bulletin78 24 - juli agust 2008

49
Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978 Edisi Juli–Agustus 2008 Ilyas Karim Sang Pengibar Bendera Pusaka 1945

Upload: syaifulazram

Post on 08-Jun-2015

646 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978 Edisi Juli–Agustus 2008

Ilyas KarimSang Pengibar Bendera Pusaka 1945

Page 2: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

2 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Bulletin ini diterbitkan oleh”Paguyuban Paskibraka1978” (PP’78) dan dikelolaoleh para Purna Paskibra-ka 1978 yang ada di Jade-botabek dengan tujuan un-tuk menggalang rasa per-saudaraan (brotherhood)sesama teman seangkatan.Harapan kami, buletin se-derhana ini juga dapatmenjadi media komunikasialternatif antar Purna Paski-braka, meski ruang gerakdan edarnya terbatas.

Surat-surat/tulisan dapatdialamatkan ke:

l SYAIFUL AZRAMPondok Tirta Mandala E4No. 1 Depok 16415HP. 08161834318E-mail:[email protected]

l BUDIHARJO WINARNOGema Pesona AM-7,Jl. Tole Iskandar 45,Depok 16412HP. 0818866130E-mail :muztbhe_depok

@yahoo.com.

Salam ’78

Paguyuban Paskibraka 1978Ketua (Lurah) : Yadi Mulyadi (Jabar)

Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar)Sekretaris : Syaiful Azram (Sumut)

Saraswati (DKI Jakarta)Bendahara : Arita Patriana Sudradjat (Jabar)

Budi Saddewo Sudiro (Jateng)

Bala Paskibraka 1978 di Jadebotabek:l Budiharjo Winarno (Yogya) l Sonny Jwarson Parahiyanto (Jatim)l Tatiana Shinta Insamodra (Lampung) l Amir Mansur (DKI Jakarta)l I Gde Amithaba (Bali) l Sambusir (Sumsel) l Halidja Husein(Maluku) l M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra) l

Teman-teman Paskibraka 78,Edisi kali ini memang terlalu lama berjarak dengan edisi

sebelumnya. Kami tahu kehadirannya sudah ditunggu-tunggu, namun itulah yang terjadi. Kami tak mampu menga-lahkan batas kemampuan kami sendiri, di tengah banyaknyahal yang mesti dikerjakan sementara raga yang satu-satunya pun kadang tak bisa melawan rasa letih.

Menyambut peringatan 63 Tahun Kemerdekaan RI, dalamedisi ini kami mempersembahkan sebuah tema khususyang pastinya sangat penting bagi Paskibraka. Sebuahkisah tentang siapa sebenarnya yang mengibarkan benderapusaka pada 17 Agustus 1945, dengan pengungkapanlangsung dari pelakunya yang masih hidup: Ilyas Karim.

Menjelang buletin ini ”naik cetak”, 20Juli 2008, kebetulanKak Idik Sulaeman memperingati hari ulang tahunnya yangke-75. Atas prakarsa Kak Sjafrudin Saleh (70) dan Kak Yani(72), diadakanlah acara di Jakarta City Centre. Acara yangjuga dimaksudkan untuk ”temu kangen” para Purna Paski-braka itu akhirnya justru menghasilkan buah lain: yaknikesepakatan untuk mengadakan ”Reuni Alumni PaskibrakaNasional”.

Karena itu, sejalan dengan rencana kita untuk mengadakan”Reuni Kedua Paskibraka 78”, persiapkanlah diri untukhadir ke Jakarta. Komunikasi yang lebih intensif dalamtenggang waktu yang semakin sempit antara kita mutlakdiperlukan. Kalian tinggal menentukan kapan bisa hadir diJakarta, maka kami akan mempersiapkan segala sesuatunyaagar acara Reuni itu bisa lebih bermakna.

Yang pasti, selain bertemu dengan teman-teman sesamaPaskibraka 78, kita juga akan bertemu dengan Kakak-kakakdan adik-adik Purna Paskibraka, mulai angkatan 1967sampai 2007. Kami tunggu !!

Sebagian atau seluruh isibuletin ini dapat dikutip/di-perbanyak atau dibagikankepada Purna Paskibrakaangkatan lain bila diang-gap perlu, dengan menye-butkan sumber secara jelas(nama penulis dan BuletinPaskibraka’78).

© Paskibraka’78

Page 3: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 3

Bulletin Paskibraka ’78

Sajian Edisi Ini

Sang PengibarBendera Pusaka

Sampai menjelang peri-ngatan 63 Tahun IndonesiaMerdeka, tak banyak orang

tahu siapa sebenarnyapemuda bercelana pendek

yang mengibarkan benderapusaka seusai proklamasi

tahun 1945. Dia adalah IlyasKarim dan masih ada di

tengah-tengah kita.

Ultah ke-75 Kak Idik ............... 15

Reuni Paskibraka Nasional ....17

Pemikiran untuk Reuni .......... 18

Saatnya Ada Wadah Alumni . 20

Korps tak Pernah Mati ........... 21

Latihlah dengan Hati ............. 27

Mengenang Kak Dhar ............ 29

Menyapa Angin .......................31

Terbitkan Terus! ...................... 32

Apa Kabar Reuni ’78? .............33

Kado Kecil dari ’78 .................37

Buletin ’78 Bacaan Favorit .... 38

Kenangan Paskibraka ’87 ...... 39

Surat-surat dari Purna ........... 40

Celoteh ’78 via Dunia Maya .. 41

Info Alamat ’78 ...................... 47

Reuni Kecil Paskibraka’83

4-144-144-144-144-14

22222 3 - 23 - 23 - 23 - 23 - 266666

Setelah memendam kerinduanselama 24 tahun, akhirnya Paskibraka

83 berhasil mengadakan reuni kecil.Mereka sedang bersiap untuk reuni

besar tentunya.

Page 4: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

4 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Pagi itu, tanggal 17 Agustus 1945,Ilyas Karim dan teman-temannyadari Angkatan Muda Islam (AMI)

sedang berkumpul di markas mereka, JalanMenteng 31. Seperti biasa, anak-anak mudanasionalis itu selalu serius membicarakansituasi politik terakhir menjelang kemerde-kaan Indonesia.

Tanpa diundang, tiba-tiba datanglah LatiefHendraningrat, salah satu ChuDancho(komandan) PETA (Pembela Tanah Air) diJakarta. ”Ayo, kamu semua ikut saya kePegangsaan Timur. Di sana mau adakeramaian!” ajaknya.

Tanpa banyak komentar, bersama sekitar50 orang anggota AMI, Ilyas bergegas.Sesampainya di sana, mereka segerabergabung dengan banyak orang yangsudah hadir lebih dulu. Cuaca pagi itu tidakbegitu panas dan suasana di rumah besaritu tampak tenang. Daerah sekitar Pegang-saan Timur dijaga ketat oleh anggota PETA.

Saat Sang Saka Dikibarkan...Keluar dari dalam sebuah ruangan, Latief

kembali menemui Ilyas. Tanpa basa-basi iabertanya, ”Kamu bisa mengibarkan benderanggak?”

Ilyas yang saat itu tidak menggunakanalas kaki segera menjawab, ”Bisa Pak!”

”Baik, nanti kamu bertugas mengibarkanbendera bersama Singgih,” perintah Latief.

Pada sekitar pukul sepuluh pagi, peristiwabersejarah itupun terjadi. Proklamasi Kemer-dekaan Indonesia pun dilaksanakan. Di-dampingi Bung Hatta, Bung Karno mem-bacakan naskah Proklamasi yang menandaidiumumkannya pernyataan kemerdekaanIndonesia di depan rumah nomor 56 itu.

Tak lama setelah itu, Latief HendraningratLatief menuju ke pintu rumah Bung Karno.Dari tangan Ibu Fatmawati, Latief menerimasebuah bendera berwarna Merah-Putih.(Bendera yang dijahit sendiri oleh IbuFatmawati dari dua carik kain yang dipero-lehnya dengan susah payah itu kelak

IPPHOS

Page 5: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 5

Bulletin Paskibraka ’78

disebut sebagai bendera pusaka).Berbalik ke halaman, bendera itu dise-

rahkan Latief kepada Singgih yang memakaiseragam PETA (karena ia juga salahseorang ChuDancho) dan Ilyas Karim yangmengenakan celana pendek.

Kedua pemuda itu segera menuju tiangbendera. Di depan tiang, Singgih meraihtali dan mengikatkan bendera. Setelahsiap, Latief memberi aba-aba penghormatankepada bendera danseluruh hadirin membe-rikan penghormatan.

Diiringi paduan suarasebuah sekolah yangmenyanyikan lagu Indo-nesia Raya, Singgihmenarik tali dan men-gerek bendera MerahPutih naik perlahan kepuncak tiang. Ilyasmemegangi bagian taliyang lain sambil meng-ulurnya mengikuti tarikanSinggih dan menjagaagar bendera berkibartidak terjepit.

Akhirnya, benderasampai di puncak tiang.Dan itulah kali pertama bendera MerahPutih berkibar secara resmi sebagai benderakebangsaan Republik Indonesia.

Foto Ilyas mengibarkan bendera kiniterabadikan dalam buku-buku sejarah. Tubuhcekingnya tampak mengenakan kemejadan celana pendek putih, sementara Singgihmengenakan seragam tentara lengkap.Bung Karno, Bung Hatta, dan Ibu Fatmawatimendongak ke atas menyaksikan benderayang mulai naik ke puncak tiang. (Foto itumerupakan satu dari dua foto peristiwaproklamasi yang paling terkenal).

Seusai upacara, Bung Karno mengajakhadirin masuk ke ruang tengah rumahnyauntuk menyantap makanan ringan. Ilyas

bergabung dengan tamu yang lain dan ikutmakan kue, termasuk kue bolu yangdidatangkan dari Senen.

Bung Karno menghampiri Ilyas dankawan-kawan sembari memberi wejangan.‘’Kalian para pemuda. Belajarlah yang sung-guh-sungguh. Kalau berdagang, berdagang-lah yang sungguh-sungguh’ ‘ ucap sangfounding father.

Namun, beberapasaat kemudian, adayang menyuruh agarkue-kue dibawa keluardan dimakan di hala-man. Ternyata, itu hanyacara para pemimpin”mengusir” hadirin se-cara halus dari dalamrumah.

Bung Karno, BungHatta dan para tokohpolitik kemudian meng-adakan pertemuan didalam rumah itu. Ilyassendiri tak tahu apayang dibicarakan dalampertemuan tersebut. Ber-sama teman-temannyaia ikut keluar kehalaman, lalu

membubarkan diri setelah semua hadirinpulang.

Sesampainya di rumah, Ilyas segeramenemui ibunya dan menceritakan kalautadi ia bertugas mengibarkan bendera Me-rah Putih di Pegangsaan Timur seusaiBung Karno membacakan naskah Prokla-masi. Ibunya sangat gembira dan berkata,”Syukur Alhamdulillah. Akhirnya kita merdekajuga, ya. Semoga apa yang kamu lakukantadi dapat ridho dari Allah.”

***

Itulah sebuah pengalaman yang detilnyabegitu lekat di kepala Ilyas Karim,sampai kini usianya mencapai 80 tahun

lebih. Perannya sangat besar, walaupun di

Dari 50-an pemuda

AMI, kebetulan saya

yang paling muda,

18 tahun, dan punya

badan paling kecil.

Dipikir Latief saya

yang paling gesit.

Page 6: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

6 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Ada sebuah keraguan munculketika aku tiba di depan rumahitu. Sebuah rumah sederhana

dengan cat biru, sudah kusam pulawarnanya. Letaknya hanya lima meterdari rel kereta api listrik Jakarta-Bogor, diatas tanah milik PJKA di Jalan RawajatiBarat, Kalibata, Jakarta Selatan.

Pintu rumah itu terbuka lebar. Terlihatruangan di dalamnya yang tidak begituluas, dan tanpa perabotan. Ketika ucapansalam kusampaikan sambil melongokkankepala ke dalam rumah, tampak seorangkakek sedang duduk di kursi kayu tua.Wajahnya tersenyum ramah. ”Ayo nak,masuk saja dan duduk di sini.”

Sang kakek berambut putih, dengantopi haji putih, berkaos oblong danmemakai celana panjang putih. Setelahbersalaman aku duduk di sampingnya.Mataku mulai menyapu sekelilingruangan. Ada tiga kursi kayu yang jugatampak kusam serta beberapa kursiplastik.

Mataku beralih ke arah sang kakek.Kulitnya masih bersih dan segar, senyumramahnya tampak lepas tanpa bebandan mencairkan suasana menjadinyaman. “Apa kabar Pak?” sapaku, “Baik.Adik ini siapa dan kenapa datang ke siniuntuk bertemu dengan saya. Dari manadapat alamat rumah saya?” jawabnyabalik bertanya.

Keakraban segera hadir di antarakami setelah aku menjelaskan maksudkedatanganku. Kami lalu berbincangtentang banyak hal, terutama kenangandirinya pada masa sekitar proklamasikemerdekaan. Namun, aku masih sajatertegun dan setengah tidak percaya,

Bertemu hari-hari seputar Agustus 1945 itu semuanyaseolah ”lenyap” ditelan hingar-bingar suaramengelu-elukan Soekarno-Hatta dan ke-gembiraan mencapai kemerdekaan.

“Saat itu, dari AMI ada 50 pemuda yangikut ke Pegangsaan Timur 56. Saya jugatidak mengerti, mengapa akhirnya sayayang dipilih oleh Latief untuk ikut mengi-barkan bendera. Barangkali, ini hanya kebe-runtungan saya,” katanya.

Pada 17 Agustus 1945 itu, anak-anakmuda AMI memang diberi tugas oleh ChaerulShaleh untuk mengawal prosesi proklamasikemerdekaan di Pegangsaan Timur.ChuDancho Singgih, yang saat itu tentaraPETA, ditugaskan mengerek bendera.

Latief Hendraningrat-lah yang kemudianmenugaskan Ilyas membantu Singgihmemegangi bendera. Dari 50-an pemudaAMI, kebetulan Ilyas yang paling muda, 18tahun, dan badannya paling kecil. ‘’Dipikirnyasaya yang paling gesit,’’ kata dia sembariterkekeh.

Untungnya Ilyas punya pengalamanmengibarkan bendera ketika sekolahtarbiyah di Banten. Bedanya yang ia kibarkansaat itu adalah bendera Belanda. Lagunyapun lagu kebangsaan Belanda.

Dipilih mengibarkan bendera saat prok-lamasi, kontan saja Ilyas merasa banggaPeristiwa itu mahapenting. ‘’Itu adalah titikbalik bagi Indonesia dari bangsa budakmenjadi bangsa merdeka. Dan, saya terlibatdalam peristiwa paling bersejarah itu,’’katanya.

Keberuntungan itu bagi Ilyas merupakansebuah anugerah yang pantas disyukuri.Namun, bagi pemuda Indonesia, sosokIlyas Karim yang muncul sebagai salahsatu pelaku sejarah kemerdekaan adalahsebuah simbol.

Dan bagi Paskibraka, sosok Ilyas bukansaja mewakili pemuda, tapi juga remajaberusia 18 tahun yang kemudian mengil-hami gagasan pengibaran bendera pusakaoleh Paskibraka.***

Page 7: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 7

Bulletin Paskibraka ’78

kalau yang ada di hadapanku adalahseorang Ilyas Karim. Satu dari dua orangyang mengibarkan bendera Merah-Putihuntuk pertama kali setelah pembacaanProklamasi Kemerdekaan RI di Pegang-saan Timur 56 Jakarta.

Yang membuat pikiranku berkecamukbukanlah sosoknya sendiri. Tetapi sebuahpertanyaan: mengapa seorang pelakusejarah yang masih hidup seperti diatidak pernah terpublikasikan. Selama ini,buku sejarah di sekolah hanya mencatatLatief Hendraningrat sebagai pengibarbendera saat proklamasi. Hampir tak adaorang yang tahu dan hampir tak pernahsekalipun disebutkan bahwa yang mela-kukan tugas pengibaran pada hari ituadalah Ilyas Karim dan Singgih.

Saat kutanyakan mengapa tidak ada

yang tahu tentang fakta sejarah pengibaranbendera pusaka pertama kali itu, segeraia menjawab. ”Lha, selama ini orang tidakada yang bertanya kepada saya, masaksaya harus bercerita ke mana-mana bah-wa saya yang mengibarkan bendera itu,”katanya kalem.

Dengan enteng, Ilyas kemudian menje-laskan bahwa baru akhir-akhir ini sajabanyak orang yang menanyakan perihalpengibaran bendera itu kepadanya. ”Pa-dahal saya sering diundang untuk berceritatentang sejarah kemerdekaan di beberapadaerah,” katanya.

Ilyas menduga, ketidaktahuan masya-rakat tentang siapa dirinya mungkin dise-babkan karena ia baru masuk tentarasetelah masa kemerdekaan. Walaupunkemudian dan aktif bertugas di beberapa

Budiharjo berbincang dengan Ilyas Karim

Budiharjo

Ilyas Karim, Sang Pengibar

Page 8: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

8 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

daerah, peran pengibar bendera itutidak begitu melekat di benak orang.Toh, biasanya yang mengibarkan ben-dera itu tentara, bukan pemuda sipilseperti dirinya saat itu.

Obrolan kami sering terputus olehderu suara kereta listrik (KRL) Jakarta–Bogor yang berseliweran hampir 5 menitsekali. Suara derak roda kereta begitudekat karena rumah Ilyas terletak persisdi sisi rel dan hanya dibatasi beberapabatang pohon pisang. (Baca: RumahKusam di Pinggir Rel )

Rumah sederhana seluas 50 meterpersegi itu ditempati Ilyas setelah digusurdari asrama tentara Siliwangi di Lapang-an Banteng, Jakarta Pusat. Dan kabar-nya, tahun 2009 nanti Ilyas tampaknyaakan digusur untuk kedua kalinya. Didepan rumahnya yang sekarang, akandidirikan sebuah apartemen. ”Kami yanghanya numpang di tanah Negara haruspindah,” katanya lirih.

”Lha kemudian Bapak mau pindahke mana,” tanyaku.

”Saya masih punya rumah di Cakungyang dibelikan anak saya. Tapi tempatnyaterlalu jauh kalau mau pergi ke mana-mana,” jawabnya.

”Apakah Bapak tidak ingin ikut putriBapak yang bekerja di Jerman?” tanyakulagi, karena di awal pertemuan Ilyassempat bilang kalau anak perempuantertuanya tinggal di Jerman.

”Ah, saya ini kan orang Indonesia,tetap akan lebih nyaman tinggal diIndonesia, di mana saya lahir danmengisi seluruh kehidupan,” ujar kakekdari 25 cucu yang diperolehnya dari 15anak.

