buku rencana strategis departemen keuangan...

70
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009 BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Upload: ngonhi

Post on 12-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

BUKU

RENCANA STRATEGIS

DEPARTEMEN KEUANGAN

TAHUN 2005-2009

Page 2: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

1

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1 B. Tugas, Fungsi dan Peran …………………………………………….. 2 C. Struktur Organisasi ………………………………………………….. 3 D. Profil Sumber Daya Manusia ……………………………………….. 6 E. Sarana dan Prasarana ……………………………………………… 7

BAB II VISI DAN MISI …..………………..…………………………………….. 8 A. Visi Departemen Keuangan …………………………………………. 8 B. Misi Departemen Keuangan ………………………………………. 8

BAB III INDENTIFIKASI PERMASALAHAN …………………………………….. 10 A. Pendapatan Negara ………………………………………………… 13 B. Belanja Negara ……………………………………………………….. 14 C. Pembiayaan Anggaran …………………………………………….. 15 D. Kekayaan Negara ……………………………………………………. 15 E. Sistem Pengelolaan Keuangan Negara ……………………………. 16

BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN ………………………………………… 17 A. Fokus Strategi ………………………………………………………… 18 B. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah ………………………… 39 C. Kerjasama Internasional …………………………………………… 40 D. Kelembagaan Keuangan Non Bank, Akuntan, dan Penilai ………. 41 E. Pasar Modal . ………………………………………………..…….. 41 F. Pengembangan Sumber Daya ………………………………………….. 41 G. Kesiapan Sarana dan Prasarana ……………………………………… 56

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN DEPARTEMEN KEUANGAN………. 58 A. Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan

Negara………………………………………………………………… 58

Page 3: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

B. Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara ………… 58 C. Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang Pemerintah ………. 60 D. Program Pemantapan Pelaksanaan Sistem Penganggaran ……… 61 E. Program Pembinaan Akuntansi Keuangan Negara …………….. 62 F. Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan ……………... 63 G. Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan …………….. 63 H. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan

Kepemerintahan ……………………………………………………… 64

I. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur

Negara ………………………………………………………………. 64

J. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Negara ……………………………………………………..……… 65

K. Program Pendidikan Kedinasan …………………………………… 66 L. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur ………… 66

BAB VI PENUTUP ………………………………………………………………… 67

Page 4: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra–KL) adalah dokumen

perencanaan Kementerian/Lembaga jangka menengah (5 tahun) yang memuat visi,

misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan

tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, yang disusun dengan menyesuaikan kepada

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) dan bersifat

indikatif. Renstra-KL Departemen Keuangan Tahun 2005–2009 selain menyesuaikan

kepada RPJM Nasional Tahun 2004-2009 juga menyesuaikan kepada Road-Map

Departemen Keuangan Tahun 2005–2009.

Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa

setiap kementerian/lembaga wajib menyusun Rencana Strategis Kementerian/

Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta menjamin

tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan

berkelanjutan. Di samping itu, sesuai dengan Diktum Kedua Instruksi Presiden Nomor

7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, disebutkan setiap

instansi pemerintah sampai tingkat Eselon II wajib menyusun Rencana Strategis untuk

melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud

pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat

berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran. Perubahan

mendasar tersebut, meliputi aspek-aspek penerapan pendekatan penganggaran dengan

prospektif jangka menengah (Medium Term Expenditure Framework), penerapan

penganggaran secara terpadu (Unified Budget), dan penerapan penganggaran

berdasarkan kinerja (Performance Budget). Dengan mengacu kepada perubahan

mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran tersebut, akan lebih menjamin

peningkatan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.

Page 5: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

4

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut,

khususnya berdasarkan Pasal 12 ayat (2), telah ditetapkan Peraturan Pemerintah

Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan berdasarkan Pasal

14 ayat (6) telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA–KL).

Dalam Pasal 1 butir 9 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 dan Pasal 2 ayat (1)

beserta penjelasannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tersebut di atas

disebutkan bahwa rencana kerja kementerian negara/lembaga untuk periode 1 (satu)

tahun yang dituangkan dalam RKA–KL merupakan penjabaran dari RKP dan

Renstra–KL. Dengan demikian dalam tahap implementasinya fungsi Renstra–KL

menjadi sangat penting, karena digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan

dokumen perencanaan jangka pendek (1 tahun), yaitu Rencana Kerja Kementerian

Negara/Lembaga (Renja–KL), dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga (RKA-KL) sebagai lampiran Nota Keuangan dalam rangka

mengantarkan Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN).

B. Tugas, Fungsi, dan Peran

Departemen Keuangan dalam Pemerintahan Republik Indonesia berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi , Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia merupakan unsur

pelaksana pemerintah dipimpin oleh Menteri Keuangan yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Presiden.

Departemen Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam

menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang Keuangan dan Kekayaan

Negara. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2005 tersebut, dalam

melaksanakan tugasnya Departemen Keuangan menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di

bidang keuangan dan kekayaan negara.

2. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Pengelolaan barang milik kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya.

4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya.

Page 6: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

5

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan

fungsinya kepada Presiden.

Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi tersebut, terkandung beberapa peran

yang sangat strategis, yaitu:

1. Menyusun Rancangan APBN yang merupakan perwujudan pengelolaan keuangan

negara yang dilaksanakan secara transparan dan bertanggung jawab sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

2. Mengamankan dan meningkatkan pendapatan negara dari pajak, bea masuk dan

cukai serta penerimaan negara bukan pajak sesuai peraturan perundangan yang

berlaku sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri.

3. Mengalokasikan belanja negara dengan setepat-tepatnya sesuai dengan arah yang

telah ditetapkan dalam RPJM Nasional Tahun 2004-2009 dan Undang-Undang

APBN, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan masyarakat.

4. Ikut serta memajukan pertumbuhan dunia usaha dan industri dalam negeri melalui

pemberian kemudahan dalam rangka pengelolaan bahan baku impor untuk

memproduksi barang ekspor, meningkatkan kelancaran arus barang impor dan

ekspor, serta melakukan pencegahan pemberantasan penyelundupan.

5. Menetapkan kebijakan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah, dan antar Daerah.

6. Membina, mengelola dan menatausahakan Barang Milik/Kekayaan Negara (aset

negara) dalam rangka lebih meningkatkan dayaguna dan hasilguna aset negara

serta pengamanannya.

7. Menyusun Laporan Keuangan Pemerintah sebagai pertanggungjawaban atas

pelaksanaan APBN.

C. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63

Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik

Page 7: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

6

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Indonesia, Departemen Keuangan terdiri dari 10 (sepuluh) unit organisasi Eselon I, dan

Staf Ahli dengan susunan sebagai berikut :

1. Sekretariat Jenderal.

2. Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan.

3. Direktorat Jenderal Pajak.

4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

5. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

6. Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara.

7. Inspektorat Jenderal.

8. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

9. Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerjasama Internasional.

10. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

11. Staf Ahli

Sedangkan Instansi Vertikal di lingkungan Departemen Keuangan sesuai dengan

Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen

Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun

2004, terdiri dari :

1. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

2. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.

3. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

4. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara.

Bagan organisasi Departemen Keuangan saat ini dapat dilihat pada Bagan I.

Page 8: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

7

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Bagan I

5 Staf Ahli : 1. Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional. 2. Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara. 3. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara. 4. Staf Ahli Bidang Pengembangan Pasar Modal. 5. Staf Ahli Bidang Pembinaan Umum Pengelolaan Kekayaan Negara

Page 9: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

8

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

D. Profil Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan

kegiatan Departemen Keuangan. Data pegawai berikut merupakan data yang

distribusinya masih berdasarkan struktur organisasi sebelum adanya reorganisasi

Departemen Keuangan. Jumlah pegawai Departemen Keuangan per 18 Oktober

2005 sebanyak 61.648 orang (termasuk pegawai yang diperbantukan/dipekerjakan

pada instansi di luar Departemen Keuangan) dengan klasifikasi sebagai berikut :

I. Berdasarkan Golongan

No. Golongan Laki – Laki Perempuan Total Orang

1. Golongan I 1.046 97 1.143

2. Golongan II 22.159 6.277 28.436

3. Golongan III 23.081 6.868 29.949

4. Golongan IV 1.950 170 2.120

TOTAL 48.236 13.412 61.648

II. Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Laki - Laki Perempuan Total Orang

1. SD 1.372 53 1.425

2. SLTP 2.151 353 2.504

3. SLTA 21.968 7.834 29.802

4. Sarjana

Muda/DIII

7.475 1.644 9.119

5. Sarjana (S1) 13.030 3.170 16.200

6. Master (S2) 2.195 355 2.550

7. Doktor (S3) 45 3 48

TOTAL 48.236 13.412 61.648 Sumber : Biro Kepegawaian

Page 10: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

9

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

E. Sarana dan Prasarana

Departemen Keuangan sebagai instansi pemerintah yang sangat besar

menempati gedung kantor yang tersebar baik di pusat maupun unit-unit vertikal

di daerah. Gedung kantor Departemen Keuangan terletak di Jl. Lapangan

Banteng Timur Nomor 2 - 4 dan Jl. dr. Wahidin Nomor 1 Jakarta Pusat yang

ditempati oleh Menteri Keuangan, Staf Ahli, Sekretariat Jenderal, Inspektorat

Jenderal, Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan, Direktorat

Jenderal Lembaga Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat

Jenderal Piutang dan Lelang Negara, Badan Pengawas Pasar Modal, dan Badan

Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerjasama Internasional. Sedangkan

Direktorat Jenderal Pajak berlokasi di Jl. Gatot Subroto Kavling 40 - 42 Jakarta

Selatan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di Jl. Ahmad Yani Jakarta Timur, dan

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan di Jl. Purnawarman Nomor 99

Jakarta Selatan. Selain itu, Departemen Keuangan juga mempunyai unit di

daerah yang tersebar di berbagai Provinsi, Kabupaten, dan Kota, yaitu Direktorat

Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal

Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara, dan Badan

Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

Sesuai dengan neraca Departemen Keuangan per 31 Desember 2004, total

aset Departemen Keuangan sebesar Rp32.432.596.895.058 dengan rincian sebagai

berikut: aset lancar sebesar Rp25.973.216.573.392, aset tetap sebesar

Rp6.440.255.345.124, dan aset lainnya sebesar Rp19.124.976.542.

Page 11: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

10

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

BAB II VISI DAN MISI

A. Visi Departemen Keuangan

Visi Departemen Keuangan adalah Menjadi Pengelola Keuangan dan

Kekayaan Negara Bertaraf Internasional yang Dipercaya dan Dibanggakan

Masyarakat, serta Instrumen Bagi Proses Transformasi Bangsa Menuju

Masyarakat Adil, Makmur, dan Berperadaban Tinggi.

Dari visi yang telah ditetapkan tersebut, yang dimaksud dengan

Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara adalah Departemen Keuangan

sebagai lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun dan

mengalokasikan keuangan negara dan memelihara barang milik negara. Bertaraf

Internasional artinya setara atau tidak berbeda dengan lembaga/institusi yang

ada di negara maju sebagai refleksi cita-cita dalam mencapai tingkatan standar

dunia atau standar internasional baik kualitas aparatnya maupun kualitas

kinerja serta hasil-hasilnya. Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat adalah

semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan

dan kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan

negara, belanja negara, dan pembiayaan defisit anggaran dilakukan melalui

mekanisme APBN. Instrumen Bagi Proses Transformasi Bangsa Menuju

Masyarakat Adil, Makmur, dan Berperadaban Tinggi, artinya Departemen

Keuangan memegang peran sangat penting dalam menuju masyarakat adil dan

makmur sebagaimana dicita-citakan dalam pembukaan UUD 1945 dengan tetap

berpegang teguh pada nilai budaya dan kepribadian bangsa Indonesia.

B. Misi Departemen Keuangan

Untuk merealisasikan Visi yang telah ditetapkan, maka Departemen

Keuangan memiliki Misi yang terbagi dalam 5 (lima) bidang.

I. Misi Bidang Fiskal

Misi di Bidang Fiskal adalah Mengembangkan Kebijaksanaan Fiskal yang

Sehat dan Berkelanjutan serta Mengelola Kekayaan dan Utang Negara Secara

Hati-hati (Prudent), Bertanggungjawab, dan Transparan.

Page 12: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

11

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

II. Misi Bidang Ekonomi

Misi di Bidang Ekonomi adalah Mengatasi Masalah Ekonomi Bangsa serta

Secara Proaktif Senantiasa Mengambil Peran Strategis Dalam Upaya

Membangun Ekonomi Bangsa, yang Mampu Mengantarkan Bangsa

Indonesia Menuju Masyarakat yang Dicita-citakan Konstitusi.

III. Misi Bidang Sosial Budaya

Misi di Bidang Sosial Budaya adalah Mengembangkan Masyarakat Finansial

yang Berbudaya dan Modern.

IV. Misi Bidang Politik

Misi di Bidang Politik adalah Mendorong Proses Demokratisasi Fiskal dan

Ekonomi.

V. Misi Bidang Kelembagaan

Misi di Bidang Kelembagaan adalah Senantiasa Memperbaharui Diri (Self

Reinventing) Sesuai Dengan Aspirasi Masyarakat dan Perkembangan

Mutakhir Teknologi Keuangan serta Administrasi Publik, serta Pembenahan

dan Pembangunan Kelembagaan di Bidang Keuangan yang Baik dan Kuat

yang Akan Memberikan Dukungan dan Pedoman Pelaksanaan yang Rasional

dan Adil, Dengan Didukung oleh Pelaksana yang Potensial dan Mempunyai

Integritas yang Tinggi.

Page 13: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

12

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

BAB III IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Departemen Keuangan dalam pembangunan nasional, berperan besar di

bidang fiskal, yaitu dalam upaya memantapkan stabilitas ekonomi makro.

Mengingat pentingnya stabilitas ekonomi makro bagi kelancaran dan

pencapaian sasaran pembangunan nasional, Departemen Keuangan yang sangat

berperan di bidang fiskal membantu Pemerintah bertekad untuk terus

menciptakan dan memantapkan stabilitas ekonomi makro. Salah satu arah

kerangka ekonomi makro dalam jangka menengah adalah untuk menjaga

stabilitas ekonomi makro dan mencegah timbulnya fluktuasi yang berlebihan di

dalam perekonomian.

Stabilitas ekonomi makro masih rentan terhadap gejolak. Di sisi

keuangan negara, kesinambungan fiskal masih menghadapi ancaman. Rasio stok

utang pemerintah terhadap PDB masih relatif tinggi yang diperkirakan sekitar

53,9 % (lima puluh tiga koma sembilan persen) dari PDB pada akhir tahun 2004.

Dalam beberapa tahun mendatang jumlah obligasi pemerintah yang jatuh tempo

akan mencapai puncaknya. Di sisi lain tingkat penerimaan, terutama pajak,

masih jauh dari optimal dibanding potensi penerimaan yang tersedia. Pada sisi

belanja, efektivitas dan efisiensi belanja masih belum optimal. Dengan demikian,

tantangan dalam 5 (lima) tahun mendatang adalah melaksanakan pengelolaan

pinjaman baik luar negeri maupun dalam negeri yang lebih baik, meningkatkan

penerimaan negara dan mengefektifkan belanja negara dalam rangka menjaga

ketahanan fiskal.

Kondisi lembaga keuangan yang belum mantap. Masih lemahnya

pengaturan dan pengawasan terhadap produk perbankan dan keuangan yang

semakin bervariasi dan kompleks, serta dalam mengantisipasi globalisasi

perdagangan jasa dan inovasi teknologi informasi, telah meningkatkan arus

transaksi keuangan masuk dan keluar Indonesia. Disamping itu adanya

kecenderungan pemusatan aset lembaga jasa keuangan pada sektor perbankan.

