buletin tjroeng edisi 16

Upload: tjroeng

Post on 18-Oct-2015

134 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Buletin Tjroeng Edisi 16Gelegak Jiwa NusantaraBuletin gratis dari YPKT tentang keroncong Indonesia, musik warisan budaya nusantara.

TRANSCRIPT

  • 1 BULETIN KOMUNITAS KERONCONG TJROENG

    Edisi

    Des

    embe

    r 201

    3

    Nom

    or 1

    6 Ta

    hun

    Ke-6

    JAMBORE 1000 LAGU KERONCONG

    Bukan Sombong, Bukan Bohong

    Indra Utami TamsirTokohKemayu di panggung itu bagus

    KERONCONGPAHLAWAN

  • 2 TJROENG EdISI dESEMBER 2013 NOMOR 16 TAhUN KE-6

    Diterbitkan Oleh Yayasan Pecinta Keroncong Tjroeng (YPKT)

    Penasehat : Imam Soeseno : Silvester Hardanny

    Penanggung Jawab : Adi B Wiratmo

    Pemimpin Redaksi : Haris Shantanu

    Redaktur Senior : Her Suharyanto

    Redaktur Pelaksana : Rasmita YM Y. Ryan Setianto

    Anggota Redaktur : Widarto, Totot Herwinoto, Clara Renette, Abdul Aziz

    Kontributor : Partho DJ, Susi Ivvaty, Indah Ariyani

    Kartunis : Sigit Yulianto

    Humas : Dyan Ardi Wilogo

    Promosi : Lala Nisita

    Artistik : Kris Subagyo

    Web Admin : Yudi Kurniawan

    Keuangan : Sri Isnani Husnayati

    Alamat Redaksi :Jl. Antakarya B103 Antabaru Endah Bandung 40286 HP 08122120419

    JakartaPuji Heru (081310108030)

    BogorAgus Kurniawan (0811899718)

    SemarangWuryanto (0811288196)

    DemakPrilastono Nugroho (08122508801)

    CilacapEra Yuni Pratiniyata (085223819193)

    YogyakartaHarjono (08170400885)

    SoloNursakti Adhi (081804447899)

    SurabayaMunifa Prijadi (0811376463)

    PalembangRuswiyanto Hardi (087897819384)

    KutaiNueng Ibrahim (082157600648)

    LampungGus Haryanto (08110164859)

    MalangSetiyoso (081334568343)

    BaliMd Jaka Rustiawan (081999414847)

    NTBAriyanta Rusmana (08175700229)

    Kuala LumpurAbdul Rahman Bin Abdul Razak (+60122604731)

    JohorKuntoro Edhi (+60137501000)

    Haarlem NetherlandsMichiel Miejier (+31648770983)

    California USARuss Skelchy ([email protected]) Rekening :BCA KCP Duta MerlinNO. 3080158245A/n Sri Isnani Husnayati

    Email : [email protected] list : [email protected] : www.tjroeng.comPercetakan : PT. Sentrajaya Utama Isi diluar tanggungjawab percetakanEmail : [email protected]

    + Dinasti Keroncong ditangkap KPK di Bentara Budaya Jakarta

    - Bicara Dinasti Keroncong, tentu bukan untuk kepentingan ekonomi dan kekuasaan, melainkan untuk membangun peradaban.

    + Keroncong Indonesia butuh pahlawan-pahlawan keroncong baru.

    - Tentunya jangan menjebakkan diri pada lagu-lagu lama lagi.

    + Rupiah melemahterhadapmatauangasing.

    - Peluang bagus untuk mengekspor karya-karya baru lagu keroncong.

    Dalam mitologi Yunani, salah satu tokohnya yang terkenal adalah Sisifus. Ia menjadi salah satu tonggak bagi seorang Albert Camus untuk memulai pencarian makna dalam kehidupan manusia, yang seringkali absurd dan sia-sia. Berbagai pergulatan untuk terus memberi atau menaruh makna pada setiap impian dan harapan, yang acapkali jatuh kembali kepada persoalan yang sepele. Tokoh Sisifus sendiri merupakan tokoh yang dikutuk untuk menerima takdirnya, yakni untuk memanggul batu dari lembah menuju ke puncak gunung, dan setibanya di puncak gunung, batu itu kembali bergulir ke lembah,dan Sisifus turun mengambil batu itu untuk dibawa kembali ke puncak, demikian seterusnya.

    Camus sendiri memberikan simpulan bahwa perjuangan itu sendiri sudah cukup untuk mengisi hati manusia, tentu dengan mengandaikan bahwa Sisifus bahagia dengan situasi tersebut.

    Dan perjuangan untuk mengembalikan music keroncong ke dalam puncak dunia, bisa menjadi semacam jebakan atau kutukan a la Sisifus. Sejauh pemaknaannya terhenti kepada menempatkan keroncong di puncak semata-mata, tanpa tahu untuk apa keroncong harus ada di puncak.

    Pahlawan Keroncong

    Sejak lahirnya music keroncong, sudah sangat banyak yang terlibat sangat intensif dengan music tersebut, dan bahkan tidak jarang yang telah menjadikan keroncong sebagai dunianya. Alhasil, beragam lagu keroncong tercipta dengan beragam gagasan serta situasi yang melingkupinya. Ada lagu-lagu keroncong (termasuk langgam dan stambul) yang mengisahkan cinta, gugatan, duka, sejarah, ada juga yang berisikan kepedulian, cita-cita bahkan bermuatan teriakan kegalauan.

    Masing-masing lagu, membawa kisahnya masing-masing, karena setiap lagu memiliki pemaknaannya sendiri oleh sang pencipta. Persis pada kondisi

    ini pergulatan dan pencarian makna menjadi sangat personal, sehingga ketika mencari seorang pahlawan keroncong pada akhirnya tidak bisa sekadar ditentukan oleh banyak sedikitnya lagu yang diciptakan, atau seberapa lama tidaknya dalam berkecimpung di dunia music keroncong.

    Meminjam istilah yang ada dalam Kamus Besar, kata pahlawan berasal dari kata phala-wan (Sanskerta) yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama - adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Maka kemudian, mendefinisikan pahlawan keroncong akan mengacu seberapa banyak pegiat keroncong, melalui music keroncong memberikan phala bagi bangsa dan Negara, bangsa dan agamanya, atau dalam konteks yang lebih luas, seberapa berani pegiat keroncong memperjuangkan kebenaran dan hati nurani untuk rakyat. Maka, jelas sesungguhnya menggambarkan sosok pahlawan keroncong yang ideal, tentu bukan yang menawarkan kesedihan yang mengharu biru, bukan yang menina-bobo-kan rakyat, bukan yang membius dengan kebahagiaan semu, dan bukan pula yang mengkeroposkan sendi-sendi bernegara. Akan tetapi, mencari sosok pehlawan keroncong akan menelusur pada karya-karya yang : 1) mampu menginspirasi bagi suatu langkah perbaikan; 2) mampu menumbuhkan kesadaran baru; dan 3) mampu menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ketiga criteria tersebut tentu masih terlalu sederhana, dan perlu dipertajam, sehingga diharapkan dapat dikenali siapa sesungguhnya sang pahlawan keroncong.

    Belajar kepada Sisifus

    Camus memberikan penekanan bahwa, kutukan yang didapatkan Sisifus dengan menjalankan ritme kehidupan yang siklis dan absurd, sudah ada maknanya, sejauh dianggap Sisifus bahagia melakukannya.

    Maka, jika Sisifus menjalankannya dengan penderitaan, hidup yang dijalaninya tidak lagi bermakna.

    Lalu, bagaimana dengan geliat dunia keroncong? Baik dalam dinamika maupun proses penciptaannya?

    Layaknya Sisifus, ia menggendong batu sejauh memenuhi takdir hidupnya. Dan, pada kondisi ini, dalam dunia keroncong, takdir bisa ditolak dengan melakukan pemberontakan, dengan memberi makna yang jauh lebih besar. Musik keroncong, bukan batu beban yang akan digelindingkan ke bawah manakala sudah sampai di puncak, melainkan telah menjadi pedang yang bisa digunakan untuk melakukan perjuangan. Musik keroncong merupakan media untuk memberikan kontribusi lebih bagi perubahan ke arah yang lebih baik bagi Indonesia.

    Gerakan perubahan yang terjadi di Indonesia menuntut para pegiat keroncong untuk terlibat lebih dalam lagi dalam persoalan bangsa dan Negara. Sehingga, pegiat keroncong di manapun dapat menggunakan music dan irama keroncong sebagai media perjuangan yang sesungguhnya. Keroncong sebagai asset nasional, memiliki potensi strategis, dan harusnya tidak dilihat sebagai beban yang harus ditanggung, melainkan sebagai modal dasar untuk bergerak.

    Kembali pada pergulatan hidup, pemaknaan atas kehidupan berkeroncong yang dijalani bergantung kepada tiap-tiap pegiat itu sendiri. Tidak salah, jika kita memilih bermusik keroncong sebatas memuaskan kesenangan kita. Tidak keliru juga kita memilih bermain music keroncong untuk menguji kemampuan diri. Dan, tidak salah juga melalui music keroncong kita akan menempuh perjuangan yang jauh lebih berat, untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam lagi.

