bvbg 20110303

8
Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti) Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 17-24 Hal :17 BUKU MENGENAL TANAH LONGSOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BENCANA SEJAK DINI Yukni Arifianti [email protected] Sari Bencana tanah longsor telah menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat hampir setiap tahunnya terutama saat memasuki musim penghujan. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu tahun 2005 – 2011 tercatat kejadian tanah longsor sebanyak 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2484 orang tewas. Walaupun rawan terhadap bencana tanah longsor, pengetahuan masyarakat di Indonesia mengenai bencana ini cukup rendah. Ini dikarenakan langkanya bahan pendidikan atau media pembelajaran yang menarik di masyarakat mengenai bencana dan mitigasinya. Dalam hal ini Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membuat media pembelajaran melalui penerbitan buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK sampai SMA. Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih memberi kesadaran bukan hanya tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana menjaga kelestarian alam untuk mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini. Media pembelajaran melalui buku ilmiah populer ini akan mengenalkan kepada anak-anak tentang; 1) Bagaimana bencana datang dan ciri-ciri daerah rentan bencana itu; 2) Apa tindakan yang harus dilakukan saat melihat/ merasakan tanda-tanda akan terjadinya bencana; 3) Apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan bencana di kemudian hari. Kedua buku ini disampaikan secara sederhana, menarik dan informatif yang disesuaikan dengan minat anak- anak usia TK – SMA dalam bentuk komik dan buku yang berwarna serta penuh gambar. Kata Kunci: Longsor, Buku, Media, Pembelajaran, Bencana Pendahuluan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk. Konsekuensi dari tubrukan tersebut adalah terbentuknya jalur gunungapi di Indonesia. Keberadaan jalur gunungapi ini menyebabkan pada beberapa wilayah Indonesia terbentuk pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lereng landai hingga terjal. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia memiliki potensi bencana tanah longsor yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Bencana tanah longsor bersifat lokal, namun banyak tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Dalam jangka waktu lama, bencana tanah longsor menyebabkan lebih banyak kerugian dibandingkan bencana lain. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat memasuki musim penghujan terutama di daerah-daerah perbukitan terjal. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu tahun 2005 – 2011 tercatat kejadian tanah longsor pada 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa mencapai 2484 orang tewas (Gambar 1) (PVMBG, 2012). Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko bencana. Terkait hal tersebut pemerintah melaksanakan penyelenggaraan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan landasan hukum UU RI no. 24 tahun 2007 tentang ‘Penanggulangan Bencana’. Keberadaan UU RI no. 24 tahun 2007 ini telah mengubah pola pikir penanganan bencana menjadi penanggulangan bencana yang lebih menitikberatkan pada upaya-upaya sebelum terjadinya bencana (Gambar 2). Penanggulangan bencana tidak hanya berorientasi pada saat tanggap darurat, melainkan dilakukan sebelum (pra bencana), pada saat terjadi bencana dan setelah (pasca bencana).

Upload: ddprayoedha

Post on 12-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Longsor

TRANSCRIPT

Page 1: BVBG 20110303

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 17-24 Hal :17

BUKU MENGENAL TANAH LONGSOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BENCANA SEJAK DINI

Yukni Arifianti

[email protected]