Page 14: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

13

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Hal ini merupakan ancaman sekaligus tantangan terutama bagi lembaga

perbankan di masa depan. Sementara itu, peran lembaga jasa keuangan non

bank yang sesungguhnya dapat menjadi sumber pendanaan jangka panjang bagi

pembiayaan pembangunan masih relatif kecil. Total aset yang terhimpun melalui

asuransi, dana pensiun, perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura,

dan pegadaian, baru sekitar 10 % (sepuluh persen) dari PDB dibandingkan

dengan perbankan yang telah mencapai 51 % (lima puluh satu persen) dari PDB

(tahun 2003). Hal ini disebabkan oleh lemahnya law enforcement dan belum

sepenuhnya menerapkan standar internasional dalam pengaturan dan

pengawasan industri jasa-jasa lembaga keuangan non bank yang menyebabkan

kurangnya kepercayaan masyarakat pada jasa-jasa keuangan tersebut.

Pasar modal yang diharapkan dapat menjadi sumber pendanaan jangka

panjang bagi sektor swasta masih perlu ditingkatkan. Pada tahun 2003,

kontribusi pasar modal dalam perekonomian yang dicerminkan dari nilai

kapitalisasi pasar saham dan obligasi korporasi terhadap PDB walaupun telah

mencapai 24 % (dua puluh empat persen), masih jauh di bawah penghimpunan

dana oleh sektor perbankan yang mencapai sekitar 43 % (empat puluh tiga

persen) terhadap PDB. Pertumbuhan berbagai produk jasa keuangan yang cepat

(seperti reksadana), berpotensi menimbulkan risiko jika tidak diikuti dengan

pengaturan dan pengawasan yang memadai. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

reksadana pada tahun 2004 telah mencapai sekitar 13 kali lipat dari NAB tahun

2001. Lonjakan akumulasi dana pada industri reksadana tersebut memerlukan

pengaturan yang selalu mengedepankan prinsip-prinsip kehati-hatian.

Penyiapan mekanisme pencegahan dan pengelolaan krisis melalui

konsep Jaring Pengaman Sektor Keuangan Indonesia hingga saat ini belum

berjalan seperti diharapkan. Hal ini dikarenakan belum ada kesepakatan

diantara lembaga terkait terhadap pelaksanaan fungsi pengatur dan pengawas

jasa keuangan yang terintegrasi (melalui pembentukan Otoritas Jasa

Keuangan/OJK).

Page 15: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

14

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Secara singkat tantangan untuk terus menciptakan dan memantapkan

stabilitas ekonomi adalah kemungkinan timbulnya gejolak ekonomi baik yang

berasal dari luar maupun dari dalam. Gejolak ekonomi dari luar antara lain

dengan kemungkinan adanya policy reversal dari negara-negara industri maju

dari kebijakan moneter yang longgar kepada kebijakan moneter yang lebih ketat

dan meningkatnya harga minyak bumi. Sedangkan yang berasal dari dalam

negeri berupa ancaman kesinambungan fiskal, belum mantapnya kondisi

perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya, lemahnya kondisi struktural,

yang pada gilirannya dapat mempengaruhi ketidakseimbangan eksternal,

ketahanan fiskal, dan stabilitas moneter.

Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata

pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Namun pada kenyataannya sampai

dengan saat ini, reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan

masyarakat. Banyaknya permasalahan birokrasi belum sepenuhnya teratasi baik

dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal, faktor demokratisasi dan

desentralisasi telah membawa dampak pada proses pengambilan keputusan

kebijakan publik, khususnya dari sisi internal birokrasi itu sendiri berbagai

permasalahan masih banyak yang dihadapi. Dari sisi eksternal, faktor globalisasi

dan kebijakan serta strategi nasional pengembangan e-Government sesuai dengan

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 merupakan tantangan tersendiri dalam

upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, baik dan berwibawa.

Dibutuhkan suatu upaya yang lebih komprehensif dan terintegrasi dalam

mendorong peningkatan kinerja birokrasi aparatur negara dalam menciptakan

pemerintahan yang bersih dan akuntabel yang merupakan amanah reformasi

dan tuntutan seluruh rakyat Indonesia.

Secara spesifik identifikasi permasalahan dan kendala yang dihadapi

Departemen Keuangan dapat dibagi berdasarkan fungsi-fungsi yang

dilaksanakan. Adapun fungsi-fungsi tersebut dijelaskan di bawah ini.

Page 16: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

15

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

A. Pendapatan Negara

Peningkatan pendapatan negara bersumber dari pungutan pajak, bea dan

cukai, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Adapun identifikasi

permasalahan yang dihadapi dalam rangka pendapatan negara sebagai berikut :

I. Pajak

1. Kurangnya akses informasi transaksi keuangan (lack of access to financial

transactions information).

2. Kurangnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi (KISS) antar

instansi (lack of KISS to non financial transaction information).

3. Rendahnya kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak yang menjadi

kewajibannya.

4. Belum terbentuknya Bank Data Nasional dan SIN (Single Identification

Number).

5. Penerapan teknologi informasi untuk mendukung pelayanan dan

pengawasan Wajib Pajak belum memadai.

6. Sistem manajemen sumber daya manusia belum memadai dan masih

rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparat.

II. Bea dan Cukai

1. Sistem dan prosedur pelayanan kurang efisien dan sulit.

2. Sistem dan prosedur pengawasan kurang efektif.

3. Organisasi dan tatakerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kurang

mengakomodir tuntutan stakeholder.

4. Integritas pegawai masih kurang memadai.

5. Sarana, prasarana, dan anggaran yang tersedia dalam rangka mendukung

sistem pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai kurang

memadai.

6. Banyak hal teknis di bidang kepabeanan dan cukai yang belum diatur

atau sudah diatur dengan peraturan namun tidak memadai.

III. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

− Pengelolaan PNBP belum memadai.

Page 17: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

16

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

B. Belanja Negara

Efisiensi dan tepat sasaran merupakan kata kunci dalam pengelolaan

belanja negara baik belanja pusat maupun belanja di daerah. Identifikasi

permasalahan terhadap belanja negara sebagai berikut:

I. Belanja Pusat

1. Komposisi dan struktur belanja negara yang tidak sehat dimana ruang

gerak fiskal pemerintah yang sangat terbatas, diantaranya seperti :

a. Terlihat dari besarnya belanja wajib yang harus dialokasikan

Pemerintah (non discretionary) yang antara lain meliputi belanja

pegawai, subsidi, dan pembayaran bunga utang yang menyebabkan

alokasi untuk belanja yang bersifat investasi menjadi sangat terbatas.

b. Penetapan jumlah belanja (terutama belanja wajib/non discretionary)

masih banyak bersifat incremental.

c. Belanja yang belum direncanakan secara terprogram untuk

kesinambungan pembangunan.

d. Besarnya beban bunga dan denda yang terus meningkat seiring

dengan kenaikan jumlah pokok utang dan penurunan nilai rupiah

serta penundaan pelunasan pokok utang serta commitment fee yang

cukup besar bahkan untuk utang yang belum dicairkan.

2. Subsidi belum tepat sasaran, diantaranya seperti:

a) Penyaluran subsidi yang masih banyak disalahgunakan.

b) Subsidi diterima oleh pihak-pihak yang tidak seharusnya menerima.

II. Belanja Daerah

Dari sisi alokasi ke daerah yang meliputi dana desentralisasi, dana

dekonsentrasi, dan dana tugas pembantuan, diantaranya seperti:

1. Dalam pelaksanaannya masih terdapat duplikasi sumber dana untuk suatu

kegiatan. Duplikasi sumber dana untuk membiayai kegiatan yang sama

karena pemerintah pusat dan daerah masing-masing merencanakan

program yang mirip satu sama lain.

Page 18: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

17

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

2. Kurangnya akuntabilitas pengelolaan dana dekonsentrasi, desentralisasi

dan tugas pembantuan.

C. Pembiayaan Anggaran

Pembiayaan anggaran berasal dari pinjaman luar negeri maupun dalam

negeri. Identifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut:

I. Luar Negeri

1. Besarnya beban pembayaran cicilan pokok utang dan bunga utang, yang

disebabkan pemerintah menggunakan utang sebagai instrumen untuk

mencukupi kebutuhan belanja dan menutup defisit.

2. Kurang baiknya perencanaan saat menentukan bentuk utang serta

penggunaannya dan pemanfaatan utang luar negeri belum efisien dan

efektif. Dalam kaitannya dengan penarikan utang baru ternyata tidak

semua utang dapat dicairkan karena pemerintah tidak dapat memenuhi

semua persyaratan lender. Besarnya commitment fee untuk utang baru juga

cukup besar, bahkan untuk utang yang belum dicairkan.

II. Dalam Negeri

1. Pengelolaan portofolio Surat Utang Negara (SUN) yang belum memadai.

2. Belum optimalnya pasar dan infrastruktur SUN.

D. Kekayaan Negara

Kekayaan negara meliputi aktiva lancar seperti piutang pemerintah dan

aktiva tidak lancar yang berupa barang milik negara. Identifikasi permasalahan

yang ada sebagai berikut:

I. Piutang

1. Banyaknya piutang negara yang macet yang tidak didukung barang

jaminan atau barang jaminan tidak mengcover jumlah piutang negara.

2. Besarnya tunggakan baik kepada pemerintah daerah, BUMN/D, maupun

kredit program kepada usaha kecil. Sehingga kebijakan penyaluran,

Page 19: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

18

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

penatausahaan, pemantauan, serta penghapusan/pemutihan pinjaman

perlu segera disusun.

3. Perangkat peraturan perundang-undangan di bidang pengurusan piutang

negara dan lelang kurang lengkap dan fasilitas sarana dan prasarana yang

tersedia dalam rangka mendukung pelayanan kepada publik kurang

memadai.

II. Barang Milik Negara

1. Masih banyak barang milik negara yang pengurusan dan penguasaannya

tersebar di berbagai departemen/lembaga dan belum dikelola dengan

baik.

2. Belum optimalnya pengamanan terhadap kekayaan negara, seperti

terjadinya penjarahan hutan (illegal logging) maupun terhadap

penyerobotan tanah negara oleh masyarakat setempat.

3. Belum difokuskan pada optimalisasi pemanfaatan (mengurangi idle assets)

guna mempertahankan nilai modal (capital value) kekayaan negara.

E. Sistem Pengelolaan Keuangan Negara

Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara

yang dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil

pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan sebagaimana

yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara. Dalam pelaksanaan fungsi tersebut permasalahan yang dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

I. Kesinambungan fiskal belum terjamin.

II. Sistem penganggaran belum transparan dan akuntabel.

III. Sistem pelaksanaan anggaran belum berjalan dengan baik.

IV. Sistem penyusunan laporan keuangan (termasuk necara) belum memadai.

Page 20: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

19

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 memuat

sasaran-sasaran program ekonomi nasional yang hendak dicapai pada tahun

2009, yang antara lain meliputi:

1. peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi 7,6%,

2. pengurangan angka pengangguran menjadi 5,1%,

3. pengurangan tingkat kemiskinan menjadi 8,2%,

4. peningkatan daya saing, dan

5. peningkatan investasi.

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut terdapat beberapa upaya, antara

lain berupa:

1. memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro sebagai prasyarat

atau prakondisi bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan;

2. mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan sumber-

sumber pendorong pertumbuhan yang berimbang dan bertumpu pada

peningkatan investasi dan ekspor non-migas;

3. meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang merupakan kunci utama

untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan;

4. meningkatkan partisipasi sektor swasta melalui kemitraan antara pemerintah

dan swasta untuk mengatasi kendala keterbatasan sumber daya pemerintah;

5. menciptakan lapangan kerja sekaligus mengentaskan kemiskinan melalui

strategi dan kebijakan yang tepat dengan prioritas pada sektor-sektor yang

mempunyai dampak multiplikasi tinggi terhadap penciptaan lapangan kerja;

serta

6. membangun landasan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

dengan memberikan prioritas lebih besar kepada sektor pendidikan dan

kesehatan, serta masalah perbaikan lingkungan.

Page 21: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

20

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

A. Fokus Strategi

Untuk mendukung pencapaian target-target makro ekonomi dan fiskal di

atas, Departemen Keuangan selaku pengelola fiskal telah mempersiapkan

langkah-langkah kebijakan fiskal yang akan ditempuh melalui 4 (empat) fokus

strategi dapat dijelaskan sebagaimana tersebut di bawah ini.

I. Pendapatan Negara

Fokus strategi di bidang pendapatan negara diarahkan pada pencapaian 4

(empat) target, yaitu (a) optimalisasi pendapatan negara, (b) peningkatan

kualitas pelayanan kepada masyarakat, (c) terwujudnya keadilan dan

perlindungan masyarakat, serta (d) citra baik Departemen Keuangan terkait

dengan layanan publik dalam rangka peningkatan pendapatan.

Pencapaian keempat target tersebut secara sinergis menjadi landasan kuat

bagi keseimbangan baru kapasitas fiskal Pemerintah yang sekaligus

menunjukkan signifikansi peningkatan dari keseimbangan awal.

Fokus strategi di bidang pendapatan negara pada prinsipnya diarahkan

pada peningkatan pendapatan negara. Strategi peningkatan pendapatan

dilaksanakan dalam 3 (tiga) kebijakan. Pertama, peningkatan target pendapatan

perpajakan secara terencana sesuai kondisi perekonomian dengan

memperhatikan kendala, potensi, dan coverage ratio yang ada. Kedua, optimalisasi

penerimaan dari bea dan cukai dengan melakukan pengkajian kelompok

industri dalam rangka optimalisasi dan harmonisasi sistem pentarifan. Ketiga,

peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sesuai perkembangan

perekonomian dengan melakukan perbaikan regulasi.

Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari perpajakan dan

peningkatan tax ratio secara bertahap dibutuhkan langkah-langkah

penyempurnaan kebijakan perpajakan, modernisasi sistem administrasi

perpajakan, pemanfaatan informasi dan teknologi dalam rangka pembentukan

bank data secara nasional, dan upaya koordinasi dengan lembaga keuangan dan

otoritas moneter dalam rangka peningkatan kemampuan akses informasi atas

Page 22: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

21

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

transaksi keuangan WP. Upaya tersebut diarahkan kepada perluasan basis pajak,

optimalisasi pemungutan perpajakan dari potensi pajak yang tersedia, dan

penyempurnaan referensi perpajakan dalam rangka pengawasan WP.

Penyempurnaan kebijakan perpajakan pada prinsipnya diarahkan untuk

meningkatkan kapasitas fiskal guna mendukung dan memperkuat sumber-

sumber pendanaan APBN tanpa mengabaikan peran pajak dalam mendorong

investasi, memperkuat daya saing, dan meningkatkan efisiensi perekonomian.

Upaya tersebut dilakukan melalui penyempurnaan peraturan perpajakan terkait

dalam rangka pengurangan distorsi pajak dalam perekonomian dan mendorong

peningkatan rasa keadilan masyarakat.

Upaya penyempurnaan kebijakan juga mendesak diperlukan dalam

rangka peningkatan penerimaan dari bea dan cukai dengan mempertimbangkan

faktor keselarasan/harmonisasi dengan berbagai ketentuan lain yang berlaku,

baik tingkat nasional maupun yang berlaku secara internasional. Kebijakan

dimaksud seperti terkait dengan dukungan kepada perkembangan industri

dalam negeri dan fasilitasi perdagangan melalui pembebasan bea masuk untuk

industri tertentu.

