buta warna

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tak ada seorang pun manusia yang menghendaki dirinya buta warna, namun tidak bisa di pungkiri dalam kehidupan nyata penderita buta warna memiliki keterbatasan untuk menempuh karir di bidang tertentu. Misalnya saja saat masuk fakultas keperawatan atau dalam pekerjaan tertentu seperti analis kimia dan sebagainya .Mereka memerlukan ketajaman pembedaan warna untuk menekunu ilmunya, yang tidak dapat dibedakan oleh orang yang menderita buta warna. Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu. Buta warna bisa disebabkan karena faktor genetis maupun faktor lain seperti karena Shaken Baby Syndrome, cedera atau trauma pada otak dan retina, maupun pengaruh sinar UV. Oleh karena itu, seseorang yang menderita defisiensi warna tersebut, otaknya tidak mampu menerima jenis warna secara normal.Di dalam retina mata itu terdapat tiga tipe reseptor warna, yaitu merah, biru, dan hijau. Anomali warna terjadi sebagai hasil 1

Upload: fitrani-dwina

Post on 26-Dec-2015

272 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Keperawatan Sensori Persepsi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tak ada seorang pun manusia yang menghendaki dirinya buta warna,

namun tidak bisa di pungkiri dalam kehidupan nyata penderita buta warna

memiliki keterbatasan untuk menempuh karir di bidang tertentu. Misalnya

saja saat masuk fakultas keperawatan atau dalam pekerjaan tertentu seperti

analis kimia dan sebagainya .Mereka memerlukan ketajaman pembedaan

warna untuk menekunu ilmunya, yang tidak dapat dibedakan oleh orang yang

menderita buta warna.

Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh

ketidakmampuan sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna

tertentu. Buta warna bisa disebabkan karena faktor genetis maupun faktor lain

seperti karena Shaken Baby Syndrome, cedera atau trauma pada otak dan

retina, maupun pengaruh sinar UV. Oleh karena itu, seseorang yang menderita

defisiensi warna tersebut, otaknya tidak mampu menerima jenis warna secara

normal.Di dalam retina mata itu terdapat tiga tipe reseptor warna, yaitu merah,

biru, dan hijau. Anomali warna terjadi sebagai hasil akibat kekurangan satu

atau lebih dari reseptor warna tersebut.

Abnormalitas pengelihatan warna tidak banyak mempengaruhi

kehidupan awal manusia seperti pada masa kanak-kanak, karena tidak disertai

oleh kelainan tajam pengelihatan, abnormalitas pengelihatan warna mulai

mempengaruhi ketika anak dihadapkan pada persyaratan untuk masuk jurusan

tertentu yang buta warna menjadi salah satu kriteria seperti kedokteran,

teknik, design grafis, dan lain-lain. Oleh karena hal tersebut, identifikasi dini

kelainan buta warna pelu dilakukan untuk membimbing anak dalam

menentukan jenjang pendidikannya kelak.

1

Dengan mengetahui genetic sebagai salah satu penyebabnya, kita

dapat mencegah peningkatan kasus buta warna seperti misalnya dengan

melakukan konseling pranikah.Kejadian buta warna meningkat pada pool

genetic dengan perkawinan di antara satu komunitas terisolir.Hal ini

berpeluang untuk terjadinya peningkatan prevalensi penderita buta warna

yang memiliki kecenderungan herediter.

Maka dari itu, pembahasan buta warna ini diharapkan bisa dimngerti

dan kita bisa mencegah terjadinya peningkatan jumlah penderita buta warna.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :

1.2.1 Apa pengertian buta warna ?

1.2.2 Bagaimana anatomi retina ?

1.2.3 Bagaimana fisiologi retina ?

1.2.4 Apa etiologi buta warna ?

1.2.5 Apa saja klasifikasi buta warna ?

1.2.6 Bagaimana patofisiologi buta warna ?

1.2.7 Apa saja manifestasi klinis buta warna ?

1.2.8 Bagaimana mekanisme buta warna?

1.2.9 Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien buta warna ?

1.2.10 Apa pengobatan untuk pasien buta warna ?

2

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Mengetahui pengertian buta warna

1.3.2 Mengetahui anatomi retina

1.3.3 Mengetahui fisiologi retina

1.3.4 Mengetahui etiologi buta warna

1.3.5 Mengetahui klasifikasi buta warna

1.3.6 Mengetahui patofisiologi buta warna

1.3.7 Mengetahui manifestasi klinis buta warna

1.3.8 Mengetahui mekanisme buta warna

1.3.9 Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien buta warna

1.3.10 Mengetahui pengobatan untuk pasien buta warna

3

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Buta Warna

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna.