Selama berbincang dengan Ilyas, akumelihat ada sesuatu yang tak lazimpada dirinya. Matanya tampak anehkarena kedua kelopak atas matanyaditarik dengan isolasi bening. Tanpaditanya, sambil tersenyum ia lalumenjawab rasa keherananku. ”Janganbingung nak. Karena terkena stroke,kedua mata saya harus ditarik denganisolasi agar bisa tetap terbuka. Kalautidak, saya seperti orang tidur karenamata saya tertutup terus,” jelasnya.

Dengan bijak, ia lalu mengaku kalautubuhnya sekarang ibarat sebuah bankyang punya banyak simpanan. Bukansimpanan uang, tapi penyakit. ”Saya inipunya 5 macam penyakit yaitu strokemata, diabetes, prostat, hipertensi danasam urat. Maklumlah sudah tua,”katanya.

Di usia yang kini 80 tahun, atau sudahsangat sepuh (tua), Ilyas ditemani olehisteri ketiganya karena isteri pertamadan kedua sudah meninggal. Sementaraanak-anaknya tidak ada yang tinggal diJakarta. Anak pertama tinggal di Jermansedang yang lain tersebar diseluruhIndonesia.

n Budiharjo Winarno

Budiharjo

Page 9: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 9

Bulletin Paskibraka ’78

Ilyas Karim lahir di Padang, SumateraBarat, pada tahun 1927. Karena lupaharinya, maka pemerintah mencantum-

kan tanggal lahir 31 Desember 1927 dalamKTP-nya. Itu berarti, kini dia berusia 81tahun.

Pada usia 9 tahun, atau tahun 1936, Ilyasdan keluarganya hijrah ke Jakarta. Iadisekolahkan di Banten, sementara ayahnyabertugas sebagai demang (camat) di daerahMatraman, Jakarta Pusat.

Tahun 1940 pesawat Jepang sudah mulaimembentangkan sayap di langit ibu pertiwi.Tahun 1942 Jepang masuk ke Jakarta dansekitar tiga bulan kemudian tokoh-tokohyang dianggap berseberangan ideologidengan mereka mulai diculik dan ditangkap.Ayah Ilyas salah satunya. Pekerjaannyasebagai demang dianggap sebagai antekBelanda dan membahayakan kedudukanJepang.

Ketika Ilyas sedang pulang ke Jakartadari banten, ia diberitahu ibunya soalayahnya yang ditangkap dan dibawa keTegal. Tanpa pikir panjang Ilyas yangbertubuh kecil hari itu juga naik kereta apike Tegal.

Sesampai di Tegal, dia bertanya-tanyakepada orang-orang yang mungkin tahu dimana orang-orang yang dari Jakartaditahan. Akhirnya diperoleh berita kalauayahnya ditahan di sebuah gedung dekatpelabuhan, karena para tahanan akanditugaskan untuk memperbaiki kapal yangrusak.

Dari cerita penduduk, Ilyas tahu kalauingin bertemu dengan ayahnya harusmembawa buah-buahan untuk tentaraJepang. Ilyas yang tidak punya uang hanyabisa berputar-putar di kota Tegal. Saatsampai di sebuah pasar. Ilyas melihat adaseorang penjual pisang, maka dengan

memberanikan diri dia bercerita kepadapenjual pisang untuk meminjam satu sisirpisang sebagai sarana bertemu denganayahnya dipenjara.

Melihat anak muda yang kelihatan sangatingin bertemu orangtuanya, akhirnya Ilyasdiberi satu sisir pisang dan beberapa butirtelur ayam. Datanglah ia ke penjara dankepada petugas dia berkata, ”Tuan maupisang?” Tentara Jepang itu menjawab, ”Ohbanana, banana, bawa ke sini.”

Setelah pisang dan telur dimakan tentaraitu bertanya mengapa Ilyas datang ke situ.llyas menjelaskan bahwa kemarin adatawanan yang dibawa dari Jakarta, salahsatunya dari mereka adalah ayahnya. ”Sayaingin bertemu dengannya,” Ilyas memohon.

Kadung sudah sudah ”disuap” makanan,tentara Jepang mempersilakan Ilyas bertemuayahnya. Sang ayah begitu terharu melihatanaknya berani menyusul sampai ke Tegal.Dielusnya kepala Ilyas dengan penuh kasihsayang. ”Buya, ada pesan apa untuk Umi diJakarta?” tanya Ilyas.

Ayahnya menjawab, ”Bilang sama Umikalau Buya baik-baik saja di sini dan dalamkondisi sehat. Jaga Umi baik-baik ya.”

Setelah pertemuan itu, Ilyas masih kelilingkota Tegal dengan perut keroncongan. Disuatu tempat dia melihat sebuah warungmakan Padang. Maka dengan memberani-kan diri dia minta nasi karena sudah sangatlapar. Setelah tahu Ilyas juga orang Padangmaka oleh pemiliknya dia diberi makan dantempat istirahat.

Sang pemilik warung —yang juga orangPadang— lalu menawarkan bantuan lainsetelah mendengar cerita Ilyas tentangayahnya. Maka, pada hari itu juga bersamasang pemilik warung ia membayar utangpisang dan telur kepada pedagang dipasar.

Sang Buya Ditembak Mati

Page 10: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

10 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Tak lupa, sang pemilik warung Padangjuga membelikan rokok kawung untukdiberikan kepada ayahnya di penjara.Sorenya, saat pulang ke Jakarta, Ilyas jugadiberi bekal makanan untuk di jalan.

Ilyas sampai kembali di Jakarta saatsubuh. Ia menemukan ibunya sedangmelaksanakan sholat subuh. Setelah iajuga selesai menunaikan sholat, barulahpesan sang ayah disampaikannya kepadaumi. Sang ibu begitu bergembira mende-ngarnya, sekaligus bangga dengan kebe-ranian anaknya.

Tiga bulan sudah ayahnya disekap diTegal. Pada suatu malam, di saat tidur sangibu bermimpi buruk sampai berteriak-teriak.Usai dibangunkan, ia bercerita telah ber-mimpi bahwa rumah mereka terbakar. HatiIlyas berdesir seperti ada firasat tidak baik.”Ah, jangan-jangan ada apa-apa denganBuya,” katanya dalam batin.

Paginya Ilyas kembali bergegas naik

kereta api ke Tegal. Baru saja turun darikereta, banyak orang berbisik-bisik bahwaJepang baru saja menembak mati tawanan.Hati Ilyas makin berdegup kencang, saatbertanya apakah di antara tawanan yangditembak ada yang bertubuh tinggi danberkulit putih serta berasal dari Padang.

Firasat Ilyas ternyata benar. Sang Buyasudah ditembak Jepang. Ia bisa memastikanitu setelah penduduk sekitar mengatakanmemang ada tawanan dengan ciri-ciri yangdisebut Ilyas dan sudah dimakamkan didekatsebuah masjid. Di gundukan tanah yangmasih merah itulah Ilyas hanya bisa bersu-jud dan mendoakan agar arwah ayahnyaditerima disisi-Nya.

Dengan rasa duka mendalam Ilyas cumabisa mengucapkan terima kasih kepadapenduduk yang telah membantu mengebu-mikan ayahnya. Segera ia kembali keJakarta untuk memberitahu Umi bahwaBuya sudah tiada... n Budiharjo Winarno

Saat akan pulang ke Indonesia se-telah selesai bertugas di luar ne-geri, para tentara diberi hadiah

untuk membeli dan membawa barang-barang sebagai oleh-oleh untuk keluar-ga. Saat itu, banyak yang membawaskuter, mesin jahit, radio dan lain-lain.

Ilyas hanya membeli dan membawa30 kaleng batu api (batu pemantik korekapi) yang tiap kaleng berisi 1000 buah.Oleh komandannya Ilyas dimarahi. TapiIlyas hanya tersenyum dan tetap tidakmau membawa barang-barang lain.

Setelah sampai di Indonesia, batu apiternyata menjadi ”modal” besar bagiIlyas. Barang yang saat masih langka diIndonesia itu dijual untuk memenuhikebutuhan hidupnya. Saat menengokkeluarga di Padang pun, ia membawa

sebagian batu api untuk dijual di sana.Maka ketika barang-barang bawaan

teman-temannya sudah mulai rusak danbutuh biaya perawatan, sebaliknya Ilyasjustru masih punya tabungan denganberjualan batu api.

Dari mana Ilyas mendapatkan akalyang panjang itu?

”Saya ini kan orang Padang. Pastilahdalam diri saya ini mengalir darahorang Padang yang punya jiwa dagang,”katanya sambil tertawa.

Pilihan Ilyas sangat tepat. Batu apiyang dibawanya ternyata bisa menghi-dupi dirinya hampir 2 tahun. Saat teman-teman sudah tidak punya barang ke-nangan, maka saya masih memperolehtambahan penghasilan dari berjualanbatu api. n Budiharjo Winarno

Jiwa Dagang si Orang Padang

Page 11: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 11

Bulletin Paskibraka ’78

Tidak banyak yang mengenal sosokpengibar Sang Saka Merah Putihsaat dibacakannya teks Proklamasi

pada 17 Agustus 1945. Padahal, fotonyamudah ditemui di berbagai buku sejarah.Pria bercelana pendek itu tak lain IlyasKarim. Letnan kolonel purnawirawan inimemang mencatat sejarah tersendiri sebagaipengibar Bendera Pusaka.

Tanggal 17 Agustus 1945, di Jl. Pegang-saan Timur 56, Cikini, Proklamasi kemer-dekaan RI dibacakan. Semua orang larutdalam kebanggaan. Mengelu-elukan BungKarno dan Bung Hatta. Tapi siapakah yangmemperhatikan pemuda bercelana pendekitu? Ia masih sangat muda, 18 tahun ketikaitu. Bersama ChuDancho Singgih, ia meme-gang bendera pusaka jahitan Ibu Fatmawati.Diiringi lagu Indonesia Raya, Singgih me-ngerek sang saka hingga ke puncak tiangbersama Ilyas.

Tak banyak orang yang bisa menjelaskansecara rinci kejadian ketika foto itu dibuatoleh kantor berita IPPHOS. Tak banyak pulaorang yang tahu atau mau tahu tentangkeberadaan Ilyas setelah itu.

Di usianya yang ke-80 saat ini, Ilyasmasih aktif di berbagai kegiatan. Salahsatunya, dia kini menjadi Ketua YayasanPejuang Siliwangi Indonesia, yakni perkum-pulan veteran dari Divisi Siliwangi. Kariermiliter Ilyas dimulai ketika bergabungdengan Badan Keamanan Rakyat di tahun1945.

Pria ini juga turut andil dalam pemben-tukan Divisi Siliwangi. Berbagai misipenumpasan pemberontakan pernah diaikuti serta ikut dalam misi perdamaianGaruda II di Kongo tahun 1961.

Ilyas lahir di Padang, Sumatera Baratpada tahun 1927. Pada usia 9 tahun,tepatnya tahun 1936, ayahnya pindah keJakarta dengan membawa seluruh anggotakeluarga. Ia disekolahkan di Banten, semen-tara ayahnya bertugas sebagai demang(camat) di daerah Matraman, Jakarta Pusat.Tahun 1942, ayahnya diculik Jepang danditahan di Tegal selama tiga bulan sebelumditembak mati.

Sementara itu, Ilyas yang beranjak remajatengah aktif di organisasi Islam. Lalu iamemutuskan untuk bergabung denganAngkatan Muda Islam (AMI) yang bermarkasdi Menteng 31. Organisasi ini juga yangakhirnya mengantarkannya untuk mengi-barkan bendera RI di detik proklamasi.Bersama prajurit PETA Chudancho Singgih,ia ditunjuk untuk mengibarkan bendera.

Setelah proklamasi kemerdekaan, rasanasionalisme Ilyas muda semakin mem-buncah. Ia memutuskan untuk bergabungdengan tentara yang saat itu masih bernamaBadan Keamanan Rakyat (BKR). Selamatergabung di BKR, ia juga turut berperandalam peristiwa-peristiwa penting. Salahsatunya adalah pembentukan Divisi Sili-wangi yang saat ini bernama Kodam Si-liwangi.

Tanggal20 Mei 1946, diadakan pertemuandengan AH Nasution dan Kawilarang diBuah Batu, Bandung. Saat itu, Nasutionmeminta saran untuk pembentukan divisibaru. “Saya berkata pada Pak Nasutionuntuk memberikan kami waktu guna ber-diskusi dengan tokoh masyarakat setempat,”katanya.

Maka keesokan harinya, ia mendatangitokoh-tokoh masyarakat Jawa Barat. Berda-

Ilyas Karim, PemudaBercelana Pendek Itu...

Page 12: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

12 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

sarkan perbincangan dengan mereka, di-dapatkan keterangan bahwa masyarakatJawa Barat adalah keturunan Prabu Sili-wangi. Maka nama ini yang diusulkan untukdiabadikan menjadi nama Divisi. Usulan inidisampaikan pada Nasution, dan ayah dariAde Irma Suryani ini langsung menyetu-juinya.

Sebagian besar karir ketentaraan Ilyasdihabiskan di Divisi Siliwangi. Ketika batalyon328 dibentuk, ia pun bergabung di batalyonlegendaris ini. Beberapa pertempuran sepertipenumpasan Darul Islam (DI) di Jawa Baratdan Aceh, penumpasan PRRI di PekanBaru, dan operasi Seroja di Timor Timurtelah disambanginya.

Untuk misi perdamaian bersama PBB, iajuga telah melanglangbuana ke Kongo,Vietnam dan Lebanon. Sebagai tentaraperdamaian PBB di Kongo dijalaninya tahun1961. Saat akan pulang ke Indonesiabatalyon dibagi menjadi dua dan masing-masing ditugaskan ke Vietnam dan Leba-non. Selama 6 bulan sekali, kedua pasukanitu bergantian tempat tugas antara Vietnamdan Lebanon selama hampir 4 tahun.

Dari semua pertempuran, yang berkesanbaginya adalah pertempuran PRRI diPekanbaru dan operasi perdamaian diKongo. Di Pekanbaru, ia turut turut berdialogdengan masyarakat agar tak terjadi pertum-pahan darah. “Kami mengatakan padamasyarakat untuk ikut pada NKRI. Tapi kalumau memberontak, silakan pergi ke hutan,jangan di kota. Saya katakan pada mereka,kemerdekaan NKRI telah diperjuangkan.Untuk apa ingin merdeka sendiri?” jelaskakek dari 25 cucu ini.

Tahun 1980, ia pensiun dari dinas militerdengan pangkat terakhir sebagai LetnanKolonel. Atas jasa baktinya pada negara,gelar veteran pejuang kemerdekaangolongan A telah disandangnya.

Ia menunjukkan surat yang ditandatangiPanglima TNI Laksamana Soedomo pada26 Juni 1982 itu. Sebagai veteran, ia

berhak menerima uang tunjangan sebesarRp 500 ribu per bulan. Dan sebagaipensiunan TNI AD, ia menerima Rp 1,5 jutaper bulan.

Namun menurutnya, peraturan pemerintahsaat ini tidak memperbolehkan para vet-eran untuk mengambil tunjangan sekaligusdengan uang pensiun. “Kami disuruhmemilih, mau mengambil tunjangan vete-ran atau uang pensiun TNI AD. Sayamemilih mengambil uang pensiunan saja,”tambah Ilyas.

Dalam catatan keluarga, Ilyas memilikijumlah keturunan cukup banyak, 15 anakdan 25 cucu. Jangan heran, karena semuaitu diperolehnya dari tiga orang istri.

”Saya tidak pernah poligami. Isteri pertamasaya orang Ambon. Saya nikahi ketikabertugas ke sana. Ia meninggal setelahmelahirkan anak pertama kami. Lalu sayamenikah lagi dengan orang Riau. Kamimendapatkan 8 orang anak lagi, tapi diameninggal juga. Baru saya menikah denganIbu yang sekarang ini tahun 1981, dankami memiliki 6 orang anak,” jelasnya.

Ilyas selalu sumringah bila diajak berceritatentang perjuangan di masa lalu. Pejuangveteran Belanda, katanya, juga pernahmengundangnya ke Den Haag. “Dulu me-reka musuh kami, sekarang kami bersaha-bat,” ujarnya tertawa.

Di hari tuanya, kini, Ilyas aktif dalamYayasan Pejuang Siliwangi-Indonesia(YAPSI). Di YAPSI, ia telah dua periodeterpilih menjadi Ketua Umum.

Selain berorganisasi, ia juga aktif dalamkegiatan-kegiatan sosial. ”Meski uang pen-siun habis untuk membayar telepon, listrikdan air, tapi saya masih bersyukur. Setidak-nya saya sudah naik haji pada tahun 1999lalu,” katanya sambil tersenyum.***

n Disarikan dari tulisanTussie Ayu Riekasapti

(tussieayu.blogspot.com)

Page 13: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 13

Bulletin Paskibraka ’78

Deru kereta api terdengar meng-garuk-garuk rel, malam itu. DanIlyas Karim kerap dibayangi kekha-

watiran jika gerbong sekonyong-konyongmenimpa rumahnya. Maklum, jarak rumahIlyas dengan rel cuma lima meteran. ‘’Tahunlalu, ada tabrakan kereta api dan metro-mini. Kebun pisang saya habis tergilas,’’kata dia.

Begitulah Ilyas. Di usianya yang 80 tahun,badannya masih tampak kukuh. Maklum,dahulunya ia pejuang. Pada detik-detikProklamasi 17 Agustus 1945, ia berdiribeberapa jengkal saja dari sisi Bung Karno.

Siapa Ilyas? Dialah sang pengibar SangSaka Merah Putih. Bersama ChuDanchoSinggih (almarhum), Ilyas menjadi salahsatu yang bertugas mengerek benderaketika proklamasi dikumandangkan 62 tahun

silam di Jl Pegangsaan Timur 56 JakartaPusat. Takdir telah memilih Ilyas menjadipelaku sejarah penting ini.

Setelah bergabung menjadi tentara seusaikemerdekaan, mulai dari BKR, TKR sampaimenjadi TNI, Ilyas telah menjalani tugas didalam dan luar negeri. Ia cukup berjasasebagai prajurit yang membela kepentinganbangsa Indonesia. Tak ada istilah sengsaradalam kamus Ilyas. Bagi seorang prajurit,pahit dan manis sama saja. Justru kitabersyukur karena diselamatkan Tuhan.’’

Setelah manis-pahit ia alami dalam dinasketentaraan, pada tahun 1979 Ilyas pensiundengan pangkat Letnan Kolonel. Padamasa pensiun inilah justru badai mengem-pas. Tahun 1981 ia diusir dari tempattinggalnya di asrama tentara Siliwangi, diLapangan Banteng, Jakpus.

Rumah Kusam di Pinggir Rel

Rumah Ilyas Karim (paling tinggi berwarnna biru) di pinggir jalur rel kereta Jakarta-Bogor.

Budiharjo

Page 14: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

14 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Kata Ilyas, presiden saat itu, Soeharto,memang menaruh dendam pada prajuritSiliwangi. Sekitar 50 rumah para veteranperang ini dirubuhkan. Hujan tengah meng-guyur deras saat penggusuran terjadi. Pe-rabotan dan kasur pun basah kuyup. Se-mentara mata mereka basah oleh air mata.

