Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi

atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.

Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya

tahanan jalan nafas.

- Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi

tambahan, misalnya krekels, mengi.

Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada

pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan

dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas

membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan

Page 21: Ca Paru

18

atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema

serta tumor.

- Kaji adanmya sianosis

Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum

sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir

dan daun telinga adalah paling indikatif.

- Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi

Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.

- Awasi atau gambarkan seri GDA.

Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan

sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan

perubahan terapi.

2). Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Dapat dihubungkan :

- Kehilangan fungsi silia jalan nafas

- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.

- Meningkatnya tahanan jalan nafas

Kriteria hasil :

- Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih

- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan

bersiahn jalan nafas.

Intervensi :

a) Catat perubahan upaya dan pola bernafas.

Page 22: Ca Paru

19

Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran

nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.

b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.

Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan

dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.

c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif),

juga produksi dan karakteristik sputum.

Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada

penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin

banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.

d) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan

nafas sesuai kebutuhan.

Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila

jalan nafas pasein dipengaruhi.

e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol

dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh

takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.

Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus,

menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan

memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/

pilihan obat.

3). Ketakutan/Anxietas.

Dapat dihubungkan :

- Krisis situasi

- Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.

- Faktor psikologis.

Kriteria hasil :

Page 23: Ca Paru

20

- Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk

mengatasinya.

- Mengakui dan mendiskusikan takut.

- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat

dapat diatangani.

- Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.

Intervensi :

a) Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.

Rasional : Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau

meningkatkan ansietas.

b) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.

Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi

dan penghematan energi.

c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan

imajinasi.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani

ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.

d) Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.

Rasional : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan

mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.

e) Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.

Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah

terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi

dan kemampuan diri untuk mengatasi.

4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.

Dapat dihubungkan :

- Kurang informasi.

Page 24: Ca Paru

21

- Kesalahan interpretasi informasi.

- Kurang mengingat.

Kriteria hasil :

Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.

Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.

Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan

perhatian medik.

Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.

Intervensi :

- Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak

informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.

Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat

menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi

untuk penerimaan informasi/ tugas baru.

- Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat

Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman

memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program

pengobatan.

- Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan

kalori tinggi.

Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya

mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga

memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.

- Berikan pedoman untuk aktivitas.

Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan

mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan

regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen

berlebihan.

Page 25: Ca Paru

22

2. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

1). Kerusakan pertukaran gas.

Dapat dihubungkan :

- Pengangkatan jaringan paru

- Gangguan suplai oksigen

- Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).

Kriteria hasil :

- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

dengan GDA dalam rentang normal.

- Bebas gejala distress pernafasan.

Intervensi :

a) Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi

penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran

mukosa.

Rasional : Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau

sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan

paru.

b) Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak normal.

Rasional : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi

yang dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun,

pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada

lobus yang masih ada.

c) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan

posisi, penghisapan, dan penggunaan alat

Rasional : Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi,

menggangu pertukaran gas.

d) Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga

telentang sampai posisi miring.

Page 26: Ca Paru

23

Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.

e) Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan

tepat.

Rasional : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan

menurunkan/ mencegah atelektasis.

2). Bersihan jalan nafas tidak efektif

Dapat dihubungkan :

- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret

- Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.

- Kelemahan/ kelelahan.

Kriteria hasil :

Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah

dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.

Intervensi :

a) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret.

Rasional : Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan

tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.

b) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan

batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.

Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal

dan penekanan menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan

membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.

c) Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.

Rasional : Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair

awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan

penyembuhan.

d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam

toleransi jantung.

Page 27: Ca Paru

24

Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/

peningkatan pengeluaran.

e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau

analgetik sesuai indikasi.

Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki

aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.

3). Nyeri (akut).

Dapat dihubungkan :

- Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.

- Adanya selang dada.

- Invasi kanker ke pleura, dinding dada

Kriteria hasil :

- Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.

- Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.

Intervensi :

a) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat

rentang intensitas pada skala 0 – 10.

Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker.

Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji

tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan

analgesic, meningkatkan control nyeri.

b) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.

