buku mutu gizi dan keamanan pangan

Upload: leonardo-monteiro

Post on 06-Jul-2018

304 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    1/30

     

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    2/30

     

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    3/30

     

    Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

    berkat rahmat dan hidayatNya, kami dapat menyusun buku yang berjudul

    “Mutu, Gizi, dan Keamanan Pangan”. Buku ini disusun untuk memenuhi tugas

    mata kuliah Food Hygiene, Departemen Biologi, FMIPA UNPAD tahun ajaran

    2014/2015.Buku ini berisi penjelasan mengenai mutu pangan karakteristik mutu

    pangan, Good Manufacturing Practies (GMP), status gizi, gadar gizi, nilai gizi

    pangan, evaluasi mutu gizi pangan, peningkatan mutu gizi pangan,

    pengawasan mutu pangan, dan implementasi Quality Sistem  serta Safety. 

    Diharapkan melalui buku ini dapat memberikan penjelasan mengenai mutu,

    gizi dan keamanan pangan agar terciptanya kualitas pangan yang lebih baik

    bagi produsen, distributor maupun konsumen.

    Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

    yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Tentunya buku ini masih

    belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu semua kritik dan

    saran yang membangun dari pembaca, penulis terima dengan senang hati.

    Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

    Jatinangor, April 2015

    Penulis

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    4/30

     

    KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

    Mutu Pangan ........................................................................................................... 1

    Good Manufacturing Practices (GMP) ................................................................ 5

    Status Gizi ............................................................................................................... 7

    Kadar dan Nilai Gizi Pangan ........................................................................... 10

    Evaluasi Mutu Gizi Pangan ................................................................................ 12

    Peningkatan Mutu dan Kadar Gizi Pangan ................................................... 13

    Ruang Lingkup Pengawasan Mutu Pangan ..................................................... 15

    Keterkaitan Pengawasan Mutu ......................................................................... 17

    Penerapan Sistem Manajemen Mutu ................................................................ 19Sistem Mutu dan Keamanan Pangan ............................................................... 22

    Konsep Implementasi Quality System dan Safety .......................................... 23

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    5/30

     

    Penerapan kosep mutu di bidang pangan dalam arti luas menggunakan

    penafsiran yang beragam.

    1.  Kramer dan Twigg (1983)

    Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik

    (warna, tekstur, rasa dan bau). Hal ini digunakan konsumen untuk memilih

    produk secara total.

    2. 

    Gatchallan (1989) dalam Hubeis (1994)

    Mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen terhadap produk yang

    dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten dalam standar dan spesifikasi),

    terutama sifat organoleptiknya.

    3. 

    Juran (1974) dalam Hubeis (1994)

    Mutu sebagai kepuasan (kebutuhan dan harga) yang didapatkan konsumen

    dari integritas produk yang dihasilkan produsen.4.

     

    ISO/DIS 8402 – 1992 dalam Fardiaz (1997)

    Mutu didefinsilkan sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah

    itu produk, kegiatan, proses, organisasi atau manusia, yang menunjukkan

    kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.

    Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa mutu

    merupakan level atau derajat kepuasan konsumen dalam menggunakan produk yang

    dihasilkan produsen. Selain itu mutu juga menentukan apakah produk, kegiatan dan

    proses yang dilakukan telah memenuhi kebutuhan dan kriteria yang ditentukan.  

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    6/30

     

    Pengertian Pangan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

    28 tahun 2004, merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan

    air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

    makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan

    pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses

    penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 

    Sedangkan pengertian mutu pangan dalam Peraturan ini yaitu nilai yang

    ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar

    perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman.

    Dari pengertian pangan di atas, dapat dikembangkan beberapa hal, yaitu:

    a. 

    Pangan berasal dari sumber daya hayati dan air, yang berarti pangan

    merupakan semua sumber dari organisme, baik hewan dan tumbuhan yang

    dapat diolah dan dikonsumsi. Selain itu, air merupakan salah satu komponen

    pangan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup organism yang

    membutuhkannya.

    b. 

    Pangan yang diolah maupun yang tidak diolah, yang berarti pengelolaan

    pangan terdiri dari dua jenis, yaitu pangan yang harus diolah sebelum

    dikonsumsi, seperti daging dan telur, serta pangan yang dapat langsung

    dikonsumsi tanpa harus diolah, seperti sayur dan buah-buahan.

    c. 

    Diperuntukkan sebagai makanan atau minuman, merupakan dua jenis

    komponen utama pangan yang sangat dibutuhkan makhluk hidup.

    d. 

