buletin stasiun meteorologi sultan mahmud badaruddin ii palembang edisi februari-maret 2013

22
Diterbitkan oleh: STASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG JL. Sultan Mahmud Badaruddin II Km 10,5 Alang-alang Lebar Palembang 30154 Telp. 0711-430274 Fax: 0711-430015 Email : [email protected] EDISI FEBRUARI 2013 - MARET 2013 BULETIN STASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG

Upload: iwel-deviangel

Post on 31-Oct-2015

166 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

All about meteorology data Redaksi:PELINDUNG:Nurangesti Widyastuti .YPENASEHATSirajul Munir,S.MatAgus SantosaPEMIMPIN REDAKSIBambang Beny SetiajiBENDAHARA REDAKSIIsti Ma’atun N.STAF REDAKSIDian PermanaIsti Ma’atun N.Imma Redha NPENCETAKAN/DISTRIBUSISulistianiTidar Andika

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

Diterbitkan oleh: STASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG JL. Sultan Mahmud Badaruddin II Km 10,5 Alang-alang Lebar Palembang 30154 Telp. 0711-430274 Fax: 0711-430015 Email : [email protected]

EDISI FEBRUARI 2013 - MARET 2013

BULETINSTASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG

Page 2: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 2

STASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG

EDISI FEBRUARI DAN MARET 2013Diterbitkan oleh:

STASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANGJL. Sultan Mahmud Badaruddin II Km 10,5 Alang-alang Lebar Palembang 30154 Telp. 0711-430274 Fax: 0711-430015

Email : [email protected] Website:bmkgpalembang.isgreat.org

BULETIN

BULETIN STASIUN METEOROLOGISULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG

Diterbitkan oleh Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sebagai sarana penyampaian informasi tentang keadaan kondisi cuaca, analisa meteorologi, jurnal meteorologi dan informasi- informasi lain tentang meteorologi. Selain sebagai saran penyampaian informa-si buletin ini juga bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat mengenai meteorologi. Kami menerima pertanyaan, saran, pendapat atau tanggapan dari masyarakat ke alamat re-daksi baik melalui telpon ataupun email.

ALAMAT REDAKSI:

STASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANGJL. Sultan Mahmud Badaruddin II Km 10,5 Alang-alang Lebar Palembang 30154 Telp. 0711-430274 Fax: 0711-430015 Email: [email protected] Website: bmkgpalem-bang.isgreat.org

E-MAILS: [email protected]

PELINDUNG:Nurangesti Widyastuti .Y

PENASEHATSirajul Munir,S.MatAgus Santosa

PEMIMPIN REDAKSIBambang Beny Setiaji

BENDAHARA REDAKSIIsti Ma’atun N.

STAF REDAKSIDian PermanaIsti Ma’atun N.Imma Redha N

PENCETAKAN/DISTRIBUSISulistianiTidar Andika

Page 3: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 3

KATA PENGANTAR Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang disusun secara berka-la dua bulan sekali, yang pada hakekatnya menggambarkan pelaksanaan tugas operasional.

Gambar umum yang disampaikan ini merupakan sarana penyampaian informasi tentang kondi-si cuaca Bulan Februari dan Maret 2013, analisa meteorologi, pelayanan jasa meteorologi, jur-nal meteorologi dan informasi- informasi lain tentang meteorologi, sekaligus merupakan salah satu produk informasi dari stasiun dari Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

Kami menyadari bahwa sajian buku laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun tampilan, oleh karena itu sangat diharapkan koreksi dan saran demi kesempurnaan pada sajian berikutnya. Terima kasih

Palembang, April 2013 KEPALA STASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG

NURANGESTI WIDYASTUTI .Y NIP. 196007191983032016

Page 4: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 4

DAFTAR ISI

REDAKSI BULETIN ..............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5

DATA CUACA..........................................................................................................................................7

ANALISA DAN PELAYANAN JASA METEOROLOGI.....................................................................14

JURNAL METEOROLOGI ....................................................................................................................18

Page 5: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 5

PENDAHULUHANoleh:Agus SantosaKepala Seksi Observasi dan InformasiStasiun Meteorologi Sultan Badaruddin II Palembang

