buku i rptn - heart of borneo i rptn_1.pdf · tnkm pada dasarnya terdiri dari batuan pasir dan...
TRANSCRIPT
RENCANA PENGELOLAAN
TAMAN NASIONALKAYAN MENTARANG
2001 - 2025
BUKU IRENCANA PENGELOLAAN
DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN
DAN KONSERVASI ALAMTAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANG
MENGETAHUI :DI : MalinauTANGGAL : April 2002
BUPATI MALINAU,
DRS. MARTHIN BILLA, MM
MENGETAHUI :DI : NunukanTANGGAL : April 2002
BUPATI NUNUKAN,
H. ABDUL HAFID ACHMAD
MENILAI :DI : JakartaTANGGAL : April 2002
DIREKTUR JENDERALPERLINDUNGAN HUTANDAN KONSERVASI ALAM,
SUHARIYANTO
MENGESAHKAN :DI : JakartaTANGGAL : April 2002
MENTERI KEHUTANAN,
MUHAMMAD PRAKOSA
PETA LOKASITAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANG
KATA PENGANTAR
Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang (RPTNKM) ini disusun dalamrangka memenuhi salah satu ketentuan mengenai pengelolaan Taman Nasional sebagaimanadiatur berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi SumberdayaAlam Hayati dan Ekosistemnya, beserta peraturan pelaksanaannya.
Tujuan penyusunan RPTNKM adalah untuk memberikan arahan umum kebijaksanaanpengelolaan TNKM jangka panjang bagi pengelola dan para pihak terkait lainnya(stakeholders) dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan baik dalam jangka menengah(lima tahun) maupun dalam jangka pendek (tahunan).
RPTNKM ini disusun berdasarkan hasil analisa studi yang dilakukan selama lebihdari empat tahun yang dilakukan oleh Tim WWF Indonesia berdasarkan NotaKesepahaman (MOU) antara Pemerintah Indonesia melalui Departemen KehutananRepublik Indonesia cq. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam(PHKA) dengan WWF Indonesia yang pendanaannya didukung sebagian besar olehDANIDA melalui WWF Denmark. Dukungan lainnya diperoleh juga dari WWF Jermandan TOTAL Foundation Perancis.
Naskah RPTNKM ini dihimpun kedalam tiga Buku, terdiri dari:1. Buku I berisi Rencana Pengelolaan;2. Buku II berisi Data, Proyeksi dan Analisa;3. Buku III berisi Rencana Tapak;4. Buku IV berisi Ringkasan Eksekutif;
Dengan adanya perubahan paradigma di bidang pemerintahan dari sentralisasi menjadidesentralisasi, serta sejalan dengan semangat Otonomi Daerah sebagaimana diaturberdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerahdan Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan Daerah, maka model pengelolaan Taman Nasional yang dimuatdalam RPTNKM ini juga mengalami penyempurnaan menjadi Pengelolaan yang bersifatKolaboratif (Pengelolaan bersama) dan berbasiskan masyarakat.
Proses penyusunan RPTNKM mulai dari permulaan hingga naskah ini selesai disusunmelibatkan multipihak terkait (multistakeholder), mulai dari tingkat Kampung/Desa,Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, hingga tingkat pusat. Oleh karena itu, padakesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaankepada:
1. Pemerintah Denmark (DANIDA), WWF Denmark, WWF Germany, dan TOTALFoundation atas dukungan pendanaan yang diberikan sehingga seluruh kegiatandapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan;
2. Masyarakat Adat di 10 Wilayah Adat Besar yang terdapat di dalam dan di sekitarkawasan TNKM dan Forum Musyawarah Masyarakat Adat (FoMMA) atasdukungan yang diberikan sejak dimulainya studi lapangan, pemetaan wilayah adat
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) ivKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) ditetapkan pada tahun 1996 dengan luassekitar 1,35 juta hektar. Terletak di sepanjang perbatasan antara Kalimantan Timurdengan wilayah Negara Bagian Sabah dan Serawak. Kawasan TNKM sebelumnyaberstatus sebagai Cagar Alam, ditetapkan pada tahun 1980. Ketinggian TNKM berkisarantara 300 sampai 2000 meter dari atas permukaan laut. Kurang dari 5% wilayahTNKM berada di bawah ketinggian 500 meter dan lebih dari 45% berada di atasketinggian 1000 meter. Sebagian besar wilayahnya berbukit terjal. Kawasan TNKMmembentuk sebagian besar hulu-hulu sungai utama yang berada di wilayah KalimantanTimur, seperti Sungai Kayan, Sesayap dan Sembakung. Formasi batuan kawasanTNKM pada dasarnya terdiri dari batuan pasir dan sisanya sekitar 25% terdiri daribatuan gunung api (vulkanis). Keadaan tanah pada umumnya miskin hara. Sebagianbesar kawasan TNKM memiliki iklim basah tanpa musim kering yang nyata. Letakkawasan TNKM sangat terpencil. Jalan masuk ke kawasan TNKM yang ada saat inibaru terbatas pada beberapa angkutan udara dengan landasan yang berukuran kecil,angkutan perahu motor di beberapa sungai dan jalan setapak yang sederhana.
Kawasan TNKM adalah salah satu pusat utama keanekaragaman hayati penting dunia.Vegetasi yang terdapat dalam kawasan ini terdiri dari hutan dataran rendah, pegununganrendah, pegunungan, kapur, kerangas dan padang rumput, dalam suatu habitat yangmajemuk menurut ketinggian, substrat, kemiringan, faktor geomorfologik lainnya,serta menurut tahapan suksesi vegetasi. Beberapa jenis-jenis baru tumbuhan telahditemukan. Lebih banyak lagi jenis-jenis yang belum pernah dilaporkan sebelumnyaterdapat di Kalimantan. Sedikitnya 150 jenis mamalia diperkirakan terdapat dalamkawasan TNKM segera setelah survai yang memadai diselenggarakan. Saat ini lebihdari 300 jenis burung sudah diamati atau dilaporkan keberadaannya. Beberapa jenis-jenis baru ikan sudah diidentifikasi, walaupun upaya melakukan kegiatan survey lingkunganperairan baru pada tahap permulaan. Survey pendahuluan juga baru dilakukan untuk jenis-jenis reptil, amfibia dan serangga. Banyak jenis-jenis tumbuhan dan satwa endemik, beberapadiantaranya dilindungi, langka dan benar-benar terancam punah.
Keadaan habitat dan keanekaragaman hayati TNKM pada sebagian besar kawasan masihdalam keadaan yang sangat baik. Walaupun menurut laporan para penduduk setempatmenyebutkan bahwa populasi beberapa jenis-jenis satwa dan tumbuhan yang sering diburudan dikumpulkan sudah menurun di beberapa tempat dalam jangka waktu 20 tahun terakhir,namun mereka berpendapat bahwa jenis-jenis tersebut masih agak banyak. Kecuali jenisBadak Sumatra yang hampir pasti dinyatakan punah secara lokal. Masih belum jelasmengenai jarangnya Orang Utan disebabkan karena jeleknya habitat dan atau karena tekananperburuan di masa yang lalu. Dua jenis satwa yang memprihatinkan adalah Cucak Rawadan Banteng. Cucak Rawa sudah sangat langka dalam kawasan TNKM yang sebelumnyamenjadi daerah jelajahnya. Sedangkan Banteng yang digolongkan sebagai satwa yangterancam punah, populasinya dalam kawasan TNKM tidak begitu besar dan ada beberapabukti menunjukkan bahwa populasinya mengalami penurunan.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) viKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
secara partisipatif serta pembahasan draft Rencana Pengelolaan TNKM di masing-masing Wilayah Adat dan lain-lain;
3. Bupati Malinau dan Bupati Nunukan beserta jajarannya mulai dari tingkatKabupaten hingga tingkat Desa yang telah memberikan arahan kebijakan, sarandan masukan yang sangat berharga serta komitmen yang tinggi terhadap pelestarianTNKM;
4. Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Timur atas dukungan kebijakan, informasidan masukan yang diberikan;
5. Menteri Kehutanan cq. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alamatas dukungan kebijakan, saran, masukan dan kritik yang diberikan hingga modelpengelolaan kolaboratif yang berbasiskan masyarakat dapat diterima;
6. Mission Aviation Fellowship (MAF) di Tarakan atas dukungan transportasi udarayang disediakan;
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikandukungan mulai dari awal hingga berakhirnya kegiatan penyusunan RPTNKM inidisampaikan terima kasih dan penghargaan.
Disadari bahwa RPTNKM ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat terbukabagi kritik, masukan dan saran guna penyempurnaannya.
Akhirnya diharapkan semoga RPTNKM ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yangberkepentingan.
Tarakan, April 2002
Tim Penyusun
v Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Dukungan terhadap TNKM oleh masyarakat setempat sangat beragam. Masyarakatsetempat sudah mengelola hutan yang terdapat dalam kawasan TNKM selama berabad-abad dan mempunyai niat kuat memelihara hutan untuk pemanfaatan yang berkelanjutandan keperluan pariwisata. Beberapa lembaga adat telah melakukan penghentiansementara terhadap perburuan burung Cucak Rawa dan Banteng karenakekhawatirannya terhadap pemanfaatan yang berlebihan. Akan tetapi ada juga yangmempunyai keinginan besar untuk mempertahankan lahannya untuk mencukupikebutuhan akan lahan pertanian bagi keturunan /anak cucu mereka serta untukpembangunan ekonomi seperti hak pengusahaan hutan masyarakat dan perkebunanrakyat. Penduduk juga khawatir bahwa Taman Nasional akan berarti bahwa penguasaanatas tanah adat mereka dirampas oleh pemerintah sehingga akses menuju sumberdayaalam tempat mereka bergantung selama ini ditutup. Oleh karena itu, beberapa kelompokmasyarakat meminta agar sebagian besar atau seluruh tanah adat mereka dikeluarkandari kawasan TNKM, terutama di wilayah kecamatan Krayan dan lembah sungai Tubu.
Jika mengikuti batas yang direkomendasikan oleh masyarakat, maka akan terdapatdua kawasan Taman Nasional. Pertama, dibagian selatan dengan luas sekitar 800.000hektar berada terutama di wilayah Kecamatan Kayan Hilir dan Long Pujungan. Kedua,dibagian utara dengan luas sekitar 85.000 hektar terletak terutama di wilayahKecamatan Lumbis, Mentarang dan sedikit di wilayah adat Krayan Hilir.
Keadaan TNKM sangat unik, oleh karena itu memerlukan pengelolaan yang beberapaaspeknya bersifat baru (inovatif). Sasaran pengelolaan yang direkomendasikan adalah“Melestarikan tumbuhan, satwa dan habitatnya dalam kawasan TNKM untukkepentingan masyarakat, melalui pemanfaatan suberdaya alam oleh masyarakatsetempat secara berkelanjutan, pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi,berbasiskan pada suatu pendekatan pengelolaan bersama”.
Untuk mencapai sasaran ini, maka tujuan pengelolaan TNKM adalah sebagai berikut:A. Menjamin bahwa pemanfaatan tumbuhan dan satwa yang dilakukan oleh masyarakat
setempat secara berkelanjutan;B. Membangun dan mempertahankan sistem pengelolaan bersama dengan masyarakat
dan pemerintah setempat;C. Mengoptimalkan kesempatan pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi yang
cocok dengan pelestarian (konservasi) dan pemanfaatan sumberdaya alam secaratradisional.
TNKM lebih condong untuk dijadikan sebagai sebuah kawasan lindung yangsumberdayanya terurus (terkelola) dengan baik mengikuti kriteria VI IUCN. Kawasanini dikelola untuk menjamin perlindungan dan pemeliharaan jangka panjang terhadapkeanekaragaman hayati, sementara pada saat yang bersamaan dapat menyediakanhasil alam (hutan) dan pelayanan secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhanmasyarakat.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) viiiKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kawasan TNKM memiliki potensi pariwisata berupa pengamatan hidupan liar, wisatabelajar, mengenal kehidupan masyarakat Dayak, arung jeram dan penjelajahan. Wisatawanyang berkunjung ke kawasan TNKM sekitar 25 orang per tahun. Faktor-faktor yangmenghambat pengembangan pariwisata adalah letak kawasan TNKM yang sangat terpencil,waktu perjalanan yang lama dan biaya yang tinggi, hidupan liar pada umumnya sulit dilihat,kurangnya obyek-obyek alam yang khas dan kurangnya sarana pariwisata selain rumah-rumah milik penduduk kampung. Sebagian besar potensi hidupan liar, pemandangan danatraksi pariwisata yang dimiliki oleh TNKM juga ditemukan di daerah lain yang lebihmaju di Kalimantan, Sabah atau Serawak. Oleh karena itu, untuk mengembangankepariwisataan di TNKM perlu memadukan kegiatan atraksi wisata regional yang telahada seperti penjelajahan sungai Mahakam, penyelaman pada karang atol Derawan dekatBerau (Tanjung Redeb), daerah tujuan wisata alam (lingkungan) di Sabah, Serawak dandaerah lainnya di Kalimantan.
Di seluruh kawasan TNKM terdapat 10 wilayah adat, dihuni oleh sekitar 16.000 orangpenduduk yang mendiami 50 desa, beberapa diantaranya sudah berbaur menjadi “lokasi”pemukiman yang lebih luas. Lebih dari 50% wilayah adat mereka berada dalam kawasanTNKM dan bahkan ada beberapa diantaranya yang lebih dari 80% wilayah adatnya terletakdalam kawasan TNKM. Masyarakat tersebut memiliki satu kelompok etnik bahasa yangberanekaragam, yang sangat dikenal dengan sebutan bahasa dayak(etnolinguistik) yangsecara keseluruhan dikenal sebagai masyarakat Dayak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Dayak telah menghuni kawasan ini sekitar350 tahun yang silam. Mata pencaharian masyarakat setempat adalah berladang dan ataubercocoktanam padi sawah yang diselingi dengan berburu satwa dan mengumpulkantumbuhan dari hutan untuk kebutuhan sehari-hari dan hasilnya dijual untuk mendapatkanuang. Keadaan perekonomian penduduk pada umumnya miskin, namun demikian, tingkatperekonomian mereka secara umum melampaui rata-rata propinsi. Pelayanan kesehatandan pendidikan untuk penduduk setempat secara keseluruhan masih berada pada tingkatyang rendah. Masyarakat setempat masih menganut hukum adat dan praktik pengaturannyatampak secara jelas pada berbagai aspek kehidupan sehari-hari, serta kepala adat ataupemimpin adat masih dihormati. Walaupun demikian, terlihat bahwa perhatian terhadapaspek-aspek tradisional kehidupan masyarakat adat ini semakin berkurang dibandingkanpada masa yang silam. Perpindahan penduduk keluar daerah untuk meningkatkan tarafperekonomian, pendidikan serta memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik, telahmenyebabkan berkurangnya populasi penduduk di wilayah ini secara nyata hinggapermulaan tahun 1980-an dan banyak desa-desa yang berada dalam kawasan TNKMditinggalkan oleh penghuninya.
Kecenderungan ini nampaknya sekarang sudah stabil dan bahkan di beberapa tempatmalah sebaliknya. Ada kecenderungan bahwa, minat untuk bermukim kembali padabeberapa kampung-kampung yang telah ditinggalkan semakin meningkat karena ditempat mereka tinggal sekarang menghadapi berbagai masalah ekonomi dan masalah-masalah lainnya dan adanya daya tarik dari kegiatan eksploitasi sumberdaya alam diwilayah kampung mereka.
vii Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
lebih sulit untuk melindungi keanekaragaman hayati dalam jangka panjang, demikianpula dengan pemberian pelayanan dasar oleh Pemerintah Daerah akan menjadilebih mahal. Idealnya, cara-cara lainnya mesti ditemukan untuk membantu mengatasimasalah ekonomi, sosial dan masalah-masalah lain yang menyebabkan besarnyaminat untuk bermukim kembali pada desa-desa yang telah ditinggalkan.
B. Pengelolaan Tumbuhan, Satwa dan Ekosistemnya
Kegiatan inventarisasi keberadaan dan penyebaran jenis perlu dikerjakan lebih banyaklagi:a. Kegiatan relokasi, rehabilitasi dan pengkayaan jenis belum merupakan prioritas
yang mendesak, kecuali kemungkinan untuk melakukan studi kelayakan mengenaipeliaran kembali Badak dan Orang Utan;
b. Prioritas tertinggi dalam kegiatan pengelolaan habitat adalah melanjutkanpembakaran padang rumput secara teratur guna meningkatkan daya dukungterhadap habitat Banteng dan satwa pemakan rumput (herbivora) lainnya;
c. Prioritas yang paling tinggi adalah pengelolaan hasil sumberdaya alam secaraberkelanjutan, yang mana masyarakat setempat dapat memanfaatkannya untukmemenuhi kebutuhan sehari-hari dan memperoleh penghasilan;
d. Ketentuan mengenai pemanenan dan pengelolaan sumberdaya alam yangdimanfaatkan oleh masyarakat setempat akan didasarkan pada kesepakatankonservasi yang memadukan peraturan adat dan metode pengelolaan sumberdayaalam/hidupan liar, terutama mengenai pemantauan dan pengelolaan populasi;
e. Direkomendasikan agar pengelola kawasan menggunakan daftar jenis yangdilindungi di Indonesia dan daftar jenis yang terancam punah dari IUCN sebagaidasar untuk melakukan pemantauan kecenderungan populasi dan selanjutnyamengambil langkah-langkah untuk membatasi pemanenan jenis yang sedangmengalami pemanenan berlebihan atau sebaliknya terhadap jenis yang terancam.Kegiatan perburuan yang dikelola secara berkelanjutan disertai dengan pemantauanyang ketat terhadap beberapa jenis yang dilindungi yang masih sering dijumpai danmenjadi hama pertanian secara lokal hendaknya diperbolehkan;
f. Perdagangan secara terbatas terhadap tumbuhan dan satwa liar agar diijinkan,sebagaimana halnya terjadi pada Taman Nasional lainnya di Indonesia, kecuali suatujenis yang telah terancam oleh pemanenan yang berlebihan;
g. Penduduk setempat hendaknya diijinkan untuk menebang pohon Aquilaria gunamemperoleh gaharu, demikian juga pohon kayu untuk keperluan pembangunanrumah-rumah penduduk dan bangunan-bangunan masyarakat di Zona PemanfaatanTradisional;
h. Kegiatan penghijauan dan konservasi tanah belum diperlukan saat ini.
C. Pemanfaatan TNKM
a. Pemanfaatan TNKM sejauh ini akan paling besar dilakukan oleh masyarakatsetempat untuk keperluan perburuan satwa, pengumpulan tumbuhan untukmemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mendapatkan uang;
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Rekomendasi yang paling penting dalam Rencana Pengelolaan TNKM ini meliputi:
A. Perencanaan Kawasan, Batas dan Zonasi
a. Masyarakat setempat hendaknya diikutsertakan dalam pemberian nama baru untukTNKM agar lebih mencerminkan kisaran geografis lahan yang termasuk di dalamnyadan pengelolaan lahan yang begitu lama oleh masyarakat setempat;
b. Pengelola Kawasan (Departemen Kehutanan cq. Direktorat Jenderal PerlindunganHutan dan Konservasi Alam/PHKA) hendaknya melakukan perundingan denganmasyarakat setempat, Pemerintah Daerah, dan pemegang Hak Pengusahaan Hutan(HPH) guna mencoba untuk melakukan penambahan luas kawasan TNKM agardapat dilakukan perlindungan jangka panjang yang lebih baik terhadap lingkungandan keanekaragaman hayati;
c. Beberapa Wilayah Adat telah mengajukan permintaan bahwa lahan yangdimanfaatkan secara intensif untuk perkampungan, pertanian dan kehutanandikeluarkan dari kawasan TNKM. Permintaan ini seyogyanya mendapatkanpersetujuan oleh Pengelola Kawasan;
d. Beberapa Wilayah Adat lainnya telah mengajukan permintaan agar semua atau hampirsemua tanah adat mereka dikeluarkan dari kawasan TNKM. Untuk itu disarankanagar Pengelola Kawasan membuat batas sementara, mengeluarkan tanah adat yangdimanfaatkan secara intensif dari dalam kawasan TNKM. Untuk lahan sisanya, PengelolaKawasan dapat melakukan perencanaan tata guna lahan yang lebih rinci bersama-samamasyarakat setempat dan Pemerintah Daerah. Sasarannya adalah agar semua pihakmelakukan identifikasi untuk menentukan lahan yang masuk dalam kawasan TNKM,sehingga kawasan TNKM benar-benar merupakan hutan yang masih utuh karenamemiliki nilai konservasi yang tinggi atau karena tidak cocok untuk pembangunan.Dengan demikian, kawasan hutan tersebut akan tetap berada dalam kawasan TNKMdan dikelola secara bersama-sama;
e. Langkah awalnya TNKM memerlukan sebuah sistem zonasi yang sederhana. Sebagianbesar kawasan TNKM hendaknya dijadikan sebagai Zona Pemanfaatan Tradisional(ZPT) sehingga pemanfaatan secara berkelanjutan oleh masyarakat setempatdiperbolehkan. Bagian lain dari kawasan TNKM perlu dijadikan sebagai Zona Intiyang telah mendapatkan persetujuan sementara oleh masyarakat dan Zona Pemanfaatanuntuk areal yang dipakai sebagai Stasiun Penelitian Hutan di Lalut Birai. Memaksakanpembuatan Zona Rimba atau lebih banyak Zona Inti pada saat ini akan membingungkandan bertentangan dengan masyarakat serta belum diperlukan untuk perlindungankeanekaragaman hayati pada saat sekarang. Zonasi dapat ditinjau kembali setelahdiperoleh pengetahuan yang lebih banyak mengenai habitat yang terdapat dalam TNKM,diperoleh kepercayaan masyarakat setempat dengan Pengelola Kawasan, masyarakatsetempat dan instansi setempat lebih menyadari peran dan kebutuhan zonasi lainnya;
f. Pengelola Kawasan perlu bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan masyarakatsetempat guna mencoba untuk mengembangkan alternatif yang dapat diterima terhadaprencana beberapa kelompok masyarakat untuk bermukim kembali pada kampung-kampung yang telah ditinggalkan. Rencana pemukiman kembali bisa memecahkawasan TNKM dan menimbulkan permasalahan lain yang akan membuat
ix Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
c. Sebagai langkah awal, lebih baik melakukan pendekatan yang bersifat kerjasamadengan perusahaan-perusahaan HPH daripada bersifat konfrontasi;
d. Harga emas yang murah saat ini memberikan peluang untuk membatalkan ijineksplorasi dalam kawasan TNKM;
e. Satu-satunya jenis satwa yang menunjukkan tanda-tanda tekanan perburuanberlebihan dalam kawasan TNKM adalah Cucak Rawa. Upaya perlindunganterhadap jenis ini hendaknya mengikutsertakan lembaga-lembaga adat setempatdan mempergunakan berbagai macam pendekatan, seperti misalnya pendidikan,pembatasan perburuan, dsb.;
f. Tanggung jawab penegakan hukum diantara para pihak terkait (PHKA, lembagaadat setempat dan Pemeritah Daerah) perlu untuk dirundingkan;
g. Pendekatan awal yang seyogyanya dilakukan dengan masyarakat setempat adalahdimulai dari peningkatan kepedulian dan pendidikan mengenai peraturan perundang-undangan dan alasan untuk melakukan konservasi, ditujukan untuk meningkatkankepedulian secara sukarela dan atau penegakan hukum pendahuluan oleh lembagaadat berdasarkan Kesepakatan Konservasi dan Nota Kesepakatan, sebelumdilanjutkan dengan bentuk-bentuk penegakan hukum lainnya, jika diperlukan;
h. PHKA, KSDA dan Pemerintah Daerah perlu memberikan dukungan kepadamasyarakat setempat yang saat ini dengan inisiatif sendiri menghentikan pengambilansumberdaya alam secara tidak sah dari TNKM oleh pihak–pihak luar. Hal inimerupakan suatu cara yang penting untuk membangun kepercayaan antaramasyarakat dan Pemerintah.
F. Pengembangan Kelembagaan
a. Pengelolaan TNKM secara bersama dengan mengikutsertakan PHKA, masyarakatadat setempat dan Pemerintah Daerah sangat diperlukan. PHKA adalah instansipemerintah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan nasional dan kesepakatan-kesepakatan internasional untuk melindungidan pengelola keanekaragaman hayati Indonesia dan menyediakan keahlianpengelolaan kawasan dan konservasi keanekaragaman hayati. Masyarakat setempatsudah hidup dan mengelola lahan kawasan TNKM lebih dari 300 tahun,mengandalkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dankebutuhan uang dan tahu banyak tentang keanekaragaman hayati kawasan danlingkungannya. Pemerintah daerah harus diikutsertakan karena peristiwa-peristiwayang terjadi dalam kawasan TNKM mempunyai konsekuensi lingkungan, sosialdan ekonomi bagi Kabupaten dan Propinsi, serta rencana dan kegiatan PemerintahDaerah bisa menimbulkan dampak yang luas terhadap TNKM;
b. Masyarakat setempat mengusulkan agar keikutsertaan mereka dalam pengelolaanTNKM secara bersama-sama dapat disalurkan melalui Forum MusyawarahMasyarakat Adat (FoMMA). Susunan anggota FoMMA akan berasal dariperwakilan 10 wilayah adat yang lahannya masuk atau disekitar kawasan TNKM.FoMMA akan bekerja melalui lembaga adat di tiap-tiap wilayah adat;
c. FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah Kabupaten akan mengelola TNKM secarabersama-sama melalui Dewan Penentu Kebijakan (DPK) TNKM, yangdirekomendasikan memiliki lima (5) anggota mewakili FoMMA, empat (4)
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xiiKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
b. Pemanfaatan TNKM untuk kepentingan pariwisata, pendidikan dan tujuan-tujuanlainnya akan tumbuh secara lambat. Wisatawan yang diharapkan datang berkunjungditargetkan mencapai 3.000 orang pada tahun 2025;
c. Ekowisata hendaknya berbasiskan masyarakat, dikembangkan secara perlahan-lahan dan dikelola oleh masyarakat setempat bekerjasama dengan pengelola TNKMdan perusahaan pariwisata dari luar;
d. Upaya peningkatkan kepedulian dan pendidikan tentang TNKM adalah sangatmendesak untuk dilakukan guna meningkatkan dukungan seluruh pihak terkait(stakeholder). Sasaran kunci peserta adalah masyarakat setempat, lembagapemerintah, sekolah-sekolah, sektor swasta, pegawai pemerintah dan pengunjungTNKM;
e. Masyarakat setempat, lembaga masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah akanmemperoleh manfaat yang besar dari program pelatihan dan wisata belajar karenameningkatkan kemampuan mereka guna berperanserta secara efektif dalampengelolaan TNKM;
f. Potensi besar TNKM untuk pendidikan tingkat SMU dan wisata belajar harusdikembangkan.
D. Penelitian dan Pengembangan
a. Untuk memperlancar para ilmuwan dan pengelola kawasan, masyarakat hendaknyadiikutsertakan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan mengiterpretasikanpenelitian. Penggabungan pengetahuan ekologi lokal akan meningkatkan efektifitaswaktu dan biaya penelitian;
b. Penelitian jenis dan populasi hendaknya dipusatkan pada jenis-jenis yang umumnyadipanen dan atau jenis-jenis indikator kesehatan habitat/ekosistem secara umum;
c. Penangkaran dan pembudidayaan belum waktunya mendapatkan prioritas tinggidari pengelola TNKM pada tahap permulaan, walaupun ilmuwan luar danmahasiswa dengan biayanya sendiri bisa saja diterima;
d. Penelitian berskala bioregional, terutama untuk mengidentifikasi kawasan di luarTNKM yang penting untuk jenis-jenis yang memiliki wilayah jelajah luas atau jenis-jenis migrasi seperti Babi Hutan, Burung, Ikan, dsb, sangat penting untukperlindungan keanekaragaman hayati jangka panjang.
E. Perlindungan & Pengelolaan Sumber Daya TNKM
a. Pengelola kawasan hendaknya mengambil langkah-langkah pendekatan secaraproaktif dan kekeluargaan (kolaboratif) terhadap potensi ancaman, sehinggamemudahkan dalam pencegahan terjadinya masalah atau memecahkan masalahyang sudah terjadi;
b. Pengelola kawasan hendaknya membantu pemerintah melakukan analisis alternatifpembangunan jalan dan jika seandainya pembangunan jalan adalah pilihan terbaikuntuk membuka keterpencilan, maka pilihlah jalur yang dampak kerusakanlingkungannya paling kecil;
xi Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
H. Pengembangan Sarana dan Infrastruktur
a. Keterpencilan TNKM, pertumbuhan pariwisata yang lambat, ketidakpastianperkembangan sistem transportasi dan penyaluran pengunjung, ketergantunganpada pengelola lokal dan faktor-faktor lain berarti bahwa pembangunan infrastrukturpada umumnya belum merupakan prioritas utama yang mendesak. Perencanaansebaiknya dikembangkan sejalan dengan berjalannya waktu dan meningkatnyapengetahuan mengenai hal-hal tersebut;
b. Infrastruktur dengan prioritas paling tinggi pada saat ini dan mendesak adalahperpaduan antara perkantoran yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pengunjungserta perumahan pada kantor pusat, kantor cabang dan atau pos-pos lapangan,beberapa sarana pariwisata seperti jalan setapak untuk penjelajahan dan saranauntuk pengamatan hidupan liar yang sederhana.
I. Pengembangan Peran Serta Masyarakat
a. Program pembangunan masyarakat akan sulit dikembangkan karena jaraknya yangjauh dari pasar, sulitnya perhubungan, ketidaksuburan tanah pada umumnya,terbatasnya pendanaan dan faktor-faktor lainnya;
b. Standard kehidupan masyarakat setempat sebaiknya didukung dengan caramembantu mereka mengelola pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam dandengan cara mengupayakan pengakuan pemerintah terhadap hak-hak masyarakatterhadap lahan dan sumberdaya alam yang terdapat dalam zona penyangga;
c. Ada beberapa potensi jangka panjang untuk proyek pengembangan ekonomiekowisata berbasiskan masyarakat, seperti pertanian, wanatani dan kerajinan, tetapiproyek-proyek ini memerlukan pengembangan secara perlahan-lahan dan berhati-hati guna menghindari permasalahan sosial dan lingkungan hidup, seperti misalnyamenarik lebih banyak imigran;
d. Pemerintah Daerah Kabupaten hendaknya mengkoordinasikan proyek proyekpembangunan di dalam zona penyangga TNKM, terutama pembangunaninfrastruktur, dibantu oleh staf TNKM dan LSM.
J. Monitoring dan Evaluasi
Memperhatikan bahwa pemanfaatan secara berkelanjutan tumbuhan dan satwa liaroleh masyarakat setempat merupakan bagian utama dari pengelolaan TNKM, perhatianyang lebih besar harus diberikan pada perancangan (disain), pelaksanaan danpemahaman sistem pemantauan lingkungan partisipatip dan mandiri tentang pengujiankecenderungan populasi yang umumnya dimanfaatkan dan atau jenis-jenis indikator,perubahan habitat, perambahan ke dalam kawasan TNKM dan indikator-indikatorlainnya.
K. Pendanaan
a. Ada kemungkinan bahwa permerintah pusat dan pemerintah daerah akanmenghadapi kesulitan dalam menyediakan dana yang cukup untuk pengelolaan
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xivKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
dari Pemerintah Kabupaten Malinau dan Nunukan, dua (2) dari PHKA dan dua (2)dari Pemerintah Propinsi. Dengan mempertahankan jumlah anggota sebanyak 13(tiga belas) orang akan menghemat biaya operasional yang cukup berarti dan lebihmudah untuk memfasilitasi pertemuan serta lebih efektif;
d. Prioritas tertinggi pada awal pengelolaan TNKM adalah bagi anggota DPK untukmerundingkan sebuah Nota Kesepakatan (MoU) yang mengatur tentang organisasidan tata kerja DPK TNKM dan mengatur tanggung jawab pengelola kawasan dariberbagai pihak-pihak terkait;
e. Pengelolaan TNKM sehari-hari akan menjadi tanggung jawab Badan Pelaksana(BP) TNKM, yang akan melapor dan diarahkan oleh DPK TNKM. Staf BP TNKMuntuk pertama kalinya bisa berasal dari PHKA, KSDA, FoMMA atau WWFIndonesia, tergantung dari keputusan yang dibuat oleh DPK TNKM, ketersediaanstaf yang berpengalaman dan pendanaan dari berbagai organisasi, dsb.;
f. Dukungan awal dan jangka panjang serta keberhasilan TNKM akan meningkatpesat bila FoMMA secara bertahap mengambil peran utama bersama-sama BPTNKM. Kemajuan terhadap pencapaian tujuan ini akan tergantung pada keluaran(outcome) dari program pelatihan pengelolaan kawasan dan perlindungankeanekaragaman hayati yang diberikan oleh PHKA, KSDA, WWFI dan lainnyauntuk melengkapi pengetahuan lokal (kearifan lokal) yang telah dimiliki FoMMAdan masyarakat setempat tentang tumbuhan, satwa dan ekosistem, ketersediaanpendanaan untuk FoMMA dan seberapa baik FoMMA menunjukkan tanggungjawabnya melindungi lingkungan TNKM dan mematuhi kesepakatan pengelolaan;
g. Cara yang paling praktis untuk merencanakan staf Badan Pelaksana adalah denganmembentuk tim kecil, yang intinya terdiri dari semua bidang utama yang diperlukandan menambah beberapa staf dengan bidang keahlian yang berbeda apabilaketersediaan dana memadai. Mengingat terbatasnya kemampuan pendanaan PHKAdan FoMMA serta staf pada beberapa tahun mendatang, WWFI pada awalnya bisamengisi sebagian besar posisi staf utama atau staf inti ini setidaknya dalam empattahun pertama masa pelaksanaan Rencana Pengelolaan TNKM dan melapor sertadiarahkan DPK TNKM. Walaupun demikian, direkomendasikan agar PHKA danKSDA segera menugaskan staf seniornya sebagai petugas penghubung penuh untukTNKM sehingga pelatihan untuk FoMMA dan masyarakat setempat segera dapatdimulai agar mereka secepatnya menjadi bagian dari Badan Pelaksana.
h. Mempekerjakan masyarakat setempat sebagai staf Badan Pelaksana apabilamemungkinkan, akan sangat berguna untuk membangun dan memelihara dukunganmasyarakat setempat terhadap TNKM.
G. Koordinasi
Koordinasi dengan lembaga pemerintah lainnya, LSM, sektor swasta dan pihak-pihakterkait lainnya dapat dicapai dengan baik melalui kunjungan teratur ke kantor-kantor,berpartisipasi pada rapat-rapat perencanaan di tingkat Kabupaten dan Propinsi danforum komunikasi dan koordinasi tahunan daripada melalui badan koordinasi yangbesar, resmi dan mahal.
xiii Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xviKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
TNKM yang ideal. Mekanisme pendanaan alternatif dan inovatif perludikembangkan. Kewajiban untuk penggantian atas biaya sumberdaya alam (Debtfor nature swaps), hibah pampasan karbon (Carbon sequestration grants),kemitraan dengan LSM yang mempunyai hubungan luas dengan donor internasionaldan melimpahkan lebih banyak tugas pengelolaan kepada FoMMA dan lembagamasyarakat setempat lainnya, yang bisa melaksanakan berbagai tugas dengan biayarendah patut dipertimbangkan;
b. Pendanaan dalam jumlah besar dari PHKA tidak diperlukan dalam waktu dekatkarena keberhasilan WWFI dalam memperoleh hibah selama empat tahun dariPemerintah Denmark (DANIDA) untuk membiayai kegiatan TNKM. Tetapipendanaan PHKA untuk beberapa infrastruktur, upaya-upaya pemantauan danevaluasi dan kegiatan lainnya sangat diperlukan;
c. Jika seandainya PHKA mampu mendapatkan dana di waktu yang akan datang,sebaiknya digunakan untuk memberi hibah kepada FoMMA untuk kegiatan TNKMyang bersifat khusus;
d. Penerimaan dari sektor pariwisata, denda atas pelanggaran peraturan TNKM, beamasuk dan sewa dari penggunaan fasilitas dan penerimaan lainnya yang berhubungandengan TNKM hendaknya diterima oleh FoMMA dan Lembaga Adat gunamendukung kegiatan-kegiatan pengelolaan dan memberikan pendapatanmasyarakat. Mengalokasikan dana ini kepada masyarakat akan meningkatkan jumlahorang dan anggota masyarakat yang merasa bahwa memberikan dukungan kepadaTNKM adalah untuk kepentingan mereka sendiri;
e. Jika seandainya diperoleh pendanaan yang lebih besar dari Debt for nature swaps,Carbon sequestration grants atau sumber-sumber lainnya, sebagian dana hendaknyadialokasikan untuk masyarakat guna penggantian atas bantuan mereka dalampengelolaan kawasan dan untuk membantu mengembangkan kegiatan-kegiatandalam rangka menggali pendapatan sampingan yang akan membantu mencegahpengambilan sumberdaya alam yang tidak berkelanjutan.
xv Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
TIM PENYUSUN
WWF Indonesia telah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutandan Konservasi Alam (PHKA) untuk membangun Taman Nasional Kayan Mentarang(TNKM) sejak tahun 1990. Perhatian utama yang tercurah pada akhir kurun waktuini (dari tahun 1996 sampai dengan November 2000) adalah menyelesaikan penyusunanRencana Pengelolaan TNKM berdasarkan masukkan dari masyarakat yang tinggal didalam dan di kawasan TNKM, PHKA, dan Pemerintah Daerah.
Staf senior yang terlibat dalam kurun waktu ini adalah :
Jabatan / Bidang di Proyek Nama
Pimpinan Proyek : Dale WithingtonPendidikan dan Penyadaran : Monica KusnetiKonservasi Biologi : Stephan Wulffraat, Agustinus Taufik, Carey
Yeager, James SowerbyKoordinator Kebijakan : Dolvina DamusGIS / Pemetaan : Ketut Deddy, Mulyadi, KusworoPengembangan Masyarakat : Cristina EghenterAdministrasi & Logistik : Agustono Dwi Rachadi
Semua staf lainnya juga turut berperan dan memberikan pemikiran yang sangat berartidalam penyelesaian Rencana Pengelolaan TNKM. Staf WWF Indonesia di Balikpapandan Jakarta juga memberikan dukungan, demikian juga halnya dengan mitra-mitraproyek seperti WWF Denmark dan WWF Jerman.
Tanpa dukungan dan kerja keras dari staf WWF Indonesia pada periode sebelumnyayang tergabung dalam pembangunan TNKM, penyususnan Rencana Pengelolaan initak mungkin dapat diwujudkan. Pemimpin-pemimpin Proyek WWFI Kayan Mentarangsejak tahun 1990 adalah Tim Jessup, Godwin Limberg, dan Cristina Eghenter.
Sebagai tambahan, bahwa Rencana Pengelolaan ini tidak akan dapat diselesaikan tanpabantuan yang tak ternilai dari para konsultan berikut ini :
Nama : Bidang Tugas
Jim Schweithelm Memfasilitasi Lokakarya Staf mengenai PenyusunanRencana Pengelolaan, dan ikut menulis serta melakukanpenyuntingan terhadap Rencana Pengelolaan.
Robert Stuebing Konservasi BiologiGodwin Limberg Pengembangan Tanaman HutanJanet Cochrane Pengembangan PariwisataMichael Terzich Infrastruktur Taman Nasional
xvii Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Agus Sriyadi Infrastruktur Taman NasionalPadmo Wiyoso (KSDA) Infrastruktur Taman NasionalElizabeth Fox Penyadaran dan Pendidikan
Selain itu, para Kepala Adat dan Masyarakat Adat di 10 Wilayah Adat yang tanahadatnya menurut Keputusan Menteri tentang Penetapan kawasan Taman NasionalKayan Mentarang masuk dalam kawasan telah memberikan banyak sekali informasiyang dicantumkan dalam Rencana Pengelolaan ini.
Staf senior BKSDA Kalimantan Timur, seperti Budiman Amin, Ade M. Rachmat danPadmo Wiyoso, juga banyak memberikan buah pikiran dalam penyusunan RencanaPengelolaan ini.
Dukungan pendanaan untuk penulisan Rencana Pengelolaan TNKM ini sebagian besarbersumber dari Danida, sebuah lembaga bantuan Internasional dibawah KementerianLuar Negeri Denmark. Dana hibah tambahan diperoleh dari WWF Jerman, WWFBelanda, Ford Foundation, dan TOTAL Foundation Perancis.
Akhirnya, pengesahan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang inihanya dapat dimungkinkan berkat jerih payah, masukan, bantuan, usaha, dan dukungandari pihak-pihak sebagai berikut :
1. Marthin Billa (Bupati Malinau)2. H. Abdul Hafid Acmad (Bupati Nunukan)3. Wahyudi Wardoyo (Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan)4. Suhariyanto (Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam)5. Yunus Poddalah (Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Malinau)6. Tomy Harun (Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Nunukan)7. Ramon Janis (Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur)8. Tonny Soehartono (Direktur WWF Sundaland Bioregion Kalimantan)9. IGNN Sutedja (Project Executant WWF-Kayan Mentarang)
10. Marten Labo (Ketua Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman NasionalKayan Mentarang).
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................... iLembar Pengesahan ................................................................................. iiPeta Lokasi .............................................................................................. iiiKata Pengantar ........................................................................................ ivRingkasan Eksekutif ................................................................................ viTim Penyusun .......................................................................................... xviDaftar Isi ................................................................................................. xviiiDaftar Tabel ............................................................................................. xxDaftar Gambar ......................................................................................... xxDaftar Lampiran ...................................................................................... xxi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang dan Pertimbangan Status Taman NasionalKayan Mentarang ................................................................
B. Karakteristik dan Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan ......C. Perumusan Rencana Pengelolaan ........................................D. Dasar Pemikiran, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Rencana
Pengelolaan ........................................................................
Bab II. Keadaan Umum
A. Keadaan Fisik .....................................................................B. Keadaan Biologi .................................................................C. Potensi Wisata ....................................................................D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Kebudayaan ...........................E. Pengelolaan Kawasan .........................................................
Bab III. Tujuan, Sasaran dan Target Pengelolaan
Bab IV. Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional
Bab V. Upaya Pokok dan Rencana Kegiatan
A. Aspek Pengelolaan dan Kebijakan .......................................1. Perencanaan ...................................................................2. Perbatasan Luar ..............................................................3. Zona Internal ..................................................................
B. Mengelola Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem .............1. Flora, Fauna dan Ekosistem ............................................2. Hidrologi ........................................................................3. Rehabilitasi Taman .........................................................
C. Pemanfaatan Kawasan ........................................................D. Penelitian dan Pengembangan .............................................E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan ........F. Pengembangan Kelembagaan ..............................................
I-1
I-1I-2I-2
I-3
II-5
II-5II-6
II-11II-14II-17
III-21
IV-24
V-26
V-26V-26V-26V-35V-36V-36V-45V-45V-46V-49V-54V-61
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xviiiKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
G. Koordinasi dengan DepHutBun, Lembaga Terkait dan LSM .H. Pengembangan Pengelolaan dan Penggunaan Infrastruktur ..I. Pengembangan Partisipasi Masyarakat ................................J. Pemantauan dan Evaluasi ....................................................
Bab VI. Anggaran
BabVII. Penjadwalan dan PentahapanA. Batas Taman dan Masalah Zonasi ........................................B. Mengelola Flora, Fauna dan Ekosistem ...............................C. Pemanfaatan Kawasan ........................................................D. Penelitian dan Pengembangan .............................................E. Penegakan Hukum dan Perlindungan Kawasan ...................F. Pengembangan Kelembagaan ..............................................G. Koordinasi ..........................................................................H. Mengembangkan Prasarana Pengelolaan dan Pemanfaatan ..I. Peran serta Masyarakat dan Pembangunan .........................J. Pemantauan dan Evaluasi ....................................................
BabVIII. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran
V-69V-70V-75V-81
VI-83
VII-91VII-91VII-93VII-96
VII-100VII-103VII-103VII-105VII-106VII-108VII-110
VIII-112
P-117
L-132
xix Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal.
1. Kelompok Sasaran, Tujuan, Materi, Kegiatan dan Media ProgramPendidikan Konservasi ......................................................................
2. Anggaran 5 dan 25 tahun untuk TNKM dalam Dollar Amerika ............
V-48
VI-87
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xxKayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
1. Peta Lokasi Taman Nasional Kayan Mentarang ..................................2a. Peta Tipe Habitat dan Lokasi Transek Biologi di TNKM ....................2b. Peta Tipe Habitat dan Lokasi Transek Biologi di TNKM ....................3. Peta Batas Wilayah Adat di Taman Nasional Kayan Mentarang ..........4. Peta Usulan Batas TNKM oleh Masyarakat & Batas Luar Sementara
Wilayah Adat Tubu ............................................................................5. Daerah dengan Potensi sebagai Zona Inti ...........................................6. Kawasan Hutan Penting sebagai Koridor ke TNKM ..........................7. Peta HPH di Sekitar TNKM ..............................................................8. Peta Potensi Mineral dan Hak Explorasi di Sekitar TNKM ................9. Peta Rencana Jalan di dalam dan Sekitar TNKM ...............................10. Usulan Struktur Pengelolaan Bersama untuk TNKM ........................11. Pola Kepegawaian Utama yang direkomendasikan untuk TNKM
Berdasarkan Keperluan Teknis dan Dana yang akan Tersedia SecaraRealistis .............................................................................................
12. Peta Rencana Prasarana Pengelolaan di TNKM ..................................13. Peta Rencana Prasarana Wisata di TNKM .........................................
II-7II-12II-13II-16
V-29V-38V-53V-56V-57V-62V-66
V-68V-77V-78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Pertimbangan Status TNKM
Taman Nasional Kayan Mentarang adalah salah satu kawasan lindung terpenting di AsiaTropis dan merupakan salah satu kunci dari sistem kawasan lindung Indonesia. Luasnyakawasan, lokasinya yang terletak di titik penting keanekaragaman hayati, tingginya nilaibudaya dan peranannya dalam perlindungan daerah aliran sungai, merupakan faktor utamayang membuat TNKM menjadi sangat bernilai. Kawasan hutan ini merupakan kawasanlindung terbesar di Pulau Kalimantan dan merupakan kawasan lindung terbesar di antarakawasan sejenis di Indonesia dan Asia Tenggara. Kawasan ini sebagian besar merupakandaerah pegunungan dan terdiri atas tipe-tipe vegetasi yang beragam, termasuk hutan hujandataran rendah, bukit, pegunungan rendah, pegunungan tinggi, hutan kerangas, hutanbatu gamping dan juga padang rumput. Taman nasional ini juga merupakan sumber mataair dari tiga sungai penting di Kalimantan (Sungai Kayan, Sungai Sesayap dan SungaiSembakung) dan merupakan kunci utama dalam pemeliharaan tata air dan transportasisungai. Kelompok-kelompok masyarakat asli suku Dayak yang tinggal di dalam dan disekitar Kayan Mentarang dan wilayah adatnya masuk dalam taman nasional, menambahdimensi daya tarik khusus bagi para pengunjung taman nasional untuk menyaksikanperburuan tradisional, pengumpulan sumber daya alam dan praktek-praktek pertanianserta budaya tradisional suku Dayak. Dalam taman nasional ini terdapat kuburan-kuburanmegalitik yang memberikan pengetahuan prasejarah penting mengenai lokasi tersebut.
Berbagai kombinasi dari substrat geologi, tipe hutan dan ketinggian menghasilkan berbagaitipe-tipe habitat dan variasi jenis flora dan fauna. Kayan Mentarang merupakan pusatterbesar dari keanekaragaman hayati dan endemisme tumbuhan untuk Pulau Kalimantan(WWF-IUCN, 1994). Dari 228 jenis mamalia yang telah diketahui terdapat di Kalimantan,lebih dari 150 jenis diduga terdapat di dalam taman nasional. Banyak jenis diantaranyamerupakan jenis endemik Kalimantan dan beberapa sudah terancam punah. Kawasan inijuga menarik dari segi jenis burungnya. Birdlife International mencalonkan pegununganKayan Mentarang dan daerah ketinggian lainnya di Kalimantan Timur menjadi salah satudaerah konservasi burung-burung endemik paling penting dunia. Sejauh ini telah tercatat337 jenis burung di dalam taman nasional, termasuk jenis terancam punah atau dilindungi.Para ilmuwan juga yakin bahwa kawasan ini kaya akan jenis-jenis amfibi, reptil dan ikan,meskipun kelompok-kelompok satwa ini belum disurvei secara teliti.
Menyadari akan tingginya nilai kekayaan alam dan budaya dari Kayan Mentarang,Pemerintah Indonesia menetapkan kawasan ini sebagai cagar alam pada tahun 1980.Manfaat sistem kawasan lindung Indonesia telah ditegaskan dalam RencanaKonservasi Nasional (FAO 1982/83) dan nilai pentingnya diantara kawasan lindungdi Asia telah didokumentasikan oleh IUCN (Mac Kinnon and Mac Kinnon, 1986)
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) I-1Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal.
1. Rencana Kerja ................................................................................... L-132
xxi Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
yang mendasari Rencana Pengelolaan ini dikumpulkan sejak tahun 1990, pada saatdimulainya kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). WWFmenerima hibah pendanaan dari beberapa sumber untuk kegiatan ini, meliputi TheFord Foundation, The European Union, USAID, The Mac Arthur Foundation danAlton Jones Foundation. Sejumlah kalangan akademik nusantara dan mancanegaraserta lembaga ilmiah lainnya telah menyumbangkan ilmuwan-ilmuwan guna membantupengumpulan data di lapangan dan beberapa peneliti mandiri menyumbangkaninformasi-informasi yang berharga.
Rencana Pengelolaan ini disusun selama periode pertengahan 1997 sampai akhir 2000dengan hibah dana yang disediakan oleh Danida (Danish International Aid Agency).Pemetaan partisipatif dengan masyarakat dan survei-survei biologi telah dilaksanakanselama periode waktu ini, dan secara luar biasa sangat meningkatkan pengetahuantentang taman nasional dan bagaimana masyarakat memanfaatkan sumber dayaalamnya. WWF Jerman dan Total Foundation menyediakan bantuan hibah untukmelanjutkan pengumpulan data di Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai.
