buku : manajemen sumber daya manusia · 2019. 8. 3. · dr. budi supriyatno, manajemen sumber daya...
TRANSCRIPT
BUKU :
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
Editorial Reviews
Buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulisSaudara Budi Supriyatno merupakan kombinasi darihasil peniltian, pemikiran dan pengalaman sebagaipraktisi di Birokrasi sekaligus sebagai dosen pascasarjana di perguruan tinggi ini sangat lengkap, olehkarena itu buku ini bisa dipakai sebagai referensi bagibirokrat yang ingin melaksanakan atau mempraktekanlangsung cara memenajemen SDM yang baik dilembaganya atau organisasinya. Di Era Globlaisasi iniManajemen Sumber Daya Manusia saat sekarang sangatdiperlukan, karena banyaknya permasalahan yangberkaityan dengan SDM, maka buku ini bisa menjawabpermasalahan SDM yang sekarang muncul di berbagai
MANAJEMEN SUMBER DAYAMANUSIA
Oleh Budi SupriyatnoPenerbit : CV Media [email protected]
Hard cover Harga : $ 7.5
BISA UNDUH : $ 7.5
organisasi. Disampiang sebagai acuan para birokrasi,buku ini juga untuk mahasiswa, dosen dan masyarakatumum yang ingin mendalami Manajemen Sumber DayaManusia.
Product DetailsJudul : Manajemen Sumber Daya ManusiaPenulis : Budi SupriyatnoJumlah halaman : 592 halamanPenerbit : CV. Media [email protected] Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)Desain Cover : Lilik HariawanCover Type : Hard CoverPerpustakaan Nasional catalog Dalam Terbitan (KTD)ISBN : 978-602-97215-2-2Ukuran Buku14.5 x 21 cmCetakan pertama : 1 Juni 2013Penerbitan : Bahasa Indonesia.
TENTANG PENULIS
BUDI SUPRIYATNO, Lahir di DesaJetak, Pringanom, Masaran, Sragen, 6Oktober 1959. Anak dari AlmarhumSersan Mayor Sudakir Santoso,Veteran/Pejuang 45.
PENDIDIKAN :
1 Lulus SD, 1972, SLTP 1975. SLTA 1997.Sragedan Solo.
2 Lulus Sarjana Administrasi Negara di UniversitasKrisnadwipayana Jakarta pada 1988.
3 Lulus Magister Manajemen STIE Jakarta pada1988.
4 Lulus Magister-Doktor Ilmu ManajemenPemerintahan Universitas Satyagama Indonesiapada 2005.
KLAT/TRAINING/ KURSUS:1 Manajemen Proyek di Jakarta (1987).2 Pelaksanaan Teknis Penanganan Proyek (1988).3 Pejabat Inti Proyek (1989). Urban Planning di
Manila (1994).4 Sewage Works Engineering di Jepang (1995).5 Environmental Training Institute States New
York Amerika (1996).6 Standar Kualifikasi Ketrampilan Bidang
Manajemen Jakarta (1997).7 Manajemen Proyek Jakarta (1998). Manajemen
Communication Skill Singapura (1999).8 Pelatihan Teknik Kehumasan Bandung (1999).9 Pelatihan Teknis Jabatan Fungsional Jakarta pada
2000.
PEKERJAAN :1 Staf Seksi Pedoman Tata Ruang Kabupaten dan
Kota (1982-1986).2 Staf Proyek Pemanfaatan dan Pengendalian
Ruang (1986-1990).
3 Asisten Proyek Pembinaan Perencanaan TataRuang Perkotaan (1990-1994).
4 Asisten Bagian Proyek Perencanaan Tata RuangPropinsi (1994-1995).
5 Asisten Bagian Proyek Penataan Ruang (1995-1996).
6 Seksi Bimbingan Teknik Cipta Karya (1996-2000).
7 Seksi pada Deputi Meneg PU Bidang Sarana danPrasarana Kawasan Terbangun (2000-2001).
8 Kepala Subbag Tata Laksana, Biro Kepagawaiandan Ortala (2001-2003).
9 Kepala Subbag Analisa Standar Kebutuhan &Formasi Pegawai Tahun 2003-2005.
10 Kepala Bagian Organisasi dan Tatalaksana, BiroKepegawaian dan Ortala, Setjen Departemen PU(2005-2007).
11 Kepala Bagian Kepegawaian dan Ortala,Sekretariat Balitbang, Departemen PU (2007-2010).
12 Kepala Bidang Sumber Daya KelitbanganPuslitbang Permukiman Bandung (2010-Sampai2013).
DOSEN :1 Universitas Krisnadwipayana (1998-2005).2 Dosen Pasca Sarjana Universitas Satyagama
Jakarta, (2005-sekarang).3 Konsultan Bidang Pemerintahan/Manajemen
Pemerintahan, (2013-sampai sekarang)ORGANISASI :1 Ketua Kelompok Perhimpunan Pakar Manajemen
Pemerintahan Indonesia.
SEMINAR/SIMPOSIUM:1 Studi Management Case di Kualalumpur
Malaysia (1993).2 Urban Manajemen di Bangkok Thailand (1994).3 Project Management Singapore (1995).4 Institutional Development Manila (1998).BUKU YANG SUDAH DITERBITKAN:1 Tata Ruang dalam Pembangunan Nasional, Suatu
Strategi dan Pemikiran (1996).2 Manajemen Pemerintahan (2009).3 Manajemen Tata Ruang. (2009).4 Budaya Kerja Birokrasi (2010).5 Sang Pmimpian Sejati (2013).6 Job Analyisis (2013).7 Human Resource Planing (2013).8 Juga Aktif menulis artikel.
♣♣♣♣♣
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,MM.,MSi
i
KATA PENGANTAR
Sumber Daya Manusia diharapkan mampumewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yangproduktif, adaptif dan transformatif, sehingga mampumengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yangterkandung di dalamnya - menuju tercapainyakesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik dalamtatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalampengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengertisebagai bagian integral dari sistem yang membentuksuatu organisasi. Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalamManajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Dalambidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemendan lainnya seperti psikologi, pemerintahan, manajemen,administrasi, hukum dan lain sebagainya.
Mengingat struktur SDM dalam organisasi seringdipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusianyasebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmupsikologi. Dewasa ini, perkembangan terbarumemandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka,melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusiatau organisasi, baik pemerintah maupun swasta.Karena itu kemudian munculah istilah baru di luar H.R.(Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Disini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama,tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan,dikembangkan bandingkan dengan portfolio investasidan juga bukan sebaliknya sebagai liability atau beban,cost. Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagiinstitusi atau organisasi lebih mengemuka. Maka SDMperlu dikelola denngan baik melalui MSDM.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,MM.,MSi
ii
MSDM adalah suatu proses pengelolaan dalammenangani berbagai masalah pada ruang lingkuppegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untukdapat menunjang aktifitas organisasi perusahaan demimencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan semakinberkembangnya suatu organisasi, maka semakin sulitpula perencanaan dan pengendalian pegawainya. Olehkarena itu, maka sangatlah dibutuhkan “manajemen”SDM yang mengatur dan mengatasi masalah-masalahyang berhubungan dengan kepegawaian, baik dalam haladministrasi, pembagian tugas maupun pada kegiatanSDM lainnya.
Isi dari buku ini membahas MSDM yang dimulaiBab 1 Pendahuluan mengetengahkan secara umumtentang MSDM. Bab 2 membahas tentang Analisajabatan, bab 3 Tentang Perencanaan SDM. Bab 4.Membahas Rekrutmen dan Seleksi. Bab 5 TentangPengangkatan dan Penempatan, bab 6 Pengembangandan Diklat SDM, bab 7 Promosi, Demosi dan Mutasi.Bab 8 Konseling, bab 9 Hubungan kerja, Bab 10.Kompensasi, bab 11 Pengambilan Keputusan. Bab 12Pensiun dan bab 13 Evaluasi Kinerja Pegawai.
Demikian materi buku ini, semoga bermanfaatbagi pembaca khususnya, para manajer personalia atauDepartemern SDM, Dosen, dan Mahasiswa. Penulismenyadari bahwa buku ini masih kurang sempurna,maka kritik san saran dari semua piha, penulis terimadengan senang hati. Demikian terima kasih.
Penulis
Budi Supriyatno
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,MM.,MSi
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................
DAFTAR ISI………………………….................
BAB 1 : PENDAHULUAN………………........
1.1. Pentingya MSDM………….....
1.2. Tujuan dan Model MSDM……
1.3. Tugas MSDM…….................
BAB 2 : ANALISA JABATAN…………......
2.1. Pentingynya Analisa Jabatan........
2.2. Tahapan Analisa………………....
BAB 3 : PERENCANAAN SDM…………......
3.1. Pentingnya Perencaan SDM......
3.2. Faktor dan Manfaat PSDM…...
3.3. Langkah Proses PSDM…….....
3.4. Keuntungan dan Kekurangan
dalam PSDM..............................
BAB 4 : PEREKRUTMEN DAN SELEKSI.....
4.1. Pentingnya Perekrutmen………...
4.2. Seleksi SDM…….........................
i
ii
1
1
12
20
22
22
80
105
105
119
125
132
134
134
174
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,MM.,MSi
iv
BAB 5 : PENGANGKATAN DAN
PENEMEPATAN................................
5.1. Pengangkatan Pegawai………......
5.2. Penempatan Pegawai
Perusahaan.....................................
5.3. Penempatan Pegawai Negeri
Sipil…………................................
BAB 6 : PENGEMBANGAN DAN DIKLAT
SDM......................................................
6.1. Pengembangan SDM.....................
6.2. Pendidikan dan Pelatihan……......
6.3. Analisa Kebutuhan Diklat...........
BAB 7 : PROMOSI,DEMOSI DAN MUTASI
7.1. Promosi ………………………….
7.2. Demosi……………………….......
7.3. Mutasi………………………........
BAB 8 : KONSELING………….......................
8.1. Manfaat Konseling………….......
8.2. Prinsip-Prinsip Konseling..............
BAB 9 : HUBUNGAN KERJA………………..
9.1 Organisasi Pegawai.......................
9.2 Hubungan Kerja antara Pengusaha
dan Pekerja....................................
9.3 Hubungan Industrial………..........
9.4 Pemutusan Hubungan Kerja……..
190
190
196
202
216
216
238
257
278
278
314
323
338
338
344
346
346
373
384
388
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,MM.,MSi
v
BAB 10 : KOMPENSASI PEGAWAI..............
10.1. Pentingnya Kompensasi.............
10.2. Fungsi dan Tujuan Kompensasi.
10.3. Sistem, Faktor dan Jenis
Kompensasi................................
10.4. Prinsip Pokok Program
Benefit........................................
10.5. Tahapan Menetapkan
Kompensasi................................
10.6. Asas, Program, Metode dan
Proses Kompesasi……………..
BAB 11 : PENGAMBILAN KEPUTUSAN…..
11.1. Latar Belakang.............................
11.2. Perilaku Pengambilan
Keputusan....................................
11.3. Gaya Pengambilan Keputusan…
11.4. Teknik Pengambilan Keputusan..
BAB 12. PENSIUN…………….........................
12.1. Latar Belakang………………….
12.2. Manfaat........................................
12.3. Masa Kerja Pegawai Negeri........
BAB 13. EVALUASI KINERJA PEGAWAI...
13.1. Latar Belakang………………….
13.2. Sasaran Evaluasi Kinerja.............
408
408
416
420
442
453
454
476
476
483
502
506
520
520
523
525
531
531
540
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA,MM.,MSi
vi
13.3. Metode Evaluasi..........................
13.4. Manfaat Evaluasi Kinerja............
DAFTAR PUSTAKA…………………………...
INDEX……………………..................................
551
557
565
579
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
1
PENDAHULUAN
1.1. Pentingya MSDM
Sumber Daya Manusia diharapkan mampu me-
wujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang pro-
duktif, adaptif dan transformatif, sehingga mampu
mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang ter-
kandung di dalamnya-menuju tercapainya kesejahteraan
dan kehidupan yang lebih baik dalam tatanan yang seim-
bang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-
hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari
sistem yang membentuk suatu organisasi. Sebagai ilmu,
SDM dipelajari dalam Manajemen Sumber Daya Manu-
sia (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa
antara ilmu manajemen dan ilmu lainya seperti psiko-
logi, pemerintahan, manajemen, administrasi, hukum
dan lain sebagainya. Mengingat struktur SDM dalam or-
ganisasi sering dipelajari oleh ilmu manajemen, semen-
BAB1
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
2
tara manusianya sebagai subyek pelaku adalah bidang
kajian ilmu psikologi dan sosiologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang
SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan le-
bih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi,
baik pemerintah maupun swasta. Karena itu kemudian
muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources),
yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bu-
kan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai
dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan bandingkan
dengan portfolio investasi dan juga bukan sebaliknya
sebagai liability atau beban cost. Di sini perspektif SDM
sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih
mengemuka.[1]
MSDM adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup pegawai, dan pimpi-
nan/manajer untuk dapat menunjang aktifitas organisasi
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam
suatu organisasi atau perusahaan peranan MSDM sangat-
lah penting. Hal ini dapat kita mengerti karena tanpa
SDM, suatu organisasi tidak mungkin berjalan. Manusia
merupakan penggerak dan pengelola faktor-faktor pro-
duksi lainnya seperti modal, bahan mentah, peralatan,
[1] Greer, Charles R. Strategy and Human Resources: a GeneralManagerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall. 1995, hal.23.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
3
dan lain-lain untuk mencapai tujuan organisasi.[2] Den-
gan semakin berkembangnya suatu organisasi, maka
semakin sulit pula perencanaan dan pengendalian pega-
wainya. Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan MSDM
yang mengatur dan mengatasi permasalahan yang ber-
hubungan dengan kepegawaian, baik dalam hal adminis-
trasi, pembagian tugas maupun pada kegiatan SDM lain-
nya.[3]
Pengertian MSDM
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia,
atau MSDM adalah suatu ilmu mengatur hubungan dan
peranan manusia yang dimiliki oleh individu secara
efisien dan efektif serta dapat digunakan secara
maksimal sehingga tercapai tujuan yang telah ditentukan
bersama organisasi, pegawai dan masyarakat menjadi
maksimal. MSDM didasari pada suatu pemikiran bahwa
setiap pegawai adalah manusia, bukan mesin, dan bukan
semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM
menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti pemerin-
tahan, administrasi, manajemen, ekonomi, hukum,
psikologi, dan sosiologi.
[2] Budi Supriyatno. Peranan dan Fungsi Sumber Daya ManusiaDalam Organisai, di Era Globalisasi, Artikel Seminar, Jakarta. 20Juni 2012, hal. 2-3.[3] Budi Supriyatno, Ibid, hal.5.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
4
MSDM adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup pegawai, buruh, manajer
dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivi-
tas organisasi demi mencapai tujuan yang telah ditentu-
kan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM
adalah Biro Kepegawaian atau Departemen SDM, dalam
bahasa inggris disebut HRD atau Human Resource De-
partment. MSDM juga menyangkut desain analisa ja-
batan, sistem perencanaan, rekrutmen, pengembangan
pegawai, pengelolaan karier, promosi, konseling, hubun-
gan kerja, kompensasi, pengambilan keputusan, pensiun,
evaluasi kenerja pegawai.[4] MSDM melibatkan semua
keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi
secara langsung SDMnya.
Berikut adalah pemahaman tentang pengertian
MSDM yang dilontarkan oleh para pakar, diantaranya
sebagai berikut :
1. Moses N. Kiggundu (1989) : Human resources
management is the development and utilization of
personnel for the effective achievement of indi-
vidual, organizational, community, national, and
international goals and objectives.[5] (MSDM
[4] Budi Supriyatno. Human Resource Management. CV. Media Bril-ian. 2014, hal 7[5] Moses N. Kiggundu. Managing Organizations in DevelopingCountries: an Operational and Strategic Approach. Published byKumarian Press, University of California. 1989. ISBN. 0931816750,9780931816758, hal.17.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
5
adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai
dalam rangka tercapainya tujuan dan sasaran in-
dividu, organisasi, masyarakat, bangsa dan inter-
nasioanal yang efektif). Analisis: Dalam definisi
menurut Kinggundu tersebut dapat dilihat ber-
sama bahwa pendapat Kiggundu, memberikan
penekanan pada kata “development and utiliza-
tion of personnel for the effective achievement.,”
Secara garis besar kalimat tersebut memiliki pe-
mahaman MSDM sebagai sebuah upaya
mengembangkan potensi para pegawai melalui
beberapa pelatihan, baik yang sifatnya umum
maupun khusus guna memunculkan pegawai
yang benar-benar berkompetensi dalam
bidangnya.
2. Menurut Armstrong. Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah suatu pendekatan terhadap mana-
jemen manusia yang berdasarkan empat prinsip
dasar. Pertama, sumber daya manusia adalah
harta paling penting yang dimiliki oleh suatu or-
ganisasi, sedangkan manajemen yang efektif
adalah kunci bagi keberhasilan organisasi terse-
but. Kedua, keberhasilan ini sangat mungkin di-
capai jika peraturan atau kebijaksanaan dan
prosedur yang bertalian dengan manusia dari pe-
rusahaan tersebut saling berhubungan, dan mem-
berikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan
perusahaan dan perencanaan strategis. Ketiga,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
6
kultur dan nilai perusahaan, suasana organisasi
dan perilaku manajerial yang berasal dari kultur
tersebut akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap hasil pencapaian yang terbaik. Serta
yang terakhir keempat, adalah manajemen sum-
ber daya manusia berhubungan dengan integrasi
yakni semua anggota organisasi anggota tersebut
terlibat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.[6]
3. Menurut A.F. Stoner: MSDM adalah suatu
prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan un-
tuk memasok suatu organisasi atau perusahaan
dengan orang-orang yang tepat untuk ditempat-
kan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat
organisasi memerlukannya.[7]
4. Sedangkan menurut penulis (Budi Supriyatno)
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah suatu kegiatan pengelolaan SDM mulai
dari analisa jabatan, sistem perencanaan, rek-
rutmen, pengembangan pegawai, promosi, kon-
seling, hubungan kerja, kompensasi, pengambi-
lan keputusan, pensiun, evaluasi kenerja pegawai
untuk mencapai tujuan individu maupun or-
[6] Amstrong, Michael, A Handbook of Human Resource Manage-ment, 10Th Edition, Published by Kogan Page Limited Practice. 120Pentonville Road, London. NI 9JN United Kongdom.www.Kogan.Page.co.uk. (2007), hal. 23.[7] A.F. Stoner. Human Resource Management. New Delhi, Prac-tice-Hall of India. 1998.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
7
ganisasi. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 1.1.
Human Resource Management dibawah ini.
Gambar 1.1. Human Resource Management
oleh BUDI SUPRIYATNO[8]
Pada hakekatnya MSDM memiliki peranan yang
sangat strategis yakni menyediakan tenaga kerja yang
efektif bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam proses pencapaian tujuan
ini, maka MSDM mempelajari bagaimana memperoleh,
[8] Budi Supriyatno. Concep and Thingking Human ResourceManagement. Media Brilian. 2014.
PLANNINGJOBANALYSIS
PLACEMENT
PROMOTION
RETIRED
DEVELOPMENT
HUMANRESOURCE
MMANAGEMENT
RECRUITMENT
CONSELING
COMPENSA-
TION
RELATION
DESICION
MAKING
EVALUATION
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
8
mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasikan dan
mempertahankan tenaga kerja dalam baik jumlah dan
tipe yang tepat.[9]
MSDM dapat berhasil bila mampu menyediakan
tenaga kerja yang berkompeten untuk melaksanakan
pekerjaan yang harus dilakukan. Organisasi beruntung
bila bisa memiliki tenaga pimpinan/manajerial yang
sudah pengalaman “mumpun” ataupun memiliki ke-
mampuan yang “hebat” sesuai harapan organisa-
si/pimpinan. Persoalannya adalah bagaimana membuat
orang yang hebat itu betah di perusahaan. Gaji besar tak
selalu menjamin ia bakal “loyal” terus.
Merekrut tenaga tingkat manajerial merupakan
aktivitas yang tidak murah. Tak jarang perusahaan harus
menggunakan konsultan tenaga kerja dari luar untuk
melaksanakan rekrutmen dan seleksi calon pegawai yang
cocok. Cara yang lebih jitu lagi menjaring calon yang
tepat adalah secara aktif mencari di dalam kalangan
industri dan bila perlu membajaknya dari perusahaan
lain. Semua, tentu, dengan biaya yang tidak sedikit bagi
perusahaan yang membutuhkan tenaga manajer tersebut.
Usaha yang kompleks dan tidak murah ini belum
juga menjamin kesesuaian antara calon pegawai dengan
jabatan yang bakal diisinya. Ketidakcocokan bisa karena
ternyata calon itu tidak memenuhi sejumlah syarat kerja,
atau malah si calon itu sendiri yang tahu lebih banyak
[9] Budi Supriyatno, Ibid.12
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
9
mengenai pekerjaannya merasa kurang pas dengan
kedudukan barunya.
Bila ini keadaannya, maka dapat diperkirakan
bahwa cepat atau lambat pegawai itu akan hengkang dari
tempat kerja. Hal yang amat merugikan perusahaan
sekiranya pegawai tersebut sebenarnya termasuk pekerja
yang baik dan penuh potensi.
Membuat betah Gaji tinggi, fasilitas lengkap, serta
jabatan yang jelas tak selalu menjamin betahnya seorang
pegawai, apalagi untuk tingkat manajerial ke atas.
Sebagai orang baru, hal-hal itu tentu menjadi
pertimbangan, namun, selang beberapa waktu, tentu ada
hal-hal lain yang bakal dicarinya.
Upaya untuk membuat pegawai baru betah, apalagi
bila diketahui tipe yang penuh inisiatif, enerjik, dan ogah
rutinitas, harusnya dimulai sejak awal, kala baru masuk.
Pada bulan pertama diperkenalkan kepada lingkungan
kerjanya serta tugas-tugasnya secara spesifik. Bersamaan
dengan itu pula sang pegawai baru di-expose pada
budaya perusahaan, yakni pola perilaku segenap warga
perusahaan yang mencerminkan sistem nilai yang dianut
perusahaan.
Untuk para manajer baru yang tugasnya
berhubungan dengan banyak unit lain dalam perusahaan,
maka ada baiknya ia pun mengenali fungsi dan tugas
unit-unit itu. Beberapa perusahaan besar bahkan
mengharuskan para manajer tersebut untuk mengikuti
hands-on training di beberapa unit yang relevan. Ini
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
10
pengalaman yang penting mengingat bahwa dalam
tugasnya kelak sang manajer bakal berhubungan banyak
dengan unit-unit tersebut sehingga perlu memahami pola
kerjanya sedetail mungkin.
Dalam proses ini, yang bisa saja berlangsung
sampai setahun, trainee yang bakal menduduki jabatan
eselon manajemen ini berinteraksi dengan banyak pihak;
dengan kalangan pelaksana, penyelia, manajer, dan tak
jarang pula dengan pimpinan perusahaan. Kerapkali
momen sosialisasi seperti ini menjadi faktor yang turut
mendukung kemajuan karir trainee tersebut.
Selain itu, pelatihan dalam bidang organisasi,
komunikasi, maupun bidang-bidang lain yang
menunjang ketrampilan manajemen, merupakan
masukan berharga bagi calon manajer. Apalagi bila
materi pelatihan disajikan oleh praktisi-praktisi yang
mengenai betul kondisi dan iklim kerja di perusahaan.
Memang, sekali lagi, ini bentuk perhatian pada calon-
calon manajer yang harganya tentu mahal.
Tetapi ini harus dipandang sebagai investasi
perusahaan untuk memiliki jajaran manajer yang trampil,
mampu, dan punya wawasan yang sejalan dengan cita-
cita dan falsafah perusahaan. Dari sudut si calon manajer
sendiri, ini merupakan perlakuan yang tentunya
memperkaya pengetahuan dan kemampuan individual-
nya, yang pada gilirannya bisa berperan besar dalam
menumbuhkan loyalitasnya pada perusahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
11
Ibarat bayi yang baru lahir dan memasuki dunia
baru, maka enam bulan pertama seorang pegawai baru
adalah masa-masa kritis yang menentukan sikap dan
pandangannya terhadap perusahaan maupun
pekerjaannya.
Betah dan berprestasi bagi pegawai baru yang
dipersiapkan untuk menduduki jabatan manajerial,
tentunya ada harapan bahwa diberi kesempatan untuk
menunjukkan kemampuannya. Percuma mereka sekolah
tinggi-tinggi bila kesempatan itu tak kunjung tiba. Oleh
karena itu, suatu kesalahan besar bila pada saat masuk
langsung diantar ke meja atau ruangannya, lantas
didiamkan. Perusahaan mungkin menganggap bahwa
pasti pegawai baru itu akan segera bersibuk diri dalam
pekerjaan. Dugaan yang cenderung meleset karena siapa
pun juga dan sehebat apa pun orangnya butuh tuntunan
dalam orientasi pekerjaan. Lantas butuh kesempatan
untuk mempraktekkan segala pengetahuan sekolahnya
secara konkrit di tempat kerja.
Hal lain yang dapat membuat “orang baru” dalam
perusahaan semakin betah adalah apabila dalam bulan-
bulan pertama sudah dilibatkan dalam beberapa
persoalan perusahaan yang cukup penting. Ini
kesempatan pula baginya untuk menyumbangkan
pikirannya dalam rangka pemecahan masalah. Syukur-
syukur bila sumbang sarannya benar-benar diperhatikan
dan kalau memang itu usul yang pantas diterapkan.
Secara psikologis hal ini dapat diterangkan sebagai
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
12
proses daur pengalaman yang menguatkan perilaku
tertentu yang dikehendaki. Dalam proses seperti ini,
urutan-urutan kejadian adalah sebagai berikut:
1. ada pegawai baru dalam perusahaan,
2. sebagai orang baru ia akan mengacu pada
atasannya dalam perusahaan,
3. bila atasan atau pimpinan perusahaan itu
memberi kesempatan padanya untuk berperan
aktif dalam suatu pemecahan persoalan, maka,
4. pegawai baru tersebut akan memperoleh rasa
puas yang sifatnya menguatkan keputusannya
semula untuk masuk dalam perusahaan.
Untuk menciptakan kondisi kerja seperti itu, maka
perusahaan sebenarnya dapat merancangnya sejak awal.
Selain tugas-tugas yang relatif rutin yang dibebankan
pada manajer baru tersebut, maka dapat pula disisipkan
beberapa tugas lain yang sifatnya khusus. Misalnya,
manajer baru dapat dimasukkan ke dalam suatu tim yang
menangani proyek tertentu. Tentunya tugas-tugas khusus
yang diberikan itu harus sesuai dengan bidang
keahliannya. Selain itu, tingkat kesulitan yang dihadapi
dalam tugasnya hendaknya proporsional dengan
statusnya sebagai orang baru.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
13
1.2. Tujuan dan Model MSDM
Tujuan MSDM adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Sosial. Tujuan sosial MSDM adalah agar
organisasi atau perusahaan bertanggungjawab se-
cara sosial dan etis terhadap keutuhan dan tantan-
gan masyarakat dengan meminimalkan dampak
negatifnya.
2. Tujuan Organisasional. Tujuan organisasional
adalah sasaran formal yang dibuat untuk mem-
bantu organisasi mencapai tujuannya.
3. Tujuan Fungsional. Tujuan fungsional adalah tu-
juan untuk mempertahankan kontribusi Biro Ke-
pegawaian atau Departemen SDM pada tingkat
yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
4. Tujuan Individual. Tujuan individual adalah tujuan
pribadi dari tiap anggota organisasi atau perusa-
haan yang hendak mencapai melalui aktivitasnya
dalam organisasi. Lihat Gambar 1.2. Tujuan
MSDM.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
14
Gambar 1.2. Tujuan MSDM Oleh Budi Supriyatno
Model MSDM
Di dalam memahami berbagai permasalahan
pada MSDM dan sekaligus dapat menentukan cara pe-
mecahannya perlu diketahui lebih dahulu model-model
yang digunakan oleh perusahaan kecil tidak bias
menerapkan model yang biasa digunakan oleh perusa-
haan besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam perkem-
bangan model-model ini berkembang sesuai dengan
situasi dan kondisi serta tuntutannya. Model MSDM
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Model Klerikal. Dalam model ini fungsi Biro
Kepegawaian atau Departemen SDM yang teru-
tama adalah memperoleh dan memelihara lapo-
TUJUANMSDM
TUJUAN
SOSIALTUJUAN
ORGANISASI
TUJUANINDIVIDUAL
TUJUANFUNGSIONAL
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
15
ran, data, catatan-catatan dan melaksanakan tu-
gas-tugas rutin. Fungsi Biro Kepegawaian atau
Departemen SDM menangani kertas kerja yang
dibutuhkan, memenuhi berbagai peraturan dan
melaksanakan tugas-tugas kepegawaian rutin.
2. Model Hukum. Dalam model ini, operasi SDM
memperoleh kekutannya dari keahlian di bidang
hukum. Aspek hukum memiliki sejarah panjang
yang berawal dari hubungan perburuhan, di masa
negosiasi kontrak, pengawasan dan kepatuhan
merupakan fungsi pokok disebabkan adanya
hubungan yang sering bertentangan antara mana-
jer dengan karyawan.
3. Model Finansial. Aspek pinansial MSDM be-
lakangan ini semakin berkembang karena para
manajer semakin sadar akan pengaruh yang besar
dari SDM ini meliputi biaya kompensasi tidak
langsung seperti biaya asuransi kesehatan, pen-
sion, asuransi jiwa, liburan dan sebagainya, kebu-
tuhan akan keahlian dalam mengelola bidang
yang semakin komplek ini merupakan penyebab
utama mengapa para manajer SDM semakin
meningkat.
4. Model Manjerial. Model manajerial ini memiliki
dua versi yaitu versi pertama manajer SDM me-
mahami kerangka acuan kerja manajer lini yang
berorientasi pada produktivitas. Versi kedua
manajer ini melaksanakan beberpa fungsi SDM.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
16
Biro Kepegawaian atau Departemen SDM me-
latih manajer lini dalam keahlian yang diperlukan
untuk menangani fungsi-fungsi kunci SDM
seperti pengangkatan, evaluasi kinerja dan
pengembangan. Karena karyawan pada umum-
nya lebih senang berinteraksi dengan manajer
mereka sendiri dibanding dengan pegawai staf,
maka beberapa Biro atau Departemen SDM dapat
menunjukan manajer lini untuk berperan sebagai
pelatih dan fsilitator.
5. Model Humanistik. Ide sentral dalam model ini
adalah bahwa, Biro Kepegawaian atau Departe-
men SDM dibentuk untuk mengembangkan dan
membantu perkembangan nilai dan potensi SDM
di dalam organisasi. Spesialis SDM harus mema-
hami individu karyawan dan membantunya me-
maksimalkan pengembangan diri dan peningka-
tan karir. Model ini menggabarkan tumbuhnya
perhatian organisasi terhadap pelatihan dan
pengembangan karyawan mereka.
6. Model Ilmu Perilaku. Model ini menganggap
bahwa, ilmu perilaku seperti psikologi dan peri-
laku organisasi merupakan dasar aktivitas SDM.
Prinsipnya adalah bahwa sebuah pendekatan
sains terhadap perilaku manusia dapat diterapkan
pada hampir semua permasalahan SDM yang di-
dasarkan pada prinsip sains meliputi teknik um-
pan balik, evaluasi, desain program dan tujuan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
17
pelatihan serta manajemen karir. Lihat Gambar
1.3. Model MSDM dibawah ini.
7.
Gambar 1.3. Model MSDM oleh Budi Supriyatno
Fungsi MSDM
Dalam menjalankan pekerjaan MSDM mempun-
yai fungsi yang sangat significan anatara lain:
1. Fungsi Manajemen. Fungsi ini terdiri dari:
a. Perencanaan. Perencanaan mempunyai
arti penentuan mengenai program tenaga
kerja yang akan mendukung pencapaian
6. ModelIlmu Perilaku
1. Model Klerikal 2. Model Hukum
3. Model Finansial
4. Model Manjerial5. Model Humanistik
MODEL
MSDM
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
18
tujuan yang telah ditetapkan oleh perusa-
haan.
b. Organisasi. Organisasi dibentuk dengan
merancang struktur hubungan yang men-
gaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan
faktor-faktor fisik sehingga dapat terjalin
kerjasama satu dengan yang lainnya.
c. Pengarahan. Pengarahan terdiri dari
fungsi staffing dan leading. Fungsi staff-
ing adalah menempatkan orang-orang
dalam struktur organisasi, sedangkan
fungsi leading dilakukan untuk pengara-
han SDM agar karyawan bekerja sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan.
d. Pengawasan. Adanya fungsi manajerial
yang mengatur aktifitas-aktifitas agar se-
suai dengan rencana yang telah ditetapkan
organisasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, bila terjadi penyimpangan
dapat diketahui dan segera dilakukan per-
baikan.
2. Fungsi Operasional
Fungsi Operasional organisasi terdiri dari:
a. Pengadaan. Usaha untuk memperoleh se-
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pe-
rusahaan, terutama yang berhubungan
dengan penentuan kebutuhan tenaga kerja,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
19
penarikan, seleksi, orientasi dan penem-
patan.
b. Pengembangan. Usaha untuk meningkat-
kan keahlian karyawan melalui program
pendidikan dan latihan yang tepat agar
karyawan dapat melakukan tugasnya den-
gan baik. Aktivitas ini penting dan akan
terus berkembang karena adanya peruba-
han teknologi, penyesuaian dan mening-
katnya kesulitan tugas manajer.
c. Kompensasi. Fungsi kompensasi diartikan
sebagai usaha untuk memberikan balas
jasa atau imbalan yang memadai kepada
pegawai sesuai dengan kontribusi yang te-
lah disumbangkan kepada perusahaan atau
organisasi.
d. Integrasi. Merupakan usaha untuk menye-
laraskan kepentingan individu, organisasi,
perusahaan, maupun masyarakat. Oleh se-
bab itu harus di-pahami sikap prinsip-
prinsip pegawai.
e. Pemeliharaan. Setelah keempat fungsi di-
jalankan dengan baik, maka diharapkan
organisasi atau perusahaan mendapat
pegawai yang baik. Maka fungsi pemeli-
haraan adalah dengan memelihara sikap-
sikap pegawai yang menguntungkan peru-
sahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
20
FUNGSI
MANAJEMENFUNGSI OR-
GANISASI
Perencanaan Pengadaan
Pengembangan
Kompensasi
Organisasi
Pengarahan
f. Pemutusan Hubungan Kerja (Separation).
Usaha terakhir dari fungsi operasional ini
adalah tanggung jawab perusahaan untuk
mengembalikan pegawainya ke lingkung-
an masyarakat dalam keadaan sebaik
mungkin, bila organisasi atau perusahaan
mengadakan pemutusan hubungan kerja.
Jadi fungsi SDM menurut uraian di atas terdiri dari
fungsi manajemen dan fungsi operasional organisasi
yang masing-masing terdiri dari mengatur, merencana-
kan, pengorganisasian, memimpin serta mengendalikan
manusia yang merupakan asset penting bagi perusahaan.
Sedangkan sebagai fungsi operasional karyawan terma-
suk pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja. Lihat
Gambar 1.4. Fungsi Manajemen SDM dibawah ini.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
21
Gambar 1.4. Fungsi Manajemen SDM oleh Budi Supriyatno
1.3. Tugas MSDM
MSDM merupakan bagian signifikan dari setiap
setiap organisasi besar, melihat tugas dan fungsi Biro
atau Departemen yang menangani SDM intinya, Biro
atau Departemen ini terlibat dalam segala hal yang ber-
kaitan dengan kesejahteraan, pendidikan karyawan,
perekrutan tenaga kerja, dan analisis terhadap kebijakan
perusahaan yang berkaitan dengan karyawan.Bicara ten-
tang sebuah sistem yang mengatur hubungan antar
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
22
pekerja di sebuah perusahaan tentu juga akan berbicara
mengenai kegiatan utama yang melibatkan kerja MSDM.
Berikut beberapa tanggung jawab kerja dan tugas yang
melekat pada MSDM sebagai berikut :
1. Analisa jabatan.
2. Perencanaan SDM.
3. Rekrutmen/Penerimaan Pegawai.
4. Pengangkatan dan Penempatan.
5. Pengembangan Pegawai.
6. Promosi Jabatan.
7. Konseling.
8. Hubungan kerja.
9. Konpensasi.
10. Pengambilan Keputusan.
11. Pensiun.
12. Evaluasi Kinerja.
Semuanya akan diuraikan secara detail dan jelas
dalam bab-bab berikutnya yaitu mulai dari Bab 2 sampai
bab 13.
BAB2
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
23
ANALISA JABATAN
2.1. Pentingnya Analisa Jabatan
Setiap orgnisasi selalu mempunyai tujuan yang
ingin dicapai. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
organisasi harus mampu mendayagunakan sumber daya
yang dimiliki. Meskipun berbagai sumber daya yang ada
sangat penting bagi oraganisasi, namun satu-satunya fak-
tor yang menunjukkan keunggulan kompetitif dan poten-
sial tinggi adalah SDM. SDM mempunyai peran yang
besar dalam organisasi. Oleh karena itu pimpinan or-
ganisasi harus mempu mengelola SDM dengan baik,
seperti menentukan posisi jabatan dan pekerjaan bagi
SDM yang ada dalam organisasi tersebut.
Dalam organisasi terdapat posisi yang harus diisi
melalui pekerjaan/jabatan yang ada. Posisi jabatan yang
ada biasa diketahui lewat lowongan perusahaan. Biro
Kepegawaian atau Depertemen yang menangani SDM
harus mengetahui jabatan yang kosong setiap bagian
dalam organisasi, oleh karena itu, memelihara koordinasi
dengan bagian lain sangat dibutuhkan. Disamping itu,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
24
pengetahuan tentang “analisis jabatan” dan “desain
pekerjaan” tidak boleh dilewatkan.
Dalam rangka meraih kualitas kerja yang tinggi,
organisasi harus memahami dan menyerasikan permin-
taan kerja. Hal ini disebut “analisis jabatan”. Pada pe-
rusahaan kecil analisis jabatan dilaksanakan oleh mana-
jer, bahkan biasanya pekerjaan tersebut bisa diselesai-
kan oleh seorang profesional SDM. Sedangkan untuk
organisasi besar, analis jabatan tidak bisa diselesaikan
oleh seorang atau manajer saja, tetapi ditangani oleh
Kepala Biro atau Department SDM tersendiri dengan
melibatkan tim.
Analisa jabatan merupakan salah satu tugas
pimpinan dalam rangka mendayagunakan sumber daya
yang dimiliki secara optimal. Pendayagunaan ini sering
mengupayakan agar SDM itu mampu bekerja secara op-
timal demi tercapainya tujuan organisasi. Karyawan
akan mau dan mampu bekerja dengan baik bilamana
ditempatkan pada posisi dengan jabatan dan sesuai
menurut minat dan kemampuannya serta terpenuhinya
kebutuhannya.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan kary-
awan pemimpim organisasi harus mengetahui kemam-
puan para karyawan atas pekerjaanya. Dengan mengeta-
hui kemampuan para karyawan pimpinan organisasi
dapat membentuk prosedur SDM yang efektif untuk
memilih, mempromosikan, melatih, menilai dan mem-
berikan kompensasi kepada karyawan. Hal ini mengki-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
25
batkan pengkajian dan pemahaman pekerjaan melalui
proses yang disebut “analisis pekerjaan” merupakan
bagian vital dari setiap program manajemen SDM.
Analisis jabatan memang sangat penting dalam
organisasi untuk menempatkan orang pada suatu jabatan
tertentu. Namun kenyataannya ada organisasi tidak
merasa perlu untuk membuat uraian jabatan dan spesifi-
kasi jabatan karena beranggapan bahwa semua karyawan
pasti tahu apa yang akan di kerjakan. Hal ini membuat
kegundahan yang sangat mendalam pada karyawan
karena merasa pekerjaan yang dijalaninya tidak sesuai
dengan apa yang di bayangkan. Selain itu karyawan ter-
kadang merasa tidak menemukan kecocokan antara
pekerjaan dengan kepribadiannya sehingga evaluasi
karirnya juga menunjukkan hasil yang tidak maksimal.
Kenyataan tersebut mungkin tidak asing karena hal ini
dianggap wajar mengingat bahwa di masa krisis seperti
sekarang ini banyak perusahaan yang melakukan efe-
siensi dengan mempekerjakan satu orang untuk beberapa
bidang pekerjaan sekaligus. Sehingga sulit membuat
uraian jabatan karena nama jabatan sering tidak “nyam-
bung” dengan pekerjaan sehari-hari. Apalagi perusahaan
masih tetap survive meskipun tanpa uraian jabatan se-
cara tertulis.
Oleh karena itu semua pimpinan perlu menyadari
betapa “pentingnya analisis jabatan” untuk suatu orga-
nisasi. Bila ingin organisasi baik bisa berjalan efektif dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
26
efisien maka analis jabatan perlu mendapat tempat pri-
oritas.
Pengertian Analisis Jabatan
Analisis jabatan terdiri atas dua kata, analisis dan
jabatan. Analisis merupakan aktivitas berpikir untuk
menjabarkan pokok persoalan menjadi bagian, kompo-
nen, atau unsur, serta kemungkinan keterkaitan
fungsinya.[10] Sedangkan jabatan adalah sekumpulan/
sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, se-
dang dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun
waktu tertentu.[11]
Analis jabatan adalah adalah proses kegiatan
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data secara
sistematis yang dapat dipergunakan oleh organisasi. Be-
berapa pendapat pakar mengenai analisis Jabatan seba-
gai berikut:
1. Menurut Flippo (1980), dalam bukunya: Person-
nel Management. Mengatakan bahwa “Analisis
jabatan adalah proses mempelajari dan men-
gumpulkan informasi yang berhubungan dengan
operasi dan tanggung jawab suatu pekerjaaan
tertentu.” Flippo menekankan bahwasanya ada
dua kegiatan utama dalam analisis jabatan, yaitu
mengumpulkan informasi tentang operasi dan
[10] Budi Supriyatno. Ibid. hal.10.[11] Budi Supriyatno. Ibid, hal.12.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
27
tanggung jawab suatu pekerjaan dan mempela-
jarinya lebih mendalam.[12]
2. Menurut Dessler (2000) dalam bukunya Human
Resource Management. Mengatakan, Analisis
pekerjaan merupakan prosedur yang dilalui un-
tuk menentukan tanggung jawab posisi-posisi
yang harus dibuatkan stafnya, dan karakteristik
orang-orang yang bekerja untuk posisi-posisi
tersebut. Analisis pekerjaan memberikan infor-
masi yang digunakan untuk membuat deskripsi
pekerjaan (daftar tentang pekerjaan tersebut),
dan spesifikasi pekerjaan (jenis orang yang harus
dipekerjakan untuk pekerjaan tersebut). Oleh se-
bab itu, menurut Dessler penyelia atau spesialis
dalam SDM biasanya mengumpulkan beberapa
informasi berikut melalui analisis pekerjaan:[13]
a. aktivitas pekerjaan,
b. perilaku manusia,
c. mesin, perangkat, peralatan, dan bantuan
pekerjaan,
d. standar prestasi,
e. konteks pekerjaan, dan
f. persyaratan manusia.
[12] Edwin B. Flippo. Personnel Management. Published byMcGraw-Hill. 1980.[13] Dessler, Gary. Human Resource Management, InternationalEdition, 8th Ed. Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jer-sey. 2000.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
28
3. Menurut French (1977), dalam bukunya: Per-
sonnel Management Process. Mengatakan: anal-
isis jabatan adalah penyelidikan yang sistematis
tentang isi pekerjaan, lingkungan fisik yang mel-
ingkupi pekerjaan, dan kualifikasi yang dibu-
tuhkan untuk menjalankan tanggung jawab ja-
batan/ pekerjaan.[14]
4. Schuler (2005) dalam bukunya: Human Resource
Management, berpendapat bahwa analisis ja-
batan adalah suatu proses penguraian dan pen-
catatan pekerjaan-pekerjaan. Sedangkan khusus
uraian dan catatan tersebut adalah sasaran
pekerjaan-pekerjaan yaitu tugas-tugas atau ak-
tivitas dan kondisi yang meliputinya. Dasar dari
analisis jabatan adalah spesifikasi pekerjaan
yang tertulis secara mendetail tentang ketrampi-
lan, pengetahuan dan kemampuan individu yang
dibutuhkan oleh kinerja pekerjaan tersebut.[15]
5. Selain itu, menurut Gibson, P. (2005), dalam bu-
kunya: Communities of Practice: Employment on
Cruise Ship. Mengatakan bahwa “Analisis ja-
batan adalah proses pengambilan keputusan
[14] French, Wendell. Personnel Management Process: Human Re-source Administration. Published by Hougton Mifflin. 1977.[15] Schuler, Randal.S and Jackson, Susan.E. Human ResourceManagement, Publishing by South-Western, Diivision of thomonLearning International Edition. Aug 4, 2005. P.45.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
29
yang menerjemahkan faktor tugas, manusia, dan
teknologi menjadi sebuah desain pekerjaan”.[16]
6. Menurut penulis Analisis adalah proses, metode,
dan teknik untuk mengumpulkan data jabatan,
mengolahnya menjadi informasi jabatan, dan
menyajikannya untuk program kelembagaan,
kepegawaian serta ketatalaksanaan, dan
memberikan layanan pemanfaatannya bagi
pihak-pihak yang menggunakannya, serta
memberikan gambaran spesifikasi jabatan
tertentu.[17] Lihat Gambar 2.1. Analisis Jabatan
dibawah ini.
Gambar 2.1: Analisis Jabatan oleh Budi Supriyatno.
Disamping itu analisa jabatan merupakan “lan-
dasan atau pedoman” untuk penerimaan dan penem-
[16] Gibson P. Communities of Practice : Employment on CruiseShip. Paper Presented at the CHME Research Conference.2005.[17] Budi Supriyatno, Op.cit, p.3.
PENGUMPULANDATA
PENGOLAHANDATA
PENYAJIANINFORMASI
DATA
ANALISIS
JABATAN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
30
patan pegawai yang terdiri dari tiga hal, yaitu: Pertama,
Diskripsi Jabatan atau Uraian Jabatan adalah suatu
pernyataan tertulis yang menguraikan fungsi, tugas-
tugas, tanggung-jawab, wewenang, kondisi kerja dan
aspek-aspek pekerjaan tertentu. Kedua, Spesifikasi Ja-
batan adalah catatan yang menjelaskan persyaratan yang
diperlukan oleh seorang karyawan untuk memangku dan
mengerjakan suatu pekerjaan dari jabatan tertentu. Dan
terakhir ketiga, Standar Jabatan adalah sasaran bagi pe-
laksanaan kerja karyawan dan merupakan kriteria den-
gan keberhasilan kerja dinilai/diukur.
Informasi Analisis Jabatan
Sejumlah informasi yang akan didapat dari hasil
analisis jabatan dapat meliputi beberapa hal, seperti:
1. Orientasi pekerjaan (kapan, mengapa dan ba-
gaimana kinerja karyawan), seperti :
a. Proses aktivitas kerja.
b. Penggunaan prosedur.
c. Catatan aktivitas (dokumentasi).
d. Tanggung jawab perorangan.
2. Orientasi aktivitas kerja, seperti:
a. Kinerja perilaku menusia dalam bekerja
(komunikasi, pengambilan keputusan,
perasaan).
b. Gerakan dasar.
c. Permintaan pekerjaan perorangan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
31
3. Mesin, peralatan, perlengkapan dan berbagai
alat bantu kerja yang digunakan.
4. Relasi pekerjaan yang bisa diukur dan yang tidak
bisa diukur:
a. Proses material.
b. Pembuatan produk.
c. Pengetahuan yang dimiliki.
d. Jasa yang diberikan.
5. Kinerja, seperti :
a. Ukuran pekerjaan.
b. Standar kerja.
c. Tingkat kesalahan.
d. Aspek lainnya.
6. Isi pekerjaan, seperti:
a. Kondisi fisik kerja.
b. Skedul kerja.
c. Konteks organisasi.
d. Konteks social.
e. Insentif (Uang dan non-uang).
7. Persyaratan Perorangan:
a. Pendidikan.
b. Pengetahuan dan ketrampilan yang berkai-
tan dengan pekerjaan.
c. Atribut diri (karakteristik, fisik, personali-
tas).
8. Beban kerja dan kebutuhan tenaga kerja.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
32
Tujuan Analisis Jabatan
Ada beberapa tujuan yang diperoleh dengan
mengadakan analisis pekerjaan antara lain:
1. Memperoleh pegawai yang berkualitas sesuai
dengan kebutuhan organisasi dan menempatkan
pegawai pada posisi yang tepat.
2. Memberikan kepuasan pada diri pegawai.
3. Menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kon-
dusif.
4. Pembinaan dan penataan kelembagaan,
kepegawaian, ketatalaksanaan.
5. Perencanaan kebutuhan pendidikan dan
pelatihan; dan
6. Evaluasi kebijakan program pembinaan dan
penataan kelembagaan, kepegawaian, ketatalak-
sanaan dan perencanaan kebutuhan pendidikan
dan pelatihan.
Sasaran Analisa Jabatan
Sasaran yang dicapai dalam melakukan Analisa
Jabatan adalah :
1. Menentukan nilai pekerjaan yang memungkin-
kan untuk pemeliharaan hak pembayaran inter-
nal dan eksternal.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
33
2. Memastikan perusahaan tidak melanggar
ketetapan upah dan imbalan untuk pekerjaan
yang sama.
3. Membantu supervisor dan pekerja dalam
mendefinisikan tugas dan tanggung jawab untuk
masing-masing pekerja.
4. Menyediakan justifikasi untuk eksistensi peker-
jaan dan manakala organisasi dalam kondisi
“fit” hingga kondisi “istirahat”.
5. Menentukan kebutuhan rekrutmen dan infor-
masi yang memungkinkan untuk membuat
keputusan pekerja.
6. Sebagai dasar untuk memantapkan program dan
pola pengembangan karier bagi karyawan.
7. Sebagai cara untuk menyampaikan pada pekerja
potensi apa yang diharapkan dari mereka,
kondisi kerja secara umum dan tipe individu
yang bagaimana yang dapat memuaskan peker-
jaan.
Metode Penyusunan Analisa Jabatan
Beberapa metode pengumpulan data yang lazim
digunakan oleh analisis jabatan untuk memperoleh data
dan informasi jabatan sebagai berikut :
1. Angket Terstruktur. kepada para pekerja disaji-
kan daftar tugas, daftar perilaku kinerja atau
keduanya, fokus tugas itu terletak pada apa yang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
34
dihasilkan. Ini adalah pendekatan berorientasi
pada pekerjaan. Di sisi lain, perilaku kerja berfo-
kus pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan
ini merupakan worker-oriented approach.
2. Pengamatan. Analisis mengamati seorang
pekerja atau sekelompok pekerja yang sedang
melakukan sebuah pekerjaan. Tanpa intervensi
apapun, analisis mencatat tentang apa, mengapa,
dan bagaimana berbagai bagian pekerjaan itu di-
lakukan. Biasanya, informasi ini dicatat dalam
sebuah formulir standar.
3. Wawancara. Untuk pekerjaan yang tidak me-
mungkinkan analisis untuk benar melakukan
pekerjaan tersebut atau bila pengamatan tidak
praktis untuk dilaksanakan, maka analisis perlu
mengandalkan deskripsi dari pekerja itu sendiri
tentang apa yang di kerjakan, mengapa dan ba-
gaimana pekerjaan itu dilakukan.
4. Catatan Karyawan. Mirip dengan metode
wawancara, dengan metode ini analisis menyan-
darkan diri pada informasi yang berasal dari cata-
tan karyawan tentang apa, mengapa, dan bagai-
mana melakukan pekerjaan.
5. Kinerja. Dengan pendekatan ini, analisis benar-
benar melakukan pekerjaan yang sedang dika-
jinya untuk memperoleh informasi tangan per-
tama tentang sebuah pekerjaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
35
Metode dalam menganalisa jabatan itu dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan penggunaan hasil informasi
analisa jabatan. Artinya bahwa penganalisis ha-
rus mengetahui secara jelas apa kegunaan hasil
informasi analisa jabatan itu. Karena hasil ini
akan digunakan untuk menentukan jenis data
yang akan dikumpulkan dan teknik pengumpu-
lan datanya. Informasi dari hasil analisa jabatan
itu dipergunakan untuk menetapkan job de-
scription, job specification, dan job evaluation
dalam pengadaan tenaga-kerja.
2. Mengumpulkan informasi tentang latar be-
lakang. Artinya penganalisis harus mengumpul-
kan dan mengkualifikasikan data, meninjau in-
formasi latar belakang seperti bagan organisasi,
bagan proses dan uraian pekerjaan. Pengumpu-
lan data ini dilakukan dengan metode penelitian
deskriptif analisis, survey, sensus dan sample.
Sedangkan teknik pengumpulan data dapat dila-
kukan melalui wawancara, observasi, kuesioner,
dan juga angket. Data yang terkumpul itu di-
kualifikasikan, dianalisis dan diaplikasikan di
masa yang akan datang.
3. Menyeleksi muwakil (representative) jabatan
yang akan dianalisis. Artinya penganalisis ha-
rus memilih beberapa muwakil jabatan untuk
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
36
dianalisis. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghemat biaya dan waktu apabila pekerjaan
yang akan dianalisis tersebut amat banyak.
4. Mengumpulkan informasi analisa jabatan. Arti-
nya penganalisis kemudian mengadakan analisa
jabatan secara aktual dengan menghimpun data
tentang aktivitas pekerjaan, perilaku karyawan
yang diperlukan, kondisi kerja dan syarat-syarat
personil yang akan melaksanakan pekerjaan itu.
5. Meninjau informasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan. Artinya analisa jabatan men-
yediakan informasi tentang hakikat dan fungsi
pekerjaan. Informasi ini hendaknya diverifikasi
dengan pekerja yang akan melaksanakan peker-
jaan itu serta atasan langsung dari karyawan
yang bersangkutan. Dengan memverifikasi in-
formasi, maka akan dapat membantu untuk me-
nentukan kebenarannya dan melengkapinya se-
cara faktual serta dapat dipahami dengan mudah
oleh semua pihak yang berkepentingan. Lang-
kah peninjauan ini juga akan dapat membantu
perolehan penerimaan seseorang atas data
analisa jabatan yang telah dihimpun dengan
memberikan kesempatan bagi orang tersebut
untuk memodifikasi uraian tentang aktivitas
yang dilaksanakannya.
6. Menyusun uraian pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan. Artinya penganalisis jabatan/ peker-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
37
jaan harus menyusun uraian pekerjaan, uraian
jabatan, dan evaluasi pekerjaan.
7. Meramalkan perkembangan organisasi. Artinya
penganalisis harus juga meramalkan perkem-
bangan uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan,
apakah di kemudian hari diperlukan pemer-
kayaan pekerjaan, perluasan pekerjaan dan pen-
yederhanaan pekerjaan dalam organisasi terse-
but. Hal ini diperlukan guna memperhitungkan
kemampuan tenaga kerja untuk masa kini dan
masa depan agar mereka dapat tetap melak-
sanakan pekerjaan walaupun ada pemakaian
teknokrat canggih dan re-organisasi perusahaan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk
menetapkan metode analisis yang terbaik adalah:
1. Karakteristik pekerjaan (fungsi, tanggung-
jawab, dan kondisi).
2. Lokasi tempat kerja.
3. Persiapan pendahuluan yang dilakukan oleh
analisis.
4. Sikap dan tanggapan karyawan.
5. Standar kinerja yang ditetapkan.
Manfaat Analisa Jabatan
Analisis jabatan mempunyai banyak manfaat
bagi pimpinan untuk memecahkan masalah, salah satu
masalah kepegawaian bertalian dengan tugas yang harus
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
38
dilaksanakannya. Beberapa manfaat lain dari hasil anal-
isis jabatan antara lain membantu dalam hal:
1. Menyediakan informasi pekerjaan yang realistis
bagi para pelamar kerja mengenai kewajiban,
kondisi kerja, dan persyaratannya.
2. Mengidentifikasikan hubungan antara supervisor
dan bawahannya.
3. Memberikan bantuan dalam menentukan kewaji-
ban masing-masing karyawan dan tugas-tugas
yang berkaitan.
4. Menyediakan landasan informasi yang diperlu-
kan dalam mengambil keputusan mengenai kary-
awan sesuai Undang-undang Hak Sipil.
5. Membantu perusahaan dalam memenuhi Un-
dang-undang untuk Warga penyandang Cacat.
6. Menentukan arti penting dan waktu yang diper-
lukan seorang karyawan.
7. Sebagai dasar pelatihan, perencanaan karir, dan
pengembangan karir.
8. Sebagai dasar memelihara kewajaran upah baik
secara eksternal maupun internal.
9. Sebagai alat untuk memudahkan desain ulang
dan perubahan pekerjaan.
10. Sebagai alat memperlancar perubahan or-
ganisasi dengan mengenali pengulangan yang ti-
dak perlu selama berlangsungnya merger,
akuisisi, dan perampingan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
39
11. Sebagai dasar pengadaan pegawai: spesifikasi
jabatan merupakan standart personilia yang
digunakan sebagai pembanding para calon pega-
wai. Isi spesifikasi jabatan akan memberikan
dasar pembentukan prosedur seleksi nantinya.
12. Sebagai dasar pelatihan: Isi uraian tugas dan
pekerjaan dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, khususnya dalam hal pro-
gram pelatihan dan pengembangan SDM.
13. Sebagai dasar evaluasi kinerja: Persyaratan dan
uraian jabatan dapat dinilai sebagai dasar untuk
menentukan nilai pegawai dalam pemberian
kompensansi yang layak.
14. Sebagai dasar penilaian prestasi: Untuk menen-
tukan apakah pekerjaan dapat diselesaikan den-
gan baik maka deskripsi jabatan akan sangat
membantu untuk pemilihan sasaran pekerjaan.
15. Sebagai dasar program promosi dan transfer
pegawai: Informasi dan data pegawai akan
membantu proses pengambilan keputusan seba-
gai dasar program promosi dan transfer pegawai.
16. Sebagai dasar menentukan tuan sasaran or-
ganisasi: Informasi data yang dimiliki dapat pula
membantu manajement akan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dan sasaran organisasi terca-
pai. Hal ini untuk mengindikasikan ada tidaknya
yang perlu diubah dalam suatu organisasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
40
17. Sebagai dasar program induksi: Uraian jabatan
sangat berguna terutama pada pegawai baru, un-
tuk tujuan orientasi karena akan memberikan
gambaran pada pegawai baru tentang pekerjaan
yang harus dilakukan.
18. Sebagai dasar konsultasi: Informasi jabatan akan
bermanfaat bagi pemberian kosultasi baik yang
belum bekerja maupun yang sudah bekerja tetapi
merasa tidak sesuai dengan jabatan yang ada
sekarang.
Fungsi Analisis Jabatan
Ada beberapa fungsi dari analisis jabatan adalah
untuk:
1. Merencanakan kebutuhan SDM di waktu yang
akan datang.
2. Memadukan lamaran dan lowongan kerja yang
ada.
3. Merencanakan dan menentukan kebutuhan lati-
han bagi para karyawan.
4. Mengembangkan rencana pengembangan pega-
wai yang potensial.
5. Menetapkan standar prestasi kerja yang realistik.
6. Menempatkan karyawan sesuai dengan ketrampi-
lannya.
7. Membantu revisi struktur organisasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
41
8. Memperkenalkan karyawan baru dengan peker-
jaan mereka.
9. Memperbaiki alur kerja.
10. Memberikan data sebagai fungsi saluran komu-
nikasi.
11. Menetapkan garis promosi dalam semua depar-
temen dan organisasi.
2.2. Mengidentifikasi Analisa Jabatan
Uraian Pekerjaan
Uraian pekerjaan merupakan aktivitas meneliti,
menguraikan, merumuskan, dan mengamati serta
mencatat prilaku yang berhubungan dengan suatu
pekerjaan.[18] Dimulai dengan menggunakan prinsip
"Tulis apa yang dikerjakan dan kerjakan apa yang ditu-
lis", dari pernyataan ini maka kita dapat menyimpulkan
bahwa uraian jabatan/pekerjaan merupakan suatu pern-
yataan tertulis tentang apa yang harus dilakukan oleh
pemegang pekerjaan, bagaimana melakukannya, serta
dalam kondisi lingkungan kerja yang bagaimana ia me-
lakukan pekerjaannya.[19]
Informasi ini pada gilirannya akan dibutuhkan
bagi semua fihak, bagi pekerja merupakan pedoman
kerja, bagi organisasi merupakan dokumen informasi
[18] Budi Supriyatno, Ibid, hal 15.[19] Budi Supriyatno, Ibid, p.16.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
42
dalam menentukan varietas jenis dan sifat pekerjaan, dan
secara langsung bagi fungsi MSDM merupakan do-
kumen penting yang dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan sistem dan aturan di fungsi tersebut.[20] Se-
cara umum hasil penulisan “uraian pekerjaan” bi-
asanya akan digunakan oleh fungsi “pengelolaan SDM”
yang umumnya mempunyai fungsi: Perencanaan Sumber
Daya Manusia, Kompensasi Sumber Daya Manusia,
Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Penilaian
Kinerja Sumber Daya Manusia. Uraian pekerjaan ber-
peran sebagai bagian dari kontrak tertulis yang mengatur
hubungan.[21] Uraian pekerjaan perlu mewakili gambaran
yang lengkap dan akurat mengenai tugas-tugas kerja,
antara lain:
1. Job title (nama atau sebutan pekerjaan)
mendefinisikan suatu kelompok posisi yang da-
pat saling dipertukarkan (identik) sesuai tugas-
tugas penting mereka.
2. Departemen atau devisi menunjukan letak peker-
jaan dalam perusahaan.
3. Tanggal analisis pekerjaan menunjukan kapan
uraian tugas disiapkan dan apakah harus diperba-
harui.
4. Ringkasan tugas (job summary), merupakan ab-
straksi dari pekerjaan.
[20] Budi Supriyatno, Ibid, p.17.[21] Budi Supriyatno. Ibid, p.17.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
43
5. Supervisi yang diterima dan diberikan mengin-
dentifikasikan hubungan pelaporan.
6. Pelaksanaan kerja mengindentifikasikan kewaji-
ban dan menggaris bawahi tugas pokok yang
membentuk suatu pekerjaan.
7. Job context berhubungan dengan lingkungan
yang melingkupi pekerjaan. Lihat Gambar 2.1.
Uraian Pekerjaan dibawah ini.
Gambar 2.2. Uraian Pekerjaan Oleh Budi Supriyatno
Dari gambaran fungsi di atas, dapat dilihat bahwa
materi uraian pekerjaan apabila diharapkan dapat me-
menuhi kebutuhan informasi bagi semua fungsi di atas,
maka materi uraian pekerjaan tersebut mestinya dibuat
lengkap agar dapat digunakan sebagai dasar dengan tu-
juan kelancaran .pengelolaan SDM. Jadi proses ini me-
URAIANPEKERJAAN
5. SUPERVISI
1. NAMAJABATAN
2. DEPATEMEN7. HUBUNGANPEKERJAAN
6.PELAKSANAAN
3. TANGGALANALISIS
4. RINGKASANTUGAS
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
44
rupakan proses inti dalam analisis pekerjaan, dimana
dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan yang
memadai dari para analis pekerjaan untuk dapat meru-
muskan hasil dari observasi pekerjaan, dalam tahapan ini
perlu mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai be-
berapa hal, misalkan: Kesepakatan batasan dari stasiun
kerja terkecil hasil dari pemotretan di suatu fungsi or-
ganisasi dengan melihat aliran kerja dan dengan meng-
gunakan peta operasi proses kerja kita dapat menyim-
pulkan dan meringkas ke dalam pernyataan batas stasiun
kerja terkecil.
Untuk hal ini kita perlu mendefinisikan lingkup
pekerjaan yang dikatakan selesainya suatu tugas pokok
yang akan dicantumkan dalam format uraian pekerjaan.
Ini perlu mendapat perhatian, sebab di setiap lini fungsi
organisasi akan mempunyai sifat dan karakter pekerjaan
yang berbeda dan ini akan mempengaruhi jumlah dan
jenis tugas pokok yang dimaksudkan. Untuk lebih bai-
knya dapat dibuat terlebih dahulu kriteria dari tugas
pokok, misalkan kita definisikan terlebih dahulu men-
genai tugas pokok. Tugas pokok merupakan uraian be-
berapa pelaksanaan aktivitas, yang setiap aktivitas mem-
punyai tahapan kerja yang jelas dan tuntas.[22] Tugas
pokok yang jelas dan tuntas tersebut mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut : [23]
[22] Budi Supriyatno, Ibid, p.19.[23] Budi Supriyatno. Ibid, p.19.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
45
a. Pada bagian produksi, tugas yang tuntas bera-
khir sampai diserahkannya hasil pekerjaan
tersebut pada bagian pemeriksaan mutu.
b. Pada bagian operasional administrasi, tugas
pokok tuntas adalah aktivitas yang diakhiri
sampai dengan diserahkannya laporan atau hasil
pengetikan pada atasannya.
c. Sedangkan bagian rekayasa, tugas pokok tuntas
ditandai dengan diserahkannya konsep rancan-
gan pada atasan dan sudah disetujui untuk dilan-
jutkan pada bagian cetak biru.
Pernyataan ini tentunya tidak kaku seperti di atas,
namun sebaiknya disesuaikan dengan lingkungan or-
ganisasi perusahaan. Jadi secara praktis, pernyataan di
atas mengasumsikan bahwa satu tugas pokok dalam
suatu uraian pekerjaan merupakan stasiun kerja terkecil
dalam urutan proses kerja suatu fungsi. Dengan kata lain
bahwa uraian pekerjaan merupakan sejumlah aktivitas
tuntas yang ditandai dengan adanya ciri sebagai beriu-
kut:
1. Pekerjaan tersebut ditengarai dengan adanya
waktu tunggu pada fungsi lain.
2. Pekerjaan tersebut ditindaklanjuti oleh ata-
san/bagian lain, atau
3. Hasil pekerjaan tersebut tidak kembali lagi pada
item tugas pokok tersebut.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
46
Hal lain yang perlu dipertimbangkan sebelum
merumuskan uraian pekerjaan adalah menetapkan ke-
seragaman dalam menggunakan kata kerja untuk setiap
aktivitas dan ini sebaiknya melewati forum kesepakatan
diantara lini fungsi organisasi (misalkan pada fungsi;
rekayasa, produksi, support, komersil, dan lain-lain).
Kaidah Bahasa dan Sifat Karakteristik Pekerjaan
Penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benarpun sangat membantu bagi terciptanya uraian
pekerjaan yang berkualitas, dalam arti mudah difahami
dan dimengerti oleh semua lapisan pekerja yang meng-
gunakannya. Untuk mewujudkan suatu data/informasi
uraian pekerjaan yang baik dan aplikatif, perlu kita keta-
hui sifat dan karakteristik suatu uraian pekerjaan yang
mempunyai kualitas relatif pada bentuknya yang;
terurai, bermutu, dan berkaidah bahasa yang baik dan
benar, serta lengkap. Dengan urai seperti berikut:
1. Terurai. Artinya uraian pekerjaan tersebut meng-
gambarkan pernyataan-pernyataan jelas yang
menyangkut aktivitas/tugas, persyaratan peker-
jaan, input-output pekerjaan, dan atau penjelasan
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan se-
cara rinci namun tidak bertele-tele dan tegas.
2. Bermutu. Artinya uraian pekerjaan tersebut me-
maparkan uraian tugas dalam suatu pekerjaan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
47
yang mempunyai susunan kata dan kalimat yang
bermutu mempunyai kalimat yang ringkas dan
serasi dalam penuturan yang runut dan dan ter-
angkai secara serasi dalam susunan kalimat.
Bermutu dalam hal ini menyangkut hal-hal; Sis-
tematis yaitu penyusunannya berdasarkan aturan
dan persyaratan tertentu sehingga diperoleh susu-
nan yang sistematis, Jelas yaitu jika dibaca oleh
siapapun akan dapat secara langsung memberikan
gambaran dan dapat dimengerti mengenai peker-
jaan tersebut, dalam kata lain pembaca tidak
perlu mengeluarkan usaha yang berlebihan dalam
menginterpretasi pernyataan-pernyataan uraian
pekerjaan tersebut, Ringkas yaitu dalam peng-
gunaan kata/ kalimat yang tepat dan padat serta
tidak bertele-tele, sehingga pembaca tidak perlu
waktu yang lama dalam memahaminya, tepat
azas yaitu isi dan kalimat satu sama lain menun-
jukkan arah dan maksud yang sama dan selaras
serta tidak bertentangan antara satu dengan lain-
nya.
3. Berkaidah bahasa yang baik dan benar. Artinya
uraian pekerjaan tersebut memaparkannya den-
gan menggunakan etika dan aturan bahasa yang
baik dan benar, artinya dalam penulisan uraian
pekerjaan sebaiknya jangan dicampur antara ba-
hasa Indonesia dengan bahasa asing dan dianjur-
kan menggunakan rumusan pembentukan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
48
kata/kalimat berdasarkan gramatika bahasa Indo-
nesia (Subyek, Predikat, Obyek, dan Keteran-
gan).
4. Lengkap. Artinya uraian pekerjaan tersebut berisi
tentang data/informasi pekerjaan yang berisi
lengkap sesuai dengan kebutuhan fungsi-fungsi
di dalam perusahaan tersebut. Dalam hal keleng-
kapan ini secara umum, lembar uraian, per-
syaratan kualifikasi, dan input-proses-output
pekerjaan biasanya berisi hal-hal tersebut di
bawah ini:
1) Identitas Pekerjaan adalah pernyataan
yang menggambarkan suatu ciri ter-
tentu keberadaan pekerjaan tersebut
dan dapat membedakan atara satu den-
gan lain pekerjaan, biasanya identitas
pekerjaan berisi keterangan-keterangan
tentang; nama pekerjaan (job title), ko-
defikasi pekerjaan (Job Code), level
pekerjaan (Job Grade), kelompok
pekerjaan (Job Group).
2) Uraian Pekerjaan adalah pernyataan
yang menggambarkan tentang lingkup
tugas dan tanggung jawab/wewenang
yang harus dilaksanakan oleh pe-
megang pekerjaan. Sub-sub dari lem-
bar uraian pekerjaan ini berisi pern-
yataan tentang; Rangkuman (fungsi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
49
dan tujuan) Pekerjaan, Rincian Tugas
Pokok, Hubungan Kerja.
3) Persyaratan Kualifikasi Pekerjaan
adalah pernyataan yang meng-
gambarkan persyaratan kemampuan
yang dituntut oleh suatu pekerjaan dan
harus dimiliki oleh calon/pemegang
pekerjaan dan dalam penulisannya,
sepakati terlebih dahulu mengenai
ketegasan persyaratan minimal yang
harus dipenuhi, ini penting menjadi
perhatian agar pada aplikasinya nanti,
akan jelas pemanfaatannya pada
bidang rekruiting dan penseleksian
pada calon karyawan. Sedangkan sub-
sub dari pernyataan ini berisi informasi
mengenai persyaratan-persyaratan;
Pendidikan, Pengetahuan, Ketrampilan
dan Kemampuan, Sertifikasi, Pengala-
man, Jenjang Karir.
4) Data input-proses-output Pekerjaan
adalah pernyataan yang meng-
gambarkan mengenai identifikasi kek-
hasan dari tahapan/proses pekerjaan
tersebut, yang di dalamnya berisi ket-
erangan; Identifikasi Pekerjaan, Inpu-
tan, Proses, dan Output dari pekerjaan
tersebut.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
50
Penjelasan di atas merupakan gambaran umum
mengenai isi dari data/informasi pekerjaan, namun
dalam prakteknya banyak perusahaan/ organisasi
mengembangkan materi atau isinya sesuai dengan kebu-
tuhannya. Sekedar tambahan, sebaiknya sebelum format
perumusan pekerjaan digunakan, ada baiknya setiap
elemen pernyataan didefinisikan terlebih dahulu, ini di-
maksudkan agar setiap analis pekerjaan akan mempunyai
bahasa yang sama dalam menginterpretasikan setiap
elemen yang dimaksud.
Format Merumuskan Uraian Pekerjaan
Uraian pekerjaan yang disusun sebaiknya di-
hubungkan juga dengan gerak percepatan langkah or-
ganisasi, sehingga tiga komponen (tujuan, aktivitas, dan
pekerja) dapat secara sinergi dengan menggunakan hasil
analisis pekerjaan akan mencapai tujuan dan target yang
telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat
beberapa prinsip pekerjaan yang perlu dicermati dalam
menyusun format dan merumuskan uraian pekerjaan,
yaitu sebagai berikut :
1. Struktur Organisasi, yang mengayomi keberadaan
analisis pekerjaan dan mempunyai unsur-unsur
hirarki serta aliran pekerjaan, maka gambaran
uraian pekerjaan haruslah logis, artinya mengikuti
prinsip-prinsip manajemen yang baik (seperti ele-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
51
men pendelegasian wewenang dan alur komunikasi
yang jelas serta rentang kendali yang efektif). Se-
lain itu uraian pekerjaan sebaiknya memenuhi ke-
butuhan untuk masa sekarang dan relatif masa de-
pan, maksudnya adalah jangan menyusun uraian
pekerjaan yang sifatnya sementara atau hanya da-
pat digunakan pada masa yang relatif singkat, se-
bagai gambaran biasanya umur dari suatu uraian
pekerjaan dapat digunakan 5 sampai 10 tahun,
karena program analisis pekerjaan akan meng-
gunakan masa yang relatif lama dan menggunakan
dana yang relatif tidak sedikit.
2. Prinsip Fungsi, hal ini berkaitan dengan perancan-
gan pekerjaan, yang pada dasarnya kita harus
benar-benar teliti dalam menetapkan pekerjaan
yang benar-benar diperlukan atau keberadannya
dalam aliran pekerjaan dapat dipertanggung
jawabkan, hal ini menjadi perhatian agar pada ap-
likasi penempatan karyawan pada pekerjaan terse-
but benar-benar dapat dijamin pemberian kontri-
businya pada organisasi melalui output yang diha-
silkan melalui pelaksanaan tugas. Berhati-hati
dengan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya hanya
membantu (asisten) yang apabila ditelusuri atau
dikaji ternyata tidak mempunyai kesebandingan
antara cost yang dikeluarkan dengan kontribusi,
atau output yang dihasilkan. Untuk kasus yang se-
macam ini maka perlu dipertimbangkan untuk
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
52
dimerger/digabung dengan pekerjaan lain yang se-
jenis (serumpun). Hati-hati juga dengan pekerjaan
yang sudah kedaluwarsa, maksudnya pada saat re-
organisasi terjadi, maka kita juga harus melihat se-
jauh mana dampak dari perubahan organisasi
tersebut terhadap keberadaan pekerjaan-pekerjaan
yang ada, sehingga kita tidak memubazirkan pem-
berdayaan karyawan dengan mengeluar-kan opera-
tional cost, baik terhadap penggunaan fasilitas,
maupun terhadap kompensasi yang harus ditang-
gung oleh perusahaan.
3. Penempatan Fungsional. Komposisi pekerja-an
dalam suatu organisasi mempunyai keberagaman
pekerjaan, yang masing-masing pekerjaan meru-
pakan rangkaian fungsi yang masing-masing
fungsi mempunyai keterkaitan dalam aliran kerja.
Apabila salah satu fungsi dalam aliran kerja terse-
but mengalami hambatan atau terganggu akibat
salah merancang layout atau salah menempatkan
aktivitas pada aliran kerja, maka keberadaan peker-
jaan yang sudah diset-up sedemikian rupa akan
menjadi hal yang sia-sia, artinya akan tidak efektif,
yang pada akhirnya akan berdampak meningkatnya
operational cost. Dengan kata lain jika dihubung-
kan dengan uraian pekerjaan, apakah pekerjaan-
pekerjaan yang telah dinilai serupa (sejenis) telah
dikelompokkan menjadi satu, misalkan pekerjaan
tenaga pproduksi di pabrik bisa tidak efektif jika
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
53
ditempatkan/berada di bawah fungsi manajer
keuangan. Jadi pada saat penempatan suatu peker-
jaan pada suatu sub organisasi, perlu diperhatikan
mengenai keberadaan peran pekerjaan pada fungsi
yang benar dan jelas, serta mempunyai sifat dan
karakter yang sejenis. Sedangkan yang dimaksud
dengan pekerjaan yang mempunyai sifat dan
karakter yang sejenis adalah dapat di-
identifikasikan melalui 3 indikator yaitu pekerjaan
yang ber-obyek/ menghadapi orang, data, dan
barang/ peralatan/ permesinan/ teknologi.
Kaidah-Kaidah Uraian Pekerjaan
Agar keberadaan uraian pekerjaan pada suatu
rangkaian kerja organisasi berjalan dengan efektif, di
bawah ini akan disimpulkan mengenai kaidah-kaidah
yang didapatkan dari hasil penjelasan di atas, dimana
tentunya hal ini tidak mutlak harus digunakan dalam arti
dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan/ or-
ganisasi. Adapun Kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Dianjurkan sebelum merumuskan suatu
data/informasi pekerjaan, dapatkan terlebih da-
hulu gambaran aliran kerja dari suatu fungsi/ or-
ganisasi dimana pekerjaan tersebut berada.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
54
2. Asumsikanlah bahwa satu pokok pekerjaan me-
rupakan satu stasion kerja terkecil dalam urutan
proses kerja suatu fungsi.
3. Tetapkanlah bahwa setiap pokok pekerjaan me-
rupakan rangkaian aktivitas tuntas yang ditandai
(berindikasi) dengan adanya delay pada fungsi
lain atau ditindaklanjuti oleh fungsi lain/atasan,
dan atau aktivitas tersebut tidak lagi kembali
pada item yang sama pada pokok pekerjaan
dalam uraian pekerjaan tersebut.
4. Uraian pekerjaan yang ditulis adalah benar-benar
merupakan urutan stasion kerja suatu fungsi yang
berkontribusi dengan jelas dalam mendukung ter-
capainya target fungsi atau unit organisasi tempat
stasion kerja tersebut berada.
5. Yakinlah bahwa uraian pekerjaan yang ditulis
adalah berdasarkan aktifitas yang jelas ke-
beradaannya dan benar-benar faktual sedang
dikerjakan/dibutuhkan.
6. Masing-masing uraian pekerjaan dalam suatu
fungsi atau dengan fungsi lain tidak boleh ada
yang overlaps (tumpang tindih) antara satu peker-
jaan dengan pekerjaan lainnya, serta terlihat jelas
perbedaannya (dengan indikasi adanya perbedaan
pada aktivitas kerja yang dilaksanakan, per-
syaratan kualifikasi yang harus dipenuhi, dan
dalam proses kerja).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
55
7. Masing-masing uraian pekerjaan sebaiknya ditu-
lis dengan menggunakan etika dan aturan
gramatikal bahasa Indonesia yang ringkas, padat,
jelas, serta mencerminkan aktivitas yang tegas.
8. Dalam menuliskan uraian pekerjaan sebaiknya
menggunakan kalimat-kalimat aktif, khususnya
pada penulisan tugas-tugas pokok dengan men-
gawali kalimat tersebut menggunakan kata kerja
"me" serta mencerminkan pelaksanaan aktivitas,
misalkan memasang, memeriksa, memantau,
menganalisa, membandingkan, mengelola, me-
mutuskan, menegoisasikan, mendiskusikan, men-
jual, dan lain-lain.
9. Sebaiknya obyek pekerjaan dalam uraian peker-
jaan tidak didasarkan pada penggunaan obyek
komoditas (seperti: menjual rumah dibedakan
dengan menjual tanah, yang pada dasarnya fokus
aktivitas menjual adalah memerlukan kemam-
puan pada disiplin ilmu atau ketrampilan men-
jual), disarankan untuk menggunakan perbedaan-
perbedaan pada fokus, Teknologi, latar belakang
disiplin ilmu, proses kerja, dan atau hasil produk
yang berbeda, sesuai dengan perancangan peker-
jaan yang telah disepakati.
10. Penulisan/perumusan yang dituangkan dalam
lembar persyaratan kualifikasi pekerjaan,
khususnya pada penulisan pada latar belakang
pengetahuan teknis sebaiknya ditulis berdasarkan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
56
dari urutan tingkat kesulitan rendah ke tingkat
kesulitan tinggi, serta dengan jelas mencerminkan
kompetensi bisnis/ profesi, misalkan untuk menu-
liskan mampu menggunakan teknik promosi dan
teknik komunikasi, maka sebaiknya kita survey
mana yang lebih sulit dalam menerapkan teknik-
teknik tersebut dan jangan lupa dalam penilaian
dengan menggunakan faktor-faktor penilaian
yang setara.
11. Pemberian nama pekerjaan, sebaiknya akurat
menggambarkan tugas pokok dan output peker-
jaan, serta dapat dengan mudah dipahami dengan
luas, baik di dalam maupun dari luar perusahaan
(secara praktis nama pekerjaan juga merangkap
nama profesi, misalkan dokter, arsitek, pen-
gacara, dan lain-lain). Tujuan pekerjaan sebai-
knya bersifat :
1) Konkret, yaitu mudah teramati dan dipa-
hami/ dimengerti oleh setiap orang yang
membacanya.
2) Spesifik, yaitu terukur dan dapat diformula-
sikan dengan cara kuantitatif.
3) Base Practise, yaitu dapat digunakan seba-
gai pedoman bekerja, sebagai dasar pem-
bentukan sistem, dan penilaian kinerja pe-
rusahaan, serta berciri kompetensi/ profesi
(misalkan Driver, Accountant, Dokter, La-
wyer, dan lain-lain).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
57
4) Terukur/dapat dicapai (attainable), yaitu
realistis dan tidak mengawang-awang atau
mengada-ada.
5) Bernilai (Worthwile). yaitu pekerjaan terse-
but layak dikerjakan dalam arti mempunyai
nilai tambah bagi organisasi.
12. Disarankan dalam menulis tugas-tugas pokok,
diukur terlebih dahulu rata-rata kemampuan ka-
ryawan mengerjakan tugas-tugas dibanding den-
gan penyediaan waktu ini hubungannya dengan
penetapan yang optimal dari jumlah item tugas
pokok.
13. Hal terakhir adalah melaksanakan cross check
atas hasil perumusan uraian pekerjaan pada ma-
sing-masing kepala fungsi organisasi untuk men-
dapatkan rekomendasi atas validitas da-
ta/informasi pekerjaan yang akan diaplikasikan.
Tata Cara Penulisan Uraian Pekerjaan
Persyaratan kualifikasi Pekerjaan adalah suatu
format (Form) yang berisi tentang ketentuan-ketentuan
minimal yang dituntut oleh suatu pekerjaan dan harus
dipenuhi oleh penyandang pekerjaan untuk dapat melak-
sanakan pekerjaan dengan baik dan benar, form tersebut
berisi pernyataan-pernyataan antara lain tentang Pendi-
dikan, Pengetahuan, Kemampuan/ Keterampilan, Pen-
galaman, dan Jenjang Karir yang terdiri atas Calon dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
58
Promosi Pekerjaan. Untuk penulisan kualifikasi ke-
mampuan dan keterampilan teknis disusun secara beru-
rutan berdasarkan pada uraian tugas-tugas pokok seperti
berikut ini :
1. Kriteria/kaidah Penulisan Uraian Pekerjaan
a. Mengikuti Kaidah Sifat Uraian Pekerjaan
seperti berikut :
a) Sifat Deskriptif: artinya bersifat men-
candra (dapat menggambarkan atau
menguraikan). Maksudnya, uraian tu-
gas harus mampu memberikan gamba-
ran pekerjaan yang rinci dan jelas, dan
memberikan pengertian yang mudah
dimengerti oleh setiap orang yang
membacanya.
b) Sifat Kualitatif: artinya uraian tugas
bersifat naratif atau paparan yang seca-
ra lahiriah berujud susunan kata dan
kalimat. Karena berbentuk kata dan ka-
limat, maka yang akan melekat adalah
ciri kualitas, yaitu yang dituntut bukan
jumlah panjang lebar atau kuantitas da-
ri kata atau kalimatnya, namun yang
dituntut adalah mutu, ringkas, dan ke-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
59
serasian susunan dari kata atau kali-
matnya.
b. Mengikuti Kaidah Penulisan Uraian Peker-
jaan seperti berikut:
a) Sistematis: artinya penyusunannya ha-
rus mengikuti aturan, bentuk dan syarat
tertentu sehingga diperoleh susunan
yang sistematis (tidak rancu dan mudah
dipahami).
b) Jelas: artinya uraian tugas harus bisa
memberikan kepada pembacanya den-
gan mudah memahami isi dan maksud
yang jelas, terang, dan gamblang, tegas
dan tidak meragukan. Dengan lain per-
kataan uraian tugas tersebut jika dibaca
oleh siapapun akan dapat memberikan
gambaran pekerjaan/ aktivitas yang
dapat langsung dimengerti.
c) Ringkas: artinya uraian tugas yang
berujud kata-kata itu harus bersifat
ringkas, yaitu menggunakan kata/ ka-
limat yang singkat, pendek, dan padat,
sehingga pembaca tidak memerlukan
waktu lama untuk membaca dan me-
mahaminya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
60
d) Aktual: artinya uraian tugas yang
dirumuskan dan disusun harus ber-
dasarkan pekerjaan yang dibutuhkan
pada saat ini dan dilakukan pada saat
kini/sekarang, bukan aktivitas yang da-
hulu, atau yang akan datang.
e) Tepat: artinya uraian tugas harus bias
menyajikan uraian yang memberikan
pengertian yang sesuai, cocok dan te-
pat seperti apa yang dimaksud oleh isi
pekerjaan/jabatan, sehingga orang yang
membacanya akan mendapatkan gam-
baran dan pengertian yang sama den-
gan isi pekerjaan yang sebenarnya.
f) Taat asas: artinya uraian tugas harus
berisi kata-kata dan kalimat yang is-
inya satu sama lain menunjukkan arah
dan maksud yang sama atau selaras,
dan tidak kontradiktif atau bertentan-
gan satu sama lain.
g) Akurat: artinya uraian tugas harus dis-
usun secara teliti sesuai dengan semua
keadaan kenyataan dan segi-segi
pekerjaan harus disusun, diungkapkan,
dan dipaparkan secara lengkap, tidak
kurang dan tidak lebih, tidak ada yang
tertinggal atau berlebih.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
61
h) Terukur: artinya uraian pekerjaan ha-
rus disusun secara jelas atas tujuan-
tujuan dari setiap tugas pokok dan out-
putnya menggunakan satuan-satuan
tertentu yang dapat diukur.
2. Asas Penulisan Uraian Pekerjaan
1) Dianjurkan sebelum merumuskan suatu
uraian pekerjaan, dapatkan terlebih da-
hulu gambaran aliran kerja dari suatu
fungsi dimana pekerjaan tersebut
berada.
2) Diasumsikan bahwa uraian pekerjaan
merupakan stasion kerja terkecil dalam
urutan proses kerja suatu fungsi dan
akan menjadi butir-butir tugas pokok.
3) Tetapkanlah bahwa uraian pekerjaan
merupakan rangkaian aktivitas tuntas
yang ditandai (berindikasi) dengan
adanya delay pada fungsi lain atau
ditindaklanjuti oleh atasan dan atau ak-
tivitas tersebut tidak lagi kembali pada
item task yang sama.
4) Uraian pekerjaan yang ditulis adalah
benar-benar merupakan urutan stasion
kerja suatu fungsi yang berkontribusi
dalam mendukung tercapainya goal
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
62
(tujuan) fungsi atau unit organisasi
tempat stasion kerja (nama pekerjaan )
berada.
5) Uraian pekerjaan yang ditulis adalah
berdasarkan aktivitas yang jelas ke-
beradaannya dan benar-benar faktual
sedang dilaksanakan.
6) Masing-masing uraian pekerjaan dalam
suatu fungsi tidak boleh overlaps
(tumpang tindih) antara pekerjaan satu
dengan lainnya atau diantara level-
level dalam pekerjaan, serta dapat ter-
lihat jelas perbedaannya, yaitu berbeda
dalam hal penulisan :
a. Uraian Pekerjaan (Tujuan Peker-
jaan & Tugas, pokok)
b. Persyaratan Kualifikasi Pekerjaan
(Pengetahuan,Kemampuan & ke-
terampilan).
c. Informasi Tahapan Kerja (input –
proses– output ) dari tugas-tugas
pokok.
7) Uraian pekerjaan sebaiknya ditulis
dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang ringkas, padat, jelas serta men-
cerminkan aktivitas yang tegas.
8) Dalam menulis uraian pekerjaan, se-
baiknya menggunakan kalimat aktif
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
63
yang diawali dengan kata kerja “me”
serta mencerminkan aktivitas fungsio-
nal. Misalnya; memasang, memeriksa,
memantau, menganalisa membanding-
kan, mengolah, dan lain-lain (perguna-
kan standard kata kerja):
a) Kalimat-kalimat dalam uraian
pekerjaan tidak ditulis berdasarkan
proses kerja atau produk, sesuai
dengan rancangan pekerjaan (job
design) yang telah disepakati,
khususnya pada jenis pekerjaan
yang mempunyai sifat dan karak-
ter pekerjaan rutin.
b) Pengelompokkan pekerjaan sete-
lah proses analisis pekerjaan dilak-
sanakan, sebaiknya yang perlu
dipertimbangkan adalah :
(a) Pengelompokkan Pekerja-an
pada job type / jenis peker-
jaan. Kriteria per-
timbangannya adalah pada
kompetensi bisnisnya mis-
alkan pada jenis pekerjaan
engineering, kompetensi
bisnisnya adalah perancan-
gan dan pengujian produk
perusahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
64
(b) Pengelompokkan Pekerjaan
pada job family rumpun
pekerjaan, kriteria pertim-
bangannya adalah pada tu-
gas-tugas utama job type,
misalkan pada kelompok
pekerjaan personil, peker-
jaan dengan tugas utamanya
adalah pada pengelolaan
SDM.
(c) Pengelompokkan Pekerjaan
pada Job Group / kelompok
pekerjaan; Kriteria pertim-
bangannya adalah pada
kelompok disiplin ilmu yang
sejenis.
3. Cara Perumusan Uraian Pekerjaan
Periksalah dengan teliti kelengkapan data yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner atau wawan-
cara dan atau kombinasi kedua cara tersebut, jika dirasa
masih kurang dalam kelengkapan data, lengkapi terlebih
dahulu data pekerjaan yang kurang. Cermatilah dengan
pekerjaan yang sifatnya non siklik (pekerjaan yang mun-
culnya triwulan, setahun, atau bahkan 5 tahun sekali),
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
65
sebaiknya dirumuskan hanya pekerjaan yang sifatnya
siklik (maksimal seminggu sekali).
Untuk melaksanakan suatu pekerjaan pasti diper-
lukan waktu yang berarti atau dengan kata lain tidak ter-
lalu kecil bila dibandingkan dengan keseluruhan waktu
yang tersedia setiap harinya. Sebaiknya satu tugas pokok
yang dirumuskan merupakan satu rangkaian/ taha-
pan/proses kerja tuntas atau stasion kerja terkecil, se-
hingga tugas-tugas pokok merupakan kumpulan dari sta-
siun-stasiun kerja seperti yang dimaksud. Sebagai contoh
pekerjaan rumah tangga terdiri dari :
1) Mencuci baju.
2) Mencuci peralatan makan/dapur.
3) Mengepel lantai.
4) Membersihkan halaman.
5) Mencuci mobil.
Dari gambaran pekerjaan tersebut di atas apabila
kita perhatikan maka terlihat bahwa masing-masing sta-
siun kerja mempunyai proses kerja sendiri-sendiri dan
satu sama lain tidak selalu harus berhubungan, serta
mempunyai proses, waktu dan hasil pekerjaan yang ber-
beda.
Cermati dalam penggabungan proses kerja pada
stasiun kerja, jangan menggabungkan aktivitas yang si-
fatnya kontradiktif (tidak bisa dikerjakan secara ber-
samaan oleh satu orang pekerja), misalkan dalam peker-
jaan pengemudi taksi terdapat kegiatan “memelihara ke-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
66
bersihan kondisi mesin” kegiatan ini jangan digabungkan
secara paralel (bersamaan) dengan mengemudikan mobil
penumpang, hal ini karena syarat pendidikan, pengeta-
huan, ketrampilan, atau sikap kerja yang berbeda.
Sekelompok kegiatan yang akan diformulasikan
dalam suatu uraian pekerjaan, secara keseluruhan harus
mempunyai tujuan tertentu, dalam hal ini tujuannya
adalah untuk mendukung salah satu poin pencapaian tar-
get fungsi organisasi. Apabila ditemukan suatu tugas-
tugas pokok tidak mempunyai tujuan dalam pencapaian
target fungsi organisasi, maka pekerjaan tersebut tidak
mempunyai bobot, tidak berisi, tidak bernilai, atau belum
selesai, atau dengan kata lain bahwa pekerjaan tersebut
akan berbiaya besar dan tidak ada hasilnya, hal ini tentu
merugikan perusahaan.
