membangun sumber daya manusia
DESCRIPTION
Peradaban suatu bangsa dibuktikan dengan banyaknya kaum intelektual yang memiliki visi dan misi untuk memberikan perubahan pada kehidupan mereka sendiri dalam kehidupan bermasyarakat.TRANSCRIPT
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA YANG UTUH
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Kita berhak menjadi bagian dari perubahan,
tetapi jangan menjadi korban dari perubahan
= Plasidius F. Daparto =
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
PERSEMBAHAN
Buku ini dipersembahkan untuk semua generasi muda pada jaman global sekarang
yang semakin hari mendapatkan banyak tantangan terutama yang belum
menemukan perubahan serta masih mencari perubahan jati diri.Dan juga mereka
yang masih dan belum mendapatkan gelar atau demi sebuah status yang patut
dipertanyakan pada lembaga pendidikan tinggi.Dan untuk semua orang yang
menginginkan perubahan dalam kehidupan mereka.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
TUJUAN PENULISAN
Buku Membangun Sumber Daya Manusia dengan melihat masalah global
dan pendidikan sebagai inti pokok dalam pembahasan setiap babnya merupakan
terbitan pertama dan di susun untuk membuka cara berpikir kaum muda dan
untuk orang yang menginginan perubahan dalam hidup. Buku ini di tulis
merupakan hasil refleksi penulis selama berada di bangku Perguruan Tinggi
dengan mengikuti serangkaian kegiatan perkuliahan tetapi tidak menemukan inti
atau tujuan dari pendidikan. Ceramah tanpa makna.Dengan dibuatnya buku ini
juga mau memberikan penyadaran kepada kaum pendidik dan kaum intelektual
yang sudah merasa bahwa mengambil bagian dalam membuat perubahan pada era
global ini.Sesungguhnya adalah kekeliruan yang seharusnya dibenahi kembali.
Sebagai lembaga pendidikan tinggi professional dan juga pendidik yang
professional membuat sebuah perubahan pada diri sendiri dibutuhkan kesadaran
yang total. Kesadaran disini dimaksudkan agar secara jujur mau mengakui bahwa
pendidikan yang masih menggunakan sistem kekerasan dengan tidak
memperhatikan etika pendidikan merupakan suatu penyimpangan apalagi
dilakukan pada era global dewasa ini. Mempelajari tentang etika pendidikan tidak
akan memiliki makna ketika tidak diterapkan dan dengan tanpa kesadaran yang
total untuk berubah. Hal lain yang menjadi intisari dari buku ini adalah membahas
tentang perbedaan metode pengajaran sharing knowledge dan teaching
knowledge. Karena sesungguhnya pendidikan kita tidak memahami bagaimana
sesungguhnya cara menggali potensi peserta dididik dengan bukti bahwa masih
banyak kaum intelek yang menamatkan pendidikan tinggi tapi tidak kreatif
membuat perubahan pada masyarakat.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
KATA PENGANTAR
Peradaban suatu bangsa dibuktikan dengan banyaknya kaum intelektual
yang memiliki visi dan misi untuk memberikan perubahan pada kehidupan
mereka sendiri dalam kehidupan bermasyarakat.Memiliki visi tidaklah cukup
untuk membuktikan bahwa perubahan itu ada tetapi yang sangat diharapkan
adalah bagaimana memiliki misi yang jelas untuk perubahan.Misi adalah cita-cita
dinamis, yang terus berubah sesuai dengan pendakian yang dicapai seseorang.
Visi terbentuk ketika kalangan intelektual ini mencoba mengembangkan
kepribadian secara total dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyaknya
kaum intelektual tidak berarti memberikan suatu jaminan bahwa mereka akan
memiliki perubahan pada cara berpikir yang kreatif secara akal pikiran mereka,
inovasi secara spiritual. Yang dituntut dari sebuah peradaban adalah bagaimana
membuat suatu perubahan pada diri mereka sendiri serta di buktikan dengan
menunjukkan bahwa inilah diri mereka sesungguhnya. Arus globalisasi terus
bergulir seiring dengan perkembangan cakrawala berpikir kaum intelektual ini.
Mereka tidak henti – hentinya berpikir tentang jaman yang terus saja berubah.
Namun tidak bisa mewujudkannya dalam misi atau realita kehidupan mereka.
Rasa takut dan cemas yang berlebihan tidak bisa mengobati luka bangsa akibat
arus globalisasi di negeri ini. Dibutuhkan mental yang kuat dan baja dari anak
bangsa untuk terjun langsung memoles luka akibat jaman yang terus saja bergulir
ini.
Buku ini disusun sebagai bentuk perhatian penulis terhadap nasib
pendidikan bangsa ini, terutama nasib anak bangsa yang telah menamatkan
pendidikan di perguruan tinggi tapi masih memiliki mental instant atau tidak aktif
dalam menciptakan perubahan pada masyarakat.Menciptakan perubahan setelah
menamatkan pendidikan pada perguruan tinggi adalah wajib dalam hidup
bermasyarakat.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Hal ini dilakukan bagaimana dia bisa menciptakan lapangan kerja sendiri bukan
mencari lapangan pekerjaan.Ini merupakan bukti yang nyata kita lihat pada
lingkungan kita begitu banyaknya kaum berintelektual tapi tidak memiliki mental
untuk berusaha membuat perubahan.Tentunya kita tidak menginginkan anak
bangsa seperti ini.Siapakah yang bertanggungjawab terhadap nasib mereka?
Apakah pendidikan telah gagal dalam untuk membuat cara berpikir
mereka? Ataukah karena sistem pendidikan yang hanya memberikan sesuatu yang
abstrak kepada generasi muda ini?Semoga buku ini dapat memberikan sedikit
perubahan serta dapat membuka cakrawala berpikir bahwa sesungguhnya
perubahan itu dilakukan oleh siapa dan untuk siapa perubahan itu diberikan.Kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan demi menyempurnakan tulisan
buku ini.