Rasional : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal

dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan

intervensi.

c) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.

Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien

dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan

Page 28: Ca Paru

25

kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan

mengatasinya.

d) Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.

Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan

menurunkan ambang persepsi nyeri.

e) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan

teknik relaksasi

Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.

4). Anxietas.

Dapat dihubungkan:

Krisis situasi

Ancaman/ perubahan status kesehatan

Adanya ancman kematian.

Kriteria hasil :

Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah

Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah

tampak rileks/ istirahat

Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.

Intervensi :

- Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang

diagnosa.

Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan

mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada

gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan

susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi

yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.

- Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan

perasaan

Page 29: Ca Paru

26

Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau

menerima kenyataan kanker dan pengobatannya.

- Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.

Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas

mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien

perlu dijelaskan dan emebuka cara penyelesaiannya.

- Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur.

Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai

pemahaman yang sama.

Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan

persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi..

- Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan.

Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan.

Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan

kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya dalam

menerima pengobatan dan diagnosa.

- Berikan kenyamanan fiik pasien.

Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila

pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.

5). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.

Dapat dihubungkan :

Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber

Salah interperatasi informasi.

Kurang mengingat

Kriteria hasil :

Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program

pengobatan.

Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan

alas an tindakan tersebut.

Page 30: Ca Paru

27

Berpartisipasi dalam proses belajar.

Melakukan perubahan pola hidup.

Intervensi :

- Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil yang

diharapkan.

Rasional : Memberikan informasi khusus individu, membuat

pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah.

Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan

informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat

untuk membuat keputusan berdasarkan informasi.

- Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan

dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini

dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari

penyembuhan.

Rasional : Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada

tipe pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat

komplikasi.

- Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan

saat pulang.

Rasional : Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan

umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal.

Juga memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/ pertanyaan

pada waktu yang sedikit stres.

Page 31: Ca Paru

28

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Seorang laki laki berumur 53 tahun datang ke poli umum dengan keluhan

mengalami sesak nafas selama satu minggu. Pasien mempunyai riwayat merokok.

Batuk disertai dengan sekret. Pasien mengeluh nyeri.

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama :Tn.J

Jenis kelamin : laki – laki

Alamat : Surabaya

Status : Menikah

Diagnosa medic : Ca Paru Dextra.

Riwayat kesehatan : Mempunyai riwayat merokok 10 tahun yang lalu

dimana frekuensinya 15 batang perhari, Sudah

dirawat selama 17 hari.

Keluhan : Sesak nafas, tidak nyaman dan sesak nafas bila

berbaring.

2. Pemeriksaan Fisik :

Tanda-tanda vital

Kesadaran : kompos mentis

Suhu : 370C

Nadi : 88x/mnt

Tekanan darah : 110/70 mmHg

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga yang mengidap CA Paru sebelumnya

b. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien belum pernah sakit sebelumnya

4. Pengkajian sistem

a. B1 ( Breathing ) :

Page 32: Ca Paru

29

RR 26x/mnt

tidak ada retraksi dada

menggunakan alat bantu nafas nassal canul 1 lpm

Batuk: (-) Sputum: (-)

b. B2 ( Blood ) :

irama jantung teratur, nadi 88x/mnt

c. B3 ( Brain ) :

d. B4 ( Bladder ) :

buang air kecil lancar

jumlah urine kurang lebih 1500cc per hari

BAB lancar 1x/hr, konsistensi lembek biasa

e. B5 ( Bowel ) :

tidak kembung

bising usus normal

nafsu makan normal

makan 3kali sehari, diet bubur

f. B6 ( Bone ) :

kekuatan otot normal

kaki dan tangan tidak ada kelumpuhan

B. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan

C. Intervensi

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Hipoventilasi.Kriteria

hasil :

- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress

pernafasan

- Berpartisipasi dalam program

pengobatan,dalam kemampuan/situasi.

Intervensi Rasional

Kaji status pernafasan dengan sering, Dispnea merupakan mekanisme

Page 33: Ca Paru

30

catat peningkatan frekuensi atau

upaya pernafasan atau perubahan pola

nafas.