    Dan di ujung perjalanan hidup, kita akan dihadapkan kepada seberapa banyak buah phala yang telah kita hasilkan. (mboets2000)

    ABsURdITAs sIsIfUs dALAM KERONCONG

  • 3 BULETIN KOMUNITAS KERONCONG TJROENG

    Bogorlab is a testing laboratory located in the state of the educated location of IPB Dramaga- Bogor. We provide laboratory testing services with extensive quality control and assurance

    programs. We offer a wide range of analysis services from simple water quality testing to complex environmental analytical package programs.

    Service :We will keep our service and quality to always meet our customers expectation. We believe,

    quality means credibility.

    As an environmentally friendly company we will try our best to maintain our surrounding environment clean and healthy.

    As a part of the innovative business community, we keep improving our business capability to always achieve the highest level of competitiveness

    and as a part of scientific community we will always achieve the highest standard of science and service.

    We believe, ethical business is good business. Consequently, we treat our human resources as our first asset and guarantee their development in capability and knowledge.

    We require that our staff to run their duty based on our quality system. This will ensure our service and quality maintained continuously in achieving our objectives.

    Bogorlab adalah laboratorium uji yang berlokasi di dalam lingkungan pendidikan Kampus IPB Dramaga Bogor. Kami menyediakan jasa service uji laboratorium dengan quality control yang

    teliti dan dapat dipercaya. Kami menawarkan servis analisa mulai dari suatu testing air yang sederhana sampai ke paket analisis lingkungan yang kompleks.

    Bogor Labs, ptGd. PAU Lt.1

    Jl. Kamper, Kampus IPB-Dramaga, Bogor

    Ph: +62 21 68087000 ; +62 251 374000/420733Fax: +62 251 384000/420853

    E-mail : [email protected] | Website : www.bogorlab.com | www.inrr.org

    Testing Laboratory precision, reliability, quality

    Penerbitan Buletin Tjroeng didanai sepenuhnya oleh EOS dan Bogorlab

    Kapan TJROENG terbit ?Tjroeng terbit berapa bulan sekali ?

    Budi JS

    Jawab : Seharusnya Tjroeng terbit setiap dua bulan sekali.Tetapi mengingat beberapa kendala, Tjroeng sampai saat ini masih belum bisa terbit tepat waktu. Salah satu kendala yang dihadapi adalah sedikitnya naskah yang terkumpul.Untuk mas Budi jika ada berita kegiatan keroncong, silahkan kirimkan ke email redaksi di [email protected]. Terimakasih. Redaksi

    Sigit Yulianto

    Jl. Heulang 7, Tanah Sareal, Bogor 16161Phone +62 251 8334253, 8341625; Fax. +62 251 8341125Email: [email protected]

    JAKARTAGebyar Keroncong TVRI setiap Hari Senin pukul 23.00 WIB s.d. Selesai

    Warung Sate Keroncong Jatinegara Live Keroncong setiap hari

    Bentara Budaya Jakarta, Nge-Tjroeng bareng setiap Senin ke-1 dan ke-3

    BANDUNGKharisma Keroncong Lita 90.9 FM setiap Jumat pukul 19.00 s.d. 22.00 WIB

    Irama Keroncong RRI Bandung setiap Jumat pukul 19.30 s.d. 21.00 WIB

    Hotel Preanger bersama The Oxygen, setiap Kamis Malam

    SEMARANGWarung Keroncong, Taman Budaya Raden Saleh Setiap hari Rabu akhir bulan

    RRI Semarang, setiap hari Minggu pukul 14.00 WIB s.d. Selesai

    YOGYAKARTATVRI Yogya, Kopiku - Keroncong Pilihanku Setiap Kamis Minggu ke 1,3 dan 5 pukul 18.00-19.00 WIB

    Sonora FM, setiap Senin pukul 22.00 WIB Selesai

    Bakmi Kadin, bersama Basuki dan kawan-kawan setiap malam

    RRI Jogja Keroncong Live, setiap Minggu pukul 13.15-15.00 WIB

    SURAKARTARadio Meta FM, setiap Selasa Minggu ke empat pukul 21.30-23.30

    Balai Sudjatmoko Toko Buku Gramedia, Jumat Minggu ke-3 pukul 20.00 s.d. Selesai

    Taman Jurug Hari Minggu ke-4 pukul 10.00 WIB s.d. Selesai

    Pojok pamor RRI Surakarta, Hari Minggu ke 1 dan 3 pukul 21.00-23.00 WIB

    Joglo Sriwedari, Jumat pukul 20.00 selesai (kecuali minggu 3)

    Keroncong Merdeka, Sekretariat Hamkri Joglo Sriwedari, Minggu 20.00 s.d. Selesai

    Taman Budaya Jateng, Selasa ke-3 pukul 20.00 22.00 WIBTA TV, Minggu Ke-2 & 4 pukul 20.00 s.d. 21.00 WIB

    SURABAYARRI 585 AM/KHZ : PRO 4, setiap Senin Sabtu pukul 11.00 13.00 WIB

    Terminal Keroncong, setiap Minggu pukul 19.30 21.30 WIB

    Radio Media 90,1 FM : Campursari dan Keroncong, setiap hari pukul 19.00 21.00 WIB

    Radio MTB 102,7 FM : Monggo Tresno Budaya, setiap hari pukul 12.00 16.00 WIB

    DENPASAR BALILive Keroncong, RRI Bandung setiap Hari Minggu pukul 10.00 s.d. 13.00 WITA

  • 4 TJROENG EdISI dESEMBER 2013 NOMOR 16 TAhUN KE-6

    KERONCONGPAHLAWAN

    Sebuah seruan yang mencoba untuk terus mengingatkan, bahwa masa lalu merupakan sejarah yang tak bisa dilupakan. Bahkan, Soekarno

    melanjutkan, Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri di atas vacuum, engkau akan berdiri di atas kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa amuk, amuk belaka. Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap.

    Sejarah. Keroncong adalah sejarah. Bukan sejarah yang mati, melainkan sejarah yang terus bertahan hidup melalui karya yang abadi serta yang terus lahir sebagai akibat proses kreativitas pecintanya. Sebab sangat disadari keroncong merupakan asset bangsa yang menyatukan aspek kewilayahan Nusantara. Setidaknya, melalui musik keroncong berikut lirik-lirik yang mengisinya menjadi mesin penggerak perjuangan kemerdekaan Indonesia, disamping sebagai musik penghibur.

    Dalam kurun waktu lebih dari 300 tahun selepas lahirnya irama keroncong, tentu para penggerak keroncong memiliki kontribusi yang berbeda-beda, ada yang berkontribusi alakadarnya, ada pula yang secara intensif, ada yang bertutur kepedihan diri, dan ada pula yang secara tegas memberikan penguatan dan penyadaran bagi masyarakat, seluruhnya melalui keroncong.

    Pahlawan Keroncong : Siapa Dia?

    Milton Agustino, salah satu pegiat keroncong dari komunitas KrontjongToegoe menyatakan bahwa

    di saat kita mencari sosok pahlawan keroncong, maka ia adalah orang - orang yg mampu dan mau mengabdikan dirinya, mengorbankan waktu, materi dan pemikirannya untuk melestarikan dan mengembangkan musik keroncong tanpa memandang materi dan popularitas sebagian tujuan akhir. Tino, begitu sapaannya memberikan penjelasan bahwa materi dan popularitas bukanlah tujuan, melainkan akibat dari sebuah aktivitas berkeroncong yang dilakukannya.

    Senada dengan Tino, Pambuko menyatakan, Pahlawan keroncong adalah orang yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap musik keroncong. Bentuk dedikasi tidak selalu harus menjadi praktisi, tetapi dengan menjadi apresiator, pengamat, kritikus, itupun sudah merupakan pengabdian batin untuk musik keroncong

    Menutup pembicaraannya, Tino memberikan pernyataan, Tulus berjuang bahkan melawan arus sesuai dengan talenta yang dimiliki masing-masing, mampu menginspirasi orang-orang di sekitarnya dengan karya, tidak mengenal kata menyerah walaupun kadang caci maki dialamatkan kepada dirinya. Dan selalu tetap rendah hati meski jutaan pujian dialamatkan kepadanya, serta mampu mengesampingkan ego demi kesatuan dan kemajuan musik keroncong.

    Pambuko memberikan sebuah tawaran tentang definisi pahlawan keroncong, yaitu seseorang dikatakan Pahlawan Keroncong jika : 1) berkarya

    (membuat lagu-lagu Keroncong) sebagai bentuk eksistensi pada dunia keroncong; 2) Meneruskan dan memberikan pengetahuan tentang musik keroncong entah secara kognitif maupun psikomotorik kepada masyarakat luas (masyarakat, siswa, sanggar-sanggar); 3) Memiliki kuantitas eksistensi (berkelanjutan); dan 4) Mampu memberikan sebuah opini tentang musik keroncong sehingga musik keroncong bisa mendapatkan sebuah pengakuan dari lingkungan setempat (lokal) ataupun lingkungan masyarakat yang lebih luas.

    Keluar Pakem : Pengkhianat?

    Di tengah maraknya aliran musik yang semakin beragam, keroncong masih tetap eksis. Namun seperti bisa diduga, banyak generasi muda yang sudah tidak lagi lekat dengan keroncong, bahkan tidak mengenalnya. Di sisi lain, cukup banyak pegiat keroncong yang fanatik atas pakem musik keroncong, stambul, keroncong dan langgam.