Posisi sudut deklinasi Matahari Selama bulan Februari 2013 hingga tanggal 21 Maret 2013 berada di Belahan Bumi Selatan, selanjutnya lintasannya melewati Ekuator dan menjauhinya bergerak ke Belahan Bumi Utara. Selama Februari – Maret 2013 tersebut di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan merupakan masa akan be-rakhirnya musim penghujan. Fenomena cuaca ekstrim pada masa-masa masa akan berakhirnya musim penghu-jan tersebut berdasarkan data historis yang lampau meningkat kejadiannya dibandingkan masa sebelumnya. Cu-aca ekstrim yang dimaksud adalah hujan lebat/sangat lebat dan/atau angin kencang yang berdampak banjir/tanah longsor atau porak porandanya bangunan yang mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Dari beberapa pemberitaan Surat Kabar lokal di Sumatera Selatan Bulan Februari-Maret 2013 dampak dari hujan lebat/sangat lebat yaitu banjir/tanah longsor kerap diberitakan. Di Stasiun Meteorologi SMB II Palembang pada bulan Februari-Maret 2013 kejadian hujan lebat dan angin kencang meningkat jumlahnya dibandingkan Desember 2012 – Januari 2013. Sejak tanggal 01 Februari 2013 hingga 31 Maret 2013 kejadian hujan lebat yang jumlah curah hujannya lebih dari 50 mm perhari terjadi 7 kali. Angin kencang lebih dari 25 knot atau 45 km perjam terjadi 6 kali. Fenomena yang menarik perhatian terjadi pada awal dasarian III (mulai sekitar tanggal 21 Februari 2013) adalah meluapnya sungai Musi di sekitar kota Palembang (banjir rob). Kondisi cuaca pada saat itu di kota Palembang umumnya hanya hujan ringan bahkan cerah. Akan tetapi beberapa hari sebelumnya pada kawasan hulu anak sungai Musi, seperti Sungai Ogan, Komering, Lematang dan beberapa sungai lain di daerah hulu anak sungai Musi telah di-guyur hujan lebat hingga hujan sangat lebat. Bersamaan saat-saat itu posisi sudut deklinasi Matahari berada diatas sekitar Sumatera Selatan dan sekitar tanggal 23 Februari 2013 secara bersamaan terjadi bulan besar/purnama/oposisi dimana posisi bulan, bumi dan matahari segaris, sehingga terjadi gaya tarik bumi dan matahari yang besar menyebabkan per-mukaan air laut tinggi/pasang baik siang ataupun malam demikian juga air sungai Musi kondisinya tinggi/air pasang.

Kita ketahui bahwa dinamika atmosfer cuaca di Indonesia dipengaruhi kondisi Global yaitu Anom-ali Suhu Muka di Laut Pasifik Tengah-El Nino-Southern Oscillation (ENSO), juga Anomali Suhu Muka Laut di Samudera Hindia-The Indian Ocean Dipole (IOD) atau perbedaan suhu muka laut di Samu-dera Hindia sebelah Timur Afrika dan di Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan tergantung juga kondisi Lokal yaitu anomali suhu permukaan laut lokal - SPL (disekitar Sumbagsel/Perairan Indonesia). Bersumber dari NOAA dan http://www.bom.gov.au, dimana ENSO yaitu indikator Anomali Suhu Muka Laut di Pasifik Tropis masih tetap pada level netral. Sedangkan Indeks Osilasi Selatan (SOI) yang merupakan indeks standar berdasarkan tingkat perbedaan yang diamati tekanan laut antara Tahiti dan Darwin Australia. SOI adalah salah satu ukuran skala besar fluktuasi tekanan udara yang terjadi antara barat dan timur Pasifik tropis (yaitu, keadaan Osilasi Se-latan) selama episode El Niño dan La Niña. SOI Januari 2013 -1,1 Februari 2013 -3,6 dan Maret 2013 11,1. Indikator Anomali Suhu Muka pada level netral tersebut menunjukkan curah hujan secara global masih normal tidak terpengaruh.

Page 6: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 6

Dipole Mode (IOD) Februari- Maret 2013 dalam kondisi normal yang kurang signifikan dalam menam-bah/ mengurangi curah hujan di Sumbagsel/ Indonesia bagian barat. Kondisi anomali suhu muka laut disekitar perairan Indonesia (SPL) selama Februari- Maret 2013 umumnya masih normal positif (hangat) yang mengindi-kasikan curah hujan masih banyak. Selanjutnya pengaruh Regional yang mempengaruhi dinamika cuaca adalah kondisi pertumbuhan awan konvektif yang sering dikaitkan dengan teori The Madden–Julian Oscillation (MJO). Sumber dari NCEP NOAA pertumbuhan awan konvektif di Maritime Continent (kepulauan Indonesia) ak-tif diantara periode 10-19 Februari 2013, 20 Februari 2013 - 01 Maret 2013 dan 29-31 Maret 2013. Dari peta-peta analisis http://www.bom.gov.au selama Februari-Maret 2013, pertumbuhan awan cuaca buruk yang berkai-tan dengan pertemuan angin yang dinamis umumnya terbentuk mulai dari pantai Timur Sumsel hingga ke Laut Jawa Selatan Kalimantan atau Utara Jawa atau juga hingga ke Nusa Tenggara Timur. Kadang-kadang di daerah Selatan Nusa Tenggara atau Barat Laut Australia terbentuk daerah tekanan rendah, begitu juga di sebelah Barat Daya Bengkulu. Pada saat arus angin dingin Asia melintasi garis Ekuator yang merupakan sifat monsoon Asia aktif, dampak cuaca yang terbentuk di Sumatera Selatan umumnya terjadi pembentukan lapisan awan-awan mendung yang menyebab-kan terjadinya hujan ringan hingga lebat, yang umumnya terjadi pada sore hingga malam hari bahkan menjelang pagi hari.

Berdasarkan pertimbangan posisi sudut deklinasi Matahari yang lintasannya makin menjauhi wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Bulan April-Mei 2013 wilayah Provinsi Sumatera Selatan akan segera memasu-ki masa transisi ke musim kemarau. Selanjutnya pertimbangan dinamika atmosfer, suhu muka laut secara glob-al dan regional yang indikasinya masih pada level netral, maka curah hujan juga masih normal. Sumber dari NCEP NOAA bahwa MJO yaitu pertumbuhan awan konvektif pada awal April 2013 masih berada di Mari-time Continent (sekitar Indonesia) hingga Indian Ocean (Samudera Hindia), maka aktivitas awan-awan pen-ghujan di Sumatera Selatan masih potensial sesuai dengan data historis di Stasiun Meteorologi SMB II Palem-bang. Karena pertumbuhan awan-awan konvektif masih banyak aktif pertumbuhannya, sehingga masih berpotensi terjadi cuaca ekstrim hujan lebat/sangat lebat dan angin kencang yang perlu diantisipasi/diwaspadai.