Dalam hal penyusunan urutan tugas, dapat di-
dasarkan pada, situasi hubungan tugas; maksudnya
adalah keadaan hubungan antara satu tugas dengan tugas
yang lain secara keseluruhan dalam satu jabatan akan
mencerminkan ketentuan kerja atau regulasi, pengertian
dan peredaran atau sirkulasi tugas-tugas tersebut, situasi
hubungan tugas tersebut terbagi dalam:
a. Situasi hubungan tugas yang bersifat siklik,
dalam hal ini urutan tugas mempunyai rangkaian
yang tetap/ kontinyu atau mempunyai garis edar
yang berulang. Untuk jabatan yang mempunyai
hubungan tugas siklik ini, urutan susunan tugas-
nya dibuat secara kronologik, atau berdasarkan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
67
urutan prioritas waktu pelaksanaan-nya. Jadi tu-
gas yang mempunyai urutan kerja awal ditempat-
kan dalam urutan di depan, sedangkan yang
dikerjakan kemudian, ditempatkan dalam urutan
kemudian.
b. Situasi hubungan tugas yang bersifat non siklik,
untuk pekerjaan yang seperti ini, penyusunan
urutan pekerjaannya didasarkan pada tugas
pokok, tugas penunjang, dan tugas tambahan.
Artinya tugas-tugas yang pokok didahulukan uru-
tannya dari tugas penunjang, dan tugas tambahan
ditempatkan pada urutan terakhir. Indikasi tugas
tambahan ini biasanya didahului dengan kata
“dapat” atau “ dapat pula “.
Situasi dimana tugas tersebut dibagi dan dikerja-
kan oleh banyak orang dan saling bergantian.
Pekerjaan ini biasanya bersifat siklik atau non
siklik. Bila bersifat siklik maka penyusunan uru-
tan tugasnya didasarkan pada esensi tugasnya :
a) Frekuensi tugas: maksudnya tugas dis-
usun dalam urutan berdasarkan keseringan
munculnya pekerjaan tersebut, jadi peker-
jaan yang lebih sering, diurutkan lebih
awal daripada pekerjaan yang munculnya
jarang, frekuensi tugas tersebut dibagi
dalam :
(a) Tugas harian, ditempatkan uru-
tannya di awal atau di depan apabila
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
68
ternyata pekerjaan tersebut bersifat
siklik. Sedangkan bila bersifat non
siklik, maka tergantung tugas itu
sendiri, apakah bersifat pokok atau
tidak, apabila pokok, ditempatkan
dalam urutan awal.
(b) Tugas periodic, ditempatkan dalam
urutan sesudah tugas harian, apabila
jabatan yang bersangkutan bersifat
siklik. Sedangkan bila ternyata ja-
batannya bersifat non siklik, uru-
tannya tergantung esensi tugas yang
bersangkutan. Apabila pokok di tem-
patkan di depan, maka bila tidak
pokok ditempat-kan di belakang.
Dalam hal penetapan jumlah tugas-
tugas pokok, pada umumnya jumlah
tugas-tugas pokok dalam suatu ja-
batan/pekerjaan berkisar antara 6
sampai 12 tugas pokok. Semakin
rendah jabatan/ pekerjaan, maka se-
makin sederhana dan sedikit jumlah
tugas-tugas pokoknya, dan biasanya
kurang dari 6 tugas pokok. Sebali-
knya semakin tinggi jabatan, maka
semakin banyak jumlah tugas
pokoknya, bisa lebih dari 12 tugas
pokok.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
69
Dalam menyusun kalimat dalam tugas-tugas
pokok harus bisa mencerminkan “ What– How – Why”:
a. What mencerminkan apa yang dikerjakan (predi-
kat + obyek), maksudnya adalah aktivitas – ak-
tivitas yang dilakasanakan oleh pekerja.
b. How mencerminkan bagaimana pekerjaan terse-
but dikerjakan, maksudnya adalah cara/ metoda
pekerjaan tersebut dilaksanakan.
c. Why mencerminkan mengapa pekerjaan tersebut
dikerjakan, maksudnya adalah apa tujuan dari
diciptakannya pekerjaan tersebut, yang meng-
gambarkan fungsi atau kontribusi dan hasil dari
pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Misalkan:
Memelihara tanaman semangka dengan memu-
puk dan menyianginya agar tanaman semangka tersebut
tumbuh subur dengan kualitas yang telah ditetapkan.
Penjelasan:
a. Aktivitas yang dikerjakan adalah memelihara
tanaman semangka.
b. Caranya adalah dengan memupuk dan meny-
ianginya.
c. Hasil yang diharapkan adalah agar tanaman se-
mangka tumbuh subur dan berkualitas.
4. Menggunakan Standard Kata Kerja
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
70
Menyusun kata atau kalimat dalam perumusan
uraian pekerjaan diperlukan kategori penulisan/ peng-
gunaan kata kerja tertentu yang dapat menggambarkan
jenis dan sifat aktivitas yang dilaksanakan, apakah dipe-
runtukkan bagi jabatan struktural atau fungsional, hal ini
penting diperhatikan karena pelaksanaan aktivitas pada
jabatan struktural akan menggambarkan kewenangan
dan tanggung jawab yang dipikul pada pejabat struktural
tersebut, sedangkan pada jabatan fungsional menggam-
barkan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan pada
penyandang pekerjaan.
Berikut ini contoh kata kerja yang dapat diguna-
kan sebagai dasar perumusan tindak kerja pada tugas ja-
batan.
a. Kata kerja sebagai cermin fungsi manajemen
yang dapat digunakan untuk merumuskan tugas
manajerial dalam tingkat manajemen puncak
(level I):
a) Menyusun Kebijakan.
b) Merumuskan Sasaran.
c) Merencanakan.
d) Mengorganisasikan.
e) Mengendalikan.
f) Mengkoordinasikan.
g) Mengarahkan.
h) Membina.
i) Menginstruksikan.
j) Mendelegasikan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
71
k) Dan lain-lain.
b. Kata kerja sebagai cermin fungsi manajemen
yang dapat digunakan untuk merumuskan tugas
manajerial dalam tingkat manajemen puncak
(level II):
a) Mengkoordinasikan.
b) Merumuskan Sasaran.
c) Membina.
d) Mengarahkan.
e) Menyelenggarakan.
f) Mengevaluasi.
g) Melaporkan.
h) Menginstruksikan.
i) Mendelegasikan.
j) Dan lain-lain.
c. Kata kerja sebagai cermin fungsi manajemen
yang dapat digunakan untuk merumuskan tugas
manajerial dalam tingkat manajemen menengah
(level III):
a) Merencanakan Operasional
b) Membagi tugas
c) Memberi petunjuk
d) Menyelia
e) Mengatur
f) Mengevaluasi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
72
g) Melaporkan
d. Kata kerja sebagai cermin fungsi manajemen
yang dapat digunakan untuk merumuskan tugas
manajerial dalam tingkat manajemen awal (level
IV):
a) Memberi petunjuk.
b) Membagi tugas.
c) Membimbing.
d) Memeriksa.
e) Mengoreksi.
f) Mengontrol.
g) Menyusun laporan.
h) Merencanakan kegiatan.
e. Kata kerja sebagai cermin aktivitas teknis opera-
sional yang dapat digunakan untuk merumuskan
tugas jabatan non manajerial (fungsional):
a) Mengajar ● Mencatat
b) Membuat ● Mengeluarkan
c) Memindahkan ● Memasukkan
d) Menyusun ● mengumpulkan
e) Memasang ● Menghimpun
f) Mengemudikan ● Menggandakan
g) Menghitung ● membubuhkan
h) Menyalin ● Mengompilasi
i) Mengetik ● Menggolongkan
j) Menarik ● Memasang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
73
k) Melayani ● Mewawancarai
l) Menganalisis ● Menyarankan/usul
m) Mengolah ● Mengantarkan
n) Menabulasikan ● Menyampaikan
o) Menyortir ● Membersihkan
p) Menyimpan ● Memeriksa
q) Mengagendakan ● Dan lain – lain.
5. Mendefiniskan Elemen Pekerjaan
Contoh Lembar Persyaratan Nama Pekerjaan
a. Nama Pekerjaan. Adalah suatu nama
pekerjaan yang berisi tugas-tugas dan
tanggung jawab yang diberikan /
didelegasikan dari atasan kepada seorang
karyawan, dimana nama pekerjaan ini
mempunyai pengertian yang sama dengan
pernyataan yang terkandung dalam
pokok-pokok aktivitas.
b. Kode Pekerjaan. Ciri lain (kodefikasi)
dari suatu pekerjaan yang menggam-
barkan secara praktis mengenai
keberadaan pekerjaan tersebut pada jenis
pekerjaan, rumpun pekerjaan, kelompok
pekerjaan, dan jenjang pekerjaan dengan
tujuan memudahkan pencarian kembali
dari database pekerjaan, dan dapat
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
74
membedakan antara satu dengan
pekerjaan lain.
c. Jenjang Pekerjaan, adalah identifikasi
huruf/angka yang dicantumkan pada suatu
pekerjaan / jabatan yang mencerminkan
bobot dan tanggung jawab pekerjaan
melalui proses evaluasi pekerjaan, yang
menghasilkan tingkatan untuk masing-
masing pekerjaan.
d. Tujuan Pekerjaan. Menggambarkan
secara singkat dan jelas mengenai apa
yang menjadi tujuan pokok diadakannya
pekerjaan ini, serta gambaran kontribusi
pekerjaan ini berada untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi. Untuk lebih
memudahkannya, gunakan alat kata
“Apa” dan “Mengapa”, misalnya : “Apa
yang dilakukan” : Memeriksa operasi
peralatan setiap hari. “Mengapa
dilakukan”: untuk menetapkan tugas
reparasi selanjutnya yang diperlukan.
e. Tugas Pokok. Berisi sejumlah uraian
singkat, jelas dan tegas tentang aktivitas
pokok yang harus dilakukan oleh
pemegang pekerjaan serta output yang
diharapkan untuk dapat memenuhi tujuan
pekerjaan. Setiap tugas pokok merupakan
aktivitas tuntas.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
75
f. Hubungan Kerja. Merupakan gambaran
koordinasi kerja yang harus dilakukan
oleh penyandang pekerjaan (holder)
dengan pekerjaan title/fungsi lainnya, baik
di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan dalam rangka memperlancar
selesainya aktivitas/ pekerjaannya. Misal:
Bekerjasama dengan job title kalibrasi
dalam hal/rangka menetapkan waktu yang
tepat untuk operasi reparasi. Berkoo-
rdinasi dengan fungsi maintenance dalam
hal/rangka mendapatkan data standarisasi
kapabilitas mesin.
Contoh pada Lembar Persyaratan Kualifikasi
Pekerjaan :
a. Naman Pekerjaan : Sama dengan atas
b. Kode Pekerjaan: Sama dengan atas
c. Jenjang Pekerjaan : Sama dengan atas
d. Pendidikan: Adalah pernyataan yang
menjelaskan mengenai persyaratan tingkat
pendidikan formal minimal yang harus
dipenuhi/dimiliki oleh pekerja/calon
pekerjan (Job holder).
e. Pengetahuan: Adalah uraian yang
menjabarkan tentang kedalaman bidang
keilmuan atau pengetahuan spesifik yang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
76
dipersyaratkan, baik yang didapatkan dari
lembaga pendidikan formal maupun non
formal yang harus dipenuhi/dimiliki oleh
pekerja/Job holder.
f. Kemampuan dan Keterampilan: Adalah
uraian yang menjelaskan tentang
ketrampilan teknis (skill) dalam
menggunakan/ mengendalikan alat
/peralatan, pada pekerjaan yang sifatnya
menggunakan usaha fisik (operator),
misalkan: mampu mengoperasikan
komputer, mengoperasikan mesin/
peralatan. Sedangkan pernyataan
kemampuan digunakan pada pekerjaan
yang sifatnya menggunakan usaha mental,
misalkan mampu mengaplikasikan
metoda kerja, mampu menerapkan/
mengaplikasikan metoda analisa system
mampu meng-interpretasikan persyaratan
kualifikasi pekerjaan untuk penyusunan
education road map.
g. Sertifikat: Adalah surat ijin/ lisensi yang
dipersyaratkan atau harus dimiliki oleh
penyandang pekerjaan baik dari lembaga
dalam maupun dari luar perusahaan, agar
penyandang pekerjaan tersebut memiliki
otoritas untuk melaksanakan
pekerjaannya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
77
h. Pengalaman: Adalah pernyataan yang
menjelaskan mengenai pengalaman dalam
mengerjakan suatu pekerjaan dalam waktu
yang tertentu yang dituntut untuk dimiliki
oleh kandidat penyandang pekerjaan yang
akan melaksanakan uraian pekerjaan
tertentu.
i. Jenjang Karir: Adalah penggambaran
arah dan tingkatan/ jenjang karir
pekerjaan, yang gunanya untuk mewadahi
pengembangan/ peningkatan kualifikasi
penyandang pekerjaan.
j. Calon: Adalah gambaran peluang bagi
penyandang nama pekerjaan tertentu yang
dapat dijadikan calon/kandidat. sebagai
sarana meningkatnya kualifikasi pekerja-
an holder yang memangku pekerjaan dari
grade yang lebih rendah.
k. Promosi: Adalah gambaran peluang suatu
nama pekerjaan satu atau lebih rendah
dari suatu pekerjaan yang lebih tinggi
yang selanjutnya akan di sandang oleh
penyandang pekerjaan yang dinilai
memenuhi persyaratan untuk dapat
promosi pada pekerjaan yang tingkatan-
nya lebih tinggi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
78
Contoh pada Lembar Informasi Input-proses-
output Pekerjaan:
a. Jenis Pekerjaan : Sama dengan atas.
b. Judul Pekerjaaan : Sama dengan atas
c. Kode pekerjaan : Sama dengan atas
d. Jenjang Pekerjaan : Sama dengan atas
e. Tugas Pokok: Diisi dengan pernyataan
nomor tugas pokok sesuai dengan yang
tercantum di lembar informasi uraian
pekerjaan.
f. Inputan: Diisi dengan pernyataan mengenai
uraian penggunaan bahan baku yang
diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas
pokok yang dimaksud sesuai dengan
ketentuan di bawah ini:
1) Nama bahan: Diisi dengan pernyataan
nama bahan baku yang digunakan
dalam pelaksanaan tugas pokok yang
dimaksud.
2) Nomor Register: Diisi dengan
pernyataan nomor bahan baku (jika
ada) yang telah diatur perusahaan
sesuai dengan bahan baku yang
dimaksud.
3) Jenis bahan baku: Diisi dengan
pernyataan jenis bahan baku (plastik,
karet, metal, kertas, dan jenis lain yang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
79
melekat pada bahan baku yang
dimaksud.
4) Bentuk bahan baku : Diisi dengan
pernyataan bentuk (beraturan/tidak
beraturan, cair/padat, dan bentuk lain
yang telah diidentifikasi dan digunakan
dalam pelaksanaan tugas pokok yang
dimaksud.
5) Sifat bahan baku : Diisi dengan
pernyataan sifat yang dimiliki oleh
bahan baku tersebut mis; bahaya/ tidak
bahaya, mengkontaminasi/ tidak
mengkontaminasi, dan atau sifat lain
yang dimiliki oleh bahan baku tersebut.
g. Proses : Diisi dengan pernyataan secara
jelas atas urutan/tahapan aktivitas
dilaksanakan untuk setiap tugas pokok
secara rinci dan dilengkapi dengan
penggunaan alat/peralatan, jarak, frekuensi,
waktu, satuan hasil, dan stasion kerja
berikutnya.
h. Output : Diisi dengan pernyataan secara je-
las mengenai barang jadi yang dihasilkan
sesui dengan ketentuan di bawah ini:
1) Nama produk : Sama dengan atas.
2) No. Register : Sama dengan atas.
3) Jenis produk baku : Sama dengan atas.
4) Bentuk produk : Sama dengan atas.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
80
5) Sifat produk : Sama dengan atas.
2.2. Tahapan Analisis Jabatan
A. Aspek Analisis
Agar analisis jabatan memberikan manfaat bagi
organisasi, maka analisis jabatan perlu memberikan
informasi tentang beberapa aspek pekerjaan. Aspek
pekerjaan yang dapat dianalisis meliputi :
1. Output pekerjaan.
2. Aktivitas atau tugas yang dilakukan.
3. Kompetensi yang dibutuhkan.
4. Struktur kompensasi.
Pada umumnya output pekerjaan lebih mudahdiukur pada pekerjaan yang sifatnya operatif. contohnyapekerjaan di bagian produksi, penjualan, pemrogramancomputer, administrasi dan klerikal, dimana output pe-kerjaan berhubungan dengan aliran kerja, bahan baku,pola gerak, waktu, dan sebagainya.
Pada profesi manajerial dan teknis, pengukuranoutput pekerjaan jauh lebih sulit dan bersifat subyektif.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
81
Sorotan lebih pada upaya yang dilakukan dibandingkanpada hasil. Untuk jenis pekerjaan manajerial diperlukanlebih banyak indikator untuk memperoleh gambaran ataspekerjaan.
Bagaimana seorang melaksanakan pekerjaan samapenting dengan apa yang dicapainya. Pada manajeriallevel analisis umumnya terfokus pada aktivitas pelaporanyaitu perilaku yang dapat dirasakan. Perlu diketahui apakeahlian, pengetahuan, kemampuan untuk melaksanakansuatu pekerjaan secara efektif. Informasi mengenaikompetensi ini digunakan dalam mendefinisikanpersyaratan kerja. Karena kompetensi sulit diukur secaraobyektif, umumnya organisasi menggunakan pendidikansebagai indikator kompetensi.
Faktor-faktor dalam analisis jabatan seperti
output pekerjaan, pendidikan, masa jabatan digunakan
untuk administasi kompensasi.
Jenis Analisis Jabatan
1. Tradisional
a. Informasi yang dikumpulkan hanya menca-
kup tanggungjawab, kewajiban dan kualifi-
kasi minimal untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan tertentu.
b. Tidak dapat digunakan untuk menyusun
deskripsi pekerjaan karena tidak terdapat rin-
cian stndar kinerja yang diharapkan.
2. Berorientasi hasil
a. Mencakup harapan organisasi terhadap
karyawan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
82
b. Mencakup keterkaitan antara tugas, standar
kinerja, kecakapan dan kualifikasi minimal.
Contoh pertanyaan yang diajukan :
a. Tugas : perilaku, kewajiban/tanggungjawab apa
yang penting bagi organisasi?
b. Kondisi Pekerjaan : bagaimana sifat dasar peker-
jaan atau syarat apa yang diperlukan agar peker-
jaan terlaksana, petunjuk apa yang tersedia untuk
membantu pekerja melaksanakan tugasnya?
c. Standar Kinerja: kinerja seperti apa yang di-
harapkan, baik berdasarkan standar kualitas,
kuantitas dan ketepatan waktu yang ditetapkan
perusahaan ?
d. Kecakapan: kemampuan, pengetahuan dan
ketrampilan apa yang dibutuhkan untuk melak-
sanakan setiap tugas dengan standar minimal?
e. Kualifikasi : pendidikan dan pengalaman apa
yang dibutuhkan untuk mampu melaksanakan
suatu pekerjaan ?
B. Tahap Kegiatan Analisis Jabatan
Tahapan kegiatan Analisa Jababatan antara lain
meliputi :
1. Persiapan yang meliputi
a. Merancang bentuk dan merencanakan
penyelenggaraan analisis jabatan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
83
b. Koordinasi dengan semua pihak yang ter-
libat dalam analisis jabatan.
c. Mendapatkan gambaran tentang fungsi,
arus proses, dan struktur organisasi yang
akan dianalisis, berdasarkan hasil analisis
yang pernah dilakukan (jika ada).
d. Mengadakan inventarisasi pekerjaan dan
tenaga kerja yang ada sekarang.
Jika organisasi membuat jabatan baru maka
membutuhkan persiapan uraian jabatan, yang meng-
gunakan proses atau tahapan-tahapan. Uraian jabatan
dapat dibuat kembali secara periodik dan bisa diperbarui
jika memang perlu. Penilaian kinerja merupakan peluang
yang baik untuk memperbarui uraian jabatan.
Bila organisasi menyiapkan beberapa uraian ja-
batan maka prosesnya membutuhkan waktu, secara
nyata, analisis jabatan mungkin menggunakan kepusta-
kaan sebagai dasar deskripsi, seleksi untuk satu tipe
pekerjaan,dan kemudian dapat dimodifikasi sesuai den-
gan kebutuhan organisasi.
2. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data atau informasi analisis
jabatan yang dapat dipergunakan meliputi :
a. Observasi. Teknik observasi akurat bagi
pekerjaan yang manual, ter-standardisasi,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
84
aktivitas yang siklusnya pendek, dan jenis
pekerjaan yang memang dipahami analis.
b. Wawancara. Wawancara cara paling efektif
untuk mengumpulkan informasi, umumnya
dipakai baik untuk pekerjaan yang ter-
standardisasi maupun tidak baik pekerjaan yang
membutuhkan aktivitas fisik maupun mental.
c. Kuesioner. Adapun kuesioner dapat menangkap
rincian lebih banyak. Kuesioner mampu
membongkar tugas, tanggung jawab, kemampuan
manusianya dan standar kinerja pekerjaan yang
diselidiki.
d. Catatan Harian Karyawan. Catatan harian
karyawan secara berkala meringkas tugas dan
aktivitas mereka. Jika lengkap, catatan harian
karyawan juga terbukti cukup akurat.
Berikut ini merupakan salah satu contoh sebuah
daftar untuk menganalisis jabatan :
a. Menetapkan dasar-dasar rasional pengupahan dan
penggajian yang obyektif.
b. Menghapuskan persyaratan-persyaratan kerja
yang dapat menyebabkan diskriminasi dalam
pengadaan karyawan.
c. Merencanakan kebutuhan-kebutuhan SDM di
waktu yang akan datang dan sebagai basis peren-
canaannya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
85
d. Menentukan lamaran-lamaran dengan lowongan-
lowongan pekerjaan yang tersedia.
e. Menentukan dasar-dasar dan kebutuhan penye-
lenggaraan latihan baik bagi karyawan baru
maupun karyawan lama.
f. Menentukan pola atau pokok-pokok sistem
pengembangan karier karyawan yang tepat dan
menyeluruh.
g. Menetapkan standar-standar prestasi kerja yang
realistik
h. Menempatkan karyawan pada pekerjaan-
pekerjaan yang sesuai dengan keterampilannya
secara efektif.
i. Penataan jabatan dan pengembangan organisasi.
j. Membantu kemudahan dalam memahami tugas
terutama bagi karyawan baru.
k. Memperbaiki aliran atau alur kerja
l. Memperlancar hubungan kerjasama dan saling
pengertian antar karyawan dan antar-satuan or-
ganisasi.
3. Klarifikasi data
Melakukan penyaringan, pemisahan dan penin-
jauan kembali informasi yang dikumpulkan agar
diperoleh informasi yang akurat dan tidak bias.
a. Uraian Jabatan. Uraian jabatan adalah menjelas-
kan tentang suatu jabatan, tugas, tanggung jawab,
wewenang dan sebagainya. Uraian jabatan meru-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
86
pakan dokumen formal organisasi yang berisi ring-
kasan informasi penting mengenai suatu jabatan
untuk memudahkan dalam membedakan jabatan
yang satu dengan yang lain dalam suatu organisasi.
Uraian jabatan tersebut disusun dalam suatu format
yang terstruktur sehingga informasi mudah dipa-
hami oleh setiap pihak yang berkaitan di dalam or-
ganisasi. Pada hakikatnya, uraian jabatan meru-
pakan bahan baku dasar dalam pengelolaan SDM
di organisasi, dimana suatu jabatan dijelaskan dan
diberikan batasan. Informasi dasar dan penting
mengenai jabatan ini diperlukan oleh banyak pihak,
mulai dari pemegang jabatan (agar ia mengerti apa
yang dituntut dari jabatan tersebut), perekrut (agar
mengerti orang seperti apa yang sesuai untuk
mengisinya), atasan (supaya memahami apa yang
ia tuntut dari pekerjaan bawahannya dan menjadi
dasar yang objektif untuk mengkomunikasikan
ekspektasi organisasi terhadap bawahannya, serta
dasar untuk pengukuran kinerja), hingga bagi
pengelola pelatihan (agar mengerti kompetensi apa
yang perlu dimiliki oleh setiap pemegang jabatan).
Penyusunan uraian jabatan harus dilakukan dengan
baik agar mudah dimengerti. Untuk itulah diperlu-
kan suatu proses yang terstruktur pula, yang dike-
nal dengan analisis jabatan.
b. Spesifikasi Jabatan. Sedangkan spesifikasi jabatan
adalah informasi tentang syarat-syarat yang diper-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
87
lukan bagi setiap karyawan agar dapat memangku
suatu jabatan dengan baik. Spesifikasi jabataan ber-
isi tentang persyaratan kualifikasi individu se-
hubungan dengan posisinya pada jabatan tertentu.
Pengetahuan menunjuk pada informasi prosedual
yang penting untuk keberhasilan kinerja. Keteram-
pilan adalah tingkat kemahiran individu dalam
penyelesaian tugas. Dengan pengetahuan dan pen-
galaman,dapat diperoleh kemapuan dalam peker-
jaan untuk persiapan spesifikasi jabatan. Kemam-
puan menunjukan kecakapan individu secara
umum dan karakter lain mungkin menjadi ciri per-
sonal individu atau motivasi positif dan dapat
dikembangkan. Beberapa jabatan juga mempunyai
permintaan resmi,seperti lisensi atau sertifikat.
Dalam mengembangakan spesifikasi jabatan, perlu
mempertimbangakan semua elemen pengeta-
huan,kemampuan, kecakapan, dan syarat lainnya.
Dalam pencatatan deskripsi jabatan, informasi bisa
datang dari kombinasi kinerja jabatan individu,
penyelia, atau perencanaan jabatan dan pelatihan
analisis jabatan. Syarat tersebut antara lain:
a) Syarat pendidikan.
b) Syarat kesehatan.
c) Syarat fisik.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
88
d) Syarat lain seperti status pernikahan, jumlah
anggota keluarga, kepribadian tertentu dan
sebagainya.
c. Standar Kinerja Jabatan. Standar kinerja jabatan
berfungsi sebagai target akan usaha yang harus di-
lakukan oleh pekerja serta sebagai kriteria untuk
mengukur apakah pekerjaan tersebut berhasil di-
laksanakan ataukah tidak. Dalam standar kinerja
jabatan dicantumkan informasi tentang target-
target yang harus dicapai dan ukuran-ukuran ke-
berhasilan kerja. Apabila target dan kriteria yang
ada didalam standar kinerja jabatan ini tidak terpe-
nuhi, maka bisa disimpulkan bahwa pekerja tidak
berhasil melaksanakan pekerjaannya dengan suk-
ses.
d. Desain Pekerjaan. Desain pekerjaan merupakan
fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang
karyawan secara organisasional. Sangat penting
untuk melakukan desain pekerjaan,karena orang
banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Desain
pekerjaan membutuhkan struktur pekerjaan seperti
isi, fungsi, dan hubungan pekerjaan. Kebutuhan
akan perencanaan organisasional, kebutuhan kese-
lamatan, dan kelangsungan hidup organisasi jelas
sangat dipengaruhi oleh desain dan tata letak
pabrik. Disamping itu, kebutuhan akan afiliasi
dengan manajemen maupun kelompok dan kekua-
saan sangat mempengaruhi desain pekerjaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
89
Desain pekerjaan adalah proses penentuan tugas-
tugas yang akan dilaksanakan,metode-metode yang
digunakan untuk melaksanakan tuga,dan bagai-
mana pekerjaan tersebut berkaitan dengan peker-
jaan lainya dalam organisasi. Desain pekerjaan
memasukan elemen tugas ,fungsi ,hubungan,
kompensasi, keahlian,pengetahuan, kemampuan
pada setiap pekerjaan. Desain pekerjaan merupakan
salah satu factor pendorong keberhasilan produk-
tivitas organiasi. Dari dimensi organisasi, cara
pengelompokan tugas dan tanggung jawab dapat
mempengaruhi produktivitas dan biaya. Pekerjaan
yang tidak terselesaikan atau terlalu sulit untuk di-
lakukan serta pekerjaan yang membosankan akan
menyebabkan perputaran karyawan yang tinggi.
Bagi seorang karyawan motivasi dan kepuasan
kerja menjadi dua faktor penting dalam pekerjaan
sehari-hari mereka. Dua hal tersebut dapat mem-
bantu pencapaian tujuan dan sasaran,terlebih jika
organisasi mampu dan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi ketidakberhasilan dari dua
faktor tersebut.
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Desain Peker-
jaan
1) Individu. Individu memiliki perbedaan sikap,
sifat, karakter, pandangan, persepsi, sosial bu-
daya,norma yang berbeda untuk setiap indi-
vidunya dalam organisasi yang sama. Tiap in-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
90
dividu memiliki, kebutuhan, tujuan, serta mo-
tivasi berbeda dalam menanggapi sebuah
pekerjaan. Peran individu dalam organisasi
yang sama. Tiap individu memiliki kebutuhan,
tujuan, serta motivasi berbeda dalam menang-
gapi sebuah pekerjaan. Peran individu dalam
organisasi, mempunyai arti yang sama
pentingnya dengan pekerjaan itu sendiri se-
hingga interaksi antara organisasi dan individu
(SDM) menjadi focus perhatian para manajer.
Oleh sebab itu, nilai-nilai baru yang sesuai
dengan tuntutan lingkungan organisasi perlu
diperkenalkan dan disosialisasikan kepada se-
mua individu dalam organisasi. Organisasi
masa depan akan cenderung berbentuk flat dan
ramping. Bentuk organisasi konvesional yang
hirarkis akan digantikan dengan bentuk jarin-
gan kerja atau selular yang lebih memberdaya-
kan kerja sama kelompok. Melalui organisasi
yang demikian setiap individu akan memiliki
informasi dengan mudah sehingga tidak selalu
hanya terletak pada pimpinan organisasi. Indi-
vidu akan bekerja pada organisasi kluster di-
mana individu tidak lagi terikat secara kaku
dengan tingkatan manajement yang hirarkis.
Individu atau manusia memiliki keunikan yang
tidak dimiliki oleh faktor produksi lain. Per-
tama, manusia memiliki sisi psikologis. Artinya
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
91
manusia tidak dapat dengan mudah dibongkar
pasang, seperti mesin. Individu tidak bisa
diperlakukan demikian. Karyawan akan dengan
mudah bereaksi jika mereka tahu bahwa
mereka dibayar lebih rendah dari usaha yang
dikeluarkan,diperlakukan tidak adil, atau di –
PHK dengan alasan sepihak tau tidak masuk
akal.Kedua, individu sebagai input pro-
duksi,tapi juga yang akan menikmati output-
nya. Tujuan akhir sebuah proses produksi
adalah menciptakan produk dan jasa yang se-
suai dengan keinginan konsumen. Bentuk out-
put yang dinikmati adalah gaji,insentif, bonus,
kesejahtraan, perlindungan, keamanan dan
bentuk penghargaan nonmaterial lainya. Jadi
sangat tidak wajar bila ada sebuah organisasi
dengan pertumbuhan baik tetapi kesejahtraan
karyawannya masih memprihatinkan. Ketiga,
apabila faktor produksi yang lain berkurang
dalam proses produksi,tetapi manusia dalam
kurung waktu tertentu akan bertambah,yaitu
bertambah keterampilan, pengalaman, dan pen-
getahuan. Jadi individu mengalami proses bela-
jar (learning process) yang akan bermanfaat un-
tuk kepentingan organisasi keseluruhan. Keem-
pat, individu adalah penentuan eksistensi or-
ganisasi, bahkan faktor yang mutlak harus ada.
Pengusaha boleh memiliki modal, mesin, dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
92
material yang berkualitas, tetapi tidak akan ber-
fungsi baik jika tidak ada manusia yang
mengelolanya.
2) Tehnologi yang digunakan. Teknologi mem-
punyai dampak terhadap desain, jenis peker-
jaan, alat yang digunakan, tata letak, dan teknik
untuk menghasilkan output produk merupakan
beberapa alasan penyebab kendala yang dapat
menghambat kelancaran sebuah pekerjaan.
3) Biaya atau Anggaran. Anggaran merupakan
variabel yang krusial ditiap organisasi yang
beroprasi. Apapun yang digunakan manajemen
harus berpijak dari sisi ekonomis organisasi.
Oleh karena itu sumber daya yang representatif
harus direncanakan sebagai awal langkah ke-
berhasilan organisasi. Manajemen harus secara
kontinu menyelaraskan manfaat-manfaat desain
pekerjaan dengan pertimbangan biaya. Apalagi
sebuah keputusan untuk melakukan rencana
ulang desain pekerjaan baru membutuhkan en-
ergi, waktu, dan biaya yang cukup untuk me-
menuhi target tersebut.
4) Struktur organisasi. Saat ini sebuah organisasi
akan menjadi lebih lincah apabila digerakan
oleh roda operasional yang gesit, cakap, vi-
sioner,dan mampu melihat perubahan kedepan.
Organisasi tersebut haruslah lebih ramping un-
tuk dapat melakukan kecepatan perubahan dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
93
ketidakpastian global. Oleh karena itu,struktur
organisasi memang sangat berpengaruh terha-
dap keberhasilan desain pekerjaan. Coba kita
lihat beberapa contoh kasus organisasi yang ke-
limpungan mengatur konsolidasi internalnya
gara-gara terlalu gemuknya operasional yang
harus ditanggung. Bagi dunia usaha di Indone-
sia, peran struktur organisasi terasa semakin
penting karena dua hal yaitu :
(1) Struktur organisasi yang efektif akan mem-
permudah pengawasan. Seperti kita ketahui
bahwa masalah pengawasan kegiatan badan
usaha menjadi krusial, terutama sejak tum-
bangnya rejim orde baru yang mendorong
keinginan kuat masyarakat untuk
menghapus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
disegala bidang. Dengan alasan itu, penera-
pan Good Corporate Governance digalakan
sehingga dapat dikatakan bahwa struktur
organisasi yang efektif berdampak pada
efektivitas implementasi Good Corporate
Governance.
(2) Tidak stabilnya dunia usaha di Indonesia.
Kita melihat sendiri bagaimana rentannya
dunia usaha terhadap gejolak mata uang as-
ing, terutama dollar Amerika. Akibatnya,
sector perdagangan dan perekonomian se-
makin terbuka sehingga mendorong
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
94
maraknya persaingan disejumlah industri
yang semula tertutup bagi pemodal asing
atau pemodal swasta nasional. Perubahan
yang terjadi begitu cepat menuntut kesiapan
kita menghadapinya dan struktur organisasi
yang efektif dapat menjadi jangkar se-
hingga badan usaha tidak mudah hanyut
oleh gelombang keterbukaan.
Dalam efektivitas struktur organisasi, teori
menyebutkan bahwa salah satu landasannya
adalah diferensiasi (pembagian kerja), yang
dapat dilihat secara horizontal maupun ver-
tikal. Diferensiasi horizontal mengin-
dikasikan pembagian kerja yang jelas
antara posisi yang berkedudukan sejajar,
sedangkan diferensiasi vertikal menggam-
barkan pembagian kerja yang jelas antara
posisi yang berkedudukan tidak sejajar.
Landasan lainya adalah integrasi yaitu
suatu mekanisme untuk mengoordinasikan
posisi-posisi yang telah didiferensiasikan.
Landasan ini penting untuk menciptakan
sinergi posisi-posisi yang ada didalam
struktur.
5) Variabel Internal
(1) Manajemen. Manajemen mempunyai
kepentingan sendiri dalam organisasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
95
Semua karyawan tentu demikian, tetapi
manajemen bertanggung jawab terhadap
organisasi secara keseluruhan, suatu
tanggung jawab yang sering kali men-
gaharuskan manajemen menghadapi ber-
bagai pihak yang berkepentingan dan
menyeimbangkan tuntutan yang saling
bertentangan. Para pemegang saham,
misalnya, ingin pendapatan lebih besar
dengan berusaha merampingkan desain
pekerjaan yang singkat dan padat, se-
mentara bagian penelitian dan pengem-
bangan memiliki keinginan untuk mela-
kukan investasi yang tentu menuntut
pembentukan desain pekerjaan baru dan
membutuhkan waktu dan biaya yang be-
sar. Contoh lain, karyawan ingin gaji
yang lebih tinggi dan berbagai tunjangan
kesejahtraan lainya, masyarakat sekitar
menginginkan lingkungan yang lebih
baik dan fasilitas yang layak untuk pub-
lik dengan alasan tanggung jawab sosial.
Untuk menjamin organisasi tetapi dapat
bertahan, manajemen harus mengupaya-
kan hubungan antara pihak-pihak yang
berkepentingan tetap seimbang dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
96
(2) Karyawan. Hampir dalam semua or-
ganisasi, sifat dari tenanga kerja adalah
berubah, sebagian karena faktor demo-
grafi. Faktor ini akan mengubah perge-
seran kepentingan -kepentingan kon-
sumsi, produk, biaya, dan pemasaran
karena menyangkut segmen pasar yang
terus berubah. Ledakan bayi era 1990-an
banyak mempengaruhi orientasi produk
yang merupakan kebutuhan primer
masyarakat.
6) Mengelolah Karyawan. Keunggulan kompetitif
dapat dicapai melalui pengelolaan SDM secara
efektif. Hal ini dapat diperoleh dengan
menerapkan semua praktik berikut secara ber-
kaitan, karena sulit untuk menangani suatu tin-
dakan bila hanya menerapkan secara terpisah.
Pengelolaan sember daya manusia tersebut
antara lain:
(1) Keamanan Employment Security. Employ-
ment Security dibutuhkan untuk mengadapi
tekanan akan perlunya kehati-hatian dan se-
lektivitas yang tinggi dalam memperkeja-
kan manusia. Lebih jauh mendorong keter-
libatan karyawan, karena karyawan lebih
berkeinginan untuk memberikan kontribusi
terhadap proses pekerjaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
97
(2) Selektif dalam merekrut (Selective in Re-
cruiting). Merupakan jaminan dalam
pekerjaan dan kepercayaan yang dimiliki
organisasi untuk kesuksesan bersaing.
Dibutuhkan kehati-hatian dan selektif
dalam memilih karyawan atau mengon-
trak karyawan. Bisa juga proses penyar-
ingan ini dilakukan untuk mecari orang
yang tepat yang dapat bekerja dengan
baik dalam lingkungan baru, dapat belajar
dan berkembang sehingga membutuhkan
supervisi yang lebih sedikit.
(3) Upaya yang tinggi. Bagi organisasi yang
ingin memperkerjakan karyawan ber-
kompeten, kompensasi yang tinggi meru-
pakan salah satu kunci. Tingkat upah
yang tinggi akan memberikan kemam-
puan akan lebih selektif dalam menemu-
kan orang yang dapat dilatih dan bertang-
gung jawab terhadap organisasi. Terdapat
kesan bahwa organisasi yang memberikan
upah tinggi pada karyawannya maka or-
ganisasi tersebut adalah organisasi yang
sangat menghargai karyawannya.
(4) Pembayaran insentif. Bahwa pekerjaan
dan kepuasan kerja karyawan akan sangat
bergantung pada insentif sebagai salah
satu faktor motivasi. Pendorong seperti
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
98
pengakuan, jaminan keadilan, dan insentif
materiil dan nonmaterial akan berpenga-
ruh besar kepada karyawan.
(5) Employee ownership. Memberikan dua
keuntungan. Pertama, karyawan yang
memiliki keinginan terhadap kepemilikan
saham organisasi dapat disejajarkan
keinginan tersebut dengan pemegang sa-
ham. Tentunya manajemen konflik perlu
dilakukan perlakuan secara kontinu guna
diminimalkan. Kedua, karyawan mem-
punyai sikap jangka panjang terhadap or-
ganisasi, tentang strategi,kebijakan, inves-
tasi, dan manuver keuangan.
(6) Information sharing. Karyawan adalah
asset organisasi yang mempunyai keung-
gulan bersaing terutama dengan pesaing
organisasi. Oleh karena itu, organisasi
perlu berhati-hati dan tidak memberikan
sejumlah besar informasi pada karyawan
karena rawan terjadi kebocoran pada pi-
hak pesaing.
(7) Partisipasi dan pemberian wewenang. In-
formasi yang diketahui oleh semua jen-
jang manajemen memudahkan karyawan
untuk bekerja sama dan berpartisipasi
guna pengambilan keputusan yang lebih
cepat serta mendukung adanya desen-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
99
tralisasi. Keputusan dan produktivitas
kerja karyawan akan meningkat akan
meningkatkan dengan adanya partisipasi
karyawan.
(8) Self - managed team. Organisasi yang
mempunyai tim yang solid cenderung
memperoleh hasil yang memuaskan. Ke-
untungan yang didapat diantaranya dalam
hal mengurangi biaya material, delegasi
wewenang, dan metode produksi karena
semua itu dapat ditangani dan dikelola se-
cara tim.
(9) Pelatihan dan pengembangan keteram-
pilan. Pelatihan dan pengembangan ket-
erampilan meru-pakan bagian penting
dari proses manajemen SDM yang tidak
terpisahkan. Pelatihan akan memberikan
hasil positif hanya jika karyawan diberi-
kan kesempatan untuk menggunakan
keahlian tersebut. Perbaikan juga perlu di-
lakukan pada perubahan struktur kerja.
Pelatihan tidak hanya menunjukan ko-
mitmen organisasi terhadap karyawan,
tapi juga fasilitas akan lengkap dengan
orang-orang yang memiliki kualifikasi
tinggi yang telah secara spesifik dilatih
untuk pekerjaan baru.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
100
(10) Cross - utilization and cross – trainin.
Keragaman dalam pekerjaan akan mem-
buat tantangan baru sekaligus menum-
buhkan motivasi dalam bekerja. Adanya
keragaman dalam pekerjaan memberikan
peluang terhadap perubahan dalam aktivi-
tas dan secara potensial akan membawa
perubahan kemampuan karyawan dalam
hubungan dengan rekan kerja.
(11) Symbolic - egalitarianism. Hambatan un-
tuk mendesentrali-sasikan peng-ambilan
keputus-an adalah dengan self – managed
team. Oleh karena itu, banyak organisasi
terkenal yang mencapai keunggulan ber-
saing melalui orang-orang dengan sejum-
lah bentuk egalitarianisme. Egalitarian-
isme adalah sejumlah cara untuk mem-
berikan tanda, baik bagi orang dari luar
organisasi dan dalam organisasi bahwa
terdapat persamaan komparatif.
(12) Kompresi upah. Kompresi upah dapat
berjalan efektif apabila ada kerja sama
dan saling membantu untuk pencapaian
selesainya pekerjaan dengan mengurangi
kompetisi interpersonal.
(13) Promosi internal (promotion within). Me-
tode ini memberikan kesempatan peluang
promosi bagi karyawan. Promosi akan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
101
memberikan fasilitas desentralisasi, par-
tisipasi, dan delegasi. Promosi memberi-
kan tanggung jawab pada penyela untuk
mengoordinasikan upaya bawahan-nya.
Promosi juga menawarkan insentif yang
lebih baik dalam pekerjaan. promosi juga
memastikan bahwa orang dalam suatu
oposisi manajemen secara actual mengeta-
hui sesuatu tentang bisnis, teknologi, dan
operasional dalam pekerjaan.
7) Stakeholder. Struktur yang mengatur or-
ganisasi public yang besar memungkinkan
pemegang saham untuk mempengaruhi hak
suara. Berbagai pihak yang terkait dengan
pengoperasian suatu organisasi di antaranya:
(1) Pemerintah atas pajak.
(2) Pemegang saham atas nilai organisasi
dan atau deviden serta hak suaranya.
(3) Pemberi pinjaman atas keamanan
pengembalian pinjaman organisasi.
(4) Karyawan atas gaji, keadilan dalam ke-
naikan gaji dan posisi.
(5) Manajer atas bonus dan keadilan dalam
penilaian kinerjanya, seperti :
a. Pimpinan puncak atas keamanan jika
diambil ahli dan remunerasinya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
102
b. Masyarakat atas lingkungan hidup
dan public goods yang disediakan
pemerintah.
8) Serikat Pekerjaan. Organisasi pada saat ini,
harus sangat perduli terhadap kepentingan
karyawan. Bila organisasi hanya memikirkan
kepentingannya sendiri dan menganggap kary-
awan atau serikat buruh sebagai objek pro-
duksi maka tujuan efektivitas organisasi akan
terhambat. Banyak kasus-kasus organisasi lo-
cal dan multinasional yang sudah mengalami
permasalahan dengan serikat buruhnya. Saat
ini serikat pekerja mengalami pergeseran dari
hanya memiliki sebuah status komite kary-
awan menjadi organisasi yang lebih solid den-
gan membawa kepentingan hakiki dari hak
dan kewajiban sebenarnya dari para karyawan
tidak merasa khawatir dan takut karena ada
jaminan perlindungan pada pekerjaan mereka.
Lihat Gambar 2.3. Faktor-Faktor yang mem-
pengaruhi Desain pekerjaan dibawah ini.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
DESAIN PEKERJAAN
INDIVIDU
TEKNOLOGI YANG
DIGUNAKAN
BIAYA/ANGGARAN
STRUKTUR OR-
GANISASI
VARIABEL INTER-
NAL
MENGELOLAH
KARYAWAN
STAKEHOLDER
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
103
Gambar 2.3. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI DESAIN PEKERJAAN
oleh Budi Supriyatno
PERENCANAAN SDM
BAB3
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
104
3.1. Pentingnya Perencaaan SDM
Perencanaan Sumber Daya Manusia atau PSDM
adalah suatu proses yang mengidentifikasi kebutuhan
Sumber Daya Manusia (SDM) saat ini dan masa depan
untuk mencapai tujuan organisasi. PSDM berfungsi
sebagai penghubung antara manajemen sumber daya
manusia (MSDM) dan rencana strategis keseluruhan
organisasi. Sebagian besar negara-negara barat sering
disebut Negara maju, dan juga negara berkembang
kebutuhan pegawai/karyawan yang berkualitas sangat
penting, maka program PSDM yang baik, efektif dan
efisien sangat dibutuhkan.[24] PSDM mempunyai per-
anan yang sangat penting dalam organisasi, baik di pe-
merintahan maupun di perusahaan (swasta). PSDM me-
rupakan sebuah proses melalui organisasi yang
menginginkan SDM yang dibutuhkan memiliki kualitas
dan kauntitas yang baik. Dalam arti kualitas atau kompe-
tensi maupun kuantitas yang dimiliki tersedia pada saat
dibutuhkan.[25] Sering dijumpai terjadinya “organisasi
gemuk” dalam arti memiliki “struktur jabatan” yang
banyak dan “jumlah SDM” yang berlebihan, organisasi
demikian menjadi tidak efisien karena memiliki beban
biaya yang terlalu besar dan kurang lincah dalam mere-
[24] Budi Supriyatno, 2013, Human Resource Development, MediaBrilian, Indonesia. P. 5.[25] Budi Supriyatno. Ibid,p.1.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
105
spon program kegiatan di lingkungan pekerjaan. Namun
demikian juga sebaliknya, mengalami kekurangan SDM
sehingga tidak mampu menyelesaikan seluruh pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Kedua
kondisi tersebut, kelebihan maupun kekurangan SDM
akan memberi dampak positif maupun negatif terhadap
efisiensi dan efektivitas organisasi. Dari segi keuangan,
tentunya dengan jumlah SDM yang lebih sedikit, mem-
butuhkan biaya yang lebih sedikit dan efisien, akan
tetapi dapat menjadi kendala dalam penyelesaian peker-
jaan secara tepat waktu, sehingga tidak efektif.
Sebaliknya, dengan jumlah SDM yang lebih ban-
yak berarti kemampuan organisasi menyelesaikan peker-
jaan akan lebih baik, tetapi membutuhkan pem-
biayaan yang semakin besar pula, dengan asumsi bahwa
kita belum mempertimbangkan kompetensi SDM. Den-
gan mempertimbangkan aspek kompetensi, maka sering-
kali jumlah SDM yang dimiliki oleh organisasi tidak ter-
lalu banyak tetapi mereka memiliki kompetensi yang
baik, maka kemampuan kerjanya bisa menggantikan se-
jumlah SDM tertentu.
Kelebihan ataupun kekurangan SDM dalam se-
buah organisasi mengindikasikan bahwa “PSDM belum
dilaksanakan dengan baik”. Dengan PSDM memung-
kinkan organisasi memahami kebutuhan SDM di masa
yang akan datang sebagai dasar dalam keputusan pen-
yediaan yang mencakup rekruitmen, seleksi dan penem-
patan SDM. Melalui PSDM, kebutuhan organisasi terha-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
106
dap SDM baik dalam arti kuantitas maupun kualitasnya
dapat dipersiapkan dan diantisipasi lebih awal sehingga
mencegah masalah kelebihan pegawai ataupun ketidak-
sesuaian kompetensi antara SDM yang tersedia dengan
kompetensi yang dibutuhkan oleh organisasi.
PSDM dalam organisasi, baik profit maupun non
profit harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan
perencanaan bisnis utamanya. SDM dengan karakteristik
memiliki kemampuan melaksanakan kegiatan bisnis
yang terarah pada pencapaian tujuan organisasi. PSDM
harus mampu memberikan pedoman mengenai per-
syaratan dalam pengadaan dan pengembangan SDM
yang seharusnya dipekerjakan di lingkungan sebuah or-
ganisasi pemerintahan maupun perusahaan swasta.
Persyaratan itu merupakan prediksi kemam-
puan potensial yang prima dalam melaksanakan pro-
gram-program ataupun bisnis sekarang dan di masa
mendatang. Untuk memperoleh dan mempertahankan
SDM seperti itu sebagai pekerja yang kompetitif dan
berkualitas diperlukan kegiatan perencanaan.
SDM merupakan potensi yang menjadi “motor
penggerak organisasi”. Setiap SDM berbeda-beda pon-
tensinya, maka kontribusinya dalam bekerja untuk me-
laksanakan kegiatan tidak sama satu dengan yang lain.
Kontribusinya itu sesuai dengan keterampilan dan keahl-
ian masing-masing, harus dihargai antara lain dalam ben-
tuk finansial. Dalam kenyataannya semakin tinggi ket-
erampilan dan keahliannya maka semakin besar pula
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
107
penghargaan finansial yang harus diberikan, yang ber-
pengaruh pula pada biaya produksi, sehingga SDM ber-
fungsi juga sebagai investasi.
Berfungsi investasi, tetapi perlu diperhatikan
bahwa SDM merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan
YME, sebagai penggerak organisasi berbeda dengan
sumber daya lainnya. Nilai-nilai kemanusiaan yang di-
milikinya, mengharuskan SDM diperlakukan secara ber-
lainan dengan sumber daya lainnya. Dalam nilai-nilai
kemanusiaan itu terdapat potensi berupa keterampilan
dan keahlian dan kepribadian termasuk harga diri, sikap,
motivasi, kebutuhan dan lain-lain yang mengharuskan
dilakukan PSDM, agar SDM yang dipekerjakan sesuai
dengan kebutuhan organisasi.[26]
Disatu pihak, SDM yang telah menempati ja-
batan eksekutif adalah para pemimpin atau manajer yang
menempati berbagai jenjang jabatan struktural dari yang
terendah sampai yang tertinggi pada lini staf sampai di-
rektur Eselon 1 (Direktur Jenderal, Sekretaris Jenderal
dan lain-lain jabatan sesuai dengan Kemente-
rian/Lembaga Negara). Kalau diperusahaan Direktur,
sampai bagian produksi, pemasaran, keuangan, pengel-
ola SDM dan unit penunjang lainnya. Termasuk juga
para tenaga ahli senior sebagai pekerja fungsional dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
[26] Budi Supriyatno. Ibid, p.4
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
108
Oleh karena itu, para Pimpinan atau eksekutif ini
disebut sebagai para pengendali karena memiliki wewe-
nang dalam membuat dan memerintahkan pelaksanaan
keputusan dan kebijaksanaan organisasi, sesuai dengan
jenjang jabatan dan bidang kerjanya masing-masing.
Para pimpinan sebagai pekerja tingkat atas dan menen-
gah ini, harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mewujudkan strategi bisnis organisasi, agar setiap kepu-
tusan dan kebijaksanaan bisnis, yang berpengaruh pada
operasional bisnis, dapat diwujudkan menjadi kerja yang
produktif dan berkualitas, efektif dan efisien bagi penca-
paian tujuan organisasi.
Dilain pihak, Para staf dan tenaga kerja fung-
sional atau profesional merupakan tenaga kerja pem-
bantu utama para eksekutif, yang bertugas memberikan
informasi yang akurat sebagai masukan bagi para mana-
jer dalam mengambil keputusan dan membuat kebijak-
sanaan. Di samping itu juga bertugas menjabarkan kepu-
tusan atau kebijakan para pengendali agar dapat diwu-
judkan menjadi kerja yang kongkrit dan mengatur serta
menetapkan cara bekerja dan penjadwalan kerja agar
berlangsung secara efektif dan efisien. Para staf ini ter-
masuk juga para supervisor tingkat menengah atas dan
tingkat menengah yang memiliki kemampuan dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan kerja serta ke-
mampuan menilai tingkat efektivitas dan efisiensi pelak-
sanaan pekerjaan sesuai jenjangnya masing-masing.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
109
Para pelaksana ahli dan pelaksana teknis terdiri
dari tenaga profesional yang mengatur pelaksanaan
pekerjaan dengan mempergunakan metode atau cara
bekerja yang dinilai paling efektif dan efisien atau paling
tinggi tingkat produktivitasnya dan paling handal dalam
mewujudkan kualitas produk yang telah ditetapkan. Di
samping itu tenaga ahli dan pelaksana teknis ini ber-
fungsi pula sebagai pengawas dalam pelaksanaan peker-
jaan sehari-hari dan secara khusus diperankan juga seba-
gai supervisor tingkat menengah bawah. Sedang pada
tingkat bawah disebut sebagai para mandor yang menga-
tur secara langsung pekerjaan operasional para tenaga
kerja tingkat bawah.
Pelaksana operasional terdiri dari pelaksana
pekerjaan dalam proses produksi, pemasaran dan
pekerja ketatausahaan pada unit penunjang, yang bekerja
atas dasar instruksi para manajer dan/atau tenaga pelak-
sana ahli/profesional tingkat menengah bawah atau para
mandor. Para pekerja ini harus memiliki keterampilan
teknis sesuai dengan tuntutan pekerjaannya masing-
masing.
Sehubungan dengan uraian di atas berarti PSDM
selain untuk memprediksi dan menetapkan jumlah dan
kualitas SDM yang diperlukan sebuah organisasi, juga
harus memperhitungkan kemampuan membayar gaji dan
pembiayaan SDM lainnya. Prediksi itu dimaksudkan
agar SDM yang dipekerjakan dapat melaksanakan semua
volume dan beban kerja bisnis secara efektif dan efisien.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
110
Pengertian PSDM
Dalam memahami PSDM terlebih dahulu mema-
hami pengertian berikut :
SDM
Sejatinya SDM memiliki potensi yang terkand-
ung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya
sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif
yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh po-
tensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kese-
jahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan
berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari,
SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sis-
tem yang membentuk suatu organisasi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang
SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan le-
bih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi.
Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R.
(Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di
sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama,
tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan,
dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi)
dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
111
Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi
atau organisasi lebih mengemuka.[27]
Pengertian lain yang dikemukakan oleh pakar
antara lain Greer, Charles R. Dalam bukunya: Strategy
and Human Resources: a General Managerial Perspec-
tive: Sumber daya manusia adalah himpunan individu
yang membentuk tenaga kerja dari sebuah organisasi,
sektor bisnis, atau ekonomi. "Human capital" kadang-
kadang digunakan secara sinonim dengan sumber daya
manusia, meskipun modal manusia biasanya mengacu
pada pandangan yang lebih sempit (yaitu, pengetahuan
individu mewujudkan dan dapat berkontribusi untuk
organisasi). Demikian juga, istilah lain kadang-kadang
digunakan termasuk "tenaga kerja", "bakat", "tenaga
kerja", atau hanya "orang".[28]
Sedangkan William R. Tracey, dalam The Hu-
man Resources Glossary, Sumber Daya Manusia adalah
manusia atau staf yang mengoperasikan sebuah
organisasi; dengan menggunakan sumber daya keuangan
dan material dari sebuah organisasi. Sumber Daya
Manusia juga merupakan fungsi organisasi yang
berhubungan dengan orang-orang dan isu-isu yang
berkaitan dengan orang-orang seperti kompensasi,
perekrutan, manajemen kinerja, dan pelatihan. Sebuah
[27] Greer, Charles R. Strategy and Human Resources: a GeneralManagerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall, 1995.p.43.[28] Greer, Charles R. Ibid, p.47.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
112
Sumber Daya Manusia adalah satu orang atau karyawan
dalam organisasi Anda.[29]
Menurut Penulis (Budi Supriyatno), SDM dapat
didefinisikan sebagai manusia yang bekerja dilingkun-
gan suatu organisasi baik itu pemerintah ataupun perusa-
haan yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan
sebuah organisasi dalam rangka mewujudkan eksistens-
inya baik dirinya sendiri maupun organisasi. Makna dari
definisi tersebut, pertama : adanya manusia yang bekerja
di lingkungan organisasi, baik pemerintah maupun
swasta. Kedua, adanya kemampuan yang dimiliki oleh
manusia untuk menggerakkan organisasi. Ketiga adanya
keinginan yang harus diwujudkan baik darinya sendiri
maupun organisasi. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar
3.1. SDM dibawah ini.
[29] William R. Tracey, The Human Resources Glossary, Third Edi-tion: The Complete Desk Reference for HR Executives, Managers,and Practitioners. P. 189.
Gambar 3.1. Pengertian dan Makna Sumber Daya Manusiaoleh Budi Supriyatno
SDM
MANUSIA DALAMORGANISASI
KEMAMPUAN MANUSIAMENGGERAKKAN
ORGANISASI
MEWUJUDKANKEINGINAN DIRI
MAUPUN ORGANISASI
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
113
Perencanaan Sumber Daya Manusia (PSDM)
PSDM merupakan fungsi utama yang harus di-
laksanakan dalam organisasi, guna menjamin tersedianya
pegawai yang tepat untuk menduduki berbagai posisi,
jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat.
Berbagai pandangan mengenai definisi PSDM yang
dikemukakan para pakar berikut ini :
1. Michael Amstrong, (2007) dalam bukunya Human
Resource Management, Perencanaan Sumber Daya
Manusia didasarkan pada keyakinan bahwa orang
adalah sumber daya yang sangat penting dan
strategis.[30]
2. Andrew F. Sikula, (1975) dalam bukunya Person-
nel Administration and Human Resources Man-
agement mengemukakan bahwa, Perencanaan
sumber daya manusia atau perencanaan tenaga
kerja didefinisikan sebagai proses menentukan ke-
butuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan
[30] Mechael Amstrong. A Handbook of Human Resource Manage-ment, 10th Edition, Published by Kogan Page Limited, 120 Penon-ville Road London. Reprinted 2007.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
114
kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya ber-
interaksi dengan rencana organisasi.[31]
3. George Milkovich dan Paul C. Nystrom, dalam
Management in the Marketing Information Guide,
Volume 17, mendefinisikan bahwa, Perencanaan
tenaga kerja adalah proses peramalan, pengemban-
gan, pengimplementasian dan pengontrolan yang
menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jum-
lah pegawai, penempatan pegawai secara benar,
waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih ber-
manfaat.[32]
4. Sedangkan menurut Penulis (Budi Supriyatno),
PSDM adalah proses menganalisis dan
mengidentifikasikan kebutuhan SDM terhadap
organisasi, sehingga kebutuhan tersebut dapat ter-
penuhi dan kemudian dapat menentukan langkah
yang harus diambil dalam mencapai tujuan yang
ditentukan. Lihat Gambar 3.2.Perencanaan Sumber
Daya Manusia dibwah ini.
[31] Andrew F. Sikula, Personnel administration and human re-sources management, Publisher Wiley,1975. Original From TheUniversity of Michigan. Digitized Aug. 26.2010. P.176.[32] George Milkovich, and Paul C. Nystrom, Management in theMarketing Information Guide, Volume 17, Publisher : Office of Dis-tribution, business and Defanse Servic Administration, U.S. De-partment of Commerce, 1970. Original from : The University ofMachigan, Digitized November 11, 2009.
PERENCANAAN
SDM
KEBUTUHANSDM
PROSESANALISIS
IDENTIFIKASIORGANISASI
TUJUAN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
115
Gambar 3.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia oleh
Budi Supriyatno
Selain itu, pentingnya diadakan PSDM ialah
organisasi akan memiliki gambaran yang jelas akan
masa depan, serta mampu mengantisipasi kekurangan
kualitas tenaga kerja yang diperlukan.
Terdapat beberapa syarat untuk membuat sebuah
PSDM yang baik, yakni:[ 33]
1. Harus mengetahui secara jelas masalah yang
direncanakannya.
2. Harus mengumpulkan dan menganalisis informasi
tentang SDM dalam organisasi tersebut secara
lengkap.
3. Mempunyai pengalaman luas tentang analisis
pekerjaan (job analysis), kondisi organisasi, dan
persediaan SDM.
[ 33] Susan E. Jackson.Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
116
4. Harus mampu membaca situasi SDM saat ini dan
masa mendatang.
5. Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan
teknologi masa depan.
6. Mengetahui secara luas peraturan dan
kebijaksanaan pemerintah, khususnya yang
menyangkut tenaga kerja.
Disamping itu untuk mendapatkan sebuah PSDM
yang baik, diperlukan tahapan-tahapan dasar yang harus
ditempuh:
1. Mampu menetapkan secara jelas kualitas dan
kuantitas SDM.
2. Mengumpulkan data dan informasi yang lengkap
mengenai SDM.
3. Mengelompokkan data dan informasi tersebut,
kemudian menganalisisnya.
4. Menetapkan beberapa alternatif yang kira-kira
sanggup ditempuh.
5. Memilih alternatif terbaik dari berbagai alternatif
yang ada.
6. Menginformasikan rencana terpilih kepada para
karyawan agar direalisasikan.
7. Pentingya PSDM dalam Organisasi merupakan ak-
tivitas yang dilakukan untuk mengadakan peruba-
han khususnya SDM yang positif bagi perkemban-
gan organisasi. PSDM dipengaruhi secara drastis
oleh tingkat kebutuhan tenaga kerja dalam or-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
117
ganisasi. Tingkat produksi dari perusahaan pen-
yedia (suplier) maupun pesaing dapat juga berpen-
garuh. PSDM, perlu memperhitungkan perubahan
teknologi, kondisi permintaan dan penawaran, dan
perencanaan karir.
Tujuan PSDM
Tujuan PSDM antara lain sebagai berikut :
1. Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja masa
kini maupun masa depan, sehingga setiap peker-
jaan ada yang mengerjakannya.
2. Untuk menentukan kualitas dan kuantitas pegawai
yang akan mengisi semua jabatan dalam perusa-
haan.
3. Untuk menghindari terjadinya mis manajemen dan
tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
4. Untuk mempermudah koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi (KIS) sehingga diharapkan produktivi-
tas kerja meningkat.
5. Untuk menghindari kekurangan atau kelebihan
pegawai.
6. Menjadi pedoman dalam menetapkan program rek-
rutmen, seleksi, pengembangan, kompensasi, pen-
gintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, mutasi
dan pemberhentian karyawan.
7. Menjadi Dasar dalam melakukan evaluasi kinerja
pegawai.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
118
3.2. Faktor dan Manfaat PSDM
Faktor-Faktor PSDM
Proses PSDM dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
1. Lingkungan Eksternal. Perubahan-perubahan ling-
kungan sulit diprediksi dalam jangka pendek dan
kadang-kadang tidak mungkin diperkirakan dalam
jangka panjang. Antara lain:
a. Perkembangan ekonomi mempunyai pengaruh
yang besar tetapi sulit diestimasi. Sebagai
contoh tingkat inflasi, pengangguran dan
tingkat suku bunga sering merupakan faktor
penentu kondisi bisnis yang dihadapi perusa-
haan.
b. Kondisi social, politik, dan hukum mempunyai
implikasi pada PSDM melalui berbagai pera-
turan di bidang personalia, perubahan sikap
dan tingkah laku.
c. Perkembangan teknologi sekarang ini tidak
hanya sulit diramal tetapi juga sulit dinilai.
Perkembangan komputer secara dahsyat me-
rupakan contoh jelas bagaimana perubahan
teknologi menimbulkan gejolak SDM.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
119
d. Para pesaing merupakan suatu tantangan ek-
sternal lainnya yang akan mempengaruhi
permintaan SDM dalam organisasi. Sebagai
contoh, “pembajakan” manajer akan me-
maksa perusahaan untuk selalu menyiapkan
penggantinya melalui antisipasi dalam
PSDM.
2. Keputusan Organisasional. Berbagai keputusan
pokok organisasional mempengaruhi permintaan
SDM antara lain :
a. Perencana stratejik organisasi adalah kepu-
tusan yang paling berpengaruh. Ini mengikat
organisasi dalam jangka panjang untuk menca-
pai sasaran-sasaran seperti tingkat pertumbu-
han, produk baru, atau segmen pasar baru. Sa-
saran-sasaran tersebut menentukan jumlah dan
kualitas karyawan yang dibutuhkan di waktu
yang akan datang.
b. Dalam jangka pendek, para perencana menter-
jemahkan rencana-rencana stratejik menjadi
operasional dalam bentuk anggaran. Besarnya
anggaran adalah pengaruh jangka pendek yang
paling berarti pada kebutuhan SDM.
c. Penjualan dan produksi Forecast meskipun ti-
dak setepat anggaran juga menyebabkan pe-
rubahan kebutuhan personalia jangka pendek.
d. Perluasan usaha berarti kebutuhan SDM baru.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
120
e. Reorganisasi atau perancangan kembali peker-
jaan-pekerjaan dapat secara radikal merubah
kebutuhan dan memerlukan berbagai tingkat
ketrampilan yang berbeda dari para karyawan
di masa mendatang.
3. Faktor Persediaan Pegawai. Permintaan SDM di-
modifakasi oleh kegiatan-kegiatan pegawai. Pen-
siun, permohonan berhenti, terminasi, dan kema-
tian semuanya menaikkan kebutuhan personalia.
Data masa lalu tentang faktor-faktor tersebut dan
trend perkembangannya bisa berfungsi sebagai pe-
doman perencanaan yang akurat. Lihat Gambar
3.3. Faktor yang mempengaruhi proses PSDM di-
bawah ini.
KEPUTUSANORGANISASI
FAKTORPERSEDIAAN
FAKTOR YANGMEMPENGARUHI
PROSES PSDM
FAKTOR EK-STERNAL
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
121
GAMBAR.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Proses
PSDM oleh Budi Supriyatno.
Manfaat PSDM
PSDM diharapkan dapat memberikan manfaat baik
bagi organisasi maupun bagi karyawan. Manfaat PSDM
antara lain :
1. PSDM sebagai dasar penyusunan Program. Dapat
dijadikan sebagai dasar penyusunan program kerja
bagi satuan kerja yang menangani SDM dalam or-
ganisasi. Salah satu aspek program kerja tersebut
adalah pengadaan pegawai baru guna memperkuat
tenaga kerja yang sudah ada demi peningkatan ke-
mampuan organiasi mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya. Tanpa PSDM, sukar menyusun pro-
gram kerja yang realistik.
2. PSDM membantu Organisasi. PSDM dapat mem-
bantu organisasi memanfaatkan SDM yang ada
dalam organisasi secara lebih baik dan terarah.
3. PSDM dapat mengetahui pasar tenaga kerja. Pasar
Tenaga Kerja merupakan sumber untuk mencari
calon-calon SDM yang potensial untuk diterima
dalam organisasi. Dengan adanya data PSDM di
samping mempermudah mencari calon yang cocok
dengan kebutuhan, dapat pula digunakan untuk
membantu organisasi lain yang memerlukan SDM.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
122
4. PSDM dapat dipakai sebagai acuan penyusunan
program pengembangan SDM. Dengan adanya
data yang lengkap tentang potensi SDM akan lebih
mempermudah dalam menyusun program yang le-
bih matang dan lebih dapat dipertanggungjawab-
kan.
5. PSDM meningkatkan Efektifitas. PSDM yang ma-
tang dapat meningkatkan, efektifitas kerja SDM
yang ada telah sesuai dengan kebutuhan organisasi.
6. PSDM dapat meningkatkan Produktivitas. Apabila
memiliki data perencanaan tentang pengetahuan,
pekerjaan, pelatihan yang telah diikuti oleh SDM.
Dengan mengikutsertakan karyawan dalam berba-
gai pendidikan dan pelatihan, akan mendorong
karyawan untuk meningkatkan produktivitas ker-
janya.
7. PSDM menentukan kebutuhan. PSDM bermanfaat
untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja di masa
depan, baik dalam arti jumlah dan kualifikasinya
untuk mengisi berbagai jabatan dan menyelengara-
kan berbagai aktivitas baru kelak.
Manfaat PPSDM Menurut Tapomoy Deb dalam
Bukunya : Strategic Approach to Human resource Man-
agement, [34] adalah :
[34] Tapooy Deb, Strategic Approach to Human resource Manage-ment, Published by Atlantic, Publishers & Distributor, B-2 VishalEnclave.Opp. Rajouri Garden, New Delhi 110027, Phone 25413460,25429987. 25460842.P.42.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
123
1. Mendukung Strategi Bisnis. PSDM membantu un-
tuk menetapkan tujuan, rencana dan inisiatif metrik
yang mengikat misi dan tujuan organisasi strategis.
2. Mendukung Rencana SDM. PSDM membantu
dalam membuat rencana yang dapat melayani se-
bagai dasar informasi bagi banyak tujuan seperti:
a. Mempromosikan pendekatan proaktif untuk
MSDM dan perencanaan karir.
b. Mengurangi waktu dan biaya staf SDM di masa
depan.
c. Mengidentifikasi peluang untuk tindakan staf
kolaboratif.
d. Mengidentifikasi tujuan pemerataan lapangan
kerja dan memfasilitasi realisasinya.
e. Signaling potensi beban kerja dan / atau situasi
penyesuaian tenaga kerja.
f. Memproduksi kekurangan potensi SDM dan
ketersediaan pasar.
g. Menyoroti pemisahan proyek dan mengem-
bangkan rencana suksesi oppropriate.
h. Mengidentifikasi pola rekrutmen siklus.
3. Mendukung Prioritas. PSDM membantu untuk
kegiatan priortias dan sumber daya untuk me-
menuhi prioritas organisasi. Bukannya reaktif den-
gan kebutuhan organisasi, fungsi manajemen SDM
dapat menjadi proaktif dalam menyelaraskan SDM
dan sumber daya lainnya. Dengan demikian, kita
dapat menyimpulkan bahwa PSDM sangat penting
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
124
untuk mencapai perencanaan strategis organisasi.
Tanpa PSDM, organisasi dapat jatuh pendek dari
hasil yang diinginkan kinerja.
3.3. Langkah Proses PSDM
Dalam rangka PSDM yang baik perlu diawali den-
gan langkah kegiatan agar dapat tercapainya perenca-
naan yang baik dalam Organisasi. Langkah-langkah
proses PSDM tersebut antara lain:
1. Inventarisasi SDM antara lain meliputi:
a. Jumlah karyawan yang ada.
b. Berbagai kualifikasinya.
c. Masa kerja masing-masing karyawan.
d. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki,
baik pendidikan formal maupun program pe-
latihan yang pernah diikuti.
e. Bakat yang masih perlu dikembangkan.
f. Minat karyawan, terutama yang berkaitan den-
gan kegiatan di luar tugas pekerjaan.
Hasil inventarisasi tersebut sangat penting, bukan
hanya dalam rangka pemanfaatan SDM dalam me-
laksanakan tugas-tugas sekarang, akan tetapi seti-
daknya berhubungan dengan empat kepentingan di
masa depan, yaitu:
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
125
a. Promosi karyawan tertentu untuk mengisi
lowongan jabatan yang lebih tinggi jika karena
berbagai sebab terjadi kekosongan.
b. Peningkatan kemampuan melaksanakan tugas
yang sama.
c. Dalam hal terjadinya alih wilayah kerja yang
berarti seseorang ditugaskan ke lokasi baru
tetapi sifat tugas jabatanya tidak mengalami
perubahan.
2. Melakukan Penelitian. Seperti telah dimaklumi
salah satu kegiatan pendahuluan dalam melakukan
perencanaan termasuk PSDM adalah penelitian.
Berdasarkan bahan yang diperoleh dan penelitian
yang dilakukan untuk kepentingan PSDM, akan
timbul pemahaman yang tepat tentang situasi pasar
kerja dalam arti:
a. Permintaan pemakai tenaga kerja atas tenaga
kerja dilihat dan segi jumlah, jenis, kualifikasi
dan lokasinya.
b. Jumlah pencari pekerjaan beserta bidang keahl-
ian, keterampilan, latar belakang profesi, ting-
kat upah atau gaji dan sebagainya. Pemahaman
demikian penting karena bentuk rencana yang
disusun dapat disesuaikan dengan situasi
pasaran kerja tersebut.
3. Harus memiliki informasi. Salah satu segi PSDM
yang dewasa ini dirasakan semakin penting ialah
penanganan informasi ketenaga-kerjaan. Dengan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
126
tersedianya informasi yang cepat dan akurat se-
makin penting bagi perusahaan, terutama or-
ganisasi yang memiliki SDM yang banyak dengan
cabang yang tersebar di berbagai tempat (baik
dalam negeri maupun di luar negeri). Dengan
adanya informasi ini akan memudahkan mana-
jemen melakukan PSDM yang berbasis pada
teknologi tinggi merupakan suatu kebutuhan yang
tidak dapat dihindarkan di era perubahan yang
serba cepat.
4. Mengidentifikasi isu bisnis yang utama. Tahap per-
tama dalam perencanaan SDM ialah mengumpul-
kan data untuk mempelajari dan memahami semua
aspek lingkungan organisasi. Ini membantu or-
ganisasi mengantisipasi dan merencanakan isu
yang munculdari kondisi yang stabil maupun di-
namis contohnya perencanaan untuk kompetensi
global yang semakin meningkat berdasarkan biaya
dapat melibatkan pertimbangan produktivitas dari
pekerja yang ada sekarang dan kemungkinan pro-
duktivitas yang akan datang. Bila perusahaan beru-
saha meningkatkan pendapatannya sebesar 10 per-
sen setiap tahun dalam jangka waktu 5 tahun, peru-
sahaan mungkin membutuhkan karyawan yang le-
bih banyak.
5. Menentukan Implikasi SDM antara lain sebagai
berikut :
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
127
1) Mengembangkan pemahaman yang jelas
mengenai bagaimana format yang dihasilkan
selama tahap satu mempengaruhi permintaan
organisasi di masa yang akan datang.
2) Mengembangkan gambaran yang akurat
mengenai penawaran sekarang yang tersedia
secara internal.
Perhatian yang terus diperbaharui difokuskan pada
SDM dan peran strategisnya bagi keberhasilan di
masa yang akan datang. Penekanan pada penin-
jauan kinerja interaktif dihubungkan dengan
pengembangan karir, pelatihan dan pendidikan
serta yang sangat penting perencanaan suksesi”
6. Mengembangkan tujuan dan sasaran SDM. Setelah
tahap kedua selesai, maka informasi mengenai
kondisi sekarang dan yang akan datang tersedia.
Tahap berikutnya melibatkan interpretasi informasi
dan menggunakannya untuk menetapkan prioritas,
sasaran, dan tujuan.Dalam jangka waktu yang
pendek, yang seringkali merupakan kerangka
waktu yang ada dalam usaha perampingan, sasaran
terkadang lebih mudah dinyatakan dalam istilah
yang dapat dikuantifikasi. Contoh : sasaran jangka
pendek SDM meliputi meningkatkan jumlah orang
yang tertarik kepada organisasi dan melamar ja-
batan (applicant pool); menarik pelamar yang ber-
variasi (dengan keterampilan yang berbeda beda
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
128
dalam lokasi yang berbeda); memperbaiki per-
syaratan karyawan baru; meningkatkan jangka
waktu yang diinginkan karyawan untuk tinggal
dengan organisasi dan lain-lain.Perbedaan jenis sa-
saran yang ditetapkan dalam jangka pendek mau-
pun jangka panjang mencerminkan perbedaan jenis
perubahan yang dapat dilihat dalam kurun waktu
dua dan lima tahun mendatang. Jadi apabila sa-
saran jangka pendek ialah untuk menarik,menilai
dan menugaskan kembali karyawan pada jabatan
tertentu,dalam jangka panjang sasarannya ialah
menyesuaikan kembali keterampilan,prilaku dan
sikap untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
kebutuhan bisnis dan juga praktek SDM untuk
menyesuaikan diri dengan kebutuhan karyawan.
7. Merancang dan melaksanakan kebijakan, pro-
gram, dan praktek SDM. Tahap empat ini membi-
carakan bagaimana mencapai sasaran yang ditetap-
kan dalam tahap tiga. Sejumlah kebijakan, program
dan kegiatan dapat dilakukan dalam fase ini. Hal
ini termasuk keanekaragaman yang ditujukan untuk
menarik pelamar, memperbaiki usaha sosialisasi
sehingga karyawan yang baik tetap tinggal dengan
perusahaan.
8. Mengevaluasi, merevisi, dan memfokuskan kem-
bali. Dalam tahap ini sasaran yang ditetapkan se-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
129
lama tahap tiga digunakan kembali untuk
mendefinisikan kriteria yang akan digunakan
dalam mengevaluasi apakah program akan berhasil
atau masih membutuhkan revisi. Sebagai contoh,
apabila kita ingin mengetahui manfaat program
pengembangan terhadap karyawan itu berha-
sil,indikator yang ingin kita ketahui ialah bertanya
kepada karyawan bersangkutan. Ini mungkin me-
rupakan satu satunya indikator. Namun bila inves-
tasi besar besaran digunakan untuk mengurangi
perputaran,menarik karyawan baru kedalam peru-
sahaan data yang digunakan harus ditelaah kem-
bali. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.4. Lang-
kah Proses PSDM dibawah ini.
1.Inventarisasi
SDM
8. Menge-valuasi, mere-visi, dan mem-fokuskan kem-
bali
LANGKAH
PROSES PSDM
2.MelakukanPenelitian.
3.MemilikiInformasi
7.Merancang danmelaksanakankebijakan, pro-gram, dan prak-
tek.
6.Mengembang-kan tujuan dan
sasaran
4.5. Menentukan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
130
Gambar 3.4. Langkah Proses PSDM
oleh Budi Supriyatno
3.4. Keuntungan dan Kekekurangan dalam
PSDM
Keuntungan PSDM
Bila PSDM dilakukan dengan baik, akan diperoleh
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1. Pimpinan puncak memiliki pandangan yang lebih
baik terhadap dimensi SDM atau terhadap kepu-
tusan-keputusan bisnisnya.
2. Biaya SDM menjadi lebih kecil karena pimpinan
dapat mengantisipasi ketidakseimbangan sebelum
terjadi hal-hal yang dibayangkan sebelumnya yang
lebih besar biayanya.
3. Tersedianya lebih banyak waktu untuk menempat-
kan yang berbakat karena kebutuhan dapat dian-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
131
tisipasi dan diketahui sebelum jumlah tenaga kerja
yang sebenarnya dibutuhkan. Adanya kesempatan
yang lebih baik untuk melibatkan wanita dan
golongan minoritas didalam rencana masa yang
akan datang.
4. Pengembangan para pimpinan dapat dilaksanakan
dengan lebih baik.
Kekurangan PSDM
1. Standar kemampuan SDM. Standar kemampuan
SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi
kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan saja
yang sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala
yang serius dalam PSDM untuk menghitung po-
tensi SDM secara pasti.
2. Manusia (SDM) Mahluk Hidup. Manusia sebagai
mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya
seperti mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM,
karena itu sulit memperhitungkan segala sesua-
tunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi
kurang mau melepaskan kemampuannya.
3. Situasi SDM. Persediaan, mutu, dan penyebaran
penduduk yang kurang mendukung kebutuhan
SDM perusahaan. Hal ini menjadi kendala proses
PSDM yang baik dan benar.
4. Kebijakan Perburuhan Pemerintah. Kebijakan
perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
132
kelamin, WNA, dan kendala lain dalam PSDM un-
tuk membuat rencana yang baik dan tepat.
REKRUTMEN DAN SELEKSI
4.1. Pentingnya Rekrutmen
Perencanaan SDM merupakan proses manajemen
yang dapat menentukan pergerakan SDM dalam
BAB4
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
133
organisasi dari posisi saat ini menuju posisi yang
diinginkan di masa depan. Maka ”penerimaan pegawai
atau rekrutmen” merupakan tahapan yang sangat
signifikan dalam melakukan perencanaan SDM.[35]
Rekrutmen merupakan komunikasi dua arah. Para
pelamar menghendaki informasi yang akurat mengenai
seperti apa rasanya bekerja di dalam sebuah organisasi.
Sedangkan organisasi sangat menginginkan informasi
yang akurat tentang pelamar tersebut jika kelak mereka
menjadi karyawan. Proses atau tahap setelah di tetapkan
sebuah keputusan tentang kebutuhan SDM maka langkah
selanjutnya adalah “rekrutmen”.
Pada dasarnya rekrutmen bertujuan untuk me-
menuhi kebutuhan organisasi atas SDM yang memenuhi
kriteria yang sudah di tetapkan oleh organisasi, sehingga
dapat memberi nilai tambah untuk pertumbuhan perusa-
haan tersebut. Arti dari rekrutmen pegawai sendiri
adalah menemukan dan menarik pelamar untuk di peker-
jakan di organisasi.[36]
Rekrutmen merupakan suatu usaha untuk menda-
patkan calon-calon pegawai yang sesuai dengan kebutu-
han, guna mendapatkan sebanyak mungkin calon pela-
mar yang memenuhi persyaratan untuk “job descrip-
tion” dan analisa yang di minta untuk jabatan yang
lowong pada suatu organisasi untuk di pilih calon-calon
[35] Budi Supriyatno. Employee Recruitment. Media Brilian.Indonesia. 2014[36] Budi Supriyatno. Ibid, p.12.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
134
yang terbaik dan cakap. Pelaksanaan rekrutmen biasanya
merupakan tanggung jawab Biro atau Departemen Per-
sonalia yang menangani SDM.
Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) bertugas untuk meningkatkan efektivitas SDM
dalam organisasi. Salah satu kunci utama dalam men-
ciptakan SDM yang profesional adalah terletak pada
proses rekrutmen, seleksi, training and development ca-
lon tenaga kerja. Mencari tenaga kerja yang profesional
dan berkualitas tidaklah gampang. Merupakan sebuah
kewajiban dalam sebuah organisasi untuk melakukan
penyaringan untuk para pekerja yang baru. Untuk itulah
rekrutmen tenaga kerja dibutuhkan untuk menyaring
para pelamar. Dalam organisasi, rekrutmen ini menjadi
salah satu proses yang penting dalam menentukan baik
tidaknya pelamar yang akan melamar pada organisasi
tersebut.
Setiap organisasi, terlepas dari ukuran, produk,
maupun jasa yang dihasilkannya, harus merekrut pela-
mar kerja untuk mengisi sebuah posisi. Pengisian kekos-
ongan di dalam sebuah organisasi disebabkan oleh per-
tumbuhan, perubahan struktur dan fungsi, ataupun puta-
ran karyawannya. Hal tersebut memerlukan pencarian
orang-orang yang dapat memenuhi persyaratan posisi
yang kosong.
Sumber karyawan dapat berasal dari sumber inter-
nal maupun eksternal. Bentuk pekerjaan yang harus diisi
serta berbagai kebijakan dan praktik organisasi akan me-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
135
nentukan yang mana dari sumber tadi yang paling tepat
untuk mengisi posisi yang lowong. Sebab itu, salah satu
aspek keputusan seleksi adalah pengambilan keputusan
dimana akan merekrut.
Sebelum organisasi dapat menyeleksi dan men-
gangkat pelamar yang mempunyai kualifikasi terbaik,
terlebih dahulu harus direkrut orang-orang untuk peker-
jaan yang tersedia. Prosedur seleksi karyawan yang efek-
tif tergantung pada efektivitas proses rekrutmen. Kandi-
dat yang menonjol tidak akan dapat diseleksi manakala
mereka tidak termasuk dalam kumpulan pelamar.
Apapun alasannya, jika terjadi lowongan pekerjaan
dalam suatu organisasi maka lowongan tersebut haruslah
diisi. Salah satu cara untuk mengisi lowongan tersebut
adalah dengan melakukan proses rekrutmen.
Rekrutmen merupakan serangkaian aktifitas untuk
mencari dan memikat pelamar kerja dengan motifasi,
kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan
guna menutupi kekurangan yang di-identifikasi dalam
perencanaan kepegawaian. Aktifitas rekrutmen dimulai
pada saat calon mulai dicari dan berakhir tatkala lamaran
mereka diserahkan. Hasil rekrutmen adalah sekumpulan
pelamar kerja yang akan diseleksi untuk menjadi kary-
awan. Proses rekrutmen juga berinteraksi dengan akti-
fitas SDM lainya, terutama evaluasi kinerja, kompensasi,
pelatihan dan pengembangan, dan hubungan karyawan.
Peran Manajerial
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
136
Kunci utama dalam menciptakan SDM yang profe-
sional adalah terletak pada proses rekrutmen, seleksi,
dilanjutkan dengan training and development calon
pegawai. Mencari tenaga kerja yang profesional dan
berkualitas tidaklah semudah membalikkan telapak tan-
gan, bahkan dapat dikatakan sangat sulit. Data statistik
menunjukkan bahwa tingkat pencari kerja dan tingkat
pengangguran dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Namun banyak perusahaan yang mengeluh karena
sedikit sekali dari mereka yang memiliki kualitas yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
Paradoks ini mengakibatkan tindakan “bajak-
membajak” pegawai. Bahkan banyak perusahaan yang
masih menggunakan tenaga kerja dari luar untuk men-
duduki posisi tertentu. Persoalannya adalah bagaimana
mengembangkan tenaga kerja potensial secara maksimal
untuk kepentingan bisnis baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Hal ini manajer mempunyai peran
penting dalam mengembangkan pegawai yang baru ma-
suk di organisasinya untuk bekerja lebih profesional. Se-
kurang-kurangnya peran manajer dapat di-identifikasi 6
langkah yang perlu dilakukan:
1. Manajer harus menyusun standard pengembangan
yang tinggi untuk tenaga kerja potensial. Standar
talent tinggi meliputi: kemampuan berfikir strate-
gic, relasi, komunikasi, kompetensi, kinerja.
2. Manajer harus terlibat secara penuh dalam setiap
pengambilan keputusan tentang manusia dalam
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
137
perusahaan. Keterlibatan manajer sebatas pada
menjamin agar standard yang tinggi yang telah dis-
usun diterapkan pada setiap level dan dimensi or-
ganisasi perusahaan.
3. Manajer melaksanakan sendiri proses peninjauan
terhadap talent yang terdapat dalam diri karyawan
perusahaan.
4. Manajer menanamkan pola pikir talent kepada
seluruh leader dalam perusahaan.
5. Manajer berinvestasi terhadap karyawan potensial
berupa: Gaji Pokok, Overaiding, Bonus Prestasi,
Insentif sangat membantu dalam membangun tal-
ent pool yang kuat dalam dirinya.
6. Manajer harus bertanggungjawab terhadap talent
pool yang mereka bangun. Karena talent pool san-
gat strategic bagi keberhasilan perusahaan. Lihat
Gambar 4.1. dibawah ini.
ENAM LANGKAHPERAN MANAJER
DALAMREKRUTMEN
1..MENYUSUNPENGEMBANGANSTANDAR YANG
TINGGI
2.TERLIBATSECARA PENUH
SETIAPPENGAMBILAN
KEPUTUSAN
3. MELAKSANAKANSENDIRI PROSESPENINAJAUAN
TERHADAP TALEN
4. MENANAMKANPOLA PIKIR TALENKEPADA LEADER
5.BERINVESTASITERHADAPPEGAWAI
POTENSIAL
6. BERTANGGUNGJAWAB TERHADAP
TALENT POOL
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
138
Gambar 4.1. Enam Langkah Peran Manajer Dalam
Rekrutmen oleh Budi Supriyatno
Dapat dikatakan bahwa, tanggung jawab atas kese-
luruhan proses rekrutmen normalnya di bebankan ke
pundak manajer departemen SDM. Mereka bertanggung
jawab atas perancangan dan penerapan program rekrut-
men yang akan memenuhi kebutuhan SDM perusahaan
seraya tetap mematuhi segala ketentuan hukum.
Tanggung jawab ini meliputi pencarian sumber pe-
lamar, pembuatan dan pemasangan iklan lowongan
kerja; komunikasi dengan kampus, agen penempatan
tenaga kerja, dan penyusunan prosedur guna menjamin
kesempatan kerja yang sama. Tidak hanya pada rekrut-
men, tatapi pengembangan selanjutnya juga merupakan
tugas dari manajer SDM. Tugas ini memang sangat berat
tetapi itu merupakan tugas pokok dan fungsi dari mana-
jer SDM.
Pengertian Rekrutmen
Ada beberapa pengertian rekrutmen menurut para
pakar, sebagai berikut:
1. Menurut Randall S. Schuler and Susan E. Jackson
August (2005) dalam bukunya: Human Resource
Management, rekrutmen adalah upaya pencarian
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
139
sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat
dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka peru-
sahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling
tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang
ada.[37]
2. Menurut Noe, R A, Hollenbeck, J. R, Gerh art, B.
and Wright, P.M, 2003 dalam buku Human re-
source management: Gaining a Competitive Ad-
vantage, Rekrutmen didefinisikan sebagai pelak-
sanaan atau aktifitas organisasi awal dengan tujuan
untuk mengidentifikasi dan mencari tenaga kerja
yang potensial.[38]
3. Menurut John R. Schermerhon, Jr. (1997), dalam
bukunya Organization Behaviour, mengatakan
bahwa Rekrutmen adalah proses penarikan
sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang
lowong. Perekrutan yang efektif akan membawa
peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-
orang yang berkemampuan dan keterampilannya
memenuhi spesifikasi pekerjaan.[39]
[37] Schuler, Randal.S and Jackson, Susan.E,. Human ResourceManagement, Publishing by South-Western, Division of thomonLearning International Edition. Aug 4, 2005, p.45.[38] Noe, R A, Hollenbeck, J. R, Gerh art, B. and Wright, P.M. Hu-man Resource Management: Gaining a Competitive Advantage,McGraw-Hill Companies, New York. 2003.[39] John R. Schermerhon, Jr. Ohio University and james.G. Hunt,Texas Tech University. Organization Behaviour, Sixth Edition.ISBN : 0-471-5416-4,604. Pages.Clth Copyright 1997.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
140
4. Andrew E. Sikula. (2000), dalam bukunya : Per-
sonnel Administration and Human Resource Man-
agement. Mengemukakan bahwa penarikan pega-
wai adalah tindakan atau proses dari suatu usaha
organisasi untuk mendapatkan tambahan pegawai
untuk tujuan operasional. Penarikan pegawai meli-
batkan sumber daya manusia yang mampu ber-
fungsi sebagai input lembaga.[40]
5. Menurut, Edwin Flippo, (2008), dalam bukunya:
Principles of Personnel Management menyatakan
Rekrutmen adalah proses untuk menemukan sum-
ber tenaga kerja untuk memenuhi persyaratan dari
jadwal staf dan untuk menggunakan langkah-
langkah yang efektif untuk menarik tenaga kerja
yang dalam jumlah yang memadai untuk mem-
fasilitasi pemilihan yang efektif dari angkatan kerja
yang efisien.[41]
6. Menurut Dale Yoder, (1984), dalam bukunya: Hu-
man Resource Management menyatakan, Rekrut-
men adalah proses mencari dan menarik pelamar
yang mampu untuk pekerjaan . Proses ini dimulai
ketika hasil baru dicari dan berakhir ketika aplikasi
[40] Sikula, Andrew E, 2000. Personnel Administration and HumanResource Management. Published by John Wiley 7 Sons. Inc.[41] Edwin B. Flippo. Principles of Personnel Management, Mcgraw-hill, the university of Calofornia. Digitized may 17, 2008.ISBN: 007021316x. 9780070213166. 2008.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
141
mereka diserahkan. Hasilnya adalah kolam pelamar
dari mana karyawan baru yang dipilih.[ 42]
7. Sedangkan penulis (Budi Supriyatno) memberikan
pengertian bahwa “Rekrutmen” adalah proses un-
tuk mendapatkan sejumlah orang dari dalam mau-
pun dari luar organisasi sebagai calon pegawai
untuk mengisi jabatan tertentu yang tersedia di or-
ganisasi dengan persyaratan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan SDM”. Dari pengertian terse-
but mengandung makna sebagai berikut: Pertama
rekrutmen mengandung proses untuk mendapatkan
sejumlah orang. Kedua calon yang direkurt bisa di-
lakukan dari dalam maupun dari luar organisasi.
Ketiga rekrutmen bertujuan untuk mengisi jabatan
tertentu yang tersedia dalam organisasi. Keempat,
rekrutmen adanya peryaratan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan SDM. Lihat Gambar 4.2. Rek-
rutmen Pegawai dibawah ini.
[42] J. Dale Yoder, PhD. Human Resource Management, Publishedby American Society for Personnel Administration, The Universityof Michigan. 1984.