D. Dasar Pemikiran, Tujuan dan Sasaran Penyusunan RencanaPengelolaan
Rencana pengelolaan telah disusun sejak akhir 1990-an dengan sejumlah alasan. Alasanpertama adalah bahwa sebuah rencana pengelolaan harus disahkan sebelum batas-batas kawasan diselesaikan serta unit dan dana pengelolaan sebuah taman nasionaldapat diabsahkan. Kedua, informasi yang memadai tentang Taman Nasional KayanMentarang telah dikumpulkan, dengan demikian rekomendasi Rencana Pengelolaansecara umum secepatnya dirumuskan. Ketiga, sebuah rencana pengelolaan yang telahdisetujui, memberi beberapa tatanan terhadap perlindungan hukum bagi aksesmasyarakat setempat terhadap lahan dan penggunaan sumber daya alam secaratradisional di dalam taman nasional. Terakhir, untuk sementara ini taman nasionalbelum terancam, namun ada kecenderungan bahwa tingkat ancaman akan meningkatpada waktu mendatang. Rencana Pengelolaan Taman Nasional akan menjaminpengelolaan yang aktif dan memperkuat perlindungan hukum terhadap Taman Nasional.
Rencana Pengelolaan TNKM disusun untuk mencapai tujuan sebagai berikut:• Menyajikan segala sesuatu, tentang faktor fisik, biologi dan karakteristik
kependudukan yang saat ini sudah diketahui.• Merancang tujuan dan kebijakan pengelolaan taman nasional.• Memberi panduan dan rekomendasi khusus tentang bagaimana kawasan ini
seyogyanya dikelola, dipersiapkan stafnya dan dikembangkan.• Merumuskan terhadap peranan masyarakat lokal pada pengelolaan kawasan dan
pelaksanaannya.• Merekomendasikan pendekatan mengenai penelitian dan pemantauan biologi.
Sasaran secara keseluruhan rencana pengelolaan adalah penyediaan arahan daninformasi bagi pengelola Taman Nasional Kayan Mentarang mendatang, sebagai
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) I-3Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
dan kemudian dipertegas pada laporan terbaru (Mac Kinnon, 1997). Kayan Mentarangditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1996. Alasan utama dari perubahanstatus kawasan ini adalah karena taman nasional memberikan kemungkinanditeruskannya kegiatan pemungutan hasil hutan pada zona tertentu oleh masyarakatsetempat secara tradisional yang telah bergantung pada hutan yang ada di kawasantersebut selama berabad-abad, sementara dalam cagar alam hal ini tidak dimungkinkan.
WWF telah bekerja bersama-sama dengan Departemen Kehutanan sejak tahun 1990untuk mengadakan penelitian dan perencanaan untuk kepentingan pengelolaan tamannasional.
B. Karakteristik dan Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Taman Nasional ini dimaksudkan untuk memberikan arahandan panduan untuk pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang selama periode25 tahun dimulai sejak dari disetujuinya secara resmi Rencana Pengelolaan.Rekomendasi yang diberikan dalam Rencana Pengelolaan ini bersifat indikatif, sehinggaakan memberi kesempatan kepada para pengelola untuk fleksibel terhadap perubahan-perubahan. Perencanaan yang dimuat mencakup semua aspek pengelolaan termasukdi antaranya penataan batas, pembagian zonasi, penelitian, pengelolaan sumber dayaalam, pengelolaan bersama dengan masyarakat tempatan, pengembangan wisata alam,pengembangan sarana prasarana, penegakan hukum, pengelolaan data, pengawasan,kepegawaian dan pendanaan. Sebagai tambahan, dalam rencana pengelolaan inidicantumkan tinjauan ulang penting dari semua yang telah dipelajari, hal ini mencakupkarakteristik phisik kawasan, tumbuhan, satwa dan penduduk serta interaksinya denganlahan. Referensi untuk laporan-laporan dan publikasi yang berkaitan, dicantumkandalam daftar pustaka.
Rencana Pengelolaan ini difokuskan pada kawasan taman nasional dan daerahpenyangganya dalam hubungannya dengan bioregion di sekitarnya. Pendekatan inididasarkan pada pengetahuan bahwa taman nasional ini bukan sebuah pulau, tetapilebih merupakan bagian dari suatu jaringan yang kompleks dari aliran energi, air,satwa dan manusia yang meliputi bagian utara Kalimantan Timur dan bagian lain yangberbatasan dengan Sabah dan Sarawak. Perspektif bioregional akan membantupengelola untuk mengidentifikasi ancaman terhadap Kayan Mentarang yang berasaljauh dari batas-batasnya, dan memahami bagaimana sumber daya alam taman nasionalberhubungan dengan faktor-faktor biologi dan fisik dari luar.
C. Perumusan Rencana Pengelolaan
Rencana Pengelolaan ini disusun melalui usaha bersama Balai Konservasi SumberDaya Alam Propinsi Kalimantan Timur dan WWF Indonesia-Proyek Kayan Mentarang.Rancangan Rencana Pengelolaan dipresentasikan kepada instansi-instansi pemerintahsetempat dan tokoh-tokoh masyarakat di dalam dan sekitar taman nasional sertainstansi/lembaga terkait lainnya. Masukan yang berharga dari pihak-pihak ini membantumempertajam rekomendasi akhir Rencana Pengelolaan. Data dan informasi
I-2 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB II
KEADAAN UMUM
A. Keadaan Fisik
TNKM terletak di daerah pegunungan pedalaman propinsi Kalimantan Timur sepanjangperbatasan internasional dengan negara bagian Malaysia, Sabah dan Sarawak (Gambar1). Taman nasional ini terhampar antara 20 dan 40 Lintang Utara khatulistiwa, meliputikira-kira 1,35 juta ha pada konfigurasi batas yang ada saat ini, tetapi kemungkinan luaskawasan akan berubah jika lokasi ditambah atau dikurangi. Sampai akhir 1999 tamannasional ini berada dalam kabupaten Bulungan, di kecamatan Kayan Hilir, Pujungan, Krayan,Mentarang dan Lumbis. Saat ini sebagian besar kawasan taman nasional masuk dalamwilayah kabupaten yang baru dibentuk, yaitu Kabupaten Malinau dan sebagian lagi masukdalam wilayah Kabupaten Nunukan.
Lokasi TNKM sangat terpencil dari pusat pemukiman dan jalan besar. Saat ini aksesmenuju kawasan taman nasional adalah dengan menggunakan perahu melalui sungai, denganpesawat kecil atau helikopter atau dengan berjalan kaki melalui beberapa jaringan jalansetapak. Akses melalui sungai sering terputus, tergantung pada tinggi rendahnya permukaanair, jadwal penerbangan terbatas pada beberapa desa saja, biaya mencarter pesawat terbangsangat mahal dan selalu sulit diatur, sementara perjalanan dengan berjalan kaki sangatlambat karena jarak dan topografi bergunung-gunung di dalam dan sekitar kawasan.Pemerintah daerah telah merencanakan pembangunan jalan yang akan menghubungkantaman nasional dengan dataran rendah di sebelah timur dan secara bersamaan akanmenambah ke arah barat yaitu menuju Malaysia. Jalan-jalan HPH telah dibangun di sekitartaman nasional, tetapi hingga akhir 1999 belum ada yang mencapai batas taman nasional.
Kawasan TNKM mengarah dari Timur Laut ke Barat Laut pada pegunungan Belayan-Kaba yang terhampar sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia dan bagian selatan propinsiKalimantan Tengah. Ketinggian di taman nasional berkisar antara 300 meter hingga lebihdari 2000 meter. Sejarah tektonik yang kompleks pada daerah ini tergambar dari bentuktopografi dan drainase yang mencerminkan substrat-substrat geologi yang berbeda, sebuahjajaran garis palsu, gunung berapi di jaman yang lalu, dan bekas danau. Kira-kira 86%kawasan didasari oleh timbunan karang atau batuan metamorfis, sebagian besar sisanyamerupakan materi gunung berapi, dengan beberapa timbunan batuan gamping yang terpisah.
Kawasan taman nasional terdiri dari 16 sistem tanah, tempat-tempat dengan substrat geologiyang relatif seragam, tanah, topography dan vegetasi (RePPProT, 1987). Jenis tanahyang paling umum adalah Utisol, yaitu tanah-tanah yang tidak subur di atas batu sedimendan metamorfis. Tropudults telah terbentuk di atas batu-batuan vulkanik secara lebihterstruktur tetapi tidak subur. Dataran tinggi Krayan mengandung tanah alluvial yangrelatif subur sisa dari danau prasejarah yang telah mengering.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-5Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
pedoman pengelolaan taman nasional selama 25 tahun ke depan. Untuk mencapaitarget ini para penulis telah berusaha membuat rekomendasi-rekomendasi khusus.Rencana Pengelolaan diharapkan akan menjadi sebuah dokumen hidup yang akanmembentuk inti dari tubuh pengetahuan dan pengalaman yang akan berkembang seiringdengan waktu.
I-4 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Areal kecil dari tanah yang terbentuk di atas batuan gamping dan pasir silika memilikivegetasi yang berbeda. Tanah-tanah pada daerah lereng sangat tipis dan tanah gambutsering terbentuk di dataran puncak-puncak bukit. Beberapa kelompok masyarakatsuku Dayak yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan telah mengembangkan sistempengelompokan tanah berdasarkan ciri-ciri atau bentuk permukaan topografi.
Daerah-daerah yang lebih rendah di kawasan TNKM memiliki iklim tropis hujan tanpamusim kering dengan temperatur tinggi sepanjang tahun. Tempat-tempat denganketinggian lebih tinggi memiliki kisaran suhu lebih lembab diklasifikasikan sebagaikawasan beriklim sedang. Distribusi curah hujan di dalam kawasan cukup kompleks.Daerah-daerah terkering adalah lembah-lembah pedalaman dan daerah aliran sungaisepanjang Sungai Kayan bagian hulu dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.Hampir seluruh kawasan memiliki curah hujan antara 3000 sampai 4000 mm/tahun.Curah hujan tahunan maksimum pada dataran rendah berada di sekitar desa DataDian yaitu daerah barat laut kawasan taman nasional. Meskipun belum dilakukanpengukuran, bagian atas lereng-lereng pegunungan diyakini mendapat curah hujantertinggi. Curah hujan pada bulan terkering rata-rata 100 mm/bulan di semua kawasandalam taman nasional, dengan bulan-bulan basah rata-rata 300 mm/bulan atau lebih.Rata-rata penurunan temperatur dari setiap kenaikan ketinggian 1000 m, adalah sebesar5°C, setara dengan 10°C dari garis khatulistiwa pada ketinggian air laut.
Kayan Mentarang membentuk daerah aliran sungai bagian hulu dari sungai-sungai utamadi Kalimantan Timur. Sumber air Sungai Kayan terletak di sebelah selatan batas kawasandan salah satu anak sungai, yaitu Sungai Bahau mengalir melalui taman nasional. Di bagianTengah dan Utara terdapat anak-anak sungai, seperti Sungai Tubu dan Sungai Mentarang,keduanya merupakan anak sungai dari Sungai Sesayap. Lebih jauh bagian Utara kawasanterdapat daerah aliran sungai Sembakung. Permukaan aliran sungai mencapai puncaktertinggi pada bulan Nopember/Desember dan Mei/Juni. Permukaan aliran sungai yangberkisar rendah yang terjadi dari Juni ke September. Keadaan ini sangat berubah selamaberlangsungnya musim El Nino/La Nina (musim banjir/kekeringan) seperti yang terjadi ditahun 1997/1998, 1992 dan 1982.
B. Keadaan Biologi
Kayan Mentarang memiliki paling sedikit 18 tipe habitat darat utama berdasarkankombinasi substrat dan ketinggian, Hal ini tampak pada struktur dan komposisi jenisvegetasi (Gambar 2). Habitat padang rumput dan hutan sekunder merupakan akibatgangguan kegiatan manusia. Vegetasi bervariasi pada tiap habitat tergantung dariposisi topografi (misalnya puncak, sekitar sungai dan lain-lain). Penyebaran satwatidak tergantung pada tipe habitat. Banyak jenis tersebar luas di beberapa habitatsementara jenis-jenis lainnya hanya ditemukan pada bagian-bagian tertentu dari suatuhabitat. Kawasan ini memiliki sejumlah tipe habitat aquatik yang menggenang maupunyang mengalir, yang didominasi oleh aliran sungai bagian paling hulu dan sedikit aliransungai pada gunung di atas ketinggian 1000 meter. Meskipun sangat jarang, terdapatjuga beberapa danau kecil dan danau air payau, termasuk rawa-rawa gambut dibeberapa tempat yang tinggi.
II-6 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
II-7
Kalimantan merupakan pulau terkaya di paparan Sunda dalam hal keanekaragamanjenis tumbuhannya. TNKM merupakan pusat keanekaragaman hayati dan jenis endemiktumbuhan terbesar di Borneo (WWF-IUCN, 1994). Berbagai survei botani telahdilakukan di kawasan selama 20 tahun terakhir tetapi sebagian besar kawasan masihbelum disurvei. Dari jenis yang diperoleh melalui survei-survei ini ditemukan hanyasedikit jenis yang umum, hal ini menandakan bahwa kawasan ini sangat beragam,seperti yang diperkirakan dari berbagai tipe habitat. Dua jenis tumbuhan yangsebelumnya tak dikenal telah ditemukan di dalam TNKM (Mc Donald, 1995).
Hutan-hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan rendah sangat kaya akanjenis-jenis Dipterocarpaceae, famili pohon yang dominan di Kalimantan. Pohon-pohonAra (Moraceae) merupakan jenis penunjang yang penting karena sifatnya yang tersebarluas, dan perannya sebagai penyedia makanan bagi berbagai jenis satwa, seranggadan burung, terutama ketika sumber makanan yang lain sangat langka. Seiring dengannaiknya ketinggian tempat, jenis-jenis tumbuhan di hutan dataran rendah semakinmenyerupai jenis-jenis pada ketinggian sedang. Jenis-jenis tumbuhan di hutanpegunungan lebih kecil ukurannya dan kurang beragam bila dibanding jenis-jenis dihutan dataran rendah. Hutan kerangas dan hutan batu gamping memiliki kesamaankarakteristik dengan hutan-hutan pegunungan, hal ini dihubungkan dengan defisiensinutrisi dan keterbatasan kapasitas serapan air dari tanah tempat tumbuhnya (pasirsilika pada kasus hutan kerangas). Hutan-hutan sekunder dalam berbagai tahap suksesimuncul dimana perladangan pernah atau sedang dilakukan di sekitar desa yang sudahditinggalkan. Setelah beberapa dekade pertumbuhan tanpa gangguan, hutan-hutanini secara struktural menyerupai hutan primer, tetapi berbeda dalam komposisi jenis,yang biasanya terjadi berabad-abad.
Hutan Kayan Mentarang memiliki sejumlah tumbuhan khas termasuk berbagai varietasanggrek epifit dan berbagai jenis rotan. Tumbuhan Kantung Semar (Nepenthes)ditemukan di hutan kerangas, daerah rawa pada elevasi tinggi. Hutan pegununganjuga merupakan tempat bagi Rhododendron, sebuah famili tumbuhan berbunga yangbiasanya ditemukan di bagian utara dataran Asia.
Masyarakat suku Dayak yang tinggal di dalam dan di sekitar TNKM secara tradisionalmemanfaatkan pohon dan tumbuhan hutan untuk kepentingan konstruksi rumah, peralatan,sumber makanan, obat-obatan dan produk komersial. Gaharu, kayu yang harum yangberasal dari pohon-pohon beberapa jenis Aquilaria yang terinfeksi jamur, telah secarabesar-besaran dipanen pada tahun-tahun terakhir oleh masyarakat lokal dan pendatang,karena mencapai harga tinggi di pasaran internasional. Sebelumnya, jenis rotan yang lebihbernilai mendapat tekanan yang sama tapi saat ini kurang dicari sehubungan dengan jatuhnyaharga di pasaran. Survei terhadap masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar tamannasional menunjukkan bahwa diantara hasil hutan non kayu yang biasa diambil, hanyajenis Aquilaria yang mengandung gaharu yang telah mengalami penurunan (Eghenter,1999). Hutan juga memainkan peran penting pada pertanian gilir balik. Pohon-pohonditebang, dikeringkan dibawah panas matahari dan dibakar untuk persiapan penanaman,guna meningkatkan sinar matahari yang sampai ke tanah, meningkatkan kesuburan tanahdan membunuh hama serangga dan tumbuhan pengganggu.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-8Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
dengan pemburu-pemburu suku Dayak dan dari inventarisasi dan observasi ilmuwan.Babi Hutan (Sus barbatus) adalah jenis yang paling sering diburu dan merupakanpersediaan daging terbesar untuk masyarakat Dayak. Kijang (Muntiacus spp)merupakan jenis-jenis satwa buruan terpenting kedua, diikuti oleh jenis-jenis rusayang lebih kecil. Secara umum pemburu melaporkan bahwa populasi jenis yangdiburu meningkat pada daerah-daerah yang pernah mengalami penurunan pendudukdi masa lalu dan menurun dimana jumlah penduduk meningkat, hal ini menunjukkanefek dari tekanan perburuan. Survei-survei singkat terhadap keanekaragaman hayatiyang dilakukan oleh WWF selama tahun 1997-1999 memberi petunjuk kwalitatif secarakasar tentang bagaimana penyebaran dan frekwensi beberapa jenis besar dan diurnal(aktif di siang hari). Hasil-hasil survei ini disajikan pada buku II.
TNKM merupakan tempat penting bagi burung-burung endemik dan burung lainnya.Sebanyak 337 jenis burung telah dikoleksi, terlihat atau terdengar di dalam kawasan.Banyak dari burung-burung endemik diklassifikasikan terancam oleh IUCN dan/ataudilindungi oleh hukum Indonesia. Hanya Kuau Kerdil Kalimantan (Polyplectronschleirmacheri) yang dinyatakan ‘sangat terancam punah’. Beberapa jenis burunglainnya dinyatakan ‘rawan’.
Yang paling spektakuler dari burung-burung di TNKM adalah jenis-jenis enggangdan ayam hutan, dengan tingginya keanekaragaman enggang (tujuh jenis telahterdokumentasi). Julang Jambul Hitam (Aceros corrugatus) ‘rawan’ dan EnggangJambul Hitam (Anthrococeros malayanus) dan Enggang Gading (Buceros vigil) adalahjenis-jenis yang hampir terancam. Beberapa kelompok suku Dayak menganggapEnggang sebagai utusan para dewa dan mereka memburu burung tersebut untukmendapatkan bulu dan tanduknya. Enggang memainkan peranan penting dalam ekologihutan melalui fungsinya sebagai penyebar biji. Beberapa jenis burung ditangkap untukdiperdagangkan, sehingga beberapa diantaranya terancam punah karena penangkapanyang berlebihan, terutama burung Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus).
Burung-burung berperan penting dalam ekologi vegetasi taman nasional dalam halpenyerbukan, penyebaran biji dan pengendali serangga. Baru sedikit yang diketahuimengenai status populasi masing-masing jenis, meskipun kebutuhan habitat merekatelah diketahui. Masyarakat lokal sadar akan kecenderungan populasi beberapa jenis,terutama jenis-jenis enggang dan burung-burung lainnya karena nilai dalamperdagangan binatang peliharaan. Burung-burung di TNKM diperkaya oleh burung-burung migran selama musim dingin di belahan utara.
Pulau Borneo mempunyai 440 jenis ikan air tawar di mana 140 jenis diantaranyaadalah endemik. Aliran-aliran sungai di perbukitan sangat kaya akan jenis-jenis endemik.Jika pola dari daerah Borneo lainnya diterapkan, komposisi jenis komunitas ikan sangatbervariasi antar sistem sungai kawasan. Survei ikan baru saja dimulai di kawasan dansedang berlangsung, tetapi sudah ada beberapa jenis baru yang diperkirakan terkoleksi.Ikan adalah sumber protein penting bagi masyarakat Dayak. Dari beberapa wawancara
II-9 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kekayaan fauna Kalimantan berasal dari Asia, tetapi beberapa jenis mempunyai kesamaandengan fauna dari Sulawesi dan pulau-pulau lain di Kawasan Bioregion Wallacea. Lebihdari 150 jenis mamalia (dari 228 yang telah diketahui di Borneo) termasuk yang telahterdokumentasi di Kayan Mentarang dalam survei-survei yang dilakukan pada akhir-akhirini, dan yang diperkirakan ditemukan bila daerah ini disurvei secara menyeluruh.Kebanyakan survei telah dilakukan pada elevasi-elevasi rendah dan di sekitar batas tamannasional. Survei-survei telah dikonsentrasikan pada mamalia besar dan diharapkan akanditemukan lebih banyak jenis lagi bila survei-survei mendatang dikonsentrasikan padajenis-jenis kecil, nokturnal (aktif pada malam hari) dan yang hidup di dalam tanah.
Banyak jenis mamalia endemik Kalimantan (44 jenis) telah terdokumentasi. Beberapadiantara jenis-jenis ini bersama dengan jenis non endemik lain berstatus terancampunah menurut daftar merah IUCN. Mamalia yang paling mendapat perhatian secarailmiah adalah primata dan jenis yang besar dan karismatik.
TNKM merupakan rumah bagi berbagai jenis primata. Lutung Abu-Abu dan Kelasi,diburu secara besar-besaran untuk mendapatkan batu guliga yang ditemukan padabeberapa individu yang lebih tua. Lutung Dahi Putih juga dilaporkan dari beberapatempat. Kalaupun pernah terlihat, Orang Utan (Pongo pygmaeus) sangat jarangditemukan. Salah satu faktor penyebab kelangkaannya dihubungkan dengan kurangnyahabitat yang sesuai, dan perburuan pada masa lalu. Beruk (Macaca nemestrina)ditemukan di beberapa bagian dari kawasan. Beruk dan Orang Utan diklasifikasikan‘rawan’ oleh IUCN. Kera Ekor Panjang dan Klampiau juga terdapat di kawasan.Singapuar (Tarsius bancanus borneanus) primata yang kecil dan primitif dinyatakanterancam punah oleh beberapa ilmuwan.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang dahulu ditemukan di dalam tamannasional, diyakini telah diburu hingga mengalami kepunahan lokal pada tahun 1950-an. Masyarakat Dayak kadang-kadang melaporkan telah melihat badak atau bekaskakinya disekitar hulu sungai di bagian utara taman nasional. Ini mungkin bagian daripopulasi kecil badak di Sabah. Gajah kadang-kadang terlihat di Kecamatan Lumbis,di bagian sebelah timur taman nasional. Gajah-gajah ini juga mungkin individu-individudari Sabah. Banteng (Bos javanicus) jenis sapi liar, terdaftar sebagai binatang terancampunah oleh IUCN dan merupakan mamalia terbesar yang diketahui tinggal di kawasan,terpusat di padang rumput hulu Sungai Bahau dekat kampung Apau Ping.
Kawasan Kayan Mentarang juga merupakan salah satu pengungsian terakhir Macan Dahan(Neofelis nebulosa). Kucing Dampak (Prionailurus planiceps) dan Luwak (Felismarmorata) yang mulai jarang ditemukan di Kalimantan diyakini hidup di dalam tamannasional ini. Jenis yang lebih misterius dan jarang dilaporkan, Kucing Merah (Felis badia),juga diyakini terdapat di kawasan. Beruang Madu (Helarctus malayanus) diburu karenabagian tubuh mereka memiliki nilai tinggi untuk obat dan perhiasan.
Sejauh ini, sebagian besar informasi yang sudah terkumpul tentang status populasi mamaliadan hubungannya dengan habitat jenis-jenis satwa yang diburu, diperoleh melalui wawancara
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-10Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
II-11 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
menunjukkan, penduduk desa merasa bahwa populasi ikan telah menurun pada duadasawarsa terakhir karena pemanenan yang berlebihan meskipun terdapat peningkatanpada daerah-daerah dimana terdapat migrasi yang sangat tinggi.
TNKM sangat kaya akan amphibi dan binatang melata, tetapi kedua kelompok inibelum diteliti secara seksama. Sejauh ini 30 jenis amphibi telah tercatat di dalam dandi sekitar taman nasional. Survei yang dilakukan di daerah-daerah lain di Borneomenunjukkan bahwa keanekaragaman jenis amphibi sangat tinggi di dataran rendahdan jenis endemik sangat umum di pegunungan.
Serangga telah terkoleksi selama survei biologi WWF, tetapi identifikasi jenisnya masihdalam proses. Masih diperlukan lagi penelitian-penelitian mengenai serangga yanghidup di kanopi, serasah dan serangga-serangga tanah.
C. Potensi Wisata
Dalam setahun jumlah wisatawan yang mengunjungi taman nasional Kayan Mentarangkira-kira sebanyak 25 orang. Untuk meningkatkan kunjungan ke TNKM sangat sulitkarena lokasinya yang terpencil dari pusat kota dan jalan, serta sangat mahal untukdikunjungi, selain kurangnya prasarana dan faktor pisik serta hidupan liar yangkharismatik yang bisa digunakan untuk menarik perhatian pengunjung internasional.Untuk menyaksikan keanekaragaman satwa di kawasan, merupakan tantangan karenapada umumnya satwa-satwa di dalam hutan sangat susah terlihat dan banyak jenisyang sangat suka menyendiri, aktif pada malam hari atau hidup di daerah terpencil.Hutan-hutan di kawasan, sungai dan budaya masyarakat Dayak adalah aset pariwisatapenting dari TNKM, tetapi kemungkinan tidak akan menarik wisatawan dalam jumlahbesar pada waktu dekat.
Dua tipe pengunjung yang ditargetkan dapat dikembangkan, terutama adalah merekayang mencari petualangan melalui kegiatan eksplorasi daerah terpencil dan mereka yangingin memiliki pengalaman dan pengetahuan melalui penelitian dari aspek ekologi dankebudayaan serta cara hidup masyarakat suku Dayak. Usaha untuk menarik pengunjungyang menyukai petualangan dan eksplorasi pemandangan, harus berkonsentrasi padapengembangan perjalanan berperahu atau rakit di sungai-sungai dan lintasan perjalanankaki yang singkat atau yang lebih panjang, sekaligus dalam satu atau lebih tujuan wisata.Ada banyak kemungkinan untuk mengkombinasikan perjalanan sungai dan berjalan kakiuntuk melihat berbagai pemandangan alam di kawasan. Perjalanan dengan menggunakanpesawat kecil menyajikan pandangan sepintas mengenai topografi kawasan, hutan dansungai tetapi perlu biaya yang relatif mahal. Potensi wisata yang bersifat pendidikansangat beragam, yaitu dengan beragamnya flora, fauna dan penduduk penghuni kawasan.Program-program pariwisata yang bersifat pendidikan sangat mahal untuk dikembangkandan dipromosikan, tetapi stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai menyediakan sebuah basecamp untuk kelompok-kelompok seperti itu.
Kegiatan pariwisata yang bersifat petualangan dan pendidikan tidak memerlukanpengembangan prasarana yang terlalu lengkap. Pada umumnya fasilitas-fasilitas penunjang
II-12
II-13
wisata harus dibangun di desa-desa di daerah penyangga, untuk mengurangi dampakterhadap keamanan taman nasional, memberi kesempatan kepada masyarakat untukmendapatkan penghasilan dari kegiatan pariwisata dan menunjukkan kebudayaanDayak kepada wisatawan. Biro perjalanan dan organisasi penelitian harus dipacu untukmengumpulkan proposal pengembangan aktivitas-aktivitas pariwisata dan pendidikandi dalam taman nasional bersama dengan prasarana penunjang. Petunjuk-petunjukpengembangan seperti ini diuraikan dalam buku III. Pendekatan-pendekatan sepertiini memungkinkan para pengelola untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dansumber-daya sektor swasta sementara menghindari resiko penanaman modal darianggaran pembangunan dan pemeliharaan pengembangan pariwisata yang terbatas.Kegiatan-kegiatan pariwisata dan prasarana harus dievaluasi secara hati-hati dandirencanakan untuk menghindari hal-hal negatif terhadap sumber daya alam tamannasional, kebudayaan setempat dan tata hidup masyarakat.
Beberapa prasarana seperti pusat pengunjung dan jalan-jalan setapak akan dibangundan harus dipelihara oleh pengelola kawasan sebagai salah satu faktor usaha untukmenarik pengunjung. Pengelola kawasan bekerjasama dengan Dinas pariwisatapropinsi, Departemen pariwisata dan mitra kerja internasional seperti WWF harusmenginvestasikan bantuan-bantuan dan usaha untuk mempromosikan TNKM padapasaran domestik dan internasional.
D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Kebudayaan.
Seluruh kawasan TNKM telah dihuni sejak sekitar tiga abad yang lalu oleh kelompokmasyarakat suku Dayak termasuk Kenyah, Lundayeh, Tagel, Saben, Punan dan Kayan.Kira-kira 16.000 jiwa penduduk suku Dayak yang terdiri dari 12 kelompok bahasa yangberbeda saat ini menghuni 50 desa di dalam dan di sekitar taman nasional. Kepadatanpenduduk rata-rata 0,74 orang/km dalam 10 wilayah adat yang meliputi taman nasionaldan daerah penyangga (Gambar 3). Mayoritas dari penduduk ini beragama KristenProtestan dan sebagian kecil Katolik. Populasi penduduk di dalam kawasan telahberfluktuasi pada dekade terakhir ini, dengan perpindahan keluar yang signifikan padatahun-tahun 60-an, 70-an dan 1980-an dari beberapa daerah dengan alasan untuk mencaripeluang ekonomi dan fasilitas yang lebih baik di daerah pesisir. Ledakan perdaganganhasil hutan bermula pada awal tahun 1990-an menghentikan arus keluar penduduk daritaman nasional, dan sebagian dari penduduk yang telah keluar kembali lagi ke tanahnyasemula. Tampaknya perpindahan kembali ini akan berlanjut.
Dalam kegiatan sehari-hari dan pengelolaan sumber daya alam, masyarakat di dalam dandi sekitar taman nasional masih taat pada peraturan adat. Lembaga-lembaga adat besertakepala adatnya adalah lembaga tradisional di mana masalah-masalah masyarakatdisampaikan dan diselesaikan. Terdapat 10 wilayah adat di dalam dan di sekitar kawasanyang masing-masing dipimpin oleh lembaga adat di bawah kepemimpinan kepala adat.
Pada suku Kenyah dan Kayan yang terbagi beberapa tingkatan, kepala adat dipilih berdasarkanketurunan. Pada kelompok lain, kepala adat dipilih berdasarkan kemampuan, kharismadan dukungan setempat. Teknologi yang semakin canggih, dan permintaan yang
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-14Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
semakin besar terhadap barang dan pelayanan-pelayanan yang harus dibayar denganuang, serta pengaruh budaya dari luar merupakan gangguan terhadap penerapan hukumadat. Peraturan adat yang dibuat untuk mengelola hasil hutan dengan kampak dansumpit tidak begitu efektif ketika gergaji mesin dan senjata api digunakan.
Masalah kesehatan masyarakat di dalam kawasan dan di zona penyangga sangat serupadengan masalah di daerah pedesaan lain di Indonesia. Tersebarnya desa dan kesulitanperjalanan menghambat pemeliharaan kesehatan. Memang terdapat Puskesmas disetiap ibukota kecamatan tetapi tingkat pelayanan yang tersedia selalu memprihatinkankarena kemampuan petugas yang terbatas dan obat-obatan yang tidak memadai.Penduduk yang menderita penyakit parah atau terluka biasanya dibawa dengan pesawatke Tarakan. Penggunaan obat tradisional yang diramu dari tumbuhan dan satwa masihumum dilakukan.
Tersebar dan terpencilnya desa-desa juga mengurangi kesempatan mendapatkanpendidikan. Di setiap kampung terdapat satu SD dan SMP di ibukota kecamatan.Tingkat pendidikan penduduk di kawasan umumnya rendah dan mayoritas pendudukberpendidikan sampai tingkat SD saja. Kesulitan menyewa dan mempertahankan guru-guru di sekolah-sekolah terpencil memberikan pengaruh negatif terhadap kualitaspendidikan singkat yang diterima oleh kebanyakan penduduk.
Kehidupan masyarakat Dayak sangat erat dengan tanah dan sumber daya alam dikawasan. Matapencaharian penduduk umumnya adalah kombinasi antara pertanianskala kecil, berburu dan memancing, serta mengumpulkan bahan makanan, bahanbangunan, kayu bakar dan obat-obatan dari hutan. Meskipun pekerjaan di Malaysiamemberikan sebagian besar uang tunai, penduduk biasa mendapat uang tunai melaluikegiatan mengumpulkan dan kemudian menjual hasil-hasil hutan non-kayu. Padi yangmerupakan hasil pertanian utama di sebagian kawasan, dibudidayakan dengan sistembudidaya sawah dan ladang.
Tanaman padi sawah lebih menonjol di daerah utara, sementara penduduk bagiantengah dan selatan lebih tergantung pada ladang. Padi dan tanaman tahunan lainnyaditanam di ladang dengan sistem gilir balik, biasanya ditanam selama setahun dankadang-kadang selama dua tahun setelah lahan dibuka, kemudian diistirahatkan selamabeberapa tahun sampai dua dekade. Hutan sekunder dekat sungai biasanya lebih disukaiuntuk perladangan karena kemudahan transportasi. Pada masyarakat Lumbis, ubikayumerupakan hasil pertanian utama dan bagi masyarakat Punan tepung yang terbuatdari ubikayu dan sagu (Eugeissona utilis) merupakan makanan utama.
Pohon-pohon buah dan tanaman lainnya ditanam di pekarangan rumah dan jenis-jenis yang berguna biasanya ditanam di hutan. Sayur-sayuran, buah dan kopi ditanamuntuk keperluan rumah tangga. Madu dipanen secara musiman dari pohon-pohonyang biasanya dimiliki secara individu dan sebagian dijual ke daerah pesisir. Ternakbabi dan ayam, yang biasanya dipelihara secara kecil-kecilan merupakan sumber uangyang penting di beberapa tempat. Di Kecamatan Krayan, kerbau dan ternak lainnya,dipelihara untuk konsumsi lokal, selain juga untuk dijual.
II-15 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
II-16
Hasil-hasil hutan secara tradisional telah menjamin penghidupan dan memberikesempatan menambah pendapatan bagi masyarakat di kawasan. Nilai perdaganganhasil-hasil hutan sangat tergantung pada permintaan internasional, yang mengalamisiklus memuncak dan menurun selama satu abad terakhir, bila nilai pemasaran suatuhasil telah menurun maka produk lain akan ganti mendominasi pasar. Pendapatan darihasil hutan bisa mencapai 80% dari total pendapatan di beberapa desa, dan gaharumerupakan hasil terpenting pada tahun 1990-an. Selama periode dimana harga gaharumemuncak yaitu dari tahun 1991 sampai tahun 1995, beberapa jenis Aquilaria yangmenghasilkan kayu yang wangi ini mulai dipanen secara besar-besaran dan terusberlangsung sampai sekarang.
Proyek WWF Kayan Mentarang membantu masyarakat memetakan penggunaan lahandalam wilayah adatnya. Pada umumnya masyarakat mengalokasikan lahan untukperladangan, pengumpulan hasil hutan, berburu dan mengumpulkan bahan bangunan.Beberapa kelompok masyarakat lebih mengawasi akses terhadap lahan dan sumberdaya alamnya, meskipun umumnya hukum adat dimaksudkan untuk menghindariekploitasi berlebihan atas sumber daya alam yang penting yang ada dalam wilayahadat masyarakat. Peraturan dikhususkan pada cara dan waktu/musim pemungutanhasil hutan yang penting. Beberapa kampung mempunyai hutan lindung adat yangmemiliki aturan lebih keras dari lahan lainnya. Keluarga-keluarga mengklaim suatulahan dengan cara menebang pohon-pohon atau membersihkan suatu areal hutantertentu. Hak untuk menggunakan lahan yang diklaim biasanya diteruskan pada generasiberikutnya. Keluarga-keluarga bisa mengklaim pohon-pohon yang penting nilainyayang ada dihutan, seperti pohon buah-buahan dan pohon madu. Bila seseorang pindah,mereka bisa mengalihkan hak penggunaan lahan dan pohon kepada orang lain, ataumenjual hak kepada orang lain seperti yang terjadi pada akhir-akhir ini
Tingkat pendapatan masyarakat didalam dan disekitar taman nasional diatas rata-ratapendapatan di Kalimantan Timur, yang merupakan salah satu propinsi terkaya diIndonesia dalam pendapatan perkapita. Berlawanan dengan tampilan kemakmuranini, daya beli masyarakat di kawasan sangat rendah karena biaya transportasimenentukan harga komoditi pokok seperti gula, garam dan minyak goreng sebesardua kali sampai empat kali lipat harga di daerah pesisir. Akses yang sulit untuk pelayananpendidikan dan kesehatan lebih jauh mengurangi nilai pendapatan yang relatif tinggi.
E. Pengelolaan Kawasan
Taman Nasional Kayan Mentarang pertama kali direncanakan pada tahun 1977berdasarkan survei bersama antara PHPA dan FAO di bagian hulu DAS Kayan/Bahauyang menyatakan sebuah kawasan dilindungi seluas 800.000 ha. Areal perlindunganyang intensif seluas 1,6 juta ha ditetapkan tahun 1980, lebih ke arah utara dibandingyang diusulkan dan melepas sebagian besar hutan-hutan dataran rendah.
Pada tahun 1989, PHPA, LIPI dan WWF Program Indonesia menandatangani kerjasamauntuk melakukan penelitian bersama dan proyek pengembangan Taman Nasional KayanMentarang dengan tujuan merumuskan pendekatan pengelolaan taman nasional yang
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-17Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Sebuah pertemuan penting antara wakil-wakil masyarakat dan instansi-instansipemerintah setempat untuk mendapatkan pengakuan atas hak tradisional atas lahandi luar kawasan.
• Studi kebutuhan prasarana di dalam taman nasional.• Lokakarya untuk mengembangkan rencana pemantauan dan evaluasi taman nasional
pada awal tahun 2000.• Lokakarya yang menyajikan draft Rencana Pengelolaan kepada pemerintah setempat
dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mendapatkan saran dan masukan yang akandilaksanakan pada awal tahun 2000.
Selain perkembangan yang memadai yang telah dilakukan untuk menyusun rencanapengelolaaan terdapat berbagai hal penting dan tantangan-tantangan yang akanmempengaruhi pengelolaan taman nasional dimasa mendatang. Beberapa hal terpentingsehubungan dengan ini adalah :
• Ketidakpastian mengenai kapan sebuah UPT untuk TNKM akan dibentuk danapakah hal itu akan memiliki sumber dana yang cukup untuk mengelola tamannasional secara efektif.
• Ketidakpastian akan dana WWF dan perannya dalam pengelolaan kawasan padabeberapa tahun mendatang.
• Kebutuhan akan kelanjutan proses yang cukup mahal untuk mengumpulkaninformasi tentang sumber daya biologi untuk tujuan pengelolaan kawasan danpemantauan.
• Kebutuhan untuk mengatasi ancaman dari perencanaan jalan dan aktifitaspembangunan.
• Kebutuhan untuk mengembangkan strategi-strategi pengelolaan yang adaptif yangsepenuhnya menyertakan masyarakat dalam pengelolaan kawasan danmengakomodasi pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat.
• Kebutuhan untuk meyakinkan instansi-instansi pemerintah dan masyarakat luasakan nilai penting taman nasional guna mendapatkan dukungan bagi pengelolaandan perlindungan kawasan.
Sejumlah faktor akan menghambat pengembangan pendidikan, rekreasi, pariwisatadan penelitian di Kayan Mentarang. Faktor-faktor yang akan mempengaruhi ke empathal tersebut adalah akses yang sulit ke kawasan, tingginya biaya untuk mengunjunginya,minimnya program dan pelayanan pengunjung dan minimnya pengenalan akan tamannasional baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pengembangan pariwisata terhambatoleh minimnya daya tarik di Kayan Mentarang bagi pengunjung, pemerintah agaknyatidak memiliki dana untuk mengiklankan taman nasional dan membangun prasarana,dan masyarakat setempat mungkin anti pada kegiatan-kegiatan wisata yang bersifatmerusak kebudayaan dan gaya hidup mereka. TNKM mungkin bisa jadi tempatpenelitian dan pendidikan kelas dunia dalam bidang ekologi hutan tropis dankebudayaan Dayak, tetapi pengembangan potensi ini akan terhambat oleh kurangnyaorganisasi penelitian sebagai mitra untuk stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai dankesulitan mendapatkan ijin dan visa bagi peneliti-peneliti dan siswa asing.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-19Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
memadukan konservasi dengan pola pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat.Pada tahun 1992 WWF mengusulkan perubahan status Kayan Mentarang menjaditaman nasional karena pemanfaatan sumber daya alam secara tradisional di dalamcagar alam dilarang. Menteri kehutanan mengevaluasikan dan menyetujui proposalini, yang kemudian menghasilkan keputusan menteri tahun 1996 yaitu ditunjuknyaTaman Nasional Kayan Mentarang seluas 1.35 juta ha. Keputusan ini merupakanyang pertama di Indonesia yang secara khusus memberikan hak kepada pendudukasli untuk terus memanfaatkan sumber daya alam secara tradisional di zona -zonataman nasional yang ditunjuk.
Taman Nasional Kayan Mentarang berada di bawah wewenang Sub Balai KSDAKalimantan Timur sejak disahkan, namun sub balai ini belum mampu mengelolakawasan secara aktif karena kekurangan staf dan biaya.
Proyek WWF KM telah menggunakan dana dari beberapa donor untuk :• Melakukan penelitian bidang biologi dan kebudayaan.• Membuat peta dan perencanaan secara partisipatif dengan masyarakat di kawasan.• Berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang terkait dengan TNKM• Menghimpun data spasial ke dalam bentuk GIS.• Mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan taman nasional seperti
tata batas, zonasi dan lembaga pengelolaan-bersama untuk TNKM.• Menyampaikan program penyadaran dan pendidikan lingkungan dengan target
masyarakat di dalam dan sekitar kawasan, pegawai pemerintah dan masyarakat umum• Bekerja sama dengan para pengambil kebijakan di pemerintahan dan para perencana
daerah untuk menghindari dampak-dampak negatif dari pembangunan prasaranadan pembangunan lainnya terhadap taman nasional.
Pada tahun 1992 WWF membangun sebuah stasiun penelitian hutan di Lalut Birai untukmengumpulkan data dasar biologi dan mendukung survei-survei keanekaragaman hayatidi areal-areal tertentu di taman nasional. Pelatihan pemetaan partisipatif bersama masyarakatyang intensif dilakukan didalam dan sekitar taman nasional dan 4 pos multiguna didirikandi beberapa desa yang strategis mulai tahun 1997.
Selama periode 1997-1999 tim WWF bekerja secara intensif, menganalisa informasi danmelaksanakan konsultasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk merumuskanrencana pengelolaan taman nasional dan menyiapkan pengelolaan yang aktif.
Kegiatan-kegiatan utama meliputi :• Pembentukan sebuah Tim Formatur yang terdiri dari instansi pemerintah dan pihak
terkait lainnya yang bertugas membuat kerangka acuan untuk pembentukan PanitiaPengarah Pengelolaan taman nasional yang terpadu.
• Berbagai diskusi dengan masyarakat tentang batas, zonasi dan mekanismepengelolaan bersama taman nasional.
• Studi tentang potensi wisata alam didalam taman nasional.• Studi tentang potensi kesempatan pengembangan ekonomi untuk masyarakat di
dalam dan di sekitar taman nasional.
II-18 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB III
TUJUAN, SASARAN DAN TARGET PENGELOLAAN
Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang akan diarahkan pada satu tujuan danempat sasaran penunjang selama 25 tahun ke depan. Pengelola kawasan dan stafnyaakan merangkai kegiatan-kegiatan untuk menjangkau target guna mencapai masing-masing sasaran. Rencana pemantauan dan evaluasi disusun untuk mengukurperkembangan ke arah pencapaian target dan sasaran. Rencana Pengelolaanmenyediakan fleksibilitas kepada para pengelola dalam hal bagaimana mencapai target,tetapi semua rangka kerja, tujuan dan empat sasaran harus konstan untuk menjaminkonsistensi pengelolaan . Target-target khusus terdapat dalam daftar dibawah ini disertaidengan sasaran-sasaran yang didukungnya. Keadaan di masa depan mungkin menuntutagar target-target ditinjau kembali, direvisi, dihilangkan atau ditambah, tetapi tindakanini sebaiknya hanya akan diambil setelah dimusyawarahkan secara hati-hati,dikonsultasikan dengan para ahli dan pihak terkait yang relevan.
Tujuan pengelolaan secara menyeluruh adalah :
Melestarikan flora, fauna dan habitatnya di dalam Taman Nasional KayanMentarang untuk kesejahteraan masyarakat, yaitu melalui pemanfaatansumberdaya alam berkelanjutan oleh masyarakat setempat, dan pemanfaatandengan tujuan untuk pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi,berdasarkan pendekatan dan pengelolaan bersama.
Sebenarnya TNKM paling sesuai untuk menjadi sebuah Kawasan Lindung (IUCNKategori IV) yang melestarikan ekosistem atau jenis fauna dan flora agar dapatdimanfaatkan secara berkelanjutan. Mengingat lokasi TNKM yang terpencil,transportasi yang sulit dan mahal dan kompetisi dari taman nasional lainnya denganhabitat yang mirip dan lebih mudah dijangkau, akan tidak praktis untukmengembangkan TNKM ke arah pemanfaatan taman nasional yang lebih bersifattradisional, seperti pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi.
Juga akan tidak praktis atau etis untuk memberikan harapan besar yang tidak semestinyabahwa mata pencarian alternatif akan dikembangkan segera dan mengurangiketergantungan masyarakat setempat pada sumberdaya alam di TNKM. Tanah yangmiskin, jarak yang jauh ke pasar, transportasi yang mahal dan tidak dapat diandalkan,serta kurangnya dana untuk program skala besar dan pengembangan ekonomi yangberkelanjutan akan memperlambat pengembangan mata pencarian alternatif tersebut.
Pengelolaan bersama dengan lembaga lokal juga diperlukan. Lembaga lokal danmasyarakat setempat sudah mengelola tanah ini selama beberapa abad dan merekaadalah pihak yang berkepentingan (stakeholder) utama TNKM dan paling berpengaruhsecara langsung. Pengetahuan ekologi masyarakat dan keberadaan mereka didalamkawasan memungkinkan pengelolaan jauh lebih efisien dan menghemat biaya.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) III-21Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Prasarana yang diperlukan di dalam kawasan akan menjadi minimal, hanya sebatasbangunan kecil, dermaga, jalan setapak dan tanda-tanda untuk mendukung kegiatanpengunjung. Struktur-struktur pengelolaan kawasan yang utama adalah kantor SeksiWilayah Konservasi di Long Pujungan dan desa lain yang akan ditentukan setelahkeputusan tentang batas luar disepakati. Kantor pusat yang relatif kecil akan didirikandi Tarakan untuk mendapatkan ketersediaan fasilitas komunikasi dan airport. Semuaprasarana harus dibangun sesuai dengan panduan yang diuraikan di buku III dan sesuaidengan tema desain Dayak. Pengembang swasta bidang wisata dan lembaga penelitianakan dipacu untuk membangun prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatannya.
II-20 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
c. Melatih lembaga lokal mengenai seluruh aspek pengelolaan taman nasional agarmereka mampu menjaga hak dan tanggungjawab yang dipercayakan kepada merekadidalam kesepakatan pengelolaan bersama.
d. Memberi lembaga pengelolaan lokal dana operasional dari sumber-sumberpemerintah pusat dan daerah, atau membantu mereka untuk memperoleh danatersebut dari donor nasional dan internasional.
e. Merancang sistem pembagian pendapatan taman dengan lembaga masyarakatsetempat misalnya dari tiket masuk, denda pelanggaran aturan taman, untukmenyediakan dana operasional dan meningkatkan keuntungan ekonomi TNKMkepada lembaga lokal dan masyarakat.
f. Menyewa atau membangun struktur pengelolaan yang sesuai.g. Menyediakan tenaga dan dana yang cukup untuk mencapai target pengelolaanh. Mentargetkan pihak-pihak lain terutama pemerintah daerah, dengan materi program
kepedulian dan pendidikan guna meningkatkan kepahaman mereka tentang manfaatTNKM serta pentingnya dukungan mereka.