Tak ada ganti rugi dari pemerintah. Merekacuma diusir. Ilyas pun kelimpungan caritempat tinggal. Sejumlah kawannya bahkanada yang pulang kampung. Untungnya,atas kebaikan kepala stasiun Kalibata saatitu, Ilyas diberi sepetak tanah milik PJKA diJl Rawajati Barat, Kalibata, Jaksel.

Luasnya cuma 50 meter persegi. Lokasi-nya persis di pinggir rel. Tapi Ilyas lega.Bersama sepuluh purnawirawan Siliwangiyang diusir rezim Orde Baru, Ilyas mendirikanbangunan petak di situ. Dahulunya, lokasiini adalah tempat pembuangan sampah. Ditempat sempit dan gaduh inilah Ilyasmenghabiskan hari tuanya. “Rumah iniberdiri di atas tanah PJKA. Sewaktu-waktu

jika diusir, saya harus pindah,” katanya.Kalau diusir akan pindah ke mana?

“Saya juga punya rumah di Cakung. Darihasil kerja dan sumbangan anak-anak.Saya akan pindah ke sana. Tapi di sanamacet, sulit kalau mau pergi-pergi. Sayalebih senang tinggal di sini,” katanya santai.

Saban bulan Ilyas memperoleh uangpensiun sebesar Rp 1,5 juta. Dahulu, seba-gai pejuang berpangkat kopral di eraSoekarno, ia memperoleh tunjangan Rp 50.”Tapi, duit segitu enggak habis sebulan.Sekarang uang besar, tapi nilainya kecil,’’tuturnya.

Uang pensiunan bagi para veteran inibervariasi, dari Rp 500 ribu hingga Rp 1,5jutaan. Setiap akhir bulan Ilyas kerapberjumpa sesama teman veteran saatmengambil uang pensiun. ‘’Tinggal di manasekarang? Sudah punya rumah?’’ tanyaIlyas suatu waktu kepada rekannya. Yangditanya menjawab sekenanya,’’ Boro-bororumah. Saya masih kos di Condet,’’ Ilyasmenirukan.

Sejak 1995 Ilyas adalah Ketua UmumYayasan Pejuang Siliwangi Indonesia yangbermarkas di Jl Proklamasi. Inilah kerjangantor yang dilakoninya saban hari. Diusianya yang 80 tahun, dengan kedua bolamatanya yang didera stroke, ia harus naikturun kereta api dari stasiun Kalibata hinggaCikini. Berjejal-jejalan. Tak pernah lupaIlyas mengenakan pin veteran 1945 didada kirinya. Inilah yang menyelamatkandia dari omelan kondektur atau petugastiket KA. Mereka tak berani menagih ongkosKA.

‘’Mereka tahu veteran enggak ada duitnya,’’kata Ilyas kembali terkekeh. Toh, ia mengakumenikmati hari-harinya. Bagi dia, ’’Yangpenting adalah badan sehat. Dan, enggakmenyusahkan orang.’’ ***

n Disarikan dari tulisan Imy, di HarianRepublika , 19 Agustus 2007

Liputan6.com

Ilyas Karim dengan pin veterannya.

Page 15: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 15

Bulletin Paskibraka ’78

Kak Idik Sulaeman Tiga Perempat Abad

Kenangan yang Terindah

Suara musik menggema dan anak-anak serta cucu-cucu bersama-samamendendangkan lagu Kenangan

Terindah milik grup Samsons dengansyahdu. Kak Idik duduk di tengah-tengahmereka dengan wajah sendu. Perasaannyaberbuncah, begitu bahagia melihat anak-anak dan cucu-cucunya begitu tulus meng-ungkapkan isi hati mereka. Tanpa sengajameneteslah satu dua titik air bening di balikkacamatanya.

Hari itu, 20Juli 2008, Kak Idik Sulaemanmemang genap berusia 75 tahun. Tidak

seperti biasanya, memperingati ulang tahundengan sederhana di rumah, kali ini KakIdik dapat berkumpul dengan lebih banyakkolega, sahabat, serta adik didik Pramukadan Paskibraka. Karena, atas prakarsa KakSjafruddin Saleh (Paskibraka 1970), acaraultah itu diadakan di Wisata Makanan,Jakarta City Centre.

Maka, jadilah acara hari itu sebagaiajang ganda: ya ulang tahun ya temukangen banyak orang. Namun yang pasti,semuanya mengerucut pada satu titik: IdikSulaeman. Bukan cuma Idik sebagai seorang

Aku yang lemah tanpamuaku yang rentan karenacinta yang tlah hilang darimuyang mampu menyanjungku

Selama mata terbukasampai jantung tak bergetarselama itupun aku mampuuntuk mengenangmu

Darimu kutemukan hidupkubagiku kaulah cinta sejati...

Bila yang tertulis untukkuadalah yang terbaik untukmukan kujadikan kau kenanganyang terindah dalam hidupku

Namun takkan mudah bagikumeninggalkan jejak hidupkuyang telah terukir abadisebagai kenangan yang terindah

(Kenangan Terindah - Samson)

Dok. Pramuka Trisakti

Page 16: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

16 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

ayah dari anak dan menantunya, tapi jugasebagai kakek dari cucu-cucunya. Jugasebagai sahabat dari teman-temannya,sebagai guru dari murid-muridnya, sekaligussebagai kakak dari adik-adiknya.

Sejak pukul sepuluh pagi, satu demi satutamu mulai berdatangan. Karena diprakarsaiPaskibraka, wajarlah bila yang terlihatdominan para Purna Paskibraka. KarenaKak Idik secara langsung membina padatahun 70-an, tak heran bila Purna Paskibrakayang datang pun dari generasi 70-an,ditambah sedikit angkatan 80-an. Sedang-kan angkatan 90-an dan 2000-an samasekali tak terlihat. Mungkin, karena merekatidak pernah akrab dengan Kak Idik, ataujustru tak tahu siapa Kak Idik dan jasanyadi Paskibraka.

Kak Idik sendiri telah lebih dulu hadir disana dengan seragam kebanggaannya,Pramuka Wreda, lengkap dengan lencana,medali dan tanda penghargaan yang pernahditerimanya. Bagi Idik, dunia Pramuka atauPandu memang menjadi hidupnya. DariPandu-lah dia berasal, sebagai Pandu-lahdia berbhakti dan sebagai Pandu jugalahdia ingin pergi bila kelak saatnya tiba.

Sosok Kak Idik hari itu mengingatkansaya pada seorang Husein Mutahar yangmau difoto terakhir kali dengan seragamPramuka lengkap. Padahal, sebelumnyadia sangat anti-kamera dengan alasan:manusia mati harus meninggalkan jasayang baik, bukan meninggalkan foto yangbisa dibuang ke tempat sampah bila tidakdibutuhkan lagi.

Prinsip Mutahar itulah yang agaknyamendarah-daging pada diri Idik sebagai”adiknya”. Dalam kesempatan penting apa-pun, Idik tak pernah lepas dari seragamPandu. Baginya, itulah simbolik dari sebuahkehidupan yang bersandar pada keseder-hanaan, namun penuh dengan kehormatan.Sebuah prinsip yang senantiasa diwaris-kannya kepada adik didiknya, Pramukadan Paskibraka.

Walaupun tidak diharapkan karena keha-diran adik-adik dan sahabatnya sudahamat berarti, kado dan hadiah terlihatmengalir dan menumpuk di depannya.Para pemberinya, seolah ingin memper-sembahkan sesuatu sebagai ”kenanganterindah” yang pantas dimiliki Kak Idik diusianya yang semakin senja.

Meski mengalami kesulitan dalamkomunikasi semenjak terserang strokebeberapa tahun lalu, air muka Kak Idikmampu menggambarkan perasaan hatinyatatkala ia meniup lilin. Seolah ada permin-taan yang tak terucapkan seiring doa yangdipanjatkan untuk dirinya. Entah apa itu,saya pun tidak tahu.

Yang pasti, kue ulang tahun yang dipo-tongnya, kemudian dibagikan sebagai tandakasih sayang kepada istri, anak dan cucu-cucunya. Potongan berikutnya dibagikankepada sahabat Pandu, kolega kerja diDepdikbud, adik Paskibraka dan Pramuka.Kita semua berharap, tahun depan kitamasih bisa menerima kue yang sama dariKak Idik, seperti juga kita telah mendapatkankasih sayangnya yang tak pernah surutsepanjang 40 tahun.

Tahun lalu, Kak Idik memperingati ulangtahun yang ke-74 dengan sederhana dirumahnya, Kemanggisan. Acara itu memanghanya untuk keluarga dan para sahabatdekat. Saya termasuk salah satu orangyang hadir di sana, karena Kak Idik memangkhusus mengundang Paskibraka’78. Tulisanlengkap tentang Kak Idik, telah dimuatdalam Buletin Paskibraka 78 edisi Agustus2007.

Di mata saya, Kak Idik adalah sebuahmutiara yang tidak pernah kehilangan kemi-launya. Kewajiban kitalah untuk menjagadan mendapatkan kemilau yang samaselama sumbernya masih ada.

Selamat ulang tahun Kak Idik. SemogaTuhan Al Khalik selalu memberikan anugerahterindah-Nya buat Kakak.

n Syaiful Azram

Page 17: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 17

Bulletin Paskibraka ’78

REUNI ALUMNIPASKIBRAKA NASIONAL

Judul tulisan ini, terutama kata alumni,memang sedikit sulit untuk diucapkankarena kurang lazim. Para alumni atau

mantan Paskibraka biasanya selalu disebutdengan istilah Purna. Tapi itulah kesepakat-an yang akhirnya diperoleh, ketika sekitar30 Purna Paskibraka tingkat Nasionalmemilih untuk menggalang sebuah perte-muan besar pada tanggal 18 Agustus 2008mendatang.

Gagasan itu sebenarnya datang secaraspontan, tatkala puluhan Purna —yangrata-rata berasal dari generasi angkatan70-an— itu menghadiri acara peringatanulang tahun Kak Idk Sulaeman yang ke-75,di Wisata Makanan, Jakarta City Centre.Kak Sjaf (Kemas Sjafruddin Saleh, Paski-braka 1970) bersama Kak Yani (Dewi AsihHeriyani, Paskibraka 1972) dan beberapasenior lainnya memprakarsai acara yangsekaligus ”temu kangen” itu.

Usai acara tiup lilin dan potong kue sertadoa bersama untuk Kak Idik, satu persatuPurna Paskibraka yang hadir dipanggil kepentas untuk diperkenalkan kepada hadirin.Tapi, cara itu juga sekaligus untuk salingmengenalkan kembali satu sama lain yangselama ini jarang, atau belum pernahbertemu.

Seusai foto bersama Kak Idik, Kak Sjafsecara spontan menawarkan apakah temukangen seperti itu perlu ditindaklanjuti de-ngan program lain. Misalnya, pendataankembali alumni tiap angkatan agar tahundepan (2009) bisa mengadakan reuni. Tapi,tawaran itu sekonyong-konyong diinterupsidengan teriakan, ”Kenapa tidak Agustustahun ini saja reuni besar itu diadakan?”

Kak Sjaf yang dikenal pantang mendapattantangan, segera menangkap ”umpan” itu.”Apakah kita sanggup kalau tahun ini.Agustus tinggal sebulan lagi lho!” jawabnya.Umpan balik itu segera disambar lagi olehseluruh Purna yang hadir dengan teriakanaklamasi, ”Sangguuuup!”

Maka, rapat kecil tambahan pun segeradilakukan di salah satu sudut, sementaraKak Idik berserta keluarga dan anak-cucunyameneruskan acara ultah. Dalam rapat kilatitu, disepakatilah beberapa butir rencanayang efisien menuju reuni.

Pertama, pertemuan besar itu akan diberinama ”Reuni Alumni Paskibraka Nasional ”.Artinya, ajang itu merupakan pertemuandari seluruh alumni atau Purna Paskibrakayang pernah mengibarkan bendera pusakadi tingkat nasional atau Istana Merdeka,mulai angkatan 1967 sampai 2007.

Kedua, reuni akan diadakan pada hariSenin, 18 Agustus 2008 —yang dalamkalender tercatat sebagai hari libur nasional.Waktu dan tempat akan segera dicari dandiinformasikan dalam waktu secepatnya.

Ketiga, telah dibentuk Panitia Teras Reuniyang diketuai langsung oleh Kak Sjaf ,dibantu dua Sekretaris (Jumawal Uhadidan Rani Rama Dewi , 88) dan duaBendahara (Sri Anggraeni , 67, dan NenengRahmi , 75). Panitia akan dilengkapi denganbeberapa seksi yang akan ditentukankemudian.

Kak Sjaf lalu minta kepada seluruh PurnaPaskibraka Nasional untuk dapat hadirdalam reuni. Karena, inilah mungkin awaldari sesuatu yang akan lebih mempersatukanPurna Paskibraka di masa datang. ***

Page 18: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

18 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Sebuah Pemikiran untukReuni Paskibraka 2008

Sudah beberapa kali sebenarnya,gagasan ini saya tulis. Dalam bu-letin, melalui milis, atau hanya se-

kadar diskusi dengan teman-temanPurna Paskibraka. Sayangnya, belumada Purna yang berhasil menangkapgagasan saya. Entah karena belumpaham, belum tahu atau memang tidakmau tahu, saya juga tidak pernah tahu.

Sekarang, ketika akan menjelas-kannya lagi, saya pun hampir tak tahudari mana harus memulai. Bingkaigagasan itu sudah berkarat di sana-sini,tergerus oleh banyak persoalan yangterjadi selama 20 tahun lebih: mulaisaat pertama wadah Purna Paskibrakamulai menjadi wacana sampai akhirnyamenjelma menjadi PPI seperti sekarang.

Pada awalnya, organisasi Purna Pas-kibraka dilahirkan untuk menghimpunseluruh alumni dengan tujuan mulia:niat mendarma-bhaktikan diri untuk nusa-bangsa serta melestarikan pembinaanPaskibraka agar tetap menghasilkanmanusia-manusia utama.

Tapi, seiring berjalannya waktu, orga-nisasi itu telah berkembang demikianbesar secara kuantitas keanggotaan,namun semakin miskin —bahkan sangatmiskin— dengan kualitas visi dan misi.Ia berubah menjadi ”organisasi berbasismassa” dengan jutaan anggota, namunmelupakan asalnya sebagai organisasialumni yang berkewajiban menjaga”almamater”, serta mengayomi, memper-satukan dan membina Purna Paski-braka.

Kita semakin terenyuh ketika menyak-

sikan kualitas pembinaan Paskibrakasemakin meluncur menuju titik nadir.Latihan Paskibraka kini cenderung hanyamenghasilkan para pengibar benderayang mengagumkan di lapangan upa-cara, tapi bukan lagi ”pemuda teladan”yang dipersiapkan menjadi manusia-manusia utama.

Seorang Husein Mutahar melahirkangagasan Paskibraka pada tahun 1946dengan menyerahkan tugas pengibaranbendera pusaka kepada generasi mudapenerus perjuangan bangsa. Tahun1973, hanya dalam waktu 27 tahunkemudian, muncullah seorang IdikSulaeman (adik didik Mutahar) yangmampu menyempurnakan gagasan Mu-tahar menjadi sebuah konsep Paskibrakayang lengkap.

Seharusnya, 27 tahun kemudian atautahun 2000, sudah lahir ”orang ketiga”,yakni adik didik dari Idik Sulaeman yangbisa melengkapi dan mengembangkankonsep Paskibraka sehingga mampubersaing di tengah derasnya arus moder-nisasi. Namun, sampai detik ini tanda-tanda lahirnya ”orang ketiga” itu belumjuga ada. Dan kita telah menyia-nyiakanwaktu satu windu.

Tadinya, saya berangan-angan kalau-pun ”orang ketiga” itu tidak ada, makakita sebagai adik-adik didik Idik Sulaemanbisa bersatu, berdiri bergandengan ta-ngan untuk terjun langsung membinaadik-adik Paskibraka dan Purna Pas-kibraka dengan konsep yang telah benardari awalnya.

Sayangnya, selama masa-masa kehi-

Page 19: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 19

Bulletin Paskibraka ’78

langan itu, kita pun masih saja tercerai-berai. Sebagian masih berharap organi-sasi PPI dapat menjadi perekat, tapiyang didapat justru ”debat kusir” berke-panjangan, sementara masalah utama-nya sendiri tak pernah terselesaikan.

Pembinaan Paskibraka selalu sayaibaratkan sebuah kampus atau sekolah,tapi dengan sistem, metode dan kuriku-lum yang sama sekali berbeda dengansekolah formal. Istilah yang mendekatinya,mungkin ”sekolah berbasis kurikulumluar sekolah”. Itu karena ”Gladian SentraPaskibraka” pada dasarnya adalah adop-si dari latihan luar ruangan (outdoor)berbasis Pandu/Pramuka yang sebagianditerapkan di dalam ruangan (indoor).

Itulah sebabnya, dalam ”Sekolah Paski-braka” tidak dikenal ”Bapak Kepala Se-kolah” atau ”Bapak Guru”. Yang adaadalah ”Kakak Pembina”. Kata ”kakak”menempatkan siapapun yang menjadipembina dalam latihan itu bukan sebagaiorang yang ”berkuasa atas anaknya”tapi menjadi ”saudara tua” yang menjadi”sahabat dari adiknya”.

Husein Mutahar telah menempatkandirinya sebagai kakak dan berhasil me-lahirkan Idik Sulaeman sebagai adiknya.Idik telah berusaha menempatkan diri-nya seperti Mutahar untuk mendapatkansatu atau banyak adik didik yang akanmeneruskan konsepnya di Paskibraka.Tapi sayang, sampai saat ini adik yangdiharapkan itu belum terlihat ada.

Kini, pada saat para Pembina satudemi satu telah meninggalkan kita, yangtersisa hanyalah Kak Idik. Di usianyayang sudah tiga perempat (¾) abad,dalam lubuk hati kecilnya Kak Idikberharap akan melihat sang adik lahir.Sayang, sampai saat ini sang adik yangdinantikan tak pernah menjelma.

Soal ”orang ketiga” ini telah pernah

saya ungkapkan dalam Buletin Paski-braka’78 edisi April 2007. Esok paginya,ketika segala kegiatan rutin belum dimulai,seorang Idik Sulaeman telah meneleponsaya. ”Opul, saya sudah baca buletinnya.Isinya bagus sekali, terutama tulisankamu ’Dicari Orang Ketiga’. Kamu benar,terima kasih ya...” katanya terbata-bata.

Sejak itulah, saya menjadi sangatyakin kalau kata hati saya ternyata samadengan Kak Idik. Karena itu, lebih kerasdari sebelumnya, saya dan teman-temanPaskibraka’78 terus ”memprovokasi” Pur-na Paskibraka (tingkat Nasional) lainnyauntuk segera berbenah diri.

