buletin_pascapanen sorgum.pdf

16
BULETIN Pascapanen JAGUNG DAN SEREALIA LAIN VOLUME II, Agustus 2013 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DINAMIKA DINAMIKA DINAMIKA PENGEMBANGAN SEREALIA PENGEMBANGAN SEREALIA PENGEMBANGAN SEREALIA LAIN LAIN LAIN KE DEPAN KE DEPAN KE DEPAN

Upload: lorenzo-owens

Post on 13-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

BULETIN

Pascapanen JAGUNG DAN SEREALIA LAIN VOLUME II, Agustus 2013

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2013

DINAMIKADINAMIKADINAMIKA PENGEMBANGAN SEREALIAPENGEMBANGAN SEREALIAPENGEMBANGAN SEREALIA LAIN LAIN LAIN

KE DEPAN KE DEPAN KE DEPAN

Page 2: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

2

DAFTAR ISI

Sekilas Gandum 3

Jerat Ketergantungan Impor

Gandum Mengelilingi Kita 5

Strategi Pengembangan

Gandum 5

Prospek Pengembangan

Gandum Ke Depan 6

Sekilas Sorgum 8

Potensi, Kendala, Dan Solusi

Pengembangan Sorgum 9

Prospek Sorgum Sebagai

Bahan Pangan, Pakan Ternak

dan Industri 11

Kendala dan Solusi

Pengembangan Sorgum 14

PRAKATA

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain volume II, kali ini

megulas tentang Tanaman Serealia Lain seperti Gandum dan

Sorgum. Gandum dan Sorgum merupakan tanaman potensial

bagi Indonesia dan dapat diandalkan untuk mendukung keber-

hasilan program diversifikasi pangan yang selanjutnya menga-

rah kepada ketahanan pangan bangsa. Kedua jenis tanaman

tersebut masih belum banyak dikenal oleh masyarakat luas se-

hingga dinamika dan pengembangannya ke depan masih perlu

dilakukan.

Dalam mengimplementasikan pascapanen yang baik dibutuhkan

adanya informasi yang menjelaskan tentang dinamika pengem-

bangan serealia lain ke depan dalam mendukung penanganan

pascapanen secara baik dan benar khususnya gandum dan

sorgum. Buletin pascapanen jagung dan serealia lain ini disusun

dengan harapan dapat memberikan tambahan informasi bagi

pelaku pascapanen khususnya yang bergerak di bidang pasca-

panen gandum dan sorgum.

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Pemimpin Redaksi : Ir. Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev

Redaksi : Ir. Bambang Jaya, M.Eng

Editor : Jane Carolina.Ch.Haumahu, Tiurmauli Silalahi

Umum : Sri Hartati, Kirtana Aska Brata, Deasy Fitriati,Sri

Rosmayanti, Dede Risanda, Rodearni Purba, Angga

Wijaya, Ade Kosasih

Alamat Redaksi : Jl. Ragunan No.15 Pasar Minggu,

Jakarta Selatan 12520,

Telp. (021) 7806090; Faks. (021)78832318

Email : [email protected]

Website : http://www.deptan.go.id/ditjentan

Page 3: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

3

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2011

Impor gandum sebagai bahan baku tepung terigu diperkirakan terus meningkat. Dari ta-hun ke tahun terjadi kenaikan minimal 8 %. Setidaknya, tahun ini akan masuk 6,2 juta ton gandum dari berbagai negara. Impor gandum yang terus membumbung, karena kebutuhan konsumsi bahan baku ini mengalami peningka-tan.

Gandum biasa digunakan industri tepung terigu, dan bisa dikembangkan menjadi beragam jenis produk seperti mie instan dan roti. Sebenarnya bahan baku tepung terigu tidak harus diimpor, karena kebutuhan gandum sudah dapat dipe-nuhi dari dalam negeri, meski saat ini masih dalam jumlah terbatas.

