buletin ii edisi 4 tahun 2007

52

Upload: adminkkptanjungpriok

Post on 12-Jun-2015

1.089 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007
Page 2: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

2

INFO KESEHATAN PELABUHAN

BULETIN

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

Diterbitkan oleh :

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

Pelindung / Penasehat:

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok

Raissekki, SKM, MM

Dewan Redaksi :

Ketua,

RBA. Widjonarko, SKM, MKes

Anggota Redaktur:

Ikron, SKM, MKM.,Agus Syah, SKM,Sugeng Retyono, SKM., Sulistyono Wahyudi,SH.,Arik

Arumawati

Editor :

Nana Mulyana, SKM.,Lussie Soraya.,Dewi Dyah Palupi, SKM

Sekretariat :

Agus Sudarman,SKM

Alamat Redaksi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok | Jl. Raya Pelabuhan No. 17 Tanjung Priok - Jakarta Utara | Telp. 021 – 43931045, 4373265 | Fax. 021 – 4373265 | E-Mail : [email protected] & [email protected] | Publisher Desain dan Layout oleh : Nana Mulyana, SKM.

Design : Nana Mulyana,SKM

INDEX

2 PROLOGUE

3 Visi Bersama Sebagai

Modal Upaya Kese-

hatan

4 Kesiapsiagaan dan Ke-

waspadaan Lebaran di

Pelabuahan Tanjung

Priok

11 Pentingnya Sikap Tubuh

yang Baik dalam

Bekerja

13 Penyimpanan Obat

16 Potensi Makanan Anca-

man Bagi Kesehatan

Manusia

22 Waspadai Bahan

Makanan Tambahan

25 Posfin Sebagai Alternatif

Pengganti Methyl Bro-

mide

31 Beberapa Peralatan

Sederhana Laborato-

rium Entomologi

34 Mengedit Film Yoo...

35 Pengamanan Makanan

di Wilayah Pelabuhan

49 Pinjal si Pencetus Tinda-

kan Besar

EVOLUSI ...........

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan buletin Volum II

edisi 4 yang diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok dan telah terbit selama dua tahun. Buletin ini

merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan dalam

mengembangkan potensi diri guna mendukung pelaksanaan

program kesehatan, khususnya bagi para pegawai Kantor

Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi hasil pelaksanaan program,

kajian – kajian, pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya manusia

melalui pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan karya – karya seni serta peristiwa –

peristiwa terkini lainya, bahkan informasi pengobatan tradisional.

Kami menerima sumbangan artikel, laporan, reportase, saduran, karikatur, sajak –

sajak ataupun karya sastra lain dan foto – foto yang berkaitan dengan program

kesehatan khusunya kesehatan pelabuhan. Walaupun sumbangan naskah dari KKP

lain belum pernah masuk, namun Redaksi tetap menawarkan kesempatan ini pada

para kolega KKP di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam penulisan Buletin

Info Kesehatan.

Untuk tampilan lebih baik Kami selalu melakukan perubahan (berevolusi) walaupun

sampai saat ini belum ada masukan saran dari pembaca, oleh karena itu Kami

selalu menunggu e-mail komentar Anda mengenai Buletin ini.

Selamat Natal & Tahun Baru 2008!

Dewan Redaksi,Ketua

[email protected]

Page 3: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

O rganisasi yang senantiasa mengembangkan

komitmen, meningkatkan kapasitas dan kreativitas

stafnya merupakan organisasi yang memiliki arah

masa depan. Seluruh komponen organisasi harus

selalu berinteraksi untuk mewujudkan komitmen yang setiap saat perlu penyesuaian –

penyesuaian untuk mencapai visi bersama yang telah dicanangkan.

Visi merupakan kekuatan hidup suatu organisasi apabila setiap anggota organisasi

benar – benar percaya akan visi tersebut bahwa mereka sedang membangun masa

depan yang lebih baik. Oleh karena itu, bukan hanya visi bersama yang dicanangkan

oleh suatu organisasi tetapi juga sampai pada tahapan integral yakni tujuan dan

kegiatan harus saling dipahami bersama, bahkan kesejahteraanpun juga dinikmati

bersama.

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

3

Aspirasi bersama akan muncul

dengan sendirinya, staf berkeinginan

untuk saling berhubungan satu dengan

yang lain, kepedulian bersama akan

bertumbuh dalam upaya pelaksanaan

suatu kegiatan program.

Untuk mencapai kondisi ini

memerlukan pemikiran dan waktu yang

tidak singkat, namun Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok selalu

optimis bahwa kondisi tersebut dapat

tercipta melalui pertemuan – pertemuan

rutin dan pelatihan.

Kebersamaan membangun TPM sehat

Kebersamaan pada Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung

Priok, bukan hanya mengembangkan

kebersamaan intern, namun juga

mengembangkan sayap ke stake holder

di wilayah pelabuhan, antara lain yakni

para pengelola Tempat Pengelolaan

Makanan (TPM)

Sebagai anggota komunitas di

Pelabuhan dan sebagai leading sector

dalam pembangunan kesehatan maka

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok bersama sektor terkait

menembus hati nurani para pengelola

TPM untuk membangun kebersamaan

para pengelola TPM di Pelabuhan.

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas`I

Tanjung Priok dan sektor terkait (Adpel

dan Pelindo), memfasilitasi para

pengelola TPM untuk membentuk

Asosiasi Rumah Makan dan secara

mandiri mereka menyelenggarakan

lomba rumah makan sehat pada HUT

Kemerdekaan RI ke 62. Mereka menilai

Rumah Makan miliknya sendiri dengan

menggunakan format yang disediakan

oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan,

sedangkan penyelenggaraan lomba

dibawah koordinasi Administrator

Pelabuhan dan dibantu oleh Pelindo.

VISI BERSAMA SEBAGAI MODAL UPAYA KESEHATAN

Oleh : Raissekki, SKM, MM

Page 4: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

P elabuhan Tanjung Priok

merupakan pintu utama arus

mudik lebaran 1 syawal 1428 H / 2007

M. Hal ini cukup beralasan karena

Pelabuhan Tanjung priok selain

digunakan sebagai tempat bongkar

muat barang, juga digunakan sebagai

terminal penumpang warga Jakarta

dan sekitarnya yang ingin mudik ke

kampung halaman dengan

menggunakan kapal laut.

Berdasarkan data dua tahun terakhir,

arus mudik yang melewati Pelabuhan

Tanjung Priok mengalami peningkatan.

Pada arus mudik tahun 2007 dari H-7

sampai dengan H+7 sebanyak 11329

orang, sedangkan pada hari yang

sama pada tahun yang lalu sebanyak

8839 orang. Peningkatan arus mudik ini

harus diamati dan diwaspadai sebagai

faktor resiko yang perlu mendapat

perhatian , agar dampak yang

ditimbulkan tidak menjadi masalah

kesehatan masyarakat.

Kewaspadaan terhadap fenomena

sosial yang rutin terjadi setiap tahun

seperti arus mudik lebaran terus

ditingkatkan. Arus mudik merupakan

situasi khusus yang sangat rentan untuk

terjadinya transmisi penyebaran dan

penularan penyakit. Dalam situasi

khusus ini dapat kiranya dipastikan akan

terjadi penumpukkan penumpang

dalam jumlah yang besar dengan

mobilitas yang tinggi di wilayah

pelabuhan. Keadaan ini akan sangat

tidak menguntungkan bagi kesehatan

mayarakat jika tidak dilakukan

pengawasan dengan baik.

Sesuai tugas pokok dan fungsi Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung

Priok, yaitu melaksanakan cegah

tangkal masuk dan keluarnya penyakit

karantina dan of International concern /

PHEIC (masalah kedaruratan kesehatan

masyarakat yang menjadi perhatian

global), maka untuk mengantisipasi

dampak negatif yang ditimbulkan oleh

arus mudik ini, KKP kelas I Tanjung priok

melaksanakan upaya pencegahan

penyakit dan penyehatan lingkungan,

menyediakan pelayanan kesehatan di

terminal penumpang dan melakukan

koordinasi dengan instansi terkait di

wilayah pelabuhan.

Metodologi

Metode yang digunakan dalam

pengamatan Situasi Khusus Mudik

Lebaran 1 Syawal 1428 H / Tahun 2007 M

adalah survey terhadap kapal

penumpang yang tiba dari atau sandar

di Terminal Penumpang Nusantara Pura

II Pelabuhan Tanjung Priok dan Pos

Kesehatan KKP Kelas I Tanjung Priok

dengan waktu pengamatan mulai

tanggal 6 s/d 20 Oktober 2007.

Unit analisis yang digunakan yaitu ABK

kapal, penumpang turun, penumpang

lanjut, penumpang naik, penderita yang

berobat di pos kesehatan, penderita

yang berobat di Poliklinik Kapal

Penumpang selama di perjalanan, dan

rujukan penderita dengan populasi

KESIAPSIAGAAN DAN KEWASPADAAN LEBARAN

DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK

(Laporan Bidang Karantina & Surveilans Epidemiologi)

Oleh : Sogir Haratua Siregar, SKM

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

4

Page 5: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

pengamatan yang digunakan adalah

masyarakat yang melakukan aktivitas di

wilayah Terminal Penumpang

Nusantara Pura II. Sedangkan sampel

diambil dari semua penderita yang

berobat di Pos Kesehatan dan Poliklinik

diambil sampelnya untuk pemeriksaan

lebih lanjut. Data yang ada diolah

dengan komputer dan disajikan dalam

bentuk grafik, tabel dan narasi. Variabel

yang dianalisis adalah variabel ABK,

penumpang turun, penumpang lanjut,

penumpang naik, yang mendapatkan

pelayanan di poliklinik.

Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan formular melalui 2 cara :

1. Untuk pengumpulan data ABK,

penumpang turun, penumpang

lanjut, penumpang naik, dan da-

ta kesakitan diatas kapal selama

perjalanan dilakukan dengan pe-

tugas naik ke atas kapal pada

saat kapal penumpang sandar

dengan melakukan observasi

dan wawancara terhadap Dok-

ter/Perawat kapal

2. Untuk data penderita di Pos

Pelayanan Kesehatan Terminal,

petugas mengambil data di Pos

Pelayanan Kesehatan Terminal

penumpang.

Dalam pelaksanakan kegiatan ini

Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas I

Tanjung Priok berkoordinasi dengan

instansi terkait seperti : Administrator

Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Perum

Pelindo II Cabang Tanjung Priok, PMI

Jakarta Utara, Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Utara, PT. Pelni Cabang Tanjung

Priok, CV. Prima Vista, KP3, Rumah RSPI

Sulianti Saroso, RSUD Koja, dan Rumah

Sakit Port Medical Center.

Adapun sarana dan prasarana yang

tersedia dalam pelayanan kesehatan Unit

Gawat Darurat, Instalasi farmasi, dan

Ambulance.

Tenaga kesehatan yang terlibat dalam

Kesiapsiagaan dan kewaspadaan arus

mudik lebaran 1428 H / 2007 M adalah

Tenaga Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas I Tanjung Priok dibantu dengan

tenaga kesehatan dari beberapa

organisasi sosial dari luar pelabuhan.

Rincian jumlah tenaga sebagai berikut :

1. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok

a. Bidang Karantina & Survailans

Epidemiologi : 16 orang

b. b. Bidang Upaya Kesehatan

Pelabuhan : 33 orang

c. c. Bidang Pengendalian Resiko

Lingkungan : 13 orang

2. Bantuan dari instansi lain :

a. Palang Merah Indonesia : 12 orang

b. Lembaga Kesehatan Mahasiswa

Islam (LKMI) : 9 orang

c. Forum Kesehatan Masyarakat

Betawi (FKMB) : 15 orang

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan

dalam kegiatan ini, seperti :

1. Kegiatan pelayanan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan Pemberian

pengobatan Rujukan

2. Kegiatan Survailans Epidemiologi di

atas kapal dan di Pos Kesehatan

Terminal

a. Pengamatan ABK

b. Pengamatan Penumpang

c. Pengamatan Kesakitan

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

5

Page 6: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

d. Pengamatan Kecelakaan

e. Pengamatan Rujukan

3. Kegiatan Pengendalian Resiko

Lingkungan

a. Pengendalian lingkungan di luar

bangunan

b. Pengendalian lingkungan di

parkir kendaraan

c. Hygiene sanitasi lingkungan

d. Pengendalian vektor

e. Sanitasi kapal

f. TPM

g. Pengasapan / fogging

Hasil Kegiatan

Pos Kesehatan Terminal

Penderita yang berobat di Pos

Kesehatan Terminal sebesar 287 orang,

terdiri dari 68 orang (23,69%) penderita

umum dan 219 orang (76, 30%)

penderita TKI.