Pagal, September 2012
Penyusun
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
PENDAHULUAN
Memasuki abad ke-21 di awali sejak “tumbangnya” jaman orde baru tahun
1997/1998 yaitu ketika para mahasiswa yang kurang puas terhadap kebijakan
yang dibuat pemerintah pada saat itu memaksa mereka untuk bangkit dan turun ke
arena demokrasi menolak terhadap kebohongan serta kepalsuan yang dilakukan
pada jaman pemerintahan Presiden Suharto. Krisis yang berkepanjangan (krisis
ekonomi dan krisis moral para pejabat pemerintah) merupakan faktor utama
pecahnya kerusuhan dalam bentuk aksi demo yang terjadi dijakarta. Aksi dan
reaksi dari seluruh masyarakat Indonesia dibawah pimpinan mahasiswa/i yang
berlangsung lama ini membuat Presiden Suharto turun dari jabatannya. Sebagai
presiden dia merasa memiliki tanggungjawab moral untuk berubah dan
merefleksikan dirinya bahwa dia sudah tidak mampu lagi memimpin negeri ini.
Hilangnya peradaban bangsa pada saat itu ketika sebagian massa yang berdemo
memanfaatkan kesempatan untuk menjarah produk industri dan makanan dari
produsen pemilik toko di sekitar area demonstrasi.
Buku dengan judul MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA
YANG UTUH dan melihat masalah global dan pendidikan ,sebagai sumber
masalah dan terjebak dalam suatu sistem yang kaku dan tidak memiliki tujuan.
Melihat bahwa pendidikan kita sebenarnya masih memiliki kekurangan dalam arti
belum bisa memahami apa inti dari tujuan pendidikan itu sesunguhnya serta tidak
dapat memberikan perubahan pada cakrawala berpikir anak bangsa (peserta didik)
sebagai calon intelektual masa depan bangsa ini. Pendidik yang kreatif dan
profesional merupakan harapan yang diinginkan pada jaman global memiliki
banyak metode untuk menerapkan ilmunya kepada anak didik mereka antara lain
dengan menerapkan metode yang bervariasi di dalam kelas seperti sharing
knowledge dan bermuara pada life skills ( pendidikan kecakapan hidup)bukan
teaching knowledge (pendidikan gaya bank dengan ceramah tanpa makna).
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Dengan diterapkannya motode sharing knowledge maka dia mampu
menjadi calon generasi muda yang kreatif dan man of action bukan terbatas pada
talk only. Metode sharing knowledge ini mampu membuat cara berpikir anak
bangsa berubah secara positif dimana dia secara kreatif dan terlibat secara aktif
membahas suatu persoalan dengan melibatkan pihak lain untuk bekerja sama
mengatasi suatu persoalan. Karena merasa pendidikan adalah suatu proses yang
bertujuan dan bergerak maju maka dia membutuhkan bimbingan dari pendidik
yang kreatif dan professional bukan pendidik yang otoriter dengan menggunakan
otot. Pendidik seperti ini sesungguhnya tidak memiliki tempat pada abad ke-21
yang menuntut perubahan positif pada sikap dan tindakan.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
BAB 1
SISTEM DAN KINERJA PENDIDIKAN DI INDONESIA
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang menjadi
lebih manusiawi (being humanize) sehingga di sebut dewasa dan mandiri. Itulah
visi atau tujuan dari proses pembelajaran dan seharusnya menjadi cerminan atau
refleksi dari kalangan atau pelaku pendidikan. Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka dalam rangka pendidikan ilmu pengetahuan secara mutlak, pendidikan etika
atau kepribadian perlu berdampingan sehingga dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang utuh.Pendidikan etika atau kepribadian tersebut tidak dapat
didasarkan pada etika atau kepribadian sehari – hari, karena materi yang harus
ditinjau oleh kepribadian bukan materi ilmu pengetahuan yang bersifat abstraksi
dan universal.Selain itu pendidikan yang kita miliki sekarang merupakan
pendidikan yang berdasarkan teori, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk
penyusunan teori. Proses dan tujuan pendidikan itu dapat diartikan sebagai usaha
menjelaskan kemampuan untuk memecahkan persoalan. Bukan untuk menghafal
persoalan (secara teoritis).
Konsep pendidikan sebagai usaha untuk mengembangkan manusia sesuai
dengan kodratnya serta memiliki kriteria dalam usaha perubahan merupakan
proses dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini manusia selalu di pandang
sebagai makhluk sosial (biologis, individual, sosial). Selain itu manusia sendiri
memiliki apa yang disebut dengan kepandaian atau intelek. Kalau sifat kepandaian
dapat disusun atas dasar abstrak – teoritis, maka pengetahuan atau kepandaian ini
tidak memiliki makna sama sekali.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Para penyandang gelar MBA, MM, atau bahkan doktor manajemen tahu banyak
soal ilmu administrasi dan manajemen.Tetapi belum tentu mampu melaksanakan,
mempraktikkan ilmunya itu dalam situasi nyata sehingga antara teori dan praktek
memang terdapat kesenjangan. Lebih lanjut Slamet Iman Santoso menulis
“ we have mastered and incredible amount of scientific knowledge to
subject the universe, but little has been done to master the human relationship.
And our human desires are still as before the development of sciences, but
equipped with more dangerous inventions. “ ( walaupun kita memiliki banyak
ilmu atau master sekalipun, tapi kita melakukan sedikit untuk di berikan pada
masyarakat / pengabdian terhadap masyarakat ). Menyadari hal ini muncul
ketakutan dari sarjana kita pada saat ini adalah apakah tenaga mereka siap untuk
dipakai dalam kehidupan bermasyarakat atau sekedar mendapatkan gelar
kesarjanannya.Kondisi ini kian parah dari tahun ke tahun karena kondisi Negara
kita yang masih menampung ribuan bahkan jutaan pengangguran intelektual
(sarjana).