Buta warna juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang

disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata

untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat

bukan warna yang sesungguhnya (Nina Karina, 2007).

Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidak

mampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu

pektrum warna tertentu akibat faktor genetis.

Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan

dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked,

karena kelainan ini dibawa olehkromosom X. Artinya kromosom Y tidak

membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita

buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa

sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta

warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan

buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan

pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya

kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka

seorang wanita tsb menderita buta warna.

Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan

putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi

ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel

kerucut.

4

2.2 Anatomi Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan

multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola

mata, mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya (Ilyas, 2008) .

Menurut Guyton & Hall (1997), retina merupakan bagian mata yang

peka terhadap cahaya, mengandung sel-sel kerucut yang berfungsi untuk

penglihatan warna dan sel-sel batang yang terutama berfungsi untuk

penglihatan dalam gelap.

Retina terdiri atas pars pigmentosa disebelah luar dan pars nervosa di

sebelah dalam. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan

epitel berpigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membrana Bruch,

khoroid, dan sclera, dan permukaan dalam berhubungan dengan corpus

vitreum (Snell, 2006).

Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:

1. Membrana limitans interna

2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang

berjalan menuju ke nervus optikus

3. Lapisan sel ganglion

4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan

sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar

5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal

6. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel

bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor

7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor

8. Mambrana limitans eksterna

9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar sel kerucut

10. Epithelium pigmen retina. Lapisan dalam membrane Bruch sebenarnya

adalah membrane basalis epithelium pigmen retina (Vaughan, 2000).

5

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada

kutub posterior (Vaughan, 2000). Tiga per empat posterior retina merupakan

organ reseptor. Pinggir anteriornya membentuk cincing berombak, disebut ora

serrata, yang merupakan ujung akhir pars nervosa. Bagian anterior retina

bersifat tidak peka dan hanya terdiri atas sel-sel berpigmen dengan lapisan

silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi prosessus siliaris

dan belakang iris (Snell, 2006).

Pada pertengahan bagian posterior retina terdapat daerah lonjong

kekuningan, disebut macula lutea, yang merupakan area retina dengan daya

lihat paling jelas (Snell, 2006). Secara klinis, makula adalah daerah yang

dibatasi oleh arkade-arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah

makula, sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus optikus, terdapat lekukan,

disebut fovea centralis. Secara histologis, fovea ditandai dengan menipisnya

lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan-lapisan parenkim karena akson-

akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pengeseran

6

secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina.

Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, di sini fotoreseptornya

adalah sel kerucut, dan bagian retina paling tipis (Vaughan, 2000)

Retina menerima darah dari dua sumber: khoriokapilaria yang berada

tepat di luar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk

lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, foto reseptor, dan lapisan epitel

pigmen retina; serta cabang-cabang dari arteri sentralis retina, yang mendarahi

dua per tiga sebelah dalam (Vaughan, 2000).

7

2.3 Fisiologi Retina

Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya.

Benda-benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu,

memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif

menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-

sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari

permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang

memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru

menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan

memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap

oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-

sel tersebut (Sherwood, 2001).

Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai

pigmen terutama cis aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan

membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini terlihat akibat

gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak

antara 440-700 (Ilyas, 2008).

Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna

yang terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3

macam pigmen yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan biru.

1. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)

2. Sel kerucut yang menyerap middle- wavelength light (green)

3. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)

Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan

warna mulai dari ungu sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga

pigmen sel kerucut harus bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen

mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna.

8

Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna

primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang

gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Ilyas, 2008).

Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan

rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang

gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan terjadi penggabungan

warna (Ilyas, 2008).

Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut

sebagai trikromat. Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2

komponen warna dan mengalami kerusakan pada 1 jenis pigmen kerucut.

Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya mampu

melihat satu komponen yang disebut monokromat. Pada keadaan tertentu

dapat terjadi seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak normal sehingga

pasien tidak dapat mengenal warna sama sekali yang disebut sebagai

akromatopsia (Ilyas, 2008).