Seperti diungkapkan ahli teknologi pangan Prof. Dr. FG Winarno, yang menyebut upaya pening-katan produksi gandum dari dalam negeri harus terus ditingkatkan, sejalan naiknya permintaan gandum impor setiap tahunnya hingga 8 %. "Indonesia dimitoskan tidak bisa tanam gan-dum‖. Buktinya pada tahun 2000 kita bisa menanam gandum. Benihnya kita ambil dari In-dia. India saja bukan produsen gandum waktu itu, namun sekarang menjadi nomor dua terbe-sar di dunia setelah Amerika Serikat. Selama ini gandum sudah ditanam di wilayah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Seperti saat ini yang se-dang dilakukan Provinsi Sumatera Barat dengan menanam gandum asal Slovakia, namun tidak ditanam dalam jumlah banyak, hanya sebagai percobaan.

Volume impor semakin

meningkat selaras dengan

semakin meningkatnya

jumlah

penduduk dan perubahan pola

makan masyarakat

Gandum termasuk tanaman serealia yang men-gandung karbohidrat lebih dari 70 %, merupakan bahan pangan berbasis tepung.

Konsumsi pangan berbasis gandum di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, akibat perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat seperti mie, bihun, kue, cornflakes, cococrunch dan lain sebagainya.

Hal ini sangat mempengaruhi ketahanan pan-gan di dalam negeri karena kebutuhan gandum nasional seluruhnya dipenuhi dari import. Bila konsumsi gandum terus meningkat dengan harga yang terus merangkak naik di pasar dunia, diperkirakan akan terjadi kelangkaan terigu di pasar dalam negeri. Ini akan menjadi kendala bagi keberlanjutan industry pangan berbasis gan-dum.

SEKILAS

GANDUM

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 4: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

4

Kebutuhan Konsumsi Terigu Semakin Meningkat

Sudah pernah mendengar istilah One Day No Rice ? Sebuah kampanye agar masyarakat Indonesia tidak tergantung sepenuhnya kepada beras, tetapi lebih mendiversifikasi pangan, tidak melulu beras, tidak melulu nasi sebagai bahan pangan utama. Sehingga bila terlalu bergantung pada beras, maka akan mengancam ketahanan pangan (katanya) sehingga terpaksa terus menerus impor untuk memenuhi kebutuhan beras di Indonesia. Benarkah begitu? Pertanyaannya adalah, bila Anda mendiversifikasi komposisi pangan Anda, mengganti nasi sebagai makanan pokok, apa yang Anda makan?

Roti, mie, biskuit, jagung, singkong, ubi-ubian, sagu dan lainnya. Tapi coba mana yang paling dominan ? Ya, anda akan makan roti dan mie sebagai pengganti nasi. Roti dan mie, serta biskuit, bahan bakunya adalah terigu (gandum bubuk atau flour) dan gandum biji (wheat).

Apa bahayanya gandum ?

Konsumsi gandum setiap tahun mengalami trend peningkatan yang signifikan. Gandum memberi porsi 20 % dari total konsumsi pangan di Indonesia. Nilai impor gandum mencapai lebih dari Rp. 30 trilyun, bahkan le-bih tinggi dari nilai anggaran Kementrian Pertanian dari APBN senilai Rp 27 trilyun.

Lalu, apa mengerikannya gandum?

Gandum adalah satu-satunya komoditas pertanian yang memiliki nilai tariff (pajak impor) 0 %. Yap, nol persen.

Hal ini diinisiasi dari pembangunan Bogasari pada zaman alm Soeharto oleh mendiang istrinya, Bu Tien. Kapal-kapal pengangkut gandum yang berlabuh di pelabuhan secara otomatis mengangkut dan menyimpan berton-ton gandum impor ke gudang penyimpanan. Secara bebas. Tanpa pajak!

Mengapa diberikan kebebasan seperti itu ? Agar akses konsumsinya pun mudah. Stok melimpah.

Kebijakan tanpa pajak ini memudahkan akses impor gandum ke negara kita. Semakin bebas, se-makin berkembang dan semakin meningkat persentase konsumsi per tahunnya !