Demikian pula halnya dengan penyempurnaan regulasi terkait dengan

upaya peningkatan penerimaan PNBP, yang jenis penerimaannya sangat

beragam. Penyempurnaan kebijakan berkenaan dengan penetapan pay out ratio,

misalnya dengan tanpa mengabaikan kondisi kesehatan dan kinerja BUMN

sangat erat kaitannya dengan proporsi peningkatan penerimaan PNBP dari laba

BUMN (deviden). Hal yang sama diperlukan pula dalam rangka peningkatan

penerimaan dari sumber-sumber lain seperti peningkatan surplus Badan

Layanan Umum (BLU) yang disetorkan ke Kas Negara, jika dimungkinkan.

Penyempurnaan regulasi berkenaan dengan PNBP tidak hanya dilakukan

terhadap pola penetapan tarif dan pemberian insentif lainnya, tetapi juga dari

sisi pengelolaan dan pelaporan. Oleh karena itu, kebijakan berkenaan dengan

pengembangan IT dan penyempurnaan sistem administrasi mutlak diperlukan.

Page 23: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

22

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, kebijakan operasional di bidang

pendapatan negara dilaksanakan dengan 2 (dua) cara yaitu, peningkatan

kepatuhan dan peningkatan pelayanan.

1. Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak

Pemungutan pajak dengan sistem self-assessment menuntut kesadaran

yang tinggi dari wajib pajak untuk menjalankan kewajiban perpajakannya.

Strategi yang ditempuh guna meningkatkan dan menjaga kepatuhan wajib pajak

adalah:

(a) Peningkatan jumlah wajib pajak, yaitu melalui upaya pembentukan bank

data dan single indentification number (SIN), e-mapping & smart mapping,

peningkatan kerjasama/akses data dengan instansi lain, serta penyisiran

wilayah-wilayah di mana banyak terdapat anggota masyarakat yang belum

terdaftar sebagai wajib pajak;

(b) Pengungkapan SPT wajib pajak tidak jujur atau tidak benar. Strategi ini

dilaksanakan untuk memastikan wajib pajak yang telah terdaftar memenuhi

kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan perpajakan; dan

(c) Peningkatan program penyuluhan kepada masyarakat. Hal ini bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak, memperluas, dan meningkatkan

pengetahuan pajak. Upaya penyuluhan pajak dilaksanakan dengan cara: (i)

penerapan pendidikan perpajakan kepada generasi muda, baik melalui jalur

pendidikan formal maupun non formal, (ii) sosialisasi perpajakan kepada

masyarakat, dan (iii) penyediaan hotline service bagi masyarakat untuk

memperoleh pengetahuan tentang perpajakan, serta (iv) optimalisasi fungsi

public relation juga dilaksanakan untuk dapat meningkatkan citra positif

aparatur pajak.

2. Peningkatan Pelayanan Pajak

Pelayanan yang baik kepada wajib pajak dilaksanakan agar wajib pajak

dapat menjalankan kewajiban perpajakannya dengan mudah. Strategi yang

ditempuh dalam rangka peningkatan pelayanan kepada wajib pajak, adalah:

Page 24: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

23

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

(a) Peningkatan kualitas pelayanan administrasi.

Pelayanan administrasi meliputi pelayanan lengkap dan baik kepada wajib

pajak di tempat pelayanan terpadu serta penyederhanaan prosedur

perpajakan dan pemanfaatan teknologi informasi. Penyederhanaan prosedur

perpajakan berupa penyederhanaan program pelayanan restitusi dan

penyederhanaan surat pemberitahuan pajak. Sedangkan pemanfaatan

teknologi informasi meliputi pengembangan program on-line dalam

pelaksanaan pajak dan penyempurnaan program pelayanan hotline service.

(b) Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak.

Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak dilaksanakan dengan

pengembangan risk analysis sebagai dasar pemeriksaan, pengembangan

sistem administrasi pemeriksaan pajak, dan pengembangan data matching

sebagai basis electronic audit.

(c) Perbaikan manajemen penyidikan pajak.

Perbaikan manajemen penyidikan pajak dilaksanakan dengan

pengembangan kegiatan intelijen sebagai dasar penyidikan, pengembangan

kerjasama dengan instansi penegak hukum lainnya, dan pengembangan

sistem administrasi penyidikan pajak.

(d) Perbaikan manajemen penagihan pajak.

Upaya perbaikan tersebut adalah melalui pengembangan analisis umur

tunggakan dan kemampuan bayar, pengembangan sistem administrasi

penagihan pajak, dan pengembangan sistem informasi pendukung pelunasan

tunggakan pajak.

Di bidang kepabeanan dan cukai, penyempurnaan administrasi dilakukan

untuk menjamin 3 (tiga) hal, yaitu: (a) kepastian penerimaan pendapatan negara

yang berasal dari pemungutan bea masuk dan cukai, (b) terlaksananya prakarsa

fasilitasi perdagangan, dan (c) keberhasilan pemberantasan penyelundupan dan

undervaluation.

Pertama, kepastian penerimaan pendapatan negara : Untuk menjamin

kepastian penerimaan pendapatan negara dari bea masuk, upaya optimalisasi

Page 25: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

24

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

pendapatan dilakukan melalui penyempurnaan administrasi dan optimalisasi

penagihan tunggakan. Hal ini terkait dengan adanya kecenderuangan

penurunan pendapatan bea masuk sebagai konsekuensi dari kebijakan

pemerintah dalam mendukung liberalisasi perdagangan internasional melalui

penurunan tarif secara bertahap. Sedangkan untuk penerimaan negara dari

pemungutan cukai dilaksanakan melalui (i) peningkatan pengawasan atas

peredaran produksi barang kena cukai, (ii) pemberantasan peredaran rokok

polos, rokok yang dilekati pita cukai palsu, dan rokok yang dilekati dengan pita

cukai yang bukan haknya, (iii) pengujian tingkat kepatuhan melalui audit, dan

(iv) peningkatan pelayanan dalam rangka penyediaan dan distribusi pita cukai.

Kedua, prakarsa fasilitasi perdagangan: Prakarsa fasilitasi perdagangan

dimaksudkan untuk menciptakan iklim perdagangan yang kondusif melalui

sistem pelayanan kepabeanan yang prima berbasis teknologi informasi. Iklim

perdagangan yang kondusif dapat menarik investor baik dari dalam maupun

luar negeri untuk menanamkan dan mengembangkan investasinya di bidang

perdagangan. Iklim yang kondusif tersebut pada akhirnya akan dapat

mendorong peningkatan perdagangan internasional dan arus keluar masuk

komoditas perdagangan (ekspor dan impor).

Ketiga, upaya pemberantasan penyelundupan dan undervaluation:

Luasnya wilayah perbatasan antar negara memberikan peluang terbukanya

pintu masuk tidak resmi komoditas perdagangan dalam upaya penghindaran

terhadap pengenaan bea masuk. Di sisi lain, ketersediaan personil, kantor

pelayanan, sarana detektor, fasilitas patroli, dan sarana dan prasarana lain dalam

rangka pelayanan kepabeanan sangat terbatas. Hal ini dimanfaatkan dengan

baik oleh oknum penyelundup untuk melakukan illegal trading dan

undervaluation. Pencegahan penyelundupan baik dari illegal trading maupun

undervaluation dilakukan melalui upaya pembukaan tempat/kantor pelayanan

bea dan cukai baru pada titik-titik strategis di sepanjang perbatasan antar

negara, pengadaan fasilitas patroli kepabeanan beserta personil operatornya,

perbaikan sistem dan prosedur dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Page 26: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

25

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

II. Belanja Negara

Fokus strategi belanja negara diarahkan pada peningkatan efektifitas dan

efisiensi belanja negara. Peningkatan efektifitas dan efisiensi dilakukan dalam

rangka mencapai 5 (lima) target, yaitu: (a) efisiensi pengadaan barang dan jasa,

(b) alokasi belanja yang tepat sasaran, (c) alokasi belanja yang berkeadilan sosial,

(d) peningkatan kualitas pelayanan, dan (e) citra baik Departemen Keuangan

dalam mengelola belanja negara. Pencapaian kelima target tersebut dilakukan

melalui mekanisme berikut ini.

1. Penetapan kebijakan belanja yang ekonomis, efektif, dan efisien

Anggaran belanja negara, sekalipun volumenya relatif kecil terhadap

PDB, memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan ekonomi nasional.

Oleh karena itu, penyusunan dan pelaksanaannya harus realistis dan

memperhatikan aspek kemampuan dalam menghimpun pendapatan. Untuk itu,

penyelenggaraan riset yang unggul sangat diperlukan dalam upaya menetapkan

kebijakan belanja —yang efektif, ekonomis, dan efisien— secara tepat.

Fokus strategi kebijakan belanja yang research based menghendaki agar

penyusunan dan pelaksanaan anggaran dilakukan berdasarkan informasi

yang merupakan produk riset yang dapat dipertanggungjawabkan akurasinya.

Fokus strategi yang mengarah pada efisiensi pengadaan barang dan jasa

dimaksudkan untuk mencapai target tingkat optimum pemanfaatan sumber

daya keuangan dalam membiayai kegiatan pemerintahan. Untuk itu penerapan

prioritas belanja dan efektifitas penggunaan sumber daya keuangan —melalui

penajaman prioritas alokasi— merupakan faktor penting dalam pengendalian

efisiensi belanja.

Pencapaian efisiensi ini besar artinya bagi upaya perluasan jangkauan

alokasi belanja pemerintah dalam membiayai keperluan pemberian layanan

publik. Dengan peningkatan/perluasan capaian target ini, upaya percepatan

peningkatan pertumbuhan, penguatan stabilitas perekonomian, serta

peningkatan pemerataan pendapatan dapat terdukung.

Page 27: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

26

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Pada aspek administrasi, upaya efisiensi belanja juga dilakukan melalui

pemantapan (establishment) pelaksanaan unifikasi anggaran (unified budget),

penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja (performance based budget), dan

penerapan alokasi belanja negara dalam kerangka pengeluaran jangka

menengah (medium term expenditure framework/MTEF).

Terkait dengan alokasi untuk belanja pemerintah daerah dalam rangka

pelaksanaan perimbangan keuangan, efisiensi belanja negara diarahkan untuk

mendukung penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab

sesuai dengan pembagian tugas, kewenangan, dan tanggung jawab antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Bertanggung jawab dalam pengertian

bahwa penyerahan atau pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada

daerah yang selanjutnya diikuti dengan pendanaannya (money follows function)

harus dapat menjamin efisiensi alokasi belanja dengan cara menghindarkan

duplikasi pembiayaan dan perluasan penyelenggaraan layanan publik sesuai

bidang tugas masing-masing. Dengan demikian, pemerintah daerah diminta

untuk melakukan alokasi belanja secara sinergis dengan Pemerintah Pusat.

Sinergis dalam pengertian bahwa alokasi belanja pemerintah daerah dan alokasi

belanja pemerintah pusat harus saling mendukung dan tidak terjadi tumpang-

tindih/duplikasi. Implementasi kebijakan ini secara konsekuen akan dapat

meningkatkan kesejahteraan rakyat seperti yang dicita-citakan.

Adapun kebijakan berkenaan dengan efektifitas dan efisiensi belanja

negara terkait dengan kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas

pembantuan ditempuh antara lain melalui:

(a) pelaksanaan alokasi belanja daerah sesuai dengan pembagian kewenangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

(b) perumusan kebijakan alokasi dana perimbangan tahunan dan jangka

menengah;

(c) penetapan alokasi dana perimbangan dan belanja daerah lainnya secara tepat

waktu;

Page 28: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

27

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

(d) perumusan karakteristik pendanaan kegiatan dan perumusan kriteria

kegiatan yang dapat didanai dengan dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan;

(e) pemetaan pendanaan sektoral di daerah yang mengacu pada peraturan

perundang-undangan; dan

(f) pelaksanaan koordinasi dalam rangka sinkronisasi kebijakan menyangkut

alokasi belanja yang berasal dari dana desentralisasi, dekonsentrasi, dan

tugas pembantuan.

2. Perencanaan dan alokasi anggaran yang tepat sasaran dan adil

Perencanaan dan alokasi anggaran dilakukan berdasarkan prioritas

program pembangunan pemerintah yang mengacu kepada rencana kerja

pemerintah (RKP), seperti alokasi dana untuk fungsi pendidikan dan kesehatan.

Perencanaan dan alokasi anggaran, khususnya belanja pemerintah pusat,

disusun dalam kerangka penyusunan penganggaran terpadu (unified budget)

secara konsisten.

Perencanaan dan alokasi anggaran diawali dengan penyusunan

perhitungan dasar anggaran (baseline budget) sesuai dengan kebutuhan belanja

pemerintah pusat yang rasional. Untuk itu, akurasi, kelengkapan, dan

komprehensitas data dan model perencanaan dan alokasi anggaran yang

kredibel menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan perencanaan dan

alokasi anggaran secara tepat dan adil. Selanjutnya, dilakukan penyusunan

langkah-langkah kebijakan (policy measures) dengan memperhitungkan dampak

fiskalnya terhadap belanja Pemerintah Pusat secara keseluruhan, defisit, dan

pembiayaan anggaran.

Adapun langkah-langkah dalam kaitannya dengan penajaman prioritas

alokasi anggaran yang tepat sasaran dan adil meliputi penetapan kebijakan:

(a) perbaikan kesejahteraan aparatur negara dalam batas kemampuan keuangan

negara;

(b) peningkatan efisiensi belanja barang dan jasa;

Page 29: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

28

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

(c) pengurangan secara bertahap subsidi yang tidak langsung menyentuh

kepentingan rakyat miskin;

(d) pengurangan beban bunga utang;

(e) peningkatan belanja modal untuk infrastruktur;

(f) peningkatan bantuan sosial yang langsung menyentuh kepentingan rakyat

miskin; dan

(g) penyediaan dana cadangan umum untuk mengantisipasi perubahan asumsi

makro atau tidak tercapainya langkah-langkah kebijakan yang direncanakan.

Khusus, terkait dengan mekanisme perhitungan dasar anggaran (baseline

budget) berkenaan dengan perencanaan dan alokasi anggaran untuk keperluan

pemerintah daerah, penajaman prioritas dilakukan melalui:

(a) pengembangan dan peningkatan kualitas database; dan

(b) penetapan besaran alokasi dengan mempertimbangkan besaran-besaran

pendapatan dalam negeri sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Pelaksanaan anggaran yang transparan dan akuntabel

Pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan anggaran

meliputi penyiapan dokumen pelaksanaan anggaran, penyaluran

anggaran/pelaksanaan pembayaran, pengelolaan kas/uang negara, dan

pertanggungjawaban atas realisasi anggaran. Sejalan dengan penerapan prinsip

good governance, keseluruhan pelaksanaan anggaran dimaksud diupayakan

dilakukan sesuai prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan fiskal (fiscal

transparency).

Selanjutnya, untuk mendukung pelaksanaan anggaran sesuai prinsip good

governance, Departemen Keuangan selaku otoritas pengelolaan fiskal menyusun

rumusan kebijakan/peraturan dan petunjuk teknis berkenaan dengan

pelaksanaan anggaran, termasuk ketentuan-ketentuan tentang penyusunan dan

penetapan dokumen pelaksanaan anggaran, mekanisme pembayaran, sistem

pengelolaan kas, dan sistem akuntansi transaksi keuangannya. Penyusunan

Page 30: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

29

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

rumusan kebijakan dan/atau peraturan (Peraturan Pemerintah/Peraturan

Presiden), dan petunjuk teknis (Peraturan Menteri Keuangan/Peraturan

Direktur Jenderal) dilakukan sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara.