Sayangnya, upaya itu belum juga mak-simal. Teramat sulit mengumpulkan teman-teman Purna Paskibraka untuk sekadarmembicarakan hal –yang mungkin diang-gap sepele– ini. Sangat sukar untukmenjelaskan pada mereka dengan kata-kata. Dan barangkali, akan dibutuhkanenergi yang sangat besar bagi PurnaPaskibraka untuk bisa memahaminya.

Di tengah rasa ”setengah putus asa”,tiba-tiba kesempatan itu datang. Denganlandasan ”kerinduan” yang sama di ha-dapan Kak Idik Sulaeman, kita sepakatuntuk mengadakan pertemuan besaryang bernama REUNI pada bulan Agus-tus 2008. Bagi saya, momen ini dapatmenjadi titik balik bagi Paskibraka untukmenemukan dirinya kembali.

Sekaranglah saatnya kita harus kem-bali berpikir tentang diri kita sendiri,meninggalkan budaya menang sendiridan caci maki. Seorang Mutahar pernahmengaku berdosa karena tidak pernahmembayangkan akan dijadikan apa sede-mikian banyak Purna Paskibraka setelahmereka dibina. Maka, tugas kitalah yangmembuat Paskibraka menjadi berguna:bagi bangsa dan bagi sesama.

n Syaiful Azram

Page 20: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

20 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Saatnya Memiliki Wadah Alumni

Dalam acara ulang tahun ke-73 KakIdik Sulaeman tanggal 20 Juli 2008,sang pemrakarsa yakni Kak Sjaf

(Paskibraka 70), memberi kesempatankepada beberapa Purna Paskibraka yangpernah punya kenangan khusus untukberbicara di depan hadirin.

Karena itulah, sebelum memimpin doa,Kak Nur Amin Sholeh (Paskibraka 1974)menyempatkan diri untuk bernostalgia.Termasuklah di dalamnya mengungkapperan Kak Idik Sulaeman pada akhir tahun70-an dalam pembentukan organisasi yangmenghimpun alumni Paskibraka.

Dikisahkan, beberapa Purna Paskibrakayang mempunyai gagasan membentukwadah alumni itu menghadap Kak IdikSulaeman di Jakarta. Kak Idik tidak kebe-ratan, bahkan menyambut baik gagasan itulalu mengusulkan sebuah nama: RekaPurna Paskibraka (RPP), yang berartiorganisasi himpunan alumni Paskibraka.

Lepas dari apapun namanya, yang jelaskelahiran RPP adalah sebuah gagasanmurni dari para Purna Paskibraka sendiri.Tujuannya jelas, membentuk sebuah orga-nisasi alumni.

Namun, dalam perjalanannya, ketikalatihan Paskibraka sudah dikembangkansampai ke daerah-daerah, maka pada tahun1985 timbul pula ide dari Direktorat PGMuntuk menyatukan seluruh alumni Paski-braka (tingkat nasional dan daerah) dalamorganisasi itu.

Ketika hal itu diimplementasikan, makalahirlah nama Purna Paskibraka Indone-sia (PPI). Munas PPI pertama tahun 1989kemudian melengkapi perangkat organisasidengan Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga. Sayang, semangat yangdikobarkan para senior saat menggagasRPP ternyata terlupakan. PPI menjelma

menjadi sebuah organisasi yang berbasismassa, bukan lagi organisasi alumni.

Organisasi kemudian disusun secaravertikal berdasarkan distrik/daerah. StrukturKepengurusan pun dibuat dengan stratayang sama, mulai dari pusat, provinsisampai kabupaten/kotamadya. Maka, jadilahPPI tak berbeda dengan ormas lainnya,dengan dinamika yang sejenis pula.

Akibat nyata dari itu, terlupakanlah kalauorganisasi alumni Paskibraka itu seharusnyamenghimpun Purna Paskibraka berdasarkanKorps-nya, bukan asal daerahnya. Organi-sasi alumni seharusnya disusun secarahorizontal berdasarkan ”alumni programlatihan yang dijalani”, bukan ”alumni Paski-braka mana saja yang ada di daerahtertentu”.

Sekarang, kadung PPI telah menjadidemikian besar, biarlah ia berdiri dengankebesarannya. Yang paling utama, tugaskita adalah mencoba mengumpulkan kem-bali teman-teman Purna Paskibraka Nasio-nal yang telah hilang tercecer demikianlama, akibat PPI yang tidak dapat menga-komodasi keberadaan mereka.

Saatnya pula kita kembali ke semangatawal untuk bersatu membangun sebuahwadah alumni yang benar-benar sehati.Saya sangat yakin, sebagai produk latihanyang baik hasil kerja Pembina yang berkua-litas, kita bisa lebih banyak dan mampuberbuat melalui sebuah wadah ”PaguyubanAlumni Paskibraka Nasional”.

Potensi yang kita miliki saat ini dapatmenjadi modal yang sangat kuat. Padagilirannya kelak, wadah kita itu akan dapatmenyumbang lebih banyak untuk pembina-an Paskibraka dan Purna Paskibraka ditingkat lainnya, sebuah tugas yang selamaini diabaikan oleh PPI. Semoga...

n Syaiful Azram

Page 21: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 21

Bulletin Paskibraka ’78

Korps Tak Pernah MatiB

eberapa waktu lalu, Mahruzalkebetulan berada di Jakarta untukurusan dinas. Kedatangannya ke

Ibukota juga sambilan menjenguk sang istriyang sedang sekolah. Maka, bertemulahkami di Pizza Hut, Tebet, dan seperti biasaobrolan berlangsung panjang lebar, kesana ke mari dengan serunya.

Entah apa yang terlintas di benaknya,Mahruzal sempat menyampaikan rasaherannya soal mengapa dari dulu sampaisekarang para Purna Paskibraka tidakpernah terdengar benar-benar ”akur”. Sulitsekali rasanya untuk duduk bersama lalumembicarakan segala sesuatu tentangkebersamaan itu dengan pikiran yang jernihdan dada yang lapang.

Yang kerap ia dengar, apalagi kalaumenyangkut organisasi Purna PaskibrakaIndonesia (PPI), yang muncul kemudianhanyalah keruwetan. Masing-masing merasa

benar sendiri, padahal sampai sekarangorganisasi itu belum menghasilkan satupun karya yang benar-benar monumental.

“Saya heran,” katanya membuka pembi-caraan dengan gayanya yang penuh wiba-wa. ”Ketika melaksanakan tugas, kita bisaberbaris, berderap melangkah dengan iramayang sama dan menuju tujuan yang sama:mengibarkan bendera pusaka. Tapi sekarangmengapa kita tidak pernah bisa satu suara?Apa yang salah?” tambahnya dengan wajahberkerut.

Dengan raut serius, si Paskibraka 1978asal Aceh yang dijuluki “Si Poh” ini lalumengatakan dengan penuh keyakinan bah-wa para alumni Paskibraka sebenarnyabisa, dan seharusnya bisa, bersatu sepertijuga alumni program latihan atau pendidikanlain karena berasal dari gemblengan yangsama.

Sepulang dari pertemuan itu, ungkapan

Dok. Mahruzal

BERTEMU DI PIZZA HUT — Dari kiri Syaiful Azram, Budiharjo Winarno, Chelly Urai, TatianaShinta, Sonny Jwarson dan Mahruzal.

Page 22: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

22 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

perasaan dan keyakinan Mahruzal itu sepertiterngiang-ngiang terus di kepala saya. Yangjelas, saya ketambahan tugas dengan “pe-er” baru yang berbunyi: apa yang membuatpara alumni Paskiraka merasa tidak nyamanketika berada di lingkungan PPI?

Lama saya merenung dan belum jugamenemukan jawabannya. Persoalan formatPPI yang sengaja atau tidak diciptakansebagai organisasi massa (bukan organisasialumni) memang kita semua sudah tahu.Tapi, soal hubungan antar manusianyasendiri yang sama-sama alumniPaskibraka bagaimana?

Beberapa hari kemu-dian, ketika bertemu de-ngan Rina Astini, Paski-braka 1983, dalam acaraHalal Bihalal 28 Oktober2007, tiba-tiba jawaban itusaya temukan. “Kak, bulandepan kami mau reuni diTabanan, Bali,” katanya. “Teri-ma kasih karena kakak-kakak78 telah memberi inspirasi ke-pada kami untuk berkumpul kemba-li. Kami ingin seperti kalian,” tambahnya.

Sontak saya terperangah. Ternyata inijawaban yang paling benar dari pertanyaanMahruzal. Bahwa meskipun pada hake-katnya latihan Paskibraka serta tatacaradan formasi pengibaran bendera pusakamasih tetap yang itu-itu juga, “kekompakan”dan ”persaudaraan abadi” hanyalah adapada teman-teman seangkatan.

Dari sanalah saya juga akhirnya tahumengapa Purna Paskibraka terlihat “agakrikuh” melangkah bersama Purna lain yangtidak seangkatan. Perasaan itu akan sangatberbeda bila kita bertemu dengan temanseangkatan, karena kita merasa bertemudengan saudara sendiri.

Istana yang jadi lapangan upacara daridulu masih seperti itu juga. Formasi dantatacara pengibaran toh tidak berubah daritahun ke tahun. Rupanya, yang berbeda

adalah siapa teman seiring yang senasibsepenanggungan dalam melaksanakantugas pengibaran bendera pusaka itu.

Lucu juga rasanya, karena saya menemu-kan jawabannya dari seorang Rina Astinidan sahabat-sahabatnya Paskibraka 1983.Padahal, jawaban itu sebenarnya sudahada pada diri saya sendiri, yakni: ”Betapakecintaan yang dalam pada teman-temanPaskibraka 78 telah mengalahkan cintasaya pada teman-teman Paskibraka angkat-an lain, meskipun mereka sama-sama “satu

almamater” dengan saya.”Ini pula yang kemudian

kian memantapkan keya-kinan saya bahwa wadahorganisasi Purna Paskibra-ka sebenarnya akan lebih“bernyawa” bila dikem-bangkan dengan landasan

brotherhood yang tetap hi-dup sepanjang waktu itu. Se-

mangat persaudaraan dalamkesatuan korps atau angkatan

itu harus terus dinyalakan. ”Ko-bar-kobarkanlah terus semangat itu,”

demikian istilah yang sering diucapkanpembina kita, Kak Idik Sulaeman, dari dulusampai sekarang.

Banyak hal yang dapat dilakukan olehseorang Purna Paskibraka dalam korpsangkatannya. Kekuatan yang muncul darisetiap angkatan itu dapat disatukan dandiakumulasikan ke arah yang lebih besardan lebih bermakna, bahkan jauh melebihi”persaudaraan” Paskibraka itu sendiri.

Pada akhirnya, apapun yang telah terjadidalam kurun waktu sampai usia Paskibrakamencapai 40 tahun, sebesar apapun ”badai”yang pernah menghantam korps ini daridalam maupun dari luar, dan berapa banyakpun purna yang pernah ikut dalam ”pasang-surut” perkembangannya, saya hanya punyasatu keyakinan: bahwa Korps Paskibrakatidak akan pernah mati!

n Syaiful Azram

Page 23: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 23

Bulletin Paskibraka ’78

Tak pernah sedikitpun terbayangkansebelumnya kalau reuni kecil Paski-braka 1983 ini bisa terjadi. Begitu

keluar dari asrama 24 tahun yang lalu,kami hanya menenteng koper pulang kedaerah masing-masing seolah-olah besokkami akan bertemu lagi.

Tapi, ketika kehidupan terus berlangsungdan waktu berlalu begitu cepat, tahu-tahukami tersentak bahwa persaudaraan yangtelah terbina dahulu itu kini hanya tinggalserpihan kecil. Rindu tiba-tiba begitu mence-kam dan kami ingin segera menyusunkembali serpihan itu menjadi sesuatu yang

Catatan Reuni Paskibraka 1983

Tanpa disengaja, apa yang dilakukan selamakurun waktu 15 tahun oleh Paskibraka 1978telah tercatat sebagai monumen penting. Niatuntuk mengubah kebersamaan menjadisesuatu yang berguna bagi orang lain kanhari kian terasa. Hari-hari menjelang akhir2007, kebersamaan Paskibraka 1978 itu kian

menular ke angkatan lain.Simaklah cerita tentang catatan reuni

Paskibraka 1983 berikut ini. Sebuah pertemuanmengharukan terjadi setelah 24 tahun berlalu.Tak ada yang pernah merancang, tapi merekamengaku mendapat inspirasi dari apa yangtelah dilakukan oleh Paskibraka 1978.

Menjadi Inspirasi

utuh setelah empat windu berlalu.Kenyataan itu memang terjadi. Kami,

meski hanya bertujuh, telah berkumpulkembali di Bali pada 27 November 2007.Rasanya benar-benar luar biasa, dan hampirtidak sanggup saya menuangkannya dalamkata-kata.

Catatan singkat ini mungkin bisa mewakiliperasaan saya dan teman-teman Paskibraka1983. Sebuah perasaan bangga bercampuraduk dengan haru dan bahagia yang inginkami bagikan kepada Purna Paskibrakalainnya. Salam Paskibraka!!

n Ogy Fajar Nuzuli

Dok. Rina Astini

Page 24: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

24 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Waktunya masih beberapa harilagi, tapi kerinduan itu sudahdemikian membuncah. Semua-

nya sudah siap. Barang-barang sudahdisusun rapi dalam koper, seolah-olah se-dang menunggu kereta yang cuma berhentisebentar. Kalau ketinggalan, tidak ada keretalain.

Begitulah gambaran perasaan kamimenjelang keberangkatan ke Bali. Perasaanyang sama, ibarat sebuah koor yang ter-dengar ketika kami saling bertukar ceritasetelah bertemu. Tak pernah terbayangkankami akan mengalami perasaan sedemikian.Dan ketika pertemuan itu terjadi, benar-benar menakjubkan.

Pertemuan kecil Paskibraka 1983 inisebenarnya sesuatu yang tak pernah terdugasebelumnya. Semua diawali dari kontaksaya dengan Rudi Rodja (Rudolf AlbertRodja dari NTT) yang saat ini bertugas diBali. Dari Rudi, saya kemudian memperolehnomor HP Icut (Cut Driska Aziza dari Aceh).

Dari Icut-lah, saya mendapatkan nomorteman-teman lain seperti Nini (Rina Astini-Sumbar), Keke (Hamidah Keke Abubakar-NTT), Lili (Lili Fitrida Nasution-Sumut), Emi(Emi Gustia-Lampung) dan Diaz (DiazArtanto-Yogya).

Setelah percakapan dengan Icut itulah,timbul rasa malu dalam diri saya. Di tengahkesibukannya kuliah (pascasarjana diMedan) dan mengurus anak, ternyata Cutdemikian gigih terus berusaha mencariteman-teman yang telah terpisah selama24 tahun.

Tak lama kemudian, saya mendapatkankiriman Buletin Paskibraka ’78 melalui emaildari mas Bhe (Budiharjo Winarno). Diaz-lahyang memberikan alamat email saya kepadamas Bhe. Ketika membaca buletin itu

semakin malulah saya. Betapa tidak, kakak-kakak yang lebih senior ternyata masihmau memikirkan persaudaraan Paskibraka.Sedangkan saya, sepertinya sudah melupa-kan apa yang telah saya peroleh daripembina selama latihan dulu. Padahal, dariPASKIBRAKA-lah semua berawal, sehinggasaya bisa seperti sekarang.

Perasaan malu itu jugalah yang kemudianmendorong saya membuat komitmen de-ngan teman-teman bahwa kami harus ber-temu sebelum tutup tahun 2007 di Bali.Hasil kesepakatan itu menyebutkan: ”Kitaketemu di Bali 8-10 November 2007.”

Kesepakatan itu terpenuhi, namun sayangkarena ada pekerjaan yang tak dapatditunda, akhirnya saya baru bisa berangkatdari Banjarmasin sehari setelahnya. Transitdi Surabaya, saya melanjutkan perjalanandan tiba di Bali pada hari Jumat, 9 Novem-ber 2007.

Sebelum berangkat ke Bali, komunikasikami tidak pernah putus. Saya menerimaperkembangan baru lewat sms dari Nini,”Aku baru aja ngobrol dan ketemu Alit,”katanya. Ternyata Alit (AA Alit Wiradarma)yang orang Bali, sekarang malah sudahmenetap di Jakarta.

Nini mendapatkan nomor HP Alit dariRudi. Mungkin Rudi berusaha mencari Alitdi alamat asalnya, lalu di beri informasioleh keluarganya bahwa Alit sekarangmenetap di Jakarta. Ketika saya ngobroldengan Alit, ternyata dia nggak bisa ikut keBali, karena bertepatan dengan acaraperkawinan sepupunya. Duh, sayang sekaliya...

Keterlambatanku tiba di Bali ternyatamembuat teman-teman khawatir. Seha-ri sebelum berangkat ke Surabaya, teleponselularku dipenuhi sms yang datang bertubi-

Ruang Rindu ’83

Page 25: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 25

Bulletin Paskibraka ’78

tubi dengan pertanyaan yang sama: ”Jadiberangkat nggak?”. Lalu, ketika baru sampaidi Surabaya, datang lagi sms, bahkanmereka menelepon langsung, ”Ke Balinyajam berapa? Naik pesawat apa? Nanti kamijemput!”

Lalu Cut bilang, ”Kami nanti kompakpake baju merah-merah, biar gampangmencarinya.” Saya hanya tersenyum sendirimelihat kelakuan teman-teman. Kami yangsudah mulai tua seakan kembali menjadianak remaja belasan tahun.

Ketika mendarat di bandara Ngurah Rai,saya celingukan mencari gerombolan bajumerah, tapi kok tidak ada. Dalam hati sayamembatin, jangan-jangan mereka maungerjain saya. Tiba-tiba, HP saya berbunyi.Dari kejauhan terdengar suara Cut danNini, ”Udah nyampe ya Gi. Tunggu, bentarlagi kamu kami jemput. Kami masih dijalan”.

Tidak berapa lama, memang ada sege-rombolan wanita bertubuh subur denganbaju hitam memasuki areal bandara. ”Nggaksalah lagi, ini dia gerombolan orang yangmau ngerjain aku bilang pake baju merah.Nyatanya pake baju hitam,” kata sayadalam hati.

Dan benar. Mereka adalah sahabatsepenanggungan saya ketika di Paskibraka’83. Suasana langsung menjadi meriah.Aku sangat kaget ternyata hadir juga Emidari Lampung yang sungguh tak terduga.

Dari Bandara kami langsung ke TanahLot, karena teman-teman sudah berjanjimakan malam dengan Rudi. Sambil me-nunggu makan malam, mereka maumenikmati sunset (matahari tenggelam) diTanah Lot.