    Kondisi tersebut menciptakan tegangan yang sangat besar. Pertama, generasi muda yang tidak mengenal keroncong lebih banyak kenal dengan irama pop, rock, dangdut, dangdut koplo, blues, jazz, trash dan banyak aliran lain, yang akibatnya keroncong tidak lagi pilihan; Kedua, para pemuja keroncong klasik akan menghujat bila ada pemusik yang sok bergaya keroncong. Tegangan tersebut tentu akan semakin mengeroposkan perjuangan keroncong itu sendiri untuk mewarnai dunia.

    Seorang Agustin Mayangsari misalnya, sebagai ibu rumah tangga sekaligus pegiat keroncong tidak lelah berjuang untuk keroncong sebagai kesenian asli Indonesia. di tengah maraknya aliran musik baru seperti Campursari, dangdut koplo, dangdut jaranan, seperti saat ini, dan rata-rata kebanyakan suka musik-musik seperti itu, tapi kami juga tidak kehabisan akal kita harus kreatif dan inovatif. Kita buat musik Kroncong model baru tidak melulu klasikan, seperti misal Congdut, Kroncong Jazz, blues, Congrock. Itu adalah suatu upaya berjuang untuk memajukan Musik Kroncong yg image-nya buat pengiring orang tidur, papar Agustine seraya mencoba mengambil jalan tengah di antara kedua tegangan keroncong klasik dengan arus perubahan jaman.

    Mencari

    Abraham Lincoln, berkata: one cannot escape history, orang tak dapat meninggalkan sejarah, tetapi saya tambah : Never leave history. inilah sejarah perjuangan, inilah sejarah historymu.

    Peganglah teguh sejarahmu itu, never leave your own history! Peganglah yang telah kita miliki sekarang, yang adalah akumulasi dari pada hasil semua perjuangan kita di masa lampau.

    (Soekarno, 17 Agustus 1966)

  • 5 BULETIN KOMUNITAS KERONCONG TJROENG

    Menjelang penghujung tahun 2013, ada peristiwa akbar yang sungguh menggelegar. Jambore 1000 lagu Keroncong.

    Ini bukan peristiwa main-main, sebab diperlukan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas untuk bisa mewujudkannya. Tak kurang dari 84 Grup Orkes Keroncong ikut terlibat memeriahkan acara akbar yang bermain non-stop selama 64 jam, dari tanggal 4 Oktober 2013 pukul 09.00, sampai dengan tanggal 6 Oktober 2013 pukul 16.00.

    Jangan tanya soal biaya, tentulah memakan biaya yang besar untuk penyelenggaraannya. Sekalipun besar, biaya menjadi kecil dibandingkan dengan semangat menye-lenggarakannya dan lebih kecil dari hasil yang diraihnya, sebab acara akbar ini telah dan akan membangkitkan semangat melestarikan budaya bangsa bernama Keroncong untuk diwariskan kepada geneasi muda dan anak cucu kelak. Menjadi seni budaya adi yang dinikmati dan menjadi kebanggan bangsa sendiri. Menjadi seni yang selalu terkenang dan bisa dieskspor ke negri orang.

    Acara ini berlangsung dengan sangat sukses, maka tak heran Museum Rekor Indonesia (MURI) menganugerahkan Piagam sebagai rekor penyelenggaraan hajatan keroncongan paling akbar sepanjang jaman, rekor pagelaran keroncong dengan lagu terbanyak Muri dengan

    label Jambore Keroncong dengan Lagu Terbanyak, yaitu 1.000 lagu. Tentunya juga sebagai pengakuan atas perwujudan penyelenggaraannya dan juga sebagai penegasan bahwa Indonesia memang negerinya Keroncong. Keroncong memang Indonesia.

    Pagelaran akbar ini diprakarsai oleh Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IV Diponegoro, Mayor Jenderal Sunindyo. Pelaksanaannya juga di Markas Kodam IV Diponegoro, Semarang. Dalam pelaksanaannya juga melibatkan jajaran Kodam IV yang memang kebanyakan sangat mencintai keroncong.

    Sebenarnya ide awal Jambore 1000 lagu Keroncong ini adalah Marco Marnadi yang merupakan mantan Ketua Dewan Kesenian Semarang dua periode, sekaligus salah pendiri

    Hal senada disampaikan oleh Djoko Soesanto, mantan Sekjend HAMKRI, bahwa banyak hal yang harus dilakukan agar keroncong bisa menjadi trend-setter bagi generasi mendatang. Terus menerus memajukan dan mengembangkan keroncong ke lingkup/area yang lebih luas, yang dapat dimaknai keroncong mampu mewarnai dunia. Maka, inflitrasi keroncong ke dalam berbagai genre music sangat mungkin dilakukan, yang bisa jadi sedikit abai pada pakem yang telah ada. Namun, imbasnya keroncong akan merasuk ke dalam berbagai jenis music lain. Dan tentunya ruh perdamaian keroncong turut bersamanya.

    Jika kondisi ini terjadi, keluar dari pakem apakah akan dicap sebagai pengkhianat keroncong?

    Menggapai Mimpi

    Mimpi keroncong tetap bisa lestari dan berkembang serta menjadi kebanggaan di tanah air dan mampu menembus panggung dunia, adalah mimpi seorang Revy, pegiat keroncong di Trenggalek. Dan sangat pasti, mimpi Revy juga merupakan mimpi banyak orang. Meski mimpi itu pun berada pada dua kutub keroncong klasik (baca: pakem) dan tantangan perubahan jaman.

    Maka, pergulatan pemikiran mengenai pahlawan keroncong akan ditatapkan kepada tokoh mitologi Yunani, Sisifus. Melalui Sisifus ini, akankah kita jadikan keroncong sebagai batu beban yang harus dipanggul menuju puncak gunung yang kemudian jatuh kembali ke lembah sebagai siklus yang berulang? Atau keroncong akan menjadi media perjuangan untuk membangun peradaban yang jauh lebih baik lagi?

    Jaman terus bergerak, sedemikian juga hendaknya keroncong. Para pegiat keroncong harus berbenah hati dan jiwa, bahwa dengan keroncong kita bisa mengabdikan diri secara lebih besar bagi kepentingan bangsa dan Negara. Untuk menggapai mimpi itu, para pegiat keroncong tidak boleh menjebakkan diri ke dalam takdir seorang Sisifus. Karena kita memiliki takdir kita sendiri, takdir sebagai bangsa Indonesia yang harus memperjuangkan harkat martabatnya sebagai manusia merdeka.

    Membaca kembali naskah pidato Soekarno, maka never leave your own history! Sedemikian juga kita tidak akan meninggalkan keroncong sebagai sebuah sejarah yang mati, melainkan membawa keroncong sebagai sejarah yang hidup, yang mengalir dalam darah dan menggerakkan kita untuk terus berjuang. Bersama menjadi pahlawan bangsa dan Negara melalui keroncong. (tjroeng)

    JAMBORE 1000 LAGU KERONCONG

    Bukan Sombong, Bukan BohongOLEH: WidiARTO

  • 6 TJROENG EdISI dESEMBER 2013 NOMOR 16 TAhUN KE-6

    Orkes Keroncong yang bergaya rock dari Semarang juga, yaitu Cong Rock 17, 20 tahun lalu. Ide yang sudah lama, puluhan tahun dan telah didiskusikan dengan almarhum Kelly Puspita, pencipta lagu Kr. Tanah Airku yang melegenda itu. Mimpi mereka baru sekarang bisa terealisir, berkat sambutan hangat dan dukungan penuh Pak Pangdam IV yang memang sangat mencintai keroncong itu.

    Acara ini juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Kodam-IV yang ke-63 dan Hari ABRI tanggl 5 Oktober yang ke 68. Maka menjadilah acara ini juga sebagai acara memeriahkan acara HUT keduanya.

    Pangdam IV dalam s a m b u t a n n y a mengungkapkan, bahwa parade itu diadakan sebagai langkah untuk turut mempertahankan budaya bangsa. Ini salah satu upaya menjaga ketahanan budaya. Jangan

    sampai generai penerus kita di masa mendatang tidak mengenal apa itu musik keroncong, katanya di pembukaan pada hari Jumat.

    Tak tangung - tanggung, sang Panglima mengerahkan seluruh Komando Distrik Militer (Kodim) di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

    Y o g y a k a r t a untuk ikut

    m e n a m p i l k a n grup keroncong yang ada di wilayahnya. Tercatat 51 grup dari Kodim se-Jateng dan DIY. Kemudian ada peserta yang dari Surabaya, Jember, Bandung, Jakarta, Jombang, Lumajang, Malang, dan Bali. Total ada 84 peserta grup keroncong, ada Jumlah peserta mencapai 1.050 orang.

    Tiap grup rata-rata tampil selama 30 menit dan membawakan 12 lagu. Disiapkan empat set alat keroncong dan dua set alat band.

    Ikut memeriahkan pentas akbar ini Fathur (pelantun lagu Selalu Untuk S e l a m a n y a ) , Mel Shandy, Mus Mudjiono, Waljinah, Didi

    Kempot, Rama Aiphama, Tuty Maryati, Tetty Supangat, Mamiek Prasitoresmi, Dian Mita Kurniasari, dan Koko Thole beserta rombongan OK. Pesona Jiwa.

    Yang juga sangat menggembirakan, adalah banyaknya penyanyi dan pemusik dari kalangan anak muda, bahkan terbilang masih anak-anak ikut memeriahkan acara akbar ini.