Adapun untuk mewujudkan penyelenggaraan pengelolaan kas negara

secara akurat, efisien, dan andal, Departemen Keuangan bertekad menerapkan

mekanisme pengelolaan rekening sesuai pola Treasury Single Account (TSA).

Mekanisme yang sudah mulai diujicobakan ini diharapkan sudah dapat efektif

berlaku pada tahun 2009 mendatang. Pengelolaan kas tersebut dilakukan dalam

rangka efisiensi dengan prinsip pokok “meminimalkan biaya” dan

“memaksimalkan manfaat”, sebagai contoh efisiensi kas berkenaan dengan

pemanfaatan idle cash.

Sementara itu, untuk mewujudkan percepatan penyelesaian peningkatan

kualitas laporan keuangan pemerintah pusat secara tepat waktu, andal,

transparan, dan komprehensif, Pemerintah (d.h.i. Departemen Keuangan) telah

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

yang selanjutnya menjadi standar dalam penyusunan sistem akuntansi

pemerintah pusat. Sistem akuntansi pemerintah pusat dimaksud selanjutnya

menjadi pedoman dalam proses akuntansi transaksi keuangan dalam rangka

APBN untuk menghasilkan suatu laporan keuangan pemerintah pusat yang

diperlukan baik dalam mendukung kebutuhan pimpinan Departemen Keuangan

(management report) dalam pengambilan keputusan sepanjang tahun anggaran

maupun laporan keuangan tahunan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran (accountability report) sesuai ketentuan undang-undang.

Laporan keuangan berbasis harian untuk pertimbangan pimpinan dalam

pengambilan keputusan (management report) merupakan hasil pokok dari proses

akuntansi dalam sistem akuntansi pemerintah pusat. Laporan manajemen ini

bersifat interim dan akan dapat berubah setelah dilakukan verifikasi atas

kebenaran (validitas) data transaksinya. Atas laporan ini akan diterbitkan

laporan penyesuaian setelah dilakukan berbagai perbaikan sesuai hasil verifikasi

Page 31: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

30

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

akuntansi yang dapat disebut sebagai laporan akuntabilitas. Laporan manajemen

yang berbasis harian ini dapat diterbitkan secara harian, mingguan, bulanan,

semester, dan tahunan.

Sejalan dengan proses akuntansi di atas, secara khusus, lazimnya

diterbitkan secara bulanan, harus dikeluarkan laporan keuangan yang bersifat

pernyataan (statement) dan merupakan bagian dari pertanggungjawaban

(accountability report) pelaksanaan anggaran. Laporan ini, sesuai undang-undang,

sekurang-kurangnya terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan

Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) tersebut.

Selain laporan-laporan intern Departemen, Departemen Keuangan selaku

bendahara umum negara (BUN) juga membuat laporan keuangan tahunan

dalam rangka pertanggungjawaban pemerintah —yang terdiri atas Laporan

Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), neraca keuangan

pemerintah (Neraca), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)— yang

dihimpun dari berbagai Kementerian Negara/Lembaga. Laporan-laporan yang

dihasilkan dalam rangka pertanggungjawaban pemerintah ini diatur dalam

sistem akuntansi pemerintah yang berlaku baik untuk pengguna anggaran

maupun BUN.

III. Pembiayaan Anggaran

Fokus strategi di bidang pembiayaan anggaran diarahkan pada

pencapaian target 5 (lima) indikator menguatnya kemampuan pembiayaan

pemerintah, yaitu: (a) penurunan stok utang, (b) penggunaan utang secara

selektif, (c) optimalisasi pemanfaatan hibah dan utang, (d) terwujudnya rasa

aman bagi masyarakat, dan (e) citra yang baik bagi Departemen Keuangan.

Capaian tertinggi yang diharapkan dari arah fokus strategi pembiayaan adalah

mewujudkan rasa aman bagi masyarakat dalam bertransaksi keuangan.

Kondisi tersebut diyakini akan menaikkan citra Pemerintah (d.h.i. Departemen

Page 32: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

31

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Keuangan) di mata publik. Pembentukan citra dilakukan melalui uraian sebagai

berikut.

1. Kebijakan pembiayaan anggaran

Fokus strategi di bidang pembiayaan anggaran diarahkan pada

peningkatan ketahanan utang yang ditandai dengan tingkat likuiditas (liquidity),

solvabilitas (solvability), dan daya tahan (vulnerability) yang mantap. Sejalan

dengan itu, orientasi kebijakan pembiayaan adalah untuk menurunkan stok

utang dan menciptakan sumber-sumber pembiayaan alternatif guna menutup

defisit anggaran yang terjadi. Dengan terciptanya kondisi tersebut ketahanan

utang yang berkelanjutan (debt sustainability) akan dapat terwujud.

Kebijakan pokok penurunan stok utang dalam negeri dilakukan melalui

pengelolaan utang secara baik dengan kematangan perhitungan (sound and

prudent debt management policy). Langkah yang harus ditempuh adalah dengan

pemenuhan kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang yang jatuh tempo

dan pengaturan pembayaran kembali pokok dan bunga utang. Pengaturan

pembayaran kembali difokuskan pada pendistribusian beban pembayaran utang

pada suatu tahun ke tahun-tahun berikutnya dengan memperhatikan

kemampuan membayar.

Kebijakan pokok penurunan stok utang luar negeri dilakukan melalui

upaya pemenuhan kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang yang jatuh

tempo secara tepat waktu, melakukan percepatan pembayaran kembali utang

berbiaya tinggi dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara,

peningkatan ketepatan waktu pencairan pinjaman, pertukaran utang dengan

program-program pembangunan (debt swap for development), dan pengurangan

pinjaman baru. Sejalan dengan upaya penciptaan alternatif sumber pembiayaan

dalam negeri, upaya pengurangan stok utang luar negeri diharapkan dapat

berjalan dengan baik.

Page 33: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

32

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Kebijakan pengurangan stok utang juga perlu ditekankan kepada jajaran

pimpinan pemerintahan daerah, agar daerah dapat mengendalikan dengan baik

stok utang dan kegiatan peminjamannya. Kebijakan terkait dengan pengurangan

stok utang daerah dapat dilakukan melalui penyiapan peraturan pemerintah

untuk memberikan batasan dan/atau peraturan lainnya yang dapat dijadikan

panduan.

Khusus, terkait dengan strategi pengamanan pembiayaan daerah perlu

dilakukan:

(a) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan ketentuan mengenai batas kumulatif

pinjaman daerah dan batas kumulatif defisit anggaran daerah;

(b) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pinjaman daerah, pelaksanaan

penerusan pinjaman luar negeri, dan penerbitan obligasi daerah; serta

(c) penyusunan ketentuan mengenai mekanisme pelaksanaan pinjaman daerah

dan penerusan pinjaman luar negeri dan obligasi daerah.

2. Perencanaan pembiayaan anggaran

Perencanaan anggaran yang baik dan matang yang didasarkan atas

informasi akurat dapat memperkecil peluang terjadinya pembiayaan.

Pembiayaan yang merupakan gap antara pendapatan negara dan belanja negara

dapat terjadi baik untuk yang bernilai defisit maupun surplus. Pembiayaan

defisit pada prinsipnya adalah upaya memperoleh sumber dana untuk menutup

defisit, sedangkan pembiayaan surplus dilakukan sebagai upaya pemanfaatan

saldo dalam rangka memperoleh nilai tambah ekonomi.

Fokus strategi pembiayaan hingga tahun 2009 mendatang masih

diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan untuk menutup defisit hingga

dicapainya kondisi surplus yang diharapkan sebesar 0,3%. Dengan demikian

perencanaan pembiayaan harus dilakukan sebaik mungkin, terutama terkait

dengan perencanaan kebutuhan dan pemilihan sumber - sumber pembiayaan

Page 34: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

33

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

anggaran, agar terwujud pembiayaan anggaran yang realistis, akurat, efisien dan

sustainable.

Untuk itu kebijakan perencanaan pembiayaan harus dimulai dengan

merencanakan baseline estimate (estimasi dasar) sesuai dengan kebutuhan

pembiayaan anggaran. Estimasi dasar tersebut harus didukung oleh kualitas

data yang akurat, lengkap, komprehensif dan penggunaan model perencanaan

pembiayaan anggaran yang kredibel.

Perencanaan pembiayaan anggaran juga dilaksanakan dengan

merumuskan langkah-langkah kebijakan (policy measures) dan memperhitung-

kan dampak fiskalnya terhadap defisit APBN dan pembiayaan anggaran di

masa datang agar dapat mendukung kesinambungan fiskal. Langkah-langkah

kebijakan yang dapat ditempuh meliputi:

(a) merumuskan komposisi pembiayaan anggaran, baik dari dalam maupun luar

negeri, dengan biaya terendah;

(b) pengurangan pinjaman luar negeri khususnya pinjaman komersial secara

bertahap;

(c) pengurangan privatisasi dan penjualan aset-aset program restrukturisasi

perbankan secara bertahap;

(d) perumusan Debt Swap sebagai sumber pembiayaan alternatif; serta

(e) mengendalikan penggunaan rekening pemerintah pada Bank Indonesia.

Strategi pinjaman luar negeri pemerintah dilaksanakan dengan

melakukan seleksi terhadap proyek-proyek yang akan dibiayai pinjaman luar

negeri dan sesuai dengan prioritas pembangunan nasional. Proyek-proyek yang

dibiayai dengan pinjaman luar negeri diharapkan dapat menjadi pemacu bagi

pertumbuhan ekonomi dalam negeri sehingga utang dapat menjadi suatu

pembiayaan yang menguntungkan. Sementara, pinjaman pemerintah yang

berasal dari dalam negeri dimaksudkan guna menutup defisit anggaran tahun

berjalan dan mengatasi kekurangan kas negara.

Page 35: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

34

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Strategi pinjaman dalam negeri pemerintah dilaksanakan dengan

manajemen portofolio SUN dengan tujuan untuk:

(a) menurunkan refinancing risk;

(b) memperpanjang rata-rata jatuh tempo,

(c) menyeimbangkan struktur jatuh tempo sejalan dengan anggaran pemerintah

dan kapasitas penyerapan pasar;

(d) mengembangkan dan meningkatkan likuiditas pasar sekunder; dan

(e) menurunkan stok utang dalam negeri dengan program buyback di pasar

sekunder.

3. Pengelolaan utang pemerintah

Kebijakan pengelolaan utang pemerintah diarahkan untuk meminimalkan

biaya dan memaksimalkan manfaat utang. Strategi minimasi biaya ditempuh

melalui upaya peningkatan penyerapan pinjaman (loan disbursement).

Peningkatan penyerapan pinjaman dimaksudkan untuk menghindari biaya yang

tidak perlu seperti commitment fee atau pun tambahan biaya bunga. Seiring

dengan upaya peningkatan penyerapan pinjaman, aspek kesesuaian terhadap

persyaratan pinjaman juga harus menjadi perhatian guna menghindari

penarikan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (ineligible disbursement).

Strategi maksimasi manfaat utang ditempuh melalui peningkatan

efektifitas pelaksanaan program atau proyek yang dibiayai utang agar dapat

diselesaikan sesuai rencana dan tepat waktu. Efektifitas pelaksanaan program

atau proyek yang dibiayai utang, baik dari segi waktu maupun spesifikasi teknis,

akan dapat memberi manfaat/kontribusi langsung terhadap perekonomian

nasional dan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Dengan

demikian, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan pendanaan

proyek yang dibiayai dengan pinjaman maupun hibah, serta pelaksanaan

replenishment oleh Executing Agency (EA) perlu ditingkatkan.

Page 36: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

35

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Selain strategi minimax (minimasi biaya dan maksimasi manfaat),

pemerintah memandang perlu untuk menerapkan strategi penatausahaan utang

secara lebih baik. Penatausahaan utang yang baik akan dapat meningkatkan

daya saing untuk mengimbangi dan menghadapi kecepatan arus informasi era

global. Oleh karena itu perbaikan database dan penggunaan teknologi informasi

adalah kunci keberhasilan pengelolaan utang.

Wacana penatausahaan utang yang diperkenalkan oleh UNCTAD-UNDP

melalui program DMFAS (Debt Management Financial Analysis System) patut

dipertimbangkan untuk dimanfaatkan dan menjadi benchmark dalam

membangun mekanisme penatausahaan utang pemerintah. Hal ini penting,

mengingat database utang sangat penting artinya bagi perencanaan utang dan

pembayarannya agar terhindar dari kemungkinan biaya yang tidak perlu seperti

tambahan biaya bunga atau bahkan denda.

Sementara itu, khusus terkait dengan pengelolaan portofolio SUN, perlu

diupayakan strategi pengelolaan portofolio SUN secara baik dan dengan

kematangan perhitungan (sound and prudent debt management) sesuai strategi

pinjaman dalam negeri. Sejalan dengan itu, dapat ditempuh kebijakan:

(a) Pembayaran bunga dan pokok tepat waktu

Kebijakan ini dapat meningkatkan kredibilitas pemerintah dalam

pengelolaan utang.

(b) Penerbitkan SUN dalam mata uang rupiah dan mata uang asing

Kebijakan ini, selain memberikan pilihan investasi kepada pelaku pasar,

dapat pula membuka alternatif sumber pembiayaan baru di luar utang luar

negeri. Kendati demikian, pemberlakuan kebijakan ini perlu diawali dengan

suatu kajian mendalam terkait dengan komposisi, risiko baik biaya maupun

akibat yang ditimbulkannya, dan kemampuan membayar Pemerintah.

(c) Pembelian kembali SUN (buy back)

Kebijakan pembelian kembali SUN (buy back) diarahkan membagi beban

pembayaran bunga dan pokok suatu tahun ke tahun berikutnya. Oleh karena

itu program buy back lebih bersifat perpanjangan tanggal jatuh tempo. Hal ini

Page 37: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

36

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

diperlukan mengingat kemampuan anggaran pemerintah untuk membayar

dan penyerapan pasar untuk refinancing. Dengan demikian buy back

ditujukan untuk mengurangi jumlah SUN berjangka pendek (jatuh tempo

2005-2009). Program ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan pasar

terhadap kebijakan fiskal pemerintah (termasuk debt management).

(d) Pertukaran SUN (debt switching)

Program perpanjangan jatuh tempo SUN dapat pula dijalankan melalui

mekanisme pertukaran (switching). Program ini menawarkan SUN jangka

panjang sebagai pengganti SUN jangka pendek melalui mekanisme pasar

sehingga dapat mengurangi refinancing risk.

(e) Pengembangan instrumen SUN

Pengembangan instrumen SUN dapat dilakukan dengan menerbitkan SUN

yang dapat dijadikan benchmark dan likuid di pasar sekunder.

(f) Peningkatan koordinasi dengan otoritas moneter

Koordinasi dengan otoritas moneter harus menjadi komitmen kebijakan

dalam rangka evaluasi berkala terhadap indikator makro ekonomi,

pertukaran informasi dan dialog, serta menyelaraskan program SUN dengan

kebijakan moneter.

Pengelolaan penerusan pinjaman (on-lending) di masa mendatang harus

merupakan bagian integral dari pengelolaan utang. Kendati demikian, dalam

rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaannya perlu diselenggarakan

akuntansi penerusan pinjaman secara khusus. Demikian pula dengan legal aspect

berkenaan dengan penerusan pinjaman. Syarat-syarat, mekanisme, dan hak dan

kewajiban terkait dengan pemberian dan/atau penyaluran serta pengembalian

pinjaman berkenaan dengan penerusan pinjaman perlu diatur secara jelas.