Sari Bencana tanah longsor telah menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat hampir setiap tahunnya terutama saat memasuki musim penghujan. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu tahun 2005 – 2011 tercatat kejadian tanah longsor sebanyak 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2484 orang tewas. Walaupun rawan terhadap bencana tanah longsor, pengetahuan masyarakat di Indonesia mengenai bencana ini cukup rendah. Ini dikarenakan langkanya bahan pendidikan atau media pembelajaran yang menarik di masyarakat mengenai bencana dan mitigasinya. Dalam hal ini Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membuat media pembelajaran melalui penerbitan buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK sampai SMA. Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih memberi kesadaran bukan hanya tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana menjaga kelestarian alam untuk mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini. Media pembelajaran melalui buku ilmiah populer ini akan mengenalkan kepada anak-anak tentang; 1) Bagaimana bencana datang dan ciri-ciri daerah rentan bencana itu; 2) Apa tindakan yang harus dilakukan saat melihat/ merasakan tanda-tanda akan terjadinya bencana; 3) Apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan bencana di kemudian hari. Kedua buku ini disampaikan secara sederhana, menarik dan informatif yang disesuaikan dengan minat anak-anak usia TK – SMA dalam bentuk komik dan buku yang berwarna serta penuh gambar. Kata Kunci: Longsor, Buku, Media, Pembelajaran, Bencana Pendahuluan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk. Konsekuensi dari tubrukan tersebut adalah terbentuknya jalur gunungapi di Indonesia. Keberadaan jalur gunungapi ini menyebabkan pada beberapa wilayah Indonesia terbentuk pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lereng landai hingga terjal. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia memiliki potensi bencana tanah longsor yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Bencana tanah longsor bersifat lokal, namun banyak tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Dalam jangka waktu lama, bencana tanah longsor menyebabkan lebih banyak kerugian dibandingkan bencana lain. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat memasuki musim penghujan terutama di daerah-daerah perbukitan terjal. Berdasarkan statistik, dalam

kurun waktu tahun 2005 – 2011 tercatat kejadian tanah longsor pada 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa mencapai 2484 orang tewas (Gambar 1) (PVMBG, 2012). Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko bencana. Terkait hal tersebut pemerintah melaksanakan penyelenggaraan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan landasan hukum UU RI no. 24 tahun 2007 tentang ‘Penanggulangan Bencana’. Keberadaan UU RI no. 24 tahun 2007 ini telah mengubah pola pikir penanganan bencana menjadi penanggulangan bencana yang lebih menitikberatkan pada upaya-upaya sebelum terjadinya bencana (Gambar 2). Penanggulangan bencana tidak hanya berorientasi pada saat tanggap darurat, melainkan dilakukan sebelum (pra bencana), pada saat terjadi bencana dan setelah (pasca bencana).

Page 2: BVBG 20110303

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Hal :18 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 18-24

Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015 menyatakan salah satu prioritas dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah pentingnya menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat (Astuti, dkk., 2010). Di sini peran sekolah sebagai institusi pendidikan sangatlah strategis, terkait pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi. Hal ini pun sesuai dengan tema yang diangkat United

Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN ISDR) dalam hari pengurangan risiko bencana sedunia 2007 yaitu “Institutionalizing Integrated Disaster Risk Management At School”. Tema ini terlahir dari harapan untuk mengurangi risiko bencana melalui pengenalan sejak dini tentang risiko-risiko bencana kepada siswa-siswa sekolah dan bagaimana membangun kesiapsiagaan bencana (Akbar, 2010).

Gambar 1. Statistik jumlah kejadian tanah longsor dan jumlah korban jiwa akibat bencana tanah longsor dalam

kurun waktu 2005 – 2011 (PVMBG, 2012).

Gambar 2. Ilustrasi yang menggambarkan upaya penanggulangan bencana. Tindakan PRB dapat dilakukan jika ada penumbuhan pola pikir sadar terhadap ancaman bencana bagi masyarakat sekitar lokasi rawan bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagi cara dan salah satunya adalah melalui

kegiatan pendidikan mitigasi bencana kepada para siswa di sekolah-sekolah. Pendidikan mitigasi bencana ini tidak perlu masuk ke dalam kurikulum tetapi bisa berupa kurikulum lokal dalam bentuk suplemen buku, dalam hal