3. Mengoptimalkan Kesempatan Pendidikan, Penelitian, Pariwisata danRekreasi yang Sesuai Dengan Pelestarian dan PemanfaatanTradisional Sumberdaya Alam.
a. Memasarkan taman nasional dan atraksinya yang telah diketahui kepada pengunjungdomestik dan internasional serta peneliti/pengajar.
b. mengembangkan prasarana dasar sirkulasi dan interpretasi.c. Menyusun sistem perizinan untuk memperbolehkan pengusaha dan lembaga
penelitian mengembangkan kegiatan dan prasarana didalam taman nasional.d. Mengembangkan wisata alam berbasiskan masyarakat, sehingga masyarakat
setempat dan lembaga yang mengelola wisata tersebut meraih keuntungan daripariwisata.
e. Menyusun program untuk menafsirkan dan melindungi sumberdaya biologi danbudaya dengan pola kemitraan dengan masyarakat setempat.
f. Membentuk mekanisme untuk pengelolaan, pendanaan dan pengoperasian jangkapanjang Stasiun Penelitian Lalut Birai yang berada diluar struktur pengelolaantaman, tetapi di bawah pengawasannya.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) III-23Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Ketiga tujuan pengelolaan dan target yang berhubungan adalah:
1. Memastikan Bahwa Pengambilan Flora dan Fauna Oleh MasyarakatSetempat dari TNKM Akan Berkelanjutan.
a. Menghentikan pengambilan sumberdaya alam oleh pendatang dari luar TNKM.b. Pengakuan hak atas sumber daya bagi masyarakat setempat pada zona yang ditunjuk
dalam TNKM dan dalam daerah penyangga untuk memberikan dorongan yang lebihbesar untuk melindungi sumberdaya ini dan menggunakannya secara berkelanjutan
c. Melindungi habitat TNKM dan menegosiasikan taman yang seluas mungkin denganmasyarakat setempat, pemerintah daerah dan pihak-pihak lainnya. Kalau habitat yangmeliputi kawasan yang luas berhasil dipelihara, sebagian besar jenis akan mampu untukmengelola diri sendiri walaupun tanpa zona inti dengan wilayah yang luas, atau jikaintervensi pengelolaan diperlukan, hal ini akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
d. Mengembangkan kesepakatan konservasi dengan lembaga lokal yang menentukanjenis mana yang boleh diambil, dari mana, metode pengambilan yang diperbolehkan,dan berapa banyak yang dapat diambil. Mekanisme untuk menentukan bagaimanamengelola jenis yang diidentifikasi “terancam”, dan pengambilan berlebihan harusdimasukkan dalam kesepakatan-kesepakatan.
e. Memantau kepatuhan pada kesepakatan.f. Mengembangkan sistem pemantauan bertingkat dan partisipatif atau jenis yang
umum diambil dan jenis indikator untuk memberikan peringatan awal yang memadaiatas ancaman pengambilan berlebihan. Untuk memastikan objektivitas dalampemantauan, tidak semua kegiatan pemantauan akan ditugaskan kepadaperseorangan masyarakat atau lembaga yang terlibat dalam pengambilan.
g. Mencurahkan usaha penelitian biologi pada jenis yang umum diambil atau jenisindikator kesehatan keseluruhan habitat, termasuk penelitian skala bioregionaltentang pentingnya wilayah luar TNKM untuk keberlanjutan jangka panjangbeberapa jenis ikan, burung dan mamalia.
h. Bekerjasama dengan pemerintah daerah dan pemegang hak pengusahaan, untukmelindungi habitat diluar TNKM serta meminimalkan ancaman dan kerusakan akibatpembangunan jalan atau bentuk pembangunan lain yang dapat merusak TNKM.
i. Melaksanakan kampanye kepedulian dan pendidikan pada topik-topik sepertikepunahan, jenis terancam dan dilindungi, dan metode pengelolaan hidupan liar.
j. Bekerjasama dengan badan-badan pemerintah daerah dan LSM untukmengembangkan kegiatan penciptaan sumber pendapatan alternatif secara perlahan,untuk mencegah pengambilan sumberdaya alam agar tidak mencapai tingkat yangtidak berkelanjutan.
2. Membangun dan Memelihara Sistem Pengelolaan Bersama DenganMasyarakat Setempat dan Pemerintah Daerah
a. Menyelesaikan negosiasi sistem pengelolaan bersama yang melibatkan semua pihak,terutama FoMMA dan lembaga adat, dalam pengelolaan beberapa atau seluruhaspek TNKM.
b. Memantau kepatuhan pada kesepakatan ini.
III-22 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
h. Jenis yang musnah sama sekali yang dahulunya terdapat di dalam atau di sekitartaman boleh diintroduksi kembali setelah dilakukan penelitian menyeluruh tentangdampak ekologi yang mungkin bisa terjadi.
2. Membangun dan Memelihara Sistem Pengelolaan Bersama.
a. Lembaga adat dan masyarakat setempat akan dipercayakan untuk melindungi tamandari perambahan dan pengambilan sumber daya secara tidak sah, diperkuat denganpengawasan udara dan dukungan dari PHKA dan pemerintah daerah.
b. Kantor cabang taman dan struktur pengelolaan lainnya akan ditempatkan di tengahmasyarakat di luar batas taman, tetapi mudah dicapai dari kawasan taman yangdikelola.
c. Penduduk setempat lebih mempunyai pilihan untuk dipekerjakan dan dilatih padatingkat lapangan, sedangkan pada tingkat menengah sebaiknya campuran antarapenduduk setempat dan tenaga dari luar.
d. Biaya masuk taman sebaiknya dikenakan apabila peraturan membenarkannya.Pemasukan ini akan dibagi untuk pengelolaan taman, masyarakat setempat danpemerintah daerah.
e. Mekanisme pendanaan inovatif, misalnya “debt-for-nature swaps” dan “carbonoffset credits” akan dicari untuk menambah anggaran rutin.
f. Kemitraan dengan LSM, donor internasional dan sektor swasta perlu dikembangkanuntuk memperoleh dukungan dana, teknis dan hubungan masyarakat.
3. Mengoptimalkan Kesempatan Pendidikan, Penelitian, Pariwisata danRekreasi yang Sesuai Dengan Pelestarian dan PemanfaatanTradisional Sumber Daya Alam.
a. Pengelola taman bertanggungjawab untuk mendorong dan membantu masyarakatsetempat menjadi penterjemah alam dan budaya, pemandu dan pendidik konservasi.
b. Wisata alam, rekreasi dan infrastruktur pendukung perlu digiatkan sepanjang tidakmengganggu sumberdaya taman atau budaya/kesejahteraan masyarakat di dalamdan sekitar taman.
c. Pemanfaatan taman untuk tujuan pendidikan oleh kelompok lokal, nasional daninternasional perlu didukung dan dibantu.
d. Pariwisata sebaiknya dikembangkan secara perlahan untuk menghindari dampaknegatif yang berlebihan terhadap ekosistem dan kemampuan masyarakat lokal untukmenanganinya.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) IV-25Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB IV
KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL
Kebijakan pengelolaan taman dimaksudkan untuk membantu para pengelola mencapaitujuan seperti diuraikan pada bab sebelumnya. Kebijakan yang jelas adalah sangatpenting karena hal tersebut akan mengatur irama pengelolaan dan dapat mempermudahkaryawan dalam melaksanakan tugasnya kalau dirancang dan dipadukan dengan sebaik-baiknya. Kebijakan yang dirumuskan secara tidak baik, misalnya tidak secara langsungmendukung tujuan pengelolaan atau tidak dapat dilaksanakan karena alasan-alasanpraktis atau legalitas, akan tidak ada gunanya atau justru merugikan. Kebijakan yangdikemukakan di bawah ini mungkin masih memerlukan modifikasi sesuai denganperubahan-perubahan kondisi politik dan sosial-ekonomi dan seiring denganmeningkatnya pengalaman dan informasi mengenai sumberdaya taman nasional yangdidapatkan oleh para pengelola.
Kebijakan pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang disajikan di bawah ini,disusun menurut tujuan yang didukungnya:
1. Menjamin Bahwa Pengambilan Flora dan Fauna Oleh MasyarakatSetempat dari TNKM Dilakukan Secara Berkelanjutan
a. Anggota Wilayah Adat yang lahannya berada di dalam taman nasional bolehmengambil tumbuhan dan satwa dari Zona Pemanfaatan Tradisional menurut asaspengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan, di bawah pengawasan lembaga adatdan dengan konsultasi dengan pengelola taman dan staf peneliti.
b. Tumbuhan dan satwa yang diambil oleh masyarakat setempat dari Zona PemanfaatanTradisional boleh dijual sampai batas pengambilan tertentu yang diatur oleh lembagaadat dengan konsultasi dengan staf peneliti.
c. Hak dan tanggung jawab masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya di dalamtaman nasional akan diakui secara resmi dalam Kesepakatan Konservasi Masyarakatyang akan ditandatangani oleh pemimpin masyarakat dan wakil dari PKA.
d. Perencanaan bersama dengan pemerintah daerah dan sektor swasta akan menjadisarana utama untuk menjamin bahwa pembangunan dan kegiatan komersial tidakakan berdampak buruk terhadap taman.
e. Unsur-unsur ekologis seperti penyakit, hama dan kebakaran tidak perlu dikendalikanapabila terjadi secara alamiah, kecuali nilai-nilai penting manusia dan alam mulaiterancam.
f. Proses habitat dan ekologis tidak akan dimanipulasi kecuali dalam kasus adanyapenyebab bersejarah (sebagai contoh pembakaran padang rumput di Apau Ping)atau bila diperlukan untuk pencapaian tujuan pengelolaan. Pada kasus-kasus dimanarehabilitasi vegetasi diperlukan, hanya jenis-jenis asli yang akan dipakai.
g. Jenis satwa dan tumbuhan yang bukan asli dari taman tidak akan diintroduksi dengansengaja. Jenis dari luar yang menggulma atau merugikan harus dihilangkan ataudikendalikan.
IV-24 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
(Gambar 4) dapat ditambahkan kedalam taman nasional untuk meningkatkan peluangatas pelestarian keanekaragaman hayati dan perlindungan lingkungan dalam jangkapanjang. Langkah-langkah khusus yang dianjurkan untuk masing-masing perluasanadalah:• Perluasan Kayan - Menganalisis ulang apakah perluasan ini cocok untuk usaha
penebangan berdasarkan peraturan yang berlaku, di samping menentukan apakahdaerah ini memang mengandung kayu dalam jumlah komersial. Jika analisis tersebutmenemukan bahwa daerah tersebut tidak cocok untuk usaha penebangan, akanlebih mudah untuk membatalkan daerah ini dari pemegang hak pengusahaan. Jikadaerah tersebut memang cocok untuk usaha penebangan, Departemen Kehutanandan Perkebunan mungkin tetap memutuskan memasukan daerah tersebut ke dalamwilayah taman nasional dengan mempertimbangkan nilai keanekaragaman hayatinyayang tinggi. Sebagai contoh, hutan produktif di bawah usaha penebangan aktiftelah ditambahkan ke dalam wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh di Sumatra.Debt-for-Nature Swaps atau Carbon Sequestration, dua program yang baru dimulaidi Indonesia, khususnya melalui USAID NRMII, CIFOR dan The NatureConservacy, merupakan cara yang mungkin dilakukan untuk “membeli” hak usahapenebangan dari para pengusaha setempat. Jika penebangan diizinkan pada daerahtersebut, hanya berlaku untuk penebangan pertama, dan selanjutnya menjadi wilayahtaman nasional. Program Debt-for-Nature Swaps dan Carbon Sequestration dapatdigunakan untuk memberi ganti rugi kepada masyarakat setempat atas pembebasanlahan yang dimasukkan ke dalam wilayah taman nasional. Jika masyarakat setempattertarik pada usaha bersama penggunaan hutan setempat, Dephutbun dapat mencarilokasi alternatif untuk usaha tersebut, kemungkinan di tepi bagian selatan sungaiKayan. Alternatif lain adalah sebagian dari perluasan menjadi hutan masyarakatsetempat, dan bagian lain termasuk ke dalam wilayah TNKM, berdasarkanperencanaan tata-guna lahan yang terperinci.
• Perluasan Tubu: Perlu pembahasan lebih lanjut dengan INHUTANI II, CIFOR dankhususnya masyarakat setempat dimana sebagian daerahnya cocok untuk masukke dalam wilayah taman nasional. Perencanaan tata-guna lahan yang lebih terperincidapat digunakan untuk melihat berbagai faktor seperti lereng, komposisi tanah,kekayaan biodiversitas, apakah terdapat jumlah pohon dengan skala komersial disemua daerah, rencana dan kebutuhan masyarakat setempat dan faktor-faktor lainnyauntuk menentukan bagian lahan yang lebih baik tertutup hutan dan menjadi bagiandari TNKM. Kemungkinan penggunaan dana dari Debt-for-Nature Swaps danCarbon Sequestration dapat dilakukan untuk menggantikan biaya operasipenebangan atau kesempatan berusaha masyarakat setempat.
• Koridor Kayan-Mentarang: Patut diusahakan bernegosiasi dengan masyarakatWilayah Adat Kayan Tengah dan Wilayah Adat Kayan Hilir untuk memasukkanlahannya ke dalam Zona Pemanfaatan Tradisional dalam taman nasional. UntukKayan Tengah dimungkinkan menambah wilayah taman nasional dengan lahan diantara garis perbukitan utara-selatan dan batas Hutan Lindung bagian timur.Penggunaan lahan ini oleh masyarakat setempat sudah resmi dibatasi akibat statusnyasebagai Hutan Lindung, yang memiliki persamaan dengan pembatasan pada ZonaPemanfaatan Tradisional dan paling tidak berjarak setengah sampai satu hariperjalanan kaki dari desa dan pada bagian barat pegunungan yang curam.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-27Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB V
UPAYA POKOK DAN RENCANA KEGIATAN
A. Aspek Pengelolaan dan Kebijakan
1. Perencanaan
Nama Taman Nasional:
Pengelola taman sebaiknya melibatkan masyarakat setempat dalam memilih nama baruuntuk taman nasional tersebut. Nama yang dikehendaki harus lebih menunjukkansecara tepat secara geografis, sosial dan lingkup pengelolaan kawasan. Hal ini dapatditentukan oleh Pengelola taman bekerjasama dengan Lembaga Adat dari masing-masing 10 Wilayah Adat yang mempunyai lahan di dalam kawasan taman nasional.
Masalah perencanaan lainnya:
Sebagaimana taman nasional lainnya, bagian-bagian dari Rencana Pengelolaan ini akanperlu ditinjau kembali dan ditambah melalui rencana kerja tahunan dan 5 tahunan dimasa yang akan datang. Mengingat cepatnya perubahan politik dan ekonomi saat ini,hal ini akan diperlukan selama 5 tahun pertama masa Rencana Pengelolaan ini. Apalagi,beberapa aspek mengenai perbatasan final taman nasional, kesepakatan atau kontrakpengelolaan dengan FoMMA, dan aturan akhir tentang bagaimana masyarakat setempatakan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam di dalam Zona PemanfaatanTradisional yang harus diselesaikan dalam beberapa tahun mendatang. Kesepakatan-kesepakatan ini juga harus disesuaikan dengan perubahan keadaan selama masaRencana Pengelolaan ini.
2. Perbatasan Luar
Perbatasan taman nasional yang ada perlu dipertimbangkan kembali untuk menentukanapakah telah dapat memberikan perlindungan jangka panjang yang cukup kepadakeanekaragaman hayati dan lingkungan serta didukung oleh masyarakat setempatdan pemerintah daerah. Ada beberapa daerah yang mendapatkan perlindungan yangbernilai tinggi atas keanekaragaman hayati dan lingkungannya yang mungkin dapatditambahkan kedalam TNKM. Terdapat pula daerah di dalam TNKM yang telahdimanfaatkan masyarakat secara intensif dan mereka meminta untuk dikeluarkannyadari TNKM.
Potensi Penambahan ke TNKM :
Petugas taman seharusnya merundingkan dengan pihak-pihak lain yang terkait(masyarakat setempat, pemerintah daerah, pemegang hak pengusahaan hutan, dsb.)untuk melihat apakah bagian dari perluasan Kayan, Tubu dan Krayan-Mentarang
V-26 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Untuk Krayan Hilir, penambahan lahan harus cukup untuk mempertahankanhubungan antara bekas hutan lindung dengan lahan didalam Wilayah Adat Mentarangdan Lumbis yang diinginkan masyarakat untuk tetap masuk ke dalam wilayah tamannasional. Baik Krayan Hilir atau Krayan Tengah tidak akan menyetujui untukmenambahkan lahan tersebut ke dalam taman nasional kecuali jika mereka yakinbahwa Pemerintah mengakui bahwa masyarakat setempat mempunyai hak untukmengelola lahan dan sumber dayanya. Kalaupun masyarakat setempat setuju bahwamemasukkan lahan tersebut kedalam taman nasional adalah lebih baik daripadarencana pengembangan alternatif yang mereka pertimbangkan, Pengelola tamanmasih harus menegosiasikan perubahan tersebut dengan Pemerintah DaerahMalinau. Desentralisasi akan menyebabkan pengelolaan dan perlindungan hutanberada di bawah wewenang pemerintahan setempat.
Masyarakat Meminta untuk Melepaskan Lahan dari TNKM:
Masyarakat telah mengajukan permintaan agar berbagai luasan wilayah adat merekadilepas dari TNKM (Gambar 4).
Dianjurkan agar Pengelola taman menyetujui untuk melepas lahan yang dimanfaatkansecara intensif (lahan pertanian dan beberapa hutan yang dimanfaatkan sehari-haridan terdekat dengan desa) untuk menyediakan kebutuhan masyarakat baik saat inimaupun dimasa mendatang. Untuk Wilayah-wilayah Adat Apo Kayan, Long Pujungan,Lumbis Hulu, Krayan Darat, Mentarang dan Hulu Bahau, hal ini berarti menerimaanjuran yang diperoleh dari masyarakat mengenai perbatasan taman.
Keadaannya lebih rumit bagi Wilayah Adat Krayan Hulu, Krayan Hilir, Krayan Tengahdan Punan Tubu. Wilayah-wilayah Adat tersebut telah meminta agar semua atau hampirsemua lahan mereka dikeluarkan dari TNKM, untuk dimanfaatkan baik secaratradisional maupun non-tradisional oleh masyarakat dan keturunan mereka. Untukdaerah tersebut direkomendasikan Pengelola taman mengambil tindakan berikut:
a. Membuat batas sementara dengan mengeluarkan lahan pemanfaatan intensif serupayang direkomendasikan untuk wilayah-wilayah adat lain (Gambar 4).
b. Untuk lahan dalam batas sementara TNKM, bekerja sama dengan masyarakat danpemerintah daerah untuk mengembangkan perencanaan jangka panjang tata-gunalahan yang terperinci untuk menentukan bagian lahan yang dapat dikembangkandan bagian yang tetap sebagai hutan. Faktor-faktor utama untuk dianalisis termasuklereng lahan, komposisi tanah, kekayaan biodiversitas, perlindungan daerah aliransungai, pemeliharaan koridor biodiversitas dan rancangan pembangunan daerah.Daerah-daerah yang dinilai lebih baik dipertahankan sebagai hutan dan tidak dibukauntuk pembangunan, dapat dimasukan ke dalam wilayah TNKM. Selama periodeperencanaan tataguna lahan, masyarakat lokal akan dapat mengamati dan mendapatpengalaman bagaimana taman akan dikelola bersama dengan PHKA dan pemerintahdaerah, yang akan membantu mengurangi kekhawatiran mengenai pengaruh tamanterhadap wilayah adat mereka.
V-28 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
V-29
Beberapa daerah yang perlu diusahakan bertahan dalam TNKM adalah:
• Pada daerah sungai Tubu, sebagian atau sebagian besar daerah sungai Kulun danMenabur bagian hulu dapat dimasukan ke dalam wilayah taman nasional. Daerah-daerah tersebut terletak bersebelahan dengan lahan TNKM yang merupakan bagiandari Wilayah Adat Hulu Bahau.
• Pada Wilayah Adat Krayan Hilir, sebagian besar lembah sungai Kemaluh dapatdinegosiasikan dengan masyarakat untuk dipertahankan sebagai hutan dan dimasukkankedalam wilayah TNKM sementara pembangunan dipusatkan pada lembah sungai Pa’Raye. Lahan tersebut terletak di sebelah lahan TNKM yang merupakan bagian dariWilayah Adat Lumbis Hulu. Daerah ini masih terpencil, belantara dan dilaporkan menjadirumah bagi beberapa badak yang masih bertahan dan jenis flora dan fauna lainnya yangtidak umum ditemukan pada bagian TNKM lainnya.
• Pada Krayan Hulu, Pengelola taman dapat bernegosiasi dengan masyarakat untukmembiarkan lebih banyak bagian hulu sungai Bula, Ibang dan Rungan sebaiknya tetaptertutup oleh hutan dan idealnya masuk wilayah TNKM. Daerah-daerah tersebutberbatasan dengan lahan TNKM dalam Wilayah Adat Hulu Bahau. Bagian hulu sungaiRungan terdapat daerah tertutup dan hutan vegetasi rendah yang unik. Sungai Bula(atau Ibang?) adalah jalan tradisional ke selatan menuju hulu sungai Bahau, oleh karenaitu berpotensi untuk perjalanan kaki sebaiknya dilestarikan di dalam TNKM.
Mungkin kendala terberat dalam perencanaan tata-guna lahan semacam ini, begitu pulahalnya dengan Wilayah Adat, adalah mencoloknya otonomi dan identitas pada tiap desadan hal-hal yang berkaitan dengan lahan mereka. Masyarakat atau keturunannya yangpernah bermukim pada daerah paling hulu sebuah lembah sungai tidak menyukai lahannyaterpilih untuk dijadikan hutan permanen, sementara masyarakat yang meninggalkan desanyadi bagian hilir sungai dapat menggunakan lahan mereka dengan lebih mudah. Pengelolataman dan pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan pemimpin dan masyarakat sebuahWilayah Adat untuk mendapatkan izin dari desa-desa yang lebih hilir dari sungai untukmemukimkan kembali masyarakat yang pernah tinggal, atau nenek moyangnya yang pernahtinggal di bagian hulu. Keuntungan untuk masyarakat bagian hilir adalah sumber air yanglebih aman, hak memanen hasil hutan pada daerah hulu secara berkelanjutan dan mungkinpelayanan pemerintah daerah yang lebih baik karena penduduknya lebih padat.
Pemukiman kembali desa-desa yang telah ditinggalkan dalam TNKM:
Beberapa masyarakat lokal bermaksud untuk bermukim kembali ke desa-desa yang telahditinggalkan di dalam TNKM. Desa-desa tersebut ditinggalkan sebelumnya karena alasanmasyarakat untuk mendapatkan peluang ekonomi dan pelayanan pemerintah yang lebihbaik di sebagian daerah di pulau Kalimantan, Sarawak dan Sabah. Masalah ekonomi,sosial dan politik menyebabkan masyarakat berfikir untuk kembali ke beberapa desa yangditinggalkna tersebut.
Mengenai pemukiman kembali, sebaiknya Pengelola taman bekerja sama dengan pemerintahdaerah untuk membentuk kesatuan posisi yang mempertimbangkan kepentingan tamannasional, sumber daya pemerintah yang terbatas untuk menyediakan pelayanan pada
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-30Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Di dalam TNKM, kemungkinan terbentuknya desa tertutup (enklav) adalah pada desaMasyarakat Punan di daerah hulu Sungai Tubu. Jika hulu Sungai Tubu dimasukkan kedalam taman nasional maka diperlukan sebuah enklav disekitar desa Long Pada.
Jika negosiasi pengembangan wilayah TNKM dengan masyarakat tidak berhasil dan TNKMtetap terpisah, maka Pengelola taman harus mempertimbangkan beberapa masalah lainsebagai berikut:
• Mempertahankan satu taman nasional, membuat taman sekunder yang lebih kecil dibagian utara, atau satu taman nasional dengan alternatif memberi status dilindungiuntuk taman bagian utara yang lebih kecil. Walaupun taman di bagian utara berukuransangat kecil dibandingkan dengan taman bagian selatan, namun luasnya yang mencapai85.000 hektar membuatnya lebih besar dari beberapa taman nasional lainnya. Pengajuanstatus perlindungan beberapa hutan di daerah Ulu Padas diseberang perbatasan denganMalaysia perlu dikonfirmasi dan dapat membuat hutan lindung lintas-batas yang lebihbesar.
• Keputusan membuat satu atau dua taman nasional sangat berpengaruh terhadap lokasiinfrastruktur taman, khususnya kantor pusat. Sebuah pertanyaan yang muncul adalahdapatkah dua taman nasional mempunyai satu kantor pusat untuk mengurangi biayadan meningkatkan efisiensi. Masalah ini akan dibahas pada sub-bab Infrastruktur Taman.
Terdapat kemungkinan bahwa sebagian besar Kecamatan Krayan akan dipertahankandiluar TNKM, karena populasinya padat, pemakaian lahan yang lebih intensif dan kurangmengandalkan hasil hutan. Karena daerah ini tetap berada di daerah penyangga TNKM,Pengelola taman harus bekerjasama dengan masyarakat setempat dan pemerintah daerahdalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan perlindungan lingkungan. Daerahhutan pegunungan dan bukit yang luas diantara lembah sungai dimana populasi beradamerupakan cadangan keanekaragaman hayati dan mungkin membantu memelihara koridorhabitat untuk persebaran hidupan liar. Daerah ini sangat indah, dengan petak-petak padidi bawah lereng gunung yang berhutan. Iklim yang dingin, pemandangan alam dan potensipendakian merupakan potensi besar bagi pengembangan rekreasi untuk lokal dan wisatawanlainnya.
Dianjurkan agar Pengelola taman membahas bersama masyarakat setempat dan pemerintahdaerah guna mencari kemungkinan untuk dijadikannya kawasan ini menjadi KawasanLindung Kategori VI IUCN, yang akan dikelola terutama untuk tujuan konservasi danrekreasi. Kawasan seperti ini merupakan tempat dimana interaksi manusia dan alam dalamkurun waktu yang lama menghasilkan sebuah kawasan dengan “karakter yang khas”.Beberapa kegiatan dibatasi di kawasan tersebut, namun keberlangsungan pengelolaanoleh manusia tetap diperlukan untuk melestarikan sifat-sifat khusus yang menjadi alasanpenentuan kawasan tersebut.
Lama Keterikatan Masyarakat Setempat pada Taman Nasional:
Banyak diantara masyarakat setempat yang tetap berkeinginan agar wilayah adatnya dapatdikeluarkan dari TNKM, jika dimasa mendatang lahan tersebut memiliki nilai ekonomi.
V-31 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
pedesaan baru yang kecil dan terisolasi, perlindungan daerah aliran sungai dan rencanapembangunan ekonomi pemerintah dan masyarakat. Setelah pemerintah yakin akanposisinya dalam masalah ini, kemudian dapat dirundingkan dengan masyarakat.
Beberapa unsur utama pendekatan yang dipakai dengan masyarakat adalah:
• Mengakui hak-hak masyarakat atas lahan dan menyetujui masyarakat mengelolasumber daya alam pada wilayah adatnya di dalam taman nasional. Jika masyarakattelah yakin bahwa pemerintahan dengan jujur tidak akan mengambil alih wilayahadatnya, mereka berkata akan mempertimbangkan untuk membiarkan lebih banyaklahannya berada di dalam taman nasional. Pada daerah sungai Tubu, beberapamasyarakat mengatakan bahwa bermukim kembali pada desa lamanya adalah satu-satunya jalan yang aman sehingga klaim mereka atas lahan tersebut semakin mantap.
• Mencari lokasi pemukiman alternatif, meskipun ini akan sulit dicapai.• Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan hak-hak masyarakat atas lahannya, yang
telah meninggalkan desanya secara sukarela dari dalam wilayah taman nasionalatas permintaan pemerintah. Salah satu alasan mengapa suku Punan Tubu berencanakembali ke desanya adalah karena tertekan oleh masyarakat di pemukiman barunyauntuk berpindah. Karena mereka merasa bahwa pemerintah tidak memperhatikanhak untuk tinggal di lokasi yang baru, mereka khawatir suatu saat akan diusir.
• Pemerintah dapat meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan dan lainnya padatempat seperti Respen, yang banyak ditempati masyarakat Punan Tubu dari sungaiTubu bagian hulu yang telah berpindah atas permintaan pemerintah. Jika kesehatan,pendidikan dan program serta pelayanan pemerintah ditingkatkan dandikembangkan, maka tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk berpindah danbermukim kembali di pedalaman. Sehubungan dengan ini adalah pentingnyapembangunan daerah penyangga taman nasional, sesuai usulan dan rencana dalamBab III C dokumen ini.
Terdapat peluang bahwa salah satu keluaran dari negosiasi mengenai pelepasan,penambahan lahan atau pengembalian ke dalam wilayah TNKM akan mengakibatkandesa-desa menjadi enklav (terpencil), yang seharusnya dihindari jika dilihat darikepentingan taman nasional. Jika hal tersebut tidak dapat dihindari, para ahlimenganjurkan beberapa aturan untuk meminimalkan dampaknya:
• Untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka harus ada tindakanpelarangan terhadap imigran dari luar masuk ke dalam desa tersebut. Harus adapula tindakan pelarangan terhadap imigran dari luar untuk melakukan pembelianatau pembukaan lahan serta pendirian rumah kecuali yang terikat perkawinan denganmasyarakat setempat.
• Batasan pengembangan pertanian yang dapat ditolerir harus ditentukan denganjelas di lapangan. Mengembangkan pertanian melebihi batas tersebut tidakdiperbolehkan.
• Jalan masuk maupun keluar dari desa-desa terbatas pada jalur tradisional yangsudah ada (dilarang membuat jalan yang baru) dan dilarang membuka lahan dipinggir jalan tersebut.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-32Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
tiang beton atau pagar tumbuhan bukan prioritas tinggi. Alternatif sementara adalahmenempatkan peta tahan cuaca yang menggambarkan perbatasan taman nasional padatempat yang sederhana dan mudah terlihat pada semua desa, serta mengadakan pertemuandengan masyarakat untuk menjelaskan perbatasan.
Perusahaan penebangan kayu di sekitar wilayah harus didatangi dan diberi penjelasanperubahan perbatasan dan dicocokkan lagi dengan peta perusahaan. Perbatasan antarahak usaha penebangan dengan taman nasional harus ditandai oleh sebuah tim terdiri daristaf taman nasional dan perusahaan. Jika terdapat perbedaan peta perusahaan denganpeta taman nasional, masalah tersebut diselesaikan dengan mengacu pada ketentuan MenteriKehutanan.
Terdapat beberapa perbatasan buatan yang tidak mengikuti tanda-tanda alami, terutamaperbatasan yang diajukan oleh masyarakat di Krayan Hulu dan Krayan Hilir. Perbatasanseperti ini memerlukan tanda-tanda yang lebih jelas. Namun, hal ini bukanlah prioritaspada lima tahun pertama, karena terdapat berbagai masalah lain yang lebih penting dandana dari donor luar sangat terbatas. Juga tidak terdapat ancaman yang berarti dari luar.Lagi pula, pembatasan wilayah harus menunggu sampai sebagian dari rencana pemanfaatanlahan dan aktivitas yang berhubungan dengan perundingan bersama masyarakat dapatdiselesaikan.
Satu hal yang dapat dilakukan pada lima tahun pertama adalah membuat daftar prioritasperbatasan buatan yang ditandai serta memilih jenis tanda yang cocok. Pada perbatasanbuatan yang berdekatan dengan areal penebangan, diperlukan kunjungan ke kantor danpenjelasan mengenai perbatasan. Staf taman nasional dan staf dari perusahaan pengusahaanhutan dapat berjalan di sepanjang perbatasan, membuat pembatasan sementara denganmemberi tanda menggunakan pita berwarna cerah pada batang pohon atau tumbuhan.
Ketika perbatasan ditandai, masyarakat setempat diperlukan partisipasinya semaksimalmungkin. Proyek GTZ Social Forestry di Kalimantan Timur dan lembaga lainnya tengahmengembangkan metode-metode penandaan perbatasan untuk digunakan oleh perusahaanpenebangan dan masyarakat setempat. Metode seperti ini dapat diterapkan pada tamannasional. Jika tumbuhan yang digunakan, sebagai contoh, masyarakat lokal dapat dikontrakuntuk menanam benih dan tumbuhannya. Tumbuhan yang digunakan sebagai tandaperbatasan vegetatif sebaiknya jenis lokal dan, jika memungkinkan, yang umum digunakanoleh masyarakat untuk menandai perbatasan.
Terdapat beberapa masalah mengenai perbatasan yang perlu segera diselesaikan. Menurutpeta resmi tahun 1996 yang merupakan lampiran dari SK Taman Nasional KayanMentarang, seluruh bagian sungai Tubu ke arah hulu dari mulut sungai Menabur sampaibagian hulu sungai Kalun, terletak di dalam wilayah taman nasional. Menurut peta TataRuang, daerah tersebut terletak di luar TNKM. Di samping itu, peta SK Taman NasionalKayan Mentarang menunjukkan lebih banyak bagian sungai Menabur yang terletak dalamwilayah TNKM jika dibandingkan dengan peta Tata Ruang dan peta INTAG tahun 1992,yang telah digunakan untuk menentukan perbatasan usaha HPH pada daerah tersebut.Perbedaan seperti ini harus segera diselesaikan.
V-33 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Tanpa jaminan tersebut, mungkin mereka tidak akan setuju lahan mereka dimasukkankedalam TNKM, atau memberikan hanya sedikit sekali sehingga keanekaragaman hayatinyatidak dapat dilindungi.
Untuk mengatasi masalah ini, PHKA dianjurkan untuk merundingkan kesepakatanpengelolaan bersama yang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Hal ini akan meredakankekhawatiran masyarakat setempat yang lebih besar mengenai kemungkinan kehilangankeuntungan ekonomi dari lahan didalam TNKM. Jika masyarakat setempat menuntut hakpenarikan lahannya dimasa mendatang atau mereka tidak mau menandatangani apapuntentang TNKM, maka sebaiknya pengelola taman melakukan perundingan untuk membuatkesepakatan mengenai pelaksanaan taman nasional tahap awal dengan untuk jangka waktutertentu selama 50 sampai 100 tahun.
Kesepakatan seperti ini telah diterapkan oleh negara lain dan lebih baik dari pada tamanpermanen yang jauh lebih kecil atau taman besar yang ditentang oleh masyarakat setempat.Kesepakatan demikian itu harus menjamin sistem pengelolaan bersama yang kuat danmempunyai rincian tentang tanggungjawab masyarakat dalam melindungi keanekaragamanhayati. Memastikan bahwa kesepakatan lain akan dicapai dimasa depan akan menjaditujuan jangka panjang utama dari Pengelola taman. Hal ini akan memerlukan pembuktiankomitmen pada pengelolaan bersama, memberikan keuntungan dari taman kepadamasyarakat dan pemerintah daerah, mengembangkan daerah penyangga TNKM danmeningkatkan kepedulian dan pendidikan tentang keuntungan melindungi keanekaragamanhayati dan TNKM baik secara langsung maupun tidak langsung.
Masalah Perbatasan Luar Lainnya:
Sehubungan dengan proposal perubahan terhadap perbatasan dan ukuran taman nasional,dianjurkan untuk menggambarkan kembali perbatasan taman nasional dan membuat draftuntuk Keputusan Menteri baru yang akan menghapus ketentuan yang lama. Ketentuanyang baru sebaiknya melingkup seluruh luas taman nasional. Penggantian ketentuan yanglama, umumnya gambaran tentang perbatasan yang tidak jelas dan tidak lengkap, dengansatu ketentuan yang jelas dan tidak diragukan mengenai perbatasan yang baru berdasarkanciri-ciri geografis utama seperti sungai, lembah drainasi dan pegunungan, dilengkapi dengansebuah peta yang jelas, akan sangat menguntungkan bagi pelestarian kawasan lebih lanjut.
Penandaan batas TNKM akan sangat mahal dan makan waktu lama. Batas berdasarkanSK Penunjukan, panjang taman nasional kira-kira 1.157 km. Sepanjang 483 km perbatasantaman nasional dengan Sabah dan Serawak dilaporkan telah ditandai dengan tiang-tiangbeton pada interval 100 meter. Perbatasan taman nasional dalam wilayah Indonesia belumditandai.
Jika memungkinkan, perbatasan sebaiknya mengikuti pinggiran sungai atau bukit dan puncakyang memisahkan daerah aliran sungai. Karena sifat alami tersebut sudah umum dan mudahdikenal masyarakat lokal dan karena terdapat berbagai masalah lainnya yang lebih penting untukbeberapa tahun mendatang, penandaan perbatasan dengan tanda, tumpukan batu,
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-34Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
seperti kawasan yang diidentifikasi pada (Gambar 5). Potensi-potensi untuk zona intitersebut memiliki luas total sekitar 238.000 ha, atau 18% luas taman nasional asli.Langkah-langkah berikut ini dianjurkan untuk mempelajari kemungkinanmenambahkan lebih banyak daerah Zona Inti di masa datang:
• Meningkatkan penelitian mengenai habitat yang cocok untuk jenis terancam danlangka serta habitat yang unik dan rawan untuk memaksimalkan manfaat dari ZonaInti.
• Melaksanakan program kepedulian dan pendidikan mengenai manfaat Zona Intiuntuk masyarakat setempat yang berkelanjutan.
• Menunjukkan komitmen pada pengelolaan bersama dan pembagian pendapatanserta manfaat lainnya dari taman nasional bersama masyarakat setempat.
• Mendiskusikan dan merundingkan bersama masyarakat setempat bahwapenambahan Zona Inti menjadi daerah yang penting dan tidak perlu ditakuti akandampaknya terhadap kehidupan.
• Mempertimbangkan untuk membentuk zona inti tambahan sementara selamabeberapa tahun dengan pola rotasi, yang lebih dapat diterima oleh masyarakatsetempat daripada Zona Inti permanen.
B. Mengelola Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem
1. Flora, Fauna dan Ekosistem
a. Inventarisasi dan Distribusi Jenis
Dianjurkan agar pengelola taman melanjutkan pelaksanaan survei singkat terhadapkeanekaragaman hayati dengan menggunakan dana yang ada, walaupun kemajuannyaakan lambat mengingat kurangnya dana. Pada saat yang bersamaan, PHKA dan WWFIharus mencoba mencari dana untuk ekspedisi lintas batas berskala besar seperti yangtelah dilakukan untuk Taman Nasional Betung Kerihun dan Suaka Margasatwa LanjakEntimau. Sumber dana yang memungkinkan untuk kegiatan ini adalah ITTO danASEAN Regional Centre for Biodiversity Conservation.
Bagaimanapun cara pendanaan inventarisasi jenis dan aktivitas distribusi dilakukan,aspek-aspek utama dari usaha tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengkonsentrasikan tugas pengambilan contoh dalam suatu habitat untukmendapatkan pola pengelompokan distribusi flora dan fauna akibat geomorfologidan faktor lainnya.
2. Inventarisasi dengan cara penangkapan mamalia kecil, penandaan dan penangkapanulang, pegambilan contoh DNA fauna, serta koleksi spesimen dan identifikasi yangpasti.
3. Inventarisasi jenis reptil dan amphibi dengan menggunakan cara semacam transekhutan dan sungai pada malam hari, pekerjaan kuadrat dasar hutan dan untukkondisi tertentu, membuat kolam pembiakan buatan, pemagaran serta mendirikankoleksi spesimen sinoptik sebagai bahan referensi.
V-35 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
3. Zona Internal
Hanya tiga zona yang diusulkan pada tahap awal untuk TNKM - Zona PemanfaatanTradisional, Zona Inti dan Zona Pemanfaatan yang mencakup daerah yang sangatkecil di mana di situ terdapat bangunan berupa Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai.Tidak perlu menambahkan zona-zona lain secara langsung, dan dengan adanya tigazona saja, pengelolaannya akan lebih sederhana.
Zona Rimba sering dibentuk di taman-taman nasional untuk difungsikan sebagaidaerah penyangga di antara Zona Pemanfaatan dan Zona Inti. Bagaimanapun, TNKMsangatlah luas dan sebagian besar masih liar. Luasnya kawasan taman, medan yangsulit dan keterpencilan akan berfungsi sebagai penyangga selama bertahun-tahun, palingtidak kalau perundingan dengan masyarakat setempat untuk mengembalikan beberapabagian lahan ke taman nasional berhasil. Sebagian besar lahan taman dimanfaatkanmasyarakat untuk berburu dan mengumpulkan hasil hutan dan oleh karenanyaditentukan sebagai zona pemanfaatan tradisional yang dapat digunakan pula untuktujuan-tujuan pariwisata, penelitian dan pendidikan.
Pengelola taman dapat memperbaiki sistem pembagian zona pada masa yang akandatang dengan mempelajari habitat yang beragam jenisnya dalam taman danmeyakinkan masyarakat agar lebih mengerti tentang kebutuhan dan manfaatpenambahan zona-zona baru di dalam TNKM. Penambahan zona-zona di masamendatang menjadi masalah yang harus dibicarakan dan dirundingkan dalam sistempengelolaan bersama.
Sementara Zona Pemanfaatan Tradisional adalah kategori dasar, dimungkinkanmengembangkan sub-tipe zona berdasarkan sistem klasifikasi lahan masyarakat lokal.Salah satu contoh adalah Tana’ Ulen di dalam Wilayah Adat Long Pujungan dan HuluBahau. Masyarakat lokal mengatur lahan tersebut berbeda dengan lahan lain dan caraini dapat dilanjutkan di dalam TNKM. Masyarakat lokal juga ingin melindungi lokasipemakaman. Daripada menggunakan istilah Zona Pemanfaatan Khusus dari PHKA,hal ini akan lebih mudah untuk masyarakat setempat menganggap daerah tersebutsebagai sub-tipe dari Zona Pemanfaatan Tradisional. Keputusan mengenai hal semacamini lebih baik diserahkan kepada Lambaga Adat.
Sehubungan dengan Zona Inti, rencana kegiatan yang terbaik adalah menerima anjuranmasyarakat setempat agar TNKM membentuk zona inti yang kecil pada awalnya (Gambar5). Persetujuan inipun bersifat sementara dan masih harus dipastikan dalam tahun pertamaRencana Pengelolaan. Pembentukan Zona Inti yang ditentang oleh masyarakat setempatdan hanya akan menambah ketidak sukaan mereka terhadap taman nasional, danperlindungan atas Zona Inti tidak dapat dijamin. Lagipula, luasnya taman dan sulitnyamedan sudah merupakan Zona Inti alami. Selama habitat di daerah ini dilestarikan, tidakakan ada dampak besar yang permanen pada keanekaragaman hayatinya. Jenis-jenis yangdiambil oleh masyarakat setempat dapat dilindungi melalui rencana pengelolaan jenis.Masih terdapat potensi untuk pengembangan kawasan inti lainnya pada masa mendatang,
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-36Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
4. Melengkapkan inventarisasi jenis burung dengan cara penjaringan pagi, memberi cincinpada kaki burung serta survei perhitungan di tempat.
5. Inventarisasi invertebrata pemakan daunan.6. Survei insekta kanopi hutan dengan jalan pengasapan.7. Penggunaan umpan dan metode perangkap kamera untuk mengetahui populasi
karnivora setempat.8. Pengembangan pengamatan ikan dan invertebrata perairan ke daerah yang lebih luas.
Hal ini dilakukan untuk melengkapi pengetahuan sementara berdasarkan survei awalyang dilakukan di beberapa lokasi dekat Long Pujungan, Data Dian, Lalut Birai,Long Layu, Wa’ Yagung dan Tau Lumbis. Survei-survei tersebut sebaiknya meliputikolam hujan dan kolam lumpur untuk mendapatkan data tentang larva amfibi danspesimen luar sungai.
9. Jika terdapat sisa dana dan waktu, survei fauna dan flora sebaiknya dilakukan padadaerah dengan habitat yang umumnya mirip tetapi mengalami perbedaan curah hujan,karena beberapa bagian taman mendapatkan curah hujan dua kali lebih banyakdibandingkan bagian yang lain.
10. Walaupun sebagian besar daerah taman nasional tidak mengalami musim kering yanglama, pengulangan beberapa survei di musim yang berbeda akan berguna jika danadan tenaga kerja tersedia.
11. Pengamatan telemetri kisaran tempat tinggal dan penggunaan habitat oleh mamaliabesar, jenis prioritas.
12. Penambahan transek permanen di Pusat Penelitian Lalut Birai agar dapat melingkuphabitat yang lebih luas, terutama:• Daerah batupasir pada lereng dengan ketinggian 800-1000 meter.• Daerah batupasir di atas perbukitan.• Daerah batupasir pada lereng dengan ketinggian 1000-1400 meter, jika
dimungkinkan.• Daerah basalt pada lereng dengan ketinggian 1000-1400 meter.• Daerah basalt pada lereng dengan ketinggian di atas 1500 meter.• Daerah basalt di atas bukit atau lereng dengan ketinggian di atas 1500 meter.
Daerah-daerah yang penting sebagai sasaran survei di atas adalah daerah taman nasionalyang terpencil dan tidak terganggu, terutama pada ketinggian lebih dari 1000 meter diataspermukaan laut. Daerah tersebut termasuk daerah hulu lembah Sungai Iwan, Lurah danPujungan, Gunung Harun bagian pemisah daerah aliran sungai Bahau dan Krayan. Beberapadaerah tersebut mungkin lebih mudah dimasuki melalui Serawak dan Sabah, karena jalankendaraan bermotor terletak di dekat perbatasan yang menunjukkan betapa pentingnyaupaya pengembangan kerja sama proyek penelitian bersama ilmuwan, lembaga konservasidan penelitian Malaysia. Kalau tidak, penggunaan helikopter atau perjalanan panjang melaluisungai dan berjalan kaki harus ditempuh. Biaya helikopter dapat ditekan dengan carakerja sama dengan pihak militer atau memohon sumbangan dan/atau pelayanan helikopterdengan biaya dari perusahaan helikopter dan pertambangan sebagai sumbangan terhadapmasyarakat. Pengelola taman dapat mengambil informasi awal dari berbagai museum lokal,ASEAN dan internasional. Data vertebrata, termasuk keterangan habitat dari daerahperlindungan lainnya di dekat gugusan pegunungan Kalimantan dapat dilihat sebagaipetunjuk mengenai jenis hewan dalam TNKM terutama pada dataran tinggi.
V-37 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
V-38
b. Pemindahan, Rehabilitasi dan Pengayaan Jenis
Calon yang mungkin untuk dilakukannya pengenalan kembali ke TNKM hanyalah Badakdan Orang Utan. Namun demikian, studi kelayakan untuk memperkenalkan kembali jenis-jenis tersebut sebaiknya dijadikan prioritas yang rendah oleh Pengelola taman. Banyakyang harus diupayakan untuk melindungi dan mengelola, dengan dana dan tenaga yangterbatas, jenis lain yang langka dan terancam sehingga peluang untuk perlindungan jangka-panjangnya dapat ditingkatkan. Namun, manajemen taman dapat mengikutsertakan ahlidengan biaya sendiri untuk melakukan studi kelayakan. Kelompok Ahli Badak dan PrimataIUCN dapat membantu mengarahkan penelitian didalam TNKM. Karena populasi jenistersebut menurun dalam 25 tahun mendatang, akan semakin menarik untuk meneliti apakahTNKM dapat menjadi tempat perlindungan terakhir.
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk membuat keputusan mengenai memperkenalkankembali suatu jenis ke dalam TNKM adalah sebagai berikut:
• Mensurvei masyarakat setempat untuk menentukan bagian taman yang biasa ditempatiOrang Utan di masa lalu.
• Menentukan kapan populasi tersebut menghilang.• Kemungkinan dapat bertahannya habitat setempat.• Dampak dari pengenalan kembali jenis asli setempat yang membutuhkan sumber
makanan yang sama.• Pendapat masyarakat mengenai kemungkinan memperkenalkan kembali Orang Utan.
Pengayaan jenis belum diperlukan saat ini. Jika penelitian menunjukkan bahwa kepunahanlokal telah terjadi atau akan segera terjadi di sebagian TNKM, terutama pada habitat yangterpisah dan kecil, pengayaan jenis dapat dipertimbangkan. Hal ini benar-benar perlu jikajenis betul-betul terancam punah pada suatu daerah dan adanya penghalang habitat yangmenghambat perpindahan jenis kedalam daerah tersebut. Burung Cucak Rawa mungkinperlu kegiatan pengayaan, mungkin pula Banteng, untuk itu perlu juga didahului olehsurvei kelayakan.
c. Pengelolaan Habitat
Habitat TNKM relatif masih belum terganggu dan tidak memerlukan pengelolaan aktifsaat ini, kecuali sesekali perlu membakar padang rumput Apau Ping untuk memeliharahabitat yang dipelihara manusia ini untuk kepentingan Banteng dan herbivora lain.Masyarakat setempat boleh meneruskan pembakaran padang rumput ini denganpengawasan dan bantuan dari Pengelola taman, seperti menyewa konsultan pengelolaanpadang untuk bekerja bersama masyarakat setempat untuk mengembangkan rencanapengelolaan padang rumput.
Pengelola taman juga harus memantau habitat yang lebih kecil didalam taman, sepertikantong batu kapur dan hutan semak. Daerah-daerah tersebut lebih rawan terhadap masalahpemisahan, yang mungkin memerlukan pengelolaan aktif, seperti pemindahan danpengayaan jenis langka.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-39Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Penggunaan senjata api dilarang sesuai dengan undang-undang negara yang berlaku.Semua alat-alat tradisional untuk berburu masih digunakan oleh masyarakat lokal,begitu juga penggunaan senjata api.
• Penangkapan ikan di dalam Zona Pemanfaatan Tradisional dapat dilakukan denganmenggunakan peralatan tradisional seperti pukat, jala dan alat pancing. Penangkapanikan dilarang menggunakan listrik atau bahan kimia.
• Melarang kegiatan yang dapat merusak lingkungan, seperti membuang sampahyang tidak dapat terurai seperti plastik, karet, kaca dan lain-lain, pembakaran atauyang dapat menimbulkan erosi.
• Pemanenan sumber daya alam dari dalam Zona Pemanfaatan Tradisionaldiperbolehkan untuk kebutuhan rumah tangga, industri rumah tangga dan bahan-bahan untuk obat tradisional. Pengambilan sumber daya hayati hanya terbatas padajenis yang tidak terancam punah atau langka.
• Lahan di dalam TNKM bukan milik masyarakat dan tidak dapat diperjual-belikan.
Peraturan di atas yang diajukan masyarakat lokal sesuai dengan peraturan PHKAuntuk Zona Pemanfaatan Tradisional dan menunjukan sebuah komitmen yang tinggiuntuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Beberapa masalah lain yangperlu dibahas dan dirundingkan adalah jenis yang boleh/tidak boleh diburu/diambil,penebangan pohon didalam beberapa zona TNKM, dan apakah sumber daya alamyang dikumpulkan oleh masyarakat setempat dari beberapa zona TNKM boleh dijual.
Jenis yang boleh diburu atau dikumpulkan dari zona TNKM yang sesuai:
Pada tahun pertama Rencana Pengelolaan, Pengelola taman dan masyarakat setempatharus mengembangkan kesepakatan mengenai jenis yang boleh diburu ataudikumpulkan oleh masyarakat setempat. Jenis-jenis yang dilindungi oleh undang-undang Indonesia, dianggap terancam oleh IUCN dan/atau tercantum dalam Appendix1 CITES dapat dijadikan bahan awal dari pembahasan tersebut. Namun demikian,dianjurkan bahwa daftar akhir jenis yang boleh diburu atau dikumpulkan didasarkanatas fakta/bukti bahwa jenis tersebut terancam secara lokal di dalam dan sekitar TNKM.Daftar ini harus ditinjau setiap tahun dalam pertemuan antara masyarakat setempatdan Pengelola taman.
