Download - Ca Paru
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA PARU
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Respirasi II
Oleh:
KELOMPOK 5
1. Leni Anitasari (131511123059)
2. Gauedensiana Uduk (131511123061)
3. Triana Ramadhani Putri (131511123063)
4. Diah Lestari (131511123065)
5. Toto Sujarwo (131511123067)
6. Sunardi (131511123069)
7. Fauzan Rifai (131511123071)
8. Disen Fajar (131511123073)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT, Tuhan yang Maha Esa
atas limpahan rahmat dan karuniaNya sampai saat ini kita masih diberikan
berbagai nikmat kesehatan, nikmat kesempatan. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, manusia
istimewa yang seluruh ucapan, perilakunya adalah kebenaran sehingga kami
kelompok 5 (lima) selaku penulis bisa menyelesaikan tugas makalah tepat pada
waktunya.
Terimakasih kami sampaikan kepada Bapak/Ibu dosen yang telah
memberikan tugas dengan baik dan dapat kami jadikan sarana belajar kelompok
kami sehingga proses pembelajaran kami dapat terlaksana dengan baik.
Terimakasih kepada teman teman rekan kelompok 5 (lima) serta kelompok lain
kelas AJ1 yang telah memberikan sumbangsih waktu, tenaga dan pikiran dalam
proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik serta saran yang
sifatnya membangun tetap kami harapkan untuk kesempurnaan tugas-tugas
berikutnya.
Demikian pengantar dari kami dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca dan mahasiswa pada umumnya.
Penulis
KELOMPOK 5
AJ 1 B18
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 1
C.Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
A. Pengertian ................................................................................................ 3
B. Etiologi .................................................................................................... 3
C. Klasifikasi ............................................................................................... 5
D. WOC........................................................................................................ 7
E. Manifestasi klinis .................................................................................... 7
F. Stadium Cancer ....................................................................................... 8
G. Patofisiologi ............................................................................................ 10
H. Pemeriksaan diagnostik ........................................................................... 10
I. Penatalaksanaan ..................................................................................... 12
J. Konsep asuhan keperawatan ................................................................... 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... 28
BAB IVPENUTUP .................................................................................................... 34
A Kesimpulan ................................................................................................ 34
B Saran ........................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan
insidensi paru-paru yang mengejutkan. American Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987
dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat
tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris
40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak.
RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki
urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem
pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui
tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar
peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time
risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya
disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak
kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan membahas
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru dengan kasus pada
tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden
kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien menderita penyakit cancer
paru.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
2. Tujuan Khusus:
a. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru
2
b. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
c. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
d. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
e. Menjelaskan Stadium kanker paru
f. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru
g. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada
kanker paru
h. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien kanker paru
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi,
1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
B. ETIOLOGI.
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
1) Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik
yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2) Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3) Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
4
pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja
dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4) Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui
adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5) Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
1. Proton oncogen.
2. Tumor suppressor gene.
3. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor
dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS)
sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2
berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah-
programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel
sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit
genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi
agresif pada jaringan sekitarnya.
Predisposisi Gen supresor tumor
Inisitor
5
Delesi/ insersi
Promotor
Tumor/ autonomi
Progresor
Ekspansi/ metastasis
6) Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
C. KLASIFIKASI.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
1) Karsinoma Bronkogenik.
1. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara
khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan
menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah
bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
2. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
6
hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ
distal.
3. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local
pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas
melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang
jauh.
4. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel –
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang
jauh.
5. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
6. Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma.
(Price, Patofisiologi, 1995).
D. WOC
7
E. MANIFESTASI KLINIS.
1) Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
bronkus.
2) Gejala umum.
1. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder.
8
2. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
3. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
F. STADIUM.
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint
Committee on Cancer.
Stadium Kanker Paru
STADIUM TNM
Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0
Stadium 0 Tis, N0, M0
Stadium IA T1, N0, M0
Stadium IB T2, N0, M0
Stadium IIA T1, N1, M0
Stadium IIB T2, N1, M0
T3, N0, M0
Stadium IIIA T3, N1, M0
T1-3, N2, M0
Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0 T4, N berapa pun, M0
Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1
Keterangan
Status tumor (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan
9
bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi.