    Keberhasilan pagelaran akbar ini terjadi berkat beberapa hal besar. Pertama, jelas perencanaan yang baik : rinci, jelas dan terukur, baik dari

    OK PEsONA JIWA BERsAMA PARA PENyANyI KERONCONG sENIOR

  • 7 BULETIN KOMUNITAS KERONCONG TJROENG

    s e g i siapa yang akan berpartisipasi, lagunya apa saja, peralatannya yang perlu disiapkan apa saja, di mana diselenggarakan, soal keamanan dan kenyamanan penyelenggaraannya sampai ke biaya. Dalam kepanitiaan melibatkan lintas sektoral, ada tentara, penggiat keroncong, wartawan sampai pejabat pemerintahan.

    Selain itu penggunaan sistem informsi, termasuk media internet dalam sosialisasi, komunikasi, penyebaran luasan serta dan penyerapan informasi sampai pendaftaran peserta, juga sangat membantu kelancaran persiapan dan pelaksanaan penyelenggaraannya.

    Kedua, dukungan penyelenggaraaannya. Acara akbar ini ternyata didukung oleh insan keroncong dari seluruh Indonesia, khususnya dari Pulau Jawa dan Bali, yang bersedia hadir dengan mengorbankan tenaga, pikiran dan biaya. Bukan hanya pemusik dan penyanyi, namun juga dari berbagai pihak, termasuk wartawan media cetak dan televisi, serta wartawan radio khususnya radio keroncong yang menyiarkan secara langsung 60 jam melalui streaming dan merekamnya dalam bentuk audio yang bisa disiarkan dan disebarluaskan ke para penggemarnya, secara on-line maupun off-line. Adalah Mas Parto Djoyodiharjo dari Radio Lita FM Bandung beserta kru-nya yang melakukannnya.

    Maka acara dengan penanggung jawab Marco Marmadi dari Dewan Kesenian Semarang berpasangan dengan Kol. Inf. Gregorius Suharso [Asterkasdam IV Diponegoro], pelaksana lapangan yang dikomandani oleh Wuryanto, juga dari Dewan Kesenian Semarang bersama Kol. Inf. Sugi Mulyanto dari Kodam-IV dan dibantu oleh para penggiat keroncong dari Semarang dan sekitarnya, serta jajaran Kodam IV Diponegoror, berlangsung dengan sangat lancar.

    Ketiga, saat pelaksanaan. Markas Kodam-IV Diponegoro yang terletak di Ungaran, dengan udara yang tidak terlalu panas, area terbuka yang luas berupa lapangan, menjadi tempat

    ideal tempat beradanya dua panggung besar dengan sound system yang bagus. Tempat ini juga memberi tempat bagi para penikmat keroncong yang disediakan tenda besar dengan kursi-kursi berderet. Di lapangan itu juga berdiri beberapa tenda besar sebagai hotel para pemain, penyanyi dan para tamu yang hadir. Menjadikannya ajang silaturahim di antara insan keroncong. Panitia teknis keroncong bisa fokus bekerja agar lagu-demi lagu yang dibawakan grup demi grup, bisa mengalir lancar, sebab didukung oleh jajaran Kodam IV Diponegoro yang menangani urusan tampat, kebersihan, konsumsi, keamanan dan sebagainya, atau bahasa lainnya urusan Logistik. Maka

    kerjasama Tim Teknis Keroncong, sebut saja begitu, dengan Tim Logistik dari Kodam IV, menghasilkan penyelenggaraan acara akbar ini berjalan dengan lancar dan sukses sesuai harapan semua pihak.

    Keberadaan Markas Kodam IV di Ungaran yang berada di lembah dengan pepohonan yang rindang memberikan nilai tambah dari segi akustik, sebab suara kendaraan yang lalu lalang di jalan besar Semarang - Jogya - Solo, tidak mempengaruhi suara alunan musik keroncong yang memerlukan ketenangan dalam menikmatinya, sekalipun pagelaran ini dilaksanakan di lapangan terbuka

    Keempat, soal biaya. Sebab kata orang Jawa Jer basuki mawa beya, semua kebaikan memerlukan biaya. Patut diacungi jempol panitia, khususnya Kodam IV mampu mengusahakan pembiayaan akbar ini. Apalagi para pemian musik, penyanyi, panitia sampai penonton mendapatkan konsumsi berupa makanan berat dan makanan ringan.

    Pelajaran penting dari penyelenggaraan acara besar seperti ini adalah suksesnya dalam

    tahapan Perencanaan, Pengorganisasian (pembagian tugas dan peran), Penggerakan (saat penyelenggaraan acara, termasuk koordinasinya) dan Penganggaran (pembiayaan). Acara Jambore 1000 lagu keroncong telah membuktikan semua tahapan tadi berlangsung dengan sukses. Maka kesuksesan acara ini patut mendapat acuang jempol tinggi-tinggi, sekaligus menjadi bahan bench mark, bahan pembelajaran bagi pihak yang akan menyelenggarakan acara akbar lainnya.

    Keberhasilan telah ditorehkan, tinggal ke depan bagaimana mempertahankan dan melanjutkannnya, apakah menjadi agenda tetap di Semarang, atau justru bergilir di kota lain.

    Betapapun Jambore 1000 Lagu Keroncong, bukan sombong, namun memang bukan omong kosong. Ke depan, penyelenggaraan serupa atau lebih besar perlu didorong dan penuh disokong.

    Tulisan dan gambar ini ditulis berdasarkan pengamatan langsung dan referensi dari :

    1) http://azharmind.blogspot.com/2013/10/penyanyi-muda-memeriahkan-jambore-1000.html

    2) http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/26/22/787525/meriahkan-hut-kodam-gelar-jambore-keroncong

    3) http://www.tribunnews.com/regional/2013/10/05/di-kodam-iv-diponegoro-64-jam-nonstop-menyanyikan-1000-lagu-keroncong

    4) http://www.kodam4.mil.id/PoradVi/100913a.html

    5) http://seputarjawatengah.com/blog/1-000-lagu-keroncong-dinyanyikan-di-lapangan-parade-kodam-iv-diponegoro/#sthash.UdmK7PwQ.dpuf

    6) http://obyektif.com/seni-budaya/view/2013/10/09/tentara-perang-melawan-keroncong

    Putra-Putri Salatiga, berbuSana dAERAH dAN BERKERONCONG

  • 8 TJROENG EdISI dESEMBER 2013 NOMOR 16 TAhUN KE-6

    Berbagai persoalan yang terjadi

    dalam dunia musik keroncong,

    salah satu bentuk persoalan yang

    paling menonjol adalah minimnya

    bibit muda pemusik keroncong. Hal ini

    sudah menjadi rahasia umum bahwa musik

    keroncong bagi remaja di daerah khususnya

    di Nusa Tenggara Barat adalah terlalu sulit

    mengajak para remaja untuk bergabung dan

    memainkan musik keroncong.

    Ada beberapa hal yang menjadi alasan

    kenapa para remaja agak sulit untuk di ajak

    bergabung dalam sebuah Orkes Keroncong.

    1. Para remaja beranggapan bahwa musik

    keroncong merupakan musiknya orang

    tua. Bahkan mereka menganggap bahwa

    musisi yang masuk adalah musisi afkiran.

    2. Bahwa musik keroncong di daerah kurang

    diminati karena minim tanggapan,

    kalaupun ada tanggapan tidak dapat

    memberikan penghidupan yang layak

    sebagaimana musik lainnya.

    Berangkat dari hal tersebut, beberapa

    pemerhati musik keroncong di Kota Mataram

    Nusa Tenggara Barat diantaranya : Lale

    Widiahning, Ariyanta Rusmana, Ahmad

    Wahyudin tergerak untuk mencoba

    meremajakan musik keroncong dengan

    PEREMAJAAN MUsIsI KERONCONGDi Nusa Tenggara Barat.

    membentuk Orkes

    Keroncong Garda Seni Mataram, yang

    disingkat dengan nama OK. Garasi Mataram

    yang berdiri di awal tahun 2013 bertempat

    di Jalan Lidah Buaya No. 21 Karang Taruna

    Kota Mataram - Nusa Tanggara Barat.

    Orkes Keroncong Garda Seni Mataram

    bertujuan :

    Mengembangkan dan mewariskan seni

    musik keroncong kepada generasi muda

    Meningkatkan kemampuan dan

    keterampilan bermusik khususnya dalam

    memainkan musik keroncong

    Menanamkan kesadaran bahwa musik

    keroncong merupakan musik nasional

    dan alat pemersatu bangsa.

    Dalam jangka panjang berupaya untuk

    meningkatkan kesejahteraan para musisi

    anggotanya.

    Dalam hal mewariskan dan mengembangkan

    seni musik keroncong, OK. Garda Seni

    Mataram telah melatih para remaja yang

    berusia antara 13 sampai dengan 25 tahun,

    dimana mereka diberikan informasi tentang

    musik keroncong dan cara memainkan alat

    yang mereka sukai. Disamping itu juga, dalam

    memainkan alat, para remaja di tingkatkan

    kemampua dan keterampilan bermusiknya

    dengan mendatangkan instruktur yang

    kompeten dalam bidangnya.

    Sebagai alat pemersatu bangsa, OK. Garda

    Seni Mataram menampung musisi tanpa

    memandang suku dan ras maupun agama.