REKRUTMENPEGAWAI
PROSES MENDAPAT-
KAN SEJUMLAH ORANG
CALON DARIDALAM/LUAR OR-
GANISASI
BERTUJUAN MENGISIJABATAN YANG
TERSEDIA
PERSYARATAN YANGTELAH DITETAPKAN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
142
Hasil yang didapatkan dari proses rekrutmen
adalah sejumlah calon tenaga kerja yang akan memasuki
proses seleksi, yakni proses untuk menentukan kandidat
yang paling layak untuk mengisi jabatan tertentu yang
tersedia di organisasi.
Tujuan Rekrutmen
Dalam memilih pegawai perlu juga mempertim-
bangkan usia yang dikaitkan dengan jenis pekerjaan.
Bila kebutuhan pegawai tersebut untuk menangani
pekerjaan fisik, maka memprioritaskan kalangan muda.
Sementara itu, bila pencarian pegawai dimaksudkan un-
tuk menangani pekerjaan psikis, pengembangan kepri-
badian, justru lebih baik memilih yang lebih tua dan
pengalaman.
Tujuan rekrutmen adalah untuk mendapatkan pe-
lamar yang memiliki karakteristik sesuai dengan ke-
mampuan dan pengalaman yang dibutuhkan oleh or-
ganisasi. Tujuan tersebut dapat dibbajarkan sebagai beri-
kut:
1. Untuk medapatkan SDM memenuhi standard kom-
petensi dan kualifikasi yang telah ditetapkan or-
ganisasi.
Gambar 4.2. Rekrutmen Pegawai oleh Budi Supriyatno.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
143
2. Mendapatkan SDM berkualifikasi dengan biaya
yang paling murah.
3. Mempunyai efek luberan yakni citra umum or-
ganisasi harus menanjak, dan bahkan pelamar yang
gagal haruslah mempunyai kesan positif terhadap
perusahaan dan produk-produknya.
4. Memberi fasilitas akses informasi bagi masyarakat
dengan cepat, mudah dan akurat dalam melamar.
5. Untuk membantu mengurangi kemungkinan ke-
luarnya karyawan yang belum lama bekerja.
6. Untuk memenuhi tanggung jawab organisasi dalam
upaya menciptakan kesempatan kerja.
Gorton mengatakan, bahwa Tujuan rekrutmen
pegawai adalah menyediakan calon-calon pegawai yang
betul-betul baik (surplus of candidates) dan yang paling
memenuhi kualifikasi (most qualified an outstanding in-
dividuals) untuk sebuah posisi.[43]
Tujuan upaya rekrutmen bukanlah sekadar
menghasilkan sejumlah orang tertentu. Lebih dari itu,
tujuan rekrutmen hendaklah selalu untuk memikat pela-
mar-pelamar yang kompeten bagi organisasi. Kemam-
puan mengacu kepada persyaratan pekerjaan dengan
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan si pelamar. Mo-
tivasi merujuk kepada persyaratan antara karakteristik
[43] Gorton, M.E. The dialectics of the exit interview : A Fresh lookat conversation about organizational disengagement, managementcommunication quarterly, 25 (1), 59-86. 2011.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
144
pekerjaan dengan kepribadian, minat dan keinginan si
pelamar.
Prinsip, Strategi dan Proses Rekrutmen
Prinsip Rekrutmen
Prinsip-prinsip rekrutmen terdiri dari:
1. Mutu pegawai yang akan direkrut harus sesuai
dengan kebutuhan yang sesuai dan yang telah
ditetapkan. Untuk mendapatkan mutu yang sesuai
sebelumnya perlu dibuat:
a. Analisis pekerjaan.
b. Deskripsi pekerjaan.
c. Spesifikasi pekerjaan.
2. Jumlah pegawai yang diperlukan harus sesuai
dengan pekerjaan yang tersedia. Untuk mendapat-
kan hal tersebut perlu dilakukan:
a. Peramalan kebutuhan tenaga kerja.
b. Analisis terhadap kebutuhan tenaga.
c. Biaya yang diperlukan diminimalkan.
d. Perencanaan dan keputusan strategis ten-
tang perekrutan.
e. Fleksibilitas.
3. Semua keputusan rekrutmen didasari pada kriteria
yang adil dan obyektif terutama yang terkait
denngan kelayakan, ketrampilan, pengalaman dan
kemampuan pelamar. Adil dan obyektif juga tidak
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
145
dipengaruhi oleh pendapat atau pandangan pribadi
terhadap pelamar.
4. Bila terjadi bias diskriminasi atau asumsi stereotip
tidak boleh mengganggu yang terkait dengan pola
rekrutmen.
5. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses
atau kebebasan bagi setiap orang untuk mem-
peroleh informasi tentang penyelenggaraan suatu
lembaga/perorangan, seperti keuangan, program,
penerima manfaat, dan lain sebagainya. Trans-
paransi dalam rekrutmen adalah adanya kebebasan
masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai
tahapan, mekanisme, syarat, dan pelaksanaan
proses rekrutmen termasuk mengapa seorang anak
diterima atau tidak diterima pada suatu proses rek-
rutmen. Wujud transparansi dalam rekrutmen da-
pat berupa:
(1) ketersediaan informasi yang lengkap dalam
berbagai bentuk media bagi semua pihak
yang berkepentingan untuk mengakses in-
formasi terkait dengan rekrutmen,
(2) pertemuan-pertemuan langsung antara pi-
hak yang berkepentingan dengan tim atau
panitia penerimaan pegawai, jika ada hal-
hal yang perlu diklarifikasi atau didalami,
tidak boleh mengganggu jalannya rekrut-
men.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
146
(3) penyebarluasan informasi melalui surat
resmi dengan rekrutmen.
(4) adanya mekanisme masyarakat untuk men-
gadukan berbagai persoalan terkait dengan
keluhan terhadap proses rekrutmen.
6. Akuntabilitas dalam rekrutmen adalah pertang-
gungjawab terhadap proses dan hasil rekrutmen
yang dilaksanakan. Rekrutmen yang akuntabel di-
lakukan melalui kejujuran dalam melaksanakan
rekrutmen peserta didik, ketepatan dalam mana-
jerial pelaksanaan rekrutmen, dan ketepatan serta
diadakan untuk kepentingan rekrutmen. Lihat
Gambar 4.3. Prinsip Rekrutmen dibawah ini.
Gambar .4.3. Prinsip-Prinsip Rekrutmen
oleh Budi Supriyatno
6. AKUNTABILITAS
DALAM REKRUT-
MEN
1. MUTU PEGAWAISESUAI KEBUTU-
HAN
2. JUMLAH PEGA-
WAI SESUAI DEN-
GAN KEBUTUHAN
3. KEPUUTUSAN
REKRUTMEN DI-
DASARI KRETERIA
ADIL DAN OBYEKTIF
5. TRANSPARANSI
MENJAMIN AKSES
KEBEBASAN IN-
FORMASI
4. BILA TERJADI BIASDISKRIMINASI TIDAK
MENGGANGGUPOLA REKRUTMEN
PRINSIP-
PRINSIP
REKRUTMEN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
147
Menurut Ronald W. Rebore (2010) dalam bukunya
Human Resource Administration in Education: A Man-
agement, dalam melakukan program rekrutmen dengan
efektif menyatakan bahwa administrator SDM harus
memiliki pemahaman yang baik mengenai teori
pengembangan kejuruan.44
Strategi Rekrutmen
Pada saat organisasi sedang berkembang dan
membutuhkan banyak karyawan. Sementara pemenuhan
posisi jabatan yang kosong melalui sumber dari internal
belum memadai, sehingga organisasi lebih memfokuskan
mencari karyawan dari luar (eksternal). Apalagi jika or-
ganisasi merekrut karyawan baru tanpa melihat potensi
proyeksi jangka panjang.
John Chambers seorang CEO dari Sisco System
yang mengatakan: Untuk membangun organisasi yang
sehat, semuanya diawali dengan proses rekrutmen dan
seleksi yang tepat terhadap orang-orang yang tepat. Jika
proses ini tidak dilakukan dengan efektif, Anda akan
menemui kegagalan pada langkah berikutnya.[45]
[44] Ronald W. Rebore. Human Resource Administration in Educa-tion: A Management. Publised by: Pearson, 9th Edition. ISBN: 978-0137004812. ISBN:0137004818. 2010.[45] John T. Chambers. Chairman and Chief Executive Officer ofCisco. He has has received numerous awards for his leadership over
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
148
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mick Ben-
nett dan Andrew Bell dalam bukunya Leadership and
Talent in Asia “Merekrut orang yang tepat merupakan
kunci sukses awal bagi setiap organisasi yang sukses.[46]
Dalam pada itu, proses pelaksanaan rekrutmen
perlu dilakukan dengan hati-hati. Ada dua hal yang perlu
kita cermati, pertama, siapa orang yang tepat ? kedua
bagaimana cara kita mendapatkannya?
Pertama, menentukan orang yang tepat bukanlah
hal yang mudah, hasil riset yang dilakukan oleh HR
Benchmarking Group di tahun 2010 kepada perusahaan
atau organisasi besar didunia, terdapat 10 isu besar yang
berhubungan dengan HR (Ruman Resources). Hiring the
Right People merupakan isu yang berada di urutan tera-
tas. Dari hasil riset tersebut kita mendapatkan gambaran,
bahwa untuk mendapatkan orang yang tepat bukanlah
hal yang mudah, oleh karena itu organisasi perlu mela-
kukan pemetaan (mapping) terhadap karyawan berdasar-
kan kinerja dan potensinya serta mengembangkan talenta
internal, yang diselaraskan dengan kebutuhan.
his past 19 years at the helm of Cisco, including the 2012 BowerAward for Business Leadership from the Franklin Institute, TimeMagazine’s “100 Most Influential People,” one of Barron’s’“World’s Best CEOs,” the “Best Boss in America” by 20/20, one ofBusinessWeek’s.[46] Mick Bennett dan Andrew Bell. Leadership and Talent in A sia.Published by John Wiley & Sons (Asia). Singapore. ISBN. 0-470-82114-0. 2004.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
149
Kedua, cara kita mendapatkan orang potensial
menurut Jim Collins (2001) dalam bukunya Good to
Great, Merekrut bukanlah sebuah proses semata, me-
lainkan titik awal yang kritis. Tanpa strategi dan proses
yang hebat, rekrutmen akan menjadi tidak efektif dalam
membantu mewujudkan menjadi perusahaan yang hebat
(Great Company).[47]
Penggunaan kompetensi merupakan salah satu alat
(tools) didalam penyeragaman proses rekrutmen yang
dilakukan oleh HR dan Manajer. M. Spencer melakukan
riset yang ditulis dalam bukunya Competency at Work,
mengenai perbandingan proses seleksi menggunakan
kompetensi khususnya di dunia sales, hasilnya adalah
merekrut tenaga sales berdasarkan kompetensi mem-
berikan kontribusi pendapatan sales sebesar 143 persen
lebih besar dibanding yang tidak berbasis kompetensi.[48]
Maka, rekrutmen bukanlah akhir dari pekerjaan
bidang Sumber Daya Manusia melainkan awal dari
proses pekerjaan yang lebih besar. Organisasi perlu
mencermati hal ini dengan berinvestasi dalam bentuk
waktu, biaya, dan komitmen didalam melakukan proses
rekrutmen. Oleh karena itu diperlukan “strategi” dalam
melakukan rekrutmen agar lebih efektif dan efisien.
[47] Jim Collins. Good to Great. Fast Company. October 2001.[48] Lyle M. Spencer & Signe M. Spencer. Competency at Work:Model for Superior Performance. Published Wiley, 1st Edition.ISBN: 978-0471548096. ISBN: 47154809.1993.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
150
Strategi Rekrutmen menurut Mathis and Jackson
(2001) seperti pada Gambar dibawah ini. Selain itu,
perlu diselaraskan rencana kegiatan yang diinginkan dan
juga kebutuhan khusus yang ditentukan oleh para
perusahaan, maka berdasarkan analisis pekerjaan dan
permintaan para manajer yang membutuhkan itulah para
rekruter akan mengidentifikasi lowongan pekerjaan.
Setelah lowongan tersebut teridentifikasi maka rekruter
mempelajari persyaratan dengan mereview info analisis
pekerjaan yang khususnya deskripsi/uraian pekerjaan
dan spesifikasi tugas. Dalam proses ini para rekruter
akan menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan
apa yang diinginkan.[49] Gambar Strategi 4.4. Rekrutmen
Menurut Mathis, Robert L, and John H. Jeckson.[50]
[49] Mathis, Robert L, and John H. Jackson. Human Resource Man-agement, 10Th Edition, Cincinnati, OH : South-Western CollegePublishing. 2003.[50] Mathis, Robert L, and John H. Jackson. Ibid.
Human Resources Planning
How many employees needed? When will employees be needed? What specific KSAs needed? Diversity goals to be met?
Organizational Responsibili-
ties
HR staff and operating man-agers Recruiting presence and im-
age Training of recruiters
Strategic Recruiting Decision
Organizational based vs out-sourcing. Regular vs flexible staffing EEO/diversity considerations Recruiting source choices
Recruiting Methods
Internal methods Internet/Web based External methods
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
151
Beberapa perubahan terjadi terhadap proses rek-
rutmen. Beberapa di antaranya adalah, strategi sourcing
pelamar yang dahulu banyak menggunakan sortir ri-
wayat hidup atau memasang iklan di surat kabar, saat ini
dapat menggunakan alternative lainnya seperti online job
portal.
Kebiasaan calon pelamar saat ini pun berubah,
dahulu hanya cukup dengan gajih yang tinggi mereka
akan dengan mudah tertarik, saat ini brand perusahaan
memiliki peranan dalam meng-attract kandidat.
Proses Rekrutmen
Proses pelaksanaan rekrutmen dan biasanya ter-
diri dari beberapa langkah atau tahapan. Di bawah ini
adalah langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam pe-
laksanaan rekrutmen :
1. Penyusunan Strategi. Dalam penyusunan strategi
ini, peran Biro Kepegawaian atau Departemen
SDM bertanggung jawab dalam menentukan
kualifikasi pekerjaan, bagaimana karyawan direk-
rut, di mana tempatnya, dan kapan pelak-
sanaannya.
2. Pencarian Pelamar. Banyak atau sedikitnya pe-
lamar dipengaruhi oleh usaha dari pihak perekrut
untuk menginformasikan lowongan, salah satu
caranya adalah dengan membina hubungan yang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
152
Gambar 4.5. Proses Rekrutmen oleh Budi Supriyatno
baik dengan sekolah-sekolah atau universitas /
perguruan tinggi.
3. Penyaringan atau penyisihan pelamar yang tidak
cocok. Di dalam proses ini memerlukan perhatian
besar khususnya untuk membendung diskualifi-
kasi karena alasan yang tidak tepat. Sering terjadi
kejanggalan akibat tidak sportif atau disiplinnya
dalam perekrutan.
4. Pembuatan kumpulan pelamar. Kelompok pela-
mar yang sudah disaring merupakan kumpulan
individu yang telah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh perekrut dan merupakan kandidat
yang layak untuk posisi yang dibutuhkan. Lihat
Gambar.4.5. Proses Rekrutmen dibawah ini.
PROSES
REKRUTMEN
2.PencarianPelamar
3.Penyaringan
Pelamar
4.PembuatanKumpulanPelamar
1.
PenyusunanStrategi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
153
Sumber Rekrutmen
Sumber Rekrutmen. Sumber-sumber rekrutmen
adalah pelamar langsung, lamaran tertulis. Lamaran ber-
dasarkan informasi, orang lain, jalur iklan, perusahaan
penempatan tenaga kerja, perusahaan pencari tenaga
kerja profesional, lembaga pendidikan, organisasi pro-
fesi, serikat pekerja, dan melalui balai latihan kerja milik
pemerintah. Dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Pelamar Langsung. Pelamar langsung sering
dikenal dengan istilah “applications at the gate”.
Artinya para pencari pekerjaan datang sendiri ke
suatu organisasi untuk melamar, ada kalanya
tanpa mengetahui apakah di organisasi yang ber-
sangkutan ada atau tidak ada lowongan yang se-
suai dengan pengetahuan, keterampilan atau pen-
galaman pelamar yang bersangkutan.
2) Lamaran Tertulis. Para pelamar yang mengaju-
kan lamaran tertulis melengkapi surat lamarannya
dengan berbagai bahan tertulis mengenai dirinya,
seperti surat keterangan berbadan sehat dari dok-
ter, surat kelakuan baik dari instansi pemerintah
yang berwenang, salinan atau fotokopi ijasah dan
piagam yang dimiliki, surat referensi dan do-
kumen lainnya yang dianggap perlu diketahui
oleh perekrut tenaga kerja baru yang akan mene-
rima dan meneliti surat lamaran tersebut.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
154
3) Lamaran Berdasarkan Informasi Orang Dalam.
Para anggota organisasi berbagai pihak yang
diketahuinya sedang mencari pekerjaan dan men-
ganjurkan mereka mengajukan lamaran. Berbagai
pihak itu dapat sanak saudara, tetangga, teman
sekolah, berasal dari suatu daerah dan lain seba-
gainya. Sumber rekrutmen ini layak dipertim-
bangkan karena beberapa alasan, yaitu:
a. para pencari tenaga kerja baru mem-
peroleh bantuan dari pihak dalam or-
ganisasi untuk mencari tenaga kerja baru
sehingga biaya yang harus dipikul oleh
organisasi menjadi lebih ringan.
b. para pegawai yang menginformasikan
lowongan itu kepada teman atau ke-
nalannya agar berusaha agar hanya yang
paling memenuhi syaratlah yang melamar.
c. para pelamar sudah memiliki bahan in-
formasi tentang organisasi yang akan di-
masukinya sehingga lebih mudah melaku-
kan berbagai penyesuaian yang diperlukan
jika lamarannya ternyata diterima.
Pengalaman banyak organisasi menunjuk-
kan bahwa pekerja yang diterima melalui
jalur ini menjadi pekerja yang baik karena
mereka biasanya berusaha untuk tidak
mengecewakan orang yang membawa
mereka ke dalam organisasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
155
4) Iklan. Pemasangan iklan merupakan salah satu jalur
rekrutmen yang paling sering dan paling banyak
digunakan. Iklan dapat dipasang diberbagai tempat
dan menggunakan berbagai media, baik visual, au-
dio, maupun yang bersifat audio visual.
5) Instansi Pemerintah. Di setiap pemerintahan negara
dapat dipastikan adanya instansi yang tugas fung-
sionalnya mengurus ke-tenaga-kerja-an secara na-
sional, seperti departemen tenaga kerja, departemen
perburuhan, departemen SDM atau instansi pemer-
intah yang cakupan tugas sejenis.
6) Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja. Salah satu
perkembangan baru dalam dunia ke-tenaga-kerjaan
ialah tumbuh dan beroperasinya perusahaan-
perusahaan swasta yang kegiatan utamanya adalah
mencari dan menyalurkan tenaga kerja.
7) Perusahaan Pencari Tenaga Kerja Profesional. Pe-
rusahaan Pencari Tenaga Kerja Profesional meng-
kususkan diri pada tenaga kerja tertentu saja, misal-
nya tenaga eksekutif atau tenaga profesional lainnya
yang memiliki pengetahuan atau tenaga khusus.
8) Lembaga Pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai
sumber rekrutmen tenaga kerja baru adalah yang
menyelenggarakan pendidikan tingkat sekolah me-
nengah tingkat atas dan pendidikan tinggi. Pemba-
tasan ini didasarkan kepada pemikiran bahwa lem-
baga-lembaga pendidikan yang menyelengga-rakan
kegiatan belajar mengajar pada tingkat sekolah
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
156
dasar meluluskan anak-anak yang belum layak
diperlakukan sebagai pencari lapangan kerja. Untuk
lebih jelasnya lihat Gambar 4.6. Sumber Rekrut-
men.
Gambar 4.6. Sumber Rekrutmen oleh Budi Supriyatno
Alternatif Rekrutment
Alternatif terhadap rekrutmen antara lain, adalah:
overtime, subcontracting, temporary employees, dan em-
ployee lesaing yang penjelasannya berikut ini:
a. Overtime (kerja lembur). Metode yang barangkali
paling banyak digunakan untuk menghadapi
fluktuasi jangka pendek dalam volume kerja
adalah melalui penggunaan tenaga kerja overtime
7.PerusahaanPencari
Tenaga KerjaProfesional
SUMBER
REKRUTMEN
1.Pelamar
Langsung
2.LamaranTertulis
3. Infor-masi
OrangDalam
4.
Iklan
5.Instansi
Pemerintah
6.PerusahaanPenempatan
TenagaKerja
8.LembagaPendidi-
kan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
157
atau kerja lembur. Metode ini dapat menolong
baik pemberi kerja maupun para pekerja itu
sendiri. Pemberi kerja dapat menerima manfaat
dengan menghindari biaya rekrutmen, seleksi dan
latihan. Para pekerja itu sendiri mendapatkan
manfaat dengan menerima bayaran yang lebih
tinggi.
b. Sub-contract. Walaupun kenaikan permintaan
jangka panjang bagi barang, jasanya telah
diantisipasi, suatu perusahaan dapat saja
menentang penambahan karyawan. Sebaliknya
perusahaan mungkin memilih mengontrakkan
pekerjaan itu ke pihak lain (subcontracting).
Pendekatan ini mempunyai penampilan spesial
apabila subkontraktor kenyataannya mempunyai
keahlian lebih besar dalam memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa tertentu. Penerapan cara
subcontracting ini kadang-kadang mempunyai
manfaat yang besar bagi kedua belah pihak.
c. Temporary Employees. Biaya total dari karyawan
tetap pada umumnya diperkirakan 30 sampai
40% di atas total cost. Ini tidak termasuk antara
lain biaya rekrutmen. Untuk menghindari biaya-
biaya ini dan untuk mempertahankan fleksibilitas
pada saat pekerjaan bervariasi, banyak
perusahaan menggunakan karyawan sementara
yang disediakan oleh perusahaan lain.
Perusahaan-perusahaan ini membantu Client
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
158
dengan menangani beban kerja yang berlebihan.
Mereka memberikan tugas pada pegawainya
sendiri untuk kepentingan langganannya dan
memenuhi kewajiban yang diberikan kepadanya
oleh pemberi kerja. Dengan model ini biaya-
biaya rekrutmen, absensi, pergantian pegawai,
pemberian manfaat kepada karyawan dapat
dihindari.
d. Employee Leasing. Salah satu alternatif terhadap
rekrutmen yang sedang populer saat ini adalah
employee leasing. Menggunakan pendekatan ini
berarti suatu perusahaan secara formal
memberhentikan beberapa atau sebagian besar
karyawannya. Suatu leasing company kemudian
mempekerjakan mereka, biasanya dengan upah
yang sama dan menyewakan (lease) kembali
kepada majikan semula, yang telah menjadi
clienya. Lihat Gambar 4.7. Alternatif Rekrutmen
Sistem, Teknik dan Permasalahan Rekrutment
Sistem Rekrutmen
ALTERNATIF
REKRUTMEN
Overtime
Sub-contract
TemporaryEmployees
EmployeeLeasing
Gambar 4.7. Alternative Rekrutmenoleh Budi Supriyatno
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
159
Rekrutmen pada dasarnya adalah bagian dari
program pengadaan pelamar, upaya yang dilakukan
dalam sebuah organisasi dilaksanakan oleh suatu panitia
yang ditetapkan oleh Surat Keterangan Tugas oleh
pimpinan organisasi. Komposisi dan kepanitiaan melekat
pada jabatan yang berkaitan dengan Kepala Biro atau
Kepala Departemen Sumber Daya Manusia atau Kepala
Biro yang menangani SDM. Secara umum tipologi sis-
tem rekrutmen dapat dilaksanakan dengan dua cara:
1. Sistem Langsung. Sistem rekutmen semacam ini
adalah sistem yang menerima secara langsung
terhadap seorang tenaga baru dengan langsung
memberikannya Surat Keterangan Kerja dari
pimpinan tertinggi atau yang bertangung jawab.
2. Sistem Tidak Langsung. Sistem ini adalah sistem
rekrutmen yang menerima secara tidak langsung
terhadap pelamar dengan langsung memberi-
kannya Surat Keterangan Kerja tetapi Surat Ket-
erangan Kerja diberikan setelah tenaga baru me-
lewati masa orientasi yang berfungsi evaluatif se-
lektif dalam jangka waktu tertentu. Adapun ben-
tuknya meliputi:
1) Orientasi selektif. Adalah proses orientasi
beberapa orang yang telah diterima untuk
bekerja di organisasi, namun masih berada
dalam bingkai untuk memilih yang terbaik.
misalnya setelah A, B dan C dinyatakan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
160
diterima untuk bekerja tidak langsung men-
dapatkan Surat Keterangan Kerja dari pimpi-
nan sehingga statusnya bukanlah pegawai
tetap. Mereka terlebih dahulu diorientasi
dalam waktu satu tahun untuk dievaluasi atau
dinilai kinerjanya untuk kemudian dipilih
yang terbaik dan sesuai kebutuhan organisasi
yang kemudian barulah mereka mendapatkan
Surat Keterangan Kerja setelah dinyatakan
benar- benar diterima dengan terbitnya SK
dari pimpinan tinggi.
2) Orientasi akumulatif. Adalah proses orientasi
beberapa orang yang telah benar- benar diter-
ima semuanya dengan tujuan hanya untuk
mengenalkan dan memantapkan cara berfikir
dan bertindak mereka sesuai dengan visi dan
misi lembaga.
Dalam menciptakan suatu sistem rekrutmen
yang efektif para manajer dan manajer SDM,seyogyanya
menerapkan beberapa hal, antara lain:
1. Mendiagnosis se-efektif mungkin (berdasarkan
kendala waktu, sumber daya finansial, dan ket-
ersediaan staff pelaksana yang ada) faktor-faktor
lingkungan dan organisasional yang mempenga-
ruhi posisi yang perlu diisi dan aktivitas rekrut-
men.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
161
2. Membuat deskripsi, spesifikasi, dan standart
kinerja yang rinci.
3. Menentukan tipe individu-individu yang sering
dikaryakan oleh organisasi dalam posisi yang
sama.
4. Menentukan kriteria-kriteria rekrutmen.
5. Mengevaluasi berbagai saluran dan sumber rek-
rutmen.
6. Menyeleksi sumber rekrutmen yang kemungki-
nan menghasilkan kelompok kandidat yang pal-
ing besar dan paling sesuai pada biaya yang ser-
endah mungkin.
7. Mengidentifikasikan saluran-saluran rekrutmen
untuk membuka sumber-sumber tersebut, terma-
suk penulisan iklan, menjadwalkan program rek-
rutmen.
8. Menyeleksi saluran rekrutmen yang paling efek-
tif biaya.
9. Menyusun rencana rekrutmen yang mencakup
daftar aktivitas dan daftar untuk menerapkannya.
Teknik Rekrutmen
Teknik-teknik rekutmen, baik di sektor publik
maupun swasta, dapat dilakukan melalui asas sentralisasi
atau desentralisasi tergantung kepada keadaan or-
ganisasi, kebutuhan dan jumlah calon pekerja yang hen-
dak direkrut. Teknik rekrutmen tersebut antara lain:
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
162
1. Teknik Rekrutmen sentralisasi. Rekrutmen yang
dipusatkan akan lebih sering dipakai karena lebih
efisien dari segi biaya. Dalam penerapannya yang
tepat mengenai kebutuhan pembayaran baru tidak
mudah karena beberapa hal, yaitu:
1) krisis politik atau pemotongan anggaran
yang dapat secara drastis mempengaruhi ke-
butuhan-kebutuhan rekrutmen dan karenanya
berpengaruh terhadap kualitas daripada
perkiraan.
2) para manager cenderung memperkirakan
terlalu tinggi jumlah pekerja yang mereka
butuhkan, hanya karena menurut pandangan
mereka lebih baik mempunyai banyak pela-
mar daripada terlalu sedikit. Hal ini tentu
bertentangan dengan keinginan dari instansi-
instansi yang menangani manajemen sumber
daya manusia di tingkat pusat untuk mengu-
rangi biaya seleksi dengan cara mengurangi
biaya seleksi dengan cara mengurangi jum-
lah pelamar pada jumlah minimum yang
dibutuhkan untuk menjamin bahwa semua
posisi yang tersedia diisi oleh pelamar-
pelamar yang memang benar-benar berkuali-
tas.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
163
3) posisi–posisi yang spesial membutuhkan se-
jumlah besar pelamar karena suatu presen-
tase yang tinggi dari para pelamar mungkin
ditolak oleh instansi yang menyeleksi karena
tidak memenui persyaratan spesialisasi dari
posisi tersebut, walaupun mereka memenuhi
persyaratan masuk yang umum.
2. Teknik Rekrutmen Desentralisasi. Rekrutmen
didesentralisasikan terjadi pada instansi-instansi
yang relatif kecil karena kebutuhan rekrutmen
terbatas. Rekrutmen di-desentralisasikan selalu
dipakai untuk posisi khas professional, ilmiah,
atau administratif bagi suatu instansi tertentu.
Penggunaan teknik rekrutmen didesentralisasikan
lebih efektif jika permintaan akan pekerjaan-
pekerjaan pemerintah meningkat, tetapi lowon-
gannya terbatas. Instansi-instansi secara mandiri
biasanya memilih rekrutmen didesentralisasikan
karena mereka akan secara langsung mengen-
dalikan proses rekrutmennya, tetapi cara ini
memiliki kelemahan yaitu para pimpinan tingkat
pusat akan kehilangan kendali mengenai apakah
proses rekrutmen itu dijalankan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan apakah
memperhatikan nilai yang hendak diutamakan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
164
Beberapa instansi menggunakan kombinasi
kedua jenis teknik rekrutmen, baik yang disentralisasi-
kan maupun didesentralisasikan. Berarti pengenda-
liannya menjadi lebih ketat dan pada waktu yang ber-
samaan akan memberikan kesempatan kepada instansi-
instansi kesempatan melakukan rekrutmen yang lebih
tepat waktu dan lebih fleksibel.
Permasalahan Rekrutmen
Dalam rangka mendapatkan calon tenaga kerja
yang bermutu dan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan, maka dalam proses rekrutmen ada beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh penyelenggara, di anta-
ranya:
a. Faktor Internal
1) Karekteristik organisasional. Karakteristik
organisasional sangat mempengaruhi bahkan
memepersulit desain dan implementasi sis-
tem rekrutmen.
2) Citra organisasi yang rendah mempengaruhi
pelamar kerja, biasanya tidak berminat dalam
mencari kerja yang citra organisasinya ren-
dah atau kurang baik, khususnya tenaga kerja
yang berpengalaman.
3) Rencana SDM. Suatu rencana SDM biasanya
memberi petunjuk tentang lowongan yang
bagaimana sifatnya yang diisi melalui pro-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
165
mosi dari dalam dan lowongan yang bagai-
mana akan diisi melalui rekrutmen tenaga
kerja dari luar. Rencana demikian pun sudah
tentu membatasi langkah dan tindakan yang
mungkin ditempuh oleh para pencari tenaga
kerja karena bagaimana pun juga apa yang
telah ditetapkan dalam rencana harus dipatu-
hinya.
b. Faktor Eksternal
1) Tingkat pengangguran. Dalam hal tingkat
pengangguran tinggi, para pencari tenaga
kerja dapat bertindak lebih selektif karena
banyaknya pencari pekerjaan yang mela-
mar. Sebaliknya dalam situasi tingkat pen-
gangguran rendah, pencari kerja tidak ter-
lalu sukar dalam memperoleh pekerjaan
yang sesuai dengan pendidikan, pelatihan
dan pengalamannya.
2) Kedudukan organisasi pencari tenaga
kerja. Dalam posisi organisasi dibanding-
kan dengan organisasi lain yang bergerak
dalam kegiatan sejenis digolongkan pada
tiga keadaan, yaitu: lebih kuat, relatif sama
atau lebih lemah.
3) Langka tidaknya keahlian atau keterampi-
lan tertentu. Dalam kehidupan or-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
166
ganisasional yang semakin kompleks, se-
makin beraneka ragam keahlian dan ket-
erampilan yang diperlukan. Di pasaran
kerja, tersedia tidaknya orang yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan
tertentu itu bukanlah hal yang konstan.
Artinya, mungkin saja terjadi bahwa pada
suatu saat akan terjadi kelangkaan orang
yang memiliki keahlian dan keterampilan
tertentu.
4) Proyeksi angkatan kerja pada umummya.
Hal ini berkaitan erat dengan berbagai fak-
tor demografi, seperti laju pertumbuhan
penduduk, komposisi penduduk dilihat dari
jenis kelamin, apakah lebih banyak pria di-
bandingkan wanita atau sebaliknya, jumlah
dan jenis luaran lembaga-lembaga pendidi-
kan, prosentase penduduk yang termasuk
kategori angkatan kerja dan lain seba-
gainya. Dari proyeksi tersebut para pencari
tenaga kerja akan dapat memperkirakan
apakah jumlah pelamar akan banyak atau
tidak dan dengan kualifikasi yang bagai-
mana akan dilakukan perekrutan.
5) Peraturan perundang di bidang ketenagak-
erjaan. Peraturan merupakan faktor ekster-
nal yang harus diperhitungkan dan ditaati.
Misalnya, ketentuan mengenai upah mini-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
167
mum, upah lembur, ketentuan mempeker-
jakan wanita dalam prosentase tertentu, la-
rangan mempekerjakan wanita di malam
hari, hak cuti pegawai, dan lain sebagainya.
6) Praktek rekrutmen oleh organisasi-
organisasi lain. Teori manejemen sumber
daya manusia menekankan pentingya
pengelolaan sumber daya manusia yang
diselenggarakan berdasarkan norma-norma
etika yang berlaku di masyarakat.
7) Tuntutan tugas yang kelak akan dikerjakan
oleh para pekerja baru. Misalnya, tidak
akan ada yang menyangga bahwa mencari
tenaga kerja yang sudah berpengalaman bi-
asanya lebih sukar dibandingkan dengan
usaha mencari tenaga kerja yang baru saja
menyelesaikan pendidikan formalnya. Lihat
Gambar 4.8. Permasalahan Rekrutmen di-
bawah ini.
PERMASALAHAN
REKRUTMEN
EKTERNALINTERNAL
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
168
Gambar 4.8. Permasalah Rekrutmen
oleh Budi Supriyatno
Kebijakan Yang dapat Mempengaruhi Rekrutmen
Kebijakan yang dapat mempengaruhi rekrutmen
dalam organisasi adalah :
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
169
1. Kebijakan Promosi Dari Dalam. Jika dalam
suatu organisasi dianut kebijaksanaan bahwa
dalam hal terjadinya lowongan, lowongan itu
diisi oleh pekerja yang sudah menjadi karyawan
organisasi. Maka ada beberapa hal yang menjadi
kelemahannya, yaitu:
1) kesulitan untuk memperoleh tenaga baru
dengan pandangan baru, pendekatan keahlian
dan ketrampilan yang baru,
2) para pekerja bisa cepat merasa puas diri
karena mengetahui bahwa asal saja mereka
bekerja sedemikian rupa sehingga prestasi
kerjanya dipandang memenuhi syarat,
3) terciptanya para pekerja yang berpandangan
minimalis.
2. Kebijakan Kompensasi. Organisasi bersama den-
gan departemen SDM biasanya menetapkan kis-
aran gaji untuk pekerjaan yang berbeda guna
memastikan gaji dan upah yang adil.
3. Kebijakan Sstatus Kepegawaian. Beberapa peru-
sahaan menganut kebijakan pengangkatan pega-
wai paruh waktu dan pegawai sementara.
Meskipun semakin banyak minat terhadap pen-
gangkatan pegawai semacam ini, kebijakan
tersebut dapat menyebabkan perekrut menolak
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
170
semua pelamar, kecuali yang mencari pekerjaan
purnawaktu.
4. Kebijakan Pengangkatan Internasional. Kebija-
kan bias saja menghendaki lowongan kerja asing
harus diisi oleh karyawan local.
5. Kebijakan Rencana Strategik. Rencana strategik
menunjukkan arah perusahaan dan menetapkan
jenis tugas dan pekerjaan yang perlu dilaksana-
kan.
6. Kebijakan Organisasional. Kebijakan yang
kurang tepat dalam informasi analisis pekerjaan
dan perencanaan kepegawaian mengakibatkan
sulit merekrut tenaga yang dibutuhkan.
7. Kebijakan Imbalan. Setiap organisasi tentunya
mempunyai kebijaksanaan tentang upah dan gaji
yang diberikan kepada para pegawai sebagai im-
balan atas waktu, tenaga, keahlian, dan ketrampi-
lan serta jasa-jasa lainya yang mereka berikan
pada organisasi. Dalam merumuskan kebijakan
organisasi tentang sistem imbalan bagi para
pegawainya, sedikitnya ada empat hal yang bisa
dipertimbangkan yakni:
1) Kebijakan harus pada kepentingan para
anggota organisasi yang dalam hal ini ter-
cemin dalam kesepakatan antara serikat
pekerja/karyawan dengan manajemen.
2) Kebijakan harus sesuai dengan kemampuan
organisasi yang bersangkutan dalam mem-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
171
berikan imbalan pada tingkat tertentu
kepada pegawainya.
3) Kebijakan harus menaati berbagai macam
peraturan perundang-undangan yang ber-
laku tentang ketenagakerjaan.
4) Kebijakan juga harus mempertimbangkan
lokasi dimana organisasi atau perusahaan
itu berada. Lihat gambar 4.9. Kebijakan
yang mempengaruhi rekrutmen di bawah
ini.
4.2. Seleksi SDM
Makna Seleksi
KEBIJKAN YANGMEMPENGARUHI
REKRUTMEN
1.Kebijakan PromosiDari Dalam
2.KebijakanKompensasi
3.Kebijakan SstatusKepegawaian
4.KebijakanPengangkatanInternasional
5.KebijakanRencana Strategik
6.KebijakanOrganisasional
7.KebijakanImbalan
Gambar 4.9. Kebijakan
Yang Mempengaruhi
Rekrutmen
oleh Budi Supriyatno
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
172
Seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM
yang dilakukan setelah proses rekrutmen selesai dilak-
sanakan. Hal ini berarti telah terkumpul sejumlah pela-
mar yang memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana
yang dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu
organisasi. Proses pemilihan ini yang dinamakan dengan
seleksi. Proses seleksi sebagai sarana yang digunakan
dalam memutuskan pelamar mana yang akan diterima.
Prosesnya dimulai ketika pelamar melamar kerja dan
diakhiri dengan keputusan penerimaan.
Seleksi memiliki makna dalam memilih dari
sekelompok pelamar, orang atau orang-orang yang pal-
ing memenuhi kriteria untuk posisi yang tersedia ber-
dasarkan kondisi yang ada pada saat ini yang dilakukan
organisasi.[51]
Seleksi merupakan hal yang sangat penting
karena berbagai keahlian yang dibutuhkan oleh or-
ganisasi untuk mencapai tujuannya melalui proses se-
leksi. Seleksi merupakan motivasi. Sekiranya orang te-
pat telah diseleksi, maka proses motivasi dengan sendir-
inya akan berjalan baik disebabkan orang itu sudah
memiliki sikap dan perilaku yang baik, dan melaksana-
kan tugas-tugas dengan sistem yang tertata.
Tujuan
Tujuan proses seleksi adalah untuk mencocokan
orang dengan pekerjaannya secara benar jika individu
[51] Budi Supriyatno. Op.cit. Human Resource Management. P. 14.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
173
atau karena beberapa sebab tidak sesuai dengan peker-
jaan maupun organisasi, dia kemungkinan akan angkat
kaki dari perusahaan.
Metode Seleksi
Cara seleksi di bedakan menjadi :
1. Cara ilmiah : adalah cara seleksi yang menguna-
kan kesamaan antara job deskription, job spesifi-
kation di bandingkan terhadap spesifikasi yang
dimiliki SDM.
2. Cara non ilmiah : adalah seleksi SDM yang ber-
sifat tidak mengikuti aturan main ilmiah namun
berdasarkan yang non teknis seperti kedekatan
atau menyangkut kepentingan manajer puncak.
Disamping cara tersebut diatas, metode seleksi
yang biasa di gunakan antara lain :
1. Tinjauan data biografi pelamar, meliputi:
1) Tentang tanggal lahir dan tempat tanggal la-
hir untuk umur;
2) Pendidikan formal yang tertinggi;
3) Keahlian tertentu;
4) Pengalaman kerja yang mungkin telah terca-
pai;
5) Agama dan kepercayaan;
6) Hobi dan kegemaran;
7) Status keluarga kawin atau belum.
2. Tes bakat / ketangkasan. Tes ketangkasan di la-
kukan untuk mengukur ciri-ciri kepribadian un-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
174
tuk di bandingkan dengan profil-profil yang di
anggap sukses dalam jabatan tertentu.
3. Tes kemampuan. Tes ini dapat mengukur ke-
mampuan umum dengan keterampilan yang ber-
kaitan dengan tugas pekerjaan melalui validitas
empiris dan validitas konstruktif.
4. Referensi. Referensi merupakan metode seleksi
yang penting untuk mengevaluasi terutama ten-
tang kelakuan baik seorang pelamar.
5. Wawancara. Lihat Gambar 4.10. Metode Seleksi
dibawah ini.
4.10. Metode Seleksi oleh Budi Supriyatno
Kegiatan Seleksi
Kegiatan seleksi pada organisasi beraneka ragam
di sesuaikan dengan kebutuhan SDM, anggaran, kebi-
1.TINJAUANDATA BIOGRAFI
PELAMAR
2.TES BAKAT/KETANGKASAN
5.WAWANCARA
4.REFERENSI
3.TES KE-MAMPUAN
METODESELEKSI
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
175
asaan dari perusahaan, dan faktor yang lain. Namun pada
umumnya di awali dengan kegiatan seleksi administrasi:
1. Seleksi administrasi adalah seleksi yang mem-
bandingkan syarat admistrasi dari organisasi
dengan spesifikasi yang dimiliki SDM. Hal-hal
yang di bandingkan biasanya adalah lebih bersi-
fat fisik seperti :
1) Kelengkapan dokumen yang disyaratkan
dengan riil yang di miliki SDM;
2) Kesaman tingkat pendidikan;
3) Nilai dari ijasah;
4) Dan lain-lain.
Penilaian ini biasanya dilakukan oleh Birok Ke-
pegawaian atau Bagian Personalia yang menyor-
tir kelengkapan syarat dan menyingkirkan yang
tidak lengkap untuk selanjutnya dokumen yang
memenuhi syarat akan di nilai berdasarkan acuan
nilai Ijasah, pengalaman bekerja, dan lain-lainnya
untuk dibuatkan susunan nilai pelamar tertinggi
hingga terendah, lalu dicari jumlah peserta sesuai
jumlah peserta maximal yang sudah di rencana-
kan, untuk selanjutnya calon pegawai dipanggil
ulang dan dilaksanakan penyeleksian lanjutan.
2. Tes ujian tertulis. Ujian tulis adalah seleksi yang
menilai kemapuan dari SDM secara langsung
tentang sejauhmana pemahaman pelamar akan
keahlian yang dimilikinya. Adapun materi yang
diujikan bermacam- macam disesuaikan kebutu-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
176
han organisasi. Hasilnya ujian ini akan di jadikan
tolak ukur akan kelulusan calon pegawai guna
mengikuti tahap selanjutnya.
Eleman Dasar Proses Seleksi
Proses seleksi agar berjalan sesuai dengan tujuan
organisasi, perlu memperhatikan beberapa eleman dasar
sebagai berikut:
1. Aktivitas seleksi adalah penentuan tujuan or-
ganisasi yang harus tercakup dalam kebijakan
pengangkatan umum organisasi.
2. Merancang pekerjaan dengan menentukan kewa-
jiban dan tanggung jawab yang akan dituntut
setiap pekerjaan.
3. Pengukuran kesuksesan pekerjaan.
4. Spesifikasi pekerjaan berasal dari analisis peker-
jaan yang menuntut karakter.
5. Penyusunan kebijakan harus menentukan paduan
wawancara, tes, atau teknik seleksi lainya yang
akan digunakan dalam proses seleksi.
Instrumen Proses Seleksi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
177
Dalam proses seleksi ada beberapa instrumen
yang digunakan agar seleksi bisa berjalan dengan baik
sesuai dengan keinginan organisasi. Beberapa instrumen
yang dapat digunakan dalam seleksi. yaitu:
1. Surat-surat rekomendasi, Pada umumnya surat-
surat rekomendasi tidak berkaitan dengan kinerja
pekerjaan karena semuanya mengandung pujian
positif.
2. Format lamaran, Pada tahap ini perlu format
baku formulir lamaran untuk mempermudah pen-
yeleksi mendapatkan informasi/data yang leng-
kap dari calon karyawan.
3. Tes Kemampuan, Tes kemampuan adalah alat-
alat yang menilai kesesuaian antara para pelamar
dengan syarat-syarat pekerjaan. Pada tahap ini
dilakukan penilaian terhadap para pelamar
dengan syarat yang telah ditetapkan.
4. Tes Potensi Akademik, Beraneka macam tes
mengukur sejauh mana kemampuan pelamar
mulai dari kemampuan verbal dan keterampilan
kualitatif sampai pada kecepatan persepsi.
5. Tes Kepribadian, Tes kepribadian menaksir sifat-
sifat, karakteristik pekerja yang cenderung
konsisten dan bertahan lama.
6. Tes psikologi, Para pengusaha corporate, pengu-
saha retail, perdagangan eceran, perbankan dan
perusahaan jasa lainnya sejak lama menggunakan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
178
tes psikologi. Tes ini dilakukan di atas kertas dan
pensil untuk membuat para pelamar yang tak
berguna dan dianggap sering mencuri dalam
pekerjaan. Namun pada saat ini banyak tes
psikologi yang dirancang untuk menganalisis
apakah para pelamar mempunyai etika kerja yang
baik, dapat dimotivasi, atau sebaliknya dapat
dikalahkan oleh tantangan pekerjaan.
7. Wawancara
1). Pengertian Wawancara. Wawancara sebagai
suatu pertemuan dari individu yang
berhadap-hadapan satu dengan lainnya.
Wawancara mempunyai tujuan yang khusus
dan diselenggarakan dengan kesadaran untuk
itu. Berdasarkan pengertian di atas maka
suatu wawancara baru terjadi apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mengharuskan adanya pertemuan pribadi
(harus bisa saling melihat, saling
mendengar suara masing-masing, saling
memahami bahasa yang dipergunakan).
b. Mengandung suatu sifat formal (dengan
pengertian bahwa pertemuan tersebut
diadakan dengan suatu tujuan tertentu).
2). Persiapan Wawancara. Bentuk atau jenis
wawancara apapun yang akan digunakan,
keharusan melakukan persiapan terlebih
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
179
dahulu merupakan hal mutlak. Langkah-
langkah yang perlu dilakukan:
(1) Penentuan tujuan wawancara diadakan.
Setiap pewawancara pertama-tama harus
mempersiapkan dirinya sendiri terlebih
dahulu untuk dapat memenuhi kriteria
sebagai pewawancara yang baik.
(2) Apabila wawancara dilakukan dalam
rangka seleksi, pengenalan terhadap or-
ganisasi perusahaan secara umum,
kondisi kerja dan spesialisasi jabatan,
harus sudah dilakukan dalam rangka
persiapan ini.
(3) Apabila langkah di atas telah dilaksana-
kan, pewawancara mulai menentukan
secara terinci tujuan yang ingin dicapai.
(4) Menentukan waktu pelaksanaan wawan-
cara. Sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, waktu pelaksanaan wawancara
bisa bervariasi.
(5) Menetapkan tempat pelaksanaan
wawancara. Wawancara dapat dilak-
sanakan secara efektif apabila ruangan
yang digunakan terhindar dari kemung-
kinan terganggu (ruangan yang bising),
sebaiknya ruangan yang nyaman.
3) Pelaksanaan Wawancara. Ada 3 hal yang
perlu diperhatikan di dalam rangka
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
180
pelaksanaan wawancara, yaitu: (1) jenis
pertanyaan yang diajukan; (2) pendengar
yang baik; dan (3) gerak gerik.
4) Wawancara dengan Supervisor. Tanggung
jawab terakhir untuk keberhasilan pekerja
yang baru diterima terletak pada supervisor
yang sering dapat mengevaluasi
kemampuan-kemampuan teknis pelamar dan
dapat menjawab pertanyaan-penanyaan yang
berkaitan dengan pekerjaan khusus pelamar
dengan tepat.
8. Evaluasi Medis/Kesehatan. Proses seleksi
termasuk pula evaluasi medis pelamar sebelum
keputusan mempekerjakan karyawan dibuat.
Normalnya, evaluasi tersebut terdiri atas ceklis
kesehatan yang meminta pelamar menunjukkan
informasi kesehatan dan kecelakaan. Angket
kadang-kadang ditambah dengan pemeriksaan
fisik oleh perawat atau dokter perusahaan.
9. Peninjauan Pekerjaan yang Realistis. Peninjauan
pekerjaan yang realistis menambah wawancara
pengawas/supervisor. Peninjauan pekerjaan yang
realistis artinya menunjukkan pekerjaan kepada
para pegawai dan format pekerjaan sebelum
keputusan penerimaan dibuat. Hal ini
menunjukkan kepada calon karyawan, jenis
pekerjaan, peralatan dan kondisi-kondisi kerja
yang dilibatkan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
181
10. Assessment Center. Assessment center adalah
cara penilaian para karyawan dengan
menggunakan tempat tertentu untuk menguji
pelamar dalam suatu simulasi atas tugas-tugas
yang diminta. Para penyelia menilai kinerja pada
simulasi ini dan membuat kesimpulan menangani
kemampuan dan keterampilan masing-masing
pelamar pada area tertentu, seperti
pengorganisasian, perencanaan, pembuatan
keputusan, dan kepemimpinan.
11. Drug test. Tes ini secara khusus meminta para
pelamar untuk menjalani analisis air seni sebagai
pokok dari prosedur seleksi rutin. Pelamar yang
mempunyai hasil positif akan dihapus dari
pertimbangan pemilihan selanjutnya. Maksud
utama dari tes ini adalah untuk menghindari
pengangkatan karyawan yang mungkin membuat
masalah.
5) Keputusan Penerimaan. Terlepas dari
apakah supervisor atau departemen SDM
membuat keputusan penerimaan, penerimaan
(kerja) menandakan akhir proses seleksi
dengan beranggapan bahwa kandidat
menerima tawaran kerja Proses penerimaan
kerja menyangkut lebih dari sekedar
menyampaikan tawaran. Untuk memelihara
hubungan-hubungan publik yang baik
departemen SDM harus memberi tahu
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
182
pelamar yang tidak terpilih. Lihat gambar
4.11. Instrumen Seleksi dibawah ini.
Gambar 4.11. Instrumen Seleksi oleh Budi Supriyatno
3. Sistem Seleksi yang Efektif
Dalam hal ini perlu disadari bahwa proses seleksi
karyawan baru merupakan kegiatan penting bagi
perusahaan maupun bagi calon karyawan itu sendiri.
INSTRUMENSELEKSI
1.SURAT REKOMEN-DASI
2.FORMAT LAMARAN
3.TES KEMAMPUAN
4.TES POTENSIAKADEMIK
5.TES KEPRIBADIAN
6.TES PSIKOLOGY
7.WAWANCARA
8.EVALUASI KESE-HATAN
9.PENIJAUAN PEKER-JAAN
10.ASESSMENT CEN-TER
11.DRUG TEST
12.KEPUTUSAN PEN-ERIMAAN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
183
Mempertahankan ataupun mengembangkan suatu sistem
seleksi yang menghasilkan karyawan produktif dan
mencari peluang untuk meningkatkan cara kerjanya
sangat penting untuk keberhasilan perusahaan. Sistem
seleksi yang efektif pada dasarnya memiliki tiga sasaran,
yaitu:
a. Keakuratan. Artinya kemampuan dari proses
seleksi untuk secara tepat dapat memprediksi
kinerja pelamar.
b. Keadilan. Artinya memberikan jaminan bahwa
setiap pelamar yang memenuhi persyaratan
diberikan kesempatan yang sama di dalam sistem
seleksi.
c. Keyakinan. Artinya taraf orang-orang yang
terlibat dalam proses seleksi yakin akan manfaat
yang diperoleh.
Faktor Proses Seleksi
Prosedur seleksi yang dibuat dan disesuaikan un-
tuk memenuhi kebutuhan karyawan atau pengawai or-
ganisasi, kecermatan proses seleksi tergantung pada fak-
tor-faktor :
1. Pertimbangan pertama, konsekuensi yang salah
haruslah diperhitungkan, hal ini dipengaruhi oleh
panjangnya periode pelatihan, dana yang diinves-
tasikan kepada karyawan baru.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
184
2. Pertimbangan kedua, kebijakan perusahaan dan
sikap manajemen puncak. Kebijakan yang di ke-
luarkan oleh manajemen puncak dapat
menghambat proses seleksi.
3. Pertimbangan ketiga menyangkut waktu yang
tersedia untuk mengambil keputusan seleksi.
4. Pertimbangan keempat pendekatan seleksi yang
berbeda umunya digunakan untuk mengisi posisi-
posisi di jenjang yang berbeda didalam or-
ganisasi.
5. Pertimbangan terakhir adalah sektor ekonomi
dimana individu akan dikaryakan swasta, pemer-
intahan dan organisasi nirlaba dapat mempenga-
ruhi proses seleksi.
Individu yang sedang pertimbangkan untuk
posisi dalam organisasi nirlaba menghadapi situasi yang
berbeda. Tingkat gajinya mungkin tidak kompetitif
bandingkan dengan organisasi pemerintah swasta.
Tantangan Proses Seleksi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
185
Dalam melaksanakan proses seleksi pihak mana-
jemen atau tim yang menangani seleksi menghadapi be-
berapa tantangan antara lain:
1. Tantangan keterbatasan Suplai. Semakin besar
jumlah pelamar yang “qualified” maka akan se-
makin mudah bagi departemen personalia untuk
memilih karyawan baru yang berkualitas. Dalam
kenyataannya, banyak lowongan jabatan, seperti
kebutuhan manajer profesional sekarang ini, san-
gat sulit dipenuhi. Keterbatasan suplai tersebut
menyebabkan organisasi tidak leluasa memilih
calon karyawan terbaik.
2. Tantangan Ethis. Penerimaan karyawan baru
karena hubungan keluarga, pemberian komisi dan
kantor penempatan tenaga kerja, atau karena
suap, semuanya merupakan tantangan bagi
pengelola organisasi. Bila standar-standar ethis
ini dilanggar, karyawan baru mungkin dipilih se-
cara tidak tepat.
3. Tantangan Organisasional. Proses seleksi bukan
merupakan tujuan akhir, tetapi prasarana dengan
mana organisasi berupaya untuk mencapai tu-
juan-tujuan dan sasarannya. Secara alamiah, or-
ganisasi menghadapi keterbatasan-keterbatasan,
seperti anggaran atau sumber daya lainnya yang
mungkin akan membatasi proses seleksi. Disamp-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
186
ing itu, berbagai strategi, kebijaksanaan dan tak-
tik organisasi juga merupakan batasan-batasan.
Keterbatasan Proses Seleksi
a. Teknik seleksi bukanlah cara yang pasti untuk
memprediksi apa yang “akan dilakukan” oleh
orang-orang, bahkan meskipun teknik ini mung-
kin memiliki kemampuan utuk melakukannya.
b. Tidak peduli bagaimana baiknya sebuah sistem
seleksi dirancang, kesalahan akan terjadi juga.
Salah satu sumber kesalahan adalah penyeleksian
orang-orang yang belakangan gagal dalam
menunaikan tugas mereka. Organisasi tentu men-
coba meminimalkan kegagalan yang muncul dari
kesalahan seleksi. Dari sudut pandang pelamar
ataupun organisasi, sumber kesalahan kedua jauh
lebih serius.
c. Kesuksesan atau kegagalan di dalam organisasi
merupakan konsekuensi pelik dari interaksi
antara karakteristik individu dan lingkungan ker-
janya. Pengukuran kinerja mencuatkan beberapa
persoalan dan membuat pemastian tingkat kinerja
sangatlah sulit.
d. Karena kompleksitas dan keterbatasan teknik se-
leksi, psikolog bersikeras bahwa teknik seleksi
haruslah divalidasi. Tujuannya untuk mengurangi
kesalahan seleksi dan memberikan kepada or-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
187
ganisasi informasi yang berkaitan untuk imple-
mentasi teknik seleksi yang tepat.
e. Waktu dan biaya yang terkuras dalam pengambi-
lan keputusan seleksi dan pengangkatan sumber
daya manusia perlu dicermati pula. Faktor-faktor
seperti belanja iklan, biaya agen penempatan,
materi tes, waktu yang dihabiskan untuk
mewawancarai kandidat, biaya pemeriksaan fisik,
dan barbagai biaya terkait lainnya penting untuk
diidentifikasi. Biaya rekrutmen yang tinggi men-
yebabkan putaran karyawan dapat menjadi sangat
mahal bagi sebuah perusahaan.
BAB5
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
188
PENGANGKATAN DAN
PENEMPATAN
5.1. Pengangkatan Pegawai
Pengangkatan Pegwai Perusahaan Swasta
Pengangkatan Pegawai merupakan penempatan
pegawai pada suatu jabatan atau pekerjaan baru setelah
lulus proses seleksi. Bagi Pegawai Negeri prinsip
pengangkatan adalah mempertimbangkan efektivitas,
peraturan kepegawaian bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan peraturan ketenagakerjaan bagi pegawai swasta.[52]
Pengangkatan “pegawai swasta” dilakukan
setelah calon pegawai lulus dalam seleksi dan
ditempatkan pada unit yang sesuai dengan kualifikasi
yang dimilikinya. Terlepas adanya pegawai “Outsourc-
[52] Budi Supriyatno, Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil di Indone-sia, Artikel disampaikan Seminar Pengangkatan Pegawai, dari Pe-gawai Honorarium Kategori 1 dan 2, di Jakarta, tanggal, 22Juli2013.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
189
ing atau kontrak kerja” yang sekarang diberlakukan oleh
perusahaan swasta, setelah lulus seleksi “mestinya” di-
angkat menjadi pegawai tetap. Namun demikian tergan-
tung perusahaan yang membutuhkan tenaga kerjanya.[ 53]
Pengangkatan Pegawai Pemerintah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 5 Tahun 2014. Tentang Aparatur Sipil Negara,
setalah selesai mengikuti penyelenggaraan seleksi pen-
gadaan Pegawai Negeri Sipil oleh Instansi Pemerintah
melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompe-
tensi, kualifikasi, dan persyaratan lain yang dibutuhkan
oleh jabatan. Maka Peserta yang lolos seleksi diangkat
menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.[54] Pengangkatan
calon Pegawai Negeri Sipil ditetapkan dengan kepu-
tusan Pejabat Pembina Kepegawaian.[55]
Calon Pegawai Negeri Sipil wajib menjalani
masa percobaan. Masa percobaan dilaksanakan melalui
proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk mem-
bangun integritas, moral, kejujuran, semangat dan moti-
vasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian
yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi.
[ 53] Budi Supriyatno. Ibid, hal.7.[54] Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 5 Tahun 2014.Tentang Aparatur Sipil Negara. Pasal 63 ayat[55] Ibid, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, Pasal 61 ayat 2.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
190
Masa percobaan bagi calon Pegawai Negeri Sipil
dilaksanakan selama 1 (satu) tahun. Instansi Pemerintah
wajib memberikan pendidikan dan pelatihan kepada ca-
lon Pegawai Negeri Sipil selama masa percobaan. Calon
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil harus memenuhi persyaratan:[56]
a. lulus pendidikan dan pelatihan; dan
b. sehat jasmani dan rohani.
Calon Pegawai Negeri Sipil yang telah me-
menuhi persyaratan diangkat menjadi Pegawai Negeri
Sipil oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan. Calon Pegawai
Negeri Sipil yang tidak memenuhi ketentuan diberhen-
tikan sebagai calon Pegawai Negeri Sipil.
Setiap calon Pegawai Negeri Sipil pada saat
diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil wajib mengu-
capkan sumpah/janji. Sumpah/janji berbunyi sebagai
berikut:
"Demi Allah/Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa,
saya bersumpah/berjanji: bahwa saya, untuk diangkat
menjadi pegawai negeri sipil, akan setia dan taat sepe-
nuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, negara, dan pemerin-
tah; bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perun-
dang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab; bahwa
[56] Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, Ibid. Pasal 63 ayat 2.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
191
saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan ne-
gara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil,
serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan saya sendiri, seseorang atau
golongan; bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu
yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya
rahasiakan; bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, ter-
tib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan ne-
gara".[57]
Golongan Ruang
(1) Golongan ruang yang ditetapkan Dalam Pera-
turan Pemerintah Republik Indonesia No. 98 Ta-
hun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri
Sipil. untuk pengangkatan sebagai Calon pegawai
Negeri Sipil, adalah:[58]
a) Golongan ruang I/a bagi yang pada saat
melamar serendah - rendahnya memiliki dan
menggunakan Surat Tanda Tamat Bela-
jar/Ijazah Sekolah dasar atau yang setingkat;
b) Golongan ruang I/c bagi yang pada saat
melamar serendahnya memiliki dan meng-
[57] Undang-Undang Nomo 5 Tahun 2014, Ibid. Pasal 66 ayat 2.[58] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 98 Tahun 2000tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Pasal 10.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
192
gunakan Surat Tanda Tamat belajar/ijazah
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang
setingkat;
c) Golongan ruang II/a bagi yang pada saat
melamar serendah - rendahnya memiliki dan
menggunakan Surat Tanda Tamat Bela-
jar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
Diploma I, atau yang setingkat;
d) Golongan ruang II/b bagi yang pada saat
melamar serendah - rendahnya memiliki dan
menggunakan Surat Tanda Tamat Bela-
jar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Bi-
asa atau Diploma II;
e) Golongan ruang II/c bagi yang pada saat
melamar serendah - rendahnya memiliki dan
menggunakan Ijazah Sarjana Muda,
Akademi, atau diploma III;
f) Golongan ruang III/a bagi yang pada saat
melamar serendah - rendahnya memiliki dan
menggunakan Ijazah Sarjana (S1), atau Di-
ploma IV;
g) Golongan ruang III/b bagi yang pada saat
melamar serendah - rendahnya memiliki dan
menggunakan Ijazah Dokter, Ijazah Apote-
ker dan Ijazah lain setara, Magister (S2), atau
Ijazah Spesialis I;
h) Golongan ruang III/c bagi yang pada saat
melamar serendah - rendahnya memiliki dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
193
menggunakan Ijazah doktor (S3) atau Ijazah
Spesialis II.
(2) Ijazah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 4
adalah Ijazah yang diperoleh dari sekolah atau
Perguruan Tinggi Negeri dan/atau Ijazah yang
diperoleh dari sekolah atau perguruan Tinggi
Swasta yang telah diakreditasi oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan nasional
atau pejabat lain yang berdasarkan peraturan pe-
rundang - undangan yang berlaku berwenang
menyelenggarakan pendidikan;
(3) Ijazah yang diperoleh dari Sekolah atau Pergu-
ruan Tinggi di Luar Negeri hanya dihargai apa-
bila telah diakui dan ditetapkan sederajat dengan
Ijazah dari Sekolah atau perguruan Tinggi Negeri
yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung
jawab di bidang pendidikan nasional atau pejabat
lain berdasarkan peraturan perundang - undangan
yang berlaku berwenang menyelenggarakan pen-
didikan.
5.2. Penempatan Pegawai Perusahaan
Penempatan adalah penugasan atau penugasan
kepada seorang pegawai untuk suatu pekerjaan yang
baru. Sebagaian besar placement ini ditentukan oleh
manager lini. Penyelia melakukan konsultasi pada atasan
tetang masa depan setiap pegawai. Dan peran Biro Sum-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
194
ber Daya Manusia adalah memberikan masukan pada
kebijakan manajemen dan memberikan bantuan konsul-
tasi bagi pegawai.
Tipe-tipe dari penempatan adalah : Promosi,
Transfer dan Demosi (Penurunan/lawan dari Promosi).
Promosi
Promosi terjadi apabila kepindahan pegawai dari
posisi yang satu ke posisi ke posisi lain yang: lebih
tinggi tanggung jawabnya, lebih tinggi bayarannya dan
atau tingkat di organisasi. Promosi dilakukan berdasar-
kan :
1. Merit Based Promotion, terjadi apabila karyawan
tersebut mempunyai kemampuan yang luar biasa
di posisi atau jabatan yang saat ini di duduki.
Adapun permasalahannya dengan ini adalah :
a. Apabila promosi ini dilakukan atas dasar
penilaian sepihak, artinya penilian yang
dilakukan oleh segelintir orang saja. Jika
ini terjadi tentu akan sangat merugikan
organisasi.
b. Peter Principle, yang menyatakan bahwa
hirarkhi untuk tetap bersikukuh pada in-
competence level. Meskipun tidak selalu
benar, tetapi prinsip ini menyarankan
bahwa: “cemerlang di satu posisi jabatan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
195
belum tentu cemerlang pula di jabatan
atau posisi yang lain”.
2. Seniority-based Promotions. Senior disini adalah
orang yang telah bekerja/mengabdi telah cukup
lama di organisasi. Bagian yang paling rasional
dari pendekatan ini adalah untuk menghidari bias
promosi dan kebutuhan manajemen mengem-
bangkan pegawai yang senior.
Transfer dan Demosi
Transfer terjadi apabila perpindahan satu jabatan
ke jabatan lain yang posisinya relatif sama dalam tang-
gung jawab, gaji dan atau di tingkat organisasi.
Sedangkan demosi terjadi apabila kepindahan
dari satu jabatan ke posisi lain yang posisinya lebih ren-
dah dalam tanggung jawab, gaji, dan tingkatan di or-
ganisasi.
Fleksibilitas dari perusahaan adalah kunci sukses,
pembuat keputusan harus dapat merelokasi untuk dapat
mempertemukan tantangan diluar dan didalam. Cara
yang biasa dilakukan adalah dengan transfer. Transfer
sangat menguntungkan untuk memberikan kesempatan
kepada pegawai untuk dapat menemukan suasana baru
dan bidang pekerjaan yang baru pula, dengan harapan
dapat membuat pekerjaan lebih bervariasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
196
Dual career families, terjadi apabila jika salah
satu pasangan suami istri dipindahkan ketempat lain
maka, pasangannya akan berpengaruh pula. Demosi bi-
asanya dikonotasikan negative. Karyawan dipindahkan
karena berprestasi buruk.
Program Penempatan Jabatan
Program Penempatan Jabatan (Job-Posting Pro-
gram) menginformasikan pada karyawan tentang jabatan
kosong yang tidak terisi dan berkualifikasi. Biasanya di-
umumkan melalui media intern perusahaan. Pengajuan
lamaran diri sendiri dapat dilakuakan atas rekomendasi
dari penyelia adan atau atas inisiatif sendiri. Tujuan dari
program ini adalah untuk membantu HRD memenuhi
posisi yang kosong dan mempertemukan keinginan
pegawai.
Pemisahan
Pemisahan (Separations) adalah sebuah kepu-
tusan antara perusahaan/manajemen dan pegawai untuk
berpisah. Bentuk-bentuk pemisahaan adalah absen untuk
sementara waktu, Attrition, layoff, PHK. Uraiannya se-
bagai berikut:
1. Absen untuk sementara waktu. Pegawai kadang-
kala memerlukan meninggalkan pekerjaannya un-
tuk sementara waktu. Dengan alasan kesehatan,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
197
keluarga, pendidikan, rekreasi dan keinginan lain.
Di sini HRD harus dapat menerapkan kebijakan
yang jelas untuk menghidari pemutusan hubun-
gan kerja.
2. Attrition. Adalah hal yang normal dalam separasi
di organisasi sebagai akibat dari pengunduran
diri, pensiun atau kematian (dari sisi pegawai)
Meskipun secara secara perlahan, separation ka-
dangkala menimbulkan permasalahan bagi peru-
sahaan. Biasanya pegawai baru tidak dapat me-
menuhi kualifikasi yang cocok untuk menduduki
posisi yang ditinggalkan dan akan butuh waktu
untuk menormalkan jalannya perusahaan. Salah
satu solusinya adalah dengan mempensiunkan
awal, sehingga perusahaan dapat mempersiapkan
tongkat estafet pada yang junior.
3. Layoff. Layoff terjadi karena pertimbangan bisnis
dan ekonomi yang mengakibatkan karyawan di
diberhentikan untuk sementara waktu. Pember-
hentian ini biasanya hanya beberapa bulan saja
(sementara) akan tetapi jika tidak kunjung pulih
kondisi perusahaan maka dimungkinkan untuk
penghentian selamanya/permanen.
4. Termination. Terjadi apabila karyawan melang-
gar aturan-aturan perusahaan dan terpaksa dike-
luarkan secara paksa. Biasanya karyawan akan
diberi pesangon sebulan gaji atau lebih tergan-
tung pada kebijakan perusahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
198
Permasalahan Penempatan
1. Efektifitas. Keefektifan dari penempatan pegawai
tergantung pada minimnya persmasalahan antara
pegawai dan perusahaan. Untuk mengurangi
gangguan/masalah ini, keputusan promosi dan
transfer harus disesuaikan dengan seleksi yang
telah dibahas pada bab sebelumnya. Demikian
pula halnya dengan demosi harus mengacu pada
peraturan yang ada, sehingga meminimkan per-
sengketaan.
2. Pemenuhan Peraturan (Legal Complience). Bi-
asanya di pengaruhi oleh:
1) Berdasarkan kesamaan dimata hukum, (ras,
agama, sex, umur dan sebagainya).
2) Perserikatan buruh yang diatur undang-
undang.
3) Hak untuk menolak jika melakukan peker-
jaan yang membahayakan keselamatan pri-
badi.
4) Hak untuk meolak pekerjaan jika melanggar
hukum yang berlaku.
Pencegahan Pemisahaan
1. Berhenti secara sukarela. Dapat dicegah oleh
Biro SDM dengan perencanaan karir yang baik,
suasana kerja yang nyaman, orientasi, memberi-
kan tantangan baru dan sebagainya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
199
2. Kematian. Hal ini adalah hal yang pasti terjadi,
namun Biro SDM harus dapat menekan semini-
mal mungkin kecelakaan yang menyebabkan
kematian terjadi, yaitu dengan kontrol K3.
3. Layoff. Dapat dihindari dengan perencanaan jauh
kedepan, dengan pelatihan yang baik dan teren-
cana akan menghasilkan karyawan yang profes-
sional, sehingga dapat selalu memenangkan per-
saingan.
4. Pemutusan Hubungan Kerja. Dihindari dengan
suasana kerja yang harmonis.
5.3. Penempatan Pegawai Negeri
Dalam penempatan pegawai pemerintah/negara
sebelum diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dilakukan masa percobaan selama satu tahun yang sering
disebut Calon Pegawai Negeri (CPNS). CPNS yang telah
ditetapkan dalam surat keputusan Pejabat Pembina
Pegawai, ditetapkan lagi dalam surat penem-
patan/penugasan oleh pejabat berwenang. Penempatan
ini didasarkan atas formasi yang dikeluarkan oleh panitia
penerimaan pada saat pengumuman peneriman calon
pegawai negeri sipil.
Dalam penempatan/penugasan pegawai baru, di-
dasarkan sistem merit, dan yang perlu diperhatikan
adalah penempatan yang mengutamakan “The right man
in the right place” (menempatkan orang yang tepat pada
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
200
posisi yang tepat), dipandang dari aspek “ Intelektual,
phisik, phiskologis dan spiritual”.
Penempatan yang berarti menempati jabatan pada
suatu organisasi, sedangkan jabatan itu sendiri mempun-
yai pengertian “ Kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai
negeri Sipil dalam rangka susunan suatu organisasi”.
Dari jabatan ini pegawai mempunyai urai tugas (job de-
scription) yang merupakan uraian semua tugas jabatan
yang menjadi tugas pokok pemegang jabatan. Tugas
pokok ini bisa terdiri dari satu, dua, atau dua belas jenis
tergantung dari tinggi rendah atau besar - kecil atau
kompleksitasnya jabatan.
Penempatan/penugasan ini merupakan bagian
dari promosi untuk jenjang karir kedepan dari pegawai
yang bersangkutan. Sehingga dalam proses kepangkatan
dan jenjang jabatan dapat dijadikan patokan yang akan
menentukan status karir dari pegawai yang bersangkutan
serta untuk mengevaluasi dari analisis jabatan yang kel-
ola oleh lembaga yang terkait dilingkungan birokrasi
dalam hal ini Badan Kepegawaian.
Dalam pokok-pokok penyusunan klasifikasi ja-
batan pegawai negeri sipil (Deputi III Menteri Penday-
agunaan Aparatur Negara) diuraikan pengertian klasifi-
kasi jabatan yaitu: [59]
[59] Deputi III, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Re-formasi Birokrasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
201
1. Pengelompokan jabatan dalam peringkat-
peringkat, berdasarkan persamaan dan tingkat
pekerjaan serta nilai relatif dari tiap jabatan.
2. Proses penempatan posisi dalam kelompok, ting-
kat dan jenjang, sesuai dengan tugas dan tang-
gung jawabnya.
3. Penggolongan atau kelompokan berbagai jabatan
yang ada di lingkungan pemerintah secara hori-
zontal dan vertikal dengan memperhatikan sifat,
tingkat kesulitan serta kompleksitas pekerjaan.
Adapun tujuan klasifikasi jabatan adalah :
Mengelompokkan jabatan dalam rumpun jabatan dan
peringkat/jenjang jabatan dengan mempertimbangkan
persamaan atau perbedaan dalam tugas, tanggung jawab
dan persyaratan yang ditetapkan, yang digunakan untuk
pelbagai keperluan pembinaan pegawai antara lain : pen-
gadaan, seleksi, promosi, pengukuran kerja, pelatihan,
analisis organisasi dan sebagainya.
Program Induksi
Tahap induksi dilaksanakan pada karyawan
sudah diterima di sebuah organisasi. Program induksi
meliputi 3 macam proses yakni:
1. Proses pengenalan (Orientasi).
2. Proses supervisi awal.
3. Proses penyesuaian dengan perusahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
202
Periode induksi biasanya berlangsung selama
masa induksi sesuai dengan level jabatan (biasanya
selama periode 3 bulan).
Tujuan Program Induksi
Terdapat beberapa tujuan diadakannya program
induksi oleh organisasi, diantaranya yakni:
1. Membentuk sikap yang baik terhadap kebijakan
perusahaan.
2. Mengatasi rasa canggung bagi karyawan baru.
3. Mempercepat proses integrasi pekerja baru
mengatasi rasa canggung.
4. Membantu menimbulkan semangat karyawan ba-
ru.
5. Menimbulkan rasa memiliki atas organisasi.
6. Menimbulkan kesadaran mengenai lingkup bisnis
organisasi.
7. Mengurangi masalah-masalah yang terkait dengan
pekerjaan baru: kecemasan, adaptasi, produktivi-
tas.
8. Membantu mempercepat eksplorasi kemampuan
individu sebagai anggota tim kerja.
9. Mengklarifikasi standard kualitas yang dijadikan
tolok ukur pengukuran prestasi.
10. Menjelaskan perkembangan karir karyawan dalam
perusahaan adalah tanggung jawab bersama, dan
11. Membantu mengurangi turn-over.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
203
Area Penting Pada Tahap Awal Program InduksiPada tahap awal program induksi terdapat area
penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan bagipegawai baru, yakni:
1. Sasaran Kerja: Apa yang diharapkan dari kary-
awan? Bagaimana harapan tersebut disesuaikan
dengan tujuan perusahaan?
2. Peran: Dengan siapa karyawan akan bekerjasama?
Apa tugasnya? Bagaimana pekerjaan tersebut ber-
hubungan dengan pekerjaan lain?
3. Garis Instruksi: Dari siapa karyawan mendapat
arahan? Siapa yang diarahkan? Apa status kary-
awan dalam perusahaan?
4. Seputar Organisasi: Karyawan baru diberikan
pengetahuan mengenai sejarah singkat organisasi,
visi, misi dan tujuan organisasi, struktur organisasi,
kebijakan dan peraturan organisasi.
5. Kondisi Kerja: Dalam area kondisi kerja, karyawan
baru dalam program induksinya diberikan
pengetahuan mengenai kondisi kerja dalam
perusahaan seperti ketentuan tentang seragam atau
pakaian yang dikenakan saat bekerja, lay-out fasili-
tas pabrik atau organisasi, peraturan-peraturan
disiplin, jam istirahat, lokasi makan siang, kantin,
lokasi rest room, prosedur keamanan, ketentuan
pemakaian telpon, dan lain-lain tentang kondisi
kerja perusahaan.
6. Pengenalan Lingkungan Kerja. Dalam pengenalan
akan lingkungan kerjanya karyawan baru
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
204
diperkenalkan dengan atasan serta rekan kerja,
perkenalkan dengan bawahan (jika kedudukannya
sebagai atasan), dan etika pergaulan dalam or-
ganisasi atau perusahaan ia bekerja.
7. Pemahaman Hak dan Kewajiban sebagai kary-
awan. Karyawan baru diberikan pemahaman
mengenai haknya sebagai karyawan diantaranya
mengenai skala penggajian, cuti dan liburan, jam
istirahat, latihan pendidikan, kegiatan konseling,
asuransi, program pensiun, dan lain-lain. Karyawan
progaram induksi juga diberikan pemahaman
bukan hanya hak tetapi juga kewajibannya sebagai
karyawan dalam perusahaan, diantaranya mengenai
tugas-tugas pekerjaan seperti standar kerja, lokasi
pekerjaan, fungsi jabatan, sasaran pekerjaan, dan
hubungan dengan pekerjaan lain.
Orientasi Pegawai Baru
Setelah diseleksi, pegawai ditempatkan pada suatu
pekerjaan dan diperkenalkan dengan organisasi melalui
berbagai bentuk orientasi. Tahap orientasi merupakan
kegiatan pengenalan dan penyesuaian pegawai baru den-
gan organisasi.
Orientasi pegawai memberikan informasi kepada
karyawan baru mengenai latar belakang tentang perusa-
haan & pekerjaan. Pada intinya orientasi adalah proses
sosialisasi karyawan baru terhadap pimpinan perusahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
205
Sosialisasi adalah proses penanaman dalam diri kary-
awan tentang sikap, standar, nilai-nilai, dan pola perilaku
yang diharapkan oleh organisasi dan departemen. Pro-
gram orientasi dimulai dari pengenalan informal yang
singkat sampai program formal yang panjang. Biasanya
karyawan diberikan buku panduan tentang jam kerja,
penilaian kinerja, pembayaran gaji, dan liburan/cuti.
Fungsi Orientasi
a. Membantu pegawai baru untuk berkinerja lebih
baik dengan penyajian informasi yang dibutuhkan
tentang aturan dan praktik perusahaan.
b. Mengurangi kegugupan atau kecanggungan pega-
wai dalam memulai pekerjaan yang baru.
Tipe Orientasi
Dua tipe orientasi yang biasanya diadakan oleh
satu perusahaan yaitu : Induksi dan sosialisasi.
1. Induksi : yaitu tahap awal karyawan baru mempe-
lajari apa yang akan dilakukan, dimana tempat
meminta bantuan, dan apa peraturan kebijakan dan
prosedur yang penting dan seterusnya. Yang akan
dipelajari adalah :
1) Sejarah organisasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
206
2) Deskripsi produk dan jasa yang dihasilkan
organisasi.
3) Struktur, otoritas, dan hubungan tanggung
jawab didalam organisasi.
4) Hukum peraturan dan kebijakan-
kebijakan hal-hal mengenai keselamatan
kerja, jam makan siang, dan metode-
metode komunikasi formal.
5) Kebijakan mengenai sumber daya manu-
sia yang meliputi kompensasi, tunjangan
dan jasa-jasa karyawan lainnya.
6) Menjumpai rekan-rekan karyawan lainnya
dengan segera.
Proses orientasi dan pengalaman kerja karyawan
yang pertama kalinya mempunyai efek signifikan
pada komitmen karir jangka panjang karyawan ter-
hadap organisasi. Apabila harapan antara karyawan
baru dan perusahaan sesuai maka akan terjadi iklim
kerja yang baik.
2. Sosialisasi adalah proses yang berjangka panjang
dimana karyawan baru mempelajari norma-norma
system nilai dan pola perilaku yang diisyaratkan
organisasi atau kelompok. Tujuan umum sosialisasi
meliputi tiga aspek :
1) Perolehan keahlian-keahlian dan kemampuan
kerja.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
207
2) Penerapan perilaku-perilaku yang tepat.
3) Penyesuaian terhadap norma-norma dan
nilai-nilai kelompok kerja.
Muatan dan Tanggung Jawab atas Orientasi
Program-program orientasi formal biasanya ter-
gantung pada departemen SDM dan penyelia. Program
orientasi dua tingkat digunakan karena isu-isu yang di-
cakup dalam orientasi masuk dalam dua kategori luas.
Berikut ini topik-topik yang dicakup dalam program ori-
entasi karyawan. Merencanakan, Mengemas, dan meng-
evaluasi Program Orientasi Karyawan baru membu-
tuhkan informasi spesifik dalam 3 (tiga) bidang utama
yaitu :
1. Standar, pengharapan, norma, tradisi dan kebija-
kan perusahaan.
2. Perilaku sosial seperti pelaksanaan yang disetu-
jui, iklim kerja dan pengetahuan tentang rekan-
rekan sejawat dan penyelia.
3. Aspek-aspek tehnik kerja.
Program Orientasi
Beberapa garis besar untuk program orientasi:
1. Orientasi haruslah bermula dengan jenis informasi
yang paling relevan dan segera untuk kemudian di-
lanjutkan dengan kebijakan yang lebih umum ten-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
208
tang organisasi. Orientasi haruslah berlangsung
dengan kecepatan yang membuat karyawan tetap
nyaman.
2. Bagian paling signifikan dari orientasi adalah sisi
manusianya, memberikan pengetahuan baru kepada
karyawan baru tentang seperti apa penyelianya dan
rekan sejawat, berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai standar kerja.
3. Karyawan-karyawan baru hendaknya didorong dan
diarahkan dalam lingkungannya oleh karyawan dan
penyelia yang berpengalaman.
4. Karyawan baru hendaknya diperkenalkan kepada
rekan sekerjanya secara perlahan.
5. Karyawan baru diberikan waktu yang cukup untuk
mandiri sebelum tuntutan-tuntutan pekerjaan atas
mereka semakin meningkat.
Evaluasi Program Orientasi
Paling tidak setahun sekali program orientasi harus
ditelaah guna menentukan apakah program tersebut me-
menuhi tujuan dan menentukan perbaikan-perbaikan
pada masa yang akan datang. Oleh karena itu adanya
umpan balik sangat diharapkan dari orang yang terlibat
dalam program ini. Umpan balik ini dapat dilakukan me-
lalui wawancara dengan karyawan baru yang telah ber-
masa dinas satu tahun, dan melalui kuesioner. Hal ini
untuk menjawab pertanyaan berikut :
1. Apakan program ini telah tepat ?
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
209
2. Apakah program tersebut dapat dipahami ?
3. Apakah program menarik ?
4. Apakah program fleksibel ?
5. Apakah program tersangkut pribadi ?
Dasar Penggajian
Dasar Penggajian CPNS, salah satu bagian penting
dalam keseluruhan proses pengelolaan SDM dalam
setiap organisasi termasuk organisasi di lingkungan pe-
merintahan adalah terciptanya dan terpeliharanya sistem
imbalan yang baik. Terdapat empat prinsip imbalan
yaitu:
1. Prinsip Keadilan. Prinsip ini pada hakekatnya be-
rati bahwa imbalan yang diberikan kepada para
pegawai sudah memperhitungkan alat-alat pem-
banding yang digunakan oleh para pegawai dalam
organisasi yang bersangkutan.
2. Prinsip Kewajaran. Merupakan prinsip kedua yang
tidak kalah pentingnya meskipun benar bahwa
menjadi pegawai pemerintah tidak bertolak dari
motivasi “mencari nafkah”, melainkan pengabdian
kepada bangsa dan negara, para pegawai yang
bekerja bagi pemerintah tetap ingin mampu me-
muaskan berbagai kebutuhannya secara wajar.
3. Prinsip Komparasi. Prinsip ini pada dasarnya ber-
arti bahwa imbalan yang diberikan oleh pemerintah
kepada para pegawainya relatif sama dengan im-
balan yang diberikan oleh organisasi - organisasi
lain dalam masyarakat.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
210
4. Prinsip Kemampuan. Prinsip terakhir yang lumrah
dipertimbangkan dalam menciptakan dan memeli-
hara sistem imbalan adalah prinsip kemampuan.
Pengalaman banyak negara menunjukan bahwa
dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah un-
tuk membayar berbagai imbalan bagi para pega-
wainya merupakan komponen yang sangat besar
dalam anggaran belanja pemerintah yang bersang-
kutan. Kenyataan demikian antara lain karena pe-
merintah merupakan pemakai tenaga kerja yang
paling besar disamping harus mengeluarkan biaya
bagi para pensiunan sipil dan angkatan bersenjata.
Komponen terbesar dari suatu sistem imbalan ialah
upah dan gaji, sebagaimana diketahui pembedaan
upah dan gaji terletak pada suatu penerimanya. Bi-
asanya upah diberikan kepada para karyawan ber-
status tidak tetap seperti pegawai harian atau
pegawai lain atas dasar kontrak sedangkan gaji
diberikan kepada pegawai tetap. Salah satu prinsip
yang dipegang teguh dalam menciptakan sistem
pengupahan dan pengajian di lingkungan pemerin-
tahan ialah bahwa skala gaji disusun sedemikian
upah sehingga jumlah keseluruhan penghasilan
antara pegawai yang paling rendah dan pegawai
yang paling tinggi tidak menunjukan perbedaan
yang amat besar. Memang tidak ada rumus yang
mengatakan berapa seharusnya perbandingan
tersebut, yang jelas ialah bahwa dengan berpegang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
211
pada empat prinsip yang diuraikan diatas, sistem
pengajian tersebut harus mengambarkan beratnya
beban tugas dan besar kecilnya tanggung jawab.
Sistem penggajian terhadap pegawai dapat
dikelompokan menjadi :
(1) Sistem skala tunggal;
(2) Sistem skala ganda dan;
(3) Sistem skala gabungan, sistem ini juga yang dite-
rapkan terhadap penggajian Pegawai Negeri Sipil.
Maksud dan tujuan diselenggarakan sitem pengga-
jian profesi Pegawai Negeri Sipil, didasarkan atas per-
timbangan untuk memperoleh gaji yang layak dan adil
dengan tanggung jawabnya. Untuk itu Negara dan Pe-
merintah wajib mengusahakan dan memberikan gaji
yang adil sesuai standar yang layak kepada Pegawai
Negeri Sipil.
Lebih lanjut Peraturan Pemerintah Republik Indo-
nesia No. 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai
Negeri Sipil, Bab IV pada Pasal 12: (1) Hak atas gaji
bagi Calon Pegawai Negeri Sipil mulai berlaku pada
tanggal yang bersangkutan secara nyata melaksanakan
tugasnya yang dinyatakan dengan surat pernyataan oleh
kepala kantor/satuan organisasi yang bersangkutan; (2)
Calon Pegawai Negeri Sipil yang penempatannya jauh
dari tempat tinggalnya sudah dianggap nyata melaksana-
kan tugas sejak ia berangkat menuju ke tempat tugasnya,
yang dibuktikan dengan surat perintah per-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
212
jalanan/penugasan dari pejabat yang berwenang menu-
gaskan.[60]
Kemudian dilanjutkan pada Pasal 13 dijelaskan
adalah : [61]
1. Masa kerja yang diperhitungkan penuh untuk
penetapan gaji pokok pengangkatan pertama
adalah :
a. Selama menjadi Pegawai Negeri Sipil, kec-
uali selama menjalankan cuti di luar tang-
gungan negara;
b. Selama menjadi pejabat negara;
c. Selama menjalankan tugas pemerintah;
d. Selama menjalankan kewajiban untuk mem-
bela negara; atau
e. Selama menjadi pegawai/karyawan perusa-
haan milik pemerintah.
2. Masa kerja sebagai pegawai/karyawan dari peru-
sahaan yang berbadan hukum di luar lingkungan
badan - badan pemerintah yang tiap - tiap kali ti-
dak kurang dari 1 (satu] tahun tidak terputus - pu-
tus, diperhitungkan ½ (setengah) sebagai masa
kerja untuk penetapan gaji pokok dengan keten-
tuan sebanyak - banyaknya 10 (sepuluh) tahun.
[60] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 98 Tahun 2000tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, Bab IV pada Pasal 12 (1).[61] Peraturan Pemerintah. Ibid, pasal 13.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
213
PENGEMBANGAN DAN DIKLAT
6.1. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM adalah fungsi operasional
dari Menejemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Pen-
gembangan SDM perlu dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan. Agar pengembangan dapat dilaksa-
nakan dengan baik, harus lebih dahulu di tetapkan suatu
program pengembangan SDM. Program pengembangan
SDM hendaknya di susun secara cermat dan didasarkan
pada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada kete-
BAB6
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
214
rampilan yang dibutuhkan organisasi saat ini maupun
untuk masa depan. Pengembangan harus bertujuan untuk
meningkatkan teknis, teoritis, konseptual dan moral pe-
kerjanya, supaya prestasi kerjanya baik dan mencapai
hasil yang optimis. Pengembangan SDM dirasa semakin
penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jaba-
tan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ke-
tatnya persaingan diantara organisasi atau perusahaan
yang sejenis. Setiap personil organisasi dituntut agar da-
pat bekerja efektif, efesien, kualitas dan kuantitas peker-
jaannya baik sehingga daya saing organisasi semakin
besar. Pengembangan ini dilakukan untuk tujuan non-
karier maupun karir bagi para pegawai melalui latihan
dan pendidikan.
Pimpinan organisasi semakin menyadari bahwa
SDM pada umumnya mempunyai kecakapan teoritis saja
dari bangku kuliah. Jadi, perlu di kembangkan dalam
kemampuan nyata untuk dapat menyelesaikan peker-
jaanya. Pengembangan SDM memang membutuhkan
biaya cukup besar, tetapi biaya ini merupakan investasi
jangka panjang bagi organisasi.
Pengertian
Pengembangan SDM adalah suatu upaya untuk
meningkatkan kemampuan SDM melalui proses peren-
canaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan SDM un-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
215
tuk mencapai suatu hasil maksimal sesuai dengan tujuan
organisasi.
Beberapa definisi Pengembangan SDM menurut
pakar bisa dilihat sebagai berikut :
1. Armstrong (1997) dalam bukunya A Handbook of
Human Resource Management, 10th Edition
menyatakan: Pengembangan SDM berkaitan
dengan tersedianya kesempatan dan pengemban-
gan belajar, membuat program-program training
yang meliputi perencanaan, penyelenggaraan,
dan evaluasi atas program-program tersebut.[62]
2. McLagan and Suhadolnik 1989, dalam bukunya
Model is HRD Practice: The Reseaech mengata-
kan: Pengembangan sumber daya manusia adalah
pemanfaatan pelatihan dan pengembangan,
pengembangan karir, dan pengembangan or-
ganisasi, yang terintegrasi antara satu dengan
yang lain, untuk meningkatkan efektivitas indi-
vidual dan organisasi.[63]
3. Randy L. DeSimon, John L. Warner and David
M. Harris (1996) dalam bukunya Human Re-
source Development, Third Edition, mengatakan:
Pengembangan sumber daya manusia dapat dide-
[62] Amstrong, Michael. A Handbook of Human Resource Manage-ment, 10Th Edition, Published by Kogan Page Llimited Practice. 120Pentonville Road, London. 1977.[63] MCLagan, P.A., and Suhadolnik, D. Model is HRD Practice:The reseaech. Alexandria. American Society for Training Develop-ment.1999.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
216
finisikan sebagai seperangkat aktivitas yang sis-
tematis dan terencana yang dirancang oleh or-
ganisasi dalam memfasilitasi para pegawainya
dengan kecakapan yang dibutuhkan untuk me-
menuhi tuntutan pekerjaan, baik pada saat ini
maupun masa yang akan datang.[64]
4. Jim Stewart and Jim McGoldrick (1996:1) dalam
bukunya, Human Resource Development : Per-
spectives, Strategies and Practice, mengatakan:
Pengembangan Sumber Daya Manusia meliputi
berbagai kegiatan dan proses yang diarahkan
pada terjadinya dampak pembelajaran, baik bagi
organisasi maupun bagi individu.[65]
5. Geroge Milkovich and John Boudreau (1997:2),
dalam bukunya, Human Resource Management,
8Th Edition, mendefinisikan bahwa human re-
sources management is series of integrated deci-
sions that form the employment relationship,
their quality directly contributes to the ability of
the organization and the employees to achieve
their objectives.[66]
[64] Randy L. DeSimone, John L. Warner, and David M. Harris.Human Resource Development. Third edition (Book Review) FortWord. TX: Harcourt.2002.[65] Jim Stewart and Jim McGoldrick : Human Resource Develop-ment : Perspectives, Strategies and Practice. Pitman Publish-ing.1996.[66] George Milkovich and John Boudreau. Human Resource Man-agement, 8Th Edition, Published by McGraw Hill Education, Aus-tralia and New Zealan.1997.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
217
6. Sedangkan menurut penulis penulis Pengemban-
gan SDM adalah suatu kegiatan yang terencana
dan terintegrasi dalam rangka peningkatan ke-
mampuan pegawai yaitu Pendidikan dan pelati-
han yang diadakan oleh organisasi baik pemerin-
tah atau perusahaan swasta untuk mencapai tu-
juan organisasi. Dari definisi tersebut dapat di-
gambarkan seperti Gambar 6.1. Pengembangan
SDM berikut ini:
GAMBAR 6.1. PENGEMBANGAN SDM
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
ORGANISASI PE-MERINTAH/
SWASTA
KEGIATAN TEREN-
CANA
PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
TUJUANORGANISASI
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
218
Oleh BUDI SUPRIYATNO
Tujuan Pengembangan
Pengembangan SDM mempunyai dua dimensi
tujun yaitu dimensi individual dan dimensi or-
ganisasional. Tujuan yang berdimensi individual men-
gacu kepada sesuatu yang dicapai oleh seorang pegawai.