    Bahan tambahan pangan, merupakan zat atau bahan tertentu yang

    ditambahkan ke dalam pangan, berfungsi untuk menambah rasa, aroma,

    bentuk dan daya tarik pangan tersebut untuk dikonsumsi.

    e.  Bahan baku pangan, merupakan bahan-bahan utama yang digunakan

    dalam membuat suatu makanan atau minuman.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    7/30

     

    Berdasarkan Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah

    Tangga (CPPB-IRT) BPOM RI tahun 2003, syarat suatu pangan yang akan dikonsumsi

    antara lain:

    1.  Aman untuk dikonsumsi, tidak mengandung bahan bahan yang dapat

    membahayakan kesehatan/ keselamatan manusia misalnya bahan yang

    dapat menimbulkan penyakit atau keracunan. Apabila suatu makanan atau

    minuman terkandung bahan atau zat yang tidak seharusnya dipakai, akan

    mengakibatkan terjadinya penyakit-penyakit tertentu bahkan keracunan

    makanan.

    2. 

    Keadaannya normal tidak menyimpang seperti busuk, kotor, menjijikkan dan

    penyimpangan lainnya. Kondisi pangan yang kotor akan mempermudah

    mikroorganisme untuk tumbuh dan mengkontaminasi makanan atau minuman

    tersebut sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Apabila pagan yang telah

    terkontaminasi tetap dikonsumsi, akan menyebabkan keracunan, penyakit

    bahkan kematian.

    Karakteristik mutu bahan pangan menurut Kramer dan Twigg (1983):

    1.  Karakteristik fisik/tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk

    dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi; flavor yaitu

    sensasi dari kombinasi bau dan cicip

    2.  Karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis. Nilai

    gizi sangat menentukan mutu pangan, karena dengan mengukur nilai gizi suatu

    pangan, konsumen dapat mengetahui kandungan apa saja yang terdapat

    dalam pangan tersebut dan berapa jumlah makanan atau minuman yang

    harus dikonsumsi untuk memenuhi kecukupan gizi seseorang. Keamanan

    biologis juga sangat penting dalam menentukan mutu pangan, sehingga dapat

    ditentukan apakah pangan tersebut layak untuk dikonsumsi atau tidak. Ada

    banyak uji yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran makanan

    oleh mikroorganisme.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    8/30

     

    www.resepkuekeringku.comLifestyle.okezone.comwww.duniainter.net

    Gambar 1. Karakteristik Fisik Pangan

    http://www.pharmamicroresources.com

     

    Gambar 2. Karakteristik Tersembunyi Pangan

    Berdasarkan karakteristik tersebut, profil produk pangan umumnyaditentukan oleh ciri organoleptik kritis, misalnya kerenyahan, kelembutan, kekentalan

    atau kekenyalan suatu pangan. Namun, ciri organoleptik lainnya seperti bau, aroma,

    rasa dan warna juga ikut menentukan. Pada produk pangan, pemenuhan spesifikasi

    dan fungsi produk yang bersangkutan dilakukan menurut standar estetika (warna,

    rasa, bau, dan kejernihan), kimiawi (mineral, logam – logam berat dan bahan kimia

    yang ada dalam bahan pangan), dan mikrobiologi (tidak mengandung

    bakteri Eschericia coli dan patogen lainnya).

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    9/30

     

    Dewasa ini, kesadaran konsumen pada pangan adalah memberikan

    perhatian terhadap nilai gizi dan keamanan pangan yang dikonsumsi. Faktor

    keamanan pangan berkaitan dengan tercemar tidaknya pangan oleh cemaran

    mikrobiologis, logam berat, dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Untuk

    dapat memproduksi pangan yang bermutu baik dan aman bagi kesehatan, tidak

    cukup hanya mengandalkan pengujian akhir di laboratorium saja, tetapi jugadiperlukan adanya penerapan sistem jaminan mutu dan sistem manajemen lingkungan,

    atau penerapan sistem produksi pangan yang baik (GMP - Good Manufacturing

    Practices) dan penerapan analisis bahaya dan titik kendali kritis (HACCP- Hazard

    Analysis and Critical Control Point ).

    Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) atau Good Manufacturing

    Practices (GMP) adalah suatu pedoman cara berproduksi makanan yang bertujuan

    agar produsen memenuhi persyaratan – persyaratan yang telah ditentukan untuk

    menghasilkan produk makanan bermutu dan sesuai dengan tuntutan konsumen. Dengan

    menerapkan CPMB diharapkan produsen pangan dapat menghasilkan produk

    makanan yang bermutu, aman dikonsumsi dan sesuai dengan tuntutan konsumen, bukan

    hanya konsumen lokal tetapi juga konsumen global (Fardiaz, 1997).