Pendidikan yang ideal merupakan pendidikan yang menyiapkan para
lulusannya untuk siap di pakai tenaganya untuk bisa bekerja sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya.Hal ini diperkuat dengan menjadikan pendidikan
berganti sifat dari sekolah mendengar dan belajar (Pendidikan “gaya bank”)
menjadi sekolah mengerjakan. (learning to be).dengan mengubah sistem
pendidikan yang bersifat “berbuat dan bertindak” maka hubungan antara teori dan
praktik akan terbukti dan tujuan pendidikan pun akan tercapai. Selanjutnya teori
akan menjadi hidup ketika di padukan dan diperkenankan dengan persoalan
kehidupan. Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan semua
kemampuan para siswa serta mampu mengembangkan kemampuan tersebut, maka
kita telah melunasi kewajiban kita sebagai guru atau tenaga pengajar.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
Pendidikan Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.Salah
satunya adalah perubahan dalam sistem kurikulum kita. Karena itu, dalam proses
menghasilkan kurikulum, masalah pertama yang harus di selesaikan adalah
teridentifikasinya tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh peserta didik.
Undang – Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 38 ayat 3
berbunyi : Kurikulum pendidikan tinggi di kembangkan oleh perguruan tinggi
yang bersangkutan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
setiap program studi. Standar Nasional Pendidikan yang dimuat dalam Kurikulum
pendidikan formal perlu ditunjang oleh berbagai sarana modern untuk terjadinya
proses pendidikan yang optimal serta memenuhi proses ketuntasan belajar.
Berbicara tentang ketuntasan belajar berarti berbicara tentang peningkatan
potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik dan ditunjang oleh fasilitas yang
memadai dalam rangka peningkatan mutu proses pembelajaran. Pembelajaran
didalam rangka mewujudkan proses pendidikan yang ideal merupakan keinginan
pada setiap lembaga pendidikan di negara manapun yang ingin mengembangkan
serta meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu. Pendidikan tinggi pun
tak lepas dari idealisme tersebut ketika ingin mencetak lulusannya dengan
sejumlah potensi dan keterampilan yang didapat pada bangku perguruan tinggi.
Idealisme tersebut ada ketika lembaga tinggi tersebut sudah memiliki fasilitas
yang memadai. Namun apa yang terjadi ketika rasa idealis tersebut tidak
ditunjangi oleh fasilitas tersebut. Tentunya idealisme akan menjadi sia-sia tanpa
makna. Kurikulum pendidikan tinggi yang mensyaratkan Standar Nasional
pendidikan dan kurikulum berbasis kompetensi pun tentu tidak akan terwujud.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Hal ini diperparah lagi ketika program studi yang mensyaratkan adanya fasilitas
yang memadai untuk proses pembelajaran tetapi tidak difungsikan sama sekali.
Siapa yang bertanggungjawab dalam masalah ini?Tentunya tidak ada yang saling
menyalahkan dan disalahkan. Kalau kita hubungkan dengan proses hukum dan
peraturan pendidikan (bentuk pembelaan) lembaga pendidikan tingggi yang
bertanggungjawab dalam masalah ini. Kenapa? Karena lembaga inilah yang telah
secara terbuka menyebarkan visi dan misinya melalui pendidik (dosen) dalam
bentuk brosur atau iklan yang menarik dan diberikan kepada calon generasi muda
yang hendak di cetak agar berguna bagi diri mereka sendiri dan masyarakat.
Namun kesemuanya itu adalah penipuan terhadap diri sendiri sebagai makhluk
ciptaan dari pemilik ciptaan. Ini merupakan contoh nyata yang kita lihat atau
mungkin yang kita rasakan ketika calon generasi muda ini turun ke masyarakat
tapi tidak bisa membuat perubahan pada kehidupan bermasyarakat karena mereka
tidak dibekali keterampilan khusus guna mengembangkan potensi mereka.Namun
inilah realita pada jaman pendidikan sekarang ketika arus globalisasi menuntut
perubahan tetapi perubahan itu tidak terjadi pada orang yang memiliki
kewenangan untuk memberikan perubahan. Intinya bahwa terjadinya proses
belajar mengajar yang berkualitas, memadai dengan melengkapi infrastruktur
seperti perpustakaan,laboratorium baik untuk pendidikan maupun untuk riset,
bengkel kerja, ruang kerja dosen, insentif bagi para guru besar dan dosen yang
berkualitas dan memadai sehingga otonomi keilmuwan dapat terlaksana.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
BAB 2
GLOBALISASI PENDIDIKAN
PERAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan satu–satunya sarana untuk menjawab tantangan
global pada era modern ini. Namun apa akibatnya bila gaya hidup modern
merasuk pendidikan kita. Sila ke-5 pancasila tentang keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia merupakan butir terakhir dalam urutan sila pada pancasila mau
menegaskan bahwa keadilan khususnya dalam bidang pendidikan harus secara
merata diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dipertegas lagi
oleh kementerian pendidikan tentang hak warga Indonesia untuk mendapatkan
pendidikan yang layak melalui program pendidikan 9 tahun sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945 atau aturan yang baru – baru ini sudah
diberlakukan bahwa pada tahun 2020 setiap warga Negara Indonesia memiliki
ijasah sekurang – kurangnya berijasah SMA atau sederajat. Aturan ini bertujuan
agar Negara dapat meminimalisir tingkat sumber daya manusia pada masyarakat
yang semakin rendah dan ditunjukkan tingkat kriminalitas yang semakin hari
mengalami peningkatan selain memperoleh hak untuk mendapatkan
pendidikan.Karena Negara yang berkembang dan mau maju adalah Negara yang
memiliki masyarakatnya dengan standar Sumber Daya Manusia yang bermutu.
Hal lain yang menjadi keprihatinan kita bersama bahwa masih ada
sebagian lembaga pendidikan yang menerapkan skala kuantitas sebagai hasil akhir
proses pendidikan bukan pada skala kualitas (mutu) output. Proses pendidikan
seperti ini kita katakan proses pendidikan untung dan rugi.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Jelas sekali bahwa dalam hal ini keuntungan akan diperoleh pihak sekolah dan
guru dengan mendapatkan predikat terbaik dari masyarakatnya atau stakeholder
disisi lain pihak siswa/i akan rugi (walaupun mereka merasa senang dengan
keputusan yang ada yaitu mendapat predikat lulus). Hal ini ditandai mereka akan
memiliki tingkat analisis yang rendah serta tidak cermat memahami suatu
persoalan dalam kehidupan mereka selanjutnya. Generasi seperti inikah yang kita
harapkan dalam menjawab tantangan global dewasa ini!? Standarisasi yang hanya
melihat kepada hasil akhir adalah suatu penerapan Tylorisme di dalam dunia
pendidikan.