2.4 Etiologi Buta Warna

Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta

warna total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus

trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua

jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi,

khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya,

penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X,

namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang

berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan

akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta warna

(Anonim, 2008)

Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes).

Jadi kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta

warna secara turunan lebih besar dibandingkan wanita yang bergenotif XX

9

untuk terkena buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya

saja, wanita disebut carrier atau pembawa, yang bisa menurunkan gen buta

warna pada anak-anaknya. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5%

wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk

dikromasi, protanopia, dan deuteranopia (Nina Karina, 2007).

Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah

OPN1LW (Opsin 1 Long Wave), yang menyandi pigmen merah dan

OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi pigmen hijau (Samir S.

Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).

Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit makula, saraf optik,

sedang pada kelainan retina ditemukan cacat relative penglihatan warna biru

dan kuning sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan melihat warna

merah dan hijau (Ilyas, 2008).

2.5 Klasifikasi Buta Warna

Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama),

deutros (kedua), dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3.

Biru.

1. Anomalous trichromacy

Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang

dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah

dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang

lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu

dari tiga sel reseptor warna tersebut.

Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan

interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah:

a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue).

Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien

mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal,

kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen

10

kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada

anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.

b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wavelenght

(green). Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau,

karena terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau.

c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan

terhadap long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya

sensitifitas warna merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu

membedakan warna dan melihat campuran warna yang dilihat oleh mata

normal. Penderita juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap

warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah

membedakan warna merah dan hitam.

2. Dichromacy

Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel

kerucut tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel

pigmen pada kerucut, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami

gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.

Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:

a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak

adanya photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan

terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari

seluruh pria. Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna

merah hijau sehingga sering dikenal dengan buta warna merah - hijau..

b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan

tidak adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam

membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).

c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength

cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan

11

warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga

buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang

dijumpai.

3. Monochromacy

Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang

hanya memiliki sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel

cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau

batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan warna dalam

arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total

atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat

autosomal resesif (Kurnia, 2009).

Bentuk buta warna dikenal juga :

a. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di

mana terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti

tajam penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral,

dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan

penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja,

dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya

makula dengan pigmen abnormal.

b. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal

yang jarang, tajam penglihatan normal, tidak nistagmus (Ilyas, 2008).

2.6 Patofisiologi Buta Warna

Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa

oleh kromosom X pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-

anaknya. Ketika seseorang mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu

menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi

dengan normal.

12

Pada bagian tengah retina, terdapat photoreceptor atau cone (seperti

kantung) yang memungkinkan kita untuk bisa membedakan warna.

Photoreceptor ini terdiri dari tiga pigmen warna ; yaitu merah, hijau dan biru.

Gangguan persepsi terhadap warna terjadi apabila satu atau lebih dari pigmen

tersebut tidak ada atau sangat kurang. Mereka dengan persepsi warna normal

disebut Trichromats. Mereka yang mengalami defisiensi salah satu pigmen

warna disebut dengan Anomalous Trichromats. Type ini adalah yang paling

sering ditemukan. Sedangkan mereka yang sama sekali tidak memiliki salah

satu dari pigmen warna itu disebut drichromat.

2.7 Manifestasi Klinis Buta Warna

Tanda seorang mengalami buta warna tergandung pada beberapa

factor; apakah kondisinya disebabkan factor genetik, penyakit, dan tingkat

buta warnanya; sebagian atau total. Gejala umumnya adalah kesulitan

membedakan warna merah dan hijau (yang paling sering terjadi), atau

kesulitan membedakan warna biru dan hijau (jarang ditemukan).Gejala untuk

kasus yang lebih serius berupa; objek terlihat dalam bentuk bayangan abu-abu

(kondisi ini sangat jarang ditemukan), dan penglihatan berkurang.

Gangguan persepsi warna dapat dideteksi dengan menggunakan table

warna khusus yang disebut dengan Ishuhara Test Plate. Pada setiap gambar

13

terdapat angka yang dibentuk dari titik-titik berwarna. Gambar digantung di

bawah pencahayaan yang baik dan pasien diminta untuk mengidentifikasi

angka yang ada pada gambar tersebut. Ketika pada tahap ini ditemukan

adanya kelainan, test yang lebih detail laggi akan diberikan.