Eeh dasar ibu-ibu, belum sampai kepantai, mereka sudah belanja di muaraTanah Lot. Lihat sana, lihat sini, tawar sana,

Dok. Rina Astini

SUBUR DAN MAKMUR — Paskibraka 1983 yang ikut reuni. Berdiri dari kiri: Rina ”Nini” Astini(Sumbar), Ogi Fajar Nuzuli (Kalsel), Rudolf ”Rudi”Albert Rodja (NTT). Duduk dari kiri: Cut DriskaAziza (Dista Aceh), Keke Abu Bakar (NTT), Emi Gustia (Lampung), Lili Fitrida Nasution (Sumut).

Page 26: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

26 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

tawar sini. Yang luar biasa, ada di antaramereka yang belinya bukan hitungan lembar,tapi lusinan...

Walhasil ketika tiba di pantai, nyarismatahari tak lagi terlihat.. Gagallah rencanangeliat matahari tenggelam di Tanah Lot.Tapi nggak apa-apa juga, yang pentingkami bisa kembali menikmati kenanganmasa lalu, sambil cekakak-cekikik, ke sanake mari penuh kebahagiaan.

Ketika balik menuju mobil, kembali ibu-ibu itu belanja lagi. Entah apa yang merekabeli, yang jelas Rudi dan anak-anaknyacukup lama menunggu di parkiran. Sebagaiteman satu kamar Rudi Rodja waktu Pas-kibraka dulu, saya hapal betul perilakunyayang sangat disiplin dan tak ada tawarmenawar. Tapi kali ini, tidak ada perubahanraut wajah Rudi. ”Dia tetap ceria bro...”

Tak disangka, Rudi telah mempersiapkanacara makan malam di tempat yang sangatnyaman, indah dan romantis. Terlebih ketikamakan malam, terdengar nyanyian diiringialunan musik akustik di sekitar kami. Usaimakan malam, suasana tambah meriahketika kami ikut bernyanyi. Saking asyiknya,sampai pengunjung restoran tidak ada lagibaru kami bubar.... Sekitar pukul 1 pagi.

Setiap pertemuan tentu ada perpisahan,dan perpisahan kami kali ini benar-be-nar menimbulkan keharuan yang mendalam.Yang pertama pulang adalah Cut yang saatini berdomisili di Medan. Ketika Cut pulang,kami semua mengantar ke Bandara kecualiRudi.

Beberapa menit sebelum Cut memasukigerbang keberangkatan, teman-temanmasih bisa guyon. Teman-teman mengata-kan, ”Cut, cocoknya jadi ibu pejabat, kare-na cara berjalan dan menenteng tasnya.”Canda itu disambut dengan derai tawa.

Namun sesaat setelah itu, ketika tibadigerbang keberangkatan, tanpa terasa kamiyang ada di situ diserang keharuan amatdalam. Bahkan, mungkin sekali jadi perhatianorang yang ada disekitar kami.... Bagaimana

tidak, orang-orang seumur kami bisa-bisanya menangis beramai-ramai di tempatumum.

Besoknya, Nini dan suaminya (Andri),Lili, Emi beserta anaknya yang bernamaFili, pulang. Nyaris drama perpisahan yangpenuh tangis terulang. Untung Rudi cepatmengingatkan, “Jangan ada yang nangisya!” Soalnya, apa pula jadinya jika sampaiada yang melihat Rudi —yang polisi danmenjabat Kapolres Tabanan— baku tangisdi bandara.

Setelah Nini cs pulang, tinggallah saya,Keke dan Rudi. Kami masih bisa sejenakmeneruskan ”reuni”, tapi suasana kadungmenjadi hambar, sampai-sampai nafsu ma-kasampai nafsu makan saya hilang seketika.Dari perpisahan malam itu, baru besoksiangnya saya bisa makan dengan sangatterpaksa. Menurut dugaan saya, kira-kira Keke dan Rudi juga mengalami halyang sama dengan saya.

Besok siangnya, saya makan dengansangat terpaksa. Malamnya Keke tidur ditempat saudaranya, Rudi pulang ke rumah.Tinggallah saya sendirian di hotel diderasunyi yang menghunjam. Satu hari sisawaktu di Bali praktis hanya digunakanuntuk ngomong-ngomong, ber sms ria,dengan teman-teman yang pulang duluan.Syukur alhamdullilah, teman-teman sayaselamat tiba di Jakarta.

Besok siangnya (Minggu), saya dapatsms dari Keke bahwa dia telah tibadi Kupang dengan selamat. Dari pengalam-an ini, akhirnya saya mengerti mengapaorang sering merancang pertemuan kangen-kangenan dan pulangnya berbarengan. Itusupaya tidak ada yang merasa ditinggalkandan kesepian, seperti saya.

Hari ini, kami telah kembali ke tempatmasing-masing. Hanya rasa rindulah yangkini tersisa dan harus ditanggung sementarawaktu. Semoga di ruang rindu itu kita bisaselalu bertemu...

n Ogy Fajar Nuzuli

Page 27: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 27

Bulletin Paskibraka ’78

Suatu sore di bulan Juli 2008, akukebetulan melintas di depan KantorWalikota Depok. Di lapangan, kulihat

sekelompok siswa sedang melakukanlatihan baris-berbaris. Ternyata, adik-adikPaskibraka Kotamadya Depok sedangberlatih.

Mereka sudah mulai melakukan latihanpemanasan, sebelum resmi memasuki asra-ma pada awal Agustus. Aku Purna Pas-kibraka, tentu saja wajar kalau tiba-tiba adasesuatu yang menarikku untuk berhenti,lalu melihat mereka berlatih.

Latihan yang mereka lakukan kelihatannyasudah jauh dari baris-berbaris dasar, bahkansudah mulai memasuki formasi. Merekaberbaris dengan tegap, lalu kelompok 17dan 8 membentuk formasi pengibaran didepan tiang bendera.

Rupanya program latihan baru memasukitahap pengenalan formasi, karena terlihatdi beberapa bagian ada beberapa anggotamasih belum menguasai. Hal ini sangatlumrah karena diperlukan kesabaran sertawaktu untuk mematangkannya.

Di sekitar tiang bendera, ada beberapapelatih (yang terdiri dari kakak-kakak seniormantan Paskibraka). Salah satu di antaranyaberbadan cukup besar dan berkaus biru,dengan garang memberi komando denganberteriak dan selalu berkacak pinggang.

Saat buka formasi terlihat kurang bagus,pasukan diminta mengulangi. Buka formasikedua berjalan mulus, tiga pengibar ben-dera maju ke tiang dan naik 2 tangga atausekitar 30 cm ke semen pembatas tiang

Pelatihan Paskibraka di Daerah

berbentuk kotak. Sayang, saat meluruskanbarisan, para pengibar kurang sigap. Akuagak terkejut ketika tiba-tiba sang Seniormendorong dahi pengibar dengan tangan-nya disertai mata melotot, lalu meneriakkansesuatu. Dan, ketiga orang itu disuruhmengulang dari awal.

Aku sempat berteriak tertahan ketikabotol air mineral yang dipegang sangSenior tiba-tiba melayang ke arah salahsatu pengibar, karena terjadi kesalahanlagi. Puncaknya, Sang Senior yang sedangberdiri di atas semen dekat tiang benderakembali mengayunkan kaki kanannya me-ngenai tangan pengibar, ketika kesalahanmasih terulang.

Aku mencoba bertahan lebih lama me-nyaksikan ”penyiksaan” itu berlangsung.Kuperhatikan terus apa yang terjadi, walaumerasakan hatiku perih seperti teriris sem-bilu. Seingatku, aku tidak pernah diper-lakukan seperti itu ketika dulu jadi Paski-braka. Dalam kamus ”Moral Paskibraka”,tidak ada secuil kekerasan dan bullyingpun yang boleh dilakukan, karena memangtidak diizinkan, bahkan diharamkan.

Aku terenyuh. Tampaknya, pembinaanyang mengarah ke penyiksaan di pelatihananggota Paskibraka Depok kembali terulang.Tahun 2007, aku memang pernah melihatpenyiksaan di sana. Anggota Paskibrakadiguyur air di depan tiang bendera. Atau,semua anggota diperintahkan tidur bergu-lung-gulung sepanjang lapangan.

Belum cukup, masih ada lagi penyiksaanlain, misalnya merangkak dengan menggu-

Latihlah dengan Hati,Bukan dengan Kaki

Page 28: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

28 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

nakan siku dan dengkul seperti latihantempur militer. Atau, squat jump dan pushup karena sendok dan garpu beradu saatmakan.

Dengan harapan tahun 2008 dapatmemperlakukan adik-adik peserta latihanlebih manusiawi, aku pernah ingin menyam-paikan koreksiku langsung kepada WalikotaDepok tentang pelatihan itu. Secara infor-mal, akupun sudah berbicara dengan be-berapa senior di sana untuk tidak melaku-kan kekerasan seperti itu dalam latihanPaskibraka.

Tapi tampaknya, tindakan yang samasekali tidak mencerminkan moral Paskibrakaitu terus saja berlangsung. Ada sejumlahSenior yang telah menanamkan kebiasaanburuk itu sejak beberapa tahun lalu, yangtampaknya diserap dari ”budaya kekerasan”yang mereka terima di sekolah atau kampuslalu mengimplementasikannya secara se-rampangan tanpa tahu apa hakikat daripelatihan Paskibraka yang sebenarnya.

Lihatlah ketika Senior Paskibraka Depokyang paling garang tadi kembali memuaskan”hasratnya” setelah latihan formasi danpengibaran selesai. Dia kembali memerintah-kan anggota untuk push up sampai 20 kali.Ternyata, untuk yang wanita masih kurangdan ditambah dengan 10 push up lagi.Beberapa anggota dianggap masih punyasalah, lalu disuruh push up lagi 10 kali.

Tindakan itu, sama sekali berbeda denganapa yang dilakukan seorang Kakak Seniorlainnya sebelum itu. Ketika melakukan ke-salahan gerakan, salah satu anggota dimintauntuk berlatih sendiri. Lalu, dengan lembutdan kasih sayang, mencobanya berdua.Dalam waktu singkat gerakan yang benarjustru sudah dapat dikuasai.

Apakah tidak lebih baik bila seluruhpelatih yang notabene Kakak-Kakak Senioritu melakukan hal yang sama? Mengapaharus dengan cara membentak-bentak,berkata kasar, memukul, dan memberihukuman fisik yang sama sekali tidak ada

hubungannya dengan pelatihan pengibaranbendera?

Dulu, sewaktu latihan tahun 1978, seorangtemanku pernah salah melakukan penghor-matan bubar jalan —gara-gara ingin cepatistirahat dan ”ngiler” melihat minuman danmakanan kecil. Pelatih melihat itu dantemanku dihukum menghormat cermin 100kali dengan cara yang benar, ketika kamisemua sudah enak-enakan makan-minum.

Atau ketika segerombolan kami ketahuanjajan rujak keluar pagar asrama, kamidihukum langkah tegap keliling lapanganberkali-kali sambil berteriak ”kami tidakjajan rujak lagi!” Intinya adalah: hukumanatas sebuah kesalahan harus diberikandalam konteks memperbaiki kesalahan itusendiri, atau minimal membuat si pelakujera, dengan bentuk yang justru menambahpengetahuannya tentang materi pelatihanitu sendiri.

Zaman memang sudah berubah. Budayakekerasan telah merasuk remaja dan pelajarsejak sekolah menengah lewat ”tawuranmassal” atau bullying melalui geng-geng disekolah. Dari sana, sebagian generasi”pendekar tawuran” itu menjelma menjadipara ”pendemo anarki” di kampus-kampus.Sisanya, melebar ke bagian-bagian lain dikehidupan, termasuk pelatihan Paskibraka.Kelak, atau sekarang pun, mereka telahmulai menjelma menjadi ”manusia-manusiatak bermoral” yang memimpin di negeri ini.

Sekarang, adalah tugas Pengurus PPIKota Depok, PPI Jawa Barat dan PPI Pusatuntuk melakukan sesuatu terhadap fenome-na yang ada di Pelatihan Paskibraka KotaDepok. Ajarilah para Senior di Depok itucara melatih yang benar, yakni ”melatihdengan hati, bukan dengan kaki.”

Kabar burung juga terdengar bahwakekerasan serupa sudah terjadi di beberapadaerah. Maka, tugas kitalah sebagai Kakak-kakak yang lebih tua untuk meluruskankembali pembinaan Paskibraka itu!

n Budiharjo Winarno

Page 29: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 29

Bulletin Paskibraka ’78

Di mana akan kucariAku menangis seorang diriHatiku salalu ingin bertemuUntukmu aku bernyanyi

Untuk ayah (Kak Dhar) tercintaAku ingin bernyanyiWalau air mata dipipikuAyah (Kak Dhar) dengarkanlahAku ingin berjumpaWalau hanya dalam mimpi

Lihatlah hari bergantiNamun tiada seindah duluDatanglah aku ingin bertemuUntukmu aku bernyanyi

(Ayah – Panbers)

Mengenang Kak Dharminto Surapati

Salam Rindu

Kerinduan itu terasa merasuk dalamhatiku saat aku mengenang KakDharminto. Seorang Pembina yang

sederhana dalam tutur kata maupun sikapdan selalu memberikan inspirasi kepadaku

untuk menulis segalasesuatu tentang Paski-braka.

Dahulu, di saat rindu itumenerpa atau aku sedangmengalami kejenuhan,pasti Kak Dhar-lah yangakan aku telepon. Kamibisa mengobrol dengansantai dalam waktu yanglama. Dari obrolan itusering muncul teguran-teguran halus maupun

U ntuk memperingati 100 hariwafatnya Kak Dharminto, Novery

(Paskibraka ’82) telah mengundang re-kan-rekan Purna Paskibraka ke rumah-nya. Rumah yang terletak di daerahLebak Nangka, Sentul, Bogor, itu me-mang punya arti penting, karena disanalah Kak Dhar menghembuskan na-fas terakhir pada 16 Desember 2007.

Kesempatan itu juga dimanfaatkanuntuk ajang silaturahmi para Purna Pas-kibraka. Hadir di sana beberapa seniordan mantan pengurus PPI serta puluhananggota PPI dari wilayah DKI. Merekaseolah kembali ke fitrah dengan menggu-nakan baju koko dan berkopiah. Dengankhidmat bergemalah dari mulut mereka

Tahlilan 100 hari Kak Dharmintokalimat tahlil dan Yasin.

Saat berdoa, mereka semua terlihatsangat khusyuk dan terdengar suaramerdu kalimat mengamini doa yangdipanjatkan. Permintaan yang tulus kehadapan Al Khalik, semoga arwah KakDharminto diterima di haribaan-Nya.

Suasana dalam acara itu terasa begituluruh dalam keakraban. Dan tampaknya,para Purna Paskibraka telah dapat me-nerjemahkan apa yang selalu diajarkanoleh Kak Dharminto: bahwa antara PurnaPaskibraka satu sama lain adalahbersaudara.

Semoga di atas sana Kak Dharmintodapat tersenyum melihat anak didiknyabersatu dalam doa untuknya. ***

Page 30: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

30 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

dorongan batin yang selalu memunculkaninspirasi bagiku untuk menulis.

Dengan bahasa dan contoh-contoh yangsederhana, Kak Dhar bisa membuat angan-ku berpacu sementara tanganku lincahmenuliskannya menjadi sebuah ceritatentang segala hal dalam kehidupan ini.

Kak Dhar tidak pernah terasa mengguruitetapi memancing akal dan pikiran serta

emosiku untuk menyaring danmenganalisa segala problematikayang terjadi terutama di lingkunganPaskibraka serta bendera merahputih. Ia hanya membentangkanpandangannya dalam sebuahwacana, sisanya terserah kita.

Dahulu, sehabis berbincangdengan Kak Dhar, semuanyaterasa sangat gampang ditulis.Kini, setelah Kak Dhar kembali kepangkuan-Nya, aku barumerasakan kehilangan besar.

Ketika aku ingin menuliskankenangan ini, pikiranku terasa

agak tersumbat. Setelah sebentarmenyenandungkan lagu Ayah milik Panbers,barulah inspirasiku kembali mengalir untukberbagi cerita kepada teman-teman semua.

Aku memang selalu berusaha untuk dapatmenuliskan cerita-cerita tentang Paskibrakadengan semangat Kak Dhar yang telahmelekat di hatiku. Semangat untuk selaluterus berkarya bagi sesama dengan baha-

sa dan tutur kata yang sederhana.Inilah yang harus terus dipupuk,

dilestarikan dan dikembangkan.Dari semua yang telah aku terima,aku kembali menangkap maknabahwa para Pembina yang sudahmeninggalkan kita (Kak Mutahar,Kak Bejo dan Bunda Boenakim)maupun Kak Idik —sebagai satu-satunya pembina yang masihtersisa— selalu bisa diajakbercerita. Mereka selalu membinaadik-adiknya dengan hati nuraniyang penuh cinta.

Itu jugalah yang membuat akuselalu merasa dekat dengan KakDharminto sejak pertama kalimengenalnya sampai akhirhayatnya. Hanya doa sebagaiungkapan salam rindu dan terimakasihku untukmu Kak Dhar...n Budiharjo Winarno

Izziah Hasan > [email protected] atau [email protected] Jwarson > [email protected] Insamodra > [email protected] > [email protected] Sudradjat > [email protected] Mulyadi > [email protected] Saddewo > [email protected] djo Winarno > [email protected] Azram > [email protected] Rauf > [email protected] Rahayu > [email protected] Saraswati > [email protected] Restuwanti > [email protected] Sutrisno > [email protected]

Alamat e-Mail Paskibraka ’78

Ingin gabung dalam milis? Registrasi ke: [email protected]

Sonny, Kak Dhar, Kak Jimo dan Budiharjo, Agustus 1993.

Page 31: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 31

Bulletin Paskibraka ’78

Halaman Khusus Paskibraka 1978

Sudah sekian kali bulletin ini hadirmenyapa teman-teman semua baikangkatan 78 maupun angkatan

dan tingkatan lainnya. Melalui buletinkecil ini diharapkan kita semua bisamenerima informasi tentang apa yangterjadi di jagat Paskibraka dan purnanya.

Kami sebagai ”penjaga gawang” se-lalu berusaha menghimpun dan membe-rikan informasi terbaru. Dari sana, kamimengharapkan adanya umpan balik be-rupa masukan cerita, sapaan, celotehan,berita atau apapun bentuknya yangdapat terus membuat kami bersemangatmenulis dan menyajikannya.

Selama ini, memang ada beberapateman memberikan masukan ataupuntanggapan melalui sms atau email. Tetapisayang, sesudah itu hilang kembali takada beritanya. Kami kadang-kadangmerasa ragu, apakah bulletin yang kamikirim benar-benar diterima oleh kawan-kawan 78. Tetapi, teman-teman angkatanlain yang menerima Bulletin 78 justrumemberikan resppon dan ucapan terimakasih.