Page 3: BVBG 20110303

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 19-24 Hal :19

ini mengenai bencana tanah longsor. Buku ini dibuat untuk memberikan sosialisasi pengetahuan tentang bencana tanah longsor sedini mungki. Diharapkan media pembelajaran ini bisa menjadi bekal yang cukup untuk mempelajari dan memberdayakan budaya mitigasi bencana baik sebelum, saat dan pasca bencana secara optimal. Pembelajaran Bencana Sejak Dini Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling berisiko terkena bencana. Selain kondisinya yang memang sudah rentan, tingginya risiko bencana terhadap anak-anak salah satunya disebabkan oleh faktor keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko bencana yang berada di sekeliling mereka. Pengetahuan dan pemahaman yang rendah terhadap risiko bencana ini kemudian berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Penanggulangan bencana yang baik harus terintegrasi ke dalam sektor pendidikan, karena pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana. Kegiatan pengintegrasian ini bisa dimulai sejak dini dimulai yaitu anak-anak di jenjang TK-SD sampai jenjang SMP-SMA. Penanggulangan bencana sejak dini di Jepang dapat menjadi contoh untuk mengkampanyekan upaya meminimalisasi kerugian akibat bencana. Dalam mempersiapkan diri guna menghadapi bencana alam, Jepang menerapkan standar keamanan yang sangat tinggi. Hampir semua penduduk telah dilatih sejak usia dini dalam hal mengatasi keadaan darurat. Hal ini bisa diterapkan pula di Indonesia dengan menjadikan bencana sebagai materi pembelajaran di sekolah untuk mengenalkan bencana dan mitigasinya. Ini artinya anak-anak yang terbiasa bersinggungan dengan bencana dianggap mampu membuat keputusan dan berperan aktif ketika bencana terjadi, sehingga mereka mengerti bagaimana cara menyelamatkan diri. Anak-anak adalah pemain utama dalam kegiatan pembelajaran sejak dini ini. Kegiatan pembelajaran bencana ini bisa meliputi bagaimana menilai, merencanakan, mengimplementasikan, memantau, dan

mengevaluasi serta mempengaruhi teori dan praktik (Benson and Bugge, 2006). Buku Sebagai Media Pembelajaran Pembelajaran sebagai suatu sistem merupakan pengorganisasian berbagai komponen dalam upaya mengubah siswa mencapai suatu kondisi yang lebih meningkat secara positif. Untuk mencapai sasaran pembelajaran dibutuhkan banyak persyaratan menyangkut materi, dalam hal ini materi yang meliputi bahan ajar atau medianya (Sutjiono, 2005). Lemahnya pemahaman anak tentang bencana dan mitigasinya di sekolah formal lebih disebabkan karena pesan yang disampaikan oleh media pembelajaran yang ada tidak menarik, monoton dan tidak mengasah aspek keterampilan dan sikap anak. Padahal pesan pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Syarat utama tentunya materi bahasan disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak yaitu dari tingkat TK sampai SMA. Kemudian, pemilihan isi dan gaya penyampaian pesan mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada anak-anak. Selain itu harus merangsang siswa memproses apa yang dipelajari serta memberikan rangsangan belajar baru. Terakhir, bisa mengaktifkan anak dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong anak-anak untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Agar media pembelajaran bermanfaat secara optimal, maka dipilih media yang tepat, cost/biaya, pembaruan, dukungan, dan teknologi. Buku merupakan media yang tepat karena memenuhi unsur-unsur tersebut. Buku mudah diakses oleh semua kalangan, tidak memerlukan media lain untuk mengaksesnya sehingga biaya pengadaannya menjadi lebih murah dan dengan adanya dukungan pengadaan dari pemerintah sebagai penyelenggara pembelajaran maka masalah akses, biaya, dukungan dan kebaruan bisa teratasi sekaligus. Maka Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menerbitkan dua buah buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK-SMA. Teknologi dalam hal ini terkait dengan sifat media buku tersebut. Buku merupakan media visual. Seseorang akan belajar secara maksimal

Page 4: BVBG 20110303

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Hal :20 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 20-24

jika berinteraksi dengan stimulus yang cocok dengan gaya belajarnya. Materi atau media yang bersifat visual antara lain dapat berbentuk peta, foto, ilustrasi gambar, diagram, poster, atau pun komik (Waluyanto, 2010). Buku yang di dalamnya mengandung banyak materi visual sebagai media pembelajaran dipandang efektif untuk pembelajaran. Perpaduan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti dan alurnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat. Buku sebagai media pembelajaran, selain ringan juga mampu menyampaikan informasi secara jelas, runtut, dan menyenangkan. Buku Mengenal Tanah Longsor Buku mengenai bencana tanah longsor di masyarakat umum, sebagai contoh di toko-toko buku atau di lembaga-lembaga pendidikan tidak mudah didapatkan. Kalau pun ada, buku-buku tersebut (Gambar 3), baik dalam bentuk komik ataupun tulisan yang dipadu dengan ilustrasi-ilustrasi gambar, bukan merupakan buku yang bisa diakses dengan gratis. Adapun buku yang bisa didapatkan dengan cuma-cuma, media penyebarannya dalam bentuk e-book (buku elektronik), artinya masyarakat harus mencetak atau memperbanyak sendiri. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengupayakan suatu kegiatan agar masyarakat mendapatkan akses buku mengenai bencana tanah longsor secara gratis tanpa harus memperbanyaknya sendiri. Sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan bencana, PVMBG pada tahun 2010 menerbitkan dua buah buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK-SMA. Edisi keduanya terbit pada tahun 2011. Buku tanah longsor untuk tingkat TK dan SD berjudul “Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor”, sedangkan untuk tingkat SMP-SMA “Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” (Gambar 4).