Page 7: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 7

SUHU UDARA

Suhu rata-rata harian yang teramati selama bulan Feb-ruari 2013 seperti terlihat pada grafik di atas diperoleh suhu rata-rata harian paling rendah adalah 25,10C terjadi pada tanggal 14 Februari 2013 dan paling tinggi adalah 29,1 0C yang terjadi pada tanggal 28 Februari 2013.

Suhu maksimum harian bulan Februari 2013 dapat dilihat dalam grafik di atas dimana teramati dalam bu-lan ini suhu maksimum terendah adalah 28,5 0C ter-jadi pada tanggal 14 Februari 2013 dan tertinggi adalah 34,20C yang terjadi pada tanggal 28 Februari.

DATA CUACA

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728

Suhu Maksimum Harian Februari 2013 (oC)

23,0

24,0

25,0

26,0

27,0

28,0

29,0

30,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Suhu Rata-Rata Harian Februari 2013 (oC)

20,0

21,0

22,0

23,0

24,0

25,0

26,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728

Suhu Minimum Harian Februari 2013 (oC)

Suhu minimum harian bulan Februari 2013 dapat dili-hat dalam grafik di atas dimana teramati dalam bu-lan ini suhu minimum terendah adalah 22,2 0C terjadi pada tanggal 11 Februari 2013 dan tertinggi adalah 25,6 0C yang terjadi pada tanggal 24 Februari 2013.

23,0

24,0

25,0

26,0

27,0

28,0

29,0

30,0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Suhu Rata-Rata Harian Maret 2013 (oC)

Suhu rata-rata yang teramati selama bulan Maret 2013 seperti terlihat pada grafik di atas diperoleh suhu rata-rata harian paling rendah adalah 25,4 0C terjadi pada tanggal 8 dan 17 Maret 2013 dan paling tinggi adalah 29,2 0C yang terjadi pada tanggal 1 Maret 2013.

27,0

28,0

29,0

30,0

31,0

32,0

33,0

34,0

35,0

36,0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Suhu Maksimum Harian Maret 2013 (oC)

Suhu maksimum harian bulan Maret 2013 dapat dili-hat dalam grafik di atas dimana teramati dalam bu-lan ini suhu maksimum terendah adalah 29,9 0C ter-jadi pada tanggal 17 Maret 2013 dan tertinggi adalah 34,7 0C yang terjadi pada tanggal 2 Maret 2013.

20,0

21,0

22,0

23,0

24,0

25,0

26,0

27,0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Suhu Minimum Harian Maret 2013 (oC)

Suhu minimum harian bulan Maret 2013 dapat dili-hat dalam grafik di atas dimana teramati dalam bu-lan ini suhu minimum terendah adalah 22,2 0C ter-jadi pada tanggal 19 Maret 2013 dan tertinggi adalah 26,0 0C yang terjadi pada tanggal 1 dan 2 Maret 2013.

Page 8: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 8

Curah hujan harian bulan Februari 2013 dapat dilihat dalam grafik di atas dimana dalam bulan ini tercatat curah hujan terendah adalah TTU (tidak terukur) yang terjadi pada tanggal 5 Februari 2013 dan tertinggi adalah 80,2 mm yang ter-jadi pada tanggal 11 Februari 2013. Total hujan dalam bulan Februari 2013 adalah 305,7 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 17 hari. Sementara berdasarkan data curah hujan rata-rata 30 tahun menunjukan curah hujan rata-rata untuk bulan Februari adalah 248 mm. Dengan demikian kondisi curah hujan bulan Februari 2013 dikategorikan di atas normal

CURAH HUJAN

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728

Curah Hujan Harian Februari 2013 (mm)

254 248

346

289

188143

11675

109

225

310 303

050

100150200250300350400

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

CH

(m

m)

.

Bulan

CURAH HUJAN RATA-RATA 30 TAHUN

Curah hujan harian bulan Maret 2013 dapat dilihat dalam grafik di atas dimana dalam bulan ini tercatat curah hujan terendah adalah TTU (tidak terukur) yang terjadi pada tanggal 21 Maret 2013 dan tertinggi adalah 95,8 mm yang terjadi pada tanggal 18 Maret 2013. Total hujan dalam bulan Maret 2013 adalah 501,5 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 20 hari. Sementara berdasarkan data curah hujan rata-rata 30 tahun menunjukan curah hujan rata-rata untuk bulan Maret adalah 346 mm. Dengan demikian kondisi curah hujan bulan Maret 2013 dikategorikan di atas normal

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

Curah Hujan Harian Maret 2013 (mm)

254 248

346

289

188143

11675

109

225

310 303

050

100150200250300350400

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

CH

(m

m)

.

Bulan

CURAH HUJAN RATA-RATA 30 TAHUN

TEKANAN UDARA

1004

1005

1006

1007

1008

1009

1010

1011

1012

1013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728

Tekanan Udara Rata-Rata Harian Februari 2013 (mb)

Tekanan rata-rata harian bulan Februari 2013 dapat dilihat dalam grafik di atas dimana dalam bu-lan ini tercatat tekanan terendah adalah 1006,8 mb pada tanggal 18 Februari 2013 dan tertinggi adalah 1011,9 mb pada tanggal 5 Februari 2013.