IV. Kekayaan Negara

Kekayaan negara merupakan potensi kekuatan yang dapat dipergunakan

untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu,

Page 38: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

37

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

fokus strategi di bidang kekayaan negara diarahkan pada optimalisasi

pengelolaan dan penilaian kekayaan negara. Pengelolaan kekayaan negara harus

dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan prinsip-prinsip good

governance, dalam melakukan perencanaan kebutuhan, pelaksanaan pengadaan,

penguasaan, penatausahaan, sampai dengan pertanggungjawaban. Pengelolaan

kekayaan negara seyogianya dilakukan oleh otoritas tertentu yang ditunjuk

untuk tugas tersebut. Hal ini sangat penting artinya untuk menciptakan

kejelasan akuntabilitas pengelolaan kekayaan negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

yang mengamanatkan kepada Menteri Keuangan untuk mengelola kekayaan

negara mengandung konsekuensi bahwa Menteri Keuangan bertanggung jawab

atas manfaat yang dapat diperoleh dan biaya yang timbul dari kekayaan negara

yang dikelola. Dengan demikian, akuntabilitas pengelolaan kekayaan negara

selanjutnya dapat diukur dari seberapa besar manfaat yan diperoleh dari

sejumlah biaya yang dikeluarkan. Sementara itu, penilaian kekayaan negara

sangat penting artinya guna memperoleh data, “seberapa besar nilai aset yang

dimiliki pemerintah”. Hal ini akan berpengaruh dalam penentuan posisi

Pemerintah Republik Indonesia dalam rating guna mendongkrak tingkat

kepercayaan pasar terhadap pemerintah.

Dari fokus strategi ini, diharapkan melalui upaya optimalisasi

pemanfaatan kekayaan negara, baik secara sosial maupun ekonomis citra

Departemen Keuangan sebagai pengelolaan kekayaan negara yang baik akan

dapat terwujud. Untuk mencapai sasaran dimaksud, lebih lanjut perlu diuraikan

secara jelas pokok-pokok kebijakan, rencana pemanfaatan, dan pelaksanaan

pemanfaatan kekayaan negara yang seyogyanya dilakukan oleh otoritas

pengelola kekayaan negara.

1. Kebijakan pengelolaan kekayaan negara

Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor : Kep. 225/MK/V/4/1971,

yang dimaksud barang - barang milik/kekayaan negara yaitu : “semua barang-

Page 39: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

38

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

barang milik negara/kekayaan negara yang berasal/dibeli dengan dana yang

bersumber untuk keseluruhannya atau sebagian dari Anggaran Belanja Negara

yang berada di bawah pengurusan atau penguasaan departemen-departemen,

lembaga-lembaga negara, lembaga-lembaga pemerintah non departemen serta

unit-unit dalam lingkungannya yang terdapat baik di dalam maupun di luar

negeri. Barang-barang ini tidak termasuk kekayaan negara yang telah dipisahkan

(kekayaan perum dan persero) dan barang-barang/kekayaan daerah otonom”.

Sebagaimana dikemukakan di atas, kekayaan negara mencerminkan

potensi nilai yang dimiliki pemerintah dan oleh karenanya menempati peran

strategis dalam upaya memperbaiki kondisi keuangan negara. Untuk itu,

kekayaan negara harus dikelola dengan baik dan dilakukan penilaian dengan

memperhatikan kondisi pasar, lingkungan, dan perkembangan teknologi yang

sangat cepat.

Pengelolaan kekayaan negara pada hakekatnya diarahkan untuk

mencapai tujuan meningkatkan daya guna kekayaan negara, sementara

penilaian kekayaan negara ditujukan untuk menentukan nilai ekonomi (existing

value) serta nilai potensi (potential value) kekayaan negara. Oleh karena itu,

kebijakan pemanfaatan kekayaan negara harus diarahkan kepada optimalisasi

manfaat dan pengurangan biaya. Dengan demikian, kebijakan pengelolaan dan

penilaian kekayaan negara sekurang-kurangnya fokus pada:

(a) pemanfaatan kekayaan negara secara optimal,

(b) pengamanan kekayaan negara, dan

(c) efisiensi,

(d) terhindarnya penetapan harga di bawah standar yang berpotensi

menimbulkan kerugian negara,

(e) akurasi nilai kekayaan negara,

(f) kemudahan dalam pengendalian,

(g) jaminan kepastian hukum.

Page 40: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

39

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Kebijakan di bidang pengelolaan kekayaan negara diarahkan untuk

mensinergikan pemanfaatan dan pengelolaan kekayaan negara untuk

kepentingan nasional. Dalam konteks otonomi daerah, kebijakan di bidang

pengelolaan kekayaan negara tidak dimaksudkan sebagai campur tangan

pemerintah pusat untuk menguasai kekayaan suatu daerah.

2. Pengelolaan kekayaan negara

Pengelolaan Kekayaan Negara baik yang dikelola Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah dan BUMD, BUMN, dan Badan Hukum Milik Negara

meliputi inventarisasi, perolehan, pengamanan, penggunaan, pemanfaatan,

penggunaan, pemindahtanganan, serta penghapusan. Inventarisasi merupakan

pencatatan seluruh kekayaan negara termasuk pembukuan, penyusunan

database, dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai informasi dan bahan

untuk penyusunan dan pengadaan kekayaan negara.

Perolehan/pengadaan barang milik/kekayaan negara dapat dilakukan

dengan perencanaan dan pengadaan, penerimaan hibah, atau kekayaan yang

dikuasai negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai

kebijakan umum pemerintah, pengadaan barang mengutamakan barang

produksi dalam negeri dengan mempertimbangkan aspek kebutuhan, harga

yang wajar, dan kualitas yang baik.

Selanjutnya, pengamanan kekayaan negara meliputi kegiatan

pengamanan secara administratif, hukum, dan fisik, sehingga keberadaannya

dalam keadaan utuh, tidak rusak, tidak hilang, dan dapat dipergunakan serta

dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu upaya pengamanan kekayaan negara

dilaksanakan dengan melakukan sertifikasi nasional atas tanah dan bangunan

milik negara.

Penggunaan kekayaan negara merupakan kegiatan pendayagunaan

kekayaan negara untuk dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

instansi yang bersangkutan. Penggunaan kekayaan negara secara maksimal

diharapkan dapat mengurangi adanya aset yang menganggur (idle asset).

Page 41: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

40

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Sedangkan pemanfaatan kekayaan negara merupakan pendayagunaan

barang milik/ kekayaan negara oleh pihak lain dalam bentuk penyewaan,

peminjaman, dan bangun guna serah (BOT = Built, Operate, and Transfer) dengan

mempertimbangkan nilai tambah ekonomis bagi negara.

Kemudian, pemindahtanganan barang milik kekayaan negara yang

dilakukan baik dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, disertakan

sebagai modal Pemerintah sesuai dengan nilai ekonomis yang optimal.

Pemindahtangan tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan baik nilai riil

(existing value) maupun nilai potensial (potential value), sehingga kemungkinan

timbulnya kerugian negara (potential loss) yang disebabkan hilangnya kekayaan

negara yang tidak dapat diukur dapat dihindarkan.

Penghapusan merupakan kegiatan penghapusan kekayaan negara dari

daftar inventaris dengan mempertimbangkan aspek ekonomis maupun non-

ekonomis atas pengelolaan barang milik/kekayaan negara tersebut. Pelaksanaan

penghapusan dilaksanakan secara bertanggung jawab sehingga kerugian negara

dapat dihindarkan.

3. Penilaian kekayaan negara

Untuk memperjelas Pelaksanaan pengelolaan dan penilaian kekayaan

negara dimaksudkan untuk memperoleh estimasi/perkiraan nilai suatu barang

milik kekayaan negara. Dengan adanya penilaian ini, maka kekayaan negara

yang sudah terukur nilai nominalnya dan terbukti keberadaannya akan diserap

dalam laporan keuangan khususnya neraca keuangan pemerintah. Dengan

demikian, penilaian kekayaan negara merupakan langkah awal dari usaha

pengelolaan aset/harta kekayaan negara menuju tata kelola pemerintahan yang

baik (good governance).

Kegiatan penilaian ditujukan untuk melakukan estimasi dan memprediksi

nilai dari sesuatu barang dengan tujuan mendapatkan perkiraan nilainya.

Penilaian kekayaan negara merupakan langkah awal dari usaha pengelolaan

aset/ harta kekayaan negara, yang merupakan salah satu langkah menuju

Page 42: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

41

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

kepemerintahan yang baik (good governance). Dengan adanya penilaian ini, maka

kekayaan negara yang sudah terukur nilai nominalnya dan terbukti

keberadaannya akan diserap dalam laporan neraca keuangan pemerintah.

Kegiatan penilaian yang diperlukan dalam rangka pengelolaan kekayaan

negara meliputi inventarisasi, pemindahtanganan, dan jenis pengelolaan harta

kekayaan negara yang lain yang harus didasarkan atas kondisi nilai terkini dari

harta yang bersangkutan.

B. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Sejalan dengan maksud Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18A ayat (2)

pelaksanaan otonomi daerah mulai digulirkan pada tahun 2001 lalu dan

membawa konsekuensi penyerahan beberapa kewenangan kepada Pemerintah

Daerah yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Penyerahan

wewenang tersebut harus pula diikuti oleh pendanaannya sesuai dengan prinsip

money follows function.

Pendanaan yang terkait dengan pemerintah daerah dapat dibedakan

menjadi pendanaan langsung kepada Daerah dan pendanaan tidak langsung.

Selain pendanaan secara langsung kepada Daerah seperti dana desentrasilasi,

dana dekonsentrasi, dan dana tugas pembantuan, Departemen Keuangan juga

melaksanakan kewenangan dalam kaitannya dengan hubungan Pemerintah

Pusat dan Daerah yang meliputi antara lain evaluasi pajak daerah, penetapan

pinjaman daerah, dan pembangunan sistem informasi keuangan daerah.

Pelaksanaan kewenangan tersebut memiliki tujuan agar terwujudnya hubungan

yang harmonis antara Pemerintah Pusat dan daerah untuk mendukung

pencapaian kesinambungan fiskal sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

Page 43: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

42

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Kewenangan di bidang hubungan pusat dan daerah juga mencakup

mengenai evaluasi dan pengawasan terhadap peraturan daerah atas pajak dan

retribusi daerah. Dalam kaitannya dengan pinjaman daerah, sasaran yang akan

dicapai adalah terwujudnya perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pinjaman

dan obligasi daerah yang efektif dan efisien serta terciptanya redefinisi

perencanaan dan pemanfaatan pinjaman untuk daerah dalam kontribusi

terhadap pembangunan nasional. Untuk mencapai hal tersebut, akan dilakukan

pengukuran dan analisis potensi daerah dalam kaitannya dengan perekonomian

dan kemampuan membayar kembali pinjaman dan sumber-sumber

pembiayaannya, serta fasilitasi dan pemberian bimbingan teknis terhadap

pinjaman daerah dan obligasi daerah dalam kerangka pengendalian jumlah

kumulatif pinjaman.

Pemantauan terhadap pajak daerah, defisit daerah dan pinjaman daerah

harus ditopang oleh sistem informasi keuangan daerah yang transparan, akurat,

relevan, tepat waktu, dapat diperbandingkan, dan dapat dipertanggung-

jawabkan. Untuk mencapai hal tersebut, langkah pertama adalah penerapan

prinsip-prinsip penganggaran (seperti penganggaran berbasis kinerja, unifikasi

anggaran, dan pengklasifikasian belanja mengacu pada praktek terbaik

internasional), pelaksanaan anggaran, dan pertanggungjawaban (seperti

penerapan Standar Akuntansi Pemerintah). Selanjutnya, dilakukan langkah-

langkah untuk mengakomodasi prinsip-prinsip tersebut, seperti penyempurnaan

format APBD dan penyajian dan penyusunan laporan keuangan. Hal ini

merupakan syarat bagi terselenggaranya konsolidasi antara informasi

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penyempurnaan format-format

tersebut selanjutnya difasilitasi dengan pengembangan aplikasi pelaporan

informasi keuangan daerah.

C. Kerjasama Internasional

Kerjasama Internasional dilakukan dalam rangka meningkatkan

kerjasama ekonomi dan keuangan dengan lembaga-lembaga keuangan

internasional, regional, multilateral, dan bilateral. Untuk mencapai hal tersebut,

Page 44: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

43

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

strategi yang dilakukan Departemen Keuangan adalah pengkajian dan

pemantauan (surveillance) perkembangan ekonomi dan keuangan internasional

serta peran pemerintah dalam forum ekonomi internasional. Selanjutnya,

dilakukan pengkoordinasian, pemantauan, dan perumusan kebijakan kerjasama

ekonomi dan keuangan internasional agar pelaksanaannya lebih efisien dan

efektif serta dapat mendukung kebijakan fiskal.

D. Kelembagaan Keuangan Non Bank, Akuntan, dan Penilai

Dalam kaitannya dengan Kelembagaan Keuangan Non Bank, Akuntan,

dan Penilai fokus strategi Departemen Keuangan dalam rangka hal ini adalah

berkaitan dengan kebijakan baik dengan menyusun peraturan perundang-

undangan pendukung, peningkatan pengawasan dan kepastian hukum di sektor

jasa keuangan, serta peningkatan pengembangan infrastruktur lembaga

keuangan.

E. Pasar Modal

Melakukan diversifikasi sumber-sumber pendanaan pembangunan jangka

panjang dan perlindungan terhadap investor pasar modal dilakukan dengan

strategi yang berkaitan dengan perangkat kebijakan dalam rangka meningkatkan

pengawasan dan kepastian hukum di bidang pasar modal, meningkatkan

infrastruktur teknologi informasi dalam rangka pengembangan pasar dan

meningkatkan peran dan kualitas para pelaku sektor jasa keuangan.

F. Pengembangan Sumber Daya

Sebagai potensi, sumber daya yang terbatas harus dikelola secara efektif,

terencana, dan sinergis. Bagi organisator yang sukses, pengelolaan sumber daya

baik manusia, informasi, maupun organisasi merupakan kegiatan yang

menantang dan tiada akhir. Oleh karena itu kreatifitas dalam mengelola sumber

daya dipandang sebagai tantangan untuk maju dan berkembang secara terus-

menerus (learning growth perspective). Kreatifitas tinggi dalam mengelola sumber

daya merupakan energi besar bagi sukses sebuah organisasi.

Page 45: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

44

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Berikut ini fokus strategi Departemen Keuangan dalam mengelola sumber

daya, baik sumber daya manusia, sumber daya informasi, maupun sumber daya

organisasi dari sudut pandang proses pembelajaran dan pertumbuhan (learning

growth perspective).

I. Sumber Daya Manusia

Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai sangat

dipengaruhi oleh modal sumber daya manusia (human capital) yang dimiliki.

Human capital merupakan perpaduan dari commitment, commpetence, character,

dan courage yang dimiliki oleh setiap pegawai. Keberhasilan pencapaian kinerja

tidak hanya ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang mendalam (hardskill

atau hard competence), tetapi juga sangat dipengaruhi oleh sikap perilaku yang

dimiliki pegawai dalam menghadapi pekerjaan (softskill). Karena itu,

pengembangan pegawai agar menjadi modal sumber daya menjadi salah satu

bagian penting dalam pengelolaan organisasi yang diwujudkan dalam bentuk

pendidikan dan pelatihan pegawai.