Penderita Umum

Selama pengamatan situasi khusus

mudik lebaran 1428 H / 2007 M, Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung

Priok melakukan palayanan kesahatan

di Pos Kesehatan yang terletak di

Terminal Penumpang Nusantara Pura II

Tanjung Priok. Penderita yang berobat

terdiri dari penumpang, calon

penumpang, dan petugas diwilayah

terminal penumpang.

Dari total penderita yang berobat ke

Pos Kesehatan sebanyak 68 orang

sebagian besar penderita berstatus

penumpang sebesar 46 orang (68%).

Hal ini menunjukkan bahwa masih

banyak penumpang yang menderita

sakit. keadaan ini harus menjadi

perhatian dari pihak manajemen kapal

dan petugas kesehatan untuk

memperhatikan kesehatan penumpang.

Lingkungan kapal harus dijaga

kebersihannya dan penumpang juga

harus menjaga kesehatannya. Kedua

faktor ini akan menentukan kesehatan

penumpang selama dalam perjalanan.

Untuk jenis kelamin proporsi penderita

yang berobat di Pos kesehatan tidak jauh

berbeda. Untuk proporsi dengan jenis

kelamin pria sebesar 39 orang (57,4%) dan

proporsi dengan jenis kelamin wanita

sebesar 29 orang (42,6%). dengan

kelompok umur penderita yang berobat

di Pos Kesehatan tertinggi terdapat pada

kelompok umur 18 – 59 tahun sebesar 57

orang (84%) kemudian diikuti oleh

kelompok umur 6 – 17 Tahun sebesar 9

orang (13%) dan hanya sebagian kecil

kelompok umur ≤ 5 Tahun sebesar 2 orang

(3%).

Sedangkan dari jenis penyakit yang

didiagnosa pada penderita yang berobat

di Pos Kesehatan Terminal, didapatkan

bahwa diagnosa penyakit tertinggi

adalah ISPA sebesar 21 orang (30,88%).

Keadaan penyakit ini masih sama seperti

tahun lalu dimana penyakit ISPA masih

menjadi primadona di wilayah

pelabuhan. Hal ini menunjukan bahwa

lingkungan pelabuhan masih cukup

rentan untuk terjadinya penyebaran

penyakit ISPA. Untuk jelasnya dapat dilihat

pada grafik 1.

Selama H-7 s/d H+7 terdapat dua kece-

lakaan, yang pertama pada tanggal 9

Oktober 2007 terdapat seorang ABK kapal

Kunjari yang jatuh pada saat mengecat

kapal dengan luka dibagian kepala dan

badan yang kemudian dirujuk ke RS Port

Medical center. Sedangkan pada tang-

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

6

Page 7: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

gal 13 Oktober 2007 seorang petugas KP3 dengan luka ringan dikarenakan terjatuh

saat mengendarai motor.

Penderita Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Selain penderita penumpang dan masyarakat pelabuhan yang berobat di pos

kesehatan Terminal selama pengamatan situasi khusus lebaran 1428 H / 2007 M,

Grafik 1

21

98

7

3 3 32 2 2

1 1 1 1 1 1 1 1

0

5

10

15

20

25

Distribusi Penderita Menurut Diagnosa Penderita Pada Pos Kesehatan KKP Kelas I Tanjung Priok

di Terminal Penumpang Nusantara Pura II Tanjung Priok, Tanggal 6 - 20 Oktober 2007

Tabel 1

Distribusi Kedatangan Tenaga Kerja Indonesia

Di Terminal Penumpang Nusantara Pura II Pelabuhan Tanjung Priok

Tanggal 6 s/d 20 Oktober 2007

No Tgl Tiba Asal

Pelabuhan Nama Kapal Jumlah TKI

1 9 Oktober 2007 Kijang KM. Dobon solo 198 orang

2 13 Oktober 2007 Pontianak KM. Lambelu 334 orang

3 13 Oktober 2007 Kijang KM. Munic I 8 orang

Total 540 orang

Berdasarkan tabel 1 di atas, tampak

tertinggi TKI datang dengan menggunkan

KM Lambelu pada tanggal 13 Oktober 2007

sebesar 334 orang (61,9%) dari total TKI

yang datang sebesar 540 orang.

Dari 540 orang TKI yang datang di

Pelabuhan Tanjung Priok, terdapat 219

orang (40,55%) diantaranya berobat di

Pos Kesehatan Terminal. Tingginya

angka kesakitan yang diderita para TKI

ini, kemungkinan dikarenakan TKI yang

dideportasi ini, sebelumnya pernah

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

7

Page 8: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

menjalani hukuman di Malaysia. Pada

saat mereka tiba di Pelabuhan Tanjung

Priok, keadaan mereka

memprihatinkan, mereka tidak

membawa perbekalan kecuali baju

yang melekat di badan. Harta miliknya

tidak boleh dibawa pulang. Untuk

pulang sampai ke tempat tinggalnya

dibiayai oleh Departemen Sosial.

Adapun distibusi penderita TKI sebagai

berikut :

Berdasarkan jenis kelamin penderita TKI,

dari tiga Trip kedatangan kapal yang

mengangkut TKI didapatkan sebagian

besar proporsi penderita yang berobat

di Pos Kesehatan adalah berjenis

kelamin Pria sebesar 176 orang (80,36%)

sedangkan yang berjenis kelamin

wanita hanya sebesar 43 orang

(19,63%). Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh tingkat hukuman fisik

yang berbeda antara pria dan wanita.

Pria hukumannya lebih berat

dibandingkan wanita.

Kelompok umur untuk TKI yang berobat ke

Pos Kesehatan Terminal berada pada

kelompok umur 18 – 59 tahun sebesar 218

orang (99,5%) sedangkan sebagian kecil

pada kelompok umur 6 – 17 tahun (0,4%).

Hal ini kemungkinan disebabkan karena

adanya peraturan pengiriman tenaga

kerja yang membatasi usia minimal untuk

dikirim keluar negeri.

Terdapat 3 besar jenis penyakit yang didi-

agnosa yaitu ISPA sebesar 107 orang

(48,85%), dermatitis sebesar 27 orang

(12,32%) dan chepalgia sebesar 24 orang

(10,95%). Tinggi ketiga penyakit yang dide-

rita TKI ini, kemungkinan disebabkan oleh

tingkat sanitasi yang rendah saat mereka

menjalani hukuman. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada grafik 2 dibawah ini .

107

27 24

12 125 3 3 3 2 2 2 2

15

0

20

40

60

80

100

120

Distribusi Penderita TKI Menurut Diagnosa PenyakitPada Pos Kesehatan KKP Kelas I Tanjung Priok

di Terminal Penumpang Nusantara Pura II Tanjung Priok, Tanggal 6 - 20 Oktober 2007

Grafik 2

Total : 28 penyakit

Poliklinik Kapal Penumpang Tujuan Pela-

buhan Tanjung Priok

Selain di Pos Kesehatan terminal, KKP Ke-

las I Tanjung Priok juga melakukan penga-

matam penyakit di Poliklinik kapal penum-

pang yang sandar di Pelabuhan Tanjung

Priok. Dari seluruh penderita yang berobat

di Poliklinik kapal penumpang tujuan pe-

labuhan Tanjung Priok adalah berstatus

penumpang sebesar 18 orang (100%).

Jika dibandingkan tahun 2006,

penderita yang berobat di Poliklinik

kapal baik yang berstatus penumpang

ataupun ABK mengalami penurunan.

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

8

Page 9: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

ABK mengalami penurunan 100% (dari 8

orang di Tahun 2006 menjadi 0 orang di

Tahun 2007) sedangkan penumpang

mengalami penurunan sebesar 10%.

(dari 20 orang di Tahun 2006 menjadi 18

orang di Tahun 2007). Hal ini terjadi,

kemungkinan dikarenakan pada Tahun

ini Crew kapal/agen kapal lebih

memperhatikan makanan yang

dikonsumsinya, mengingat pada tahun

lalu terdapat 8 orang ABK yang

berobat di Poliklinik kapal.

Jenis kelamin penderita yang berobat

di Poliklinik kapal penumpang tujuan

Tanjung priok adalah Pria 9 orang (50%)

dan wanita sebesar 9 orang (50%),

dengan kelompok umur penderita

tertinggi pada kelompok umur 18 – 59

tahun sebesar 17 orang (94%) dan

terendah pada kelompok umur 6 – 17

tahun sebesar 1 tahun (6%) dari total

penderita sebesar 18 orang. Tingginya

pengobatan pada kelompok umur 18 – 59

Tahun dikarenakan proporsi penumpang

pada kelompok ini paling besar

dibandingkan dengan kelompok umur

lainnya.

Adapun pelabuhan asal penderita

tertinggi berasal dari Pelabuhan Kijang

sebesar 8 orang ( 44%) dan terendah dari

pelabuhan Jayapura sebesar 1 orang (6%)

dari total penderita sebesar 18 orang.

Untuk diagnosa penyakit dapat

diinformasikan bahwa dari total jenis

penyakit yang didiagnosa terdapat 9

penyakit. Penyakit yang tertinggi adalah

gastritis sebesar 5 orang (27,7%), untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3

dibawah ini.

Grafik 3

5

3

2 2 2

1 1 1 1

0

1

2

3

4

5

6

Distribusi Penderita Menurut Diagnosa PenyakitPada Poliklinik Kapal Tujuan Pelabuhan Tanjung Priok

di Terminal Penumpang Nusantara Pura II Tanjung Priok, Tanggal 6 - 20 Oktober 2007

Total : 9 Jenis Penyakit

Dibandingkan dengan Tahun 2006,

jumlah jenis penyakit yang diderita tidak

terjadi perubahan yaitu 9 jenis penyakit.

Tetapi untuk jenis penyakit yang

menduduki urutan tertinggi mengalami

perubahan. Pada tahun 2006 penyakit

yang menduduki urutan tertinggi

adalah penyakit Diare sementara di

tahun 2007 penyakit yang mendududki

urutan tertinggi adalah penyakit

Gastritis. Perubahan jenis penyakit ini

kemungkinan disebabkan oleh karena

perubahan perilaku ABK dan penumpang

kapal untuk lebih memperhatikan

makanan yang dikonsumsinya.

C. Sanitasi

Selain pelayanan kesehatan, kegiatan

sanitasi di Terminal Penumpang Nusantara

Pura II Pelabuhan Tanjung Priok dalam

rangka situasi khusus mudik lebaran 1428

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

9

Page 10: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

H / 2007 M juga dilakukan, dengan hasil

sebagai berikut :

Lokasi

a. Lingkungan terminal penumpang

tidak banjir pada saat musim hujan

b. Tidak terletak pada sumber

pencemaran

Lingkaran di Luar Bangunan

a. Bersih

b. TPS tersedia mencukupi & tidak

terjadi penumpukan sampah lebih

dari 24 jam

c. Tidak menjadi tempat berkembang

biak binatang pengganggu

d. Setiap hari dilakukan pengawasan (H

-7 s/d H+7)

Halaman Parkir Kendaraan

a. Bersih

b. Rata/tidak bergelombang, kuat dan

kedap air

c. Tidak becek/tidak berdebu

Hygiene Sanitasi Lingkungan

Terminal Nusantara Pura I

Kelembaban 60%

Suhu 28,30 C

TPS 20 buah dengan kualitas baik

Urinoir 2 buah dengan kualitas baik

3 Kamar mandi dengan kualitas

baik

Kualitas air bersih

Kuantitas mencukupi

Kualitas fisik secara visual baik

Sisa Chlor 0,08

PH 7,2

Terminal Nusantara Pura II

Kelembaban 60%

Suhu 28,30 C

TPS 22 buah dengan kualitas baik

Urinoir 7 buah dengan kualitas baik

Kamar mandi 12 buah dengan kualitas

baik

Wastafel 6 buahn dengan koalitas baik

Kualitas air bersih

Kuantitas mencukupi

Kualitas fisik secara visual baik

Sisa Chlor 0,08

PH 7,2

Pengendalian vektor

Terminal Nusantara Pura I

Jumlah container 3

Positiv larva tidak ada

Setiap hari dilakukan pemeriksaan jentik

Terminal Nusantara Pura II

Jumlah 3 container

Positiv larva tidak ada

Setiap hari dilakukan pemeriksaan jentik

Sanitasi kapal

a. Jumlah 17 kapal

b. Hasil Baik

TPM

a. 1 Rumah makan dengan hasil baik

b. 20 Tempat makanan jajanan dengan

hasil baik

C.Setiap hari dilakukan pengawasan

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

10

Page 11: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

kebersihan (H-7 s/d H+7)

Pengasapan/Fogging

a. Luas 4 Ha

b. Bahan Organofosfat, Solar, Bensin

c. Jumlah tenaga 6 orang

d. Dilaksanakan tanggal 10 Oktober

2007 atau H-3.