Pada awalnya, daftar jenis yang tidak boleh diburu mungkin termasuk jenis yangtermasuk dalam kategori sangat terancam dan terancam dalam IUCN seperti Banteng,Kuau dan Bangau Storm, serta Berang-berang, Badak dan Gajah; kalau jenis-jenistersebut terdapat di TNKM. Kalau informasi yang cukup tidak tersedia untuk membuatkeputusan yang berdasar, pembatasan pengambilan sementara dapat dilakukan sampaiinformasi yang cukup diperoleh.
Sebuah sistem pemantauan akan dikelola dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal danPengelola taman untuk terus memeriksa jumlah populasi jenis yang umumnya diambildan jenis indikator. Perhatian khusus akan ditujukan pada jenis dilindungi atau terancamtermasuk jenis yang dianggap rawan oleh IUCN. Gejala bahwa tingkat pemanenanterlalu tinggi dan perlu melakukan pembatasan pengambilan adalah sebagai berikut:
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-41Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Berbagai gangguan oleh manusia mempengaruhi keanekaragaman hayati TNKM, sepertidesa yang ditinggalkan, peladangan tua, perkemahan buah sementara dll, akan sangatsulit, atau tidak mungkin, untuk ditiru. Penelitian lebih lanjut mengenai suksesi tumbuhandan bagaimana tumbuhan menggunakan tahap-tahap suksesi yang berbeda dari ladang,kebun buah sementara dan gangguan oleh manusia lainnya, akan membantu pengelolataman lebih memahami bagaimana gangguan-gangguan tersebut mempengaruhikeanekaragaman hayati. Penelitian tersebut juga akan memberi para pengelola pemahamanapakah gangguan oleh manusia perlu ditiru untuk mempertahankan keanekaragaman hayatiserta bagaimana melakukannya.
Taman nasional juga harus siap untuk mengurus unsur-unsur permukaan yang diubah,seperti jalan dan jenis pembangunan pada daerah hulu sungai Tubu, yang saat ini berada diluar kawasan taman, yang tidak dapat dilepas sepenuhnya. Dampak yang timbul dariunsur-unsur tersebut harus ditekan semaksimal mungkin. Untuk masalah jalan,penyeberangan di bawah jalan untuk satwa adalah salah satu contoh intervensi pengelolaan,seperti tindakan untuk menggantikan habitat yang berkurang atau hilang sebagai akibatdari kegiatan tersebut.
Pengelola juga harus mempersiapkan diri untuk masalah permukaan yang tidak mudahterlihat seperti serangan gulma dan hewan pada daerah alami. Pengelola perlu memantauaktivitas pembangunan pertanian karena berpotensi menyebabkan masalah seperti ini, danbertindak jika diperlukan.
d. Pengelolaan Penggunaan Sumber Daya Alam secara Berkelanjutan olehMasyarakat Setempat
Pengelolaan taman sebaiknya mengandalkan sistem gabungan dari pengelolaan sumberdaya alam secara adat tradisional yang dibantu dan dipantau oleh pakar PHKA/LSM ahlidalam bidang seperti pengelolaan taman, biologi konservasi, pengelolaan hidupan liar dansebagainya. Sistem yang diusulkan dalam pengelolaan adat ini diuraikan dalam Lampiran12 Buku II. Beberapa hal penting dalam sistem ini adalah sebagai berikut:
• Masyarakat setempat diperbolehkan memanfaatkan sumber daya alam secaraberkelanjutan dari Zona Pemanfaatan Tradisional didalam taman nasional. Masyarakatluar dilarang memanen sumber daya alam di dalam taman. Hal ini akan membantumembatasi eksploitasi oleh pihak luar, khususnya eksploitasi gaharu dan meningkatkansemangat masyarakat setempat untuk melindungi sumber daya taman danmemanfaatkannya secara berkelanjutan.
• Dilarang membuka ladang baru, padi sawah atau kebun, atau jalan (di samping jalansetapak yang digunakan untuk penelitian, pariwisata dan kegiatan tradisional masyarakatlokal), infrastruktur sosial atau bangunan permanen untuk pemukiman di dalam ZonaPemanfaatan Tradisional. Peraturan ini sesuai dengan peraturan PHKA mengenai ZonaPemanfaatan Tradisional.
• Kegiatan berburu di dalam Zona Pemanfaatan Tradisional dapat menggunakan alat-alat tradisional seperti tombak, anjing, parang, sumpit, jerat, perangkap dan lain-lain.
V-40 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Mereka telah bergantung pada pemanenan sumber daya hayati untuk memenuhi kebutuhanpokok dan keuangan atau sarana pertukaran selama berabad-abad. Jika mereka tidakdiperbolehkan menjual sumber daya hayati dari Zona Pemanfaatan Tradisional,kemungkinan besar mereka akan menolak taman nasional, didukung oleh banyak LSMserta sektor swasta dan pejabat pemerintahan yang tertarik untuk mendapatkan proyekkomersial yang besar di daerah tersebut. Dampaknya akan menimbulkan lebih banyakpengambilan yang berlebihan dan kepunahan lokal daripada kalau pengambilan ini dikelolasecara bersama oleh Pengelola taman nasional dan masyarakat setempat. Lagipula, kegiatanuntuk menghasilkan nafkah alternatif sulit dikembangkan, mahal dan memakan waktu.Program pengembangan ekonomi seperti ini juga sering menarik pendatang masuk kedaerah yang baru sehingga meningkatkan ancaman terhadap taman nasional.
Untuk melindungi keanekaragaman hayati secara lebih baik dalam sistem tersebut, Pengelolataman bersama masyarakat setempat harus mengupayakan program pemantauan ekologiyang efektif untuk mengidentifikasi secepat mungkin jenis yang diambil secara berlebihansehingga upaya pengelolaan dapat melindungi populasi tersebut. Kampanye kesadarandan pendidikan yang efektif mengenai dampak dan kerugian dari kepunahan, makna dariklasifikasi “Rawan, Terancam, dan Sangat Terancam” (“Vulnerable, Endangered andCritically Endangered”) serta bagaimana cara mengelola sumber daya hayati akanmembantu meredakan masalah-masalah tersebut. Juga diperlukan upaya yang lebih untukmemberi wawasan kepada masyarakat mengenai Convention on International Trade inEndangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) khususnya Lampiran 1, yangmencantumkan daftar jenis tumbuhan dan hewan yang dilarang diperdagangkan secarainternasional karena dikhawatirkan akan punah. Hal ini termasuk Klampiau, Orang Utan,Beruang Madu, Kucing Dampak, Macan Dahan, Gajah Asia, Badak dan Rangkong Gading.
Seiring dengan berjalannya waktu, proyek pembangunan ekonomi terpilih akan membantumencegah pengambilan beberapa sumber daya hayati agar tidak mencapai tingkat eksploitasiberlebihan.
Penebangan pohon Aquilaria (untuk pengambilan gaharu) dan pohon kayu untukmembangun rumah perseorangan dan bangunan masyarakat, dari zona yang sesuai di TNKM.
Walaupun peraturan PHKA pada umumnya melarang penebangan pohon, dianjurkan agarmasyarakat setempat diperbolehkan menebang pohon Aquilaria yang terinfeksi gaharu,serta pohon kayu untuk membangun rumah perseorangan dan bangunan masyarakat.
Sumber pendapatan alternatif untuk menggantikan gaharu, serta sumber dari kayu bangunanlokal tidak akan dikembangkan sedemikian rupa sehingga tidak etis untuk melarang kegiatantersebut. Lagipula, Gubernur Kalimantan Timur telah memperkecualikan gaharu dariperaturan mengenai Hutan Lindung yang melarang penebangan pohon. Keputusan tersebutdapat dijadikan dasar hukum untuk diterapkan pada Zona Pemanfaatan Tradisional dalamsebuah Taman Nasional.
Pengambilan langkah-langkah khusus untuk membatasi kerusakan terhadap tamannasional, untuk tiap kasus adalah sebagai berikut:
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-43Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Hilangnya atau pengurangan jumlah populasi yang terlihat jelas.• Jarak yang bertambah untuk menemukan sumber daya hayati.• Peningkatan (satuan) usaha untuk mendapatkan sumber daya hayati.• Hasil panen yang menurun.• Kondisi, ukuran atau umur individu yang menurun dalam populasi yang dipanen.• Densitas yang menurun terlihat melalui transek atau cara lain seperti pengamatan
penangkapan dll.
Beberapa jenis satwa yang mungkin membutuhkan perlindungan dari perburuan dalamperiode rencana pengelolaan 25 tahun mendatang adalah Cucak Rawa, burung KuauBesar, jenis rangkong lainnya, Beruang Madu, tiga jenis Monyet Daun, Macan Dahan danKucing Pantai. Semua jenis satwa tersebut telah diburu untuk alasan pangan dan jugasebagai produk komersial atau adat.
Begitu sebuah jenis diidentifikasi sebagai jenis terancam, Pengelola taman akan bekerjauntuk menentukan metode perlindungan terbaik. Metoda yang mungkin adalah:
• Membatasi daerah yang diperbolehkan untuk berburu, seperti melalui Zona Intipermanen atau jangka-pendek bergiliran, penutupan musiman pada daerah-daerah yangberbeda.
• Membatasi masa berburu.• Membuat aturan yang konservatif, kuota rendah dan pembatasan jumlah yang boleh dibawa
untuk mengatasi kesulitan memperkirakan jumlah populasi dan dampak perburuan/pengumpulan terhadap suatu jenis.
• Mengendalikan usia/jenis kelamin hewan yang diburu: misalkan dilarang memburu betina.• Melarang segala bentuk perburuan untuk sementara sampai jumlah populasinya pulih kembali.• Larangan permanen pemburuan jenis secara kritis terancam punah.
PHKA juga harus mempertimbangkan untuk mengembangkan daftar jenis dilindungiberdasarkan “bioregion” atau skala lain yang lebih rendah dari skala nasional, misalnyaseluruh Pulau Kalimantan. Daftar tersebut harus berdasarkan standar nasional untukmenjamin perlindungan yang efektif melewati perbatasan politik untuk seluruh kisaranjenis dan tetap sesuai dengan kesepakatan konservasi biodiversitas internasional. Namundemikian, beberapa jenis yang terdaftar di daftar nasional mungkin tidak memerlukanperlindungan di seluruh kawasan Indonesia. Rusa, yang sangat umum dan merupakanhama pertanian di TNKM, adalah salah satu contoh.
Penjualan terbatas dan berkelanjutan oleh masyarakat setempat atas sumber daya alamdari zona yang sesuai di TNKM:
Banyak taman nasional di Indonesia dan negara lain memperbolehkan penjualan terbatasdan berkelanjutan sumber daya alam yang dikumpulkan oleh masyarakat setempat darizona yang sesuai. Penjualan seperti itu sebaiknya juga diijinkan di TNKM. Tidaklah praktismaupun etis bagi Pengelola taman untuk melarang semua bentuk penjualan sumber dayahayati. Secara historis masyarakat lokal mempunyai hak yang kuat atas hal ini.
V-42 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
bersebelahan dengan taman nasional, terdapat masyarakat dalam jumlah besar yang berasaldari wilayah taman nasional tetapi sudah pindah tempat tinggal, baik mengikuti programpemukiman kembali pemerintah maupun atas inisiatif sendiri. Masyarakat tersebut masihmengklaim hak atas lahan asal mereka, dan sering pulang kembali, walaupun hanya sesaatuntuk tinggal dan bekerja yang pada dasarnya untuk mengumpulkan sumber daya alam.
2. Hidrologi
a. Tangkapan. Perlindungan terhadap daerah tangkapan harus dipertimbangkan sewaktumengembangkan pengelolaan taman atau membangun infrastruktur. Akan sangatberguna untuk membangun tempat pengukur aliran pada ketiga daerah aliran sungai,khususnya di sungai Iwan, Bahau, Pujungan Lurah, Sulon, Krayan, Kemelu, Kinayeh,Menabur dan Kalun jika dananya tersedia.
b. Mata air tawar ataupun bergaram adalah hal yang penting bagi satwa dan masyarakatsetempat. Mata air bergaram mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi tempatmengamati satwa yang seringkali datang, seperti Langur. Pembangunan infrastrukturatau pemanfaatan apapun di sekitar mata air tersebut harus dikerjakan secara hati-hatiuntuk menjamin agar mata air tersebut tidak terganggu. Termasuk di dalamnyapembuatan sumur-sumur yang nantinya dapat digunakan untuk kepentingan staf tamanatau staf lapangan, para pengunjung, toilet dan lain-lain.
3. Rehabilitasi Taman
a. Penghutanan Kembali. Sementara ini penghutanan kembali untuk TNKM tidakdiperlukan. Hutan di kawasan TNKM cukup tidak terganggu sehingga penghutanankembali dapat berjalan secara alami.
b. Konservasi Tanah. Tindakan untuk konservasi tanah belum diperlukan di TNKM saatini. Sudah tentu tindakan pencegahan erosi harus diikutsertakan dalam rencana untukpembangunan infrastruktur di dalam taman nasional, seperti jalan setapak untuk kegiatanpetualangan, pembuatan bangunan dan sebagainya.
C. Pemanfaatan Kawasan
1. Wisata Alam
Ekowisata di TNKM seharusnya berbasiskan masyarakat, melibatkan masyarakat setempatdan perusahaan di dalam peranan yang nyata dan masyarakatnya harus benar-benar siapuntuk menangani dampak negatif dari pariwisata.
Hak pengusahaan pariwisata di TNKM diutamakan diberikan kepada lembaga pengelolalokal seperti FoMMA, lembaga adat dan/atau organisasi desa. Dukungan masyarakatsetempat kepada taman nasional akan sangat meningkat kalau mereka menerima keuntunganekonomi seperti itu. Dengan perkiraan pertumbuhan pariwisata yang lambat, kemampuandapat berkembang sejalan dengan meningkatnya jumlah pengunjung. Pendekatan ini padaawalnya akan memerlukan dukungan dana dari suatu LSM atau PHKA untuk memberikan
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-45Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gaharu:
• Memastikan penghentian pemanenan gaharu oleh masyarakat luar.• Menegakkan peraturan Adat bahwa hanya pohon Aquilaria yang telah terinfeksi dengan
kapang yang menghasilkan gaharu yang boleh ditebang• Mengupayakan agar peneliti dengan biaya sendiri mau meneliti bagaimana pohon
tersebut terifeksi secara alami dan bagaimana proses tersebut dapat diperbanyak sehinggagaharu dapat dibudidayakan.
• Mencari mahasiswa atau peneliti dengan biaya sendiri untuk mengembangkan teknikmengambil sampel dari pohon-pohon untuk melihat apakah terinfeksi dengan carayang kurang merusak pada pohon (pohon tidak harus ditebang).
Kayu Bangunan Lokal:
Dalam jangka panjang, masyarakat setempat perlu dibantu untuk membuka semacamprogram tebang pilih secara berkelanjutan pada daerah di luar taman nasional. Hakpenebangan hutan kemasyarakatan merupakan salah satu kemungkinan selain hakmelakukan penanaman intensif di daerah yang telah ditebang oleh perusahaan komersial.Dengan memperbolehkan penggunaan gergaji mesin dalam Zona Pemanfaatan Tradisionaluntuk bangunan lokal dapat membantu menyelamatkan pohon-pohon karena jumlah kayuyang berguna meningkat untuk tiap pohon yang ditebang dan mengurangi sisa yangterbuang. Gergaji mesin adalah alat yang praktis dan sangat penting digunakan olehmasyarakat setempat. Mereka tidak akan setuju melepaskan penggunaan gergaji mesin diwilayah adat yang menjadi bagian dari taman nasional. Larangan tersebut akan menimbulkantuntutan untuk mengeluarkan lebih banyak lahannya dari wilayah taman nasional.
Dalam semua masalah di atas, pengawasan diperlukan untuk menjamin bahwa peraturanyang berlaku dipatuhi.
Sistem Perizinan:
Dianjurkan bahwa sistem perizinan masuk dikelola oleh FoMMA dan/atau Lembaga Adattiap Wilayah Adat. Lembaga tersebut dapat mengeluarkan Kartu Tanda Penduduk DaerahTaman Nasional Kayan Mentarang dan menyediakan daftar nama kepada Pengelola taman.Menerima KTP tersebut dari lembaga tradisional akan menjadi lebih mudah dan kurangarogan jika dibandingkan mendapatkan izin pemanfaatan dari badan luar untuk kegiatanyang telah dilakukan tanpa izin tersebut selama berabad-abad.
Lembaga lokal akan memerlukan bantuan dana untuk tugas ini. Sumber dana berpotensiuntuk kegiatan tersebut adalah bantuan pengawasan masyarakat, mengambil persentasekecil dari hasil “panen” semacam pajak, atau bantuan langsung pada FOMMA seperti apayang diterima Yayasan Leuser International dari pemerintah.
Masalah sulit yang harus diputuskan oleh Pengelola taman dan masyarakat setempat padaawal fase pelaksanaan, adalah pihak mana yang berhak atas izin mengambil sumber dayahayati dari Zona Pemanfaatan Tradisional. Di samping masyarakat yang bermukim
V-44 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Pengelolaan secara umum kawasan lindung dan pembangunan yang berkelanjutan padadaerah penyangga.
• Inventarisasi dan pemantauan sumber daya alam secara partisipatif.• Teknik pengelolaan hidupan liar, termasuk dinamika populasi, penentuan jumlah populasi
dan metoda-metoda pengelolaan berdasarkan kuota, musim tertentu, penutupan wilayah,jumlah, umur, seleksi pengambilan satwa (jantan bukannya betina) dan sebagainya.
• Eko-wisata berbasiskan masyarakat, dan,• Pengelolaan keuangan.
Sebagai tambahan, pengelola taman perlu mencari dana untuk mendaftarkan para pemudadari desa-desa sekitar taman nasional untuk program sertifikat, diploma atau bergelar didalam bidang pengelolaan sumber daya, biologi konservasi, eko-wisata berbasis masyarakat,dsb.
Peserta sasaran penting lainnya adalah karyawan pemerintah di tingkat kecamatan,kabupaten dan propinsi. Adalah penting untuk terus-menerus mengingatkan mereka akanpentingnya mempertimbangkan konservasi keanekaragaman hayati dan tidak hanyaekonomi, politik dan faktor lain pada saat memutuskan bagaimana lahan yang berbatasan/berdekatan dengan taman nasional dikembangkan dan dikelola. Peserta sasaran ini dapatjuga dicapai melalui program pelatihan jangka pendek, forum komunikasi dan kerjasamatahunan, pewarta pemerintah, siaran pers yang dipublikasi lewat surat kabar dan bahankepedulian dan pendidikan secara umum.
Pemanfaatan taman untuk Tujuan-tujuan Pendidikan
WWF Indonesia sedang mengusahakan hibah kecil dari TOTAL Foundation untuk memberidana kepada beberapa fakultas dan mahasiswa dari Universitas Mulawarman di Samarindauntuk datang ke taman nasional melakukan penelitian dan latihan lapangan, terutama diStasiun Penelitian Hutan Lalut Birai. Kalau rencana untuk membentuk suatu konsorsiumantara universitas-universitas nasional dan internasional dan/atau museum yang secarabertahap untuk ikut berperan aktif dalam pengelolaan Stasiun Lalut Birai di masa mendatangdapat benar-benar terwujud, akan ada lebih banyak kesempatan untuk pendidikanmahasiswa yang berkaitan dengan lembaga-lembaga tersebut.
Taman nasional juga sebaiknya mengusahakan cara-cara lain untuk mengajak mahasiswauntuk mengerjakan program S2 dan S3 mereka dengan topik penelitian yang pentinguntuk taman nasional. Bantuan ini sebaiknya termasuk membantu mereka mendapatkandana dari donor yang tertarik untuk mendukung penelitian semacam ini dan pengembangansumber daya manusia.
Memanfaatkan taman nasional untuk membantu pendidikan murid SD dan SLTP masihsulit dilakukan di dalam beberapa tahun lagi. Alasan utama adalah kesulitan membawadan membiayai kelompok siswa dari luar daerah ke taman nasional. Terdapat potensiuntuk mengembangkan program pendidikan untuk siswa SLTA di Long Pujungan, LongBawan dan Long Nawang.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-47Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
bantuan teknis dan pelatihan. Kalau kelembagaan lokal memerlukan bantuan teknisdan dana lebih lanjut, mereka dapat pula menegosiasikan dengan perusahaan swastauntuk jasa tersebut.
Salah satu alasan mengapa tim pengkajian infrastruktur merekomendasikan bahwahanya tiga hak pengusahaan pariwisata yang boleh dibuka untuk setiap dua sub regiontaman nasional adalah agar pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara bertahap(Terzich et al., 1999). Tim tersebut juga merekomendasikan agar hak pengusahaantersebut diberikan setelah tahap 5 tahun pertama dari 25 tahun Rencana Pengelolaan.
Pemasaran dan Promosi :
Selama 25 tahun mendatang, kegiatan promosi dan pemasaran yang sebaiknyadilakukan meliputi:
• Pembuatan situs web• Pembuatan dan penyebaran brosur yang mengemukakan objek wisata TNKM,
jadwal transportasi dan rute-rute kegiatan petualangan di hotel-hotel yang digunakanoleh wisatawan lepas di Kalimantan Timur dan daerah-daerah lain di Indonesia.
• Memproduksi leaflet berisikan atraksi untuk wisata minat khusus, terutamapengamatan burung dan dikirim dengan surat pengantar ke biro wisata yangmengkhususkan pada pengamatan burung.
• Mengkoordinir kunjungan ke TNKM khusus untuk perusahaan pariwisata danDepartemen / Dinas pariwisata di Kalimantan Timur.
• Ikut serta dalam pameran dagang untuk mempromosikan TNKM.
• Memberi penerbit buku panduan informasi mengenai taman nasional.• Menyediakan artikel tentang TNKM di pesawat terbang, majalah perjalanan dan
majalah lainnya, surat kabar, dsb. dalam bahasa Indonesia dan bahasa nasionaldimana terdapat pasar pariwisata.
• Melihat kemungkinan pasar untuk diadakannya kegiatan lintas alam sebagai salahsatu bentuk wisata petualangan di alam bebas.
• Mengembangkan buku panduan TNKM sederhana yang mencakup sejarah alam,kebudayaan manusia, atraksi wisata dan perlengkapan logistik.
2. Penyuluhan dan Pendidikan Lingkungan
Kelompok sasaran utama untuk kegiatan kepedulian dan pendidikan adalah masyarakatsetempat, instansi pemerintah, sektor swasta dan wisatawan. Adapun tujuan, isi/bahan,kegiatan yang mungkin dan media yang mungkin untuk masing-masing sasaran terdapatdi Tabel 1.
Masyarakat setempat adalah peserta sasaran kunci mengingat perannya yang besardalam pengelolaan TNKM. Oleh karena itu, pemberian pelatihan dalam topik-topikberikut sangat penting untuk dilakukan:
V-46 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Banyak wisatawan Indonesia dan mancanegara yang berminat dalam wisata belajar dankegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan atau lingkungan yang berlainan ataulingkungan. Pengelola taman sebaiknya menjalin hubungan dengan organisasi danperusahaan seperti Earthwatch International, yang menyelenggarakan wisata semacam ini.
D. Penelitian dan Pengembangan
1. Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Penelitian harus meliputi pekerjaan pada tingkat jenis, habitat dan bioregional.
Penelitian dan Pengelolaan Jenis:
Bagian B pada bab ini sudah menggambarkan beberapa inventarisasi dasar jenis danpenjabaran penelitian yang perlu diselesaikan, terutama pada jenis yang langka, terancam,dilindungi dan/atau umumnya diambil oleh masyarakat setempat.
Jenis yang memerlukan perhatian mendesak untuk diteliti adalah Badak, Orang Utan,Kucing Merah, Cucak Rawa, Banteng dan Beruang Madu. Jenis-jenis lain yang memerlukanperhatian dalam 5 tahun pertama adalah Macan Dahan, Lutung, Landak, Babi Hutan,Rusa, Kuau, Rangkong, jenis-jenis Testudinae, Varanus, Meristogenys dan Cyprinidae.
Penelitian terhadap beberapa jenis tersebut akan melibatkan tingkat keahlian dan saranaanggaran yang diupayakan dapat diperoleh dari PHKA dan WWF. Upaya besar diperlukanuntuk menarik minat peneliti lain dan mahasiswa dari universitas di Indonesia, LIPI,organisasi konservasi nasional dan internasional dan universitas asing.
Cara yang efisien untuk melakukan pekerjaan ini adalah dengan mengundang spesialisuntuk menulis analisis keadaan jenis-jenis tersebut, seperti yang sudah dimulai oleh WWFIndonesia - Proyek Kayan Mentarang untuk Cucak Rawa, Rangkong, Kuau, Babi Hutandan Banteng. Analisis akan menyimpulkan apa yang diketahui tentang jenis pada umumnya,diekstrapolasi dari apa yang diketahui sampai ke keadaan khusus di dalam dan di luarTaman Nasional Kayan Mentarang, dan merekomendasi program penelitian pada jenistersebut. Kalau dana tambahan tersedia, sebuah lokakarya perencanaan penelitian dapatdiselenggarakan.
2. Pengelolaan Populasi
Karena terbatasnya dana dan tenaga, upaya permulaan untuk mengetahui jumlah satwayang terdapat di ekosistem kawasan akan dibatasi kepada:
• Perkiraan kepadatan, terutama di sepanjang transek yang sudah ada;• Pemahaman masyarakat setempat yang diperoleh dari Metoda Penilaian Pedesaan
Partisipatif (Participatory Rural Appraisal Methods). Pendekatan ini diakui semakinakurat dan hemat biaya baik di Pulau Kalimantan maupun di kawasan tropis lainnya(Stuebing, komunikasi pribadi),
Tabe
l 1.
Kel
ompo
k S
asar
an, T
ujua
n, M
ater
i, K
egia
tan
dan
Med
ia P
rogr
am P
endi
dika
n K
onse
rvas
i
Kel
ompo
k sa
sara
nTu
juan
Mat
eri
Kem
ungk
inan
Keg
iata
nK
emun
gkin
an M
edia
1.M
asya
raka
t set
empa
t1.
Mem
berik
an p
enge
rtian
bah
wa k
eunt
unga
n1.
Keu
nika
n da
n K
epen
tinga
n Ta
man
1.K
ampa
nye k
e des
a-de
sa d
enga
n to
pik
1.Pe
mut
aran
Film
dan
/ata
u(I
ndiv
idu,
Lem
baga
Tam
an N
asio
nal l
ebih
bes
ar d
arip
ada
nasi
onal
, ter
mas
uk p
engh
arga
an d
unia
terp
ilih
slide
Loka
l, Se
kola
h,ke
rugi
anny
aun
tuk
kea
neka
raga
man
hay
ati y
ang
tingg
i2.
Prog
ram
pel
atih
an si
ngka
t dal
am2.
Flye
rG
uru,
dan
2.M
enam
bah
peng
etah
uan
men
gena
i eko
logi
dan
hany
a dim
iliki
Kay
an M
enta
rang
berb
agai
topi
k pe
mbi
cara
an3.
Poste
rse
baga
inya
)de
ngan
beb
erap
a inf
orm
asi d
asar
dar
i2.
Keu
ntun
gan
Tam
an N
asio
nal b
agi
3.Sa
tuan
pem
bela
jara
n da
n bu
ku p
egan
gan
4.W
arta
ber
kala
kons
erva
si b
iolo
gim
asya
raka
t lok
al.
bagi
gur
u un
tuk
seko
lah
sete
mpa
t.5.
Teat
er3.
Men
ingk
atka
n ke
mam
puan
unt
uk m
enge
lola
3.H
asil
pene
litia
n te
ntan
g Ta
man
Nas
iona
l4.
Prog
ram
pel
atih
an g
uru.
6.D
isku
si d
an P
erte
mua
nsu
mbe
r day
a ala
m d
an k
egia
tan
di b
idan
g4.
Bag
aim
ana c
ara m
engi
nven
taris
asi,
5.Si
aran
radi
ode
ngan
Mas
yara
kat
kepa
riwis
ataa
nm
eman
tau,
men
gelo
la tu
mbu
han
dan
6.Pe
rlom
baan
unt
uk a
nak
mud
a.7.
Med
ia M
assa
4.M
enin
gkat
kan
keba
ngga
an ak
an k
ekay
aan
satw
a yan
g pe
ntin
g ba
gi m
erek
a.7.
Ger
akan
pra
muk
ada
n ke
unik
an k
eane
kara
gam
an h
ayat
i Tam
an5.
Wis
ata a
lam
ber
basi
si m
asya
raka
t8.
Kur
sus j
angk
a pan
jang
ata
u ku
liah
bida
ngN
asio
nal
peng
elol
aan
sum
ber d
aya a
lam
.
2. In
stan
si P
emer
inta
h1.
Men
ingk
atka
n pe
mah
aman
pad
a tin
gkat
1.Pe
ngar
uh P
ositi
f da
lam
bid
ang
1. K
eter
libat
an d
alam
pan
itia p
enga
rah
atau
1.Pe
mut
aran
Film
dan
Slid
eK
ecam
atan
, Kab
upat
en, P
ropi
nsi d
an n
asio
nal
Ekon
omi.
suat
u ko
min
ikas
i ter
buka
dan
foru
m2.
Peny
ajia
n Po
wer
Poi
ntba
hwa m
anfa
at ta
man
nas
iona
l leb
ih b
esar
2.M
anfa
at H
idro
logi
.ko
ordi
nasi
.3.
Perm
aina
n Si
mul
asi
dari
pada
ker
ugia
n.3.
Peng
akua
n D
unia
Ter
hada
p N
ilai-n
ilai
2.Pr
esen
tasi
seca
ra in
divi
du k
epad
a4.
Fasi
litas
i Per
tem
uan
2.M
enin
gkat
kan
keba
ngga
an te
rhad
ap ta
man
Perli
ndun
gan
Tam
an N
asio
nal.
kem
ente
rian
dan
inst
ansi
lain
nya.
Kom
unik
asi
nasi
onal
dan
kea
neka
raga
man
hay
atin
ya.
4.B
agai
man
a car
a men
ghitu
ng n
ilai
3.Pr
ogra
m p
elat
ihan
sing
kat.
dan
Koo
rdin
asi
3.M
enin
gkat
kan
koor
dina
si k
egia
tan
berb
agai
kera
gam
an h
ayat
i sec
ara e
kono
mi.
4. P
erm
aina
n si
mul
asi
5.A
rtike
l dal
am b
ulle
tinpi
hak
untu
k ef
isie
nsi y
ang
lebi
h ba
ik.
Pem
erin
tah.
6.M
edia
Mas
a7.
Bah
an ce
taka
n(p
oste
r, fla
yer,
bros
ur,d
sb)
3. S
ekto
r-Sek
tor S
was
ta1.
Men
ingk
atka
n pe
nget
ahua
n te
ntan
g ke
bera
daan
1. K
oord
inat
SPG
bat
as-b
atas
TN
KM
1.K
eter
libat
an sa
lam
pan
itia p
enga
rah
atau
1. P
eta
dan
mem
buat
bat
as T
aman
Nas
iona
l yan
g2.
Usu
lan
baga
iman
a car
a men
gura
ngi
mun
gkin
foru
m se
ktor
swas
ta.
2. P
enya
jian
Pow
er p
oint
sebe
narn
ya.
dam
pak
kegi
atan
per
usah
aan-
peru
saha
an2.
Ber
kunj
ung
ke k
anto
r-ka
ntor
3. F
ilm d
an sl
ide
2.M
enin
gkat
kan
upay
a aga
r mer
anca
ng k
egia
tan
terh
adap
Tam
an N
asio
nal.
lapa
ngan
, Kal
iman
tan
dan
nasi
onal
.4.
Ber
baga
i bah
an c
etak
anpe
kerja
an m
erek
a unt
uk m
emin
imka
n da
mpa
k3.
Man
faat
hub
unga
n m
asya
raka
t unt
uk3.
Pres
enta
si p
ada r
apat
koo
rdin
asi
terh
adap
Tam
an N
asio
nal
men
gura
ngi d
ampa
k pe
rusa
haan
terh
adap
tahu
nan
mer
eka.
3.M
enin
gkat
kan
keba
ngga
an te
rhad
ap T
aman
Tam
an N
asio
nal d
an su
mba
ngan
dan
aN
asio
nal d
an p
enga
kuan
man
faat
nya.
atau
sum
bang
an la
inny
a.4.
Peng
umpu
lan
dana
atau
ber
baga
i mac
amsu
mba
ngan
.
4.W
isat
awan
1.M
enar
ik W
isat
awan
.1.
Oby
ek W
isat
aJa
ringa
n in
tern
et, p
oste
r, A
rtike
l dll.
1.B
rosu
r, Pe
ta, B
uku
2.M
emba
ntu
renc
ana k
unju
ngan
par
a tur
is2.
Tum
buha
n da
n H
ewan
Maj
alah
Par
iwis
ata,
Info
rmas
i pad
a Buk
uPa
ndua
n, P
oste
r3.
Men
ingk
atka
n pe
nget
ahua
n m
erek
a sel
ama
3.K
ebud
ayaa
nPa
ndua
n, w
isat
a-m
andi
ri da
n w
isat
a2.
Inte
rpre
tasi
alam
, Pus
atku
njun
gan.
4.K
egia
tan
dan
Prog
ram
TN
KM
terp
andu
.Pe
ngun
jung
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)V-
48K
ayan
Men
tara
ng P
erio
de 2
001-
2025
(Buk
u I)
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-49Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
hari, setiap musim, atau sebagai reaksi kepada fenomena alam seperti El Nino SouthernOscillation (ENSO). Tahap awal yang dianjurkan adalah, melakukan studi pustakamengenai potensi perpindahan atau perpindahan aktual satwa untuk masuk atau keluardari taman nasional.
Topik penelitian lapangan permulaan yang dianjurkan adalah Babi Hutan, yang mengikutidaur pembuahan ke kawasan di luar taman nasional. Masyarakat melaporkan bahwakawasan yang penting bagi migrasi Babi Hutan adalah di antara mata air Sungai Tubu dandrainasi Sungai Malinau dan hilir Sungai Bahau (Puri, 1997). Kalau daerah ini rusak,dampak pertama yang mungkin terjadi adalah akan adanya kerusakan di sebagian tamanoleh babi-babi tersebut sebagai usahanya mencari makanan, atau juga merusak ladang dankebun. Akhirnya, populasi babi mungkin akan menurun dan menyebabkan pemburu mencarisatwa lain termasuk jenis yang terancam atau dilindungi. Predator babipun akan terkenadampaknya. Penelitian yang rumit dan lama seperti ini akan melibatkan sejumlah orangdengan spesialisasi yang berbeda dan paling baik dikerjakan bersama dengan lembagariset yang lain. CIFOR yang mengelola Hutan Penelitian Bulungan, yang meliputi kawasanyang mungkin akan teridentifikasi sebagai daerah makanan yang penting bagi babi hutanyang juga akan menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di dalam taman nasional,merupakan calon mitra dalam penelitian ini.
Sebuah topik penelitian yang menyertainya adalah bagaimana satwa menyebar melewatihalangan dan aliran gen antar populasi. Hasil penelitian ini akan membantu perencanaandan pemeliharaan koridor habitat. Pekerjaan ini akan penting bagi taman nasional kalaukeinginan dari beberapa kelompok masyarakat untuk menghuni kembali beberapa desayang sudah ditinggalkan bisa tercapai dan kantung penghunian bisa diciptakan, yang akanmenambah pemisahan habitat.
Pengelola taman harus bekerja sama dengan BAPPEDA kabupaten dan propinsi untukmemelihara koridor habitat antara TNKM dan habitat di luar perbatasannya. Daerah kunciadalah Hutan Lindung, daerah Sebuku-Sembakung (terutama daerah apapun yang padaakhirnya dijadikan hutan lindung, cagar alam, atau taman nasional), dan bagian-bagianlain dari Kalimantan Timur dan propinsi lain yang sudah direkomendasikan di masa lalusebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati berprioritas tinggi, seperti Ulu Kayan,Ulan Kayan dan Apo Kayan (Gambar 6).
3. Sumbangan Masyarakat Setempat di dalam Penelitian
Pengelola taman perlu melibatkan masyarakat setempat didalam merencanakan, pelaksanaandan interpretasi penelitian. Program penelitian semacam ini akan lebih efektif dan hemat-biaya karena menggunakan pengetahuan ekologi masyarakat setempat.
Sebuah aspek dimana mereka dapat memberikan sumbangan yang besar adalah mempelajarisistem tradisional mereka untuk mengelompokkan vegetasi hutan untuk menentukan jenisdan lokasi tipe-tipe sub-vegetasi di dalam kategori utama vegetasi yaitu hutan dataranrendah, bukit, bawah-pegunungan dan pegunungan. Sebagai contoh adalah Eugeissonautilis, atau palem sagu, yang tumbuh di daerah aliran sungai (DAS) Sungai Lurah. Prosedur
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-51Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Point sampling dari jenis indikator, dan kalau waktu dan anggaran masih tersedia,• Penelaahan “mark-recapture”.
Karena informasi mengenai habitat menjadi semakin tepat dan rinci, sarana pengelolaanpopulasi yang lebih menyeluruh mungkin akan bisa dipakai menjelang akhir masa RencanaPengelolaan 25 Tahun. Salah satu metoda yang berpotensi adalah Analisis Viabilitas Populasi(Population Viability Analysis, PVA), merupakan kajian kuantitatif, dalam data-base, atashubungan antara kemungkinan kepunahan dan jumlah habitat yang tersedia bagi suatujenis di daerah tertentu atau di seluruh kisarannya (Boyce, 1992). Model populasi yangbertata-ruang jelas yang menggabungkan lokasi aktual satwa dan bercak habitat yangsesuai dan secara jelas mempertimbangkan pergerakan organisme di antara bercak tersebut,juga akhirnya akan dimungkinkan. Model Populasi Hewan Bergerak (Mobile AnimalPopulation, MAP) merupakan model simulasi populasi bertata-ruang jelas yangmensimulasikan penempatan di habitat-khusus dan tingkah laku penyebaran organisme dilayar komputer (Pulian et al., 1992; Liu. 1992). Kerja lapangan yang padat dan bertahun-tahun diperlukan untuk mengumpulkan sejumlah besar data yang diperlukan untukmengembangkan parameter untuk model tersebut. Pada awalnya, kegiatan ini mungkinharus dilakukan oleh ilmuwan perguruan tinggi atau mahasiswa S3.
Topik penelitian yang penting lainnya untuk mempertahankan hasil buruan masyarakatsetempat adalah mempelajari efektifitas metoda pengelolaan hidupan liar berpotensi sepertipembatasan musim berburu, pembatasan ukuran/umur atau jenis kelamin, penutupankawasan, kuota, dsb.
Penelitian Habitat :
Bagian B dari bab ini telah menunjukkan perlunya membuat plot vegetasi dan transekpermanen di habitat tambahan yang dimasukkan ke dalam kawasan di sekitar StasiunPenelitian Hutan Lalut Birai. Penelitian dapat diperluas secara bertahap ke daerah lain didalam taman nasional, terutama ketika lebih banyak ilmuwan diajak untuk melakukanpenelitian di bidang biologi. Pos-pos lapangan di dalam kawasan perlu dilengkapi untukmelaksanakan beberapa macam penelitian dasar, termasuk tenda semi-portabel danperlengkapan ekspedisi penelitian. Bila contoh habitat yang baik yang tidak termasuk didalam plot permanen Lalut Birai dapat ditentukan cukup dekat dengan pos lapangan,karyawan pos lapangan dapat melakukan pengamatan pembungaan, gugur daun danfenologi pembuahan secara teratur. Penelitian mengenai mekanisme persebaran dankemampuan tumbuhan hutan, melalui pengumpulan biji dan identifikasi kotoran (padalembaran plastik di tempat terbuka) oleh pemakan buah seperti burung dan kelelawar jugadianjurkan.
Penelitian dan Pengelolaan skala bioregional :
Juga penting penelitian yang mempelajari bagaimana fauna taman nasional merupakanbagian yang tidak terpisahkan dari bentang alam yang lebih besar. Beberapa mamalia,seperti kelelawar dan babi, burung dan ikan diketahui melakukan perjalanan jarak jauh setiap
V-50 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
yang paling sederhana adalah mengidentifikasi kategori vegetasi lokal dengan masyarakat,mengidentifikasi lokasi dari kategori ini pada peta dasar, dan mengambil contoh strukturvegetasi dan keanekaragaman flora pada kategori berbeda yang teridentifikasi. Pengambilantitik GPS di daerah yang berbeda juga akan memungkinkan untuk menentukan bagaimanakategori yang berbeda timbul pada citra penginderaan jarak jauh yang akan dapat digunakanuntuk pengembangan lebih jauh dan memastikan lokasi kategori lokal vegetasi yang berbedadi seluruh kawasan.
Demikian juga, apabila inventarisasi keanekaragaman hayati lebih lanjut dilaksanakan,informan lokal yang menemani harus ditanya mengenai klasifikasi lokal atas habitat yangdijumpai.
Topik yang berkaitan adalah menindak-lanjuti informasi pendahuluan yang sudah diberikanoleh masyarakat setempat tentang distribusi jenis langka, terancam, dan/atau umumnyadiambil. Masyarakat setempat sudah menyusun peta yang menunjukkan konsentrasi jenistertentu atau tipe flora dan fauna. Mereka juga sudah mengidentifikasi lokasi dimanabanyak jenis yang dilindungi dan terancam dapat dijumpai dengan mudah di wilayah desamereka. Pembahasan lebih lanjut dengan masyarakat setempat tentang mengapa jenis-jenis tersebut terdapat dan terkonsentrasi disitu, juga survei di daerah tersebut, akanmembantu menjawab pertanyaan tentang mikro-habitat dan memberikan informasi yanglebih spesifik mengenai kebutuhan habitat dan kesukaan dari banyak jenis.
Masyarakat dan kelembagaan setempat perlu selalu diberi informasi tentang hasil-hasilpenelitian biologi sebagai bagian dari proses pengelolaan bersama. Hal ini akanmemungkinkan mereka untuk ikut serta secara lebih efektif dalam pembuatan keputusanmengenai pengelolaan fauna dan flora, dan juga meningkatkan penerimaan mereka ataskeputusan-keputusan pengelolaan. Keuntungan lain adalah berkurangnya kecurigaanbahwa orang-orang atau lembaga yang melakukan penelitian menjadi kaya dari “pencurian”tumbuhan dan hewan yang bernilai ekonomi tinggi.
Sebelum memulai penelitian di suatu daerah, peneliti harus menjelaskan tujuan kegiatankepada masyarakat di daerah tersebut. Pemberian hasil pendahuluan sesudah penelitianselesai juga harus dilakukan, demikian pula dengan penyerahan duplikat laporan akhirkepada Kepala Adat dan Kepala Desa.
Anggota karyawan bidang peningkatan kesadaran dan pendidikan dari taman nasionalperlu menterjemahkan hasil penelitian ke dalam bentuk yang sesuai untuk masyarakatsetempat.
4. Penangkaran dan Pembudidayaan
Dianjurkan agar Pengelola taman tidak terlalu menekankan kegiatan ini pada awalnya,dan lebih berkonsentrasi pada penelitian dan pengelolaan yang berbasis lapangan. Padaumumnya, ada taman nasional dan kawasan lindung lain dimana kegiatan penelitian danpengembangan tentang penangkaran dan penanaman dilakukan dengan mudah dan murah,
V-52 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
V-53
dan kegiatan ini memang lebih diperlukan. Namun demikian, pengelola kawasan dapatmencoba mencari peneliti yang mendanai diri sendiri untuk bekerja di bidang tersebut.Sektor swasta juga mempunyai potensi untuk kegiatan semacam ini, terutama dalam upayapenangkaran Cucak Rawa dalam kandang untuk mengurangi tekanan pengambilan jenistersebut dari dalam taman.
E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
1. Pencegahan dan Pengelolaan Ancaman
Pengelola taman sebaiknya menerapkan pendekatan pro-aktif untuk mencegah adanyamasalah sebelum muncul atau menjadi terlalu besar. Namun demikian, pengelola tamanjuga harus siap bereaksi terhadap masalah kalau upaya pencegahan mengalami kegagalan.
Kegiatan khusus yang dianjurkan untuk menangani potensi ancaman yang berbeda adalah:
Penebangan :
Perusahaan penebangan yang beroperasi di sekitar TNKM (Gambar 7) seharusnya dijadikan sasaran utama dalam pemberian pelatihan lanjutan dalam melaksanakan metodetebang pilih, seperti program Reduced Impact Logging yang sedang diorganisir oleh CIFORdi daerah Malinau. Kehadiran perusahaan penebangan dalam program ini dan penerapanpenuh metode tersebut harus diwajibkan. Hak pengusahaan ini juga harus menjadi prioritasutama dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk memastikan pelaksanaan secarapenuh. Telapak dan PLASMA adalah dua LSM yang telah memulai suatu program untukmemantau perusahaan penebangan di Kalimantan Timur, dan mereka dapat bekerjasamadengan masyarakat setempat untuk mendukung evaluasi yang dilakukan oleh petugasDepartemen Kehutanan.
Koperasi Pengusahaan Hutan milik masyarakat yang bekerja di daerah penyangga TNKMharus dibekali dengan pelatihan dan perencanaan tata-guna lahan untuk meminimalkandampak negatif dan memperbesar pemasukan ekonomi. Kegiatan penebangan dari koperasimasyarakat ini harus pula di pantau.
Potensi Ancaman dari Malaysia :
Karena perbatasan bagian utara dan barat taman bersebelahan dengan batas negara bagianMalaysia yaitu Sabah dan Serawak, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untukmeningkatkan kerjasama dan memperkecil masalah dan konflik seperti:
• Memunculkan masalah-masalah pengelolaan taman untuk didiskusikan dalam pertemuanyang diadakan oleh badan perencanaan pemerintah daerah Sabah, Serawak danKalimantan. Tujuannya adalah agar para perencana Malaysia mempertimbangkanTNKM saat mereka merancang pembangunan ekonomi, konservasi alam serta rencanatata ruang mereka.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-54Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
V-55 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Mengembangkan pengaturan “Sister Park” antara TNKM dengan Taman NasionalPulung Tau di Serawak dan Ulu Padas di Sabah jika hal ini dapat dinyatakan sebagaiwilayah dilindungi.
• Kontak secara teratur, kunjungan dan kerjasama antara Pengelola taman dengan lembagamitra di Serawak dan Sabah.
• Memantau perusahaan penebangan Malaysia yang beroperasi di kawasan perbatasan.
Belum diperlukan atau dianjurkan bagi Pemerintah Indonesia untuk membangun jalanantara TNKM dan Sabah dan Serawak untuk mencegah perusahaan penebangan Malaysiaagar tidak memasuki TNKM, apalagi survei udara sudah menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak melakukannya. Panjangnya perbatasan dan medan yang tidakrata menyebabkan tidak ekonomis dan tidak praktis dari segi lingkungan untuk membangunjalan, yang malahan memudahkan orang luar untuk masuk ke taman nasional untukmengambil hasil hutan. Membangun pos patroli dan membuka landasan helikopter jugaakan merupakan upaya besar dan mahal, demikian juga upaya untuk mensuplai pos-postersebut. Berdasarkan pengalaman dari beberapa taman nasional, penempatan petugasyang dibayar murah dan merasa bosan akan menimbulkan kegiatan perusakan sepertiperburuan liar atau menjadi perantara perdagangan hasil hutan.
Sebagai gantinya, Pengelola taman dan/atau anggota penegak hukum lebih baik melakukansurvei udara secara teratur (sekurang-kurangnya dua kali setahun) di perbatasanmenggunakan pesawat terbang pemerintah, tim ini terdiri dari petugas Pengelola taman,penegak hukum dan/atau anggota militer. Kalau pesawat terbang pemerintah tidak tersedia,menyewa pesawat Missionary Aviation Fellowship (MAF) yang relatif murah juga bisadilakukan. Kalau terlihat adanya penebangan liar, penegak hukum dan/atau tentara dapatdikirim ke daerah tersebut dengan helikopter atau melalui sungai dan jalan kaki sementaraPemerintah Indonesia memberitahu ke Pemerintah Malaysia.
Penambangan :
Harga emas yang rendah saat ini membuka peluang yang baik untuk membatalkan ijineksplorasi mineral dengan biaya yang relatif rendah setidaknya pada lahan di dalam tamannasional (Gambar 8), dan mungkin pula di daerah penyangga. Bila upaya ini tidak berhasil,pengelola taman, LSM konservasi dan masyarakat setempat harus berjuang untukmenghentikan setiap pengembangan pertambangan di dalam taman nasional, sedangkanuntuk penambangan di daerah penyangga, bekerjasama dengan perusahaan penambanguntuk mengurangi kerusakan lingkungan.
Kebakaran hutan :
Walaupun kebakaran belum merupakan masalah bagi TNKM, ada potensi bahwa masalahini mungkin terjadi di masa depan. Rekomendasi untuk menghadapi ancaman ini adalah:
• Menegakkan peraturan dan praktek lembaga adat yang biasanya menjaga api dalammenyiapkan lahan agar tetap terkendali.
V-56
V-57
• Karyawan taman nasional dan masyarakat setempat memantau api yang digunakanoleh perusahaan dan pendatang untuk membersihkan lahan di luar taman nasional.
• Melakukan survei udara selama musim kering untuk mendeteksi kebakaran secepatnya.Penerbangan ini dapat dilakukan bersama dengan pemeriksaan perambahan atau masalahlain di dalam taman, seperti perambahan dari perusahaan penebangan.
• Meminta Proyek IFFM untuk melatih dan membekali masyarakat sekitar taman nasionaluntuk memadamkan kebakaran, serta melaksanakan peningkatan kesadaran danpendidikan pencegahan kebakaran.
• Meminta pusat koordinasi keadaan darurat propinsi untuk memprioritaskan KayanMentarang dalam upaya pemadaman kebakaran.
• Mengajak pemerintah daerah propinsi dan kabupaten untuk melarang pembukaan hutandalam jarak kurang dari lima kilometer dari taman nasional sebagai bagian dari RencanaUmum Tata Ruang (RUTR) mereka.
Hama dan Penyakit :
Ada potensi penularan penyakit dari satwa ternak ke satwa liar, seperti dari lembu kebanteng, babi ke babi hutan dan ayam ke ayam hutan. Pengelola kawasan harus bekerjasama dengan erat dengan petugas pertanian untuk menyaring usulan pengenalan terhadapvaritas baru dari jenis-jenis tersebut. Topik ini bisa dimasukkan ke dalam promosi pendidikandengan sasaran orang-orang yang membawa masuk jenis-jenis satwa tersebut. Juga pentinguntuk mengembangkan layanan kedokteran hewan di daerah sekitar TNKM.