Tis Karsinoma in situ.
T1 Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura
viseralis yang normal.
T2 Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang
sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan
ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm
distal dari karina.
T3 Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke
dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan
perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang
terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan
karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar,
trakea, esofagus, atau korpus vertebra.
T4 Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum,
jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus
vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi
pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus
yang sama pada tumor primer.
Keterlibatan getah bening (N)
N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening
regional.
N1 Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus
ipsilateral.
N2 Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah
bening subkarina.
N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening
hilus kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau
supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis Jauh (M)
10
M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh.
M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya
otak
Sumber : (Huq,2010)
Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).
G. PATOFISIOLOGI.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
1) Radiologi.
1. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
11
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2) Laboratorium.
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3) Histopatologi.
1. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
4. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5. Torakotomi.
12
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
4) Pencitraan.
1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
I. PENATALAKSANAAN.
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
2. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
4. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,
2000)
5. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b) Pneumonektomi pengangkatan paru).
13
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
c) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
d) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
6. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
7. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi
luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU.
1) PENGKAJIAN.
1. Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
1). Aktivitas/ istirahat.
14
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
3). Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4). Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan
makanan.
Kesulitan menelan
Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava),
edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid).
15
6). Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi
oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau
adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7). Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau
produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran
udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area
yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
8). Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
9). Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar)
16
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
10). Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
2. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
- Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.
- Frekuensi dan irama jantung.
- Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan
Ht).
- Pemantauan tekanan vena sentral.
- Status nutrisi.
- Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang
di operasi.
- Kondisi dan karakteristik water seal drainase.
1). Aktivitas atau istirahat.
Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.
2). Sirkulasi.
Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.
3). Eliminasi.
Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine
Bisng usus, samara atau jelas.
4). Makanan dan cairan.
Gejala : Mual atau muntah
5). Neurosensori.
Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
17
6). Nyeri dan ketidaknyamanan.
Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri
Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi
Atau efek – efek anastesi.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN.
1. Preoperasi
(Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges,
Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1). Kerusakan pertukaran gas
Dapat dihubungkan :
Hipoventilasi.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/
situasi.
Intervensi :
- Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi
atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya
tahanan jalan nafas.
- Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi
tambahan, misalnya krekels, mengi.
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada
pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan
dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas
membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan
18
atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema
serta tumor.
- Kaji adanmya sianosis
Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum
sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir
dan daun telinga adalah paling indikatif.
- Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
- Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan
sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan
perubahan terapi.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dapat dihubungkan :
- Kehilangan fungsi silia jalan nafas
- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
- Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
- Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan
bersiahn jalan nafas.
Intervensi :
a) Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
19
Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran
nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.
Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan
dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif),
juga produksi dan karakteristik sputum.
Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada
penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin
banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
d) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan
nafas sesuai kebutuhan.
Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila
jalan nafas pasein dipengaruhi.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol
dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh
takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus,
menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan
memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/
pilihan obat.
3). Ketakutan/Anxietas.
Dapat dihubungkan :
- Krisis situasi
- Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
- Faktor psikologis.
Kriteria hasil :
20
- Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk
mengatasinya.
- Mengakui dan mendiskusikan takut.
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat
dapat diatangani.
- Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.
Intervensi :
a) Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.
Rasional : Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau
meningkatkan ansietas.
b) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.
Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi
dan penghematan energi.
c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan
imajinasi.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani
ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
d) Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
Rasional : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan
mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
e) Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah
terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi
dan kemampuan diri untuk mengatasi.
4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
- Kurang informasi.
21
- Kesalahan interpretasi informasi.
- Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan
perhatian medik.
Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi :
- Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak
informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.
Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat
menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi
untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
- Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman
memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program
pengobatan.
- Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan
kalori tinggi.
Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya
mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga
memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
- Berikan pedoman untuk aktivitas.
Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan
mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan
regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen
berlebihan.
22
2. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1). Kerusakan pertukaran gas.
Dapat dihubungkan :
- Pengangkatan jaringan paru
- Gangguan suplai oksigen
- Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal.
- Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi :
a) Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi
penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran
mukosa.
Rasional : Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau
sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan
paru.
b) Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak normal.