  • 9 BULETIN KOMUNITAS KERONCONG TJROENG

    Dalam usia yang belum terlalu

    matang, OK. Garda Seni Mataram

    telah mendapatkan kepercayaan

    untuk bermain di beberapa

    tempat diantaranya acara yang di

    selenggarakan di hotel maupun

    tempat lainnya seperti pada acara

    resepsi perkawinan. Tanggapan dan

    apresiasi para pengunjung sangat

    baik sehingga tawaran main pun

    cukup banyak.

    Kegiatan ke depan, OK. Garda Seni

    Mataram sedapat mungkin tampil

    pada sekolah-sekolah dengan musisi

    muda, dengan harapan bahwa para

    remaja akan tertarik dan merubah

    pola pikir mereka yang sebelumnya

    musik keroncong adalah musiknya

    orang tuamenjadi musiknya

    mereka juga.

  • 10 TJROENG EdISI dESEMBER 2013 NOMOR 16 TAhUN KE-6

    OLEH: KOKO THOLE

    Seperti kita ketahui bahwa alat musik ukulele adalah merupakan jantung atau roh yang memberi warna pada permainan musik keroncong.

    Bahkan diantara tujuh unsur alat musik pokok yang merupakan instrumen pokok dalam musik keroncong, alat musik ukulele lah yang paling tidak bisa ditinggalkan.

    Karena dalam permainan musik keroncong, apabila tidak ada instrumen musik yang namanya ukulele yang juga sering disebut dengan nama Cuk, niscaya warna musik yang dimainkan akan terasa cemplang seperti sayur tanpa garam, tidak ngroncongi karena tidak ada suara crung crungnya.

    Banyak orang yang beranggapan, bahwa memainkan alat musik ukulele atau cuk amatlah sulit. Padahal kenyataannya tidak seperti itu, Semua bisa dipelajari . Bisa karena biasa . Tak kenal maka tak sayang.

    Didalam mempelajari sesuatu, pastilah kita memerlukan cara cara yang paling praktis dan mudah. Cara yang satu belum tentu cocok dengan cara yang lain dalam mempelajari sesuatu. Juga untuk peminat yang mau mempelajari permainan ukulele atau cuk sangatlah berbeda beda . Ada yang memang sudah merupakan pemusik yang biasa berkecimpung dengan notasi balok dan notasi angka. Tetapi ada juga awam yang benar benar tidak mengerti baca not, tapi semangat belajarnya sangat luar biasa.

    Nah, dalam hal ini kita akan memberikan tips cara memainkan ukulele bukan dengan membaca not maupun chord, melainkan mempelajari irama dasar dasar pukulan pada ukulele dengan cara membaca dawai atau senar.

    Biasanya ada dua macam jenis musik ukulele dalam permainan keroncong. Yaitu ukulele yang berdawai tiga dan ukulele yang bersenar empat.

    Yang akan kita pelajari di sini adalah ukulele yang dengan senar tiga yang pada umumnya dipakai untuk irama trulungan walaupun juga sering dipakai untuk irama kemprungan

    atau ada juga yang menyebut irama Jakartaan.

    Kita akan mempelajari cara memainkan ukulele dengan mengambil irama irama yang umumnya dipakai dalam permainan musik keroncong.

    Sering kita dengar dalam setiap permainan keroncong terdapat irama irama yang berkembang di blantika perkeroncongan, Namun yang akan kita pelajari disini adalah irama irama dasar yang sangat populer di kalangan group group keroncong yang berkembang di lingkungan percaturan musik keroncong.

    Irama yang sangat familiar dan lekat dengan para pemain keroncong adalah yang sering disebut dengan irama; Petik, Engkle, Dobel. Tapi untuk kesempatan penulisan kali ini, kita pilih irama engkle sebagai irama dasar ukulele pada musik keroncong,

    Dan untuk mendapatkan kenikmatan rasa dalam berkeroncong dengan irama irama tersebut di atas, kecepatan cara bermainnya juga harus ditentukan. Tidak boleh terlalu cepat juga tidak boleh terlalu lambat.

    Biasanya kecepatan dalam memainkan musik keroncong itu , jika di ukur dengan metronome berkisar antara 54 sampai dengan 58 . Agar lagu yang dimainkan itu bisa laras dan ngroncongi, dan disaat instrumen harus menggunakan irama dobel tidak kepontal pontal, buru buru dan terskesan nyak nyak an.

    Marilah sekarang kita persiapkan ukulele kita. ( bisa beli juga bisa pinjem, he he he )

    Senar pada ukulele berbahan nilon bukan berbahan logam. Adapun susunan notasi dawainya persis dengan senar satu , dua dan tiga pada senar guitar ( urutan dawai dari

    bawah ke atas ). Yaitu E, B, G atau 3, 7, 5 ( Mi - Tie - So - ) dalam tangga nada natural C sebagai Do, dalam posisi los snar.

    Sebelum kita mulai belajar memainkan Ukulele, pastikan dulu bahwa ketiga dawai sudah tuning pada nada nada tersebut.

    Bagi para pemain guitar, yang sudah sangat terbiasa dengan posisi bermacam macam achord, tentunya tidak mengalami kesulitan yang berarti . Karena tinggal mempelajari gaya pukulannya saja. Tapi bagi yang sama sekali belum mengenal achord jangan berkecil hati. Karena semua bisa dipelajari, Barang

    ketok bisa didelok Jadi harus optimis Pasti Bisa !

    Nah ayo kita mulai mainkan ukulele kita !

    Kita mulai dengan chord yang paling dasar, yang ketiga senarnya ditekan oleh ketiga jari kita ( jari telunjuk jari tengah jari manis ), yaitu chord D. = Jari telunjuk menekan senar tiga di kolom dua ( A ) , Jari tengah menekan senar satu pada kolom dua ( F# ) , Jari manis menekan senar dua pada kolom tiga (D) . ( sebenarnya untuk masalah chord bisa kita kesampingkan dulu, karena yang terpenting adalah cara mempelajari permainannya ).

    Ciptakan kecepatan irama. Hitunglah dengan kecepatan tetap dengan sukat birama 4/4. ( walau banyak sukat birama , tapi kita pakai yang 4/4 dulu ya,,..)

    Dengan birama 4/4, kita punya empat ketukan dasar pada tiap tiap birama. Mulailah menghitung satu dua tiga empat secara teratur dengan irama yang sudah ditentukan (lebih asyik lagi kalau ada metronome).

    Hitungan satu dua tiga empat adalah merupakan ketukan yang beraksen atau bertekanan. Biasanya ketukan ini dimainkan dengan menggerakkan tangan kita untuk

    BERMAIN OKULELECara Mudah

  • 11 BULETIN KOMUNITAS KERONCONG TJROENG

    OK GEsANGmemainkan ukulele dari arah atas kea rah bawah.

    Agar kita bisa memainkan irama pada ukulele, maka hitungan satu dua tiga empat yang merupakan hitungan dasar yang beraksen kita bagi menjadi dua, yaitu menjadi delapan hitungan, agar mendapatkan pukulan Upnya atau pukulan ke arah atas. Atau tetap pada empat ketuk dengan catatan hitungan ke atasnya sebagai spasi ketukan.

    Jika empat ketuk dijadikan delapan ketuk maka kecepatan ketukannya menjadi dua kali lipat. Karena nilai ketukan ke atasnya yang hanya bernilai setengah ketuk ikut dihitung.

    Marilah kita mulai dengan birama 4/4 yang dibuat menjadi delapan ketuk dan masing masing ketukan mempunyai nilai setengah ketuk.

    Irama Engkel

    Untuk mempelajari irama engkel dasar dalam birama 4/4, kita membutuhkan delapan hitungan yang merupakan pembagian empat ketukan yang dibagi menjadi delapan hitungan yang terdiri dari empat ketukan aksen bawah dan empat ketukan sela ( spasi atas )

    Jadi hitungan ketukannya akan menjadi seperti ini; hitungan satu adalah pukulan ke arah bawah bawah, hitungan dua pukulan kea rah atas, hitungan tiga pukulan ke arah bawah, hitungan empat ke arah atas, hitungan lima ke arah bawah, hitungan enam ke arah atas, hitungan tujuh ke arah bawah, hitungan delapan ke arah atas.

    Untuk memainkan irama engkel dasar pada ukulele, pada hitungan kesatu pukulah tiga senar ukulele dari atas ke bawah ( pukulan achord dari atas ke bawah hampir bersamaan seperti orang menggaruk), pada hitungan kedua pukulah senar nomor satu dari arah bawah ke atas, pada hitungan ketiga pukulah senar nomor dua dari atas ke bawah, pada hitungan keempat pukulah senar nomor satu dari arah bawah ke atas, pada hitungan kelima dan keenam pukulah senar nomor tiga dengan tehnik trill atau trulung dari arah atas dan bawah hingga menghasilkan pukulan yang ngetril , pada hitungan ketujuh pukulah senar nomor dua dari arah bawah ke atas, Unttuk hitungan ketujuh bisa digunakan untuk jeda atau istirahat atau bisa juga buat jembatan untuk ke hitungan birama berikutnya dengan cara menggaruk semua senar dari arah bawah ke atas pada posisi chord yang dikehendaki.

    Gampang kan ? latihlah berulang ulang hingga hasilnya tercapai dengan apa yang diinginkan. Setelah lancar tinggal menambahkan variasi sesuai selera .