Polusi :
Tidak seperti beberapa taman nasional di Indonesia, Taman Nasional Kayan Mentarangtidak terletak di hilir industri, penambangan, perkebunan atau daerah perkotaan yangbesar, sehingga selamat dari sumber pencemaran air. Satu-satunya polutan yang ada diperairan sekitar Kayan Mentarang adalah kontaminasi kotoran manusia. Sejalan denganpertumbuhan populasi, penting bagi perorangan, masyarakat dan pemerintah untukmengembangkan sistem sanitasi yang memadai. Apalagi mengingat administrasi tamandan fasilitas pariwisata akan tumbuh berkembang dalam 25 tahun mendatang. Pos lapanganmungkin dapat membantu dengan mengadakan “pengujian lapangan” terhadap beberaparancangan kompos atau tipe toilet sederhana yang aman lingkungan.
Salah satu alasan untuk meniadakan perkebunan di daerah penyangga taman nasionaladalah mereka akan menggunakan sejumlah besar herbisida, pestisida dan bahan kimiapertanian lainnya. Ini merupakan kekhawatiran taman nasional, karena beberapa daerahaliran sungai meliputi lahan-lahan taman nasional dan daerah penyangga. Perencanaanpengembangan yang buruk untuk daerah penyangga disertai dengan pelaksanaan dankepatuhan pada hukum pencemaran yang buruk, akan menimbulkan masalah pencemaranbagi taman nasional.
Tingkat sedimentasi juga akan bertambah sebagai akibat dari pengembangan yang burukpada daerah penyangga dan konstruksi serta pemeliharaan bangunan dan jalan setapakyang buruk di dalam taman.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-58Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Pemerintah dapat memperbaiki transportasi dengan membuat jeram-jeram yangberbahaya menjadi lebih aman. Serangkaian jeram terutama di antara Long Alangodan Long Kemuat tidak bisa dilalui oleh perahu lokal. Pemerintah juga bisamemperbaiki lapangan udara di Long Alango yang sudah diidentifikasi sebagaialternatif, menjadi cukup panjang untuk pesawat yang lebih besar.
Di daerah Apo Kayan, lapangan udara Long Ampung cukup besar dan mempunyaipenerbangan komersial rutin ke Samarinda. Dari Long Ampung ada transportasi perahuyang teratur di Sungai Kayan ke Long Nawang dan Data Dian, yang bisa disubsidi.
Kalau jalan yang menghubungkan daerah Apo Kayan ke pantai bisa disetujuiberdasarkan pertimbangan ekonomi dan memang sangat diperlukan, sebaiknyamengikuti jalan penebangan dari Long Bangun di DAS Sungai Mahakam menyusuriSungai Boh ke Long Sungai Barang dan terus ke Long Nawang. Karena adanyatransportasi yang lebih besar di sepanjang lembah Sungai Mahakam dan pasar yanglebih besar di Samarinda dan Balikpapan, akan lebih ekonomis untuk menghubungkanwilayah Apo Kayan dengan kawasan ini daripada ke Malinau atau Tanjung Selor.
Untuk hulu Sungai Tubu, pilihan terbaik adalah memperbaiki transportasi sungai danmembangun landasan pesawat kecil yang dapat digunakan oleh pesawat MAF danmensubsidi biaya transportasi udara. Populasi penduduk di daerah ini cukup kecil,sehingga pembangunan jalan tidak bisa diterima karena alasan ekonomi. Karena tidakterlalu jauh dari Malinau, sebuah jalan akan memudahkan orang luar untuk masuk ketaman nasional dan tinggal secara permanen atau sementara untuk mengumpulkanhasil hutan. Karena daerah sekitar Malinau akan menjadi lebih berkembang denganperkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri dan pemukiman transmigrasi, hal-hal ini menjadi ancaman yang serius.
Penangkapan burung Cucak Rawa secara berlebihan :
Pengelola taman nasional perlu mengambil langkah-langkah berikut untukmeningkatkan perlindungan jenis ini:
• Menggunakan lembaga adat untuk membatasi penangkapan, memperkuat inisiatifyang telah dilakukan di beberapa Wilayah Adat.
• Mempelajari dinamika populasi dan ekologis jenis tersebut untuk mengembangkanrencana pengelolaannya.
• Mendidik masyarakat tentang perlunya melestarikan jenis ini serta lainnya, dantentang statusnya yang terancam.
• Memulai program percobaan bagi masyarakat untuk menangkarkan dan menjualburung hasil penangkaran kalau dana khusus dapat diperoleh.
• Merundingkan dengan pemerintah agar menempatkan jenis ini ke dalam daftaryang dilindungi dan memantau pasar burung untuk memastikan bahwa hanya burunghasil penangkaran yang dijual.
• Menjadikan jenis ini sebagai prioritas dalam program pemantauan yang dilaksanakanoleh Pengelola taman, masyarakat dan mitra lainnya.
V-59 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Pendidikan mengenai cara yang benar untuk membuang oli motor bekas, limbah rumahtangga dan bahan kimia pertanian dan produk industri lainnya akan diperlukan, demikianpula dengan bantuan untuk membangun sarananya.
Jalan yang Diusulkan di Kawasan TNKM :
Pengelola taman perlu bekerja bersama instansi pemerintah untuk menganalisiskemungkinan alternatif untuk jalan yang dapat mengurangi masalah yang timbul karenaketerpencilan kawasan TNKM dan seminimal mungkin akibatnya pada kerusakanlingkungan. Kalau hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa jalan adalah pilihanyang terbaik, pengelola taman perlu bekerja bersama instansi pemerintah untuk memilihjalur yang terbaik.
Alternatif khusus untuk daerah yang berbeda adalah :
Pemerintah sedang merencanakan untuk membangun jalan dari Malinau ke Long Bawan(Gambar 9). Alternatif untuk pembangunan jalan ini termasuk meningkatkan pelabuhanudara yang ada di Long Bawan, meningkatkan subsidi untuk transportasi udara,menyambungkan kawasan dengan jaringan jalan yang ada di Serawak. Kalau jalan yangmenghubungkan Krayan dengan Malinau memang dapat diterima secara ekonomi danbenar-benar diperlukan, maka jalur yang direkomendasikan oleh WWFI dan PekerjaanUmum harus digunakan. Ini adalah jalur yang terpendek, menghindari lebih banyak wilayahtaman nasional (atau kalau Koridor Hutan Lindung ditambahkan, memotong bagianterpendek taman nasional) dan sebagaimana dianjurkan oleh WWFI, menggunakan jalanpenebangan yang ada yang dibangun oleh P.T. Susukan Agung (Momberg et al., 1998).
Jalan yang diusulkan dari Long Bawan ke Pa’ Raye dan kemudian ke utara melewati lembahSungai Pa’ Raye ke Sabah tidak akan menjadi prioritas yang tinggi dalam 25 tahun mendatang.Tidak ada desa di antara Pa’ Raye dan perbatasan. Jalan ini akan memasuki bagian yang jauh daritaman nasional di bagian utara, termasuk daerah yang kemungkinan besar dihuni oleh Badak.
Ada jalan yang diusulkan yang melintas dari Malinau ke Sungai Malinau, menyeberang kehulu Sungai Tubu dan kemudian menyeberang ke lembah hulu Sungai Bahau dan turun keLong Pujungan. Dari sana jalur yang diusulkan melewati taman nasional ke Data Dian,Long Nawang dan akhirnya sampai ke lembah hulu Sungai Mahakam. PemekaranKabupaten Bulungan menjadi tiga kabupaten yang menempatkan Kecamatan Pujungandan Kayan di dalam Kabupaten Malinau yang baru mungkin akan menambah tekananuntuk membangun jalan ini. Pihak yang mendukung pembangunan jalan ini akan beralasanbahwa tidak ada jalan lain disamping mahalnya transportasi udara ke daerah yang secarapolitik dan ekonomi berhubungan yaitu Malinau dengan Long Pujungan dan daerah ApoKayan, karena kabupaten terbagi dalam jaringan sungai yang berbeda.
Namun demikian, daerah ini bukan merupakan prioritas tinggi unuk pembangunan jalankarena populasinya lebih rendah dari pada daerah Krayan dan ada transportasi sungaimelalui Sungai Bahau dan Kayan sampai ke pantai. Jalan ini akan sangat mahal untukdibangun dan dipelihara dan mempunyai potensi yang tinggi untuk merusak taman nasional.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-60Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
V-61 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Langkah-langkah serupa dapat diambil untuk melindungi jenis lain yang mungkinakan menghadapi tekanan pengambilan berlebihan di masa depan.
2. Koordinasi Perlindungan Taman Nasional dan Program Konservasi
Prosedur PHKA biasanya memberikan pedoman dalam mengkoordinasikan programperlindungan taman. Namun demikian, desentralisasi kekuasaan politik dan ekonomikepada propinsi dan/atau kabupaten, serta perubahan dalam struktur dan sistem militerdan kepolisian, akan menuntut agar prosedur tersebut dimodifikasi.
Juga direkomendasikan agar tanggung jawab penegakan hukum dibagi antara PHKAdan lembaga masyarakat setempat, seperti FoMMA dan Wilayah Adat. Sistem sepertiitu akan lebih efektif, diterima oleh masyarakat dan lebih murah. Rincian mengenaiaspek penegakan hukum mana yang akan ditangani oleh PHKA dan mana yang akanmenjadi tanggung jawab lembaga masyarakat setempat akan ditentukan pada saatNota Kesepahaman (MoU) pengelolaan bersama antara PHKA dan lembaga-lembagalokal diselesaikan. Aspek-aspek yang mungkin adalah:
• Penegakan peraturan taman nasional sebaiknya segera dimulai terhadap parapendatang. Ini sebaiknya merupakan tanggung jawab utama FoMMA/LembagaAdat dan KSDA dan/atau karyawan PHKA yang ditugaskan di TNKM.
• Penegakan peraturan terhadap masyarakat setempat pertama kali akan dilakukanoleh Lembaga Adat. Lembaga Adat dapat bekerja dengan pengelola taman untukmengembangkan sistem denda untuk berbagai bentuk pelanggaran terhadap tamannasional dan keanekaragaman hayatinya, dengan denda yang lebih besar untukpelanggaran yang serius, misalnya pembunuhan satwa yang sangat terancam(Critically Endangered). Segala bentuk pelanggaran peraturan, nama-namapelanggar dan jumlah denda yang dikenakan sebaiknya dilaporkan ke PHKA.Seluruh uang denda dapat disimpan sepenuhnya oleh Lembaga Adat untukmembayar pemantauan atau kegiatan lain yang menyangkut taman nasional, atauuntuk proyek pembangunan desa untuk itu perlu juga disusun mekanismepertanggung jawaban keuangan transparan. Orang-orang yang melanggar peraturantaman (dan Wilayah Adat) secara terus-menerus, akan diserahkan ke pihak yangberwenang, mungkin setelah tiga kali pelanggaran dalam dua tahun. Kehadiranpetugas taman secara rutin dan pengamatan pada perdagangan hasil hutan dankegiatan masyarakat akan menunjukkan apakah peraturan taman nasionalditegakkan.
F. Pengembangan Kelembagaan
1. Struktur Organisasi, Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Pengelolaan Bersama (Collaborative Management) TNKM dengan MasyarakatSetempat dan Pemerintah Daerah:
V-62
Pengelolaan bersama Taman Nasional dengan melibatkan PHKA, masyarakat setempatdan pemerintah daerah diperlukan. PHKA adalah instansi pemerintah yangbertanggung jawab dalam pelaksanaan undang-undang nasional dan kesepakataninternasional untuk melindungi dan mengelola keragaman hayati Indonesia danmenyediakan keahlianpengelolaan taman dan konservasi keragaman hayati. Masyarakat setempat sudahhidup dan mengelola lahan di taman nasional selama lebih dari 300 tahun, mengandalkansumber daya alam untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan uang tunai, dan tahubanyak tentang keragaman hayati taman dan lingkungannya. Pemerintah daerah harusdilibatkan karena apa yang terjadi di taman mempunyai konsekuensi lingkungan,ekonomi dan sosial bagi seluruh Kabupaten dan Propinsi, dan rencana serta kegiatanPemerintah daerah dapat mengakibatkan dampak terhadap taman.
Masyarakat setempat mengusulkan agar keterlibatan mereka dalam Pengelolaanbersama taman nasional disalurkan melalui Forum Musyawarah Masyarakat Adat(FoMMA). FoMMA akan tersusun atas wakil-wakil dari 10 Wilayah Adat yanglahannya masuk dalam TNKM. FoMMA akan bekerja melalui lembaga adat masing-masing wilayah adat.
FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah daerah akan mengelola TNKM secarabersama melalui Dewan Penentu Kebijakan (DPK) TNKM, yang direkomendasikanmemiliki lima (5) anggota wakil FoMMA, empat (4) dari Pemerintah KabupatenMalinau dan Nunukan, dua (2) dari PHKA dan dua (2) dari Pemerintah propinsi.Dengan mempertahankan jumlah anggota sebanyak 13, akan menghemat biayaoperasional yang cukup berarti dan lebih mudah untuk memfasilitasi pertemuan sertalebih efektif.
Prioritas tertinggi pada awal pengelolaan TNKM adalah bagi DPK merundingkansebuah Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) yang menetapkanbagaimana DPK TNKM akan diorganisir dan dikelola, dan untuk menetapkan tanggungjawab pengelolaan taman nasional dari berbagai pihak yang berkepentingan.
Pengelolaan TNKM sehari-hari akan menjadi tanggung jawab Badan Pelaksana(BP)TNKM, yang akan melapor kepada dan diarahkan oleh DPK TNKM. KaryawanBP TNKM pada awalnya dapat berasal dari PHKA, KSDA, FoMMA, atau WWFIndonesia, tergantung pada keputusan yang dibuat oleh DPK TNKM, tersedianyakaryawan yang memenuhi kualifikasi dan dana pada masing-masing lembaga, dll.
Penerimaan dan keberhasilan taman nasional pada tahap awal maupun jangka panjangakan meningkat dengan pesat bila FoMMA secara bertahap mengambil peran yangterbesar dalam perkembangan Badan Pelaksana, ini akan bisa dicapai tergantung padaprogram pelatihan pelestarian keragaman hayati yang diberikan oleh PHKA, KSDA,WWFI dan yang lain untuk melengkapi pengetahuan lokal tentang flora, fauna danekosistem yang telah dipertimbangkan oleh FoMMA dan masyarakat setempat,ketersediaan dana untuk FoMMA, dan bagaimana FoMMA menunjukkan komitmenuntuk melindungi lingkungan taman nasional dan pemenuhan kesepakatan pengelolaan.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-63Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Pengembangan Masyarakat:
Ahli dalam pengembangan wisata alam berbasis masyarakat, agroforestri, penyuluhan,pertanian, participatory rural appraisal, pemasaran, pengembangan usaha kecil,pengembangan kelembagaan dan perkreditan.
Pengelolaan dan Administrasi Proyek :
Seorang wakil pemimpin proyek, petugas personalia dan pembantu administrasi/perlengkapan di pos-pos lapangan dan Lalut Birai kalau stasiun ini tumbuh cukupbesar.
Sistem Informasi Geografis :
Spesialis database untuk mendukung semua unit kegiatan.
Pendidikan dan Penyadaran :
Spesialis pelatihan/pendidikan masyarakat, pendidikan formal lewat sekolah,pengembangan kurikulum dan media seperti film, web sites, dsb.
Pilihan lain dari pengelolan taman nasional adalah mendapatkan keahlian tambahandengan mengkontrak konsultan, perusahaan atau LSM jangka pendek.
Dari tinjauan geografis, tambahan tenaga akan diperlukan nantinya untuk:
• Tambahan pos lapangan di tempat-tempat seperti Tau Lumbis, hulu Sungai Tubudan lokasi baru di Kecamatan Krayan.
• Pos jaga di 10 sampai 15 lokasi di sekitar taman nasional.
Sangat mungkin bahwa kesulitan dana akan membatasi jumlah karyawan taman nasionalhingga kurang dari jumlah idealnya. Oleh karena itu, Pengelola taman harusmempertimbangkan cara untuk mengatasi keterbatasan ini, misalnya dengan:
• Membuat posisi paruh waktu untuk ‘staf penghubung’ di desa-desa yang dengangaji bulanan kecil akan melaksanakan kegiatan dasar pengelolaan taman, sepertipemantauan, kegiatan kepedulian dan pendidikan, dll. Tugas lain juga dapatdikontrakkan kepada orang-orang tersebut pada saat karyawan pos melaksanakankegiatan proyek di areal mereka.
• Kemitraan dengan LSM yang dapat menugaskan karyawannya untuk bekerja padaberbagai hal dalam pengembangan dan pengelolaan taman.
• Mengembangkan rencana dan anggaran taman nasional yang realistik dan efisien.• Mengembangkan pengaturan pengelolaan bersama dengan FoMMA, yang dapat
menyediakan jasa pengelolaan dengan biaya yang rendah dan lebih efisien.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-65Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
3. Personil Taman Nasional
a. Kualifikasi dan Jumlah Karyawan Yang Diperlukan
Mungkin staf Badan Pelaksana akan merupakan perpaduan dari PHKA/KSDA, FoMMAdan WWF Indonesia. Dalam periode 5 tahun pertama, kemungkinan juga WWF Indonesiaakan mengisi banyak posisi dalam Badan Pelaksana, karena berhasil mendapatkan danayang cukup. WWF Indonesia telah merencanakan personalia untuk proyek TNKM,kelompok kecil karyawan senior yang terkonsentrasi di kantor pusat dan kelompok lebihbesar karyawan junior di pos-pos lapangan dan Stasiun Penelitian Lalut Birai (Gambar10). Rencana ini dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan karyawan Badan Pelaksana,tanpa menghiraukan apakah posisi karyawan dipegang FoMMA, PHKA/KSDA atauWWFI. PHKA didorong untuk menugaskan paling tidak satu karyawan penghubung diBadan Pelaksana sesegera mungkin.
Tim kecil di kantor pusat harus memiliki seorang Pemimpin Tim dan koordinator untukbidang konservasi biologi, pemberdayaan masyarakat, kepedulian dan pendidikan, kebijakandan hubungan keluar, Sistem Informasi Geografis, dan bagian administrasi. Semuakaryawan senior akan memiliki tingkat pendidikan yang sesuai, idealnya tingkat sarjanadan juga pengalaman bebebarapa tahun atau pengetahuan budaya, bahasa, flora, faunaserta habitat TNKM. Karyawan kantor pusat diharapkan menggunakan sepertiga bagianwaktunya untuk mendukung kegiatan staf di pos lapangan.
Petugas pos lapangan semestinya memiliki pendidikan dan/atau pengalaman yang relevandengan pengelolaan dan atau penelitian flora, fauna dan habitat, pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan dan/atau penguatan masyarakat. Ada lebih banyakkeuntungan dari pada kerugiannya dengan merekrut masyarakat lokal untuk mengisi posisipos lapangan. Merekrut masyarakat lokal sebanyak mungkin akan meningkatkan dukunganterhadap taman nasional. Staf pos lapangan juga diharapkan menghabiskan sepertigawaktunya untuk bekerja di desa-desa lain yang bukan tempat pos lapangan didirikan.
Pola personalia yang mendasar, minimum, atau pola personalia inti ini meliputi seluasmungkin kunci spesialisasi teknis dan wilayah geografis. Kenyataannya, taman nasionalmemerlukan lebih banyak lagi tenaga untuk pengelolaan yang ideal. Orang-orang ini akanbekerja melampaui batas dan harus menangani banyak tugas di luar keahlian utamanya.Kalau lebih banyak dana bisa tersedia, tenaga tambahan bisa ditambahkan pada sektorteknis yang sudah didaftar untuk meliputi wilayah yang lebih luas di TNKM.
Tambahan tenaga dibagian berikut akan dipertimbangkan kalau dananya tersedia :
Konservasi Biologi :
Ahli dalam berbagai lapangan seperti pemantauan keanekaragaman hayati, mamalogi,ornithologi, botani, herpetologi, primatologi, entomologi, pengelolaan wilayah, pengelolaanhidupan liar, dan penangkaran.
V-64 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Mengembangkan cara yang inovatif untuk mengambil keuntungan dari seringnyamasyarakat setempat untuk pergi ke berbagai pelosok taman untuk tujuan patroli danpemantauan. Walaupun perjalanan tersebut tidak dapat menggantikan sepenuhnya tugaspatroli dan pemantauan dari staf taman nasional, tetapi mereka dapat memberikanbanyak informasi dengan biaya yang murah, mengingat menyewa, memperlengkapidan membekali kelompok besar jagawana sangat mahal dan mungkin diluar kemampuanPengelola taman.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Pengelola senior taman nasional dan staf yang ditugaskan dalam komponen konservasibiologi, pemberdayaan masyarakat, GIS, pendidikan dan penyadaran, kebijakan/hubunganluar, serta Direktur Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai, idealnya mempunyai tingkatpendidikan S2 dan S3 di bidang yang sesuai dan beberapa tahun pengalaman. Calon-calondengan tingkat pendidikan S1 ditambah dengan beberapa tahun pengalaman juga bisaditerima. Kepala bagian administrasi dan keuangan proyek sekurang-kurangnya harusmempunyai tingkat pendidikan S1. Karyawan pos lapangan juga diharapkan mempunyaitingkat pendidikan S1. Calon lokal dengan ijasah SLTA dan beberapa tahun pengalamandi LSM juga bisa dipilih. Pembantu peneliti di Lalut Birai hanya perlu mempunyai tingkatpendidikan dasar ditambah dengan pengetahuan ekologi setempat.
Sebagai tambahan, karyawan taman nasional memerlukan pelatihan dasar dibidang :
• Identifikasi flora dan fauna dengan menggunakan sarana kunci determinasi yang asliatau yang sudah diterjemahkan.
• Pembiasaan dengan penamaan biologi.• Penyiapan dan pemeliharaan spesimen.• Ketrampilan komputer tingkat dasar dan lanjutan.• Teknik telemetri dan radio tracking.• DAT atau Mini-Disk sound recording.• Camera Trapping.• Metoda participatory rural appraisal.• Penyelesaian konflik.• Keikutsertaan dalam inventarisasi sumber daya alam.• Metoda pengelolaan hidupan liar.• Metoda kepedulian dan pendidikan.• Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat.• Pengembangan usaha kecil.• Peraturan dan perundangan taman nasional.
Mengangkat tenaga lokal untuk posisi di taman :
Tenaga setempat tanpa tingkat pendidikan atau pelatihan yang diperlukan dapat diberilatihan tambahan dan dianjurkan untuk mengerahkan kemampuan untuk mencapai tingkatlebih tinggi melalui tugasnya. Karyawan senior sebaiknya dicari dari tingkat nasional, namun
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-67Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gambar 10. Usulan Struktur Pengelolaan Bersama Untuk TNKM
Dewan Penentu Kebijakan
Badan Pelaksana
Keterangan : Kegiatan Pengelolaan oleh Badan Pelaksana sesungguhnya dapatdilakukan oleh tiga mitra dalam Dewan Penentu Kebijakan TNKMmelalui kontrak dan prosedur tender untuk mendapatkan kemampuanteknis lebih baik bagi pengelolaan yang diperlukan.
PHKATingkat Nasional
WakilPHKA
WakilFoMMA
WakilPemda
MoU
Kepala Badan Pelaksana
Seksi Konservasi
Sub. Bag. TU
Ten. FungTeknis
Sub SeksiWilayah
Konservasi
V-66 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
masyarakat setempat juga dapat diterima untuk mengisi posisi tersebut. Pada tingkat poslapangan sebaiknya diisi oleh campuran antara karyawan lokal dan non-lokal untukmembantu menekankan keuntungan dari masing-masing kelompok dan mengatasikelemahannya.
G. Koordinasi dengan Dephutbun, Lembaga Terkait dan LSM
Pembentukan Pemegang Wewenang Pengelolaan Taman (PMA, Park ManagementAuthority) sebagaimana diuraikan di bagian F dalam bab ini akan sangat membantu dalampeningkatan koordinasi dengan pemerintah daerah dan kelembagaan masyarakat lokal.Prosedur koordinasi PHKA seperti biasanya dengan pihak-pihak lain juga perlu diterapkan.
Kegiatan tambahan berikut ini dianjurkan untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasamadi antara stakeholder yang lain:
• Permasalahan TNKM harus dikemukakan dan dibahas oleh Pengelola taman nasionalpada pertemuan rutin RaKorBang.
• Kunjungan yang teratur oleh karyawan taman nasional ke kantor-kantor pemerintahdan perusahaan pada semua tingkat dari kecamatan, kabupaten, propinsi sampai nasional.
• Mengirimkan pewarta (newsletter) taman nasional dan konsep-konsep penyadaran sertainformasi lainnya ke kantor-kantor dan pegawai pemerintah maupun swasta danmencetak artikel mengenai taman nasional di dalam siaran pemerintah.
• Pembentukan tim khusus dari berbagai instansi untuk menangani masalah khususbilamana perlu. Sebagai contoh, pada saat WWF Indonesia mengumpulkan BAPPEDA,PU, DepHutBun dan lain-lain bekerja bersama mencari jalur alternatif untuk jalan dariMalinau ke Kecamatan Krayan yang sudah direncanakan.
• Kalau dana dan waktu tersedia, diselenggarakan “open house” tahunan atau forumkomunikasi dan koordinasi di masing-masing Kabupaten yang mempunyai wilayah didalam taman nasional dan pada tingkat propinsi. Wakil-wakil dari instansi pemerintah,sektor swasta, LSM, dan yang lainnya dapat diundang untuk mengemukakan rencanadan gagasan mereka untuk kegiatan dan proyek di dalam kawasan taman nasional,serta untuk membahas masalah dan memberikan umpan balik kepada pengelola taman.Pengelola taman dapat menggunakan pertemuan ini sebagai kesempatan untukmeningkatkan kepedulian dan pendidikan. Mengingat hanya sedikit karyawan pengelolataman senior yang bisa keluar ke berbagai tempat untuk setiap pertemuan.
• Staf pendidikan dan penyadaran taman nasional harus menulis siaran pers secara teraturmengenai taman nasional di surat kabar atau media elektronik propinsi dan nasional,juga mengajak wartawan untuk menulis mengenai keistimewaan taman ini di majalah,surat kabar dan media elektronik.
Sektor swasta akan dilibatkan melalui forum komunikasi dan koordinasi tahunan, danmelalui kunjungan karyawan taman nasional ke lapangan, kebupaten dan kantor pusatperusahaan pengelolaan hutan, penambangan dan lain-lain yang mempunyai kegiatan dikawasan yang berbatasan dengan TNKM dan/atau Kalimantan Timur. Wakil dari sektorswasta mungkin akan dijadikan anggota dewan penasihat FoMMA. Akhirnya, sebuah
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-69Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gam
bar 1
1.Po
la K
epeg
awai
an U
tam
a Ya
ng D
irek
omen
dasik
an U
ntuk
TN
KM
Ber
dasa
rkan
Kep
erlu
an T
ekni
s dan
Dan
a Ya
ng A
kan
Ters
edia
Sec
ara
Rea
listis
Pim
pina
n Pr
oyek
Tara
kan
Staf
PH
KA
Peng
hubu
ng T
NK
M
Dire
ktur
Peng
emba
ngan
Mas
yara
kat
Tara
kan
Adm
inist
rasi
Tara
kan
Koo
rdin
ator
SIG
Tara
kan
Pend
idik
an K
onse
rvas
iTa
raka
nB
iolo
gi K
onse
rvas
iTa
raka
nK
ebija
kan
Tara
kan
Asis
ten A
dmin
istra
si&
Log
istik
, Tar
akan
Keb
ersih
anTa
raka
n
Penj
aga M
alam
Tara
kan
Pos L
apan
gan
Long
Puj
unga
n
Dire
kstu
r&
Dua
Asi
sten
Pos L
apan
gan
Long
Baw
an
Dire
ktur
& D
ua A
sist
en
Pos L
apan
gan
Dat
a Dia
n
Dire
ktur
& D
ua A
sist
en
Pos L
apan
gan
Mal
inau
/ Tau
Lum
bis
Dire
ktur
&D
ua A
sist
en
Dire
ktur
Sta
siun
Pene
litia
n LB
6 Asi
sten
Pen
eliti
& 2
Tuk
ang
Mas
akA
sist
en D
irekt
ur
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)V-
68K
ayan
Men
tara
ng P
erio
de 2
001-
2025
(Buk
u I)
Andaikata Pengelola taman dapat bernegosiasi dengan masyarakat untuk menambah cukuplahan di Kecamatan Krayan ke taman nasional untuk menyambung bagian utara dan selatantaman, rekomendasi dari Tim Pengkajian Kebutuhan Infrastruktur perlu di pikirkan kembali.Jika wilayah terpisah ini tetap merupakan satu Taman Nasional, Malinau tetap dapat menjaditempat kantor pusat, tetapi Long Bawan tidak lagi merupakan lokasi yang praktis sebagaitempat kantor wilayah konservasi. Lokasi yang lebih bagus adalah desa Tau Lumbis. Jikamemang tidak praktis untuk segera membangun kantor wilayah konservasi taman yangkedua di Tau Lumbis, sekurang-kurangnya harus mendapatkan prioritas yang lebih tinggisebagai pos lapangan. Jika Kantor wilayah konservasi Long Bawan tidak dibangun, makapenting untuk menempatkan prioritas yang lebih tinggi untuk membangun pos lapangandi Long Layu.
Jika Pengelola taman memutuskan untuk membuat Taman Nasional baru yang terpisah dibagian utara, Ibukota Kabupaten Nunukan adalah pilihan yang paling bagus untukmenempatkan kantor pusat taman dari perspektif politik. Namun demikian, akses praktiske taman yang kedua dan untuk mencapai kerjasama yang lebih erat dan mendapatkandukungan antara taman nasional di bagian utara dan selatan akan lebih mudah dari Malinau.
Stasiun Penelitian :
Direkomendasikan bahwa Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai dilanjutkan sebagai satu-satunya stasiun penelitian pusat dan permanen untuk seluruh taman nasional. Penelitian dihabitat dan bagian lain taman dapat didukung melalui pos lapangan dan pengembanganperangkat penelitian yang dapat dibawa (portable research kits).
Kebutuhan penyempurnaan di Lalut Birai termasuk perluasan kapasitas fisik stasiun untukmemungkinkan penelitian yang lebih mendalam (1 sampai 2 tahun) oleh peneliti danmahasiswa lokal atau regional dengan jumlah minimal enam sampai delapan peneliti ataumahasiswa yang menetap. Akomodasi, laboratorium, dan fasilitas perpustakaan perludiperluas dan/atau diperbaiki. Perbaikan lain yang diperlukan meliputi:
• Merancang ulang dan membangun rumah masak/dapur agar penanganan makanan danpencucian piring tidak lagi di jalan tembus utama.
• Menyediakan sekurangnya satu toilet tambahan.• Memperbarui dan memelihara jalan setapak sepanjang sungai dari Sungai Bahau ke
stasiun. Jalur ini lebih indah daripada jalur atas. Jembatan gantung perlu dibangunpaling tidak di dua tempat.
• Mengembangkan program kegiatan pendidikan untuk siswa dan kelompok wisata yangberkeliling untuk mempelajari keanekaragaman hayati ekosistem dengan konsentrasipada tanaman tertentu dan kehidupan serangga di wilayah tersebut.
• Mengembangkan dua jalur melingkar, satu untuk masing-masing sisi sungai, untukmemberikan akses ke hutan di dekatnya dan untuk mengamati hidupan liar. Jalur-jalurini dibangun sedemikian rupa agar mereka mengikuti garis ketinggian tanah danmendapatkan ketinggian dan menyeberang ke hutan pada ketinggian tertentu untukmemberikan akses yang lebih mudah dan aman serta menyenangkan.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-71Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
organisasi yang merupakan wadah bagi perusahaan swasta yang merupakan “MitraTaman Nasional” mungkin akan dibentuk untuk meningkatkan koordinasi dankerjasama, dan mungkin sebagai sumber pendanaan khusus untuk taman nasionalatau pengembangan ekonomi dan infrastruktur desa di daerah penyangga. Dianjurkanagar keputusan tentang bagaimana dan kapan pembentukan kelompok ini dibuatoleh pengelola taman pada tahap-tahap akhir Periode Pelaksanaan RencanaPengelolaan.
H. Pengembangan Pengelolaan dan Penggunaan Infrastruktur
1. Sarana Pengelolaan
Pada umumnya, direkomendasikan untuk membangun secara pelan-pelan infrastrukturpengelolaan taman yang sederhana dan murah. Penggunaan dana untuk kerja lapangandan pengelolaan lebih diperlukan daripada untuk infrastruktur. Infrastruktur yangdiperlukan untuk mendukung kerja lapangan dapat dibangun secara sederhana dansebagian besar terbuat dari bahan-bahan lokal.
Kantor Pusat Taman :
Malinau direkomendasikan sebagai lokasi kantor pusat taman. Para staf senior tamannasional harus berkunjung secara rutin ke Nunukan untuk memastikan terjalinnyakerjasama yang cukup dengan Pemerintah Daerah Kabupaten disana. Kantor pusatsebaiknya kecil saja agar lebih banyak dana dapat digunakan di tingkat kantor wilayahkonservasi. Mengingat transportasi dan komunikasi diwilayah taman nasional akanmeningkat selama 25 tahun yang akan datang, sehingga akan mungkin untukmemindahkan kantor pusat ke salah satu kecamatannya. Long Pujungan atau LongBawan adalah pilihan yang paling memungkinkan. Dengan adanya kemungkinan bahwakantor pusat taman akan pindah dalam masa 25-tahun Rencana Pengelolaan, dianjurkanagar bangunan kantor pusat di Tarakan disewa saja atau dipinjam sebagai sumbangandari Pemerintah Daerah Kabupaten daripada dibangun sendiri oleh PHKA.
Lokasi Kantor Wilayah Konservasi dan Pos Lapangan :
Kantor wilayah konservasi taman sebaiknya didirikan di dua kawasan utama tamannasional, Long Pujungan dan Long Bawan. Sesuai laporan mereka, Kantor wilayahkonservasi Long Pujungan akan mengelola semua kawasan taman di KecamatanPujungan dan Krayan. Kantor wilayah konservasi Long Bawan akan mengelola semuakawasan taman di Kecamatan Krayan. Untuk Kabupaten Mentarang dan Lumbis akandiurus oleh Kantor Pusat Taman di Malinau.
Pos lapangan akhirnya perlu didirikan di Tau Lumbis, Long Layu, Long Titi, danData Dian. Data Dian mungkin diperlukan sebagai Kantor wilayah konservasi dimasa yang akan datang.
V-70 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Universitas Mulawarman perlu lebih dilibatkan dalam kegiatan stasiun penelitian, lalumulai menarik universitas lainnya. Hal ini akan sulit, namun demikian, karena sudahada lembaga penelitian di beberapa tempat misalnya Damun Valley dan Taman NasionalG. Kinabalu yang menawarkan penelitian di beberapa habitat yang serupa. Lembagapenelitian ini mempunyai infrastruktur yang lebih bagus dan lebih mudah dimasukidibandingkan dengan TNKM. Ada juga stasiun penelitian yang sudah dibangun ataudirencanakan di taman nasional atau kawasan lindung lain di Kalimantan.
Rencana penelitian tahunan dan jangka panjang perlu untuk disiapkan melalui kerjasamadengan semua mitra pengelolaan bersama. Hasil dari kegiatan penelitian dan laporantahunan dari program stasiun penelitian juga perlu disajikan.
Prioritas untuk Membangun Pos Penjaga :
Karena terbatasnya dana dan waktu yang lebih baik digunakan untuk kegiatan danprogram pengelolaan, direkomendasikan untuk memberikan prioritas yang rendahpada pembangunan dan penanganan pos jaga. Jika diperlukan, pos sementara bergayapondok dapat didirikan di beberapa tempat untuk menghentikan orang-orang luaryang akan masuk ke taman nasional untuk mencari gaharu.
Terdapat banyak lokasi yang fasilitas penjagaannya atau keberadaannya pada akhirnyaakan diperlukan, seperti wilayah-wilayah berikut:
• Desa Long Bena• Desa Long Jelet• Desa Apau Ping• Dekat padang rumput lebih ke hulu Sungai Bahau• Desa Pa’Raye di sungai Pa’Raye• Desa Wa’Yagung• Desa Long Pada jika wilayah sekitarnya ditambahkan ke dalam taman nasional.• Desa Long Pala di Sungai Kenayeh• Desa Long Rungan• Di Sungai Semamu jika Hutan Koridor Lindung antara bagian utara dan selatan
taman ditambahkan ke dalam taman nasional.• Di muara Sungai Iwan• Ke arah hulu dari Desa Long Ketaman di Sungai Kaleng.• Di muara Sungai Kat jika wilayah ini ditambahkan ke dalam taman nasional.
Sistem patroli rutin di seluruh bagian taman harus dikembangkan untuk setiap pos.Juga dianjurkan untuk memutar (rolling) penjaga diantara pos yang berbeda setiapdua sampai tiga tahun untuk memperluas pengalaman mereka dan untuk menghindarisituasi dimana hubungan pribadi akan mencampuri pekerjaan.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-73Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Merancang dan membangun panggung pengamatan khusus sekurang-kurangnya20 meter diatas lantai hutan dan mempunyai bagian pemandangan diatas lembahdan tajuk pepohonan.
• Membina penanganan sampah/ limbah.
Mengembangkan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) formal atauKesepakatan antara Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai dan masyarakat setempatdirekomendasikan sebagai cara untuk mencegah kesalah-pahaman dan masalah, danmembantu memecahkan apa yang terjadi. Melanjutkan pembelian kebutuhan hidupdan tenaga kerja dari masyarakat didekatnya juga akan membantu untuk menjalinhubungan yang baik. Manajemen stasiun juga harus memastikan bahwa limbahditangani dengan benar dan bahwa perubahan dalam infrastruktur atau kebijaksanaandidiskusikan dengan masyarakat secara formal maupun informal.
Sehubungan dengan penelitian oleh ilmuwan dari luar, semua peneliti lokal, nasionaldan internasional harus mempunyai pengertian yang jelas atas peraturan, persyaratan,dan tanggung jawab mereka.
Jika dana bisa disediakan untuk mendirikan stasiun penelitian yang lain menjelangberakhirnya 25 tahun Rencana Pengelolaan, lokasi yang dianjurkan dalam susunanprioritas adalah:
1. Sungai Kat : Banyak habitat hutan dataran rendah, perbukitan dan bawahpegunungan yang tidak terdapat di tempat lain dalam taman, termasuk Lalut Birai.Tersedia akses penerbangan ke Data Dian dan perahu-perahu kecil kehilir SungaiKat. Namun demikian, daerah ini berada diluar perbatasan taman yang resmisekarang ini.
2. Tau Lumbis : Akan lebih baik bagi bagian Utara TNKM untuk memiliki sebuahstasiun penelitian, khususnya jika terpisah secara fisik dari bagian bawah TNKM,dan jika menjadi taman lain dengan nama lain. Wilayah ini juga menyediakankesempatan untuk meneliti flora dan fauna yang unik di wilayah ini danmembandingkan efek tingkat curah hujan dari utara ke selatan pada habitat tertentu.
3. Long Rungan : Daerah ini menawarkan akses ke hutan semak yang palingberkembang dan paling unik di wilayah TNKM. Juga menyediakan kesempatanuntuk membandingkan efek tingkat curah hujan dari utara ke selatan pada habitattersebut. Pada saat ini, sayangnya, lahan yang telah disetujui masyarakat untukberada di dalam Taman Nasional agak kecil dan jauh dari desa.
Kepemilikan dan Pengelolaan Jangka Panjang Stasiun Penelitian Hutan LalutBirai :
Direkomendasikan agar kepemilikan dan/atau pengelolaan stasiun penelitiandilimpahkan kepada sebuah konsorsium dari universitas dan lembaga penelitian, denganmasukan yang berlanjut dari DPK dan stakeholder lain. Hal ini merupakan pilihanyang paling hemat biaya, dan juga jalan terbaik untuk meningkatkan kemampuanTNKM dalam menyediakan kegiatan dan manfaat pendidikan.
V-72 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
I. Pengembangan Partisipasi Masyarakat
1. Intensifikasi Program Kesejahteraan Masyarakat
Pengelola taman harus mengetahui bahwa masyarakat setempat akan terus mengandalkanpengambilan sumber daya alam dari wilayah adat mereka didalam TNKM untuk sementarawaktu. Oleh karenanya, penting untuk membantu mereka mengusahakan pengambilanyang berkelanjutan, dan bekerjasama dengan instansi pemerintah dan LSM secara perlahan-lahan mengembangkan sumber pendapatan lain yang akan membantu membatasipengambilan pada tingkat yang berkelanjutan.
Pendekatan ini membuat TNKM lebih mirip dengan Kategori VI IUCN, Wilayah Dilindungi.Kategori ini mengandung sistem alami yang sebagian besar belum diubah, dikelola untukmemastikan perlindungan jangka panjang dan pemeliharaan keanekaragaman hayati,sementara pada waktu yang sama menyediakan aliran hasil alam dan jasa secaraberkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pengelola taman nasional dapat bekerja dengan hati-hati dalam permasalahan pengelolaankawasan lindung yang rumit dan menantang ini dengan cara sebagai berikut:
A. Memperluas upaya melobi pihak pemerintah demi pengakuan atas hak pengelolaandan tata-guna lahan masyarakat di dalam 10 Wilayah Adat di Taman Nasional. Initermasuk lahan-lahan di dalam dan di luar taman nasional. Ini akan membantumemastikan berlangsungnya kemampuan untuk memanfaatkan hutan untuk kebutuhansehari-hari serta tujuan-tujuan untuk menghasilkan pendapatan, dan melindunginyadari kerusakan yang diakibatkan oleh penebangan atau kegiatan lainnya. Kalau hutanpemanfaatan-tradisional diluar taman nasional dikorbankan untuk pengembangan lain,tekanan pada sumber daya alam didalam taman akan meningkat.
B. Meningkatkan kapasitas lembaga lokal dan perorangan untuk mengelola wilayah adatmereka untuk pembangunan yang berkelanjutan serta pembangunan masyarakat merekasendiri. Ini termasuk lembaga adat dan pemimpin tradisional, juga kepala desa terpilihdan lembaga desa yang merupakan bagian dari struktur administrasi pemerintah danpolitik.
C. Bekerjasama dengan LSM dan instansi lain untuk memulai mempelajari secara lebihrinci dan melaksanakan dengan cara hati-hati dan terkendali kegiatan pengembanganekonomi yang memungkinkan, seperti wisata alam berbasis masyarakat, agroforestri,hasil hutan, dan kerajinan tangan. Tidak mungkin bahwa salah satu dari kegiatan-kegiatan tersebut akan berdampak besar kalau dilakukan sendiri. Tetapi, kombinasidari kegiatan yang berbeda mungkin akan mampu memberikan kontribusi yang tidakkecil pada lokasi yang berbeda.
D. Membantu mengarahkan pemerintahan desa yang sesuai dan berkelanjutan dan programbantuan pengembangan pedesaan, termasuk sarana infrastruktur, menuju desa-desadaerah penyangga.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-75Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gerbang Masuk Resmi :
Karena tidak ada kepastian tentang bagaimana sistem transportasi yangmenghubungkan kawasan taman nasional ke seluruh Kalimantan akan berkembangdalam 25 tahun yang akan datang, maka dianjurkan bahwa keputusan mengenai lokasigerbang masuk resmi ditunda sampai tersedianya lebih banyak informasi. Gerbangyang dimaksud harus ada di dalam wilayah di mana mayoritas pengunjung disalurkanoleh sistem transportasi. Wilayah ini mungkin terdapat di Krayan, kawasan LongPujungan atau Apo Kayan.
Sedangkan untuk pusat pengunjung, dianjurkan adanya beberapa gerbang masuk kecilbukannya hanya satu.
Sarana Pemanfaatan:
Direkomendasikan agar pengelola taman mencurahkan lebih banyak perhatian padaupaya untuk menarik wisatawan yang tidak memerlukan infrastruktur yang berlebihan,dan membangun infrastruktur yang sederhana, murah seiring dengan berkembangnyakebutuhan. Kebutuhan/tugas pokok adalah:
• Memindahkan landasan udara dari Long Alango ke lokasi dimana landasan yanglebih panjang dapat dibangun untuk didarati pesawat yang lebih besar yangmembawa kelompok wisatawan untuk berarung jeram dan mengamati hidupanliar.
• Membangun landasan kecil di daerah hulu Sungai Tubu untuk sarana wisata arungjeram, hidupan liar dan budaya.
• Membantu masyarakat untuk mengembangkan rumah-tinggal untuk wisatawan,secara bertahap membangun koperasi rumah tamu desa misalnya di Apau Ping,Data Dian, Tau Lumbis dan/atau Wa’ Yagung, atau dimana dibutuhkan.
• Menggalakkan pengamatan hidupan liar dengan membangun menara pengamatanyang sederhana dan murah di wilayah hidupan liar seperti padang rumput ApauPing, kebun buah yang ditinggalkan di daerah hulu Sungai Lurah, Lalut Birai, dansumber air asin di berbagai daerah TNKM.
• Mengembangkan jalur setapak yang sederhana dan murah untuk dibangun dandipelihara di beberapa lokasi seperti padang rumput Apau Ping, Lalut Birai,sepanjang Sungai Pujungan, sepanjang Sungai Bahau, dari Long Layu ke ApauPing, dari Lembah Sungai Bahau ke Lembah Sungai Tubu, sekitar jeram Gamungdan Ambun di Sungai Kayan, dari DAS Sungai Bahau ke Sungai Iwan, dan daridaerah Krayan ke daerah Lumbis dan/atau Mentarang.
• Membangun pondok-inap sederhana disepanjang jalur tersebut.• Menempatkan perlengkapan komunikasi, medis dan helipad di lokasi-lokasi
terpencil untuk keadaan darurat.
V-74 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
E. Memastikan agar masyarakat setempat dan lembaga lokal mendapatkan keuntungandari pendapatan taman, termasuk mendapatkan dana sebagai bagian dari sub-kontrakpengelolaan taman yang diberikan oleh Pengelola taman.
F. Mengikuti petunjuk dalam bagian lain bab ini, terutama Masalah 10-13 pada bagianB, Mengelola Keanekaragaman hayati dan Ekosistem, Masalah 19 dan 20 padaBagian E, Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan, Masalah 21 padaBagian F, Pengembangan Kelembagaan dan Masalah 33 dalam Bagian J,Pemantauan dan Evaluasi, untuk melindungi keanekaragaman hayati taman daripengambilan berlebihan dan terancam kepunahan secara lokal.
Aksi yang dapat dilakukan oleh Pengelolaan Taman pada masa 25 tahun yang akandatang untuk pengembangan sumber pendapatan alternatif secara perlahan-lahanadalah:
a. Pengembangan Program Agroforestri
Pengelola taman harus memberi dorongan dan bekerja dengan instansi pertanianpemerintah dan non-pemerintah pada proyek pembangunan pertanian. Kerjasama iniharus bertahap dan maju. Tujuannya adalah untuk menjadi lebih siap dengan alternatifintensifikasi pertanian pada saat dan kalau diperlukan, dan juga pada saat masyarakatsetempat menyadari pentingnya dan diperlukannya upaya semacam ini jika tekananpopulasi mengalahkan sistem pertanian yang ada, yang produktif, efisien dan stabilpada kondisi populasi saat ini.
Pengembangan agroforestri yang mungkin untuk 25 tahun mendatang adalah:
• Perluasan penanaman padi sawah.• Mengembangkan sistem pembudidayaan dataran tinggi yang lebih intensif kalau
sistem ekstensifikasi lahan saat ini menjadi tidak berkelanjutan.• Penanaman komoditas buah-buahan, sayuran, bumbu (terutama bumbu organik)
kopi, kakao atau komoditas lain.• Pengayaan jenis tanaman oleh masyarakat seperti jenis rotan, jenis-jenis kayu, kayu
bakar, buah-buahan, gaharu, obat-obatan, atau tanaman berguna lain di lahan bekaspenebangan yang tidak mempunyai prospek komersial bagi pemegang HPH.Penanaman dan pengelolaan pengayaan lebih disukai daripada untuk perkebunan“pulp” atau proyek transmigrasi yang sering direncanakan untuk lahan semacamini.
• Pengelola taman seharusnya melanjutkan upaya untuk mengajak etno-botanis danpakar tanaman obat ke kawasan untuk memilih tanaman dengan kemungkinanpenerapan komersial.
• Hak pengusahaan hutan masyarakat di daerah-daerah yang sesuai di daerahpenyangga TNKM, dioperasikan berdasarkan asas keberlanjutan dan sertifikasi.
Rincian mengenai proyek dan program agroforestri yang mungkin dikerjakanterkandung dalam Bab III, IV dan V Buku II Rencana Pengelolaan ini.
V-76 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
V-77
V-78
b. Pengembangan Pertanian Terpadu
Program peternakan sering digiatkan di daerah penyangga taman untuk menggantikansumber daging yang diperoleh dari satwa buruan. Program semacam ini untuk TNKMakan terbatas karena lebih disukainya daging satwa buruan, kepentingan tradisi dankesenangan berburu, kurangnya pakan ternak, kurangnya layanan kesehatan hewan,kurangnya pelatihan peternakan intensif, kurangnya pengetahuan tentang jenis yangsesuai dengan daerah tersebut, dan faktor-faktor lain.