Kalau kita kaitkan dunia pendidikan dengan dunia bisnis bahwa pihak produsen
selaku pemilik produk dengan menjual (produk palsu) yang dipolesi perhiasan
atau asesoris kepada konsumen akanmendapatkan keuntungan tetapi pembeli
sebagai konsumen akan rugi karena produk yang dia beli bukan produk yang asli
tetapi produk tiruan. Manajemen bisnis untung rugi.Inilah realita pendidikan
dewasa ini. Sangat ironis!!!. Selanjutnya standardisasi nasional pendidikan harus
dilihat secara konseptual sebagai hal yang tidak indentik dengan Ujian Nasional
saja dan Ujian Nasional yang seyogjanya tidak digunakan untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari suatu jenjang pendidikan melainkan sebagai bagian
evaluasi nasional pendidikan untuk melihat sampai di mana kinerja system
pendidikan nasional dapat terbukti di masyarakat.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
PERAN PENDIDIK
Peran pendidik (guru) untuk membentuk akhlak manusia (siswa/i)
merupakan tanggung jawab moral yang harus dijalankan dengan baik dan
diberikan secara merata kepada anak didiknya.Dalam prosesnya peran pendidik
pada era global dewasa ini tidak dijalankan secara sungguh - sungguh atas tugas
dan tanggungjawab yang diembannya. Keberhasilan seorang guru dalam
mengubah pola pikir anak manusia (siswa/i) tidak ditentukan berdasarkan jumlah
jam mengajar atau keseringannya dengan anak didiknya tetapi lebih kepada
bagaimana dia sebagai guru yang professional menjalankan fungsi dan tugasnya
itu dengan mendapat umpan balik (feedback) dari siswa/i nya sebagai hasil selama
proses belajar mengajar berlangsung.
Umpan balik ini ditunjukkan oleh mereka ketika membahas suatu
persoalan serta dikritisi dalam suatu diskusi serta mendapatkan kesimpulan dari
hasil diskusi tersebut yang pada akhirnya mereka dapat memahami inti dari
persoalan yang ada. Apabila hal tersebut terus menerus dilakukan maka suatu saat
mereka akan menjadi agen perubahan (agent of change) dalam mengkritisi
tuntutan global yang semakin hari mengalami perubahan yang maha dasyat. Inilah
inti dari tujuan pendidikan dalam menghadapi era globalisasi.
Keberhasilan seorang guru dalam mengubah pola pikir siswa/i nya tidak
hanya dilakukan dengan mentransfer pengetahuan umum dengan berbagai macam
materi saja tetapi ada pengetahuan lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
seorang guru memberikan ilmu kehidupan (life skills) dengan cara mengaitkan
pengetahuan dengan dunia nyata berupa keterampilan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan metode sharing knowledge, bukan teaching knowledge.
A. Sharing Knowledge.
Pengertian tentang sharing knowledge sampai kepada penjabarannya serta
penerapannya dalam proses pembelajaran jarang digunakan. Kesulitan
yang sebenarnya kemudahan dalam menajemen pengetahuan terletak pada
bagaimana guru dapat membagi pengetahuannya kepada orang lain, ketika
inti dari manajemen pengetahuan adalah tentang proses pertukaran
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
informasi dan kemudian pengetahuan. Dengan kata lain, faktor motivasi
pengetahuan yang dimiliki guru dapat berbagi atau merangsang keinginan
mereka serta dapat dikaitkan dengan aspek sosial (pertukaran informasi).
Dalam proses dengan menggunakan sharing knowledge sehingga
membentuk suatu pengetahuan yang bermutu, ada tiga (3) hal yang harus
diperhatikan :
a. Pengetahuan yang dapat memberikan kontribusi bermakna. Contohnya
melakukan kegiatan diskusi; dalam kegiatan ini akan di bahas atau
mencari solusi dari pokok permasalahan dengan melibatkan semua
komponen didalam kelas. Hal ini akan sangat membantu karena semua
peserta kelompok akan terlibat aktif dalam proses diskusi. Selanjutnya
peran guru dalam proses ini sebagai pengamat bukan sebagai pelaku
pengambil keputusan sejauh hasil diskusi kelompok tidak melenceng
dari topik permasalahan. Maka pengetahuan yang memiliki sifat
abstrak akan mendapatkan hasil yang nyata selama proses diskusi
sehingga pengetahuan akan bermakna serta dapat memberikan
kontribusi positif untuk pengembangan proses berpikir siswa secara
keseluruhan.
b. Bagaimana mekanisme pengetahuan sehingga dapat berkembang serta
manjadi pengetahuan yang bermakna.
c. Motivasi yang dilakukan sehingga siswa dapat berperan secara aktif
dalam proses sharing knowledge.
d. Sharing knowledge and fostering innovation to transform education
Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya seorang guru dalam proses
pembelajaran tergantung dari beberapa aspek, diantaranya : aspek sosial
khususnya pengetahuan akan efektifitas diri, keiklhlasan dalam membantu orang
lain (peserta didik) memiliki tanggung jawab dalam pengembangan akademik,
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
memilki keyakinan akan keberhasilan terhadap tugas yang dijalankannya artinya
apa yang menjadi harapan dia akan keberhasilan dalam proses pembelajan maka
hal yang sama pun akan di alami oleh peserta didik. Karenanya aspek-aspek ini
merupakan faktor yang terpenting dalam menggunakan metode sharing
knowledge dalam pembelajaran atau platform manajemen pengetahuan agar
masyarakat dan guru untuk secara efektif melakukan metode ini.
B. Teaching Knowledge. Metode ini terbatas pada memberikan pengajaran
berupa materi yang dimiliki guru dan wajib dimiliki oleh siswa/i di kelas.
Artinya pengetahuan yang dimiliki oleh guru harus juga dimiliki oleh siwa/i.