    Akhirnya, selamat berlatih, jangan bosan dan tetap semangat !

    Bersatu untuk keroncong, Keroncong untuk bersatu.

    Salam keroncong Crung crungcrungtultultul

    Deretan kalimat di atas terpampang pada

    laman http://keroncongku.blogspot.com, blog

    milik Orkes Keroncong Gesang, Trenggalek.

    Secara usia, OK Gesang belum-lah lama, berdiri

    pada tahun 2008 dan terus eksis hingga saat ini.

    5 (lima) tahun, bukanlah waktu yang lama dalam

    konteks berkarya, namun jika dilihat dari rentang

    waktu proses berkeroncong sebelum menjadi OK

    Gesang, maka dapat dilihat aliran music keroncong

    yang relative cukup panjang.

    Adalah RM Priadi Gondokoesoemo, di tahun

    1983 mendirikan OK Remaja, untuk mewadahi

    potensi berkesenian anak-anak muda khususnya

    music keroncong. Sejalan dengan misinya

    untuk melestarikan keroncong, beliau bersama

    anak lelakinya RM. Djoko Haksni Andriakso

    yang memiliki talenta music yang sangat besar

    mengajak para remaja untuk mengenal keroncong.

    Kemampuan memainkan berbagai alat music,

    seperti biola, flute, cello, gitar, ukulele, tenor, piano, drum, saxophone, bass gitar dan lain

    sebagainya. Mungkin beliau yang tidak bisa main alat music Cuma harpa, karena beliau tidak pernah memainkannya, ujar Revi. Dari beliau lahir lagu-lagu keroncong seperti Kr. Ibu Sehat Sejahtera, Lgm. Praja Karana (Trenggalek), Lgm. Melati Putih, Kr. Indonesia Sentosa, Kr. Pahlawan Reformasi, Kr. Pendirian Seniman dan lain sebagainya, lanjutnya.Perjalanan OK Remaja hanya 2 (dua) tahun,

    sebab di tahun 1985 berganti nama menjadi OK

    Kerabat Musik. Pergantian nama tersebut tentu

    menyiratkan adanya sebuah geliat dan pergulatan

    dalam bermusik. Kerabat Musik sebagai sebuah

    nama memberikan semangat lebih besar lagi,

    bahwa melalui musik semua bersaudara. Perjalanan

    OK Kerabat Musik mencapai usia 23 tahun, sebab

    di tahun 2008 tepatnya pada tanggal 23 Oktober

    2008, OK Kerabat Musik berganti nama menjadi

    OK Gesang. Sebuah nama yang langsung mengarah

    pada sosok Maestro Keroncong Gesang.

    REgEnERaSI KERoncong

    Gesang, selain sebagai sebuah nama maestro

    keroncong, dalam Bahasa Jawa, Gesang berarti

    hidup. Bagaimana keroncong akan terus hidup

    menjadi pergumulan seorang Revi sang pimpinan

    OK Gesang. Tanggung jawab kepada kesenian

    khususnya music keroncong pada diri seorang Revi

    sangat besar. Kakek dan ayahnya sebagai pendiri

    OK Remaja dan Kerabat Musik telah menyerahkan

    tongkat estafet kepadanya.

    R. Reyvinalendraputra menjadi generasi ke-3 dari

    keluarga besar RM Priadi Gondokoeseomo sang

    pendiri OK Remaja di Tahun 1983. Telah 30 tahun

    sudah generasi keroncong di Trenggalek bertahan,

    meski banyak memainkan lagu-lagu lama, OK

    Gesang juga mengkreasi lagu-lagu baru. Revi

    sendiri sebagai pimpinan OK Gesang saat ini masih

    berkutat dengan berbagai upaya mengembangkan

    OK Gesang sepeninggal ayahandanya, Bapak

    Djoko Haksni Andriakso yang bulan Februari lalu

    telah berpulang ke hadirat Allah.

    Gerakan jemari Revi masih bergetar pada batang

    flute yang dimainkannya, manakala ingat kepada peran kakek dan ayahnya dalam membina dan

    mewariskan keroncong dalam keluarganya. Buah

    pembelajaran keroncong telah dirasakan oleh

    Revi dan anggota OK Gesang, berbagai event

    pementasan keroncong telah dijalaninya, termasuk

    latihan rutin keroncong di Pendopo Kabupaten

    Trenggalek setiap Jumat malam, mulai jam 17:30

    hingga selesai. Dukungan pihak Pemerintah

    Kabupaten Tranggalek terhadap keberadaan

    keroncong sangat baik, sehingga ruang pendopo

    pun telah menjadi ruang rutin bagi siapa pun

    untuk terlibat dalam mengembangkan keroncong

    di sana. Di Pendopo Kabupaten Tranggalek,

    setidaknya setiap Jumat, tiupan Revi pada flute, petikan Nicko pada gitar, kocokan Kukuh pada

    cuk dan cak, gesekan Witono pada dawai biola

    serta dentuman bass dari Amangyudha dan

    joget jemari Tohir pada cello senantiasa hadir

    untuk menunjukkan keberlaangsungan generasi

    keroncong di Trenggalek.

    HaKSnI

    Beberapa anggota OK Gesang memiliki nama

    Haksni, menunjukkan adanya jalur keturunan

    dalam OK Gesang sejak OK Remaja hingga saat

    ini. Revi menjelaskan, bahwa nama HAKSNI

    adalah nama eyang buyutnya. Eyang buyutnya

    memiliki kecintaan yang sangat besar kepada seni,

    dan Haksni sendiri merupakan akronim dari Hak

    Berkarya Seni. Dan oleh karenanya, pemegang

    nama Haksni memiliki tanggungjawab besar untuk

    terlibat dan terjun ke dalam dunia seni. Dan salah

    satunya tentu adalah keroncong.

    Menyikapi kondisi saat ini yang tengah gencar

    masuk berbagai aliran music bahkan hingga

    goyang Caisar, Revi memiliki komitmen, yakni

    : Mari mulai saat ini kita duduk bersama, berbincang dengan hati yang tenang, jauhkan emosi, jauhkan kekhawatiran, percaya diri, ....dan mulailah berbenah, dimulai dari hal yang paling kecil dan dianggap remeh. Sebuah optimism yang muncul dari seluruh anggota OK

    Gesang untuk mau maju dan terus berkembang,

    melibatkan diri dalam gerakan penyadaran dan

    perbaikan bagi bangsa dan Negara, meski melalui

    seni, secara khusus melalui music keroncong.

    Aliran darah seni yang ada, akan terus mengisi

    ruang-ruang yang kosong dalam membangun

    negeri dan tiada akan berhenti. OK Gesang adalah

    orkes keroncong yang hidup. (mboets2000)

    Jika kita tak ingin keroncong punah,Lestarikan dan berikan kebanggaan padanya.

    Jika kita tak ingin keroncong lenyap,Jagalah dengan sepenuh hatimu.

  • 12 TJROENG EdISI dESEMBER 2013 NOMOR 16 TAhUN KE-6

    jawa dan keroncong, serta memelihara budaya

    jawa sudah menjadi jiwanya.

    Sebelum berkarir di dunia musik keroncong,

    Indra telah melewati berbagai perjalanan

    dari berbagai jenis musik dan pekerjaan. Ia

    mengaku pernah menjadi pemandu acara

    (MC) pengantin hingga pada akhirnya

    mengkhususkan diri sebagai MC pengantin

    jawa.

    Waktu ia duduk di sekolah dasar (SD), di rumah

    ayahnya ada seperangkat alat gamelan yang

    digunakan untuk latihan oleh begitu banyak

    orang. Pembimbing dan pengajarnya adalah

    ayahnya sendiri yang merupakan seniman

    tulen, pengajar karawitan, dan pengajar

    tembang. Sejak kelas 6 SD ia mengaku

    sudah bisa nggending dan belajar

    macapat. Ketika SMP, ia sering

    mengikuti latihan kolintang

    di sekolahnya, memainkan

    lagu-lagu keroncong. Ia lantas

    menjadi finalis dalam lomba

    keroncong tingkat SMP. Dari

    situlah ia mulai memutuskan

    untuk menjadi penyanyi. Dari

    situ saya mulai tahu jati diri

    saya, ia menambahkan.

    Semasa SMA ia mengaku lebih menggemari

    pop dan jenis musik lainnya. Ia juga sempat

    mengikuti beberapa festival hingga tingkat

    kabupaten dan provinsi. Selama SMA cuma

    boleh ikut festival, tidak boleh ikut pentas yang

    ada honornya. Ibu saya orangnya sangat tegas.

    Beliau seorang pedagang, sedangkan bapak

    seniman. Passion musik saya mengalir dari

    bapak. Setelah lulus SMA di Blora, saya kuliah

    di Yogyakarta. Di situlah saya mulai berani

    menerima tawaran manggung, dan yang lebih

    banyak adalah untuk menyanyi dangdut,

    kenangnya.