Dalam 25 tahun mendatang, terdapat beberapa proyek peternakan yang berpotensi,seperti kerbau, ayam, ikan dan babi. Kerbau sudah biasa dipelihara di daerah Krayandan dijual ke Malaysia. Pengembangan peternakan akan memerlukan penelitian danpengembangan yang besar untuk mengatasi masalah-masalah yang dikemukakan diparagraf sebelumnya. Tambahan lagi, pengelola taman harus waspada dalammelindungi keanekaragaman hayati dan lingkungan dari masalah kontaminasi genetis(sapi ke banteng, misalnya), datangnya penyakit, dan introduksi jenis dari luar yangagresif yang mungkin akan membatasi atau merusak populasi beberapa jenis lokal.
c. Pengembangan Industri Terpadu
Potensi pengembangan industri terpadu di kawasan TNKM cukup kecil karenamasalah-masalah keterpencilan dan transportasi yang mahal dan tidak dapat diandalkan.Pengembangan industri juga harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hatisehubungan dengan dampaknya misalnya pada polusi atau menarik banyak oranguntuk datang ke daerah penyangga. Ada beberapa potensi untuk sarana dan jasawisata alam (lihat Bagian C dari bab ini), serta produk makanan, baik untuk wisatawanataupun produk ringan dan bernilai tinggi yang tahan disimpan dan dikirim dalamjangka waktu yang cukup lama seperti teh, bumbu, dsb.
Kerajinan tangan merupakan kemungkinan lain. Pengelola taman dapat meningkatkanpendapatan dari produksi kerajinan tangan melalui sejumlah kegiatan, seperti:
• Menjual kerajinan tangan di kantor pusat taman, kantor wilayah konservasi danpusat pengunjung.
• Bekerjasama dengan KANWIL Pariwisata atau dengan perusahaan pariwisataswasta untuk membantu pengrajin untuk mendapatkan akses ke pasar yang besaruntuk memasarkan hasil kerja seni mereka, misalnya perusahaan asing yang menjualproduk-produk semacam itu kepada masyarakat di negara-negara industri.
• Mengikutkan para pengrajin di dalam program pengembangan usaha kecil.• Mempertimbangkan untuk membantu pengembangan koperasi pengrajin.
Program Pengembangan Usaha Kecil juga mempunyai potensi tersendiri. Tahap-tahapprogram semacam ini adalah ( RCRRD/UGM 1999 ):
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-79Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Lomba untuk pemuda• Bekerja dengan pramuka dan kelompok pemuda lainnya• Kursus/pendidikan bergelar jangka panjang dalam bidang pengelolaan sumberdaya
dan pariwisata bagi masyarakat setempat• Media seperti film, slide show, poster, buku komik, pewarta, sandiwara, pertemuan
masyarakat dan surat kabar.• Wisata belajar ke taman nasional dan kawasan lindung lain di Indonesia dan negara
lain untuk mempelajari bagaimana mereka memberikan sumbangan kepadapembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
b. Pengembangan Lembaga Swadaya Masyarakat
Bagian F dari bab ini memperhatikan pentingnya dan perlunya lembaga masyarakatmemikul tanggung jawab pengelolaan TNKM yang utama. Ini termasuk LembagaAdat dari setiap Wilayah Adat, serta FoMMA, lembaga lokal yang baru dibentukuntuk membahas masalah-masalah yang berpengaruh pada semua lahan taman nasionalyang berada di dalam 10 Wilayah Adat.
c. Pengembangan Pramuka
Pramuka merupakan mitra yang menjanjikan dalam pelestarian alam. Kegiatanpendidikan dan penyadaran dapat ditargetkan khusus untuk mereka, dari brosur, bukukomik, presentasi pada pertemuan mereka, perlombaan, sandiwara, dsb. Seiringdengan membaiknya transportasi ke taman nasional ini dalam 25 tahun mendatang,akan memungkinkan untuk mulai mencari sponsor untuk mengirimkan kelompokpramuka dari berbagai bagian Kalimantan Timur, khususnya kota-kota disana. Wisatake taman dapat merupakan hadiah utama untuk pemenang berbagai lomba lingkungandan konservasi, seperti merancang poster, tanya-jawab, dsb.
d. Pengembangan Karang Taruna
Karang taruna merupakan calon mitra konservasi yang potensial bagi taman nasional.Anggota-anggotanya dapat diberi kesempatan bekerja di taman nasional, terutamasebagai pemandu wisata.
J. Pemantauan dan Evaluasi
Mengingat pemanfaatan utama TNKM adalah untuk pengambilan sumber daya alam secaraberkelanjutan oleh masyarakat setempat, maka sistem pemantauan yang melibatkanmasyarakat setempat sangat penting untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Sistem inidapat dibangun pada informasi dasar dan cara pemantauan yang telah digunakan dalamproyek TNKM-WWFI. Direkomendasikan agar Pengelola taman mengadakan sebuallokakarya Pemantauan dan evaluasi pada awal tahun 2001 untuk mengembangkan program
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-81Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Mengidentifikasi masyarakat setempat yang mempunyai kemauan dan kemampuanuntuk meningkatkan usaha yang ada atau memulai usaha yang baru.
• Menyelenggarakan latihan dengan topik usaha seperti pembukuan, kelayakanpemasaran dan pengembangan rencana usaha untuk perorangan yang terpilih. Dualembaga dengan pengalaman praktek dalam pelatihan seperti ini adalah YayasanIndonesia Sejahtera di Solo, dan Universitas Merdeka di Malang.
• Mendirikan agen perkreditan untuk menyediakan modal yang lebih murah untukmemulai bisnis atau meningkatkannya.
• Menyediakan bantuan selama pelaksanaan rencana usaha, termasuk analisis dampaklingkungan dan sosial dari wirausaha.
Semua kegiatan tersebut harus diuji menurut wacana konservasi sejak sebelum dimulai dan dipantau dengan ketat atas dampaknya kepada sumber daya alam yangdimanfaatkan dan lingkungan pada umumnya.
d. Pengembangan Aksesibilitas
Masalah keuntungan dan kerugian dari peningkatan aksesibilitas ke TNKM dan daerahpenyangganya dibahas dalam bagian E bab ini, bagian E bab IV, dan bagian 5 bab III.
2. Intensifikasi Program Penyuluhan Masyarakat
a. Program Penyuluhan Masyarakat Terpadu
Masyarakat setempat merupakan kelompok target yang paling penting untuk programpendidikan dan penyadaran, bersama dengan lembaga pemerintah, sektor swasta, danwisatawan pengunjung TNKM. Tujuan dari program kepedulian dan pendidikan untukmasyarakat adalah:
• Memahami bahwa manfaat TNKM lebih besar daripada kerugiannya.• Meningkatkan pengetahuan ekologi lokal dengan beberapa informasi dasar dari
biologi konservasi dan pengelolaan hidupan liar.• Meningkatnya kemampuan mengelola sumberdaya dan kegiatan taman, misalnya
mengelola populasi hidupan liar, pariwisata, dsb.• Meningkatkan kebanggaan atas TNKM dan keanekaragaman hayatinya yang kaya,
unik dan penting bagi dunia.
Materi yang diperlukan untuk memenuhi masing-masing tujuan tersebut perludirancang dan disalurkan melalui berbagai kegiatan dan media, seperti:
• Kampanye penyadaran tentang topik pilihan di desa-desa• Program pelatihan jangka pendek• Rencana pelajaran dan buku kerja guru untuk sekolah-sekolah di sekitar TNKM• Program pelatihan guru dan seminar• Siaran radio
V-80 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VI-83Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
pemantauan dan evaluasi akhir dan komprehensif yang mempertimbangkan dampakpada skala bio-regional/bentang alam, ekosistem/habitat, dan tingkat populasi jenis,juga dampak pemanfaatan lingkungan TNKM oleh manusia.
Walaupun semua metode pemantauan dan penilaian berikut tidak akan mungkindilakukan seluruhnya karena keterbatasan dana dan tenaga, kegiatan berikut ini patutdipertimbangkan:
• Inventarisasi dengan mengikut-sertakan masyarakat setempat pada flora yang umumdiambil seperti gaharu, rotan, pohon kayu dan daun sang.
• Status populasi mamalia penting dan burung komersial dan jenis indikatorsebagaimana difahami oleh masyarakat setempat, mirip dengan jenis yangterkandung di dalam Tabel 12 dan 15, beserta pemahaman kecenderungan sejarahdari jenis ini (Tabel 20 dan 22), menggunakan metode yang dikembangkan olehanggota proyek WWF. Karyawan taman tidak harus mengunjungi masing-masingdesa setiap tahun untuk kegiatan seperti ini jika dananya terbatas.
• Memeriksa transek yang dibuat pada tahap sekarang dan transek-transek yangbaru; juga mengembangkan sistem untuk memantaunya untuk hal-hal sepertiperkiraan kepadatan satwa dan burung, terutama jenis komersial dan indikator,dan perubahan vegetasi, tingkat gangguan, dll. Akan lebih baik apabila transekdipantau setiap tahun. Namun demikian, mengingat akan adanya hambatan dalamhal tenaga dan dana, juga lokasi beberapa transek yang jauh, adalah mungkin bahwabeberapa transek hanya akan dapat dikunjungi setiap dua sampai tiga tahun.
• Pemantauan tingkat pengambilan pada komunitas tertentu disetiap Wilayah Adat,dengan menggunakan metode misalnya wawancara dengan para pemburu yangdipilih secara sampel (Foead 1996), pembelian tengkorak buruan dengan hargarendah (Puri 1997), buku catatan pemburu perorangan (Townsend 2000), ataubuku catatan desa tentang terlihatnya dan ditangkapnya beberapa jenis yang umumdi ambil dan jenis indikator (Steinmetz 2000).
• Survei udara sedikitnya sekali dalam setahun meliputi seluruh bagian taman untukmemeriksa perambahan kedalam taman nasional oleh perusahaan penebangan kayuatau pembukaan lahan untuk pertanian.
• Penelitian jangka panjang di Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai, dan barangkalipada stasiun penelitian lain jika dananya tersedia untuk membangunnya.
• Memperoleh dan menganalisis citra satelit sedikitnya setiap lima tahun sekali untukmemeriksa indikator-indikator seperti wilayah total tipe vegetasi yang berbeda,perubahan atas wilayah blok terbesar tipe vegetasi khusus, atau perubahan padaukuran rata-rata tipe habitat tertentu.
• Perubahan dalam sistem peladangan untuk melihat apakah tekanan populasimelampaui batas sistem lokal, seperti lamanya masa bera, penurunan hasil per hektar,masalah lebih besar dengan gulma dan hama, dll.
• Mendapatkan statistik sosial ekonomi yang biasanya disusun oleh pemerintahtentang jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan, dan indikator ekonomi.
V-82 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB VI
ANGGARAN
Masalah 32. Apakah jalan yang terbaik untuk memastikan pendanaan yang cukupbagi TNKM?
Taman seluas TNKM membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak mungkin disediakanoleh satu sumber misalnya PHKA saja. Dana PHKA untuk TNKM dapat ditambahdengan:
• Bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat seperti WWFI dan FoMMA, yangsering mendapatkan bantuan internasional dari sumber yang tidak tersedia untukPHKA.
• Menjajagi alternatif dana hibah “Debt-for-Nature Swaps” “Clean DevelopmentMechanism” dan “Carbon Sequestration”.
• Menegosiasikan dengan pemerintah daerah propinsi atau kabupaten untukmenyediakan dana untuk TNKM sebagai hasil dari desentralisasi kekuasaan politik,anggaran dan administrasi. Pemerintah daerah dapat mendukung pendanaankonservasi melalui pengumpulan dan pembagian penghasilan pajak dan non-pajakdan juga melalui mekanisme pendanaan lain yang memungkinkan.
• Mempelajari potensi sumber pendapatan inovatif, seperti pajak pada perusahaanlokal, pengambilan yang berkelanjutan dari beberapa hasil hutan non-kayu darizona TNKM yang sesuai.
• Mengembangkan cara yang inovatif untuk mengambil keuntungan dari seringnyamasyarakat setempat untuk pergi ke berbagai pelosok taman nasional untukmengambil sumber daya alam. Perjalanan ini mempunyai potensi sebagai sumberinformasi yang seharusnya dikumpulkan melalui kegiatan patroli dan pemantauanyang mahal oleh jagawana dan pakar biologi. Cara yang mungkin dilakukantermasuk perseorangan membuat catatan perburuan/pengambilan dalam bukucatatan pribadi, atau musyawarah masyarakat sebulan sekali yang akan memberikaninformasi yang sejenis. Walaupun perjalanan tersebut tidak dapat menggantikansepenuhnya tugas patroli dan pemantauan dari staf taman, mereka dapat memberikanbanyak informasi dengan biaya yang murah. Masyarakat setempat dapat dilibatkandalam memutuskan cara yang mana yang paling sesuai.
Namun demikian, tanggung jawab terakhir untuk pembiayaan TNKM mungkinakan tetap pada tingkat pusat, sementara sumber dana lain akan memakanwaktu untuk mendapatkannya. Anggaran Pengelola taman harus realistikdan efisien pengelolaannya untuk memanfaatkan dana yang susah didapat. Pentingjuga untuk mengembangkan sistem pengelolaan bersama dengan institusi masyarakatsetempat, yang dapat memberikan beberapa jasa pengelolaan dengan biayayang rendah dan lebih efisien. Kesepakatan pengelolaan bersama seperti itu jugamemudahkan bagi LSM seperti WWFI untuk mendapatkan bantuan hibah untuk
pengelolaan taman dari donor, yang tidak mau mendanai proyek-proyek taman nasionalyang mereka pikir tidak sepenuhnya mengakui hak-hak masyarakat setempat untukikut serta dalam pengelolaan taman pada tingkat yang tinggi.
Pendanaan pertama untuk pengelolaan bersama mungkin harus datang dari donorlain, karena permasalahan anggaran PHKA. Namun, saat situasi anggaran PHKAmembaik, akhirnya harus dipikirkan untuk mengsub-kontrakkan beberapa tugas kepadamitra-mitra pengelola lokal kalau mereka sudah dilatih. Pekerjaan akan terselesaikan,dan mungkin dengan biaya yang rendah. Sub-kontrak seperti ini akan meningkatkankeuntungan lokal yang diterima oleh masyarakat dari TNKM, membantu mereka untukmenyadari bahwa adalah demi kepentingan merekalah maka taman nasional dilindungidan didukung. Jadwal pembayaran melebihi masa kerja akan ditentukan oleh penilaiankinerja independen. Penilaian terhadap Integrated Conservation and DevelopmentProjects di Indonesia baru-baru ini, mendesak Pemerintah untuk memikirkan insentifkonservasi yang baru tersebut (World Bank 1997). Memanfaatkan bagian dari hibah“Carbon Sequestration” dan/atau “Debt-for-Nature Swaps” untuk tujuan tersebutakan sangat meningkatkan dukungan lokal kepada TNKM.
Juga penting untuk mendukung FoMMA dan Lembaga Adat dengan sumberpemasukan lain yang berpotensi, misalnya pendapatan dari pariwisata, denda ataspelanggaran peraturan taman, dan biaya masuk dan menggunakan taman. Masalahini masih harus dibahas dan dirundingkan sebagai bagian dari seluruh kesepakatanpengelolaan dan pendanaan di antara para anggota Dewan Penentu Kebijakan.
Anggaran untuk Lima Tahun Pertama pada Tahap Pelaksanaan RencanaPengelolaan:
Situasi anggaran untuk beberapa tahun pertama dari periode 5 tahun pelaksanaanrencana pengelolaan pertama sangat baik. DANIDA telah menganggarkan US $2juta untuk 4 tahun pertama WWFI Proyek Kayan Mentarang. WWFI juga telahmendapatkan dana sedikit untuk periode waktu yang lebih pendek dari WWF Jermandan Total Foundation. Dewan Pimpinan ITTO akan mengadakan pertemuan padabulan November 2000 untuk mempertimbangkan bantuan selama 2 tahun untukkegiatan TNKM. ITTO telah menyatakan bahwa bantuan ini hampir pasti disetujui,dan dilanjutkan dengan bantuan 2 tahun lagi jika perkembangan dari bantuan 2 tahunpertama memuaskan.
Jumlah total dana yang sudah dipastikan dan bantuan dua-tahun ITTO awal sekitarUS$ 2.551.720. (Tabel 30). Sekitar US$ 751.875 lagi harus didapatkan jika tingkatkegiatan yang didanai pada satu dan dua tahun pertama dari periode 5 tahun pertamadilanjutkan sampai 5 tahun seluruhnya. Satu kemungkinan sumber dana tambahanyang diperlukan adalah ITTO, melalui bantuan dua-tahun kedua. WWF Jerman jugatelah mengindikasikan bahwa ada kesempatan bagus untuk melanjutkan dukunganWWFI terhadap TNKM setelah selesainya bantuan yang sedang berjalan pada 30Juni 2002.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VI-85Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
VI-84 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Bantuan dari Total Foundation disediakan secara tahunan melalui keputusan dewan padasetiap bulan Juni. Dana tambahan dari DANIDA setelah 4 tahun tampaknya tidak mungkinlagi.
Ada waktu bagi mitra dalam DPK TNKM untuk mengumpulkan tambahan dana dariberbagai sumber yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Sangat sulit, atau tidak mungkin untuk memperkirakan secara akurat kebutuhan anggarantaman untuk jauh pada masa depan, terutama pada tingkat anggaran yang sangat spesifikdan rinci. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Komodo yang baru diterbitkan mengakuihal ini dengan tidak menyertakan anggaran. Banyak hal masih belum diketahui tentangmasa depan taman dan kebutuhan pengelolaan, juga situasi ekonomi umum, sosial politikdi Kalimantan, Indonesia dan dunia yang mempengaruhi konservasi perlindungan taman.
Anggaran dalam Tabel 2 mengatasi masalah ini dengan beberapa cara sebagai berikut:
• Anggaran disusun berdasarkan pada dana bantuan sesungguhnya untuk kegiatan yangdipertimbangkan sebagai prioritas tertinggi untuk tahun-tahun pertama periode 25 tahunRencana Pengelolaan, terutama gaji karyawan, peralatan yang diperlukan daninfrastruktur dasar, pelatihan untuk FoMMA, perjalanan lapangan untuk penelitian,pemantauan, pendidikan dan penyadaran, pemberdayaan masyarakat dan maksud lain.
• Ada fleksibilitas dalam hal bagaimana dana dapat digunakan. Contohnya, perjalanandan biaya lapangan dianggarkan dengan asumsi karyawan WWFI menghabiskan sekitar1/3 waktunya di lapangan. Tujuan dan kegiatan spesifik untuk masing-masing anggota,juga semua keputusan anggaran lain yang lebih spesifik, akan ditentukan sebagai bagiandari rencana tahunan dan proses penyusunan anggaran. Sistem ini mensyaratkan agarprioritas untuk perjalanan dan biaya lapangan di susun berdasarkan situasi yangsebenarnya pada waktu yang sebenarnya oleh staf Badan Pelaksana yang terlibat danbertanggung jawab.
• Klarifikasi anggaran terutama penting bagi DPK yang belum terbentuk tetapi akanbertanggung jawab untuk mengarahkan pengelolaan Badan Pelaksana.
• Masing-masing sumber dana menyediakan dana cadangan untuk mengatasi paling tidakbeberapa kegiatan yang oleh staf Badan Pelaksana akan dianggap perlu pada masamendatang dan belum secara khusus diantisipasi dalam Rencana Pengelolaan. Jikadana cadangan ini tidak cukup, dana tambahan harus didapatkan oleh staf BadanPelaksana, untuk mengatasi kebutuhan biaya tambahan atas kegiatan yang belumtermasuk dalam anggaran. Dengan luas TNKM dan tantangan pengelolaan yangdihadapi, jelas bahwa meskipun uang dengan jumlah yang sangat besar yang telahtersedia tidak cukup untuk pengelolaan yang optimum.
• Diasumsikan bahwa anggaran untuk periode 5 tahun kedua, demikian juga untuk ketiga,keempat dan kelima, kira-kira akan sama dengan periode lima tahun pertama (Tabel2). Dana akan digunakan dengan cara yang berbeda, seperti yang ditentukan oleh timBadan Pelaksana dan Dewan Penentu Kebijakan TNKM yang bertanggung jawab
Tabe
l 2.
Ang
gara
n 5
dan
25 ta
hun
untu
k TN
KM
dal
am D
olla
r Am
erik
a.Ba
gian
I. A
ngga
ran
untu
k 5
Tahu
n Pe
rtam
a Pe
riode
Pel
aksa
naan
Ren
cana
Pen
gelo
laan
(per
iode
200
1-20
05)
(Cat
atan
: Ang
ka d
alam
bol
d ad
alah
dan
a be
rjala
n)
Kat
egor
i Ang
gara
n U
tam
a20
0120
0220
0320
0420
05To
tal
Tota
lJu
mla
hK
omen
tar/A
sum
siD
iper
luka
nda
naya
ng h
arus
Ber
jala
ndi
dapa
tkan
BIA
YA K
EPEG
AWA
IAN
:G
aji P
egaw
ai d
an K
eunt
unga
n:W
WF
(Dan
ida)
153.
000
156.
000
187.
000
192.
000
192.
000
880.
000
689.
000
191.
000
Dia
sum
sika
n ke
butu
han
proy
ek W
WF
lanj
utan
& k
arya
wan
den
gan
dana
bar
uW
WF
(WW
FG)
27.3
0014
.000
00
041
.300
41.3
000
Pada
per
t. 20
02, b
antu
an D
anid
a m
elip
uti k
ary.
ini;
bant
uan
WW
FG k
e 2
mem
ungk
inka
nW
WF
Lalu
t Bira
i (To
tal)
20.0
0020
.000
20.0
0020
.000
20.0
0010
0.00
020
.000
80.0
00Ke
putu
san
dana
Tot
al d
ibua
t tah
unan
; mun
gkin
dip
erpa
njan
g.PK
A17
.000
17.0
0017
.000
17.0
0017
.000
85.0
0034
.000
51.0
00se
kali
dim
ulai
, dan
a PK
A ha
rus
teru
s di
cari
WW
F Te
chni
cal A
dvis
er (
ITTO
)24
.000
24.0
0024
.000
24.0
0024
.000
120.
000
48.0
0072
.000
Men
urut
Lap
oran
2 ta
hun
fase
ke
dua
sang
at m
emun
gkin
kan
Buru
h H
aria
n (D
anid
a)1.
600
1.60
01.
600
1.60
01.
600
8.00
06.
400
1.60
0K
onsu
ltant
:D
ari I
TTO
:0
15.0
000
00
15.0
0015
.000
0M
emer
iksa
alte
rnat
iv ja
lan
atau
rute
jala
na.
Ren
cana
Pen
gelo
laan
Jen
is (I
TT0)
30.0
0060
.000
00
090
.000
90.0
000
b.4
Eksp
edis
i Ker
agam
anha
yati
(ITT
O)
32.0
0032
.000
00
064
.000
64.0
000
Jum
lah
term
asuk
bia
ya p
erja
lana
n/la
pang
an. M
ungk
in b
antu
an IT
TO k
e du
a.c.
Bina
tiona
l Eks
pedi
si K
erag
aman
haya
ti (IT
T0)
014
4.00
00
00
144.
000
144.
000
0Ju
mla
h te
rmas
uk b
iaya
per
jala
nan/
lapa
ngan
. Mun
gkin
ban
tuan
ITTO
ke
dua.
Dar
i WW
F G
erm
any
(WW
FG)
a.R
ange
Man
agem
ent
3.00
00
00
03.
000
3.00
00
Dar
i Dan
ida:
Daf
tar k
onsu
ltan
dar
i ban
tuan
Dan
ida
ini p
erm
ulaa
n.a.
Wis
ata
alam
3.00
05.
000
6.00
06.
000
7.00
027
.000
20.0
007.
000
Tipe
kon
sulta
n se
bena
rnya
yan
g di
pelu
kan
dan
tahu
n m
erek
a di
perlu
kan
b.P
enge
mba
ngan
usa
ha k
ecil
3.00
03.
000
3.00
03.
000
3.00
015
.000
12.0
003.
000
akan
dite
ntuk
an p
ada
saat
renc
ana
kerja
tahu
nan
disi
apka
n.c.
Wan
atan
i/per
tani
an2.
000
3.00
03.
000
4.00
04.
000
16.0
0012
.000
4.00
0sp
esia
list l
ain
mun
gkin
dita
mba
hkan
sel
ama
d.Pe
ngem
bang
an In
stitu
si (F
oMM
A)4.
000
3.00
03.
000
3.00
03.
000
16.0
0013
.000
3.00
0pe
rtem
uan
renc
ana
tahu
nan
ters
ebut
.e.
Peny
adar
an/p
endi
dika
n3.
000
3.00
03.
000
3.00
03.
000
15.0
0012
.000
3.00
0f.
Pem
anta
uan
Kera
gam
anha
yati
Parti
sipa
tif7.
000
3.00
02.
000
1.00
00
13.0
0013
.000
0To
tal B
iaya
Kep
egaw
aian
:32
9.90
050
3.60
026
9.60
027
4.60
00
1.65
2.30
01.
236.
700
415.
600
LAPA
NG
AN
& B
IAYA
PER
JALA
NA
N L
AIN
Perja
lana
n Tu
gas
kary
awan
PKA
(PKA
)1.
125
1.12
51.
125
1.12
51.
125
5.62
52.
250
3.37
5Pe
rjala
nan
Lapa
ngan
Kar
yaw
an W
WF
(Dan
ida)
31.0
0032
.000
42.0
0050
.000
50.0
0020
5.00
015
5.00
050
.000
Teru
tam
a un
tuk
kegi
atan
pem
anta
uan,
pen
yada
ran,
pem
berd
ayaa
nPe
rjala
nan
Lapa
ngan
Kar
yaw
an W
WF
(WW
FG)
11.9
007.
000
00
018
.900
18.9
00m
asya
raka
t, ka
rena
ban
tuan
ITTO
men
duku
ng p
erja
lana
n ke
raga
man
hay
ati
Perja
lana
n Tu
gas,
Pen
asih
at te
hnis
(ITT
O)
1.12
51.
125
00
02.
250
2.25
00
Kem
ungk
inan
ban
tuan
ITTO
ke
dua
untu
k 2
tahu
n la
gi.
Pesa
wat
& p
erja
lana
n da
rat u
ntuk
Kem
ungk
inan
ban
tuan
ITTO
ke
dua
untu
k 2
tahu
n la
gi.
eksp
edis
i ker
agam
anha
yati
(PKA
)0
30.0
000
00
30.0
0030
.000
0Pe
rjala
nan
Inte
rnas
iona
l kar
yaw
an W
WF
(Dan
ida)
4.00
04.
000
4.00
04.
000
4.00
020
.000
16.0
004.
000
Teru
tam
a un
tuk
pula
ng e
xpat
riate
ata
u ko
nfer
ensi
Perja
lana
n N
asio
nal l
ain
kary
awan
WW
F (D
an.)
2.50
02.
500
2.50
02.
500
2.50
012
.500
10.0
002.
500
Ke B
alik
papa
n da
n Ja
karta
unt
uk P
impi
nan
proy
ek &
kar
yaw
an S
enio
rTo
tal P
erja
lana
n:51
.650
77.7
5049
.625
57.6
2557
.625
294.
275
215.
500
78.7
75
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)V
I-87
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
mempersiapkan dan menyetujui Rencana Kerja dan anggaran lima tahun. Itemanggaran yang paling sulit diantisipasi adalah apakah TNKM akan memutuskanuntuk membuat aplikasi dan dapat memperoleh suatu hibah pengembangan daerahpenyangga yang besar seperti yang disediakan oleh Bank Dunia dan BankPembangunan Asia untuk Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman NasionalLore Lindu berturut-turut. Sejumlah dan macam ini dalam bentuk dana bergulirtelah termasuk dalam anggaran 25 tahun. Dewan Penentu Kebijakan akan harusmempertimbangkan masalah ini dalam pengembangan anggaran akhir untuk periodelima tahun kedua.
VI-86 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kat
egor
i Ang
gara
n U
tam
a20
0120
0220
0320
0420
05To
tal
Tota
lJu
mla
hK
omen
tar/A
sum
siD
iper
luka
nda
naya
ng h
arus
Ber
jala
ndi
dapa
tkan
Mat
eri P
endi
dika
n &
Peny
adar
an (D
anid
a)4.
000
4.00
04.
000
4.00
04.
000
20.0
0016
.000
4.00
0St
udi k
unju
ngan
ke
luar
neg
ri un
tuk
TBC
exp
d.la
njut
(IT
TO)
12.5
0012
.500
00
025
.000
25.0
000
Indo
chin
a? I
ndia
/Nep
al?
RI/P
NG
?B
atua
n st
udi/P
enel
itian
UnM
ul (T
otal
)10
.000
10.0
0010
.000
10.0
0010
.000
50.0
0010
.000
40.0
00H
arus
cob
a m
elan
jutk
an in
i den
gan
bant
uan
baru
Tot
al F
ound
atio
nTo
tal:
64.7
5174
.502
16.0
0316
.004
16.0
0517
7.25
013
3.25
044
.000
PRAS
ARAN
AKa
ntor
Pus
at (I
TT0)
50.0
0050
.000
00
010
0.00
010
0.00
00
Pem
elih
araa
n da
ri an
ggar
an o
pera
sion
al4
Pos
Lapa
ngan
/Pus
at In
form
asi
15.0
0015
.000
00
030
.000
30.0
000
Pem
elih
araa
n da
ri an
ggar
an o
pera
sion
al&
Pera
lata
n (IT
TO)
4 P
os J
aga
00
05.
000
15.0
0020
.000
020
.000
Mun
gkin
bis
a m
engg
unak
an b
antu
an IT
TO k
e du
aJa
lan
seta
pak
seki
tar p
adan
g ru
mpu
tH
ulu
Apau
Pin
g0
00
300
030
00
300
Jala
n se
tapa
k da
ri Lo
ng L
ayu
ke A
. Pin
g m
elal
ui0
00
02.
200
2.20
00
2.20
0pa
dang
rum
put (
Rp
200,
000/
km)
men
dirik
an 8
pon
dok
pada
jalu
r L. L
ayu
ke A
. Pin
g0
00
010
.000
10.0
000
10.0
00
Tota
l:65
.000
65.0
000
5.30
027
.200
162.
500
130.
000
32.5
00
PEM
BEL
IAN
PER
ALA
TAN
DA
N K
API
TAL
Satu
Ken
dara
an R
oda
Empa
t (IT
T0)
30.0
000
00
030
.000
30.0
000
4 ko
mpu
ters
& p
erle
ngka
pann
ya u
ntuk
k.p.
PKA
(ITT
O)
012
.000
00
012
.000
12.0
000
1 m
esin
foto
kopi
k.p
. PKA
(ITT
0)0
3.00
00
00
3.00
03.
000
010
Des
ktop
kom
pute
rs u
ntuk
k.p
. WW
F (D
an.)
1000
1.00
012
0015
000
4.70
04.
700
0Be
bera
pa k
ompu
ter y
ang
ada
mun
gkin
han
ya p
erlu
upg
rade
dan
/ata
udi
perb
aiki
Mes
in F
ax u
ntuk
k.p
. WW
F (D
an.)
00
500
00
500
500
0U
ntuk
men
ggan
ti m
esin
fax
lam
aPl
otte
r unt
uk k
.p. W
WF
(Dan
ida)
00
6.00
00
06.
000
6.00
00
Unt
uk m
engg
anti
plot
ter l
ama
Mes
in fo
toco
py u
ntuk
k.p
. WW
F (D
anid
a)0
06.
000
00
6.00
06.
000
0U
ntuk
men
ggan
ti m
esin
foto
copi
lam
a4
Citr
a Sa
telit
unt
uk p
eman
taua
n10
.000
00
00
10.0
000
10.0
00M
ungk
in m
engg
unak
an d
ana
cada
ngan
Dan
ida
Per
alat
an k
anto
r pus
at W
WF
(Dan
ida)
2.50
02.
500
2.50
02.
500
1.00
011
.000
10.0
001.
000
Bodi
per
ahu
untu
k po
s W
WF
(Dan
.)0
150
150
200
050
050
00
Lapt
op k
ompu
ter u
ntuk
Pos
Lap
anga
n (W
WFG
)1.
750
00
00
1.75
017
500
Unt
uk L
. Puj
unga
n. M
ungk
in m
engg
unak
an d
ana
cada
ngan
Dan
ida
untu
kpo
s la
in.
Sola
r pan
el u
ntuk
Pos
Lap
anga
n (W
WFG
)50
00
00
050
050
00
Unt
uk L
. Puj
unga
n. M
ungk
in m
engg
unak
an d
ana
cada
ngan
Dan
ida
untu
kpo
s la
in.
Tota
l:45
.750
18.6
5016
.350
4.20
01.
000
85.9
5074
.950
11.0
00
PEM
AN
TAU
AN
MA
SYA
RA
KAT
DA
N/
5.00
012
.500
22.5
0032
.500
35.0
0010
7.50
072
.500
35.0
00D
iban
ding
ban
tuan
unt
uk m
asya
raka
t Ker
inci
Seb
lat y
ang
dida
nai o
leh
AT
AU
PEN
GEM
BA
NG
AN
BA
NTU
AN
Wor
ld B
ank
(Rp
250
juta
/des
a un
tuk
dana
ber
gulir
) ju
mla
h in
icu
kup
keci
l; pe
rlu d
icar
i dan
a ta
mba
han.
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)V
I-89
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
Kat
egor
i Ang
gara
n U
tam
a20
0120
0220
0320
0420
05To
tal
Tota
lJu
mla
hK
omen
tar/A
sum
siD
iper
luka
nda
naya
ng h
arus
Ber
jala
ndi
dapa
tkan
RA
PAT,
LO
KA
KA
RYA
& P
ELAT
IHA
NLo
kaka
rya
untu
k ko
nsul
tasi
Ren
cana
Pen
gelo
-1.
000
00
00
1.00
01.
000
0Te
ruta
ma
untu
k m
emba
yar p
erja
lana
nkar
yaw
an P
KA d
an/a
tau
KSD
A sa
ja
laan
den
gan
piha
k be
rkep
entin
gan
(ITT
O)
Rap
at u
ntuk
men
gusu
lkan
Ker
jasa
ma
‘TBC
’1.
000
00
00
1.00
01.
000
0
St
rukt
ur d
an p
eran
(ITT
O)
Rap
at ti
ngka
t tin
ggi u
ntuk
kon
sulta
si9.
960
9.96
010
.000
10.0
0010
.000
49.9
2019
.920
30.0
00D
enga
n as
umsi
per
tem
uan
ini a
kan
berla
njut
takt
erba
tas,
ata
u ha
nya
b
e-na
sion
al (I
TTO
)m
engg
antu
ngka
n ra
pat p
eren
cana
an re
gula
r pem
erin
tah
Kal.,
Sar
., &
Saba
h.R
apat
Kom
isi T
ingk
at P
ropi
nsi (
ITT0
)9.
960
9.96
010
.000
10.0
0010
.000
49.9
2019
.920
30.0
00D
enga
n as
umsi
per
tem
uan
ini a
kan
berla
njut
takt
erba
tas,
ata
u ha
nya
men
ggan
tung
kan
RaK
orBa
ng re
gule
r dan
rapa
t tah
unan
Pro
p. &
Kab
upat
enR
apat
Kom
isi T
ehni
s9.
960
9.96
00
00
19.9
2019
.920
0Bi
natio
nal t
ask
forc
e w
ork
12.0
0012
.000
12.0
0012
.000
12.0
0060
.000
24.0
0036
.000
Den
gan
asum
si ra
pat-r
apat
ini a
kan
berla
njut
tak
terb
atas
Loka
kary
a pe
renc
anaa
n bi
natio
nal e
xpd.
Keh
ati.
016
.960
00
016
.960
16.9
600
Loka
kary
a Bi
-nat
iona
l ttg
. pen
gala
man
TBC
(ITT
O)
030
.000
00
030
.000
30.0
000
Pani
tia P
enga
rah
Proy
ek (I
TTO
)1.
000
1.00
00
00
2.00
02.
000
0Ak
an d
ilanj
utka
n jik
a ba
ntua
n IT
TO k
edua
ters
edia
.R
apat
FoM
MA/
Lem
baga
Ada
t (D
anid
a)10
.000
18.0
0018
.000
19.0
0019
.000
84.0
0065
.000
19.0
00R
apat
Bad
an P
enas
ihat
FoM
MA
(Dan
.)8.
000
8.00
08.
000
9.00
09.
000
42.0
0033
.000
9.00
0Pe
latih
an k
arya
wan
WW
F da
n Fo
MM
A (D
an.)
6.00
09.
000
11.0
0011
.000
11.0
0048
.000
37.0
0011
.000
Loka
kary
a pe
rtuka
ran
Inte
rnas
iona
l ttg
.12
.000
00
00
12.0
0012
.000
0
Tam
an &
Mas
yara
kat L
okal
(Dan
ida)
Pela
tihan
Mas
yara
kat d
alam
Pen
gelo
laan
Tam
an10
.000
10.0
000
00
20.0
0020
.000
0D
apat
men
cari
tam
baha
n da
na, m
elal
ui b
antu
an IT
TO k
e du
a at
au s
umbe
r lai
n.To
tal:
90.8
8013
4.84
069
.000
71.0
0071
.000
436.
720
301.
720
135.
000
BIA
YA O
PER
ASI
ON
AL
Kant
or P
usat
WW
F di
Tar
akan
(Dan
ida)
16.5
0016
.500
16.5
0016
.500
16.5
0082
.500
66.0
0016
.500
Term
asuk
sew
a, te
lp.,
listri
k, s
upla
i, pe
mel
ihar
aan
dll.
Empa
t Pos
Lap
anga
n W
WF
(Dan
ida
& W
WFG
)8.
000
8.00
08.
000
8.00
08.
000
40.0
0032
.000
8.00
0Te
rmas
uk s
ewa
dan
supl
ai.
WW
F La
lut B
irai (
Tota
l)14
.000
14.0
0014
.000
14.0
0014
.000
70.0
0014
.000
56.0
00Te
rmas
uk m
akan
an, s
upla
i, pe
rjala
nan
ke P
ujun
gan
& da
ri Tr
knKa
ntor
Pus
at s
ewaa
n PK
A, b
ahan
hab
is p
akai
, dl
l.48
.300
48.3
0048
.300
48.3
0048
.300
241.
500
96.6
0014
4.90
0Bi
ka k
.p. c
epat
dib
angu
n, le
bih
bany
ak u
ang
ters
edia
unt
uk k
egia
tan
lain
?To
tal:
86.8
0086
.800
86.8
0086
.800
86.8
0043
4.00
020
8.60
0
PEN
DID
IKA
N &
PEN
YAD
AR
AN
Dua
Pub
likas
i Ker
agam
anha
yati
(ITTO
)0
30.0
000
00
30.0
0030
.000
0Pu
blik
asi h
asil
surv
ey; i
deal
nya
jika
sala
h sa
tu ta
rget
ada
lah
mas
yara
kat l
okal
Kunj
unga
n Be
laja
r Pim
pina
n Ka
bupa
ten
(ITTO
)15
.000
15.0
000
00
30.0
0030
.000
0M
ungk
in k
e W
asur
dan
/ata
u Ta
man
Nas
iona
l Kak
adu
di A
ustra
liaSe
min
ar u
ntuk
Pim
pina
n Pr
op. &
Kab
. (IT
TO)
1.00
00
00
01.
000
1.00
00
Sosi
alis
asi R
enca
na P
enge
lola
an (I
TTO
)1.
000
1.00
00
00
2.00
02.
000
0U
ntuk
par
tisip
asi k
arya
wan
PKA
dan
KSD
A (m
elip
uti b
iaya
per
jala
nan,
dll.)
Sosi
alis
asi R
enca
na P
enge
lola
an (
WW
FG)
19.2
500
00
019
.250
19.2
500
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)V
I-88
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
BAB VII
PENJADWALAN DAN PENTAHAPAN
Proyek-proyek kawasan lindung di Indonesia dan negara lain telah dikritik karenaterlalu mengandalkan pendekatan “cetak biru” yang secara intensif direncanakan padapengelolaan dan pengembangan (World Bank 1997). Suatu pendekatan “cetak biru”akan sesuai kalau keluarannya jelas dan nyata, sebagian besar variabel kuncinya dapatdipelajari dan dipahami sebelumnya, kegiatan yang diperlukan dapat dikurangi menjadiserangkaian langkah yang sederhana dan mekanis, dan sedikit berpikir strategis,kreativitas atau penilaian yang canggih diperlukan selama pelaksanaannya. Sepertihalnya kritik yang dilontarkan, karakteristik ini adalah khas untuk pembangunanjembatan atau gedung, bukan untuk proyek-proyek konservasi dan pembangunanterpadu.
Kritik menganjurkan bahwa pendekatan rancangan cetak biru yang baku perlu digantidengan alternatif lain yang lebih disesuaikan menuju penyusunan identifikasi masalahdan kemampuan memecahkan diantara orang-orang yang terlibat, atau seluruh pihakyang berkepentingan dengan kawasan lindung . Perencanaan dikembangkan awalnyadalam skala yang luas, dan kemudian bisa menjadi lebih rinci pada saat pihak-pihakyang berkepentingan memperoleh pengalaman, pengetahuan dan keyakinan. Rencanaseperti itu juga fleksibel dan dapat diubah berdasarkan pada pengalaman. Pendekatanini disebut sebagai manajemen adaptif.
Oleh karenanya, penjadwalan yang dikemukakan dalam bab ini hendaknyadipertimbangkan lagi sebagai arahan umum dan bukan instruksi langkah demi langkah.Mengingat pendanaan masih belum jelas, sebagian besar pekerjaan memerlukan bantuandari instansi pemerintah yang lain atau LSM, dan karena banyak keputusan kuncimasih belum dibuat yang akan mempengaruhi taman nasional baik secara langsungmaupun tidak langsung, tidaklah mungkin untuk mengembangkan perencanaan yangsangat tepat. Rencana yang lebih rinci disajikan untuk masa 5 tahun pertama. Rencanayang lebih rinci untuk masa 5 tahun berikutnya akan dikembangkan berdasarkanpengetahuan dan pengalaman yang diperoleh, serta perkembangan baru yang akanmempengaruhi keadaan TNKM di masa depan.
Dalam jadwal kerja ini, kegiatan yang direncanakan untuk tahap berikutnya dapatdilaksanakan lebih awal kalau karyawannya mampu menyelesaikan tugas-tugas prioritasyang lebih tinggi yang dijadwalkan untuk tahap sebelumnya dan jika seandainya danayang ada cukup tersedia.
A. Batas Taman dan Masalah Zonasi
Periode 5 Tahun Pertama
Kegiatan yang paling penting di kawasan ini adalah menyelesaikan batas taman
Kat
egor
i Ang
gara
n U
tam
a20
0120
0220
0320
0420
05To
tal
Tota
lJu
mla
hK
omen
tar/A
sum
siD
iper
luka
nda
naya
ng h
arus
Ber
jala
ndi
dapa
tkan
DANA
CAD
ANG
AND
ari b
antu
an D
anid
a37
.000
38.0
0046
.000
50.0
000
171.
000
171.
000
0D
ana
cada
ngan
ters
edia
han
ya ji
ka b
antu
an b
aru
dida
patk
an.
Dar
i Ban
tuan
WW
FG5.
000
2.50
00
00
7.50
07.
500
0D
ari B
antu
an To
tal F
ound
atio
n0
00
00
00
0To
tal:
42.0
0040
.500
46.0
0050
.000
017
8.50
017
8.50
00
GR
AN
D T
OTA
L:78
1,73
11,
014,
142
575,
878
598,
029
294,
630
3,52
8,99
52,
551,
720
751.
875
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)V
I-90
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-91Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
mempelajari kembali apakah tambahan Zona Inti memang diperlukan dan dimanaharus diletakkan dan apakah zona lain seperti Zona Rimba, perlu dikembangkan.
Kegiatan lainnya adalah menentukan apakah lebih banyak diperlukan pemancanganpal, penandaan batas secara fisik dan letaknya. Daerah prioritas adalah tempat-tempatdimana tidak terdapat batas alam yang mudah dilihat seperti sungai, pembagi daerahaliran sungai, puncak gunung, dsb.
Periode 5 Tahun Ketiga, Keempat dan Kelima
Melanjutkan pengujian ulang masalah-masalah seperti apakah perlu untuk mengubahbatas-batas zona yang ada atau menambahkan Zona Rimba, Zona Inti atau zona barulainnya serta apakah diperlukan lebih banyak pemancangan pal perbatasan .
B. Mengelola Flora, Fauna dan Ekosistem
Periode 5 Tahun Pertama
Inventarisasi dan Penyebaran Jenis:
a. Melaksanakan survei keanekaragaman hayati untuk mengisi celah-celah pemahamanpengetahuan dan/atau pengkajian kawasan tertentu. Target utama adalah tipe habitatyang belum disurvei, dan daerah yang berpotensi memiliki populasi jenis yangterancam punah. Banyak survei semacam ini yang akan membutuhkan danatambahan di luar yang sudah diperoleh WWFI pada periode ini.
b. Melaksanakan inventarisasi yang lebih rinci atas taksa khusus flora dan fauna yangbelum disurvei secara memadai hingga saat ini dengan menggunakan sarana surveiyang lebih teliti, seperti penggunaan jaring kabut dan pemakaian gelang pada burung,perangkap mamalia kecil dan berbagai metoda untuk herpetofauna.
c. Mencari dana untuk survei ekspedisi bersama terhadap keanekaragaman hayatidengan partisipasi oleh tim terkoordinir tediri dari pakar lokal, regional daninternasional di bidang keanekaragaman hayati flora dan fauna tropis.
d. Menganalisis status sisa-sisa populasi Badak dan Orang Utan di TNKM.
Pembinaan Habitat:
a. Merekrut pakar pembinaan padang gembala untuk membantu memperbaikipengelolaan padang rumput di lembah hulu Sungai Bahau.
b. Bekerjasama dengan masyarakat Apau Ping untuk memelihara padang rumputsecara teratur dengan pembakaran.
Pemanenan berkelanjutan oleh masyarakat setempat atas tumbuhan dan satwa dariTNKM :
a. Menyelesaikan kesepakatan dengan FoMMA dan masyarakat setempat mengenaipengelolaan pemanenan flora dan fauna dari TNKM, termasuk jenis mana yang
VII-92 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
nasional. Kegiatan awal yang penting adalah pemecahan masalah batas TNKM yangtimbul di beberapa tempat dengan peta-peta yang berbeda, seperti peta SK penunjukantaman nasional dan peta Tata Ruang Propinsi. Peta-peta tersebut tidak cocok apakahdaerah bagian Sungai Tubu, Sungai Menabur dan Sungai Kat berada di dalam atau diluar TNKM.
Tugas prioritas lain adalah bekerja dengan masyarakat setempat di daerah Krayandan Tubu untuk mempertegas batas sementara dan menentukan batas akhir tamannasional. Batas akhir akan tergantung pada hasil pelaksanaan perencanaan tata-gunalahan yang lebih rinci. Komponen kunci dari rencana ini adalah mengidentifikasidaerah yang sesuai untuk pengembangan ekonomi jangka panjang, serta daerah yangkarena keragaman hayatinya yang tinggi, tanahnya yang miskin, lerengnya yang curamatau alasan yang lain paling baik dipertahankan untuk hutan tetap. Idealnya, daerahtersebut dipertahankan di dalam taman nasional. Daerah yang sangat penting adalahSungai Kemeluh di Krayan Hilir, hulu S. Kalun, S. Menabur, dan S. Menabur Icit diWilayah Adat Punan Tubu, S. Bulu’ dan sungai lain yang mengalir dari Selatan diKrayan Hulu dan punggung bukit Hutan Lindung di tepi bagian barat Wilayah AdatKrayan Tengah.
Untuk daerah-daerah yang batas-batas taman nasionalnya sudah disetujui, peta-petarinci yang menunjukkan lokasi batas hendaknya dibagikan kepada masyarakat. Duamacam peta yang perlu diberikan kepada masyarakat, satu pada skala Wilayah Adatdan satu lagi pada tingkat wilayah desa. Peta-peta ini hendaknya menunjukkan lokasizona inti yang sudah disetujui oleh masyarakat.
Peta yang menunjukkan batas taman nasional juga perlu dibagikan kepada perusahaanpenebangan kayu (HPH) yang berbatasan dengan taman nasional, perusahaanpertambangan yang memiliki ijin eksplorasi dan instansi pemerintah terkait di tingkatkecamatan, kabupaten dan propinsi. Hal ini akan membantu menyelesaikan masalahbatas taman nasional yang terletak di lokasi yang berbeda pada beberapa jenis petayang memiliki dan digunakan oleh instansi pemerintah yang berbeda pula. Perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan baik.
Mengingat bahwa batas-batas alam yang mudah dilihat telah ditetapkan di sebagianbesar lokasi, penandaan tapal batas tidak merupakan prioritas tinggi dan mungkinhanya akan memperingatkan masyarakat yang masih khawatir tentang pengambilanlahan mereka oleh pemerintah. Batas-batas areal HPH yang berbatasan dengan tamannasional hendaknya mendapatkan prioritas yang lebih tinggi untuk ditandai. Masyarakatmungkin akan lebih menerima penandaan batas HPH, kalau hal ini dilakukan dengancara partisipatif, maka keinginan masyarakat untuk mengetahui luas sebenarnya dariHPH tersebut dapat terpenuhi.
Periode 5 Tahun Kedua
Tugas pertama adalah menyelesaikan kegiatan yang dijadwalkan pada Periode I yangbelum diselesaikan. Tugas baru yang penting adalah bekerja dengan masyarakat untuk
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-93Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Malaya juga akan menjadi sasaran yang semakin penting bagi upaya penelitian danpengelolaan.
Hidrologi dan Iklim:
Memantau mata air untuk mencegah perusakan dan merehabilitasinya kalau perlu.
Rehabilitasi Taman:
Memantau masalah penghutanan kembali dan konservasi tanah, ikut campur-tanganbila diperlukan.
Periode 5 Tahun Ketiga, Keempat dan Kelima
Kegiatan-kegiatan dalam periode ini akan sangat mirip dengan kegiatan yang diuraikanuntuk Periode 5 Tahun Kedua. Dua tambahan kegiatan yang dianjurkan untuk periodeini adalah mendirikan stasiun pengukuran arus dan stasiun pemantau cuaca utamapada beberapa lokasi yang berbeda di sekitar TNKM. Stasiun-stasiun tersebut dapatdibangun di tahap yang lebih awal kalau dana dan waktu stafnya tersedia
C. Pemanfaatan Kawasan
Wisata Alam Berbasiskan Masyarakat
Rencana ini memperkirakan bahwa jumlah wisatawan tidak akan meningkat palingtidak selama dua tahun pertama periode pelaksanaan, tetapi akan ada pertumbuhansedikit demi sedikit setelah itu. Sebagian besar kegiatan penelitian dan pengembangandapat dilakukan secara bertahap selama periode 5 tahun sejalan dengan tersedianyadana dan tenaga.
