c. makna simbol / filosofis teater tradisional dalam pertunjukkan

10
C. Makna Simbol/filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan. Setiap penyajian teater, baik teater tradisi, modern maupun kontemporer, Kisah-lakon peperangan yang disajikan dalam serial epos Ramayana maupun serial lakon Mahabrata”. cerita yang diangkat mengandung nilai filosofis atau simbol-simbol tertentu melalui tokoh-tokohnya.

Upload: keahi

Post on 22-Jan-2016

2.285 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

C. Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan. Setiap penyajian teater , baik teater tradisi , modern maupun kontemporer ,. cerita yang diangkat mengandung nilai filosofis atau simbol-simbol tertentu melalui tokoh-tokoh nya. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

C. Makna Simbol/filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan.

Setiap penyajian teater, baik teater tradisi, modern maupun kontemporer,

Kisah-lakon peperangan yang disajikan dalam serial epos “Ramayana maupun

serial lakon Mahabrata”.

cerita yang diangkat mengandung nilai filosofis atau simbol-simbol tertentu

melalui tokoh-tokohnya.

Page 2: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Dalam kisah Mahabharata, tokoh-tokoh yang ada, misalnya “ Bhegawan Drona ” dipandang sebagai tokoh yang bijak dan

secara simbolis membela kebenaran dengan menyuruh “ Bima ” mencari “tirta

amerta sari” yang tempatnya di dasar laut.

Simbol dan nilai filosofis’ sangat erat hubungannya serta tidak bisa dipisahkan, maka penonton harus dapat menafsirkan

simbol dan nilai filosofis lewat tokoh-tokoh yang ada dalam karya teater, mencermati

rangkaian cerita hingga akhir .

NILAI FILOSOFIS DALAM CERITA “EPOS

MAHABHARATA”

Page 3: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Misalnya,

secara simbolis; dapat dimaklumi sebagai perang melawan

angkara murka, ketamakan, kezaliman atau

ketidakadilan. Artinya, yang salah meskipun kuat akhirnya akan dikalahkan juga oleh yang benar.

Gambar : sebuah

pertunjukan Sendratari

Kolosal Mahabharat

a

Page 4: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Gambar ; Tokoh “Matah Gede” ( IRarung) “ Calonarang ” yang penuh nuansa magis dan mistik.

Contoh ; Dalam Kisah Pementasan “ Calonarang “ Adapun tokoh yang

ada, misalnya dalam kisah “Calonarang” seorang tokoh mistik yang memiliki ilmu hitam, hidup seorang ‘rondo’ (janda) setengah baya, oleh masyarakat di sana dijuluki “Rondo Naten Girah” (janda

yang tinggal di Girah).

Page 5: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Karena sangat jahat, yang diberi nama “Calonarang” yang merupakan lambang kejahatan bagi masyarakat ‘Desa Girah’ atas perbuatan kejinya di Kerajaan Kediri (Raja Erlangga), sebagai dukun penguasa ilmu hitam dan penganut aliran “Durga” yang sangat sakti dan jahat

Gambar ; Tokoh “Matah Gede”

(IRarung ) “Calonarang” saat adegan penuh nuansa magis dan mistik.

Page 6: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Calonarang merupakan dramatari klasik Bali, yang menyajikan kisah semi sejarah walaupun nama itu tidak dikenal dalam sejarah.

Kisah Calonarang itu memang benar-benar terjadi semasa pemerintahan“Raja Erlangga” di Kediri dan dibawa ke Bali serta kini sangat populer dalam seni pertunjukkan. Di dalam pertunjukkannya, sekurangnya tampil antara lain; Rangda (jelmaan Calonarang) sebagai kuasa jahat

“Calonarang”. Matah Gede, perwjudan Calonarang sebelum belajar ilmu

hitam, Sisya yaitu murid-murid dari Calonarang. Pandung, salah seorang patih kerajaan Erlangga yang

mendapat perintah untuk membunuh Calonarang.Leyak-leyakan, merupakan perwujudan kekuatan ilmu hitam

yang dilakukan para sisya . Lakon Calonarang di Kediri tak jauh beda dengan cerita yang berkembang di Bali.

Page 7: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Nilai filosofis penyajian karya teater adalah nilai dasar kemanusiaan yang

tercermin dalam rangkaian karya cerita yang disajikan.

Agar dapat memaknai nilai filosofis yang terkandung dalam penyajian karya seni teater, maka para penonton perlu menyaksikan dan mencermati rangkaian cerita hingga akhir.

Page 8: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Teater Dalam Konteks Budaya Daerah

Proses penciptaan seni teater di Indonesia bersumber dan berakar dari tata kehidupan masyarakat daerah.

Sebagai karya seni, teater lahir dari spontanitas kehidupan dan kebudayaan daerah serta adat-istiadat masyarakatnya.

Oleh karena itu teater Indonesia memiliki ciri khusus bila dibandingkan dengan teater barat.

Page 9: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Teater barat (Yunani) menampilkan pementasan drama dengan unsur dialog dan laku yang dilengkapi dengan musik, tarian dan nyanyian.

STRUKTUR PENYAJIAN TEATER MODERN (teater barat), yaitu:

1. Ceritanya berasal dari kejadian yang sesungguhnya 2. Musiknya menggunakan lagu melayu atau lagu popular

3. Naskahnya dibuat oleh seorang seniman dan namanya tercantum dalam naskah.

4. Tempat pentas di gedung pertunjukkan

5. Tempat pertunjukkan di arena terbuka.

4. Penontonnya ikut terlibat didalamnya.

3. Naskahnya (anonim) tidak diketahui pengarangnya.

2. Musiknya berasal dari daerah setempat

1. Cerita berasal dari cerita tradisi kebudayaan setempat.

STRUKTUR PENYAJIAN TEATER TRADISIONAL DAERAH, antara lain:

Page 10: C.   Makna Simbol / filosofis Teater Tradisional Dalam Pertunjukkan

Lahirnya pertunjukkan teater di ‘Yunani’ yang bemula dari pemujaan terhadap dewa kesuburan Yunani, “dionysus’” Yakni, suatu bentuk nyanyian pujaan kuno yang diperuntukan untuk menyembah ”dewa dionysus”, yang digambarkan dalam bentuk patung berhala.

SEJARAH PERKEMBANGAN TEATER

Di Indonesia, pada awalnya teater dikaitkan dengan upacara agama atau ritual tertentu. Pada permulaannya teater tampil di atas pentas tanpa menggunakan teks, melainkan dengan cerita lisan.

Artinya, para pemain tidak menghapalkan dialog berdasarkan teks (naskah), tetapi mereka melakukan improvisasi untuk mengembangkan garis besar cerita dalam pementasannya.