D. Anak Buah kapal (ABK) & Penumpang

Distribusi Anak Buah kapal (ABK)

Pengamatan kedatangan ABK dari

kapal penumpang yang sandar di

Terminal penumpang Nusantara Pura II

mulai 6 s/d 20 Oktober 2007 didapatkan

hasil sebesar 1855 orang, dengan

jumlah ABK terbanyak yang datang

pada tanggal 8 Oktober 2007 sebanyak

443 orang, dengan rata-rata ABK 123

orang setiap harinya.

Dibandingkan Tahun 2006 telah terjadi

penurunan jumlah ABK sebesar 166

orang (8,21%). Penurunan ini terjadi

karena frekuensi aktivitas kapal

penumpang yang datang di Pelabuhan

Tanjung Priok mengalami penurunan dari

61 kapal menjadi 23 kapal. Banyak faktor

yang dapat menyebabkan penurunan

frekuensi kapal yang datang di Terminal

Nusantara Pura II Tanjung Priok,

diantaranya iklim usaha yang kurang

kondusif seperti tingginya biaya

operasional kapal sementara muatan

kurang sehingga pemilik kapal meurunkan

frekuensi operasional kapal

Distribusi Penumpang

Jumlah penumpang yang turun di

Pelabuhan Tanjung Priok H-7 s/d H+7

mengalami peningkatan sebesar 2500

orang (28,28%) dibandingkan pada hari

yang sama tahun lalu. Tahun 2007 total

penumpang yang turun sebesar 11329

orang, sementara di Tahun 2006 sebanyak

8839 orang. Pada arus mudik Tahun 2007

ini, Peningkatan penumpang yang turun di

Pelabuhan Tanjung Priok terjadi pada H-2

dan H+6. Puncak penumpang turun terjadi

pada tanggal 11 Oktober 2007 sebesar

2687orang.

PENTINGNYA SIKAP TUBUH YANG BAIK DALAM BEKERJA

Oleh dr.Endriana S.Lubis

S ikap tubuh dalam bekerja adalah

salah satu aspek dalam penerapan

ergonomi.

Sistem kerja yang tidak ergonomik

dalam suatu tempat kerja sering kurang

mendapat perhatian atau dianggap

sepele oleh para pihak manajemen

atau pengelola sumber daya manusia di

tempat tersebut. Sebagai contoh antara

lain adalah pada cara , sikap dan posisi

kerja yang tidak benar, fasilitas kerja

yang tidak sesuai dan faktor lingkungan

kerja yang kurang mendukung. Hal ini

akan berpengaruh terhadap

produktivitas, efisiensi dan efektivitas

pegawai/tenaga kerja dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

Kata Ergonomi berasal dari bahasa

Yunani, yaitu :

”Ergos”, artinya Kerja, dan ”Nomos” ,

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

11

Page 12: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

artinya Peraturan/hukum.

Jadi secara harafiah, Ergonomi diartikan

sebagai “ Ilmu aturan tentang Kerja “.

Hasil lokakarya tentang “ Penyusunan

norma-norma ergonomi di tempat kerja

“ (1978) merumuskan pengertian

ergonomi sebagai berikut :

“ Ilmu serta penerapannya yang

berusaha menyerasikan pekerjaan dan

lingkungan terhadap orang atau

sebaliknya dengan tujuan tercapainya

produktivitas dan efisiensi yang setinggi-

tingginya melalui pemanfaatan manusia

seoptimal mungkin ”

Tujuan dari ergonomi itu sendiri adalah

bagaimana mengatur kerja agar

tenaga kerja atau pegawai dapat

melakukan pekerjaan dengan rasa

aman, selamat, efisien, efektif dan

produktif, dan juga rasa nyaman serta

terhindar dari bahaya yang mungkin

timbul di tempat kerja.

ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI

Beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam penerapan

ergonomi , antara lain :

1. Faktor Manusia..

2. Anthropometri

3. Sikap tubuh dalam bekerja

4. Manusia - Mesin

5. Pengorganisasian Kerja

6. Pengendalian Lingkungan Kerja

7. Kelelahan Kerja

8. Cumulative Trauma Disorder ( CTD )

9. Kesegaran Jasmani dan Musik

Pada kesempatan kali ini saya akan

mengulas tentang 3 bagian Sikap tubuh

dalam bekerja

Selain SOP ( Standard Operating

Procedures ) yang terdapat pada setiap

jenis pekerjaan , hubungan tenaga kerja /

pegawai dalam sikap dan interaksinya

terhadap sarana kerja akan menentukan

efisiensi , efektivitas dan produktivitas kerja.

Semua sikap tubuh yang tidak alamiah

dalam bekerja, misalnya ”sikap

menjangkau barang yang melebihi

jangkauan tangan, harus dihindarkan.

Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka

harus diupayakan agar beban statiknya

diperkecil”.

Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran

baku oleh orang yang mempunyai ukuran

lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu

tinggi sedikit banyak akan berpengaruh

terhadap hasil kerjanya. Tanpa disadari

pegawai tersebut akan sedikit

membungkuk saat melakukan

pekerjaannya. Hal ini akan menimbulkan

kelelahan lokal di daerah pinggang dan

bahu, yang pada akhirnya akan

menimbulkan nyeri pinggang dan nyeri

bahu. Namun karena penderitanya tidak

mencolok maka biasanya keluhan tersebut

dianggap ” bukan masalah ” . Tetapi,

kerugian yang ditimbulkan bisa berujud

hilangnya jam kerja, terhambatnya produksi

dan lainnya. Pada waktu bekerja

diusahakan agar bersikap secara alamiah

dan bergerak optimal.

Dalam sistem kerja angkat dan angkut,

sering dijumpai nyeri pinggang sebagai

akibat kesalahan dalam mengangkat

maupun mengangkut, baik itu mengenai

teknik maupun berat atau ukuran beban.

Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagai

sikap paksa yang disebabkan karena

penggunaan sarana kerja yang tidak sesuai

dengan ukuran tubuhnya.

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

12

Page 13: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Sikap tubuh dalam bekerja yang

dikatakan secara ergonomik adalah

yang memberikan rasa nyaman, aman,

sehat dan selamat dalam bekerja, yang

dapat dilakukan dengan cara :

1. Menghindarkan sikap yang tidak

alamiah dalam bekerja

2. Mengusahakan beban statis menjadi

sekecil-kecilnya

3. Membuat dan menentukan kriteria

dan ukuran baku tentang peralatan

kerja yang sesuai dengan ukuran

4. Mengupayakan bekerja dengan

sikap duduk dan berdiri secara

bergantian.

Penatalaksanaan suatu sistem kerja di

tempat kerja dengan mengacu pada

norma ergonomi diharapkan dapat

menciptakan sistem kerja yang aman,

nyaman dengan tingkat produktivitas,

kesehatan dan keselamatan kerja yang

prima.

Sumber dari :

a. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan

Kerja, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang, 2005

b. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja,

CV.Haji Masagung, Jakarta

Contoh Gambar Sikap Tubuh

PENYIMPANAN OBAT

Oleh : Aah Nurliah, S.Si., Apt

O bat…… Siapa yang tidak

mengetahui tentang obat? Hampir

semua orang mengetahui tentang obat,

baik karena pernah mengkonsumsi,

melihat ataupun mendengar tentang

obat. Pada dasarnya obat adalah

racun, tapi dalam dosis tertentu dapat

digunakan untuk menyembuhkan

penyakit walaupun selalu mempunyai

efek samping dan kontra indikasi. Untuk

itu penggunaan obat harus hati-hati dan

dikonsumsi jika benar-benar dibutuhkan,

lebih baik lagi jika dibawah pengawasan

medis. Agar fungsi farmakologi obat

dapat maksimal, selain mengkonsumsi

obat harus sesuai dengan indikasinya,

juga harus diperhatikan cara

penyimpanannya.

Tapi tidak semua orang mengetahui

cara penyimpanan obat. Padahal cara

penyimpanan obat merupakan hal yang

paling penting untuk menjaga obat itu

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

13

Page 14: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

tetap dalam kondisi baik. Penyimpanan

yang buruk dapat mengakibatkan obat

berubah, baik secara fisika maupun

kimia.

Perubahan obat tersebut dapat

menyebabkan obat rusak, jika hanya

rusak secara fisika, obat tersebut jika

dikonsumsi (disarankan jika hanya dalam

keadaan terpaksa) tidak menimbulkan

efek negatif, tapi jika hanya rusak

secara kimia dan secara fisika obat

tersebut baik, maka jika dikonsumsi

dapat menyebabkan efek samping

yang besar, yang dapat merusak organ-

organ tubuh seperti : hati, ginjal, paru-

paru, jantung, dsb.

Tapi kemungkinan obat rusak hanya

secara kimia sangat kecil, karena

sebagian besar jika obat rusak secara

kimia pasti juga rusak secara fisika.

Tanda–tanda obat yang rusak mudah

dilihat secara organoleptis, artinya

dapat dilihat dari bentuk fisiknya, dari

baunya dan dari rasanya.

Berikut ciri-ciri fisik obat rusak :

Sediaan Tablet

Berubah warna

Kekerasan tablet menurun (rapuh,

lembek, dsb)

Sediaan Kapsul

Kapsul pecah

Berubah warna

Lengket

Sediaan Tablet Salut Gula

Pecah

Berubah warna

Lengket

Sediaan Tablet Salut Selaput Enterik

Belah

Berubah warna

Kekerasan tablet menurun (rapuh,

lembek, dsb)

Sediaan Sirup

Berbau tengik

Tidak jernih/ ada endapan

Sediaan Emulsi (sirup yang mengandung

minyak)

Berbau tengik

Tidak jernih/ ada endapan

Lapisan air dan minyak terpisah, dan

jika dikocok tidak menyatu

Sediaan Suspensi (sirup kental)/lotion

Berbau tengik

Terbentuk lapisan air, dan jika dikocok

obat tidak terdispersi dengan baik.

Di bawah botol terbentuk caking

(endapan yang mengeras), dan jika

dikocok endapan tersebut tetap keras.

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

14

Page 15: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Sediaan Injeksi/Infus/Tetes mata/Tetes

telinga

Berubah warna

Tidak jernih/ ada endapan

Sediaan Salep/Cream

Berubah warna

Berbau tengik

Sediaan Suppositoria/Ovula

Berubah warna

Berbau tengik

Lembek

Untuk menghindari kerusakan-kerusakan

tersebut, maka harus diperhatikan cara

penyimpanan obat. Obat sebaiknya

ditempatkan pada kotak obat dan

disimpan pada suhu kamar (250 C),

kecuali disyaratkan lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

penyimpanan obat:

1. Obat harus dihindarkan dari terkena

sinar matahari langsung, karena

banyak senyawa obat yang bersifat

fotosensitivitas, artinya sensitif

terhadap cahaya. Sehingga

dikhawatirkan jika obat tersebut

terkena mataharai langsung secara

terus-menerus, obat tersebut akan

berubah sifat fisika dan kimianya

(rusak). Jika keadaan tidak

memungkinkan, harus dicari cara lain

agar obat tidak terkena sinar matahari

langsung, seperti untuk obat berbentuk

cair, ditempatkan di dalam botol

berwarna coklat.