2.8 Mekanisme Buta Warna

Untuk memahami bagaimana buta warna bekerja, Anda pertama kali

harus memahami komponen-komponen mata yang menggabungkan untuk

memberikan gambar yang Anda lihat. Anda mungkin akrab dengan komponen

seperti retina, iris, lensa, kornea etc. Menggabungkan bagian-bagian yang

terakhir untuk fokus dan proyek gelombang cahaya ke retina. Disfungsi dalam

hasil kornea sightedness pendek atau panjang sightedness etc; Namun

penyebab buta warna terletak di retina.

Retina yang bertanggung jawab untuk melewati cahaya apa pun

informasi yang itu tiba di bawah saraf optik ke otak. Retina terdiri dari kedua

‘batang’ dan ‘kerucut’ sel. Sel-sel batang sangat sensitif terhadap cahaya,

dalam kenyataannya lebih dari 100x sensitif seperti sel-sel kerucut. Sel batang

menjadi aktif dalam kondisi cahaya rendah dan biasanya dalam penglihatan

tepi. Demonstrasi sederhana ini adalah untuk pergi ke luar pada awan-free

berikutnya malam dan melihat bintang-bintang. Jika Anda melihat langsung

ke arah mereka, Anda mungkin tidak melihat banyak, tetapi jika Anda

mencoba untuk mempelajari visi periferal Anda, Anda akan menemukan

bahwa jauh lebih terang terdeteksi, karena ini adalah di mana fungsi sel

batang. Akan tetapi, sel-sel batang tidak ada hubungannya dengan apakah

seseorang buta warna, seluruh kegiatan yang terjadi dengan sel kerucut.

14

2.9 Pemeriksaan Penunjang Buta Warna

a) oftalmoskop

Suatu alat dengan system pencahayaan khusus, untuk melihat bagian dalam

mata terutama retina dan struktur terkaitnya

b) tes penglihatan warna

uji ishihara

Merupakan uji untuk mengetahui adanya defek penglihatan warna,

didasarkan pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan

berbagai ragam warna (Ilyas, 2008).

Menurut Guyton (1997) Metode Ishihara yaitu metode yang dapat

dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan

pada pengunaan kartu bertitik-titik. Kartu ini disusun dengan menyatukan

titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.

Merupakan pemeriksaan untuk penglihatan warna dengan memakai

satu seri gambar titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda (gambar

pseudokromatik), sehingga dalam keseluruhan terlihat warna pucat dan

menyukarkan pasien dengan kelainan penglihatan warna melihatnya.

Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat

sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang

diperlihatkan. Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali tanda

gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10 detik (Ilyas, 2008).

Penyakit tertentu dapat terjadi ganguan penglihatan warna seperti buta

warna merah dan hijau pada atrofi saraf optik, optik neuropati toksi dengan

pengecualian neuropati iskemik, glaukoma dengan atrofi optik yang

memberikan ganguan penglihatan biru kuning (Ilyas, 2008).

15

salah satu test uji buta warna

uji pencocokan benang

pasien diberi sebuah gelendong benang dan diminta untuk

mengambilgelendong yang warnanya cocok dari setumpuk gelendong yang

berwarna-warni

c) tes sensitivitas kontras

Adalah kesanggupan mata melihat perbedaan kontras yang halus,

dimana pada pasien dengan gangguan pada retina, nervus optikus atau

kekeruhan media mata tidak sanggup melihat perbedaan kontras tersebut

d) tes elektrofisiologik

elektroletingrafi (ERG)

untuk mengukur respon listrik retina terhadap kilatan cahaya bagian

awal respon flash ERG mencerminkan fungsi fotoreseptor sel krucut dan sel

batang

elektro okulografi (EOG)

untuk mengukur potensial korneoretina tetap. Kelainan EOG terutama

terjadi pada penyakit secara dipus mempengaruhi epitel pigmen retina dan

fotoreseptor

16

2.10 Pengobatan

Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk

mengobati masalah gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna

ringan dapat belajar mengasosiasikan warna dengan objek tertentu.

Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa dengan

filter warna khusus yang memungkinkan pasien melakukan interpretasi

kembali warna

17

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengakajian

I. Identitas

II. Riwayat Kesehatan

a. Kapan keluhan dirasakan.

b. Apakah gangguan penglihatannya ini mempengaruhi ketajaman

penglihatan.

c. Bagaimana gangguan penglihatan itu terjadi.

d. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya (massa

tumor).

e. Apakah pasien merasa ketajaman penglihatannya berkurang.

f. Apakah ada keluhan lain yang menyertai (misalnya: gatal, pusing, keluar

pusdan darah pada mata).

g. Apakah pasien sering minum obat-obat tertentu (nama obatnya dan lama

penggunaannya).

h. Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama.

i. Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit mata yang sama.

III. Riwayat Sosial

a. Tanyakan usia pasien dan bandingkan dengan perkembangan yang normal

dari matanya

b. Tanyakan tentang hobby dan kegiatan yang dilakukan pasien.

IV. Riwayat Psikologis

a. Bagaimana perilaku dan reaksi pasien serta keluarganya terhadap gangguan

penglihatan yang dialami pasien.

b. Mekanisme koping yang biasa digunakan pasien dalam menghadapi dan

mengatasi masalahnya.

18

V. Pengkajian Fisik

a. Tes penglihatan warna: uji ishihara

b. Pemeriksaan tajam penglihatan (visus dasar)

o Visus OD

o Visus OS (tidak dapat diukur karena ada massa tumor)

c. Pemeriksaan anatomik dilakukan dengan cara objektif

o Inspeksi: perhatikan tanda-tanda nyata (adanya pembengkakan,

kemerahan dan tumor)

o Palpasi: untuk menentukan adanya tumor, rasa sakit (nyeri tekan),

keadaan dan tahanan intra okuler.

d. Pemeriksaan Diagnostik

o ERG: defisiensi salah satu sel kerucut

o Oftalmoskop :Retina berwarna kuning-merah dengan bercak-bercak

hitam-coklat.

19

3.2 Diagnosa Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Gangguan sensori

persepsi

(penglihatan) b.d

defek penglihatan

warna

DS :

o Keluhan tidak

dapat

o membedakan

warna tertentu

o Keluhan silau

pada cahaya

terang

DO:

o Interpretasi

warna rendah

o Tidak dapat

menyebutkan

angka dalam

buku ishihara

Vision Compensation

Behavior

Aktivitas :

Posisikan diri untuk

meningkatkan penglihatan.

Anjurkan anggota keluarga

untuk menggunakan teknik

meningkatkan penglihatan

Gunakan alat bantu

penglihatan

gunakan kacamata

2 Harga diri

rendah b.d

Gangguan konsep

diri

DS:

o Merasa malu

Body image

Indikator :

-Menerima bagian

tubuh yang mengalami

gangguan

-puas dengan

penampilan tubuh

Self estem enhancement

Aktivitas :

monitor pernyataan pasien

tentang dirinya

Bantu pasien untuk

meningkatkan penilaian

dirinya terhadap penghargaan

20

dengan orang

lain

DO:

o Tampak

murung

o Menarik diri

o Perasaan (-)

terhadap

tubuh

-Puas dengan fungsi

tubuh

Kriteria NOC :

1. Tidak dilakukan sama

sekali

2. Jarang dilakukan

3. Sedang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

dirinya

Bantu pasien untuk

meningkatkan kepercayaan

dirinya

Berikan dorongan kuat untuk

pasien

Dorong kontak mata dalam

komunikasi dengan semua

orang

Berikan pendidikan kesehatan

kepada keluarga

Berikan pendidikan kesehatan

pada klien tentang penyakit

3 Resiko terhadap

cedera

Risk Kontrol

Kriteria Hasil :

Klien terbebas

dari cedera

Klien mampu

menjelaskan

cara/metode

untuk mencegah

injury/cedera

Klien mampu

menjelaskan

factor resiko dari

lingkungan/perila

ku personal

Mampu

memodifikasi

gaya hidup

untukmencegah

Environment Management

Aktivitas :

Sediakan lingkungan yang

aman untuk pasien

Identifikasi kebutuhan

keamanan pasien, sesuai

dengan kondisi fisik dan

fungsi kognitif  pasien dan

riwayat penyakit terdahulu

pasien

Menghindarkan lingkungan

yang berbahaya (misalnya

memindahkan perabotan)

Memasang side rail tempat

tidur

Menyediakan tempat tidur

yang nyaman dan bersih

Menempatkan saklar lampu

21

injury

Menggunakan

fasilitas kesehatan

yang ada

Mampu

mengenali

perubahan status

kesehatan

ditempat yang mudah

dijangkau pasien.