Jangan-jangan, bulletin untuk teman-teman 78 hanya sampai di rumah ko-song, atau rumah yang tidak dikenalnama dan alamatnya. Atau, mungkinkembali dipajang di kantor pos sebagaisurat yang tidak jelas alamatnya.

Jika Pak Pos baik hati, buletin itumemang akan dikembalikan ke alamatpengirim. Tetapi jika tidak, kami samasekali tidak bisa tahu apakah buletinsudah sampai di alamat kalian, atautidak.

Berkali-kali dan setiap kali terbit, buletin

Menyapa Angin..cetakan selalu kami kirimkan denganrisiko biaya kirim yang lumayan besar(dibanding bila dalam bentuk digitallewat email).

Kami kadang-kadang berpikir apakahsapaan kami masih kurang atau sampaisaat ini kami hanya menyapa anginyang selalu berhembus tanpa dapatdiketahui arahnya karena selalu beralihdengan cepat. Semoga prasangka burukkami tidak benar.

Minimnya tanggapan dari teman-temanmungkin saja karena kesibukan. Tapi,kalau dipikir-pikir, kami juga punya kesi-bukan yang sama: bekerja dan menguruskeluarga. Lalu apa?

Jika buletin edisi ini sampai ke tangankalian dan kembali tidak ada tanggapanyang kami terima, maka saya akansampai pada kesimpulan bahwa kamimemang menyapa angin. Tolong berikami saran: apa yang harus kamilakukan?

Mungkinkah teman-teman mau menya-nyikan senandung lagu Letto yang begituindah:

luangkanlah sejenak detik dalamhidupmu/berikanlah rindumu padadenting waktu/luangkanlah sejenakdetik dalam sibukmu/dan lihatlahwarna kemesraan dan cinta.

Jika teman-teman mau meluangkansejenak waktunya dan mau menyapakami maka hal sekecil apapun akanmenjadi suatu berkah dan semangatuntuk terus menerbitkan bulletin ini.Semoga akan ada jawaban yang penuhdengan kecintaan dan pengharapan.

Salam... n Mas Bhe

Page 32: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

32 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Halaman Khusus Paskibraka 1978

Terbitkan Terus !

Terakhir kali muncul dalam edisi”Mencari Rumah Paskibraka”pada bulan Oktober 2007, Buletin

Paskibraka 78 seolah hilang sampaipertengahan 2008. maka tak heran kalaubanyak yang bertanya, kapan BulletinPaskibraka 78 kembali hadir.

Pertanyaan itu sangat wajar memang,karena buletin kecil ini sudah kadunglahir dan selalu hadir di hadapan mereka.Selain itu, sama sekali tidak ada lagiyang dapat menggantikannya, walaucuma bacaan alternatif sekali pun.

Penerbitan —yang rencananya padaDesember 2007— tertunda karena bebe-rapa hal. Budi kebetulan mengalamimusibah terjatuh dari sepeda motor. Ide-idenya untuk menulis artikel turut tercecerdi jalan —bersama tubuhnya yang sakitdi sana-sini— sehingga harus dikumpul-kan lagi satu persatu agar dapat membe-rikan motivasi untuk menulis.

Bu Lurah Chelly yang sering nguber-uber agar buletin segera terbit ternyatajuga sedang sakit karena harus menjalnioperasi di tangannya. Dia harus bolakbalik opname karena fisiknya kurang fit.

Maka, tinggalah Opul sendirian yangmenunggu kiriman berita dari teman-teman yang tak kunjung datang. Sampai-sampai, akhirnya Opul pun ikut-ikutansakit —sampai puncaknya kena gejalatifus— sehingga proses akhir buletin initersendat cukup lama.

Penyebab lain, kurangnya sumbangantulisan dari kawan-kawan. Untung, masihdatang amplop besar dari Zal yangisinya foto ukuran 10R ketika pertemuan

di Pizza Hut, Tebet, Jakarta Selatan.Lalu dua surat dari Sinyo yang benar-benar serius ingin menyumbangkan diri-nya untuk Paskibraka 1978 setelahmerasa berhutang selama 29 tahun.Lihat ”Reuni Imajiner ” yang ditulisnya.

Sambil meringis, Budi terus saja beru-saha berkomunikasi melalui dunia mayadan menemukan banyak ”suporter” dariluar Paskibraka 78 yang semuanyasangat senang dengan kehadiran Bule-tin 78. Para anggota milis [email protected] aklamasi menobatkan BuletinPaskibraka 1978 adalah bacaan favoritmereka. Artinya, buletin ini telah ikutmenjadi ”milik mereka”, bukan cumamilik Paskibraka 1978.

Kenyataan itulah yang membuat kitaharus lebih peka terhadap dukunganyang telah mereka semua berikan, yaknimenjaga agar buletin kecil ini tetap bisahadir, walaupun waktunya kadang takbisa dipastikan. Kewajiban kita pulauntuk terus menyampaikan amanatPembina bahwa ”sesama Paskibrakaadalah bersaudara” dan yang lebih tuaharus bisa membimbing adik-adiknyayang lebih muda.

Di rubrik ”Mereka Bicara”, kawan-kawan dapat melihat bagaimana paraPurna Paskibraka angkatan lain, bahkanPaskibraka Daerah seolah menemukansebuah mata rantai yang hilang melaluiBuletin Paskibraka 78.

Maka, tidak ada lain yang harusdilakukan: Apapun bentuknya, terbitkanterus buletin Paskibraka 1978!

Page 33: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 33

Bulletin Paskibraka ’78

Halaman Khusus Paskibraka 1978

Sejak buletin edisi Agustus 2007,kami telah berusaha untuk menge-tahui keinginan teman-teman 78

pada Agustus 2008 ini: apakah inginmengadakan reuni dan bagaimanabentuk kegiatan yang akan dilakukan.Sebuah kuisioner lengkapkami sajikan,dengan harapan dapat diisi dan dikem-balikan kepada kami untuk menjadibahan persiapan.

Semua itu dilakukan mengikuti contohyang pernah dilakukan pada tahun1993, saat kita sepakat untuk menga-dakan Reuni Pertama pada tahun 1994.Hasilnya sangat maksimal, atau mungkinterasa fenomenal.

Sayangnya, kali ini harapan yangsama tidak bisa terwujud. Sampai detik-detik bulan Juli hampir berakhir danAgustus telah akan menyambut, kesepa-katan kita tentang ”Reuni & Ulang Tahunke-30 Paskibraka 1978” itu belum jugadidapat. Belum ada yang mengembalikankuisioner sampai saat ini, kecuali SinyoMokodompit.

Apa Kabar Reuni Kita?Begitupun, dari omong-omong melalui

telepon, sms, email, atau pertemuandengan teman-teman 78 yang kebetulandatang ke Jakarta, kami menangkapadanya keinginan kuat untuk mengada-kan Reuni itu. Jadi, persiapan sekecilapapun mesti dilakukan dan itu mem-butuhkan kepastian.

Teman-teman bisa segera dan sece-patnya memberitahukan kepastian akandatang ke Jakarta untuk Reuni dengancara sederhana yakni: melalui sms,telepon , atau email .

Mengingat waktu yang demikian sem-pit, untuk sementara yang dapat dipas-tikan ada dalam agenda Reuni adalah”Temu Kangen” sesama kita. Waktu yangtersedia adalah tanggal 14, 15, 16, 17dan 18 Agustus 2008. Tapi kita bisabergabung dengan Purna lain dalam”Reuni Alumni Paskibraka Nasional”tanggal 18 Agustus 2008.

Kami menunggu jawaban dari kalianmulai: sekarang!!

n Paguyuban Paskibraka 1978

Dengan upaya keras, kami di PaguyubanPaskibraka 1978 mencoba menerbitkan bu-letin ini dengan kemampuan terbatas. Agarpenerbitannya langgeng, mohon agar teman-teman membantu. Tak perlu besar, berapapun nilainya akan sangat berarti bagi keber-samaan kita. Titipkan bantuan di rekeningberikut, dan kirim pemberitahuannya melaluiSMS.

No. Rek. 765 0283 222Budiharjo Winarno

BCA KCP Depok Asri

BERAT SAMA DIPIKULSumbangan Masuk:– Donatur 1 ............................. 50.000– Donatur 2 ............................. 50.000– Donatur 3 ........................... 250.000– Donatur 4 ........................... 250.000– Donatur 5 ........................... 100.000

Total ....................... 700.000

Uang Keluar:Buletin Okt 2007 ................... 400.000

Saldo ..................... 300.000

LAPORAN KEUANGAN

Page 34: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

34 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Halaman Khusus Paskibraka 1978

Selama 30 tahun, sejak saya menunaikan tugas sebagai PengibarBendera Pusaka, secara langsung,

saya tidak pernah lagi berjumpa denganseorang pun Purna Paskibraka Nasional1978, kecuali rekan sedaerah, DyahPalupi. Kalaupun ada perjumpaan, lagi-lagi dalam lintasan imajiner denganmembayangkan wajah-wajah polos danpenuh semangat di PHI dulu dengansegala romantikanya.

Tetapi kini perjumpaan itu dapatdilakukan melalui media baik teleponlangsung, sms, atau dengan membacabuletin Paguyuban Paskibraka 78 yangsampai hari ini tidak lebih dari lima edisi.Edisi kedua Oktober 1993, sudah kumaldengan cover potret “melepas Mahruzalkembali ke Aceh”. Kemudian edisi ketiga,Nopember 1993, dengan Laput, “Kalajarak dan waktu tak lagi jadi penghalang”.Dua edisi ini saya terima dengan baik,tatapi saya menerima dalam posisi yangsangat sulit menyahuti.

Setelah itu Buletin kita berhenti samasekali untuk kemudian sontak saya mene-rima lagi pada pagi 23 Juli 2007, (edisiJuni 2007), dengan Laput “MengenangHusein Mutahar”. Begitu sumringah danantusias saya menyambutnya kali ini.

Tak menunggu berpuluh menit, sayalangsung menghubungi Opul tercintayang wajahnya imut-imut itu masa 30tahun lalu, dan kedengaran dari aksen-tuasinya bicaranya, masih tetap “lowprofile”, dan seterusnya kawan yang lainsaya hubungi satu persatu.

Tidak lupa, tentu saja Nonya Tetty

REUNI IMAJINERLampung yang agaknya tetap saja flam-boyan. Tetapi Sonny Jatim, justru yangsetelah mengetahu saya nyembul, lang-sung menghubungi lebih dahulu sekali-gus memberikan nomor telepon JhonIrja dan Daniel Sulut.

Maka lengkaplah puas batin saya hariitu walau harus membuang ratusan ribupulsa. Tak apalah, demi kangen yangpuluhan tahun terpendam. Kegembiraanini lantas disusul lagi dengan edisi”Selamat Jalan Kak Dharminto” sampaiyang terakhir ini dengan laput “MencariRumah Paskibraka” dilampiri dengandaftar seluruh Paskibraka Nasional darithn 1967 s/d 2007.

Selama saya mengalami masa tidurpanjang, ternyata masih ada hingar-bingar aktivitas kawan-kawan seang-katan. Mereka tetap saja gigih berupayamenemukan dan menyatukan kembalikeguyuban yang pernah ada terutamabagi kawan-kawan yang entah di rimbamana berada.

Dan selama lebih kurang sembilantahun bermukim di Makassar, cuma adadua kali saya ke Jakarta untuk kegiatanstudi dan kegiatan organisasi ekstra.Tetapi sejak mendaftar untuk testing diUNHAS saya sudah mendapat kabardari orang sedaerahnya bahwa IlhamSultra ke bogor mengadu peruntungandi IPB. Dua kali pula saya mencariHafsah Dahlan pada alamat keluarganyadi kota Makassar, tetapi nihil.

Setelah selesai kuliah tahun ’89, sayalantas kembali ke Tolitoli. Sampai 2007,ada enam atau tujuh kali ke Jakarta.

Page 35: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 35

Bulletin Paskibraka ’78

Halaman Khusus Paskibraka 1978

Dasar kamso, saya tidak tahu dimanaharus menemukan kawan-kawan seang-katan. Bahkan pada Juli 2005 saya keJakarta bersama keluarga. Yang dapatsaya lakukan hanyalah kilas balikPaskibraka dengan cara membawa anak-anak saya melintas perlahan di depanIstana Merdeka sembari berujar; “Di sinidulu ayah pernah berlatih dan bertugasmenurunkan Bendera Pusaka”.

Tahun 2003 saya sempat ke Medanuntuk MUNAS IPHI, selesai kegiatanpokok lantas diikuti wisata kuliner danmata di Kota Medan termasuk ke IstanaMaimun, saya cuma mampu membatinbahwa di kota ini saya ada memiliki duaorang kawan: Opul dan Aida, tetapi

entah di mana harus mencarinya.Beberapa waktu setelah peris-

tiwa Bom Bali pertama, saya keBali untuk suatu keperluan danmelihat langsung penerapan da-lam Persidangan UU Terorisme,Selama sepuluh hari di kotayang dikenal oksotis itu, sayapun cuma mampu bergumam,ada Oka Saraswati (yang kalautertawa atau menangis tidakdapat dibedakan karena sama-sama berlinang air mata) danGde (medok mBalinya kentalbenar) di sini, tapi tak tau dimana harus aku jumpai.

Dalam kegiatan Paskibraka didaerah, saya sempat menjadiPembina, walaupun kemudiandijadikan kapstok semua anggotabagaimana agar organisasi inilepas dari sungkupan kuasa oto-riter dari seseorang yang me-ngangkangi organisasi ini.

Setelah lepas, saya lalu kembali vakum.Sementara itu, sampai Agustus 2007 ini,saya tetap dikunjungi undangan untukhadir pada semua ritual Hari Proklamasi,tetapi boleh jadi bukan karena sayamantan Paskibraka, melainkan lebih padastatus profesi saya sebagai Advokat.

Sekarang, sejak saya “kembali” ditengah kawan-kawan dari berkelanamencari arti kehidupan... (waw! ini salahsatu baris pada lagunya Mus Mujiono),saat Idul Fitri lalu —yang bagi kitamerupakan momen yang tepat gunamenguatkan kembali silaturahim yangrenggang— saya mengirim ucapan padasemua kawan-kawan seangkatan yangmemiliki nomor HP. Sambutan yang

Dok. Pribadi

Page 36: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

36 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Halaman Khusus Paskibraka 1978

kembali saya terima cukup memberikanharapan bahwa Reuni 2008 tak cumawacana. Sayang saya tidak mendapatbalasan apapun dari MaskayanganNusteba, Halidja Maluku, Budi Jateng,Mahruzal dan Izziah Aceh, Ilham Sultra,Nunung Kalsel, Rahmaniah Jatim, danGde Bali.

Tak apalah, toh saya pun pernah takhirau atas panggilan kawan-kawan dariJakarta sampai tahun 2007. Kini, sejaksaya dinyatakan sudah ditemukan, sayapernah menghubungi Aida Sumut yangsangat antusias menyongsong reuni2008. Begitu pula dengan Saras Jakarta.Diawali ketika Nyonya kita ini ada diSekayu Sumsel untuk salah satu eventotomotif (katanya, nyonya kita ini EO dibidang ini, Iho), jadinya super sibuk.

Demikian juga Nyonya kesayangankita, yang saya suka memanggilnya SiMom Chelly (Lurah kelas P di PHIdahulu). Kelihatan di potret terakhir, masihtetap fresh dalam tampilan sak jilbab-jilbabnya, Masih ingat nama lengkapnya?Nama yang indah: Urai Sri Ranau. Samadengan nama lengkap si Cantik Manis,Tatiana Shinta Magdalena yang bayang-annya bagi saya tak mudah luruh dariromansa 29 tahun silam.

Dan tentu saja jagoan-jagoan kita,Budy Yogya, Opul Sumut dan SonyJatim, juga Yadi Jabar, dan semua kawan-kawan kita yang kini mukim di Jadebota-bek. Saya tak berlebihan untuk menyebutsaudara-saudara kita ini sebagai Thefounding fathers alias konstruktor rumahkita Paskibraka 78. Hormat dan terimakasih saya untuk kalian semua.

Lantas apa yang hendak sayakemukakan dari perjumpaan imajiner

kali ini?Pertama, bahwa Paskibraka adalah

sebuah pilar yang telah tertancap kokohdalam lintas kenangan, tetapi memilikiefek mental psikologis luar biasa bagikita dan akan terus terbawa selamahidup;

Kedua, Bahwa kebanggaan yangselaiu menyertai kita sebagai Paskibrakahendaknya tidak dalam konteks yangpasif, kebanggaan itu mestinya dijadikanpeluang bagi banyak upaya gunamewujudkan kehendak untuk tetapbersama dalam suka maupun duka;

Ketiga, bahwa perjumpaan walauhanya melalui media komunikasi, apalagiperjumpaan langsung, justru merupakansaat dimana romantika Paskibraka 30tahun silam itu benar-benar kita temukan.

Oleh karena itu, Ayo kawan-kawan!Masih sembilan bulan waktu yang tersisauntuk kita bersiap mewujudkan Reunidan Dies Natalis ke-30 Paskiraka ’78.

(Sinyo membuat tulisan ini pada bulanNovember 2007, Red)

Pada waktu dan tempat itu nanti kitaperbaharui komitmen, dan kita bicarakanlebih intens tentang refleksi, kondisiobyektif dan poroyeksi peguyuban kitaagar bermanfaat secara maksimal bagikita semua dan bagi bangsa ini.

Amien...!n Sinyo Mokodompit

Page 37: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 37

Bulletin Paskibraka ’78

Halaman Khusus Paskibraka 1978

Sebagai bentuk pengabdian dansumbangan yang lebih nyata ke-pada Paskibraka, Paguyuban 78

memang telah berkomitmen akan selalumemberikan sumbangan. Walaupun,sumbangan itu bukan dalam bentukmateri tetapi sebuah semangat untukterus berkarya dan mengabdi bagi BumiPertiwi.

Kali ini, pada peringatan ke-63 kemer-dekaan Indonesia dan satu abad Ke-bangkitan Nasional, kita pun seolahmendapat kado istimewa karena Pagu-yuban 78 kembali dapat memberikanbukti akan sebuah karya. Apakah itu?

Kita berhasil melacak keberadaanpelaku sejarah Pengibar Ben-dera Pusaka tahun 1945.Bukan cuma dari literatur, tapilangsung bertemu, mengobroldan menyampaikan salamhormat dari Paskibraka sertamendengarkan cerita nasio-nalisme di tahun 1945.

Selama ini, kita memanghampir tidak peduli, ataupernah berpikir untuk me-luruskan simpang-siur se-jarah tentang siapa yangmengibarkan benderapusaka pertama kali sete-lah pembacaan proklamasi kemerdekaantahun 1945. Buku-buku sejarah pun,secara faktual tidak pernah menuliskan-nya, apalagi membuktikan dan menje-laskan dengan logis dan gamblang.