Metode ini sering disebut dengan pendidikan gaya bank. Guru mengajar
sedangkan siswa/i menerima untuk mengisi otak (kas) yang masih kosong
dengan pengetahuan yang dimiliki gurunya (siswa/i sebagai obyek
pendidikan). Proses pendidikan seperti ini merupakan kesalahan karena
menganggap siswa/i tidak memiliki potensi sama sekali dengan menerima
begitu saja materi yang diberikan. Pendidikan seperti ini merupakan
pendidikan outside in yang selalu di jejali pengetahuan yang bersifat abstrak
tanpa memiliki makna. Hal ini kian parah jika para pendidik tidak tahu
bagaimana menggali potensi yang ada maka yang terjadi adalah metode
pengajaran menggunakan otot dengan memberikan penyadaran berupa
hukuman yang tidak mendidik.Hukuman seperti ini seharusnya tidak pantas
untuk dilakukan apalagi dilakukan pada sekolah tinggi yang merupakan
tempat untuk mencetak calon pemimpin pada bangsa ini.Hal lain yang
menjadi keprihatinan kita adalah mengatakan kebodohan terhadap kaum
generasi muda apalagi pada era sekarang merupakan kalimat yang seharusnya
tidak boleh dikeluarkan oleh seorang pendidik.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Sebagai pendidik yang profesional metode pengajaran yang sesungguhnya
adalah bagaimana dia secara kreatif berpikir bahwa setiap manusia
sesungguhnya sudah memiliki potensi yang harus dikembangkan serta
memperhatikan etika pendidikan. Tugas mereka adalah bagaimana menggali
potensi tersebut untuk di kembangkan tanpa mengabaikan haknya sebagai
makhluk ciptaan yang sempurna oleh sang pencipta.
Pengetahuan kehidupan merupakan pengetahuan yang memiliki makna dan bisa di
manfaatkan dalam kehidupan masyarakat.Bukan pengetahuan yang memiliki
persyaratan untuk bisa memenuhi ketuntasan belajar pada perguruan tinggi yang
pada akhirnya memiliki gelar tapi tidak memiliki makna.Apa artinya suatu gelar
atau title tapi tidak bisa dibuktikan dalam kehidupan bermasyarakat? Suatu
pertanyaan reflektif serta menjadi renungan kita semua ketika pendidikan kita
telah gagal menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang memiliki fungsi untuk
mencetak calon pemimpin dalam membuat perubahan di masyarakat. Banyaknya
aturan yang dibuat sehingga terkesan kaku sehingga membuat mahasiswa takut
untuk membuat kesalahan. Hal inilah yang menyebabkan calon pemimpin atau
calon perubahan tidak bisa membuat perubahan dalam hidup bermasyarakat.
Dalam kaitannya dengan proses pendidikan untuk menjawab tantangan global ini yang
harus diperhatikan pula bahwa kualitas manusia modern dengan memiliki pemikiran
untuk maju dan bersikap kritislah yang diharapkan bangsa ini. Peran pendidikan yang
modern menuntut para pendidik yang profesional untuk bisa bersikap kritis terhadap
setiap perubahan dengan tidak menjadi korban modernitas dalam arus globaliasi.
ETIKA PENDIDIKAN
Hakikat etika dalam proses pendidikan tidak terlepas dari peran pendidik sebagai
pelaku dalam proses pendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses alami (natural
process) memiliki landasan biologis sebagai mekanisme untuk mempertahankan
jenis atau yang lazimnya disebut survival of the process, jadi pendidikan
sebenarnya merupakan suatu tugas etis pokok yang memiliki a fundamental
ethnical basis. Peran etika dalam Pendidik profesional yang melihat proses
sebagai satu kesatuan yang mengarah pada perubahan positif terhadap
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
pembelajaran merupakan faktor utama dalam mempertimbangkan etika proses
pendidikan. Berbicara tentang etika berarti berbicara mengenai hak asasi yang
wajib dimiliki.Kewajiban ini juga berlaku bagi setiap organisasi pada tataran
manapun terutama negara dan pemerintah.Lembaga pendidikan sebagai salah satu
organisasi sosial perlu memiliki etika sebagai hak dan memiliki kewajiban untuk
memberikan hak sosialnya dalam bentuk etika kepada peserta didik.
Dengan demikian organisasi ini tidak sekedar menjalankan hak dan berkewajiban
mencetak calon generasi bangsa tetapi perlu memperhatikan norma atau etika
dalam proses yang berlangsung. Dalam melaksanakan etika pendidikan, selain
pengetahuan tentang etika , perlu ada ukuran dan pedoman praktis. Tanpa ukuran
dan pedoman praktis, maka pelaksanaan tidak akanmempunyai landasan konkrit,
dan hanya merupakan konsepsi kata – kata (verbal concepts) saja.
Berikut merupakan landasan atau pedoman yang menjadi tujuan dari etika
pendidikan :
1. Menjunjung tinggi Norma dan Etika Pendidikan
2. Setiap pendidikan bertujuan mengembangkan semua potensi untuk
dikembangkan
3. PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI dan bernuansa mendidik
4. Pendidikan yang berorientasi pada perkembangan dan kompetensi
Pendidikan yang beretika merupakan pendidikan yang mementingkan kebutuhan
siswa dengan memberikan pengajaran yang bermutu serta berbasis mendidik
(bukan menghukum).Contoh yang baik memberi dinamika khas kepada seluruh
proses pendidikan. “pendidikan hati nurani seolah-olah berjalan dengan
sendirinya, bilamana si anak diliputi oleh suasana yang sehat serta luhur dan ia
melihat bahwa orang (pendidik) disekelilingnya memenuhi kewajiban mereka
dengan saksama dan mempraktekkan keutamaan-keutamaan (pendidikan yang
beretika) yang mereka ajarkan”.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
BAB 3
PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGANGGURAN INTELEKTUAL
“ Ada semacam dilemma dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi,
yaitu antara memenuhi permintaan pasar atau bertahan dalam proses pendidikan
tinggi yang ideal. Perguruan tinggi sekarang mempunyai paradigma sebagai
mencetak kaum intelektual sebagai orang yang memiliki mental baja dengan
menerapkan semua potensi tetapi lemah dalam tindakan artinya lebih suka
menunggu dari pada menciptakan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat.