Rasional : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi
yang dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun,
pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada
lobus yang masih ada.
c) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan
posisi, penghisapan, dan penggunaan alat
Rasional : Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi,
menggangu pertukaran gas.
d) Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga
telentang sampai posisi miring.
23
Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.
e) Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan
tepat.
Rasional : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan
menurunkan/ mencegah atelektasis.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan :
- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret
- Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.
- Kelemahan/ kelelahan.
Kriteria hasil :
Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah
dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.
Intervensi :
a) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret.
Rasional : Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan
tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.
b) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan
batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal
dan penekanan menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan
membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.
c) Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair
awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan
penyembuhan.
d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam
toleransi jantung.
24
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/
peningkatan pengeluaran.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau
analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki
aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.
3). Nyeri (akut).
Dapat dihubungkan :
- Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.
- Adanya selang dada.
- Invasi kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil :
- Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
- Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi :
a) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat
rentang intensitas pada skala 0 – 10.
Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker.
Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji
tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan
analgesic, meningkatkan control nyeri.
b) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal
dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan
intervensi.
c) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien
dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan
25
kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan
mengatasinya.
d) Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.
Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan
menurunkan ambang persepsi nyeri.
e) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan
teknik relaksasi
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
4). Anxietas.
Dapat dihubungkan:
Krisis situasi
Ancaman/ perubahan status kesehatan
Adanya ancman kematian.
Kriteria hasil :
Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah
Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah
tampak rileks/ istirahat
Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
Intervensi :
- Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang
diagnosa.
Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan
mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada
gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan
susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi
yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
- Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan
26
Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau
menerima kenyataan kanker dan pengobatannya.
- Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas
mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien
perlu dijelaskan dan emebuka cara penyelesaiannya.
- Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur.
Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai
pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan
persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi..
- Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan.
Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan.
Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan
kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya dalam
menerima pengobatan dan diagnosa.
- Berikan kenyamanan fiik pasien.
Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila
pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.
5). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber
Salah interperatasi informasi.
Kurang mengingat
Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program
pengobatan.
Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan
alas an tindakan tersebut.
27
Berpartisipasi dalam proses belajar.
Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
- Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil yang
diharapkan.
Rasional : Memberikan informasi khusus individu, membuat
pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah.
Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan
informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat
untuk membuat keputusan berdasarkan informasi.
- Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan
dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini
dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari
penyembuhan.
Rasional : Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada
tipe pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat
komplikasi.
- Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan
saat pulang.
Rasional : Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan
umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal.
Juga memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/ pertanyaan
pada waktu yang sedikit stres.
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang laki laki berumur 53 tahun datang ke poli umum dengan keluhan
mengalami sesak nafas selama satu minggu. Pasien mempunyai riwayat merokok.
Batuk disertai dengan sekret. Pasien mengeluh nyeri.
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama :Tn.J
Jenis kelamin : laki – laki
Alamat : Surabaya
Status : Menikah
Diagnosa medic : Ca Paru Dextra.
Riwayat kesehatan : Mempunyai riwayat merokok 10 tahun yang lalu
dimana frekuensinya 15 batang perhari, Sudah
dirawat selama 17 hari.
Keluhan : Sesak nafas, tidak nyaman dan sesak nafas bila
berbaring.
2. Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda vital
Kesadaran : kompos mentis
Suhu : 370C
Nadi : 88x/mnt
Tekanan darah : 110/70 mmHg
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang mengidap CA Paru sebelumnya
b. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Pasien belum pernah sakit sebelumnya
4. Pengkajian sistem
a. B1 ( Breathing ) :
29
RR 26x/mnt
tidak ada retraksi dada
menggunakan alat bantu nafas nassal canul 1 lpm
Batuk: (-) Sputum: (-)
b. B2 ( Blood ) :
irama jantung teratur, nadi 88x/mnt
c. B3 ( Brain ) :
d. B4 ( Bladder ) :
buang air kecil lancar
jumlah urine kurang lebih 1500cc per hari
BAB lancar 1x/hr, konsistensi lembek biasa
e. B5 ( Bowel ) :
tidak kembung
bising usus normal
nafsu makan normal
makan 3kali sehari, diet bubur
f. B6 ( Bone ) :
kekuatan otot normal
kaki dan tangan tidak ada kelumpuhan
B. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
C. Intervensi
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Hipoventilasi.Kriteria
hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan
- Berpartisipasi dalam program
pengobatan,dalam kemampuan/situasi.