Tujuan berdimensi institusional mengacu kepada apa
yang dapat dicapai oleh institusi atau organisasi sebagai
hasil dari program-program pengembangan SDM.[67]
Menurut Amstrong, tujuan pengembangan SDM
adalah untuk memastikan bahwa organisasi mempunyai
orang-orang yang berkualitas untuk mencapai tujuan or-
ganisasi untuk meningkatkan kinerja dan pertumbu-
han.[68]
Pendapat Amstrong tersebut di atas, dapat dicapai
dengan memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi
mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai
tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksana-
kan pekerjaan mereka secara efektif. Selain itu perlu pula
diperhatikan bahwa dalam upaya pengembangan SDM
ini, kinerja individual dan kelompok adalah subyek un-
tuk peningkatan yang berkelanjutan dan bahwa orang-
[67] LAN dan DEPDAGRI, 2007, Modul 2 Pengembangan SumberDaya Manusia Pegawai Negeri Sipil, Diklat Teknis ManajemenSumber Daya Manusia,. Jakarta.[68] Amstrong, Michael, Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
219
orang dalam organisasi dikembangkan dalam cara yang
sesuai untuk memaksimalkan potensi serta promosi
mereka.
Oleh karena itu pada hakekatnya pengembangan
SDM harus memupunyai tujuan dan dan bermanfaat bagi
organisasi, pegawai, konsumen, atau masyarakat yang
memanfaatkan atau mengkonsumsi barang dan jasa yang
dihasilkan organisasin. Pada hakekatnya tujuan pengem-
bangan harus menyangkut hal-hal berikut.
1. Produktivitas Kerja. Pengembangan SDM dapat
meningkakan kualitas dan kuantitas produksi se-
makin baik, karena technical skill, human skill,
dan managerial skill karyawan yang semakin
baik.
2. Efisiensi. Pengembangan SDM dapat meningkat-
kan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan
mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan
berkurang, biaya produksi relatif kecil sehingga
daya saing perusahaan semakin besar.
3. Kerusakan. Pengembangan SDM dapat untuk
mengurangi kerusakan barang, produksi, dan me-
sin-mesin karena karyawan semakin ahli dan
terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.
4. Kecelakaan. Pengembangan SDM dapat men-
gurangi tingkat kecelakaan karyawan, sehingga
jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan peru-
sahaan berkurang.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
220
5. Pelayanan. Pengembangan SDM dapat mening-
katkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan
kepada nasabah perusahaan, karena pemberian
pelayanan yang lebih baik merupan daya penarik
yang sangat penting bagi rekanan-rekanan peru-
sahaan ber-sangkutan.
6. Moral. Pengembangan SDM dapat meningkatkan
moral karyawan akan lebih baik karena keahlian
dan keterampilannya sessuai dengan peker-
jaannya sehingga mereka antusias untuk menye-
lesaikan pekarjaanya dengan baik.
7. Karier. Pengembangan dapat meningkatkan kar-
ier karyawan semakin besar, karena keahlian,
keterampilan, dan prestasi kejanya lebih baik.
Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada
keahlian dan prestasi kerja seseorang.
8. Konseptual. Pengembangan SDM dapat men-
ingkatkan manager semakin cakap dan cepat
dalam mengambil keputusan yang lebih baik,
karens technical skill, human skill, dan manage-
rial skill-nya lebih baik.
9. Kepemimpinan. Pengembangan SDM dapat men-
ingkatkan kepemimpinan seorang manager akan
lebuh baik, human relation-nya lebih luwes, mo-
tivasinya lebih terarah sehingga pembinaan ker-
jasama vertikal dan horizontal semakin harmonis.
10. Balas Jasa. Pengembangan SDM dapat mening-
katkan balas jasa (gaaji, upah insentif, benefits)
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
221
karyawan akan meningkat karena prestasi kerja
mereka semakin besar.
Dalam rangka mencapai tersbut di atas, pengem-
bangan SDM melalui pendidikan dan latihan perlu dila-
kukan secara terus menerus setiap organisasi karena akan
memberikan manfaat bagi organisasi, karyawan dan
masyarakat konsumen. Tujuan pengembangan pegawai
dapat dilihat pada gambar 6.2 dibawah ini.
Gambar 6.2. Tujuan Pengembangan
oleh Budi Supriyatno
Pentingnya Pengembangan
TUJUANPENGEMBANGAN
SDM
PRODUKTIFITAS
EFISIENSI
MIN-KERUSAKAN
MIN-KECELAKAAN
PELAYANAN
MORAL
KARIER
KONSEPTUAL
KEPEMIMPINAN
BALAS JASA
KONSUMEN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
222
SDM merupakan salah satu faktor penentu dalam
organisasi. Program SDM harus menjadi unsur paling
penting dalam pengembangan SDM. Citra organisasi
akan sangat ditentukan oleh kualitas SDM yang ada di-
dalamnya, beserta hasil jasa dan barang maupun karya-
karya keilmuan yang dihasilkan sebagai sumbangan un-
tuk masyarakat maupun pengembangan bidang ilmu
masing-masing.
Pengembangan SDM, khususnya karir dan pres-
tasi, perlu direncanakan secara sistematis, selaras dengan
perjalanan organisasi yang sesuai dengan prestasi dan
minat individual, serta memperhatikan peluang-peluang
yang ada dalam lingkungan dan bidang ilmu masing-
masing.
Kenyataan menunjukkan bahwa pengembangan
karir dan prestasi jarang direncanakan secara sistematis,
sehingga seringkali hanya berkembang secara acak dan
konsekuensinya pengembangan karir dan prestasi sering
tidak menempatkan SDM sesuai dengan kemampuannya.
Akhirnya tujuan lembaga maupun individu sulit atau
bahkan tidak dapat tercapai.
Dalam proses mancapai tujuan organisasi diper-
lukan standar pengukuran keberhasilan yang harus dica-
pai baik oleh SDM secara individu maupun organisasi
secara keseluruhan. Pegawai sebagai salah satu kompo-
nen SDM dalam organisasi perlu diarahkan untuk men-
capai tujuan-tujuannya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
223
Pengembangan SDM merupakan salah satu
fungsi operasional yang sangat signidfikan dalam or-
ganisasi. Pengembangan SDM perlu dilakukan secara
terencana dan berkesinambungan. Agar pengembangan
dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih dahulu
direncanakan suatu program pengembangan.
Program pengembangan SDM hendaknya dis-
usun secara cermat dan didasarkan kepada metode-
metode ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang
dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk masa de-
pan. Pengmnbangan harus bertujuan untuk meningkat-
kan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral
karyawan supaya prestasi kerjanya baik dan mencapai
hasil yang optimal.Pengembangan SDM dirasakan se-
makin penting manfaatnya karena tuntutan pekarjaan
atau jabatan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan se-
makin ketatnya persaingan di antara perusahaan yang
sejenis. Setiap orang dalam organisasi di tuntut agar da-
pat bekerja efektif, efisien, kualitas dan kuantitas peker-
jaannya baik sehingga daya saing perusahaan semakin
besar. Pengembangan ini dilakukan untuk tujuan nonkar-
ier maupun karier bagi para SDM melalui latihan dan
pedidikan.
Pimpinan perusahaan semakin menyadari bahwa
SDM pada umumnya hanya mempunyai kecakapan teo-
retis saja dari bangku kuliah. Jadi, perlu dikembangkan
dalam kemampuan nyata untuk dapat menyelesaikan
pekerjaannya. Penganmbangan karyawan memang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
224
membutuhkan biaya cukup besar, tetapi biaya ini meru-
pan investasi jangka panjang bagi perusahaan di bidang
personalia.karena karyawan yang cakap dan terampil
akan dapat bekarja lebih efesien, efektif, pemborosan
bahan baku, dan ausnya semakin berkurang, hasilnya
lebih baik maka daya asing perusahaan akan semakin
besar. Hal ini akan memberikan peluang yang lebih baik
untuk perusahaan untuk memperoleh laba yang semakin
basarsehingga balas jasa (gaji dan benefit) kartawan da-
pat dinaikkan. Untuk jelasnya akan dibahas pengertian
pengembangan berdasarkan beberapa versi.
Organisasi yang berhasil adalah yang secara
efektif dan efisien mengkombinasikan SDM guna
menerapkan strategi-strateginya. Namun demikian, yang
menjadi pusat bagi setiap strategi untuk setiap peng-
gunaan sumberdaya adalah karyawan-karyawan yang
merencanakan dan melaksanakan strategi-strategi sebuah
organisasi.
Arti penting dari upaya-upaya SDM adalah ber-
muara dari kenyataan bahwa manusia merupakan elemen
yang selalu ada didalam setiap organisasi. Sumber daya
manusia membuat sumber-sumber daya organisasi lain-
nya berjalan. Organisasi tidak akan dapat memaksimal-
kan produktivitasnya tanpa ada karyawan kompeten
yang berdedikasi terhadap tujuan organisasi.
Pada kenyataannya bahwa manusia bukan hanya
memiliki berbagai ciri dan kemampuan yang tidak di-
miliki oleh alat produksi lainnya dalam organisasi, tetapi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
225
jauh lebih penting dari semua itu adalah karena manusia
mempunyai harkat dan martabat yang harus diakui, di
hargai dan dijunjung tinggi. Hanya dengan demikianlah
faktor manusia di dalam organisasi menjadi faktor yang
benar-benar mampu memainkan peranan yang dominan
dan bahkan menentukan daiam usaha pencapaian tujuan
organisasi yang bersangkutan. Sumber daya yang paling
penting bagi suatu organisasi adalah orang yang mem-
berikan kerja, bakat, kreativitas, dan semangat kepada
organisasi. Oleh karena itu kesulitan sumberdaya manu-
sia merupakan sumber masalah dalam organisasi. Kon-
sekuensi dari hal ini adalah tersedianya sumber daya
manusia yang mempunyai kapasitas sebagai perencana
dan pelaksana program kegiatan. Kapasitas ini ditentu-
kan oleh kapabilitas, kompetensi dan produktivitas kerja.
Kapabilitas SDM yang berorientasi pada penge-
tahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang akan
menentukan berhasilnya seseorang menyelesaikan peker-
jaan yang dibebankan kepadanya secara optimal. Ma-
salah SDM masih menjadi sorotan dan tumpuan bagi pe-
rusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi.
SDM mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan
perusahaan. Walaupun didukung dengan sarana dan
prasarana serta sumber dana yang beriebihan, tetapi
tanpa dukungan SDM yang andal kegiatan perusahaan
tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjuk-
kan bahwa SDM merupakan kunci pokok yang harus
diperhatikan dengan segala kebutuhannya. Sebagai kunci
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
226
pokok, SDM akan menentukan keberhasilan pelak-
sanaan kegiatan perusahaan. Tuntutan perusahaan untuk
memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan
SDM yang berkualitas semakin mendesak sesuai dengan
dinamika lingkungan yang selalu berubah. Perubahan
perlu mendapat dukungan manajemen puncak sebagai
langkah pertama yang penting untuk dilakukan bukan
hanya sekedar lip service saja. Pemimpin harus dapat
memobilisasi sebuah tim, proses pekerjaan harus dapat
dikembangkan dan proses SDM harus menjadi fokus
utama.
Perubahan dan peningkatan peran fungsi SDM
angat esensial untuk mendukung keberhasilan organisasi.
Pengelolaan SDM terkait dan mempengaruhi kineija or-
ganisasional dengan cara menciptakan nilai atau meng-
gunakan keahlian SDM yang berkaitan dengan praktek
manajemen dan sasarannya cukup luas, tidak hanya ter-
batas karyawan operasional semata, namun juga meliputi
tingkatan manajerial.
Prinsip Pengembangan
Prinsip pengembangan adalah peningkatan kuali-
tas dan kemampuan kerja SDM dalam organisasi adalah
sebagai berikut :
1. Program Pengembangan. Program adalah suatu
rencana yang konkret karena di dalamnya sudah
tercantum sasaran, kebijaksanaan, prosedur, ang-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
227
garan, dan waktu pelaksanaanya. Jelasnya suatu
program sudah pasti dilakukan, supaya pengem-
bangan ini mencapai hasil yang baik dengan
biaya relatif kecil hendaknya terlebih dahulu
ditetapkan program pengembangan. Dalam pro-
gram pengambangan harus dituangkan sasaran,
kebijaksanaan, prosedur, anggaran, peserta, kuri-
kulum, dan waktu pelaksanaan-nya. Program
pengambangan harus berprinsipkan pada pening-
katan efektivitas dan efisiensi kerja masing-
masing karyawan pada jabatannya. Program
pengembangan suatu orgnisasi hendaknya diin-
formasikan secara terbuka kepada semua kary-
awan atau anggota supaya mereka mempersiap-
kan dirinya masing-masing.
2. Meningkatkan kinerja pegawai supaya bisa
bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat
mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang di-
harapkan oleh organisasi.
3. Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan
baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan peker-
jaan mereka.
4. Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja,
dengan semakin banyaknya ketrampilan yang
dimiliki pegawai, maka lebih fleksibel dan mu-
dah untuk menyesuai-kan diri dengan kemungki-
nan adanya perubahan pada lingkungan or-
ganisasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
228
5. Meningkatkan komitmen karyawan, dengan me-
lalui kegiatan pengembangan, pegawai diharap-
kan memiliki persepsi yang baik tentang or-
ganisasi yang secara tidak langsung meningkat-
kan komitmen kerja pegawai serta dapat memoti-
vasi mereka untuk menampil-kan kinerja yang
baik.
Jenis-Jenis Pengembangan
Jenis pengembangan di kelompokkan atas:
pengembangan secara informal dan pengembangan se-
cara formal yaitu sebagai berikut :
1. Pengembangan Secara Informal. Yaitu karyawan
atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan
mengembangkan dirinya dengan mempelajari
buku-buku lireratur yang ada hubungannya den-
gan pekerjaan atau jabatannya. Pengembangan
secara informal menunjukkan bahwa karyawan
tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan
cara meningkatkan kemampuan kerjanya. Hal ini
bermanfaat bagi perusahaan karena prestasi kerja
karyawan semakin besar, di samping efesiensi
dan produktivitasnya juga semakin baik.
2. Pengembangan Secara Formal. Yaitu karyawan
di tugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidi-
kan atau latihan, baik yang dilakukan perusahaan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
229
maupun yang dilaksanakan lembaga-lembaga
pendidikan atau pelatihan.
Peserta Pengembangan
Peserta yang akan mengikuti pengembangan dari
suatu perusahaan adalah karyawan baru dan lama.
1. Karyawan Baru. yaitu karyawan yang baru di
terima bekerja di perusahaan. Mereka di beri
pengembangan agar memahami, terampil, dan
ahli dalam menyelesaikan pekerjaannya, se-
hingga para karyawan dapat bekerja lebih efisien
dan efektifpada jabatan/pekerjaannya. Pengem-
bangan karyawan baru perlu dilaksanakan agar
teori dasar yang telah mereka kuasai dapat diim-
plementasikan secara baik dalam pekerjaannya.
2. Karyawan Lama. yaitu karyawan lama oleh peru-
sahaan ditugaskan untuk mengikuti pengemban-
gan, seperti pada Balai Pusat Latihan Kerja.
Pengembangan karyawan lama dilaksakan karena
tuntutan pekerjaan, jabatan, perluasan perusa-
haan, penggantian mesin lama dengan mesin
baru, pembaruan metode kerja, serta persiapan
untuk promosi. Jelasnya pengembangan kary-
awan lama perlu dilaksanakan agar para kary-
awan semakin memahami technicall skill, human
skill, conceptual skill, dan managerial skill, su-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
230
paya moral kerja dan prestasi kerjanya mening-
kat.
Proses Pengembangan
Pengembangan pegawai agar lebih efeitif dan
efisien perlu proses yang lebih cermat, proses tersebut
antara lain:
1. Sasaran. Setiap pengembangan harus terlebih
dahulu di tetapkan secara jelas sasaran yang ingin
di capai. Apakah sasaran pengembangan untk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan tek-
nis mengerjakan pekerjaan (technical skill) atau-
kah meningkatkan kecakapan memimpin (mana-
gerial skill) dan konceptual skill.
2. Kurikulum. Kurikulum atau mata pelajaran yg
akan di berikan harus mendukung tercapainya sa-
saran dari pengembangan itu. Dan haharus di
tetapkan secara sistematis,jumlah jam pertemuan,
metode pengajaran, dan sistem evaluasinya sarus
jelas ogar sasaran dari pengembangan optimal.
3. Sarana. Mempersiapkan tempat dan alat-alat
yang akan di gunakan dalam pelaksanaan
pengembangan.
4. Peserta. Menetapkan syarat-syarat dan jumlah
peserta yang dapat mengikuti pengembangan.
5. Pelatih. Menunjuk pelatih atau instruktur yang
memenuhi persyaratan untuk mengajarkan setiap
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
231
mata pelajaran sehingga sasaran pengembangan
dapat tercapai.
6. Pelaksanaan. Melaksanakan proses belajar men-
gajar artinya seriap pelatih mengajarkan materi
pelajaran kepada peserta pengembangan.
Langkah Pengembangan
Langkah-langkah pegawai adalah sebagai beri-
kut:
1. Penentuan kebutuhan analisis kebutuhan itu harus
mampu mendiagnosa paling sedikit dua hal, yaitu
masalah-masalah yang dihadapi sekarang, dan
berbagai tantangan yang diperkirakan akan tim-
bul dimasa depan.
2. Penentuan sasaran yang ingin dicapai itu dapat
diperlakukan, berbagai sasaran harus dinyatakan
sejelas dan kongkret, baik bagi para pelatih mau-
pun para peserta.
3. Penetapan isi program sifat suatu program pelatih
ditentukan paling sedikit oleh dua faktor, yaitu
hasil analisis penentuan kebutuhan dan sasaran
yang hendak dicapai.
4. Identifikasi prinsip-prinsip belajar prinsip belajar
yang lain dipertimbangkan untuk diterapkan
berkisar pada lima hal, yaitu partispasi, relevansi,
pengalihan dan umpan balik.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
232
5. Pelaksanaan program, penyelenggaraan program
pelatihan sangat situasional sifatnya. Artinya,
dengan penekanan pada perhitungan kepentingan
organisasi dan kepentingan para peserta,
menerapkan prinsip-prinsip belajar tercermin
pada penggunaan teknik-teknik tertentu dalam
proses belajar mengajar;
6. Penilaian pada pelaksanaan program pelatihan
dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri para
peserta pelatihan tersebut terjadi dua hal, yaitu
meningkatkan, pendidikan dan pelatihan berarti
pegawai diberi kesempatan untuk mengembang-
kan diri.
Bila pengembangan SDM tidak dilakukan dalam
suatu perusahaan, maka akan terlihat pada gejala-gejala
sebagai berikut :
1. Sering berbuat kesalahan dalam melaksanakan
pekerjaan.
2. Tidak pernah berhasil memenuhi standard kerja
seperti yang dituntut uraian pekerjaan.
3. Mempunyai pola pikir yang sempit dan picik.
4. Tidak mampu menggunakan peralatan yang
lebih canggih dalam bekerja.
5. Akan tetap tinggal bodoh dan terpaut path peker-
jaan rutin.
6. Produktivitas kerja tidak pernah meningkat.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
233
7. Kesinambungan perusahaan tidak bisa dijamin.
8. Rasa kepedulian karyawan yang rendah terhadap
perusahaan.
9. Perusahaan tidak akan mampu bersaing dengan
perusahaan lain.
10. Perusahaan selalu ketinggalan dalam mem-
berikan pelayanan yang baik
Metode Pengembangan
Pelaksanaan pengembangan harus didasarkan
pada metode-metode yang telah di tetapkan dalam pro-
gam pengembangan organisasi dan di tetapkan oleh
manager personalia dan telah ditetakan sasaran, proses,
waktu, dan metode pelaksanaannya.
Sasaran pengembangan karyawan adalah:
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
teknis menerjakan pekerjaan atau technical skill.
2. Meningkatkan ke ahlian dan kecakapan memim-
pin serta mengambil keputusan atau managerial
skill dan conceptual skill.
Indikator Pengembangan
Metode pengembangan yang diterapkan perlu di
ukur apakah baik atau tidak. Metode pengembangan di
katakan baik jika mencapai sasaran sesuai yang di
inginkan, yaitu dapat meningkatkan kualitas pegawai
dalam mengerjakan pekerjaannya. Dengan pengukuran
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
234
metode, dapat menarik kesimpulan apa perlu di ganti
atau hanya disempurnakan saja. Indikator-indikator yang
diukur dari metode pengembangan yang diterapkan
antara lain, sebagai berikut :
a. prestasi kerja karyawan;
b. kedisiplinan karyawan;
c. absensi karyawan;
d. tingkat kerusakan produksi, alat, dan mesin-
mesin;
e. tingkat kecelakaan karyawan;
f. tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan
waktu;
g. tingkat kerjasama karyawan;
h. tingkat upah insentif karyawan;
i. prakarsa karyawan;
j. kepemimpinan dan keputusan manajemen.
6.2. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan SDM berhubungan erat
dengan penilaian terhadap hasil pekerjaan mereka, arti-
nya pelatihan dilaksanakan setelah ada hasil penilaian.
Pendidikan dan Pelatihan dilakukan agar para pegawai
memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, kepribadian mandiri, maju, tang-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
235
guh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, ber-etos kerja
profesional, bertanggung jawab dan produktif, serta se-
hat jasmani dan rohani. Pendidikan harus mampu
menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta
tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan ke-
setiakawanan sosial. Iklim belajar dan mengajar yang
dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya bela-
jar di kalangan masyarakat harus dikembangkan agar
tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan
keinginan untuk maju.
Dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan
berarti mengembangkan SDM untuk lebih mengenal dan
memahami :
1. Seluk beluk pelaksanaan pekerjaan lebih men-
dalam.
2. Perkembangan organisasi.
3. Sasaran yang akan dicapai organisasi.
4. Perlunya kerjasama dalam melaksanakan peker-
jaan.
5. Informasi yang disampaikan organisasi.
6. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi organisasi.
7. Hubungan-hubungan dengan lingkungan.
8. Kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku dalam
organisasi.
9. Sistem dan prosedur yang digunakan dalam pe-
laksanaan tugas organisasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
236
10. Perilaku karyawan yang mendukung dan dituntut
organisasi.
Seseorang pegawai yang sudah terampil akan ter-
lihat pada gejala-gejala sebagai berikut ;
1. Tahu dan mengerti apa yang harus dikerjakan.
2. Mempunyai gerak kerja yang cepat dan tepat.
3. Jarang sekali melakukan kesalahan dan keke-
liruan dalam bekerja.
4. Sudah mempunyai kiat-kiat tertentu dalam me-
laksanakan pekerjaan.
5. Produktivitas kerja meningkat dari biasanya.
Pengertian Pendidikan
Pengertian Pendidikan menurut para pakar
adalah sebagai berikut:
1. Menurut Crow dalam bukunya Management for
Human Service menyatakan, pendidikan di arti-
kan sebagai proses yang berisi berbagai macam
kegiatan yang cocok bagi individu untuk ke-
hidupan sosialnya dan membantu meneruskan
adat dan budaya serta kelembagaan sisi lainnya
dan membantu meneruskan adat dan budaya serta
kelembagaan sosialnya dan membantu
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
237
meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan
sosial dari generasi ke generasi.[69]
2. Menurut N. Gemmell., R. Kneller and I. Sanz
(2011), dalam Economic Jurnal, The Timing and
Persistence on Growth: Evidence from OECD
Countries, menyatakan “pendidikan dalam tiga
cakupan yaitu luas, teknis dan hasil, yang di urai-
kan sebagai berikut arti luas dari pendidikan
adalah menunjukan pada suatu tindakan atau
pengalam yang mempunyai pengaruh yang ber-
hubungan dengan pertumbuhan atau perkemban-
gan pikiran (watak karakter) dan kemampuan
fisik (physical abliti) individu. Arti teknis pen-
didikan adalah proses dimana masyarakat, me-
lalui lembaga-lembaga lain, dengan sengaja men-
transformasikan wawasan budayanya, yaitu pen-
getahuan, nilai dan ketrampilan, dari generasi ke
generasi sedangkan arti hasil pendidikan adalah
apa yang boleh kita peroleh melalui belajar (pen-
getahuan), nilai-nila dan keterampilan-
keterampilan.[70]
3. Menurut, Edwin B. Flippo, Pendidikan adalah
berhungan dengan peningkatan pengetahuan
[69] R.T, Crow and C.A. Odewahn. (1987). Management for HumanService.Published by: Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. P.28-29.[70] N. Gemmell., R. Kneller and I. Sanz. The Timing and Persis-tence on Growth: Evidence from OECD Countries. Economic Jour-nal 121 (550): P.33-58. 2011.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
238
umum dan pemahaman atas lingkungan kita se-
cara menyeluruh.[71]
4. Sedangkan Andrew F. Sikula Pengembangan
mengcu pada masalah staf dan personal adalah
suatu proses pendidikan jangka panjang meng-
gunakan suatu prosedur yang sistematis dan ter-
organisasi dengan mana manajer belajar pengeta-
huan konseptual dan teoretis untuk tujuan
umum.[72]
5. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menyebutkan: pendidikan adalah upaya
sadar yang diarahkan untuk mempersiapkan pe-
serta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbin-
gan dan/atau latihan bagi perannya dimasa akan
datang.[73]
6. Menurut penulis “Pendidikan adalah suatu aktifi-
tas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia yang bertakwa terhadap
Tuhan, berbudi pekerti luhur, berkepribadian
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja profesional, bertangguh
[71] Edwin B. Flippo, Principles of Personnel Management, Mcgraw-hill, the university of Calofornia. Digitized may 17, 2008.ISBN: 007021316x. 9780070213166..[72] Sikula, Andrew E. Personnel Administration and Human Re-source Management. Published by John Wiley 7 Sons. Inc. 2000.[73] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 ten-tang Sistem Pendidikan Nasional,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
239
jawab dan produktif, serta sehat jasmaniah dan
rohani.”
Metode Pendidikan
Metode pendidikan dalam arti sempit yaitu untuk
meningkatkan keahlian dan kecakapan manajer memim-
pin para bawahannya secara efektif. Seorang manajer
yang efektif pada jabatannya akan mendapatkan hasil
yang optimal. Hal inilah yang memotifasi perusahaan
memberikan pendidikan terhadap karyawan manajerial-
nya. Metode pendidikan/development menurut Andrew
F.Sikula adalah sebagai berikut:[74]
a. Training methods atau classroom method.
b. Understudies.
c. Job rotation and planned progression.
d. Coaching-counseling.
e. Junior board of executive or multiple manage-
ment.
f. Committee assignment.
g. Business games.
h. Sensitivity training.
i. Other development method.
Pengertian Pelatihan
[74] Andrew F.Sikula.ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
240
Menurut penulis dalam buku Human Resource
Management, 2014. Latihan adalah suatu pendidikan
jangka pendek dengan manggunakan prosedur yang sis-
tematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional
belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian un-
tuk tujuan tertentu. [75] Pengertian beberapa pakar sebagai
berikut :
1. Menurut Andrew F Sikula, 2000 dalam bukunya,
Personnel Administration and Human Resource
Management, tujuan pelatihan adalah: [76]
a. Meningkatkan produktivitas;
b. Meningkatkan kualitas mutu;
c. Merencanakan sumber daya manusia SDM;
d. Kompensasi tidak langsung;
e. Meningkatkan moral;
f. Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan;
g. Meningkatkan semangat kerja;
h. Menarik dan menahan tenaga kerja yang
baik;
i. Menjaga kesehatan kerja;
j. Menunjang kebutuhan pribadi.
2. Kemudian Gomes (1997) dalam bukunya Human
Resource Management, mengemukakan bahwa:
pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki
prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu se-
[75] Budi Supriyatno, 2014. Human Resource Management,Publihed by Media Brilian, Indonesia. 1st edition.[76] Sikula. Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
241
dang menjadi tanggung jawab idealnya, pelatihan
harus rancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan
para pekerja secara perangan.[77]
Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang
paling umum dan para pimpinan mendukung adanya pe-
latihan karena melalui pelatihan, para pekerja akan men-
jadi lebih terampil dan karena akan lebih produktif seka-
lipun manfaat-manfaat tersebut harus diperhitungkan
dengan waktu persamaan juga mewujudkan tujuan para
pekerja secara beragam. Pada hakekat pelatihan yaitu
cara untuk menghilangkan atau memperkecil kesenjan-
gan prestasi kerja antar aparat\pegawai, pelatihan: proses
pengalaman belajar yang terstruktur untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Metode Latihan
Metode latihan harus berdasarkan kepada kebu-
tuhan pekerjaan tergantung pada berbagai faktor, yaitu
waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat penddikan dasar
peserta, latar belakang peserta. Metode latihan menurut
Andrew F.Sikula:[78]
[77] Faustino Cardoso Gomes (1997: Human Resource Management,Second Edition, Singapore, McGraw-Hill Book.[78] Andrew F.Sikula. op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
242
1. On the job. Para peserta latihan langsung
bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu
pekerjaan di bawah bimbingan seorang penga-
was. Methode latihan di bedakan dalam 2 cara
yaitu :
a. Cara informal yaitu pelatih menyuruh pe-
serta latihan untuk memperhatikan orang
lain melakukan pekerjaan , kemudian dia
di suruh untuk memprakrekkannya.
b. Cara formal yaitu supervisor menunjuk
seorang karyawan senior untuk melaku-
kan pekerjaan tersebut, sementara para
peserta latihan melakukan pekerjaan se-
suai karyawan senior.
2. Vestibule. Adalah metode latihan yang dilakukan
di dalam kelas atau bengkel.
3. Demonstration and example. Adalah metode
latihan yang di lakukan dengan cara peragaan
dan penjelasan bagaimana cara mengerjakan
suatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau per-
cobaan yang didemonstrasikan dan sangat efektif.
4. Simulation. Simulasi merupakan situasi atau
kejadian yang di tampilkan semirip mungkin
dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya meru-
pakan tiruan saja.
5. Clssroom method. Methode pertemuan dalam ke-
las meliputi lecture(pengajaran), confer-
ence(rapat), programmed instruction,metode
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
243
studi kasus, role playing, metode diskusi dan me-
tode seminar.
6. Lecture (ceramah atau kuliah). Metode kuliah di
berikan kepada peserta yang banyak didalam ke-
las. Pelatih mengerjakan teori-teori yang di per-
lukan sedang yang dilatih mencatatnya serta
mem-persepsikanya. Metode kuliah merupakan
suetu metode tradisonal karena hanya pelatih
yang berperan aktif sedangkan peserta pengem-
bangan bersikap pasif.
7. Conference (rapat). Pelatih memberikan suatu
makalah tertentu dan peserta pengembangan ikut
serta berpastisipasi dalam memecahkan makalah
tersebut. Mereka harus mengemukakan idi dan
sarannya untuk didiskusikan serta diterapkan ke-
simpulanya pada metode konferensi pelatih dan
yang dilatih sama-sama berperan aktif serta di-
laksanakan dengan komunikasi dua arah. Dengan
metode konferensi diharapkan peserta pengem-
bangan terlatih untuk menerima dan menpersep-
sikan pendapat orang lain serta dapat mengambil
kesimpulan atau keputusan dari problem yang di-
hadapinya. Jadi, setelah pengembangan mereka
menyadari bahwa setiap perusahaaan atau jabatan
saling terkait dan saling membutuhkan. Dengan
demikian, dia harus bersedia memberikan infor-
masi dan menerima informasi dari partner usa-
hanya karena organisasi merupakan suatu sistem.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
244
Kehidupan suatu perusahaan juga tergantung pa-
da perusahaan lainnya.
8. Programmed instruction. Program intruksi meru-
pakan bentuk training sehingga peserta dapat be-
lajar sendiri karena langkah-langkah pengerjaan
sudah di program, biasanya dengan komputer,
buku, atau mesin pengajar. Program intruksi me-
liputi pemecahan informasi dalam beberapa ba-
gian kecil sedemikian rupa sehingga dapat di
bentuk program pengajaran yang mudah dipaha-
mi dan saling berhubungan.
9. Metode studi kasus.Dalam teknik studi kasus, pe-
latih memberikan suatu kasus kepada peserta
pengembangan. Kasus ini tidak disertai data yang
komplet atau sengaja di sembunyikan. Tujuannya
agar peserta terbiasa mencari data/informasi dari
pihak eksternal dalam memutuskan suatu kasus
yang dihadapinya. Peserta ditugaskan untuk
mengidetifikasi masalah, menganalisis situasi,
dan merumuskan penyelesaiannya.
10. Role playing. Teknik dalam metode ini, beberapa
orang peserta ditunjuk untuk memainkan suatu
peran dalam organisasi tiruan Jadi semacam san-
diwara. Misalnya tentang kasus-kasus berikut:
a. Hubungan atsan dengan bawahan dalam
situasi tertentu.
b. Cara-cara memberikan perintah.
c. Cara-cara memberikan hukuman
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
245
Manfaat metode ini adalah untuk mengembang-
kan keahlian dalam hubungan antara manusia
yang berinteraksi sehingga ia dapat membina in-
traksi yangharmonis dari bawahannya kelak da-
lam praktek di perusahaan.
11. Metode diskusi. Metode diskusi dilakukan den-
gan melatih peserta untuk berani memberikan
pendapat dan rumusannya serta cara-cara bagai-
mana meyakinkan orang lain percaya terhadap
pendapatnya. Peserta juga dilatih untuk menyada-
ri bahea tidak ada rumusan yang mutlak benar.
Jadi, harus ada kesediaan untuk menerima pe-
nyempurnaan dari orang lain, menerima informa-
si, dan memberikan informasi. Jelasnya harus di-
kembangkan pertukaran pendapat yang konstruk-
tif untuk memperoleh rumusan yang baik.
12. Metode seminar. Metode seminar bertujuan men-
gembangkan keahlian dan kecakapan peserta un-
tuk menilai dan memberikan saran-saran yang
konstruktif mengenai pendapat orang lain (pem-
bawa makalah). Peserta dilatih agar dapat mem-
persepsi, meng-evaluasi, dan memberikan saran-
saran serta menerima atau menolak pendapat atau
usul orang lain.
Pendidikan dan Pelatihan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
246
Menurut penulis pengertian pendidikan dan Pe-
latihan (Diklat) adalah serangkaian usaha atau kegiatan
yang di lakukan untuk meningkatkan kualitas pengeta-
huan, perilaku, potensi, kemampuan dan produktifitas
kerja yang dimiliki oleh seseorang.
Manfaat kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Dik-
lat) pegawai, sebagai berikut :
1. Organisasi mempunyai berkemampuan menyesuai-
kan diri dengan kebutuhan sekarang.
2. Organisasi mempunyai SDM yang selalu tampil
meyakinkan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Organisasi mampu menjawab tantan-
gan perkembangan keadaan masa depan.
4. Organisasi dapat meningkatkan prestasi karyawan
secar individual maupun kelompok.
5. Mekanisme organisasi lebih fleksibel dan tidak
kaku dalam menggunakan teknologi baru.
6. Organisasi dapat mempersiapkan pegawai untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Secara umum pendidikan dan pelatihan bertujuan
untuk memberikan kesempatan kepada pegawai dalam
meningkatkan kecakapan dan keterampilan mereka, teru-
tama dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
247
kepemimpinan atau manajerial yang diperlukan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian pada pasal 31 mengatur ten-
tang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yaitu untuk mencapai daya guna dan hasil guna
yang sebesar-besarnya, diadakan pengaturan dan penye-
lenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan PNS.[79]
Untuk membentuk sosok pegawai negeri sipil
yang dimaksudkan di atas, diperlukan Diklat yang men-
garah pada: Peningkatan semangat dan pengabdian yang
berorientasi kepada kepentingan masyarakat, bangsa,
negara dan tanah air; Peningkatan kompetensi teknis,
manajerial atau kepemimpinan, peningkatan efisiensi,
efektifitas, kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan
dengan semangat kerjasama dan tanggungjawab sesuai
dengan lingkungan kerja dan organisasi.[80]
Kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pe-
merintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, dalam pera-
turan pemerintah ini yang dimaksud dengan pendidikan
dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil yang selanjut-
nya disebut Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar
[79] Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-PokokKepegawaian pada pasal 31 mengatur tentang Pendidikan danPelatihan Pegawai Negeri Sipil (PNS)[80] Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1999. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
248
dan mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan
pegawai negeri sipil.[81]
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil pasal 2 dan 3, bahwa Diklat bertu-
juan agar : Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara
operasional dengan didasari kepribadian etika pegawai
negeri sipil sesuai dengan kebutuhan instansi; mencipta-
kan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa; Memantap-
kan sikap dan semangat kepribadian yang berorientasi
pada pelayanan, pengayoman, pemberdayaan masyara-
kat; Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola ber-
pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pem-
bangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik.[82]
Sasaran Diklat adalah terwujudnya Pegawai
Negeri Sipil yang memiliki kompetensi sesuai dengan
persyaratan jabatan masing-masing. Dasar kebijakan
Diklat dalam peraturan pemerintah adalah: Diklat meru-
pakan bagian integral dan sistim pembinaan PNS, Diklat
mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karier
PNS, Sistem Diklat meliputi proses identifikasi kebutu-
han, perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi, Diklat
diarahkan untuk menyiapkan PNS agar memenuhi per-
[81] Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidi-kan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil pasal 2 dan 3.[82] Peraturan Pemerintah. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
249
syaratan jabatan yang ditentukan dalam kebutuhan or-
ganisasi termasuk pengadaan kader pimpinan dan staf.
Dalam konteks ini Lembaga Administrasi Negara
(LAN) memainkan peranan yang sangat penting didalam
menyiapkan program-program pelatihan di tingkat na-
sional serta melakukan supervisi, bersama Kementerian
terkait yang relevan terutama Pendidikan dan Pelatihan
Kepepimpinan Tingkat IV dan Tingkat III.
Pada umumnya disepakati paling tidak terdapat
tiga bidang kemampuan yang diperlukan untuk melak-
sanakan proses manajemen Hersey dan Blanchart, 1992
dalam bukunya, Management of Organizational Behav-
ior: Utilizing Human Resources. yaitu:[83]
1. Kemampuan teknis (technical and skill), kemam-
puan menggunakan pengetahuan, metode, teknik
dan peralatan yang diperoleh dari pengalaman,
pendidikan, training.
2. Kemampuan sosial (human atau sosial skiil),
kemampuan dalam bekerja dengan melalui, orang
lain, yang mencakup pemahaman tentang moti-
vasi dan penerapan kepemimpinan efektif.
3. Kemampuan konseptual (conceptual skill) yaitu:
kemampuan untuk memahami kompleksitas or-
ganisasi menyesuaikan bidang gerak unit kerja
[83] Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard. Management of Organ-izational Behavior: Utilizing Human Resources. Published by Pren-tice Hall; 6th edition edition (30 Dec 1992).1992. P.5
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
250
masing-masing kedalam bidang operasi secara
menyeluruh, kemampuan ini memungkinkan se-
seorang bertindak selaras dengan tujuan-tujuan
kebutuhan keluarga sendiri.
Penting Pendidikan dan Pelatihan
Pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi suatu
organisasi antara lain sebagai berikut:
1. SDM atau karyawan yang menduduki suatu ja-
batan tertentu dalam organisasi, belum penuh
mempunyai kemampuan yang sesuai dengan per-
syaratan yang diperlukan dalam jabatan tersebut.
2. Dengan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan akan
memperoleh kemampuan ilmu dan teknologi,
yang dapat meningkatkan kinerja pegawai dan
kinerja organisasi.
3. Promosi dalam suatu organisasi/instansi adalah
suatu keharusan, namun kadang-kadang pegawai
bukan bidang yang dikuasai, maka perlu penam-
bahan Diklat agar pegawai tersebut memiliki
keahlian dan ketrampilan yang sesuai di bidang
tugasnya.
Tujuan Diklat
Kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan me-
rupakan tanggung jawab bagian kepegawaian dan pen-
yedia (pimpinan) langsung pimpinan mempunyai tang-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
251
gung jawab atas kebijakan-kebijakan umum dan prose-
dur yang dibutuhkan untuk menerapkan program pen-
didikan dan pelatihan pegawai. Adapun tujuan pendidi-
kan dan pelatihan menurut :
1. Menambah pengetahuan pegawai sejalan dengan
kemajuan teknologi.
2. Mengorientasikan pegawai terhadap organisasi.
3. Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian dan
keterampilan pegawai.
4. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pegawai.
5. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja
pegawai dalam mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan.
6. Mengubah dan membentuk sikap pegawai.
7. Mengembangkan keahlian pegawai sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat.
8. Mengembangkan semangat, kemauan dan ke-
senangan kerja pegawai.
9. Mempermudah pengawasan terhadap pegawai.
Manfaat Diklat
Ada beberapa manfaat pendidikan dan pelatihan
pegawai, yaitu:
1. Pendidikan dan pelatihan meningkatkan stablitas
pegawai;
2. Pendidikan dapat memperbaiki cara kinerja
pegawai;
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
252
3. Dengan pendidikan dan pelatihan pegawai dapat
berkembang dengan efesien dan melaksanakan
tugas dengan baik;.
4. Penilaian kebutuhan pelatihan, yang tujuannya
adalah mengumpulkan informasi;
5. Untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya
program pelatihan;
6. Pengembangkan program pelatihan (develop-
ment), metode-metode pelatihan yang dibutuhkan
guna mencapai tujuan pelatihan;
7. Evaluasi program pelatihan (evaluation), mem-
punyai tujuan untuk menguji dan menilai apakah
program-program pelatihan yang telah di-
jalani,secara efektif mampu mencapai tujuanya
yang telah ditetapkan.
Menurut Barnardin, 1993 dalam bukunya, Hu-
man Resource Management: An Experiential Approach
menyatakan bahwa program pelatihan mempunyai tiga
tahap aktivitas yang mencakup:[84]
1. Penilaian kebutuhan pelatihan, yang tujuannya
adalah mengumpulkan informasi.
2. Untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya
program pelatihan.
3. Pengembangan program pelatihan (development),
bertujuan untuk merancang lingkungan pelatihan
[84] H. John Bernardin. Human Resource Management: An Experi-ential Approach Published by McGraw-Hill, 1 Jan 1993.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
253
dan metode-metode pelatihan yang telah dijalani,
secara efektif mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Proses Diklat
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses
yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku, pen-
didikan dan pelatihan. Secara nyata perubahan perilaku
itu berbentuk peningkatan mutu kemampuan dari sasaran
pendidikan dan pelatihan.
Sedangkan dalam ketentuan umum pasal 1 ayat
1, peraturan pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2000
tentang pendidikan dan pelatihan Jabatan Pegawai
Negeri Sipil, dijelaskan bahwa, pendidikan dan pelatihan
pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut (Diklat)
adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil.
Lebih lanjut dalam pasal 2 peraturan pemerintah (PP)
Nomor 101 dijelaskan bahwa Diklat bertujuan untuk:[85]
1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampi-
lan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas
jabatan secara professional dengan dilandasi ke-
pribadian dan etika pegawai negeri sipil. Sesuai
dengan kebutuhan instansi.
[85] Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidi-kan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
254
2. Menciptakan pegawai yang berperan sebagai
pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan
bangsa.
3. Memanfaatkan sikap dan semangat kepribadian
yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman,
dan pemberdayaan masyarakat.
4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola
pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan
umum dan pembangunan demi terwujudnya ke-
pemerintahan yang baik.
6.3. Analisa Kebutuhan Diklat
Analisa Kebutuhan Diklat
Goldstein. I.L. ( 1986), dalam bukunya Training
In Organization: Needs Assessment Development snd
evaluation mendefinisikan analisa kebutuhan sebagai
upaya yang menganalisa dan mendiagnosa organisasi,
tugas dan karyawan, untuk menentukan apakah obat
yang diperlukan dan apa obatnya adalah paling mungkin
untuk menghasilkan hasil yang diinginkan.[86] Sedang-
kan Kaufman (1978) definisi berkisar pada konsep per-
bedaan antara " apa " dan " apa yang seharusnya" yang
[86] Goldstein. I.L. ( 1986). Training In Organization: Needs As-sessment Development snd evaluation. Published by Pasific Grove,CA: Books-Cole.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
255
berfokus pada analisa/identifikasi kebutuhan.[87] Istilah
"analisis kebutuhan" didefinisikan sebagai proses
penentuan alasan dan menyebabkan untuk kebutuhan
sehingga intervensi yang tepat dapat diidentifikasi dan
kemudian memilih. Definisi ini mendukung hubungan
antara analisa kebutuhan dan analisis kebutuhan sebagai
mengabaikan mengarah ke pertanyaan "apa yang harus
dianalisa?"
Selain itu, sebuah istilah yang lebih tepat untuk
digunakan untuk analisa kebutuhan diklat adalah anal-
isis kebutuhan pelatihan. "Analisis kebutuhan pelatihan
didefinisikan sebagai analisis kebutuhan yang mem-
bantu untuk menentukan apakah pelatihan adalah solusi
atau bagian dari solusi untuk memenuhi kebutuhan. Sete-
lah mengapa pelatihan dilakukan, analisis kebutuhan
pelatihan dilakukan untuk menentukan apa, kapan, di
mana, bagaimana, dan oleh siapa pelatihan mungkin
akan lebih baik dipekerjakan".[88]
Rossett, A. (1987) dalam Training Needs Assess-
ment, mendefinisikan kebutuhan pelatihan analisa seba-
gai studi sistematis dari masalah atau inovasi mengga-
bungkan data dan opini dari berbagai sumber, dalam
rangka untuk membuat keputusan yang efektif atau re-
[87] H.G. Kaufman ( 1978). Continuing Education and job Perform-ance: A Longitudinal Study. Journal of Aplied Psychology. 63, 248-251.[88] Train the Trainer/Vol 3: Training Programs Oleh AmericanSociety for Training & Development. Published by Linking people,Learning Performance.ISBN: 1-56286.280-4. P.52.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
256
komendasi tentang apa yang harus terjadi selanjutnya.[89]
Training Need Assesment (TNA) adalah proses diag-
nostik yang mencoba untuk mengidentifikasi berbagai
kebutuhan organisasi yang berpotensi dapat dipenuhi
melalui pelatihan atau bahkan sebaliknya. Tujuan dari
observasi lapangan tentang Training Need Assesment ini
adalah:[90]
1. Untuk mengetahui masalah apa sesungguhnya
dihadapi oleh institusi yang diobservasi dalam
hal yang berkaitan dengan kinerja pegawai.
2. Untuk mencari informasi tentang hal yang ber-
hubungan dengan kinerja pada institusi yang
diobservasi.
3. Untuk membantu instusi yang diobservasi (dalam
hal ini lokasi/sekolah tempat observasi) mencari
jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapai.
4. Untuk menentukan apakah perlu diadakan (dibu-
tuhkan) Diklat atau tidak terhadap para pegawai
dalam meningkatkan kinerjanya.
5. Untuk memberikan bekal pengalaman melalui
latihan kepada para observer dalam menghadapi
persoalan TNA di lapangan.
[89] Rossett, A. Training Needs Assessment. Englewood Cliffs, NJ:Educational Technology Publications, 298 pp. and See you too.Rossett, A. (April 1996). Training and organizational development:siblings separated at birth. Training, 33(4), 53-59. 1987.[90] Rossett, A. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
257
Adapun manfaat dari observasi ialah :
1. Dapat dijadikan bahan masukan kepada pimpinan
institusi untuk meningkatkan kinerja para guru/
pegawai untuk mempertinggi kualitas dan pro-
duktivitas pekerjaan.
2. Memberikan pengetahuan dan menambah wawa-
san para guru/ pegawai dalam memahami ruang
lingkup pekerjaan mereka sekaligus mengukur
sejauh mana mereka telah melaksanakan tugas-
nya dengan tepat dan benar.
Analisis kebutuhan pelatihan sering mengung-
kapkan kebutuhan akan pelatihan yang tepat sasaran.[91]
Dengan melakukan analisa yang efektif, sebuah instansi
memverifikasi bahwa pelatihan adalah solusi yang tepat
untuk kekurangan kinerja. Pelatihan tidak bisa meme-
cahkan masalah yang disebabkan oleh desain sistem
yang buruk, kurangnya sumber daya atau understaffing.[92]. Dalam beberapa kasus, meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan karyawan mungkin tidak menyelesai-
[91] Geri. E. McArdle. Conndacting a Need Assessment. MenloPark, CA: Crisp Publication. P.4.And See you too, Geri. E. McArdle(2007). Training Design & Delivery: A Guide for every TrainerTraining Manager, and Occasional Trainer. Published by ASTDPress.2nd Edition. 1998.[92] J.B. Sorensen (2002), The Strength of Corparate culture and theReliability of Firm and Performance. Administrative Science Quar-terly. International Journal of Human Resource Management, 11(4), 766–788.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
258
kan masalah atau kekurangan, sehingga pelatihan akan
menyia-nyiakan sumber daya dan waktu yang berharga.
Sebuah analisa kebutuhan pelatihan dapat mem-
bantu menentukan kinerja atau tingkat pengetahuan saat
ini terkait dengan suatu aktivitas tertentu, serta kinerja
yang optimal atau tingkat pengetahuan yang dibutuhkan.
Dengan melakukan analisa kebutuhan, instansi dapat
mengumpulkan informasi mengenai kompetensi tenaga
kerja atau tugas itu sendiri, informasi tersebut membantu
mengidentifikasi penyebab masalah.[93] Mereka yang
melakukan analisa harus memiliki pemahaman yang je-
las tentang masalah dan harus mempertimbangkan se-
mua solusi, tidak hanya pelatihan, sebelum mereka men-
yajikan temuan mereka kepada manajemen dan menen-
tukan solusi terbaik . Ketika dilakukan dengan benar,
analisis kebutuhan adalah investasi yang bijaksana bagi
organisas. Hal ini menghemat waktu, uang dan usaha
dengan bekerja pada masalah yang benar".[94] Kegagalan
untuk analisa kebutuhan pelatihan dapat menyebabkan
kesalahan. Misalnya, sebuah instansi yang bergantung
pada pelatihan untuk memperbaiki masalahnya harus
mencari solusi lain yang mungkin lebih efektif.
Analisa kebutuhan Diklat adalah proses yang
berkelanjutan pengumpulan data untuk menentukan apa
kebutuhan pelatihan ada sehingga pelatihan yang dapat
[93] Rossett.Op.cit.[94] McArdle. Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
259
dikembangkan untuk membantu organisasi mencapai
tujuan. Melakukan need assessment merupakan dasar
untuk keberhasilan program pelatihan. Seringkali, or-
ganisasi akan mengembangkan dan melaksanakan pe-
latihan tanpa terlebih dahulu melakukan analisis kebutu-
han. Ada empat alasan utama mengapa analisis kebutu-
han harus dilakukan sebelum program pelatihan dikem-
bangkan :
1. Untuk mengidentifikasi masalah tertentu dalam
organisasi. Kepegawaian dan manajemen harus
tahu apa masalahnya sehingga pelatihan yang
paling tepat akan diarahkan ke masalah-masalah
organisasi. Sebagai contoh, jika seorang manajer
mendekati bagian kepegawaian dengan permin-
taan untuk program komunikasi.
2. Untuk mendapatkan dukungan manajemen.
Manajemen biasanya berpikir pelatihan adalah
hal yang baik untuk dilakukan. Sikap ini dapat
diletakkan langsung di awal analisa kebutuhan.
Cara untuk memperoleh dukungan manajemen
adalah untuk memastikan bahwa pelatihan lang-
sung mempengaruhi apa yang terjadi pada ke-
pegawaian. Pelatih harus melihat diri mereka
apakah memberikan kontribusi langsung ke
pegawai. Manajemen akan berkomitmen untuk
melaksanakan pelatihan apabila data kepega-
waian dapat menunjukkan bahwa pelatihan dapat
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
260
meningkatkan kinerja di tempat kerja. Akibatnya,
program pelatihan dan anggaran tidak akan men-
jadi hal pertama yang dipotong atau dipangkas.
3. Untuk mengembangkan data untuk evaluasi.
Kecuali kebutuhan informasi yang dikembangkan
sebelum melakukan pelatihan, evaluasi yang ter-
jadi setelah program mungkin tidak valid. Dalam
melakukan analisis kebutuhan pertama, pelatih
dapat mengukur efektivitas program.
4. Untuk menentukan biaya dan manfaat pelatihan.
Pelatihan biasanya dipandang sebagai gangguan
daripada kontribusi terhadap kinerja organisasi.
Hal ini terjadi ketika pelatih gagal untuk
mengembangkan analisis manfaat atas biaya un-
tuk pelatihan mereka melakukan. Namun, se-
bagian besar pelatih berpendapat bahwa mana-
jemen tidak akan menghabiskan uang untuk pe-
latihan.
SDM profesional dan manajemen juga perlu
menyadari bahwa pelatihan bukanlah menyembuhkan
semua masalah organisasi. Hal tersebut tidak harus
digunakan sebagai alat untuk memperbaiki kinerja, atau
sebagai motivasi untuk memperbaiki kinerja yang buruk.
Tujuan pelatihan adalah untuk mendukung pencapaian
tujuan organisasi dengan meningkatkan keterampilan
yang diperlukan karyawan .
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
261
Pelatihan adalah tepat ketika organisasi dapat
mengharapkan untuk mendapatkan lebih banyak manfaat
dari pelatihan daripada diukur sebagai investasi biaya.
Nilai investasi pelatihan untuk organisasi harus bergan-
tung pada visi. Manajer dapat mengusulkan pelatihan
untuk membangun keterampilan dan tingkat pengeta-
huan yang membantu karyawan yang lebih baik berkon-
tribusi terhadap misi organisasi. Dalam beberapa kasus,
kebutuhan mendesak dan perbaikan pelatihan tujuannya
adalah untuk memperbarui dan memelihara pengetahuan
profesional.
Pelatihan yang diatur analisa kebutuhan dapat
memberikan banyak manfaat termasuk:
1. meningkatkan komitmen manajemen calon pe-
serta pelatihan dan pengembangan yang berke-
lanjutan;
2. meningkatkan visibilitas fungsi pelatihan;
3. mengklarifikasi masalah organisasi penting;
4. menyediakan penggunaan terbaik dari sumber
daya yang terbatas;
5. menyediakan program dan ide-ide desain;
6. merumuskan strategi untuk bagaimana melanjut-
kan dengan upaya pelatihan.
Manfaat lainnya adalah kebutuhan yang jelas un-
tuk menyediakan karyawan dengan keterampilan dan
pengetahuan untuk melakukan pekerjaan mereka, mem-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
262
bantu organisasi memenuhi tujuan kinerja, dan mening-
katkan hubungan dan semangat kerja karyawan.[95]
Pelaksanaan Analisis Diklat
Salah satu metode analisa tradisional meminta
karyawan untuk mendaftar kursus pelatihan yang di-
inginkan. Salah satu alasan mungkin adalah bahwa
pendekatan ini tidak berbasis kinerja dan karyawan ser-
ing mengidentifikasi pelatihan yang diinginkan diband-
ingkan kebutuhan pelatihan.
McGehee dan Thayers (1961) dalam bukunya
Training in Business and Industry menyatakan tiga
pendekatan berjenjang untuk melakukan analisa kebu-
tuhan yang berfungsi sebagai kerangka dasar. Pendeka-
tan ini mengidentifikasi tiga tingkat analisa: organisasi,
operasi dan individu.[96] Sedangkan Hilton, Et al. (2002)
dalam Inactivation of BRC1 and BRC2 in ovarian Can-
cer. Analisis operasi sekarang lebih dikenal sebagai tu-
gas atau analisis pekerjaan:[97]
1. Analisis organisasi. Analisis organisasi meneliti
di mana pelatihan diperlukan dan dalam kondisi
apa pelatihan akan dilakukan. Analisis ini men-
[95] Lynn T. Drennan and Allan McConnell (2007). Risk and CrisisManagement in the Public Sector. Published by Routledge. USA..[96] W. McGehee dan D.W. Thayer. ( 1961). Training in Businessand Industry. Published by New York: Wiley.[97] Hilton J.L., Geisher J.P., Rathe JA. Et al. (2002). Inactivation ofBRC1 and BRC2 in ovarian Cancer. J. Natl Cancer Inst2002:94:1396-1406.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
263
gidentifikasi pengetahuan, keterampilan dan ke-
mampuan yang diperlukan karyawan untuk masa
depan, sebagai organisasi dan pekerjaan mereka
berkembang atau berubah. Sedangkan dalam ar-
tikelnya menyatakan, melalui analisis organisasi,
data dikumpulkan dengan melihat faktor-faktor
seperti absensi, keselamatan, hari kerja yang hi-
lang, keluhan internal, keluhan pelanggan atau
masalah kinerja lainnya. Data-data ini kemudian
dievaluasi untuk diidentifikasi sehingga pelatihan
dapat meningkatkan kinerja. Tahap analisis or-
ganisasi juga harus merencanakan perubahan di
tempat kerja, seperti kebutuhan masa depan,
demografi pekerja, dan peraturan perundang-
undangan.[98]
a. Keterampilan yang akan datang. Mema-
hami bagaimana suatu organisasi dapat
berubah dapat mengungkapkan kebutuhan
keterampilan di masa depan. Sebagai con-
toh, akan peralatan baru dipasang atau
proses baru yang diterapkan? Standar atau
peraturan akan berubah ? Apakah peruba-
han teknologi? Apakah karyawan diminta
untuk bekerja dengan karyawan lain atau
dalam tim yang akan membutuhkan komu-
nikasi dan keterampilan interpersonal?
[98] Brown.Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
264
Akankah perubahan budaya akan terjadi
dalam organisasi ?.
b. Demografi pekerja. Perubahan ekonomi
dan penyesuaian biaya operasi juga mung-
kin memerlukan perubahan di tempat kerja,
seperti mungkin bersaing di tingkat global.
Memahami potensi perubahan akan mem-
bantu organisasi mulai mengakomodasi ke-
butuhan karyawan sambil tetap memenuhi
kebutuhan organisasi .
c. Hukum dan peraturan. Perubahan kese-
lamatan dan lingkungan peraturan yang
berlaku serta undang-undang baru dapat
menentukan bahwa suatu organisasi mem-
berikan pelatihan di daerah tertentu . Seba-
gai contoh, karyawan yang bekerja dengan
bahan berbahaya mungkin diperlukan untuk
menerima pelatihan penyegaran tahunan.
2. Analisis Operasi / Analisis Tugas. Analisis op-
erasi / tugas membandingkan pengetahuan dan
keterampilan yang dipersyaratkan setiap peker-
jaan spesifik dengan pengetahuan dan keterampi-
lan aktual karyawan . Kesenjangan ini mengung-
kapkan kebutuhan pelatihan. Sumber data terma-
suk deskripsi pekerjaan, prosedur operasi stan-
dard, keselamatan kerja analisis / job analisis ba-
haya, standar kinerja, tinjauan literatur dan prak-
tik terbaik, dan pengamatan di tempat dan mem-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
265
pertanyakan. Sebuah analisis tugas yang efektif
mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dilaku-
kan, kondisi di mana tugas-tugas yang harus dila-
kukan, seberapa sering dan ketika tugas dilaku-
kan, kuantitas dan kualitas kinerja yang diperlu-
kan, keterampilan dan pengetahuan yang dibu-
tuhkan untuk melakukan tugas-tugas, dan di
mana dan bagaimana ini keterampilan terbaik
diperoleh.
3. Analisis individual. Analisis individu melihat in-
dividu karyawan dan bagaimana mereka tampil di
pekerjaan mereka. Karyawan dapat diwawan-
carai, diperiksa atau diuji untuk menentukan
tingkat masing-masing keterampilan atau penge-
tahuan. Data juga dapat dikumpulkan dari tin-
jauan kinerja mereka. Selain itu, masalah kinerja
dapat diidentifikasi dengan faktor-faktor seperti
produktivitas, absensi, keterlambatan, kece-
lakaan, keluhan, keluhan pelanggan, kualitas,
produk dan perbaikan peralatan yang dibutuhkan
memeriksa. Ketika kekurangan teridentifikasi ,
pelatihan dapat dimulai untuk memenuhi kebutu-
han individu karyawan.
Ketiga tingkat analisis kebutuhan yang saling ter-
kait dan data harus dikumpulkan di semua tingkatan.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, kebutuhan
pelatihan dapat diidentifikasi, tujuan pembelajaran dapat
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
266
dibentuk, dan program pelatihan dapat dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan organisasi serta kebutuhan
karyawan.
Jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan
analisa kebutuhan pelatihan akan bervariasi tergantung
pada kebutuhan organisasi, sumber daya, waktu yang
tersedia dan manajemen komitmen. Namun, langkah-
langkah dasar dalam proses ini adalah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan untuk analisa kebutuhan. Per-
tanyaan apa yang perlu dijawab ? Paling umum,
analisa kebutuhan menyediakan data untuk pen-
ganggaran atau penjadwalan.[99] Namun, mem-
pertimbangkan kebutuhan lain juga, seperti men-
gidentifikasi keterampilan individu atau kebutu-
han pengetahuan, kebutuhan pengembangan or-
ganisasi, perencanaan keuangan, masalah ke-
pegawaian dan kebutuhan peningkatan kinerja.
2. Mengumpulkan data. Sebuah kekayaan pengeta-
huan dapat dikumpulkan dengan menggunakan
alat-alat seperti pengamatan, kuesioner, wawan-
cara, analisa kinerja, kelompok fokus, kelompok
penasihat, tes dan review dokumen . Pendekatan
terbaik mungkin kombinasi metode seperti
[99] TJ. DiLauro. ( 1979 November-December). Training Needs As-sessment Curent Practice New Dimension Public Personnel Man-agement. P.351-359.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
267
kelompok fokus diikuti oleh pengamatan yang
dapat memperkuat temuan.
3. Menganalisis data. Hal ini melibatkan mengiden-
tifikasi setiap perbedaan atau kesenjangan antara
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh
karyawan dan keterampilan-keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan atau diinginkan un-
tuk pekerjaan itu.
4. Menentukan apa yang perlu dapat dipenuhi oleh
pelatihan. Langkah ini melibatkan identifikasi
masalah kinerja yang dapat diperbaiki dengan
meningkatkan keterampilan atau pengetahuan
karyawan. Masalah yang terkait dengan isu-isu
seperti motivasi, semangat, sumber daya, desain
sistem atau ketidakmampuan belajar tidak boleh
diperbaiki dengan pelatihan.
5. Mengusulkan solusi. Jika solusi terkait dengan
kekurangan pelatihan, maka program pelatihan
formal atau informal mungkin diperlukan.
Meskipun bukan fokus dari artikel ini, memberi-
kan program pelatihan yang efektif meliputi be-
berapa langkah kunci:
a) Melakukan analisis biaya - manfaat atau
kasus bisnis untuk menentukan keuntun-
gan finansial dari melakukan kelas pelati-
han.
b) Menetapkan tujuan yang jelas. Tujuan
menggambarkan apa yang peserta didik
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
268
akan dilakukan, menyatakan kondisi di
mana mereka akan melakukannya, dan
menetapkan kriteria yang kinerja yang
sukses akan dinilai.[100] Tujuan pelatihan
harus selaras dengan tujuan bisnis or-
ganisasi dan misi.
c) Buat konten dan desain instruksional.
Menentukan metode yang paling efektif
untuk situasi tertentu. Kelas pelatihan
mungkin efektif untuk satu situasi, tapi ti-
dak begitu efektif bagi orang lain. Dalam
beberapa kasus, kombinasi dari kelas dan
pelatihan on-the - job mungkin paling
efektif. Pilihan pengiriman lainnya terma-
suk video, berbasis web atau komputer
berbasis pelatihan.
d) Pertimbangan lain adalah siapa yang akan
memberikan pelatihan, sumber internal
atau eksterna.
e) Bahan diciptakan untuk mendukung pro-
gram pelatihan juga penting. Konten ha-
rus selaras dengan tujuan. Kegiatan harus
memungkinkan peserta pelatihan untuk
[100] M Molenda., JA. Pershing &C.M. Reigeluth, (1996). DesigningInstructional System. In. R.I. craig (Ed.), The Handbook: A Guide toHuman Resource Development (4th edition). P.266-293). New York:McGraw-Hill.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
269
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
orang dewasa dalam kelas.
f) Transfer pengetahuan dari kelas ke tem-
pat kerja. Menerapkan pelatihan yang
efektif mensyaratkan bahwa pembelajar
diaktifkan untuk menerapkan pengetahuan
yang dipelajari di kelas di tempat kerja.
g) Mengevaluasi efektivitas pelatihan.
h) Melaksanakan rekomendasi dari evaluasi.
Perbaikan ini dapat berkisar dari men-
gubah materi pelatihan.
6.4. Sikluas dan Desain Diklat
Desain Diklat
Dalam merancang suatu pelatihan, kita harus
mengacu pada sebuah model. Dimana model tersebut
akan membantu untuk memberikan langkah-langkah
sistematis dan spesifik untuk kegiatan pelatihannya.
Model-model pelatihan tersebut proses dan langkah-
langkahnya disesuaikan dengan kompetensi yang ingin
dicapai, masalah-masalah yang ingin dipecahkan,
metode atau strategi yang ingin digunakan.
Bagaimanapun, untuk merancang suatu pelatihan harus
memperhatikan pendekatan kebudayaan secara
organisasi, ketersediaannya sumber daya manusia dan
kebutuhan peserta.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
270
Penyelesaian merancang suatu pelatihan
tergantung dari tersedianya SDM. Merancang kebutuhan
pelatihan harus menjamin bahwa pelatihan harus
sistematik, terstruktur, dan diorientasikan terhadap
pencapaian objek pelatihan. Terdapat tiga kunci untuk
membimbing terhadap perancangan proses pelatihan
yaitu konten (materi yang diperlukan dalam pelatihan),
proses (strategi pelatihan yang diperlukan), pengukuran
(sejauh mana keefektifan pelatihan sehingga dapat
dievaluasi).
Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian
agar design program dapat berjalan dengan lancar untuk
langkah selanjutnya, yaitu :
1. Penentuan kriteria awal atau tingkat pengetahuan
pembelajar yang harus ditunjukkan sebelum
pelatihan.
2. Mengembangkan sasaran pelatihan untuk setiap
tugas yang diberikan.
3. Mengidentifikasi struktur dan langkah pelatihan
yang dibutuhkan untuk melakukan penugasan,
mulai dari yang termudah sampai yang tersulit.
4. Berdasarkan alokasi waktu yang disediakan pada
pelatihan, tentukan kisaran berapa lama
penyampaian program pelatihan sesuai dengan
kecepatan instruktur, format pelatihan, dan moda
pemberian pelatihan sesuai dengan isi dan
tampilan program.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
271
5. Jika dimungkinkan, lakukan presentasi mini
mengenai program pelatihan agar diperoleh
gambaran apakah program sudah dapat
memvalidasi sasaran pelatihan.
6. Lakukan tinjauan terhadap biaya implementasi
dan evaluasi, upaya yang dikerjakan serta jadwal
yang ditetapkan.
Pendekatan dan Desain Diklat
1. Kritikal Event Model
a) Mengidentifikasikan kebutuhan organi-sasi.
b) Spesifikasi pelaksanaan pekerjaan.
c) Mengidentifikasi kebutuhan peserta.
d) Menentukan tujuan.
e) Memilih kurikulum.
f) Memilih strategi pembelajaran
g) Memperoleh sumber pembelajaran.
h) Melaksanakan diklat
2. Pendekatan Siklus
a) Pendekatan siklus tidak jauh berbeda den-
gan pendekatan lainnya.
b) Perbedaannya terletak pada titik berat
pada siklus yang teratur dari setiap
kegiatan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
272
c) Pendekatan ini digunakan oleh pusat.
d) Siklus ini berjalan berdasarkan kepentin-
gan utama setiap kegiatan harus berjalan
secara siklus.
3. Pendekatan Sistem
Pendekatan ini merupakan berusaha mencapai
satu tujuan dalam satu lingkungan yang kompleks. Arti-
nya bahwa suatu sistem tidak akan berjalan jika salah
satu bagian dari sistem tersebut mengalami gangguan
pada sub sistem yang lain.
Siklus Desain Program Diklat
Ada lima siklus desain progran diklat yang kami
temukan yaitu :
1. Tentukan Tujuan pelatihan. Dalam siklus ini,
akan menentukan tujuan dari diadakannya
pelatihan tersebut. Tujuan yang ditentukan harus
sesuai dengan diklat yang akan dilakukan supaya
dalam menentukan bahan dan metode yang
digunakan sesuai dengan diklat yang akan
diadakan.
2. Analisis Kebutuhan. Langkah ini adalah langkah
analisis di mana kita menentukan apa yang perlu
kita lakukan untuk memenuhi tujuan. Kegiatan
yang dilakukan disini yaitu:
a. Penentuan tempat.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
273
b. Waktu.
c. Penetuan metode.
d. Bahan/alat yang akan digunakan.
3. Program. Disini dimulai merancang program
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan
dari diklat yang akan dilakukan.
4. Pelaksanaan. Ini adalah siklus yang paling utama
dimana pada siklus ini dihadapkan dengan tahap
pelaksanaan dari pelatihan atau program yang
akan dilakukan dalam memberikan pelatihan.
Dalam siklus pelaksanaan, program pelatihan
yang sudah direncanakan akan dilaksanakan.
5. Evaluasi. Dalam siklus evaluasi, disini akan
dilakukan pengujian atau tes terhadap peserta
diklat.hal dilakukan untuk mengetahui apakah
diklat yang dilakukan sudah memenuhi tujuan
atau belum.
PROMOSI, DEMOSI
BAB7
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
274
DAN MUTASI7.1. Promosi
Di era globalisasi sekarang ini, banyak sekali
bermunculan perusahaan, baik nasional maupun swasta
asing. Perusahan swasta tersebut berusaha untuk ber-
saing dengan perusahaan yang telah ada sebelumnya.
Mereka berlomba-lomba memberikan pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat dan berusaha mendapatkan ke-
percayaan masyarakat, agar dapat bertahan di persaingan
dunia bisnis yang semakin berat. Agar dapat bersaing
dengan perusahaan lainnya di dunia bisnis global, maka
perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan-
keunggulan tertentu yang tidak dimiliki oleh perusahaan
lainnya. Salah satu keunggulan tersebut adalah “pega-
wai” yang berkualitas dan memiliki etos kerja tinggi.
Pegawai-pegawai tersebut harus dapat membaca situasi
bisnis yang tengah terjadi dan dapat berpikir kreatif dan
inovatif agar dapat membawa perusahaan lebih maju
daripada perusahaan pesaing.
Perkembangan suatu perusahaan tergantung dari
pegawai yang dimiliki perusahaan tersebut. Bila suatu
perusahaan memiliki pegawai yang tidak berkualitas dan
tidak kreatif serta tidak inovatif, maka perusahaan terse-
but akan mengalami kesulitan untuk bersaing dengan
perusahaan lainnya, karena perusahaan pesaing yang
memiliki pegawai lebih berkualitas dan lebih kreatif
akan lebih maju dan menghasilkan produk yang lebih
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
275
inovatif. Sedangkan bagi perusahaan dengan pegawai
yang berkualitas dan beretos kerja tinggi, maka akan
mampu bertahan dengan mudah dan dapat bersaing den-
gan perusahaan lainnya di dunia bisnis dan akan menjadi
perusahaan yang besar.
Peran dari Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
sebuah organisasi tidak dapat disamakan dengan peran
sumber daya lainnya, karena memiliki karakteristik unik,
yaitu bahwa setiap individu memiliki keinginan yang
berbeda, tujuan hidup yang berbeda, dan memiliki per-
sepsi tentang arti kerja yang berbeda sehingga mengaki-
batkan sikap mereka dalam bekerja juga berbeda serta
pengelolaan sumber dayanya juga tidak sama. Seiring
dengan perkembangan organisasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin menghendaki perlakuan yang
lebih manusiawi bagi para karyawan dalam suatu or-
ganisasi, saat ini manusia dengan segala potensi yang
dimilikinya dianggap sebagai kekayaan (asset) perusa-
haan yang harus didayagunakan secara optimal guna
mencapai tujuan perusahaan. Pada umumnya setiap pe-
rusahaan menghendaki agar para karyawannya dapat
memberikan potensi kerja yang tinggi didalam melak-
sanakan pekerjaannya. Oleh karena itu perusahaan selan-
jutnya harus berupaya untuk menciptakan kondisi-
kondisi tertentu agar karyawan dapat bergairah dalam
melakukan pekerjaannya, salah satunya adalah dengan
melakukan promosi jabatan yaitu untuk meningkatkan
semangat kerja karyawan. Jika promosi jabatan di-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
276
realisasikan kepada karyawan yang berprestasi tinggi
maka akan memberikan rangsangan bagi para karyawan
untuk meningkatkan semangat kerja. Tindakan promosi
jabatan ini penting sekali untuk menjaga kestabilan
pegawai perusahaan. Apabila tindakan promosi didasar-
kan pada waktu yang tepat dan dilaksanakan secara ob-
jektif maka stabilitas kepegawaian dapat terjaga.
Salah satu faktor utama yang menentukan pres-
tasi kerja untuk bisa dipromosikan dan pendukung terca-
painya tujuan perusahaan adalah adanya motivasi dari
karyawan itu sendiri. Jika ingin meningkatkan prestasi
kerja karyawan, kita perlu memahami dan memperhati-
kan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
kerja karyawan.
Motivasi merupakan kesediaan mengeluarkan
kemampuan terbaiknya sebagai upaya mencapai tujuan
organisasi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Ke-
butuhan sesuatu keadaan internal yang menyebabkan
hasil tertentu tampak menarik. Dari batasan yang telah
diutarakan seara sederhana dapat dikatakan bahwa moti-
vasi merupakan timbulnya perilaku yang mengarah pada
tujuan tertentu dengan penuh komitmen sampai terca-
painya tujuan.
Setelah mengetahui bagaiman motivasi kerja
pegawainya, perusahaan perlu melakukan tindakan-
tindakan untuk meningkatkan kualitas kerja dan prestasi
kerja pegawainya. Salah satu tindakan tersebut adalah
melalui promosi jabatan. Setiap pegawai mendambakan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
277
promosi karena dipandang sebagai penghargaan atas ke-
berhasilan seseorang menunjukkan prestasi kerja yang
tinggi dalam menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan
dan jabatan yang dijabat sekarang, sekaligus sebagai
pengakuan atas kemampuan dan potensi yang bersang-
kutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi dalam
organisasi.
Dengan adanya “promosi jabatan” yang jelas
serta dilaksanakan dengan jujur dan objektif, diharapkan
dapat memberikan motivasi kerja yang memberikan
manfaat-manfaat yang lebih luas untuk karyawan dan
perusahaan sehingga menghasilkan prestasi kerja yang
tinggi. Setiap pegawai mendambakan promosi karena
dipandang sebagai penghargaan atas keberhasilan seseo-
rang menunjukkan prestasi kerja yang tinggi dalam
menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan
yang dijabat sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas
kemampuan dan potensi yang bersangkutan untuk men-
duduki posisi yang lebih tinggi dalam organisasi. Pro-
mosi dapat terjadi tidak hanya bagi mereka yang men-
duduki jabatan manajerial, akan tetapi juga bagi mereka
yang pekerjaannya bersifat teknikal dan non manajerial.
Seorang pegawai memandang promosi sebagai
sesuatu yang paling menarik dibandingkan dengan
kompensasi lain hal ini disebabkan karena promosi
bersifat permanen dan berlaku untuk jangka waktu yang
lama. Istilah promosi jabatan berarti kemajuan, dimana
sebuah promosi dapat terjadi ketika seorang pegawai
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
278
dinaikkan jabatannya dari posisi yang rendah ke posisi
yang lebih tinggi. Kenaikan gaji dan tanggung jawab
biasanya turut menyertai promosi jabatan.
Pegawai yang menerima promosi harus memiliki
kualifikasi yang baik dibanding kandidat-kandidat yang
lainnya. Terkadang jender pria wanita serta senioritas tua
muda mempengaruhi keputusan tersebut. Hal inilah yang
banyak diusahakan oleh kalangan pekerja agar bisa men-
jadi lebih baik dari jabatan yang sebelumnya ia jabat.
Dan juga demi peningkatan dalam status social. Promosi
merupakan kesempatan untuk berkembang dan maju
yang dapat mendorong pegawai untuk lebih baik atau
lebih bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan
dalam lingkungan organisasi
Dengan adanya target promosi, pasti pegawai
akan merasa dihargai, diperhatikan, dibutuhkan dan dia-
kui kemampuan kerjanya oleh manajemen perusahaan
sehingga mereka akan menghasilkan keluaran (output)
yang tinggi serta akan mempertinggi loyalitas (kesetiaan)
pada perusahaan. Oleh karena itu, pimpinan harus men-
yadari pentingnya promosi dalam peningkatan produk-
tivitas yang harus dipertimbangkan secara objektif. Jika
pimpinan telah menyadari dan mempertimbangkan,
maka perusahaan akan terhindar dari masalah-masalah
yang menghambat peningkatan keluaran dan dapat me-
rugikan perusahaan seperti: ketidakpuasan karyawan,
adanya keluhan, tidak adanya semangat kerja, menurun-
nya disiplin kerja, tingkat absensi yang tinggi atau
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
279
bahkan masalah-masalah pemogokan kerja. Untuk dapat
memutuskan imbalan yang sepenuhnya diberikan kepada
seorang karyawan atas hasil kerjanya, maka perusahaan
harus memiliki sesuatu sistem balas jasa yang tepat.
Mekanisme untuk dapat menentukan balas jasa yang
pantas bagi suatu prestasi kerja adalah dengan penilaian
prestasi kerja. Dengan adanya promosi, maka terjadilah
kekosongan jabatan.
Kekosongan jabatan dalam suatu perusahaan
apapun penyebab terjadinya lowongan jabatan tersebut,
yang jelas lowongan tersebut harus segera diisi, seba-
gaimana yang dikemukakan bahwa salah satu tujuan
promosi: “Untuk mengisi kekosongan jabatan karena
pejabatnya promosi, agar jabatan itu tidak lowong maka
dipromosikan pegawai lainnya.”
Pengisian lowongan yang terjadi hanya dapat di-
lakukan dengan tepat apabila disatu pihak mengetahui
sifat dan bentuk pekerjaan atau jabatan yang lowong,
sementara dipihak lain pegawai yang akan dipromosikan
harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan pihak
perusahaan. Sehingga dapat menjamin bahwa pegawai
yang akan dipromosikan tersebut mempunyai kemam-
puan untuk menempati jabatan yang lebih tinggi dan da-
pat menjaga kestabilan atau bahkan dapat meningkatkan
produktivitas kerja karyawan lainnya maupun perusa-
haan.
Pengertian Promosi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
280
Promosi adalah penghargaan dengan kenaikan
jabatan dalam suatu organisasi ataupun instansi baik
dalam pemerintahan maupun non pemerintah (swasta).
Beberapa pengertian promosi menurut para pakar seba-
gai berikut:
1. Edwin B. Flipo dalam bukunya Principles of
Personnel Management mendefinisikan promosi
sebagai perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan
lain yang mempunyai status dan tanggungjawab
yang lebih tinggi.[101]
2. Sedangkan Andrew F. Sikula dalam bukunya
Personnel Administration and Human Resource
Management mendefinisikan promosi sebagai
perpindahan di dalam suatu organisasi dari satu
posisi ke posisi yang lain yang melibatkan
peningkatan gaji maupun status.[102]
3. Mondy (1996) dalam bukunya Human Resource
Management, mengemukakan bahwa promosi
adalah perpindahan karyawan ke tingkat yang
lebih tinggi dalam suatu organisasi.[103]
[101] Edwin B. Flippo, (2008). Principles of Personnel Management,Mc graw-hill, the university of Calofornia. Digitized may 17, 2008.ISBN: 007021316x. 9780070213166.[102] Andrew F. Sikula, (2000). Personnel Administration and Hu-man Resource Management. Published by John Wiley 7 Sons. Inc.[103] Mondy, R. W. & Noe, R. M. (1996).Human Resource Man-agement. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
281
4. Menurut, Werther and Davis (1989), dalam bu-
kunya Human Resource and Personnel Manage-
ment, menyatakan bahwa promosi terjadi ketika
seorang karyawan dipindahkan dari suatu peker-
jaan ke posisi lain yang lebih tinggi gajinya,
tanggung jawabnya, dan tingkat dalam or-
ganisasi.[104]
5. Menurut penulis promosi adalah penghargaan
terhadap pegawai yang berhasil menunjukkan
prestasi kerja yang tinggi dalam menunaikan ke-
wajiban dalam pekerjaannya, sekaligus sebagai
pengakuan pihak organisasi (pemerin-
tah/perusahaan) atas kemampuan dan potensi
pegawai yang bersangkutan untuk menjabat ja-
batan yang lebih tinggi dalam organisasi .
Untuk melaksanakan promosi jabatan organisasi
harus menetapkan syarat-syaratnya terlebih dahulu yang
dapat menjamin bahwa karyawan yang akan dipromosi-
kan sudah mempunyai kemampuan untuk menjabat ja-
batan yang lebih tinggi. Lihat gambar 7.1. Promosi di-
bawah ini.
[104] William B. Werther and Keith Davis (1989), Human Resourceand personnel Management, Mc Graw-Hill.
PROMOSI
PEGAWAI PRESTASI
KERJA
KEWAJIBANDALAM
BEKERJA
PENGAKUAN
MENDUDUKI
JABATAN YANG
LEBIH TINGGI
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
282
GAMBAR 7.1. PROMOSI oleh BUDI SUPRIYATNO
Manfaat Promosi
Manfaat Promosi bagi pegawai adalah sebagai
berikut:
1. Mendorong pegawai bekerja giat, bersemangat,
berdisiplin, berprestasi kerja sehingga sasaran pe-
rusahaan secara optimal dapat tercapai.
2. Mengisi kekosongan jabatan, memberikan posisi
yang tepat.
3. Memberikan status sosial, wewenang, tanggung
jawab, serta penghasilan yang semakin besar ke
karyawan.
Alasan-alasan lain untuk melakukan promosi
adalah untuk mengisi kekosongan jabatan yang harus
ada tanggung jawab dan diduduki orang yang tepat.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
283
Fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan pro-
mosi jabatan, adalah:
1. Kebijakan mengenai promosi jabatan dilakukan
dengan tidak objektif, sehingga pegawai men-
dapatkan kesempatan yang tidak sama untuk
dipromosikan.
2. Tingkat upah yang dibayarkan tidak sesuai den-
gan tingkat jabatan atau pekerjaan dan tanggung
jawab yang dipegangnya.
3. Kenyataan bahwa pegawai yang paling senior
belum tentu merupakan pegawai yang berpres-
tasi namun tetap dipromosikan, sehingga men-
imbulkan kecemburuan diantara sesama pega-
wai.
Syarat dan Prosedur Promosi
Syarat-Syarat Promosi
Dalam mempromosikan pegawai organisasi
seyogyanya sudah mempunyai syarat-syarat tertentu
yang telah direncanakan dan dituangkan dalam program
promosi. Syarat-syarat promosi harus diinformasikan
kepada semua pegawai, agar mereka mengetahui secara
jelas. Hal ini penting untuk memotivasi pegawai beru-
saha mencapai syarat-syarat promosi tersebut. Per-
syaratan promosi untuk setiap organisasi atau lembaga
pemerintahaan atau perusahaan tidak selalu sama tergan-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
284
tung perusahaan masing-masing. Syarat-syarat promosi
pada umum-nya meliputi hal-hal berikut:
1. Pengalaman. Dengan pengalaman yang lebih
banyak diharapkan kemampuan yang lebih tinggi,
ide-ide yang lebih banyak dan sebagainya.
2. Tingkat pendidikan. Ada juga perusahaan yang
mensyaratkan minimal pendidikan untuk dapat
dipromosikan pada jabatan tertentu. Alasannya
adalah bahwa dengan pendidikan yang lebih
tinggi diharapkan pemikiran yang lebih baik.
3. Loyalitas. Dengan loyalitas yang tinggi dapat
diharapkan antara lain tanggung jawab yang lebih
besar.
4. Kejujuran. Untuk promosi jabatan-jabatan
tertentu mungkin masalah kejujuran merupakan
syarat yang penting. Misalnya untuk jabatan kasir
pada umumnya syarat kejujuran merupakan
syarat utama yang harus diperhatikan.
5. Tanggung jawab. Kadang-kadang sering kali
suatu perusahaan diperlukan suatu tanggung
jawab yang cukup besar, sehingga masalah
tanggung jawab merupakan syarat utama untuk
promosi jabatan.
6. Kepandaian bergaul. Misalnya jabatan untuk
salesman adalah sangat penting untuk
menetapkan kepandaian bergaul sebagai suatu
syarat promosi jabatan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
285
7. Prestasi kerja. Pada umumnya setiap perusahaan
selalu mencantumkan syarat untuk prestasi
kinerjanya.
8. Inisiatif dan kreatif. Untuk syarat promosi
jabatan terhadap jabatan tertentu, mungkin syarat
tingkat inisiatif dan kreatif merupakan syarat
yang harus diperhatikan. Hal ini disebabkan
karena untuk jabatan tersebut sangat diperlukan
inisiatif dan kreatif. Lihat Gambar 7.2. Syarat-
syarat dipromosikan dibawah ini.
GAMBAR 7.2. Syarat-Syarat Promosi
oleh Budi Supriyatno
Prosedur Promosi
Prosedur promosi yang biasa digunakan or-
ganisasi pemerintah atau perusahaan adalah:
1. Promosi dari dalam perusahaan. Hampir meru-
pakan suatu tradisi untuk mencari calon yang
akan menduduki jabatan pimpinan atau manajer
pada suatu hirarki organisasi perusahaan diantara
SYARAT-SYARATDIPROMOSIKAN
PENGALAMAN
PENDIDIKAN
LOYALITAS
KEJUJURAN
TANGGUNGJAWAB
BERGAUL
PRESTASI
INSENTIF &KREATIF
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
286
jajaran Pegawai yang ada merupakan kebiasaan
umum yang tampak hampir membudaya.
2. Promosi melalui proses pencalonan. Pencalonan
oleh manajemen adalah proses penunjang guna
mengajukan bawahan tertentu untuk dipromosi-
kan. Tidak dapat disangsikan bahwa prosedur ini
tidak sistematis dan mudah keliru, tetapi bagai-
manapun juga proses inilah yang paling luas
digunakan dalam organisasi perusahaan untuk
menyelidiki tenaga kerja yang akan dipromosi-
kan.
3. Promosi melalui prosedur seleksi. Prosedur lain
yang ditempuh dalam rangka promosi pegawai
adalah melalui proses seleksi. Biasanya proses
seleksi bagi instansi pemerintah atau perusahaan-
perusahaan besar menggunakan berbagai ujian
psikologis untuk tujuan ini. Cara ini sebenarnya
kurang mendapat tanggapan positif dari para
tenaga kerja karena prosedur dianggap terlalu
berbelit-belit, akibat banyak waktu dan tenaga
yang terbuang dengan sia-sia.
Peranan Promosi
Promosi memberikan peran penting bagi setiap
pegawai, bahkan menjadi idaman yang selalu dinanti-
nantikan. Dengan promosi berarti ada kepercayaan dan
pengakuan mengenai kemampuan serta kecakapan
pegawai bersangkutan untuk menduduki suatu jabatan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
287
yang lebih tinggi. Dengan demikian, promosi akan
memberikan status sosial, wewenang (authority), tang-
gung jawab (responsibility), serta penghasilan (out-
comes) yang semakin besar bagi pegawai. Jika ada ke-
sempatan bagi setiap pegawai dipromosikan berdasarkan
asas keadilan dan objektivitas, karyawan akan terdorong
bekerja giat, bersemangat, berdisiplin, dan berprestasi
kerja sehingga sasaran perusahaan secara optimal dapat
dicapai. Adanya kesempatan untuk dipromosikan juga
akan mendorong penarikan (recruiting) pelamar yang
semakin banyak memasukkan lamarannya sehingga pen-
gadaan (procurement) karyawan yang baik bagi perusa-
haan akan lebih mudah.
Sebaliknya, jika kesempatan untuk di-
promosikan relatif kecil/tidak ada maka gairah kerja,
semangat kerja, disiplin kerja, dan prestasi kerja pegawai
akan menurun. Penarikan dan pengadaan pegawai se-
makin sulit bagi perusahaan bersangkutan. Begitu be-
sarnya peranan promosi pegawai maka sebaiknya mana-
jer sumber daya manusia harus menetapkan program
promosi serta menginformasikannya kepada para pega-
wai. Program promosi harus memberikan informasi ten-
tang asas-asas, dasar-dasar, jenis-jenis, dan syarat-syarat
pegawai yang dapat dipromosikan dalam perusahaan
bersangkutan. Program promosi harus diinformasikan
secara terbuka, baik asas, dasar, jenis, persyaratan, mau-
pun metode penilaian pegawai yang akan dilakukan
dalam perusahaan. Jika hal ini diinformasikan dengan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
288
baik, akan menjadi motivasi bagi karyawan untuk
bekerja sungguh-sungguh.
Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempro-
mosikan pegawai menurut adalah:
a. Pengalaman pegawai dalam menjalankan tugas
atau pekerjaan.
b. Kecakapan atau keahlian yang dimiliki pegawai
c. Kombinasi kecakapan dan pengalaman.
Jenis-jenis Promosi
Bagi Aparat Sipil Negara (ASN) atau Pengawai
Negeri Sipil (PNS), periode kenaikan pangkat l ditetap-
kan tanggal 1 April dan 1 Oktober setiap tahun, kecuali
kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pen-
gabdian. Masa kerja untuk kenaikan pangkat pertama
(ASN/PNS) dihitung sejak pengangkatan sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil. Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002 jenis-jenis promosi pegawai
adalah sebagai berikut:[105]
1. Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah. Kenaikan
pangkat penyesuaian ijazah dapat diberikan
kepada Pegawai setelah yang bersangkutan men-
gikuti ujian penyesuaian pangkat yang diseleng-
[105] Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 jenis-jenis promosi pegawai.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
289
garakan oleh dinas dan dinyatakan lulus serta
memenuhi persyaratan lainnya yang ditentukan.
Syarat Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijasah :
a) Memiliki STTB/Ijazah dari lembaga pen-
didikan yang telah diakreditasi oleh Depdi-
knas atau instansi yang berwenang.
b) Lulus ujian penyesuaian ijazah, yaitu : TPA
untuk kenaikan pangkat ke golongan III/a
dan TPIU untuk kenaikan pangkat ke golon-
gan II/a.
c) Pegawai yang bersangkutan sekurang-
kurangya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat
terakhir yang dimiliki.
2. Kenaikan Pangkat Pilihan. Syarat Kenaikan
Pangkat Pilihan :
a) Berada satu tingkat di bawah jenjang pangkat
terendah yang ditentukan untuk jabatan yang
didudukinya.
b) Menunjukkkan prestasi kerja luar biasa bai-
knya.
c) Menemukan penemuan baru yang berman-
faat bagi negara.
d) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun
dalam pangkat terakhir.
e) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun
dalam jabatan struktural yang didudukinya
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
290
(dihitung kumulatif dalam tingkat jabatan
struktural yang sama).
f) Setiap unsur DP-3 sekurang-kurangnya bern-
ilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
3. Kenaikan Pangkat Reguler. Syarat Kenaikan
Pangkat Reguler :
a) Tidak menduduki jabatan struktural/ fung-
sional tertentu; Diangkat dalam jabatan
struktural dengan pangkat masih dibawah
jenjang pangkat yang ditentukan tetapi telah
4 tahun dalam pangkat terakhir yang di-
miliki; Menduduki jabatan struktural dan
pangkatnya telah mencapai jenjang pangkat
terendah yang ditentukan untuk jabatan itu;
atau sedang tugas belajar dan sebelumnya
menduduki jabatan struktural/fungsional ter-
tentu.
b) Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun
dalam pangkat terakhir.
c) Setiap unsur DP-3 sekurang-kurangnya bern-
ilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
d) Tidak melampaui pangkat atasan lang-
sungnya.
4. Kenaikan Pangkat Anumerta:
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
291
a) Kenaikan pangkat anumerta diberikan set-
ingkat lebih tinggi terhitung mulai tanggal
Pegawai yang bersangkutan meninggal;
b) Calon Pegawai Negeri Sipil yang meninggal,
diangkat menjadi PNS terhitung mulai awal
bulan yang bersangkutan meninggal dan ber-
laku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
point a).
c) Keputusan kenaikan pangkat anumerta
diberikan sebelum Pegawai Negeri Sipil
yang meninggal tersebut dimakamkan.