KONSEP PENDIDIKAN
Arus globalisasi telah banyak membuat perubahan. Tentu perubahan ini
membuat cara berpikir kita juga ikut berubah. Menjadikan mental instant dalam
setiap situasi adalah contoh perubahan global yang kini merasuk sebagian
kehidupan masyarakat khususnya kalangan remaja dan generasi muda kita. Tak
luput dari dampak arus global ini adalah dari kalangan pelajar.Generasi ini hampir
setiap harinya terjun dalam kehidupan yang tidak jelas, kehidupan gemerlap
merupakan rutinitas utama dari generasi ini. Pribadi yang tidak bisa mengkritisi
serta tidak mampu mengatasi persoalan hidup merupakan pribadi yang mudah
terpengaruh oleh arus global yang kian hari membawa anak bangsa ini kepada
kehidupan gemerlap. Persoalannya bukan menolak adanya perubahan tetapi yang
menjadi tuntutan disini adalah bagaimana kita secara kritis dan cermat untuk
terlibat dalam arus perubahan jaman.
Pelaksanaan pendidikan yang masih berada pada tataran konsep dan
konsep selama ini malah menjadi sumber masalah.Pendidikan seperti ini terus saja
beranalisis tapi tanpa sedikitpun tindakan.Hal ini juga berlaku pada pelaksanaan
pendidikan kita (khususnya perguruan tinggi) sehingga berimbas pada mutu
(kualitas) lulusan ketika mereka menjadi sarjana kelak.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Banyaknya pengangguran intelektual mengakibatkan munculnya rasa
cemas dan khawatir kemana mereka akan kerja setelah mereka menamatkan
studinya di perguruan tinggi. Hal lain yang menjadi persoalan dan menjadi dasar
pemikiran kita bahwa seolah–olah pendidikan tidak pernah memberikan
perspektif lain selepas lulus dari perguruan tinggi, kecuali hanya mencari kerja.
Bukankah sarjana disiapkan untuk bisa berpikir kreatif dan mandiri untuk
menciptakan lapangan kerja bukan untuk mencari lapangan kerja? Pribadi yang
tangguh dan terdidik merupakan pribadi yang tidak diukur berdasarkan tingkat
intelektualitas .Karena kesuksesan sesungguhnya tidak berdasarakn IQ saja tetapi
bagaimana pribadi itu menjadi pemberani dan siap untuk menghadapi perubahan
pada era globalisasi ini. Semuel Haning,SH.MH mengatakan “Sarjana dituntut
bisa mandiri dan harus mempunyai kebanggaan karena bermanfaat bagi orang lain
“Jangan menjadi seorang sarjana yang malas”. Manfaatkan potensi serta ilmu
yang sudah diperoleh selama pendidikan agar dapat bermanfaat bagi
masyarakat.Dia menjelaskan, seorang sarjana harus bisa memanfaatkan semua
potensi yang ada saat ini dan menyadari betapa pentingnya nilai tambah bagi
seorang sarjana disamping disiplin ilmu digeluti.“Nilai tambah itu adalah potensi
pribadi yang dimiliki seseorang”. Berdasarkan pengamatan pribadi penulis
seorang sarjana merupakan orang yang sudah dibekali dengan keterampilan
khusus serta memiliki potensi yang seharusnya bisa dimanfaatkan dan di
praktekkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga potensi yang sudah ada
tidak sia – sia. Kita bayangkan saja ketika kita menyelesaikan pendidikan selama
16 atau 17 tahun namun pada akhirnya kita tidak mendapatkan hal-hal positif
(membangun pribadi yang mandiri untuk sukses) selain mendapatkan ilmu
pengembangan diri secara akademik dan ilmu pengetahuan yang didapatkan
dengan bukti ijasah dan berisi angka dengan predikat yang memuaskan
merupakan tahap awal untuk menentukan bagaimana kehidupan kita ketika
tinggal dengan masyarakat.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Selain itu saya tidak bermaksud untuk menyalahkan soal aturan atau
sistem yang ada di perguruan tinggi dan universitas. Semua sistem itu memiliki
tujuan yang baik untuk membentuk kepribadian yang dewasa dan bisa berpikir
secara bijak sebagaimana visi dan misi dari pendidikan itu sendiri. Namun yang
menjadi pemikiran saya sebagai penulis buku ini bahwa apakah benar semua
aturan atau sistem tersebut mampu membuat calon intelektual tersebut membawa
perubahan pada diri mereka sendiri ataukah aturan tersebut hanya mampu untuk
mengubah cara berpikir mereka untuk menjadi pribadi yang dewasa dan dan
bijaksana. Kalau tujuan pendidikan hanya mensyaratkan untuk membentuk kedua
hal tersebut sangatlah keliru dan dan tidak memiliki makna yang sebenarnya
tentang tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Tujuan Standar Nasional Pendidikan pada perguruan tinggi dan
universitas memiliki makna yang sangat relatif. Pribadi yang dewasa dan
bijaksana merupakan pribadi yang mandiri dan mau sukses serta berpikir kritis
dengan tidak mengikuti prinsip mayoritas artinya menjadi pribadi yang berbeda
tetapi memiliki prinsip yang jelas dan memiliki rasa optimis yang tinggi untuk
mencapai keberhasilan. Inilah realita sesungguhnya untuk mencapai tujuan
dengan standar yang berbeda dengan pribadi yang kritis dan berkembang ke
tujuan positif. Standar kedewasaan seseorang tidak ditentukan berdasarkan usia
atau fisik seseorang tetapi sesungguhnya kedewasaan itu di tentukan bagaimana
pribadi itu memiliki niat dan dorongan serta cara berpikir yang kritis dengan
membuat perubahan pada hal-hal positif dan membangun bagi dirinya sendiri dan
masyarakat di sekitarnya bahkan untuk bangsa dan negara.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Berikut merupakan kisah nyata yang menjadi pribadi yang berbeda
dengan memiliki prinsip hidup mau sukses dan mandiri.