Pengimpor gandum, Amerika Serikat, sudah barang tentu menuai keuntungan berlimpah dari tran-saksi ini. Tapi bukan itu masalahnya. Tidak jadi soal Amerika dapat untung, it’s Okay.

Gejala ketergantungan pangan kepada negara lain, itu yang mengerikan. Selain itu, biaya yang ti-dak murah dialokasikan untuk impor gandum setiap tahunnya, dengan keuntungan hanya bagi para eksportir, pengusaha dan importir karena pajaknya nol persen.

Presiden pertama RI, Soekarno pernah menegaskan, Urusan pangan, urusan hidup mati rakyat, jan-gan ketergantungan dari negara lain, harus mandiri. Secara tidak sadar kita sedang bergerak menuju pada ketergantungan gandum.

Apakah salah mengkonsumsi gandum? Tentu Tidak. Ketergantungan itu yang jadi jebakannya.

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 5: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

5

Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor gandum terbesar kedua di dunia. Berdasar-kan laporan United State Department of Ag-riculture (USDA) Mei 2012, impor gandum In-donesia diprediksi menembus 7,1 juta ton, di-bandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 6,7 juta ton.

Bagi pemerintah, impor gandum yang se-makin meningkat dari segi volume dan nilai menjadi masalah tersendiri. Oleh sebab itu pe-merintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mengatasi peningkatan impor gandum ini yang menjadi bagian program ketahanan pangan.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah mengembangkan tanaman gandum di beberapa wilayah di Indonesia (Universitas An-dalas, 2013).

Pemerintah mencanangkan gerakan menanam gandum mulai 2014 untuk mengurangi keter-gantungan Indonesia atas impor gandum yang tiap tahunnya dilaporkan terus naik.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Ra-jasa menyampaikan bahwa saat ini penelitian antara Indonesia dan Slovakia, produsen gan-dum di Eropa, telah dilakukan secara intensif untuk menghasilkan gandum tropis yang dapat tumbuh di dataran rendah.

Riset gandum dilakukan oleh Universitas Nitra Slovakia dan telah menemukan gandum untuk daerah tropis yang hasilnya mencapai 4 ton per hektar. Kerja sama dengan Universitas Andalas ini dilakukan di Sumbar, bila sukses maka mulai 2014 pemerintah akan memulai gerakan penanaman gandum rakyat. Sebanyak 11 varie-tas telah diuji dan selama itu pula ditemukan 4 varietas cocok untuk Indonesia yaitu SO-3, S0-8, S0-9, DAN SO-10.

Tanpa program ini ketergantungan Indonesia akan impor gandum dapat mencapai 10 juta ton per tahun pada 2020 sementar 2011 lalu im-por gandum telah mencapai 6,3 juta ton den-gan nilai $2,5 miliar.

5 Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 6: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

6

6

PROSPEK PENGEMBANGAN GANDUM KE DEPAN

Potensi

Gandum (Triticum aestivum L) adalah salah satu serealia dari familia Graminac (Poaceae) merupakan salah satu bahan makanan pokok manusia selain beras. Gandum lebih popular dibandingkan bahan makanan lainnya sesama serealia karena adanya keistimewaan kandungan gluten dan protein yang cukup tinggi pada biji gandum.

Gandum merupakan tanaman serealia yang re-latif toleran terhadap kekeringan. Pada fase pertumbhan vegetatif sampai fase primordia (± 60 HST) tanaman gandum memerlukan cu-kup air. Pada fase pertumbuhan selanjutnya, kelembaban yang tinggi tanpa suplai air masih memungkin bagi tanaman gandum untuk tum-buh optimal dengan bantuan bulu-bulu malai yang mampu mengabsorpsi uap air di udara. Kebutuhan air untuk pertumbuhan gandum re-latif lebih rendah dibanding tanaman serealia lainnya, berkisar 330 – 392 mm.