5. Kenaikan Pangkat Pengabdian:
a) Kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih
tinggi diberikan tmt. PNS yang bersangkutan
dinyatakan cacat karena dinas dan tidak da-
pat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.
b) CPNS yang cacat karena dinas dan dinyata-
kan tidak dapat bekerja lagi dalam semua ja-
batan negeri, diangkat menjadi PNS dan ber-
laku ketentuan.
Tujuan Promosi
Promosi memiliki dua tujuan utama: Pertama,
bagi organisasi, promosi merupakan suatu metode untuk
menyesuaikan tenaga kerjanya dengan kebutuhan-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
292
kebutuhan yang berubah. Penyesuaian-penyesuaian de-
mikian dapat dilakukan melalui “penarikan tenaga kerja
dari luar organisasi”. Akan tetapi metode demikian pada
umumnya tidak efisien. Tujuan promosi bagi “organisa-
si” adalah sebagai berikut:
1. Untuk merangsang agar pegawai lebih bergairah
bekerja, berdisiplin tinggi sehingga
meningkatkan produktivitas kerja.
2. Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan
direalisasikannya promosi kepada pegawai
dengan dasar yang tepat serta penilaian yang
obyektif.
3. Kesempatan promosi dapat menimbulkan efek
berantai dalam organisasi karena timbulnya
kekosongan berantai.
4. Memberi kesempatan kepada pegawai untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasi yang
lebih baik demi tercapainya tujuan optimal
organisasi.
5. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas apabila ada
pegawai yang berhenti atau pensiun, dapat
dipromosikan pegawai yang telah memiliki
cukup syarat promosi untuk mengisi
kekosongan ini, sehingga tidak mengganggu
kelancaran pelaksanaan tugas dalam organisasi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
293
Kedua, dipandang dari sudut “pegawai”, promosi
merupakan suatu alat pembentukan moril yang sangat
berguna. Suatu ikhtisar tentang tujuan promosi dipan-
dang dari sudut hubungan antar manusia yang dikemu-
kakan oleh Watkins, Dodd, McNughton dan Prasow.
(1950), dalam bukunya, The Management of Personnel
and Labor Relations tujuan promosi adalah sebagai beri-
kut:[ 106]
1. Memberikan insentif yang efektif kepada pra-
karsa, usaha dan cita-cita.
2. Berguna untuk mengawetkan kecakapan, pelati-
han, dan kemampuan yang telah dibuktikan.
3. Suatu cara untuk mengurangi ketidakpuasan dan
kegelisahan.
4. Bermanfaat untuk menarik pegawai yang cakap
dan sesuai yang dibutuhkan.
5. Rencana promosi mendorong pelatihan yang
logis untuk kemajuan pegawai.
Pertimbangan-pertimbangan lain juga sering dike-
mukakan: promosi merupakan pemberian penghargaan
untuk kesetiaan dan kerjasama untuk masa kerja lama
dan sebagainya.
[106] Watkins, Gordons.; Dodd, Paul A.; McNaughton, Way dan Pra-sow, Paul. (1950). The Management of Personnel and Labor Rela-tions. Published by McGraw-Hill Book Co, New York.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
294
Tujuan lain dari Promosi adalah:
1. Untuk memberikan pengakuan, jabatan dan im-
balan jasa yang semakin besar kepada pegawai
yang berprestasi kerja tinggi.
2. Menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi,
status sosial yang semakin tinggi, dan penghasi-
lan yang semakin besar.
3. Merangsang agar pegawai lebih bergairah
bekerja, berdisiplin tinggi, dan semakin memper-
besar produktivitas kerja.
4. Menjamin stabilitas kepegawaian dengan di-
realisasikannya promosi kepada pegawai dengan
dasar dan pada waktu yang tepat serta penilaian
yang jujur.
5. Kesempatan promosi dapat menimbulkan keun-
tungan berantai.
6. Memberikan kesempatan kepada pegawai untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasinya yang
lebih baik.
7. Menambah/memperluas pengetahuan serta pen-
galaman kerja.
8. Mengisi kekosongan jabatan.
9. Memberikan semangat, kesenangan dan ketenan-
gan pegawai yang dipromosikan, sehingga bisa
meningkatkan kinerja pegawai.
10. Mempermudah penarikan pelamar.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
295
11. Memperbaiki status kepegawaian dari pegawai
sementara menjadi pegawai tetap.
Asas-Asas Promosi
1. Kepercayaan.Promosi berdasarkan keyakinan
mengenai kejujuran, kemampuan, dan kecakapan
pegawai bersangkutan dalam melaksanakan tu-
gas-nya dengan baik.
2. Keadilan. Promosi berasaskan keadilan, terhadap
penilaian kejujuran, kemampuan, dan kecakapan
semua pegawai.
3. Formasi. Promosi dilakukan jika ada formasi ja-
batan yang lowong.
Dasar-Dasar Promosi
Promosi berarti kemajuan, peningkatann pang-
kat/jabatan. Dalam administrasi kepegawaian negara,
promosi berarti kenaikan jabatan, kenaikan pangkat, ka-
dang-kadang diperluas kenaikan gaji. Kenaikan jabatan
dan kenaikan pangkat, dapat didasarkan kemampuan,
kecakapan, dan senioritas.
Paul Pigors dan Charles A. Meyers, (1981), da-
lam bukunya Personnel Administration menyatakan
bahwa dalam promosi, manajemen hendaknya menekan-
kan kemampuan di atas senioritas. Senioritas hanya di-
pertimbangkan apabila kecakapan dari dua orang calon
untuk suatu jabatan yang lebih baik, untuk tujuan-tujuan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
296
praktis, hampir sama. Kemampuan, yang dapat diru-
muskan dengan berbagai cara, mungkin merupakan per-
syaratan yang paling umum.[107]
Masalah promosi di luar sistem kecakapan, (me-
rit system) merupakan masalah yang sulit. Mungkin se-
mua negara menggunakan kecapakan sebagai salah satu
dasar untuk mengadakan promosi pegawai-pegawainya.
Apabila promosi itu dipandang sebagai suatu insentif,
maka pegawai yang sangat cakap harus dipromosi. Akan
tetapi karena kadang-kadang perbedaan kecakapan itu
sulit mengukurnya, maka pegawai yang tidak dipromo-
sikan mungkin merasa bahwa pimpinan mengadakan pi-
lih kasih dalam melakukan promosi. Misalnya pelaksa-
naan pekerjaan itu dilakukan oleh orang-orang yang di-
koordinasikan sehingga sulit mengukur kecakapan indi-
vidu. Kemampuan dan kecakapan lebih sulit mengukur-
nya dibandingkan dengan senioritas.
Penggunaan kemampuan atau kecakapan sebagai
suatu dasar seleksi mengakibatkan pegawai merasa bah-
wa promosi tidak dilaksanakan secara adil. Tuduhan ten-
tang adanya pilih kasih dalam promosi mengakibatkan
turunnya semangat kerja dan produktivitas. Untuk
menghindarkan hal ini sering disarankan agar promosi
didasarkan atas senioritas.
Sesungguhnya promosi pegawai yang tidak ca-
kap, yang hanya didasarkan atas lamanya masa kerja,
[107] Paul Pigors and Charles A. Myers. Personnel Administration,Published by McGraw-Hill Education ISE Edition, July 1, 1981.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
297
adalah bertentangan dengan suatu prinsip bahwa peng-
hargaan itu sedikit banyak harus sepadan dengan presta-
si. Prosedur promosi yang lebih baik adalah prosedur
yang mempertimbangkan baik kemampuan, kecakapan,
dan senioritas. Ujian dapat dipergunakan sebagai promo-
si. Apabila ada lowongan jabatan, semua pegawai dalam
jabatan tertentu dapat menempuh ujian promosi.
Bagi siapa pun promosi itu diberlakukan, yang
penting ialah bahwa pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan didasarkan pada serangkaian kriteria yang
objektif, tidak pada "selera" orang yang mempunyai
kewenangan untuk mempromosikan orang lain. Or-
ganisasi pada umumnya menggunakan dua kriteria
utama dalam mempertimbangkan seseorang untuk
dipromosikan, yaitu prestasi kerja dan senioritas. Pro-
mosi yang didasarkan pada prestasi kerja menggunakan
hasil penilaian atas hasil karya yang sangat baik dalam
promosi atau jabatan sekarang.
Dengan demikian promosi tersebut dapat dipan-
dang sebagai penghargaan organisasi atas prestasi kerja
anggotanya itu. Akan tetapi promosi demikian harus pula
didasarkan pada pertimbangan lain, yaitu perhitungan
yang matang atas potensi kemampuan yang bersangku-
tan menduduki posisi yang lebih tinggi.
Artinya perlu disadari bahwa mempromosikan
seseorang bukannya tanpa risiko, dalam arti bahwa tidak
ada jaminan penuh bahwa orang yang dipromosikan
benar-benar memenuhi harapan organisasi. Karena itulah
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
298
analisis yang matang mengenai potensi yang bersangku-
tan perlu dilakukan. Analisis demikian menjadi lebih
penting apabila dikaitkan dengan kenyataan bahwa ke-
mampuan setiap manusia terbatas. Artinya, tidak musta-
hil bahwa seseorang menunjukkan prestasi kerja yang
tinggi pada pekerjaan dan posisinya sekarang, tetapi
karena yang bersangkutan sebenarnya sudah mencapai
"puncak kompetensinya", tidak lagi mampu berprestasi
hebat pada posisi yang lebih tinggi.
Dalam hal demikian mempromosikan seseorang
akan membawa kerugian, bukan hanya bagi yang ber-
sangkutan, tetapi juga bagi organisasi. Praktek promosi
lainnya ialah yang didasarkan pada senioritas. Promosi
berdasarkan senioritas berarti bahwa pegawai yang pal-
ing berhak dipromosikan ialah yang masa kerjanya pal-
ing lama. Banyak organisasi yang menempuh cara ini
dengan tiga pertimbangan, yaitu:
1. Sebagai penghargaan atas jasa-jasa seseorang
paling sedikit dilihat dari segi loyalitas kepada
organisasi.
2. Penilaian biasanya bersifat objektif karena cukup
dengan membandingkan masa kerja orang-orang
tertentu yang dipertimbangkan untuk dipromosi-
kan.
3. Mendorong organisasi mengembangkan para
pegawainya karena pegawai yang paling lama
berkarya akhirnya akan mendapat promosi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
299
Cara ini mengandung kelemahan, terutama pada
kenyataan bahwa pegawai yang paling senior belum
tentu merupakan pegawai yang paling produktif, juga
belum tentu paling mampu bekerja. Kelemahan tersebut
memang dapat diatasi dengan adanya program pendidi-
kan dan pelatihan, baik yang diperuntukkan bagi
sekelompok pegawai yang melakukan pekerjaan-
pekerjaan tertentu maupun yang secara khusus diperun-
tukkan bagi para pegawai senior tertentu yang akan
dipertimbangkan untuk dipromosikan. Agar persyaratan
objektivitas terpenuhi dan agar lebih terjamin bahwa
promosi para pegawai mempunyai dampak positif bagi
organisasi dan semangat para karyawan keseluruhan,
pendekatan yang paling tepat dalam hal promosi pega-
wai adalah menggabungkan prestasi kerja dan senioritas.
Dalam hal demikian pun faktor risiko hanya mungkin
diperkecil karena memang tidak mungkin dihilangkan
sepenuhnya. Program promosi hendaknya memberikan
informasi yang jelas, apa yang dijadikan sebagai dasar
pertimbangan untuk mempromosikan seseorang pegawai
dalam perusahaan tersebut. Hal ini penting supaya
pegawai dapat mengetahui dan memperjuangkan nasib-
nya.
Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempro-
mosikan pegawai adalah:
1. Pengalaman (senioritas), yaitu promosi yang
didasarkan pada lamanya pengalaman kerja
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
300
pegawai. Pertimbangan promosi adalah pen-
galaman kerja seseorang, orang yang terlama
bekerja dalam perusahaan mendapat prioritas
pertama dalam tindakan promosi. Kebaikannya
adalah adanya penghargaan dan pengakuan
bahwa pengalaman merupakan saka guru yang
berharga. Dengan pengalaman, seseorang akan
dapat mengembangkan kemampuan-nya se-
hingga pegawai tetap betah bekerja pada peru-
sahaan dengan harapan suatu waktu ia akan
dipromosikan. Kelemahannya adalah seseorang
pegawai yang kemampuannya sangat terbatas,
tetapi karena sudah lama bekerja tetap dipro-
mosikan. Dengan demikian, perusahaan akan
dipimpin oleh seorang yang berkemampuan
rendah, sehingga perkembangan dan kelangsun-
gan perusahaan disangsikan.
2. Kecakapan (ability), yaitu seseorang akan
dipromosikan berdasarkan penilaian kecaka-
pan. Pertimbangan promosi adalah kecakapan,
orang yang cakap atau ahli mendapat prioritas
pertama untuk dipromosikan. Kecakapan adalah
total dari semua keahlian yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang bisa dipertanggung-
jawabkan. Kecakapan merupakan kumpul-an
pengetahuan yang diperlukan untuk memenuhi
hal-hal berikut:
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
301
a. Kecakapan dalam pelaksanaan prosedur
kerja yang praktis, teknik-teknik
khusus, dan disiplin ilmu pengetahuan.
b. Kecakapan dalam menyatukan dan
menyelaraskan bermacam-macam ele-
men yang semuanya terlibat di dalam
penyusunan kebijaksanaan dan di dalam
situasi manajemen. Kecakapan dibidang
ini bisa digunakan untuk pekerjaan kon-
sultasi atau pekerjaan pelaksanaan. Ke-
cakapan ini mengombinasikan elemen-
elemen dari perencanaan, pengor-
ganisasian, pengaturan (directing),
penilaian (evaluating), dan pembaruan
(innovating).
c. Kecakapan dalam memberikan motivasi
secara langsung. Cara Mengukur Ke-
cakapan (Know-How). Kecakapan
mempunyai ukuran lebar dan dalam.
Jadi suatu pekerjaan bisa memerlukan
banyak pengetahuan tapi serba sedikit,
atau sedikit pengetahuan tapi secara
mendalam. Total kecakapan adalah
jumlah dari lebar dan dalam. Konsep ini
sangat praktis dalam memberikan per-
bandingan dan penilaian terhadap bobot
dari total kecakapan dalam berbagai
pekerjaan, dalam hal berapa banyak
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
302
penge-tahuannya dan sampai berapa
dalam setiap pengetahuannya. Kesulitan
meng-ukur kecakapan adalah menentu-
kan tolok ukur kecakapan. Apakah nilai
ijazah dipakai sebagai bahan pertim-
bangan untuk mengukur kemampuan
seseorang sedangkan nilai ijazah hanya
mencerminkan kecerdasan seseorang
pada saat ujian saja. Belum tentu orang
yang nilai ijazahnya tinggi akan lebih
mampu dalam praktek.
3. Kombinasi pengalaman dan kecakapan, yaitu
promosi yang berdasarkan pada lamanya pen-
galaman dan kecakapan. Pertimbangan promosi
adalah berdasarkan lamanya dinas, ijazah pen-
didikan formal yang dimiliki, dan hasil ujian
kenaikan golongan. Jika seseorang lulus dalam
ujian maka hasil ujian kenaikan dipromosikan.
Cara ini adalah dasar promosi yang terbaik dan
paling tepat karena mempromosikan orang yang
paling berpengalaman dan terpintar, sehingga
kelemahan promosi yang hanya berdasarkan
pengalaman/kecakapan saja dapat diatasi. Pro-
mosi yang berdasarkan kombinasi pengalaman
dan kecakapan, memberikan kebaikan-kebaikan
sebagai berikut:
a. Memotivasi pegawai untuk memper-
dalam pengetahuannya bahkan memaksa
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
303
diri mengikuti pendidikan formal. Den-
gan demikian, perusahaan akan mem-
punyai pegawai yang semakin terampil.
b. Moral pegawai akan semakin baik, ber-
gairah, semangat, dan prestasi kerjanya
semakin meningkat karena ini termasuk
elemen-elemen yang dinilai untuk pro-
mosi.
c. Disiplin pegawai semakin baik karena
disiplin termasuk elemen yang akan
mendapat penilaian prestasi untuk
dipromosikan.
d. Memotivasi berkembangnya persaingan
sehat dan dinamis di antara para pegawai
sehingga mereka berlomba-lomba untuk
mencapai kemajuan.
e. Perusahaan akan menempatkan pegawai
yang terbaik pada setiap jabatan se-
hingga sasaran optimal akan tercapai.
Kelemahannya adalah:
a. Pegawai yang kurang mampu akan frus-
trasi bahkan mengundurkan diri dari peru-
sahaan itu.
b. Biaya perusahaan akan semakin besar
karena adanya ujian kenaikan golongan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
304
Werther and Davis (1989) menjelaskan bahwa
promosi biasanya didasarkan pada merit dan atau sen-
ioritas, sebagai berikut:[108]
1. Promosi berdasarkan Merit. Promosi yang di-
dasarkan pada merit terjadi ketika seorang
pegawai dipromosikan karena kinerja yang
luar biasa dalam pekerjaannya. Ketika promosi
kebanyakan untuk usaha dan kesuksesan masa
lalu dua masalah mungkin dialami. Satu ma-
salah adalah ketika pembuat keputusan dapat
secara objektif membedakan pegawai yang
berkinerja kuat dari yang lemah. Ketika promosi
didasarkan pada merit digunakan, keputusan
seharusnya merefleksikan kinerja individu, bu-
kan seleksi yang bias. Ini mungkin terjadi ketika
pegawai yang berkinerja terbaik adalah suatu
anggota dari golongan dilindungi dan pembuat
keputusan bias. Pembuat keputusan seharusnya
tidak memunculkan sangkaan pribadi untuk
mempengaruhi promosi. Ketika keputusan pro-
mosi hasil dari bias pribadi organisasi menda-
patkan orang yang kurang kompeten dalam
dalam posisi lebih penting dan lebih tinggi, dan
ini menimbulkan kinerja yang buruk dan
kemarahan karyawan lain. Masalah kedua den-
gan promosi didasarkan merit adalah prinsip
[108] Werther and Davis.Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
305
Peter yang menyatakan bahwa hirarki orang-
orang cenderung untuk menimbulkan tingkat
ketidakkompetenan mereka. Meskipun tidak se-
cara umum benar prinsip menyarankan bahwa
kinerja yang baik dalam pekerjaan bukan jami-
nan kinerja yang baik dalam pekerjaan yang
lain.[109] Jika seorang insinyur baru diperkerja-
kan di Riset Exxon and Engineering Company
secara konsisten dibuat perubahan desain
penghematan biaya dalam proses pabrik, yang
akan menjadi suatu contoh kinerja luar biasa.
Namun demikan andaikan seorang insinyur
dipromosikan menjadi supervisor. Keahlian
diperlukan untuk menjadi supervisor yang efek-
tif adalah sangat berbeda dari yang diperlukan
untuk menjadi seorang insinyur dalam jabatan
tinggi. Sebagai akibat promosi demikian Exxon
mendapatkan supervisor tidak efektif dan kehi-
langan insinyur yang hebat.
2. Promosi berdasarkan senioritas. Dalam be-
berapa situasi, kebanyakan pegawai senior
mendapatkan promosi. Senior dalam hal ini
berarti pegawai yang bekerja sangat lama
kepada majikannya. Keuntungan dari pendeka-
[109] The Peter Principle is the Principle that "in a Hierarchy everyEmployee tends to rise to their level of Incompetence". It was for-mulated by Dr. Laurence J. Peter and Raymond Hull in their 1969book The Peter Principle: Why Things Always Go Wrong.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
306
tan ini adalah objektif. Semua hal yang harus
dikerjakan adalah membanding-kan senioritas
calon untuk menentukan yang seharusnya
dipromosikan. Hal logis dari pendekatan ini
bahwa dapat mengeliminasi promosi yang bias
dan memerlukan manajemen untuk mengem-
bangkan pegawai seniornya karena pada
akhirnya mereka akan dipromosikan. Promosi
berdasarkan senioritas biasanya terbatas untuk
pegawai jam-jaman. Untuk contoh promosi dari
mekanik kelas kedua menjadi mekanik kelas
pertama mungkin terjadi secara otomatis me-
lalui senioritas kapan saja ada lowongan untuk
mekanik kelas pertama. Organisasi buruh sering
mencari tipe promosi ini untuk mencegah
diskriminasi majikan kepada anggota serikat.
Kebanyakan ahli kepegawaian menunjukan
kepedulian tentang kompetensi orang yang
dipromosikan sendiri-sendiri berdasarkan sen-
ioritas karena tidak semua pegawai cakap.
Program Promosi
Program promosi yang baik adalah program pro-
mosi yang mengandung syarat-syarat sebagai berikut :
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
307
1. Promosi didasarkan atas kecakapan di antara
pegawai-pegawai yang cakap, kemudian diada-
kan penyaringan.
2. Promosi hanya diselenggarakan berdasarkan
rencana promosi organisasi yang ber-sangkutan
dan disesuaikan dengan kebijaksanaan promosi
pemerintah.
3. Semua pegawai diberitahu tentang perkemban-
gan dan penempatan rencana promosi.
4. Memelihara dan melindungi pegawai dengan
memberikan segala keterangan tentang kebijak-
sanaan dan prosedur menyusun rencana promo-
si.
5. Tiap rencana promosi menggunakan lapang
saingan yang seluas-luasnya dan menggunakan
metode penilaian kecakapan yang sebaik-
baiknya.
6. Catatan-catatan kepegawaian dari tiap promosi
menunjukkan bahwa promosi dilaksanakan se-
suai dengan rencana promosi yang resmi dari
organisasi yang bersangkutan.
Alasan Promosi
Ada dua alasan untuk mengadakan promosi (dalam
arti kenaikan jabatan), yakni :
1. Ada lowongan jabatan. Lowongan jabatan da-
pat terjadi karena adanya perluasan organisasi,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
308
adanya pegawai yang berhenti, pensiun, me-
ninggal dunia dan pindah pekerjaan.
2. Penilaian kembali jabatan lama. Suatu promosi
dapat diakibatkan oleh pertumbuhan atau ber-
tambahnya tugas-tugas dan tanggung jawab ja-
batan, sehingga jabatan tersebut perlu dinilai
dan diadakan penggolongan kembali. Ada ke-
mungkinan jabatan tersebut dimasukkan dalam
golongan jabatan atau kelas jabatan yang lebih
tinggi. Apabila jabatan tersebut dimasukkan da-
lam kelas jabatan yang lebih tinggi dan tang-
gung jawab dapat terjadi karena pegawai me-
nunjukkan kemampuan yang luar biasa atau ka-
rena pegawai diberi tambahan tugas-tugas baru.
Perlu dikemukakan bahwa tidak semua pegawai
mau dipromosikan. Kadang-kadang ada pegawai yang
menolak mendapat promosi dengan alasan:
1. Perbedaan pembayaran dalam jabatan lama dan
jabatan baru sering tidak cukup memberi do-
rongan terhadap promosi.
2. Promosi yang tidak disepakati oleh sebagian
besar teman-temannya dapat mengakibatkan
pegawai yang bersangkutan terkucil dari teman-
temannya.
3. Jabatan baru mengandung risiko. Jabatan yang
lebih tinggi mengandung tugas-tugas dan tang-
gung jawab yang lebih berat. Apabila pegawai
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
309
yang dipromosikan gagal dalam jabatan yang
lebih tinggi itu, maka akibatnya pegawai pega-
wai tersebut dapat diturunkan jabatannya dan
merasa malu.
7.2. Demosi
Demosi adalah penurunan jabatan dalam suatu
organisasi pemerintahan maupun swasta yang biasa di-
karenakan oleh berbagai hal, Demosi adalah suatu hal
yang sangat dihindari oleh setiap pegawai karena dapat
menurunkan status, jabatan, dan gaji. Demosi yaitu
pemindahan seseorang ke jabatan lain yang lebih rendah
dalam suatu organisasi. Penurunan lebih mungkin terjadi
bila pasar tenaga kerja menunjukkan keadaan supply
tenaga kerja lebih besar daripada demand tenaga kerja
dan atau karena organisasi mengalami krisis dan seba-
gainya.
Pengertian Demosi
Demosi adalah pindahnya seseorang dari peker-
jaannya ke posisi yang lebih rendah dengan tingkat tang-
gung jawab dan tugas yang lebih kecil dari pekerjaan
semula dan begitu pula dengan kompensasi penggaji-
annya. Turun jabatan biasanya diberikan pada pegawai
yang memiliki kinerja yang kurang baik atau buruk serta
bisa juga diberikan ada pegawai yang bermasalah seba-
gai sanksi hukuman. Demosi lebih disukai pegawai di-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
310
bandingkan pemecatan atau pemberhentian putus
hubungan kerja.
Demosi adalah penurunan jabatan dalam suatu
instansi yang biasa dikarenakan kinerjanya kurang
baik.[110] Demosi biasanya diberikan pada pegawai yang
memiliki kinerja yang kurang baik atau buruk serta bisa
juga diberikan ada pegawai yang bermasalah sebagai
sanksi hukuman. Demosi merupakan suatu hal yang
sangat dihindari oleh setiap pekerja karena dapat menu-
runkan status, jabatan, dan gaji.
Namun, demosi biasa dilakukan oleh beberapa
instansi ataupun perusahaan demi peningkatan kualitas
kerja, dan juga sebagai motivasi bagi pegawai agar mau
berusaha untuk memperoleh yang diinginkan, mendapat-
kan promosi dan menghindari demosi.
Demosi Meningkatkan Produktifitas
Sesungguhnya jika instansi /perusahaan-
perusahaan ingin maju dan bekerja secara profesional
maka harus menciptakan kompetisi bagi para pegawai
agar mereka tekun dalam bekerja dan tidak selalu ber-
pangku tangan. Apabila pegawai memiliki produktivitas
dan motivasi kerja yang tinggi, maka pada akhirnya akan
menghasilkan kinerja yang tinggi dan berimbas kepada
pelayanan kepada masyarakat yang semakin profesional.
[110] Budi Supriyatno. Management Human Resource, Published byMedia Brilian Indonesia. 2014.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
311
Terkadang penerapan ketiga sistim diatas bukannya
bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pegawai
dalam suatu instansi / perusahaan, tetapi sebagai ajang
transaksional untuk mendapatkan suatu jabatan atau
tempat-tempat yang basah, dan selalu disalah gunakan
oleh penjabat yang berkuasa untuk mendapatkan
keuntungan materi, sudah menjadi rahasia umum
dikalangan pegawai pemerintahan bahwa untuk
mendapatkan suatu jabatan tertentu harus menyetorkan
upeti dengan nominal rupiah tertentu pada atasannya.
Kenyataan ini memicu terjadinya Korupsi Kolusi
dan Nepotisme (KKN) dan turunnya kinerja para staff,
penerapan ketiga sistim ini sebenarnya sangat efektif jika
dilakukan sesuai dengan koridor dan objektifitas dengan
mempertimbangkan kwalitas, skil dan relevansinya latar
belakang pendidikan seorang staff atau pegawai
tersebut, sehingga dapat meningkatkan kinerja pega-
wai,[111] jika dilakukan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil.
Manfaat dan Tujuan Demosi
Manfaat Demosi
[111] Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang PerubahanPeraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang KenaikanPangkat Pegawai Negeri Sipil.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
312
Demosi, atau seorang pegawai yang sedang
diturunkan ke pekerjaan, jarang pengalaman positif bagi
pimpinan atau manajer. Namun, penurunan pangkat pe-
gawai biasanya dimaksudkan untuk “menguntungkan”
perusahaan dan bahkan mungkin “pegawai”. Manajer
yang baik menimbang manfaat dari menurunkan jabatan
pegawai terhadap efek psikologis yang mungkin terjadi
pada pekerja dan budaya organisasi. Manfaat dari Demo-
si dari Organisasi antara lain :
1. Menghindari Pesangon. Sebuah perusahaan,
manfaat umum dari penurunan pangkat karyawan
adalah menghindari kata-kata “pecat” atau pem-
berhentian. Beberapa manajer menggunakan tak-
tik ini untuk menghindari konflik memberitahu
seseorang ia dipecat. Dari sudut pandang SDM,
keuntungan berhubungan dengan meng-hindari
membayar pesangon atau, dalam beberapa kasus,
pengangguran. Mendapatkan karyawan untuk
berhenti dengan penurunan jabatan tidak diberi-
kan, namun, karena beberapa karyawan hanya
kehilangan motivasi atau tidak menunjukkan
usaha dalam pekerjaan mereka.
2. Mengurangi Bayar. Keuntungan finansial lain
menurunkan jabatan karyawan adalah penguran-
gan gaji. Biasanya, penurunan jabatan berarti
karyawan bekerja dalam posisi yang lebih ren-
dah-membayar. Hal ini dapat menyelamatkan pe-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
313
rusahaan sejumlah besar. Dalam beberapa kasus,
penurunan jabatan hasil karena perusahaan per-
caya bahwa itu adalah membayar lebih pekerja
untuk produksi yang menghasilkan. Pada
akhirnya, efisiensi pendapatan harus memper-
baiki jika pekerja mendapat bayaran lebih rendah
tetapi masih melakukan cukup dalam posisi ba-
runya.
3. Sedikit Risiko. Penurunan pangkat Karyawan
mungkin melibatkan risiko yang lebih sedikit dari
tuntutan hukum atau keluhan lain selain pemu-
tusan. AS Kantor Manajemen Personalia menun-
jukkan bahwa beberapa kantor pemerintah mem-
pertahankan kebijakan mencoba demosi sebelum
pemutusan kontrak kerja ketika berhadapan den-
gan kinerja karyawan yang buruk. Hal ini dapat
melindungi badan atau organisasi terhadap
diskriminasi atau penghentian salah klaim karena
menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan
karyawan terlepas dari masalah kinerja. Melaku-
kan penilaian kinerja reguler dan menjaga catatan
yang baik pada masalah karyawan sangat
penting.
4. Pengembangan Karyawan. Salah satu manfaat
yang lebih positif dari penurunan pangkat kary-
awan kesempatan untuk mengembangkan kary-
awan melalui pelatihan dan pembinaan lebih.
Kadang-kadang, karyawan mengambil posisi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
314
mereka tidak cukup siap untuk menangani. Se-
buah penurunan pangkat dapat mencegah kelela-
han atau pekerjaan pemisahan. Jika karyawan
tersebut diturunkan ke posisi dia lebih nyaman
dengan, dia bisa bekerja ke arah pelatihan tamba-
han untuk akhirnya tumbuh menjadi posisi dari
mana ia diturunkan.
Tujuan Demosi
Tujuan dilakukannya demosi terhadap karyawan
yang bersangkutan adalah untuk pembinaan dan pembe-
lajaran bagi karyawan tersebut. Apabila manajemen
menganggap masih adanya harapan bagi karyawan
tersebut untuk memperbaiki diri maka tindakan demosi
diberikan sebagai sanksi yang mendidik karyawan terse-
but ke arah yang lebih baik.
Disamping tujuan pembelajaran, penjatuhan
sanksi demosi juga dimaksudkan untuk menghindari
kerugian perusahaan yang lebih besar karena telah salah
menempatkan karyawan di posisinya (wrong man on the
wrong place). Indikator yang digunakan oleh mana-
jemen perusahaan kepada karyawan dalam pelaksanaan
keputusan penjatuhan sanksi demosi adalah:[112]
[112] Michael R Carrel and F.E. Kumits (1991) Personnel/Human,Resource Management. Published by Macmillan USA. 4th editionNovember 1991.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
315
1. Ketidakmampuan karyawan dalam mengemban
tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusa-
haan sehingga menghasilkan prestasi kerja yang
rendah.
2. Rasionalisasi jumlah karyawan karena adanya
program efektifitas dan efisiensi dalam mana-
jemen perusahaan.
Proses Demosi
Demosi merupakan bentuk penurunan pangkat
atau jabatan, namun juga merupakan pembinaan terha-
dap pegawai yang tidak kompeten atau tidak berprestasi
atau karena hukuman disiplin berat yang merupakan per-
pindahan dari kelas posisi ke kelas posisi tertentu pada
jalur karier yang lebih rendah atau ke kelas khusus baik
dalam jalur karier yang sama atau jalur yang lebih ren-
dah. Demosi tersebut dengan uraian sebagai berikut:
1. Demosi karena alas an karena alas an tidak ber-
prestasi atau tidak kompeten dipindah ke posis-
inya ke jabatan khusus pada jalur karier yang
sama atau ke jabatan posisi tertentu pada jalur
karier yang lebih rendah, sepanjang tersedia
posisi lowong dan kompetensi yang bersangkutan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
2. Demosi karena hukum disiplin berat dipindahkan
posisinya ke posisi khusus pada jalur yang lebih
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
316
rendah ( satu jalur karier lebih rendah) sebagai
diatur dalam peraturan lebih lanjut pada kepu-
tusan tentang peraturan disiplin pegawai.
3. Persyaratan Demosi. Demosi dilakukan apabila
memenuhi persyaratan salah satu dibawah ini
yaitu:
a. Selama 2 (dua) tahun berturut-turut nilai
kinerja rendah.
b. Pegawai mendapat hukuman disiplin.
Proses demosi dapat dilakukan seperti berikut ini,
yaitu:
1. Kepada Unit kerja mengidentifikasi kinerja dan
kompetensi pegawai yang memiliki kinerja jelek
berturut-turut selama dua tahun.
2. Hasil identifikasi tersebut dilaporkan ke Biro
yang menangani pengelolaan kepegawaian, bi-
asanya Kepala Biro Kepegawaian atau Bidang
SDM.
3. Kepala Biro Kepegawaian atau Bidang pengel-
olaan SDM setelah mendapatkan laporan dari
Kepala Unit, membentuk Tim Penanganan
Demosi sebagai dasar penetapan pelaksanaan
demosi.
4. Tim tersebut melakukan sidang jabatan terhadap
pegawai yang terkena demosi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
317
5. Hasil dari sidang jabatan ditetapkan dengan surat
demosi oleh direktur atau pejabat pembina ke-
pegawaian.
6. Pegawai menerima surat keputusan demosi status
posisinya berada pada jabatan khusus sesuai jen-
jang karier posisi terakhir, atau satu level lebih
rendah sebagaimana diputuskan sidang jabatan.
7. Posisi pegawai yang terkena demosi tidak
berubah dan pembinaan menjadi tanggung jawab
pemimpin unit.
8. Selama yang bersangkutan pada posisi khusus,
pegawai tersebut diberikan kesempatan mengi-
kuti program pengembangan kompetensi yang
sesuai dengan minat dan kompetensi yang dibu-
tuhkan oleh organisasi.
9. Setelah satu tahun akan dilakukan evaluasi, apa-
bila terdapat peningkatan kompetensi yang ber-
sangkutan diikutsertakan dalam proses seleksi
pengembangan karier untuk ditempatkan pada
posisi yang sesuai pada jabatan yang sama (tidak
naik jabatan). Apabila yang bersangkutan belum
lulus seleksi pada kesempatan pertama, maka
kepada yang bersangkutan diberikan kesempatan
lagi tahun kedua. Apabila kesempatan pada tahun
kedua tidak berhasil maka kepada yang bersang-
kutan akan diberi kesempatan untuk mengikuti
program pension atau pengunduran diri sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
318
10. Hasil evaluasi agar dibicarakan kepada yang ber-
sangkutan dan atasan langsung dengan mengacu
kepada proses konseling dan dibuat Berita Acara
dan karier pegawai sebagaimana dimaksud dalam
keputusan manajemen kepegawaian.
Ketentuan demosi dilaksanakan lebih lanjut oleh
kepala Biro Kepegawaian atau Bidang SDM sesuai den-
gan kebutuhan setempat dengan memperhatikan criteria
dan ketentuan umum rotasi pegawai.
7.3. MutasiMutasi di Aparatur Sipil Negara Atau Pegawai
Negeri Sipil sangat menarik untuk dibahas dalam buku
ini, karena Pegawai Negeri merupakan aparat negara
yang, melaksanakan tugas pemerintahan dan tugas pem-
bangunan nasional. Karena tugas pemerintahan dan tu-
gas pembangunan tanpa Pegawai negeri sipil tidak akan
terlaksana. Pada hakekatnya pembangunan pada adalah
kesadaran melakukan kegiatan memperbaiki, dan
menumbuhkan serta meningkatkan daya upaya yang
mengarah kepada keadaan yang lebih baik dengan dilan-
dasi oleh semangat, kemauan dan tekad yang tinggi yang
bertujuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang ber-
sifat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat Indonesia pada umumnya. Tujuan tersebut baru
dapat dicapai apabila pembangunan nasional dilaksana-
kan secara menyeluruh dengan pemanfaatan SDM dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
319
sumber daya, serta pelaksanaan pembangunan disegala
bidang, terencana, terarah, bertahap dan berkesinambun-
gan. Salah satu bidang tersebut adalah pembangunan
manusia seutuhnya.
Dalam hal ini keberhasilan pembangunan tergan-
tung pada aspek manusianya yakni sebagai pemimpin,
pelaksana dan pengelola sumber daya yang ada dalam
nagara, yang dalam hal ini adalah Pegawai Negeri Sipil.
Aparatur negara yang menyelenggarakan pemerintahan
dalam melaksanakan pembangunan nasional merupakan
tulang punggung pemerintah. Kelancaran penyelengga-
raan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan na-
sional terutama tergantung pada kesempurnaan aparatur
negara baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana
dikemukakan di atas, diperlukan adanya pegawai negeri
sipil yang penuh kesediaan dan ketaatan kepada Pan-
casila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemer-
intah serta bersatu padu, bermental baik, berwibawa,
kuat berdaya guna, bersih, berkualitas tinggi dan sadar
akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur Negara,
abdi Negara dan abdi masyarakat.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian, dan ten-
tang wewenang pengangkatan, pemindahan dan pember-
hentian pegawai negeri sipil diatur di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000. Kedua Peraturan pe-
rundang-undangan tersebut merupakan pedoman pelak-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
320
sanaan mutasi kepegawaian di setiap instansi pemerintah
umum dan daerah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
1999, bahwa yang termasuk pegawai negeri sipil adalah
mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang diten-
tukan dalam peraturan perundang -undangan yang ber-
laku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan satu
peraturan perundang-undangan dan digaji menurut pera-
turan perundang-undangan yang berlaku.[113] Untuk me-
wujudkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sempurna
sebagaimana dimaksudkan di atas, maka pegawai negeri
sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya dan diadakan
pengembangan.
Tujuan pembinaan dan pengembangan tersebut
diharapkan agar setiap pegawai yang ada dalam or-
ganisasi yang bersangkutan dapat memberikan prestasi
kerja yang sebaik-baiknya sehingga benar - benar dapat
berfungsi sebagai penghasil kerja yang tepat guna sesuai
dengan sasaran organisasi yang hendak dicapai, terwu-
judnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan
dan terwujudnya pegawai - pegawai yang setia dan taat
kepada Pancasila, Undang - Undang Dasar 1945, Negara
dan Pemerintah, sehingga pegawai hanya mengabdi
[113] Lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Ta-hun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
321
kepada kepentingan negara dan masyarakat, demi terwu-
judnya aparatur yang bersih dan berwibawa.[114]
Salah satu bentuk dari pengembangan terhadap
pegawai negeri sipil adalah mutasi sebagai penjelmaan/
perwujudan dari dinamika organisasi yang dijadikan se-
bagai salah satu cara untuk mencapai tujuan organisasi.
Mutasi tidak terlepas dari alasan untuk mengu-
rangi rasa bosan pegawai kepada pekerjaan serta men-
ingkatkan motivasi dan semangat kerja pegawai, selain
itu untuk memenuhi keinginan pegawai sesuai dengan
minat dan bidang tugasnya masing - masing dimana
dalam kegiatan pelaksanaan mutasi kerja sering disalah
tafsirkan orang yaitu sebagai hukuman jabatan atau di-
dasarkan atas hubungan baik antara atasan dengan bawa-
han.
Dalam pelaksanaan mutasi harus benar - benar
berdasarkan penilaian yang objektif dan didasarkan atas
indeks prestasi yang dicapai oleh karyawan mengingat
sistem pemberian mutasi dimaksudkan untuk memberi-
kan peluang bagi para pegawai negeri sipil untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Semangat
kerja pegawai juga dapat menurun apabila pihak atasan
tidak memperhatikan kepentingan para bawahan. Hal ini
akan menurunkan semangat kerja para pegawai.
Indikator dari turunnya semangat kerja antara lain
rendahnya produktivitas, tingkat absensi pegawai tinggi,
gaji rendah, dan lain - lain. Dengan demikian pastilah
[114] Peraturan Pemerintah. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
322
akan mempengaruhi semangat kerja pegawai dalam
suatu organisasi.
Pengertian
Kata mutasi atau pemindahan oleh sebagian
masyarakat sudah dikenal, baik dalam lingkungan mau-
pun di luar lingkungan organisasi pemerintah atau peru-
sahaan. Mutasi adalah kegiatan memindahkan tenaga
kerja dari satu tempat tenaga kerja ke tempat kerja lain.
Akan tetapi mutasi tidak selamanya sama dengan
pemindahan. Mutasi meliputi kegiatan memindahkan
tenaga kerja, pengoperan tanggung jawab, pemindahan
status ketenagakerjaan, dan sejenisnya. Adapun pemin-
dahan hanya terbatas pada mengalihkan tenaga kerja dari
satu tempat ke tempat lain.
Hakekatnya mutasi adalah bentuk perhatian
pimpinan terhadap bawahan. Disamping perhatian inter-
nal, upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat
adalah bagian terpenting dalam seluruh pergerakan yang
terjadi dalam lingkup kerja pemerintahan.
Mutasi Pegawai Negeri Sipil adalah pemindahan
pegawai dari atau ke Instansi di lingkungan Pemerintah.
Pemindahan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimak-
sud meliputi:
1. Pemerintah Pusat, antara kementerian / Lem-
baga.
2. Dari Pemerintah Pusat ke provinsi atau sebali-
knya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
323
3. Dari Provinsi ke Kabupaten/Kota atau sebali-
knya.
4. Dari Kabupaten Daerah Kabupaten/Kota ke Ka-
bupaten/Kota.
5. Dari Kabupaten/Kota ke Pemerintah Pusat.
Landasan Hukum Mutasi
Bagi Aparatur Sipil Negara/PNS dasar hukum
pelaksanaan mutasi adalah peraturan perundang-
undangan sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999,
tentang Pokok - Pokok Kepegawaian (Lembaga
Negara Tahun 1999 Nomor 16 Tambahan lem-
baran Negara Nomor 3890).
2. Tentang wewenang pengangkatan, pemindahan,
pemberhentian pegawai negeri sipil, diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 96, Tahun 2000.
Kedua peraturan perundang - undangan tersebut
di atas merupakan pedoman pelaksanaan mutasi
kepegawaian di setiap instansi pemerintah umum
dan daerah.
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ten-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
324
tang Pemerintahan Daerah yang telah ditetapkan
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 ten-
tang Formasi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No-
mor 54 Tahun 2003;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 ten-
tang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagai-
mana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2002;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 ten-
tang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
7. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN)) Nomor 13 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 2003.
Manfaat dan Tujuan Mutasi
Pelaksanaan mutasi pegawai mempunyai banyak
manfaat dan tujuan yang sangat berpengaruh kepada
kemampuan dan kemauan kerja pegawai yang mengaki-
batkan suatu keuntungan bagi organisasi atau perusahaan
itu sendiri.
Mutasi pegawai ini merupakan salah satu metode
dalam program pengembangan manajemen yang ber-
fungsi untuk meningkatkan efektivitas manajer secara
keseluruhan dalam pekerjaan dan jabatannya dengan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
325
memperluas pengalaman dan membiasakan dengan ber-
bagai aspek dari operasi perusahaan.
Mutasi juga dapat menurunkan kegairahan kerja
karena dianggap sebagai hukuman dan memperburuk
produktivitas kerja karena adanya ketidaksesuaian dan
ketidakmampuan kerja karyawan. Bila terjadi keadaan
yang demikian maka mutasi tidak mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu bertambahnya efektivitas dan efesiensi
dalam perkerjaan.
Tujuan mutasi yang terkandung dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999, tentang Pokok -
Pokok Kepegawaian adalah sebagai berikut:[115]
1. Peningkatan produktivitas kerja.
2. Pendayagunaan pegawai.
3. Pengembangan karier.
4. Penambahan tenaga - tenaga ahli pada unit - unit
yang membutuhkan.
5. Pengisian jabatan-jabatan lowongan yang belum
terisi.
Faktor Alasan Mutasi
Faktor - faktor yang harus diperhatikan dalam
Mutasi dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
adalah :
1. Mutasi disebabkan kebijakan dan peraturan
pimpinan organisasi dalam rangka meningkatkan
efektif dan efektifitas.
[115] Peraturan Pemerintah. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
326
2. Mutasi atas dasar prinsip The right man on the
right place.
3. Mutasi sebagai dasar untuk meningkatkan modal
kerja.
Alasan mutasi menurut, Paul Pigors dan Charles
Mayers mutasi dibagi dalam beberapa jenis yaitu pro-
duction transfer, replacement transfer, versatility trans-
fer, shift transfer, dan remedial transfer seperti berikut
ini : [116]
1. Production transfer, adalah mengalih tugaskan
karyawan dari satu bagian ke bagian lain secara
horizontal, karena pada bagian lain kekurangan
tenaga kerja padahal produksi akan ditingkatkan.
2. Replacement transfer adalah mengalih tugaskan
karyawan yang sudah lama dinasnya ke jabatan
kain secara horizontal untuk menghentikan kary-
awan yang masa dinasnya sedikit atau diberhen-
tikan.
3. Replacement transfer terjadi kerena aktivitas pe-
rusahaan diperkecil.
4. Versality transfer adalah mengalih tugaskan
karyawan ke jabatan/ pekerjaan lainnya secara
horizontal agar karyawan yang bersangkutan da-
pat melakukan pekerjaan atau ahli dalam berba-
gai lapangan pekerjaan.
[116] Paul Pigors, Charles A Myer.Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
327
5. Shift transfer adalah mengalih tugaskan kary-
awan yang sifatnya horizontal dari satu regu ke
regu lain sedangkan pekerjaannya tetap sama.
6. Remedial transfer adalah mengalih tugaskan seo-
rang karyawan ke jabatan lain, baik pekerjaannya
sama atau tidak atas permintaan karyawan ber-
sangkutan karena tidak dapat bekerja sama den-
gan rekan - rekannya.
Persyaratan dan Mekanisme
Persyaratan Mutasi
Persyaratan administrasi yang harus dilengkapi
oleh Pemohon Mutasi Pegawai Negeri Sipil antar in-
stansi Pusat dan Daerah:
1. Permohonan Pindah PNS yang bersangkutan di-
tujukan ke Instansi yang dituju.
2. Photo Copy Surat Keputusan Calon Pegawai
Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil serta Surat
Keputusan terakhir di legalisir.
3. Photo Copy Kartu Pegawai dilegalisir.
4. Photo Copy Nomor Induk Pegawai baru.
5. Photo Copy Daftar Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)
2 Tahun terakhir di legalisir.
6. Surat Pernyataan persetujuan Melepas dari peja-
bat Pembina Kepegawaian Institusi yang dituju. (
Asli).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
328
7. Surat Pernyataan persetujuan Menerima dari pe-
jabat Pembina Kepegawaian yang dituju. (Asli ).
8. Surat pernyataan pindah dari pimpinan instansi
asal Pegawai Negeri Sipil ( Asli ).
9. Jika pindah mengikuti Suami maka melampirkan:
a. Photo Copy sah surat nikah disahkan oleh
Kantor Urusan Agama/Catatan Sipil.
b. Photo Copy sah Surat Keputusan Suami
berdinas dan keterangan Domisili
10. Surat pernyataan dari instansi :
a. Tidak sedang dalam proses/menjalani hu-
kuman disiplin dan atau proses pengadilan.
b. Tidak tersangkut paut hutang dengan pihak
Bank atau pihak lainnya.
c. Tidak sedang menjalani pendidikan atau
tugas belajar.
d. Tidak sedang diberhentikan dari jabatan
negeri
11. Permohonan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
Daerah instansi asal, ditujukan kepada Instansi
yang dituju.
Mekanisme Mutasi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
329
Mekanisme seleksi mutasi Pegawai Negeri Sipil
meliputi:
1. Seleksi Formasi. Dalam tahapan seleksi formasi,
kualifikasi pendidikan dan jabatan pemohon
menjadi bahan pertimbangan utama. Jika formasi
pada tahun berjalan membutuhkan kualifikasi
pendidikan dan jabatan sebagaimana dimiliki
pemohon maka pemohon dapat diproses untuk
mengikuti seleksi tahap selanjutnya. Apabila ber-
dasarkan formasi pada tahun berjalan tidak dibu-
tuhkan kualifikasi sebagaimana dimiliki
pemohon, maka proses pengajuan mutasi antar
daerah langsung ditolak. Apabila sudah dikeluar-
kan surat penolakan maka proses mutasi
pemohon batal dan apabila masih berkeinginan
mengajukan permohonan mutasi harus mengaju-
kan permohonan baru kembali.
2. Seleksi Kompetensi. Pemohon yang lolos dari se-
leksi administrasi kemudian harus mengikuti se-
leksi kompetensi, yaitu melalui proses interview
baik secara terbuka atau tertutup. Proses inter-
view terbuka dilakukan melalui proses wawan-
cara, sedangkan proses interview tertutup dilaku-
kan melalui pengisian kuesioner yang telah di-
siapkan.
3. Seleksi Kinerja. Seleksi Kinerja dilakukan ber-
dasarkan hasil keterangan pejabat berwenang di
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
330
lingkungan instansi asal mengenai track record
pemohon meliputi :
a. belum pernah menjalani sanksi/ hukuman
disiplin;
b. tidak sedang menjalani sanksi/ hukuman
disiplin, serta;
c. memiliki kinerja yang baik;
d. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
(DP-3) tahun terakhir;
e. Jika memungkinkan penilaian kinerja di-
lakukan melalui cross cek dengan instansi
asal.
4. Seleksi/kajian Non-Teknis. Proses ini merupakan
proses mengkaji hal-hal non-teknis yang dapat di-
jadikan pertimbangan untuk memproses mutasi
antar daerah pemohon. Hal-hal non teknis terse-
but antara lain:
a. Alasan mengajukan mutasi;
b. Jarak lokasi tempat kerja dengan rumah
tinggal;
c. Aktivitas sosial;
d. Kondisi fisik/mental;
e. Kondisi keluarga;
f. Kondisi perekonomian;
g. Sedang mengikuti proses pembelajaran;
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
331
h. Pertimbangan non teknis lain yang
disampaikan oleh pemohon.
Kendala Pelaksanaan Mutasi
Pengaruh Mutasi Kerja dengan Peningkatan Se-
mangat Kerja Salah satu tujuan pelaksanaan mutasi kerja
adalah untuk mengusahakan orang tepat pada tempat
yang tepat “the right man on the right place”. Dengan
demikian akan dapat meningkatkan semangat kerja
pegawai.
Meskipun kita sudah mengusahakan agar tujuan
untuk menempatkan orang tepat pada tempat yang tepat,
tetapi tidaklah berarti persoalannya telah selesai. Suatu
pekerjaan yang bersifat rutin mungkin dapat menimbul-
kan rasa bosan, sehingga dalam keadaan tersebut ke-
mungkinan semangat dan kegairahan kerjanya turun. Hal
ini dapat terjadi meskipun sebetulnya penempatan orang
tersebut pada tempat orang yang tepat telah dilaksana-
kan.
Untuk itulah dalam memutasikan kita harus men-
gusahakan agar tugas yang baru tersebut masih searah
dengan tugas dan pekerjaan sebelumnya. Misalnya, jan-
gan sampai seorang yang sebelumnya ditempatkan di-
bagian pembukuan, kemudian dimutasikan pada bagian
laboratorium.
Apabila pelaksanaan mutasi kerja dengan baik
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku maka mutasi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
332
tersebut akan berdampak positif terhadap pegawai
seperti meningkatkan semangat kerja. Namun bila mu-
tasi tersebut dilakukan tanpa memperhatikan dengan
seksama dan tanpa dilandasi dengan argumentasi yang
menyakinkan maka mutasi akan berdampak negatif ter-
hadap pegawai dan organisasi tersebut.
KONSELING
8.1. Manfaat Konseling
Salah satu kegiatan konseling adalah membantu
pegawai dalam mengeksplorasi dirinya serta jenis
pekerjaan apa yang cocok baginya, untuk kemudian
merencanakan dan mengambil keputusan berkaitan den-
gan pilihan karir di masa depan. Manfaat dari konseling
karir antara lain:
1. Pegawai dapat mengenal dirinya (seperti minat,
kemampuan, kepribadian) dengan salah satunya
BAB8
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
333
metodenya adalah melalui psikotes, yang dapat
membantunya untuk menentukan jenis pekerjaan
yang sesuai dengan dirinya.
2. Pegawai dapat memperoleh pemahaman tentang
berbagai hal yang terkait dengan dunia kerja
(seperti deskripsi tugas dalam berbagai bidang
pekerjaan, tuntutan kemampuan kerja dalam
bidang pekerjaan tertentu, jenjang karir dan lain-
lain.
3. Pegawai mampu merencanakan langkah konkrit
untuk mewujudkan perencanaan karir yang real-
istis bagi dirinya.
Banyak hal lainnya sesuai kebutuhan para Kon-
seling karir dapat dilakukan secara pribadi ataupun
dalam kelompok dengan mendiskusikan topik-topik
seputar dunia kerja serta membahas hal-hal teknis seperti
bagaimana menghadapi serta latihan wawancara (dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris), membuat daftar
riwayat hidup, membuat metode perencanaan karier
jangka pendek atau panjang dan mahasiswa.
Tujuan Konseling
Tujuan Konseling dibagi menjadi dua, yaitu tu-
juan umum dan tujuan khusus:
1. Tujuan Umum: Tujuan layanan konseling adalah
teratasinya masalah yang dialami klien. Upaya
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
334
teratasinya masalah klien ini dapat berupa men-
gurangi intensitasnya atas masalah tersebut,
mengurangi intensitas hambatan dan/atau
kerugian yang disebabkan masalah tersebut, dan
menghilangkan atau meniadakan masalah yang
dimaksud. Dengan layanan konseling ini beban
klien diringankan, kemampuan klien ditingkatkan
dan potensi klien dikembangkan.
2. Tujuan Khusus: Klien memahami seluk-beluk
masalah yang dialami secara mendalam dan
komprehensif, serta positif dan dinamis. Pema-
haman yang dimaksud mengarah kepada dikem-
bangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan
demi terselesaikannya secara spesifik masalah
yang dihadapi klien. Pengembangan dan pemeli-
haraan potensi klien dan berbagai unsur positif
yang ada pada dirinya merupakan latar belakang
pemahaman dan pengentasan masalah klien.
Pengembangan dan pemeliharaan potensi dan un-
sur-unsur positif yang ada pada diri klien,
diperkuat oleh terselesaikannya masalah, dan
berkembangnya masalah yang lain.
Sedangkan, tujuan khusus dari diselenggara-
kannya konseling karier adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman diri pegawai.
2. Meningkatkan pengetahuan pegawai tentang
dunia kerja.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
335
3. Membina sikap yang serasi terhadap partisipasi
dalam dunia kerja dan terhadap usaha dalam
mempersiapkan diri dari suatu jabatan.
4. Meningkatkan kemahiran berpikir agar mampu
mengambil keputusan tentang jabatan dan melak-
sanakan keputusan itu.
5. Mengembangkan nilai-nilai sehubungan dengan
gaya hidup yang dicita-citakan, terma-
suk jabatan.
Selain yang telah dikemukakan diatas secara
rinci tujuan dari konseling karir tersebut ialah mem-
bantu pegawai agar :
1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri,
terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada
dalam dirinya mengenai kemampuan, minat,
bakat, sikap dan cita- citanya yang darinya pe-
serta didik dapat mengidentifikasi bidang studi
dan karir yang sesuai dengan dirinya.
2. Peserta didik memperoleh pemahaman tentang
berbagai hal terkait dengan dunia (karir-studi)
yang akan dimasukinya seperti tingkat kekuasan
karir yang ditawarkan, deskripsi tugas dalam
berbagai bidang pekerjaan, pengaruh perkemban-
gan teknologi terhadap bidang kerja tertentu,
kontribusi yang dapat diberikan dalam bidang
pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
336
kemampuan kerja dalam bidang-bidang peker-
jaan tertentu di masa depan.
3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang ber-
hubungan dengan potensi yang ada dalam dir-
inya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan lati-
han yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu,
memahami hubungan usaha dirinya yang
sekarang dengan masa depan.
4. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin
timbul yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan
faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
5. Para pegawai dapat merencanakan masa de-
pannya serta menemukan karir dan kehidupan
yang serasi, yang sesuai.
6. Pegawai mampu mengidentifikasi berbagai
bidang pendidikan yang tersedia yang relevan
dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan
demikian peserta didik memperoleh dan dapat
menerapkan pengetahuan dan ke-terampilan
(skill) yang dituntut oleh peran-
peran kerja tertentu.
7. Pegawai mampu mengambil keputusan karir bagi
dirinya sendiri, merencanakan langkah-langkah
konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir
yang realistik bagi dirinya. Perencanaan karir
yang realistik akan meminimalkan factor dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
337
dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan
dampak positif dari proses pemilihan karir.
8. Mampu menyesuaikan diri dalam mengimple-
mentasikan pilihannya dan berfungsi optimal.
8.2. Konselor dan Konseling
Dalam sebuah proses konseling berperan dua pi-
hak yang saling terkait, yaitu seorang konselor dan seo-
rang klien yang menjalin hubungan profesionalisme.
1. Konselor: Konselor adalah seorang ahli dalam
bidang konseling, yang memiliki kewenangan
dan mandat secara profesional untuk melaksana-
kan pemberian layanan konseling. Dalam proses
konseling, konselor yang aktif mengembangkan
proses konseling melalui dioperasionalkan
pendekatan, teknik dan asas-asas konseling ter-
hadap kilen. Dalam proses konseling, selain me-
dia pembicaraan verbal, konselor juga dapat
menggunakan media tulisan, gambar, media elek-
tronik, dan media pembelajaran lainnya, serta
media pengembangan tingkah laku. Semua itu
diupayakan konselor dengan cara-cara yang cer-
mat dan tepat, demi terlesaikanannya masalah
yang dihadapi klien.
2. Klien: Klien adalah seorang individu yang se-
dang mengalami masalah, atau setidak-tidaknya
sedang mengalami sesuatu yang ingin dia sam-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
338
paikan kepada orang lain. Klien menanggung
semacam beban, uneg-uneg, atau mengalami
suatu kekurangan yang ingin diisi; atau ada suatu
yang ingin dan/atau perlu dikembangkan pada
dirinya. Semuanya agar dia mendapatkan suasana
pikiran dan/atau perasaan yang lebih ringan,
memperoleh nilai tambah, hidup lebih berarti,
dan hal-hal positif lain nya selama menjalani
hidup seharian dalam rangka kehidupan dirinya
secara menyeluruh.
8.3. Prinsip-Prinsip KonselingAgar Konseling karier dapat berfungsi dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetap-
kan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip
Konseling perlu diperhatikan oleh para Konselor pada
khususnya, terutama dalam penyusunan program pelak-
sanaan layanan Konseling karier di organisasi.
Secara umum prinsip-prinsip Konseling karier,
adalah sebagai berikut:
1. Seluruh pegawai memiliki kesempatan yang
sama untuk mengembangkan dirinya
dalam pencapaian kariernya secara tepat. Tidak
ada perkecualian, baik itu yang kaya mau-
pun yang miskin, dan faktor-faktor lainnya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
339
2. Setiap pegawai harus memahami bahwa karier
itu adalah sebagai suatu jalan hidup, dan pendidi-
kan adalah sebagai persiapan dalam hidup.
3. Pegawai hendaknya dibantu dalam mengem-
bangkan pemahaman yang cukup me-
madai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan
perkembangan sosial pribadi dan perenca-
naan pendidikan karier.
4. Pegawai secara keseluruhan hendak-nya dibantu
untuk memperoleh pemahaman tentang hubun-
gan antara pendidikannya dan kariernya.
5. Setiap pegawai hendaknya Memilih kesempatan
untuk menguji konsep, berbagai peranan dan
ketrampilannya guna mengembangkan nilai-
nilai dan norma-norma yang memiliki ap-
likasi bagi karier di masa depannya.
Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam kon-
seling karier tersebut dapat disimpulkan bahwa, konsel-
ing karier dalam pelaksanaannya memiliki pedoman
yang umum dan jelas dalam memberikan pelayanan
kepada pegawainya dalam mendeteksi diri, memberikan
layanan tentang karakteristik dunia kerja sehingga
mampu menciptakan kemandirian pegawai dalam me-
nentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan
dirinya, agar mampu mencapai kebahagiaan hidup di-
masa depan kariernya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
340
HUBUNGAN KERJA
9.1. Organisasi Pegawai
Organisasi dibentuk untuk mempromosikan atau
menyatakan pendapat, melindungi, dan memperbaiki,
melalui kegiatan-kegiatan kolektif, kepentingan-
kepentingan sosial, ekonomi dan politik para anggo-
tanya.[117] Merupakan wadah bagi pegawai sebagai wa-
hana untuk berpartisipasi dalam organisasi/perusahaan.
Sebuah organisasi dalam perjalanan bisnisnya akan ser-
ing menghadapi tekanan. Berbagai tekanan yang datang
bukan hanya berasal dari eksternal organisasi, tidak
jarang tekanan malah justru banyak ditimbulkan oleh
faktor internal organisasi.
Sebenarnya, tekanan yang datang baik dari inter-
nal maupun eksternal, tidak selalu menghambat or-
ganisasi untuk maju dan berkembang. Seringkali faktor-
faktor tadi malahan memberi kesempatan kepada or-
[117] Budi Supriyatno. Change of the Organization, Media Brilian.1998, hal. 23
BAB
9
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
341
ganisasi untuk menjadi lebih besar. Ibarat “Makin besar
ombak yang dihadapi pelaut, maka akan semakin ulung
si pelaut tersebut“. Sekarang adalah tinggal bagaimana
organisasi menyikapi tekanan sebagai sebuah sarana un-
tuk terus menerus mengkoreksi diri dan memperbaiki
segala sesuatu secara berkesinambungan.
Tekanan dari internal ataupun eksternal or-
ganisasi sebenarnya dapat dihadapi bila organisasi sebisa
mungkin selalu menciptakan dan menjaga “hubungan
baik” melalui komunikasi “baik” dengan kedua belah
pihak tadi. Pegawai merupakan aset penting yang di-
miliki organisasi. Sekalipun tidak mempunyai pengaruh
besar dalam proses pengambilan keputusan, pegawai
adalah aset yang paling banyak kuantitasnya dalam or-
ganisasi. Oleh karena itu organisasi harus dapat menge-
tahui dan memahami benar apa yang menjadi hak-hak
pegawai. Selain komunikasi yang lancar antara or-
ganisasi dengan pegawai, perhatian yang diberikan or-
ganisasi kepada hak-hak organisasi, dapat menjaga
hubungan baik organisasi dengan pegawai. Kelompok
pegawai yang mendapat perhatian yang baik, besar ke-
mungkinan dapat membantu organisasi mengatasi hal-
hal yang tidak terduga, seperti kebakaran, pencurian,
kebanjiran, kerusakan mesin, dan lain-lainya.
Sebaliknya pegawai yang merasa tidak diperhati-
kan atau merasa tidak mendapat simpati dari pegawai
akan dapat merugikan organisasi. Kedudukan struktural
yang lemah, biasanya membuat para pegawai memben-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
342
tuk sebuah kelompok informal yang fungsinya adalah
membela kepentingan para pegawai. Kelompok inilah
yang umumnya menjadi penggerak pegawai hak mereka
tidak mendapat perhatian dari Top Management bi-
asanya akan menjadi sangat sensitif. Para pegawai yang
tidak puas terhadap keputusan / kebijakan perusahaan
dapat melakukan tindakan-tindakan yang merugikan or-
ganisasi, misalnya pemogokan masal.
Pegawai yang tidak mendapat simpati dari peru-
sahaan dan melakukan protes, biasanya mendapat sim-
pati besar dari masyarakat. Hal ini dapat memperburuk
citra perusahaan yang berakhir pada hilangnya keper-
cayaan masyarakat (atau lebih tepatnya konsumen)
kepada organisasi. Bila krisis kepercayaan sudah terjadi,
maka sudah dapat dipastikan bahwa perusahaan sedang
mengalami kemunduran.
Perhatian masyarakat dan kebijakan pemerintah
untuk industri sangat berpengaruh terhadap pembuatan
kebijakan atau peraturan dalam organisasi, khususnya
dalam hal tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan selalu
menjadi masalah utama yang harus cepat ditangani oleh
para pemilik organisasi dan Top Management.
Semua, baik pengusaha, pegawai, masyarakat
umum, maupun pemerintah sangat mendambakan
hubungan industrial yang baik. Hanya dengan hubungan
industri yang baik maka akan tercipta kondisi yang kon-
dusif bagi pembangunan industri yang kuat dan seka-
ligus perekonomian nasional yang handal. Hubungan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
343
industri yang baik adalah hubungan yang menggambar-
kan partnership dan introspeksi, partner in production,
partner in profit, dan partner in responsibility.
Sebagai organisasi yang baik, dalam menentukan
kebijakan/aturan hendaknya hak-hak pegawai diikutser-
takan sebagai bahan pertimbangan, misalnya Upah
Minimal Regional (UMR), masalah kesehatan dan kea-
manan kerja, jaminan kemerdekaan bagi pegawai untuk
berserikat, jaminan organisasi bahwa mereka tidak akan
melakukan diskriminasi dalam hal ras, agama, suku,
jenis kelamin, dan lain-lainya, jaminan bahwa organisasi
tidak akan melakukan tindak kekerasan baik fisik mau-
pun mental dalam kegiatan bekerja, jam kerja yang se-
suai, kompensasi, dan sebagainya.
Bila organisasi telah dapat melindungi dan me-
menuhi hak-hak pegawainya, sudah barang tentu loyali-
tas pegawai akan meningkat sehingga diharapkan kinerja
pegawaipun meningkat. Namun kepercayaan pegawai
saja belum cukup untuk meningkatkan citra positif or-
ganisasi. Organisasi tetap memerlukan kepercayaan dari
pihak luar seperti masyarakat, pemerintah, pers, dan lain-
lainnya, dan biasanya pihak luar perlu bukti nyata bahwa
organisasi telah menjalankan kewajibannya.
Untuk itu organisasi memerlukan sebuah sistem
manajemen yang dapat membantu organisasi melak-
sanakan fungsinya sebagai organisasi yang baik dan
memperhatikan hak-hak pegawai sebagaimana mestinya
sekaligus membuktikannya kepada pihak luar.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
344
Sistem manajemen yang dibutuhkan adalah yang
mampu :
1. Membangun, mengelola, dan melaksanakan kebi-
jakan-kebijakan pemerintah atau yang terkait
mengenai berbagai masalah yang memiliki pen-
garuh besar dalam hubungan industrial.
2. Membuktikan bahwa prosedur, aturan, atau kebi-
jakan yang organisasi buat telah sesuai dengan
sistem manajemen tersebut. Dengan kata lain sis-
tem ini dapat dijadikan sebagai alat untuk men-
gaudit prosedur yang telah dibuat oleh perusa-
haan berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan.
Pengertian
Hubungan tenaga kerja adalah merupakan suatu
hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha
setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang
bersangkutan. Pekerja menyatakan kesanggupan untuk
bekerja pada pengusaha dengan menerima upah dan se-
baliknya pengusaha menyatakan pula kesanggupannya
untuk mempekerjakan pekerja dengan membayar upah.
Dengan demikian hubungan kerja yang terjadi
antara pekerja dan pengusaha adalah merupakan bentuk
perjanjian kerja yang pada dasarnya memuat hak dan
kewajiban masing-masing pihak.[118]
[118] Budi Supriyatno, Human Relation, Media Brilian, 2014. P.3
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
345
Dalam pemeliharaan hubungan kerja, terdapat tiga
unsure yaitu:
1. Kerja. Di dalalam hubungan kerja harus ada
pekerja tertentu sesuai perjanjian karena itulah
hubungan ini dinamakan hubungan kerja
2. Upah. Setiap hubungan kerja selalu menimbulkan
hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak
denngan menimbulkan hak dan kewajiban diantara
kkedua belah pihak denngan berimbang. Dalam
hak dan kewajiban hubungan kerja adalah upah
adalah merupakan salah satu unsure pokok yang
memmadai adanya hubungan kerja. Pengusaha
berkewajiban membayar upah dan pekerja berhak
atas upah dari pekerja yang dialkukannya.
3. Perintah. Di dalam hubungan kerja harus ada un-
sure perintah yang artinya yang satu pihak berhak
memberikan perintah dan pihak yang lain berkewa-
jiban melaksanakan perintah. Dalam hal ini pen-
gusaha berhak membnerikan pperintah kepada
pekerja dan pekerja berkewajiban mantaati perintah
tersebut.
Tujuan Hubungan Kerja
a. Untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
b. Meningkatkan disiplin dan menurunkan absensi
pegawai.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
346
c. Meningkatkan loyalitas dan menurunkan turn-over
pegawai.
d. Memberikan ketenangan, kkeamanan, dan kese-
hatan pegawai.
e. Meningkatkan kesejahteraan pegawai dan keluar-
ganya.
f. Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap
pegawai.
g. Mengurrangi konflik dan menciptakan suasana
yang harmonis.
h. Mengefektifkan pengadaan pegawai.
Mengelola Hubungan Kerja
Memahami Pribadi
Dalam setiap melakukan pekerjaannya, idealnya
setiap orang ingin memahami faktor-faktor di sekelil-
ingnya. Terutama pemahaman tentang kepribadian
sesama pegawai atau pimpinannya. Dengan demikian
hubungan kerja di antara pegawai dan dengan pimpinan
akan berjalan efektif. Saling menyalahkan akan semakin
diperkecil. Sementara yang terjadi adalah terbangunnya
saling percaya dan saling memahami pribadi masing-
masing.
Kris Cole, (2005) dalam bukunya Management,
Theory and Practice mengatakan, bagi mereka yang
mampu membangun hubungan kerja yang efektif selalu
berwajah dan bersikap cerah dan enerjetik. Orang seperti
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
347
ini berpandangan positif terhadap lingkungannya.
Mereka banyak memiliki teman dan bahkan sahabat. Se-
baliknya yang berpandangan negatif. Mereka cenderung
dapat menyebabkan suasana kerja penuh depresi dan me-
lelahkan. Orang yang berspirit rendah seperti ini bisa
mempengaruhi teman-temannya. Orang lain bakal
menghindari bahkan menjauhinya. Untuk saling mema-
hami sesama kolega kerja dan manajer maka diperlukan
pemahaman tentang beragam tipe orang.[119]
Golongan pertama disebut sebagai ”dominant di-
rectors”. Orangnya bersifat ekstrovert dan berfokus pada
tugas. Kalau bekerja didasari keramahan, langsung atau
tidak berbelit, berorientasi pada hasil dan persaingan,
dan sering dimotivasi oleh kekuasaan. Selain itu bi-
asanya orang-orang bersifat itu siap berkonfrontasi den-
gan orang lain, membuat keputusan dengan mudahnya,
dan ambisius. Mereka menikmati pengalihan tanggung
jawab dan menolak kekuasaan dari orang lain. Sifatnya
yang selalu bergerak cepat, mereka kadang-kadang tam-
pak berlaku kasar, lancang, dan tidak sabar. Selalu
melangkah cepat, ingin selalu sesuatu dikerjakan dengan
benar dan segera, dan tidak menyukai hasil yang buruk.
Untuk bisa bekerja efektif dengan tipe ”pengarah
dominan” maka perlu berkomunikasi dengan jelas,
akurat, dan langsung ke persoalan dengan cepat. Jangan
[119] Kris Cole. Management: Theory and Practice. Edition, 3, illus-trated. Published: Pearson Education Australia, 2005. ISBN,1741032415.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
348
bertele-tele. Hindari berbicara hal-hal yang teoritis atau
abstrak, konseptual,dan berbagai masalah yang men-
yangkut orang lain. Perlakukanlah dia dengan semangat
kerja tinggi dan biarkanlah dia berpikir sebagai orang
yang bertanggung jawab akan pekerjaannya.
Golongan kedua, yang juga ekstrovert dan berfokus
pada persoalan-persoalan orang adalah ”interacting so-
cialisers”. Golongan ini senang kepada setiap orang dan
bekerja di tengah-tengah mereka. Beberapa sifat yang
menonjol antara lain adalah antusias, optimistis, mudah
bersosialisasi, senang bicara, persuasif dan impulsif.
Mereka juga bagus dalam mempengaruhi orang lain, si-
fat senang dan sayang pada orang lain, enerjetik, kreatif,
dan terbuka dengan perasaan orang lain. Selain tiu
mereka juga mengembangkan perubahan, kecenderun-
gan-kecenderungan dan gagasan baru, dan pengakuan
terhadap prestasi. Namun yang perlu diketahui bahwa
mereka sering bekerja tidak teratur dan kurang memper-
hatikan hal-hal yang rinci, sia-sia, mudah digugah, ma-
nipulatif, dan tidak disiplin.
Mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan
golongan tersebut tentunya dengan membangun hubun-
gan individual yang efektif. Caranya antara lain
menghindari untuk bicara tentang pekerjaan secara rinci.
Sebaliknya berfokuslah pada gambaran dan visi yang
besar. Biarkan mereka bicara, berpartisipasi, memoti-
vasi, dan menciptakan suasana menyenangkan. Perlaku-
kanlah mereka sebagai sahabat.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
349
Golongan berikutnya adalah yang disebut ”steady
relaters”. Mereka umumnya introvert, fokus pada orang
dan hubungan kerja dalam menyelesaikan tugas dengan
komplit. Mereka tidak menyukai konflik dan lebih men-
yenangi rutinitas yang sudah ada dan stabil ketimbang
sesuatu yang belum dicoba dan diuji. Cenderung bersi-
kap diam dan sering berlaku tidak tegas. Namun mereka
loyal, stabil, taat asas, seolah sebagai pemain tim yang
gampangan, penolong dan suka membuat orang senang.
Sebagai pemikir dan pendengar yang baik, mereka
senang membuat orang yang sedang marah menjadi
tenang kembali. Mereka juga sebagai perekat dalam
membangun tim kerja yang solid. Namun disi lain ka-
dang-kadang tingkah mereka terlihat kurang meyak-
inkan, bimbang, janggal, posesiv, dan umbar janji yang
terkadang goyah.
Untuk menemukan pemikiran atau opini seorang
“steady relater”, kita harus banyak bertanya dengan per-
tanyaan terbuka dan mendengarkannya secara hati-hati.
Jangan memandang rendah mereka apakah dalam hal
loyalitas dan kontribusi mereka.
Golongan keempat disebut “conscientious think-
ers”, introvert yang fokus pada tugas dan memiliki
keinginan kuat dalam mencapai prestasi. Mereka
menikmati kegiatan studi dan alisis. Mereka bekerja
dengan rajin, obyektif, dan dengan cara-cara yang sis-
tematik dan teratur. Juga bekerja serius, akurat, dan per-
feksionis yang menghasilkan mutu output tinggi. Di
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
350
samping itu mereka juga dapat bersifat kaku, cerewet,
perhitungan, dan lambat dalam pengambilan keputusan.
Jadi kalau ingin membangun hubungan kerja dengan
mereka secara efektif perlu menghindari berbicara
bertele-tele. Kalau akan mengkritisi kita harus melaku-
kannya dengan taktis dan dukungan argumentasi yang
jelas dan terinci. Mengajak lebih taktis ketimbang in-
struksi. Orang bertipe ini sulit menerima desakan dan
usulan yang terburu-buru.
Prinsip Hubungan Kerja
Pemahaman akan Prinsip - Prinsip Hubungan Kerja
dalam kaitannya dengan hak asasi manusia. Prinsip-
prinsip dan nilai-nilai yang ditetapkan dan dapat pen-
erapkannya pada setiap kesempatan dengan cara dan
waktu yang sesuai dengan kondisi setempat. Pada be-
berapa bidang dengan senang hati disampaikan bahwa
Prinsip - prinsip ini telah menjadi praktik yang ada saat
ini. Untuk bidang-bidang yang belum, prinsip ini di-
harapkan dapat menjadi langkah dalam mengembang-
kannya pada kebijakan dan prosedur yang diterapkan
secara setempat.
Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan di
tingkat pasar hendaknya sejalan dengan Prinsip-Prinsip
ini, yang tentunya juga harus mempertimbangkan aspek
politik, ekonomi, undang- undang dan praktik ketena-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
351
gakerjaan, serta konteks budaya di lokasi setiap perusa-
haan beroperasi.
Dalam hal ini, Prinsip-prinsip tersebut merupakan
aspirasi kita, dan jika tujuan tersebut belum terpenuhi
atau langsung tercapai, harus ada upaya yang tinggi un-
tuk mencapainya.
Menerapkan berbagai kebijakan yang bertujuan
pada:
1. Praktik yang baik di setiap pasar setempat, dan
2. Konsisten dengan tanggung jawab dan kewajiban
yang diisyaratkan dalam ketentuan pemerintah
setempat.
Selain itu, selalu serius menghargai orang - orang
kita dan perkembangan mereka, memastikan tata kelola
organoisiasi yang baik, penguatan perekonomian lokal,
dan menjadi anggota yang dihormati dalam komunitas
yang lebih luas. Perkembangan Prinsip tersebut menun-
jukkan adanya komitmen kita pada praktik hubungan
kerja yang baik dan posisi kita sebagai pilihan tempat
bekerja yang baik pada tiap lokasi.
Prinsip tersebut tidak dimaksudkan untuk menjadi
bagian dari kontrak kerja setiap orang, karena meru-
pakan tujuan yang akan selalu dievaluasi dan dikem-
bangkan.
Pada operasional, hal yang utama adalah bagai-
mana menjalankan hubungan yang baik dengan para
karyawan. Tujuan dengan Prinsip - prinsip ini, adalah
untuk menciptakan tujuan pada bidang ketenagakerjaan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
352
yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Namun dapat
melihat potensi yang miliki untuk memengaruhi para
mitra bisnis dalam jaringan pasokan – dan tanggung
jawab manajemen untuk berdialog dengan mereka yang
memang berada di dalam lingkup pengaruh manajemen.
Ketika menghadapi masalah yang terkait hubungan
kerja yang kompleks dan mencakup banyak hal, tang-
gung jawab dalam menghadapinya dibagi di antara ber-
bagai bagian masyarakat yang berbeda - beda. Tanggung
jawab utama berada pada pemerintah untuk mengem-
bangkan dan meningkatkan standar peraturan, ketentuan
dan ketaatan akan peraturan ketenagakerjaan yang ber-
laku di wilayah tersebut.
Dalam menyusun Prinsip-prinsip, beranjak dari
sumbangsih pemikiran yang internasional dan juga
mempertimbangkan berbagai masukan pandangan dari
kelompok eksternal. Secara internal, juga harus berkon-
sultasi dengan kelompok pekerja dan perwakilan pega-
wai dengan maksud baik untuk mengintegrasikan Prin-
sip-prinsip ke dalam budaya perusahaan. Prinsip
Hubungan Kerja antara lain:
1. Keberagaman. Menyediakan peluang yang sama
bagi setiap karyawan. Keyakinan dan standar
hubungan kerja menetapkan bahwa tidak mela-
kukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit,
jenis kelamin, usia, kelas sosial, agama, kebi-
asaan merokok, orientasi seksual, politik, atau
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
353
kecacatan, saat membuat keputusan dalam mem-
pekerjakan, mempromosikan, atau, memberhen-
tikan karyawan atau calon karyawan – terkait
dengan persyaratan yang melekat dari peran tu-
gas yang akan dijalankan. Tujuan mendasarnya
adalah untuk memastikan adanya profil tenaga
kerja yang mewakili keberagaman yang ada den-
gan mengedepankan persamaan hubungan kerja.
Juga memperhatikan ketentuan perundang - un-
dangan setempat yang terkait dengan diskrimi-
nasi positif.
2. Tanggap dan Keterbukaan
a. Komunikasi Internal. Rasa memiliki, dan
kepercayaan karyawan pada perusahaan
ditingkatkan melalui fokus dalam pelak-
sanaan komunikasi internal, kebanggaan
akan merek dan menjadi bagian dari Grup
Perusahaan yang dihormati oleh masyara-
kat. Juga memiliki tujuan untuk terbuka dan
transparan serta memberikan informasi ter-
kait bisnis dan industri secara berkala, da-
pat dipercaya, dan relevan, melalui berba-
gai saluran komunikasi internal agar dapat
diakses oleh semua karyawan. Kebijakan
pengungkapan ini turut mempertimbangkan
kewajiban terhadap kerahasiaan Bisnis dan
kepentingan kompetitif lainnya. Selain
daripada itu, secara aktif mendorong dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
354
mendukung ide - ide dan informasi di
antara Perusahaan Operasional dan kary-
awan.
b. Pembinaan Hubungan dan Kemitraan.
Representasi dan Kebebasan Berasosiasi:
menghargai kebebasan berasosiasi dan ke-
bebasan tidak berasosiasi. Memahami hak-
hak karyawan untuk diwakili oleh Serikat
Pekerja yang disetujui oleh perusahaan
setempat atau perwakilan terpercaya lain-
nya, dan bahwa perwakilan tersebut, jika
ada, untuk berkonsultasi dalam kerangka
kerja undang - undang, peraturan, hubun-
gan serta praktik ketenagakerjaan, dan
prosedur perusahaan yang berlaku. Mana-
jer harus memahami aktivitas badan per-
wakilan pekerja yang dikenal seperti Seri-
kat Pekerja (yang sah) dan memastikan
bahwa mereka dapat melaksanakan aktivi-
tas mereka sesuai prosedur yang telah
disetujui.
3. Tanggungjawab
a. Tanggung Jawab Perusahaan. Perlakuan
yang wajar di Tempat Kerja mendukung
mendorong terciptanya iklim saling percaya
untuk memastikan bahwa karyawan dapat
menyampaikan pertanyaan dan masalah yang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
355
timbul selama mereka melakukan pekerjaan
dan mencoba untuk mendapatkan solusi yang
cepat yang dapat diterima oleh semua pihak
yang terkait. Untuk mencapai tujuan ini,
manajer berusaha untuk memastikan bahwa
karyawan memahami prosedur penyampaian
keluhan dan juga tindak disipliner dan men-
getahui bagaimana menggunakannya.
Pekerja paruh waktu merupakan elemen
penting dan dari keseluruhan ketenagaker-
jaan yang diperlukan untuk memenuhi per-
syaratan dan siklus bisnis setempat. Dalam
bentuk hubungan kerja ini, Manajer harus
selalu bertindak di dalam kerangka hukum
dan praktik ketenagakerjaan setempat.
b. Rasa hormat di Tempat Kerja. Menolak se-
mua unsur pelecehan dan penindasan dan
berkomitmen untuk meniadakan tindakan
atau sikap seperti tersebut di tempat kerja.
c. Restrukturisasi. Melakukan restrukturisasi
dalam cara yang bertanggung jawab. Setiap
Perusahaan Operasional yang terlibat dalam
proses restrukturisasi akan menjelaskan pra-
karsa yang membuat perubahan yang dibu-
tuhkan kepada karyawannya dan semua
kelompok dan badan yang terkait, sesuai
dengan hukum dan peraturan setempat. Ti-
dak dapat menawarkan jaminan pekerjaan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
356
seumur hidup, namun kewajiban pemutusan
hubungan kerja hanya akan dilakukan setelah
semua kemungkinan ditinjau secara menye-
luruh. Jika situasi tersebut terjadi, Manajer
harus menerapkan pendekatan dan prosedur
setempat secara bertanggung jawab untuk
menyelesaikan situasi ini, termasuk pembe-
rian uang pesangon dan tindakan lainnya se-
suai dengan ketentuan setempat.
d. Anti – Eksploitasi Tenaga kerja anak - anak:
Perussahaan seharusnya tidak membenarkan
atau mempekerjakan tenaga kerja anak -
anak. Manjaer harus memastikan bahwa:
1) Kesejahteraan, kesehatan, dan kese-
lamatan anak - anak selalu menjadi hal
yang terpenting.
2) Praktik yang dilakukan oleh anak -
anak untuk pengembangan keterampi-
lan kejuruan (mis. dalam kerja perta-
nian) tidak bertentangan dengan atau
mengganggu perkembangan pendidi-
kan mereka, termasuk kehadiran di se-
kolah.
3) Perkembangan anak – anak dalam
kelompoknya dan negara paling baik
dijalankan melalui pendidikan.
4) Tenaga Kerja Paksa: Tenaga kerja teri-
kat atau paksa sama sekali tidak dapat
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
357
diterima, juga persyaratan untuk men-
yerahkan surat identitas atau melaku-
kan pembayaran sebagai syarat untuk
bekerja. Jika perundang - undangan na-
sional atau prosedur ketenagakerjaan
mewajibkan penggunaan dokumen
identitas, hal tersebut akan digunakan
secara ketat sesuai dengan prosedur
dan perundang - undangan setempat.
Tidak membenarkan eksploitasi atau
pemanfaatan tidak sah atas tenaga kerja
imigran.
4. Tanggung Jawab Karyawan
a. Standar Perilaku Bisnis. Ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari tata kel-
ola perusahaan kita dan dirancang sebagai
sebuah kerangka kerja bagi pembuatan
keputusan bagi semua karyawan. Karyawan
merupakan pelaku utama penegakannya
dan diharapkan dapat mematuhi standar
tersebut.
b. Penggunaan Sistem Perusahaan yang baik.
Perusahaan menerapkan banyak sistem
dalam pencapaian tujuan bisnisnya. Dalam
pelaksanaannya, kami memercayakan
penggunaan sistem dan fasilitas tersebut
kepada karyawan. Karyawan bertanggung
jawab untuk mengenali sistem tersebut dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
358
mengikuti semua prosedur operasional dan
kerahasiaan termasuk hal- hal yang terkait
dengan penggunaan pribadi atas sistem
tersebut. Perusahaan harus memberikan pe-
latihan tentang penggunaan sistem serta
kepatuhan atas kebijakannya dan karyawan
harus meminta pelatihan lebih lanjut jika
diperlukan. Penggunaan sistem tersebut
akan dipantau dari waktu ke waktu untuk
memastikan penggunaan yang sah dan tu-
juan yang sesuai dengan kebijakan dan
peraturan setempat. Karyawan akan diminta
untuk memberikan sarannya guna mening-
katkan pelatihan maupun sistem itu sendiri.
c. Tanggung Jawab atas Kinerja. Manajer
mengharapkan karyawan kami untuk mem-
berikan kontribusi yang berarti dan nyata
demi keberhasilan perusahaan dan tempat
mereka di dalam perusahaan. Karenanya
karyawan akan bertanggung jawab atas ha-
sil kinerja mereka. Oleh karena itu, Mana-
jer memberikan kejelasan kepada karyawan
tentang harapan kami terhadap mereka serta
masukan atas kinerja mereka. Mekanisme
mengenai hal ini akan ditentukan sebagai-
mana mestinya pada tingkatan setempat.
Jika kinerja pekerjaan yang buruk terus ber-
lanjut, dan telah melampaui mekanisma dan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
359
peluang untuk memperbaiki atau mening-
katkannya, perusahaan akan memutuskan
hubungan kerja, dengan memperhatikan
kerangka kerja hukum dan prosedur hubun-
gan tenaga kerja perusahaan yang berlaku.
5. Tanggung Jawab Bersama
a. Tanggung Jawab Lingkungan. Perusahaan
harus memberlakukan sistem pengelolaan
dan Pemantauan lingkungan, kesehatan,
dan keselamatan kerja dan berusaha untuk
mencapai indikator target dan kinerja tahu-
nan di setiap area utama pengelolaan ling-
kungan. Perusahaan maupun karyawan
memiliki peran yang tidak terpisahkan dari
pencapaian dan pemeliharaan standar terse-
but.
b. Tempat Konstruktif di dalam Masyarakat.
Kontribusi masyarakat: Perusahaan ber-
pikir secara global namun juga merupakan
bagian dari masyarakat setempat.
Karenanya manajer mendorong karyawan
untuk berperan aktif dalam komunitas bis-
nis maupun masyarakat setempat. Tingkat
dan jenis dukungan yang diberikan perusa-
haan dan karyawan setempat adalah sesuai
dengan kebijaksanaan perusahaan lokal
tersebut. Kontribusi ekonomi: Perusahaan
berusaha menciptakan peluang bagi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
360
pengembangan keterampilan bagi karyawan
dan masyarakat di tempat mereka berop-
erasi. Perusahaan juga memiliki tujuan un-
tuk bekerja secara selaras dengan tujuan
pengembangan dan prakarsa dari pemerin-
tah setempat.
c. Keamanan Informasi Bisnis. Keamanan in-
formasi bisnis memiliki tantangan dan me-
merlukan kerjasama yang efektif dalam
semua aspek dari bisnis, mitra bisnis, kary-
awan, dan perwakilan karyawan. Kebijakan
semua unsur keamanan informasi meliputi
seluruh elemen bisnis seperti: arsip, data
elektronik, email, data pribadi yang
dipegang oleh Perusahaan, proses informasi
dan pengelolaan data, pertimbangan hukum
dan audit, dan sistem komunikasi (telepon,
faks, internet). Kebijakan perusahaan
adalah untuk memaksimalkan bisnis me-
lalui pemanfaatan informasi, dengan me-
mastikan bahwa informasi tersebut dapat
dipercaya dan tersedia bagi semua pihak
yang membutuhkannya. Sangat penting un-
tuk memastikan bahwa semua karyawan
menyadari sepenuhnya tanggung jawab
pribadi mereka yang terkait dengan hal ini.
Perusahaan menghormati privasi data
tenaga kerja berdasarkan persyaratan pe-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
361
rundang - undangan yang berlaku dan kea-
manan dan kepentingan bisnis.
d. Pengembangan dan Pembelajaran Pribadi.
Manajer mengembangkan dan menyam-
paikan inisiatif – inisiatif pelatihan dan
pengembangan yang bermutu sesuai den-
gan kebutuhan setiap Perusahaan dan kary-
awannya. Manajer bertujuan untuk
menumbuhkan rasa bangga dalam bekerja
untuk Perusahaan dan menjadi tempat
bekerja pilihan di mana pun kami berop-
erasi. Meskipun manajer memberikan
penekanan dan sarana yang luas untuk pe-
latihan serta peluang untuk pengembangan,
karyawan didorong untuk bertanggung
jawab terhadap pengembangan diri mereka
sendiri.
6. Mitra Bisnis Tepercaya.
Meskipun manajemen tidak bertanggung jawab
atas standar praktik kerja di seluruh rantai paso-
kan, manajer berusaha memengaruhi mitra bisnis
untuk menghindari:
a. Mempekerjakan anak - anak khususnya di
salah satu proses industri mana pun atau
proses pertanian yang menggunakan bahan
kimia.
b. Pemanfaatan tenaga kerja paksa atau imi-
gran illegal.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
362
c. Kondisi kerja yang tidak memenuhi standar
kesehatan, keselamatan, atau kebersihan.
d. Penolakan akses ke atau pemberlakuan ti-
dak wajar atas prosedur pengaduan keluh
kesah yang transparan.
e. Semua bentuk diskriminasi, pelecehan,
penyalahgunaan, atau penindasan yang
melanggar hukum.
f. Meskipun setiap organisasi mitra bertang-
gung jawab atas pengelolaan praktik ker-
janya sendiri sesuai dengan standar bisnis,
nilai, dan kerangka kerja perundang- un-
dangan setempatnya sendiri, manajer harus
bekerja sama dengan mereka untuk mer-
angkul Prinsip-prinsip ini. Kepentingan
pemegang saham minoritas, manajer harus
meminta perhatian Direktur perusahaan,
dimana manajer memiliki pemegang sa-
ham minoritas, tentang penyertaan konten
dari Prinsip-prinsip ini dan, jika konten
tersebut belum ada, mendorong mereka un-
tuk menerapkan nya.
7. Tempat Kerja
a. Kesejahteraan Fisik dan Material Terdiri
dari:
1) Jam Kerja yang Wajar. Hampir tak te-
relakkan bahwa pada sebagian besar
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
363
peran pada waktu tertentu kebutuhan
bisnis memerlukan periode kerja yang
lebih intensif dibandingkan periode
waktu kerja lainnya. Namun, manajer
mengakui dan mendukung kebutuhan
karyawan untuk menyeimbangkan
antara kepentingan kerja dengan pri-
badi serta mendorong adanya fleksi-
bilitas jika memungkinkan.
2) Kebijakan Kekeluargaan. Manajemen
mendorong perusahaan setempat untuk
menelaah dan menerapkan kebijakan
kekeluargaan eluarga yang relevan dan
sesuai dengan praktik setempat.
3) Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Semua perusahaan akan memiliki dan
mematuhi, kebijakan dan prosedur ke-
sehatan serta keselamatan kerja inter-
nal dan peraturan nasional untuk me-
mastikan lingkungan kerja yang aman.