Dalam konteks perubahan, pegawai merupakan faktor utama dan

penentu yang menjadi subyek pelaku perubahan (agent of change) sekaligus

sebagai obyek (sumber daya) yang harus dikelola secara benar, terencana, dan

komprehensif. Faktor manusia tidak saja dituntut untuk memproses perubahan,

tetapi juga harus dapat turut berproses dalam perubahan.

Tuntutan untuk memproses perubahan dapat dimengerti sebagai faktor

dinamis yang harus memberi efek pengubah dari satu kondisi (old status) ke

kondisi lain (new status) yang direncanakan. Sebagai contoh, posisi tax-ratio

sebesar 11% (sebelas persen) pada tahun 2005 merupakan salah satu penilaian

posisi Departemen Keuangan. Dengan keberadaan pegawai sebagai salah satu

faktor pengubah, diharapkan posisi tax-ratio pada Tahun 2009 dapat diubah atau

ditingkatkan dengan menghasilkan suatu keseimbangan baru, misalnya menjadi

sebesar 16%.

Page 46: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

45

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Adapun tuntutan untuk berproses dalam perubahan mengandung

pengertian bahwa pegawai itu sendiri, sebagai sumber daya, harus

diperhitungkan perubahannya dari posisi pada tahun 2005 ke posisi tahun 2009

untuk dapat mencapai target posisi tax-ratio sebesar 16% tersebut. Misalnya,

perlu penambahan pegawai dan perlu pengembangan kualitas, kapasitas, dan

loyalitas pegawai.

Target tax ratio di atas menghendaki pegawai untuk bekerja keras

meningkatkan jumlah wajib pajak, dengan angka peningkatan yang jauh

melampaui angka perkembangan populasi penduduk yang ada. Dengan

demikian, kebutuhan yang perlu dikelola berkenaan dengan faktor pegawai

berupa peningkatan ketrampilan dan keahlian dalam menjaring subyek pajak

dan penambahan jumlah aparatur untuk dapat dipekerjakan menangani

administrasi perpajakan di berbagai sentra wajib pajak yang harus dilayani.

Menyikapi perubahan sebagai sesuatu yang tiada pernah berhenti (change

is eternal), kita perlu menyiapkan faktor-faktor penyanggah agar proses

perubahan tidak bergerak ke posisi menurun (declining). Faktor penyanggah

berperan sebagai stabilisator gerakan perubahan ke arah puncak secara

terencana dan terus-menerus.

Faktor penyanggah sumber daya manusia (SDM) yang penting dalam

proses perubahan tersebut adalah revitalisasi dan regenerasi. Revitalisasi dapat

dipahami sebagai proses pengelolaan sumber daya yang ada agar selalu dalam

kondisi fit dan produktif. Proses ini diarahkan pada peningkatan produktifitas

dan perpanjangan usia produktif. Sementara, regenerasi merupakan proses

membentuk kader atau kaderisasi yang dapat meneruskan dan mengembangkan

proses produksi dan/atau pelaksanaan kegiatan di lingkungan Departemen

Keuangan. Regenerasi dapat berarti menjaga kesinambungan kualitas populasi.

Regenerasi juga bermakna sebagai proses meningkatkan dan mengembangkan

jumlah populasi. Kedua faktor penyanggah ini harus menjadi bagian dari

rencana kerja seluruh unit organisasi di lingkungan Departemen Keuangan.

Page 47: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

46

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Pertumbuhan SDM yang proporsional dengan tuntutan kebutuhan

Departemen Keuangan harus dapat dijaga kelangsungannya. Untuk menjaga

stabilitas pertumbuhan tersebut, baik proses revitalisasi maupun regenerasi

harus dilaksanakan secara terus-menerus dan konsisten. Proses revitaliasi dapat

ditempuh melalui peningkatan motivasi, peningkatan kemampuan adaptasi

terhadap perkembangan, pelatihan, peningkatan jenjang pendidikan, dan

pemberian reward and punishment. Sedangkan proses regenerasi dapat dilakukan

melalui penerimaan pegawai baru (recruitment) dan peningkatan jumlah pegawai

dalam kelas/tingkatan tertentu.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan human capital

meliputi kegiatan identifikasi jenis pekerjaan strategis yang ada, mendefinisikan

profil kompetensi yang harus dimiliki SDM, membuat assessment atas

kompetensi SDM yang ada, dan membangun program pengembangan SDM

(human capital development) yang dapat meliputi rekruitmen, pelatihan,

penyusunan sistem remunerasi yang diperlukan, dan penilaian kesiapan

organisasi.

Dalam posisinya yang sangat menentukan sebagai agent of change, SDM

dituntut memiliki kemampuan yang memadai, baik dari segi ilmu pengetahuan

(basic competence), keterampilan dan keahlian (value of competence), maupun

profesionalitas (code of conduct). Faktor kemampuan tersebut dibutuhkan di

setiap bidang tugas guna mendukung terwujudnya peran institusional

Departemen Keuangan sebagai Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara serta

tercapainya tujuan instruksional Departemen Keuangan. Oleh karena itu, untuk

pencapaian tujuan organisasi pada tingkat optimum, tuntutan terhadap faktor

kemampuan SDM menyangkut ketiga hal tersebut (kemampuan, keterampilan

dan keahlian, serta profesionalitas) perlu dijawab dengan proses penyiapan SDM

secara baik dan profesional. Langkah yang perlu dilakukan terkait dengan faktor

kemampuan dimaksud adalah menyandingkan peta kompetensi SDM yang ada

dengan kebutuhan yang diinginkan. Dengan demikian perlu proses kalkulasi

(assessment) kompetensi secara benar.

Page 48: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

47

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Memperhatikan kebutuhan SDM unggul dengan spesifikasi dan

diversifikasi kompetensinya, diyakini bahwa perencanaan SDM yang baik sejak

pengadaan, pembinaan, pengembangan, serta penajaman keahlian merupakan

suatu keniscayaan. Oleh karena itu pelaksanaannya perlu dilakukan secara

komprehensif dan seimbang tidak saja dengan tuntutan kebutuhannya, tetapi

juga dengan faktor-faktor yang dapat memotivasi SDM untuk menunjukkan

kinerja sesuai yang diharapkan. Dengan kedudukan tersebut, SDM menempati

posisi sentral di antara 4 (empat) aspek penting lainnya, yakni Aspek Hukum,

Aspek Organisasi, Aspek Sistem dan Prosedur, dan Aspek Sarana dan Prasarana.

Upaya memahami posisi SDM saat ini baik dari segi kuantitas, kualitas,

ragam kompetensi maupun penyebarannya sangat penting dalam

mempersiapkan kelangsungan proses perencanaan dan pertumbuhan SDM yang

diinginkan untuk kurun waktu tertentu di masa datang, seiring dengan tuntutan

kebutuhan pencapaian tujuan organisasi. Dengan mengetahui posisi tersebut

kita dapat mengukur kemampuan serta menjadikan posisi tersebut sebagai

barometer dalam penetapan target pencapaian tiap-tiap sasaran yang

membutuhkan dukungan SDM.

Peta pencapaian sasaran akan dengan sendirinya menunjukkan apa dan

berapa kekuatan SDM yang dibutuhkan dalam kurun tertentu dan bagaimana

pertumbuhan yang diharapkan terjadi. Oleh karena itu, kejelasan kebutuhan

SDM terkait dengan jumlah dan komposisi turut pula menentukan langkah

pengelolaan yang harus dilakukan selama kurun waktu lima tahun ke depan.

Kejelasan tersebut di sisi lain membantu dan memungkinkan kita dapat

memanfaatkan SDM yang ada secara optimal dengan tingkat efektifitas dan

efisiensi yang tinggi dan terkendali. Dengan demikian, proses pertumbuhan

SDM dapat berjalan secara terencana dan terukur. Dengan demikian, selanjutnya

dapat ditetapkan pilihan strategi dan kebijakan pengelolaan SDM yang relevan

dengan rencana perjalanan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Pertumbuhan SDM sebagaimana disebutkan merupakan bagian dari

investasi penting dalam rangka capacity building. Pertumbuhan yang terus-

Page 49: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

48

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

menerus berproses, dipandang sebagai proses pembelajaran yang panjang

(learning growth perspective).

II. Sumber Daya Informasi

Pengelolaan sumber daya informasi difokuskan pada upaya

penyelenggaraan fasilitasi pemberian informasi kepada masyarakat mengenai

kebijakan pemerintah terkait dengan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

Departemen Keuangan. Hal tersebut dilaksanakan sebagai bentuk dukungan

terhadap penyelenggaraan good governance khususnya terkait dengan

penyelenggaraan transparansi fiskal. Upaya ini dilakukan melalui

pengembangan sistem pengolahan data berbasis teknologi informasi (Information

Technology). Pengembangan sistem dan teknologi informasi dalam tahun 2005 –

2009 dilakukan atas dasar suatu kebijakan ditetapkan Departemen Keuangan

sebagai kebijakan pemanfaatan teknologi informasi (IT Policy). Selanjutnya IT

Policy akan dijabarkan dalam Rencana Pengembangan Sistem dan Teknologi

Informasi (IT Plan) Departemen Keuangan. Untuk menjamin konsistensi dan

integritas selanjutnya disusun suatu IT Standard sebagai pedoman dalam

menyusun strategi di bidang arsitektur data dan teknologi. Selanjutnya,

berdasarkan IT Policy, IT Plan, dan IT Standard unit eselon I dapat menyusun IT

Strategy, yaitu strategi dalam rangka membangun dan mengembangkan sistem

informasi dan teknologi informasi di lingkungan unit eselon I masing-masing,

sesuai IT Strategy Framework. Ilustrasi mengenai Korelasi antara IT Policy, IT Plan,

dan IT Standard dalam rangka Information Capital tersebut dapat dilihat pada

Gambar berikut ini.

Page 50: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

49

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Terkait dengan strategi tersebut, inisiatif pengembangan sistem informasi

pada unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan diarahkan pada hal-hal

terkait dengan pengolahan data transaksi, analisis dan pelaporan, serta

penyiapan teknologi dan infrastruktur pendukungnya. Proses ini dilaksanakan

secara terus menerus dan berulang sesuai kebutuhan operasional organisasi dan

pengembangan teknologi dan merupakan proses pembelajaran dan

pertumbuhan (learning growth).

Penyusunan IT Strategy unit eselon I perlu diarahkan kepada kebutuhan

adanya prosedur yang dapat menghasilkan produk dan layanan, meningkatkan

layanan kepada pengguna, menumbuhkan pengembangan produk layanan baru,

serta meningkatkan hubungan komunikasi antar pemerintah (G2G), pemerintah

dengan bisnis (G2B), dan antara pemerintah dengan masyarakat (G2C). Dengan

demikian kebijakan tersebut diharapkan dapat membantu mendorong

peningkatan dan perbaikan citra Departemen Keuangan di mata publik. IT

Strategy yang disusun harus berdasarkan pada 6 (enam) strategi yang saling

terkait erat, yaitu:

DDeeppaarrtteemmaann KKeeuuaannggaann

UUnniitt EEsseelloonn II

IITT PPoolliiccyy

IITT PPllaann IITT SSttaannddaarrdd

IT Strategy Framework

• Keandalan Pelayanan

• Sistem yang komprehensif dan terintegrasi

• Optimalisasi pemanfaatan teknologi

• Pemanfaatan potensi dunia usaha

IT Strategy Business Process Business Process Visualization

(e-payment, etc.)

Page 51: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

50

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

(a) Pengembangan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya, serta terjangkau

oleh masyarakat luas;

Kelancaran arus informasi untuk menunjang hubungan dengan lembaga-

lembaga negara, serta untuk memberi stimulan bagi partisipasi masyarakat

yang merupakan faktor penting dalam pembentukan kebijakan pemerintah

yang baik. Oleh karena itu, pelayanan publik harus transparan, terpercaya,

serta terjangkau oleh masyarakat luas melalui jaringan komunikasi dan

informasi.

(b) Penataan sistem manajemen dan proses kerja pemerintah secara

komprehensif dan terintegrasi;

Pencapaian Strategi-1 harus ditunjang dengan penataan sistem manajemen

dan proses kerja di semua instansi pusat dan daerah. Penataan sistem

manajemen dan prosedur kerja pemerintah harus dirancang agar dapat

mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat.

(c) Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal;

Pelaksanaan setiap strategi memerlukan kemampuan dalam melaksanakan

transaksi, pengolahan, dan pengelolaan berbagai bentuk dokumen dan

informasi elektronik dalam volume yang besar, sesuai dengan tingkatannya.

Sasaran yang perlu diupayakan pencapaiannya, adalah sebagai berikut :

1) Standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan

transaksi informasi antar portal pemerintah.

2) Standardisasi prosedur yang berkaitan dengan manajemen dokumen dan

informasi elektronik (electronic document management system) serta

standardisasi meta-data yang memungkinkan pemakai menelusuri

informasi tanpa harus memahami struktur informasi pemerintah.

3) Perumusan kebijakan tentang pengamanan informasi serta pembakuan

sistem otentikasi dan public key infrastructure (untuk menjamin keamanan

informasi dalam penyelenggaraan transaksi dengan pihak-pihak lain,

Page 52: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

51

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

terutama yang berkaitan dengan kerahasiaan informasi dan transaksi

finansial).

4) Pengembangan aplikasi dasar, seperti e-billing, e-procurement, dan e-

reporting, yang dapat dimanfaatkan oleh setiap situs pemerintah dan

andal serta dapat menjamin kerahasiaan, keamanan, dan interoperabilitas

transaksi informasi dan pelayanan publik.

5) Pengembangan jaringan intra pemerintah untuk mendukung keandalan

dan kerahasiaan transaksi informasi antar instansi pemerintah dan antara

pemerintah dan daerah otonom.

(d) Pemanfaatan potensi dunia usaha;

Partisipasi dunia usaha dapat mempercepat pencapaian tujuan strategis.

Beberapa kemungkinan partisipasi dunia usaha dalam :

1) pengembangan komputerisasi, sistem manajemen, proses kerja, serta situs

dan pembakuan standard (Pemerintah dapat mendayagunakan keahlian

dan spesialisasi yang telah berkembang di sektor swasta).

2) peningkatan nilai informasi dan jasa kepemerintahan bagi keperluan-

keperluan tertentu.

3) pengembangan jaringan komunikasi dan informasi di seluruh wilayah.

(e) Pengembangan kapasitas SDM;

Sumber daya manusia (SDM), baik sebagai pengembang, pengelola, maupun

pengguna sistem informasi merupakan faktor yang turut menentukan

bahkan menjadi kunci keberhasilan pelaksanakan dan pengembangan sistem

informasi. Untuk itu, perlu upaya peningkatan kapasitas SDM, penataan, dan

pendayagunaan secara terencana, komprehensif, dan berkelanjutan sesuai

kebutuhan.

(f) pengembangan secara bertahap, sistematis, realistis dan terukur.

Page 53: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

52

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi perlu direncanakan

dan dilaksanakan secara sistematis melalui tahapan yang realistis dan sasaran

yang terukur, sehingga dapat dipahami dan diikuti oleh semua pihak.