Gambar 3. Beberapa contoh buku mengenai bencana tanah longsor.

Gambar 4. Buku tanah longsor untuk tingkat TK – SD (Kiri); Buku tanah longsor untuk tingkat SMP –

SMA (Kanan) (Yukni, 2011).

Kedua buku ini mencantumkan sedikitnya empat pokok pikiran: (1) Apa itu bencana, (2) ciri-ciri daerah rentan bencana, gejala awal atau tanda-tanda bencana akan terjadi, (3) tindakan darurat yang dilakukan saat tanda-tanda akan terjadinya bencana muncul dan (4) upaya praktis sebelum, saat dan pasca bencana untuk meminimalkan bencana. Buku “Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” dibuat dalam bentuk komik (Gambar 5). Di sini dijelaskan apa, kapan dan bagaimana bencana longsor itu terjadi dan jenis longsoran. Selanjutnya dikenalkan penyebab terjadinya

Page 5: BVBG 20110303

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 21-24 Hal :21

longsoran dan tanda-tanda tanah longsor. Buku disampaikan secara ringan, tidak bertele-tele dan jumlah halamannya sedikit, terdiri dari 20

halaman. Ini memungkinkan siswa untuk bisa lebih menyerap apa yang disampaikan dalam buku tersebut.

Gambar 5. Buku tanah longsor dengan format komik (Yukni, 2011). Buku “Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” dibuat dengan format tulisan dipadu ilustrasi-ilustrasi gambar dan foto (Gambar 6). Penjelasan yang terdapat dalam buku sama dengan buku untuk tingkat TK-SD. Perbedaannya, penjelasan yang disampaikan buku yang berjumlah 30 halaman ini lebih detail. Walaupun detail, isinya tetap memakai bahasa yang mudah dipahami dan gambar yang menarik.

Gambar 6. Buku tanah longsor dengan format tulisan dipadu ilustrasi gambar dan foto (Yukni,

2011).

Page 6: BVBG 20110303

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Hal :22 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 22-24

Buku untuk tingkat SMP – SMA ini juga memaparkan strategi mitigasi bencana tanah longsor yang dilakukan pemerintah melalui PVMBG (Gambar 7). Strategi mitigasi bencana tanah longsor tersebut antara lain: • Pemetaan, menyajikan informasi visual

tentang tingkat kerawanan bencana alam di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.

• Penyelidikan, mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.

• Pemeriksaan, melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga

dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.

• Pemantauan, dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomidan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.

• Sosialisasi, memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau masyarakat umum, tentang bencana tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara seperti menerbitkan buku tentang bencana, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.

Gambar 7. Strategi mitigasi tanah longsor di PVMBG yang dituangkan dalam buku tingkat SMP- SMA (Yukni,

2011).