1006,0

1007,0

1008,0

1009,0

1010,0

1011,0

1012,0

1013,0

1014,0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Tekanan Udara Rata-Rata Harian Maret 2013 (mb)

Tekanan rata-rata harian bulan Maret 2013 dapat dilihat dalam grafik di atas dimana dalam bulan ini tercatat tekanan terendah adalah 1008,4 mb pada tanggal 29 Maret 2013 dan tertinggi adalah 1012,7 mb pada tanggal 15 Maret 2013.

Page 9: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 9

70

75

80

85

90

95

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Kelembaban Rata-Rata Harian Februari 2013 (%)

Kelembaban rata-rata harian bulan Februari 2013 dapat dilihat dalam grafik di atas dimana dalam bulan ini ter-catat kelembaban rata-rata terendah adalah 80 % terjadi pada tanggal 25 Februari 2013 dan tertinggi adalah 93 % yang terjadi pada tanggal 13 dan 14 Februari 2013.

KELEMBABAN UDARA

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Kelembaban Rata-Rata Harian Maret 2013 (%)

Kelembaban rata-rata harian bulan Maret 2013 dapat dilihat dalam grafik di atas dimana teramati dalam bulan ini tercatat kelembaban rata-rata terendah adalah 77 % terjadi pada tanggal 1 Maret 2013 dan tertinggi adalah 93 % yang terjadi pada tanggal 8 dan 25 Maret 2013.

JARAK PANDANG / VISIBILITY < 1500 m

Kondisi jarak pandang/visibility kurang dari 1500 m pada bulan Februari 2013 yang dapat membahayakan penerban-gan dengan frekuensi kejadian tertinggi sebanyak 9 kali dan umumnya terjadi pada jam 00.00 UTC ( 07.00 WIB).

Peristiwa cuaca khusus yang terjadi pada bulan Febru-ari 2013 terbanyak terjadi adalah Mist/Halimun seban-yak 38% diikuti oleh Haze/Udara Kabur sebanyak 28%.

0123456789

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Fre

kue

nsi

Jam (UTC)

Visibility <1500 m Februari 2013

Visibility <1500 m

0%

28%

38%

8%

1%3%

5%2% 15%

0%

Peristiwa Cuaca Khusus Februari 2013

SMOKE

HAZE

MIST

LIGHTNING

PREC IN SIGHT

THUNDER STORM NO PREC

THUNDER STORM

FOG

RAIN

SHOWERS

PERISTIWA CUACA KHUSUS

0

1

2

3

4

5

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Fre

kue

nsi

Jam (UTC)

Visibility <1500 m Maret 2013

Visibility <1500 m

Kondisi jarak pandang/visibility kurang dari 1500 m pada bulan Januari 2013 yang dapat membahayakan penerban-gan dengan frekuensi kejadian tertinggi sebanyak 5 kali dan umumnya terjadi pada jam 00.00 UTC ( 07.00 WIB)

0%

26%

37%

11%

1%

5%8%

2%10%

0%

Peristiwa Cuaca Khusus Maret 2013

SMOKE

HAZE

MIST

LIGHTNING

PREC IN SIGHT

THUNDER STORM NO PREC

THUNDER STORM

FOG

RAIN

SHOWERS

Peristiwa cuaca khusus yang terjadi pada bulan Janu-ari 2013 terbanyak terjadi adalah Mist/Halimun seban-yak 37% diikuti oleh Haze/Udara Kabur sebanyak 26%.

Page 10: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 10

17%0%

71%

12%

Awan Rendah Februari 2013

SC (6)

ST(7)

CU(8)

CB(9)

0

0,5

1

1,5

2

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Fre

kue

nsi

Jam (UTC)

Awan rendah yang menutupi langit diatas 4 Oktas kertinggian <1000 Februari 2013

Awan rendah yang terjadi selama bulan Februari 2013 berdasarkan observasi tercatat sebanyak 71 % atau 531 kali frekuensi kejadian didominasi awan cumulus se-dangkan awan cumulo nimbus yang dapat mengaki-batkan cuaca buruk atau membahayakan penerbangan terjadi sebanyak 12% atau 89 kali frekuensi kejadian.

JENIS AWAN RENDAH

Pada observasi awan rendah yang menutupi langit di atas 4 oktas dengan ketinggian dasar awan kurang dari 1000 m bulan Februari 2013 paling banyak terjadi pada rentang waktu 22.00-23.00 UTC (05.00-06.00 WIB)

AWAN RENDAH YANG MENUTUPI LANGIT DI ATAS 4 OKTAS KETINGGIAN < 1000 m

0

100

200

300

400

500

600

SC (6) ST(7) CU(8) CB(9)

Ke

tin

ggia

n

Jenis Awan Rendah

Awan Rendah Februari 2013

14% 1%

68%

17%

Awan Rendah Maret 2013

SC (6)

ST(7)

CU(8)

CB(9)

Awan rendah yang terjadi selama bulan Maret 2013 berdasarkan observasi tercatat sebanyak 68 % atau 594 kali frekuensi kejadian didominasi awan cumulus se-dangkan awan cumulo nimbus yang dapat mengaki-batkan cuaca buruk atau membahayakan penerbangan terjadi sebanyak 17% atau 152 kali frekuensi kejadian.