2. Kelembaban. Obat tidak boleh

ditempatkan di tempat yang lembab,

karena akan mengakibatkan obat

berjamur dan rusak. Untuk mengurangi

kelembaban disarankan pada kotak

obat disertakan silika gel/arang yang

bersifat sebagai penyerap lembab.

3. Pada kotak penyimpanan obat, obat

luar dan obat dalam ditempatkan

terpisah, untuk menghindari kesalahan

pemakaian obat.

4. Obat dalam bentuk loss (satuan)

ditempatkan dalam wadah masing-

masing (satu wadah untuk satu obat),

untuk menghindari rekasi kimia antar

obat, menghindari kesalahan

pemakaian obat dan untuk

memudahkan pemakaian obat.

5. Obat dalam bentuk strip dan blister

ditempatkan dalam wadah

berdasarkan kandungan zat aktifnya

walaupun berbeda merk, untuk

menghindari kesalahan pemakaian

obat dan untuk memudahkan

pemakaian obat.

6. Penyimpanan obat dalam refrigerator

atau freezer dilakukan hanya jika

disyaratkan dalam leaflet obat tersebut.

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

15

Page 16: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

M anusia sebagai mahluk hidup,

untuk melangsungkan

kehidupannya, kita membutuhkan

makanan yang jumlahnya cukup ,

berimbang gizinya serta kondisi

makanannya yang sehat dan tidak

tercemar oleh bahan pencemar. Hal ini

penting karena apabila jumlah

kecukupan gizinya kurang serta

mengandung bahan pencemar, maka

tubuh kita lambat laun akan menerima

dampak dari apa yang kita makan ( Risk

daily Intake ), sampai pada kadar

tertentu dimana daya dukung tubuh

sudah tidak mampu lagi mendukung

kehidupan karena pengaruh bahan

pencemar tadi, yang di konsumsi setiap

hari, maka akan tibul geja yang ringan

sampai risiko yang paling berat yaitu

kematian. Bahaya makanan yang kita

konsumsi setiap hari apabila

mengandung zat pencemar bisa

berakibat timbulnya penyakit atau

keracunan makanan baik itu akut

( segera ) maupun Kronis ( menahun ).

Apakah itu keracunan makanan?

Keracunan makanan adalah penyakit

yang diakibatkan memakan makanan

yang tercemar. Makanan dikatakan

tercemar jika ia mengandungi sesuatu

benda atau bahan yang tidak seharusnya

berada di dalamnya.

Tiga jenis pencemaran makanan utama

1. Biologikal – bakteria, fungi ( jamur )

dan virus.

2. Fisika – benda atau bahan asing

seperti rambut, pecahan kaca, paku

dan lain-lain.

3. Kimia – racun serangga, racun tikus,

bahan pencuci kimia, aditif

makanan seperti pengawet yang

berlebihan.

Sebagai contoh : keracunan makanan

adalah dengan memakan makanan atau

meminum minuman yang :

a. Mengandungi toksin atau racun ,

jamur ( aflatoxin ), makanan laut

(shellfish) dll

b. Tercemar oleh kuman yang

berbahaya ( pathogen )

c. Tercemar oleh bahan-bahan kimia

d. Tercemar oleh bahan-bahan/benda

asing

Tanda-tanda dan gejala

Gejala yang dialami berbeda dari seorang

dengan yang lainnya dan bergantung

kepada :

a. Jenis racun atau jenis bakteria

POTENSI MAKANAN ANCAMAN BAGI KESEHATAN MANUSIA

Oleh : Agus Syah. FH

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

16

Page 17: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

b. Jumlah racun atau bakteria yang

termakan

c. Umur seseorang

d. Ketahanan seseorang

Biasanya tanda-tanda dan gejala mulai

timbul beberapa jam selepas memakan

makanan yang tercemar atau be-

berapa hari kemudian. Adapun tanda –

tanda umum keracunan adalah seba-

gai berikut :

a. Lemas dan muntah

b. Mulas dan sakit perut

c. Kadangkala demam dan dehidrasi

d. Mencret-mencret ( buang air tidak

normal )

Hal-hal yang harus di perhatikan ( dihin-

dari )

1. Tidak melakukan kebersihan diri

ketika menyediakan, menghidang

dan menjual makanan ( sanitasi

food hendler)

2. Melakukan prilaku buruk seperti

merokok, bersin ke arah makanan,

meludah sembarangan pada

waktu menyediakan dan menjual

makanan.

3. Tidak memperhatikan kebersihan

lingkungan sekitar .

4. M e m b i a r k a n m a k a n a n

terkontaminasi oleh serangga/

hawan dan pencemaran fisika.

5. Self service “pelanggan mengambil

sendiri makanan tanpa di layani”

Bagaimana kita dapat terhindar dari

keracunan makanan?

Keracunan makanan dapat dihindari

apabila kita secara bijak dapat menuntut

hak-haknya untuk :

1. Memilih makanan yang dijual oleh

penyedia makanan yang melakukan

kebersihan diri dan lingkungannya.

2. Melaporkan kepada Pejabat yang

berwenang tentang pengendali

makanan yang tidak mematuhi

peraturan kebersihan makanan.

3. Tidak menggunakan atau memakan

makanan dalam kaleng atau paket

jika :

a. kaleng penyok atau karat

b. Paket bocor

c. bergelembung

d. Rusak dalam bentuk apapun

e. Habis masa kadaluarsa

Bagaimana mencegah keracunan

makanan?

Cara yang paling baik dan tepat untuk

mencegah kejadian keracunan terhadap

makanan adalah dengan melindungi

makanan dari tercemar dan mengawasi

sumber-sumber pencemaran seperti beri-

kut :

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

17

Page 18: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Manusia (pengendali makanan / food

hendler)

1. Menghindari prilaku buruk seperti

merokok, mengorek hidung dan

telinga serta menggaruk kepala

atau bagian-bagian lain pada

badan sewaktu mengendalikan

makanan.

2. Selalu melakukan kebersihan dan

kesehatan diri supaya tidak

menjadi sumber penyakit kepada

orang lain.

3. Membasuh tangan secara teliti

terutama selepas ke WC,

memegang bahan mentah,

mengangkut sampah atau sisa

makanan.

4. Menjaga kebersihan lingkungan di

dalam dan luar tempat

pengolahan makanan.

5. Memastikan peralatan yang rusak,

sumbing atau retak tidak

digunakan lagi.

6. Selalu tutupi makanan yang

dihidangkan.

7. Tidak menyediakan makanan ter-

lalu awal.

Bahan mentah

1. Bahan-bahan mentah, terutama

daging atau hasil olahannya ha-

rus disimpan pada suhu yang ren-

dah (<4˚C).

2. Bahan mentah harus disimpan

terpisah dengan makanan yang su-

dah dimasak dan sediaan untuk di-

makan. Ini dapat menghindari

pencemaran silang dari bahan men-

tah ke makanan yang siap saji/

dimakan.

3. Gunakan peralatan seperti pisau

dan papan memotong (chopping

board) yang tidak terkontaminasi

dengan bahan pencemar, hal ini un-

tuk menghindari pencemaran silang.

4. Cuci bahan mentah dengan teliti

untuk mengeluarkan kotoran atau

benda asing pada permukaannya.

5. Biasakan membasuh tangan secara

teliti setelah memegang bahan

mentah seperti daging mentah, se-

belum food handler melakukan

kegiatannya atau makan.

Serangga dan Hewan ( Vektor )

1. Hewan/vector seperti lalat, lipas, ti-

kus, burung dan binatang peliharaan

adalah pembawa kekotoran dan

kuman,virus penyakit.

2. Perlindungan terhadap serangga

dan hewan ini akan membantu

mengurangi pencemaran makanan

secara bermakna.

Penyediaan Air Bersih

1. Jika air yang digunakan tidak

diperoleh secara langsung dari

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

18

Page 19: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

sumber utama (contohnya :

menggunakan sambungan

pipa ), pencemaran boleh jadi

melalui kebocoran silang ( Cross

connection ).

2. Harus di siapkan air bersih yang

memadai dan selalu di kontrol

kualitasnya, agar tetap sehat.

Sisa dan Bahan Buangan

1. Bahan buangan mengandung

makanan yang sedang mebusuk,

sisa kulit kupasan dan bahan or-

ganik yang menjadi sumber bak-

teria hidup dan berkembang biak

dengan mudah.

2. Bekas sisa dan sampah-sampah

yang tercecer atau melimpah

akan menarik hewan dan ser-

angga seperti tikus, burung, lalat

dan lipas.

Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit - penyakit yang di bawa oleh

makanan dan berhubungan dengan

lingkungan dapat dikelompokkan sbb :

1. Water borne desease

2. Air borne desease

3. vektor borne desease

4. food borne desease

5. Man behavior desease

Terjadinya gangguan kesehatan/penyakit

Komponen lingkungan yang selalu ber-

interaksi dengan manusia dan seringkali

mengalami perubahan akibat adanya

kegiatan manusia seperti : Bertani, ber-

wisata, berbisnis, industri dll. Perubahan

yang harus diwaspadai, pada dasarnya

adalah karena berbagai komponen ling-

kungan seperti air, udara, makanan dan

vektor yang mengandung agen penyakit,

hal ini yang akan mencemari komponen

lingkungan tadi.

Deteksi oleh masyarakat/kader

1. Pencemaran air

Keadaan kuman yang menumpang

dalam air disebut, pencemaran air

yaitu apabila agen/bahan kimia

yang menumpang dalam air dalam

konsentrasi yang cukup tinggi untuk

dapat menyebabkan gangguan ke-

sehatan/penyakit pada manusia.

Kondisi tercemar yaitu bila :

a. Sumber air seperti sungai, sumur

gali, sumur pompa, penampun-

gan air hujan dll yang dicemari

kotoran manusia, limbah pabrik,

bengkel dan lain - lain.

b. Sumur gali, sumur pompa dan

sumber air bersih lain menjadi

tempat perindukan vektor

karena kurang perawatan.

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

19

Page 20: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

c. Sanitasi seperti saluran

drainase yang tidak baik dan

tercemari/tersumbat oleh

sampah

d. Sumber air baku untuk air mi-

num dan air bersih yang ter-

cemar bahan kimia, radiasi,

fisika.

Pencegahan / pengendalian

pencemaran dapat dilakukan dengan

melakukan pengamatan dan melibat-

kan masyarakat di mulai dari tahapan

awal atau bila kita mengadopsi teori

simpul maka akan di dapat sebagai

berikut:

Simpul I ( Sumber ) :

Pengamatan pada sumber kegiatan

adakah kegiatan seperti pabrik, pem-

bangunan jembatan, kegiatan perda-

gangan membuang limbah ke sumber

air yang digunakan masyarakat dapat

di awasi oleh masyarakat bersama den-

gan para kadernya.

Simpul II ( Lingkungan /Ambien):

Pengamatan dan pengukuran kepada

komponen lingkungan itu sendiri dalam

hal ini kualitas air bersih, masyarakat /

kader bersama petugas kesehatan /

sanitarian PUSKESMAS atau SUDIN setem-

pat dapat memeriksa kualitas air ke la-

boratorium, ( Lab Kesda, Ke BBTKL PPM&PL

a ta u L a b S wa s ta L a i n n ya ) .

Simpul III ( Bio Marker/manusia ):

Pengamatan dan pengukuran spesimen

pada tubuh manusia. Masyarakat mem-

bantu memberi informasi masyarakat yang

mengalami gangguan kesehatan/penyakit

untuk diambil spesimennya untuk diukur,

misalnya urine untuk melihat gangguan gin-

jal yang berasal dari air baku yang dikon-

sumsi sehari-hari.

Simpul IV (Out Putnya /Kejadian Sakit):

Pengamatan kejadian penyakit, masyara-

kat memberi informasi ke petugas kese-

hatan terdekat sedini mungkin masyarakat

yang mengalami gangguan kesehatan/

penyakit untuk mendapat pengobatan.

Misalnya Diare, penyakit kulit dan lain lain.