Page 7: BVBG 20110303

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 23-24 Hal :23

Buku ini disiapkan sebagai buku ilmiah populer yang disampaikan secara sederhana. Daya tariknya terletak pada pewarnaan yang bagus, teks yang mudah dipahami, gambar yang menarik dan ditunjang kertasnya yang cukup berkualitas. Buku mengenal tanah longsor dengan ukuran 24,3 cm x 17 cm ini dianggap praktis sebagai buku-buku panduan. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, buku ini mampu berperan sebagai media pembelajaran yang baik tentang konsep mitigasi bencana sejak usia dini. Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih memberi kesadaran bukan hanya tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana menjaga kelestarian alam untuk mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini. Buku-buku ini sebagai media pembelajaran tentunya tidak hanya diperuntukkan untuk anak-anak, namun bisa digunakan pihak lainnya, seperti guru, orang tua dan pendidik lainnya sebagai penyampai pesan. Pembelajaran bersama antara anak dengan pihak pendidik akan mengembangkan pembelajaran kualitatif. Jika anak dapat memahami konsep maka akan meningkatkan peluangnya dalam menyelamatkan diri dari bencana, dapat mengenali tanda-tanda peringatan, memahami faktor dasar, mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak sebelum bencana terjadi dan juga bagaimana harus bereaksi pada saat dan setelah bencana. Jika hal ini dapat dicapai maka anak pun kemudian akan mampu dengan sendirinya menilai, merencanakan, mengimplementasikan, dan lain-lainnya. Kesimpulan Jika anak-anak diajarkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, mereka akan membawa perubahan yang signifikan di masyarakat karena mereka adalah masa depan. Pendidikan melalui salah satu medianya yaitu buku merupakan sumber daya untuk menyiapkan anak-anak dalam pembelajaran bencana sejak dini. Buku ini hanya salah satu media, ada banyak media inovatif lainnya yang bisa dikembangkan untuk melengkapi kegiatan pembelajaran bencana. Dengan mengacu pada

buku ini, media pembelajaran lainnya bisa diciptakan misalnya film video, permainan (puzzle, ular tangga, monopoli), dan alat peraga. Bencana tentunya sesuatu yang tidak kita harapkan. Walaupun rawan terhadap bencana alam, kesadaran mengenai bencana seperti ini cukup rendah di Indonesia. Ini ditunjukkan oleh langkanya media pembelajaran mengenai bencana alam dan mitigasinya yang tersedia bagi masyarakat. Keberadaan buku ini sebagai bagian dari pendidikan kebencanaan. Pembuatan media pembelajaran untuk kesiapan dan mitigasi terhadap bencana alam akan memainkan bagian penting untuk membangun budaya masyarakat sadar, waspada, dan siap menghadapi/ mengantisipasi bencana. Daftar Pustaka Akbar, Setiawan. 2010. Pengembangan Model

Sekolah Siaga Bencana melalui Integrasi Pengurangan Risiko Bencana dalam Kurikulum. Jakarta. Konferensi Nasional Sekolah Aman.

Astuti, dan Sudaryono. 2010. Peran Sekolah dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana. Jakarta. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Volume 1 Nomor 1.

Bambang R., dan Bambang S. 2008. Mengenal Bencana Alam: Tanah Longsor. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Benson, and Bugge. 2006. Child-led Disaster Risk Reduction: A Practical Guide. Jakarta. Save The Children Foundation.

Shone, Rob. Komik Pendidikan: Bencana Alam Salju dan Tanah Longsor. Jakarta. Elex Media Komputindo.

Sutjiono, Thomas. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabur, No. 04/Th. IV/Juli 2005. Hal 76-84.

Tessa, dan Wardhani. 2007. Seri Bencana Alam di Indonesia: Banjir dan Tanah Longsor. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Tim Paket Pedoman Umum Penanggulangan Bencana untuk Masyarakat Umum (PUPBM). 2007. Tanah Longsor: Kisah tentang Peran Masyarakat Desa Saat

Page 8: BVBG 20110303

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Hal :24 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 24-24

Terjadi Bencana Tanah Longsor. Jakarta. Yayasan IDEP.

Tim Penyusun Seri Komik Bencana Alam. 2008. Mari Belajar tentang Tanah Longsor. Yogyakarta. Penerbit Postmo.

UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education, 2007. Kesiapan dan Pendidikan Bencana Alam untuk Pembangunan Berkesinambungan. Bangkok. UNESCO.

Waluyanto, Heru Dwi. 2010. Komik sebagai Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta. http://dgi-indonesia.com/komik-sebagai-media-komunikasi-pembelajaran. diakses tahun 2012.

Yukni, Arifianti. 2011. Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor. Bandung. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Yukni, Arifianti. 2011. Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor. Bandung. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.