    Menurut Fardiaz (1997), dua hal yang berkaitan dengan penerapan CPMB

    di industri pangan adalah CCP dan HACCP. Critical Control Point   (CCP) atau Titik

    Kendali Kritis adalah setiap titik, tahap atau prosedur dalam suatu sistem produksi

    makanan yang jika tidak terkendali dapat menimbulkan resiko kesehatan yang tidak

    diinginkan. CCP diterapkan pada setiap tahap proses mulai dari produksi,

    pertumbuhan dan pemanenan, penerimaan dan penanganan ingredien, pengolahan,  

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    10/30

     

    pengemasan, distribusi sampai dikonsumsi oleh konsumen. Limit kritis (critical limit )

    adalah toleransi yang ditetapkan dan harus dipenuhi untuk menjamin bahwa suatu

    CCP secara efektif dapat mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia maupun

    fisik. Limit kritis pada CCP menunjukkan batas keamanan.

    Fardiaz (1997) menyatakan bahwa Hazard Analysis and Critical Control

    Point  (HACCP) atau Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis adalah suatu analisis

    yang dilakukan terhadap bahan, produk, atau proses untuk menentukan komponen,

    kondisi atau tahap proses yang harus mendapatkan pengawasan yang ketat dengan

    tujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman dan memenuhi

    persyaratan yang ditetapkan. HACCP merupakan suatu sistem pengawasan yang

    bersifat mencegah (preventif) terhadap kemungkinan terjadinya keracunan atau

    penyakit melalui makanan. Menurut Hadiwihardjo (1998), sistem HACCP mempunyai

    tiga pendekatan penting dalam pengawasan dan pengendalian mutu produk pangan,

    yaitu:

    1.  Keamanan pangan (food safety), yaitu aspek-aspek dalam proses produksi

    yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit;

    2.  Kesehatan dan kebersihan pangan (whole-someness), merupakan karakteristik

    produk atau proses dalam kaitannya dengan kontaminasi produk atau

    fasilitas sanitasi dan higiene;

    3. 

    Kecurangan ekonomi (economic fraud ), yaitu tindakan ilegal atau

    penyelewengan yang dapat merugikan konsumen. Tindakan ini antara lain

    meliputi pemalsuan bahan baku, penggunaan bahan tambahan yang

    berlebihan, berat yang tidak sesuai dengan label, “overglazing” dan jumlah

    yang kurang dalam kemasan.

    Konsep HACCP dapat dan harus diterapkan pada seluruh mata

    rantai produksi makanan, salah satunya adalah dalam industri

    pangan. Hubeis (1997) berpendapat bahwa penerapan GMP dan

    HACCP merupakan implementasi dari jaminan mutu pangan sehingga

    dapat dihasilkan produksi yang tinggi dan bermutu oleh produsen

    yang pada akhirnya akan menciptakan kepuasan bagi konsumen.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    11/30

     

    Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

    penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001). Sedangkan menurut Suhardjo (2003), status

    gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan

    penggunaan makanan. Deswarni Idrus dan Gatot Kusnanto (1990), mengungkapkan

    bahwa ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah

    tersebut adalah :

    1.  Gizi, adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

    secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan unruk

    mempertahankan kehdupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-

    organ, serta menghasilkan energi.

    2.  Keadaan gizi, adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi

    dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau

    keadaan fisiologik akibat dari tersdianya zat gizi dalam seluler tubuh.

    3.  Malnutrition (Gizi salah), adalah keadaan patofisiologis akibat dari

    kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat

    gizi, ada empat bentuk malnutrisi diantaranya adalah : (1) Under nutrition,

    kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode

    tertentu, (2) Specific deficiency, kekurangan zat gizi tertentu, (3) Over

    nutrition, kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu, (4) Imbalance,

    karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak

    seimbangnya LDL (Low Density  Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein),

    dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein), (5) Kurang energi protein (KEP),

    adalah  seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya 

    konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan penyakit

    tertentu. Anak dikatakan KEP bila berat badan kurang dari 80% berat

    badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NHCS.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    12/30

     

    Daly Davis dan Robertson (1979) dalam  buku Supariasa (2002) membuat

    model faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu, konsumsi makanan dan

    tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan

    tersedianya bahan makanan. Faktor yang mempengaruhi keadaan gizi model Daly

    dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 

    Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi menjadi

    dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang

    dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk

    kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Sedang zat gizi

    mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit

    tetapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah

    mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg (mili gram) untuk

    sebagian besar mineral dan vitamin.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    13/30

     

    www.nutraingredients.com www.pfma.org.uk www.thefitindian.com

    www.pfma.org.uk

    www.offthegridnews.com www.uniteforclimate.org

    Gambar 3. Sumber pangan yang mengandung gizi esensial

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    14/30

     

    Menurut Sutopo (2014), ukuran pangan bermutu gizi tinggi tidak hanya

    ditentukan oleh kadar zat gizi pangan, tetapi juga nilai zat gizi pangan, serta

    keberadaan zat lain yang dapat mengganggu penyerapan zat gizi oleh tubuh.