Melalui pengungkapan sejarah pentingdalam buletin edisi kali ini, kita telah

berusaha untuk sekali lagi memberikanpemahaman kepada Purna Paskibrakatentang jejak langkah Paskibraka. Bukancuma dari tahun 1946 ketika gagasannyamuncul di benak Kak Husein Mutahar,tapi sebuah simbolik peran pemudadalam pengibaran bendera pusaka padasaat proklamasi.

**Ada kado kecil kedua dari Paskibraka

78 yang perlu diinformasikan kepadateman-teman. Walaupun apa yang sayalakukan ini lebih merupakan inisiatifpribadi, tapi paling tidak merupakanperwujudan dari niat baik yang kitapernah sepakati 14 tahun lalu.

Saat Reuni Pertama Paskibraka 78pada tahun 1994, kita telahmerekomendasikan ke Di-rektorat PGM sebuah kon-sep untuk perbaikan pem-binaan Paskibraka. Namun,sampai saat ini (setelah pem-binaan Paskibraka beralih keKantor Menpora dan Direk-torat PGM/Kepemudaan diliku-idasi), tidak semua konseptersebut terealisasikan. Salahsatunya pembuatan dan pengi-riman ”Buku Panduan” untukcalon anggota Paskibraka yangakan berangkat ke Jakarta.

Setengah nekat, saya menulis kembaliBuku Panduan tersebut yang isinyatentang gambaran dan hal-hal yangharus dipersiapkan oleh adik-adik sebe-lum masuk ”Kawah Candradimuka”pelatihan Paskibraka di Jakarta. Dengan

Kado Kecil dari 78

Page 38: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

38 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

bantuan data dari Kantor Menpora, bukutersebut telah dikirimkan ke daerah diseluruh Indonesia.

Dari pemberitahuan yang masuk, seba-gian besar calon anggota Paskibraka2008 telah menerimanya. Mereka merasasenang telah mendapatkan panduan ten-tang latihan yang akan mereka dapatkan.

Secara prinsip, buku ini diwujudkansebagai sebuah bentuk cinta kasih Pagu-yuban 78 kepada adik-adiknya, agarmereka tidak ”Kamso” (Kampungan danNdeso) lagi —seperti julukan kepadakita-kita dulu yang diberikan oleh KakBejo (alm)— saat tiba di Jakarta.

Dengan buku itu, diharapkan adik-adikcalon Paskibraka 2008 dapat mempersi-apkan diri dari segi fisik, mental dan

Halaman Khusus Paskibraka 1978

Saat browsing di internet tentangPaskibraka, saya menemukanbanyak hal yang tidak terduga

muncul dalam berita, salah satunyaadalah tentang Buletin 78. Ternyata purnaPaskibraka di daerah maupun siswasekolah ada yang menjadikan BuletinPaskibraka 78 adalah sebagai bacaanfavorit. Semua ini dikarenakan isinyaadalah informasi tentang Paskibrakayang tidak ada di media lain dan tidakpernah diperoleh dari PPI.

Dengan membaca Buletin 78 merekamenjadi mengerti apa makna dan jiwaPaskibraka, dan bagaimana sejarahnyabaik kepaskibrakaan, para pembina,maupun organisasi PPI. Selain itu merekadapat mengajarkan kepada siswa disekolah tentang Paskibraka dengan alur

yang jelas dan cerita yang benar.Karena menjadi bacaan favorit, tak

heran mereka selalu menunggu-nunggudan mengirim e-mail bertanya kapanterbitnya Bulletin 78. Di antara mereka,bahkan kemudian mengikuti jejak Pagu-yuban 78 dengan menerbitkan bulletinintern untuk komunikasi sesama anggota.

Kita wajib bersyukur ternyata sebuahlangkah dan karya yang kecil memberi-kan dampak dan manfaat yang besarbagi Paskibraka dan generasi muda diIndonesia. Berbekal tekad dan semangatuntuk berbakti, walau sering dicibir karenadianggap nyinyir atau cerewet kalaubicara tentang PPI, ternyata Paguyuban78 dapat memberikan bukti akan karyayang membumi dan bermanfaat bagi kitasemua. n Budiharjo Winarno

pengetahuan umum. Kita tidak ingin lagimendengar ”kabar” yang memalukantentang Paskibraka. Di waktu yang lalu,sebagian besar anggota Paskibrakaseringkali gugup dan tidak bisa men-jawab pertanyaan yang diajukan olehpara pejabat dengan baik, karena ter-batasnya wawasan.

Dengan persiapan yang baik, makakualitas seorang Paskibraka akan terlihatmenonjol. Itu menunjukkan mereka me-mang pantas menyandang predikat pe-muda teladan utusan daerah.

Semoga dua kado kecil dari Pagu-yuban 78 ini dapat memberi maknalebih pada ”Ultah Paskibraka’78 yangke-30” dan ”Ultah Paskibraka ke-40”.

n Budiharjo Winarno

Buletin ’78 Bacaan Favorit

Page 39: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 39

Bulletin Paskibraka ’78

Album KenanganRubrik ini disediakan bagi Purna Paskibraka Nasional untuk menuliskan

kenangannya sewaktu mengikuti latihan Paskibraka di Jakarta.

Kakak-kakak ’78 yang saya kasihi,Ketika membaca Buletin Paguyuban Paski-

braka 1978, ada rasa iri yang muncul menyak-sikan keakraban yang telah kakak-kakak jalinselama ini. Seakan saya dibangunkan dari tidurdan bertanya: “Di manakah teman-temankusekarang berada?”

Meskipun dengan susah payah,masih ada juga beberapa di antarateman Paskibraka ’87 yang salingmemberi kabar. Seperti, Evi SophiaIndra (Jabar) di Solo, Tjut NitaSahara (Aceh) dan R. Ira Maharani(Jateng) di Surabaya, SatriawatiChan (DKI), Tri Broto Sulistyo(Yogya) di Banten, Ariyanti Iskandini(Yogya) di Bekasi, ser ta OzySjahputera (DKI) di Missouri-USAdan Iman Gunadi (Jabar) di Inggrismelalui dunia maya.

Berikut adalah foto-foto Paskibraka

’87 yang saya miliki. Foto-foto kiriman OzySjahputera ini menjadi harta yang paling berhargabuat saya, karena seluruh barang kenang-kenangan Paskibraka 1987 milik telah habisterbakar beserta rumah saya sewaktu konflikmelanda Maluku pada tahun 1999.

n Haidee AR Nikijuluw

Paskibraka ’87 dalam Kerinduan

Page 40: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

40 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Mereka Bicara...Rubrik ini disediakan bagi Purna Paskibraka yang ingin menyampaikan isi

hatinya melalui surat yang dikirimkan ke Buletin Paskibraka’78.

Spirit ’78Assalamu alaikum Wr Wb,Kakak-kakak 78 yang terhormat..

Sejujurnya, saya kagum atas perhatianKakak-kakak 78 yang sangat besar kepadaPaskibraka, khususnya Paskibraka Nasional.Sering saya berfikir seandainya ada kakak-kakak angkatan lain, paling tidak satu daerahsaja ada satu orang yang seperti kalian...mungkin kondisi kita tidak bercerai-beraiseperti sekarang ini. Saya pribadi sangattermotivasi “Spirit ’78” untuk mengumpulkanteman-teman angkatan 83. Terima kasihkiriman data-data Paskibraka Nasional1967–2007 sehingga bisa mengenal namatiap angkatan. Insya Allah saya juga akanberusaha mengumpulkan data-data seleng-kapnya Paskibraka Nasional di NAD.

Salam Paskibraka!Cut Drizca Azizzah

(Paskibraka Nas 83, Aceh) di Aceh

Mohon DikabariAssalamu alaikum Wr Wb,Salam Paskibraka!

Adik-adik 78, terima kasih banyak atasbuletin yang dikirim via email. Semogamedia tersebut dapat menyambung sila-turahim di antara kita. Saya informasikanbahwa Kakak Albuchari Sjuib (Paskibraka1971 utusan Sumsel), beberapa bulanyang lalu telah dipanggil Yang Kuasa.

Saya mohon di kabari jika ada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan PurnaPaskibraka maupun berita suka duka darirekan-rekan semua. Kemarin, waktu Munasdi Makasar, saya bertemu dengan Kak

Istijantini Budihardjo (Paskibraka 1968,utusan NTB). Sejak itu kami saling berhu-bungan dan beliau telah saya kirimi fotokopi”Daftar Nama Purna Paskibraka Nasional1967-2007”. Beliau juga ingin sekali dapatberita tentang PPI. Sekian dulu ya, terimakasih.

Hastuti Emmilia(Paskibraka 1972, Bengkulu)

di Bengkulu

Obat RinduAdik Budi dan Paskibraka 78,

Kabar baik dari kakak dan sangat senangkarena sudah dihubungi. Apakah ini Budiyang dulu pernah ketemu di Cibubur tahun1993? Mbak sekarang sudah berdomisili diBalikpapan dan mempunyai menantu yangpernah menjadi anggota Paskibraka diSamarinda.

Terima kasih ya atas kiriman buletinnyayang bisa mengobati rasa rinduku akanPaskibraka dan kami juga bisa mengetahuiperkembangan Paskibraka saat ini. Jikaada berita tolong Mbak dikabari ya. Salambuat teman-teman 78 lainnya.

Istijantini Budihardjo(Paskibraka 68, NTB), di Samarinda

Terima KasihKatur Kakak-kakak 78,

Matur nuwun (terima kasih) sekali ataskiriman Bulletin 78 yg sangat mencerahkanbagi kami2 yg di daerah...

Salam dari kami,

PPI Kota Magelang

Page 41: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 41

Bulletin Paskibraka ’78

AlternatifSyaloom,

Piye kabare (apa kabar) Bud, koq enggaknongol di Munas Makasar? Sekarang kerjadi mana?

God Bless You, terima kasih atas kirimanBulletin Paskibraka 78 yang sangat informatifdan dapat menjadi alternatif sarana komu-nikasi antar Purna Paskibraka. Kapan maumain ke Sorong?

Max Isac Fonataba(Paskibraka 76, Irian Jaya), di Sorong

Aku di BuntokTerima kasih atas berita kiriman Buletin

Paskibraka 78. Tolong diinformasikan terusya supaya aku bisa monitor kalian dan tahuperkembangan walaupun baru berada diBuntok, di tengah rimba Kalimantan.

Kawan-kawan 78, maaf aku baru bisamemberitahu kalian sekarang soal kebera-daanku. Kalau ada waktu, aku akanberusaha cari Nunung Restuwanti di MurungPudak. Kalau kerjaan sudah beres akupasti balik ke Jakarta dan kita bisa ngumpul-ngumpul lagi. Salam untuk teman-temansemua.

Ilham Radjoeni Rauf(Paskibraka 78, Sultra) di Buntok.

Aku Pulang KampungTeman-teman 78,

Masih ingat aku kan? Aku Etty, AzmiyatiAziz, anak Padang. Sekarang aku sudahpulang kampung. Itu gara-gara kota Palukacau-balau sehingga aku dan keluargaterpaksa eksodus ke Padang. Eh, sampai diPadang, masih dihoyak-hoyak gempa. Duh,malang nian nasibku.

Terima kasih atas buletin yang dikirimkan

ke alamat lama di Padang. Tetapi akusekarang sudah tinggal di rumah sendiri diPerumahan Kharismatama Permai. Jaditolong buletin dan berita-berita tentangreuni 78 dikirim ke alamatku yang sekarangya... Terima kasih.

Azmiyati Aziz(Paskibraka 78, Sumbar) di Padang

Info AlamatKepada kakak-kakak 78,

Bersama ini saya informasikan beberapadata Paskibraka Nasional yang saya ketahui,yaitu: M. Ishak Eko Prihantoro (PaskibrakaNas 92, Sumsel) sekarang tinggal di Jerman,Pinky Ajeng Munggaran (Paskibraka Nas2004, Babel) sedang pendidikan Polwan,Okky Elnanda (Paskibraka Nas 2005, Ba-bel) sedang pendidikan Brimob di Surabaya.

Semoga dapat menjadi tambahan infor-masi yang berguna. Terima kasih

Yudi(Paskibraka Propinsi Babel 1992)

Aku Rindu ’81Kepada mas Bhe dan Kakak-kakak 78,

Terima kasih atas kiriman Bulletin 78yang isinya sangat bagus dan membuatsaya malu karena Kakak-kakak 78 yangsaya anggap sudah sepuh (tua, red), dengantulisan yang bening dan jelas serta tanpapamrih masih mau memikirkan “RumahKita” dan memberikan penyegaran tentangmakna Paskibraka yang telah sekian lamaterbenam dalam diri saya. Buletin ini jugamenimbulkan kerinduan dan menggugahsaya untuk mencari dan bertemu denganteman angkatan 81 lainnya.

Terima kasih atas info nomor teleponBurmawatie dan Zainal Abidin. Tali silatu-rahmi yang sekian lama terputus dapat

Mereka Bicara...

Page 42: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

42 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Mereka Bicara...tersambung kembali. Saya yakin, banyakyang pro dan kontra atas tulisan-tulisanyang dimuat. Tetapi saya harap, janganubah gaya tulisan yang ceplas-ceplos apaadanya itu. Kami tunggu terbitnya buletinselanjutnya.

Nanang Pujatmiko(Paskibraka Nas 81, Yogya) di Yogya

Reuni Angkatan 84Salam Sejahtera,

Saya, saat ini saya sedang mengumpul-kan data nama-nama teman saya, anggotaPaskibraka 1984 yang bertugas di IstanaMerdeka. Puji syukur kepada Tuhan, denganberbagai cara, sampai saat ini saya sudahberhasil mengumpulkan kembali 30 orangdari 54.

Pada tahun 2009 nanti, kami merenca-nakan untuk ”Reuni 25 Tahun PaskibrakaAngkatan 1984”. Sementara ini kerinduankami sudah mulai terobati dengan salingmenelpon atau kirim e-mail.

Dengan terkumpulnya 30 orang, berartimasih ada 24 orang lain Purna Paskibraka1984 yang masih belum diketahui kebera-daanya. Mereka adalah:

1. Asron Ridwan Girsang (Sumut)2. Jacqueline Westenberg (Sumut)3. Otty Wijayanti (Sumbar)4. Ichwan (Jambi)5. Nurul Rahmi (Jambi)6. Agustina Sri Wahyuni (Riau)7. Hermi Yanuar (Sumsel)8. Sri Iswandari (DIY)9. Agus Hariyanto (Jatim)

10. Ketut Witarka Yudiata (Bali)11. Kanisius Yoseph Rae (NTT)12. Kartini NC Kirana (NTT)13. Junaidin Midon (NTB)14. Marhaban (Kalbar)

15. Eva Dolorosa (Kalbar)16. Hari Siswanto (Kaltim)17. Supian Noor (Kalsel)18. Rachmi Perwitasari (Kalsel)19. Eddy Mahfudz (Kalteng)20. We Ode Mulniyati Gafur (Sultra)21. Eddy Siswanto (Sulsel)22. Halfiah Rahim (Sulsel)23. Rafael de Jesus (Timtim)24. Sylvia Verdial Silva Lopes (Timtim).

Selanjutnya, Bulletin Paskibraka 78 inisaya andalkan untuk dapat menyebarkaninformasi dan membantu kami mengum-pulkan teman-teman yang belum ditemukan.Siapa tahu, ada di antara Purna Paskibrakaatau siapapun pembaca bulletin ini diseluruh Indonesia mengetahui keberadaanatau alamat teman-teman kami yang masihhilang itu.

Apabila ada yang mengetahui, mohondapat diteruskan ke Redaksi Bulletin iniatau menghubungi:

YUDIANTONo. HP 08161199289/ 081511110081

e-mail: [email protected] Bank Mandiri Area Jakarta Kebon

Sirih Jakarta, Telp. 021-2311108.Atas bantuannya, lebih dulu kami ucapkan

terima kasih.Yudianto

(Paskibraka Nas 1984, DKI) di Jakarta

Page 43: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 43

Bulletin Paskibraka ’78

Celoteh Warga ’78 via Dunia Maya

Ketemu AnganDear keluargaku Paskibraka’78,

Aku telah berusaha membuat surat inisebanyak 3 (tiga) kali, dan baru berhasilsiang ini, gara-garanya sederhana: MATILAMPU dan belum ter-save. Sampai bosanaku buat surat yang sama terus menerus.

Saat mati, aku jadi terpikir, jangan-jangan,aku ini ngantor di desa yg listriknya byarpet terus mendadak ganti genset. Ka-lau power listrik tergantikan oleh genset,alamat deh, saya tidak boleh menyalakankomputer, sampai listrik PLN nyala kembali.

Foto yg kukirimkan ini adalah hasil jep-retan anak ku, jadi yaaa... seadanya deh.Memang sudah kuedit, agar anda semuabisa menikmatinya (melihat dengan jelas). Tapi masalahnya untuk warna, si ”suamiku”ini (Amir) warna kulitnya agak gelap, sudah

diterangin warnanya sekian persen, masihjuga gelap. Kalau diterangin terus, yanglain jadi pucet warnanya.

Alhasil, ya sudahlah... kuhidangkan sajahasilnya seperti terlampir. Untungnya, padafoto yang lain, Amir agak ”menyeringai”,terlihat giginya. Andai dia nggak mringis,yaaah... warnanya sama dengan dindingnya,rata gitu loh...!!

(sorry foto yang satu lagi kebetulan tidaktermuat, Red)

O ya, aku ketemu Angan di rumahanaknya Angan yg telah dua tahun menikah.Rumahnya di Bendungan Hilir (Benhil).Siang itu anak dan menantunya disuruhminggat ke Yogya. Alhasil, kami semuacekakakan kelewat batas saking nggak adaorang lain selain kami di rumah itu.

Belum lagi cerita-ceritanya Angan yangrada vulgar (tau sendiri kan?) Wis, poko-

Sonny, Angan, Saras dan Amir.

Page 44: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

44 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

ke nggak ada bekasnya kalau kita inidulunya Paskibraka, ancurrr tenan. Yangmasih membekas adalah pertemanan kita,betul-betul ‘real’, kita ini teman sejati.

Yg mungkin agak mengharukan ada-lah story-ku bersama Angan, mungkin tahun2001 (aku lupa tahunnya). Saat ituaku bukan orang kantoran, tapi sebagaisingle parents, aku kan harus cari makan,dan nyari duitnya dari tempat balapan.

Suatu ketika, ada event Kejurnas RoadRace di Mataram. Setelah balapan, akuiseng mau say hello ke rumahnya Angan.Saat aku ketemu Angan, pas dia se-dang dapet job merias pengantin lumayangede. Alhasil, saat aku balik ke Jakarta, akudiberi ongkos naik bus oleh Angan.Aduuuhhh... rasanya sueeneeeng gitu(padahal aku nggak minta).

Ada hal yang membuat aku sampai seka-rang masih ingat kata-kata Angan saatmembelikan tiket bus. ”Saras, setiap sayapunya job mendadak, saya tahu, bahwaada haknya orang lain di setiap honor ygsaya terima. Walaupun kamu tidak minta,tapi tetap saya belikan tiketmu ke Jakarta.Diterima ya rejekiku? Do’ain saya agarselalu mendapat job,” katanya.