2. Pencemaran udara

Keadaan pencemaran adalah kegiatan

yang mengakibatkan penurunan kuali-

tas udara yang berdampak negatif ter-

hadap kesehatan manusia. sumber

pencemaran udara dapat melalui:

1.Kegiatan industri

2.Kegiatan transportasi

3.Kegiatan perkantoran

4.Kegiatan perumahan

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

20

Page 21: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Kegiatan alam : kebakaran hutan,

gunung meletus dan gas alam beracun

Pencegahan / pengendalian pencema-

ran dapat dilakukan dengan melakukan

pengamatan, pembatasan serta meli-

batkan masyarakat dalam pelak-

sanaanya yang di mulai dari tahapan

awal yaitu :

Simpul I ( Sumber ):

Pengamatan pada sumber kegiatan

Adakah kegiatan seperti industri,

transportasi, kegiatan perkantoran

dan perumahan serta kegiatan alam

yang mengeluarkan gas buangan ke

udara bebas dapat dipantau oleh

masyarakat bersama kader.

Simpul II ( Lingkungan/ Ambien ) :

Pengamatan dan pengukuran

kepada komponen lingkungan itu

sendiri dalam hal ini kualitas udara,

masyarakat/kader bersama petugas

kesehatan /sanitarian PUSKESMAS

atau SUDIN setempat dapat me-

meriksa kualitas udara ke laborato-

rium ( Lab Kesda, Ke BBTKL PPM & PL

atau Lab Swasta Lainnya ).

Simpul III ( Biomarker/ manusia ):

Pengamatan dan pengukuran spe-

simen pada tubuh manusia.

Masyarakat membantu memberi infor-

masi, masyarakat yang mengalami

gangguan kesehatan/penyakit untuk

diambil spesimennya diukur, misalnya

pengukuran kapasitas paru

Simpul IV ( Out Put / Kejadian Sakit ) :

Pengamatan kejadian penyakit,

masyarakat memberi informasi ke petu-

gas kesehatan terdekat sedini mungkin

masyarakat yang mengalami gang-

guan kesehatan/penyakit untuk menda-

pat pengobatan. Misalnya asma, sesak

nafas,ispa akut atau menahun dan lain

lain.

3. Pencemaran makanan/minuman

Pencemaran makanan adalah dimana

agent/penyebab penyakit baik

fisik,biologi dan kimia terdapat dalam

makanan dan minuman yang dapat

menimbulkan gangguankesehatan/

penyaki t Kondis i pencemaran

makanan / minuman dapat terjadi

pada saat :………………………………..

1. Sebelum pengolahan makanan

Tahap pengolahan penyimpanan

dan pengangkutan makanan

Pencegahan / pengendalian

pencemaran dapat dilakukan den-

gan melakukan pengamatan, pem-

batasan serta melibatkan masyara-

kat dalam pelaksanaanya yang di

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

21

Page 22: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

P ada umumnya bahan makanan

mengandung beberapa unsur

atau senyawa seperti air, karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen

dan lain-lain. Kandungan jenis bahan

tersebut bergantung pada sifat alamiah

dari bahan makanan tersebut.

Adakalanya makanan yang tersedia

tidak mempunyai bentuk yang menarik

meskipun kandungan gizinya tinggi,

dengan arti lain kualitas dari suatu

produk makanan sangat ditentukan

oleh tingkat kesukaan konsumen

terhadap makanan tersebut. Umumnya

pengolahan makanan selalu berusaha

untuk menghasilkan produk yang

berkualitas baik. Kualitas makanan

adalah keseluruhan sifat-sifat dari

makanan tersebut yang berpengaruh

terhadap penerimaan dari konsumen.

Atribut kualitas makanan adalah

pertama yaitu sifat indrawi/organoleptik

yaitu sifat-sifat yang dapat dinilai

dengan pancaindra seperti sifat

penampakan (bentuk, ukuran, warna),

cita rasa yaitu asam, asin, manis, pahit,

flavor, tekstur yaitu sifat yang dinilai

dengan indra peraba. Kedua, nilai gizi

yaitu karbohidrat, protein, vitamin,

mineral, dan lain-lain. Ketiga, keamanan

makanan yang dikonsumsi yaitu

terbebas dari bahan-bahan pencemar

atau racun yang bersifar mikrobiologis.

Makanan yang tersaji harus tersedia dalam

bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa

dan konsistensinya baik serta awet maka

sering dilakukan penambahan bahan

tambahan makanan yang sering disebut

zat aditiv kimia (food aditive).

Bahan tambahan makanan adalah bahan

yang secara alamiah bukan merupakan

bagian dari bahan makanan, tetapi

terdapat dalam bahan makanan tersebut

karena perlakuan saat pengolahan,

penyimpanan atau pengemasan.

Definisi bahan tambahan makanan

Bahan tambahan makanan adalah bahan

yang ditambahkan dengan sengaja ke

dalam makanan dalam jumlah kecil,

dengan tujuan untuk memperbaiki

penampilan, cita rasa, tekstur, flavor dan

memperpanjang daya simpan. Selain itu

dapat meningkatkan nilai gizi seperti

protein, mineral dan vitamin.

Menurut undang-undang RI No 7 Tahun

1996 tentang Pangan, pada Bab II

mengenai Keamanan Pangan, pasal 10

tentang Bahan Tambahan Pangan

dicantumkan, (1) Setiap orang yang

memproduksi pangan untuk diedarkan

dilarang menggunakan bahan apa pun

Waspadai Bahan Tambahan Makanan

Oleh : Agus Syah

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

22

Page 23: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

sebagai bahan tambahan pangan

yang dinyatakan terlarang atau

melampaui ambang batas maksimal

yang telah ditetapkan. (2) Pemerintah

menetapkan lebih lanjut bahan yang

dilarang dan atau dapat digunakan

sebagai bahan tambahan pangan

dalam kegiatan atau proses produksi

pangan serta ambang batas maksimal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Kegunaan bahan tambahan

Jenis-jenis bahan tambahan makanan

yang sering digunakan adalah bahan

pengawet, pewarna, pemanis,

antioksidan, pengikat logam, pemutih,

pengental, emulsifier, buffer (asam,

alkali), zat gizi, flavoring agent dan lain-

lain

Pemakaian bahan tambahan makanan

memberikan keuntungan besar bagi

industri makanan. Salah satunya adalah

mengawetkan makanan. Adakalanya

untuk mencegah kelebihan produksi

hasil pertanian di negara-negara

berkembang diperlukan suatu alternatif

untuk mengawetkan makanan,

sehingga saat musim paceklik dan

kebutuhan bahan makanan tidak

mencukupi maka proses pengawetan

makanan dijadikan alternatif

memecahkan masalah tersebut.

Sehingga kebutuhan akan produk

makanan masih dapat ditanggulangi.

Cara tertua penggunaan bahan pengawet

makanan adalah dengan menggunakan

asap yang dapat mengawetkan daging.

Kalsium propionate atau natrium

propionate digunakan untuk menghambat

pertumbuhan kapang, asam sorbat

menghambat pertumbuhan kapang dalam

keju, sirup dan buah kering. Bahan kimia

yang digunakan sebagai pengawet

diharapkan dapat mengganggu kondisi

optimal pertumbuhan mikroba tersebut.

Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan

mikroba yang paling rawan adalah

keseimbangan elektrolit pada sistem

metabolismenya. Karena itu bahan kimia

yang digunakan untuk antimikroba yang

efektif biasanya digunakan asam-asam

organik. Bahan pengawet adalah zat kimia

yang dapat menghambat kerusakan pada

makanan, karena serangan bakteri, ragi,

dan cendawan.

Reaksi-reaksi kimia yang sering harus

dikendalikan adalah reaksi oksidasi,

pencoklatan (browning) dan reaksi

enzimatis lainnya. Reaksi enzimatis

dirangsang aktivitas mikroba, sehingga

pertumbuhan mikroba ditekan, dan

diharapkan reaksi enzimatis berkurang.

Dengan merusak sel dan aktivitas jaringan

yang menurun, maka aktivitas enzim akan

menurun pula, kecuali jika terdapat oksigen

atau senyawa logam.

Oksigen adalah salah satu sumber

penyebab kerusakan oksidatif dan

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

23

Page 24: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

enzimatis. Kerusakan oksidatif dapat

dicegah dengan penambahan bahan

kimia yaitu antioksidan atau senyawa

pereduksi lainnya. Antioksidan yang

sering digunakan adalah vitamin E,

butylated hydroxyl anisol (BHA),

butylated hydroxyl toulen (BHT).

Penggunaan bahan tambahan

makanan lainnya seperti pewarna

makanan, warna dapat memperbaiki

dan memberikan daya tarik tersendiri.

Makanan akan lebih menarik dan

menimbulkan selera dengan warna

yang indah. Penggunaan pewarna

dalam bahan makanan dimulai pada

akhir tahun 1800, yaitu pewarna

tambahan berasal dari alam seperti

kunyit, daun pandan, daun suji atau

karamel. Zat warna sintetik ditemukan

William Henry Perkins tahun 1856, zat

pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari

berbagai warna. Zat warna sintetis mulai

digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini

ada sekira 90% zat warna buatan

digunakan untuk industri makanan.

Bahan tambahan makanan yang

digunakan untuk memperbaiki tekstur

dan kualitas makanan merupakan

kelompok yang paling banyak

digunakan dalam pengolahan bahan

makanan, di antaranya adalah

pengental yaitu bahan tambahan yang

digunakan untuk menstabilkan,

memekatkan atau mengentalkan

makanan yang dicampurkan dengan air,

sehingga membentuk kekentalan tertentu.

Contoh pengental adalah pati, gelatin,

dan gum (agar, alginat, karagenan).

Emulsifier adalah zat yang dapat

mempertahankan disperse lemak dalam air

dan sebaliknya. Pada mayonaise tanpa

adanya emulsifier, maka lemak akan

terpisah dari airnya. Contoh emulsifier yaitu

kuning telur dan lesitin.

Zat pemanis buatan biasanya digunakan

untuk membantu mempertajam rasa manis.

Beberapa jenis pemanis buatan yang

digunakan adalah sakarin, siklamat, dan

aspartam.(Berbagai sumber)

Ancaman Bahan tambahan makanan

Bahan tambahan makanan yang

digunakan untuk memperbaiki tekstur dan

kualitas makanan merupakan kelompok

yang paling banyak digunakan dalam

pengolahan bahan makanan, hal ini

apabila penggunaanya tidak dikendalikan

atau digunakan tanpa aturan minimal

yang di perbolehkan, akan sangat mungkin

dapat menimbulkan reaksi pada tubuh kita

yang tidak kita duga, misalkan saja apa

bila di gunakan dalam jumlah besar dan

waktu yang lama, bukan tidak mungkin

akan menjadi prekursor atau pencetus

timbulnya penyakit degeneratif seperti

kanker, kelainan genetis bahkan akan

menimbulkan kerusakan permanen pada

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

24

Page 25: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

organ vital tubuh kita, walaupun tiap

individu mempunyai respon yang

berbeda, namun hal tersebut tetap

akan selalu mengancam kesehatan

manusia dalam jangka waktu tertentu.

Sebetulnya ada methoda bagaimana

kita bisa memprediksi kapan asupan

yang mempunyai risiko terhadap

kesehatan dapat di ketahui atau

diperkirakan, sehingga kita bisa

melimitasi atau membuat suatu startegi

dengan cara membuat pola asupan

yang seimbang atau alternatif asupan

yang kita makan, yaitu dengan

methoda Risk assessment terhadap

makanan yang kita makan. Pengukuran

daily intake dihitung dengan faktor risiko

yang akan dihadapi dikalikan dengan

lama waktu pemajanan dan dibagi

dengan berat badan atau status gizi,

maka pada akhirnya kita dapatkan pola

asupan yang tetap sehat walaupun kita

mengkonsumsi makanan yang mempunyai

faktor risiko kesehatan.