Di Indonesia, potensi hasil gandum di daerah dataran tinggi (≥ 1000 mdpl) lebih tinggi di-banding dengan negara Asia lainnya. Hasil gan-dum di dataran tinggi Indonesia dapat mencapai 5,4 ton/ha. Penggunaan input pada budi daya gandum relatif rendah dan tanaman ini renspon-sif terhadap pemupukan, terutama nitrogen. Jenis organisme pengganggu tanaman gandum di Indonesia masih sedikit, sehingga aplikasi pes-tisida dapat ditekan atau bahkan ditiadakan.

Badan litbang pertanian telah menghasilkan teknologi produksi dan pascapanen gandum. Ketersediaan teknologi pangan berbasis tepung memungkinkan bagi penanganan hasil gandum dengan lebih baik (Puslitbang Tanaman Pangan, 2008). Badan litbang pertanian telah menghasil-kan teknologi produksi dan pascapanen gan-dum. Ketersediaan teknologi pangan berbasis tepung memungkinkan bagi penanganan hasil gandum dengan lebih baik (Puslitbang Tanaman Pangan, 2008).

Indonesia mempunyai potensi lahan untuk mengembangkan gandum seluas 73.455 hektar yang tersebar di 15 provinsi, yang terluas di Provinsi Bengkulu seluas 30.800 hektar dan terkecil di Provinsi Sumatera Barat seluas 125 hektar. Sehingga peluang untuk mengembang-kan gandum cukup terbuka (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2010).

Upaya mengembangkan tanaman gandum di Indonesia telah dilakukan Badan Litbang Perta-nian dengan mengintroduksikan galur atau varietas gandum dari negara lain. Pengemban-gan gandum subtropis di Indonesia terkonsentrasi di dataran tinggi yang luasnya juga terbatas. Oleh karena itu, program pemuliaan gandum di Indonesia diarahkan pada perakitan varietas unggul tropis yang mampu beradaptasi di be-berapa ketinggian tempat (Aqil, dkk, 2011).

Kendala

Tanaman gandum berasal dari daerah subtropis, sehingga di Indonesia penanaman gandum lebih baik di daerah-daerah yang iklimnya mendekati kondisi daerah asal. Kendala yang sering dialami tanaman gandum di daerah tropis adalah tem-peratur udara, temperatur tanah dan kelemba-ban udara.

Daerah-daerah dengan lingkungan yang me-menuhi syarat tumbuh gandum terkonsentrasi pada dataran tinggi yang lebih didominasi oleh tanaman hortikultura dan ini akan menimbul-kan kompetisi yang tinggi, apalagi petani relatif belum mengenal tanaman gandum (Puslitbang Tanaman Pangan, 2008).

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 7: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

7

Peluang

Konsumsi pangan berbasis tepung terigu se-makin berkembang, seperti mie, roti, kue dan lain sebagainya. Dampak dari perubahan pola konsumsi dari masyarakat antara lain adalah meningkatnya permintaan terhadap produk olahan gandum. Selain untuk pangan, gandum dapat juga digunakan sebagai bahan baku obat-obatan, kosmetik, sedangkan jerami gan-dum untuk pakan dan media tumbuh jamur konsumsi.

Upaya peningkatan produktivitas dapat di-lakukan melalui beberapa penelitian. Di data-ran tinggi (>800 mdpl) tanaman gandum di-usahakan pada akhir musim hujan, dan akan dimungkinkan untuk di panen pada musim kemarau, sehingga indeks panen dapat ditingkatkan tanpa menggeser kedudukan tanaman sayuran. Di dataran rendah, gandum dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi iklim mikro yang sesuai untuk per-tumbuhan (Puslitbang Tanaman Pangan, 2008).

Program pemuliaan gandum di Indonesia diarahkan pada perakitan varietas unggul tropis yang mampu beradaptasi di dataran rendah. Seleksi galur dan evaluasi keragaman genetik memberi peluang bagi perbaikan karakter dan pemilihan genotipe unggul. Untuk meningkatkan produktivitas gandum diperlukan varietas/galur yang secara genetik berdaya hasil tinggi yang didukung antara lain oleh faktor genetik dan lingkungan. Salah satu kriteria keberhasilan program pemuliaan gandum di Indonesia adalah kemampuan un-tuk merakit varietas unggul yang adaptif pada lokasi dengan ketinggian kurang dari 400 m dpl (Pabendon, dkk, 2009).