    Secara sederhana nilai gizi pangan merefleksikan ketersediaan produk pangan

    sebagai sumber zat gizi agi konsumen. Konsep nilai-gizi pangan menjelaskan manfaat

    zat gizi pangan bagi tubuh agar kebutuhan zat gizi untuk semua proses biokimiawi

    dan pertahanan tubuh tercukupi.

    Sutopo (2014) mengemukakan bahwa nilai gizi pangan ditentukan

    berdasarkan:

    1.  Kadar zat gizi yang merupakan komposisi kimia dan ukuran kepadatan zat

    gizi pangan yang secara garis besarnya dikelompokkan

    menjadi lima kelompok besar yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral, danvitamin.

    2. 

    Mutu zat gizi pangan yang diukur berdasarkan dapat atau tidaknya zat-zat

    gizi digunakan oleh tubuh. Sebagai contoh, pangan bermutu lemak baik bagi

    kesehatan jika nisbah kadar asam lemak jenuh dan tak jenuh > 2, dan

    pangan bermutu protein baik jika memiliki nilai PER > 2,5.

    Menurut Sutopo (2014), nilai gizi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor

    yang dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:

    a. 

    Faktor pra-panen yang meliputi : sifat genetik tanaman/hewan,

    iklim/musim, jenis tanah, cara pembudidayaan, cara panen dan mur

    panen.

    b.  Faktor pasca-panen yang meliputi perlakuan pasca panen

    (penanganan, pengangkutan, pengolahan, pengepakan), kondisi

    lingkungan (suhu, kelembaban), higienen dan sanitasi, serta jangka

    waktu setelah dipanen sampai dikonsumsi.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    15/30

     

    Pengolahan dengan suhu tinggi dapat meningkatkan nilai gizi pangan karena :

    1.  Destruksi senyawa-senyawa anti gizi

    2. 

    Denaturasi protein sehingga menjadi mudah dicerna

    Pengolahan dengan suhu tinggi yang tidak terkontrol akan dapat menurunkannilai gizi karena :

    1. 

    Reaksi antar molekul membentuk senyawa komplek yang tidak dapat dicerna

    2. 

    Rusaknya zat-zat gizi (terutama vitamin) yang tidak tahan panas.

    Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menurunkan nilai gizi pangan

    karena dirusak oleh mikroorganisme. Higiene dan sanitasi bahan pangan yang tidak

    baik akan menyebabkan berkembangnya mikroorganisme yang dapat merusak zat-

    zat gizi.

    chefsblade.monster.comovenmicrowan.net

    Gambar 4. Pemanasan yang tidak terkontrol dapat

    merusak dan menurunkan nilai gizi pangan

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    16/30

     

    Menurut Sutopo (2014), evaluasi mutu gizi pangan dilakukan terhadap :1.  Kadar zat gizi pangan

    Kadar zat gizi pangan diukur jenis dan kepadatannya menggunakan analisis

    kimia seperti analisis protein, analisis lemak, analisis karbohidrat, analisis mineral, dan

    analisis vitamin. Hasil analisis digunakan untuk membantu dalam penentuan nilai gizi

    pangan.

    2. 

    Nilai gizi pangan

    Nilai gizi pangan ditentukan berdasarkan ketersediaan zat-zat gizi baik

    secara teoritis, in vitro, maupun in vivo. Penentuan nilai gizi pangan dilakukan dengan

    cara penentuan nilai gizi protein, nilai gizi lemak, nilai gizi karbohidrat, nilai gizi

    mineral, dan nilai gizi vitamin.

    Sutopo (2014) berpendapat bahwa pembahasan nilai gizi protein dilihat

    dari beberapa ukuran seperti skor kimia (chemical score), Protein Efficiency Ratio (PER),

    Net Protein Utilization  (NPU), Biological Value  (BV). Pembahasan nilai gizi lemak

    meliputi kandungan asam lemak esensial, uji biologis toksisitas lemak (yang telah rusak

    akibat penggorengan), dan uji biologis pengaruh defisiensi asam lemak esensial.

    Pembahasan nilai gizi karbohidrat didasarkan pada daya cerna terhadap

    karbohidrat yang dapat dicerna (terutama pati) dan karbohidrat yang tidak dapat

    dicerna (oligosakarida penyebab flatulen dan serat makanan) baik in vitro maupun in

    vivo

    . Pembahasan nilai gizi mineral dan vitamin bisanya dilakukan terbataspada kadar mineral dan vitamin serta pembahasan secara teoritis tentang faktor-

    faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaannya (Sutopo, 2014).