Penutup

Bahwa untuk melindungi masyarakat dari

bahaya yang ditimbulkan oleh zat

tambahan makanan, baik itu pewarna,

pemanis, pengemulsi dan lainnya, maka

hal tersebut perlu diatur dan di awasi

penggunaanya baik itu oleh pemerintah

berbentuk peratuan menteri, perda,

bahkan masyarakat di mana barang ini

beredar, disamping hal tersebut perlu

adanya kesadaran dan pengetahuan bagi

masyarakat luas dan pada khususnya

kalangan industri atau produksi makanan

rumahan bahkan rumah tangga,

memahami arti bahaya dari penggunaan

bahan tambahan makanan tersebut, bila

digunakan dalam jumlah yang berlebih

bahkan dalam waktu yang lama. @

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

25

FOSFIN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI METHYL BROMIDE

Montreal protokol menegaskan

bahwa telah terjadi kerusakan ozon

yang luar biasa diatas lapisan muka

bumi yang berdampak kepada

terjadinya perubahan iklim yang sangat

besar, sebagai contoh akan terjadi efek

rumah kaca, pencairan es di kutub,

perubahan prilaku vektor penyakit akan

bertambah ganas, serta pemanasan

global. Perusakan ozon antara lain

disebabkan oleh bahan perusak ozon (BPO),

salah satunya adalah methyl bromida

( Ch3Br). Oleh karena itu, penggunaan atau

konsumsi methyl bromida mulai dihapus

secara bertahap.

Methyl bromida ( Ch3Br)

Methyl bromida ( Ch3Br) merupakan

Page 26: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

pestisida untuk penggunaan terbatas

dari bahan aktif metil bromida yang

telah terdaftar dan memperoleh izin

Menteri Pertanian sebanyak 8 (delapan)

formulasi, yaitu Metabrom 98 LG,

Mebrom 98 LG, Sobrom 98 LG, Biometh

98 LG, Metilgas 98 LG, Methybrom 98 LG,

Antarbrom 98 LG, dan Dupibrom 98 LG.

Penggunaan metil bromida di

Indonesia digunakan untuk Kesehatan

Pelabuhan, Karantina Tumbuhan dan

penyimpanan hasil pertanian. Sejalan

dengan komitmen pemerintah

sehubungan dengan upaya

penghapusan bahan perusak ozon

sebagaimana telah diratifikasinya

ketentuan Montreal Protocol, Mentri

Pertanian memberikan ijin sementara

dengan jumlah (kuantitas) yang tebatas

selama 1 (satu) tahun.

Konvensi Wina dan Protokol Montreal

Konvensi Wina ( 22 Maret 1985) :

* Komitmen berbagai pihak / negara

untuk melindungi kesehatan manusia

dan lingkungan dari pengaruh

penipisan lapisan ozon dan negara -

negara harus bekerja sama dalam

penelitian, observasi dan pertukaran

informasi Protokol Montreal ( 16 Sep-

tember 1987 ):

* Penjelasan secara rinci mengenai ba-

gaimana berbagai pihak / negara

harus menurunkan produksi dan konsumsi

bahan – bahan kimia perusak ozon

Sebagai konsekuensinya Indonesia wajib

mematuhi ketentuan konvensi Wina dan

Protokol Monteral, yakni :

* Melakukan upaya perlindungan

lapisan ozon

* Mengawasi dan mengendalikan kon-

sumsi BPO (Bahan Perusak Ozon)

Informasi penting

* Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 7 Tahun 1973 bahwa setiap

pestisida yang di edarkan, disimpan dan

digunakan harus terlebih dahulu

terdaftar dan memperoleh ijin Menteri

Pertanian

* Tahap awal penghapusan methyl

bromida ( Ch3Br) yakni penghapusan

methyl bromida ( Ch3Br) untuk

penggunaan fumigasi pergudangan

(biji-bijian) pada tanggal 31 Desember

2007 dan di ganti dengan

menggunakan fosfin (PH3) yaitu

Almunium Fosfin dan magnesium fosfin.

* Tahap berikut yakni penghapusan

methyl bromida ( Ch3Br) untuk kegiatan

lain, termasuk untuk kegiatan fumigasi

kapal.

Jenis perijinan pestida

Perijinan pestisida dapat dibedakan

menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

26

Page 27: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

1. Ijin Percobaan

Ijin Percobaan diberikan dengan

maksud agar pemohon dapat

membuktikan kebenaran atas

klaim produk yang akan

didaftarkannya, yaitu klaim yang

berkaitan dengan mutu, efikasi

dan toksisitas pestisida.

Ijin percobaan diberikan untuk

jangka waktu 1 (satu) tahun dan

dapat di perpanjang 2 (dua) kali

masing – masing untuk jangka

waktu satu tahun.

2. Ijin Sementara

Ijin Sementara pestisida diberikan

dengan maksud agar pemohon

pendaftaran dapat melengkapi

data dan informasi sesuai dengan

persyaratan teknis dan

administrasi yang telah

ditetapkan.

Pestisida yang telah memperoleh

izin sementara dapat diproduksi /

diedarkan atau digunakan dalam

jumlah yang terbatas dan

ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Pertanian.

Ijin percobaan diberikan untuk

jangka waktu 1 (satu) tahun

dapat di perpanjang 3 (tiga) kali

masing-masing untuk jangka

waktu satu tahun.

3. Ijin Tetap

Ijin tetap pestisida diberikan kepada

pemohon yang telah memenuhi

seluruh persyaratan baik teknis

maupun administrasi.

Pestisida yang telah memperoleh ijin

tetap dapat digunakan / diedarkan

secara komersial dengan jumlah

yang tidak terbatas dan diterapkan

dengan Keputusan Menteri

Pertanian.

Ijin tetab berlaku selama 5 (lima)

tahun

Walaupun demikian, pestisida yang telah

memperoleh ijin sementara maupun ijin

tetap namun apabila diketahui

menimbulkan dampak negatif terhadap

kesehatan manusia, maka Menteri

Pertanian dapat mencabut status ijin

pestisida tersebut.

Peraturan Pemerintah No. 74

Salah satu peraturan perundangan yang

dapat dipakai sebagai kekuatan bagi

petugas KKP yakni PP No. 74 tentang

Pengelolaan Bahan Beracun dan

Berbahaya

* Pasal 8

√ Setiap orang yang melakukan

kegiatan impor B3 yang terbatas

dipergunakan dan atau yang per-

tama kali di impor, wajib mengikuti

prosedur notifikasi

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

27

Page 28: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

√ Notifikasi sebagai mana dimak-

sud, wajib disampaikan oleh

otoritas Negara pengekspor

kepada instansi bertanggung-

jawab.

* Pasal 28 :

√ Wewenang pengawasan terha-

dap kegiatan pengelolaan B3 di-

lakukan oleh instansi yang ber-

tanggung jawab dan instansi

yang berwenang sesuia dengan

bidang tugas nya masing-masing

√ Dalam hal tertentu, wewenang

pengawasan terhadap kegiatan

pengelolaan B3 sebagai mana

dimaksud, dapat diserahkan

menjadi urusan provinsi/

kabupaten/kota.

* Pasal 30 :

Setiap orang yang melakukan

kegiatan pengelolaan B3 wajib :

√ Mengizinkan pengawas untuk

memasuki lokasi kerja dan mem-

bantu terlaksananya tugas pen-

gawasan.

√ Mengizinkan pengawas untuk

mengambil contoh B3

√ Memberikan keterangan dengan

benar baik lisan maupun tertulis

√ Mengizinkan pengawas untuk

melakukan pemotretan di lokasi

kerja dan mengambil gambar

* Pasal 31 :

Setiap orang yang melakukan kegiatan

pengelolaan B3 wajib menyampaikan

laporan tertulis tentang pengelolaan B3.

Sikap KKP ?

Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 7 Tahun 1973, Kantor Kesehatan

Pelabuhan harus lebih berhati – hati dalam

pemilihan insektisida yang akan dipakai

untuk pengendalian vektor di Pelabuhan

dan harus lebih berhati – hati dalam

penyelenggaraan pengawasan fumigasi

ataupun disinseksi yang dilakukan oleh

Badan Usaha Swasta (BUS). Oleh karena

itu, KKP harus memiliki acuan tentang

pestisida yang telah terdaftar dan diijinkan

pemakaiannya di Indonesia.

Kenapa demikian?

Saat ini, arus globalisasi perdagangan

semakin pesat, terbukti bahwa masuknya

beragam barang ke Wilayah Nusantara

tercinta ini semakin terasa, termasuk

peredaran masuknya berbagai jenis

pestisida. Oleh karena itu, KKP harus lebih

selektif dalam proses pengadaan barang

(khususnya insektisida) walaupun oleh

rayuan – rayuan yang melankolis, misalnya

bahwa barang dari Manca Negara

memiliki Lethal Dosis tepat

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

28

Page 29: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

KKP tidak perlu terlalu resah

karena saat ini penggunaan methyl

bromida ( Ch3Br) untuk kegiatan

fumigasi kapal masih diperkenankan.

Selanjutnya, bagaimana cara fumigasi

menggunakan fosfin, silakan

bertandang ke KKP Kelas I Tanjung Priok.

Alternatif pengganti methyl bromida

( Ch3Br)

Salah satu alasan memilih jenis

fumigan methyl bromida ( Ch3Br) ini

adalah waktu pemaparannya

( exposure time ) yang lebih singkat jika

dibandingkan dengan fumigan lainnya

sehingga biaya yang dibutuhkan pun

akan menjadi lebih efisien. Namun,

dibalik keunggulan yang dimiliki jenis

fumigan methyl bromida ( Ch3Br)

tersebut, dalam aplikasinya berpotensi

menyebabkan terjadinya kerusakan

lingkungan yakni terjadinya penipisan

lapisan ozon

Pada saat ini sudah ada

beberapa alternatif pengganti metil

bromida yang telah terdaftar maupun

yang saat ini sedang dalam proses

pendaftaran. Alternatif pengganti metil

bromida yang telah terdaftar yaitu

alumunium fosfida dan magnesium

fosfida, sedangkan alternatif pengganti

yang saat ini sedang dalam

prosespendaftaran adalah sulfuril

fluorida

Fosfin murni merupakan gas yang

tidak berbau dan tidak berwarna. Untuk

alasan keamanan, fosfin murni umumnya

ditambahkan dengan zat lain diantaranya

amonium carbamat sehingga saat

terdeteksi akan menimbulkan aroma seperti

bawang putih atau karbit.

Berat jenis fosfin hanya sedikit lebih

berat dari berat jenis udara sehingga

kemampuan menyebarnya lebih cepat

sehingga aplikasinya cukup diletakkan

pada bagian bawah komoditi. Selain itu

fosfin juga memiliki kemampuan penetrasi

ke dalam biji yang lebih baik sehingga

efektik mengendalikan serangga yang

berada dalam biji.

a. Sifat-sifat fisika dan kimia fumigan fosfin

* Nama kimia : Hydrogen Phospide

* Nama dagang :Celphos, Fumiphos,

Phostoxin, Quickphos, Shenphos, dll.

* Rumus kimia : PH3

* Berat molekul : 34,04

* Titik didih : - 87.40C

* Berat jenis gas : 1234 ( udara = 1 )

* Kelarutan dalam air : sangat kecil

* Bentuk formulasi : berupa Pellet,

tablet, pelate, bag dan strip

b. Sifat khusus

* Mudah terbakar dan meledak bila

kontak dengan air pada konsentrasi di

atas 1.8 % diudara

* Gas yang terbentuk bergerak dari

bawah keatas

* Gas langsung terbentuk setelah 1-4

jam setelah berhubungan dengan

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

29

Page 30: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

udara.

* Formilasi standar berat fosfin = 1/3

berat padatan

c. Sifat kimia lain

* Gas yang timbul bereaksi dengan

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

30

Kelebihan dan Kekurangan Fosfin dibandingkan MB

N

o

URAIAN PH3 MB

Kelebihan : Kekurangan :

1. Efek terhadap

lingkungan

- Tidak merusak lapisan Ozon - Merusak

2. Germinasi - Tidak berpengaruh - Berpengaruh

3. Residu - Relatif tidak meninggalkan residu - Meninggalkan

residu

4. Prosedur aplikasi - Lebih simpel - Lebih rumit

5. Kebutuhan alat

bantu

- Sedikit - Lebih banyak

6. Alat pemanas - Tidak perlu - Perlu pemanas

7. Kebutuhan Fan

( kipas )

- Tidak butuh - Butuh

8. Transportasi - Lebih mudah - Lebih sulit

9. Harga - Relatif lebih murah - Relatif lebih mahal

Kekurangan : Kelebihan :

1. Lama aksposa - Lebih lama ( min 3 x 24 jam ) - Lebih cepat ( 1 x 24

jam )

2. Spektrum - Hanya efektif pada temperature

diatas 150C

- Efekti pada

temperature diatas

100C

3. Efek pada logam - Efek karat - Tidak ada efek

4. Potensi ledakan - Meledak pada konsentrasi 1.8 % - Tidak mudah mele-

dak

semua jenis metal ( khususnya

perangkat listrik ). Emas dan perak

sehingga menimbulkan efek karat.