III. Sumber Daya Organisasi

Selain manusia dan informasi, sumber daya yang dapat menjadi modal

penting dalam suatu organisasi adalah organisasi itu sendiri. Organisasi sebagai

suatu entitas, dengan kemampuan adaptasi dan komunikasi yang tinggi dalam

mengintegrasikan visi, misi, nilai-nilai, dan strategi membentuk satu kekuatan

dalam satu kultur kinerja (performance culture) sehingga energi seluruh

komponen dapat fokus pada pencapaian tujuan strategis yang telah digariskan

merupakan modal penting dalam proses manajemen sumber daya. Fleksibilitas

tiap-tiap komponen organisasi untuk mengarahkan fokus strateginya ke sasaran

utama organisasi perlu terus dikembangkan sebagai modal/kemampuan

internal organisasi yang sangat penting (organization capital).

Organisasi pada umumnya, dengan spesialisasi yang diterapkannya,

sering terjebak pada pencapaian tujuan spesialitasnya. Organisasi dewasa ini

sering kali di disain sebagai organisasi fungsional, dimana pencapaian tujuan

dibagi sesuai fungsi masing-masing seperti fungsi-fungsi keuangan, produksi,

pemasaran, penjualan, pembelian, rekayasa, dan lain sebagainya. Setiap fungsi

memiliki kepribadian sendiri baik kompetensi keahlian, kultur, maupun

bahasanya. Arogansi fungsional pada akhirnya dapat menghambat optimalitas

pencapaian tujuan organisasi.

Organisasi Departemen Keuangan yang cenderung mengarah pada

kondisi di atas perlu segera diselamatkan. Setiap komponen fungsional harus

benar-benar mampu mengendalikan diri, melihat, dan segera menyelaraskan

langkah terhadap langkah (strategi) Departemen dalam mencapai tujuan

strategisnya. Kultur kinerja seperti inilah yang harus tumbuh kembang di

lingkungan Departemen Keuangan. Untuk pencapaian kondisi ini komitmen

(political will), peran, dan kemampuan pimpinan puncak (top manager) untuk

Page 54: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

53

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

mengkomunikasikan merupakan kunci utama keberhasilan. Keberhasilan

dimaksud ditunjukkan melalui profil sejauh mana setiap pegawai Departemen

tanpa memandang spesialisasi fungsinya mampu dengan benar memahami

strategi yang digariskan dan bertindak dalam kerja kesehariannya sesuai atau

mengarah pada sukses yang ingin dicapai dari strategi tersebut.

Kemampuan organisasi Departemen Keuangan dibangun di atas 4

(empat) komponen utama yaitu budaya organisasi, kepemimpinan, keselarasan

pegawai dan organisasi, dan pola diseminasi pengetahuan dalam organisasi.

Dalam upaya mengefektifkan organization capital Derpartemen Keuangan, perlu

identifikasi berkenaan dengan “perubahan apa saja yang mempengaruhi strategi dan

proses”. Perubahan/pergeseran yang terjadi pada komponen organisasi dapat

berpengaruh pada perilaku, proses internal, fitur-fitur output, dan nilai-nilai

organisasi.

Jika ditilik dari sejarah, perubahan dalam organisasi Departemen

Keuangan lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat stabilitas ekonomi makro serta

fungsi-fungsi yang dijalankan dalam mencapai tingkat tertentu stabilitas

ekonomi makro tersebut. Perubahan ini tampak lebih nyata pada struktur

organisasi melalui pengembangan organisasi yang berbasis administrasi modern

terkait dengan penyempurnaan organisasi dan tata kerja.

Sehubungan dengan itu, dalam perkembangan ke depan, dalam rangka

mewujudkan organisasi Departemen Keuangan yang bersih, efektif, efisien, serta

mampu berkomunikasi dengan Departemen lain, Departemen Keuangan

melakukan penataan organisasi yang difokuskan pada kejelasan pembagian

kewenangan dalam pengelolaan keuangan negara antara pengkajian kebijakan

ekonomi, keuangan dan fiskal, perumusan kerangka ekonomi makro dan pokok-

pokok kebijakan fiskal, perencanaan dan penyusunan APBN, serta pelaksanaan

dan pertanggungjawaban APBN. Arah perubahan organisasi terkait dengan

pembagian kewenangan tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Page 55: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

54

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

Pembagian Kewenangan Pengelolaan Keuangan Negara Departemen Keuangan – Tahun 2009

FUNGSI/ BIDANG

Perumusan Kebijakan Fiskal

Perencanaan dan Alokasi

Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban

Pelaporan Pengawasan Fungsional

PENDAPATAN NEGARA

BKF

DJA

DJP, DJBC,

DJPBN & DJA*

DJPBN

ITJEN**

BELANJA NEGARA

BKF***

DJA

DJKD, DJPBN

DJPBN

ITJEN**

PEMBIAYAAN ANGGARAN

BKF

DJA

DJPUR

DJPBN

ITJEN**

KEKAYAAN NEGARA

BKF

DJA

DJPKN

DJPBN

ITJEN**

Keterangan : * PNBP (termasuk BLU) ** Penambahan peran sebagai compliance office untuk good governance dan risk management *** Penambahan fungsi kebijakan PNBP, perpajakan, dan kepabeanan dan cukai

Kewenangan dalam pengelolaan keuangan negara pada Departemen

Keuangan sebagaimana dimaksud pada gambar di atas pada pokoknya terbagi

ke dalam 3 (tiga) area besar yaitu:

1. Kebijakan fiskal (fiscal policy) – mencakup perumusan kerangka ekonomi

makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal;

2. Perencaaan penganggaran (budget planning) – mencakup perencanaan,

alokasi, dan penyusunan APBN; dan

3. Pelaksanaan anggaran (budget execution) – mencakup pelaksanaan dan

pertanggungjawaban APBN.

Pembagian kewenangan tersebut merupakan upaya penajaman tugas dan

fungsi unit eselon I agar tidak overlapping, menerapkan norma di bidang

penataan organisasi, pembagian beban kerja yang seimbang mungkin antar unit

eselon I, dan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan stakeholder dalam

rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan

keuangan negara. Pembagian kewenangan dan tanggung jawab juga harus

diikuti dengan penyesuaian kembali tata kerja unit-unit terkait di dalam

Departemen Keuangan. Penyesuaian tata kerja tersebut dituangkan dalam

Page 56: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

55

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

perencanaan reengineering organisasi Departemen Keuangan tahun 2005-2009,

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pembentukan Badan Kebijakan Fiskal (BKF)

Saat ini fungsi kebijakan fiskal tersebar di beberapa unit pelaksana, seperti

fungsi kebijakan PNBP di DJAPK, fungsi kebijakan perpajakan di Direktorat

Jenderal Pajak, dan fungsi kebijakan kepabeanan dan cukai di Direktorat

Jenderal Bea Cukai. Sebagai organisasi terpadu, Departemen Keuangan

melalui pembentukan BKF akan menyatukan fungsi kebijakan fiskal secara

penuh, termasuk kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan

fiskal, serta kebijakan PNBP, perpajakan, dan kepabeanan dan cukai.

2. Pemisahan fungsi pengelolaan PNBP dan Badan Layanan Umum (BLU)

Terkait dengan PNBP dan BLU, saat ini Direktorat PNBP dan BLU

melaksanakan fungsi-fungsi alokasi, kebijakan, dan pengelolaan kas. Hal ini

akan ditata ulang dengan dipisahkannya fungsi-fungsi tersebut, yaitu

pemindahan fungsi kebijakan makro PNBP ke BKF, pemindahan fungsi

pengelolaan kas pungutan PNBP dan setoran surplus BLU (sepanjang

dipersyaratkan) ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sedangkan fungsi

alokasi tetap berada di Direktorat Jenderal APK.

3. Pembentukan Direktorat Jenderal Pengelolaan Kekayaan Negara (DJPKN)

Pembentukan DJPKN yang merupakan penggabungan fungsi yang ada pada

Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara pada Direktorat

Jenderal Perbendaharaan dan fungsi yang dilaksanakan DJPLN serta

beberapa fungsi dari Direktorat Jenderal Pajak (khususnya fungsi penilaian)

dimaksudkan untuk memperkuat fungsi pengelolaan kekayaan negara dan

melakukan reposisi fungsi lelang. Pada prinsipnya fungsi lelang akan

diserahkan kepada mekanisme swasta melalui pembentukan lembaga privat

dan independen, kecuali untuk lelang eksekusi. Secara umum pembentukan

DJPKN dimaksudkan untuk memberdayakan tugas-tugas di bidang

pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara mulai dari inventarisasi,

penilaian, pengawasan, pertanggungjawaban, laporan, akuntansi, dan

pembuatan neraca barang milik/kekayaan negara.

Page 57: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

56

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

4. Penggabungan BAPEPAM dan DJLK.

Dalam rangka memfasilitasi pembentukan Otorita Jasa Keuangan (OJK), telah

dilakukan penggabungan dua unit eselon I Departemen Keuangan, yakni

BAPEPAM dan DJLK. Langkah ini merupakan tahap awal pembentukan

OJK, sementara sebelum pembentukan lembaga OJK yang mandiri dapat

dilakukan. Dalam proses penggabungan tersebut, keseluruhan unit Eselon II

DJLK akan bergabung dengan BAPEPAM, kecuali fungsi Pembinaan

Akuntan dan Jasa Penilai yang akan digabungkan ke Sekretariat Jenderal.

5. Pembentukan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan Risiko (DJPUR)

DJPUR merupakan pecahan dari salah satu fungsi yang dijalankan Direktorat

Jenderal Perbendaharaan. Masalah utang yang dihadapi semakin kompleks

karena Indonesia melakukan diversifikasi sumber pembiayaan untuk

menutup defisit anggaran. Secara umum DJPUR mengemban tugas

meningkatkan tugas-tugas di bidang pengelolaan utang negara, baik yang

berasal dari SUN maupun pinjaman dan hibah luar negeri, mulai dari analisis

ekonomi dan pasar keuangan, perencanaan, kebijakan, dan manajemen risiko

sampai dengan cara pembayaran, akuntansi, dan sistem informasinya.

6. Pembentukan Direktorat Jenderal Keuangan Daerah (DJKD)

Pembentukan DJKD merupakan upaya penataan hubungan keuangan antara

pusat dan daerah seiring dengan perkembangan dinamis yang terkait dengan

keuangan pusat dan daerah. Saat ini fungsi tersebut ditangani Direktorat

Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan (DJAPK) yang nantinya akan

berevolusi menjadi Direktorat Jenderal Anggaran (DJA).

Jadwal pelaksanaan penataan organisasi Departemen Keuangan tahun

2005-2009 adalah sebagaimana tersaji dalam Tabel Evolusi Organisasi Eselon I

sebagaimana tertera pada Tabel di bawah ini.

Page 58: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

57

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

E V O L U S I O R G A N I S A S I U N I T E S E L O N I

2005 2006 2007 2008 2009 BAPEKKI BKF BKF

DJAPK DJA DJKD

DJA DJKD

DJP DJP DJP DJBC DJBC* DJBC*

DJPBN DJPB

DJPKN DJPUR

DJPB DJPKN DJPUR

BAPEPAM-LK BAPEPAM-LK OJK SETJEN SETJEN** SETJEN**

ITJEN*** ITJEN*** ITJEN*** Keterangan : * DJBC memiliki peran tambahan yaitu dukungan kepada industri, fasilitasi perdagangan, dan perlindungan

masyarakat. ** Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai dipindahkan dari DJLK ke SETJEN *** ITJEN memiliki peran tambahan sebagai compliance office untuk good governance dan risk management.

Dari tabel tersebut dapat diketahui pula bahwa Inspektorat Jenderal

Departemen Keuangan memperoleh tambahan peran dan fungsi, yakni sebagai

compliance office untuk good governance dan penyelenggaraan audit terkait dengan

risk management.

Penambahan peran dan fungsi dimaksud terkait dengan tekad kuat untuk

mewujudkan penyelenggaraan good governance sejalan dengan prinsip

pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang dituangkan dalam paket

undang-undang bidang keuangan negara (Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara). Sementara

itu, tambahan peran dan fungsi pengendalian risiko didasari pertimbangan

semakin besarnya risiko kerugian yang dapat timbul baik secara langsung

maupun tidak langsung sebagai akibat dari pelaksanaan pengelolaan keuangan

dan kekayaan negara yang mengabaikan prinsip-prinsip manajemen risiko (risk

management). Untuk keperluan tersebut, Inspektorat Jenderal sebagai unsur

organisasi Departemen Keuangan yang diberi tugas pokok menyelenggarakan

Page 59: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

58

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

fungsi pengendalian intern (internal control) perlu dilengkapi dengan

kewenangan tersebut.

Dari pemberian kewenangan ini diharapkan Inspektorat Jenderal dapat

menjamin agar seluruh komponen organisasi Departemen Keuangan benar-

benar dapat menerapkan prinsip-prinsip good governance dan risk management

dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang

dilakukannya.

Hal-hal terkait dengan asumsi perubahan organisasi berkenaan dengan

kerangka evolusi organisasi Departemen Keuangan Tahun 2005-2009

sebagaimana diuraikan dalam Tabel di atas lebih merupakan gambaran arah dan

target pencapaian Departemen Keuangan hingga Tahun 2009 mendatang. Oleh

karena itu, bagaimanapun, asumsi-asumsi kelembagaan tersebut bersifat ceteris

paribus terhadap berbagai penyesuaian sehubungan dengan upaya koordinasi

dengan otoritas kelembagaan pemerintahan seperti Kementerian Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara maupun Sekretariat Kabinet/Sekretariat

Negara.

G. Kesiapan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan Departemen Keuangan terdiri

dari sarana prasarana yang umum dibutuhkan oleh suatu organisasi serta sarana

dan prasarana khusus untuk fungsi tertentu. Strategi penyiapan sarana dan

prasarana umum diarahkan pada perbaikan kondisi lingkungan kerja.

Sementara strategi penyiapan sarana dan prasarana untuk fungsi tertentu

diarahkan pada terjaminnya target pencapaian dari penyelenggaraan tugas

pokok dan fungsi tertentu dimaksud.

Penyiapan sarana dan prasarana sering diidentikkan sebagai upaya

membeli barang (pengadaan barang), walau sesungguhnya tidak semata bersifat

pengadaan barang dalam artian fisik. Penyiapan dimaksud dapat berupa

pemanfaatan barang yang telah ada untuk siap dioperasikan, pengamanan

barang yang telah ada agar dapat dimanfaatkan secara lebih baik atau

Page 60: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

59

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

pengembangan dari sarana yang ada untuk memperoleh manfaat yang

maksimal.

Penyiapan sarana dan prasarana yang bersifat pengadaan pada umumnya

dilakukan untuk mendukung tugas-tugas baru seperti fungsi pegawasan

fungsional yang memperoleh tugas baru di bidang investigasi memerlukan

penambahan sarana baru di bidang investigasi/intelijen, atau terkait dengan

pembukaan kantor-kantor baru seperti fungsi kepabeanan, cukai, dan pajak yang

membuka kantor-kantor baru dan memerlukan pengadaan speedboat dan alat

deteksi pita cukai dan lain-lain.

Isu strategis berkenaan dengan penyiapan sarana dan prasarana

sebenarnya bukan pada pengadaannya tetapi pada pengamanan serta

penggunaannya secara baik di samping pelaksanaan penghapusan sarana

prasarana yang sudah tidak digunakan lagi. Salah satu bentuk pengamanan

yang dilakukan adalah sertifikasi tanah atas nama Menteri Keuangan. Melalui

pola ini diharapkan pemanfaatan tanah milik negara dapat lebih ditingkatkan.

Penghapusan sarana dan prasarana yang tidak digunakan akan mengurangi

biaya pemeliharaan yang harus ditanggung.