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    17/30

     

    Peningkatan mutu gizi pangan dilakukan untuk meningkatkan

    ketersediaaannya sebagai sumber zat gizi melalui beberapa cara antara lain:

    1. 

    Pengolahan

    2. Penyimpanan

    3. 

    Pengawetan

    4. Fermentasi

    Peningkatan kadar gizi pangan dilakukan terhadap baik zat gizi makro

    maupun zat gizi mikro. Beberapa teknik peningkatan kadar zat gizi antara lain:

    1. 

    Fortifikasi pangan 

    merupakan penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrien) pada taraf yang

    lebih tinggi daripada yang ditemukan pada pangan asal/awal. Tujuan

    utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang

    ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. Harus diperhatikan

    bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan adalah pencegahan defisiensi:

    dengan demikian menghindari terjadinya gangguan yang membawa kepada

    penderitaan manusia dan kerugian sosio ekonomis. Namun demikian,

    fortifikasi pangan juga digunakan untuk menghapus dan mengendalikan

    defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya.

    2. 

    Enrichment (pengkayaan) 

    biasanya mengacu kepada penambahan satu atau lebih zat gii pada

    pangan asal pada taraf yang ditetapkan dalam standar internasional.

    3. 

    Restoration 

    mengacu kepada penggantian zat gizi yang hilang selama proses

    pengolahan.

    4. 

    Nutrification 

    berarti membuat campuran makanan atau pangan lebih bergizi.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    18/30

     

    5.  Suplementasi pangan 

    Ditujukan untuk menambah konsumsi pangan sehari-hari yang kurang yang

    diakibatan oleh berbagai hal seperti kurangnya pengertian, lemahnya

    ekonomi, dan sebagainya Penanganan defisiensi zat besi melalui

    suplementasi tablet besi merupakan cara yang paling efektif untuk

    meningkatkan kadar zat besi dalam jangka pendek. Suplementasi biasanya

    ditujukan pada golongan yang rawan mengalami defisiensi besi seperti ibu

    hamil dan ibu menyusui. Di Indonesia, pemerintah melakukan program

    suplementasi gratis pada ibu hamil melalui Puskesmas dan Posyandu, dengan

    menggunakan tablet besi folat (mengandung 60 mg elemental besi dan 0,25mg asam folat).

    6. 

    Tingkat kesehatan masyarakat diharapkan meningkat karena pada

    prinsipnya makin banyak jenis bahan pangan yang dikonsumsi, makin

    lengkap perolehan zat gizinya. Konsep tersebut di dalam ilmu gizi

    dinamakan komplementasi, yaitu terjadinya efek saling melengkapi antara

    satu bahan pangan dengan bahan lainnya. Contoh program kegiatan

    komplementasi antara lain pembuatan Bahan Makanan Campuran (BMC) dan

    diversifikasi menu.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    19/30

     

    Pengawasan mutu merupakan program atau kegiatan yang tidak dapat

    terpisahkan dengan dunia industri, yaitu dunia usaha yang meliputi proses produksi,

    pengolahan dan pemasaran produk. Industri mempunyai hubungan yang erat sekali

    dengan pengawasan mutu karena hanya produk hasil industri yang bermutu yang

    dapat memenuhi kebutuhan pasar, yaitu masyarakat konsumen. Seperti halnya proses

    produksi, pengawasan mutu sangat berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan

    teknologi. Makin modern tingkat industri, makin kompleks ilmu pengetahuan dan

    teknologi yang diperlukan untuk menangani mutunya. Demikian pula, semakin maju

    tingkat kesejahteraan masyarakat, makin besar dan makin kompleks kebutuhan

    masyarakat terhadap beraneka ragam jenis produk pangan. Oleh karena itu, sistem

    pengawasan mutu pangan yang kuat dan dinamis diperlukan untuk membina produksi

    dan perdagangan produk pangan.

    Pengawasan mutu mencakup pengertian yang luas, meliputi aspek

    kebijaksanaan, standardisasi, pengendalian, jaminan mutu, pembinaan mutu dan

    perundang-undangan (Soekarto, 1990). Hubeis (1997) menyatakan bahwa

    pengendalian mutu pangan ditujukan untuk mengurangi kerusakan atau cacat pada

    hasil produksi berdasarkan penyebab kerusakan tersebut. Hal ini dilakukan melalui

    perbaikan proses produksi (menyusun batas dan derajat toleransi) yang dimulai daritahap pengembangan, perencanaan, produksi, pemasaran dan pelayanan hasil

    produksi dan jasa pada tingkat biaya yang efektif dan optimum untuk memuaskan

    konsumen (persyaratan mutu) dengan menerapkan standardisasi perusahaan/industri

    yang baku. Tiga kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian mutu yaitu, penetapan

    standar (pengkelasan), penilaian kesesuaian dengan standar (inspeksi dan

    pengendalian), serta melakukan tindak koreksi (prosedur uji).