Catat ada atau tidak adanya bunyi

tambahan dan adanya bunyi

tambahan, misalnya

krekels, mengi.

Kaji adanmya sianosis

Kolaborasi pemberian oksigen

lembab sesuai indikasi

Awasi atau gambarkan seri GDA.

kompensasi adanya tahanan jalan

nafas.

Bunyi nafas dapat menurun, tidak

sama atau tak ada pada area yang

sakit.Krekels adalah bukti

peningkatan cairan dalam area

jaringan sebagai akibat

peningkatan permeabilitas

membrane alveolar-kapiler.

Mengi adalah bukti adanya

tahanan atau penyempitan jalan

nafas sehubungan dengan mukus/

edema serta tumor.

Penurunan oksigenasi bermakna

terjadi sebelum sianosis. Sianosis

sentral dari “organ” hangat

contoh, lidah, bibir dan daun

telinga adalah paling indikatif.

Memaksimalkan sediaan oksigen

untuk pertukaran.

Menunjukkan ventilasi atau

oksigenasi. Digunakan sebagai

dasar evaluasi keefktifan terapi

atau indikator kebutuhan

perubahan terapi.

Page 34: Ca Paru

31

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi

silia, peningkatan jumlah/viskositas secret paru, meningkatnya tahanan

jalan nafas.

Kriteria hasil :

Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.

Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih

Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.

Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan

jalan nafas.

Intervensi Rasional

Catat perubahan upaya dan pola

bernafas.

Observasi penurunan ekspensi

dinding dada dan adanya.

Catat karakteristik batuk (misalnya,

menetap, efektif, tak efektif), juga

produksi dan

karakteristik sputum.

Pertahankan posisi tubuh/ kepala

tepat dan gunakan alat jalan nafas

sesuai kebutuhan.

Penggunaan otot interkostal/

abdominal dan pelebaran nasal

menunjukkan

peningkatan upaya bernafas.

Ekspansi dad terbatas atau tidak sama

sehubungan dengan akumulasi cairan,

edema, dan sekret dalam seksi lobus.

Karakteristik batuk dapat berubah

tergantung pada penyebab/ etiologi

gagal

perbafasan. Sputum bila ada mungkin

banyak, kental, berdarah, adan/ atau

puulen.

Memudahkan memelihara jalan nafas

atas paten bila jalan nafas pasein

dipengaruhi.

Page 35: Ca Paru

32

Kolaborasi pemberian

bronkodilator, contoh aminofilin,

albuterol dll. Awasi untuk

efek samping merugikan dari obat,

contoh takikardi, hipertensi, tremor,

insomnia.

Obat diberikan untuk menghilangkan

spasme bronkus, menurunkan

viskositas

sekret, memperbaiki ventilasi, dan

memudahkan pembuangan sekret.

Memerlukan

perubahan dosis/ pilihan obat.

Page 36: Ca Paru

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker paru merupakan permasalahan yang baru. Angka kejadian yang

terjadi pada ca paru juga sangat tinggi. Asuhan keperawata pada cancer paru

sangat komprehensif. Diagnosa di dalam asuhan keperawatan muncul ada 4

diagnosa umum. Diagnosa gangguan pertukaran gas, nyeri, ansietas dan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Asuhan keperawaran pasca operasi bedah thorak berpusatt pada ventilasi

paru dan ekspansi paru. Kebutuhan oksigen yang tinggi menjadi faktor

pendukung bahwa ekspansi yang cukup pada paru diperlukan. Asuhan pasca

operasi perlu pendekatan dengan keluarga supaya tidak terjadi kecemasan.

B. Saran

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mengkaji tentang

riwayat keluarga. Jangan melupakan adanya dukungan yang dimiliki pasien

dengan gangguan cancer paru seperti dukungan keluarga dan lainnya. Informasi

berikan pada keluarga untuk menerima kondisi pasien apa adanya.

Page 37: Ca Paru

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,

Jakarta

Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses

Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran,

Bandung.

Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai

Penerbit FKUI, Jakarta.

Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.