Manajer berkomitmen untuk bekerja
sama dengan karyawan kami guna
memastikan bahwa standar kesehatan
dan keselamatan kerja terpelihara dan
ditingkatkan. Proses ini melibatkan
penerapan sistem pengelolaan dan Pe-
mantauan lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan kerja yang efektif. Mana-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
364
jer akan terus menerus berupaya me-
maksimalkan keamanan dan keselama-
tan kerja fisik karyawan di mana pun
mereka dipekerjakan. akan memastikan
bahwa standar dan kebijakan itu dapat
dipahami dan pelatihan akan diberikan
sehingga semua karyawan memahami
persyaratan dan permasalahan men-
genai kesehatan, keselamatan, dan
keamanan sehubungan dengan peker-
jaan/ posisi mereka.
b. Remunerasi dan Tunjangan yang Wajar, Je-
las, dan Kompetitif.
Perusahaan menyadari kebutuhan tentang
perlunya kebijakan remunerasi yang kom-
petitif dan kebijakan ini telah dirancang
sedemikian rupa untuk memastikan adanya
perbedaan yang nyata di antara individu dan
tim di dalam perusahaan, menggunakan
kriteria seperti: kualifikasi, keterampilan,
kinerja, kontribusi, dan tanggung jawab. Pe-
rusahaan menggunakan instrumen yang ob-
jektif dalam menentukan tingkat dan
kepangkatan/senioritas peran dalam bisnis
dengan cara metode evaluasi pekerjaan yang
dirumuskan dengan baik, yang menetapkan
peran, bidang, dan posisi dan rentang gaji se-
lanjutnya. Hal tersebut kemudian dibanding-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
365
kan dengan pasar tenaga kerja lokal untuk
memastikan tingkat kompetitifnya Kondisi
pasar setempat merupakan titik rujukan
utama untuk menetapkan remunerasi di
setiap Perusahaan Operasional. Perusahaan
akan mematuhi perundang - undangan yang
menentukan upah minimum nasional; na-
mun, strategi kami akan memastikan bahwa
tingkat upah kompetitif di area setempat.
Manajer menggunakan remunerasi dan
penghargaan aktif untuk membangun dan
memelihara motivasi dan budaya kinerja
yang tinggi. Pendekatan didasarkan pada
bauran finansial dan non - finansial, serta
dorongan atau insentif jangka panjang dan
pendek. Setiap Perusahaan Operasional
memiliki peluang untuk menyusun bentuk
penghargaan berdasarkan situasi setempat.
Semua karyawan diberikan informasi yang
jelas untuk setiap periode pengupahan, ter-
masuk setiap dan semua potongan dari gaji
mereka.
c. Bakat, Kinerja, dan Peluang yang Sama.
Jika memungkinkan kami akan mengisi
lowongan secara internal, meskipun kami ti-
dak menutup kesempatan untuk mencari tal-
enta eksternal agar dapat memberikan pe-
luang bagi pemikiran, ide, dan pengalaman
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
366
baru. Strategi penerimaan tenaga kerja di-
dasarkan pada mempertahankan dan menarik
talenta yang paling sesuai di semua tingkat
bisnis dan ini tercermin dalam pendekatan
tujuan yang objektif dalam hal penerimaan
dan pemilihan karyawan. Pendekatan terse-
but berdasarkan pada persyaratan pekerjaan
yang diperlukan (baik saat ini maupun di
masa mendatang), sesuai dengan kemam-
puan dan potensi individu.
9.2. Hubungan Kerja Antara Pengusaha
dan Pekerja
Perjanjian Kerja
Hubungan kerja adalah hubungan hukum antara
pengusaha dengan dengan pekerja berdasakan Perjan-
jian Kerja. Hubungan kerja tersebut adalah merupakan
sesuatu yang abstrak, sedangkan perjajian kerja adalah
sesuatu yang konkrit, nyata. Dengan adanya perjanjian
kerja, maka akan lahir perikatan. Dengan perkataan lain,
perikatan yang lahir karena adanya perjanjian kerja
inilah yang merupakan hubungan kerja. Menurut UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, unsur-
unsur hubungan kerja terdiri dari adanya pekerjaan,
adanya perintah dan adanya upah (Pasal 1 angka 15
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
367
UUK).[120] Sedangkan hubungan bisnis adalah hubungan
yang didasarkan pada hubungan kemitraan atau hubun-
gan keperdataan (bugerlijke maatschap, partnership
agreement.).
Sedangkan Perjanjian kerja adalah perjanjian
yang dibuat antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memenuhi syarat-syarat kerja, hak
dan kewajiban para pihak (Pasal 1 angka 14 UUK). Per-
janjian kerja dapat dibuat secara lisan (Pasal 51 ayat (1)
UUK).
Syarat sahnya perjanjian kerja, mengacu pada
syarat sahnya perjanjian (perdata) pada umumnya,
yakni:[121]
a. adanya kesepakatan antara para pihak (tidak ada
dwang-paksaan, dwaling-penyesatan/ kekhilafan
atau bedrog-penipuan).
b. pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai ke-
mampuan atau kecakapan untuk (bertindak) me-
lakukan perbuatan hukum (cakap usia dan tidak
dibawah perwalian/pengampuan).
c. ada (obyek) pekerjaan yang diperjanjikan.
d. pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusi-
[120] Undang-Undang Ketenagaan Kerja. Ibid. Pasal 1 angka 15[121] Undang-Undang Ketenagaan Kerja. Ibid. Pasal 1 angka 14,Pasal 51 ayat (1).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
368
laan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (pasal 52 ayat (1) UUK).
Apabila perjanjian kerja yang dibuat oleh pihak-
pihak tidak memenuhi syarat awal sahnya (perjanjian
kerja) sebagaimana tersebut yakni tidak ada kesepakatan
dan ada pihak yang tidak cakap untuk bertindak, maka
perjanjian kerja dapat dibatalkan. Sebaliknya apabila
perjanjian kerja dibuat tidak memenuhi syarat terakhir
sahnya (perjanjian kerja) yakni obyek (pekerjaannya)
tidak jelas dan causanya tidak memenuhi ketentuan,
maka perjanjiannya batal demi hukum (null and void).
Sebagai perbandingan, dalam Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (KUH Perdata, Burgerlijke Wet-
book), pengertian perjanjian kerja (arbeidsover-
eenkomst) terdapat dalam Pasal 1601 a yaitu suatu per-
janjian dimana pihak yang satu-buruh, mengikatkan diri
untuk bekerja pada pihak yang lain-majikan, selama
waktu tertentu dengan menerima upah.[122] Pengertian
tersebut terkesan hanya sepihak saja, yaitu hanya buruh
yang mengikatkan diri untuk bekerja pada majikan (pen-
gusaha).
Oleh karenanya, Para Pakar ketenagakerjaan ber-
pendapat bahwa perjanjian kerja seharusnya adalah suatu
perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan
[122]Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata, Burgerli-jke Wetbook), pengertian perjanjian kerja (arbeidsovereenkomst)terdapat dalam Pasal 1601 a.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
369
diri untuk bekerja pada pihak lain (majikan) selama
suatu waktu tertentu dengan menerima upah dan pihak
lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan mene-
rima upah dan pihak lain (majikan) mengikatkan diri un-
tuk mempekerjakan pihak yang satu (buruh) dengan
membayar upah.
Sementara pendapat lain memberikan pengertian,
perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara seorang
majikan yang ditandai dengan ciri-ciri adanya upah atau
gaji tertentu, adanya suatu hubungan atas bawah yakni
suatu hubungan atas dasar pihak yang satu, majikan ber-
hak memberikan perintah yang harus ditaati oleh pihak
lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
dalam perjanjian kerja, setidak-tidaknya mengandung 4
unsur, yakni ada unsur pekerjaan, ada upah, dan ada (di-
bawah) perintah serta ada waktu tertentu.
Jenis Hubungan Kerja
Sesuai dengan kondisi dan sasaran yang akan dicapai
dalam kurun waktu yang berbeda, jenis jenis pekerjaan
dapat dibedakan dalam 2 (dua) bentuk, yakni : pertama,
pekerjaan yang dilakukan secara berulang atau pekerjaan
yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka
waktu yang tidak tertentu, dan kedua, pekerjaan yang
menurut sifat dan jenis serta tuntutan kegiatannya perlu
dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang relative
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
370
pendek. Pekerjaan seperti (jenis yang terakhir itu dapat
dikelola sendiri atau diborongkan kepada orang lain,
kelompok atau unit usaha lain. Berdasarkan hal tersebut
di atas, terdapat 2 macam hubungan kerja yakni :
1. Hubungan Kerja berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT), PKWT ini dapat di-
dasarkan atas, jangka waktu tertentu atau sele-
sainya suatu (paket) pekerjaan tertentu.
2. Hubungan Kerja berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) adalah
perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha
untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu
atau untuk pekerjaan tertentu yang bersifat semen-
tara.[123]
PKWT adalah perjanjian bersyarat, yakni diper-
syaratkan bahwa harus dibuat tertulis dan dibuat dalam
bahasa Indonesia, dengan ancaman bahwa apabila tidak
dibuat secara tertulis dan tidak dibuat dengan bahasa In-
donesia, maka dinyatakan sebagai PKWT (pasal 57
ayat (2) UUK). PKWT tidak dapat (tidak boleh) diper-
syaratkan adanya masa percobaan (probation), dan apa-
bila dalam perjanjiannya terdapat/ diadakan(klausul)
[123] Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmi-grasi Nomor KEP 100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelak-sanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, selanjutnya disebut Kep-men 100/2004.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
371
masa percobaan dalam PKWT tersebut, maka klausul
tersebut dianggap sebagai tidak pernah ada (batal demi
hukum).[124] Dengan demikian apabila dilakukan pen-
gakhiran hubungan kerja (pada PKWT) karena alasan
masa percobaan, maka pengusaha dianggap memutuskan
hubungan kerja sebelum berakhirnya perjanjian kerja.
Dan oleh karena pengusaha dapat dikenakan sanksi un-
tuk membayar ganti kerugian kepada pekerja/buruh se-
besar upah pekerja/buruh sampai batas waktu bera-
khirnya jangka waktu perjajian kerja.
PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap, tetapi PKWT hanya dapat dibuat un-
tuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau
kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu
(UUK No. 13 Tahun 2003 pasal 59 ayat (2) dan (3)
yakni:[125]
1. pekerjaan (paket) yang sekali selesai atau peker-
jaan yang bersifat sementara.
2. pekerjaan yang (waktu) penyelesaiannya
diperkirakan dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 tahun khususnya untuk PKWT
berdasarkan selesainya (paket) pekerjaan tertentu.
3. Pekerjaan yang bersifat musiman, atau
[124] Undang-Undang Ketenagaan Kerja.Op.cit. pasal 57 ayat (2).[125] Undang-Undang Ketenagaan Kerja. Ibid, pasal 59 ayat (2) dan(3) Undang-Undang Ketenagakerjaan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
372
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk
baru, kegiatan baru, atau produk tambahan (yang
masih dalam masa percobaan atau penjajakan).
PKWT yang didasarkan pada paket pekerjaan
yang sekali selesai atau pekerjaan yang bersifat semen-
tara serta pekerjaan yang (waktu) penyelesaiannya
diperkirakan dalam waktu yang tidak terlalu lama,
adalah PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan
tertentu.
Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya
pekerjaan tertentu tersebut, dibuat hanya untuk paling
lama 3 tahun, dan dalam perjanjiannya harus dicantum-
kan batasan (paket) pekerjaan dimaksud sampai se-
jauhmana dinyatakan selesai. Apabila pekerjaan tertentu
yang diperjanjikan tersebut, dapat diselesaikan lebih
awal dari yang diperjanjikan, maka PKWT berakhir atau
putus demi hukum. Dengan kata lain, perjanjian berakhir
dengan sendirinya pada saat selesainya pekerjaan.
PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman,
adalah pekerjaan yang dalam pelaksanaannya tergantung
pada musim atau cuaca tertentu yang hanya dapat dila-
kukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu.
Demikian juga untuk pekerjaan yang harus dilakukan
untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dikategori-
kan sebagai pekerjaan musiman. Namun hanya dapat
dilakukan bagi pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan
tambahan (Pasal 5). Pengusaha yang mempekerjakan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
373
pekerja/buruh berdasarkan PKWT yang bersifat musi-
man, pelaksanaannya dilakukan dengan membuat Daftar
Nama-nama pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan
(pasal 6).
PKWT untuk pekerjaan-pekerjaan yang ber-
hubungan dengan produk baru kegiatan baru, kegiatan
baru atau produk tambahan yang masih dalam (masa)
percobaan atau penjajakan dijelaskan lebih lanjut dalam
Kepmen 100/2004 bahwa PKWT tersebut hanya dapat
dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun dan
dapat diperpanjang untuk satu kali perpanjangan dalam
masa satu tahun. PKWT untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau
produk tambahan yang masih dalam (masa) percobaan
atau penjajakan tersebut hanya boleh dilakukan oleh
pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan di luar
kegiatan atau di luar pekerjaan yang biasa dilakukan pe-
rusahaan.
Disamping beberapa jenis PKWT tersebut diatas,
dalam praktek sehari-hari, dikenal juga perjanjian kerja
harian lepas. Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-
ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta (pem-
bayaran) upah yang didasarkan pada kehadiran, dapat
dilakukan melalui perjanjian kerja harian lepas tersebut.
Pelaksanaan perjanjian kerja harian lepas dilakukan apa-
bila pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 (duapuluh
satu) hari (kerja) dalam satu bulan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
374
Namun apabila pekerja/buruh bekerja terus
menerus melebihi 21 hari kerja selama 3 bulan berturut-
turut atau lebih, maka status perjanjian kerja harian lepas
berubah menjadi PKWTT, perjanjian kerja harian lepas
adalah merupakan pengecualian (lex specialis) dari ke-
tentuan (khususnya mengenai) jangka waktu sebagai-
mana tersebut diatas.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/ buruh
pada pekerjaaan-pekerjaan tertentu secara harian lepas,
wajib membuat perjanjian kerja harian lepas secara ter-
tulis. Perjanjian kerja dimaksud, dapat dibuat secara
kolektif dengan membuat daftar pekerja/buruh yang me-
lakukan pekerjaan, dengan materi perjanjian, berisi se-
kurang-kurangnya :
1. nama/alamat perusahaanatau pemberi kerja;
2. nama/alamat pekerja/buruh
3. jenis pekerjaan yang dilakukan;
4. besarnya upah dan /atau imbalan lainnya.
Daftar pekerja/buruh tersebut disampaikan
kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ke-
tenagakerjaan kabupaten/Kota setempat, selambat-
lambatnya 7 hari kerja sejak mempekerjakan pekerja/
buruh.
Perpanjangan dan Pembaharuan PKWT
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
375
Sebagaimana dikemukakan pada bagian awal,
bahwa PKWT dapat didasarkan atas jangka waktu ter-
tentu, dan dapat didasarkan atas paket pekerjaan tertentu.
PKWT yang didasarkan atas paket pekerjaan terentu,
dibuat hanya maksimum 3 tahun. PKWT yang didsarkan
atas suatu (paket) pekerjaan tertentu tersebut tidak dapat
diperpanjang atau diperbaharui.[126]
Sebaliknya, PKWT yang didasarkan atas jangka
waktu tertentu dapat diadakan untuk (pertama kali) pal-
ing lama 2 tahun kemudian boleh diperpanjang (hanya) 1
kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.[127]
Berkaitan dengan pembaharuan PKWT, apabila
PKWT diperbaharui, maka pembaharuan tersebut hanya
dapat dilakukan setelah melalui “masa jeda” dengan
tenggang waktu (sekurang-kurangnya) 30 hari sejak
berakhirnya PKWT yang lama (pertama), dan perbaruan
ini hanya boleh dilakukan 1 kali untuk itu jangka waktu
paling lama 2 tahun.
Dalam kaitan dengan PKWT dibuat atas dasar se-
lesainya (paket) pekerjaan tertentu, yang karena ada ala-
san kondisi tertentu, sehingga pekerjaan (ternyata) belum
dapat diselesaikan, maka dapat dilakukan pembaharuan
PKWT. Pembaharuan PKWT bisa dilakukan setelah me-
lebihi masa tenggang (masa jeda) 30 hari setelah bera-
[126] Undang-Undang Ketenagakerjaan. Ibid, pasal 59 ayat (2) dan(3)[127] Undang-Undang ketenagaan kerja . Ibid, pasal 59 ayat (4).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
376
khirnya perjanjian. Pembaharuan dan tenggang waktu
(jeda) mana, dapat diatur dan diperjanjikan lain.[128]
Selanjutnya PKWT untuk pekerjaan yang bersifat
musiman, tidak dapat dilakukan pembaruan. Demikian
juga PKWT untuk pekerjaan-pekerjaan yang berhubun-
gan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk tam-
bahan yang masih dalam (masa) percobaan atau penjaja-
kan juga tidak dapat dilakukan pembaruan.
Apabila beberapa syarat PKWT seperti perpan-
jangan, pembaruan jenis dan spesifikasi, tidak diin-
dahkan, maka demi hukum hubungan kerja akan berubah
menjadi hubungan kerja menurut PKWTT. Jika terjadi
perubahan hubungan kerja menjadi PKWTT maka ber-
arti pekerja/buruh berhak atas uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja uang penggantian hak. Apabila
yang dilanggar adalah jenis dan sifat pekerjaannya, maka
masa kerjanya dihitung sejak terjadinya hubungan kerja.
Apabila yang dilanggar adalah ketentuan mengenai
jangka waktu perpanjangan atau pembaruan, maka masa
kerja dihitung sejak adanya pelanggaran mengenai
jangka waktu tersebut.
Sanksi Wanprestasi dalam PKWT
PKWT berakhir pada saat berakhirnya jangka
waktu yang ditentukan dalam klausul perjanjian kerja
tersebut. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan
[128] Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Op.cit, pasal 5.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
377
kerja sebelum waktunya berakhir atau sebelum paket
pekerjaan tertentu yang ditentukan dalam perjanjian
kerja selesai, atau berakhirnya hubungan kerja bukan
karena pekerja/buruh meninggal, dan bukan karena bera-
khirnya perjanjian kerja (PKWT) berdasarkan putusan
pengadilan/ lembaga PPHI, atau bukan karena adanya
keadaan-keadaan (tertentu), maka pihak yang men-
gakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar upah
pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka
waktu perjanjian kerja.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat
menetapkan (dengan Kepmenakertrans) tersendiri keten-
tuan PKWT-Khusus untuk sektor usaha dan / atau peker-
jaan tertentu, seperti pada sektor Minyak dan Gas Bumi
yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Waktu Tertentu pada Perusahaan Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi.
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)
adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan
Pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang ber-
sifat tetap. Pada PKWTT ini dapat disyaratkan adanya
masa percobaan (maksimal 3 bulan). Pekerja/buruh yang
dipekerjakan dalam masa percobaan upahnya harus
minimal sesuai dengan upah minimum yang belaku.
9.3. Hubungan Industrial
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
378
Hubungan industrial adalah Hubungan semua pihak
yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi
barang atau jasa di suatu perusahaan. Pihak yang berke-
pentingan dalam setiap perusahaan (Stakeholders):
1. Pengusaha atau pemegang saham yang sehari-
hari diwakili oleh pihak manajemen.
2. Para pekerja/buruh dan serikat pekerja/ serikat
buruh.
3. Supplier atau perusahaan pemasok.
4. Konsumen atau para pengguna produk/jasa.
5. Perusahaan Pengguna.
6. Masyarakat sekitar.
7. Pemerintah
Disamping para stakeholders tersebut, para pelaku
hubungan industrial juga melibatkan:
1. Para konsultan hubungan industrial dan/atau
pengacara.
2. Para Arbitrator, konsiliator, mediator, dan
akademisi.
3. Hakim-Hakim Pengadilan hubungan industrial.
Prinsip-Prinsip Hubungan Industrial
Prinsip dari Hubungan industrial, yaitu :
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
379
1. Kepentingan Bersama: Pengusaha, pekerja/
buruh, masyarakat, dan pemerintah.
2. Kemitraan yang saling menguntungan:
Pekerja/buruh dan pengusaha sebagai mitra yang
saling tergantung dan membutuhkan.
3. Hubungan fungsional dan pembagian tugas.
4. Kekeluargaan.
5. Penciptaan ketenangan berusaha dan ketentraman
bekerja.
6. Peningkatan produktivitas.
7. Peningkatan kesejahteraan bersama.
Sarana Pendukung Hubungan Industrial
Sarana-sarana pendukung Hubungan industrial, sebagai
berikut :
1. Serikat Pekerja/Buruh.
2. Organisasi Pengusaha.
3. Lembaga Kerjasama bipartit (LKS Bipartit).
4. Lembaga Kerjasama tripartit (LKS Tripartit.
5. Peraturan Perusahaan.
6. Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
7. Peraturan perundang-undangan ketenaga-kerjaan.
8. Lembaga penyelesaian perselisihan Hubungan
Industrial.
Perundingan Kerja Bersama (PKB)
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
380
Perjanjian Kerja Bersama atau disingkat PKB
merupakan pijakan karyawan dalam menorehkan
prestasi yang pada gilirannya akan berujung kepada
kinerja korporat dan kesejahteraan karyawan. Jadi, PKB
memang penting bagi perusahaan manapun. Hubungan
kerja senantiasa terjadi di masyarakat, baik secara formal
maupun informal, dan semakin intensif di dalam
masyarakat modern. Di dalam hubungan kerja memiliki
potensi timbulnya perbedaan pendapat atau bahkan
konflik. Untuk mencegah timbulnya akibat yang lebih
buruk, maka perlu adanya pengaturan di dalam
hubungan kerja ini dalam bentuk PKB. Dalam
prakteknya, persyaratan kerja diatur dalam bentuk
perjanjian kerja yang sifatnya perorangan.
Perjanjian kerja Bersama ini dibuat atas
persetujuan pemberi kerja dan Karyawan yang bersifat
individual. Pengaturan persyaratan kerja yang bersifat
kolektif dapat dalam bentuk Peraturan Perusahaan (PP)
atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Perjanjian Kerja
Bersama atau PKB sebelumnya dikenal juga dengan
istilah KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) / CLA
(Collective Labour Agreement) adalah merupakan
perjanjian yang berisikan sekumpulan syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak yang merupakan
hasil perundingan antara Pengusaha, dalam hal ini
diwakili oleh Managemen Perusahaan dan Karyawan
yang dalam hal ini diwakili oleh Serikat Karyawan, serta
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
381
ketenagakerjaan.[129] PKB dibuat dengan melalui
perundingan antara managemen dan serikat karyawan.
Kesemua itu untuk menjamin adanya kepastian
dan perlindungan di dalam hubungan kerja, sehingga
dapat tercipta ketenangan kerja dan berusaha. Lebih dari
itu, dengan partisipasi ini juga merupakan cara untuk
bersama-sama memperkira-an dan menetapkan nasib
perusahaan untuk masa depan. Masa berlakunya PKB
paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang masa
berlakunya paling lama 1 (satu) tahun. PKB juga
merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk untuk
menjalankan hubungan industrial, dimana sarana yang
lain adalah serikat karyawan, organisasi pengusaha,
lembaga kerjasama bipartit, lembaga kerjasama tripartit,
peraturan perusahaan, peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan, lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
Menurut ketentuan, Perundingan pembuatan
PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku. Dalam
hal perundingan tidak mencapai kesepakatan, maka PKB
yang sedang berlaku tetap berlaku untuk paling lama 1
(satu) tahun. Sehingga dengan demikian proses
pembuatan PKB tidak memakan waktu lama dan
berlarut-larut sampai terjadi kebuntuan (dead lock) yang
mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum.
[129] Undang-Undang UU No.13 tahun 2003 Tentang KetenagaanKerja. Ibid, pasal 1.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
382
9.4. Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan Hubungan Kerja, menurut Undang-
undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran
hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengaki-
batkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja
atau buruh dan pengusaha.[130]
Menurut penulis Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) adalah pemberhentian, yang memiliki pengertian
sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan ala-
san tertentu yang mengakibatkan berakhir hak dan kewa-
jiban pekerja dan perusahaan.[131]
Dalam dunia kerja, kita lazim mendengar istilah
Pemutusan Hubungan Kerja atau yang sering disingkat
dengan kata PHK. PHK sering kali menimbulkan kere-
sahan khususnya bagi para pekerja. Keputusan PHK ini
akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup dan
masa depan para pekerja yang mengalaminya. PHK
adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal ter-
tentu yang megakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara pekerja dan perusahaan. Hal ini dapat terjadi
karena pengunduran diri, pemberhentian oleh perusahaan
atau habis kontrak. Yang menyebabkan hubungan kerja
[130] Undang-undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagaker-jaan. Ibid.pasal 1 ayat 25.[131] Undang-undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagaker-jaan. Ibid, pasal 1 ayat 25.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
383
dapat berakhir. Menurut pasal 61 Undang – Undang No.
13 tahun 2003 mengenai tenaga kerja, perjanjian kerja
dapat berakhir apabila : [132]
1. Pekerja meninggal dunia.
2. Jangka waktu kontak kerja telah berakhir.
3. Adanya putusan pengadilan atau penetapan lem-
baga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dican-
tumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusa-
haan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
Jadi, pihak yang mengakhiri perjanjian kerja se-
belum jangka waktu yang ditentukan, wajib membayar
ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah
pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka
waktu perjanjian kerja.
Perusahaan dapat melakukan PHK apabila
pekerja melakukan pelanggaran terhadap perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau Perjanjian Kerja Ber-
sama (PKB). Akan tetapi sebelum mem-PHK, perusa-
haan wajib memberikan surat peringatan secara 3 (tiga)
kali berturut-turut. Perusahaan juga dapat menentukan
sanksi yang layak tergantung jenis pelanggaran, dan un-
tuk pelanggaran tertentu, perusahaan bisa mengeluarkan
Surat Peringatan ke 3 secara langsung atau langsung
[132] Undang -undang RI Nomor 13 tahun 2003 Tentang TenagaKerja.Ibid, pasal 61.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
384
memecat. Semua hal ini diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahan masing-masing. Karena setiap peru-
sahaan mempunyai peraturan yang berbeda-beda.
Selain karena kesalahan pekerja, pemecatan
mungkin dilakukan karena alasan lain. Misalnya bila pe-
rusahaan memutuskan melakukan efisiensi, penggabun-
gan atau peleburan, dalam keadaan merugi/pailit. PHK
akan terjadi karena keadaan diluar kuasa perusahaan.
Bagi pekerja yang di-PHK, alasan PHK berperan
besar dalam menentukan apakah pekerja tersebut berhak
atau tidak berhak atas uang pesangon, uang penghargaan
dan uang penggantian hak. Peraturan mengenai uang
pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian
hak[133] diatur dalam pasal 156, pasal 160 sampai pasal
169 Undang-Undang Nomor. 13 tahun 2003 tentang Ke-
tenagakerjaan.
Dasar Pemutusan Hubungan Kerja
Menurut Undang-Undang Nomor. 13 tahun
2003 mengenai Ketenagakerjaan, pihak perusahaan da-
pat saja melakukan PHK dalam berbagai kondisi seperti
di bawah ini:[134]
[133] Undang-Undang Nomor. 13 tTahun 2003 tentang Ketenagaker-jaan. Ibid, pasal 156, pasal 160 sampai pasal 169.[134] Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagaker-jaan.Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
385
1. Pengunduran diri secara baik-baik atas kemauan
sendiri. Bagi pekerja yang mengundurkan diri se-
cara baik-baik tidak berhak mendapat uang pesan-
gon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2. Yang ber-
sangkutan juga tidak berhak mendapatkan uang
penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156
ayat 3 tetapi berhak mendapatkan uang peng-
gantian hak mendapatkan 1 kali ketentuan pasal
156 ayat 4. Apabila pekerja tersebut mengundurkan
diri secara mendadak tanpa mengikuti prosedur se-
suai ketentuan yang berlaku (diajukan 30 hari sebe-
lum tanggal pengunduran diri) maka pekerja terse-
but hanya mendapatkan uang penggantian hak.
Tetapi kalau mengikuti prosedur maka pekerja
tersebut mendapatkan uang pisah yang besar
nilainya berdasarkan kesepakatan antara pengusaha
dan pekerja yang tertuang dalam Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) atau peraturan perusahaan.
2. Pengunduran diri secara tertulis atas kemauan
sendiri karena berakhirnya hubungan kerja. Bagi
pekerja kontrak yang mengundurkan diri karena
masa kontrak berakhir, maka pekerja tersebut tidak
mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan pasal
154 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja sesuai
ketentuan pasal 156 ayat 3 juga uang pisah tetapi
berhak atas penggantian hak sesuai ketentuan pasal
156 ayat 4.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
386
3. Pengunduran diri karena mencapai usia pensiun.
Mengenai batasan usia pensiun perlu disepakati
antara pengusaha dan pekerja dan dituangkan
dalam perjanjian kerja bersama atau peraturan pe-
rusahaan. Batasan usia pensiun yang dimaksud
adalah penentuan usia berdasarkan usia kelahiran
dan berdasarkan jumlah tahun masa kerja. Contoh :
Seseorang pekerja dikatakan pensiun apabila sudah
mencapai usia 55. Apabila seorang pekerja sudah
mencapai usia 55 tahun maka secara otomatis di-
kategorikan pensiun walaupun masa kerjanya be-
lum mencapai 25 tahun. Tetapi sebaliknya walau-
pun usianya belum mencapai 55 tahun tetapi lama
masa kerja sudah mencapai 25 tahun berturut-turut
di perusahaan yang sama maka pekerja tersebut di-
kategorikan pensiun. Apa pun kategori pensiunnya,
pekerja tersebut berhak mendapat uang pesangon 2
kali ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghar-
gaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 4
tetapi tidak berhak mendapat uang pisah.
4. Pekerja melakukan kesalahan berat. Kesalahan apa
saja yang termasuk dalam kategori kesalahan berat:
a. Pekerja telah melakukan penipuan, pencurian,
penggelapan barang dan atau uang milik peru-
sahan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
387
b. Pekerja memberikan keterangan palsu atau
yang dipalsukan sehingga merugikan perusa-
han.
c. Pekerja mabuk, minum - minuman keras, me-
makai atau mengedarkan narkotika, psi-
kotropika, dan zat aktif lainnya, dilingkungan
kerja.
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di
lingkungan kerja.
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau
mengintimidasi, teman sekerja atau perusahaan
dilingkungan kerja.
f. Membujuk teman sekerja atau perusahaan un-
tuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan Undang-undang.
g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau
membiarkan dalam keadaan bahaya barang
milik perusahaan yang menimbulkan kerugian
bagi perusahaan.
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan te-
man sekerja atau perusahaan dalam keadaan
bahaya ditempat kerja.
i. Membongkar atau membocorkan rahasia peru-
sahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan negara.
j. Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan pe-
rusahaan yang diancam hukuman pidana pen-
jara 5 (lima) tahun atau lebih.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
388
Pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya ber-
dasarkan kesalahan berat hanya dapat memperoleh
uang pengganti hak sedang bagi pekerja yang tugas
dan fungsi tidak mewakili kepentingan perusahaan
secara langsung, selain memperoleh uang peng-
ganti, juga diberikan uang pisah yang besarnya dia-
tur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
dan atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Pekerja
ditahan pihak yang berwajib. Perusahaan dapat
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap
pekerja setelah 6 (enam) bulan tidak melakukan
pekerjaan yang disebabkan masih dalam proses pi-
dana. Dalam ketentuan bahwa perusahaan wajib
membayar kepada pekerja atau buruh uang
penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali di-
tambah uang pengganti hak.Untuk Pemutusan
Hubungan Kerja ini tanpa harus ada penetapan dari
lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial tetapi
apabila Pengadilan memutuskan perkara pidana se-
belum 6 (enam) bulan dan pekerja dinyatakan tidak
bersalah, perusahaan wajib mempekerjakan kem-
bali.
5. Perusahaan/perusahaan. Mengalami kerugian.
Apabila perusahaan bangkrut dan ditutup karena
mengalami kerugian secara terus menerus selama 2
(dua) tahun, perusahaan dapat melakukan Pemu-
tusan Hubungan Kerja terhadap pekerja. Syaratnya
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
389
adalah harus membuktikan kerugian tersebut den-
gan laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang
telah diaudit oleh akuntan publik. Dan perusahaan
wajib memberikan uang pesangon 1 (satu) kali ke-
tentuan dan uang pengganti hak.
6. Pekerja mangkir terus menerus. Perusahaan dapat
memutuskan hubungan kerja apabila pekerja tidak
masuk selama 5 hari berturut-turut tanpa keteran-
gan tertulis yang dilengkapi bukti-bukti yang sah
meskipun telah dipanggil 2 kali secara patut dan
tertulis oleh perusahaan. Dalam situasi seperti ini,
pekerja dianggap telah mengundurkandiri. Keter-
angan dan bukti yang sah yang menunjukkan ala-
san pekerja tidak masuk, harus diserahkan paling
lambat pada hari pertama pekerja masuk kerja dan
untuk panggilan patut diartikan bahwa panggilan
dengan tenggang waktu paling lama 3 hari kerja
dengan di alamatkan pada alamat pekerja yang ber-
sangkutan atau alamat yang dicatatkan pada peru-
sahaan. Pekerja yang di-PHK akibat mangkir, ber-
hak menerima uang pengganti hak dan uang pisah
yang besarnya dalam pelaksanaannya diatur dalam
Perjanjian kerja, Peraturan Perusahaan dan Perjan-
jian Kerja Bersama.
7. Pekerja meninggal dunia. Hubungan kerja otoma-
tis akan berakhir ketika pekerja meninggal dunia.
Perusahaan berkewajiban untuk memberikan uang
yang besarnya 2 kali uang pesangon, 1 kali uang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
390
penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak.
Adapun sebagai ahli waris janda/duda atau kalau
tidak ada anak atau juga tidak ada keturunan garis
lurus keatas/kebawah selam tidak diatur dalam per-
janjian kerja, Peraturan Perusahaan, Perjanjian
Kerja Bersama.
8. Pekerja melakukan pelanggaran. Di dalam hubun-
gan kerja ada suatu ikatan antara pekerja dengan
perusahaan yang berupa perjanjian kerja, peraturan
perusahaan,dan Perjanjian Kerja Bersama yang
dibuat oleh perusahaan atau secara bersama-sama
antara pekerja/serikat pekerja dengan perusahaan,
yang isinya minimal hak dan kewajiban masing-
masing pihak dan syarat-syarat kerja, dengan per-
janjian yang telah disetujui oleh masing-masing pi-
hak diharapkan didalam implementasinya tidak di-
langgar oleh salah satu pihak.Pelanggaran terhadap
perjanjian yang ada tentunya ada sangsi yang
berupa teguran lisan atau surat tertulis, sampai ada
juga yang berupa surat peringatan. Sedang untuk
surat peringatan tertulis dapat dibuat surat peringa-
tan ke I, ke II, sampai ke III. masing-masing berla-
kunya surat peringatan selam 6 bulan sehingga
apabila pekerja sudah diberi peringatan sampai 3
kali berturut-turut dalam 6 bulan terhadap pelang-
garan yang sama maka berdasarkan peraturan yang
ada kecuali ditentukan lain yang ditetapkan lain
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
391
,Perjanjian kerja Bersama, maka perusahaan dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja. Perusahaan
Berkewajiban memberikan uang pesangon 1 dari
ketentuan, uang penghargaan masa kerja 1 kali ke-
tentuan dan uang pengganti hak yang besarnya
ditentukan dalam peraturan yang ada.
9. Perubahan status, penggabungan, pelemburan
atau perubahan kepemilikan. Bagi pekerja yang
diakhiri hubungan kerjanya karena alasan tersebut
di atas maka :
a. Pekerja yang tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerjanya, pekerja tersebut berhak
atas uang pesangon 1 kali sesuai ketentuan
pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa
kerja 1 kali sesuai pasal 156 ayat 3 dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156
ayat 4 dan tidak berhak mendapatkan uang
pisah.
b. Perusahaan tidak bersedia menerima pekerja
di perusahaannya maka bagi pekerja tersebut
berhak atas uang pesangon 2 kali ketentuan
pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa
kerja pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian
hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 dan ti-
dak berhak mendapat uang pisah.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
392
11. Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan
Efisiensi. Bagi pekerja yang mengakhiri hubungan
kerjanya karena efisiensi maka pekerja tersebut
berhak atas uang pesangon 2 kali ketentuan pasal
156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai keten-
tuan pasal 156 ayat 3 dan uang penghargaan masa
kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 4 tetapi tidak
berhak mendapatkan uang pisah.
Fungsi, Tujuan dan Arti Penting PHK
Fungsi Pemutusan Hubungan Kerja
Fungsi Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi biaya tenaga kerja.
2. Menggantikan kinerja yang buruk. Bagian integral
dari manajemen adalah mengidentifikasi kinerja
yang buruk dan membantu meningkatkan kiner-
janya.
3. Meningkatkan inovasi. Pemutusan Hubungan Kerja
meningkatkan kesempatan untuk memperoleh ke-
untungan, yaitu:
a. Pemberian penghargaan melalui promosi atas
kinerja individual yang tinggi.
b. Menciptakan kesempatan untuk level posisi
yang baru masuk.
c. Tenaga kerja dipromosikan untuk mengisi
lowongan kerja sebagai sumber daya yang da-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
393
pat memberikan inovasi/menawarkan pandan-
gan baru.
d. Kesempatan untuk perbedaan yang lebih be-
sar. Meningkatkan kesempatan untuk mem-
pekerjakan karyawan dari latar belakang yang
berbeda-beda dan mendistribusikan ulang
komposisi budaya dan jenis kelamin tenaga
kerja.
Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja
Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja memiliki kai-
tan yang erat dengan alasan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK), namun tujuan lebih menitikberatkan pada
jalannya perusahaan (pihak pengusaha). Maka tujuan
PHK diantaranya:
1. Perusahaan/ pengusaha bertanggung jawab terha-
dap jalannya perusahaan dengan baik dan efektif
salah satunya dengan PHK.
2. Pengurangan buruh dapat diakibatkan karena faktor
dari luar seperti kesulitan penjualan dan mendapat-
kan kredit, tidak adanya pesanan, tidak adanya ba-
han baku produktif, menurunnya permintaan, ke-
kurangan bahan bakar atau listrik, kebijaksanaan
pemerintah dan meningkatnya persaingan.
Tujuan lain pemberhentian yakni agar dapat men-
capai sasaran seperti yang diharapkan dan tidak menim-
bulkan masalah baru dengan memperhatikan tiga faktor
penting, yaitu faktor kontradiktif, faktor kebutuhan, dan
faktor sosial.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
394
Prinsip-prinsip Pemutusan Hubungan Kerja
Prinsip-prinsip dalam pemutusan hubungan kerja
adalah mengenai alasan dan mekanisme pemutusan
hubungan kerja. Maka alasan pemutusan hubungan kerja
(PHK) antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang. Undang-undang dapat menye-
babkan seseorang harus berhenti seperti karyawan
Warga Negara Asing yang sudah habis izinnya.
2. Keinginan Perusahaan. Perusahaan dapat mem-
berhentikan karyawan secara hormat ataupun tidak
apabila karyawan melakukan kesalahan besar
3. Keinginan karyawan. Buruh dapat memutuskan
hubungan kerja sewaktu-waktu karena alasan men-
desak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
4. Pensiun. Ketika seseorang telah mencapai batas
usia tertentu sesuai dengan peraturan perusahaan
yang disepakati.
5. Kontrak kerja berakhir.
6. Kesehatan karyawan. Kesehatan karyawan dapat
dijadikan alasan pemberhentian karyawan. Ini bisa
berdasarkan keinginan perusahaan atau keinginan
karyawan yang juga telah diatur berdasarkan pe-
rundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.
7. Meninggal dunia.
8. Perusahaan dilikuidasi. Karyawan dilepas jika pe-
rusahaan dilikuidasi atau ditutup karena bangkrut.
Jenis dan Prosedur PHK
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
395
Jenis Pemutusan Hubungan Kerja ada 4 Jenis, di-
antaranya:
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak
sendiri, hal ini terjadi jika karyawan yang memu-
tuskan untuk berhenti dengan alasan pribadi.
2. Pemberhentian Karyawan karena habis masa kon-
trak atau karena tidak dibutuhkan lagi oleh or-
ganisasi.
3. Pemberhentian karena sudah mencapai umur pen-
siun. Saat berhenti biasanya antara usia 60 sampai
65 tahun.
4. Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan atas
kehendak pengusaha. Dalam hal ini pengusaha mu-
tuskan hubungan kerja dengan pekerja mungkin
disebabkan adanya pengurangan aktivitas atau ke-
lalian pegawai atau pelanggaran disiplin yang dila-
kukan pekerja.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusa-
haan harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan
regulasi pemerintah yang masih diberlakukan. Namun
karena terkadang pemutusan terkadang terjadi akibat
konflik yang tak terselesaikan maka, pemutusan secara
terpaksa harus sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusa-
haan.
2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan
pimpinan perusahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
396
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan
perusahaan dan wakil dari Panitia Penyelesaian
Perburuhan Daerah (P4D).
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan
perusahaan dan wakil dari (Panitia Penyelesaian
Perburuhan Pusat) P4P.
5. Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pen-
gadilan Negeri.
Dalam Undang-undang Nomor.12 tahun 1964. Pe-
rusahaan yang ingin memutuskan hubungan kerja harus
mendapatkan izin dari P4D (Panitia Penyelesaian Perbu-
ruhan Daerah) dan jika ingin memutuskan hubungan
kerja dengan lebih dari sembilan karyawan maka harus
dapat izin dari P4P (Panitia Penyelesaian Perburuhan
Pusat) selama izin belum didapatkan maka perusahaan
tidak dapat memutuskan hubungan kerja dengan kary-
awan dan harus menjalankan kewajibannya.[135]
Namun sebelum pemberhentian hubungan kerja ha-
rus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dengan:
1. Mengurangi shift kerja.
2. Menghapuskan kerja lembur.
3. Mengurangi jam kerja.
4. Mempercepat pension.
5. Meliburkan atau merumahkan karyawan secara
bergilir untuk sementara.
Konsekwensi Pemutusan Hubungan Kerja
[135] Undang-undang Nomor.12 tahun 1964, Tentang PemutusanHubungan Kerja di Perusahaan Swasta.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
397
Konsekwensi dapat juga diartikan sebagai
Kerugian, maka menurut balkin, Mejia dan Cardy (1995)
dalam bukunya Managing Human Resource, terdiri atas
hal-hal berikut:[136]
1. Biaya recruitment, meliputi:
a. Mengiklankan lowongan kerja
b. Menggunakan karyawan recruitment yang pro-
fessional sehingga banyak yang melamar untuk
bekerja.
c. Untuk mengisi jabatan eksekutif yang tinggi
secara teknologi diperlukan perusahaan pen-
carai yang umumnya menggunakan 30% dari
gaji tahunan karyawan.
2. Biaya Seleksi, melliputi:
a. Biaya interview dengan pelamar pekerjaan.
b. Biaya testing/psikotes
c. Biaya untuk memeriksa ulang referensi
d. Biaya penempatan
3. Biaya Pelatihan, meliputi:
a. Orientasi terhadap nilai dan budaya perusa-
haan.
b. Biaya training secara langsung.
c. Waktu untuk memberikan training.
d. Kehilangan produktivitas pada saat training.
[136] Gómez-Mejía,L.R.-Balkin,D.B.-Cardy, R.L. Managing HumanResources., Prentice Hall, Englewood Cliffs (NJ) 1995.p. 231
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
398
4. Biaya Pemutusan hubungan kerja, meliputi:
a. Pesangon untuk karyawan yang diberhenti-
kan sementara tanpa kesalahan.
b. Karyawan tetap mendapatkan tunjangan ke-
sehatan sampai mendapatkan pekerjaan
baru.
c. Biaya asuransi bagi karyawan yang di PHK
namun belum bekerja lagi.
d. Wawancara pemberhentian dengan tujuan
untuk mencari alasan mengapa tenaga kerja
meninggalkan perusahaan.
e. Bantuan penempatan merupakan program
dimana perusahaan membantu karyawan
mendapatkan pekerjaan baru lebih cepat
dengan memberikan training pekerjaan
f. Posisi yang kosong akan mengurangi ke-
luaran atau kualitas jasa klien perusahaan
atau pelanggan.
Larangan Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja
Pemerintah tidak mengharapkan perusahaan mela-
kukan Pemutusan Hubungan Kerja tercantum dalam
Pasal 153 ayat (1) Undang-Undang Nomor. 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan pen-
gusaha dilarang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
dengan alasan : [137]
[137] Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang ketenagaker-jaan. Op.cit, pasal 153 ayat (1)
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
399
1. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena
sakit menurut keterangan dokter selama waktu ti-
dak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-
menerus.
2. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan peker-
jaannya Karena memenuhi kewajiban terhadap
Negara sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperin-
tahkan agamanya.
4. Pekerja/buruh menikah.
5. Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan,
gugur kandungan, atau menyusui bayinya.
6. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah
dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh
lainnya di dalam 1 perusahaan, kecuali telah dia-
tur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan.
7. Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota
dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh
melakukan kegiatan serikat/pekerja/ serikat buruh
di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas ke-
sepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan
yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan pe-
rusahaan.
8. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha
kepada yang berwajib mengenai perbuatan pen-
gusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
400
9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik,
suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin,
kondisi fisik atau status perkawinan.
10. Pekerja. Buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit
akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubun-
gan kerja yang menurut surat keterangan dokter
yang jangka waktu penyembuhannya belum da-
pat dipastikan.
KOMPENSASI PEGAWAI
10.1. Pentingnya Kompensasi
Bab ini akan membahas hak-hak yang harus
diterima oleh pegawai sebagai imbalan atau “kompen-
sasi” setelah mereka menjalankan kewajiban. Kompen-
sasi adalah segala sesuatu yang diterima pegawai sebagai
balasan jasa kerja mereka.[138] Dalam suatu organisasi
[138] Budi Supriyatno, Employee Compensation, Media Brilian,2014. P.1
BAB10
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
401
masalah kompensasi merupakan suatu yang sangat kom-
pleks bagi pegawai maupun organisasi itu sendiri.
Kompensasi sangat penting bagi pegawai karena
besarnya kompensasi merupakan ukuran nilai pekerjaan
dan kepuasan kerja pegawai. Apabila kompensasi
diberikan secara tepat dan benar para pegawai akan
memperoleh kepuasan kerja dan akan termotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Akan tetapi bila
kompensasi itu diberikan tidak memadai atau kurang te-
pat, perestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja pegawai
akan menurun.
Dalam meningkatkan efesiensi dan produktivi-
tasnya salah satu upaya yang ditempuh organisasi untuk
menciptakan kondisi tersebut adalah dengan memberi-
kan kompensasi yang memuaskan. Dengan memberikan
kompensasi yang memuaskan, organisasi dapat mening-
katkan prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja
pegawai.
Pentingnya kompensasi sebagai salah satu indika-
tor kepuasan dalam bekerja sulit ditaksir, karena pan-
dangan-pandangan pegawai mengenai uang atau imbalan
langsung nampaknya sangat subjektif dan barang kali
merupakan sesuatu yang sangat khas dalam organisasi.
Tetapi pada dasarnya dugaan adanya ketidakadilan
dalam memberikan upah maupun gaji merupakan sum-
ber ketidakpuasan pegawai terhadap kompensasi yang
pada akhirnya bisa menimbulkan perselisihan dan se-
mangat rendah dari pegawai itu sendiri.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
402
Dalam hubungannya dengan peningkatan kese-
jahteraan hidup para pegawai, suatu organisasi harus se-
cara efektif memberikan kompensasi sesuai dengan be-
ban kerja yang diterima pegawai. Kompensasi meru-
pakan salah satu faktor baik secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pega-
wai. Karena itu semestinya pemberian kompensasi
kepada pegawai perlu mendapat perhatian khusus dari
fihak manajemen agar motivasi para pegawai dapat
dipertahankan dan kinerja pegawai diharapkan akan
terus meningkat.
Salah satu fenomena yang muncul dewasa ini
adalah adanya kebijakan pemberian kompensasi yang
cenderung masih belum sepenuhnya sesuai dengan hara-
pan pegawai, sedangkan kompensasi itu sendiri adalah
merupakan salah satu faktor untuk mendorong pegawai
agar memiliki kinerja yang tinggi.
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberi-
kan oleh perusahaan kepada pegawai, yang dapat bersifat
finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap.
Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan
kepuasan bagi pegawai dan memungkinkan perusahaan
memperoleh, mempekerjakan, dan mempertahankan
pegawai.
Bagi perusahaan, kompensasi memiliki arti
penting karena kompensasi mencerminkan upaya or-
ganisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan ke-
sejahteraan karyan. Penelitian penulis di beberapa peru-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
403
sahaan swasta, menunjukkan bahwa kompensasi yang
tidak memadai dapat menurunkan prestasi kerja, moti-
vasi kerja, dan kepuasan kerja pegawai, bahkan dapat
menyebabkan pegawai yang potensial keluar dari peru-
sahaan.
Kompensasi merupakan hal yang kompleks dan
sulit, karena didalamya melibatkan dasar kelayakan,
logika, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkan serta
menyangkut faktor emosional dari aspek pegawai.
Kompensasi diberikan dengan tujuan
memberikan rangsangan dan motivasi kepada pegawai
untuk meningkatkan prestasi kerja, serta efisiensi dan
efektivitas produksi. Oleh karena itu, bila kompensasi
diberikan secara benar, para pegawai akan lebih
terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai sasaran-
sasaran organisasi.
Tetapi jika para pegawai memandang
kompensasi mereka tidak memadai, prestasi kerja,
motivasi dan kepuasan kerja mereka bisa turun secara
drastis karena memang kompensasi itu penting bagi
pegawai sebagai individu karena besarnya kompensasi
mencerminkan ukuran nilai karya mereka di antara para
pegawai itu sendiri. Dengan demikian, peran Biro Kepe-
gawaian atau Departemen SDM dalam merancang dan
mengadministrasikan kompensasi pegawai, perlu pemi-
kiran yang jernih agar kompensasi dapat memuaskan
semua pihak baik pegawai maupun pengusaha.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
404
Kompensasi merupakan segala sesuatu yang
diterima pegawai sebagai pengganti kontribusi jasa
mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi meru-
pakan salah satu pelaksanaan fungsi Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM) yang berhubungan dengan se-
mua jenis pemberian penghargaan individual sebagai
pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Pem-
berian kompensasi kepada pegawai harus mempunyai
dasar yang logis dan rasional.
Pengertian
Dalam rangka memahami kompensasi perlu
mengetahui pengertian kompensasi. Beberapa pengertian
kompensasi menurut para pakar sebagai berikut:
1. William B. Werther and Keith Davis. (1989),
dalam bukunya Human Resource and Personnel
Management mengemukakan bahwa kompensasi
adalah apa saja yang seorang pekerja terima se-
bagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya,
baik upah perjam atau gaji periodik didesain dan
dikelola oleh bagian personalia.[139]
2. Andrew F. Sikula, (1975) dalam bukunya Per-
sonnel Administration and Human Resources
Management mengatakan bahwa kompensasi
[139] William B. Werther and Keith Davis. Human Resource andPersonnel Management, McGraw-Hill.1989.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
405
adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau
dianggap sebagai suatu balas jasa atau equiva-
len.[140]
3. Edwin B. Flippo, (2008), dalam bukunya Prin-
ciples of Personnel Management mengemukakan
bahwa kompensasi adalah balas jasa yang adil
dan layak diberikan kepada para pekerja atas
jasa-jasanya dalam mencapai tujuan or-
ganisasi.[141]
4. Wayne Cascio (2012), dalam buknya Managing
Human Resources, menyatakan bahwa kompen-
sasi itu terbagi menjadi dua, terdapat kompensasi
langsung maupun kompensasi tidak langsung.
Kompensasi langsung terdiri dari gaji, uang
transport, tunjangan hari raya, uang lembur, dan
tunjangan langsung lainnya. Sedangkan kompen-
sasi tidak langsung terdiri dari promosi jabatan,
asuransi, tunjangan jabatan, dan mutasi.[142]
5. Robbins, S. P. & Coulter, M. (2006), dalam
buknya Management mengatakan kompensasi
yang mengandung pengertian yang sama dengan
[140] Andrew F. Sikula. 1975 Personnel Administration and HumanResources Management, Publisher Wiley,1975. Original From TheUniversity of Michigan. Digitized Aug. 26.2010.[141] Edwin B. Flippo,2008. Principles of Personnel Management,Mc Graw-Hill, the University of Calofornia. Digitized may 17,2008. ISBN: 007021316x. 9780070213166.[142] Wayne Cascio, 2012. Managing Human Resources, Editon 9th.ISBN, 978-007829172. ISBN: 10.0078029171. Published byMcGraw-Hill. February 3, 2012.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
406
upah variabel yaitu suatu bagian dari upah seseo-
rang karyawan yang didasarkan pada suatu
ukuran kinerja individual atau organisasi. Upah
variabel tersebut terdiri dari upah berdasarkan po-
tongan, bonus, berbagai laba dan berbagai ha-
sil.[143]
6. Menurut George T. Milkovich, John W.
Boudreau, Caroly Milkovich (1994), dalam bu-
kunya Human Resource Management,, kompen-
sasi adalah pengembalian uang dan jasa serta
manfaat yang diterima karyawan sebagai bagian
dari hubungan kerja.[144]
7. Menurut penulis Kompensasi adalah seluruh im-
balan yang diterima pegawai atas hasil kerja
pada perusahaan atau organisasi. Gambar 8.1.
Kompensi oleh Budi Supriyatno.
[143] Robbins, S. P. & Coulter, M. 2006. Management (8th Ed.).United States: Prentice Hall. P.246.[144] George T. Milkovich, John W. Boudreau, Caroly Milkovich1995. Human Resource Management, Published by Irwin.1995.
KARYAWAN
BEKERJA
IMBALAN
PERUSAHAAN
KONPENSASI
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
407
Gambar 10.1. KOMPENSASI oleh Budi Supriyatno
Gambar tersebut menjelaskan kompensasi seba-
gai berikut :
1. Pegawai bekerja di perusahaan/organisasi akan
mendapatkan imbalan.
2. Perusahaan mempekerjakan pegawai harus mem-
berikan imbalan.
3. Kompensasi ini bisa berupa fisik atau non fisik,
harus dihitung dan diberikan kepada pegawai se-
suai dengan pengorbanan yang telah diberi-
kannya kepada perusahaan atau organisasi tempat
bekerja.
Kompensasi yang baik akan memberikan be-
berapa efek positif pada perusahaan/ organisasi sebagai
berikut:
1. Mendapatkan pegawai berkualitas baik.
2. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan
meraih prestasi gemilang.
3. Memikat pelamar kerja berkualitas dan lowongan
kerja yang baik.
4. Mudah dalam pelaksanaan dan administrasi mau-
pun aspek hukumnya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
408
5. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing/ com-
petiton.
10.2. Fungsi dan Tujuan Kompensasi
Fungsi Kompensasi
Dari pengertian diatas terlihat bahwa kompensasi
merupakan alat pengikat perusahaan terhadap pega-
wainya, faktor penarik bagi calon pegawai dan faktor
pendorong seseorang menjadi pegawai. Dengan
demikian kompensasi mempunyai fungsi yang cukup
penting di dalam memperlancar jalannya roda perusa-
haan. Fungsi tersebut antara lain:
1. Pengalokasian SDM secara efisien. Fungsi ini
menunjukan pemberian kompensasi pada pega-
wai yang berprestasi akan mendorong mereka un-
tuk bekerja lebih baik.
2. Penggunaan SDM secara lebih efisien dan efek-
tif. Dengan pemberian kompensasi kepada pega-
wai mengandung implikasi bahwa organisasi
akan menggunakan tenaga pegawai dengan seefi-
sien dan seefektif mungkin.
3. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sistem pemberian kompensasi dapat membantu
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
409
stabilitas organisasi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
Tujuan Kompensasi
Sebagai bagian dari Manajemen SDM, pembe-
rian kompensasi bertujuan untuk:
1. Mendapatkan pegawai yang berkualitas. Untuk
memenuhi standar yang diminta organisasi.
Dalam upaya menarik calon pegawai masuk,
organisasi harus merangsang calon-calon pelamar
dengan tingkat kompensasi yang cukup
kompetitif dengan tingkat kompensasi organisasi
lain.
2. Mempertahankan pegawaiyang sudah ada.
Dengan adanya kompensasi yang kompetitif,
organisasi dapat mempertahankan karyawan yang
potensial dan berkualitas untuk tetap bekerja. Hal
ini untuk mencegah tingkat perputaran kerja
pegawai yang tinggi dan kasus pembajakan
pegawai oleh organisasi lain.
3. Menjamin keadilan. Adanya administrasi
kompensasi menjamin terpenuhinya rasa keadilan
pada hubungan antara manajemen dan pegawai.
Dengan pengikat pekerjaan, sebagai balas jasa
organisasi atas apa yang sudah diabdikan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
410
karyawan pada organisasi, maka keadilan dalam
pemberian kompensasi mutlak dipertimbangkan.
4. Perubahan sikap dan perilaku. Adanya
kompensasi yang layak dan adil bagi pegawai
hendaknya dapat memperbaiki sikap dan perilaku
yang tidak menguntungkan serta memengaruhi
produktivitas kerja. Prestasi kerja yang baik,
pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan
perilaku-perilaku lain dapat dihargai melalui
rencana kompensasi yang efektif.
5. Efisiensi biaya. Program kompensasi yang
rasional membantu organisasi untuk
mendapatkan dan mempertahankan SDM pada
tingkat biaya yang layak. Dengan upah yang
kompetitif, organisasi dapat memperoleh
keseimbangan dari etos kerja pegawai yang
meningkat. Tanpa struktur pengupahan dan
penggajian sistematik organisasi dapat membayar
kurang (underpay) atau lebih (overpay) kepada
para pegawai.
6. Administrasi legalitas. Dalam administrasi
kompensasi juga terdapat batasan legalitas karena
diatur oleh pemerintah dalam sebuah undang-
undang. Tujuannya agar organisasi tidak
sewenang-wenang memperlakukan pegawai
sebagai aset perusahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
411
Secara umum tujuan manajemen kompensasi
adalah untuk membantu perusahaan mencapai tujuan
keberhasilan strategi perusahaan dan terciptanya keadi-
lan internal dan eksternal. Tujuan tersebut dapat di lihat
pada Gambar 8.2. dibawah ini.
Randall dan Susan mengemukakan bahwa tujuan
dari kompensasi yaitu:[145]
[145] Jackson, Susan E. and Schuler Randal S., Managing HumanResource, Published by Cengage Learning, London. Edition 11th ,June 16, 2011.
TUJUAN
KOMPENSASI
MENDAPATKANKARYAWAN
BERKUALITAS
MEMPERTAHANKAN
KARYAWAN YANG ADA
MENJAMINKEADILAN
PERUBAHAN SIKAP
DAN PERILAKU
EFISIENBIAYA
ADMINISTRASILEGALITAS
GAMBAR 10.2. TUJUAN KOMPENSASI oleh BUDI SUPRIYATNO
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
412
1. Menarik pelamar kerja yang potensial.
2. Mempertahankan karyawan yang baik.
3. Meraih keunggulan kampetitif.
4. Meningkatkan produktivitas.
5. Melakukan pembayaran sesuai aturan hukum.
6. Memudahkan sasaran strategis.
7. Mengokohkan dan menentukan setruktural.
10.3. Sistem, Faktor, dan Jenis Kompensasi
Sistem Kompensasi
Besarnya kompensasi yang diberikan ditentukan
oleh harga atau nilai pekerjaan, dan sistem kompensasi
yang diterapkan, adalah sebagai berikut:
1. Harga / Nilai Pekerjaan. Penilaian harga suatu
jenis pekerjaan merupakan tindakan pertama
yang dilakukan dalam menentukan besarnya
kompensasi yang akan diberikan kepada kary-
awan. Penilaain harga pekerja dapat dilakukan
dengan dua cara, sebagai berikut:
a. Melakukan analisis jabatan/pekerjaan. Ber-
dasarkan analisis jabatan akan didapat in-
formasi yang berkaitan dengan :
1) Jenis keahlian yang dibutuhkan.
2) Tingkat kompeksitas pekerjaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
413
3) Resiko pekerjaan, dan
4) Perilaku/kepribadian yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut. Informasi tersebut
kemudian ditentukan harga pekerjaan.
b. Melakukan survei “harga” pekerjaan se-
jenis pada organisasi lain. Harga pekerjaan
pada beberapa organisasi dapat dijadikan
sebagai patokan dalam menetukan harga
pekerjaan sekaligus sebagai ukuran kelaya-
kan kompensasi. Jika harga pekerjaan yang
diberikan lebih rendah dari organisasi lain,
maka kecil kemungkinan organisasi terse-
but mampu menarik atau mempertahankan
pegawai yang qualified. Sebaliknya bila
harga pekerjaan tersebut lebih tinggi dari
organisasi lainnya, maka organisasi tersebut
akan lebih mudah menarik dan memper-
tahankan pegawai yang qualified.
2. Sistem kompensasi. Beberapa sistem kompensasi
yang biasa digunakan adalah sistem prestasi, sys-
tem waktu dan sistem kontrak/borongan, seperti
berikut ini:
a. Sistem Prestasi. Upah menurut prestasi
kerja sering juga disebut dengan upah sis-
tem hasil. Pengupahan dengan cara ini
mengaitkan secara langsung antara be-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
414
sarnya upah dengan prestasi kerja yang di-
tujukan oleh karyawan yang bersangkutan.
Sedikit banyaknya upah tersebut tergantung
pada sedikit banyaknya hasil yang dicapai
karyawan dalam waktu tertentu. Cara ini
dapat diterapkan bila hasil kerja dapat diu-
kur secara kuantitatif. Cara ini dapat men-
dorong karyawan yang kurang produktif
menjadi lebih produktif. Cara ini akan san-
gat menguntungkan bagi karyawan yang
dapat bekerja cepat dan berkemampaun
tinggi. Contoh kompensasi sistem hasil :
per potong, per meter, per kilo, per liter dan
sebagainya.
b. Sistem Waktu. Besarnya kompensasi dihi-
tung berdasarkan standar waktu seperti
Jam, Hari, Minggu, Bulan. Besarnya Upah
ditentukan oleh lamanya karyawan melak-
sanakan atau menyelesaikan suatu peker-
jaan. Umumnya cara ini digunakan bila ada
kesulitan dalam menerapkan cara pengupa-
han berdasarkan prestasi.
Kelemahan dari sistem waktu adalah :
1) Mengakibatkan mengendornya seman-
gat pegawai yang produktifitasnya
tinggi (diatas rata-rata ).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
415
2) Tidak membedakan usia, pengalaman,
dan kemampuan pegawai.
3) Membutuhkan pengawasan yang ketat
agar pegawai sungguh- sungguh
bekerja.
4) Kurang mengakui adanya prestasi kerja
pegawai.
Sedangkan kelebihan sistem waktu
adalah:
1) Dapat mencegah hal- hal yang
kurang diinginkan seperti pilih kasih,
diskriminasi maupun kompetisi yang
kurang sehat.
2) Menjamin kepastian penerimaan
upah secara periodik.
3) Tidak memandang rendah karyawan
yang cukup lanjut usia.
c. Sistem kontrak/ borongan. Penetapan be-
sarnya upah dengan sistem kontrak / boron-
gan didasarkan atas kuantitas, kualitas dan
lamanya peyelesaian pekerjaan yang sesuai
dengan kontrak perjanjian. Untuk menda-
patkan hasil yang sesuai dengan yang di-
harapkan, maka dalam kontrak juga dican-
tumkan ketentuan mengenai “konsekuensi”
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
416
bila pekerjaan yang dihasilkan tidak sesuai
dengan perjanjian baik secara kuantitas,
kualitas maupun lamanya penyelesaian
pekerjaan. Sistem ini biasanya digunakan
untuk jenis pekerjaan yang dianggap me-
rugikan bila dikerjakan oleh karyawan tetap
dan /atau jenis pekerjaan yang tidak mampu
dikerjakan oleh karyawan tetap.
Faktor-Faktor Kompensasi
Dalam pemberian kompensasi, terdapat sejumlah
faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar faktor-
faktor tersebut terbagi tiga, yaitu faktor intern or-
ganisasi, pribadi karyawan yang bersangkutan, dan fak-
tor ekstern pegawai organisasi, berikut ini:
1. Faktor Intern Organisasi. Contoh faktor intern
organisasi yang mempengaruhi besarnya kom-
pensasi adalah dana organsasi, dan serikat
pekerja.
a. Dana Organisasi. Kemampuan organisasi
untuk melaksanakan kompensasi tergan-
tung pada dana yang terhimpun untuk
keperluan tersebut. Terhimpunnya dana
tentunya sebagai akibat prestasi-prestasi
kerja yang telah ditujukan oleh pegawai.
Makin besarnya prestasi kerja maka
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
417
makin besar pula keuntungan or-
ganisasi/perusahaan. Besanya keuntungan
perusahaan akan memperbesar himpunan
dana untuk kompensasi, maka pelak-
sanaan kompensasi akan makin baik. Be-
gitu pula sebaliknya.
b. Serikat pekerja. Para pekerja yang terga-
bung dalam seikat pekerja juga dapat
mempengaruhi pelaksanaan atau
penetapan kompensasi dalam suatu peru-
sahaan. Serikat pekerja dapat menjadi
simbol kekuatan pekerja di dalam menun-
tut perbaikan nasib. Keberadaan serikat
pekerja perlu mendapatkan perhatian atau
perlu diperhitungkan oleh pihak mana-
jemen.
2. Faktor Pribadi Karyawan. Contoh faktor pribadi
pegawai yang mempengaruhi besarnya pembe-
rian kompensasi adalah produktifitas kerja, posisi
dan jabatan, pendidikan dan pengalaman serta
jenis dan sifat pekerjaan.
a. Produktifitas kerja. Produktifitas kerja
dipengaruhi oleh prestasi kerja. Prestasi
kerja merupakan faktor yang diperhitung-
kan dalam penetapan kompensasi. Penga-
ruh ini memungkinkan pegawai pada
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
418
posisi dan jabatan yang sama mendapat-
kan kompsasai yang berbeda. Pemberian
kompesasi ini dimaksud untuk mening-
katkan produktifitas kerja pegawai.
b. Posisi dan Jabatan. Posisi dan jabatan
berbeda berimplikasi pada perbedaan be-
sarnya kompensasi. Posisi dan jabatan se-
seorang dalam organisasi menunjukkan
keberadaan dan tanggung jawabnya
dalam hierarki organisasi. Semakin tinggi
posisi dan jabatan seseorang dalam or-
ganisasi, semakin besar tanggung jawab-
nya, maka semakin tinggi pula kompen-
sasi yang diterimanya. Hal tersebut ber-
laku sebaliknya.
c. Pendidikan dan Pengalaman. Selain
posisi dan jabatan, pendidikan dan pen-
galaman kerja juga merupakan faktor
yang mempengaruhi besarnya kompen-
sasi. Pegawai yang lebih berpengalaman
dan berpndidikan lebih tinggi akan men-
dapat kompensasi yang lebih besar dari
pegawai yang kurang pengalaman dan
atau lebih rendah tingkat pendidikannya.
Pertimbangan faktor ini merupakan wujud
penghargaan organisasi pada keprofe-
sionalan seseorang. Pertimbangan ini juga
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
419
dapat memacu pegawai untuk meningkat-
kan pengetahuannya.
d. Jenis dan Sifat Pekerjaan. Besarnya
kompensasi pegawai yang bekerja di la-
pangan berbeda dengan pekerjaan yang
bekerja dalam ruangan, demikian juga
kompensasi untuk pekerjaan klerikal akan
berbeda dengan pekerjaan adminsitratif.
Begitu pula halnya dengan pekerjaan
manajemen berbeda dengan pekerjaan
teknis. Pemberian kompensasi yang ber-
beda ini selain karena pertimbangan pro-
fesioalisme pegawai juga kerena besarnya
resiko dan tanggung jawab yang dipikul
oleh pegawai yang bersangkutan. Sebagai
contoh, dikebanyakan organisasi/ perusa-
haan pegawai yang bertugas di lapangan
biasanya mendaptkan kompenasai antara
2 – 3 kali lipat dari pekerjaan di dalam
ruangan/kantor. Besarnya kompensasi se-
jalan dengan besarnya resiko dan tang-
gung jawab yang dipikulnya.
3. Faktor Ekstern. Contoh faktor ekstern pegawai
dan organisasi yang mempengaruhi besarnya
kompensasi adalah sebagai berikut:
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
420
a. Penawaran dan Permintaan kerja. Men-
gacu pada hukum ekonomi pasar bebas,
kondisi dimana penawaran (supply)
tenaga kerja lebih dari permintaan (de-
mand) akan menyebabkan rendahnya
kompensasi yang diberikan. Sebaiknya
bila kondisi pasar kerja menunjukkan be-
sarnya jumlah permintaan tenaga kerja
sementara penawaran hanya sedikit, maka
kompensasi yang diberikan akan besar.
Besarnya nilai kompensasi yang ditawar-
kan suatu organisasi merupakan daya tarik
calon pegawai untuk memasuki organisasi
tersebut. Namun dalam keadaan dimana
jumlah tenaga kerja lebih besar dari la-
pangan kerja yang tersedia, besarnya
kompensasi sedikit banyak menjadi tera-
baikan.
b. Biaya hidup. Besarnya kompensasi teru-
tama upah/gaji harus disesuaikan dengan
besarnya biaya hidup (cost of living).
Yang dimaksud biaya hidup disini adalah
biaya hidup minimal. Paling tidak kom-
pensasi yang diberikan harus sama den-
gan atau di atas biaya hidup minimal. Jika
kompensasi yang diberikan lebih rendah
dari biaya hidup minimal, maka yang ter-
jadi adalah proses pemiskinan bangsa.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
421
c. Kebijaksanaan Pemerintah. Sebagai pe-
megang kebijakan, pemerintah berupaya
melindungi rakyatnya dari kesewenang-
wenangan dan keadilan. Dalam kaitannya
dengan kompensasi, pemerintah menen-
tukan upah minimum, jam kerja/hari, un-
tuk pria dan wanita, pada batas umur ter-
tentu. Dengan peraturan tersebut pemerin-
tah menjamin berlangsungnya proses pe-
makmuran bangsa hingga dapat
mencegah praktek-praktek organisasi
yang dapat memiskinkan bangsa.
d. Kondisi Perekonomian Nasional. Kom-
pensasi yang diterim oleh pegawai di ne-
gara-negara maju jauh lebih besar dari
yang diterima negara-negara berkembang
dan atau negara miskin. Besarnya rata-rata
kompensasi yang diberikan oleh organ-
sasi-organisasi dalam suatu negara men-
cerminkan kondisi perekonomian negara
tersebut dan penghargaan negara terhadap
sumber daya manusianya. Lihat Gambar
10.4. Sistem Kompensasi dibawah ini.
SISTEM KOMPENSASI
FAKTOR INTERN
ORGANISASI
DANA ORGANISASI
SERIKAT PEKERJA
FAKTOR INTERN
PRODUKTIFITAS
POSISI & JABATAN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
422
Pengaruh Eksternal dan Internal
Pengaruh Lingkungan Ekternal pada Kompensasi
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi upah
dan kebijakan kompensasi adalah sesuatu yang berada
diluar atau eksternal perusahaan, seperti: pasar tenaga
kerja, kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan seri-
kat pekerja:
1. Pasar tenagakerja. Pasar tenaga kerja mempen-
garuhi desain kompensasi misalnya tingkat per-
saingan tenaga kerja sebagai penentu batas ren-
GAMBAR 10.4. SISTEM KOMPENSASI
Oleh Budi Supriyatno
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
423
dah atau floor tingkat pembayaran. Jika tingkat
pembayaran suatu perusahaan terlalu rendah,
tenaga kerja yang memenuhi syarat tidak akan
bersedia bekerja di perusahaan itu.
2. Kondisi ekonomi. Salah satu aspek yang juga
mempengaruhi kompensasi sebagai salah satu
faktor eksternal adalah kondisi-kondisi ekonomi
industri, terutama derajat tingkat persaingan,
yang mempengaruhi kesanggupan untuk mem-
bayar perusahaan itu dengan gaji tinggi.
3. Peraturan pemerintah. Pemerintah secara lang-
sung mempengaruhi tingkat kompensasi melalui
pengendalian upah dan petunjuk yang melarang
peningkatan dalam kompensasi untuk para
pekerja tertentu pada waktu tertantu, dan hukum
yang menetapkan tingkat tarip upah minimum,
gaji, pengaturan jam kerja, dan mencagah
diskriminasi.
4. Serikat pekerja. Pengaruh eksternal penting lain
pada suatu program kompensasi kerja adalah
serikat kerja, kehadiran serikat kerja di perusa-
haan sektor suwasta diperkirakan meningkatkan
upah 10 sampai 15 persen dan menaikkan tunjan-
gan sekitar 20 sampai 30 persen. Serikat pekerja
sudah cendrung untuk menjadi penentu untuk
upah, manfaat dan meningkatkan upah kondisi
kerja. Lihat Gambar 10.5. Pengaruh Lingkungan
Ekternal dalam Kompensasi dibawah ini.
PENGARUHLINGKUNGANEKSTERNAL
DALAMKOMPENSASI
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
424
Gambar 10.5. Pengaruh Lingkungan Ekternal dalamKompensasi oleh Budi SupriyatnoPengaruh Lingkungan Internal
Sebagai tambahan terhadap pengaruh eksternal
pada kompensasi yang telah dibahas, ada beberapa faktor
internal yang mempengaruhi upah: ukuran, umur, angga-
ran tenaga kerja perusahaan dan siapa yang dilibatkan
untuk membuat keputusan untuk organisasi. Dengan be-
gitu hanya anggaran tenaga kerja yang dan siapa yang
membuat keputusan akan dibahas dibawah ini:
1. Angaran tenaga kerja. Anggaran tenaga kerja se-
cara normal, identik dengan jumlah uang yang
tersedia untuk kompensasi pegawai tahunan.
Tiap-tiap perusahaan dipengaruhi oleh ukuran
tenaga kerja.
2. Siapa yang membuat keputusan. Kita lebih men-
getahuai siapa yang membuat keputusan kom-
pensasi dibanding dengan beberapa faktor lain,
tetapi masalah ini bukan suatu hal sederhana.
Keputusan atas beberapa banyak yang harus di-
bayar, sistem apa yang dipakai, manfaat apa un-
tuk di tawarkan, dan sebagainya, dipengaruhi dari
bagian atas hingga bawah perusahaan.
Keadilan dan Kelayakan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
425
Selain hal-hal diatas, dalam pemberian kompen-
sasi perlu dipertimbangkan unsur keadilan dan kelaya-
kan.
1. Keadilan. Dalam pemberian kompensasi apakah
itu berupa upah, gaji, bonus atau bentuk-bentuk
lainnya, penting sekali diperhatikan masalah
keadilan tersebut. Keadilan bukan berarti sama
rasa, sama rata tanpa pandang bulu, tetapi harus
terkait adanya hubungan antara pengorbanan (in-
put) dengan output. Semakin tinggi pengorbanan,
semakin tinggi penghasilan yang diharapkan, se-
hingga oleh karenanya yang harus dinilai adalah
pengorbanan yang diperlukan suatu jabatan. In-
put dalam satu jabatan ditujukan dari per-
syaratan-persyaratan (spesifikasi) yang harus
dipenuhi oleh orang yang memangku jabatan
tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi pula
penghasilan (output) yang diharapkan. Output ini
ditunjukkan dari upah yang diterima para pega-
wai yang bersangkutan, dimana didalamnya ter-
cantum rasa keadilan yang sangat diperhatikan
oleh setiap pegawai penerima kompensasi terse-
but. Bila tuntutan keadilan seperti seperti ini telah
terpenuhi ini berarti perusahaan telah memiliki
internal consistency dalam sistem kompensas-
inya, makin tinggi nilai suatu jabatan, makin
tinggi pula upah yang diterima. Keadilan dalam
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
426
pengupahan ini disebut internal consistency
(konsistensi internal).
2. Kelayakan. Di samping masalah keadilan dalam
pemberian kompensasi perlu diperhatikan ma-
salah kelayakan. Pengertian layak ini berkaitan
dengan standar hidup seperti kebutuhan pokok
minuman atau upah minimum sesuai dengan ke-
tentuan pemerintah. Kelayakan juga dilihat den-
gan cara membandingkan pengupahan di perusa-
haan lain. Bila kelayakan ini sudah tercapai,
maka perusahaan sudah mencapai apa yang dise-
but external consistency (Konsistensi Eksternal).
Apabila upaya di dalam perusahaan yang ber-
sangkutan lebih rendah dari perusahaan-
perusahaan lain, maka hal ini dapat mengakibat-
kan kesulitan bagi perusahaan untuk memperoleh
tenaga kerja. Oleh karena itu untuk memenuhi
kedua konsistensi tersebut (internal dan ekster-
nal) perlu digunakan suatu evaluasi pekerjaan.
Jenis Kompensasi
Jenis-jenis kompensasi yang diberikan pegawai
selain upah/gaji tetap adalah: insentif; kompensasi pe-
lengkap, keamanan/kesehatan. Jenis kompensasi terseb-
nut sebagai berikut ini:
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
427
1. Insentif. Yang dimaksud dengan insentif adalah
memberikan upah/gaji berdasarkan perbedaan
prestasi kerja sehingga bisa saja dua orang yang
memiliki jabatan sama akan menerima upah yang
berbeda, karena prestasinya berbeda, meskipun
gaji pokoknya/dasarnya sama. Perbedaan tersebut
merupakan tambahan upah karena adanya kele-
bihan prestasi yang membedakan satu pegawai
dengan yang lain:
a. Sifat dasar Insentif. Beberapa sifat dasar
dalam sistem pengupahan insentif adalah :
1) Sistem pembayaran agar diupayakan
cukup sederhana, sehingga mudah
dimengerti dan dihitung oleh kary-
awan yang bersangkutan sendiri.
2) Upah insentif yang diterima benar-
benar dapat menaikkan motivasi
kerja mereka, sehingga output dan
efisensi kerjanya juga meningkat.
3) Pelaksanaan pengupahan insentif
hendaknya cukup cepat, sehingga
karyawan yang berprestasi lebih ce-
pat pula merasakan nikmatnya ber-
prestasi.
4) Penentuan standar kerja atau standar
produksi hendaknya secermat
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
428
mungkin dalam arti tidak terlalu
tinggi, sehingga tidak terjangkau
oleh umumnya karyawan, atau tidak
terlalu rendah, sehingga tidak terlalu
mudah dicapai karyawan.
5) Besarnya upah normal dengan stan-
dar kerja per jam hendaknya cukup
merangsang pekerja atau karyawan
untuk bekerja giat. Menurut peneli-
tian para ahli, penentuan besarnya
insentif berlaku pula bagi tenaga
pimpinan yang besarnya 50-60%
dari gaji bulanan. Jenis upah insentif
macam-macam seperti Premi (bonus
Payment), stock option (hak untuk
membeli/mendapatkan saham pada
harga tertentu), Phantom stock plan
(dicatat sebagai pemegang saham),
dan sebagainya.
b. Kesulitan Sistem Pengupahan Insentif.
Permasalahan dalam sistem pengupahan
insentif yaitu:
1) Tolok ukur dari berbagai prestasi
karyawan tidak dapat dijadikan alat
yang tepat karena sulit mengukur
prestasi tersebut, sehingga kesulitan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
429
menerapkan insentif terhadap kary-
awan.
2) Kesulitan memperoleh data tentang
prestasi kerja karyawan.
3) Standar yang ditetapkan haruslah
mempunyai kadar/ tingkat kesulitan
yang sama untuk setiap kelompok
kerja.
4) Kesulitan menyamakan Gaji dari
setiap karyawan karena keahlian
dan keterampilan yang berbeda.
5) Kriteria standar prestasi haruslah
disesuaikan secara terus-menerus
sesuai dengan perkembangan
teknologi dan perubahan peraturan.
6) Adanya perlawanan dari pihak seri-
kat karyawan harus sudah diperhi-
tungkan secara matang.
7) Reaksi karyawan terhadap sistem
pengupahan insentif yang diterap-
kan juga harus diantisipasi kemung-
kinannya.
2. Kompensasi Pelengkap. Jenis kompensasi yang
berbentuk upah atau gajih seperti “kompensasi
langsung”. Artinya kompensasi langsung dikait-
kan dengan prestasi dan hasil kerja para kary-
awan.disamping kompensasi langsung, beberapa
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
430
organisasi mengembangkan program-program
kompensasi tidak langsung. Yang dimaksudkan
kompensasi tidak langsung adalah pemberian
kompensasi yang tidak dikaitkan langsung den-
gan prestasi kerja para karyawan. Kompensasi ini
juga disebut kompensasi pelengkap, karena ber-
fungsi untuk melengkapi kompensasi yang telah
diterima karyawan melalui gajih atau upah. Ala-
san pentingnya pengembangan kompensasi pe-
lengkap ini antara lain:
a. Adanya organisasi karyawan yang se-
makin kritis untuk menuntun hak mereka
sebagai pekerja atau karyawan.
b. Persaingan yang ketat diantara para or-
ganisasi, sehingga untuk mempertahankan
karyawan yang berperestasi menuntut
adanya kompensasi pelengkap ini.
c. Kenaikan biaya hidup sebagai akibat dari
perkembangan lingkungan ekonomi akan
menuntut adanya pemberian kompensasi
pelengkap.
d. Dikeluarkannya pearaturan-peraturan atau
perundang-undangan oleh pemerintah
yang mengatur kesejahteraan buruh atau
karyawan akan menuntut organisasi itu un-
tuk menyesuaikan diri.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
431
Kompensasi pelengkap ini bukan saja bermanfaat
bagi karyawan akan tetapi juga memepunyai pen-
garuh positif secara tidak langsung kepada or-
ganisasi yang bersangkutan. Keuntungan-
keuntungan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan semangat kerja dan ke-
setiaan karyawan terhadap organisasi.
b. Menurunkan jumlah obsesi para karyawan
dan menurunkan perputaran kerja.
c. Mengurangi pengaruh organisasi karyawan
terhadap kegiatan organisasi.
d. Meminimalkan biaya-biaya kerja lembur,
yang berarti mengefektifkan prestasi kerja
karyawan.
e. Mengurangi adanya intervensi pemerintah
dalam rangka penyelenggarakan kesejahta-
raan karyawan.
Bentuk kompensasi pelengkap berbeda-beda,
demikian juga istilahnya pun tiap organisasi berbeda-
beda, misalnya, yang menyebut program pelayan, pem-
bayaran diluar gaji/upah, benefit karyawan, dan ada yang
menyebutnya pemberian tunjangan, tetapi juga masih
tepatnya pemberian gaji/upah maksimum karyawan yang
bersangkutan tidak bekerja.
Kompensasi pelengkap atau disebut pula fringe
benefit merupakan salah satu bentuk pemberian kompen-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
432
sasi berupa penyediaan paket “benefits” dan program-
program pelayanan karyawan, dengan maksud pokok
untuk memepertahankan keberadaan karyawan sebagai
anggota organisasi dalang jangka panjang. Jika upah dan
gajih merupakan kompensasi langsung (direct compen-
sation) karena langsung berkaitan dengan prestasi kerja,
frange benefit merupakan kompensasi tidak langsung
(indirect compensation) karena tidak langsung berkaitan
dengan prestasi kerja.
Meskipun demikian pemberian kompensasi leng-
kap ini menjadi semakin penting bagi organisasi.
Program-program penyediaan fringe benefit ini berkem-
bang pesat, terutama:
a. Perubahan sikap karyawan tuntutan serikat ka-
ryawan.
b. Persaingan yang memaksa perusahaan untuk me-
nyediakan benefit yang menarik dan menjaga ka-
ryawannya.
c. Persyarata-persyaratan yang ditetapkan pemerin-
tah.
d. Tuntutan kenaikan biaya hidup.
Pemberian fringe benefit juga memberikan ber-
bagai manfaat bagi perusahaan antara lain:
1. Penarikan lebih efektif.
2. Peningkatan semangat kerja dan kesetiaan.
3. Penurunan “turn-offer” karyawan dan absensi.
4. Pengurangan kelelahan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
433
5. Pengurangan pengaruh serikat karyawan.
6. Hubungan masyarakat yang lebih baik.
7. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan karyawan.
8. Meminimalkan biaya kerja lembur.
9. Mengurangi kemungkinan interpensi pemerintah.
10.4. Prinsip Pokok Program Benefits
Prinsip pokok program-program benefits karya-
wan adalah benefit harus memberikan kontribusi pada
organisasi, paling tidak sama dengan biaya yang dikelua-
rkan. Beberapa prinsif lainnya adalah:
1. Program benefit karyawan hendaknya memua-
skan kebutuhan nyata.
2. Benefit hendaknya sesuai dengan kegiatan-
kegiatan dimana penetapan kelompok lebih efi-
sien daripada perorangan.
3. Benefit hendaknya disusun atas dasar cakupan
kegunaan yang luas.
4. Ada program komunikasi yang terencana baik
dan mempunyai jangkauan luas, agar program
pelayanan karyawan bermanfaat bagi perusahaan.
5. Biaya-biaya program benefit hendaknya dapat
dihitung dan dikelola dengan kebijaksaan pembe-
lanjaan yang baik.
Dari pengamatan penulis mengenai perusahaan
yang membutuhkan tenaga ini memang merupakan peru-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
434
sahaan-perusahaan besar yang memiliki karyawan diatas
seribu orang dan beragam tugas dan tanggungjawabnya
dalam perusahaan serta dengan berbagai level atau ting-
katan jabatan, namun tentu saja yang menjadi pertanyaan
adalah apa yang melatarbelangkangi dibutuhkannya
tenaga ini.
Seperti kita ketahui bersama bahwa mengelola
Kompensasi dan Benefit adalah bagian dari pengelolaan
SDM Perusahaan, Kompensasi adalah imbal jasa yang
diberikan oleh perusahaan karena adanya hubungan
kegiatan pekerjaan dan imbal jasa ini langsung diterima
karyawan sementara. Benefit adalah bentuk kompensasi
yang tidak langsung diterima karyawan dalam bentuk
materi tetapi merupakan fasilitas kesejahteraan. Untuk
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, pengel-
olaannya dilakukan langsung oleh Manajer SDM. Se-
dangkan untuk perusahaan besar, pengelolaannya me-
mang dibuat khusus karena pengelolaan Kompensasi dan
Benefit sangat erat kaitannya dengan strategi maupun
kebijakan-kebijakan perusahaan. Pemberian Kompensasi
kepada karyawan pada dasarnya diawali dari Visi, misi
dan strategi unit kerja SDM sebagai pengelola, dan tentu
saja bahwa unit kerja SDM membuat Visi, misi dan
strategi tentunya juga berdasarkan dari Visi, misi dan
strategi perusahaan. Sebagai contoh adalah bagaimana
para pengelola SDM berupaya mempertahankan seorang
karyawan handal dengan memberikan imbal jasa yang
sesuai dengan kontribusinya serta memberikan Benefit
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
435
yang kompetitif, dengan bertahannya tenaga handal di
perusahaan tentunya akan membuat target-target perusa-
haan dapat tercapai.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membuat sebuah sistim kompensasi di perusahaan yaitu :
1. Kompensasi harus memenuhi rasa keadilan bagi
setiap karyawan ( Internally Equitable).
2. Mempunyai nilai dalam bersaing dengan nilai
pasar tenaga kerja (Externally Competitiveness).
3. Pemberian Kompensasi akan menunjang keber-
hasilan perusahaan (Performance Driven).
4. Berdasarkan kemampuan perusahaan (Afford-
able).
5. Memenuhi perundangan yang berlaku (Legally
Defensible).
6. Setiap orang mudah memahami dan mengerti
akan sistim kompensasinya (Explainable).
7. Fleksibel terhadap perkembangan bisnis perusa-
haan (Managable)
Dengan sistim Kompensasi yang dibangun
sedemikian rupa dan berdasarkan kepada hal-hal diatas
maka tujuan dari pemberian Kompensasi akan tercapai
yaitu :
1. Memikat karyawan.
2. Mempertahankan karyawan.
3. Memotivasi karyawan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
436
Untuk itu ada hal yang menarik untuk diperhati-
kan dan menjadi tantangan bagi para pengelola sistim
Kompensasi adalah bagaimana sistim Kompensasi
mampu menjaga rasa keadilan (internal Equitable)?
Dalam perusahaan dengan besaran nilai pasar tenaga
kerja kerja (Externally Competitiveness), agar terjadi
keseimbangan itu maka para pengelola Kompensasi
berupaya melakukan maintenance terhadap sistim dan
besaran nilai kompensasi yang ada didalam perusahaan.
Salah satu kegiatan yang harus dilakukan adalah
mengikuti survey gaji pada lembaga yang dinilai mem-
punyai tingkat kepercayaan yang tinggi dan lembaga ini
banyak terdapat di Indonesia.
Pertimbangan Strategik
Para pengelola Benefit sangat berperan dalam
mempertimbangkan dengan hati-hati tentang apa yang
ingin mereka capai sehubungan dengan program bene-
fitsnya. Hal ini dikarenakan besarnya anggaran yang ha-
rus disediakan perusahaan untuk benefit. Untuk dapat
mengungkit dampak dari anggaran yang besar tersebut,
para pengelola harus memperhatikan beberapa hal besar
dibawah ini :
1. Rencana strategik bisnis jangka panjang. Pada
tahap perkembangan awal, perusahaan umumnya
menawarkan gaji dasar dan benefit yang rendah,
namun insentifnya besar. Sedangkan pada tahap
dewasa, perusahaan akan lebih royal dalam
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
437
ketiga bentuk kompensasinya. Selain itu, pe-
rubahan kondisi seperti downsizing, akuisisi,
pemberhentian geografis, dan perubahan dalam
laba juga akan berpengaruh dalam hal perubahan
kombinasi optimum benefits, yang harus konsis-
ten dengan rencana bisnis perusahaan. Diversitas
dalam angkatan kerja berarti ada diversitas dalam
preferensi benefit. Karyawan muda umumnya le-
bih senang dengan pembayaran langsung dari-
pada program pensiun. Sedangkan karyawan tua
akan lebih senang yang sebaliknya. Karyawan
yang memiliki serikat mungkin lebih senang den-
gan benefit yang seragam, sedangkan bagi yang
memiliki cacat tubuh atau orangtua tunggal akan
senang dengan jam kerja yang fleksibel.
2. Persyaratan legal. Pemerintah memiliki peran
besar dalam mengatur benefits. Sementara peru-
sahaan memfokuskan untuk mengendalikan
biaya, pemerintah menginginkan kesejahteraan
sosial dan ekonomi bagi rakyatnya.
3. Kekompetitifan dari benefits yang ditawarkan.
Isu mengenai ini lebih besar dari isu kekompetiti-
fan gaji. Dalam hal gaji, manajemen dan kary-
awan hanya perlu fokus pada pembayaran lang-
sung, baik tetap maupun variabel. Sedangkan
dalam hal benefits, fokus perusahaan adalah pada
biaya, sementara karyawan berfokus pada nilai.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
438
4. Strategi kompensasi total. Sesuai dengan tujuan
utama penyusunan kompensasi, yaitu untuk men-
gintegrasikan gaji, insentif, dan benefit dalam
satu paket yang mendorong pencapaian tujuan
organisasional, maka benefit yang ditawarkan ha-
rus efektif dengan tujuan tersebut. Misalnya,
benefit program pensiun saja mungkin tidak ber-
pengaruh banyak bagi kinerja keseharian karena
jauhnya jarak antara kinerja dengan waktu benefit
diterima.
Dalam semua kasus, pertimbangan kecukupan,
kesamaan, pengendalian biaya, dan keseimbangan harus
menuntun pengambilan keputusan dalam strategi kom-
pensasi total diatas. Ada beberapa komponen kunci dari
paket benefits, yaitu :
1. Biaya : berdasarkan survei pada tahun 2000, rata-
rata prosentase benefits dari gaji adalah 30%.
Jumlah ini bervariasi sesuai ukuran perusahaan.
Perusahaan besar umumnya memberi benefits le-
bih banyak.
2. Benefit kesehatan dan keamanan : termasuk di-
dalamnya berbagai jenis asuransi, tunjangan Ke-
sehatan, pensiun, izin sakit, dana pensiun, dan
lain sejenisnya.
3. Asuransi jiwa : Asuransi ini biasanya diperbarui
setiap satu tahun dan akan dihentikan apabila
karyawan keluar dari perusahaan. Besarnya nilai
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
439
asuransi umumnya sekitar dua kali gaji tahunan
karyawan. Saat ini, asuransi jiwa banyak dipen-
garuhi oleh program benefit fleksibel. Misalnya,
perusahaan membayar sekian untuk asuransi jiwa
karyawan, namun ada beberapa paket tambahan
yang dapat dipilih karyawan sesuai preferensinya
dan nantinya akan dipotong dari gaji.
4. Kompensasi pekerja: yang termasuk didalamnya
adalah pembayaran untuk menggantikan upah
yang hilang, biaya kesehatan media dan rehabili-
tasi, dan pelatihan ulang utnuk melakukan peker-
jaan yang berbeda. Umumnya di setiap negara
ada Undang-Undang yang mengatur mengenai
kompensasi ini.
5. Asuransi kecacatan: yaitu mencakup pembayaran
atas kematian yang tidak disengaja, serta pem-
bayaran apabila karyawan mendapat kecacatan.