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    20/30

     

    Masalah jaminan mutu merupakan kunci penting dalam keberhasilan usaha.

    Menurut Hubeis (1997), jaminan mutu merupakan sikap pencegahan terhadap

    terjadinya kesalahan dengan bertindak tepat sedini mungkin oleh setiap orang yang

    berada di dalam maupun di luar bidang produksi. Jaminan mutu didasarkan pada

    aspek tangibles (hal-hal yang dapat dirasakan dan diukur), reliability (keandalan),

    responsiveness (tanggap), assurancy (rasa aman dan percaya diri) dan

    empathy  (keramah tamahan). Dalam konteks pangan, jaminan mutu merupakan suatu

    program menyeluruh yang meliputi semua aspek mengenai produk dan kondisi

    penanganan, pengolahan, pengemasan, distribusi dan penyimpanan produk untuk

    menghasilkan produk dengan mutu terbaik dan menjamin produksi makanan secara

    aman dengan produksi yang baik, sehingga jaminan mutu secara keseluruhan

    mencakup perencanaan sampai diperoleh produk akhir.

    Pengawasan mutu pangan juga mencakup penilaian pangan, yaitu kegiatan

    yang dilakukan berdasarkan kemampuan alat indera. Cara ini disebut penilaian

    inderawi atau organoleptik. Di samping menggunakan analisis mutu berdasarkan

    prinsip-prinsip ilmu yang makin canggih, pengawasan mutu dalam industri pangan

    modern tetap mempertahankan penilaian secara inderawi/organoleptik. Nilai-nilai

    kemanusiaan yaitu selera, sosial budaya dan kepercayaan, serta aspek perlindungan

    kesehatan konsumen baik kesehatan fisik yang berhubungan dengan penyakit maupun

    kesehatan rohani yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan juga harus

    dipertimbangkan.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    21/30

     

    Pengawasan mutu merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi,

    serta manajerial dalam hal penanganan mutu pada proses produksi, perdagangan

    dan distribusi komoditas. Oleh karena itu, pengawasan mutu bukan semata-mata

    masalah penerapan ilmu dan teknologi, melainkan juga terkait dengan bidang-

    bidang ilmu sosial dan aspek-aspek lain, yaitu kebijaksanaan pemerintah, kehidupan

    kemasyarakatan, kehidupan ekonomi serta aspek hukum dan perundang-undangan.

    Pengawasan mutu juga bergerak dalam berbagai kegiatan ekonomi.

    Macam-macam kegiatan ekonomi seperti pengawasan mutu pangan berperan atau

    terkait ialah dalam keseluruhan industri pertanian yang menggarap produk pangan

    dari industri usaha produksi bahan pangan, sarana produksi pertanian, industri

    pengolahan pangan dan pemasaran komoditas pangan.

    Pengawasan mutu pangan juga berkaitan erat dengan kehidupan

    masyarakat dalam melayani kebutuhan konsumen, memberi penerangan dan

    pendidikan konsumen. Pengawasan mutu pangan juga melindungi konsumen terhadap

    penyimpangan mutu, pemalsuan dan menjaga keamanan konsumen terhadap

    kemungkinan mengkonsumsi produk-produk pangan yang berbahaya, beracun dan

    mengandung penyakit.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    22/30

     

    Di tingkat perusahaan, pengendalian mutu berkaitan dengan pola

    pengelolaan dalam industri. Citra mutu suatu produk ditegakkan oleh pimpinan

    perusahaan dan dijaga oleh seluruh bagian atau satuan kerja dalam

    perusahaan/industri. Dalam industri pangan yang maju, pengendalian mutu sama

    pentingnya dengan kegiatan produksi.Penelitian dan pengembangan (R&D)

    diperlukan untuk mengembangkan sistem standardisasi mutu perusahaan maupun

    dalam kaitannya dengan analisis mutu dan pengendalian proses secara rutin.

    Dalam kaitan dengan produksi, pengawasan mutu dimaksudkan agar mutu

    produksi nasional berkembang sehingga dapat menghasilkan produk yang aman

    serta mampu memenuhi kebutuhan dan tidak mengecewakan masyarakat

    konsumen. Bagian pemasaran juga harus melaksanakan fungsi pengawasan mutu

    menurut bidangnya. Kerjasama, kesinambungan, dan keterkaitan yang sangat

    erat antarsatuan kerja dalam organisasi perusahaan semuanya menuju satu tujuan,

    yaitu mutu produk yang terbaik. 