Manfaat Gandum

Food and Drug Administration, badan yang

mengawasi makanan dan obat-obatan di Amerika, menyatakan bahwa gandum memiliki khasiat bagi kesehatan jantung. Menurut peneli-tian terakhir, gandum dapat menurunkan ting-ginya tekanan darah. Hasil penelitian itu dimuat oleh American Journal of Clinical Nutrition.

Kandungan Gandum : Sumber karbohidrat (74,1 %), protein (11,8 %), min-eral (0,5 %), lemak (1,2 %), serat (0,4 %), dan kadar air (12 %) Menurut dr Prapti Utami, seorang herbalis, konsul-tan dan penulis buku Terapi dengan Tanaman Obat, gandum memiliki kandungan serat yang ber-manfaat untuk menyembuhkan penyakit jantung koroner.

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 8: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

8

Tanaman sorgum layak dikembangkan di

Indonesia sebagai alternatif pangan lokal

selain beras. Pengembangan tanaman ini

dinilai mampu mencegah kebijakan impor

beras yang dilakukan pemerintah.

"Sorgum menunjang diversifikasi pangan

dan mampu menjawab persoalan pangan

khususnya saat musim kering."

Sorgum merupakan komoditas serealia yang belum banyak dikonsumsi masyarakat Indo-nesia, padahal kandungan zat gizi sorgum tidak kalah dengan beras. Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama ―Cantel‖ ini sekeluarga dengan tana-man serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Tanaman sorgum merupakan jenis tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak, kalsium, besi, serta fosfor. Selain dapat digunakan sebagai pengganti pangan,

sorgum bisa digunakan sebagai bahan baku industri kertas, bahan baku pakan ternak, serta bahan baku media jamur merang.

Sorgum adalah tanaman yang memiliki adap-tasi luas dan tahan terhadap kekeringan. Tum-buhan ini mampu membantu Indonesia men-gatasi masalah pangan seperti masalah musim kemarau serta masalah kekurangan stok beras yang selama ini terjadi di Indonesia.

Kelemahan komoditas ini, terutama Sorgum yang mempunyai testa atau kulit biji berwarna gelap (coklat), mengandung senyawa antigiz yaitu tanin. Tanin merupakan senyawa polifenolik, dapat membentuk kompleks den-gan protein sehingga menurunkan mutu dan daya cerna protein. Pengolahan dengan cara menghilangkan kulit biji sorgum (Suarni, 2004b)maupun kombinasi penyosohan dan perenda-man dalam sodium bikarbonat (Widowati et al., 2010a) dapat menurunkan kadar tannin dan meningkatkan mutu gizinya. Di sisi lain, tannin sorgum mempunyai peran fungsional yang dibutuhkan tubuh sehingga dimanfaatkan dalam pengembangan produk pangan fung-sional. Ketersediaan karbohidrat yang tinggi dalam sorgum dan daya cerna yang telah ditingkatkan sangat memungkinkan sorgum dijadikan sebagai pangan pokok harapan selain beras dan jagung. Ketersediaan Sorgum di pasaran dalam bentuk biji sorgum sosoh atau beras Sorgum dan dalam bentuk tepung di-harapkan dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi Sorgum.

SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench)

SEKILAS

SORGUM

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 9: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

9

Kandungan nutrisi sorgum yang begitu tinggi tersebut saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan pengem-bangan sorgum sendiri belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Para petani masih setengah hati untuk menanam sorgum karena nilai jual sorgum belum tinggi sebagai-mana halnya produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan per-alatan pengolahan pasca panen lainnya.