0

100

200

300

400

500

600

SC (6) ST(7) CU(8) CB(9)

Ke

tin

ggia

n

Jenis Awan Rendah

Awan Rendah Maret 2013

0

0,5

1

1,5

2

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Fre

kue

nsi

Jam (UTC)

Awan rendah yang menutupi langit diatas 4 Oktas kertinggian <1000 Maret 2013

Pada observasi awan rendah yang menutupi langit di atas 4 oktas dengan ketinggian dasar awan kurang dari 1000 m bulan Maret 2013 paling banyak terjadi pada rentang waktu 22.00-23.00 UTC (05.00-06.00 WIB)

Page 11: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 11

PENYINARAN MATAHARI

Penyinaran Matahari yang terjadi pada bulan Februari 2013 tercatat paling tinggi terjadi pada tanggal 3 Feb-ruari 2013 sebesar 98 % dan terendah pada tanggal 14 Februari 2013 sebesar 0 % yang dimungkinkan karena adanya awan yang menutupi seluruh langit (overcast).

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728

Penyinaran Matahari Harian Februari 2013 (%)

INDEKS KEKERINGAN HARIAN (KEETCH BYRAM)

Indeks Kekeringan Harian ( Keetch Byram) yang ter-jadi pada bulan Februari 2013 tercatat paling tinggi terjadi pada tanggal 12 Februari 2013 sebesar 1094 dengan level ‘Sedang’ dan terendah pada tanggal 16 Februari 2013 sebesar 98 dengan level ‘Rendah’.

0100200300400500600700800900

10001100120013001400150016001700180019002000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

INDEK

S KEK

RINGA

N

TANGGAL

INDEKS KEKERINGAN HARIAN (KEETCH BYRAM)STASIUN METEOROLOGI SMB II PALEMBANG

BULAN FEBRUARI 2013

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Penyinaran Matahari Harian Maret 2013 (%)

Penyinaran Matahari yang terjadi pada bulan Maret 2013 tercatat paling tinggi terjadi pada tanggal 1 Maret 2013 sebesar 102 % dan terendah pada tanggal 3 dan 30 Ma-ret 2013 sebesar 2 % yang dimungkinkan karena adan-ya awan yang menutupi sebagian besar langit (broken).

0100200300400500600700800900

10001100120013001400150016001700180019002000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

INDEK

S KEK

RINGA

N

TANGGAL

INDEKS KEKERINGAN HARIAN (KEETCH BYRAM)STASIUN METEOROLOGI SMB II PALEMBANG

BULAN MARET 2013

Indeks Kekeringan Harian ( Keetch Byram) yang terjadi pada bulan Maret 2013 tercatat paling tinggi terjadi pada tanggal 3 Maret 2013 sebesar 1097 dengan level ‘Sedang’ dan terendah pada tanggal 9 Maret 2013 sebe-sar 61 dengan level ‘Rendah’.

Page 12: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 12

Arah dan kecepatan angin maksimum harian yang terjadi pada bulan Februari 2013 dengan arah terbanyak dari arah barat laut dengan kisaran kecepatan maksimum 17-21 knot.

ARAH DAN KECEPATAN ANGIN MAKSIMUM HARIAN

ARAH DAN KECEPATAN ANGIN RATA_RATA HARIAN

Arah dan kecepatan angin rata-rata harian yang terjadi pada bulan Februari 2013 dengan arah terbanyak dari arah barat laut dengan kisaran kecepatan rata-rata1-4 knot.

Page 13: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 13

Arah dan kecepatan angin maksimum harian yang terjadi pada bulan Maret 2013 dengan arah terbanyak dari arah barat laut dengan kisaran kecepatan maksimum 11-14 knot.

ARAH DAN KECEPATAN ANGIN MAKSIMUM HARIAN

ARAH DAN KECEPATAN ANGIN RATA_RATA HARIAN

Arah dan kecepatan angin rata-rata harian yang terjadi pada bulan Maret 2013 dengan arah variabel den-gan kisaran kecepatan rata-rata 1-4 knot.

Page 14: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 14

ANALISA METEOROLOGICITRA SATELIT

Citra satelit di atas merupakan citra satelit pilihan yang terjadi pada tanggal 18 Maret 2013 jam 19.00 UTC yang mewakili kejadian hujan lebat dengan intensitas curah hujan mencapai 95,8 mm/hari.

Page 15: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 15

ANALISA METEOROLOGI

NWP MODEL ARPEGE

Gambar di atas merupakan tampilan NWP Model Arpege Analisis pilihan tanggal 18 Maret 2013 jam 12.00 UTC yang menjelaskan kejadian hujan lebat dengan intensitas curah hujan mencapai 95,8 mm/hari.

Page 16: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 16

ANALISA METEOROLOGI

CITRA RADAR CUACA

Citra radar cuaca di atas merupakan citra radar cuaca pilihan yang terjadi pada 18 Maret 2013 jam 19.00 dan 20.00 UTC yang mewakili kejadian hujan lebat dengan intensitas curah hujan mencapai 95,8 mm/hari.