Cacat jangka panjang (6 bulan atau lebih) bi-
asanya membayar tidak lebih dari 60% dari gaji
dasar karyawan sampai mereka mulai menerima
dana pensiun.
6. Tunjangan rumah sakit, operasi, dan maternitas :
ini adalah tunjangan yang sangat penting bagi
karyawan karena biayanya bisa sangat besar.
Tentu saja, sama dengan perusahaan, biaya op-
erasional dari tunjangan ini bisa memberatkan,
mengurangi laba, dan mengurangi kekompetitfan
perusahaan secara global. Isu-isu kompetitif dari
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
440
biaya kesehatan ini umumnya parah pada perusa-
haan dengan jumlah pekerja berusia 40-50 tahun
yang banyak, tunjangan kesehatan yang lebih
banyak bagi karyawan yang telah pensiun, dan
perusahaan dengan produk yang harus bersaing
dalam pasar dunia. Apabila perusahaan ingin
mengurangi biaya besar yang ditimbulkan dari
tunjangan rumah sakit, operasi, dan maternitas
diatas, perusahaan dapat melakukan beberapa
strategi biaya seperti :
a. Bergabung dengan perusahaan lain untuk
membentuk hubungan yang lebih kuat dalam
menegosiasikan biaya-biaya rata-rata dengan
insurer.
b. Bekerjasama dengan rumah sakit, insurer,
dan pemasok lainnya.
7. Program izin sakit : menyediakan pergantian
upah atas ketidakhadiran jangka pendek kary-
awan akibat sakit. Dalam prakteknya, benefit ini
sering disalahgunakan oleh karyawan. Mereka
sering memandang bahwa izin sakit adalah hak
yang harus digunakan meskipun mereka tidak sa-
kit. Untuk mengatasinya, perusahaan dapat ber-
alih ke program “managed-disability”.
8. Pensiun : adalah sejumlah uang yang dibayarkan
secara teratur pada intervalnya kepada karyawan
yang telah pensiun dan berhak menerimanya.
Pensiun swasta jarang ditemui sebelum Perang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
441
Dunia II, sebelum adanya peraturan dari National
Labor Relations Board dan klarifikasi mengenai
perlakuan pajak dari kontribusi perusahaan. Di
Amerika saat ini, dana pensiun yang disisihkan
perusahaan telah menjadi sumber modal terbesar
negara.
9. Keamanan sosial : adalah program perawatan
pendapatan. Ini adalah pertahanan terbaik dalam
mengatasi ketidaksejahteraan orang-orang tua.
Pajak pendapatan yang diperoleh dari pekerja
yang masih bekerja didistribusikan untuk mem-
bayar benefits bagi mereka yang telah pensiun.
Saat ini perbandingan antara mereka yang masih
bekerja masih 3:1, namun akibat ekspektasi hidup
yang semakin panjang dan peningkatan jumlah
pensiunan dari baby boomers, pada tahun 2030
diprediksikan bahwa pajak keamanan sosial
hanya akan menutupi 75% dari benefits yang di-
janjikan. Meskipun Social Security ini tidak
menutupi semua kebutuhan pensiunan (hanya se-
kitar 45% di US, sisanya dari tabungan pribadi
atau dana pensiun), namun sistem ini mungkin
harus segera direformasi untuk menangani ket-
ersediaan dana beberapa tahun mendatang.
10. Asuransi pengangguran : Di negara-negara maju,
pekerja umumnya memiliki benefit ini. Namun
demikian, ada beberapa syarat khusus yang harus
dipenuhi agar pengangguran berhak menerima-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
442
nya. Syarat-syarat tersebut bervariasi di setiap
negara, namun biasanya berupa:
a. pekerja harus mampu, mau, dan aktif
mencari pekerjaan,
b. pekerja tidak boleh menolak pekerjaan
yang sesuai dengannya,
c. bukan menjadi pengangguran akibat per-
seteruan pekerja,
d. tidak boleh meninggalkan pekerjaan,
e. bukan diberhentikan karena kesalahan
dalam pekerjaan, dan
f. harus telah pernah bekerja sebelumnya
dan menghasilkan sejumlah uang. Dana
yang digunakan untuk benefit ini berasal
dari pajak yang ditanggung perusahaan
atas klaim dari karyawan maupun tingkat
turnover yang tinggi.
11. Pembayaran severance : tidak diwajibkan secara
hukum dan banyak perusahaan tidak menawar-
kannya karena telah ada kompensasi penganggu-
ran. Namun program ini digunakan secara ek-
stensif oleh perusahaan yang melakukan down-
sizing. Misalnya, perusahaan memberi tambahan
beberapa bulan gaji apabila karyawan setuju un-
tuk pensiun sesuai waktu yang disepakati, contoh
lainnya dalam hal takeover, apabila yang diber-
hentikan adalah setara top manajemen, mereka
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
443
akan menerima pesangon yang besarnya menca-
pai 2-3 tahun gaji mereka.
12. Pembayaran atas waktu-waktu tidak bekerja:
yang termasuk didalamnya adalah saat liburan,
cuti, dan waktu melapor. Karyawan level atas di
perusahaan-perusahaan raksasa banyak yang
mendapat kebebasan untuk berlibur kapan saja.
13. Layanan karyawan: beberapa contohnya adalah
bantuan konseling, layanan makan, mobil peru-
sahaan, fasilitas olah raga, rencana pembelian sa-
ham, transportasi, bantuan adopsi, seragam, ban-
tuan hukum, penjagaan anak, bonus natal, fasili-
tas kredit, jam kerja fleksibel, dan lain seba-
gainya.
Mengenai program benefit ini sekali lagi sangat
tergantung dari keuangan perusahaan, namun jika ada
kemampuan perusahaan tidak ada salahnya seluruh pro-
gram benefit diatas bisa kita laksanakan.
10.5. Tahapan Menetapkan Kompensasi
Dalam rangka memenuhi tujuan-tujuan tersebut,
perlu diikuti tahapan-tahapan manajemen kompensasi
seperti berikut: Tahap Pertaman : mengevaluasi tiap
pekerjaan, dengan menggunakan informasi analisis
pekerjaan. Untuk menjamin keadilan internal yang di-
dasarkan pada nilai relative setiap pekerjaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
444
Tahap 2 : melakukan survei upah dan gaji untuk
menentukan kradilan eksternal yang didasarkan pada
upah pembeyaran di pasar kerja. Tahapan 3: menilai
harga tiap pekerjaan untuk menentukan pembeyaran
upah yang didasarkan pada keadialan internal dan ek-
sternal.
Tahapan Kompensasi bisa dilihat pada gambar 10.6. di-
bawah ini
GAMBAR 10.6. TAHAPAN PENETAPAN KOMPENSASI
Oleh BUDI SUPRIYATNO
10.6. Asas, Program, Metode dan ProsesKompensasi
Asas Kompensasi
Asas-asas Kompensasi Program kompensasi ha-
rus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan
memperhatikan Undang-Undang Perburuan yang ber-
laku. Asas-asas tersebut adalah seabagai berikut:
1. Asas adil. Besarnya kompensasi yang dibayar
kepada setiap karyawan harus disesuaikan den-
gan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko peker-
jaan, tanggung jawab, jabatan pekerjaan, dan
memenuhi persyaratan internal konsistensi. Den-
gan asas adil maka akan tercipta suasana kerja
TAHAPANPENETAPANKOMPENSI
TAHAP 1 : MENGEVALUASITIAP PEKERJAAN.
TAHAP 3 :MELAKUKANSURVEY UPAH & GAJI
TAHAP 1 :MENILAIHARGA TIAP PEKERJAAN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
445
yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas, dan
stabilisasi karyawan akan lebih baik.
2. Asas layak dan wajar. Kompensasi yang diter-
ima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya
pada tingkat normative yang ideal. Tolak ukur
layak adalah relative penetapan besarnya kom-
pensasi didasarkan atas batas upah minimal pe-
merintah dan internal konsistensi yang berlaku.
Program Pemberian Kompensasi
Program pemberian kompensasi merupakan salah
satu hal yang paling penting bagi perusahaan maupun
karyawan, karena akan memberikan gambaran se-
jauhmana perusahaan berkepentingan terhadap kary-
awan, seberapa besar kontribusi yang akan diberikan
oleh karyawan terhadap perusahaan. Ada delapan kom-
ponen penting dalam program pemberian kompensasi
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Organisasi Administrasi Pemberian Kompensasi.
2. Metode Pemberian Kompensasi.
3. Struktur Pemberian Kompensasi.
4. Program pemberian Kompensasi sebagai Perang-
sang Kerja.
5. Tambahan Sumber Pendapatan bagi Karyawan.
6. Terjaminnya Sumber Pendapatan dan Peningka-
tan Jumlah Imbalan jam.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
446
7. Kompensasi bagi kelompok manajerial.
8. Prospek di Masa Depan.
Contoh Program Pemberian kompensasi:
1. tunjangan asuransi Kesehatan.
2. tunjangan pension.
3. tunjangan tahunan.
4. tunjangan transport dan lain-lain.
Menurut Robbin (1997) menyatakan bahwa pro-
gram kompensasi yang efektif harus memenuhi per-
syaratan sebagai berikut:[146]
1. Sederhana: aturan-aturan dalam sistem kompen-
sasi harus ringkas, jelas dan mudah difahami.
2. Spesifik: jangan hanya mengatakan “hasil lebih
banyak” atau “hentikan kecelakaan”. Para pega-
wai perlu mengetahui secara tepat tentang apa
yang harus mereka kerjakan.
3. Terjangkau: setiap pegawai harus mempunyai pe-
luang yang wajar untuk memperoleh kompensasi.
4. Terukur: sasaran-sasaran yang terukur adalah
dasar untuk membangun rencana-rencana atau
program kompensasi. Program kompensasi akan
menjadi tidak ada manfaatnya bila hasil/prestasi
[146] Robbin. Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
447
kerja spesifik tidak dapat dikaitkan dengan rupiah
yang dikeluarkan.
Kriteria dan Waktu Pemberian Kompensasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketentuan pembe-
rian kompensasi antara lain:
1. keadaan perekonomian suatu negara,
2. kebijaksanaan pemerintah,
3. tuntutan serikat pekerja,
4. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
dalam penentuan kebijakan pemberian kompensasi
antara lain:
1. Biaya Hidup,
2. Produktivitas Kerja Karyawan,
3. Skala Upah atau Gaji yang berlaku.
4. Kemampuan Membayar Upah atau gaji sebagai
alat untuk menarik, mempertahankan, dan mem-
berikan motivasi kepada karyawan.
5. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja Serikat
buruh atau organisasi karyawan.
6. Posisi Jabatan Karyawan Pendidikan dan pen-
galaman Kerja.
Waktu Pembayaran Kompensasi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
448
Kompensasi harus dibayar tepat pada waktunya,
jangan sampai terjadi penundaan, supaya kepercayaan
karyawan terhadap bonafiditas perusahaan semakin be-
sar, ketenangan dan konsentrasi kerja akan lebih baik.
Kebijakan waktu pembayaran kompensasi ini hendaknya
berpedoman: daripada menunda lebih baik mempercepat
dan menetapkan waktu yang paling tepat. Misalnya :
gaji dibayar setiap tanggal satu, jika jatuh hari libur
(minggu) sebaiknya gaji dibayarkan pada hari sabtunya.
Pemberian upah insentif dan kesejahteraan hendaknya
ditetapkan waktunya yang paling tepat misalnya pada
saat tahun ajaran baru, supaya pemberian tersebut mem-
punyai dampak yang positif.
Metode Kompensasi
Metode kompensasi dikenal metode tunggal dan
metode jamak, yaitu sebagai berikut:
1. Metode tunggal. Metode tunggal yaitu suatu me-
tode yang dalam penetapan gaji pokok hanya di-
dasarkan atas ijazah terakhir dari pendidikan
yang dimiliki karyawan. Jadi tingkat golongan
dan gaji pokok seseorang hanya ditetapkan atas
ijazah terakhir yang dijadikan standar.
2. Metode jamak. Metode jamak yaitu suatu metode
yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pen-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
449
didikan formal, bahkan hubungan keluarga ikut
menentukan besarnya gaji pokok seseorang. Jadi
standar gaji pokok yang pasti tidak ada. ini terda-
pat pada perusahaan-perusahaan swasta yang di-
dalam nya masih sering terdapat diskriminasi.
Randall dan Susan mengemukakan bahwa ada
berbagai metode yang digunakan untuk mengevaluasi
jabatan tradisional diantaranya:[147]
1. Metode rangking. Salah satu pendekatan rang-
king mengandalkan nilai pasar masing-masing
jabatan. Kemungkinan lain, jabatan dapat diten-
tukan rangkingnya berdasarkan variabel-variabel
semacam tingkat kesulitan, kepentingan bagi ke-
berhasilan organisasi, dan keterampilan yang
dibutuhkan.
2. Metode klasifikasi jabatan. Metode klasifikasi ja-
batan mirip dengan metode rangking, kecuali
bahwa kelas atau tingkat disusun terlebih dahulu
dan diuraikan pekerjaan, selanjutnya dikelompo-
kan menurut kelas atau tingkatan tersebut. Kele-
bihan khusus dari metode ini adalah metode
tersebut dapat diterapkan pada jumlah besar dan
beraneka ragam jabatan.
3. Metode perbandingan factor. Pendekatan ini
menggunakan faktor-faktor yang biasa dikompen-
[147] Randall.Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
450
sasi, atau atribut jabatan, untuk mengevaluasi nilai
relativ jabatan yang ada di dalam organisasi.
Meskipun organisasi yang berbeda mempunyai
pilihan berbeda, faktor-faktor yang bisa dikompen-
sasi harus berhubungan dengan pekerjaan dan da-
pat diterima semua pihak yang berkepentingan.
4. Metode rating angka. Metode ini terdiri dari pem-
berian nilai angka untuk faktor-faktor yang bisa
dikompensasi dan ditentukan sebelumnya, ke-
mudian dijumlahkan sampai muncul nilai keselu-
ruhan suatu jabatan. Faktor-faktor yang bisa
dikompensasi mungkin diadaptasi dari rencana
evaluasi angka yang sudah ada, atau mungkin
dirancang untuk merefleksikan nilai-nilai unik
suatu organisasi. Tanpa memandang bagaimana
nilai-nilai itu muncul, faktor-faktor tersebut harus
diberi bobot seiring dengan tingkat kepentin-
gannya.
5. Metode hay guide chart-profile. Secara opera-
sional, sistem hay mengandalkan tiga faktor utama
yang bisa dikompensasi: pemecahan masalah, ke-
cakapan teknik, dan pertanggung jawaban. Nilai
angka ditentukan untuk tiap jabatan, dengan meng-
gunakan tiga faktor tersebut dan sub-sub faktornya.
Keunggulan utama sistem ini adalah bahwa orang
menerima dan menggunakannya secara Iuas.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
451
Randall dan Susan mengemukakan bahwa, jika or-
ganisasi ingin meminimalkan tingkat ketidak hadiran dan
keluar-masuknya karyawan melalui kompensasi, mereka
harus memastikan bahwa karyawan puas dengan bayaran
mereka.[148]
Orang membandingkan tingkat bayaran dengan apa
yang mereka yakini semestinya mereka terima. Maka
mereka puas jika tingkat bayaran "yang semestinya" se-
banding dengan tingkat bayaran aktual, atau tidak puas
jika tingkat bayaran aktual lebih kecil dari tingkat semes-
tinya.
Kompensasi merupakan salah satu faktor baik se-
cara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tinggi
rendahnya motivasi dan karyawan. Karena itu semesti-
nya pemberian kompensasi kepada karyawan perlu men-
dapat perhatian khusus dari fihak manajemen instansi
agar motivasi para karyawan dapat dipertahankan dan
kinerja dosen diharapkan akan terus meningkat.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan,
maka dapat penulis simpulkan, bahwa sistem kompen-
sasi adalah kompensasi yang diberikan kepada pegawai
atas dasar prestasi kerjanya. Sistem kompensasi tersebut
meliputi:
1. Upah potongan (pacework), yaitu pemberian kom-
pensasi berdasarkan jumlah hasil pekerjaan pega-
wai yang dinyatakan dalam unit produksi. Dasar
[148] Randall.Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
452
penghitungan ialah bahwa makin banyak unit pro-
duksi yang dihasilkan, makin tinggi pula kompen-
sasi yang diterimanya. Sistem ini tidak dapat dit-
erapkan pada pegawai bagian administrasi, atau
pada pekerjaan yang telah ditentukan.
2. Komisi yaitu imbalan yang diberikan kepada
pegawai disamping memperoleh gaji pokok, juga
diberikan kompensasi karena keberhasilannya me-
laksanakan tugas, atau pegawai yang memperoleh
penghasilannya semata-mata berupa komisi.
3. Bonus, yaitu imbalan yang diberikan kepada pega-
wai yang mampu bekerja sedemikian rupa se-
hingga tingkat produktivitas yang berlaku terlam-
pui. Bonus dibayar secara eksklusif kepada para
eksekutif atau kepada semua pegawai. Ada tiga
cara pemberian bonus yaitu: Pertama, berdasarkan
jumlah unit produksi yang dihasilkan dalam kurun
waktu tertentu, jika jumlah produksinya melebihi
jumlah yang telah ditetapkan, pegawai menerima
bonus atas kelebihan jumlah yang dihasilkan.
Kedua, apabila terjadi penghematan waktu, yaitu
jika pegawai dapat menyelesaikan tugas dalam
waktu yang lebih singkat dari waktu yang seharus-
nya, dengan alasan bahwa dengan menghemat
waktu, lebih banyak pekerjaan yang harus disele-
saikan dan ketiga, berdasarkan perhitungan progre-
sif, yaitu jika pegawai makin lama makin mampu
memproduksikan barang dalam jumlah yang se-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
453
makin besar, makin besar pula bonus yang diteri-
manya untuk setiap kelebihan produksi yang diha-
silkannya.
4. Kurva kematangan (maturity curve), yaitu bagi
organisasi yang mengerjakan tenaga teknikal dan
profesional ilmiah. Apabila ada tenaga kerja profe-
sional yang karena masa kerja dan golongan pang-
kat serta gaji tidak bisa mencapai pangkat dan
penghasilan yang lebih tinggi lagi, dibuat suatu
kurva prestasi kerja. Jika kurva tersebut menunju-
kan bahwa prestasi kerja mereka lebih besar dari
prestasi kerja normal diberikan kompensasi ter-
tentu. Dengan demikian meskipun golongan pang-
kat dan gaji yang sudah maksimal, penghasilan
riilnya masih dapat ditingkatkan.
5. Bagi laba atau keuntungan, yaitu kompensasi yang
diberikan berdasarkan sesuatu rumus yang telah
ditetapkan yang dirancang berdasarkan profitabili-
tas atau keuntungan suatu perusahaan atau organi-
saasi.
6. Bagi produksi, yaitu kompensasi yang diberikan
kepada produktivitas kelompok, jika produktivitas
kelompok mampu melampaui target produksi nor-
mal maka diberikan bonus.
Proses Kompensasi
Suatu proses pemikiran dan kegiatan yang sangat
kompleks dengan maksud untuk memberikan balas jasa
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
454
kepada karyawan bagi pelaksanaan pekerjaan dan untuk
memotivasi mereka agar mencapai tingkat prestasi kerja
yang diinginkan.
Komponen-komponennya antara lain: pem-
bayaran upah dan gaji, dan pemberian kompensasi pe-
lengkap, seperti: pembayaran asuransi, cuti, sakit, dan
sebagainya.
Pada umunya, pembayaran upah dalam organisasi
ditentukan oleh aliran kegiatan-kegiatan yang mencang-
kup: analisis pekerjaan, penulisan deskripsi pekerjaan,
evaluasi pekerjaan, survey upah dan gaji, analisis ma-
salah-masalah organisasional yang relevan, penetuan
“harga” pekerjaan (yang harus melebihi peraturanupah
minimum), penetapan aturan-aturan administrasi pengu-
pahan, dan akhirnya pembayaran upah kepada karyawan.
Sistem Intensif
Istilah ini pada umumnya digunakan untuk
menggambarkan rencana-rencana pembayaran upah
yang dikaitkan secara langsung maupun tidak langsung
dengan berbagai standar produktifitas karyawan atau
profitabilitas organisasi atau kedua kriteria tersebut.
Para karyawan yang bekerja dibawah sistem in-
tensif financial berarti prestasi kerja mereka menentukan,
secara keseluruhan atau sebagian, penghasilan mereka.
Tujuannya pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan
motivasi karyawan dalam berupaya mencapai tujuan-
tujuan organisasi dengan menwarkan perangsang finan-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
455
cial melebihi upah dan gaji dasar. Ada dua kategori
utama rencana-rencana intensif antara lain: kompensasi
variabel-variabel individual dan kompensasi variabel-
kelompok.
1. Kompensasi Variabel-Individual. Ada 4 hal utama
antara lain:
a. Rencana-rencana insentif untuk karyawan op-
erasional dalam teorinya tidak ada batas atas
pada kompensasi dengan system insentif untuk
para karyawan operasional, karyawan dapat
diperoleh upah sebanyak mungkin sejauh dia
mampu secara fisik dan mental untuk melak-
sanakan pekerjaan.
b. Rencana-rencana insentif untuk manajer sis-
tem kompensasi insentif eksekutif ini hen-
daknya dirancang dengan memperhatikan tipe
perilaku yang diinginkan organisasi. Untuk
eksekutif puncak yekanan hendaknya pada
perilaku kewiraswastaan yang mengandung
pengambilan resiko, dengan kompensasi tam-
bahan didasarkan pada laba, derajat penetrasi
pasar, dan pengembanagn produk baru. Untuk
para eksekutif tingkatan lebih rendah, tekanan
sering pada kelancaran administrasi dan
hubungan kerja sama dengan para manajer
lain, dengan bonus biasa didasarkan pada
penilaian prestasi kerja dimana presentasi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
456
tetap dari gaji dasar ditetapkan sebagai inten-
sif.
c. Sistem Sugesti. tujuan pokoknya adalah untuk
merangsang pemikiran kreatif di antara para
karyawan. Lebih dari pada sekedar kerja keras
untuk mendapatkan penghasilan insentif lebih
tinggi; karyawan didorong untuk memikirkan
cara-cara untuk melakukan pekerjaan dengan
lebih efektif, mengurangi pemborosan, serta
memperbaiki peralatan, prosedur dan material.
d. Komisi. Dalam pekerjaan-pekerjaan penjualan
insentif para tenaga penjual bisa dibayar atas
dasar presentase dari harga penjualan atau
harga tetap (flat) untuk setiap unit produk
yang dijual. Bila kompensasi dasar tidak di-
bayarkan, penghasilan total orang-orang pen-
jualan berasal dari komisi.
2. Kompensasi Variabel-Kelompok. beberapa kategori
antara lain: unit keluaran kelompok (group piece
rate) dalam banyak operasi produksi, upaya-upaya
seorang karyawan secara individual tidak dapat
dibedakan dari kelompok.
3. Production-Sharing Plans. Pada hakekatnya, ren-
cana-rencana ini berkaitan dengan upaya untuk
membagi tambahan atau keuntungan produktifitas.
Salah satu rencana yang paling terkenal adalah
ScanLon Plan. Pendekatan ini menghitung biaya
tenaga kerja normal/unit produk yang diproduksi.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
457
Bila dengan kerja sama lebih baik dan efisien lebih
besar, sehingga biaya tenaga kerja dapat dikurangi,
jumlah keseluruhan atau sebagian penghematan di-
bagi di antara para karyawan dalam bentuk bonus.
4. Pembagian laba-profit, sharing rencana- rencana
pembagian laba dirancang untuk membagi laba pe-
rusahaan di antara para karyawan. Efektifitas ber-
bagai rencana ini bisa tidak tercapai karena profita-
bilitas tidak selalu berhubungan dengan prestai
kerja karyawan.
5. Pemilikan saham-stock ownership, dengan tipe
kompensasi variabel ini karyawan diberi kesem-
patan untuk memiliki saham-saham perusahaan.
Bentuk Pembayaran Kompensasi
Masyarakat melalui pemerintah, mempunyai ke-
pentingan atas tingkat minimum kondisi dan situasi tem-
pat kerja dalam arti perlindungan terhadap bahaya-
bahaya yang mengancam kehidupan.
Sebagai contoh, Undang-Undang tentang kese-
lamatan kerja yang dikeluarkan tanggal 12 Januari 1970
mencerminkan upaya pemerintah untuk lebih mengatur
masalah keselamatan di tempat kerja. Serta peraturan-
peraturan lainnya untuk yang mencangkup pemberian
kompensasi bagi karyawan yang menderita cacat karena
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
458
kecelakaan di tempat kerja,[149] pemberian pesangon bagi
karyawan yang di Putus Hubungan Kerja, pembayaran
asuransi tenaga kerja, dan perawatan kesehata secara pe-
riodik.
Bentuk-bentuk kompensasi antara lain adalah:
1. Gaji. Gaji adalah pendapatan yang diterima seo-
rang karyawan atas balas jasa yang diberikannya
kepada perusahaan.
2. Tunjangan. Tunjangan adalah pendapatan tamba-
han selain gaji yang diterima seorang karyawan,
seperti tunjangan jabatan, tunjangan kendaraan,
tunjangan makan, tunjangan kesehatan, tunjangan
telepon, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjan-
gan kemahalan dan lain sebagainya.
3. Fasilitas. Fasilitas adalah segala sesuatu yang
diterima oleh seorang karyawan untuk melancar-
kan pekerjaan seperti : fasilitas perumahan, fasili-
tas kesehatan, fasilitas kendaraan, fasilitas makan
siang, dan lain sebagainya.
4. Insentif. Insentif adalah pendapatan tambahan
yang diperoleh karena adanya perbedaan prestasi
kerja.[150]
Kompensasi Gaji
[149] Undang-Undang tentang Keselamatan Tanggal 12 Januari1970.[150] Undang-Undang. Ibid, hlm. 199
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
459
Dilihat dari cara pemberiannya, kompensasi di-
bagi menjadi kompensasi langsung dan kompensasi tidak
langsung. Kompensasi langsung merupakan kompensasi
manajemen seperti upah, gaji dan insentif. Kompensasi
tidak langsung dapat berupa tunjangan atau jaminan
keamanan dan kesehatan.
Pemberian kompensasi dapat terjadi tanpa ada
kaitannya dengan prestasi, seperti upah dan gaji. Upah
adalah kompensasi dalam bentuk uang dibayarkan atas
waktu yang telah dipergunakan,
Sedangkan gaji adalah kompensasi dalam bentuk
uang yang dibayarkan atas pelepasan tanggungjawab
atas pekerjaan. Istilah upah biasanya dipergunakan untuk
memberikan kompensasi kepada tenaga kerja yang
kurang terampil, sedangkan gaji dipergunakan untuk
memberikan kompensasi kepada tenaga terampil.
Namun, kompensasi dapat pula diberikan dalam
bentuk insentif, yang merupakan kontra prestasi di luar
upah atau gaji, dan mempunyai hubungan dengan pres-
tasi sehingga dinamakan sebagai pay for performance
atau pembayaran atas prestasi.
Sedangkan bentuk kompensasi lain berupa tun-
jangan umumnya tidak dikaitkan dengan prestasi kerja.
Tunjangan lebih banyak dikaitkan kepada pemberian ke-
sejahteraan dan penciptaan kondisi kerja sehingga
pekerja lebih merasa nyaman dan merasa mendapat per-
hatian atasan.
Dasar Penggajian
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
460
Seseorang digaji dengan sesuatu angka rupiah
tertentu yang dapat didasarkan antara lain kepada:
1. Berat ringannya tanggung jawab jabatannya,
yang menggambarkan tinggi rendahnya jabatan
dalam jenjang manajerial.
2. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan.
3. Lamanya masa kerja di perusahaan yang ber-
sangkutan.
4. Tinggi rendahnya nilai jabatan di pasaran tenaga
kerja.
5. Keluaran (output) yang dapat dihasilkan oleh se-
suatu jabatan.
6. Disiplin kerja dan menunjukkan kinerja yang
baik.
7. Bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang
diembannya.
Lihat Gambar 10.7. Dasar Penggajian dibawah ini.
DASARPENGGAJIAN
BERAT RINGANYATANGGUNG JAWAB JABATAN
TINGGI RENDAHNYAPENDIDIKAN
LAMANYA MASA KERJA
TINGGI RENDAHNYANILAI JABATAN
KELUARAN YANG DIHASIL-KAN OLEH JABATAN
DISIPLIN DAN KINERJAYANGBAIK
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
461
GAMBAR 10.7. DASAR PENGGAJIAN
Oleh BUDI SUPRIYATNO
Dalam rangka menentukan dasar untuk sistem
penggajian bagi suatu perusahaan, maka beberapa hal di
bawah ini dapat dijadikan sebagai pedoman:
1. Sistem penggajian harus dapat menjamin keadi-
lan internal.
2. Sistem penggajian harus dapat menampung pen-
garuh faktor luar, sehingga terjadi keseimbangan.
3. Sistem penggajian harus mampu:
a. Menarik tenaga-tenaga baik dari luar.
b. Mempertahankan tenaga-tenaga baik yang
ada di dalam.
c. Memotivasi karyawan.
d. Membentuk budaya/iklim perusahaan.
e. Menunjang struktur organisasi.
f. Mencerminkan kemampuan (finansial) pe-
rusahaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
462
Dalam sistem penggajian modern hendaknya juga
diusahakan agar sistem penggajian sederhana dan mudah
dimengerti. Syarat Sistem Penggajian
1. Bersifat Menarik/ Atraktif. Sistem penggajian se-
baiknya bersifat atraktif, agar menarik bagi orang
luar untuk memasuki perusahaan yang memiliki
kebijakan tersebut.
2. Bersifat Kompetitif. Sistem penggajian juga harus
bersifat kompetitif agar bisa bersaing dengan pe-
rusahaan sejenis atau perusahaan lain yang
berada di dalam lingkungannya.
3. Harus dirasakan Adil. Sistem penggajian harus
dapat dirasakan adil bagi semua karyawan, di-
mana pekerjaan yang memang berat menerima
imbalan lebih dibandingkan dengan pekerjaan
yang ringan.
4. Bersifat Motivatif. Sistem penggajian harus bersi-
fat motivatif agar karyawan merasa adanya suatu
rangsangan untuk memacu prestasi kerjanya
karena adanya nilai imbalan yang sesuai.
Sistem penggajian yang kompetitif (External Eq-
uity) dapat dilakukan dengan perusahaan mengadakan
survei penggajian (salary survey) di pasaran tenaga kerja
secara berkala.
Sistem penggajian harus dirasakan adil bagi
karyawan (Internal Equity). Untuk itu setiap jabatan ha-
rus memiliki bobot/nilai jabatan menurut suatu aturan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
463
tertentu dan diantara jabatan yang satu dengan yang
lainnya dapat dibandingkan bobot/nilai jabatannya. Se-
hubungan dengan hal ini maka perusahaan harus
memiliki suatu sistem evaluasi jabatan, dimana setiap
jabatan harus memiliki uaraian jabatan yang baik agar
dapat dievaluasi dengan sistem yang ada. Hasil
bobot/nilai jabatan yang diperoleh, dipergunakan untuk
menentukan tingkat gaji dari jabatan-jabatan yang ada.
Sistem penggajian harus bersifat motivatif, untuk
itu harus diberikan kepastian kepada karyawan bahwa:
terdapat korelasi antara prestasi kerja karyawan dengan
kenaikan gaji.
Langkah Penyusunan Sistem Penggajian
Salah satu fungsi MSDM adalah Kompensasi.
Artinya kompensasi merupakan bagian dari MSDM. Sis-
tem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Kompen-
sasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai
pengganti kontribusi jasa mereka pada organisasi. Kom-
pensasi juga merupakan biaya utama atas keahlian atau
pekerjaan dan kesetiaan dalam bisnis.
Suatu organisasi akan selalu berusaha untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Namun hal
ini harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan or-
ganisasi, baik di dalam dan di luar organisasi. Penga-
turan kompensasi merupakan faktor penting untuk
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
464
menarik dan mempertahankan tenaga kerja. Kompensasi
dapat berbentuk Finansial dan Non-Finansial.
Dari pernyataan di atas artinya kompensasi atau
juga disebut dengan remuneration dapat saja berbentuk
financial dan nonfinansial yang pada intinya adalah
penghargaan atas jasa seorang pegawai pada organisas-
inya. Komponen-komponen kompensasi: Upah, Gaji,
Insentif, dan fringe benefit.
Sistem Kompensasi Penggajian sebaiknya dila-
kukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Bersaing (competitive).
2. Mengakui karyawan sebagai “Income Producing
Assets”.
3. Jangan terpengaruh oleh praktek akuntansi yang
menganggap gaji dan upah sebagai “liabilities”.
4. Kompensasi harus mendukung manajemen pro-
duktivitas.
5. “Payroll Cost” harus dikelola dan dikaitkan den-
gan keberhasilan bisnis.
Lihat Gambar 10.8. Langkah-langkah Sistem
kompensasi Pengajian dibawah ini.
LANGKAH-LANGKAH SISTEM
KOMPENSASI PENGGAJIAN
1. COMPETITIVE
2. INCOME PRODUCING
ASSET
3. LIABILITIES
4. PRODUCING MANAGE-
MEN
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
465
GAMBAR 10.8. SISTEM KOMPENSASI PENGGAJIAN
Oleh BUDI SUPRIYATNO
PENGAMBILAN KEPUTUSAN11.1. Latar Belakang
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemili-
han alternatif. Hal ini berkaitan dengan fungsi mana-
jemen. Pengambillan Keputusan sangat baik digunakan
untuk MSDM. Karena dengan MSDM yang baik dan
tepat akan dapat melaksanakan pengelolaan SDM yang
BAB11
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
466
baik pula. Para pakar teori klasik tidak menjelaskan pen-
gambilan keputusan tersebut secara umum. Pelopor teori
manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas pen-
gambilan keputusan mengenai pengaruhnya pada
delegasi dan otoritas, sementara bapak manajemen Fre-
derick W. Taylor hanya menyinggung metode ilmiah se-
bagai pendekatan untuk pengambilan keputusan.151
Seperti kebanyakan aspek teori organisasi modern, anal-
isis awal pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada
Chester Barnard. Dalam The Functions of the Executive
memberikan analisis komprehensif mengenai pengambi-
lan keputusan yang menyatakan "Proses keputusan me-
rupakan teknik untuk mempersempit pilihan." [152]
Kebanyakan pembahasan proses pengambilan
keputusan terbagi dalam beberapa langkah. Hal ini dapat
ditelusuri dari ide yang dikembangkan Herbert A. Simon,
ahli teori keputusan dan organisasi yang memenangkan
hadiah Nobel, yang mengonseptualisasikan tiga tahap
utama dalam proses, pengambilan keputusan:[153]
[151] Taylor, Frederick Winslow. The Principles of Scientific Man-agement, New York, NY, USA and London, UK: Harper & Broth-ers, LCCN 11010339, OCLC 233134. 1911.Also available fromProject Gutenberg[152] Chester Irving Barnard. The Functions of the Executive. Pub-lished by The President and Fellows of Harvard College. Cpyright1966 by Grace F Noera Bernard. First published December 1938.[153] Herbert A. Simon. Administrative Behavior: a Study of Deci-sion-Making Processes in Administrative Organization Published byMacmillan. USA.1947.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
467
1. Aktivitas inteligensi. Berasal dari pengertian
militer "intelligence," Simon mendeskripsi-kan
tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi ling-
kungan yang memerlukan pengambilan kepu-
tusan.
2. Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin
terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dan
analisis masalah.
3. Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini
merupakan pilihan sebenarnya memilih tindakan
tertentu dari yang tersedia.
Berhubungan dengan tahap-tahap tersebut, tetapi
lebih empiris adalah langkah pengambilan keputusan
menurut Mintzberg koleganya:[154]
1. Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah
atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat.
Diketahui bahwa masalah yang berat mendapat-
kan diagnosis yang ekstensif dan sistematis.
2. Tahap pengembangan, di mana terdapat pen-
carian prosedur atau solusi standar yang ada dan
mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa
proses desain merupakan proses pencarian dan
[154] Henry Mintzberg, Duru Raisinghani and André Théorêt, TheStructure of "Unstructured" Decision Processes. AdministrativeScience Quarterly Vol. 21, No. 2 (Jun., 1976), pp. 246-275 Pub-lished by: Sage Publications, Inc. Article Stable URL:http://www.jstor.org/stable/2392045.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
468
percobaan di mana pembuat keputusan hanya
mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
3. Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada
tiga cara pembentukan seleksi: dengan penilaian
pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman
atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis
alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan
tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok
pembuat keputusan dan semua manuver politik
yang ada. Sekali keputusan diterima secara for-
mal, otorisasi pun kemudian dibuat.
Dalam analisis situasi, pengambilan keputusan
mengidentifikasi, mengklarifikasi masalah-masalah, me-
nentukan prioritas (masalah mendesak yang mendesak
yang memerlukan penanganan segera, masalah yang da-
pat ditunda penanganannya, masalah poten-
sial/kemungkinan akan timbulnya masalah), serta melo-
kalisir masalah. Keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil
pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas
logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik,
serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seo-
rang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-
hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis.
Secara umum pengertian teori pengambilan kepu-
tusan adalah, teknik pendekatan yang digunakan dalam
proses pengambilan keputusan atau proses memilih tin-
dakan sebagai cara pemecahan masalah. Berdasarkan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
469
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif
terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk
ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemeca-
han masalah.
Pengambilan keputusan sebagai kelanjutan dari
cara pemecahan masalah memiliki fungsi sebagai pang-
kal atau permulaan dari semua aktivitas manusia yang
sadar dan terarah secara individual dan secara kelompok
baik secara institusional maupun secara organisasional.
Di samping itu, fungsi pengambilan keputusan meru-
pakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut
paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana
efek atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Fungsi dan Tujuan
Terkait dengan fungsi tersebut, maka tujuan pen-
gambilan keputusan dapat dibedakan:
1. tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan
keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila
keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut
satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan,
tidak ada kaitannya dengan masalah lain dan
2. Tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan
keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila
keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari
satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu
sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
470
yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak
kontradiktif.
Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah,
maka perlu diketahui unsur atau komponen pengambilan
keputusan. Unsur pengambilan keputusan itu adalah:
1. tujuan dari pengambilan keputusan;
2. identifikasi alternatif keputusan yang meme-
cahkan masalah;
3. perhitungan tentang faktor-faktor yang tidak da-
pat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan
manusia; dan
4. sarana dan perlengkapan untuk mengevaluasi
atau mengukur hasil dari suatu pengambilan
keputusan.
Sementara itu, George R. Terry menyebutkan 5
dasar (basis) dalam pengambilan keputusan, yaitu:[155]
1. Intuisi. Pengambilan keputusan berdasarkan in-
tuisi adalah pengambilan keputusan yang ber-
dasarkan perasaan yang sifatnya subyektif.
Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi
ini, meski waktu yang digunakan untuk mengam-
bil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan
yang dihasilkan seringkali relatif kurang baik
[155] George R Terry. Principle of Management. Published by Illi-nois Ricard D. Irwin. 1968.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
471
karena seringkali mengabaikan dasar-dasar per-
timbangan lainnya.
2. Pengalaman. Pengambilan keputusan berdasar-
kan pengalaman memiliki manfaat bagi pengeta-
huan praktis, karena dengan pengalaman yang
dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan un-
tung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang
akan dihasilkan.
3. Wewenang. Pengambilan keputusan berdasarkan
wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih
tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih
rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat
bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat
menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan
dengan praktek diktatorial dan sering melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan se-
hingga dapat menimbulkan kekaburan.
4. Fakta. Pengambilan keputusan berdasarkan data
dan fakta empiris dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat
kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat
lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima
keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang
dada.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
472
5. Rasional. Pada pengambilan keputusan yang ber-
dasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersi-
fat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten
untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam ba-
tas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan
mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa
yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara
rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan
yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara
rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:
a. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan
kekaburan masalah.
b. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan
yang ingin dicapai.
c. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif
diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
d. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurut-
kan sesuai kriteria.
e. Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik
berdasarkan atas hasil ekonomis yang mak-
simal.
11.2. Perilaku Pengambilan Keputusan
Perilaku pengambilan keputusan berkaitan den-
gan ahli teori perilaku organisasi seperti dikatakan
March dan Simon, dalam bukunya Organization, pada
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
473
tahun 1993, tetapi bidang tersebut menjadi lebih menarik
dengan topik seperti motivasi dan tujuannya, dan mene-
kankan berkurangnya pengambilan keputusan. Bidang:
perilaku pengambilan keputusan dikembangkan di luar
jalur teori dan penelitian perilaku organisasi oleh psiko-
log kognitif dan ahli teori keputusan dalam ilmu eko-
nomi dan informasi. Akan tetapi, baru-baru ini muncul
kembali minat mengenai perilaku pengambilan kepu-
tusan, dan kembali ke jalur bidang perilaku or-
ganisasi.[156]
Meskipun teori pengambilan keputusan klasik
berjalan dalam asumsi rasionalitas dan kepastian, tetapi
tidak begitu halnya dengan teori keputusan perilaku.
Ahli teori perilaku pengambilan keputusan sependapat
bahwa individu mempunyai keterbatasan kognitif. Kom-
pleksitas organisasi dan dunia secara umum menyebab-
kan individu bertindak dalam situasi ketidakpastian dan
informasi begitu ambigu dan tidak lengkap." Kadang-
kadang risiko dan ketidakpastian ini menyebabkan pem-
buat keputusan organisasi mempunyai keputusan yang
diragukan, atau tidak etis dikarenakan ketidakpastian dan
ambiguitas, sejumlah model pengambilan keputusan te-
lah ada selama bertahun-tahun. Dasar dan titik awal un-
tuk mengembangkan menganalisis berbagai model peri-
laku pengambilan keputusan adalah tetap memper-
tahankan tingkat dan arti rasionalitas.
[156] James G March and Hebert A Simon. Organization (PaperbackMay 7, 1993) 2 edition. Published by Weley-Black Well. 1993.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
474
Rasionalisasi Keputusan
Definisi Rasionalisasi yang paling sering diguna-
kan dalam pengambilan keputusan adalah bahwa hal
tersebut merupakan rencana tujuan. Jika sebuah rencana
dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka
keputusan dikatakan rasional, tetapi, terdapat banyak
komplikasi untuk tes rasionalitas yang sederhana. Pada
awalnya, sulit untuk memisahkan rencana dari tujuan
karena yang nyata mungkin hanya merupakan rencana
untuk tujuan di masa depan. Ide ini umumnya disebut
rangkaian atau hierarki rencana-tujuan. Simon menun-
jukkan bahwa "hierarki rencana-tujuan. merupakan
rangkaian yang jarang terhubung dan terintegrasi sepe-
nuhnya. Hubungan antara aktivitas organisasi dan tujuan
akhir kerap kali tidak jelas, atau tujuan akhir tidak sepe-
nuhnya dirumuskan, atau terdapat konflik internal dan
kontradiksi antara tujuan akhir, atau antara rencana yang
dipilih untuk mempertahankan tujuan.
Selain komplikasi yang berhubungan dengan
rangkaian rencana-tujuan, ada kemungkinan konsep
tersbut tidak terpakai. Pengambilan keputusan yang rele-
van dengan ekonomi nasional mendukung posisi ini.
Pembuat keputusan yang mencari penyesuaian rasional
dalam sistem ekonomi mungkin menghasilkan hasil
akhir yang tidak diinginkan atau yang tidak dapat dian-
tisipasi. Simon juga memperingatkan bahwa analisis
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
475
rencana-tujuan yang sederhana mungkin menghasilkan
kesimpulan yang tidak akurat.
Salah satu cara untuk mengklarifikasi rasionalitas
rencana-tujuan adalah menggunakan keteraagan tamba-
han yang tepat dan berkualitas pada berbagai jenis ra-
sionalitas. Hal tersebut menunjukkan rasionalalisasi ob-
jektif dapat diterapkan pada keputusan yang memaksi-
malkan nilai dalam situasi tertentu. Rasionalisasi subjek-
tif dapat digunakan jika keputusan memaksimalkan hasil
dalam kaitannya dengan pengetahuan subjek tertentu.
Rasionalitas dengan sengaja dapat diterapkan pada kepu-
tusan di maana penyesuaian rencana untuk tujuan meru-
pakan proses dengan sengaja. Keputusan dianggap ra-
sional saat penyesuaian rencana pada tujuan dicari oleh
individu atau organisasi; keputusan dianggap rasional
secara organisasi jika dimaksudkan untuk tujuan or-
ganisasi; dan keputusan dianggap rasional secara per-
sonal jika diarahkan pada tujuan pribadi.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan
Terdapat banyak model deskriptif dari perilaku
pengambilan keputusan. Akibatnya, hal ini menjadi
model untuk banyak perilaku pengambilan keputusan
manajemen. Model berusaha men-deskripsikan secara
teoritis dan realistis bagaimana manajer praktik men-
gambil keputusan. Secara khusus, model berupaya me-
nentukan seberapa rasional pembuat keputusan mana-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
476
jemen. Model berkisar dari rasionalitas lengkap, seperti
dalam kasus model rasionalitas ekonomi klasik, sampai
sepenuhnya tidak rasional, seperti dalam kasus model
social.
1. Model Rasionalitas Ekonomi. Model ini berasal
dari model ekonomi klasik di mana pembuat
keputusan sepenuhnya rasional. Berkaitan den-
gan aktivitas pengambilan keputusan, terdapat
asumsi:
a. Keputusan akan sepenuhnya rasional dalam
hal rencana-tujuan.
b. Terdapat sistem pilihan yang lengkap dan
konsisten yang memungkinkan pemilihan al-
ternative.
c. Kesadaran penuh terhadap semua kemungki-
nan alternatif.
d. Tidak ada batasan pada kompleksitas kom-
putasi yang dapat ditampilkan untuk menen-
tukan alternatif terbaik.
e. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan
ataupun misterius.
Model rasionalitas ekonomi pembuat keputusan
selalu berusaha memaksimalkan hasil dalam pe-
rusahaan bisnis, dan keputusan akan diarahkan
kepada titik p maksimum di mana biaya marji-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
477
nal sama dengan pendapatan marjinal (MC =
MR).
Banyak ekonom dan ahli teori keputusan kuan-
titatif tidak menyatakan bahwa gambaran ini
merupakan model perilaku pengambilan kepu-
tusan modern yang deskriptif dan realistis.
tetapi banyak sekolah bisnis mengajarkan model
rasional dan metode kuantitatif, karena itu ban-
yak manajer masih menyamakan pengambilan
keputusan manajemen yang "baik" dengan
pendekatan tersebut. Akan tetapi, kesetiaan
pada pendekatan ini bisa berbahaya dan mung-
kin menyebabkan banyak masalah. Seperti din-
yatakan oleh Peters dan Waterman dalam buku
In Search of Excellence: "Pendekatan alternatif
dan rasional pada manajemen mendominasi se-
kolah bisnis. Pendekatan tersebut mencari pem-
benaran yang terpisah dan analitis untuk semua
keputusan. Hal ini bisa saja salah dan membuat
kita sangat tersesat.” [157]
Secara jelas, Peters and Waterman tidak men-
gatakan "buang yang buruk," dan tidak mung-
kin model rasional. Model rasional telah terben-
tuk dan akan terus memberi kontribusi signifi-
kan untuk pengambilan keputusan yang efektif.
[157] Thomas J Peters, and Robert Waterman. In Search of Exel-lence: Lessons from America’s best-run Companies. Published byNew York: Harper & Row. 1982.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
478
Misalnya, tenaga pemasaran yang paling sukses,
seperti Pro & Gamble, Cheesebrough-Pond's,
dan Ore-Ida, terkenal dengan pendekatan ra-
sional mereka, menggunakan dukungan kuanti-
tatif. Inti yang dicapai Peters and Waterman
adalah bahwa rasional bukan menjadi akhir
pengambilan keputusan secara efektif dan jika
terdapat perbedaan, tersebut menyebabkan ke-
salah-pahaman dan mengganggu proses pen-
gambilan keputusan.[158]
2. Teknik Rasional Modern: ABC, EVA, dan MVA.
Baru-baru ini, teknik akuntansi dan finansial tra-
disional yang berdasarkan model rasionalitas
ekonomi telah mengalami perubahan radikal.
Misalnya, perusahaan terkenal seperti Daimler-
Chrysler, Union Carbide, Hewlett-Packard, dan
General Electric telah beralih ke jenis akuntansi
yang baru. Untuk mengelola biaya dengan lebih
baik, mereka menggunakan activity-based cost-
ing, atau disebut ABC. Secara tradisional, akun-
tansi mengidentifikasi biaya menurut kategori
pengeluaran (misalnya, gaji, suplai, dan biaya
tetap). Sebaliknya, ABC menentukan biaya
menurut apa yang dibayar untuk tugas berbeda
yang dikerjakan karyawan. Dalam ABC, biaya
yang berhubungan dengan aktivitas seperti mem-
[158] Thomas J Peters, and Robert Waterman. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
479
proses pesanan penjualan, mempercepat pesanan
pemasok dan atau pelanggan, memecahkan ma-
salah kualitas pemasok dan atau masalah pengan-
taran, dan memperlengkapi mesin, dihitung. Me-
tode ABC dan tradisional mencapai biaya yang
sama, tetapi ABC memberi pembuat keputusan
rincian data biaya yang jauh lebih akurat. Misal-
nya, B2B (bisnis untuk bisa menggunakan inter-
net ternyata mengurangi akuisisi dan distribusi
biaya perusahaan yang diidentifikasi, dan di
Hewlet Packard, saat ABC menunjukkan bahwa
pengujian desain dan bagian baru sangat mahal,
maka tehnisi segera mengubah rencana pada
komponen yang memerlukan sedikit pengujian,
dengan demikian sangat memperkecil biaya.
Contoh pemikiran rasionalitas ekonomi tra-
disional yang digunakan oleh pembuat keputusan
manajemen adalah teknik finansial economic
value added, atau EVA. Prinsip lama model eko-
nomi adalah keputusan rasional merupakan salah
satu yang memberikan penghasilan lebih besar
daripada biaya kapital. Secara tradisional, biaya
kapital disamakan dengan bunga yang dibayar-
kan pada kapital yang dipinjam. Akan tetapi,
dalam EVA, biaya semua kapital ditentukan.
Misalnya, biaya kapital ekuitas (uang yang dis-
ediakan pemegang saham) adalah biaya kesem-
patan (apa yang dapat dihasilkan pemegang sa-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
480
ham dalam apresiasi dan dividen harga jika
mereka berinvestasi pada perusahaan yang sama).
Apa yang dihabiskan perusahaan pada penelitian
dan pengembangan atau pelatihan karyawan
diperlakukan sebagai pengeluaran, tetapi dalam
EVA, hal tersebut dianggap sebagai investasi
kapital dan ditambahkan dalam biaya kapital.
EVA ditentukan dengan membagi biaya kapital
total dengan keuntungan operasi setelah pajak.
EVA menjadi populer karena perusahaan dan
pemegang saham melihatnya sebagai ukuran
yang berguna untuk mengambil keputusan men-
genai masalah akusisi dan pajak sampai masalah
kompensasi." Perusahaan dengan EVA positif
membuat keputusan rasional; perusahaan dengan
EVA negatif menghancurkan kapital dan menye-
babkan perusahaan dalam masalah. Saat CSX,
Briggs dan Stratton, dan Coca-Cola beralih ke
pendekatan EVA, nilai saham perusahaan men-
ingkat. Baru-baru ini, karena kompetisi kapital,
advokat mengatakan bahwa EVA dapat diguna-
kan secara efektif dalam industri perawatan kese-
hatan yang bukan untuk mencari keuntungan.
Ukuran yang lebih baru dan berbeda adalah
MVA (market value added). Perbedaan antara
nilai pasar (jumlah yang dapat diambilkan inves-
tor dari perusahaan) dan kapital yang diinvestasi
(jumlah yang dimasukkan investor dalam perusa-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
481
haan) adalah MVA. MVA positif menunjukkan
seberapa banyak keuntungan yang diperoleh pe-
rusahaan, dan neraca negatif menunjukkan se-
berapa banyak kapital yang terbuang. Beberapa
perusahaan MVA yang hebat adalah Coca-Cola,
GE, Wal-Mart, Merck, - Microsoft. MVA bi-
asanya ber-hubungan langsung dengan EVA
(penjelasan sederhananya adalah bahwa MVA
adalah nilai yang ditempatkan pasar saham men-
genai prospek aliran EVA masa mendatang).
Dalam jangka panjang, perusahaan dengan EVA
yang kuat juga akan mempunyai MVA yang
kuat. Akan tetapi, dalam jangka pendek, EVA
dan MVA mungkin berlawanan. Perusahaan
mungkin mempunyai EVA vang buruk, tetapi
pemegang saham bertaruh bahwa perusahaan se-
dang memperbaiki langkah ke depan dan
menaikkan tawaran harga saham, dan dengan
demikian MVA cukup bagus. Contohnya adalah
perusahaan dot-com sebelum ledakan pada per-
gantian abad ini. Mereka mempunyai EVA nega-
tif, tetapi karena mereka berinvestasi dalam
teknologi informasi yang mahal untuk masa de-
pan. Investor merasa hal ini akan terbayar di
penghasilan masa mendatang. Tentu saja saat hal
ini tidak terjadi, nilai pasar dot-com mengalami
kehancuran. Kemunduran juga dapat terjadi.
Misalnya, banyak perusahaan ekonomi tua mem-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
482
punyai EVA yang sangat positif dikarenakan
masa depan yang suram. Dengan demikian MVA
menjadi negatif. Sekalipun dalam perbaikan
model rasionalitas ekonomi, faktor manusia
(misalnya, model rasionalitas pengambilan kepu-
tusan sosial) masih menjadi gambaran.
3. Model Sosial. Pada sisi yang berlawanan dengan
model rasionalitas ekonomi adalah model sosial
yang digambarkan psikologi. Sigmund Freud
memandang manusia sebagai sekumpulan
perasaan, emosi, dan naluri, dengan perilaku
yang dipandu oleh keinginan yang tidak disadari.
Secara jelas, jika ini merupakan deskripsi yang
lengkap, maka orang akan tidak dapat membuat
keputusan yang efektif. Meskipun banyak psiko-
log kontemporer memperdebatkan deskripsi
manusia Freudian, hampir semuanya sependapat
bahwa pengaruh psikologi mempunyai dampak
signifikan pada perilaku pengambilan keputusan.
Selanjutnya, tekanan dan pengaruh sosial mung-
kin menyebabkan manajer membuat keputusan
yang tidak rasional.[159] Eksperimen konformitas
yang dilakukan oleh Solomon Asch menunjukkan
[159] Sigmund Freud. A General Introduction to Psychoanalysis.And see you too, Psycho-Analysis and Faith: The Letters of Sig-mund Freud and Oskar Pfister. Trans. Eric Mosbacher. HeinrichMeng and Ernst L. Freud. eds London: Hogarth Press and the Insti-tute of Psycho-Analysis, 1963.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
483
ketidakrasionalan manusia. Studinya mengguna-
kan 7 kelompok dengan masing-masing 9 subjek.
Mereka diberitahu bahwa tugas mereka adalah
membandingkan panjang garis. Semua kecuali
satu 'subjek' dalam setiap kelompok mempunyai
eksperimenter yang diatur sebelumnya agar ada
12 jawaban yang salah dari 18 percobaan
penilaian garis. Sekitar 37 persen dari 123 maha-
siswa yang naif menyerah pada tekanan kelom-
pok dan memberikan jawaban yang salah pada 12
situasi tes. Dengan kata lain, lebih dari sepertiga
subjek eksperimen memberikan jawaban yang
mereka tahn adalah salah. Jika lebih dari seper-
tiga subjek Asch mengonformasikan kondisi
"benar dan salah", "hitam dan putih" dengan
membandingkan panjang garis, maka kesimpulan
logis adalah dunia nyata yang "kelabu" ini penuh
dengan konformis tidak rasional. Memerlukan
sedikit imajinasi untuk menyamakan garis Asch
dengan alternatif keputusan manajemen. Seperti-
nya terdapat sedikit keraguan mengenai
pentingnya alternatif keputusan manajemen. Se-
lain itu, terdapat banyak dinamika psikologi lain-
nya. Misalnya, terdapat kecenderungan pembuat
keputusan tetap pada alternatif keputusan yang
buruk meskipun ada kemungkinan bahwa sesuatu
dapat diubah. Staw dan Ross mengidentifikasi
empat alasan utama mengapa fenomena ini ter-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
484
jadi. Fenomena ini disebut eskalasi komitmen,
yang terjadi karena:
a. Karakteristik proyek. Hal ini mungkin
alasan utama untuk keputusan eskalasi.
Karakterist & tugas atau proyek seperti
keuntungan atau investasi tertunda atau
masalah temporer mungkin menyebabkan
pengambil keputusan tetap atau mening-
katkan komitmen pada tindakan yang
salah.
b. Determinan psikologi. Jika keputusan
menjadi buruk, manajer mempunyai ke-
salahan pemprosesan informasi (meng-
gunakan faktor bias atau mengambil
risiko lebih daripada pembenaran), karena
pembuat keputusan melibatkan egonya,
maka informasi negatif diabaikan dan
perisai pertahanan pun dibangun.
c. Kekuatan sosial. Mungkin pengambil
keputusan mendapat tekanan dari rekan
kerja dan atau mereka perlu memper-
tahankan gengsi sehingga mereka terus
atau mengeskalasi komitmen untuk tinda-
kan yang salah.
d. Determinan organisasi. Bukan hanya
karakteristik proyek yang mengalami
eskalasi keputusan yang buruk-begitu
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
485
juga kegagalan dalam komunikasi, dis-
fungsi politik, dan bertahan pada peruba-
han.
Penelitian terbaru mendukung eskalasi
komitmen sebagai hubungan pelengkap interaktif
antara prediktor sunk cost (misalnya, dikarenakan
sejumlah waktu dan jam yang dihabiskan sebe-
lumn pembuat keputusan menjadi terhambat se-
cara psikologis) dan penyelesaian proyek (misal-
nya, memutuskan untuk terus menghabiskan
waktu dan uang akan meningkatkan kemungki-
nan penyelesaian proyek yang sukses). Tentu
saja, orang yang sepenuhnya tidak rasional, di-
gambarkan oleh Freud terlalu ekstrem akan
tetapi, eskalasi komitmen dan dinamika manusia
lain yang dibahas pada buku ini menunjukkan
bahwa terdapat sedikit keraguan mengenai per-
anan penting bahwa kompleksitas manusia d dan
memainkan peranan penting dalam pengambilan
keputusan manajemen. Beberapa perilaku mana-
jemen tidak rasional, tetapi masih sangat realistis.
Misalnya, penulis dan koleganya melakukan dua
studi yang menunjukkan bahwa subjek dengan
pengalaman di laboratorium dan lapangan yang
tidak memiliki banyak pengalaman komputer le-
bih terpengaruh dalam aktivitas keputusan den-
gan informasi yang disajikan oleh komputer dari-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
486
pada dengan informasi yang disajikan oleh
prosedur laporan nonkomputer. Sebaliknya, ken-
yataan yang berkebalikan berlaku pada subjek
dengan pengalaman komputer. Dengan kata lain,
aktivitas pilihan sang pembuat keputusan dipen-
garuhi, sekalipun dengan tipe format informasi
yang disajikan kepada mereka. Manajer tanpa
pengalaman komputer mungkin masih diintimi-
dasi oleh teknologi informasi dan lebih menghar-
gainya, sementara orang dengan pengalaman TI
mungkin sangat skeptis dan meremehkan ke-
pentingannya.
4. Model Rasionalitas Terbatas dari Simon. Untuk
mempresentasikan model rasionalitas ekonomi
yang lebih realistis, Herbert Simon mengajukan
Mode1 alternatif. Dia merasa bahwa perilaku
pengambilan keputusan manajemen dapat
dideskripsikan sebagai berikut:[160]
a. Dalam memilih alternatif, manajer beru-
saha meminimalkan kepuasan, atau mencari
sesuatu yang memuaskan atau "cukup ba-
gus." Contoh kriteria kepuasan minimal
adalah keuntungan yang memadai atau sa-
ham pasar dan harga yang adil.
[160] Simon. Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
487
b. Mereka menyadari bahwa dunia yang
mereka rasakan merupakan model dunia
nyata yang disederhanakan secara drastis.
Mereka puas dengan penyederhanaan
tersebut karena mereka yakin dunia nyata
adalah kosong.
c. Karena mereka mengejar kepuasan minimal
daripada yang maksimal, mereka dapat
membuat pilihan tanpa menentukan semua
kemungkinan alternatif perilaku dan tanpa
memastikan bahwa ini sudah mencakup
semua alternatif.
d. Karena mereka memperlakukan dunia itu
kosong, mereka dapat membuat keputusan
hanya dengan metode pengalaman atau trik
perdagangan atau kekuatan kebiasaan. Tek-
nik tersebut tidak menuntut kemustahilan
dari kapasitas pemikiran mereka.
Dalam perbandingannya dengan model rasionali-
tas ekonomi, model Simon juga rasional dan
maksimal, tetapi terbatas. Pembuat keputusan
berakhir dengan kepuasan minimal karena
mereka tidak mempunyai kemampuan untuk
memaksimal-kan. Kasus pemaksimalan perilaku
di-rangkum dengan menyatakan bahwa tujuannya
adalah dinamis, bukan statis; informasi kurang
sempurna; terdapat sasasan waktu dan biaya;
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
488
tawaran altematif kurang disukai; dan efek ke-
kuatan lingkungan tidak dapat diabaikan. Model
Simon menyatakan keterbatasan ini. Asumsi
model rasionalitas ekonomi tradisional dipandang
tidak realistis. Tetapi dalam analisis akhir, terda-
pat perbedaan antara model rasionalitas ekonomi
dan model Simon karena dalam beberapa situasi
pendekatan minimalis meningkat, sementara
dalam kondisi lain, minimalisasi dan maksi-
malisasi merupakan hal yang jauh berbeda. Ban-
yak variabel ekonomi, sosial, dan organisasi me-
mengaruhi tingkat di mana minimalisasi kepua-
san menjadi maksimal. Contoh variabel eko-
nomimya adalah struktur pasar. Semakin kom-
petitif pasar, minimali-sasi kepuasan semakin
maksimal. Dalam pasar komoditi agrikultur,
minimalisasi perlu berubah menjadi maksi-
malisasi. Pada umumnya, ekonom menyadari
bahwa dalam lingkungan yang sepenuhnya kom-
petitif, maksimalisasi keuntungan membuat peru-
sahaan dapat bertahan. Dengan demikian, pem-
buat keputusan harus memaksimalkan keputusan.
Dalam pasar oligopolistik (misalnya, industri
otomotif dan baja), minimalisasi berbeda dengan
maksimalisasi. Perusahaan oligopolistik dapat
bertahan dalam keuntungan atau saham pasar.
Mereka tidak harus berjalan pada titik di mana
biaya marjinal sama dengan pendapatan marji-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
489
nal.. Dalam kenyataannya, mereka mungkin ter-
hindar dari maksimalisasi. Selain batasan pasar
ekonomi, dalam praktiknya terdapat banyak rin-
tangan sosial yang mencegah maksimalisasi. Be-
berapa rintangan sosial tersebut tidak disadari
oleh pembuat keputusan organisasi. Contohnya
adalah daya tahan terhadap perubahan, keinginan
akan status, memerhatikan citra, politik, or-
ganisasi, dan kebodohan. Sebaliknya, pembuat
keputusan mungkin secara sadar menghindari
maksimalisasi secara sadar. Contoh perilaku
mencakup keputusan yang mengecilkan hati pe-
serta kompetisi atau investigasi yang menentang
penggabungan industri, mengendalikan permin-
taan serikat , atau mempertahankan kepercayaan
konsumen.
5. Heulistik Penilaian dan Model Bias. Bazerman
menyatakan bahwa model rasionalitas terbatas
dari Simon dan konsep minimalisasi merupakan
perluasan penting dari model rasionalitas eko-
nomi, tetapi model tersebut tidak mendiskripsi-
kan bagaimana penilaian akan dibiaskan. Dengan
demikian, lebih jauh mengenai model rasionalitas
terbatas, pada bidang perilaku organisasi muncul
model kognitif yang bias sistematis memengaruhi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
490
penilaian.[161] Heuristik penilaian dan model bias
berasal dari Kahneman and Tversky, ahli teori
yang menyatakan bahwa pembuat keputusan
mengandalkan heuristik (penyederhanaan strategi
atau metode berdasarkan pengalaman). [162] Ber-
sama dengan Herbert Simon, seorang ahli teori
keputusan perilaku, Daniel Kahneman (dan jika
belum meninggal pada tahun 1996 juga bersama
kolabornya Amos Tversky) memenangkan hadiah
Nobel atas karyanya pada tahun 2002. Mereka
menekankan bahwa pembuat keputusan memper-
timbangkan keadilan, kejadian masa lalu, keen-
ganan untuk rugi, dan bagaimana keputusan
dibingkai, yang dulunya diabaikan para eko-
nom.[163] Sebagai contoh saat Kahneman dan
Tversky secara hipotesis memutuskan langkah
untuk menangani penyakit, banyak yang memilih
langkah yang menyelamatkan 80 persen orang
daripada langkah yang membunuh 20 persen.[164]
Heuristik penilai tersebut mengurangi permintaan
[161] Max H. Bazerman. Judgment in Managerial Decision Making.Published by Judith Joseph. Hardcover - March 18, 2005. ISBN-13:978-0471684305 ISBN-10: 0471684309 Edition: 6th. 2005.[162] Daniel Kahneman; Amos Tversky. Econometrica Prospect The-ory: An Analysis of Decision under Risk, Vol. 47, No. 2. (Mar.,1979), pp. 263-292.Stable URL:http://links.jstor.org/ sici Economet-rica is currently Published by The Econometric Society.[163] Daniel Kahneman. Ibid.[164] Daniel Kahneman. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
491
kebutuhan informasi pembuat keputusan dan se-
cara nyata membantu dengan cara berikut ini:
a. Merangkum pengalaman masa lalu dan
memberikan metode yang mudah untuk
mengevaluasi masa sekarang.
b. Mengganti metode berdasarkan pengala-
man atau "prosedur operasi standar" untuk
mengumpulkan dan menghitung informasi
yang lebih kompleks.
c. Menyelamatkan aktivitas mental dan proses
kogniti.
11.3. Gaya Pengambilan Keputusan
Selain model rasionalitas keputusan, pendekatan
lain untuk perilaku pengambilan keputusan berfokus
pada gaya yang digunakan manajer dalam memilih al-
ternatif. Misalnya, contoh tipologi gaya keputusan yang
menggunakan manajer sebagai representatif mengiden-
tifikasi:
a. Karismatik (antusias, menarik, banyak bicara,
dominan): Richard Bronson dari Virgin Atlantic
atau Herb Kelleher, pendiri Southwest Airlines;
b. Pemikir (kekuatan otak, pintar, logis, akademis):
Michael Dell dari Dell Computer dan Bill Gates
dari Microsoft;
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
492
c. Skeptis (banyak permintaan, mengganggu, tidak
menyenangkan, suka melawan): Steve Case dari
AOL-Time Warner atau Tom Siebel dari
pengembang perangkat Siebel Systems;
d. Pengikut (tanggung jawab, berhati-hati, mengi-
kuti tren, tawar-Menawar) Peter Coors dari Co-
ors Brewery atau Carly Fiorina dari Hewlett
Packard; dan
e. Pengendali (logis, tidak emosional, bijaksana,
cermat, akurat, analitis): Mantan CEO Ford
Jacques Nasser atau Martha Stewart dari Omni-
media) Gaya-gaya ini merefleksikan sejumlah
dimensi psikologi termasuk bagaimana pembuat
keputusan merasakan apa yang terjadi di sekitar
mereka dan bagaimana mereka memproses in-
formasi. direktif, analitik, konseptual, dan peri-
laku.
Gaya lain dalam pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
1. Gaya Direktif. Pembuat keputusan gaya direktif
mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas,
dan berorientasi pada tugas dan masalah teknis.
Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien,
logis, pragmatis dan sistematis dalam meme-
cahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga
berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala se-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
493
suatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada
tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka
pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin
mengontrol, dan menampilkan gaya kepemimpi-
nan otokratis.
2. Gaya Analitik. Pembuat keputusan gaya analitik
mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambigui-
tas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis.
Jenis ini suka menganalisis situasi; pada ken-
yataannya, mereka cenderung terlalu menganal-
isis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak
informasi dan alternatif darpada pembuat kepu-
tusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu
lama untuk mengambil kepuputusan mereka mer-
espons situasi baru atau tidak menentu dengan
baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya
kepemimpinan otokratis.
3. Gaya Konseptual. Pembuat keputusan gaya kon-
septual mempunyai toleransi tinggi untuk ambi-
guitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkun-
gan sosial. Mereka berpandangan luas dalam
memecahkan masalah dan suka mempertimbang-
kan banyak pilihan dan kemungkinan masa men-
datang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu
dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat
sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan
intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat
keputusan konseptual juga berani mengambil
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
494
risiko dan cenderung bagus dalam menemukan
solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi,
pada saat bersamaan, mereka dapat membantu
mengembangkan pendekatan idealistis dan keti-
dakpastian dalam pengambilan keputusan.
4. Gaya Perilaku. Pembuat keputusan gaya perilaku
ditandai dengan toleransi ambiguitas yang ren-
dah, orang yang kuat dan peduli lingkungan
sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja
dengan baik dengan orang lain dan menyukai
situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat.
Mereka cenderung menerima saran, sportif dan
bersahabat, dan menyukai informasi verbal dari-
pada tulisan. Mereka cenderung menghindari
konflik dan sepenuhnya peduli dengan keba-
hagiaan orang lain. Akibatnya, pembuat kepu-
tusan mempunyai kesulitan untuk berkata tidak
kepada orang lain, dan mereka tidak membuat
keputusan yang tegas, terutama saat hasil kepu-
tusan akan membuat orang sedih.
Penelitian menunjukkan bahwa pembuat kepu-
tusan cenderung mempunyai lebih dari satu gaya domi-
nan. Pada umumnya, manajer mengandalkan dua atau
tiga gaya keputusan, dan hal ini akan bervariasi menurut
pekerjaan, tingkat kerja, dan budaya. Gaya tersebut dapat
digunakan untuk menentukan kekuatan dlan kelemahan
pembuat keputusan. Misalnya, pembuat keputusan anali-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
495
tis membuat keputusan yang cepat, tetapi mereka juga
cenderung otokrat dalam cara melakukan sesuatu. Sama
halnya, pembuat keputusan konseptual bersifat inovatif
dan berani mengambil risiko, tetapi mereka sering tidak
tegas. Gaya ini membantu menjelaskan mengapa mana-
jer yang berbeda membuat keputusan yang berbeda sete-
lah mengevaluasi informasi yang sama. Secara keseluru-
han, analisis gaya pembuat keputusan berguna dalam
memberikan pemikiran mengenai bagaimana mengha-
dapi berbagai gaya pengambilan keputusan.
11.4. Teknik Pengambilan Keputusan
1. Teknik Partisipatif. Kebanyakan teknik berori-
entasi pada perilaku, setidaknya secara tra-
disional, masuk dalam kategori partisipatif. Se-
bagai teknik pengamhilan keputusan, partisipatif
mencakup individu atau kelompok dalam proses
dapat dilakukan secara formal maupun informal,
dan memerlukan keterlibatan intelektual,
emosional, dan fisik. Sejumlah partisipasi dalam
pengambilan keputusan berkisar dari tidak ada
partisipasi pada satu sisi, di mana manajer mem-
buat keputusan dan tidak meminta bantuan atau :
dari siapapun, sampai partisipasi penuh pada sisi
lainnya, di mana setiap orang yang berhubungan
Jan terpengaruh oleh keputusan, sepenuhnya ter-
libat. Dalam praktiknya, tingkat partisipasi diten-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
496
tukan, oleh faktor pengalaman individu atau
kelompok dan sifat tugas. Semakin banyak pen-
galaman, semakin terbuka, serta semakin tidak
terstrukturnya tugas, partisipasi di dalamnya pun
semakin banyak. Partisipasi semakin diminati
dalam organisasi. Teknik partisipasi telah dibi-
carakan sejak awal gerakan hubungan manusia.
Dan sekarang, karena tekanan kompetisi, elimi-
nasi hubungan, herarki bawahan-atasan, dan
munculnya tim, struktur horisontal, dan teknologi
informasi terbatas, maka organisasi, tim, dan
manajer individu secara efektif menggunakan
teknik tersebut: misalnya, melalui penggunaan
teknologi informasi, insinyur Raython di Dallas
dihadapkan dengan keputusan teknis. Setelah
mencari masalah yang sesuai dengan proyek per-
pustakaan online, insinyur tersebut mengirim e-
mail ke koleganya yang berkantor di West Coast
yang mencoba menjawab pertanyaan yang sama
dan mereka bersama-sama memecahkan masalah
tersebut. Teknik partisipasi diterapkan secara in-
formal pada individu atau tim atau secara formal
pada program. Teknik partisipasi individu adalah
di mana karyawan memengaruhi pengambilan
keputusan manajer. Partisipasi kelompok meng-
gunakan teknik konsultasi dan demokrasi. Mana-
jer meminta dan menerima keterlibatan karyawan
dalam partisipasi konsultasi, tetapi manajer
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
497
mempertahankan hak untuk membuat keputusan.
Dalam bentuk demokrasi, terjadi partisipasi total,
dan kelompok, bukan per individu, membuat
keputusan akhir dengan konsensus atau suara ter-
banyak. Terdapat banyak atribut positif clan
negatif dari pengambilan keputusan partisipasi.
Menyeimbangkan atribut tersebut dalam menge-
valuasi keefektifan pengambilan keputusan par-
tisipasi merupakan hal yang sulit karena keterli-
batan faktor-taktor seperti gaya kepemimpinan
atau kepribadian. Faktor situasional, lingkungan,
dan kontekstual serta ideology. Meskipun terda-
pat juga dukungan penelitian umum, bentuk tek-
nik partisipasi yang berbeda mempunyai hasil
yang berbeda. Misalnya, partisipasi informal
mempunyai efek positif pada produktivitas dan
kepuasan karyawan; partisipasi representasi
mempunyai dampak positif pada kepuasan, tetapi
tidak pada produktivitas; dan partisipasi jangka
pendek tidak efektif pada kedua criteria. Persoa-
lanya adalah kecenderungan terhadap pseudo-
partisipasi (partisipasi palsu). Banyak manajer
meminta partisipasi, tetapi saat bawahan
menanggapinya dengan memberi saran atau coba
memberi masukan pada sebuah keputusan,
mereka diabaikan dan tidak pernah menerima
umpan balik apa pun. Dalam beberapa kasus,
manajer mencoba membuat orang terlibat dalam
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
498
tugas, tetapi tidak dalam proses pengambilan
keputusan. Hal ini dapat menyebabkan bumerang
pada kepuasan karyawan. Jika manajer
menginginkan partisipasi karyawannya, tetapi ti-
dak pernah melibatkan mereka secara intelektual
atau emosional serta tidak pernah menggunakan
saran mereka, maka hasilnya negatif. Partisipasi
juga menghabiskan waktu dan mempunyai be-
berapa kerugian umum seperti pelemparan tang-
gung jawab. Akan tetapi, dari sudut pandang per-
ilaku, keuntungan pengambilan keputusan par-
tisipasi lebih banyak daripada kerugiannya.
Mungkin keuntungan terbesarnya adalah teknik
partisipasi pengambilan keputusan menyatakan
bahwa setiap orang dapat membuat kontribusi
signifikan terhadap pencapaian sasaran or-
ganisasi.
2. Teknik Keputusan Kelompok. Sejauh ini, kema-
juan yang terjadi dalam pengambilan keputusan
selama beberapa tahun belakan ini dikarenakan
teknologi informasi. Sistem informasi mana-
jemen (SIM), sistem pendukung keputusan ter-
komputerisasi, data warehousing dan mining, dan
sistem canggih dan para ahli semakin banyak
digunakan untuk membantu manajer membuat
keputusan yang lebih baik. Pendekatan berdasar-
kan informasi mempunyai dampak dan kesuk-
sesan besar. Akan tetapi terdapat beberapa ke-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
499
simpulan penelitian terbaru yang mengindikasi-
kan bahwa teknologi informasi mungkin bukan
solusi akhir untuk pengambilan keputusan yang
efektif.
Kreativitas pengambilan keputusan dapat dit-
erapkan pada individu atau kelompok karena
pengambilan keputusan individu membantu pen-
gambilan keputusan dalam organisasi saat ini,
maka pemahaman dinamika kelompok dan tim,
menjadi relevan dengan pengambilan keputusan,
sebagai contoh, pembahasan masalah dan
fenomena kesesuaian nilai dan etika kelompok
seperti perubahan risiko (bahwa kelompok
mungkin membuat keputusan lebih berisiko dari-
pada anggota individu) membantu seseorang
memahami kompleksitas pengambilan keputusan
kelompok dengan lebih baik. Kenyataannya, be-
lakangan ini sejumlah skema keputusan sosial
muncul dari penelitian psikologi sosial. Skema
tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Skema kemenangan mayoritas. Skema
yang lazim digunakan kelompok sampai
kepada keputusan yang didukung oleh
mayoritas. Skema ini muncul untuk me-
mandu pengambilan keputusan saat tidak
ada keputusan yang benar secara objektif.
Contohnya adalah model mobil apa yang
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
500
dibuat saat berbagai model populer belum
diuji dalam "pengadilan" pendapat pub-
lik.
b. Skema kemenangan sebenarnya. Saat se-
makin banyak informasi diberikan dan
pendapat dibahas dalam skema ini,
kelompok menyadari bahwa ada satu
pendekatan yang benar secara objektif.
Misalnya, kelompok memutuskan apakah
penggunaan nilai tes untuk menyeleksi
karyawan akan berguna dan apakah in-
formasi nilai tersebut mampu mem-
prediksi kinerja.
c. Skema mayoritas dua per tiga. Skema ini
sering digunakan juri yang cenderung
menghukum terdakwa saat dua per tiga
juri menyetujui.
d. Aturan perubahan pertama. Skema ini,
kelompok cenderung mengguna-kan
keputusan yang mencerminkan perubahan
pertama dalam pendapat yang diekspresi-
kan anggota kelompok. Jika kelompok
produsen mobil terbagi dalam kelompok
memproduksi mobil touring atau tidak,
maka kelompok cenderung melakukan ide
awal setelah salah satu kelompok yang
awalnya menolak ide tersebut menyetujui
perubahan. Jika juri mengalami jalan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
501
buntu, anggota akhirnya mengikuti ketua
juri untuk mengubah posisi. Selain skema
tersebut, terdapat juga fenomena lain
seperti kecenderungan status quo (saat in-
dividu atau kelompok dihadapkan dengan
keputusan, mereka menolak perubahan
dan cenderung bertahan dengan tujuan
atau rencana yang ada) yang memenga-
ruhi pengambilan keputusan kelompok.
Saran seperti berikut ini dapat digunakan untuk
membantu mengurangi dan melawan kekuasaan
status quo dan dengan demikian keputusan
kelompok menjadi lebih efektif. Saran tersebut
sebagai berikut:
a. Saat segalanya berjalan dengan baik, pem-
buat keputusan sebaiknya tetap mewaspadai
dan meninjau kemungkinan alternatif.
b. Sungguh baik jika memiliki kelompok
terpisah yang mengawasi lingkungan,
mengembangkan teknologi baru, dan
menghasilkan ide baru.
c. Untuk mengurangi kecenderungan men-
gabaikan informasi negatif jangka panjang,
manajer sebaiknya mengumpulkan skenario
kasus yang buruk dan prediksi yang menca-
kup biaya jangka panjang.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
502
d. Membuat checkpoint dan batasan untuk se-
mua rencana.
e. Ketika batasan sudah dilewati, perlu mem-
punyai tinjauan rencana lain yang inde-
penden atau terpisah.
f. Nilailah orang berdasarkan cara mereka
mengambil keputusan, bukan hanya pada
keputusannya, terutama ketika hasil di luar
kontrol.
g. Menekankan kualitas proses pengambilan
keputusan tidak berarti sebaiknya manajer ti-
dak menampilkan konsistensi keberhasilan
saat keadaan belum menunjukkan perubahan.
h. Organisasi dapat menetapkan tujuan, insen-
tif, dan sistem pendukung yang mendorong
eksperimen dan pengambilan risiko.
Selain panduan sederhana di atas, teknik kepu-
tusan kelompok seperti Delphi dan pengelompo-
kan nominal juga dapat digunakan untuk mem-
bantu menghilangkan disfungsi kelompok dan
membantu membuat keputusan yang lebih efek-
tif.
3. Teknik Delphi. Meskipun Delphi pertama kali
dikembangkan bertahun-tahun yang lalu di peru-
sahaan Rand Corporation, tetapi teknik tersebut
baru dipopulerkan belakangan ini sebagai teknik
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
503
pengambilan keputusan kelompok untuk prediksi
jangka panjang. Saat ini, berbagai organisasi bis-
nis, pendidikan, pemerintahan, kesehatan, dan
militer menggunakan Delphi. Tidak ada teknik
keputusan yang dapat memprediksi masa depan
sepenuhnya, tetapi teknik Delphi sepertinya se-
baik bola kristal dalam meramal.[165] Teknik ini,
yang dinamakan seperti ramalan di Delphi pada
masa Yunani kuno, mempunyai beberapa variasi,
tetapi umumnya bekerja sebagai berikut:
a. Sebuah kelompok (biasanya terdiri dari para
ahli, tetapi dalam kasus ini bukan para ahli
pun mungkin sengaja menggunakannya)
dibentuk, tetapi anggota tidak berinteraksi
langsung (tatap muka) satu sama lain. Den-
gan demikian, biaya pengeluaran untuk
mempertemukan kelompok dapat dikurangi.
b. Setiap anggota diminta membuat prediksi
atau input tanpa mencantumkan nama untuk
keputusan kelompok.
c. Setiap anggota k'emudian menerima umpan
balik gabungan dari orang lain. Dalam be-
berapa variasi, alasan dkcantumkan (tanpa
[165] Martin Hilbert, Ian Miles and Julia Othmer (2009), Foresighttools for participative policy-making in inter-governmental proc-esses in developing countries: Lessons learned from the eLAC Pol-icy Priorities Delphi, Technological Forecasting and SocialChange, 15(2), 880-896
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
504
nama), tetapi kebanyakan hanya data dan
daftar gabungan yang digunakan.
d. Pada umpan balik, dilakukan babak lain dari
input anonim. Pengulangan terjadi pada se-
jumlah waktu yang telah ditetapkan atau
sampai umpan balik gabungan tetap sama,
yang berarti setiap orang masuk dalarn posi-
sinya.
Kunci utama keberhasilan teknik ini adalah
anonimitasnya. Meneruskan respons anggota ke-
lompok Delphi yang tanpa nama menghapus ma-
salah "menjaga gengsi" dan mendorong para ahli
untuk lebih fleksibel dan diuntungkan dari
penilaian orang lain. Pra ahli mungkin lebih me-
merhatikan pembelaan posisi mereka daam tek-
nik pengambilan keputusan kelompok yang ber-
interaksi secara tradisional dari ada membuat
keputusan yang baik.
Banyak organisasi membuktikan diri sukses den-
gan teknik Delphi. Weyerhaeuser, perusahaan
suplai bangunan, menggunakan teknik tersebut
untuk memprediksi apa yang akan terjadi pada
bisnis konstruksi, dan G1axoSmithKline, manu-
faktur obat, menggunakan teknik tersebut untuk
mempelajari ketidakpastian obat. TRW, perusa-
haan berorientasi teknologi yang sangat beragam,
mempunyai 14 panel Delphi, masing-masing 17
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
505
anggota. Panel menyarankan produk dan layanan
yang mempunyai potensi pemasaran dan mem-
prediksi perkembangan teknologi dan peristiwa
politik, ekonomi, sosial, Jan budaya yang signifi-
kan. Selain aplikasi bisnis, teknik berhasil
digunakan pada berbagai masalah dalarn pemer-
intahan, pendidikan, kesehatan, dan militer. Den-
gan kata lain, Delphi dapat diterapkan pada ber-
bagai perencanaan program dan masalah kepu-
tusan dalarn berbagai organisasi.
Kritik utama terhadap teknik Delphi berpusat
pada konsumsi waktu, biaya, clan efek papan
Ouija. Kritik tersebut mengimplikasikan bahwa
Delphi tidak memiliki basis atau dukungan
ilmiah. Untuk menghadapi kritik tersebut, Rand
berusaha menvalidasi Delphi melalui eksperimen
terkontrol. Peusahaan mengatur panel non-ahli
yang menggunakan teknik Delphi untuk men-
jawab pertanyaan, "Berapa banyak suara untuk
Lincoln ketika dia pertama kali menjadi presi-
den?" dan "Berapa harga rata-rata yang diterima
petani untuk apel pada tahun 1940?" Pertanyaan
khusus ini digunakan karena rata-rata orang tidak
tahu jawaban yang tepat, tetapi mengetahui sub-
jeknya. Hasil studi menunjukkan bahwa
perkiraan awal oleh panel non-ahli hampir benar,
tetapi dengan teknik umpan balik anonim. Del-
phi, perkiraan akan lebih mendekati.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
506
4. Teknik Kelompok Nominal. Berhubungan dekat
dengan Delphi adalah pendekatan kelompok
nominal untuk pengambilan keputusan kelom-
pok. Kelompok nominal telah digunakan oleh
ahli psikologi sosial dalam penelitian mereka se-
lama bertahun-tahun. Kelompok nominal hanya-
lah "kelompok di atas kertas". Ini hanya nama
kelompok karena tidak ada interaksi verbal anta-
ranggota. Dalam penelitian dinamika kelompok,
ahli psikologi sosial akan mengadu kelompok
yang berinteraksi dengan kelompok nominal (se-
buah kelompok individu yang dikumpulkan ber-
sama-sama, tetapi tidak berinteraksi secara ver-
bal). Dalam konteks jumlah ide, keunikan ide,
dan kualitas ide, penelitian menemukan bahwa
kelompok nominal lebih unggul dibanding
kelompok riil. Kesimpulan umum adalah kelom-
pok yang berinteraksi mempunyai disfungsi ter-
tentu yang menghalangi kreativitas. Sebagai con-
toh, sebuah studi menemukan bahwa kinerja pe-
serta dalam kelompok interaktif lebih serupa dan
lebih sesuai daripada kinerja kelompok nominal."
Akan tetapi, kompleksitas bertambah ketika se-
buah studi terbaru menemukan bahwa (1) kelom-
pok interaktif lebih memerhatikan input anggota
berkinerja paling tinggi dan (2) kelompok in-
teraktif mempunyai kinerja pada tingkat terbaik
dari sejumlah individu yang sama.18 Tetapi, kec-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
507
uali untuk mendapatkan ide, efek anggota
kelompok yang berinteraksi'diketahui memiliki
efek positif yang lebih signifikan pada sejumlah
variabel.. Saat pendekatan kelompok nominal
murni dikembangkan menjadi teknik khusus un-
tuk pengambilan keputusan dalam organisasi,
pendekatan ini dinamakan nominal group tech-
nique (NGT) dan terdiri dari langkah berikut ini:
a. Pembangkitan ide yang tidak terucapkan
melalui tulisan.
b. Umpan balik round-robin dari anggota
kelompok, yang mencatat setiap ide dalam
frasa pendek pada flip chart atau papan tu-
lis.
c. Pembahasan setiap ide yang tercatat untuk
klarifikasi dan evaluasi.
d. Voting individu mengenai ide prioritas,
dengan keputusan kelompok diambil secara
matematis menurut rating".
Perbedaan antara pendekatan tersebut dan
metode Delphi adalah anggota NGT biasanya
diperkenalkan satu sama lain, mempunyai kontak
langsung, dan berkomunikasi secara langsung
dalam langkah ketiga. Meskipun diperlukan le-
bih banyak penelitian, terdapat beberapa bukti
bahwa kelompok NGT muncul dengan lebih
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
508
banyak ide daripada kelompok yang berinteraksi
secara tradisional dan melakukan dengan lebih
baik, atau sedikit lebih baik, daripada kelompok
yang menggunakan Delphi. Sebuah studi mene-
mukan bahwa kelompok NGT mencapai kinerja
pada tingkat akurasi yang sama dengan anggota
yang paling pandai, akan tetapi, studi lain mene-
mukan bahwa kelompok NGT tidak memiliki
kinerja, kelompok pesertanya secara pervasif
juga menyadari permasalahan kelompok dan saat
di mana tidak ada orang dominan yang mengha-
langi orang lain untuk mengomunikasikan ide.
Sebuah studi menemukan bahwa individu yang
bekerja sendiri dan kemudian masuk dalam
kelompok nominal menjadi superior, tetapi untuk
pembangkitan ide melalui komputer, kelompok
yang utuh (seperti kelompok kerja reguler)
menghasilkan lebih banyak ide (dengan kualitas
tinggi) daripada orang yang bekerja dalam sub-
kelompok atau individu dalam kelompok nomi-
nal.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
509
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
510
BAB12
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
511
PENSIUN
12.1. Latar Belakang
Pensiun merupakan salah kegiatan pengelolaan
pegawai atau kegiatan MSDM yang sangat signifikan,
khususnya pimpinan atau manajer yang menangsni
bidang kepegawaian. Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
atau Aparatur Sipil Negara (ASN), pensiun merupakan
jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa
PNS selama bertahun-tahun bekerja dalam Dinas
Pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sifat pensiun PNS adalah sebagai “jaminan hari tua”
dan sebagai “penghargaan”. Batas Usia Pensiun (BUP)
bagi PNS adalah 58 (lima puluh delapan) tahun.[166]
PNS/ASN yang telah mencapai batas usia pensiun,
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. PNS/ASN
berhak mendapatkan pensiun, apabila telah mencapai
usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun dan
memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun. Selain berhak mendapatkan pensiun,
PNS/ASN yang telah mencapai batas usia pensiun dapat
diberikan Kenaikan Pangkat Pengabdian (KPP) setingkat
lebih tinggi, apabila:
[166] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Ten-tang Aparatur Sipil Negara.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
512
1. Sekurang-kurangnya memiliki masa kerja
sebagai PNS/ASN selama 30 (tiga puluh) tahun
secara terus menerus dan sekurang-kurangnya
telah 1 (satu) bulan dalam pengkat terakhir ;
2. Sekurang-kurangnya memiliki masa kerja
sebagai PNS selama 20 (dua puluh) tahun secara
terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 1
(satu) tahun dalam pengkat terakhir ;
3. Sekurang-kurangnya memiliki masa kerja
sebagai pegawai negeri sipil selama 10 (sepuluh)
tahun secara terus menerus dan sekurang-
kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pengkat
terakhir.
Selain itu kriteria ini pun berlaku bagi PNS yang
meninggal dunia, dikarenakan PNS yang meninggal
dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS. Dalam perjalanannya walapun
seorang PNS berhak mendapatkan pensiun, tetapi tidak
semua PNS dapat diberikan kenaikan pangkat
pengabdian, walaupun PNS tersebut telah mengabdikan
dirinya selama bertahun-tahun dalam dinas pemerintah.
Terdapat 3 (tiga) jenis masa kerja, yang ketiga jenis
masa kerja ini menentukan apakah seorang PNS berhak
diberikan pensiun dan dapat diberikan kenaikan pangkat
pengabdian atau tidak. Ketiga jenis masa kerja ini yaitu
Masa Kerja Pegawai Negeri (MKPN), Masa Kerja
Golongan (MKG) dan Masa Kerja Pensiun (MKP).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
513
Pengertian
Pengertian Pensiun sendiri ada bermacam-macam
tergantung sistem/metode yang digunakan dalam pelak-
sanaaanya dan tempat atau organisasi yang menerap-
kannya. Pengertian pensiun sebagaimana tertuang dalam
undang-undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian pasal 10 disebutkan bahwa pensiun
adalah jaminan hari tua dan balas jasa terhadap pegawai
negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya
kepada negara.[167] Pensiun ialah seseorang yang sudah
tidak bekerja lagi karena usianya yang sudah lanjut dan
harus diberhentikan, ataupun atas permintaan sendiri
(pensiun dini).[168] Pegawai Negeri adalah setiap warga
Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak
bekerja lagi sebagai pegawai negeri dengan mendapat-
kan penghasilan yang teratur.
Masa Pensiun merupakan masa yang akan diha-
dapi oleh seorang Pegawai bagi yang bekerja pada in-
[167] Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-pokokKepegawaian Pasal 10.[168] Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
514
stansi pemerintah, swasta, maupun lembaga BUMN.
Pensiun dilaksanakan untuk menjamin produktivitas
kerja suatu instansi atau perusahaan agar tetap seimbang
mengingat semakin bertambahnya usia maka produktivi-
tas kerjanya pun akan menurun. Dengan adanya program
pensiun maka perencanaan pembinaan masa depan seo-
rang pegawai setelah pensiun dapat terjamin.
12.2. Manfaat
Program Pensiun merupakan bagian dari program
kesejahteraan yang diharapkan bisa memberikan ke-
tenangan PNS dalam bekertja dan mampu memotivasi
untuk meningkatkan produktivitas karena adanya suatu
jaminan hidup di masa yang akan datang. Sesuai dengan
ketentuan Undang Undang Nomor 11 Tahun 1969 Pasal
1 dinyatakan pensiun diberikan sebagai jaminan hari tua
dan penghargaan atas jasa-jasa pegawai selama berta-
hun-tahun bekerja dalam dinas pemerintahan.[169] Den-
gan demikian dapat dikatakan bahwa sifat pensiun PNS
adalah sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan
atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun
bekerja dalam dinas pemerintah.