Kemarin, kata-kata itu terucap lagi darimulutnya. aku masih ingat kata-katanyasekian tahun yang lalu dan sampai saat ini,kata-kata bijaknya selalu ada di kepalaku.Terus aku camkan, agar aku tidak som-bong. Saat punya rejeki nanti, aku punharus ingat bahwa ada haknya orang laindi dalamnya.

All the best,l Saras

Tinggal Datang AjaSaras,

Terima kasih atas foto dan ceritamu,sehingga kita masih dapat saling menge-nang. Kalau begitu acara ”30 tahun

Paskibraka 1978” perlu segera dilansir.Sesuai ide neng Rita waktu kumpul denganYadi dan saya di rumahnya bulan Maretlalu, boleh juga dipertimbangkan kalaureuni pada tahun 2008 dilaksanakandengan cara kumpul-kumpul di suatu tempatatau villa saja. Ditawarkan Neng Rita, BAT-nya kan punya villa di Puncak.

Tapi, syukur-syukur ada dana yangterkumpul sehingga bisa nginep dipenginapan mana gitu. Di PHI kek, kalaumau benar-benar mengenang kembali 30tahun lalu dan 17 Agustusan bisa hadir diIstana.

Apapun, kita upayakan aja agar bisakumpul kembali. Toh, Neng Rita ada rumahdengan beberapa kamar kosong, termasukSaraswati dan mantunya Angan di Benhil,juga Teti yang kamarnya ngglondang kosong.Pokoke, pasti asyik deh.

Kalau soal akomodasinya, gak adamasalah. Tempat dan makan, Angan bilangmau menyediakan. Hanya tinggal menda-tangkan teman-teman dari daerah keJakarta.

Demikian ceritanya. Mohon direspon ya.Terima kasih lagi, salam hangat dan kangenbuat semua.l Sonny Jwarson

Bagi-bagi RezekiHalo Saras and Inos...

Wah seru bener ceritanya, kebayangkalo pada ketawa... hua ha ha.. pasti lupasemua masalah. Setuju dengan Angan,kalo kita dapet rejeki itu pasti ada hak nyaorang lain di situ.

Dengan keyakinan begitu, pasti mem-berinya ikhlas... Anggap aja menabunglupa dan di saat nanti suatu hari kitasedang bener-bener perlu.... Allah akanmembuka jalan kemudahan.

Amiiin.l Arita

Page 45: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 45

Bulletin Paskibraka ’78

Senang Lihat FotoSaras,

Thanks ya kiriman foto2nya... Senengdeh bisa melihat versi terbarunya Saras,Angan, Sonny, Amir.. Kayak nya versi lamakeluaran 78, Amir nggak segelap itu deh..

Ya.. sayang banget ya nggak bisa ikutan.Gitu deh kalo tinggal di ujung dunia.l Izziah ”Poh”

Reuni Lebih PentingDear Arita & Sonny dan saudaraku yanglain, sebangsa dan se tanah air,

Terimakasih atas comment-nya. O ya,aku lupa menceritakan bahwa Angan(mungkin juga yg lain) ingin ketemuanreuni di bulan Agustus setelah tanggal 10,dia ingin kita semua ke Istana Negara,mengenang detik-detik Proklamasi (rasanyakita juga kan ya?)

Namun, jika tidak tercapai pada detik-detik tersebut, maka tanggal berapa sajaasal sebelum tanggal 17 Agustus kitasudah berada di istana. Bukan untuk me-nginap di Istana lho, tapi untuk mengenangbagaimana kita dulu melakukan gladi resikmenjelang tanggal 17 Agustus. Jadi kitabisa berada di istana tgl 15 atau 16Agustus siang, syukur-syukur bisa lihatadik-adik Paskibraka latihan.

Mengenai penginapan dan makanan,bisa kita bicarakan kembali. Namun, walau-pun saya sendiri punya rumah di Jakarta,untuk reuni memang sebaiknya kita harussama-sama menginap di satu tempat, agarketemuan semalam bisa lebih efekti . Banyakkok tempat menginap murah, misalnya dibelakang RS Pertamina, di situ ada WismaBKKBN, dengan catatan: jangan bawa anakistri, bisa bengkak biaya neeh! (kecualikalau memang duit dewek berlebih)

Tujuannya? Cuma ketemuan saja, nama-nya juga teman, ini hal biasa yg seringsaya lakukan bersama teman-teman dari

Pertukaran Pemuda. Tadinya enteng saja,hanya ketemu mau say hello, menginapsatu malam. Tapi lama-lama (namanya jugaketemu lebih dari 10 jam) diskusi mulaimenjurus ke hal serius. Buntutnya, teman-teman dari Australia pun bisa didatangkanke Indonesia untuk reuni (walaupun atasbantuan Kedutaan Australia).

Wadduuhh... yang begitu itu Top Markotoplah. Benar-benar tidak disangka. Nangisdeh kita semua.

Itu pengalaman dengan negara lain.Apalagi kita cuma di Indonesia. Yah, kalauketemuan se-Indonesia nggak kesampaian,se-Jawa -Bali, NTT & NTB pun boleh deh.Kalau Sumatra dan Kalimantan bisa ikutansih, lebih seneng lagi.

O ya, konfirmasi atau respons soal inibisa sampai bulan depan lho (sampai akhirJuni). Artinya, kalau kita bisa kumpul sampai15 orang saja, saya akan meng-cancelacara balapan saya ke Durban pertengahanbulan Agustus. Acara kumpul reuni ini akuanggap jauh lebih penting daripada acarakusendiri.

Tabeeek, all the best,l Saras

Insya Allah Datang Dear Saras dan sahabat Paskibraka 78,

Sumprit deh Ras, aku seneng bangetngebaca (baru buka email hari ini ) ceritadan rencana2 dikau. Insyaallah aku akanusahakan untuk datang pada reuni Agustusbesok. Dhani Gafurie juga pernah rasan-rasan untuk datang. Kami tunggu infoselanjutnya.

Salam buat semuanya.Wassalam,l Nunung

Jarak Bukan SoalPoh,

Mudah-mudahan sudah terima email saya

Page 46: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

46 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

kan sudah dibicarakan sejak dulu. Jadi kitabisa bagi waktu dari jauh-jauh hari.

Okay.. sampe ketemu ya...l Poh

Kita Kumpul di Mana?Hallooooooooo... Met pagi semua..

Sorry... baru gabung nich... beberapa hariemail ngadat... dan kebetulan baru banyakke luar kota... Salam kangen dari Yogyauntuk seluruh teman se tanah air.....

Wah... wah... aku mau banget nich gabungkangen-kangenan... dan reuni... Aku banggasekali pada kalian... karena semua berhasildalam mengarungi kehidupan ini... 30 tahuntelah berlalu, kenangan manis yang takterlupakan seumur hidup kita....

Oh ya ... boleh usul gak.... ya , bagaimanakalau ketemuannya tanggal 16 Agustusaja.... malam Minggu dan bisa tirakatanmalam 17-an.... Atau akan lebih seru lagijika ada temen yang bisa minta undangandi istana... wah... asyik banget...

Aku pingin datang lho... tapi kalau ditanggal 9 kemungkinan gak bisa karenabertepatan dengan 100 hari meninggalnyakakakku.

Oh ya, untuk kita yang dari daerah harusngumpul dimana ya? Kan kita katrok bangetlho. Ocreee... tak tunggu kabar berikutnya.

Salam,l Endang Rahayu

Ingin Hadir JugaTerima kasih atas kirimannya. Sorry baru

buka mail karena saya terus keluar daerah.Saya baru berharap dan berkeinginan bisahadir di Jakarta pada saat Reuni. Bukankarena sibuk sekali. Teman-teman tentulebih sibuk dari Oka. tapi banyak kendalayang kadang-kadang tak bisa diduga.

Semoga tuhan berkenan, doain ya....Salam,l Oka Saraswati

terdahulu, soal reunian. Kalau direncanakan,saya kira, biarpun di ujung dunia juga bisaketemu.

Wong sobatku dari Australia (daripertukaran Pemuda) dan rumahnya di ujunggunung aja bisa ketemu di Jakarta kok.(Dia punya peternakan sapi dan domba,dan dombanya supaya bulunya tebal harusdi tempatkan di udara dingin di ujunggunung. tidak semua bagian di Australiadingin, Poh kan tahu soal Ustrali?)

Yaaah... namanya juga Silaturahmi. Danuntuk diketahui, ketemuan-ketemuan antarteman yang tidak ketemu lama, jumlahnya sama saja dengan balapan motor 20menit, yaitu sama-sama menaikkan adre-nalin. Dan, adrenalin adalah salah satuhormon yg termasuk golongan hormonawet muda.

Maka itu, ajak orangtua kita ke tempat-tempat arisan keluarga. Biasanya (penga-lamanku neeh), orangtua itu selalu rejectduluan kalau diajak ke tempat arisan atauke tempat kumpulannya dia sendiri ataureunian teman seperjuangan. Takut keple-setlah, takut masuk angin, atau yg palingserem, takut terlihat tua di mata cucunyayang lain.

Ternyata, saat berada di arisan keluarga,yang paling hot bicaranya ya ortu-ku ygtadinya reject berat itu. Setelah pulang dariarisan keluarga, justru ortuku yang palingbanyak cerita dan gosipnya ketimbanganak-anakku. Aneh kan?

Tabeek,l Saras

Bagi Waktu Jauh HariDear Saras,

Wah.. kamu salah mengartikan email-kuhehe.. Maksudku, sayang aku nggak bisaikutan ketemu sama Angan, kamu, Sonny,and Amir. Itu maksudku reunian itu...

Kalo soal Reuni Paskibraka 78 bulanAgustus, Insya Allah aku datang. Lagian, itu

Page 47: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Edisi Juli-Agustus 2008 47

Bulletin Paskibraka ’78

Mahruzal MY (Aceh): Jl. Sultan Alaidin Johan-syah No.5 (Wartel Singgah Mata), Desa NeusuAceh, Kec. Baiturrahman, Banda Aceh. HP.0811683848.Izziah (Aceh): Jl. Jend. Sudirman 41A, GeuceuIniem, Banda Aceh. HP. 08126988678.Syaiful Azram (Sumut): Pondok Tirta MandalaBlok E4 No. 1, Depok 16415. Telp. 021-8741953.HP. 08161834318.Aida Sumarni Batubara (Sumut): Jl. Bajak2H, Komp. ITM No. 114H, Medan Amplas,Medan. HP. 081361482269.Masril Syarif (Sumbar): Jl. Berlian 78B, PadangBesi, Lubuk Kilangan, Kota Padang. Telp. (Rmh)0751-202842, (Ktr) 0751-202113. HP:08126766053.Azmiyati Aziz (Sumbar): Jl. Adinegoro Km 14,Komp. Kharismatama Permai Blok G no. 9 bt.Kabung Ganting, Padang. Telp. HP.081374912469(Alm) Auzar Hasfat (Riau): Jl. Tasykurun 44Pekanbaru.Muhammad Iqbal (Jambi): Jalan Kapodang8 No.132 Kotabaru, Jambi. Telp. 0741-42636.HP. 08127860498.Sambusir (Sumsel): Bumi Satria Kencana, Jl.Saddewa Raya Blok 43 No.6/29, Bekasi 17144.Telp. 021-8845215. HP.08568586045.Tatiana Shinta Insamodra (Lampung): Jl.Mesjid No. 88 Kemang, RT 01/07, Jatiwaringin,Pondok Gede, Bekasi 17411. Telp. 021-8464430. HP. 085691909089.Amir Mansur (Jakarta): Jalan S. Brantas RT07/01 No. 235 Cilincing, Jakarta Utara 14130.Telp. 021-4407865. HP. 08159073987.Saraswati (Jakarta): PT Nugra Santana,Wisma Nugra Santana Lt.3 J. Jendral SudirmanKav.7–8 Jakar ta 10220. Telp. (K) 021-5704893/5/7, Fax. 021-5702040. HP.

Mereka yang Telah Ditemukan...

0811997659.Yadi Mulyadi (Jabar): Jalan Raya WarungJaud No.14 RT 03 RW XI Kaligandu Selatan,Serang 42151. Telp.0254-208301.HP.08129078369.Arita Patriana Sudradjat (Jabar): Jl. MandarXIV Blok DD3 No.1, Bintaro Jaya Sektor 3A,Tangerang 15225. Telp. 021-7359763. HP.0816933910.Budihar djo Winarno (Yogya): Gema PesonaBlok AM/7 Depok 16412. Telp. 021-77822421.HP. 0818866130.Endang Rahayu Tapan (Yogya): Jl. JlagranNo. 115 Yogyakarta. Telp. 0274-583063.Budi Saddewo (Jateng): Jl. PangandaranRaya 53, Bumi Bekasi Baru 1 Utara, Bekasi17115. Telp. 021-8217863. HP.08127116960.Sonny Jwarson (Jatim): Pondok SuryaMandala Blok G1 No.14 Jakamulya, Bekasi17146. Telp. 021-8213430. HP.0818416650.Rahmaniyah Yusuf (Jatim): Jalan Sri Rejeki IINo.17 Semarang 51040. Telp. 024-7607724. HP.081325036035.I Gde Amithaba (Bali): Jalan Palem Hijau 3No.19, Taman Beverly Lippo Cikarang 17550.Telp.021-89908203. HP. 0816972827.Oka Saraswati (Bali):Jl.Seruni No.4C,Denpasar. Telp. 0361-226130. HP. 0816572742.Wendalinus Nahak (NTT): Jl. Soekarno-HattaNo.7 Atambua. Telp. 0389-22297. HP:085239461488.Maskayangan (NTB): Jl. Panji Tilar Negara 118Mataram. Telp. 0370-634343. HP. 0817367185.Syarbaini (Kalbar): Jl. Kom. Laut Yos Sudarso,Perumnas II Gg Matan II No.18, RT 03/XXXIIIPontianak 78113. Telp.0561-770270. HP.08125789688.Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar): Antilop MajuJatibening I, Jl. Merapi 116, Bekasi 17412. Telp.

INFO ALAMAT PASKIBRAKA 1978

Page 48: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Suhar tini (Riau): Jl. Pembangunan 2 SelatPanjang,Ellyawaty Hasanah (Jambi): Jl. Merdeka 43Kuala Tungkal.Nilawati (Sumsel): Jl. Yos Sudarso, RT V No.5, Telaga Jawa, Lubuk Linggau.Iskandar Rama (Bengkulu): Jl. MH. Thamrin32 Curup.Ernawati (Bengkulu): Jl.Dwi Tunggal 30 Curup.Akrom Faisal (Lampung): Kampung Baru,Tanjung KarangSalamah Wahyu (Jateng): ---------Mahzur (NTB): --------Trice De Bora Bria (NTT): Kp. Tanah Merah,Atambua.

Mereka Harus Dicari...

021-8471948. HP. 08561068417.Fridhany (Kalteng): Jl. HM Arsyad XXXVI BlokD No.7 Sampit. Telp. 0351-22256.Herdeman (Kalteng): Jl. C. Bangas G. DikariNo.1 Palangkaraya 73111.Rahmawaty Siddik (Kaltim): (R) Jl. Maduning-rat Gg Family RT XX No. 39 Kampung Melayu,Tenggarong. (K) Dispenda Tk II Kutai, Jl. Jend.Sudirman Tenggarong, Kaltim.Nunung Restuwanti (Kalsel): Jl. KampungBaru RT XV/74 Murung Pudak, Tabalong 71571.Telp. 0526-2021275. HP 08125111421Redhany Gaffurie (Kalsel): Jl. SutoyoSiswomiharjo, Gg.20 Komplek Purnasakti JalurU/8 RT 40 Banjarmasin 70245. HP.081348162999.

Daniel P akasi (Sulut): Jl.KS Tubun No.6(Belakang Harapan Motor), Calaca, Manado.Telp/HP. 0431-3327366.Sinyo Mokodompit (Sulteng): Jl. Magamu 99AToli-Toli, Telp. 0453-23090. HP. 085241176666.M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra): Jalan SedapMalam No. 31, Taman Yasmin Bogor 16310.Telp. 0251-315534. HP.081310559578.Halidja Husein (Maluku): Kompleks DitjenPerla Blok B/14 Kramat Jaya, Jakarta 10560.Telp. 021-4415269. HP. 08161645571.Johny Ronsumbe (Irja): Kompleks SD InpresKomba. PO BOX 292 Sentani Jayapura. HP.085254136057.Welly Tigtigweria (Irja): d/a Rindam 7 Trikora,Ifar Gunung, Jayapura.

Frederick Bid Lie Pang (Kaltim): Asrama DonBosco, Jl. Sudirman 59 Samarinda.Deetje Saroinsong (Sulut): Jl. Dua Mei, Teling,Manado.Diyah Palupi (Sulteng): Mess BayangkaraNo.2 Toli-toli.Sri Diana Saptawati (Sultra): Komp. SukarajaI WPA E5 Lanud Husein Sastranegara,Bandung.Ridwan (Sulsel): Jl. Andi Mallombasang,Sungguminasa.Hafsah Dahlan (Sulsel): Jl. Baji Minasa 17HJaneponto.Patty Nehemia (Maluku): Kudamati SK 29No.40 Ambon.

Idik Sulaeman : Jalan Budaya (KemanggisanIlir 5B) No.2 Jakarta Barat 11480. Telp. 021-5480217. HP. 08161413465.Slamet Rahardjo : Jl. Pulau Belitung 3/99,Perumnas III, Bumi Setia Mekar, Bekasi Timur17111. Telp. 021-8814475. HP.081310090903Marsda (Purn) Sutrisno : Bukit Kencana 3,Blok AV 8 Jati Rahayu, Pondok Gede,

Bekasi 17414. Telp. 021-84993658. HP.08129901973.Mayjen TNI Albert Inkiriwang : Jl. Mesjid I/8Pejompongan, Jakarta Pusat 10210. Telp. 021-5706340.Brigjen (Pol) Drs. Jusuf Mucharam : JalanDadali II No. 2 Bogor Telp. 021-7250878. HP.0811111066.

Pembina & Danpas

48 Edisi Juli-Agustus 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Page 49: Bulletin78 24 - Juli Agust 2008

Jayalah Negeriku!Sejahteralah Bangsaku!

DirgahayuRepublikIndonesia

17-8-194517-8-2008

n Paguyuban Paskibraka 1978

Selamat Ulang Tahun ke-75

Kak Idik Sulaeman(20 Juli 1933 - 20 Juli 2008)

Semoga senantiasa diberi rahmat dan karuniaoleh Tuhan Yang Maha Esa serta dapat terusmembimbing adik-adik Paskibraka menjadimanusia yang berguna bagi sesamanya,bangsa dan negara.

n Paguyuban Paskibraka 1978