    Sebenarnya ia tidak suka dangdut. Namun,

    karena lama berkecimpung di musik dangdut,

    ia hafal banyak lagu jenis itu. Lagu Roma Irama

    sampai Evi Tamala ia kuasai. Indra mengatakan

    Cantik, suara bagus, dan memiliki jiwa

    budaya jawa yang kuat mengantarkan

    Indra Utami Tamsir menjadi Penyanyi

    Keroncong

    Wanita Terbaik dalam

    ajang AMI Awards

    2013. Artis kelahiran

    Blora 39 tahun silam

    ini memiliki segudang

    pengalaman di bidang

    tarik suara, mulai

    dari yang bergenre

    pop, dangdut, hingga

    langgam jawa dan

    keroncong, genre

    yang menjadi jiwanya

    saat ini. Semangatnya

    menekuni jenis musik

    ini semakin meluap-

    luap setelah pilihannya itu mendapatkan restu dan

    dukungan penuh dari Ratu Keroncong, Waldjinah.

    Ditemui di kediaman-nya, di Gading Resi-dence,

    Kelapa Gading Jakarta Utara. Indra, begitu

    sapaannya, mengaku senang, terharu dan merasa

    tersanjung ketika dinobatkan sebagai Penyanyi

    Keroncong Wanita Terbaik dalam ajang AMI

    Awards 2013. Menurutnya, menyanyi langgam

    Indra Utami Tamsir Kemayu di panggung itu bagus

    OLEH: RAsmiTA YULiA

    Tokoh

    Suara kamu itu bagus, cantik lagi, tapi kurang kemayu, kurang genit.

    Kemayu itu bagus untuk di panggung, tapi tidak untuk

    kehidupan sehari-hari. Waldjinah

  • 13 BULETIN KOMUNITAS KERONCONG TJROENG

    bahwa dirinya lebih menyukai musik dangdut yang

    lembut dan mengalun. Tetapi ia menambahkan, Di

    panggung lagu dangdut lembut itu tidak diterima.

    Tapi dari situ saya justru belajar dan ingin jadi

    penyanyi dangdut spesial lagu lembut.

    Setelah menikah dan punya anak ketiga, jiwa

    kejawen Indra memanggil. Ia mulai merasa

    menemukan jati dirinya. Ia mempunyai keinginan

    kuat untuk memperlihatkan kebudayaan jawa

    yang luar biasa. Menurut dia, pada zaman presiden

    Soekarno kebudayaan jawa benar-benar jadi

    primadona. Salah satu tandanya adalah, musik

    keroncong mulai surut setelah tahun 70an.

    Dalam satu wawancara dengan media online ia

    mengatakan sekarang adalah saatnya bagi budaya

    jawa untuk bangkit kembali, bersama budaya

    lokal lain tentu saja. Masyarakat perlu mengenal

    aneka budaya nusantara mulai dari Sumatera,

    Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Bisa

    jadi pemerintah memang sudah punya program

    terkait dengan hal itu, tetapi Indra merasa dirinya

    tertantang untuk melakukan perjuangan budaya

    itu, mulai dari dirinya sendiri.

    Indra berkeyakinan musik keroncong dan langgam

    jawa bisa hadir di setiap kalangan. Supaya lebih

    banyak yang menyukai keroncong, para penggiatnya

    perlu berani menabrak pakem. Indra mencontohkan

    dirinya. Ia mencoba menabrakkan langgam jawa

    dengan musik keroncong. Langgam yang bukan

    dengan gamelan, tetapi memakai peralatan musik

    diatonik plus kendang. Menabrakkan keroncong

    dengan genre musik yang digemari kaum muda

    seperti rock, jazz, atau balada, mengapa tidak?

    kata dia.

    Indra mengaku masih menyimpan impiannya

    sendiri, yakni untuk berduet dengan Iwan Fals,

    artis favoritnya. Bisa saja lagu Bento yang ngerock

    disisipi langgam jawa di tengahnya. Bu Waldjinah

    juga pernah duet dengan Chrisye dan beberapa

    band anak muda dengan pendekatan seperti itu,

    lanjutnya sembari mendendangkan lagu Bento

    versi keroncong.

    Selain soal kemasan, menurut Indra keroncong

    juga bisa diperjuangkan di sisi medianya. Penggiat

    keroncong perlu merambah ke berbagai media yang

    ada. Selama ini, menurut dia, jarang ada radio FM

    yang mau memutar lagu keroncong. Mengapa kita

    tidak ke sana? Internet memang bisa jadi solusi.

    Tapi ini mendatangkan tantangan berikutnya,

    yakni bagaimana caranya agar anak muda mau

    mendengarkan keroncong secara berulang, tidak

    hanya sekali klik dan setelah itu pergi tak kembali.

    Tetapi Indra juga mengingatkan, bahwa para

    penggiat keroncong perlu lebih kreatif,

    tetapi harus mampu mempertahankan ciri

    agung dan glamor yang melekat pada musik

    itu. Pendengar harus tetap bisa menikmati

    citarasa lembut dan elegannya.

    Saat ditanya sampai kapan akan

    membawakan musik keroncong dan langgam

    jawa, ia menjawab, Sampai mati saya

    mau menyanyi langgam. Terkait hal ini,

    ia mengaku sangat mengagumi Waldjinah,

    yang kendati telah puluhan tahun tinggal

    di Jakarta, tapi jawanya masih kental.

    Satu kebanggan tersendiri ketika suatu

    saat Indra mengunjungi Waldjinah yang

    tengah terbaring sakit. Ketika itu beliau

    memberikan restunya pada saya untuk

    melanjutkan perjuangannya di langgam.

    Hal lain dari Waldjinah yang membesarkan

    hati Indra adalah pesannya, Suara kamu

    itu bagus, cantik lagi, tapi kurang kemayu,

    kurang genit. Kemayu itu bagus untuk di

    panggung, tapi tidak untuk kehidupan

    sehari-hari.

    Bagi Indra Waldjinah adalah inspirasi.

    Ia mengagumi sosok Waldjinah karena

    prestasinya yang luar biasa. Sampai saat

    ini, belum ada penyanyi perempuan yang

    setara dengan Waldjinah, pungkasnya.

  • 14 TJROENG EdISI dESEMBER 2013 NOMOR 16 TAhUN KE-6

    Alkisah, Indonesia telah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun. Pada tahun 1942 Jepang yang saat itu sangat sakti akhirnya tiba di Indonesia sebagai penjajah pengganti, setelah sebelumnya menaklukkan Cina, Korea, Filipina dan akhirnya sampai di Indonesia. Pada saat Jepang sampai di Indonesia, tidak ada perlawanan yang berarti dari Belanda.

    Maka kemudian Indonesia dijajah oleh Jepang. Pada jaman Jepang ini -- maksudnya jaman Indonesia dijajah Jepang -- orang-orang dan para tentara Belanda pulang kampung ke negrinya. Ya di negeri Belanda, di Eropa sana.

    Kemudian sekutu yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Portugis dan negara-negara lainnya akhirnya bangkit melawan Jepang, mengusir Jepang dari wilayah yang didudukinya. Puncaknya adalah ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Pada saat itu Jepang menyerah kalah dari sekutu.

    Para pejuang kemerdekaan RI kemudian memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, merebutnya dari tangan Jepang.

    Setelah Jepang kalah dari sekutu, maka Belanda yang merasa memiliki Indonesia lalu datang kembali bersama sekutu, pada tahun 1946. Pada saat itu Indonesia sudah merdeka, sementara Belanda tetap ngotot mau kembali ke Indonesia sebagai penjajah. Maka terjadilah peperangan saat itu yang disebut Agresi (Clash) Belanda Pertama.

    Karena Belanda kalah, dia menerapkan stratgei pecah belah dan berlindung di bawah PBB, maka singkat cerita Indonesia kemudian menjadi negara serikat (Republik Indonesia Serikat atau RIS) dengan sekian negara bagian. Negara Republik Indonesia (RI), Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan dsb. Disamping itu ada negara otonom yang tidak tergabung di RIS.

    Yang disebut dengan RI hanya daerah Sumatra dan sekitar Jogyakarta dengan ibukota Jogyakarta.

    Pada tahun 1948 Belanda lagi-lagi mengingkari adanya RI dengan menyerang ibu kota RI yaitu Jogyakarta. Terjadilah perang yang disebut Agresi Belanda Kedua. Perang Agresi Belanda Pertama dan Kedua ini terjadi terutama daerah di Jogyakarta dan Jawa Tengah, seperti Solo, Magelang, Semarang, dsb.

    Lho, kok malah cerita soal perang. Keroncong Sucinya mana ?

    Pada saat terjadi perang melawan Belanda tadi, rakyat Indoneisa bersatu padu dengan tentara yang masih lugu, masih sederhana,

    senjatanyapun masih terbatas. Rakyat dari semua golongan, semua kalangan, bahu membahu membantu tentara.

    Ceritanya saat itu di kota Solo ada barisan Palang Merah Indonesia (PMI), yaitu para pemuda yang bertugas di bidang kesehatan. Mereka membantu mengobati tentara atau rakyat yang sakit dan luka akibat peperangan.

    Anggota PMI ini adalah anak-anak muda remaja, laki-laki dan perempuan. Diantaranya ada lima anak sekolah menengah pertama, Sekolah Kepandaian Putri (SKP). Untuk diketahui, SKP ini tingkat lanjutannya disebut Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA ) yang sekarang berganti menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) setelah bergabung dengan Sekolah Teknik Menengah (STM) dan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA).