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    23/30

     

    ITC (1991) dalam  Hubeis (1994) menyatakan bahwa industri pangan

    sebagai bagian dari industri berbasis pertanian yang didasarkan pada wawasan

    agribisnis memiliki mata rantai yang melibatkan banyak pelaku, yaitu mulai dari

    produsen primer –  (pengangkutan) –  pengolah –  penyalur –  pengecer –  konsumen.

    Pada masing-masing mata rantai tersebut diperlukan adanya pengendalian mutu

    (quality control atau QC) yang berorientasi ke standar jaminan mutu (quality

    assurance atau QA) di tingkat produsen sampai konsumen, kecuali inspeksi pada

    tahap pengangkutan dalam menuju pencapaian pengelolaan kegiatan

    pengendalian mutu total (total quality control atau TQC) pada aspek rancangan,

    produksi dan produktivitas serta pemasaran. Dengan kata lain permasalahan mutu

    bukan sekedar masalah pengendalian mutu atas barang dan jasa yang dihasilkan

    atau standar mutu barang (product quality), tetapi sudah bergerak ke arah

    penerapan dan penguasaantotal quality management 

     (TQM) yangdimanifestasikan dalam bentuk pengakuan ISO seri 9000 (sertifikat mutu

    internasional), yaitu ISO-9000 s.d. ISO-9004, dan yang terbaru yaitu ISO 22000.  

    Sertifikat sebagai senjata untuk menembus pasar internasional

    merupakan sebuah dokumen yang menyatakan suatu produk/jasa sesuai dengan

    persyaratan standar atau spesifikasi teknis tertentu (Jaelani, 1993 dalam Hubeis,

    1994). Sertifikat yang diperlukan adalah yang diakui sebagai alat penjamin

    terhadap dapat diterimanya suatu produk/jasa tersebut (Hubeis, 1997). Upaya

    ini sangat diperlukan karena Indonesia menghadapi persaingan yang makin ketat

    dengan negara-negara lain yang menghasilkan barang yang sama atau sejenis.

    Hal ini juga perlu disiapkan dalam menghadapi perdagangan bebas di kawasan

    ASEAN sekarang ini dan di kawasan Asia Pasifik tahun 2019 yang akan datang,

    serta perubahan menuju perdagangan global dan terjadinya regionalisasi sepertidi Eropa dan Amerika Utara. 

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    24/30

     

    HACCP adalah pedoman untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin

    terjadi pada semua proses produksi (dari tahap produksi primer sampai ditangan

    konsumen). Dengan kata lain HACCP ini, di Indonesia bertujuan untuk menjamin

    keamanan pangan. Dengan diidentifikasinya semua tahapan produksi, sehingga

    bisa diminimalisasi kontaminasi bahaya. Bahaya disini bisa disebabkan oleh zat

    kimia, kontaminasi mikro/bakteri (biologi), atau zat asing (fisik, bisa berupa

    pecahan kaca atau lain sebagainya). 

    Penerapan dan pendokumentasian HACCP lebih simple dibandingkan

    ISO. Tapi HACCP punya tahapan tertentu. Sebelum penerapan HACCP, pabrik

    (perusahaan) harus sudah menjalankan GMP dan SSOP dengan baik. Untuk

    kalangan pabrik tentu sudah tidak asing lagi, apa itu GMP. Skedar berbagi saja,

    GMP kependekan dari GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Atau Cara2

    berproduksi dengan baik. GMP ini panduan mendetail dan harus mencakup semua

    proses produksi, mulai dari ketertiban karyawan, Pest Control (pengendalian

    hama), Fasilitas gudang, Kelengkapan rancangan gedung, keamanan, kesehatan,dan keselamatan kerja. 

    GMP harus diimplementasikan untuk semua bagian termasuk Processing

    Area, Logistik dan Area Penyimpanan (Gudang), Laboratorium, Manufacturing

    Area, Maintenance & Engineering, dan manajemen. Semua harus satu kata. Semua

    bagian harus secara komitmen dan konsisten mengimplementasikan GMP ini. Oleh

    sebab itu untuk memantau implementasi GMP dilapangan perlu dilakukan audit.

    Audit ini bisa dibagi menjadi audit internal dan eksternal. Audit internal berasal

    dari auditor yang ditunjuk dan diberi kewenangan untuk mengaudit pabrik

    tersebut. Audit internal ini bisa berasal dari gabungan karyawan dari berbagai

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    25/30

     

    bagian/departemen. Diharapkan audit internal ini bisa mengevaluasi dan

    memberi masukan kepada pihak yang bertanggungjwab di pabrik (perusahaan

    tersebut). Masukan dari auditor internal ini bisa dijadikan acuan untuk diadakanperubahan kebijakan. Manfaat dari auditor internal ini adalah jika ada temuan

    bisa dibahas secara internal pabrik dan tidak perlu sampai banyak pihak tahu.