MARK ZUCKERBERG. Mahasiswa Harvard University yang putus kuliah.
Pernah mendengar situs jaringan pertemanan Friendster? Konon, melalui
situs tersebut, banyak orang-orang yang lama tak bersua, bisa kembali bersatu,
reunian, dan bahkan berjodoh. Karena itulah, situs pertemanan itu beberapa
waktu lalu sempat sangat popular. Karena itu, tak heran jika setelah era
suksesnya Friendster, berbagai situs jaringan pertemanan bermunculan. Salah
satunya adalah Facebook.
Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan
terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa
Harvard University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa
menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang
digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook,
yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus.
Pada sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini
diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih
mengenal orang lain di kampus bersangkutan. Pada sekitar tahun 2004, Mark
yang memang hobi mengotak-atik program pembuatan website berhasil menulis
kode orisinal Facebook dari kamar asramanya. Untuk membuat situs ini, ia
hanya butuh waktu sekitar dua mingguan.
Pria kelahiran Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan menarik
rekan-rekannya untuk bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif singkat-
sekitar dua minggu-Facebook telah mampu menjaring dua per tiga lebih
mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap. Mendapati Facebook mampu menjadi
magnet yang kuat untuk menarik banyak orang bergabung, ia memutuskan
mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop out untuk menyeriusi situsnya
itu.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Bersama tiga rekannya-Andrew McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris
Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook untuk umum. Mark
ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih
menyeriusi Facebook. Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs
jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti tren
Friendster yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark
pun mengolah Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya
kelebihan fitur inilah yang membuat Facebook makin digemari. Bayangkan, Ada
9.373 aplikasi yang terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk
menyemarakkan halaman Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai
urusan politik dan berbagai hal lainnya.
Hebatnya lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang
dibuat tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini yang
membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang
sudah dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia. Sejak
kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat.
Prosentase kenaikannya melebihi seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah
dikunjungi 60 juta orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani menargetkan pada
tahun 2008 ini, angka tersebut akan mencapai 200 juta anggota.
Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa,
Facebook menjadi barang dagangan’ yang sangat laku. Tak heran, raksasa
software Microsoft pun tertarik meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham
hanya 1,6 persen saja, Microsoft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$
240 juta. Ini berarti nilai kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai US$15
miliar! Tak heran, Mark kemudian dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam
sejarah yang memulai dari keringatnya sendiri. Niat Mark Zuckerberg untuk
sekadar menyatukan’ komunitas kampusnya dalam sebuah jaringan ternyata
berdampak besar. Hal ini telah mengantar pria yang baru berusia 23 tahun ini
menjadi miliarder termuda dalam sejarah.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Sungguh, kejelian melihat peluang dan niat baiknya ternyata mampu
digabungkan menjadi sebuah nilai tambah yang luar biasa. Ini menjadi contoh
bagi kita, bahwa niat baik ditambah perjuangan dan ketekunan dalam menggarap
peluang akan melahirkan kesempatan yang dapat mengubah hidup makin
bermakna.
Cerita diatas tidak bermaksud mengajak teman – teman yang masih kuliah
dengan tidak lagi mengikuti kegiatan perkuliahan di sekolah tinggi atau
universitas. Saya hanya mengajak teman-teman semuanya bahwa sesungguhnya
Pendidikan dengan segala aturannya hanyalah sebagian kecil dalam membuat cara
berpikir berubah tetapi sesungguhnya kepribadian yang sadar akan perubahanlah
yang mampu membuat perubahan. Saya sendiri hanyalah korban dari sistem.
Cerita diatas mungkin merupakan inspirasi buat orang yang mengingnkan
perubahan, karena sesungguhnya perubahan itu berasal dari hati dengan niat yang
tulus untuk membuat perubahan.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Sumber:
Laporan Bulanan Data Sosial ekonomi
Katalog BPS: 9199017
Edisi 24, Mei 2012
PENDIDIKAN WIRAUSAHA
Pengangguran merupakan masalah utama yang dihadapi saat ini ketika
jaman menuntut sebuah perubahan cakrawala berpikir sarjana kita saat ini. Situasi
ini tidak bisa dijadikan suatu masalah untuk diperdebatkan, namun satu hal yang
harus kita pikirkan saat ini bahwa Pendidikan Tinggi atau Universitas harus bisa
melihat serta membaca setiap peluang ketika tuntutan jaman yang semakin hari
membuat perubahan serta temuan baru diberbagai bidang. Adanya kecenderungan
para lulusan kita pada saat ini juga adalah dengan mencari pekerjaan ketika telah
menamatkan studi diperguruan tinggi.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Hal ini diakibatkan karena sistem pendidikan pada saat ini masih
menerapkan pola pikir Abstrak artinya Sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada
obyek atau peristiwa khusus.Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara
konseptual serta secara imajinatif sesuaru yang tidak dialami secara langsung atau
konkret. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa SEKOLAH TIDAK
PERNAH MENGAJARKAN BAGAIMANA CARA BERPIKIR, namun
SEKOLAH HANYA MENGAJARKAN APA YANG DIPIKIRKAN . Para
pendidik tidak pernah membuat cara berpikir calon sarjana (kaum intelektual)
berubah ketika membahas satu persoalan, namun yang dilakukan hanyalah dengan
memberikan kritikan serta sanggahan terhadap setiap jawaban dari cara mengatasi
persoalan yang ada. Seperti di jelaskan pada topik sebelumnya bahwa perhatian
publik terhadap pendidikan sebagai agent perubahan pada era global ini sangat
tinggi. Namun apa akibatnya abila pendidikan ternyata tidak mampu
menanggulangi masalah ini. Memasuki abad ke-21 arus globalisasi semakin kuat
dan pendidikan tinggi tampaknya belum mempunyai pegangan jelas yang dapat
digunakan untuk menghadapinya.