Membatasi pengunjung

Memberikan penerangan

yang cukup

Menganjurkan keluarga

untuk menemani pasien.

Mengontrol lingkungan dari

kebisingan

Memindahkan barang-

barang yang dapat

membahayakan

Berikan penjelasan pada

pasien dan keluarga atau

pengunjung adanya

perubahan status kesehatan

dan penyebab penyakit.

22

No NANDA NIC

1. Gangguan perseps isensori (pengelihatan)

berhubungan dengan defek penglihatan warna

a. Kaji bentuk defisiensi buta warna. Tentukan apakah salah satu atau kedua

mata yang rusak:

Rasional:

Menentukan kriteria buta warna yang diderita.

b. Lakukan tindakan untuk membantu klien mengurangi keterbatasan

penglihatan pada cahaya terang, contoh: perbaikan sinar/warna yang terang.

Rasional:

Menurunkan rasa silau pada mata.

c. Anjurkan klien menggunakan teknik khusus dalam menginterpretasi warna,

misalnya: dengan menghafal bentuk, ukuran, ukuran/susunan dll suatu

benda.

Rasional:

Memudahkan klien menentukan warna yang dimaksud oleh suatu benda.

d. Kolaborasi dengan dokter untuk penggunaan kacamata.

Rasional:

Kacamata dengan lensa yang memiliki filter warna khusus memungkinkan

klien untuk menginterpretasi warna dengan benar.

23

2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan

harga diri rendah

a. Beri kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Rasional:

Memvalidasi perasaan dan persepsi klien meningkatkan kesadaran diri dan

mempertinggi konsep diri.

b. Beri dukungan psikologis

Rasional:

Dapat bersikap realistis dan menerima keadaannya.

c. Beri informasi yang akurat tentang penyakitnya

Rasional:

Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya sehingga

ansietasnya dapat berkurang dan dapat menerima dirinya apa adanya.

3. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan

kurangnya interpretasi warna.

a. Anjurkan untuk tetap menggunakan teknik-teknik

khususdalammenginterpretasiwarna.

Rasional:

Klien dapat mengidentifikasi warna dari suatu benda yang dapat

menurunkan resikocedera.

b. Anjurkan orang terdekat untuk selalu bersama klien.

Rasional:

24

Menurunkan kebingungan klien, di mana ia dapat ditanya pada orang

terdekatnya bila ia tidak bisa menginterpretasikan suatu benda.

c. Ingatkan klien untuk tetap menggunakan kacamata

Rasional:

Penggunaan kacamata dengan lensa yang berfilter warna khusus

memungkinkan klien untuk menginterpretasikan warna dengan baik yang

dapat menghindaridirinya dari cedera.

25

26

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Buta warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-

sel kerucut mata yang tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum

warna-warna tertentu.

Selayang pandang tentang buta warna.Buta warna biasanya bersifat

genetik, tetapi juga bisa disebabkan oleh luka traumatik atau paparan

bahan kimia.Ada tiga jenis buta warna ,jenis pertama adalah kondisi

dimana sulit untuk membedakan antara warna merah dan hijau. Jenis

kedua sulit untuk membedakan antara warna biru dan kuning, dan jenis

yang ketiga adalah buta warna lengkap di mana mata tidak dapat

mendeteksi warna sama sekali.

Untuk mengetahui seseorang menderita buta warna dilakukan

sebuah test yaitu tes Ishihara. Tes Ishihara, banyak digunakan untuk

menguji orang yang buta warna, diciptakan oleh Shinobu Ishihara, seorang

opthalmologist asal Jepang. Tes Ishihara terdiri dari 38 piring penuh

dengan titik-titik berwarna.Di tengah-tengah piring yang penuh dengan

titik berwarna tersebut, terdapat titik-titik lagi yang berbeda corak dan

warna berbentuk angka, dimana orang yang buta warna tidak bisa melihat

angka tersebut.

Sampai saat ini belum ada tindakan atau pengobatan yang dapat

mengatasi gangguan persepsi warna ini.Namun penderita buta warna

ringan dapat belajar mengasosiasikan warna dengan objek tertentu.

4.2 Saran

Penulis berharap agar pembaca memberikan kritik dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah

ini bermanfaat bagi kita semua.

27

28