Page 17: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 17

JUMLAH FREKUENSI PELAYANAN JASA METEOROLOGI PENERBANGAN

0

10

20

30

40

5044

23

4 62 1 1

Februari 2013

Series1

0102030405060

5444

11

29

50

5

Maret 2013

Series1

Frekuensi maskapai penerbangan yang menggunakan jasa meteorologi secara langsung ke Sta-siun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pada bulan Februari 2013 dan Ma-ret 2013 paling banyak adalah maskapai penerbangan Lion Air yakni sebanyak 44 kali pada bu-lan Februari 2013 dan 54 kali pada bulan Maret 2013 diikuti pada posisi kedua Sriwijaya Air yakni sebanyak 23 kali pada bulan Februari 2013 dan dan 44 kali pada bulan Mret 2013

VERIFIKASI TAFOR

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Arah Angin Kecepatan angin

Visibilty Cuaca Awan rendah

60%70% 70%

75%85%

Verifikasi TAFOR Februari 2013

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Arah Angin Kecepatan angin

Visibilty Cuaca Awan rendah

55%

65%70%

60%

80%

Verifikasi TAFOR Maret 2013

Persentasi akurasi antara TAFOR terhadap kejadian sebenarnya pada bulan Februari 2013 dan Ma-ret 2013 adalah paling rendah sebesar 60% dan paling tinggi sebesar 85% pada bulan Febru-ari 2013 dan paling rendah sebesar 55% dan paling tinggi sebesar 80% pada bukan Maret 2013

Page 18: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 18

ANALISA KEJADIAN HUJAN LEBAT STASIUN METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II

PALEMBANG SUMATERA SELATAN16 MARET 2013

Bambang Beny SetiajiStasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang

Email : [email protected]

ABSTRAK Faktor dominan yang menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas lebat sebe-sar 50,4 mm(lebih dari 50mm per hari) pada tanggal 16 Maret 2013 dikarenakan adanya konvergensi dimana pada peta streamline menunjukkan adanya Siklon Tropis Tim dengan pusat tekanan rendah 997 Hpa dan masih tertahannya monsoon hangat Australia dan mon-soon dingin Asia yang masih dominan menyebabkan pertemuan massa udara konvergensi di Sumatera bagian selatan, Laut Jawa, Kalimantan bagian barat, Laut Banda dan Papua Analisa kejadian cuaca ekstrim dilakukan dengan menganalisis kondisi atmosfer yang diwakili oleh faktor-faktor meteorologi antara lain kondisi klimatologis, faktor meteo-rologi pada skala global (SOI, IOD, dam MJO), skala regional (suhu muka laut dan anoma-linya, streamline dan RH lapisan udara atas), dan skala lokal (citra satelit, citra radar cuaca, K Index , lifted index dan showalter stability index).

1. PENDAHULUANBandara Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan urat nadi transportasi udara di wilayah Sumatera Se-latan. Letaknya di Kota Palembang dengan posisi 02° 54’ LS, 104° 142’ BT. Pada tanggal 16 Maret 2013, terjadi hujan dengan intensitas lebat (lebih 50,4 mm per hari)di Bandara Sultan Mahmud Bada-ruddin II yang menyebabkan terganggunya kegiatan penerbangan dari dan menuju bandara tersebut. Tercatat di sebagian wilayah Indonesia 5 (lima) kejadi-an curah hujan di atas 50 mm per hari yakni di Palem-bang (50,4 mm), Pontianak (84 mm), Surabaya (106 mm), Manokwari (164 mm ) dan Jayapura (145 mm)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HujanPresipitasi (endapan) adalah zat cair maupun padat yang berasal dari awan yang jatuh hingga ke permukaan bumi. Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cair dan lazim dijumpai di Indonesia. Syarat-syarat terjadinya hujan adalah adanya kenaikan massa udara (karena turbulensi, konveksi, konvergensi, maupun orografi) yang mengandung uap air (udara lembab), kemudian menjadi dingin dan terkondensasi. Pada proses kondensasi, uap air pada fase gas berubah mnjadi air. Pada dasarnya

besar kelembaban udara berbanding lurus dengan laju pertumbuhan awan. Namun, dengan kondisi kelembaban udara yang tinggi ,belum tentu awan akan tumbuh. Proses pembentukan awan memerlukan lebih dari sekadar jenuh udara. Faktor-faktor lain yang penting dalam pertumbuhan awan adalah jenis dan ukuran aerosol yang tersedia di atmosfer. Aerosol ini disebut inti kondensasi awan. Inti kondensasi awan mempercepat udara menjadi jenuh dan mempercepat pembentukan awan. Butir-butir air yang kecil makin membesar karena proses kondensasi yang terus berlangsung dan karena saling menyatu dengan sesamanya selama terbawa oleh udara yang turbulen, sampai cukup besar sehingga gaya gravitasi mengakibatkan butir-butir air ini jatuh sebagai hujan.

2.2 SOI (Southern Oscillation Index)SOI (Southern Oscillation Index ) menunjukan perbedaan tekanan antara Darwin (Australia) dengan Tahiti. Indeks ini dihubungkan dengan peristiwa El Nino dan La Nina.