Pendidikan tinggi mengusung harapan yang besar untuk menghasilkan
manusia – manusia Indonesia yang dapat berdiri sendiri.Tambahan mata kuliah
tentang life skills atau kewirausahaan yang sekiranya dapat membuka wawasan
berpikir peserta didik agar mereka secara kreatif menciptakan lapangan kerja
sendiri.Inilah revolusi pendidikan global sesungguhnya dengan tidak menjadi
obyek dari sistem pendidikan tetapi menjadi subyek dari pendidikan. Menurut
Kiyosaki, orang berpendidikan tinggi sering terkena penyakit yang dikenal
sebagai “Kelumpuhan Analisis”. Tak henti – hentinya mencoba mencari
kebenaran tanpa disertai tindakan.Mental pandai, tapi emosi dan fisik mereka
lumpuh.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Untuk hal ini salahsatu tawaran yang dilakukan adalah dengan
memberdayakan mahasiswa dengan penambahan pengetahuan dalam bentuk mata
kuliah yakni Kewirausahaan. Dunia kerja pada jaman sekarang menuntut kita
untuk bisa berpikir kreatif serta bagaimana mengatasi persoalan ketika kita
dituntut untuk mengatasi persoalan tersebut. Adanya pengetahuan tentang
kewirausahaan ini merupakan jawaban atas persoalan tersebut. Disini akan kita
dapatkan bagaimana kita mengubah cara berpikir kita tentang dunia kerja dan
usaha ketika kita telah menamatkan pendidikan diperguruan tinggi. Cara berpikir
kita akan berubah dengan tidak mengharapkan atau mencari pekerjaan pekerjaan
setelah kita menamatkan pendidikan di perguruan tinggi atau universitas.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
BAB 4
PENDIDIKAN DAN GLOBALISASI BUDAYA
KEBUDAYAAN BARAT DAN KEBUDAYAAN TIMUR
Studi tentang kebudayaan mutlak diperlukan untuk menemukan perbedaan
dan persamaan dari kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan merupakan norma –
norma atau kepercayaan yang telah di sepakati secara bersama dan diwariskan
oleh leluhur atau nenek moyang kepada generasi seterusnya. Konsep tentang
kebudayaan ini memang masih memiliki titik yang lemah karena warisan leluhur
ini tidak di jalankan dengan baik pada era dewasa ini.Membangun masyarakat
yang kuat dan taat terhadap kehidupan berbudaya (kebudayaan lokal) sungguh
merupakan tantangan yang berat bagi petinggi atau ketua adat disuatu daerah pada
era sekarang. Hal ini ditandai dengan masuknya budaya barat (free seks, gaya
hidup kawin cerai, perayaan valentine, dsb…)..Masuknya kebudayaan barat ini di
Indonesia melalui media informasi yang berkembang saat ini memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat.Inilah revolusi
kebudayaan barat terhadap kebudayaan timur.
Generasi muda merupakan alih waris atau penerus kebudayaan dengan
tetap mempertahankan nilai – nilai kemanusiaan bukan dehumanism malah
terjerumus oleh pengaruh kebudayaan luar (barat).Ironis memang ketika
pendidikan kita juga ikut “bermodernisasi” tetapi tidak menerapkan nilai – nilai
modern (nilai berdasarkan kualitas berpikir secara baik dan benar) secara sungguh
- sungguh untuk diterapkan dalam dunia pendidikan sekarang Inilah realita yang
kita hadapi ketika generasi muda menganggap kebudayaan lokal sebagai sesuatu
yang tradisional dan di cap ketinggalan jaman.Dimanakah peran tokoh agama dan
tokoh adat dalam mengatasi hal ini?
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
Dalam kaitannya dengan studi tentang kebudayaan ini, Pendidikan
Lingkungan Sosial dan Budaya (PLSBD) yang diajarkan di sekolah tidak cukup
kuat untuk mengendalikan pengaruh yang ada.Apakah kita harus menolak
pengaruh dari dunia barat ini?Persoalannya bukan menolak atau menerima dengan
budaya tersebut, tetapi yang ditekankan adalah bagaimana generasi muda secara
cermat untuk memilih hal – hal positif dan menjadi refleksi pembelajaran untuk di
pelajari dan di kembangkan sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Contoh
sederhana yang positif dan di rasakan manfaatnya untuk memudahkan dalam
menggunakan informasi serta menjadi keuntungan dengan masuknya budaya
asing ini adalah perkembangan dunia ICT (Teknologi dan Informasi), multimedia,
bereksplorasi di dunia maya (cyber space) melalui media internet; contohnya :
Penggunaan akun email, Face book, Twitter, dunia blogspot, website, dsb….Ini
merupakan contoh positif yang harus kita apresiasikan dari budaya barat dan dapat
kita rasakan manfaatnya dengan masuknya arus global era dewasa ini walaupun
dalam penggunaannya user atau pelaku pada media ini tidak digunakan secara
baik.
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan
Knowledge Sharing And Fostering Innovation To Transform Education
SUMBER PUSTAKA
Andrias Harefa, 2000. Menjadi manusia Pembelajar (On becoming a learner).
Jakarta
H.A.R. Tilaar,2005. Manifesto Pendidikan Nasional – Tinjauan dari perspektif
post modernisasi dan studi kultural, Jakarta
Hsu, M. H. et al (2007). Knowledge sharing behavior in virtual communities: The
relationship between trust, self-efficacy, and outcome expectations.
K. Bertens,2005. Etika (Seri Filsafat Atma Jaya: 15).2005
M.Musrofi,2003. Kunci Sukses Berwirausaha. Surakarta
Randall S. Schuler & Susan E. Jackson.1999.Manajemen Sumber Daya Manusia
– Menghadapi Abad Ke-21.Jakarta
Prof.Dr.Soedijarto,M.A,2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita
Slamet Iman Santoso,1979. Pembinaan Watak, Tugas Utama Pendidikan, (U.I –
press). Jakarta
Undang – Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003
Undang – Undang RI No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM & UU RI No.
39 tahun 1999 tentang HAM
http://ariazthyeidha.wordpress.com //kisah-kisah orang sukses dunia.html
Pos Kupang, Selasa. “Jangan Jadi Sarjana Malas”(wisuda ke XI Rektor
Universitas PGRI NTT), 28 Agustus 2012
Mengkritisi Masalah Global dan Pendidikan