Saat ini sorgum masih dimanfaatkan hanya sebatas potensi utamanya saja yaitu dari bi-jinya. Adapun potensi lainnya seperti akar, daun dan tangkai biji hanya dimanfaatkan seadanya saja seperti untuk pakan ternak dan kompos. Nira sorgum merupakan produk yang memiliki keunggulan bahkan apabila diband-ingkan dengan nira tebu. Keunggulannya terle-tak pada tingkat produktivitas dan ketahanan tanaman sorgum.

POTENSI, KENDALA DAN SOLUSI PENGEMBANGAN SORGUM

Potensi Lahan dan Produksi Sorgum

Areal yang berpotensi untuk pengembangan sorgum di Indonesia sangat luas, meliputi daerah beriklim kering atau musim hujannya pendek serta tanah yang kurang subur. Daerah penghasil sorgum dengan pola pen-gusahaan tradisional adalah Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Purwodadi, Pati, De-mak, Wonogiri), Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Gunung Kidul, Ku-lon Progo), Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo), dan sebagian Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Penanganan pascapanen sorgum dimulai dengan melakukan panen bila biji sudah masak optimal, dengan kadar air rata-rata 20 % hingga 16 % di daerah kering. Untuk memudahkan perontokan, malai buah dipo-tong dengan tangkai malainya cukup pan-jang (20—30 cm) agar memudahkan pegan-gannya. Perontokan dilakukan dengan cara digebot atau menggunakan mesin perontok. Pengeringan dapat dilakukan lewat penje-muran malai buah dan tangkainya hingga mencapai kadar air 14 %. Bila sudah kering lalu diikat seperti padi local. Penyimpanan dilakukan di lumbung atau di dapur (para-para). Penyimpanan di dapur bertujuan agar biji sorgum awet dan tidak mudah dis-erang hama.

Meskipun dalam jumlah yang terbatas, pro-duksi sorgum Indonesia telah diekspor ke Sin-gapura, Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Jepang untuk digunakan sebagai bahan baku pakan serta industry makanan dan mi-numan.

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 10: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

10

Hingga kini, perkembangan produksi sorgum nasional belum masuk dalam statistik perta-nian, yang menunjukkan bahwa komoditas tersebut belum mendapat prioritas untuk dikembangkan.

Namun ditinjau dari daerah pengusahaan yang cukup luas, rata-rata produktivitas yang lebih tinggi dibanding negara produsen utama sorgum, serta adanya defisit permin-taan sorgum di beberapa negara, sorgum mempunyai prospek yang cukup cerah di In-donesia.

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 11: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

11

Sorgum mempunyai potensi cukup besar se-bagai bahan pangan, namun peman-faatannya belum berkembang karena pen-gupasan biji sorgum cukup sulit dilaksanakan.

Di Indonesia, biji sorgum digunakan sebagai bahan makanan substitusi beras, namun karena kandungan taninnya cukup tinggi (0,40 − 3,60 %), menyebabkan rasa pahit/kelat, sehingga hasil olahannya kurang enak.

Sorgum juga dapat menghasilkan biji yang mempunyai kualitas nutrisi sebanding dengan jagung dan beras, bahkan kandungan pro-teinnya lebih tinggi sedangkan kandungan lemaknya lebih rendah. Pemanfaatan biji Sorgum menjadi berbagai produk pangan olahan merupakan salah satu upaya untuk mendukung diversifikasi pangan. Peman-faatan Sorgum dalam bentuk tepung lebih menguntungkan karena praktis serta mudah diolah menjadi berbagai produk makanan ringan (basah dan kering), kue, roti dan mie. Tepung Sorgum mempunyai rasa yang spe-sifik, dengan proses yang tepat rasa pahir/kelat dapat dihilangkan. Tepung Sorgum bergizi tinggi, kandungan serat pangan 7 - 9 %, daya cerna pati 72—80 %, daya cerna protein 68—71 %, warna tepung putih kecoklatan sesuai endosperma sorgum, daya sim-pan ± 1 tahun, dengan kehalusan 100 mesh, namun protein pembentuk glutennya tidak dapat menyamai terigu.

Namun demikian tepung Sorgum dapat mensubstitusikan terhadap tepung terigu antara 50 – 75 % untuk kue kering & kue basah, kue basah 30-50 %, Roti 20-25 % dan 15-20 %.