Sedangkan manfaat pensiun PNS sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992
tentang Peraturan Dana Pensiun, mendefinisikan bahwa
[169] Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang PeraturanDana Pensiun.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
515
yang dimaksud dengan manfaat pension adalah pem-
bayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada
saat dan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pen-
siun.[170] Dalam pasal 9 Undang undang Nomor 11 Ta-
huun 1969 tentang pensiun pegawai dan pensiun
janda/duda pegawai setidaknya ada 4 jenis manfaat pen-
siun, yakni:[171]
1. Manfaat pensiun normal (syarat usia 50 tahun
dan masa kerja 20 tahun)
2. Manfaat pensiun dipercepat (syarat usia 50 tahun
dan masa kerja 10 tahun)
3. Manfaat pensiun ditunda (syarat masa kerja 10
tahun dan usia belum mencapai 50 tahun)
4. Manfaat Pensiun cacat
12.3. Masa Kerja Pegawai
Masa kerja pegawai negeri yaitu masa bekerja
sebagai PNS secara terus menerus mulai dari yang
bersangkutan diangkat menjadi Calon PNS (CPNS)
sampai dengan yang bersangkutan meninggal dunia atau
mencapai batas usia pensiun dan tidak terputusnya
sebagai PNS. Walaupun pada isian formulir pensiun dan
kenaikan pangkat pengabdian tidak terdapat kolom masa
[170] Undang-undang nomor 11 Tahun 1992. Ibid.[171] Undang undang Nomor 11 Tahuun 1969 tentang pensiun pega-wai dan pensiun janda/duda pegawai
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
516
kerja pegawai tetapi kegunaan penghitungan masa kerja
pegawai yaitu sebagai penentu apakah seorang PNS
dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian atau tidak.
Berikut ini adalah analisa penghitungannya bedasarkan
peraturan-peraturan dibidang kepegawaian.
Teknis perhitungan bagi PNS yang telah
mencapai Batas Usia Pensiun /Meninggal Dunia
menggunakan rumus : Terhitung Mulai Tanggal Batas
Usia Pensiun/Meninggal Dunia – Terhitung Mulai
Tanggal Calon Pegawai Negeri Sipil.
Analisa rumus tersebut berdasarkan peraturan-
peraturan terkait tentang kepegawaian yaitu:
1. Terhitung Mulai Tanggal Batas Usia Pensiun
ditelaah dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 90,
Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 87 ayat (1) huruf c yaitu: a. 58 (lima puluh
delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi; b.60
(enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan
Tinggi; c. sesuai dengan ketentuan peraturan pe-
rundang-undangan bagi Pejabat Fungsional.[172]
“Usia pegawai negeri untuk penetapan hak atas
pensiun ditentukan atas dasar tanggal kelahiran
yang disebut pada pengangkatan pertama sebagai
pegawai negeri menurut bukti-bukti yang sah.
[172] Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur SipilNegara Pasal 90Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalamPasal 87 ayat (1).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
517
Apabila mengenai tanggal kelahiran itu tidak
terdapat bukti-bukti yang sah, maka tanggal
kelahiran atas umur pegawai ditetapkan
berdasarkan keterangan dari pegawai yang
bersangkutan pada pengangkatan pertama itu,
dengan ketentuan bahwa tanggal kelahiran atau
umur termaksud kemudian tidak dapat diubah
lagi untuk keperluan penentuan hak atas pensiun
pegawai”.
2. Terhitung Mulai Tanggal Meninggal dunia
ditelaah dari Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1979 tentang pemberhentian PNS, Pasal
13 “Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia
dengan sendirinya dianggap diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil”.
3. Pengurangan pada Terhitung Mulai Tanggal
Calon Pegawai Negeri Sipil ditelaah dari
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 12 tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri
Sipil, romawi VI “Masa bekerja sebagai PNS
secara terus menerus adalah masa kerja yang
dihitung sejak diangkat menjadi Calon Pegawai
Negeri Sipil sampai dengan yang bersangkutan
meninggal dunia atau mencapai Batas Usia
Pensiun, kecuali masa cuti diluar tanggungan
negara dan tidak terputusnya sebagai Pegawai
Negeri Sipil”.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
518
Masa Kerja Golongan (MKG) merupakan masa
kerja yang dihitung dari seorang pegawai negeri sipil
diberikan kenaikan pangkat terakhir sampai pegawai
negeri sipil tersebut mencapai BUP atau meninggal
dunia ditambah dengan masa kerja yang tertera didalam
surat keterangan pangkat terakhir. Kegunaan
penghitungan masa kerja golongan yaitu sebagai penentu
gaji pokok. Dikarenakan yang menentukan besarnya
pensiun adalah gaji pokok terakhir sebulan sebelum
pegawai yang bersangkutan pensiun berdasarkan
peraturan gaji dan pangkat yang berlaku.
Teknis perhitungan bagi Pegawai Negeri Sipil
yang telah mencapai Batas Usia Pensiun dan meninggal
dunia tidak berbeda, yaitu : Terhitung Mulai Tanggal
Batas Usia Pensiun – Terhitung Mulai Tanggal Pangkat
terakhir + Masa Kerja yang tertera dalam Surat
Keputusan Pangkat terakhir
Masa Kerja Pensiun (MKP) yaitu masa kerja yang
dihitung mulai dari Calon Pegawai Negeri Sipil sampai
terhitung mulai tanggal pensiun ditambah masa kerja
sebelumnya jika ada. Kegunaan penghitungan masa
kerja pensiun yaitu untuk menetapkan hak dan besarnya
pensiun pegawai negeri sipil. Perlu diingat bagi pegawai
negeri sipil yang meninggal dunia apakah janda/duda
nya telah menikah lagi atau belum, dikarenakan
janda/duda yang telah menikah lagi maka yang
bersangkutan tidak dapat diberikan hak pensiun
janda/duda.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
519
Teknis perhitungan bagi Pegawai Negeri Sipil
yang telah mencapai Batas Usia Pensiun/Meninggal
Dunia menggunakan rumus: Terhitung Mulai Tanggal
Pensiun – Tterhitung Mulai Tanggal Calon Pegawai
Negeri Sipil + Masa Kerja sebelumnya (jika ada) Analisa
rumus tersebut berdasarkan peraturan-peraturan terkait
tentang kepegawaian yaitu :
1. Terhitung Mulai Tanggal Pensiun) ditelaah dari
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang
Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda
Pegawai, Pasal 13.1 “Pensiun pegawai yang
berhak diterima diberikan mulai bulan berikutnya
pegawai negeri yang bersangkutan diberhentikan
sebagai pegawai negeri”.
2. Pengurangan pada Terhitung Mulai Tanggal
Calon Pegawai Negeri Sipil ditelaah dari
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 12 tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Kenaikan Pangkat PNS, romawi VI
“Masa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
secara terus menerus adalah masa kerja yang
dihitung sejak diangkat menjadi Calon Pegawai
Negeri Sipil sampai dengan yang bersangkutan
meninggal dunia atau mencapai BUP, kecuali
masa cuti diluar tanggungan negara dan tidak
terputusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil”.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
520
3. Penambahan masa kerja sebelumnya jika ada
ditelaah dari Undang-Undang Nomor 11 tahun
1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun
Janda/Duda Pegawai, Pasal 6 “Masa kerja yang
dihitung untuk menetapkan hak dan besarnya
pensiun untuk selanjutnya disebut masa kerja
untuk pensiun adalah :
a. Waktu bekerja sebagai Pegawai Negeri.
b. Waktu bekerja sebagai anggota Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia.
c. Waktu bekerja sebagai tenaga
bulanan/harian, dengan menerima
penghasilan dari Anggaran Negara atau
Anggaran Peerusahaan Negara, Bank
Negara.
d. Masa selama menjalankan kewajiban
berbakti sebagai Pelajar dalam Pemerintah
Republik Indonesia pada masa perjuangan
phisik (dihitung 2 kali).
e. Masa berjuang sebagai Veteran pembela
Kemerdekaan.
f. Masa berjuang sebagai Veteran perjuangan
Kemerdekaan (dihitung 2 kali).
g. Waktu bekerja sebagai pegawai pada
sekolah Partikelir bersubsidi.
Dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 98
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
521
Tahun 2000 tentang Pengadaan PNS, Pasal 13 (1) Masa
kerja yang diperhitungkan penuh untuk penetapan gaji
pokok pengangkatan pertama adalah :
1. Selama menjadi PNS, kecuali selama
menjalankan;
2. Selama menjadi Pejabat Negara;
3. Selama menjalankan tugas pemerintahan;
4. Selama menjalankan kewajiban untuk membela
negara;
5. Selama menjadi pegawai/ karyawan perusahaan
milik pemerintah.
EVALUASI KINERJA PEGAWAI
BAB13
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
522
2.3. Latar Belakang
Setiap organisasi baik organisasi pemerintah
maupun perusahaan swasta pasti menghendaki agar
pegawainya memiliki kinerja yang baik, supaya dapat
mendukung pencapaian tujuan organisasi.[173] Untuk
menciptakan pegawai yang memiliki kinerja baik me-
merlukan suatu sistem yang dapat mengevaluasi kinerja
pegawai, yang dikenal dengan “evaluasi atau penilaian
kinerja pegawai”. Namun demikian “evaluasi kinerja”
pegawai yang dimiliki oleh organisasi mempunyai ban-
yak permasalahan, yang seringkali diragukan dapat men-
ingkatkan kinerja pegawai. Karena saat ini terjadi ban-
yak perubahan di bidang, politik, ekonomi, sosial, bu-
daya, teknologi dan bisnis, maka organisasi perlu meru-
muskan kembali sistem evaluasi kinerja pegawai agar
sesuai dengan kondisi saat ini.
Banyak organisasi merasa potensi pegawainya
tak berkembang, setidaknya tak sebagus ketika mereka
diseleksi masuk organisasi. Padahal evaluasi yang dila-
kukan berdasarkan sistem penilaian kinerja yang mereka
terapkan. Namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Sejatinya kualitas pegawai sangat ditentukan dari
potensi yang dimiliki oleh tiap pegawai itu sendiri. Na-
mun sebagus apapun potensi yang dimiliki oleh pegawai,
tidak akan berkembang kalau tidak dibarengi dengan sis-
[173] Budi Supriyatno, Performance Evaluation, Media Brilian,2014. P.3.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
523
tem evaluasi yang bagus pula. Untuk itu kedua pihak
yaitu organisasi dan pegawai harus dapat berinteraksi
dengan baik. Agar kedua pihak bisa bekerja sama den-
gan baik, maka harus ada kejelasan dan konsistensi
dalam menerapkan sistem yang disepakati dalam
evaluasi yang diterapkan, kurun waktu evaluasi dimana
tiap pegawai dilihat performance dan produktivitasnya.
Sejatinya evaluasi kinerja pegawai merupakan
fungsi kunci untuk melaksanakan Manajemen Sumber-
daya Manusia (MSDM) secara efektif. Namun dalam
banyak kondisi, fungsi evaluasi kinerja hanya dipandang
sebelah mata oleh para pengambil kebijakan dalam or-
ganisasi dan dianggap sebagai ritual tahunan. Mereka
beranggapan bahwa kegiatan evaluasi kinerja
menghabiskan begitu banyak waktu, dan sebagian besar
para pegawai dan eksekutif dalam organisasi tidak begitu
menyukainya, meskipun mereka berkepentingan secara
langsung terhadap fungsi tersebut. Evaluasi kinerja me-
rupakan alat yang baik untuk meningkatkan kinerja or-
ganisasi, namun untuk menjadikan aktivitas yang dapat
berfungsi dengan efektif, bukanlah sebuah pekerjaan
yang sederhana.
Tidak tepatnya sistem evaluasi kinerja dan pan-
dangan bahwa evaluasi kinerja hanya sebagai acara ritual
tahunan merupakan ciri-ciri praktik evaluasi kinerja yang
tidak efektif. Perencanaan penilaian, pelatihan dan bimb-
ingan yang terus-menerus, dan memotivasi personalia
pelaksana evaluasi adalah ciri-ciri praktik evaluasi
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
524
kinerja yang efektif. Sementara memfokuskan evaluasi
pada aspek perilaku, menekankan perbaikan pelaksanaan
pekerjaan dan kontribusi terhadap pengembangan sistem
secara seimbang serta melakukan evaluasi dengan stan-
dar absolut merupakan ciri-ciri praktik evaluasi kinerja
yang mengacu pada kualitas.
Begitu juga, sistem pendukung evaluasi yang ti-
dak efektif memiliki karakteristik buruknya sistem ko-
munikasi evaluasi dan sistem yang tidak dimonitoring.
Sistem evaluasi kinerja yang efektif ditandai dengan
adanya dukungan “top manajemen” atau pimpinan pun-
cak. Pimpinan tertinggi ikut berperan serta dalam
kegiatan evaluasi kinerja dengan tujuan strategis or-
ganisasi serta peninjauan evaluasi secara terus-menerus
akan menghasilkan evaluasi kinerja yang baik. Sedang-
kan sistem pendukung evaluasi kinerja yang mengacu
pada kualitas ditandai dengan melakukan evaluasi dan
menyerahkan tanggung-jawab evaluasi kepada manajer.
Agar evaluasi kinerja menjadi efektif, setiap individu
yang terlibat dalam organisasi harus memiliki cara pan-
dang yang sama mengenai tujuan dari evaluasi kerja
yang dilakukan.
Dalam rangka melakukan evaluasi kinerja agar
berjalan dengan efektif, beberapa hal yang perlu diper-
hatikan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan evaluasi harus sudah ditetapkan di awal.
2. Instrumen evaluasi jelas.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
525
3. Standar evaluasi harus ditetapkan terlebih dahulu
sebagai acuan evaluasi dengan tujuan mengu-
rangi ketidakpuasan orang yang di evaluasi.
4. Menetapkan siapa yang mengevaluasi.
5. Menetapkan siapa yang dievaluasi.
6. Waktu penilaian yaitu kapan harus mengevaluasi.
7. Melakukan pelatihan bagi pengevaluasi untuk
mendapatkan pemahaman yang sama atas in-
strument evaluasi.
8. Umpan balik dan mengimplikasikan evaluasi.
Pengertian Evaluasi Kinerja
Dalam membahas Evaluasi Kinerja, sebelumnya
perlu memahami pengertian tentang Evaluasi Kinerja
terlebih dahulu, tujuannya untuk menyamakan bahasa.
Beberapa pengertian Evaluasi atau Penilaian Kinerja
menurut para ahli sebagai berikut yaitu:
1. Schuler & Jackson, (1996:3), dalam bukunya
Managing Human Resource, Penilaian Kinerja
adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang
mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat
yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan
hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya
adalah untuk mengetahui seberapa produktif seo-
rang karyawan dan apakah ia bisa berkinerja
sama atau lebih efektif pada masa yang akan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
526
datang, sehingga karyawan, organisasi, dan
masyarakat semuanya memperoleh manfaat.[174]
2. Robbin, (2006) dalam bukunya Management.
Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
merupakan salah satu tolok ukur kinerja individu.
Ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian
kinerja individu, yakni: (a) tugas individu; (b)
perilaku individu; dan (c) ciri individu.[175]
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak
berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan
kepuasan kerja dan kompensasi, serta
dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan dan
sifat individu. Dengan demikian kinerja individu
dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara
pekerjaan dan kemampuan.[176]
3. Menurut Mondy & Noe (2005) penilaian kinerja
adalah tinjauan formal dan evaluasi kinerja
individu atau tugas tim.[177]
4. Menurut Dessler (2003) penilaian kinerja adalah
mengevaluasi kinerja relatif karyawan saat ini
[174] Susan E. Jackson, and Randal S. Schuler, Managing HumanResource, Published by Cengage Learning, London. Edition 11th ,June 16, 2011. P.3[175] Robbins, S. P. & Coulter, M. (2006). Management (8th Ed.).United States: Prentice Hall.[176] Robbins. Ibid.[177] Mondy, R. Wayne Robert M. Noe, in Colaboration With SahneR. Premeux. 1996. Human Resource Management. 6th Ediition.Published by : Ipper Saddle River, N.J.:Prentice Hall. ISBN:0132298325 (alk,paper). P.270.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
527
dan/atau di masa lalu terhadap standar
prestasinya.[178]
5. Menurut Byars dan Rue (1997), evaluasi kinerja
adalah untuk pembuatan keputusan administra-
tive yang berkaitan dengan promosi, pemberhen-
tian, pemutusan hubungan kerja dan peningkatan
upah berdasarkan atas jasa karyawan.[179]
6. Menurut Penulis evaluasi kinerja adalah suatu
proses yang dilakukan secara formal dan terstruk-
tur untuk mengukur, menilai, yang berkaitan
dengan perilaku pegawai dalam menjalankan tu-
gas atau pekerjaan yang diembannya dalam or-
ganisasi. Lihat Gambar. 13.1. Pengertian
Evaluasi Kinerja dibawah ini.
[178] Dessler, Gary (2000): Human Resource Management, Interna-tional Edition, 8th Ed. Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, NewJersey.[179] Byars,L and Rue,L.W. (1997). Human Resource Management,5th Edition. Irwin, Chicago.
PROSES FORMALDAN STRUKTUR
MENGUKUR MENILAI
TUGAS/PEKERJAANDALAM OR-GANISSASI
EVALUASI
KINERJA
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
528
Gambar 13.1. Evaluasi Kinerja
oleh Budi Supriyatno
Permasalahan Evaluasi Kinerja
Permasalahan yang sering dihadapi oleh or-
ganisasi berkaitan dengan evaluasi kinerja, biasanya sis-
tem evaluasi yang diterapkan kurang dipahami oleh
pegawai dan pimpinannya. Sehingga pegawai cendrung
melihat daerah evaluasi sebagai daerah yang tidak jelas,
bahkan tak jarang sistem evaluasi memicu permusuhan
dan kecurigaan antara atasan dengan bawahan sebagai
pelaku yang dinilai dan menilai. Permasalahan evaluasi
kinerja tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Hanya memfokuskan pada kinerja individu dan
terpisah dari sasaran organisasi.
2. Atasan merupakan orang yang paling berhak
dalam mengelola pegawai.
3. Merupakan sistem yang terpisah dengan sumber
daya lainnya.
4. Hanya merupakan kegiatan administrative.
5. Terlalu menitik beratkan pada pengalaman masa
lalu.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
529
Sedangkan Menurut Mondy & Noe,
Permasalahan dalam melakukan Evaluasi Kinerja
adalah:[180]
1. Kurangnya objektivitas. Salah satu kelemahan
metode evaluasi kinerja tradisional adalah
kurangnya objektivitas. Dalam metode rating
scale, misalnya, faktor-faktor yang lazim diguna-
kan seperti sikap, loyalitas dan kepribadian
adalah faktor-faktor yang sulit diukur. Peng-
gunaan faktor-faktor yang terkait dengan peker-
jaan (job related factors) dapat meningkatkan ob-
jektivitas.
2. Bias “Hallo error”. Bias “Hallo error” terjadi
bila penilai mempersepsikan satu faktor sebagai
kriteria yang paling penting dan memberikan
penilaian umum baik atau buruk berdasarkan fak-
tor tunggal ini.
3. Terlalu “longggar” / terlalu “ketat”. Penilai ter-
lalu “longggar” (leniency) kecenderungan mem-
beri nilai tinggi kepada yang tidak berhak, penilai
memberi nilai lebih tinggi dari seharusnya.
Penilai terlalu “ketat” (strictness) terlalu kritis
atas kinerja seorang pekerja (terlalu “ketat”
dalam memberikan nilai). Penilaian yang terlalu
ketat biasanya terjadi bila manajer tidak mem-
punyai definisi atau batasan yang akurat tentang
berbagai faktor penilaian.
[180] Mondy & Noe. Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
530
4. Kecenderungan memberikan nilai tengah. Ke-
cenderungan memberi nilai tengah (Central ten-
dency), terjadi bila pekerja di beri nilai rata-rata
secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala
penilaian, Biasanya, penilai memberi nilai tengah
karena ingin menghindari kontroversi atau kritik.
5. Bias perilaku terbaru. Bias perilaku terbaru (re-
cent behavior bias) , perilaku atau kinerja yang
paling akhir akan lebih mudah diingat daripada
perilaku yang telah lama. Penilai cenderung lebih
banyak menilai kinerja yang tampak menjelang
atau pada saat proses penilaian dilakukan. Seha-
rusnya penilaian kinerja mencakup periode waktu
tertentu.
6. Bias pribadi (stereotype). Penyelia yang melaku-
kan penilaian bisa saja memiliki bias yang ber-
kaiatan dengan karakteristik pribadi pekerja
seperti suku, agama, gender atau usia. Meskipun
ada peraturan atau undang-undang yang melin-
dugi pekerja, diskriminasi tetap menjadi masalah
dalam penilain kinerja.
2.4. Sasaran Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja yang baik tidak saja menge-
valuasi kinerja pegawai, tetapi juga mengembangkan dan
memotivasi pegawai sehingga hal-hal yang harus
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
531
disepakati oleh organisasi dalam hal ini diwakili oleh
penyelia atau penilai maupun pegawai adalah :
1. Penyelia/penilai maupun pegawai harus menge-
tahui bidang prestasi yang dievaluasi.
2. Penyelia memberikan kesempatan karyawan un-
tuk mengevaluasi dirinya sendiri.
3. Mempertemukan hasil evaluasinya dengan pen-
yelianya. Terjadi proses tawar menawar dan ko-
munikasi kedua belah pihak untuk mencapai
saling keterbukaan dan saling pengertian men-
genai bidang yang sudah cukup dan bidang yang
masih perlu dikembangkan.
Efektifitas dari evaluasi kinerja di atas yang di-
kategorikan beberapa macam tujuan evaluasi kinerja ini
tergantung dalam sasaran bisnis strategis yang ingin di-
capai. Oleh sebab itu evaluasi kinerja diintegrasikan
dengan sasaran-sasaran strategis karena berbagai alasan,
yaitu:[181]
1. Mensejajarkan tugas individu dengan tujuan or-
ganisasi yaitu, menambahkan deskripsi tindakan
yang harus diperlihatkan pegawai dan hasil-hasil
yang harus mereka capai agar suatu strategi da-
pat hidup.
[181] Susan E. Jackson, and Randal S. Schuler, (2011). ManagingHuman Resource, Published by Cengage Learning, London. Edition11th , June 16, 2011. P.35.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
532
2. Mengukur kontribusi masing-masing unut kerja
dan masing-masing pegawai.
3. Evaluasi kinerja memberi kontribusi kepada tin-
dakan dan keputusan-keputusan administratif
yang mempetinggi dan mempermudah strategi.
4. Penilaian kinerja dapat menimbulkan potensi un-
tuk mengidentifikasi kebutuhan bagi strategi dan
program-program baru.
Sedangkan yang bertanggungjawab melakukan
dan mengkoordinasikan evaluasi kinerja adalah Biro Ke-
pegawaian atau Departemen SDM. Karena Biro/ Depar-
temen ini yang bertugas pengelolaan pegawai atau
Manajemen Sumber Daya Manusia.[182]
Dismpaing itu, dalam persoalan siapa yang akan
melakukan evaluasi pegawai secara umum di kenal
evaluasi informal dan evaluasi formal, dengan rincian
sebagai berikut:
1. Evaluasi informal. Penilai informal adalah
penilai melakukan evaluasi mengenai kualitas
kerja dan pelayanan yang diberikan oleh masing-
masing pegawai baik atau buruk. Penilaian ini
adalah masyarakat, konsumen, dan rekan.
2. Evaluasi formal. Penilaian formal adalah seseo-
ran atau komite yang mempunyai wewenang
formal menilai bawahannya di dalam maupun di
[182] Budi Supriyatno, Performance Evaluation, Media Brilian,2014. P.6.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
533
luar pekerjaan dan berhak menetapkan kebijak-
sanaan selanjutnya terhadap setiap individu
pegawai.
Sedangkan menurut Mondy & Noe dalam keban-
yakan organisasi, departemen sumber daya manusia ber-
tanggung jawab untuk mengkoordinasikan desain dan
pelaksanaan program penilaian kinerja. Orang yang
mungkin ditunjuk adalah:[183]
1. Atasan langsung. Atasan langsung bertanggung-
jawab untuk menilai kinerja karena dialah yang
setiap saat dapat mengamati para karyawan.
2. Bawahan. Bawahan berada dalam posisi yang te-
pat untuk menilai efektivitas mana-
jerial. Pendukung pendekatan ini percaya bahwa
atasan sangat menyadari kebutuhan kelompok
kerja dan dapat membuat pekerjaan lebih
baik. Sebaliknya, kritikus khawatir bahwa bawa-
han takut akan pembalasan.
3. Peers. Kekuatan utama untuk menilai kinerja
adalah rekan kerja, yang memiliki kinerja dan
pandangan yang khas, terutama dalam tugas-
tugas tim.
4. Evaluasi diri. Jika karyawan memahami tujuan
dan kriteria untuk evaluasi, mereka memiliki
posisi yang baik untuk menilai kinerja mereka
sendiri.
[183] Mondy & Noe.Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
534
5. Pelanggan. Organisasi menggunakan pendekatan
ini karena hal ini menunjukkan komitmen terha-
dap pelanggan, karena karyawan adalah pe-
megang tanggung-jawab.
Dasar dan Unsur Evaluasi
1. Dasar Evaluasi. Dasar evaluasi adalah uraian
pekerjaan dari setiap individu pegawai karena
dalam uraian pekerjaan inilah ditetapkan tugas
dan tanggung jawab yang akan dilakukan oleh
setiap pegawa. Secara umum standar berarti apa
yang akan dicapai sebagai ukuran untuk evaluasi.
Secara garis besar standar dibedakan atas dua :
1) Tangible standard. yaitu sasaran yang da-
pat ditetapkan alat ukurnya atau standarnya.
2) Intangible standard, yaitu sasaran yang ti-
dak dapat ditetapkan alat ukur atau stan-
darnya.
2. Unsur yang dievaluasi.
1) Kesetiaan. Evaluasi mengukur kesetian
pegawai terhadap pekerjaannya, ja-
batannya, dan organisasi.
2) Prestasi kerja. Evaluasi menilai hasil kerja
baik kualitas maupun kuntitas yang dapat
dihasilkan pegawai tersebut dari uraian
pekerjaannya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
535
3) Kejujuran. Pengevaluasi menilai kejujuran
dalam melaksanakan tugas-tugasnya me-
menuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.
4) Kedisiplinan. Pengevaluasi mengevaluas
disiplin pegawai dalam memaruhi peraturan
yang ada dan melakukan pekerjaannya se-
suai dengan instruksi yang diberikan
kepadanya.
5) Kreativitas. Pengevaluasi mengevaluas
kemampuan pegawai dalam mengembang-
kan kretivitasnya untuk menyelesaikan
pekerjaanya, sehingga bekerja lebih ber-
daya guna dan berhasil guna.
6) Kerja sama. Pengevaluasi mengevaluasi
kesediaan karyawan berpartisipasi dan
bekerja sama dengan karyawan lainnya se-
cara vertical atau horizontal di dalam mau-
pun diluar pekerjaan sehingga hasil peker-
jaan akan semakin baik.
7) Kepemimpinan. Pengevaluasi mengevaluasi
kemampuan untuk memimpin, berpenga-
ruh, mempunyai pribadi yang kuat dihor-
mati, berwibawa, dan dapat memotivasi
orang lain.
8) Kepribadian. Pengevaluasi mengevaluasi
karyawan dari sikap perilaku, kesopanan,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
536
periang, disukai memberi kesan menye-
nangkan.
9) Prakarsaa. Pengevaluasi mengevaluasi
kemampuan berfikir yang orisinal dan ber-
dasarkan inisiatif sendiri untuk menganal-
isis, menilai, menciptakan, memberikan
alas an.
10) Kecakapan. Pengevaluasi mengevaluasi
kecakapan karyawan dalam menyatukan
dan menyelaraskan bermacam-macam ele-
men yang semuanya terlibat di dalam
penyusunan kebijaksanaan dan did lam
situasi manajemen.
11) Tanggung jawab. Pengevaluasi menge-
valuasi kesediaan karyawan dalam mem-
pertanggungjawabkan kebijaksanaannya,
pekerjaan, dan hasil kejanya. Lihat Gambar
13.2. Unsur yang dievaluasi.
2.PRESTASIKERJA
1.KESETIAAN
3.KEJUJURAN
4.KEDISIPLINAN
5.KREATIFITAS
6.KERJASAMA7.KEPEMIMPINAN
8. KEPRIBADIAN
9. PRAKARSA
10. KECAKAPAN
11.TANGGUNGJAWAB
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
537
Gambar 13.2. Unsur-Unsur Yang Dievaluasi dalam
Evaluasi Kinerja Pegawai
oleh Budi Supriyatno
Sedangkan aspek yang dievaluasi adalah :
1. Kemampuan Teknis, yaitu kemampuan meng-
gunakan pengetahuan, metode, teknik, dan pera-
latan yang dipergunakan untuk melaksanakan tu-
gas, serta pengalaman dan pelatihan yang
diperolehnya.
2. Kemampuan Konseptual, yaitu kemampuan un-
tuk memahami kompleksitas perusahaan dan
penyesuaian bidang gerak dari unit masing-
masing ke dalam bidang operasional perusahaan
secara menyeluruh, yang pada intinya individual
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
538
tersebut memahami tugas, fungsi, serta tanggung
jawabnya sebagai seorang karyawan.
3. Kemampuan Hubungan Interpersonal, yaitu ke-
mampuan untuk bekerjasama dengan orang lain,
memotivasi karyawan, melakukan negosiasi, dan
lain-lain.
Periode Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja biasanya dilakukan secara
berkala dalam interval waktu tertentu. Pada sebagian
besar organisasi, penilaian dilakukan satu atau dua kali
dalam setahun. Pada umumnya, pekerja pertama kali di
evaluasi menjelang berakhirnya masa percobaan.
Mengevaluasi para karyawan baru beberapa kali selama
tahun pertama mereka bekerja, juga merupakan praktek
yang lazim dilakukan.
Karakteristik Sistem Evaluasi Kinerja
Menurut Mondy & Noe, karakteristik sistem
evaluasi kinerja yang efektif, adalah:
1. Kriteria yang terkait dengan pekerjaan. Kriteria
yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan
harus berkaitan dengan pekerjaan / valid.
2. Ekspektasi Kinerja. Sebelum periode penilaian,
para manajer harus menjelaskan secara gam-
blang tentang kinerja yang diharapkan kepada
pekerja.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
539
3. Standardisasi. Pekerja dalam kategori peker-
jaan yang sama dan berada di bawah organisasi
yang sama harus dinilai dengan menggunakan
instrumen yang sama.
4. Penilaian yang Cakap. Tanggung jawab untuk
menilai kinerja karyawan hendaknya dibe-
bankan kepada seseorang atau sejumlah orang,
yang secara langsung mengamati paling tidak
sampel yang representatif dari kinerja itu. Untuk
menjamin konsistensi penilaian, para penilai
harus mendapatkan latihan yang memadai.
5. Komunikasi Terbuka. Pada umumnya, para
pekerja memiliki kebutuhan untuk mengetahui
tentang seberapa baik kinerja mereka.
6. Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian.
Setiap pekerja harus memperoleh akses terha-
dap hasil penilaian. Kerahasiaan akan menum-
buhkan kecurigaan. Menyediakan akses terha-
dap hasil penilaian memberikan kesempatan
karyawan untuk mendeteksi setiap kesala-
hannya.
7. Proses Pengajuan Keberatan (due process).
Dalam hubungannya dengan pengajuan keber-
atan secara formal atas hasil penilainnya,
penetapan due process merupakan langkah
penting.
Syarat dan Langkah Evaluasi Kinerja
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
540
Syarat Evaluasi Kinerja sebagai berikut :
1. Cara melakukan evaluasi harus jujur, adil, objek-
tif, dan mempunyai pengetahuan mendalam ten-
tang unsur yang akan dievaluasi supaya
eva;luasinya sesuai dengan realitas/fakta yang
ada.
2. Evaluasi hendaknya mendasarkan pada benar
atau salah, baik atau buruk, terhadap unsur-unsur
yang dievaluasi sehingga hasil evaluasinya jujur,
adil, dan objektif.
3. Metode Evaluasi tidak boleh mendasarkan
penilaiannya atas fisis rasa supaya evaluasi bukan
didasarkan atas suka atau tidak suka.
4. Pimpinan atau pejabat yang ditugasi untuk
mengevaluasi harus mengetahui secara jelas
uraian pekerjaan dari setiap karyawan yang akan
dievaluainya supaya hasil evaluasinya dapat
dipertanggung jawabkan dengan baik.
5. Pejabat yang melakukan evaluasi harus mem-
punyai kewenangan formal, supaya mereka dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
6. Pejabat yang melakukan evaluasi harus jujur dan
adil.
Langkah Evaluasi Kinerja
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
541
Menurut Ivancevich (1987) dalam, Organizational
Level Stress Management Interventions: A review and
Recommendation, menyatakan kemampuan menghasil-
kan data yang akurat dan reliable akan meningkat jika
mengikuti suatu proses sistematis yang terdiri dari 6
(enam) langkah, yaitu:[184]
1. mengadakan standar kinerja untuk setiap posisi
dan kriteria evaluasinya.
2. mengadakan kebijaksanaan evaluasi kinerja
berkaitan dengan kapan penilaian dilakukan,
seberapa sering dan siapa yang harus menilai.
3. memiliki penilai yang mengumpulkan data
kinerja karyawan.
4. memiliki penilai yanag mengevaluasi kinerja
karyawan.
5. mendiskusikan evaluasi tersebut dengan kary-
awan.
6. membuat keputusan dan menyimpan hasil
evaluasi tersebut.
2.5. Metode Evaluasi
Metode evaluasi yang yang umum diterapkan
oleh organisasi untuk sistem evaluasi kinerja pegawai ini
[184] Ivancevich, J.M. & Matteson. Organizational Level stressmanagement Interventions: A review and Recommendations. Journalof organizational Behavioral Management, 81, 1987.229-248.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
542
biasanya dilakukan dengan bantuan metode sebagai
berikut :
1. Metode Skala Penilaian Grafik. Metode ini
menggunakan skala yang mendaftarkan sejumlah
ciri (seperti mutu dan kehandalan) dan kisaran
kinerja (dari yang tidak memuaskan sampai yang
luar biasa memuaskan) setiap jabatan. Pegawai
kemudian dinilai dengan mengidentifikasi skor
yang sesuai dan menggambarkan kinerja untuk
masing-masing ciri. Nilai yang ditetapkan untuk
ciri-ciri itu kemudian dijumlahkan.
2. Metode Peringkatan Alternasi. Metode ini den-
gan cara membuat peringkat dari karyawan yang
terbaik sampai terjelek berdasarkan ciri tertentu.
3. Metode Perbandingan Berpasangan. Pada me-
tode ini dibuat peringkat pegawai dengan mem-
buat peta dari semua semua pasangan pegawai
yang mungkin untuk setiap ciri (kuantitas kerja,
kualitas kerja dan lain-lain) dan menunjukkan
mana pegawai yang lebih baik dari pasangannya.
4. Metode Distribusi Paksa. Metode ini dengan
membuat peringkat pegawai sebuah kurva. Per-
sentase yang sudah ditentukan dari peserta
penilaian ditempatkan dalam berbagai kategori
kinerja.
5. Metode Insiden Kritis. Metode ini adalah mem-
buatkan catatan tentang contoh-contoh yang luar
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
543
biasa baik atau tidak diinginkan dari perilaku
yang berhubungan dengan kerja seorang pegawai
dan meninjaunya bersama pegawai tersebut pada
waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Metode Skala Penilaian Berjang-karkan Perilaku
(BARS). Suatu metode penilaian yang bertujuan
mengkombinasikan manfaat dari insiden kritis
dan oenilaian berdasarkan kuantitas dengan men-
jangkarkan skala berdasarkan kuantitas pada con-
toh-contoh naratif spesifik dari kinerja yang baik
dan kinerja yang jelek.
7. Metode Manajemen Berdasarkan Sasaran
(MBO). Metode ini meliputi penetapan tujuan
khusus yang dapat diukur bersama dengan
masing-masing pegawai dan selanjutnya secara
berkala meninjau kemajuan yang dicapai.
8. Metode Evaluasi Kategori: adalah metode yang
menuntut manajer memberi nilai untuk tingkat-
tingkat kinerja pegawai dalam formulir khusus
yang dibagi dalam kategori-kategori kinerja.
Metode-metode di atas merupakan alat bantu un-
tuk mengukur kinerja pegawai. Masing-masing metode
tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan akan
tetapi ada 5 masalah utama yang dapat merusak alat
penilaian diatas yaitu : Standar yang tidak jelas, Efek
halo (bias penilaian diakibatkan kedekatan hubungan),
kecendrungan sentral (kecendrungan menilai ditengah-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
544
tengah), terlalu longgar atau terlalu keras (kecendrungan
menilai terlalu tinggi atau terlalu rendah), Prasangka
(bias penilaian karena perbedaan karakteristik seperti
usia, ras atau jenis kelamin).
Untuk menghindari kemungkinan memberikan
penilaian yang subyektif dan meminimalisasi masalah-
masalah dalam evaluasi kinerja, banyak perusahaan yang
mulai menerapkan jalur penilaian 360 derajat. Pada
penilaian ini karyawan bukan hanya dinilai oleh ata-
sannya akan tetapi juga dinilai oleh rekan kerja, kolega,
customer, manajer lain dan bawahan. Model penilaian
360 derajat ini merupakan penilaian keroyokan dari
orang disekitar karyawan tersebut dan ini dilakukan di-
tiap level.
Menurut Mondy & Noe, ada tujuh metode
penilaian kinerja yaitu:[185]
1. Rating Scales. Menilai kinerja pegawai dengan
menggunakan skala untuk mengukur faktor-
faktor kinerja (performance factor). Misalnya
dalam mengukur tingkat inisiatif dan tanggung
jawab pegawai. Skala yang digunakan adalah 1
sampai 5, yaitu 1 adalah yang terburuk dan 5
adalah yang terbaik. Jika tingkat inisiatif dan
tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja,
[185] Mondy & Noe. Ibid.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
545
maka ia diberi nilai 3 atau 4 dan begitu seterus-
nya untuk menilai faktor-faktor kinerja lainnya.
2. Critical Incidents. Evaluator mencatat mengenai
apa saja perilaku/pencapaian terbaik dan terburuk
(extremely good or bad behaviour) pegawai.
Dalam metode ini, penilai harus menyimpan
catatan tertulis tentang tindakan-tindakan atau
prilaku kerja yang sangat positif (high favorable)
dan perilaku kerja yang sangat negatif (high
unfavorable) selama periode penilaian.
3. Essay. Evaluator menulis deskripsi mengenai
kekuatan dan kelemahan karyawan, kinerjanya
pada masa lalu, potensinya dan memberikan
saran-saran untuk pengembangan pekerja
tersebut. Metode ini cenderung lebih memusatkan
perhatian pada perilaku ekstrim dalam tugas-
tugas karyawan daripada pekerjaan atau kinerja
rutin yang mereka lakukan dari hari ke hari.
Penilaian seperti ini sangat tergantung kepada
kemampuan menulis seorang penilai.
4. Work standard. Metode ini membandingkan
kinerja setiap karyawan dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat
keluaran yang diharapkan. Standar
mencerminkan keluaran normal dari seorang
pekerja yang berprestasi rata-rata, yang bekerja
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
546
pada kecepatan atau kondisi normal. Agar standar
ini dianggap objektif, para pekerja harus
memahami secara jelas bagaimana standar yang
ditetapkan.
5. Ranking. Penilai menempatkan seluruh pekerja
dalam satu kelompok sesuai dengan peringkat
yang disusun berdasarkan kinerja secara
keseluruhan. Contohnya, pekerja terbaik dalam
satu bagian diberi peringkat paling tinggi dan
pekerja yang paling buruk prestasinya diletakkan
di peringkat paling bawah. Kesulitan terjadi bila
pekerja menunjukkan prestasi yang hampir sama
atau sebanding.
6. Forced distribution. Penilai harus “memasukkan”
individu dari kelompok kerja ke dalam sejumlah
kategori yang serupa dengan sebuah distribusi
frekuensi normal. Contoh para pekerja yang
termasuk ke dalam 10 persen terbaik ditempatkan
ke dalam kategori tertinggi, 20 persen terbaik
sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, 40
persen berikutnya ke dalam kategori menengah,
20 persen sesudahnya ke dalam kategori
berikutnya, dan 10 persen sisanya ke dalam
kategori terendah. Bila sebuah departemen
memiliki pekerja yang semuanya berprestasi
istimewa, atasan “dipaksa” untuk memutuskan
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
547
siapa yang harus dimasukan ke dalam kategori
yang lebih rendah.
7. Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS).
Evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa
jenis perilaku kerja yang mencerminkan dimensi
kinerja dan membuat skalanya. Misalnya
penilaian pelayanan pelanggan. Bila pegawai
bagian pelayanan pelanggan tidak menerima tip
dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang berarti
kinerja lumayan. Bila pegawai itu membantu
pelanggan yang kesulitan atau kebingungan, ia
diberi skala 7 yang berarti kinerjanya
memuaskan, dan seterusnya. Metode ini
mendeskripsikan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan tingkat kinerja yang diharapkan.
2.6. Manfaat Evaluasi Kinerja
Penggunaan evaluasi kinerja adalah mendorong
peningkatan kinerja. Dalam hal ini, peningkatan kinerja
digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan pegawai
mengenai bagaimana mereka bekerja dan saran yang
diperlukan untuk merubah perilaku, sikap, keahlian atau
pengetahuan. Ini merupakan tipe umpan balik yang
menjelaskan kepada pegawai tentang pekerjaan yang
diharapkan oleh manajer.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
548
Fungsi dan kegunaan yang lain dari evaluasi
kinerja dapat digunakan antara lain sebagai berikut:
1. Input untuk validasi prosedur seleksi,
2. Input untuk perencarnaan sumberdaya manusia.
3. Perbaikan kinerja pegawai.
4. Penetapan kompensasi (gaji, bonus dan lain-lain).
5. Keputusan penempatan pegawai (promosi, mutasi
dan suksesi).
6. Pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan.
7. Perencanaan karir dan pengembangan.
Sedangkan menurut Mondy & Noe (1996),
kegunaan dari evaluasi kinerja, adalah:[186]
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia.
2. Rekrutmen dan Seleksi.
3. Pelatihan dan Pengembangan
4. Perencanaan dan Pengembangan Karir.
5. Program Kompensasi.
6. Hubungan Karyawan Internal.
7. Penilaian Potensi Tenaga Kerja.
Disamping tersebut di atas, evaluasi kinerja me-
rupakan kegiatan yang secara formal dilakukan untuk
mengetahui atau menilai seberapa jauh pelaksanaan
[186] Mondy & Noe. Op.cit.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
549
kinerja masih sesuai atau tidak dengan rencana yang te-
lah disepakati.
Manfaat bagi Karyawan
Bagi karyawan yang dievaluasi, keuntungan pe-
laksanaan evaluasi kinerja adalah antara lain:
1. Dapat meningkatkan motivasi kerja yang baik.
2. Dapat meningkatkan kepuasan hidup mereka.
3. Mengetahui adanya kejelasan standard hasil
yang diterapkan mereka dalan perusahaan.
4. Sebagai umpan balik dari kinerja lalu yang
kurang akurat dan konstruktif.
5. Sebagai pengetahuan tentang kekuatan dan kele-
mahan menjadi lebih besar dari karyawan.
6. Untuk mengetahui pengembangan tantang penge-
tahuan dan kelemahan menjadi lebih besar,
membangun kekuatan dan mengurangi kele-
mahan semaksimal mungkin.
7. Dapat dipakai sebagai kesempatan untuk berko-
munikasi denngan pimpinan langsung atau atasan
langsung.
8. Dapat meningkatkan pengertian tentang nilai pri-
badi.
9. Dapat kesempatan untuk mendiskusikan perma-
salahan pekerjaan dan bagaimana mereka menga-
tasinya.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
550
10. Dapat meningkatkan pemahaman jelas dari apa
yang diharapkan dan apa yang perlu untuk dilak-
sanakan untuk mencapai harapan tersebut.
11. Dapat meningkatkann pandangan yang lebih jelas
tentang konteks pekerjaan.
12. Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan
bimbingan apa pun dorongan atau pelatihan yang
diperlukan untuk memenuhi cita-cita karyawan.
13. Dapat meningkatkan hubungan yang harmonis
dan aktif dengan atasan.
Manfaat bagi Pengevaluasi
Bagi penilai, manfaat pelaksanaan pengevaluasi
kinerja adalah:
1. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifi-
kasikan kecenderungan kinerja pegawai untuk
perbaikan manajeman selanjutnya.
2. Kesempatan untuk mengembangkan suatu pan-
dangan umum tentang pekerjaan individu dan
departemen yang lengkap.
3. Memberikan peluang untuk mengembangkan sis-
tem pengawasan baik untuk pekerjaan manajer
sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.
4. Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang
nilai pribadi.
5. Peningkatan kepuasan kerja.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
551
6. Pemahaman yang lebih baik terhadap pegawai,
tentang rasa takut, rasa grogi, harapan, dan aspi-
rasi mereka.
7. Menigkatkan kepuasan kerja baik terhadap
pegawai dari para manajer maupun dari para
pegawai.
8. Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dan pri-
oritas penilai dengan memberikan pandangan
yang lebih baik terhadap bagaimana mereka da-
pat memberikan kontribusi yang lebih besar
kepada organisasi.
9. Meningkatkan rasa harga diri yang kuat diantara
manajer dan juga para pegawai, karena telah ber-
hasil mendekatkan ide dari pegawai dengan ide
para manajer.
10. Sebagai media untuk mengurangi kesejangan
antara sasaran individu dengan sasaran kelompok
atau sasaran departemen SDM atau sasaran or-
ganisasi.
11. Kesempatan bagi para manajer untuk menjelas-
kan pada pegawai apa yang sebenarnya diingikan
oleh perusahaan dari para pegawai sehingga para
pegawai dapat mengukur dirinya, menempatkan
dirinya, dan berjaya sesuai dengan harapan dari
manajer.
12. Sebagai media untuk menigkatkan interpersonal
relationship atau hubungan antara pribadi antara
pegawai dan manajer.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
552
13. Dapat sebagai sarana menimgkatkan motivasi
pegawai dengan lebih memusatkan perhatian
kepada mereka secara pribadi.
14. Merupakan kesempatan berharga bagi manajer
agar dapat menilai kembali apa yang telah dila-
kukan sehingga ada kemungkinan merevisi target
atau menyusun prioritas kembali.
15. Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk ro-
tasi atau perubahan tugas pegawai.
Manfaat bagi Perusahaan
Bagi perusahaan, manfaat evaluasi adalah, antara
lain:
1. Dapat dipakai sebagai perbaikan seluruh simpul
unit-unit yang ada dalam perusahaan karena:
a. Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai
tujuan perusahaan dan nilai budaya perusa-
haan.
b. Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas.
c. Peningkatan kemampuan dan kemauan mana-
jer untuk menggunakan keterampilan dan
keahlian memimpinnya untuk memotivasi
karyawan dan mengembangkan kemauan dan
keterampilan pegawai.
2. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut
tugas yang dilakukan oleh masing-masing pega-
wai.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
553
3. Meningkatkan kualitas komunikasi.
4. Meningkatkan motivasi pegawai secara keseluru-
han.
5. Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
6. Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap
kegiatan yang dilakukan oleh setiap pegawai.
7. Harapan dan pandangan jangka panjang dapat
dikembangkan.
8. Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan
pengembangan yang dibutuhkan.
9. Kemampuan menemu kenali setiap permasalahan.
10. Sebagai sarana penyampaian pesan bahwa kary-
awan itu dihargai oleh organisasi.
11. Budaya perusahaan menjadi mapan.
12. Setiap kelalaian dan ketidakjelasan dalam mem-
bina sistem dan prosedur dapat dihindarkan dan
kebiasaan yang baik dapat diciptakan dan diper-
tahankan.
13. Berita baik bagi setiap orang dan setiap pegawai
akan mendukung pelaksanaan penilaian kinerja,
mau berpartisipasi secara aktif dan pekerjaan se-
lanjutnya dari penilaian kinerja akan menjadi lebih
baik.
14. Pegawai yang potensil dan memungkinkan untuk
menjadi pimpinan atau sedikitnya yang dapat
dipromosikan menjadi lebih mudah terlihat, mudah
diidentifikasikan, mudah dikembangkan lebih lan-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
554
jut, dan memungkinkan peningkatan tanggung
jawab secara kuat.
15. Jika evaluasi kinerja ini telah melembaga dan ke-
untungan yang diperoleh perusahaan menjadi lebih
besar, evaluasi kinerja akan menjadi salah satu
sarana yang paling utama dalam meningkatkan
kinerja perusahaan.
Penghargaan Kinerja
Merupakan tindak lanjut proses evaluasi kinerja
yaitu kegiatan untuk memberikan penghargaan atas
kinerja yang telah dicapai pegawai. Kegiatan tersebut
berupa promosi dan rotasi atau peningkatan kompetensi
juga termasuk pemberian bonus atau peningkatan indeks
gaji. Penghargaan seperti ini merupakan tugas dan peran
pimpinan dalam organisasi. Peranan pimpinan dalam
penghargaan kinerja pegawai misalnya :
1. Memberikan pujiandengan tulus, iklhas dan layak,
pada waktu yang tepat.
2. Memberikan tambahan tanggung jawab (beri ke-
sempatan, monitor kesulitan, dukungan, selesaikan
administrasinya).
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
555
3. Memberikan usulan promosi (kualifikasi sesuai
dengan permintaan, tidak merugikan sistem SDM
dan pegawai lain dan monitoring pengusulannya).
4. Memberikan usulan penghargaan khusus (usulan
sesuai dengan peraturan, informasi disimpan oleh
atasan, monitor pengusulan yang dilakukan).
5. Memberikan informasi untuk kenaikan merit dan
bonus (memahami keterkaitan sistem pengga-
jian/penghitungan bonus dengan hasil penilaian
kinerja, tidak melakukan justifikasi nilai demi pen-
ingkatan pendapatan, memastikan kenaikan merit
atau pemberian bonus didapat oleh bawahan jelas
alasannya).
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
[1]. Amstrong, Mechael (2007). A Handbook of Hu-
man Resource Management, 10th Edition, Pub-
lished by Kogan Page Limited, 120 Penonville
Road London. Reprinted.
[2]. Amstrong, Michael, (1997). A Handbook of Hu-
man Resource Management, 10Th Edition, Pub-
lished by Kogan Page Llimited Practice. 120
Pentonville Road, London.
[3]. Amstrong, Michael, (2007). A Handbook of Hu-
man Resource Management, 10Th Edition, Pub-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
556
lished by Kogan Page Limited Practice. 120 Pen-
tonville Road, London. NI 9JN United Kong-
dom.www.kogan. page.co.uk.
[4]. Bernardin, H. John (1993). Human Resource
Management: An Experiential Approach Pub-
lished by McGraw-Hill.
[5]. Budi Supriyatno, (2012). Peranan dan Fungsi
Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, di Era
Globalisasi, Artikel Seminar, Jakarta. 20 Juni
2012.
[6]. Budi Supriyatno, (2014). Conncep and Thing-
king Human Resource Management. Media Bri-
lian.
[7]. Cardoso Gomes, Faustino (1997), Human Re-
source Management, Second Edition, Singapore,
McGraw-Hill Book.
[8]. Cascio, Wayne (2012), Managing Human Re-
sources, Editon 9th. ISBN, 978-007829172.
ISBN: 10.0078029171. Published by McGraw-
Hill. February 3, 2012.
[9]. Chambers, John T. Chairman and Chief Execu-
tive Officer of Cisco. He has has received nu-
merous awards for his leadership over his past 19
years at the helm of Cisco, including the 2012
Bower Award for Business Leadership from the
Franklin Institute, Time Magazine’s “100 Most
Influential People,” one of Barron’s’ “World’s
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
557
Best CEOs,” the “Best Boss in America” by
20/20, one of BusinessWeek’s.
[10]. Crow, R.T and C.A. Odewahn. (1987). Manage-
ment for Human Service.Published by: Engle-
wood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
[11]. Dessler, Gary (2000): Human Resource Man-
agement, International Edition, 8th Ed. Prentice
Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.
[12]. DiLauro, TJ. ( 1979 November-December).
Training Needs Assessment Curent Practice New
Dimension Public Personnel Management.
[13]. Drennan, Lynn T and Allan McConnell (2007).
Risk and Crisis Management in the Public Sec-
tor. Published by Routledge. USA..
[14]. Edwin B. Flippo, (2008). Principles of Person-
nel Management, Mc graw-hill, the university of
Calofornia. Digitized may 17, 2008. ISBN:
007021316x. 9780070213166.
[15]. Edwin B. Flippo, Principles of Personnel Man-
agement, Mc graw-hill, the university of Calo-
fornia. Digitized may 17, 2008. ISBN:
007021316x. 9780070213166..
[16]. Edwin B. Flippo,(2008). Principles of Person-
nel Management, Mc graw-hill, the university of
Calofornia. Digitized may 17, 2008. ISBN:
007021316x. 9780070213166.
[17]. Flippo, Edwin B. (1980). Personnel Manage-
ment. Published by McGraw-Hill.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
558
[18]. Flippo,Edwin B. (2008), Principles of Personnel
Management, Mc Graw-Hill, the University of
Calofornia. Digitized may 17, 2008. ISBN:
007021316x. 9780070213166.
[19]. French, Wendell (1977). Personnel Management
Process: Human Resource Administration. Pub-
lished by Hougton Mifflin.
[20]. Gibson P. (2005). Communities of Practice : Em-
ployment on Cruise Ship. Paper Presented at the
CHME Research Conference.
[21]. Goldstein,.I.L. ( 1986). Training In Organiza-
tion: Needs Assessment Development snd evalua-
tion. Published by Pasific Grove, CA: Books-
Cole.
[22]. Gómez-Mejía, L.R.-Balkin,D.B.-Cardy, R.L.
(1995): Managing Human Resources., Prentice
Hall, Englewood Cliffs (NJ)
[23]. Gorton, M.E, (2011). The dialectics of the exit
interview : A Fresh look at conversation about
organizational disengagement, management
communication quarterly.
[24]. Greer, Charles R. (1995). Strategy and Human
Resources: a General Managerial Perspective.
New Jersey: Prentice Hall.
[25]. Greer, Charles R. (1995). Strategy and Human
Resources: a General Managerial Perspective.
New Jersey: Prentice Hall.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
559
[26]. Greer, Charles R. Strategy and Human Re-
sources: a General Managerial Perspective. New
Jersey: Prentice Hall, 1995.P. 43.
[27]. Hersey, Paul and Blanchard, Kenneth H. (1992)
Management of Organizational Behavior: Utiliz-
ing Human Resources. Published by Prentice
Hall; 6th edition edition (30 Dec 1992).
[28]. Hilton J.L., Geisher J.P., Rathe JA. Et al. (2002).
Inactivation of BRC1 and BRC2 in ovarian Can-
cer. J. Natl Cancer Inst 2002:94:1396-1406. .
[29]. J.B. Sorensen (2002), The Strength of Corparate
culture and the Reliability of Firm and Perform-
ance. Administrative Science Quarterly. Interna-
tional Journal of Human Resource Management,
11 (4), 766–788.
[30]. Jim Collins, (2001). Good to Great. Fast Com-
pany. October 2001.
[31]. John R. Schermerhon, Jr. Ohio University and
james.G. Hunt, Texas Tech University.(1997).
Organization Behaviour, Sixth Edition. ISBN : 0-
471-5416-4,604. Pages.Clth Copyright 1997.
[32]. Kaufman, H.G. ( 1978). Continuing Education
and job Performance: A Longitudinal Study.
Journal of Aplied Psychology. 63, 248-251.
[33]. Kris Cole,(2005) Management: Theory and
Practice. Edition, 3, illustrated. Published: Pear-
son Education Australia, 2005. ISBN,
1741032415.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
560
[34]. Laurence J. and Hull, Raymond (1969) The Pe-
ter Principle: Why Things Always Go Wrong.
[35]. Lyle M. Spencer & Signe M. Spencer (1993.
Competency at Work: Model for Superior Per-
formance. Published Wiley, 1st Edition. ISBN:
978-0471548096. ISBN: 47154809.
[36]. M Molenda., JA. Pershing &C.M. Reigeluth,
(1996). Designing Instructional System. In. R.I.
craig (Ed.), The Handbook: A Guide to Human
Resource Development (4th edition). P.266-293).
New York: McGraw-Hill.
[37]. Mathis, Robert L, and John H. Jackson (2003),
Human Resource Management, 10Th Edition,
Cincinnati, OH : South-Western College Publish-
ing.
[38]. McArdle, Geri. E. (1998). Conndacting a Need
Assessment. Menlo Park, CA: Crisp Publication.
P.4.And See you too, Geri. E. McArdle (2007).
Training Design & Delivery: A Guide for every
Trainer Training Manager, and Occasional
Trainer. Published by ASTD Press.2nd Edition.
[39]. McGehee, W. dan D.W. Thayer. ( 1961). Train-
ing in Business and Industry. Published by New
York: Wiley.
[40]. MCLagan, P.A., and Suhadolnik, D. (1989).
Model is HRD Practice: The reseaech. Alexan-
dria. American Society for Training Develop-
ment.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
561
[41]. Michael R Carrel and F.E. Kumits (1991) Per-
sonnel/Human, Resource Management. Pub-
lished by Macmillan USA. 4th edition November
1991.
[42]. Mick Bennett dan Andrew Bell (2004). Leader-
ship and Talent in A sia. Published by John
Wiley & Sons (Asia). Singapore. ISBN. 0-470-
82114-0
[43]. Milkovich, George and John Boudreau (1997).
Human Resource Management, 8Th Edition, Pub-
lished by McGraw Hill Education, Australia and
New Zealan.
[44]. Milkovich, George and Paul C. Nystrom,(2009).
Management in the Marketing Information
Guide, Volume 17, Publisher : Office of Distribu-
tion, business and Defanse Servic Administra-
tion, U.S. Department of Commerce, 1970.
Original from : The University of Machigan,
Digitized November 11, 2009.
[45]. Milkovich, George T. John W. Boudreau,
Caroly Milkovich (1994), Human Resource
Management, Published by Irwin.
[46]. Mondy, R. W. & Noe, R. M. (1996).Human Re-
source Management. Upper Saddle River, NJ:
Prentice-Hall.
[47]. Moses N. Kiggundu (1989). Managing Organi-
zations in Developing Countries: an Operational
and Strategic Approach. Published by Kumarian
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
562
Press, University of California. ISBN.
0931816750, 9780931816758.
[48]. N. Gemmell., R. Kneller and I. Sanz (2011). The
Timing and Persistence on Growth: Evidence
from OECD Countries. Economic Journal 121
(550).
[49]. Noe, R A, Hollenbeck, J. R, Gerh art, B. and
Wright, P.M, 2003. Human Resource Manage-
ment: Gaining a Competitive Advantage,
McGraw-Hill Companies, New York.
[50]. Paul Pigors and Charles A. Myers, (1981). Per-
sonnel Administration, Published by McGraw-
Hill Education ISE Edition, July 1, 1981.
[51]. Randy L. DeSimone, John L. Warner, and David
M. (2002). Harris. Human Resource Develop-
ment. Third edition (Book Review) Fort Word.
TX: Harcourt.
[52]. Robbins, S. P. & Coulter, M. (2006). Manage-
ment (8th Ed.). United States: Prentice Hall.
[53]. Ronald W. Rebore. (2010). Human Resource
Administration in Education: A Management.
Publised by: Pearson, 9th Edition. ISBN: 978-
0137004812. ISBN:0137004818.
[54]. Rossett, A. (1987) Training Needs Assessment.
Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology
Publications, 298 pp. and See you too. Rossett,
A. (April 1996). Training and organizational de-
velopment: siblings separated at birth. Training.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
563
[55]. Schuler, Randal.S and Jackson, Susan.E, Aug 4,
2005. Human Resource Management, Publishing
by South-Western, Diivision of thomon Learning
International Edition.
[56]. Schuler, Randal.S and Jackson, Susan.E, Aug 4,
2005. Human Resource Management, Publishing
by South-Western, Division of thomon Learning
International Edition.
[57]. Sikula, Andrew E, (2000). Personnel Administra-
tion and Human Resource Management. Pub-
lished by John Wiley 7 Sons. Inc.
[58]. Sikula, Andrew E, (2000). Personnel Administra-
tion and Human Resource Management. Pub-
lished by John Wiley 7 Sons. Inc.
[59]. Sikula,Andrew F. (1975). Personnel administra-
tion and human resources management, Pub-
lisher Wiley,1975. Original From The University
of Michigan. Digitized Aug. 26.2010.
[60]. Stoner, A.F. (1998), Human Resource Manage-
ment. New Delhi, Practice-Hall of India.
[61]. Supriyatno, Budi (2013). Human Resource Man-
agement, Publisher by Media Brilian.
[62]. Supriyatno, Budi (2014). Employee Recruitment.
Media Brilian. Indonesia.
[63]. Supriyatno, Budi (2014). Job Analysis. Media
Brilian, Second Edition February 5, 2014.
[64]. Supriyatno, Budi 2013, Human Resource Devel-
opment, Media Brilian, Indonesia.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
564
[65]. Supriyatno, Budi Pensiun Pegawai, Media Bri-
lian, 2014.
[66]. Supriyatno,Budi (1998), Change of the organiza-
tion, Media Brilian.
[67]. Supriyatno,Budi (2014). Employee Compensa-
tion, Media Brilian, 2014.
[68]. Supriyatno,Budi Human Relation, Media Brilian,
2014.
[69]. Supriyatno,Budi. (20013). Pengangkatan Pega-
wai Negeri Sipil di Indonesia, Artikel disampai-
kan Seminar Pengangkatan Pegawai, dari Pega-
wai Honorarium Kategori 1 dan 2, di Jakarta,
tanggal, 22Juli 2013.
[70]. Susan E, Jackson, and Schuler Randal S., Man-
aging Human Resource, Published by Cengage
Learning, London. Edition 11th , June 16, 2011.
[71]. Tapooy Deb, Strategic Approach to Human re-
source Management, Published by Atlantic, Pub-
lishers & Distributor, B-2 Vishal Enclave.Opp.
Rajouri Garden, New Delhi 110027, Phone
25413460, 25429987.25460842.
[72]. Tracey, William R. The Human Resources Glos-
sary, Third Edition: The Complete Desk Refer-
ence for HR Executives, Managers, and Practi-
tioners.
[73]. Train the Trainer/Vol 3: Training Programs
Oleh American Society for Training & Devel-
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
565
opment. Published by Linking people, Learning
Performance.ISBN: 1-56286.280-4.
[74]. Watkins, Gordons.; Dodd, Paul A.; McNaughton,
Way dan Prasow, Paul. (1950). The Management
of Personnel and Labor Relations. Published by
McGraw-Hill Book Co, New York.
[75]. Werther,m William B. and Keith Davis. (1989),
Human Resource and Personnel Management,
McGraw-Hill.
[76]. William B. Werther and Keith Davis (1989),
Human Resource and personnel Management,
Mc Graw-Hill.
[77]. Yoder, J. Dale PhD. (1984), Human Resource
Management, Published by American Society for
Personnel Administration, The University of
Michigan.
B. PERATURAN
[1]. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 5
Tahun 2014. Tentang Aparatur Sipil Negara.
[2]. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[3]. Undang-Undang tentang Keselamatan Tanggal
12 Januari 1970.
[4]. Undang-Undang Nomor. 13 tTahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
566
[5]. Undang-undang Nomor.12 tahun 1964, Tentang
Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan
Swasta.
[6]. Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian.
[7]. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang
Peraturan Dana Pensiun.
[8]. Deputi III, Menteri Pendayagunaan Aparatur Ne-
gara dan Reformasi Birokrasi.
[9]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepega-
waian.
[10]. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat
Pegawai Negeri Sipil.
[11]. Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
78 tahun 2001 tentang Perubahan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor 150 tahun 2000
tentang Pemutusan Hubungan Kerja, Pesangon,
dan lainnya
[12]. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000
tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pega-
wai Negeri Sipil.
[13]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 98
Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri
Sipil.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
567
[14]. LAN dan DEPDAGRI, 2007, Modul 2 Pengem-
bangan Sumber Daya Manusia Pegawai Negeri
Sipil, Diklat Teknis Manajemen Sumber Daya
Manusia,. Jakarta.
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
568
A
A.F. Stoner, 4
achievement, 3
adaptif, 1, 56
administrasi, 1, 2, 25, 41,
90, 151, 167, 168, 207,
208, 209, 229, 231
aktifitas, 1, 8, 10, 29, 69,
71, 122
aktivitas, 2, 5, 9, 15, 16,
18, 20, 21, 23, 25, 26,
28, 29, 30, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 39, 41,
43, 50, 59, 62, 82, 83,
111, 124, 130, 132, 166,
180, 199, 239, 241, 242,
243, 246, 248, 263
analisa, 2, 4, 17, 20, 21,
39, 68, 131, 132, 133,
134, 136, 259
Analisa, 12, 13, 14, 19, 21,
23, 42, 130, 133, 259,
260
Analisis, 3, 14, 15, 16, 17,
18, 20, 21, 23, 41, 42,
74, 131, 132, 134, 135,
136, 139, 152
Armstrong, 3, 110
aset, 1, 56, 174, 209
B
bahan, 2, 40, 41, 44, 64,
79, 113, 115, 120, 132,
135, 139, 154, 167, 175,
184, 198
berinteraksi, 6, 9, 58, 69,
126, 253, 254, 255, 262
berkompeten, 4, 49
Budi Supriyatno, 2, 3, 4, 5,
8, 10, 12, 15, 17, 23, 24,
25, 52, 53, 54, 56, 57,
58, 61, 66, 68, 72, 73,
75, 78, 80, 81, 86, 88,
89, 93, 96, 114, 123,
146, 158, 174, 176, 204,
206, 207, 214, 215, 262,
265, 267, 269, 279
C
Capital, 1, 56
cocok, 5, 32, 62, 78, 100,
121, 169
community, 3
cost, 1, 28, 56, 81, 213,
245
D
definisi, 3, 57, 110, 111,
131, 266
Dessler, 15, 16, 264, 279
INDEX
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
569
development, 3, 68, 69,
123, 129, 130, 131, 282
Diskripsi, 17
efektif, 2, 3, 4, 14, 15, 28,
29, 41, 43, 44, 47, 48,
49, 51, 53, 55, 69, 71,
72, 75, 76, 82, 83, 92,
93, 110, 112, 115, 116,
117, 123, 124, 128, 129,
130, 131, 132, 135, 137,
150, 156, 159, 166, 177,
178, 183, 185, 198, 204,
208, 220, 222, 227, 231,
243, 244, 250, 251, 252,
253, 262, 263, 264, 270,
277
E
efisien, 2, 15, 53, 55, 72,
76, 83, 115, 116, 118,
150, 208, 220, 232, 249
eksternal, 19, 22, 60, 69,
75, 85, 125, 174, 179,
185, 209, 214, 215, 216,
217, 225
enerjik, 6
evaluasi, 2, 4, 5, 9, 15, 21,
22, 38, 60, 69, 92, 108,
110, 126, 127, 133, 137,
138, 139, 162, 185, 217,
229, 230, 235, 255, 262,
263, 264, 265, 266, 267,
268, 270, 271, 272, 273,
274, 275, 277, 278
evaluasi kinerja, 2, 5, 9,
22, 60, 69, 262, 263,
264, 265, 266, 267, 270,
271, 272, 273, 274, 275,
277, 278
F
falsafah, 6
Flippo, 15, 72, 122, 143,
206, 280
French, 16, 280
fungsi, 6, 8, 9, 10, 11, 12,
17, 21, 23, 25, 26, 27,
28, 29, 31, 32, 33, 34,
36, 37, 39, 43, 45, 56,
57, 63, 68, 71, 104, 110,
115, 116, 134, 196, 205,
207, 235, 237, 239, 262,
270
G
Gaji, 5, 70, 218, 227, 232,
233, 236
Gibson, 16, 280
goals, 3
H
hubungan, 2, 5, 8, 10, 11,
12, 22, 24, 34, 35, 44,
45, 48, 50, 69, 78, 93,
95, 100, 104, 105, 108,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
570
121, 126, 131, 134, 150,
158, 163, 164, 171, 172,
174, 175, 176, 177, 178,
179, 180, 181, 182, 186,
187, 188, 190, 191, 192,
193, 194, 195, 196, 197,
199, 200, 201, 202, 206,
208, 216, 221, 223, 228,
231, 233, 244, 245, 250,
264, 272, 276, 277
Hubungan, 11, 12, 27, 39,
101, 121, 125, 175, 176,
178, 179, 180, 186, 187,
191, 192, 193, 194, 196,
197, 198, 199, 200, 201,
220, 232, 241, 270, 275,
283
hukum, 1, 2, 8, 60, 70,
101, 107, 160, 161, 164,
181, 182, 183, 184, 186,
187, 188, 190, 193, 194,
210, 213, 215, 224, 225
Human resources
management, 3
I
iklim, 6, 19, 104, 108, 180,
234
ilmu, 1, 2, 9, 30, 33, 114,
115, 128, 141, 154, 227,
240
individu, 2, 3, 4, 9, 11, 16,
19, 45, 46, 56, 78, 82,
88, 91, 94, 95, 103, 111,
115, 122, 134, 136, 141,
152, 155, 172, 185, 186,
205, 241, 242, 250, 251,
252, 254, 255, 263, 264,
265, 267, 268, 274, 276
industri, 5, 48, 175, 180,
184, 215, 244, 247
inisiatif, 6, 62, 100, 146,
183, 269, 273
Insentif, 18, 70, 217, 218,
233, 236
institusi, 1, 56, 112, 131,
132
integral, 1, 56, 127, 198
Integrasi, 11
internal, 19, 22, 51, 64, 69,
75, 76, 135, 137, 142,
164, 174, 179, 180, 184,
185, 209, 216, 217, 221,
225, 226, 234, 241
international, 3
investasi, 1, 6, 48, 50, 54,
56, 65, 110, 115, 132,
134, 244, 245
J
jabatan, 2, 4, 5, 6, 12, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 20,
21, 22, 23, 32, 34, 35,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
571
36, 37, 38, 41, 42, 43,
44, 45, 53, 54, 57, 59,
62, 63, 65, 68, 72, 73,
75, 82, 89, 92, 94, 96,
97, 99, 100, 102, 103,
104, 110, 115, 118, 125,
126, 127, 128, 130, 141,
142, 143, 144, 145, 146,
147, 148, 149, 151, 152,
155, 156, 157, 158, 159,
161, 162, 164, 166, 167,
170, 201, 206, 210, 212,
216, 217, 221, 226, 228,
229, 232, 233, 234, 235,
258, 272
Jabatan, 12, 13, 15, 17, 18,
19, 21, 23, 41, 42, 44,
45, 100, 127, 130, 157,
212, 227, 283
justifikasi, 19, 278
K
kajian, 1, 168
Kajian, 2
karier, 2, 5, 19, 44, 113,
115, 127, 161, 162, 166,
170, 172
karyawan, 2, 5, 8, 9, 10,
11, 12, 14, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 27, 28,
31, 38, 42, 43, 44, 45,
48, 49, 50, 51, 53, 56,
59, 60, 61, 62, 63, 64,
65, 68, 69, 70, 71, 72,
73, 75, 76, 78, 81, 86,
87, 88, 91, 92, 93, 94,
95, 99, 100, 101, 102,
103, 104, 106, 107, 108,
109, 113, 114, 115, 116,
117, 118, 120, 121, 123,
124, 126, 128, 131, 132,
133, 134, 135, 136, 137,
141, 142, 143, 144, 145,
147, 148, 153, 155, 159,
160, 164, 165, 166, 179,
180, 182, 183, 184, 185,
192, 193, 198, 199, 200,
201, 206, 208, 209, 210,
211, 217, 218, 219, 220,
221, 222, 223, 224, 225,
226, 227, 228, 229, 230,
231, 232, 233, 234, 235,
236, 243, 250, 252, 261,
264, 265, 266, 268, 269,
270, 271, 272, 273, 275,
276, 277
kehidupan, 1, 56, 85, 122,
171, 172, 232
kelembagaan, 17, 19, 122
Kepegawaian, 2, 7, 8, 9,
14, 78, 87, 90, 97, 102,
104, 127, 133, 161, 162,
163, 165, 166, 167, 205,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
572
257, 258, 259, 260, 267,
283
Kepmen, 188, 189, 283
Keputusan, 12, 50, 60, 93,
149, 165, 167, 188, 190,
193, 200, 216, 238, 240,
241, 242, 248, 250, 251,
259, 260, 274, 283
kerja, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10,
11, 12, 14, 15, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 28, 29, 30, 32,
33, 34, 35, 36, 37, 39,
41, 43, 44, 45, 46, 48,
49, 50, 51, 55, 56, 58,
59, 61, 62, 63, 64, 66,
68, 69, 70, 71, 72, 73,
74, 78, 79, 80, 81, 84,
85, 87, 88, 89, 91, 92,
93, 95, 96, 100, 101,
102, 103, 104, 105, 106,
107, 108, 109, 113, 114,
116, 117, 118, 119, 120,
121, 122, 123, 124, 126,
127, 128, 129, 132, 133,
134, 135, 137, 141, 142,
143, 144, 145, 146, 147,
148, 150, 151, 152, 153,
154, 158, 160, 161, 163,
164, 165, 166, 168, 169,
170, 171, 172, 175, 176,
177, 178, 179, 180, 181,
182, 183, 184, 185, 186,
187, 188, 189, 190, 191,
192, 193, 194, 195, 196,
197, 198, 199, 200, 201,
202, 204, 205, 206, 207,
208, 209, 210, 211, 212,
213, 215, 216, 217, 218,
219, 220, 221, 222, 225,
226, 227, 228, 230, 231,
232, 233, 234, 235, 245,
250, 255, 257, 258, 259,
260, 261, 263, 264, 265,
267, 268, 272, 273, 274,
275, 276
kertas kerja, 8
kesejahteraan, 1, 12, 56,
123, 162, 176, 192, 204,
205, 219, 221, 222, 228,
233, 258
ketatalaksanaan, 17, 19
ketenagakerjaan, 2, 85, 87,
96, 104, 164, 175, 178,
179, 180, 181, 187, 189,
192, 193, 199, 201, 202
Ketidakcocokan, 5
ketrampilan, 6, 16, 18, 25,
30, 34, 39, 42, 61, 74,
86, 87, 117, 122, 128,
264
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
573
Kinerja, 12, 18, 20, 24, 42,
45, 168, 182, 185, 264,
265, 266, 269, 270, 271,
274, 278
kompensasi, 2, 5, 9, 11,
14, 28, 41, 42, 46, 49,
56, 60, 67, 69, 108, 142,
158, 175, 204, 205, 206,
207, 208, 209, 210, 211,
212, 213, 214, 215, 216,
217, 218, 219, 221, 222,
223, 224, 225, 226, 227,
228, 229, 230, 231, 232,
233, 235, 236, 244, 264,
274
kompleks, 5, 85, 139, 179,
204, 205, 230, 248
kondisi, 6, 7, 8, 16, 17, 19,
20, 21, 22, 23, 34, 53,
59, 60, 64, 65, 88, 92,
101, 103, 134, 135, 137,
141, 175, 176, 178, 187,
190, 194, 202, 204, 213,
214, 215, 222, 232, 233,
235, 238, 245, 247, 258,
262, 273
Konpensasi, 12
Konseling, 12, 170, 171,
172
konteks, 16, 105, 128, 178,
254, 276
kontribusi, 7, 11, 28, 36,
38, 49, 76, 133, 171,
178, 182, 185, 205, 220,
224, 226, 235, 243, 251,
263, 267, 276
L
liability, 1, 56
lingkungan, 6, 11, 16, 23,
24, 25, 46, 48, 49, 51,
53, 54, 57, 60, 64, 82,
95, 102, 104, 105, 106,
107, 115, 116, 117, 121,
122, 127, 130, 135, 139,
142, 164, 168, 171, 182,
184, 195, 219, 235, 238,
247, 249, 251, 252
M
makhluk sosial, 1, 56
maksimal, 2, 15, 34, 69,
110, 191, 230, 240, 246,
247
manajemen, 2, 3, 5, 6, 9,
11, 14, 28, 36, 37, 46,
47, 48, 50, 51, 53, 56,
59, 63, 64, 68, 83, 87,
88, 94, 99, 100, 116,
120, 128, 132, 133, 134,
136, 143, 147, 151, 154,
156, 160, 162, 165, 175,
179, 183, 191, 198, 204,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
574
208, 209, 212, 213, 222,
225, 229, 233, 236, 237,
242, 243, 245, 246, 251,
263, 269
manajer, 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9,
11, 14, 29, 46, 54, 55,
60, 69, 70, 71, 77, 82,
89, 94, 122, 123, 133,
147, 159, 165, 177, 180,
183, 184, 231, 242, 245,
246, 248, 250, 251, 252,
253, 263, 266, 270, 272,
273, 274, 276, 277
manajerial, 3, 5, 6, 9, 10,
36, 37, 41, 75, 117, 126,
127, 142, 226, 233, 268
masalah, 1, 2, 7, 21, 47,
53, 59, 92, 101, 103,
116, 119, 122, 125, 131,
132, 133, 134, 135, 136,
138, 143, 146, 152, 155,
160, 170, 172, 175, 177,
179, 180, 198, 204, 216,
217, 229, 231, 232, 238,
239, 240, 242, 243, 245,
249, 250, 251, 253, 254,
266, 272, 273
memahami, 6, 8, 9, 14, 31,
44, 46, 53, 55, 64, 91,
118, 121, 128, 132, 142,
170, 171, 172, 174, 176,
177, 180, 185, 205, 221,
251, 264, 268, 270, 273,
278
mengatur, 2, 10, 11, 12,
24, 47, 51, 55, 127, 219,
222, 223, 232, 254
merupakan, 2, 5, 6, 8, 9,
11, 12, 14, 15, 17, 20,
22, 23, 24, 25, 27, 28,
29, 32, 34, 39, 43, 44,
45, 47, 49, 50, 53, 54,
55, 56, 57, 59, 60, 62,
64, 65, 68, 69, 71, 76,
78, 79, 85, 88, 89, 91,
93, 95, 96, 102, 105,
107, 110, 114, 115, 116,
125, 127, 129, 133, 139,
142, 145, 146, 147, 149,
150, 152, 153, 154, 158,
161, 162, 163, 165, 168,
170, 174, 176, 179, 181,
182, 183, 185, 186, 189,
192, 193, 201, 204, 205,
207, 210, 212, 213, 217,
219, 220, 221, 226, 229,
233, 235, 237, 238, 239,
241, 242, 243, 244, 246,
247, 251, 257, 258, 260,
262, 263, 264, 265, 270,
271, 272, 273, 274, 275,
278
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
575
mesin, 2, 16, 34, 39, 46,
66, 113, 118, 120, 125,
174, 243
mewujudkan, 1, 26, 55,
56, 57, 76, 124, 163,
170, 171
modal, 1, 2, 47, 56, 166,
224
Model Finansial, 8
Model Hukum, 8
Model Humanistik, 9
Model Ilmu Perilaku, 9
Model Klerikal, 8
Model Manjerial, 9
Moses N. Kiggundu, 3,
281
MSDM, 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8,
9, 10, 12, 23, 53, 62, 68,
110, 205, 235, 262
N
national, 3
O
objectives, 3, 111
organisasi, 1, 2, 3, 4, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,
18, 19, 20, 21, 22, 23,
25, 26, 27, 28, 29, 30,
31, 33, 34, 38, 41, 42,
43, 44, 45, 46, 47, 48,
49, 50, 51, 53, 54, 55,
56, 57, 58, 59, 60, 61,
62, 63, 64, 65, 68, 69,
70, 71, 72, 73, 75, 76,
78, 79, 82, 83, 84, 85,
86, 87, 88, 90, 91, 94,
95, 99, 100, 102, 103,
104, 105, 106, 107, 108,
109, 110, 111, 112, 114,
115, 116, 117, 119, 120,
121, 125, 126, 127, 128,
129, 131, 133, 134, 135,
136, 137, 138, 141, 142,
143, 144, 145, 147, 149,
150, 152, 153, 155, 156,
157, 159, 160, 162, 163,
164, 165, 166, 169, 172,
174, 175, 184, 193, 199,
204, 205, 206, 207, 208,
209, 210, 211, 212, 213,
214, 216, 218, 219, 220,
227, 228, 229, 230, 231,
234, 235, 237, 238, 240,
241, 242, 245, 247, 250,
251, 253, 254, 255, 257,
262, 263, 264, 265, 266,
267, 268, 270, 272, 276,
277, 278
Orientasi pekerjaan, 18
P
pelatihan, 3, 6, 9, 19, 22,
45, 56, 62, 63, 64, 69,
85, 94, 97, 101, 102,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
576
104, 110, 111, 118, 119,
121, 123, 124, 126, 127,
128, 129, 130, 131, 132,
133, 134, 135, 136, 137,
138, 139, 150, 153, 160,
182, 183, 185, 223, 244,
263, 270, 276, 277
pemanfaatan, 3, 63, 111,
162, 181, 183
pembayaran, 19, 83, 107,
157, 181, 189, 210, 215,
217, 219, 222, 223, 228,
230, 231, 232, 233, 258
pemeliharaan, 11, 19, 60,
170, 182
Pemeliharaan, 11
pemerintahan, 1, 2, 53, 54,
79, 94, 105, 106, 127,
130, 143, 157, 158, 162,
164, 253, 254, 258, 261
pemikiran, 2, 80, 146, 178,
179, 185, 205, 230, 231,
243, 246, 250
Pemutusan Hubungan
Kerja, 11, 101, 193,
194, 196, 197, 198, 199,
200, 201, 283
pencapaian, 3, 4, 10, 34,
38, 46, 51, 54, 55, 116,
127, 133, 138, 172, 182,
222, 251, 262, 273, 277
pendekatan, 3, 9, 20, 62,
81, 86, 94, 99, 105, 134,
138, 139, 153, 156, 172,
181, 185, 228, 237, 239,
242, 243, 244, 247, 248,
249, 252, 254, 255, 268
Pendidikan, 18, 27, 31, 39,
80, 89, 98, 111, 120,
121, 122, 123, 126, 127,
128, 129, 130, 212, 227,
283
Penempatan, 12, 28, 80,
98, 99, 100, 101, 102
Pengadaan, 10, 98, 106,
165, 261, 283
Pengangkatan, 12, 87, 96,
97, 104, 165, 282
Pengarahan, 10
pengaruh, 3, 8, 60, 61,
122, 171, 174, 175, 179,
216, 219, 220, 234, 244
Pengawasan, 10
pengelolaan, 2, 4, 5, 24,
25, 33, 44, 49, 85, 105,
110, 141, 161, 182, 183,
184, 221, 267
pengembangan, 2, 3, 5, 9,
11, 19, 22, 23, 40, 44,
48, 50, 54, 58, 60, 62,
64, 65, 69, 70, 71, 73,
75, 104, 105, 110, 111,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
577
112, 114, 115, 117, 118,
119, 120, 125, 127, 134,
136, 161, 162, 163, 165,
172, 181, 183, 218, 238,
243, 263, 273, 275, 277
Pengembangan, 10, 12, 24,
66, 110, 111, 112, 113,
114, 115, 117, 118, 119,
120, 122, 130, 160, 166,
170, 183, 275, 283
pengendalian, 2, 215, 223
Pengetahuan, 18, 27, 31,
33, 39, 45, 63, 240
Pensiun, 4, 12, 61, 199,
224, 257, 258, 259, 260,
282, 283
penyesuaian, 11, 63, 79,
103, 107, 135, 148, 150,
241, 270
peralatan, 2, 16, 18, 29,
34, 38, 39, 41, 92, 120,
128, 135, 136, 231, 270
peranan, 2, 4, 53, 77, 116,
128, 147, 172, 246
peraturan, 3, 8, 59, 60, 84,
87, 96, 97, 98, 101, 103,
104, 108, 121, 127, 130,
135, 161, 162, 163, 164,
165, 166, 169, 175, 179,
180, 181, 182, 184, 186,
193, 194, 195, 197, 199,
202, 213, 215, 218, 219,
224, 232, 258, 259, 260,
266, 268, 278
perencanaan, 2, 3, 5, 19,
22, 45, 54, 58, 59, 61,
62, 63, 64, 68, 69, 72,
87, 92, 101, 110, 127,
136, 154, 170, 171, 172,
254, 258
Perencanaan, 10, 12, 19,
24, 53, 57, 58, 68, 74,
171, 263, 275
perilaku, 3, 6, 7, 9, 16, 18,
19, 20, 41, 42, 88, 107,
108, 121, 126, 130, 142,
208, 231, 240, 241, 242,
244, 246, 247, 248, 249,
250, 263, 264, 265, 266,
269, 272, 273, 274
personnel, 3, 144, 283
perspektif, 1, 56
persyaratan, 16, 17, 26, 27,
30, 39, 40, 41, 44, 45,
54, 65, 68, 72, 74, 77,
83, 84, 94, 97, 102, 119,
127, 128, 143, 148, 152,
153, 161, 180, 181, 183,
185, 186, 192, 216, 220,
226, 227
pertimbangan, 5, 47, 64,
92, 100, 106, 150, 152,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
578
153, 154, 167, 168, 175,
183, 213, 223, 228, 238,
240
perusahaan, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 10, 11, 12, 14, 15, 19,
21, 22, 24, 25, 27, 28,
29, 30, 33, 34, 39, 40,
42, 53, 54, 56, 58, 59,
60, 64, 65, 67, 68, 69,
70, 71, 73, 76, 77, 78,
80, 81, 87, 88, 90, 91,
92, 93, 94, 95, 96, 99,
100, 101, 103, 104, 107,
108, 110, 111, 113, 115,
116, 118, 119, 120, 123,
125, 126, 141, 142, 143,
144, 145, 146, 147, 153,
155, 158, 159, 160, 164,
165, 166, 174, 175, 178,
179, 180, 182, 183, 184,
185, 189, 191, 192, 193,
194, 195, 196, 197, 198,
199, 200, 201, 202, 204,
205, 206, 207, 209, 212,
213, 215, 216, 217, 220,
221, 222, 223, 224, 225,
226, 228, 230, 232, 233,
234, 235, 242, 243, 247,
253, 254, 258, 261, 262,
270, 273, 275, 276, 277
pimpinan, 1, 5, 6, 7, 14,
15, 21, 46, 54, 66, 82,
84, 105, 107, 124, 128,
129, 132, 143, 147, 152,
159, 164, 166, 167, 177,
200, 218, 240, 263, 275,
277, 278
portfolio, 1, 56
potensi, 1, 3, 5, 9, 19, 54,
56, 62, 63, 66, 75, 112,
126, 135, 141, 142, 144,
152, 164, 170, 171, 179,
186, 192, 254, 262, 267
praktis, 1, 20, 25, 30, 38,
56, 151, 154, 240
produksi, 2, 25, 26, 41, 46,
50, 51, 54, 55, 59, 61,
113, 116, 120, 159, 166,
191, 205, 217, 229, 230,
232
produktivitas, 9, 46, 50,
59, 62, 64, 103, 116,
123, 132, 136, 143, 150,
151, 152, 158, 164, 165,
166, 176, 192, 201, 208,
209, 230, 236, 251, 258
promosi, 2, 22, 23, 30, 40,
51, 84, 99, 101, 102,
112, 118, 141, 142, 143,
144, 145, 146, 147, 148,
149, 150, 151, 152, 153,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
579
154, 155, 156, 157, 158,
198, 206, 264, 274, 278
Promosi, 12, 31, 40, 51,
63, 86, 99, 113, 128,
140, 142, 143, 144, 145,
146, 147, 148, 149, 150,
151, 152, 153, 155, 156,
157
prosedur, 3, 4, 14, 15, 18,
22, 71, 92, 104, 108,
117, 121, 122, 123, 129,
135, 147, 152, 154, 157,
175, 178, 180, 181, 182,
184, 194, 200, 231, 238,
246, 248, 274, 277
Proses material, 18
psikologi, 1, 2, 9, 91, 244,
245, 248, 252, 254
rekrutmen, 2, 5, 19, 60, 63,
68, 69, 70, 71, 72, 73,
74, 75, 76, 77, 78, 79,
80, 81, 82, 83, 84, 85,
86, 87, 88, 95
R
Rekrutmen, 12, 68, 69, 70,
71, 72, 73, 74, 75, 77,
78, 80, 81, 82, 83, 84,
85, 86, 88, 275
relevan, 6, 109, 128, 171,
180, 184, 231, 241, 251
Resource, 2, 3, 4, 5, 15,
16, 53, 57, 71, 72, 75,
77, 88, 110, 111, 112,
122, 123, 124, 130, 132,
137, 143, 144, 158, 160,
200, 205, 206, 209, 264,
265, 267, 275, 279, 280,
281, 282, 283
ruang lingkup, 1, 2, 132
rutinitas, 6, 178, 240
S
sains, 9
Schuler, 16, 71, 209, 264,
267, 282
SDM, 1, 2, 4, 5, 8, 9, 10,
11, 12, 14, 16, 22, 23,
24, 25, 33, 44, 46, 49,
50, 52, 53, 54, 55, 56,
57, 58, 59, 60, 61, 62,
63, 64, 65, 66, 67, 68,
69, 70, 71, 72, 73, 75,
78, 79, 82, 84, 86, 88,
89, 90, 93, 101, 104,
105, 108, 109, 110, 111,
112, 113, 114, 115, 116,
117, 119, 121, 123, 126,
128, 133, 138, 141, 159,
161, 162, 205, 208, 221,
267, 276, 278
sedetail, 6
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
580
seimbang, 1, 48, 56, 258,
263
Separation, 11
spesifik, 6, 39, 50, 108,
135, 138, 170, 227, 272
Spesifikasi, 17, 45, 74, 90,
138
Standar Jabatan, 17
standar prestasi, 16, 23,
44, 218
struktur, 1, 10, 23, 43, 45,
47, 48, 50, 53, 68, 103,
138, 209, 234, 247, 250
subyek, 1, 112
sulit, 2, 15, 30, 41, 42, 46,
49, 60, 67, 69, 87, 94,
95, 115, 147, 152, 178,
204, 205, 218, 241, 251,
266
Sumber Daya Manusia, 1,
2, 3, 4, 24, 53, 56, 57,
58, 68, 76, 82, 99, 110,
111, 112, 122, 141, 205,
267, 275, 279, 283
swasta, 1, 48, 53, 54, 57,
80, 83, 94, 96, 111, 141,
143, 157, 205, 224, 228,
258, 262
T
tanggung jawab, 11, 12,
15, 16, 19, 27, 36, 38,
43, 44, 46, 48, 51, 68,
70, 73, 90, 97, 99, 102,
103, 106, 108, 124, 129,
142, 145, 146, 147, 157,
158, 160, 161, 164, 177,
179, 183, 185, 208, 213,
226, 233, 248, 251, 268,
273, 277, 278
teknologi, 11, 16, 29, 51,
59, 60, 64, 110, 115,
126, 128, 129, 135, 141,
171, 201, 218, 227, 244,
246, 250, 251, 252, 254,
262
trainee, 5, 6
training, 6, 68, 69, 110,
123, 125, 128, 201
transformatif, 1, 56
tugas, 2, 6, 7, 8, 11, 12, 14,
15, 16, 17, 19, 21, 22,
24, 25, 26, 27, 28, 30,
31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42,
43, 44, 45, 46, 54, 59,
63, 71, 77, 79, 81, 85,
87, 88, 89, 92, 95, 97,
102, 104, 105, 106, 107,
121, 127, 129, 130, 131,
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
581
132, 134, 135, 138, 148,
149, 150, 151, 157, 158,
160, 162, 163, 167, 169,
171, 177, 178, 180, 191,
196, 205, 220, 230, 243,
245, 249, 250, 258, 261,
264, 265, 267, 268, 270,
273, 277, 278
tujuan, 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9,
10, 14, 18, 22, 25, 27,
28, 32, 34, 36, 38, 39,
46, 51, 53, 54, 55, 58,
61, 62, 65, 71, 73, 82,
90, 91, 92, 95, 102, 103,
106, 109, 110, 111, 112,
115, 116, 122, 123, 124,
127, 128, 129, 130, 133,
134, 136, 137, 138, 139,
141, 142, 143, 147, 149,
150, 151, 160, 163, 165,
168, 170, 171, 172, 179,
180, 182, 183, 185, 198,
201, 204, 205, 206, 209,
221, 222, 225, 231, 238,
239, 240, 241, 242, 252,
253, 262, 263, 264, 267,
268, 272, 276, 277
U
utama, 1, 9, 12, 15, 33, 55,
56, 57, 64, 68, 69, 92,
108, 116, 133, 139, 141,
146, 149, 152, 167, 175,
179, 182, 185, 222, 229,
231, 235, 238, 245, 253,
254, 268, 272, 278
utilization, 3, 50
W
wawasan, 6, 122, 132
Dr. BUDI SUPRIYATNO, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, MM.,MSi
582