* Tidak meninggalkan residu.

( penulis : RBA WIDJONARKO,SKM,MKes )

Page 31: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

31

BEBERAPA PERALATAN SEDERHANA LABORATORIUM ENTOMOLOGI Oleh : RBA Widjonarko SKM,M.Kes

Beberapa peralatan sederhana

laboratorium entomologi yang harus dimiliki

oleh Kantoor Kesehatan Pelabuhan, antara

lain :

1. Peralatan optic, antara lain : kaca

pembesar / loupe dan mikroskop,

seperti gambar dibawah ini

.

Cara menggunakan loupe

a. Pegang loupe pada tangan kanan

atau kiri sesuai dengan kebi-

asaannya, pergunakan dulu lensa

pembesaran kecil.

b. Arahkan loupe searah sinar datang

kira – kira dengan sudut sebesar 450 .

c. pegang sediaan/preparat dengan

menjepit antara jari manis dan

jempol

d. letakkan jari telunjuk di bagian

belakang sediaan yang berfungsi

sebagai pengatur cahaya

(condensor)

e. Bila yang dicari telah ditemukan,

maka untuk lebih jelas lagi pakailah

lensa dengan ukuran pembesaran

yang lebih besar

f. Aturlah lensa mendekati atau

menjauhi obyek untuk mencari

fokusnya.

2. Peralatan untuk menangkap dan

mengidentifikasi jentik / nyamuk

Beberapa peralatan untuk

menangkap dan menguji nyamuk,

antara lain :

LOUPE

Aspirator

Page 32: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

32

PIPET

JARING NYAMUK

Botol / Vial bottle

Slide box

Paper cup

Jarum seksi

Pinset

Obyek glass

Page 33: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Bahan – bahan untuk mengidentifikasi

jentik / nyamuk

Peralatan untuk mengukur factor –

faktor lingkungan

Peralatan untuk mengukur faktor

lingkungan dalam survei vektor, antara

lain : pH meter, hygrometer,

anemometer, dll

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

33

Kain kasa

Alkohol 70%

Alkohol 96%

Chloroform

pH Meter

hygrometer

Page 34: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

D i dalam PC (personal com-

puter) pastilah memiliki pro-

gram Windows yang me-

muat aplikasi – aplikasi bawaan, apalagi

sekarang computer semakin memasuki

ke berbagai disiplin ilmu dengan berba-

gai kepentingan pribadi, organisasi , per-

kantoran dan multi kepentingan lainnya.

Namun disayangkan jika computer atau

notebook/laptop hanya untuk mengetik

di plapon miscrosoft word aja. Untuk

menjadi professional di dalam suatu

bidang pastilah memulainya dari awal

yang paling sederhana. Mari penulis

mengajak menengok satu bawaan ap-

likasi gratis dari Window dan pastinya di

computer telah terinstal Windows Xp

pack 1 atau 2 siapakah “DIA” ?.

Di saat kita membuka start windows > all

program ada tampilan “ windows

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

34

MENGEDIT FILM YO……

Oleh : Nana Mulyana

movie maker “ yang merupakan aplikasi un-

tuk mengedit video, gambar sehingga men-

jadikan hidup sebagai tampilan movie.

Walaupun memiliki keterbatasan membaca

codec dari format video seperti dat( format

vcd), mov(hasil rekaman camera digital) , rm

( video web) , 3gp (hasil camera dari phone

mobile/HP) dan sebagian avi (hasil camera

Mp 4 dan video camera digital), jadi yang

bisa dibacanya dalam format video adalah

dengan format mpg, mpeg, mpe, wmv se-

dangan format gambar yang tidak bias di-

baca adalah format ico(icon) selain itu

seperti format png, jpg, bmp dapat diba-

canya.

Yoo …. kita memulai tahapan mengoperasi-

kannya

1. Untuk membukanya start > all pro-

grams > windows Movie Maker “klik

mouse kiri 1x atau 2x”, inilah tampi-

lannya, cakepkan ?

Bersambung ke halaman ………………….. 46

Page 35: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

(empat ratus delapan puluh juta rupiah).

BAB XI

PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS PEMBANTUAN

Pasal 60

(1) Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang pangan kepada Pemerintah

Daerah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pemerintah dapat menugaskan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan tugas pembantuan

di bidang pangan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 61

(1) Dalam hal terjadi keadaan kekurangan pangan yang sangat mendesak, Pemerintah dapat

mengesampingkan untuk sementara waktu ketentuan Undang-undang ini tentang persyaratan

keamanan pangan, label, mutu, dan atau persyaratan gizi pangan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan tetap

memperhatikan keselamatan dan terjaminnya kesehatan masyarakat.

Pasal 62

Bilamana dipandang perlu, Pemerintah dapat menunjuk instansi untuk mengkoordinasi

terlaksananya Undang-undang ini.

Pasal 63

Undang-undang ini dan peraturan pelaksananya tidak berlaku bagi pangan yang diproduksi dan

dikonsumsi oleh kalangan rumah tangga.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64

Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini semua peraturan perundang-undangan tentang

pangan yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan

Undang-undang ini.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

35

PENGAMANAN MAKANAN DI WILAYAH PELABUHAN

( Naskah kedua )

Sambungan buletin vol II no 3 :

Page 36: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Pasal 65

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 4 November 1996

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 4 November 1996

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA ttd

MOERDIONO

Pada naskah kedua ini disajikan format pemeriksaan TPM yang mengacu pada

Keputusan Menteri Kesehatan no. 1098/2003, tentang persyaratan hygiene sanitasi

rumah makan dan restoran, antara lain :

Format pemeriksaan TPM yang saat ini digunakan pada KKP Kelas I Tanjung, sebagai

berikut :

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

36

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PP& PL

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI

RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

1. Nama rumah makan/restauran ……………………………………………………………………... :

2. Alamat ……………………………………………………………………... :

3. Nama pengusaha/penanggung jawab ……………………………………………………………………... :

4. Jumlah karyawan ……………………………………………………………………... :

5. Jumlah penjamah ……………………………………………………………………... :

6. Nomor/tanggal izin usaha ……………………………………………………………………... :

a. Laik Hygiene Sanitasi (KKP) ……………………………………………………………………... :

b. Adpel ……………………………………………………………………... :

c. Pelindo II ……………………………………………………………………... :

7. Nama pemeriksa ……………………………………………………………………... :

Page 37: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Cara Pengisian :

1. Kolom 3, beri tanda lingkaran O pada salah satu nilai yang paling sesuai.

2. Kolom 4 (empat), adalah hasil perkalian kolom 2 dengan nilai yang dipilih pada kolom 3

(tiga).

3. Nilai 0 (Nol), adalah wujud fisik sarana tidak ada

4. Batas Skore tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal 700

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

37

Page 38: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

38

Page 39: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

39

Page 40: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Pemeriksaan kelaikan kesehatan TPM ini

dianjurkan dilakukan 6 (enam) bulan sekali

namun KKP Kelas I Tanjung Priok

melakukan pemeriksaan setiap bulan,

dengan harapan agar para pengelola

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

40

TPM secara rutin dapat dibina dalam

rangka peningkatan kesehatan TPM nya.

Prosedure tetap tahapan kegiatan

pengawasan makanan terhadap TPM

Page 41: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

yang berada dalam wilayah pelabuhan, KKP Kelas I Tanjung Prioik menyelenggarakan

tahapan sebagai berikut :

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

41

Page 42: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Keracunan yang berhubungan dengan

makanan

Keracunan yang perlu diketahui oleh

petugas lapangan KKP, antara lain :

1. Keracunan Antimoni

Penyebab dan sumbernya

adalah antimoni didalam

peralatan masak berenamel

Waktu inkubasi adalah

beberapa menit sampai 1 jam

Gejalanya, muntah, kejang

perut, diare

Sekilas urutan kejadiannya,

menyimpan makanan berasam

tinggi didalam peralatan masak

berenamel, atau peralatan

masak berenamel yang retak

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, muntahan ,faeces,

urine

2. Keracunan Kadmium

Penyebab dan sumbernya

adalah Kadmium dalam

peralatan masak

Waktu inkubasi adalah 15 menit

sampai 30 menit

Gejalanya, muntah, kejang perut,

diare, syok

Sekilas urutan kejadiannya,

menyimpan makanan berasam

tinggi didalam peralatan masak

yang mengandung kadmium, atau

menelan makanan yang

mengandung kadmium

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, muntahan ,feces, urine

3. K eracunan Tembaga

Penyebab dan sumbernya adalah

tembaga dalam peralatan masak

ataupun pipa air

Waktu inkubasi adalah beberapa

menit sampai beberapa jam

Gejalanya, rasa logam di mulut,

mual, muntah (muntahan berwarna

hijau), sakit perut, diare

Sekilas urutan kejadiannya,

menyimpan makanan berasam

tinggi didalam peralatan masak

yang mengandung tembaga, atau

menggunakan pipa tembaga untuk

mengeluarkan air berasam tinggi

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, muntahan cucian perut,

urine, darah

4. Keracunan Timbal

Penyebab dan sumbernya adalah

timbal dalam peralatan masak dari

tanah ataupun peralatan masak

yang dicat, diplester atau disolder

Waktu inkubasi adalah 30 menit

sampai lebih lama

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

42

Page 43: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Gejalanya, rasa logam di mulut,

mual, mulut terasa terbakar, sakit

perut, feces berdarah atau hitam,

bau mulut tak sedap, syok, garis

biru pada gusi

Sekilas urutan kejadiannya,

menyimpan makanan berasam

tinggi didalam peralatan masak

yang mengandung timbal atau

peralatan makanan yang dicat,

diplester, disolder

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, muntahan, cucian

perut, urine, darah, faeces

5. Keracunan Timah

Penyebab dan sumbernya

adalah timah pada kaleng

bertimah

Waktu inkubasi adalah 30 menit

sampai 2 jam

Gejalanya, perut kembung, mual

muntah, kejang perut, diare, sakit

kepala

Sekilas urutan kejadiannya,

menyimpan makanan berasam

tinggi didalam peralatan masak

yang mengandung timah atau

makanan kaleng bertimah

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, muntahan, faeces,

urine, darah

6. Keracunan Seng

Penyebab dan sumbernya adalah

seng didalam wadah yang

tergalvanisasi

Waktu inkubasi adalah beberapa

menit sampai beberapa jam

Gejalanya, sakit didalam mulut dan

perut, mual, muntah, pusing

Sekilas urutan kejadiannya,

menyimpan makanan berasam

tinggi didalam kaleng yang

tergalvanisasi

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, muntahan, feces,urine,

darah

7. Keracunan Bacillus aereus

Penyebab dan sumbernya adalah

Enterotoksin b. Aerus mikroba di

dalam tanah

Waktu inkubasi adalah 30 menit

sampai 5 jam

Gejalanya, mual, muntah, kadang-

kadang diare

Sekilas urutan kejadiannya,

menyimpan makanan matang pada

suhu ruangan, menyimpan makanan

matang di dalam wadah besar di

dalam kulkas, menyiapkan makan

beberapa jam sebelum

menghidangkan

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

43

Page 44: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, muntahan, faeces

8. Keracunan staphylococus

Penyebab dan sumbernya

adalah Enterotoksin A, B, C, D, E

atau F, Staphylococus aereus.