    Auditor internal bisa tidak efektif dalam mengauditnya karena akan bersikap

    subyektif. Kesubyektifan ini bisa diganti dengan diadakannya audit eksternal.

    Auditor eksternal bisa dari berbagai macam institusi baik milik pemerintah maupun

    milik swasta. Tapi ada syarat dalam memilih auditor eksternal, yaitu: institusi

    auditor eksternal tersebut harus memiliki akses ke KAN (Komite Akreditasi

    Nasional). Sudah banyak institusi yang bisa dijadikan auditor eksternal, salah

    satunya yang sudah terkenal adalah SGS. Selain GMP ada satu lagi pedoman

    yang harus diterapkan, yaitu SSOP. SSOP adalah kependekan dari Sanitation

    Standard Operating Procedures.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    26/30

     

    Untuk implementasi sistem mutu dan keamanan pangan nasional telah

    dilakukan analisis SWOT yang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang

    dan ancaman yang dihadapi. Dari hasil analisis tersebut ditetapkan kebijakan

    yang harus ditempuh, serta disusun strategi, program, dan kegiatan yang perlu

    dilakukan untuk menjamin dihasilkannya produk pangan yang memenuhi

    persyaratan mutu dan keamanan untuk perdagangan domestik maupun global,

    yaitu melalui pendekatan HACCP untuk menghasilkan produk yang aman, serta

    mengacu pada ISO 9000 (QMS) untuk menghasilkan produk yang konsisten dan

    ISO 14000 (EMS) untuk menjamin produk pangan yang berwawasan lingkungan.  

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    27/30

     

    Kebijaksanaan, strategi dan program pengendalian mutu dan keamanan

    pangan (mengacu pada konsep HACCP, ISO 9000 dan ISO 14000).

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    28/30

     

    Implementasi Sistem Mutu dan Keamanan Pangan

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    29/30

     

    Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Cetakan Keempat. PT. GramediaPustaka Utama. Jakarta.

    Deswarni, I. dan G. Kunanto. 1990. Epidemiologi I. Pusdiknakes. Jakarta. 

    Fardiaz, D. 1997. “Praktek Pengolahan Pangan yang Baik”. Pelatihan

    Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan Bagi Staf Pengajar . Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi (CFNS)-IPB dengan Dirjen Dikti.Bogor, 21Juli –  2 Agustus 1997.

    Hubeis, M. 1994. Pemasyarakatan ISO 9000 untuk Industri Pangan di Indonesia.Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Vol. V (3). Fakultas TeknologiPertanian, IPB Bogor.

    Hubeis, M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi MelaluiPemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap IlmuManajemen Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Pertanian Bogor.

    Kadarisman, D. 1996. “ISO (9000 dan 14000) dan Sertifikasi”. Buletin Teknologidan Industri Pangan. Vol. VII (3). Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.Bogor.

    Kramer, A. dan B.A. Twigg. 1983. Fundamental of Quality Control for the FoodIndustry. The AVI Pub. Inc., Conn., USA.

    Soekarto. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.Bhatara Aksara. Jakarta. 

    Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

    Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta.

    Sutopo, Djoko. 2014. Mutu Gizi Pangan. http://artikelpersagigorontalo.blogspot.com/2014/ 02/mutu-gizi-pangan.html. Diakses tanggal 27Maret 2015 Pukul 2.55 WIB.

  • 8/17/2019 Buku Mutu Gizi Dan Keamanan Pangan

    30/30

     

    Pangan merupakan komponen

    penting yang sangat dibutuhkan

    manusia untuk mempertahankanhidupnya. Saat ini, banyak jenis pangan

    yang diolah untuk menambah daya tarik

    pangan dengan menambah cita rasa,

    bentuk, dan penampilan menarik

    lainnya.

    Namun terkadang, kegiatan

    pengolahan makanan tidak sesuai dengan

    standar sehingga mengakibatkan

    menurunnya kualitas dan mutu pangan,

    terutama dari kandungan gizi dan keama-

    Buku ini membahas mengenai mutu pangan, karakteristik mutu pangan, Good

    Manufacturing Practies  (GMP), status gizi, gadar gizi, nilai gizi pangan, evaluasi mutu gizi

    pangan, peningkatan mutu gizi pangan, pengawasan mutu pangan, dan implementasi

    Quality Sistem   serta Safety . Diharapkan melalui buku ini dapat memberikan penjelasan

    mengenai mutu, gizi dan keamanan pangan agar terciptanya kualitas pangan yang lebih

    baik bagi produsen, distributor maupun konsumen.

    SELAMAT MEMBACA !

    nan pangan tersebut untuk dikonsumsi. Pangan yang telah

    mengalami penurunan mutu, seperti terkontaminasi oleh

    mikroorganisme, dapat mengakibatkan penyakit dan

    keracunan bagi konsumen.