Intervensi Rasional
Kaji status pernafasan dengan sering, Dispnea merupakan mekanisme
30
catat peningkatan frekuensi atau
upaya pernafasan atau perubahan pola
nafas.
Catat ada atau tidak adanya bunyi
tambahan dan adanya bunyi
tambahan, misalnya
krekels, mengi.
Kaji adanmya sianosis
Kolaborasi pemberian oksigen
lembab sesuai indikasi
Awasi atau gambarkan seri GDA.
kompensasi adanya tahanan jalan
nafas.
Bunyi nafas dapat menurun, tidak
sama atau tak ada pada area yang
sakit.Krekels adalah bukti
peningkatan cairan dalam area
jaringan sebagai akibat
peningkatan permeabilitas
membrane alveolar-kapiler.
Mengi adalah bukti adanya
tahanan atau penyempitan jalan
nafas sehubungan dengan mukus/
edema serta tumor.
Penurunan oksigenasi bermakna
terjadi sebelum sianosis. Sianosis
sentral dari “organ” hangat
contoh, lidah, bibir dan daun
telinga adalah paling indikatif.
Memaksimalkan sediaan oksigen
untuk pertukaran.
Menunjukkan ventilasi atau
oksigenasi. Digunakan sebagai
dasar evaluasi keefktifan terapi
atau indikator kebutuhan
perubahan terapi.
31
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi
silia, peningkatan jumlah/viskositas secret paru, meningkatnya tahanan
jalan nafas.
Kriteria hasil :
Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan
jalan nafas.
Intervensi Rasional
Catat perubahan upaya dan pola
bernafas.
Observasi penurunan ekspensi
dinding dada dan adanya.
Catat karakteristik batuk (misalnya,
menetap, efektif, tak efektif), juga
produksi dan
karakteristik sputum.
Pertahankan posisi tubuh/ kepala
tepat dan gunakan alat jalan nafas
sesuai kebutuhan.
Penggunaan otot interkostal/
abdominal dan pelebaran nasal
menunjukkan
peningkatan upaya bernafas.
Ekspansi dad terbatas atau tidak sama
sehubungan dengan akumulasi cairan,
edema, dan sekret dalam seksi lobus.
Karakteristik batuk dapat berubah
tergantung pada penyebab/ etiologi
gagal
perbafasan. Sputum bila ada mungkin
banyak, kental, berdarah, adan/ atau
puulen.
Memudahkan memelihara jalan nafas
atas paten bila jalan nafas pasein
dipengaruhi.
32
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, contoh aminofilin,
albuterol dll. Awasi untuk
efek samping merugikan dari obat,
contoh takikardi, hipertensi, tremor,
insomnia.
Obat diberikan untuk menghilangkan
spasme bronkus, menurunkan
viskositas
sekret, memperbaiki ventilasi, dan
memudahkan pembuangan sekret.
Memerlukan
perubahan dosis/ pilihan obat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker paru merupakan permasalahan yang baru. Angka kejadian yang
terjadi pada ca paru juga sangat tinggi. Asuhan keperawata pada cancer paru
sangat komprehensif. Diagnosa di dalam asuhan keperawatan muncul ada 4
diagnosa umum. Diagnosa gangguan pertukaran gas, nyeri, ansietas dan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Asuhan keperawaran pasca operasi bedah thorak berpusatt pada ventilasi
paru dan ekspansi paru. Kebutuhan oksigen yang tinggi menjadi faktor
pendukung bahwa ekspansi yang cukup pada paru diperlukan. Asuhan pasca
operasi perlu pendekatan dengan keluarga supaya tidak terjadi kecemasan.
B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mengkaji tentang
riwayat keluarga. Jangan melupakan adanya dukungan yang dimiliki pasien
dengan gangguan cancer paru seperti dukungan keluarga dan lainnya. Informasi
berikan pada keluarga untuk menerima kondisi pasien apa adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses
Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran,
Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.