Staphylococus dari hidung, kulit,

dan luka orang dan hewan

(kambing dan sapi)

Waktu inkubasi adalah 1 sampai 8

jam, rata-rata sampai 4 jam

Gejalanya, mual, muntah, sakit

perut,diare, prostation

Sekilas urutan kejadiannya,

menyimpan makanan matang

pada suhu ruangan, menyimpan

makanan matang di dalam

wadah besar di dalam kulkas,

menyentuh makanan matang,

menyiapkan makanan beberapa

jam sebelum menghidangkan,

orang yang luka bernanah,

memegang makanan pada suhu

hangat (suhu inkubasi bakteri),

fermentasi makanan berasam

rendah tak normal

Spesimen yang diambil, untuk

orang sakit (muntahan, feces,

usapan rectal) sedang pembawa

(usapan hidung, usapan luka,

usapan rectal)

9. Keracunan Nitrit

Penyebab dan sumbernya adalah

nitrit atau nitrat yang dipakai

sebagai bahan kering daging

Waktu inkubasi adalah 1 sampai 2

jam

Gejalanya, mual, muntah, sianosis,

sakit kepala, pusing, lemas,

kehilangan kesadaran, darah

berwarna cokelat

Sekilas urutan kejadiannya, makanan

apa saja yang terkontaminasi secara

tidak sengaja, bayam yang terpapar

nitrifikasi berlebihan, menggunakan

nitrit atau nitrat berlebihan di dalam

makanan untuk menutupi kerusakan

(menyangka nitrit sebagai garam

biasa), refrigrasi yang salah pada

produk segar, lahan terfertilisasi yang

di nitrifikasi berlebihan

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, darah

10. Keracunan Organofosfat

Penyebab dan sumbernya adalah

insektisida kelompok Organofosfat

(parathion, TEPP, diazonin,

malathion)

Waktu inkubasi adalah beberapa

menit sampai beberpa jam

Gejalanya, mual, muntah, kejang,

diare, sakit kepla, nervous,

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

44

Page 45: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

penglihatan kabur, sakit dada,

sianosis, bingung, twictching

Sekilas urutan kejadiannya,

makanan apa saja yang

terkontaminasi secara tidak

sengaja, menyimpan insektisida

di ruang yang sama dengan

makanan, menyangka pestisida

adalah makanan kering

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, darah, urin, biopsy

lemak

11. Keracunan Karbamat

Penyebab dan sumbernya

adalah insektisida kelompok

Carbaryl ( sevin), Temik ( aldicarb)

Waktu inkubasi adalah ½ jam

Gejalanya, sakit lambung,

muntah, air ludah berlebihan,

berkeringat, pipil menhecil, tidak

ada koordinasi otot

Sekilas urutan kejadiannya,

makanan yang tak sengaja

terkontaminasi (semangka),

makanan apa saja yang

terkontaminasi secara tidak

sengaja, menyimpan insektisida

di tempat yang sama dengan

makanan, menyangka pestisida

adalah makanan kering

Spesimen yang diambil, darah,

urine

12. Keracunan Merkuri (Hg)

Penyebab dan sumbernya adalah

senyawa etil dan etil merkuri dari

limbah industri dan merkuri organik

dalam fungisida

Waktu inkubasi adalah 1 minggu

atau lebih

Gejalanya, mati rasa, lemah kaki,

paralisis spastic, kerusakan

penglihatan, buta,koma

Sekilas urutan kejadiannya, pakan

hewan dengan mendapat

perlakuan fungisida yang

mengandung merkuri, memakan biji

– bijian yang mendapat perlakuan

fungisida merkuri (daging babi, ikan,

kerang-kerangan)

Spesimen yang diambil, sisa

makanan, urin, darah, rambut

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

45

Page 46: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Sambungan dari halaman ………. 34

2. Dalam Capture video bisa memasukan/ import video, music dan audio lainya

(rekaman suara kita), sekarang kita memasukan video dari folder dimana file video

disimpan (jangan lupa format yang akan dimasukan harus bisa di baca oleh

WMM). Jika telah terpilih klik 2 kali di format tersebut atau klik import.

3. Setelah diimport maka akan tercantum di collections, klik mouse kanan 1x dan klik di

add time line ( Ctrl + D ), maka video tadi sudah tertera di show storyboard. Jika

ingin masukan gambar ikuti langkah diatas.

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

46

Page 47: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

4. Jika ingin menghapus di time line maka klik kanan di mouse 1x dan delete, se-

dangkan jika ingin memasukan audio/music lakukan langkah seperti memasukan

video dan gambar. Tunggu dulu krusor dengan garis biru pada posisi di awal.

5. Sekarang kita melangkah pada edit movie, view video effect adalah untuk ef-

fect dari video yang dihasilkan, view video transitions adalah effect antara tam-

pilanvideo satu ke video lain atau peralihan gambar sedangkan make titles or

credits adalah menambahkan kalimat pembuka pada awalan after atau dian-

tara video atau akhiran video (seperti film layar lebar).

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

47

Page 48: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

6. Setelah semuanya selesai apa yang kita inginkan jangan dulu disimpan baik di

computer, di CD, kirim ke web atau DV camera, dicoba dulu diputar „play‟ se-

hingga jika ada kekurangan baik music, gambar atau video juga setingan teksnya

maka bisa diedit ulang. Untuk baiknya lebih baik hasil editan ini disimpan dicom-

puter. Lakukan klik save to my computer berikan nama movie dan simpanlah di

folder my video di My Document lakukan browse untuk mencarinya. Setelah Oke

klik next pilihlah “best quality for play back on my computer (recommended)”.

7. Klik next untuk meneruskan simpanan dan ada tampilan apakah setelah selesai

disimpan video akan diputar play movie when I clik finish ,jika ya klik centangn

pada kolom dan jika kosongnkan kotak tersebut( harus diingat jika belum diinstal

winamp bisa juga diputar otomatis di window media player… jangan kawatir).

Selamat mencoba !!! Belum mengerti ? hubungi aja via email kepada :

[email protected]. (selesai)

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

48

Page 49: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Menyambut era globalisasi pasar

bebas beberapa tahun terakhir ini per-

tumbuhan telah terjadi di seluruh Negara,

termasuk Indonesia tercinta ini. Secara

otomatis, dampak kemajuan ekonomi

dunia juga telah terjadi dengan segala

konsekuensinya.

Walau sering dilakukan

pemberantasan dan depopulasi, ”tikus”

di setiap negara tetap exist, tidak pernah

punah. Mereka tinggal di sekitar tempat

”kantong – kantong” makanan sambil

berceloteh bahwa ”kami tidak akan

punah dan kami ini adalah kelompok

pewaris yang paling menikmati dampak

kemajuan ekonomi”.

Sejak jaman dahulu kala, tikus su-

dah sangat akrab dg kehidupan manusia

bahkan menurut Mc Neely (antropol) &

Watchel (psikol) The soul of the Tiger

(1988) : tikus paling menikmati dampak

dari kemajuan ekonomi di Benua Asia. Di

China tikus sebagai lambang

kemakmuran karena mereka terampil

membuat lubang dan lincah dalam

mencari makan di segala musim.

Sedangkan sebagian masyarakat di

pantai selatan Jawa Tengah

menganggap bahwa tikus adalah

balatentara dari penguasa laut selatan

sehingga kehadiranya tidak boleh diusik

bila tidak ingin celaka.

Para zoolog menggolongkan tikus

kedalam Ordo Rodentia, sub ordo

myomorpha, famili muridae, sub famili

muriane, genus : Mus, Rattus dan

bandicota. Yang harus kita ketahui pada

saat pemeriksaan tikus di kapal yakni

tanda – tanda kehidupan / keberadaan

tikus di kapal.

Tanda-tanda kehidupan / keberadaan

Tikus

* Dead rodent (kematian tikus)

* Rodent smears/feces/hairs/nests

(rambut / tinja / Corengan / sarang

tikus)

* Rodent gnaw marks (tanda ker-

atan / gerogotan / gigitan tikus)

* Rodent runs/burrows (bekas jalan /

lari / liang tikus)

* Rodent noise (suara berisik /

gaduh tikus)

Yang bertahta di tubuh sang tikus

yakni pinjal. Pinjal ini mempunyai 2000

spesies, yang kira-kira ¾ dari sejumlah spe-

sies tersebut menyukai induk semang he-

wan pengerat dan dewasanya makan

darah induk semangnya. Perhitungan in-

dex pinjal, silakan terjemahkan sendiri di-

bawah ini :

* The Total Flea Index :

the average number of fleas of all

spesies per rodent

* The Spesifik Index :

the average number of fleas per spe-

sies per host

* The Nest Index :

the average number of freeliving

fleas per spesies per rodent nest

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

49

PINJAL SI PENCETUS TINDAKAN BESAR

Oleh : Titiek Susilorini, BSc, RS, SE

( Staf pengajar pada Akademi Kesehatan Lingkungan Surabaya)

Xenopsylla cheopis

Page 50: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

* The Burrow index :

the average number of freeliving

fleas per spesies per rodent burrow

* The House index :

the average number of Pulex irri-

tans or other human flea per hous

Sebenarnya pinjal inilah yang men-

yebabkan awal suatu kegiatan besar di

muka bumi ini yakni tindakan karantina

pertama kali di Venesia pada tahun

1348 terhadap kapal yang dicurigai ter-

jangkit penyakit PES. Pinjal ini menular-

kan penyakit dari tikus yang terjangkit

pes ke manusia sehingga tikus di kapal

harus diberantas.

Kapan pes masuk ke Indonesia ?

Diperkirakan pada tahun 1911 Pes ma-

suk melalui Pelabuhan Tg. Perak - Sura-

baya, tahun 1916 Pes masuk melalui Pe-

labuhan Semarang, tahun 1923 Pes ma-

suk melalui Pelabuhan Cirebon. Oleh

karena itu, pemerintah Belanda men-

gintensifkan penanganan kesehatan di

pelabuhan. Pada saat itu, penanganan

kesehatan di pelabuhan dilakukan oleh

oleh HAVEN ARTS (Dokter Pelabuhan)

dibawah koordinasi HAVEN MASTER

(Syahbandar), dan pada saat itu diben-

tuk 2 Haven Arts yakni di Pulau Rubiah -

Sabang dan Pulau Onrust di Teluk Ja-

karta. Setelah Indonesia merdeka (tahun

1949/1950), pemerintah RI membentuk 5

Pelabuhan Karantina, yaitu :

Pelabuhan Karantina Klas I :

Tanjung Priok dan Sabang

Pelabuhan Karantina Klas II :

Surabaya dan Semarang

Pelabuhan Karantina Klas III :

Cilacap

Selang 20 tahun kemudian yakni pada

tahun 1970, terbit SK Menkes nomor : 1025/

DD /Menkes, tentang pembentukan Dinas

Kesehatan Pelabuhan Laut (DKPL) dan Di-

nas Kesehatan Pelabuhan Udara (DKPU).

Dinas Kesehatan Pelabuhan Laut sebanyak

60 DKPL dan Dinas Kesehatan Pelabuhan

Udara sebanyak 12 DKPU, semuanya non

eselon.

Selang 8 tahun kemudian yakni pada

tahun 1978, terbit SK Menkes Nomor : 147/

Menkes/IV/78 DKPL/DKPU dilebur menjadi

Kantor Kesehatan Pelabuhan, dengan

eselon IIIB, yakni 10 KKP Kelas A dan 34 KKP

Kelas B. Perubahan kembali terjadi yakni

pada tahun 1985, terbitnya SK Menkes 630/

Menkes/SK/XII/85, menggantikan SK No.147,

jumlah KKP berubah menjadi 46 oleh

penambahan KKP kelas B (KKP Dili dan KKP

Bengkulu).

Pada tahun 2004 berubah oleh terbit-

nya SK Menkes nomor : 265/Menkes/SK/III

tentang Organisasi & Tata Kerja KKP yang

baru. KKP digolongkan kembali seperti

pada tahun 1949/1950, yakni :

1. KKP Kelas I (eselon II B) : 2 KKP

2. KKP Kelas II (eselon III A) : 14 KKP

3. KKP Kelas III (eselon III B) : 29 KKP

Kemudian pada tahun 2007, kembali terbit

Permenkes nomor : 167 merupakan perbai-

kan Kepmenkes No. 265 yakni penamba-

han KKP kelas` III menjadi 32 KKP sekaligus

wilayah kerjanya.

Perubahan – perubahan ini terjadi

sebagai konsekuensi dari kemajuan menje-

lang era globalisasi, terutama oleh adanya

pinjal (penular penyakit Pes) yang bertahta

di tubuh tikus si hewan pengerat yang

paling menikmati dampak kemajuan

ekonomi di setiap Negara. (@)

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

50

Page 51: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan

Page 52: Buletin II Edisi 4 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN Volume II Nomor 4 Terbit Triwulan