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 12: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

12

Penggunaan biji sorgum dalam ransum pakan ter-nak bersifat suplemen (substitusi) terhadap jagung, karena nilai nutrisinya tidak berbeda dengan jagung. Namun karena kandungan tannin yang cukup tinggi (0,40-3,60 %), biji sorgum hanya digunakan dalam jumlah terbatas karena dapat mempengaruhi fungsi asam amino dan pro-tein. Kandungan tanin dalam ransum di atas 0,50 % dapat menekan pertumbuhan ayam, dan apabila mencapai 2 % akan menyebabkan kema-tian.

Biji sorgum dapat diberikan langsung berupa biji atau diolah terlebih dulu dan dicampur dengan bahan-bahan lain dengan komposisi sebagai berikut: biji sorgum 55-60 %, bungkil kedelai/kacang tanah 20 %, tepung ikan 2,50-20 %, dan vitamin-mineral 2-8 %. Penggunaan sorgum 30−60 % dalam ransum tidak berpengaruh terhadap performa ayam. Sorgum dapat mengganti seluruh jagung dalam ransum pakan ayam, itik, kambing, babi, dan sapi tanpa menimbulkan efek samping.

Penggunaan biji sorgum dalam ransum dengan berbagai rasio tidak mempengaruhi produksi telur dan bobot ayam. Limbah sorgum (daun dan batang segar) dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Potensi daun sorgum manis sekitar 14-16 % dari bobot segar batang atau sekitar 3 ton daun segar / ha dari total produksi 20 ton/ha. Setiap hektar tanaman sorgum dapat menghasilkan jerami 2,62 ton bahan kering. Konsumsi rata-rata setiap ekor sapi adalah 15 kg daun segar/hari. Daun sorgum tidak dapat diberikan secara langsung kepada ternak, tetapi harus dilayukan dahulu sekitar 2-3 jam. Nutrisi daun sorgum setara dengan rumput gajah dan pucuk tebu. Komposisi kimia dari limbah sorgum yang didukung oleh nilai daya cerna dan komponen serat dari limbah tersebut, tidak kalah diband-

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 13: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

13

Biji sorgum mengandung 65-71 % pati yang dapat di-hidrolisis menjadi gula sederhana. Biji sorgum dapat dibuat gula atau glukosa cair atau sirup fruktosa sesuai dengan kandungan gula pada biji. Gula sederhana yang diperoleh dari biji sorgum selanjutnya dapat difermentasi untuk menghasilkan alkohol. Selain itu, batangnya juga kaya akan gula yang selanjutnya da-pat diproses menjadi jaggery (semacam gula merah) atau didestilasi untuk menghasilkan bioetanol.

Setiap ton biji sorgum dapat menghasilkan 384 liter alkohol. Alkohol umumnya dibuat dari biji sorgum yang berkualitas rendah atau berjamur. Alkohol dapat juga dibuat dari nira sorgum yang terdapat dalam batang. Biji sorgum juga dapat dibuat pati (starch) yang berwarna putih. Pati sorgum digunakan dalam

berbagai industri, seperti perekat, bahan pengental, dan aditif pada industri tekstil, sedangkan hasil samping dari pembuatan pati dapat digunakan sebagai makanan ternak. Pati meru-pakan bahan utama pada berbagai sistem pengolahan pangan, antara lain sebagai sumber energi utama, serta berperan sebagai penentu struktur, tekstur, konsistensi, dan penampakan bahan pangan.

Sorgum dapat digunakan sebagai pengganti dalam industri pati jagung karena adanya be-berapa persamaan, namun ekstraksi pati sorgum masih menjadi masalah. Pengikatan pati pada sorgum berkisar antara 35-38 %, sedangkan pada jagung 8-15 % .