Periode 5 Tahun Pertama
Penelitian dan Pemantauan :
a. Melakukan inventarisasi tempat-tempat yang memungkinkan, untuk pengkajianpotensi pariwisata dan untuk tujuan pemantauan dimasa yang akan datang.
b. Penelitian tempat-tempat berpotensi untuk wisma tamu masyarakat, terutama diApau Ping dan Long Layu, yang berada di ujung jalur pendakian prioritas utama.
c. Penelitian metode untuk mengatur wisma tamu dan warung-warung yang dimilikibersama oleh masyarakat.
d. Mencari cara yang sesuai untuk mengatur dan menjalankan dana masyarakat didesa-desa yang berlainan.
e. Mengupayakan dari toko-toko dan pedagang kerajinan tangan di bagian lainKalimantan jenis kerajinan mana yang paling digemari oleh wisatawan danmengetahui apakah masyarakat setempat mau menghasilkan lebih banyak barangkalau dibuatkan tempat-tempat penjualan.
VII-94 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
boleh diambil, jenis mana yang boleh dijual dalam jumlah terbatas, keterlibatanmasyarakat dalam pemantauan populasi jenis yang diambil, dan tanggapanpengelolaan ketika suatu jenis kelihatan terancam oleh pemanenan yang berlebihan.
b. Memantau populasi jenis yang umumnya dipanen.c. Peninjauan tahunan pada jenis yang boleh diambil dan menetapkan keputusan
tentang campur tangan pengelolaan untuk jenis yang sedang dipanen secaraberlebihan (kuota, penutupan kawasan, dsb.)
Periode 5 Tahun Kedua
Inventarisasi dan Distribusi Jenis:
Melanjutkan survei ke bagian-bagian lain dari taman nasional.
Reintroduksi, Rehabilitasi dan Pengayaan Jenis:
a. Mencoba merekrut ilmuwan dengan dana sendiri untuk mengkaji potensi peliarankembali atau pengayaan Badak dan/atau Orangutan di TNKM. Kelompok pakarIUCN mengenai Badak dan primata merupakan sumber yang memungkinkan untukbantuan semacam ini.
b. Memantau lenyapnya atau ancaman untuk lenyapnya jenis dari kawasan tamannasional, terutama habitat yang lebih kecil, lebih terpecah seperti hutan batukapurdan hutan kerangas serta padang rumput, dan melakukan pengayaan jenis di daerah-daerah ini jika seandainya peliaran ulang secara alamiah tidak memungkinkan danpengayaan dapat dilakukan secara teknis dan ekonomis.
Pembinaan Habitat:
a. Memantau habitat yang lebih kecil, mudah terganggu, seperti hutan batukapur dankerangas mengenai masalah yang dihadapi dan melakukan campur tanganpengelolaan bila diperlukan.
b. Melanjutkan pengelolaan padang rumput.
Pemanenan berkelanjutan oleh masyrakat setempat atas tumbuhan dan satwa dariTNKM:
a. Memantau populasi jenis yang umumnya dipanen.b. Peninjauan tahunan jenis yang boleh diambil dan menetapkan keputusan tentang
campur tangan pengelolaan untuk jenis yang sedang dipanen secara berlebihan(kuota, penutupan kawasan, dsb.). Mungkin perlu diantisipasi bahwa jenis yangterlihat umum atau cukup umum saat ini tetapi karena seringnya pemanenan akanmembuatnya semakin terancam. Lutung Abu-abu dan Lutung Merah serta Landak,yang diburu untuk mendapatkan batu empedu, sangat mungkin akan menjadiperhatian utama dalam upaya penelitian dan pengelolaan yang lebih mendalam.Kalau transportasi menjadi lebih baik dan kawasan TNKM menjadi terkait denganperdagangan gelap internasional empedu dan bagian lain beruang, Beruang Madu
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-95Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
f. Melaksanakan program pengembangan kerajinan tangan, meningkatkan mutuproduk bila diperlukan dan membuatnya lebih menarik bagi wisatawan.
g. Menjamin bahwa buah dan sayur yang dihasilkan dari program pengembanganproduk makanan akan dibeli, mungkin oleh WWF, tetapi hanya bagi produk yangsegar dan bermutu tinggi.
Pemasaran dan Promosi :
a. Membahas citra promosi dengan masyarakat setempat untuk menjamin bahwamereka senang dengan citra gambar dan kata-kata yang dipakai oleh WWF.
b. Membuat situs web yang memuat atraksi TNKM secara rinci saat daerahpengembangan pariwisata dan jalur utama telah ditentukan. Memastikan bahwasitus tersebut mempunyai alamat kontak bagi siapapun yang menginginkan informasilebih lanjut, memelihara dan menyempurnakan secara teratur. Pembuatan situsweb profesional dapat menelan biaya sekitar $5.000 - $7.000, namun biayapemeliharaannya sangat rendah. Biaya situs web dapat ditanggung bersama dengansitus-situs tentang kegiatan ekowisata di proyek-proyek WWF lainnya atau denganlembaga konservasi lainnya yang mengerjakan masalah ekowisata, seperti TheNature Conservancy dan Conservation International.
c. Memproduksi leaflet yang menggambarkan atraksi TNKM, jadwal transportasidan rute perjalanan yang potensial dan didistribusikan ke hotel-hotel yang digunakanoleh wisatawan bebas, di Kalimantan Timur dan diluar Kalimantan Timur: misalnyadi Sulawesi dan Sumatra.
d. Memproduksi leaflet yang berisi rincian atraksi di TNKM untuk para pakar(khususnya pengamatan burung) dan dikirim disertai dengan surat pengantar keperusahaan pariwisata yang khusus untuk pengamatan burung.
e. Mengundang operator wisata di Kalimantan Timur dan petugas pariwisata yangsangat membantu dalam kunjungan kekeluargaan TNKM bila sarana dasarnya sudahditempatkan, kalau dana untuk kegiatan yang mahal ini tersedia.
f. Berpartisipasi dalam pameran perdagangan untuk mempromosikan TNKM.g. Menghubungi para penerbit dan penulis buku petunjuk untuk mengundang mereka
ke kawasan atau menerima informasi tentang kawasan untuk edisi berikutnya.h. Mencoba untuk memastikan bahwa artikel perjalanan mengenai Kayan Mentarang
ditempatkan pada publikasi yang sesuai, misalnya di dalam majalah penerbangan,koran dan majalah di negara yang mengirim wisatawan. Ini dapat menjadi bagiandari spesifikasi pekerjaan bagi VSO (Voluntary Services Overseas) atau CUSOyang bekerja di proyek.
Periode 5 Tahun Kedua
Penelitian dan Pemantauan :
a. Memantau dampak pariwisata di tempat-tempat yang digunakan oleh wisatawanuntuk mengkaji dampak lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
b. Melanjutkan pertemuan dengan masyarakat setempat di daerah yang ditetapkanuntuk pengembangan pariwisata dan mengkaji daerah yang bersangkutan dan
VII-96 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
f. Mengidentifikasi operator pariwisata di Kalimantan Timur untuk menyebarkaninformasi mengenai TNKM.
Pengembangan Sumber Daya Manusia :
a. Memperoleh keahlian dalam pengembangan wisata-alam, baik melalui pelibatanLSM yang mengkhususkan diri dalam pengembangan wisata-alam, pakar wisata-alam PHKA, mendapatkan relawan dari VSO atau CUSO, atau cara-cara lain.
b. Menyelenggarakan program pelatihan keterampilan pemanduan, keramah-tamahantata boga dan pengelolaan usaha kecil, khususnya dalam peningkatan mutuakomodasi di rumah-rumah untuk wisatawan, mengajar memasak serta carapembukuan yang sederhana.
c. Mencari informasi apakah hotel-hotel di Long Bia, Tanjung Selor, Tarakan, ataukota-kota besar lainnya bersedia untuk melatih orang-orang dari desa dalamketerampilan keramah-tamahan. Peserta latihan akan menerima kesempatan bertemuwisatawan beserta kebutuhannya dan belajar unsur-unsur kesehatan dan sanitasiyang akan penting untuk pengembangan pariwisata di TNKM.
d. Mencari informasi apakah ada Sekolah Lanjutan Pariwisata (SLP) di kota-kotabesar Kalimantan Timur, dan seperti apa kurikulumnya, apakah hal ini akan bergunabagi pengembangan wisata-alam di TNKM.
e. Menempatkan orang-orang yang sesuai untuk pelatihan atau pendidikan di hoteldan SLP dengan beasiswa (Tahun 4,5).
f. Melaksanakan program kepedulian masyarakat yang dititikberatkan pada hubunganantara konservasi dan pariwisata serta menekankan peran WWF, agar masyarakatsetempat mengetahui bahwa setiap bantuan dari WWF dan instansi yang lain untukmembantu mengembangkan pariwisata mempunyai tujuan akhir yaitu meningkatkankonservasi kawasan lindung.
g. Menyelenggarakan kunjungan kekeluargaan bagi penduduk desa tertentu yangterlibat dalam pariwisata ke tempat lain dimana wisata alam sedang dilaksanakan,terutama di daerah Dayak di dekat Sabah dan Serawak. Kalau dananya tersedia,kunjungan lain dapat direncanakan ke tempat-tempat seperti Gunung Halimun (JawaBarat) dan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Seloliman (Jawa Timur).
Pengembangan Produk :
a. Memilih daerah yang paling sesuai untuk pengembangan pariwisata.b. Memperbaiki jalan setapak yang kemungkinan besar akan digunakan oleh
wisatawan, dengan prioritas tertinggi diberikan pada jalur dari Long Layu ke ApauPing.
c. Membangun menara pengamatan hidupan liar atau persembunyian didekat LalutBirai dan di padang rumput Apau Ping.
d. Membawa kerajinan dari daerah diluar zona pengembangan pariwisata ke daerahdimana wisatawan berada.
e. Merancang dan mencetak panduan bagi wisatawan untuk dibagikan di kantor danakomodasi PHKA.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-97Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Periode 5 Tahun Ketiga, Keempat dan Kelima
Penelitian dan Pemantauan :
a. Melanjutkan pemantauan dampak terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial budayadi daerah pengembangan pariwisata.
b. Melanjutkan memastikan bahwa masyarakat setempat mempunyai saluran untukmengemukakan kekhawatiran dan pendapat mereka. Memecahkan setiap masalah.Melanjutkan mendorong penduduk untuk lebih terlibat dalam pariwisata.
c. Melanjutkan survei wisatawan untuk mengkaji tingkat kepuasan dan kemungkinanprofil pengunjung: misalnya apakah terdapat lebih banyak wisatawan dengan minatumum dan lebih sedikit dengan minat petualangan ?
d. Menyelidiki kemungkinaan penggunaan perlengkapan arung jeram di dalamkawasan.
Pengembangan Produk :
a. Melanjutkan program pelatihan dalam pemanduan alam, keramah-tamahan,ketrampilan tata boga dan pengelolaan usaha kecil.
b. Memelihara wisma tamu yang ada dan membangun yang baru kalau terdapat cukupwisatawan untuk mengisinya. (Kalau memang begitu masalahnya, pengusahasetempat pasti sudah memulai menyediakan lebih banyak akomodasi secaraspontan).
c. Menjamin bahwa jalan setapak, menara pengamatan dan tempat persembunyiantetap dipelihara.
d. Melanjutkan pengembangan produk kerajinan tangan kalau masih diperlukan.e. Menyesuaikan struktur dana masyarakat dan pembayaran biaya pemeliharaan jalan
setapak kalau perlu.f. Kalau pengusahaan arung jeram kelihatan memungkinkan, mengirim orang setempat
untuk dilatih mengendalikan perahu karet untuk arung jeram di daerah lain diIndonesia (jika perlu).
g. Membantu mendirikan perusahaan arung jeram berbasiskan koperasi.
Pemasaran dan Promosi :
a. Memelihara dan memperbarui situs web TNKM.b. Melanjutkan memproduksi bahan promosi atraksi TNKM dan mendistribusikannya.c. Melanjutkan pengiriman bahan-bahan mengenai TNKM ke perusahaan pariwisata
khusus - saat ini perusahaan khusus wisata alam seharusnya sudah tertarik.d. Memastikan bahwa penerbit dan penulis buku panduan tetap peduli dengan TNKM.e. Melanjutkan mendorong penerbitan artikel perjalanan mengenai Kayan Mentarang
dalam publikasi yang sesuai.f. Kemungkinan pemasaran untuk kursus keluar kawasan kalau potensinya telah
dipastikan.
VII-98 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
antusias. Memecahkan setiap masalah. Melanjutkan mendorong masyarakatsetempat untuk ikut terlibat dalam pariwisata.
c. Survei wisatawan untuk mengkaji tingkat kepuasan mereka.d. Melanjutkan meneliti daerah-daerah lain dengan potensi pariwisata.e. Mencari kemungkinan untuk mengadakan semacam kegiatan petualangan bagi
warga asing dan usahawan Indonesia dari Kalimantan Timur atau dari mana saja.
Pengembangan Sumber Daya Manusia :
a. Melanjutkan program pelatihan dalam pemanduan, produksi dan pemrosesanmakanan, keramah-tamahan, ketrampilan tata boga dan pengelolaan usaha kecil.
Pengembangan Produk :
a. Mengirim masyarakat setempat yang berbakat ke daerah yang memiliki pemanduanpengamatan burung lokal yang baik untuk dilatih, misalnya Tangkoko Dua Saudaradi Sulawesi Utara.
b. Dalam tahap ini mungkin jumlah pengunjung di beberapa daerah sudah cukupmeningkat sehingga akan lebih diperlukan untuk membangun wisma tamu di desadaripada wisatawan terus menginap di rumah-rumah penduduk, khususnya di LongLayu dan Apau Ping.
c. Memperbaiki lebih banyak jalur yang digunakan oleh wisatawan dan memastikanbahwa yang sudah ada tetap dipelihara.
d. Menjamin bahwa menara pengamatan hidupan liar atau tempat persembunyiantetap dipelihara.
Pemasaran dan Promosi :
a. Memastikan bahwa situs web TNKM (atau situs web bersama) dipelihara dandiperbarui.
b. Memproduksi lebih banyak leaflet yang menggambarkan atraksi TNKM, dandidistribusikan ke hotel-hotel yang digunakan oleh wisatawan bebas, baik diKalimantan Timur maupun diluar Kalimantan Timur.
c. Memproduksi leaflet untuk memperbarui atraksi di TNKM untuk para pakar(khususnya pengamatan burung) dan dikirim ke perusahaan pariwisata yang khususuntuk pengamatan burung.
d. Memastikan bahwa para penerbit dan penulis buku panduan mengetahui TNKMdan meminta agar memasukkan informasi tentang kawasan dalam edisi merekayang berikutnya, kalau mereka belum melakukannya.
e. Mencoba untuk memastikan bahwa artikel perjalanan mengenai Kayan Mentarangditempatkan pada publikasi yang sesuai, misalnya didalam majalah penerbangan,surat kabar dan majalah di negara yang mengirim wisatawan
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-99Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Juga penting untuk memulai mengangkat dan melibatkan ilmuwan dari lembagapenelitian dan mahasiswa. Karyawan PHKA dan/atau WWFI tidak dapat melaksanakanseluruh penelitian yang dibutuhkan. Sangatlah penting untuk melibatkan fakultas danmahasiswanya dari Universitas Mulawarman di Samarinda dan dari tempat lain diIndonesia, Asia Tenggara, Eropa dan Amerika. Untuk mendukung para ilmuwandan mahasiswa, perlu dilakukan pembaharuan dan perbaikan prosedur untuk lamarandan administrasi penelitian, beserta peraturannya, kebutuhan dan tanggungjawab parapeneliti.
Penelitian Habitat :
a. Mengidentifikasi tipe-tipe habitat yang dikenal oleh masyarakat setempat dan diperiksa silang dengan sampling lapangan dan hasil survei cepat keragaman hayatidan memetakan habitat tersebut.
b. Melanjutkan program penelitian pada plot vegetasi yang sudah dibuat di StasiunPenelitian Hutan Lalut Birai.
c. Membuat plot vegetasi baru di habitat sekitar Stasiun Lalut Birai yang belummempunyai plot semacam itu.
Penelitian Skala Bioregional :
a. Menyelenggarakan lokakarya untuk mengembangkan studi jangka panjang bersamamengenai kebutuhan Babi Hutan atas lahan diluar TNKM untuk mencari makan,berkembang biak dan tujuan lain.
b. Bekerjasama dengan CIFOR dan mitra lain untuk melaksanakan rencana penelitianBabi Hutan jangka panjang.
c. Menyelenggarakan studi kepustakaan tentang perpindahan potensial dan aktualfauna lain kedalam dan keluar TNKM dan mengembangkan rencana jangka panjangpenelitian bioregional.
d. Merekrut ilmuwan dan mahasiswa untuk melaksanakan rencana penelitianbioregional jangka panjang.
e. Mengidentifikasi koridor habitat yang berpotensi antara TNKM dan habitat pentingdi luar TNKM.
f. Bekerjasama dengan instansi Pemerintah Daerah Kabupaten untuk mencobamelestarikan habitat tersebut beserta koridor habitat.
g. Memulai kerjasama lintas-batas dengan Sabah dan Serawak dalam pertukaraninformasi ilmiah dan lain-lain dengan tujuan untuk meningkatkan pengelolaankawasan lindung dan sisa-sisa habitat alami di dalam daerah perbatasan. Organisasikontaknya adalah Kementerian Pengembangan Pariwisata dan Lingkungan Sabah,Departemen Kehutanan Sabah, Sabah Museum, University Malaysia Sabah, WWFMalaysia - Sabah, GTZ/WCS Project, DANCED dan lain-lain.
Penelitian Jenis :
a. Bekerjasama dengan masyarakat setempat untuk mengidentifikasi lokasi lahanmereka dan tipe habitat vegetasi yang penting untuk jenis prioritas dan mengapa;
VII-100 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kegiatan Peningkatan Pendidikan dan Penyadaran
Periode 5 Tahun Pertama
Tahun pertama akan dicurahkan untuk mengembangkan rencana program pendidikandan penyadaran yang lebih rinci untuk masing-masing kelompok peserta sasaran yangdiidentifikasi dalam Rencana Pengelolaan; misalnya masyarakat setempat, lembagapemerintah, sektor swasta dan wisatawan. Dua prioritas tertinggi peserta sasaranadalah instansi pemerintah dan karyawannya serta masyarakat setempat. Rencana inihendaknya menyertakan informasi untuk setiap kelompok sasaran, misalnya tujuandan kandungan informasi yang disajikan, juga kegiatan dan media yang dapatdigunakan. Mitra berpotensi yang perlu dilibatkan dalam mengembangkan rencanaini adalah Departemen Pendidikan Nasional dan bagian informasi dari instansipemerintah kabupaten dan propinsi yang aktif di kawasan TNKM serta wakil-wakilmasyarakat.
Sebagai tindak lanjut upaya ini, berbagai media dan kegiatan perlu dipersiapkan, diujidengan kelompok-kelompok yang mewakili peserta sasaran, dimodifikasi berdasarkanmasukan yang didapatkan dari kelompok uji, disampaikan dan dampaknya dievaluasi.
Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
Dalam periode berikutnya sebagian besar kegiatan akan masih tetap sama. Kalaudananya tersedia, dianjurkan adanya penyelenggaraan lokakarya untuk perencanaandan pengembangan tambahan. Sektor pariwisata dan swasta perlu menjadi perhatianutama upaya program pendidikan dan penyadaran di periode kedepan ini.Pengembangan program untuk pramuka dan kelompok pemuda akan menjadi semakinpenting karena transportasi akan membuka taman nasional untuk dikunjungi kelompok-kelompok tersebut dari daerah luar di dekat TNKM. Kalau dana yang lebih besardapat diperoleh, juga penting untuk memberikan kesempatan pendidikan kepadamasyarakat setempat, terutama untuk kursus jangka pendek, program bergelar dansebagainya.
D. Penelitian dan Pengembangan
Periode 5 Tahun Pertama
Masalah Umum:
Tujuan umum yang penting adalah mendapatkan dana untuk menyelenggarakanlokakarya internasional multi-disiplin untuk meninjau kembali apa yang sudah diketahuitentang keragaman hayati taman, mengidentifikasi kekosongan dalam pengetahuanini dan merancang program penelitian untuk mengisi kekosongan ini. Rencana danjadwal penelitian yang dikemukakan disini dapat berfungsi sebagai titik awal untukpembahasan pada lokakarya tersebut dan keluaran utama dari lokakarya ini diharapkanberupa rencana dan jadwal penelitian yang sudah diperbaiki.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-101Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
E. Penegakan Hukum dan Perlindungan Kawasan
Periode 5 Tahun Pertama
Kegiatan kunci dalam periode ini adalah:
a. Menghentikan segala pengambilan sumber daya alam oleh orang dan perusahaandari luar, terutama untuk gaharu.
b. Memantau populasi satwa dan tumbuhan yang diburu/dipungut untuk mencegahpemanfaatan yang berlebihan.
c. Penegakan hukum pada jenis apa yang boleh diburu atau dipungut oleh masyarakatsetempat dan menggunakan cara apa.
d. Upaya program pendidikan dan penyadaran yang bukan hanya akan membinapengetahuan mengenai manfaat taman nasional, aspek pengelolaan berkelanjutan,kepunahan dan topik konservasi yang lain, tetapi juga membantu mengubah sikapdan kebiasaan.
e. Merundingkan peran penegakkan hukum dan tanggung jawab PHKA, FoMMAdan Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai bagian dari Nota Kesepakatan (MoU)yang diuraikan dalam Bagian F dari bab ini.
f. Memulai kerja proaktif untuk mencegah masalah-masalah yang berhubungan dengankebakaran hutan, penebangan, penambangan, jalan, berbagai ancaman dari daerahpenyangga di Malaysia, pengambilan berlebihan terhadap jenis (terutama burungCucak Rawa dan Banteng), hama, parasit dan penyakit.
g. Bereaksi terhadap ancaman kalau upaya proaktif gagal.
Periode 5 Tahunan Yang Tersisa
Pekerjaan di periode-periode berikutnya kemungkinan besar akan sama seperti padatahap 5 tahun pertama. Namun demikian, intensitas dan bahaya dari ancaman akanberubah dengan berjalannya waktu. Sebagai contoh, jenis baru mungkin akan terancamdengan pemanenan berlebihan. Hama, parasit, penyakit dan introduksi jenis dari luaryang agresif mungkin akan menjadi ancaman yang lebih besar dimasa depan mengingatdaerah penyangga TNKM akan mengalami pengembangan dan intensifikasi pertanian.Ancaman polusi juga akan meningkat sejalan dengan berkembangnya kawasan.
F. Pengembangan Kelembagaan
Periode 5 Tahun Pertama
Mengembangkan Sistem dan Struktur Pengelolaan Bersama:
Tugas yang paling penting dalam lima tahun pertama Fase Pelaksanaan RencanaPengelolaan adalah membentuk Dewan Penentu Kebijakan.
Sebuah Nota Kesepahaman (MoU) yang rinci harus disusun oleh ketiga pihak yangdiwakili dalam DPK, FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah Daerah. Beberapa aspek
VII-102 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
mencocokkan pengetahuan mereka dan menguji-silang dengan hasil dari surveidan ekspedisi keragaman hayati.
b. Merekrut pakar untuk menulis rencana pengelolaan jenis dan membantumelaksanakan rencana tersebut.
c. Melaksanakan penelitian tentang ekologi jenis yang biasa dipanen, terancam danjenis indikator, khususnya Banteng dan Burung Cucak Rawa.
d. Melaksanakan penelitian pada populasi jenis indikator dan yang biasa dipanen,melalui perkiraan densitas pada jalur, pemahaman masyarakat setempat terhadappopulasi jenis-jenis tersebut dan titik sampel.
Pengaruh Dampak Manusia pada Lingkungan
Pengelola taman sebaiknya merekrut ilmuwan dan mahasiswa untuk meneliti pengaruhpositif dan negatif dari kegiatan manusia pada lingkungan dan keanekaragaman hayatiTNKM, termasuk:
a. Pengaruh peladangan berpindah terhadap suksesi hutan dan keanekaragaman satwa,b. Pengaruh kemah hutan sementara oleh pencari gaharu, buah dan kemah hutan
lainnya terhadap suksesi vegetasi dan keanekaragaman satwa,c. Keberlanjutan pemanenan tumbuhan dan satwa,d. Efektifitas dan dampak dari berbagai cara untuk mengelola pemanenan flora dan
fauna, seperti kuota, zona inti, pembatasan ukuran atau jenis kelamin dan sebagainya.
Sistem Informasi Geografis :
Adalah sangat penting untuk memelihara dan meningkatkan sistem GIS yang dibangunoleh Proyek Kayan Mentarang WWF Indonesia.
Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
Sebagian besar pekerjaan dalam periode akhir Tahap Pelaksanaan Rencana Pengelolaanakan sama. Idealnya, pekerjaan penelitian akan lebih canggih, kompleks dan rincikarena lebih banyak hal tentang TNKM telah dipelajari. Beberapa contoh bagaimanaprogram penelitian akan berubah seiring berjalannya waktu adalah:
a. Perubahan pusat perhatian ke jenis dan/atau habitat yang berbeda karena ancamanyang berubah atau karena penelitian mengungkapkan informasi baru.
b. Pelaksanaan rencana pengelolaan jenis karena rencana tersebut sudah diselesaikan.c. Metoda penelitian populasi yang lebih kompleks akan dapat diterapkan karena
lebih banyak informasi dasar mengenai preferensi habitat dan jumlah jenis sudahdiperoleh, dan karena jumlah karyawan dan anggaran bertambah. Hal ini termasukmetoda-metoda seperti studi “tangkap - tandai - lepas”, Analisis kelangsunganhidup populasi atau Population Viability Analyses (PVA), Populasi Satwa Bergerakatau Mobile Animal Population (MAP) atau model populasi dipadu dengan tataruang menggunakan sistem informasi geografis.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-103Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
Mengembangkan Sistem dan Struktur Pengelolaan Bersama:
MoU akan terus dilaksanakan dan ditinjau kembali secara berkala. Dalam jangkapanjang, setelah FoMMA mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dalampengelolaan taman melalui pelatihan tambahan dan pengalaman, mampu menghimpunlebih banyak dana, menunjukkan kepada PHKA komitmennya untuk melindungiTNKM, Dewan Penentu Kebijakan dapat mempertimbangkan untuk memberikan lebihbanyak tanggung jawab pengelolaan kepada FoMMA. PHKA juga dapatmempertahankan karyawannya sendiri untuk tujuan-tujuan seperti pelatihan, penegakanhukum, dukungan teknis, penelitian dan pemantauan. Ini dapat meliputi penyediaanhibah pengelolaan kepada FoMMA kalau masalah pendanaan PHKA saat ini dapatdipermudah.
G. Koordinasi
Periode 5 Tahun Pertama
a. Menjadwalkan sedikitnya kunjungan tahunan ke instansi pemerintah yang terkaitpada tingkat Kabupaten dan Propinsi.
b. Menjadwalkan kunjungan tahunan ke kantor perusahaan pengusahaan hutan (HPH)di lapangan, serta kantor pada tingkat yang lebih tinggi di ibukota Kabupaten danPropinsi.
c. Berpartisipasi dalam Pertemuan Rakorbang yang sudah dijadwalkan.d. Berpartisipasi dalam pertemuan Koordinasi Lintas-Batas Kalimantan, Sabah dan
Serawak serta Pertemuan Perencanaan.e. Memfasilitasi forum khusus satu hari komunikasi dan koordinasi taman atau rapat
terbuka di kedua ibukota Kabupaten dan Propinsi, dengan mengundang instansipemerintah, LSM, perusahaan swasta dan masyarakat.
Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
Program untuk periode-periode ini akan banyak persamaannya dengan periode 5 tahunpertama. Dua pengembangan baru yang mungkin dapat dipertimbangkan adalah:
a. Pengembangan Forum Sektor Swasta yang lingkupnya menyerupai hubungankemitraan yang ada di Taman Nasional Kutai.
b. Pengembangan Forum Koordinasi yang lebih formal sebagaimana yang pernahdiinginkan oleh komite yang dibentuk oleh WWFI Proyek Kayan Mentarang untukmembuat rekomendasi pada topik ini.
Keputusan tentang masalahan-masalah ini harus dibuat berdasarkan pengalamanyang diperoleh dari 5 tahun pertama, keadaan yang berhubungan dengan TNKMdi masa depan, dan pada pembahasan dan negosiasi yang melibatkan PHKA, FoMMA,
VII-104 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
kunci dari Nota Kesepahaman ini adalah rincian peran pengelolaan, tanggung jawabdan tugas masing-masing pihak, apa yang terjadi apabila tanggung jawab tidak dipenuhi,metode penyelesaian konflik dan struktur dan prosedur kerja Badan Pelaksana. Sebuahkelompok kecil dari dua atau tiga orang dari masing-masing pihak yang palingberkepentingan (FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah daerah) atau 6 sampai 9orang, dapat menulis konsep SK Dewan Penentu Kebijakan, meminta masukan dansaran-saran dari kelompok stakeholders yang lebih besar, merevisi konsep SKberdasarkan masukan dan saran-saran dan mengirim SK ke Menteri Kehutanan untukditanda tangani dan diterbitkan.
Mengembangkan FoMMA sebagai Bagian Kunci dari Sistem Pengelolaan BersamaTNKM:
• Menyelesaikan struktur, keanggotaan, Anggaran Dasar dan Rumah Tangga,prosedur dan permasalahan pengelolaan lain yang berhubungan dengan FoMMAdan PHKA.
• Merancang dan melaksanakan program pelatihan dalam pengelolaan taman nasionaldan sumber daya alam yang meningkatkan pengetahuan lokal ekologi yang telahada di masyarakat untuk meningkatkan kapasitas FoMMA dalam Dewan PenentuKebijakan dan Badan Pelaksana.
• Membentuk dan mengelola sebuah dewan penasihat untuk FoMMA.• Mengatur dan memfasilitasi pertemuan FoMMA dan Dewan Penasihat FoMMA.• Mengembangkan kemampuan FoMMA dalam menghimpun dana dan penyiapan
dan penyerahan rencana pengembangan taman dan daerah penyangga kepada donormisalnya Pemerintah Indonesia dan badan donor Internasional.
Peran PHKA dan WWFI:
Dalam tahap ini WWFI harus merekrut, mengenalkan dan melatih karyawan baru,juga memindahkan kantor proyeknya dari Samarinda ke Tarakan, serta melaksanakanhibah baru dari Danida.
Peran minimum untuk PHKA/KSDA adalah menugasi petugas perantara (liaisonofficer) di Badan Pelaksana dan diwakili di Dewan Penasihat FoMMA. Kalau tersediacukup dana, mungkin akan tersedia kalau bantuan ITTO untuk TNKM diterima padaawal 2001, PHKA/KSDA mungkin juga menugasi karyawan lain untuk bekerja sebagaiBadan Pelaksana TNKM. Jika hal ini terlaksana, PHKA/KSDA dan Proyek KayanMetarang WWFI perlu bertemu dan membahas bagaimana bekerjasama danmenghilangkan kemungkinan terjadinya duplikasi atau upaya yang simpang-siur.
Pelatihan karyawan juga akan menjadi kegiatan yang penting bagi karyawan PHKAdan/atau WWFI.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-105Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Prioritas tertinggi adalah memindahkan landasan di Long Alango ke lokasi dimanadapat dibangun landasan yang lebih panjang. Hal ini akan memungkinkan digunakannyapesawat yang lebih besar dan dapat mengangkut lebih banyak penumpang, terutamawisatawan.
Lokasi prioritas untuk pos-pos jaga adalah di mulut Sungai Iwan, di bagian huluSungai Ketaman didekat Ketaman, di bagian hulu Sungai Jelet, dan di dua komplekspadang rumput disebelah barat desa Apau Ping di hulu Sungai Bahau.
Rencana 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
Mengingat pendanaan yang belum pasti untuk mendukung berbagai prasarana yangdirencanakan, mungkin sebagian besar akan dijadwalkan pada periode 5 tahun pertama,baru dapat dimulai atau diselesaikan pada periode sesudahnya. Hal ini terutama akanterjadi pada kantor pusat taman dan pusat pengunjung untuk FoMMA, dan/atau stafPHKA yang ditugasi untuk membantu FoMMA. Prasarana lain yang mungkin akanmulai dibangun pada tahap berikutnya, tergantung pada tersedianya dana adalah:
Pos Lapangan:
Sebuah pos lapangan diperlukan di desa Tau Lumbis. Tergantung pada hasilperencanaan tata-guna lahan yang akan menentukan apakah lahannya didalam WilayahAdat Punan Tubu, sebuah pos lapangan juga dianjurkan di desa Long Titi atau RianTubu. Hasil dari perencanaan tata-guna lahan yang serupa didalam Wilayah Adat diKecamatan Krayan juga akan menentukan apakah pos lapangan akan diperlukan diLong Layu. Kalau sebagian besar lahan didalam Kecamatan Krayan tetap beradadiluar taman nasional, maka kemungkinan pos lapangan Long Layu akan menggantikankantor di Long Bawan.
Perumahan Karyawan :
Perumahan staf mungkin akan diperlukan pada periode 5 tahun kedua, baik untukkaryawan dari FoMMA ataupun PHKA.
Transportasi Udara (tergantung pada tersedianya dana Kabupaten dan Propinsi):
• Membangun landasan udara di hulu Sungai Tubu.• Meningkatkan landasan udara Data Dian atau mencari tempat yang baru.• Meningkatkan landasan udara Long Pujungan,atau mencari lokasi baru di mana
dapat dibangun landasan yang lebih panjang.
Transportasi Sungai (tergantung pada tersedianya dana Propinsi atau Kabupaten):
• Membuat sebuah jeram, yang saat ini tidak dapat dilalui, tepat di atas Long Alangopada Sungai Bahau menjadi aman untuk perahu.
VII-106 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Propinsi, sektor swasta, dan pihak-pihakberkepentingan lainnya.
H. Mengembangkan Prasarana Pengelolaan dan Pemanfaatan
Periode 5 Tahun Pertama
Prioritas tertinggi dalam periode ini adalah mendirikan bangunan yang dapat berfungsisebagai kantor dan pusat pengunjung di Long Pujungan, Data Dian, dan Long Bawan,juga di Malinau kalau layak untuk membangun sebuah kantor pusat taman nasional.Jika dananya tersedia, perumahan staf juga harus dibangun.
Karena WWFI merencanakan untuk mengoperasikan kantor pusat proyeknya dariTarakan selama empat tahun pertama, bangunan kantor pusat di Malinau akandiperlukan hanya pada saat dibutuhkan oleh FoMMA dan/atau PHKA dan apabiladananya tersedia.
Perumahan staf tidak secara khusus diperlukan pada awalnya, karena karyawan WWFIakan menerima tunjangan perumahan yang dapat mereka gunakan untuk mendapatkanperumahan kalau mereka tidak berasal dari daerah di mana mereka ditugaskan.
Prioritas tertinggi untuk jalan setapak adalah yang menghubungkan antara Long Layudan Apau Ping, yang juga akan melewati padang rumput diantara kedua desa tersebut.Jalur ini memerlukan tempat menginap yang sederhana dan fasilitas toilet pada beberapatempat di sepanjang jalan. Pengunjung akan terus menyusur Sungai Bahau ke LongAlango, dimana mereka dapat terbang keluar atau melanjutkan menyusur sungai denganperahu ke Tanjung Selor jika mereka mempunyai banyak waktu.
Prasarana pariwisata lain yang berhubungan dengan jalan setapak ini adalah tempatpengintaian atau menara pengamatan di padang rumput dan jalan tajuk (canopy walk)atau menara di Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai didekat Long Alango. Memperbaikijalur masuk dari Sungai Bahau ke Lalut Birai juga diperlukan, serta perbaikan bangunanstasiun penelitian, sarana memasak, penelitian dan toilet. Wisatawan pada awalnyadapat tinggal dengan penduduk di rumah mereka atau wisma tamu masyarakat dapatdibangun kalau dananya tersedia.
Mengembangkan Prasarana Lalut Birai untuk penelitian yang lebih lama (1 sampai 2tahun) oleh ilmuwan dan mahasiswa lokal atau regional, termasuk sarananya(perumahan, laboratorium dan perpustakaan) untuk paling kurang 6 sampai 8 penelitiatau mahasiswa. Sebagian besar pekerjaan ini akan memerlukan dana diluar yangsudah diterima oleh WWFI untuk periode sekarang.
Dana Propinsi dan Kabupaten akan diperlukan untuk mengadakan Prasarana lainyang dibutuhkan untuk membantu pengembangan taman dan daerah penyangganya.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-107Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Mengembangkan suatu sistem untuk memantau populasi satwa dan tumbuhan yangumumnya diburu/dipungut untuk menjamin kelestarian sumber daya tersebut.
WWFI dan/atau PHKA juga dapat mengarahkan bantuan pembangunan dari pemerintahdaerah propinsi dan kabupaten kepada masyarakat setempat. Perencanaan tata-guna lahansebagaimana disebutkan dalam pembahasan penjadwalan batas dan zonasi akan membantumengidentifikasi kemungkinan pengembangan untuk kawasan ini. Ini akan meliputipembahasan dan analisis pendahuluan sistem transportasi yang sesuai untuk kawasanTNKM.
Beberapa kegiatan wisata alam, yang diuraikan di bagian lain dari bab ini, juga akan menjadiprioritas yang tinggi sejak dari tahun pertama dan seterusnya dalam seluruh periode.
Dalam tahun kedua atau ketiga, tergantung pada kemajuan dari kegiatan sebelumnya,kegiatan pengembangan pertanian dapat mulai mendapat lebih banyak perhatian danberlanjut ke tahun ke 5. Sebuah pendekatan alternatif adalah mengembangkan berdasarkanpengalaman “Kalimantan Upland Farming System Development Project (KUF)” yangdisponsori oleh GTZ, yang dimulai pada bulan Mei 1991 dan berakhir pada bulan April2000. Karyawan dari berbagai instansi pemerintah dan LSM di Kalimantan Timur sudahdilatih untuk menerapkan metode yang dipelajari dari proyek ini. Beberapa komponenpenting dari pendekatan ini adalah:
• Perencanaan pengembangan pertanian partisipatif jangka menengah pada tingkatKabupaten. Ini akan menjadi kegiatan yang berguna bagi kedua kabupaten baru Malinaudan Nunukan.
• Pelatihan wakil-wakil dari masyarakat pedesaan sebagai perantara untuk perencanaandesa dan pertanian melalui organisasi berbasis masyarakat yang berfungsi sebagaipenghubung antara masyarakat dan pemerintah.
• Pengembangan berbagai informasi khusus mengenai lokasi pertanian yang bergunauntuk meningkatkan teknologi pertanian, yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagaisarana latihan untuk para penyuluh pertanian, dan juga praktek di lahan pertanian.
Semua kegiatan ini akan membantu mengedepankan prioritas pengembangan pertanianyang sudah diidentifikasi, seperti pertanian padi sawah, kopi, kayumanis/cengkeh,memelihara kerbau, buah-buahan dan sebagainya.
Kegiatan pengembangan lain yang mungkin akan dimulai adalah menangkarkan burungCucak Rawa di kandang untuk mengurangi tekanan pada populasi di alam.
Masalah-masalah pembangunan dapat juga dibahas dan dikedepankan melalui kunjunganrutin karyawan taman ke kantor-kantor pemerintah, partisipasi dalam pertemuan-pertemuanRakorbang dan forum komunikasi dan koordinasi tahunan.
Masih belum jelas, kapan dan bilamana HPH yang dikelola oleh masyarakat akan dijajakikemungkinan pengembangannya. Saat ini masyarakat tertarik pada pilihan ini.
VII-108 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Membuat satu atau dua jeram yang saat ini paling berbahaya pada Sungai Bahau dihilir Long Pujungan menjadi lebih aman.
Pengembangan Jalan Setapak untuk Wisata Penjelajahan:
• Memperbaiki jalan setapak yang menghubungkan desa-desa di sepanjang SungaiBahau. Sarana penginapan sederhana diperlukan kalau jalur antara dua desamemerlukan waktu tempuh lebih dari satu hari.
• Memperbaiki jalan setapak yang menghubungkan desa-desa di sepanjang SungaiPujungan.
• Memperbaiki jalan tua yang dibangun semasa jaman penjajahan Belanda di sekitarjeram Gamung dan Ambun pada Sungai Kayan untuk memungkinkan perjalanan“perahu - jalan kaki - perahu” dari Apo Kayan ke Long Bia/Tanjung Selor.
• Pengembangan jalur jalan setapak lain yang memungkinkan adalah dari SungaiBahau ke hulu Sungai Tubu, dari Long Pujungan ke Apo Kayan, dari Sungai Lurahke hulu Sungai Iwan, dan dari Wilayah Adat Krayan Hilir ke desa Tau Lumbis.Pembangunan jalur-jalur tersebut akan tergantung kepada besarnya permintaandari pejalan kaki dan tersedianya dana.
Pos Jaga:
Terdapat sejumlah lokasi lain dimana pos-pos jaga mungkin bisa ditempatkan kalaudipandang perlu, termasuk Long Bena, Long Rungan, Wa Yagung, (atau di suatutempat di Sungai Kemelu, tergantung pada penempatan terakhir batas taman), LongPala, dan Sungai Kat (kalau kawasan ini ditambahkan ke taman nasional).
Bumi Perkemahan:
Sarana ini mungkin tidak akan menjadi prioritas tinggi hingga tahap-tahap akhir dariperiode 25 tahun, pada saat pengunjung sudah banyak, terutama dari kota.
I. Peranserta Masyarakat dan Pembangunan
Periode 5 Tahun Pertama:
Kegiatan dengan prioritas tertinggi pada periode ini adalah melindungi basis ekonomimasyarakat setempat yang ada. Hal ini bukan hanya lebih mudah dari padamengembangkan poyek penciptaan pendapatan alternatif, tetapi juga akan membantumelindungi keanekaragaman hayati. Kegiatan penting yang perlu diselesaikansecepatnya dalam tahap ini adalah:
• Mendapatkan pengakuan dari DPR atas hak-hak masyarakat setempat atas tanahadat di luar TNKM. Memberikan kepemilikan yang aman atas tanah tersebut kepadamasyarakat akan meningkatkan semangat mereka untuk melindungi tanah tersebutdari upaya eksploitasi oleh pihak luar dan mempertimbangkan dengan benarpemanfaatan jangka panjangnya serta kesuburan tanahnya.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-109Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
lokakarya pemantauan dan evaluasi pada tahun pertama. Bagian kunci dari sistempemantauan dan evaluasi yang diinginkan adalah:
• Mengidentifikasi tempat-tempat untuk pemantauan jangka panjang jenis indikatorterpilih melalui plot dan transek permanen, dan mengambil sampel dari tempat-tempat tersebut pada tenggang waktu/frekuensi tertentu (berdasarkan konsultasidengan pakar).
• Membuat transek dan/atau plot di habitat yang belum diliput dalam sistem transek/plot.
• Mengunjungi ulang setiap transek setiap tahun untuk memeriksa keberadaan/kehilangan dan kerapatan jenis burung dan jenis-jenis satwa, vegetasi, jumlahgangguan dan faktor-faktor lain yang termasuk rancangan survei singkat terhadapkeragaman hayati.
• Melanjutkan program “baseline” dan pemantauan di Lalut Birai, memperluaskegiatan pada habitat baru dan inventarisasi keragaman hayati yang lebih maju.
• Survei udara di perbatasan taman paling kurang setahun sekali untuk memeriksaperambahan ke dalam taman oleh perusahaan penebangan dan penambangan ataupetani.
• Analisis citra satelit setiap 5 tahun untuk memeriksa gejala pembukaan lahan atauperubahan vegetasi.
• Pengembangan lebih jauh metoda pemantauan masyarakat, seperti analisiskecenderungan sejarah populasi jenis sasaran dan indikator serta metoda-metodalain yang dipilih dalam lokakarya untuk mengembangkan sistem pemantauan danevaluasi untuk TNKM. Pelatihan masyarakat dalam metoda inventarisasi danpemantauan akan menjadi bagian penting dari program ini.
Donor yang mendukung kegiatan WWFI di TNKM akan mengirim tim atau tim-timevaluasi untuk menilai proyek. Staf senior PHKA/KSDA akan dilibatkan dalampemantauan ini. Staf senior dari WWF Indonesia juga akan menyediakan bantuanpemantauan kepada staf proyek WWFI yang ada di lapangan. PHKA juga dapatmengirimkan tim evaluasi mereka sendiri kalau dananya tersedia.
Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima:
Sebagian besar pekerjaan ini pada dasarnya tetap sama. Beberapa perubahan akandiperlukan berdasarkan faktor-faktor seperti pelajaran yang didapat dari setiap periode5 tahun dan kemajuan metoda dan teknologi sehubungan dengan pemantauan danevaluasi.
VII-110 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Namun demikian, lahan terbaik untuk HPH yang ada di sekitar taman sudah diberikanijinnya ke perusahaan HPH. Sebagian besar dari sisa lahan juga curam dan/atau tidakmempunyai transportasi menuju pasar.
Periode-periode 5 Tahun yang Tersisa:
Pengembangan wisata alam akan tetap menjadi kegiatan dengan prioritas tinggi.
Kelompok perencanaan pertanian masyarakat dapat terus mengembangkan rencanadan kegiatan baru berdasarkan pada perubahan situasi di sekitar taman, terutamayang berkaitan dengan perubahan ketersediaan transportasi dan akses ke pasar. Sejalandengan membaiknya transportasi; buah-buahan, sayuran, HPH masyarakat dan kegiatanlain akan lebih hidup secara ekonomi.
Karena penebangan memperluas kegiatannya, penghijauan dengan jenis-jenis kayuakan menjadi lebih diperlukan dan menarik bagi masyarakat dan pengusaha setempat.
Kalau penelitian yang sedang berjalan tentang bagaimana menginfeksi pohon Aquilariadengan jamur yang kemudian menghasilkan gaharu bisa berhasil, produksi gaharumungkin akan menjadi sebuah kemungkinan usaha. Namun demikian, keberhasilanseperti ini mungkin akan membanjiri pasar dan menurunkan harga.
Sejalan dengan terbukanya transportasi dan kesempatan ekonomi di daerah sekitarTNKM, pelatihan usaha juga akan lebih diperlukan dan membuahkan hasil.
Tergantung pada besarnya pertumbuhan populasi di sekitar TNKM di masa 25 tahunmendatang dan dampaknya pada ketersediaan lahan untuk perladangan, pada akhirnyamungkin akan diperlukan untuk memperkenalkan cara pertanian yang baru. Di daerah-daerah lain di Indonesia dimana penanaman intensif pada lereng-lereng perlu dilakukan,terdapat hasil yang menjanjikan dari pemakaian pupuk tertentu, struktur konservasitanah seperti penanaman pada garis kontur tanah di dataran tinggi dengan rumputpakan/kacang-kacangan dan penanaman pohon besar seperti mangga dan melinjo.Teknik dan jenis tanaman baru, akan dikembangkan di masa depan di bagian lainIndonesia dan Asia Tenggara dimana hal ini telah terjadi dan semakin baik, dapat puladiterapkan di kawasan TNKM. Metoda pengembangan pertanian yang baku sepertipercobaan setempat atas tanaman berpotensi dan peningkatan cara bercocok tanam,termasuk demonstrasi di lahan petani, harus diikuti di lingkungan pertanian yangberbeda di sekitar TNKM.
J. Pemantauan dan Evaluasi
Periode 5 Tahun Pertama
Tugas kunci adalah menyelesaikan pengembangan sistem pemantauan dan evaluasi.Ini bisa meliputi pengembangan dan mengikuti suatu sistem prosedur, metoda danpelaporan. Cara yang ideal untuk menyelesaikan sistem ini adalah mengadakan sebuah
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-111Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Mengakui hak mereka untuk mengembangkan diri; menentukan sendiri prioritaspengembangan mereka.
• Didirikan hanya atas inisiatif mereka dan/atau dengan persetujuan mereka secarabebas dan penuh pertimbangan.
• Memadukan tata-guna lahan tradisional dan pola konservasi.
PHKA sudah mengambil langkah-langkah nyata untuk mengakui hak masyarakatsetempat di dalam Taman Nasional, khususnya untuk TNKM. Status kawasan inidiubah dari Cagar Alam menjadi Taman Nasional karena masyarakat setempat tidakdapat memperoleh sumber daya alam secara legal dari sebuah cagar alam, sedangkanmereka dapat memperolehnya dari Zona Pemanfaatan Tradisional dalam sebuah TamanNasional. PHKA juga sudah mengakui bahwa batas-batas taman sebagaimanadigambarkan dalam SK pendirian taman seharusnya diubah berdasarkan informasiyang diberikan oleh masyarakat setempat.
Meneruskan dan memperluas pendekatan ini dan membina kemitraan yang efektifdengan masyarakat setempat dan pemerintah daerah adalah jalan yang terbaik untukmenjamin keberhasilan TNKM. Pendekatan ini juga sesuai dengan adanya reformasimenuju desentralisasi politik dan ekonomi. Walaupun masih ada perbedaan danketidak-pastian mengenai peran pengelolaan dan tanggung jawab pemerintah pusatdan pemerintah daerah sehubungan dengan sumber daya alam, khususnya konservasidan perlindungan lingkungan, jelas bahwa pemerintah pusat harus meningkatkan upayapengelolaan bersama dengan pemerintah daerah.
Kalau masyarakat setempat dan pemerintah daerah merasa tidak puas dengan sistemdan struktur pengelolaan bersama Taman Nasional, taman tersebut akan mengalamikegagalan, karena dua alasan utama:
• Masyarakat setempat dan pemerintah daerah akan menentang taman karena merekamerasa hak atas kebutuhan dan kemampuan mereka tidak akan diwakili secukupnya,kalau keikutsertakan mereka hanya melalui suatu badan penasihat yang merekayakin hanya mempunyai wewenang pengelolaan yang kecil.
• PHKA, demikian juga organisasi konservasi pemerintah atau non-pemerintahlainnya, tidak mempunyai dana dan pengetahuan yang cukup untuk mengelola danmelindungi TNKM tanpa dukungan dan bantuan masyarakat setempat. Masyarakatdan lembaga setempat dapat memberikan pengetahuan, informasi dan kehadiran didalam taman secara lebih efektif dan dengan biaya yang lebih rendah.