2.3 MJO (Madden-Julian Oscillation)MJO adalah sebuah osilasi yang berperiode 40-50 hari, yang dalam beberapa kasus bisa melebar menjadi

JURNAL METEOROLOGI

Page 19: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 19

30-60 hari (Madden and Julian, 1994). Gugus awan konveksi diproduksi di atas Sumudra Hindia (sebelah barat Indonesia) kemudian bergerak ke arah timur di sepanjang ekuator untuk menempuh satu siklus putar dengan periode 40-50 hari (Matthews, 200).Salah satu indikator yang di gunakan memantau MJO adalah variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) karena pada umumnya hujan tropis adalah dari proses konvektif dimana awan konvektif sangat dingin sehingga sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang.MJO mempunyai delapan fase dalam menyelesaikan satu kali periode osilasi. Berawal dari Samudera Hindia bagian barat atau sebelah timur Afrika. Pada posisi ini dikatakan MJO berada pada fase 1. Penjalaran MJO ini sampai di pulau Sumatera dan Jawa pada fase ke 4 dan berakhir di Samudera Pasifik bagian tengah pada fase 8.

2.4 DMI (Dipole Mode Index)Dipole mode disingkat DM merupakan fenomena yang mirip dengan ENSO tetapi terjadi di Samudera Hindia. Peristiwa dipole mode ditandai adanya perbedaan anomali suhu muka laut (SML)antara Samudera Hindia tropis bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator). Anomali SML ini memiliki kondisi yang lebih dingin dari normal dan muncul dipantai barat Sumatera (Samudera Hindia bagian timur), sementara di Samudera Hindia bagian barat terjadi pemanasan dari biasanya. Dipole mode dibagi menjadi menjadi DM (+) dan DM (-).a. DM (+) : anomali SML Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di bagian timurnya akibatnya terjadi peningkatan curah hujan dari normalnya di pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat sedangkan di Benua Maritim Indonesia (BMI) mengalami penurunan curah hujan dari normalnya yang menyebabkan kekeringan. b. DM (-) : Fenomena yang berlawanan dengan kondisi DM(+) seperti yang dikemukakan Ashok et al., (2001a). 2.5 Indeks pada sekalah lokal

• Lifting IndeksAdapun formulanya sebagai berikut:

LI = T500 - Tp500

Dimana: T = temperature lingkungan, Tp = temperature parcelNilai:LI > 10 : Umumnya atmosfer stabil dan kecenderungan clearLI > 2 : No significant activity0 < LI < 2 : Showers probable, isolated thunderstorms possible-2 < LI < 0 : Thunderstorms probable-4 < LI < -2 : Severe thunderstorms possibleLI < -4 : Severe thunderstorms probable, tornadoes possible

• K Indeks

K = (T850 - T500) + (Td850 - Tdd700)

< 15 : Convection not likely15 to 25 : Small potential for convection26 to 39 : Moderate potential for convection>40 : High potential for convection

2.6 Pengkategorian Cuaca EkstrimSesuai yang tertera dalam Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor : Kep.009 tahun 2010 tengang Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini Pelaporan dan Diseminasi Informasi Cuaca Ekstrim, pengertian cuaca ekstrim adalah kejadian cuaca yang tidak normal/tidak lazim yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Yang termasuk dalam kategori cuaca ektrim adalah sebagai berikut, antara lain :1. Hujan dengan intensitas 20mm/jam atau 50mm/hari2. Jarak pandang mendatar kurang dari 1000 meter3. Suhu udara mencapai 3° C atau lebih dari nilai suhu normal setempat4. Gelombang laut lebih besar atau samadengan 2 meter5. Angin dengan kecepatan diatas 25 knots atau 45 km/jam.

III. DATA DAN METODEData yang dipergunakan dalam analisis ini adalah data pengamatan meteorologi permukaan tanggal 16 Maret 2013 di Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II data klimatologis stasiun, data SOI , MJO, DMI , suhu muka laut, streamline, citra satelit, dan citra radar cuaca, K Index dan

Page 20: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 20

Lifted Index dengan metode analisa cuaca secara statistik dan down scaling dengan mengurutkan dari skala global hingga lokal dan mencari faktor dominan yang menyebabkan kejadian tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Atmosfer

4.1.1 Kondisi KlimatologisSecara klimatologi, bulan Maret merupakan puncak musim penghujan di wilayah Palembang. Hal ini bisa dilihat pada grafik curah hujan rata-rata bulanan Stasiun Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai berikut :

Gambar 1 : Grafik curah hujan rata-rata Stamet SMB II periode tahun 1981-2010

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa kota Palembang yang diwakili oleh Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II memiliki dua puncak musim penghujan yaitu pada bulan Maret dan pada bulan November. Hal ini berarti Palembang masuk dalam kategori iklim equatorial.Berarti secara klimatologi kejadian hujan lebat 16 Maret 2013 memang terjadi pada bulan yang merupakan puncak hujan.

4.1.2 Skala Global

a. Analisis SOI

Gambar 2 : Grafik SOI ( Sumber : www.bom.gov)

Pada grafik SOI bulan Maret menunjukkan nilai SOI -4 negatif lemah atau masih dalam keadaan normal (-10 s/d 10), sehingga dapat dikatakan El Nino maupun La Nina sedang tidak aktif.

b. Analisis MJO Gambar 3 : Grafik MJO Indeks

Pada analisa MJO (Madden Julian Oscillation), dari peta MJO indeks terlihat bahwa pada bulan Maret MJO tidak sedang aktif di wilayah Indonesia. Dapat dikatakan bahwa MJO sedang tidak memberikan kontribusi bagi pertumbuhan awan di wilayah Indonesia.

c. Analisis DMI/IOD

Gambar 4 : Grafik DMI/IODIndeks

Berlanjut pada analisis DMI (Dipole Mode Indeks), dari gambar 4 (grafik DMI Indeks), terlihat bahwa nilai DMI indeksnya adalah -0,2. Nilai negatif lemah tidak aktif pada DMI indeks menggambarkan bahwa massa udara di Samudera Hindia bergerak perlahan dari barat ke timur atau mulai bergerak mendekati pantai barat Sumatera. Umumnya hal ini menambah potensi pertumbuhan awan di Indonesia bagian barat.