Dengan demikian, isu penyiapan sarana dan prasarana yang justru kapital

adalah pelaksanaan pengkajian kebutuhannya, sehingga pengadaan sarana dan

prasarana yang bersifat incremental dapat dihindari. Strategi penyiapan sarana

dan prasarana untuk jangka waktu Tahun 2005-2009 seyogianya sudah

dilakukan sejak sekarang, mengingat hal tersebut sangat terkait dengan

pencanangan target pencapaian pada Tahun 2009.

Page 61: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

60

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

BAB V

PROGRAM DAN KEGIATAN

DEPARTEMEN KEUANGAN

Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan kebijakan yang telah

ditetapkan, dengan mengacu kepada RPJM Nasional 2004-2009, Departemen

Keuangan menetapkan 12 (dua belas) program, yaitu :

A. Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara, terutama

penerimaan yang bersumber dari pajak dengan mempertimbangkan

perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat, termasuk di

dalamnya pengelolaan kekayaan negara berupa piutang negara, dengan

kegiatan pokok antara lain:

1. Melakukan reformasi kebijakan dan administrasi perpajakan;

2. Melakukan reformasi kebijakan dan administrasi sengketa pajak;

3. Melakukan reformasi kebijakan dan administrasi kepabeanan dan cukai;

4. Melakukan reformasi kebijakan dan administrasi Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP)

5. Memantapkan pengelolaan pinjaman RDI, RPD, dan SLA;

6. Meningkatkan penerimaan negara yang berasal dari penerimaan biaya

administrasi pengurusan piutang negara dan Bea Lelang.

B. Program Peningkatan Efektifitas Pengeluaran Negara.

Program ini bertujuan untuk mendukung langkah konsolidasi fiskal dalam

rangka menjaga kesinambungan fiskal, termasuk di dalamnya pengelolaan

kekayaan negara, dengan kegiatan pokok antara lain:

1. Memperbaiki pendapatan dan kesejahteraan aparatur negara dan

pensiunannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan

negara;

Page 62: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

61

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengadaan barang dan jasa yang

digunakan untuk pelaksanaan pelayanan publik setiap instansi

pemerintah serta pemeliharaan aset negara;

3. Menyediakan sarana dan prasarana pembangunan yang memadai untuk

rnendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, peningkatan

kesejahteraan rakyat, pengentasan kemiskinan dan pengurangan

pengangguran;

4. Mengurangi beban pembayaran bunga utang pemerintah;

5. Mengarahkan pemberian subsidi agar lebih tepat sasaran;

6. Mengarahkan belanja bantuan sosial yang dapat langsung membantu

meringankan beban masyarakat miskin serta masyarakat yang tertimpa

bencana nasional;

7. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan desentralisasi fiskal

dalam rangka penyempurnaan hubungan keuangan antara pemerintah

pusat dengan pemerintah daerah melalui penyusunan dan perumusan

kebijakan dalam penetapan Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,

Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak termasuk Dana Reboisasi;

8. Meningkatkan koordinasi dengan instansi pusat terkait dalam melakukan

pemantauan dan evaluasi dana perimbangan;

9. Melanjutkan langkah-langkah pemutakhiran data yang menyangkut

perumusan kebijakan dana perimbangan;

10. Menyusun dan merumuskan kebijakan pendapatan daerah yang berasal

dari APBN dan harmonisasi peraturan daerah (Perda) yang antara lain

terkait dengan perluasan dan peningkatan sumber penerimaan daerah;

11. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah serta pengawasan

atas Perda pajak daerah dan retribusi daerah yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau bertentangan

dengan kebijakan nasional;

Page 63: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

62

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

12. Menyusun dan merumuskan kebijakan penataan pengelolaan keuangan

daerah, yang antara lain terkait dengan ketentuan mengenai transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, perbaikan manajemen

keuangan daerah, pengendalian defisit dan surplus anggaran daerah,

serta pelaporan dan pengelolaan informasi keuangan daerah;

13. Menyusun dan merumuskan kebijakan pelaksanaan dekonsentrasi dan

tugas pembantuan yang meliputi pengelolaan dan pertanggungjawaban,

pemantauan dan evaluasi, serta pengalihan/pergeseran secara bertahap

dari sebagian anggaran Kementerian/Lembaga yang digunakan untuk

membiayai urusan daerah menjadi DAK;

14. Inventarisasi Barang Milik/Kekayaan Negara (BM/KN) yang ditujukan

untuk memperoleh informasi yang jelas, lengkap dan akurat mengenai

BM/KN yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyusunan

Neraca Kekayaan Negara;

15. Pemanfaatan BM/KN untuk mendayagunakan BM/KN oleh pihak luar

dalam bentuk penyewaan, peminjaman, atau Bangun Guna Serah (BOT =

Built, Operate, and Transfer); serta

16. Penatausahaan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada BUMN dan

BHMN dalam rangka penyusunan Neraca Kekayaan Negara.

C. Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang Pemerintah.

Program ini bertujuan mengoptimalkan pembiayaan anggaran termasuk di

dalamnya pengelolaan utang, baik yang berasal dari surat utang negara

(government securities) maupun pinjaman (official loan), sebagai alternatif

pembiayaan defisit APBN, agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya

rendah dan pada tingkat risiko yang dapat ditolerir, dengan kegiatan pokok

antara lain:

1. Melanjutkan penyelesaian RUU tentang pengelolaan Pinjaman dan Hibah

Luar Negeri;

Page 64: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

63

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

2. Mengamankan rencana penyerapan pinjaman luar negeri baik pinjaman

program maupun pinjaman proyek.

3. Menyempurnakan mekanisme penyaluran pinjaman dan/atau hibah yang

diteruspinjamkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004;

4. Mengamankan pipeline pinjaman luar negeri untuk pengamanan

pembiayaan anggaran negara di tahun-tahun berikutnya melalui

penyempurnaan strategi pinjaman pemerintah;

5. Menyempurnakan rumusan kebijakan pinjaman dan hibah daerah yang

disesuaikan dengan kemampuan fiskal masing-masing daerah;

6. Melakukan pengelolaan portofolio Surat Utang Negara (SUN);

7. Mengembangkan pasar dan infrastruktur Surat Utang Negara (SUN);

8. Mengembangkan dan meningkatkan pemeliharaan sistem informasi dan

pelaporan manajemen SUN;

9. Mengevaluasi kemungkinan penerapan penggunaan Treasury

Management Information System.

D. Program Pemantapan Pelaksanaan Sistem Penganggaran.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabititas

sistem penganggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, dengan kegiatan pokok antara lain:

1. Penyatuan anggaran belanja negara (unified budget) dengan menggunakan

format belanja pemerintah pusat dalam APBN menjadi menurut jenis

belanja, organisasi, dan fungsi;

2. Penyusunan anggaran belanja negara dalam kerangka pengeluaran

berjangka menengah (Medium Term Expenditure Framework/MTEF);

3. Penyusunan anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting);

4. Penyusunan sistem penganggaran berbasis akrual (accrual based

budgeting);

Page 65: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

64

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

5. Penerapan Treasury Single Account (TSA) dalam pengelolaan keuangan

negara;

6. Perbaikan pengelolaan keuangan pemerintah dengan menerapkan

prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance);

7. Penyempurnaan format APBN yang mengacu kepada statistik keuangan

pemerintah sesuai standar internasional (Government Finance

Statistics/GFS Manual 2001);

8. Pengembangan model perencanaan APBN yang terintegrasi dengan

sektor ekonomi lainnya;

9. Penyempurnaan sistem informasi dan data base yang berkualitas sebagai

alat analisis dalam pengambilan kebijakan fiskal;

10. Peningkatan sinergi dan sinkronisasi dalam perumusan kebijakan,

penganggaran, dan perbendaharaan negara melalui penegasan secara

formal tugas pokok dan fungsi dari unit yang berwenang melakukan

fungsi ordonansi, otorisasi, dan perumusan kebijakan;

11. Peningkatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan APBN; serta

12. Peningkatan capacity building sumber daya dalam rangka penyusunan,

pelaksanaan, dan pelaporan APBN;

E. Program Pembinaan Akuntansi Keuangan Negara.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan

keuangan negara, dengan kegiatan pokok antara lain:

1. Menyusun standar akuntansi pemerintah dan penyempurnaan sistem

akuntansi;

2. Mempercepat penyelesaian dan peningkatan kualitas laporan keuangan

pemerintah pusat;

3. Mengintegrasikan informasi keuangan perusahaan negara ke dalam

laporan keuangan pemerintah;

4. Meningkatkan cakupan informasi secara berjenjang untuk mendukung

penyusunan laporan keuangan yang terintegrasi;

Page 66: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

65

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

5. Menyusun pedoman dan penyajian statistik keuangan pemerintah;

6. Membimbing pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah;

7. Menyajikan informasi perbendaharaan negara secara berkala atau non

berkala;

8. Mendukung pengembangan dan penyempurnaan sistem perbendaharaan;

9. Mengembangkan jabatan fungsional perbendaharaan.

F. Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan.

Program ini bertujuan untuk: (a) mengendalikan laju inflasi, nilai tukar, dan

suku bunga; (b) mengembangkan mekanisme Jaring Pengamanan Sektor

Keuangan; (c) meningkatkan kinerja dan kesehatan, lembaga jasa keuangan,

dengan kegiatan pokok antara lain:

1. Mengoptimalkan forum koordinasi fiskal dan moneter secara berkala

guna mengevaluasi sasaran-sasaran inflasi, dan nilai tukar;

2. Menbentuk kerangka pengembangan sektor keuangan secara utuh;

3. Memperkuat struktur perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya

melalui peningkatan pengawasan terhadap penerapan persyaratan modal

minimum;

4. Meningkatkan fungsi pengawasan bank dan lembaga jasa keuangan

lainnya;

5. Meningkatkan kualitas pengaturan bank dan jasa perasuransian;

6. Meningkatkan kualitas manajemen dan operasi bank, dan lembaga jasa

keuangan lainnya.

G. Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan.

Program ini bertujuan untuk: (a) mengembangkan lembaga jasa keuangan

non bank; (b) memperkuat struktur lembaga jasa keuangan guna

meningkatkan fungsi intermediasi untuk UMKM; (c) mengupayakan

tersedianya infrastruktur pendukung jasa-jasa keuangan, serta (d)

meningkatkan perlindungan terhadap nasabah, pemilik polis asuransi, dan

investor pasar modal, dengan kegiatan pokok antara lain:

Page 67: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

66

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

1. Menyempurnakan peraturan perundang-undangan untuk memberikan

peluang terhadap berkembangnya inovasi baru produk-produk pasar

modal;

2. Menyempurnakan peraturan perundang-undangan untuk pengembangan

jasa keuangan berprinsip syariah;

3. Memberikan dukungan terhadap peningkatan penyaluran kredit untuk

UMKM;

4. Mengupayakan percepatan pengembangan infrastruktur perbankan dan

jasa-jasa keuangan lainnya;

5. Meningkatkan perlindungan kepada nasabah, pemilik polis asuransi, dan

investor pasar modal.

H. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan.

Program ini bertujuan untuk membantu kelancaran tugas pimpinan dan

fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan,

dengan kegiatan pokok antara lain :

1. Menyediakan fasilitas kebutuhan kerja pimpinan;

2. Mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi kantor kenegaraan

dan kepemerintahan;

3. Menyelenggarakan koordinasi dan konsultasi rencana dan program kerja

kementerian dan lembaga;

4. Mengembangkan sistem, prosedur dan standarisasi administrasi

pendukung pelayanan;

5. Meningkatkan fungsi manajemen yang efisien dan efektif.

I. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara.

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengefektifkan sistem

pengawasan dan audit serta sistem akuntabilitas kinerja dalam mewujudkan

Page 68: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

67

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

aparatur negara yang bersih, akuntabel, dan bebas KKN, dengan kegiatan

pokok antara lain:

1. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan pengawasan dan audit

internal, eksternal, dan pengawasan masyarakat;

2. Menata dan menyempurnakan kebijakan sistem, struktur kelembagaan

dan prosedur pengawasan yang independen, efektif, efisien, transparan

dan terakunkan;

3. Meningkatkan tindak lanjut temuan pengawasan secara hukum;

4. Meningkatkan koordinasi pengawasan yang lebih komprehensif;

5. Mengembangkan penerapan pengawasan berbasis kinerja;

6. Mengembangkan tenaga pemeriksa yang profesional;

7. Mengembangkan sistem akuntabilitas kinerja dan mendorong

peningkatan implementasinya pada seluruh instansi;

8. Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi APFP dan

perbaikan kualitas informasi hasil pengawasan;

9. Melakukan evaluasi berkala atas kinerja dan temuan hasil pengawasan.

J. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara.

Program ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan

administrasi pemerintahan secara efisien dan efektif serta terpadu, dengan

kegiatan pokok antara lain:

1. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung pelayanan;

2. Meningkatkan fasilitas pelayanan umum dan operasional termasuk

pengadaan, perbaikan dan perawatan gedung dan peralatan sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan negara;

K. Program Pendidikan Kedinasan.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan dan

profesionalisme pegawai dan calon pegawai negeri departemen atau lembaga

pemerintah non departemen dalam pelaksanaan tugas kedinasan yang

diselenggarakan melalui jalur pendidikan profesi, dengan kegiatan pokok

Page 69: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

68

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

antara lain pelaksanaan evaluasi pendidikan kedinasan terhadap kebutuhan

tenaga kerja kedinasan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan kedinasan.

L. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan sistem pengelolaan dan kapasitas

sumber daya manusia aparatur sesuai denga kebutuhan dalam melaksanakan

tugas kepemerintahan dan pembangunan, dengan kegiatan pokok antara

lain:

1. Menata kembali sumber daya manusia aparatur sesuai dengan kebutuhan

akan jumlah dan kompetensi, serta perbaikan distribusi PNS;

2. Menyempurnakan sistem manajemen pengelolaan sumber daya manusia

aparatur terutama pada sistem karier dan remunerasi;

3. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya;

4. Menyempurnakan sistem dan kualitas penyelenggaraan diklat PNS;

5. Menyiapkan dan menyempurnakan berbagai peraturan dan kebijakan

manajemen kepegawaian;

6. Mengembangkan profesionalisme pegawai negeri melalui penyempurna-

an aturan etika dan mekanisme penegakan hukum disiplin.

Kegiatan Departemen Keuangan secara rinci melekat pada masing-masing

program tersebut di atas, yang secara lengkap dijabarkan pada Lampiran II

Keputusan Menteri Keuangan ini.

Page 70: BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN …openstorage.gunadarma.ac.id/perbendaharaan.go.id/ftp1...menteri keuangan republik indonesia 1 lampiran i keputusan menteri keuangan nomor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

69

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 84/KMK.01/2006 TENTANG RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2005-2009

BAB VI

PENUTUP

Renstra Departemen Keuangan Tahun 2005-2009 disusun memenuhi

amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, mengacu kepada RPJM Nasional Tahun 2004-2009 dan

menyesuaikan dengan Road-Map Departemen Keuangan Tahun 2005-2009.

Renstra Departemen Keuangan Tahun 2005-2009 diharapkan mampu

menentukan arah dan kebijakan dalam mengemban sebagian tugas

pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara.

Untuk selanjutnya Renstra Departemen Keuangan Tahun 2005-2009

sebagai acuan dan perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam Renstra pada tiap-tiap

unit di lingkungan Departemen Keuangan. Tidak tertutup kemungkinan

Renstra Departemen Keuangan Tahun 2005-2009 dikemudian hari mengalami

penyempurnaan seiring dengan perkembangan dinamis Departemen Keuangan.

MENTERI KEUANGAN,

SRI MULYANI INDRAWATI

LampiranII