    Kelima anak SKP itu salah satunya bernama Suciati. Mereka banyak membantu Tentara Indonesia yang salah satu diantaranya adalah Slamet Riyadi yang kelak menjadi Pahlawan Nasional. Mereka bertugas mengirim makanan

    bagi para tentara di tempat persembunyiannya. Karena masih anak-anak, maka mereka tidak dicurigai oleh pihak Belanda, ketika berjalan dari dan menuju tempat persembunyain tentara itu.

    Suciati ini anaknya manis, ramah, supel, rajin dan pintar, sehingga disenangi semua orang, baik tua, muda, laki-laki, maupun perempuan. Tentunya banyak anak laki-laki saat itu yang menaksir dia. Nah, waktu itu kalau menaksir sesorang wanita, para pria tidak berani mengatakan secara langsung. Hanya sering membicarakannya, itupun kalau yang

    dibicarakan tidak ada di tempat itu. Seorang yang pandai mengarang lagu, Arsat, lalu mencipta lagu berjudul Kr. Suci sebagai potret gambaran isi hati banyak pria di sekitar si dara manis Suciati pujaan para pria itu.

    Syair Kr. Suci ini sepertinya sederhana, menggambarkan cara berfikir yang sederhana dari para pria sederhana di sekitar Suciati atau Suci itu. Namun, sebenarnyalah syairnya sangat indah, ungkapan seorang pria yang sedang jatuh cinta kepada seorang wanita dan ingin mengajaknya mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga sampai tua,

    sampai menjadi kakek dan nenek, menjadi kaki-nini.

    Anda belum yakin? Cobalah simak syair lagu ini dan dengarkan suaranya melalui berbagai media, apakah tape recorder, mp3 atau malah menikmati videonya di youtube seperti ini : http://www.youtube.com/watch?v=roz6KcQVJLo

    Kr. SUCI Ciptaan : Ramlan

    Bermula, saya lihat yang pertama kaliDi dalam saya mendekati

    Reff : Oh, alangkah senangnya. Jikalau saya menjadiSepasang merpati, hingga kaki nini

    Oh Suci, kekasihku yang manis rupanya aduhBilang dengan sungguh, jika kau cintaku---ooo---

    Kr. sUCI OLEH: WidiARTO

    Dilahirkan Di Kancah Perjuangan

  • 15 BULETIN KOMUNITAS KERONCONG TJROENG

    KERONTJONGsEBUAH TRAdIsI dAN HARMONIsAsI

    Salut! Itu kata pertama yang terlontar dalam hati ketika saya melihat rangkaian acara Long Life Krontjong, itu kali pertama saya menonton konser musik

    keroncong. Acara yang diselenggarakan oleh

    Fakultas Seni Musik Universitas Pendidikan

    Indonesia pada tanggal 29 November yang lalu

    itu meninggalkan kesan tersendiri di hati saya.

    Bagaimana tidak, sejak saya bisa memainkan

    alat musik, referensi musik yang saya dengarkan

    masih berbau genre yang dibilang mainstream

    untuk didengar bagi khalayak pada umumnya.

    Hanya lagu Bengawan Solo,Waljinah, Sundari

    Soekotjo, dan Nenek sayalah referensi musik

    keroncong selama ini, hanya sekedar tahu, tapi

    tidak ingin lebih dalam, karena pada awalnya

    saya menganggap bahwa musik keroncong

    hanya bisa dinikmati oleh kalangan oldschool.

    Akan tetapi, prediksi saya meleset, ajakan

    teman kuliah saya yaitu Bpk. Adi Wiratmo

    yang juga pegiat musik keroncong membuat

    saya penasaran. Hari itu beliau posting di

    grup Facebook, hari itu pula seusai kuliah

    saya meluncur ke lokasi pementasan. Malam

    itu suasana Amphiteater UPI terlihat hening,

    dekorasi ruangan yang dirancang sesuai tema

    acara membuat kami para penonton dibawa

    ke dalam era ketika keroncong mengalami

    kejayaan. Tak lama kemudian pembawa acara

    dari UPI membuka acara tersebut, diteruskan

    dengan sambutan dari berbagai elemen yang

    berhubungan dengan keroncong. Tiba saatnya

    pementasan dimulai, penampil pertama datang

    dari mahasiswa yang dipilih berdasarkan

    prestasi terbaik pada matakuliah SAMINDO

    (Sejarah Analisis Musik Indonesia), lalu

    diteruskan dengan Orkes Keroncong UPI yang

    diberi nama Lapis Legit. Menariknya, ternyata

    keberadaan orkes ini sudah turun temurun,

    saat ini orker Lapis Legit sudah memiliki Lima

    Generasi dan semua generasi masih eksis hingga

    saat ini. Berikut ringkasan singkat dari Orkes

    Lapis Legit disetiap angkatannya.

    1. Lapis Legit 1st gen Timbul Tenggelam

    : Legend

    Generasi pertama disebut legend karena

    merekalah cikal bakal dari orkes Lapis

    Legit ini, playernya ternyata para dosen

    yang sekarang menjabat di prodi yang

    bersangkutan. Yang membuat saya bersorak

    sorai adalah ketika semua player masih

    lincah memainkan jemarinya dalam

    memetik, menggesek, genjreng, dan

    membetot alat musiknya. Meski MC sudah

    memberi peraturan tidak boleh applause

    di tengah-tengah lagu, tapi kami semua

    para penonton secara refleks melakukan

    itu karena kagum akan musikalitas yang

    mereka miliki. Dan yang membuat saya

    respect adalah, ternyata generasi pertama

    tidak selalu identik dengan kekolotan

    dan ketinggalan jaman. Mereka mau

    membuka diri dengan hal-hal yang berbau

    modernisasi, mereka berkolaborasi dengan

    pejabat kampus dengan menyanyikan

    musik nusantara yang dibalut dengan

    irama keroncong, hasilnya? Saya merinding

    mendengar mereka bermain.

    2. Lapis Legit 2nd gen Warna Warni :

    Clean

    Generasi kedua memainkan lagu keroncong

    dengan alunan yang membuat telinga

    menjadi tenang, karena lagu-lagu yang

    mereka bawakan masih

    3. Lapis Legit 3rd Gen Harapan Bangsa :

    Smooth

    Di generasi ketiga ini penonton disuguhi

    sisi idealisme dari Orkes Lapis Legit, karena

    hampir semua lagu adalah lagu ciptaan

    mereka yang iramanya pure downbeat

    keroncong, di generasi ketiga ini salah satu

    playernya merupakan player yang meniup

    Suling Sakti di YKS Trans TV.

    4. Lapis Legit 4th Gen oemar Bakrie :

    Seriosa

    Lapis legit genrasi keempat adalah lapis legit

    yang paling memikat budayawan sekaligus

    seniman keroncong asal surakarta (CMIIW

    + tambahkan Pak, saya lupa namanya

    beliau) karena konsep kerocong dipadukan

    dengan karakter suara sang vocalist pria

    yang cenderung ke arah seriosa.

    5. Lapis Legit 5th Gen : comedy in

    Symphony

    Lapis Legit generasi kelima merupakan

    generasi bontot dari orkes Lapis Legit saat

    ini, lagu keroncong yang mereka mainkan

    sangat kontemporer sekali, banyak sentuhan-

    sentuhan musik modern, ditambah karakter

    suara dari vocalist wanita nya yang khas.

    Setelah ditelusuri, menurut informasi yang

    saya dapatkan dari salah satu teman di UPI,

    ternyata sang vocalist wanita adalah finalist

    dari ajang pencarian bakat musik dangdut.

    Sungguh diluar dugaan karena yang saya

    ketahui biasanya penyanyi keroncong adalah

    penyanyi yang memang dilatih sejak kecil

    hanya untuk genre keroncong.

    6. Lapis Legit All Star : Maestro!

    Rangkaian penutup dari acara Long Life

    Krontjong ini diisi oleh Orkes kerontjong

    yang playernya gabungan dari generasi

    sulung hingga generasi bontot. Ada hal

    yang membuat saya makin terpesona akan

    musik keroncong, ada salah satu penonton

    dengan badan kekar,berambut gondrong.

    Awalnya saya mengira beliau adalah tamu

    yang diundang dari genre musik lain (karena

    terlihat jelas dari perawakan fisiknya). Tak

    lama, MC memanggil beliau naik ke atas

    panggung untuk meminta berkolaborasi,

    saya berpikir akan ada kolaborasi antara

    musik keras dengan musik halus, ternyata

    tidak, beliau dengan dahsyatnya memainkan

    biola dengan tingkat harmonisasi yang

    mengagumkan. Nyaris kegarangan yang

    saya asumsikan dari awal berubah total

    menjadi sebuah suguhan musik yang apik,

    membuat bulu kuduk saya kembali berdiri

    dan melkakukan standing applause.

    Saat Closing, seniman keroncong asal Surakarta

    Bpk. Wartono memberikan kesan dan pesan

    nya mengenai acara ini, beliau salut masih ada

    muda-mudi yang melestarikan salah satu ciri

    bangsa ini. Jadi kesimpulan dari cerita singkat

    saya ini adalah, acara ini bukan hanya sekedar

    menampilkan skill dalam bermusik, tetapi ini

    menyangkut soal kepuasan hati yang negara lain

    pun belum tentu bisa memilikinya.... Thanks

    God Im Indonesian

    OLEH : AgRiAnsYAH RAmAdHAn*

    * Mahasiswa Pascasarjana ITB

  • 16 TJROENG EdISI dESEMBER 2013 NOMOR 16 TAhUN KE-6