Produk industri penting dari biji sorgum adalah bir. Selama dekade terakhir, biji sorgum dapat menggantikan barley dalam pembuatan bir. Sifat kimia biji sorgum yang sangat penting dalam pembuatan bir adalah aktivitas diastatik, alfa-amino nitrogen, dan total nitrogen yang dapat larut. Namun, konsentrasi amilopektin yang tinggi dalam pati sorgum menyebabkan pati sangat sulit dihidrolisis. Aktivitas diastatik yang tinggi dapat meningkatkan fraksi albu-min-globulin protein, di mana albumin dan alfa-amino protein digunakan untuk faktor rasa, stabilitas busa, dan kepekaan dingin dari bir.

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 14: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

14

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan bahan industri yang terus meningkat, serta untuk meningkatkan pendapatan petani di daerah beriklim kering, pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih.

Di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat genangan banjir, tanaman sorgum masih dapat diusahakan. Oleh karena itu, terdapat peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produksi sorgum melalui perluasan areal tanam. Pengemban-gan sorgum juga berperan dalam meningkatkan ekspor nonmigas, mengingat peman-faatan sorgum di luar negeri cukup beragam.

Tantangan dalam pengembangan sorgum adalah harga sorgum di tingkat petani yang rendah terutama pada saat panen serta kesulitan dalam pengupasan biji. Nilai sorgum yang rendah dapat diatasi apabila sorgum dapat diangkat menjadi salah satu komoditas strategis dalam pengembangan sistem agribisnis dan agroindustri. Sementara itu kesulitan pengupasan biji sorgum diatasi dengan pengadaan mesin penyosoh beras tipe ―Satake Pol-isher Rice Machine‖. Penyosohan dengan alat ini dapat menghasilkan beras sorgum yang bersih dan tidak pahit.

Secara umum masalah utama dalam pengembangan Sorgum adalah sebagai berikut :

1. Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum relative rendah diband-ingkan komoditas serealia lain.

2. Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah tangga masih sulit dilakukan.

3. Harga sorgum di pasaran belum kondusif, baik di tingkat regional maupun na-sional

4. Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif.

5. Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan.

6. Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang.

7. Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu, dan tempat).

Sebagai solusi diperlukan pengelolaan system produksi sorgum secara menyeluruh (holistik) melalui empat dimensi, yaitu : 1) wilayah (areal tanam sorgum), 2) ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dan pakan ter-nak).

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 15: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

15

PENUTUP

Potensi bahan pangan alternatif di Indonesia cukup besar dan

beragam, tetapi dalam pengembangannya bukanlah hal mudah. Banyak kendala

yang cukup mendasar, di samping kendala teknis dan pembiayaan, ada juga

kendala budaya sosial dan psikologis berupa pandangan bahwa beras merupakan

makanan bergengsi (Superior Food) sedang sorgum, jagung dan umbi-umbian

merupakan makanan inferior (Inferior Food), sementara gandum adalah bahan

pangan impor.

Gandum dan Sorgum sebagai serealia lain merupakan bahan pangan pen-

damping beras yang mempunyai keunggulan komparatif terhadap serealia lain,

seperti jagung, juwawut, gandum dan bahkan beras dimana hal ini juga mendu-

kung gerakan One Day No Rice. Komoditas ini mempunyai kandungan protein,

vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Selain itu, budidayanya mudah dan

dapat dikembangkan di lahan marginal. Diversifikasi konsumsi gandum dan

sorgum dalam bentuk aneka produk diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan

pangan dan bahan industri. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas

tentang pemanfaatan dan keunggulan gandum dan sorgum sebagai bahan pangan

fungsional seyogyanya dilakukan secara berkesinambungan lewat penyebaran

informasi dalam buletin ini. Jika konsumsi, pemanfaatan dan ketersediaan

gandum dan sorgum telah berimbang maka pengembangan ke depan diarahkan da-

pat meningkatkan ketahanan pangan sekaligus mengantisipasi kerawanan pan-

gan.

Buletin Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

Page 16: Buletin_Pascapanen Sorgum.pdf

16

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

Jl. Raya Ragunan No.15. Pasar Minggu Telp. (021) 7806090—Faksimile. 78832318

Jakarta Selatan 12520