254 248

346

289

188

143116

75

109

225

310 303

0

50

100

150

200

250

300

350

400

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

CH

(mm

)

.

Bulan

CURAH HUJAN RATA-RATA 30 TAHUN STAMET SMB II PALEMBANG1981 - 2010

Page 21: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 21

4.1.3 Skala Regionala. Analisa Suhu Muka Laut (SML)

Gambar 5 : Peta SML dan anomaly SML mingguan, Dari gambar diatas terlihat bahwa perairan di wilaya h perairan Indonesia umunya hangat dan adanya anomali di Samudera Hindia, Sebagian Laut Jawa yang memberikan pasokan upa air yang cukup untuk pertumbuhan awan di wilayah Indonesia

b. Analisa Streamline / Angin Permukaan

Gambar 6 : Peta streamline (analisis) tanggal 16/03/2013 jam 12.00 UTC

Dari peta streamline tanggal 16 Maret 2013 jam 12.00 UTC terlihat adanya Siklon Tropis Tim di perairan Laut Cina Selatan. Sirkulasi siklonik ini menyebabkan terbentuknya daerah pertemuan angin (konvergensi) mulai dari Sumatera bagian selatan bagian Timur laut jawa. Hal ini menjadi

faktor dominan memicu pertumbuhan awan-awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan lebat di daerah-daerah pertemuan angin tersebut.

4.1.4 Skala Lokala. Analisa Citra Citra Satelit

Gambar 7. Citra satelit tanggal 16 Maret 2013

Pada citra satelit yang disajikan, terlihat bahwa adanya tutupan awan-awan konvektif di sebagian besar wilayah Sumatera Selatan.

b. Analisa Citra Radar Cuaca Palembang

Gambar 8. Citra radar cuaca (MAX) Palembang, 30 Maret 2012

Pada citra radar cuaca yang disajikan, terlihat adanya konsentrasi awan-awan konvektif saat terjadinya hujan lebat di Palembang dengan skala warna menunjukkan kuning hingga merah ini mengindikasikan terjadinya hujan pada daerah yang diliputinya berkisar antara 11 - 80 mm/jam

Page 22: Buletin Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Edisi Februari-Maret 2013

BULETIN STAMET SMB II EDISI FEBRUARI - MARET 2013 | 22

c. Analisa K Index

d. Analisa Lifted Index

V. KESIMPULAN

1. Klimatologi, Bulan Maret merupakan puncak hujan Palembang.

2. SOI Netral bernilai negatif.3. IOD Netral bernilai negatif4. MJO tidak aktif5. Faktor dominan penyebab terjadinya hujan lebat

pada tanggal 16 Maret 2013 sebesar 50,4 mm adalah adanya konvegensi terlihat pada peta streamline menunjukkan adanya TC Tim dengan pusat tekanan rendah 997 Hpa, masih tertahannya monsoon hangat Australia dan monsoon dingin Asia yang masih dominan menyebabkan pertemuan massa udara konvergensi di Laut Jawa, Kalimantan bagian barat, Laut Banda dan Papua

6. Suhu muka laut yang masih di Indonesia masih hangat dan memasok cukup uap air untuk pertumbuhan awan hujan

7. RH Lapisan 850, 700, 500 mb berkisar 70-100% menyebabkan pertumbuhan awan konvektif yang lebih tinggi

8. Analisa Satelit menunjukan adanya petumbuhan awan konvektif Cu dan CB di Palembang yang terlihat dari citra satelit IR1, VIS

dan WV dengan kontur suhu awan sekitar -60 o C yang mengindikasikan Awan CB

9. Citra radar menunjukan 50 – 60 dbZ yang mengindikasikan Awan Cu dan CB di Palembang dan sekitarnya

10. Kondisi Lokal Palembang menunjukkan • K Index = 35 - 40 berarti Berpotensi Konvektif

sedang dengan 60 – 80% Potensi TS• Lifted Index = -1 - (-2) berarti Labil• Showalter Index = -1 - (-2) berarti kemungkinan

terjadi TS

DAFTAR PUSTAKAZakir, Achmad. 2009. Analisa Kasus Cuaca Ekstrim. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Meteorologi Geofisika.Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Edisi kedua. Bandung :ITB.Kadarsah. 2008. Madden-Julian Oscillation. [online], (http://kadarsah.wordpress.com/2008/05/09/madden-julian-oscillation/, diakses tanggal 16 Maret 2013) Kadarsah. 2008. Oscilasi dan Fenomena Penyebabnya. [online], (http://kadarsah.wordpress.com/2008/08/06/osilasi-dan-fenomena-penyebabnya/, diakses tanggal 16 Maret 2013) http://ioc3.unesco.org/oopc/state_of_the_ocean/sur/ind/dmi.php, diakses tanggal 16 Maret 2013http://www.bom.gov.au/climate/current/soi2.shtml, diakses tanggal 16 Maret 2013