Oleh karenanya, beberapa rekomendasi penting Rencana Pengelolaan adalah:
• Pengelolaan bersama melalui sebuah Dewan Penentu Kebijakan (DPK), untukmenentukan arah dan kebijakan pengelolaan, dan Badan Pelaksana (BP), untukmelakukan pengelolaan harian. DPK akan dibentuk dari wakil-wakil yang berasaldari masyarakat lokal, PHKA dan Pemerintah daerah. Wakil masyarakat lokal akandipilih oleh Forum Musyawarah Masyarakat Adat (FoMMA), yang terbentuk dariwakil-wakil dari ke sepuluh wilayah adat di TNKM. Posisi dalam BP juga dapat
VIII-112 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB VIII
KESIMPULAN
Bentang alam ekologis dimana TNKM terletak sudah diakui sejak dulu oleh pakar nasionaldan internasional sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia yang penting, dansalah satu yang berada dibawah ancaman yang kian meningkat. PHKA memberikansumbangan yang sangat penting kepada upaya dunia untuk melestarikan keanekaragamanhayati saat didirikannya Cagar Alam Kayan Mentarang pada tahun 1980, yang kemudianditingkatkan menjadi Taman Nasional Kayan Mentarang pada tahun 1996.
Namun demikian, PHKA juga menciptakan tantangan yang sangat besar bagi dirinya sendiri,bahwa kenyataannya kawasan taman nasional telah dimanfaatkan dan dihuni olehmasyarakat Dayak setempat selama tidak kurang dari 350 tahun. Sumber daya alam dikawasan menyediakan bahan kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan uang bagi sebagianbesar dari sekitar 16.000 orang yang hidup di dalam dan sekitar TNKM. Menyeimbangkankonservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan lingkungan dengan tanah, sumberdaya, kebutuhan dasar manusia dan hak-hak masyarakat setempat merupakan tugas yangsangat rumit.
Dalam dekade yang lalu organisasi konservasi sudah mencoba mengubah kebijakan merekadari memindahkan dan/atau mengeluarkan masyarakat setempat dari kawasan lindungdengan mengakomodasi kebutuhan mereka dan memanfaatkan keahlian dan bantuanmereka. Harapannya adalah bahwa dimana kawasan lindung mengakui dan mendukunghak atas tanah dan sumber daya, serta hak asasi manusia lainnya dari masyarakat setempat,tidak akan ada konflik yang timbul antara hak dan kepentingan mereka dengan tujuankawasan lindung.
Pedoman untuk masalah ini yang dikembangkan oleh WWF dan IUCN (1999) menyatakanbahwa masyarakat setempat telah mengklaim hak mereka atas kawasan lindung “janganmempersengketakan tujuan dan pentingnya kawasan lindung. Bagaimanapun juga, merekaberharap bahwa pemerintah yang belum memiliki kesiapan untuk ini, dapat mengadopsikebijakan dan strategi yang baru, berdasarkan pada kemitraan antara lembaga konservasidan masyarakat asli yang efektif dan berkelanjutan”.
Pedoman ini menganjurkan agar kawasan lindung yang didirikan pada lahan tradisionalmasyarakat setempat seharusnya:
• Melindungi lahan, daerah, sumber daya, manusia dan budaya secara efektif dari ancamanluar.
• Mengakui hak atas tanah dan sumber daya dan hak mereka untuk mengendalikan danmengelolanya di dalam kawasan lindung.
• Memperkuat lembaga tradisional dan mengalihkan kekuasaan kepada mereka didalamlahan dan daerah mereka.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VIII-113Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Pemantauan sejauh mana lembaga lokal mengikuti Rencana Pengelolaan dankesepakatan misalnya peraturan pengambilan sumber daya alam dari zona pemanfaatantradisional.
• Pemantauan populasi tumbuhan dan hewan secara independen, juga indikator lingkunganlainnya, untuk membantu menentukan kepatuhan kepada peraturan taman nasional.Mengingat penekanan pengelolaan pada pengambilan sumber daya alam yangberkelanjutan, program pemantauan dan evaluasi yang direncanakan dan dilaksanakansebaik-baiknya, sangat penting untuk keberhasilan Taman Nasional.
• Peningkatan dan pembinaan upaya pendidikan dan kepedulian yang akan memperkuatdan lebih mengembangkan sikap dan kebiasaan yang mendukung konservasi danpengembangan secara berkelanjutan.
• Membantu mengembangkan kemampuan lembaga lokal untuk mengelola taman melaluipelatihan, pengarahan, dan dukungan lainnya.
• Bekerja dengan hati-hati dengan instansi pemerintah lain dan LSM untukmengembangkan dan melaksanakan proyek-proyek pembangunan ekonomi jangka-panjang secara perlahan di daerah penyangga yang secara ekonomi dapat diharapkan,atau lebih menguntungkan masyarakat setempat dibanding dengan pihak luar, dan tidakmerusak lingkungan taman.
• Menyediakan dana untuk lembaga pengelolaan dan kegiatan lokal, serta pendapatandari taman, seperti tiket masuk, hasil dari pariwisata, dsb, yang akan meyakinkanmasyarakat bahwa untuk kepentingan merekalah perlu dukungan kepada taman nasional.Pendanaan langsung FoMMA oleh PHKA akan tergantung kepada kemampuan PHKAdalam menghimpun pendapatan tambahan, mungkin melalui Debt-for-Nature Swaps,Carbon-Sequestration Grants, atau pendekatan-pendekatan lain. Yang dikehendakibukanlah untuk mengecilkan PHKA sebagai instansi nasional, tetapi untuk memperluaspengaruh dan dampaknya bersama dengan mitra organisasinya. Untuk melakukan haltersebut secara efektif tidak hanya membutuhkan pengancaman dengan sangsi-sangsi,seperti yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah yang berwenang dalam perijinan,tetapi juga penyediaan keuangan dan insentif lainnya.
PHKA dan mitranya seperti WWFI juga dapat memilih untuk tidak mendukung, dansecara aktif melakukan penolakan terhadap kegiatan yang mengancam keanekaragamanhayati dan lingkungan taman nasional. Jika PHKA terikat secara konstruktif danmemberikan dukungan teknis dan keuangan kepada lembaga mitra lokalnya, PHKA akanberada pada posisi yang lebih baik untuk melakukan perubahan terhadap kegiatan yangtidak layak yang mengancam taman daripada kalau dipandang hanya sebagai pihak yangmencoba menguasai lahan tradisional dan menutup semua jalan ke sumber daya alam.
Untunglah bahwa sebagian besar lingkungan dan keanekaragaman hayati taman beradadalam kondisi yang baik. Ancaman terbesar terhadap berbagai jenis bukannya daripemburuan atau pengambilan, tetapi dari penyusutan habitat. Pelestarian taman nasionalyang besar dengan memperbolehkan masyarakat setempat untuk masuk dan memburuatau mengambil sumber daya alam dengan asas keberlanjutan adalah lebih baik daripadataman nasional kecil yang melarang semua kegiatan tersebut. Hal ini karena taman yang
VIII-114 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
diisi oleh beberapa wakil-wakil pihak berkepentingan dalam DPK, atau oleh organisasimitra seperti WWF Indonesia.
• Dalam jangka panjang, akan ada banyak kondisi yang menguntungkan baik dalambidang pengelolaan, anggaran maupun kondisi politik, dibandingkan kerugiannya dalammelakukan proses pemindahtanganan ke BP secara terjadwal. Bilamana hal ini tidakmemungkinkan, kegiatan pengelolaan harian dapat diserahkan dari BP kepada FoMMA.Proses tersebut dapat dilakukan secara bertahap. Beberapa aspek dapat segeradilimpahkan kepada FoMMA. Tanggungjawab yang lainnya akan dilimpahkan setelahlembaga adat memperoleh pengalaman dan pelatihan yang cukup banyak dalam berbagaitopik pengelolaan taman nasional, dan lembaga tersebut dapat menunjukkan kemampuandan komitmen mereka terhadap pengelolaan TNKM secara berkelanjutan. Penerapanide tersebut mungkin juga masih bergantung pada perubahan peraturan dan kebijakanpemerintah terhadap taman nasional dan cagar alam.
• Saat FoMMA berkemampuan untuk memegang wewenang pengelolaan yang lebihbesar, peran PHKA selanjutnya adalah memberikan arahan, pelatihan, penelitian,perlindungan terhadap ancaman dari luar, menghimpun dana dan pemantauanindependen terhadap keanekaragaman hayati, integritas taman dan kepatuhan denganMoU yang telah disetujui oleh ketiga pihak yang terkait.
• Pengambilan yang berkelanjutan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh masyarakatuntuk kehidupan mereka akan menjadi fokus pengelolaan utama dari kawasan lindung,karena masyarakat bergantung kepada sumber daya ini sementara sumber pendapatanalternatif lain dan manfaat taman lainnya, akan dikembangkan dengan perlahan-lahan.Di dalam IUCN International System of Protected Area Categories, TNKM dapatdipandang lebih sebagai Type 6, Managed Resource Protected Area (Kawasan Lindungdengan Sumberdaya Terkelola), yang dikelola terutama untuk keberlanjutan pemanfaatanekosistem alam. Kategori ini adalah untuk kawasan yang umumnya mengandung sistemalami, dikelola untuk menjamin perlindungan dan pemeliharaan jangka panjangkeragaman biologis, sekaligus memberikan aliran hasil alam dan jasa secara berkelanjutanuntuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pendekatan ini mempunyai beberapa resiko. Beberapa upaya yang dilakukan di tempat-tempat lain di dunia untuk melimpahkan wewenang lebih luas kepada masyarakat setempatuntuk mengelola sumber daya alam dan kawasan lindung telah mengalami kegagalan.Menariknya ekonomi pasar dapat menyebabkan masyarakat setempat menjual sumberdaya mereka kepada penawar yang tertinggi dan menghancurkan lingkungan mereka dengancara yang sama dengan kelompok-kelompok kepentingan politik dan ekonomi. Pemerintahdaerah terpaksa mengandalkan pendapatan yang dihimpun secara lokal dan mungkin akancenderung menyokong industri pemanfatan sumber daya alam daripada perlindunganlingkungan dan pelestarian keanekaragaman hayati.
Namun demikian resiko dari sistem ini lebih kecil dibandingkan dengan alternatif lainnya.PHKA dan WWFI juga dapat mencegah timbulnya masalah-masalah tersebut denganberbagai cara seperti:
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VIII-115Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
DAFTAR PUSTAKA
Ajang Kahang, 1998. Tana Ulen: Sistem pengelolaan dan penguasaan hutan dalamtradisi Dayak Kenyah. Unpublished report. WWF-Kayan Mentarang.
Appanah, S., 1985. General flowering in the climax rainforests of Southeast Asia.Journal of Tropical Ecology 1: 225-240.
Arnold, G. 1959. Longhouse and Jungle. London: Chatto and Windus.
Awit Suwito. 1992. Keanekaragaman parasit mamalia kecil di kawasan konservasiKayan Mentarang, Kalimantan Timur. Paper presented at the Second InternationalConference of the Borneo Research Council, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Balen, B. van. 1995. The birds of the Kayan Mentarang proposed national park,Kalimantan, Indonesia. Distributional Records and conservation. Report forProject Kayan Mentarang. WWF Indonesia Programme, Jakarta.
Bappeda Tk II Bulungan. 1993. Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten DatiII Bulungan Tahun 1992/1993 – 2002/2003. Pemerintah Kabupaten DaerahTinkat II Bulungan.
Bemmel, A.C. van. 1949. AA note on Lutrogale perpspicillata. Treubia 20: 375-377.
Blajan Konradus, 1999. “Jaringan Pemasaran Gaharu, Pengelolaan Hutan, dan DampakSosiologis, Ekonomis, dan Ekologisnya di Kawasan Sungai Bahau.” In, Eghenter,C., and B. Sellato, eds., 1999. Kebudayaan dan Pelestarian Alam. PenelitianInterdisipliner di Pedalaman Kalimantan. Jakarta: The Ford Foundation and WWF:181-200.
Blouch, R. 1994.Densities and distributions of Primates in the Lanjak-Entimau WildlifeSanctuary and recommendations for management. Consultants report, ProjectPD 106/90, Rev (1)F, ITTO Unit, Sarawak Forest Department.
Blower, Wirawan and Watling. 1981. Survey of Flora and Fauna in the Cagar AlamKayan Mentarang. Report for WWF-Indonesia Programme, Jakarta. 24 pp.
Borrini-Feyerabend, G. 1999. Collaborative Management of Protected Areas. In“Partnerships for Protection – New Strategies for Planning and Management forProtected Areas. Edited by Sue Stolton and Nigel Dudley. WWF Internationaland International Union for Conservation of Nature, Earthscan Publications,United Kingdom.
VIII-116 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025
lebih besar pada umumnya mendukung lebih banyak tipe habitat dan keanekaragamanhayati, sementara peraturan yang kaku mungkin tidak dapat diterapkan.
Juga perlu diperhatikan bahwa ancaman terbesar kepada kawasan lindung di Indonesiapada umumnya bukan berasal dari masyarakat setempat tetapi dari proyekpembangunan skala besar yang dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau sektor swasta(World Bank 1997) yang membuka dan memecah-belah sisa-sisa hutan. Pencegahanancaman dari luar ini serta pengakuan kepada hak dan tanggung jawab masyarakatsetempat untuk bersama-sama mengelola dan memanfaatkan TNKM secaraberkelanjutan akan memberi masyarakat setempat tambahan dorongan untukmelindungi kawasan. Mereka mempunyai sedikit dorongan untuk memberikan waktudan usahanya untuk melindungi sesuatu yang mungkin akan diambil dari mereka setiapsaat.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-117Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Eghenter, C., 1999. “Sejarah dan Pola Perpindahan di Kalangan Orang Kayan danKenyah dari Apo Kayan.” In Eghenter, C., and B. Sellato, eds., 1999. Kebudayaandan Pelestarian Alam. Penelitian Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan. Jakarta:The Ford Foundation and WWF: 357-375.
Eghenter, C., 1999. Migrants’ Practical Reasonings: The Social, Political, andEnvironmental Determinants of Long-Distance Migrations among the Kayan andKenyah of the Interior of Borneo. SOJOURN Journal of Social Issues in SoutheastAsia, Vol. 14, No 1: 1-33.
Eghenter, C., In press. Mapping peoples’ forests: The role of community mapping inplanning community-based management of conservation areas. A review of threeprojects of WWF Indonesia. PeFoR Discussion Paper n 2. Washington DC:Biodiversity Support Program and WWF-US.
Eghenter, C. In press. Planning for community-based management of conservationareas: Indigenous forest management and conservation of biodiversity in theKayan Mentarang National Park, East Kalimantan, Indonesia. Proceedings ofthe Conference, “Displacement, Forced Settlement and Conservation,” RefugeeStudies Programme, University of Oxford, 9-11 September 1999. London:Berghahn Publishers.
Eghenter, C., and B. Sellato, eds., 1999. Kebudayaan dan Pelestarian Alam. PenelitianInterdisipliner di Pedalaman Kalimantan. Jakarta: The Ford Foundation and WWF.
Eghenter, C. and B. Sellato, editors. 1999. Kebudayaan dan Pelestarian Alam;Penelitian Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan. WWF Indonesia Programme,Jakarta, Indonesia.
Engstrom, M.D. 1993. The development of biodiversity survey methods in zoology.Report to the Department of Mammalogy, Royal Ontaria Museum and theMuseum Zoologicum Bogoriense, Bogor, Indonesia.
Everett, A.H. 1893. AA nominal list of the mammals inhabiting the Bornean group ofislands. Proceedings of the Zoological Society of London 1893: 492-496.
Foead, Nazir. 1996. People and Animal in Swidden Cultivation of East Kalimantan:A Study of the Effects of Swidden Cultivation on Large Mammals and HuntingPractices. MS Dissertation, University of Kent at Canterbury, Durrell Instituteof Conservation and Ecology.
Foead, Nazir. 1997. Ecology of the Upper Bahau Grasslands in East Kalimantan: ATraditional Ecosystem Management for Pest Control? In, People and Plants ofKayan Mentarang, edited by K.W. Sorenson and B. Morris. World Wide forNature Indonesia Programme.
P-118 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Boyce, M.S. 1992. Population Viability Analysis. Annu. Rev. Ecol. System. 23:481-506.
Brookfield, H., L. Potter, Y. Byron. 1995. In Place of the Forest: Environmental andSocio-economic Transformation in Borneo and the Eastern Malay Peninsula.United Nations University Press, Tokyo. 310 pp.
Chan, L., Kavanagh, M., Cranbrook, Earl of, Langub, J. and Wells, D.R. 1985.Proposals for a conservation strategy for Sarawak. WWF Malaysia/State PlanningUnit of Sarawak, Kuching.
CIFOR. 1998. Field Assessment Malinau and Genwood Concessions. Report of aReview Team to CIFOR’s Bulungan Research Forest Project, Bogor, Indonesia.
CIFOR. 1999. Research Challenges Common Ideas on Agricultural Progress andForest Loss. CIFOR News, April/May Number 22.
Cochrane, Janet. 1999. Development and Management of Eco-Tourism in KayanMentarang National Park, East Kalimantan. Report prepared for the WWFIndonesia Kayan Mentarang National Park Project, Samarinda, East Kalimantan,Indonesia.
Clay, J.W. Generating Income and Conserving Resources: 20 Lessons from the Field.WWF Publications, Baltimore, Maryland.
Colfer, Carol, 1993. Shifting Cultivators of Indonesia: Marauders or Managers of theForest? Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Conklin, H. C. 1957. Hanunoo agriculture: A report on an integral system of shiftingcultivation in the Philippines. FAO Forestry Development Papers No 12. Rome:Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Davis, D.D. 1958. AMammals of the Kelabit Plateau, northern Sarawak.@ Fieldiana:Zoology 39: 119 - 147.
Dove, M., 1988. Sistem Perladangan di Indonesia: Suatu Studi Kasus dari KalimantanBarat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dove, M., and D. Kammen, 1997. The Epistemology of Sustainable Resource Use:Managing Forest Products, Swiddens, and High-Yielding Variety Crops. HumanOrganization, vol 56, n 1 (Spring): 91-101.
Dove, M. and T. Nugroho, 1994. Review of “Culture and Conservation” 1991-1994:A Sub-project Funded by the Ford Foundation, World Wide Fund for Nature,Kayan Mentarang Nature Reserve Project in Kalimantan, Indonesia. Report. WWFIndonesia.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-119Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Inger, R.F. and R.B. Stuebing, 1992. The montane amphibian fauna of northwesternBorneo. Malayan Nature Journal, 46: 41-51;
Inger, R.F. and R.B.Stuebing, 1992. The montane amphibian fauna of northwesternBorneo. Malayan Nat.46: 41-51;
Inger, Robert F. and Robert B. Stuebing, 1996. Two new species of frogs fromsoutheastern Sarawak. Raffles Bulletin of Ecology, 44(2) : 543-549.
Inger, R.F., 1966. The systematics and zoogeography of the Amphibia of Borneo.Fieldiana: Zoologi, 52: 1-402.
Inger, Robert F. and Robert B. Stuebing (1997). Frogs of Borneo. Natural HistoryPublications, Kota Kinabalu, Sabah 205 pp.
IUCN. 1999. IUCN Red List of Threatened Animals Database. Web Site: http://www.wcmc.org.uk.
Iwatsuki, K., M. Kato, M. Okamoto, K. Ueda, and D. Darnaedi. 1983. BotanicalExpedition to East Kalimantan during 15th June and 15th September 1981. In:Taxonomical and Evolutionary Studies on the Biota in Humid Tropical Malaysiawith Reference to Diversity of Species. Edited by T. Hidaka.
Jager, K.H., 1938. Memorie van Overgave. (Resident, Afdeeling Bulungan and Berau).
Jarvie, J. 1999. Threatened Plants of Kayan Mentarang National Park. A Report tothe WWF Indonesia Kayan Mentarang National Park Project. Samarinda, EastKalimantan.
Jentink, F.A. 1897. AZoological results of the Dutch Scientific Expedition to CentralBorneo. II. Mammals.@ Notes of the Leiden Museum 19: 26 - 66.
Jentink, F.A. 1898. AZoological results of the Dutch scientific expedition to CentralBorneo. XX: Mammals.@ Notes of the Leiden Museum 20: 113-125.
Jepson, P., F. Momberg and H. van Noord. 1998. Trade in the Hill Myna Graculareligiosa from the Mahakam Lakes Region, East Kalimantan. WWF IndonesiaTechnical Memorandum 4.
Jessup, T.C., 1981.Why do Apo Kayan Shifting Cultivators Move? Borneo ResearchBulletin 13(1): 16-32.
P-120 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Gray, Andrew & M. Colchester. 1998. Foreward, in AFrom Principles to Practice:Indigenous Peoples and Biodiversity Conservation in Latin America.@Proceedings of the Pucallpa Conference, Pucallapa, Peru, 17-20 March 1997.International Work Group for Indigenous Affairs Document No. 87, Copenhagen.
Gollin, L.X. 1997. Taban Kenyah: a preliminary look at the healing plants andparadigms of the Kenyah Dayak people of Kayan Mentarang in PPKM.
Grubh, R.B., 1994. Draft management plan for birds for the development of theLanjak Entimau Wildlife Sanctuary. Consultants report, Project PD 106/90,Rev (1)F, ITTO Unit, Sarawak Forest Department.
Gyldenstope, N. 1920. On a collection of mammals made in Eastern and CentralBorneo by Mr. Carl Lumholts. K. Svenska VetensAkad. Handl. 60(6): 1-62.
Hall, R. & Blundell, D. (eds.), 1996. Tectonic evolution of Southeast Asia. GeologicalSociety Special Publication No. 106, pp. 153-184. London.
Hamiltom, W. 1979. Tectonics of the Indonesian Region. US Geological SurveyPaper 1078. US Government Printing Office, Washington, D.C. 345 pp plusmap.
Han, K.H. 1998. A species inventory of small mammals for the development ofLanjak-Entimau Wildlife Sanctuary as a totally protected area, Phase II, andrecommendations for management. Technical report submitted to the ITTOUnit, Sarawak Forest Department, Kuching, Sarawak. 83 pp.
Harris, L.D. 1984. The Fragmented Forest: Island Biogeography Theory and thePreservation of Biotic Diversity. University of Chicago Press, Chicago.
Haryono. 1992. Perikanan dan aspek budidayamasyarakat Dayak di sekitar kawasankonservasi Kayan Mentarang. Paper presented at the Second InternationalConference of the Borneo Research Councill, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Hedges, S. & E. Meijaard. 1999. Reconnaissance Survey for Banteng (Bos javanicus)and Banteng Survey Methods Training Project, Kayan Mentarang National Park,East Kalimantan, Indonesia. Report to the WWF Indonesia KMNP Project,Samarinda, East Kalimantan.
Hose, C. 1893. A descriptive account of the mammals of Borneo. London
Inger, R.F, and F.L. Tan,, 1996. Checklist of the the frogs of Borneo. Raffles Bulletinof Zoology, 44(2) : 551-574.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-121Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Limberg, G., Dolvina Damus, and Samuel S.T. Padan, 1995. Beberapa AnalisisAlternatif Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Kawasan Konservasi KayanMentarang. Unpublished manuscript, WWF.
Limberg, Godwin. 1999. Agroforestry development for Kayan Mentarang NationalPark. Report written for the WWF Indonesia Kayan Mentarang National ParkProject, Samarinda, East Kalimantan.
Linares, O.F. 1976. “Garden hunting” in the American Tropics. Human Ecology4(4): 331-349.
Liu, J. 1992. ECOLECON: A spatially explicit mode for ecological economics ofspecies conservation in complex forest landscapes. Ph.D Dissertation, Universityof Georgia, Athens.
Lonnberg, E. and E. Mjoberg. 1925a. AMammalia from Mount Murud and theKelabit country.@ Annals of the Magazine of Natural History 9(16): 508-512.
Lonnberg, E and E. Mjoberg. 1925b. AMammalia from Mount Dulit and the BaramDistrict.@ Annals of the Magazine of Natural History 9(16): 513 - 516.
Low, H. 1848. Sarawak: Its inhabitants and productions. London: R. Bentley.
Lukas Lahang, 2000. Analisa usaha perekonomian tradisional masyarakat Dayak didalam dan di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang Project berdasarkan dataCifor dan WWF. Unpublished report. WWF Kayan Mentarang project.
Lukas Lahang and Bilung Njau, 1999. “Sejarah Perpindahan Suku Kenyah Bakungdan Leppo Ma’ut dan Perubahan Hak atas Tanah dan Hasil Hutan.” In Eghenter,C., and B. Sellato, eds., 1999. Kebudayaan dan Pelestarian Alam. PenelitianInterdisipliner di Pedalaman Kalimantan. Jakarta: The Ford Foundation and WWF:253-280.
Lyon, M.W. 1911. Mammals collected by Dr. W.L. Abbot on Borneo and some of thesmall, adjacent islands. Proceedings of the U.S. National Museum 40: 53 - 146.
Mackie, C, T.C. Jessup, A.P. Vayda and K. Kartawinata.1986. AShifting cultivationand patch dynamics in an upland forest in East Kalimantan, Indonesia.@ Pp.465 - 518 in Proceedings, Regional Workshop on Impact of Man=s Activitieson Tropical Upland Forest Ecosystems, eds., Y. Hadi et al. Faculty of Forestry,Universiti Peranian Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia.
McDonald, J.A. 1993. Floristic reconnaissance of Ujung Kulon Reserve, West Javaand the Kayan Mentarang Reserve, East Kalimantan. Technical Report to theWorld Wide Fund for Nature Indonesia Programme.
P-122 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Jessup, T.C., and Peluso, N.L., 1986. “Minor Forest Products as Common PropertyResources in East Kalimantan, Indonesia.” Proceedings of the Conference onCommon Property Resource Management. Washington: National Academy Press:505-524.
Jessup, T. and H. Soedjito. 1992. East Kalimantan: Kenyah (and Penan) DayakForest Medicines. Project Progress Report. World Wide Fund for NatureIndonesia Programme. Jakarta.
Kartawinata, K. and P. Vayda. 1984. AForest conversion in East Kalimantan,Indonesia.@ in Ecology in Practice: 1. Ecosystem management, eds., F. di Castriet al. Paris: Tycooly, Dublin and UNESCO.
King, V.T., 1987. The people of Borneo. Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Kottelat, M., T. Whitten, Kartikasari, S. N. and Wirjoatmodjo. 1996. The freshwaterfishes of western Indonesia and Sulawesi. Periplus, Singapore, in collaborationwith the Environmental Management Development in Indonesia (EMDI) Project.219 pp.
Kottelat, M & T. Whitten. 1996. Freshwater Biodiversity in Asia, with SpecialReference to Fish. World Bank Technical Paper No. 343. The World Bank,Washington, D.C.
Kremen, C., A.M. Merenlender and D.D. Murphy. 1994. Ecological Monitoring: AVital Need for Integrated Conservation and Development Programs in the Tropics.Conservation Biology. Volume 8, No. 2, Pages 388-397.
KPSL-UNLAM. 1989. Longitudinal variation of the ecological condition of theKala’an River in Pleihari-Martapura forest reserve. Report to the BiodiversitySupport Program. KPSL-UNLAM, Banjarbaru.
Kusneti, M.M. 1997. Timber species used for houses and rice storage buildings byDayak people in the village of Long Alongo. In PPKM. Pp151-164.
Lawrence, D., Leighton, M., and D. Peart, 1995. Availability and Extraction of ForestProducts in Managed and Primary Forest around a Dayak Village in WestKalimantan, Indonesia. Conservation Biology, vol 9(1): 76-88.
.Leaman, D.J., Razali Yusuf, & H. Sangat-Roemantyo. 1991. Kenyah Dayak ForestMedicines. A Report for the World Wide Fund for Nature Indonesia Programme.Jakarta.
Liman Lawai, 2000. Peranan lembaga masyarakat dalam pengelolaan taman nasional:Analisa hasil inventarisasi partisipatif lembaga lokal di kawasan Kayan Mentarang.Unpublished report. WWF Kayan Mentarang project.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-123Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Momberg, F., P. Jepson and H.v. Noord. 1998. Kalimantan Biodiversity Assessment.WWF Indonesia Project for Integrated Park Management and BioregionalPlanning, Final Report.
Myers, N. 1988. Threatened biotas: “Hot spots” in tropical forests. TheEnvironmentalist 8:187-208.
Myers, N. 1990. The biodiversity challenge: Expanded hot-spots analysis. TheEnvironmentalist 10(4):243-256.
Nowell, K. and Peter Jackson, edited by. 1996. Wild Cats: Status Survey andConservation Action Plan. IUCN/SSC Cat Specialist Group. IUCN, Gland,Switzerland.
O’Brien, Timothy. 1997. Bulungan Biodiversity Survey. Report prepared for WildlifeConservation Society - Indonesian Program and Center for International ForestryResearch.
Oldemann, L.R., I. Las, and Muladi. 1980. The Agroclimatic Maps of Kalimantan,Maluku, Irian Jaya, Bali, and West and East Nusa Tenggara. Contribution to theCentral Agricultural Institute, Bogor No. 60.
Padoch, C., and A.P. Vayda, 1983. “Patterns of resource use and human settlement intropical forests.” In F.B. Golley, ed., Tropical Rain Forest Ecosystems. Structureand Function, pp. 301-313. Amsterdam: Elsevier.
Payne, J, C.M. Francis & K. Phillipps. 1985. A Field Guide to the Mammals ofBorneo. The Sabah Society and World Wide Fund for Nature, Malaysia, KotaKinabalu, 332 pp.
Pfeffer, P. 1959a. ABiolgie et migrations du sanglier de Borneo (Sus barbatus Muller1869. Mammalia 23: 277-303.
Pfeffer, P. 1959b. AUn curieux cas d=association entre Perdrix roulroul et sanglier deBorneo. L. Oiseau et La Revue Francaise D’ Ornithologie. 29(3): XX.
Pfeffer, P. 1960a. Oiseaux de l’Est de Borneo. L’Oiseau et La Revue FrancaiseD’Ornithologie 30(2): 154-168.
Pfeffer, P. 1960b. Etude d’une collection d’oiseaux de Borneo. L’Oiseau et La RevueFrancaise D’Ornithologie 30(3-4): 191-218.
P-124 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025
McDonald, J. Andrew. 1995. Two new species from Borneo: Anisophllea ismailii(Rhizophoraceae) and Sonerila verticillata (Melastomataceae). Harvard Papersin Botany. No. 6. February 1995.
MacKinnon, J. and K Phillipps. 1993. A Field Guide to the Birds of Borneo, Sumatra,Java and Bali. Oxford University Press.
MacKinnon J. and K. MacKinnon. 1986. Review of the Protected Area System inthe Indo-Malayan Realm. Cambridge and Gland, IUCN, CNPPA, UNEP>
MacKinnon, J.K. et al. Managing Protected Areas in the Tropics. 1986. InternationalUnion for Conservation of Nature and Natural Resources/United NationsEnvironment Programme. Cambridge, United Kingdom.
Mackinnon K, G. Hatta, Hakimah Halim & Arthur Mangalik. 1996. The Ecology ofKalimantan. Periplus Editions.
MacKinnon, J. 1997. Protected Area Systems Review in the Indo-Malayan Realm.Asian Bureau for Conservation Ltd. Canterbury. UK.
Marsh, C.W. 1995. Danum Valley Conservation Area, Sabah Malaysia, ManagementPlan.
Medway, Lord. 1977. Mammals of Borneo. Mammals of Borneo. Field keys andannotated checklist. Monographs of the Malaysian Branch of the Royal AsiaticSociety, No. 7. Kuala Lumpur, M.B.R.A.S.
Meffe, G.K. and C.R. Carroll. 1994. Principles of Conservation Biology. SinauerAssociates, Inc. Sunderland, Massachusetss.
Meijaard, E., 1995. On the horns of a dilemma: Is long-term conservation of theSumatran rhinoceros (Dicerorhinus sumatrensis) in Kalimantan, Indonesia stillfeasible? Technical report submitted to the International MOF TropenbosKalimantan Project, Balikpapan, KalTim, Indonesia. 11 pp.
Miller, G.S. 1915-18. Expedition to Borneo and Celebes. Smithsonian MiscellaneousCollections 65(6): 20-25; 66(3):41-44; 66(17);29-35; 70(2); 35-40.
Momberg F., R. Puri & T. Jessup. 1997. Extractivism and Extractive Reserves in theKayan Mentarang Nature Reserve: Is Gaharu a Sustainably Managed Resource?.In: People and Plants of Kayan Mentarang. Edited by Sorenssen, K.W. and B.Morris. UNESCO and WWF.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-125Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Raharjaningtrah, W. & H. Prayogo. 1999. Keanekaragaman, Distribusi, Ekologi, SertaAspek Konservasi Burung di Taman Nasional Bentuang Karimun Kalimantan Barat.In: Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bentuang Karimun: UsahaMengintegrasikan Konservasi Keanekaragaman Hayati Dengan PembangunanPropinsi Kalimantan Barat, Prosiding Lokakarya. Penyunting Herwasono Soedjito.WWF Indonesia, PHPA and ITTO, Jakarta.
Riswan, S. 1982. Ecological studies on primary, secondary, and experimentally clearedmixed dipterocarp and kerangas forests in East Kalimantan, Indonesia. PhD Diss.,University of Aberdeen, Scotland.
Rousseau, J., 1990. Central Borneo. Ethnic Identity and Social Life in a Stratified Society.Oxford: Clarendon Press.
Sayer, J. 1991. Buffer Zone Management in Rain Forest Protected Areas. Tiger PaperOctober – December 1991.
Sayer, J. 1999. Globalization, localization and protected areas. In “Partnerships forProtection – New Strategies for Planning and Management for Protected Areas.Edited by Sue Stolton and Nigel Dudley. WWF International and International Unionfor Conservation of Nature, Earthscan Publications, United Kingdom
Sellato, B., 1994. Nomads of the Borneo Rainforest: The Economics, Politics, and Ideologyof Settling Down, translated from the French by Stephanie H. Morgan. Honolulu:University of Hawaii Press.
Sellato, B. 1997. Agricultural practices, social organization, settlement patterns, andethnogenetic processes in East Kalimantan. In PPKM, pp 27- 58.
Sellato, B., In press. “Social organization, residence patterns, and ethnolinguistic processesof group formation: The Kenyah and Putuk of East Kalimantan.” In P.W. Martin,ed., Language Issues in Borneo. Proceedings of the Borneo Research Council.
Sidiyasa, K and Z. Arifin. 1999. Result on the rapid biodiversity survey surrounding thePua’ River, Mount Lunjut and Mount Mencah of the Kayan Mentarang NationalPark. Report to the WWF Indonesia Kayan Mentarang National Park Project.
Simon Devung, G. and Rudy A.K., 1998. Sistem Pemilikan Tanah Tradisional PadaMasyarakat Adat. Di kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang. Samarinda: PusatKebudayaan dan Alam Kalimantan, Kayan Mentarang WWFI.
Sindhu, H. J. 1995. Penyiapan dan pemanfaatan lahan dalam praktek perladangan tradisionalmasyarakat Kenyah Leppo’Ke di Apau Ping. Dari Hutan ke Periuk: Kumpulan StudiMenganai Pertanian, the Culture and Conservation in East Kalimantan Project, PHPAand WWF Indonesia Programme.
P-126 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Pfeffer, P. 1961. Etude d’une collection d’oiseaux de Borneo: suite et fin. L’Oiseau etLa Revue Francaise D’ Ornithologie 31(1): 9-29.
Pfeffer, P. 1963. Bivouacs A Borneo. Paris: Flammarion.
Piazinni, G. 1965. Children of the lilith. Translated by P. Green. London.
Plessen, Baron Viktor von. 1936a. Bei den kopfjajer von Borneo. Ein Reisentagebuch.Berlin: Schutzenverlag.
Plessen, Baron Viktor von. 1936b. AThe Dayaks of Central Borneo. GeographicalMagazine 4: 17 - 34.
Prayogo, H., R. Stuebing, L.K. Sim, S. Sreedharan, S. Antang and M. Taufik, 1998.Birds. In: Stuebing and Bennett, eds., Scientific report of the ITTO BorneoBiodiversity Expedition 1997. International Tropical Timber Organization (ITTO),Yokohama, Japan.
Priaksukmana, S. 1989. Rattan for Economic Development in East Kalimantan. Pp.248-257 in:
Rao, A.N. & Isara Vonkaluang (eds.), Recent research on rattan. Proceedingsinternational rattan seminar November 12-14, 1987 Chiangmai, Thailand. Facultyof Forestry, Kasetsart University, Thailand and IDRC, Canada.
Pulliam, H.R., J.B. Dunning, Jr., and J. Liu. 1992. Population dynamics in a complexlandscape: A case study. Ecol. Applic. 2:165-177.
Puri, R.K. 1992. Mammals and Hunting on the Lurah River: Recommendations forManagement of Faunal Resources in the Cagar Alam Kayan Mentarang. BorneoResearch Council, Second Biennial International Conference, 13 - 17 July 1992,Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Puri, Rajindra K. 1997. Hunting Knowledge of the Penan Benalui of East Kalimantan,Indonesia. University of Hawaii PhD dissertation.
RCRRD/UGM. 1999. Evaluation of Economic Potentials for Income GeneratingActivities Among People in the Kayan Mentarang National Park. Analysisprepared for the WWF Indonesia Kayan Mentarang Project, Samarinda, EastKalimantan, Indonesia by the Research Center for Rural and RegionalDevelopment, Gadjah Mada University.
RePPProT. 1987. Review of Phase I Results, East and South Kalimantan, RegionalPhysical Planning Programme for Transmigration. Land Resources DevelopmentCentre, UK and Ministry of Transmigration, Government of Indonesia.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-127Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Snel, M. 1994. The use of GIS as a tool in the management of Kayan Mentarang:creating the Kayan Mentarang GIS database. Technical Report to the WWFIndonesia Programme.
Steenis, C.G.G.J. van. 1962. The mountain flora of the Malaysian tropics. Endeavour21:183-193.
Stresemann, E. 1938. AVogel vom fluss Kajan (Nordost-Borneo). Temminckia 3:109-136.
Stuebing, Robert B., 1995. A management plan for the herpetofauna of the Lanjak-Entimau Wildlife Sanctuary as a Totally Protected Area. Consultants report, ITTOUnit, Sarawak Forest Department, Kuching, Sarawak, Malaysia.
Stuebing, Robert B. 1994. A checklist of the snakes of Borneo. Addenda andcorrigenda. Raffles Bulletin of Zoology, 39(2) : 323-362;
Stuebing, R. B. and R. F. Inger (1999). Snakes of Borneo. Natural HistoryPublications, Kota Kinabalu, Sabah, 245 pp.
Sudana, M. 1999. Mamals Kayan Mentarang. Report to WWF Indonesia=s KMNPProject.
Suhudi. 2000. Fish of Kayan Mentarang National Park. WWF Indonesia KayanMentarang Project Report, Samarinda, East Kalimantan.
Sujatnika, Jepson, P., Soehartono, T.R., Crosby, M.J., and Mardiastuti A. 1995.Conserving Indonesian Biodiversity: the Endemic Bird Area Approach.
Susiarti, S. 1992. Pengetahuan Tumuhan Obat dan Racun Pada Beberapa SubKelompok Masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Paper presented atBorneo Research Council, Second Biennial International Conference, 13-17 July1992, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Syahirsyah. 1997. Local Knowledge in Relationto Secondary Forest Land and theUtilization of Forest Resources. In: People and Plants of Kayan Mentarang.Edited by K.W. Sorensen and B. Morris. WWF Indonesia Programme, Jakarta,Indonesia.
TAD. 1981. Forest for Food, Phase 1. TAD-Materielen 11. Transmigration AreaDevelopment (TAD), Samarinda, Indonesia.
TAD. 1983. East Kalimantan Atlas. East Kalimantan Transmigration AreaDevelopment (TAD) Project, German Agency for Technical Cooperation.
P-128 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-129Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Sirait, M. et al., 1994. Mapping Customary Land in East Kalimantan, Indonesia: ATool for Forest Management. Ambio vol 23 (7): 411-417.
Sirait, Martua. 1997. The Diversity of Rattan and Its Uses: An Example of NaturalResource Management in Long Uli. In: People and Plants of Kayan Mentarang,edited by K.W. Sorensen and B. Morris. WWF Indonesia Programme, Jakarta,Indonesia.
Smythies, B.E. 1981. The Birds of North Borneo, Third Edition. The Sabah Societyand the Malayan Nature Society.
Sody, H.J.V. 1949a. ASciuridae from the Indo-Malayan and Indo-Australian regions.Treubia 20: 57 - 120.
Sody, H.J.V. 1949b. ANotes on some Primates, Carnivora and the Babirusa from theIndo-Malayan and the Indo-Australian regions. Treubia 20: 121 - 190.
Soedjito, H. 1985. Laporan penelitian, AInteractions between forests and people inEast Kalimantan, 3: Vegetasi dan etnobotany di Long Sei Barang dan Long Segar.Unpublished paper. Bogor, Indonesia: Herbarium Bogoriense, LBN-LIPI.
Soedjito, H. 1988. Succession and nutrient dynamics following shifting cultivationin Long Sungai Barang, East Kalimantan, Indonesia. Masters thesis, CookCollege, Rutgers University, New Brunswick.
Soedjito, H. 1988. ASpatial patterns, biomass, and nutrient concentrations of rootsystems in primary and secondary forest trees of a tropical rainforest in Kalimantan,Indonesia. In Some ecological aspects of tropical forest in East Kalimantan,ed. S. Soemodihardjo. MAB-Indonesia Contribution No. 48. Jakarta.
Soedjito, H., 1999. Rencana pengelolaan Taman Nasional Betung Kerihun, KalimantanBarat, 2000-2024, Buku II, Data, Proyeksi dan Analysis.. WWF Indonesia andthe International,
Tropical Timber Organization (ITTO), Cooperative project of the DepartemenKehutanan dan Perkebunan dan ITTO. Pontianak, Kalimantan Barat.
Soetikno Wiryoatmodjo. 1999. Laporan Pelaksanaan Pelatihan Pengenalan JenisDan Survai Ikan di Taman Nasional Kayan-Mentarang. Report to the WWFIndonesia Kayan Mentarang Project, Samarinda, East Kalimantan.
Sorensen, Kim W. and B. Morris, editors. 1997. People and Plants of KayanMentarang. WWF Indonesia Programme, Jakarta, Indonesia.
Wulffraat, S. and Samsu. 2000. An overview of the biodiversity of Kayan MentarangNational Park. For WWF Indonesia=s Kayan Mentarang Project, Samarinda,East Kalimantan.
WWF. 1996. Indigenous Peoples and Conservation: WWF Statement of Principles.Gland, Switzerland.
WWF Indonesia. 1997. Jenis Mamalia dan Burung yang ada di Kayan Mentarang,termasuk yang dilindungi oleh Indonesia dan Internasional. Sumber InformasiResource Centre WWF Indonesia, Jakarta.
P-130 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Tate, G.H.H. 1941. ANotes of vespertilionid bats.@ Bull. Am. Museum. Nat. Hist.78:567 - 597.
Terzich, M., A. Sriyadi, and Padmowiyosa. 1999. Infrastructure Needs Assessmentfor Kayan Mentarang National Park. Report written for the WWF IndonesiaKMNP Project.
Tillema, H., 1989. A Journey among the Peoples of Central Borneo in Word andPicture, edited and with an introduction by V.T. King, Singapore: OxfordUniversity Press.
Townsend, W. 2000. Holding on to the Land: The Long Journey of the SirionoIndians of Eastern Lowland Bolivia. In: Indigenous Populations and ConservationOrganizations: Experiences in Collaboration. Edited by R. Weber, J. Butler andP. Larson. WWF.
UNDP/FAO. 1982. National Conservation Plan for Indonesia, Vols. I-VII Bogor,Indonesia: Food and Agricultural Organization of the United Nations (FieldReports 17,18,35,36,39,44).
USDA. 1975. Soil Taxonomy.
Van Valkenburg, J.L.C.H. 1997. Non-timber forest products of East Kalimantan:Potentials for Sustainable Forest Use. Tropenbos Series 16. The TropenbosFoundation, Wageninen, The Netherlands.
Whitmore, T.C. 1984. The Tropical Rain Forests of the Far East, 2nd ed. ClarendonPress, Oxford.
Wollenberg, E., A.S. Nawir, A. Uluk and H. Pramona. 1998 (Draft). Income is notEnough: The Effect of Economic Incentives on Conservation. CIFOR, Bogor,Indonesia.
Wollenberg, L., dan Asung Uluk, 1998. Pemanfaatan Hutan dan Ekonomi RumahTangga di Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang. WWF/CIFOR Report.
World Bank. 1997 (Draft). Investing in Biodiversity: A Review of Indonesia’sIntegrated Conservation and Development Projects. The World Bank, Indonesiaand Pacific Islands Country Department.
WWF & IUCN. 1994. Centres of Plant Diversity: A Guide and Strategy for TheirConservation. Godalming and Gland Switzerland World Wide Fund for Nature/UK World Conservation Union (IUCN).
WWF & IUCN. 1998 (Draft). Guidelines on Indigenous Peoples and ProtectedAreas.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-131Kayan Mentarang Periode 2001-2025
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
X XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
No.
Kegi
atan
4Ta
ta B
atas
4.1.
Mem
asan
g pe
ta d
enga
n di
skrip
si b
atas
yan
g je
las
di s
etia
p de
sa.
4.2.
Men
entu
kan
prio
ritas
are
a ta
ta b
atas
4.2.
1.Ta
nda
bata
s be
rsam
a H
PH p
ada
tem
pat y
ang
berb
atas
an d
enga
n ta
man
nas
iona
l.4.
2.2.
Tand
a ba
tas
pada
ben
tuka
n ge
ogra
fi ya
ng ti
dak
mud
ah te
rliha
t (su
ngai
, pun
cak
dll.)
4.2.
3.Se
mua
tand
a ba
tas
yang
lain
4.3.
Mem
perb
aiki
dan
men
ggan
ti se
mua
tand
a ba
tas
bila
dip
erlu
kan
B.
PENG
ELO
LAAN
FLO
RA, F
AUNA
DAN
EKO
SIST
EM1
Inve
ntar
isas
i dan
Dis
tribu
si J
enis
1,1
Seca
ra p
erla
han
mem
perlu
as in
vent
aris
asi d
an d
istri
busi
jeni
s dila
kuka
n ol
eh P
KA/W
WF/
FoM
MA
1,2
Men
dapa
tkan
dan
a da
n m
elak
sana
kan
eksp
edis
i ker
agam
a ha
yati
skal
a be
sar,
linta
sba
tas.
1,3
Men
gece
k st
atus
pop
ulas
i bad
ak d
an o
rang
utan
yan
g te
rsis
a2
Re-
intro
duks
i, R
ehab
ilitas
i, pe
ngay
aan
Jeni
s.2.
1.C
oba
mer
ekru
t pen
eliti
den
gan
dana
sen
diri
untu
k m
emer
iksa
pot
ensi
re-in
trodu
ksi
oran
guta
n da
n ba
dak
dala
m ta
man
nas
iona
l2.
2.Pe
man
taua
n un
tuk
hila
ngny
a at
au te
ranc
am h
ilang
nya
jeni
s da
ri ba
gian
kaw
asan
dan
peng
ayaa
n ar
ea t
erse
but
jika
re-s
tock
ing
alam
tid
ak m
emun
gkin
kan,
dan
jika
peng
ayaa
n la
yak
seca
ra te
knis
mau
pun
ekon
omis
.3
Peng
elol
aan
Hab
itat
3.1.
Pada
ng ru
mpu
t Ban
teng
di h
ulu
Sung
ai B
ahau
(seb
elah
bar
at d
esa
Apau
Pin
g)3.
1.1.
Mer
ekru
t spe
cial
is ra
nge-
man
agem
ent u
ntuk
men
ingk
atka
n pe
ngel
olaa
n pa
dang
rum
put
3.1.
2.Ke
rja s
ama
dgn.
Mas
. lok
al u
ntuk
men
gem
bang
kan
& m
empe
rtaha
nkan
pem
baka
ran
berk
ala
& pe
ngel
olaa
n la
in3.
2.M
eman
tau
habi
tat y
ang
lebi
h ke
cil &
mud
ah te
rgan
ggu
sepe
rti h
utan
bat
u ga
mpi
ng d
anke
rang
as u
ntuk
inte
rven
si m
asal
ah d
an m
elak
sana
kan
peng
elol
aan
bila
dip
erlu
kan
4Pe
man
enan
tum
buha
n da
n sa
twa
sec.
ber
kela
njut
an o
leh
mas
yara
kat l
okal
di Z
ona
Pem
anfa
atan
Tra
disi
onal
4.1.
Men
yele
saik
an k
esep
akat
an m
enge
nai b
agai
man
a pe
man
enan
ini a
kan
dike
lola
,te
rmas
uk je
nis
man
a ya
ng d
apat
dip
anen
.4.
2.M
eman
tau
popu
lasi
jeni
s ya
ng b
iasa
dip
anen
4.3.
Peng
kajia
n ta
huna
n m
enge
nai j
enis
yan
g bo
leh
dipa
nen
dan
kepu
tusa
n m
enge
nai
inte
rven
si p
enge
lola
an u
ntuk
jeni
s ya
ng d
ipan
en b
erle
biha
n (k
uota
, pen
utup
an a
rea,
dsb.
)
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
133
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
132
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
No.
Keg
iata
n
A.
PENA
TAAN
KAW
ASAN
1Pe
renc
anaa
n1.
1Ev
alua
si R
enca
na P
enge
lola
an 2
5-ta
hun
dan
pers
iapa
n R
enca
na P
enge
lola
an 2
5-ta
hun
berik
utny
a1.
2Pe
rsia
pan
dan
Eval
uasi
Ren
cana
Ker
ja 5
-tahu
nan
1.3
Pers
iapa
n da
n Ev
alua
si R
enca
na K
erja
tahu
nan
1.4
Bers
ama
mas
yara
kat d
an le
mba
ga se
tem
pat m
embe
rikan
nam
a ba
ru u
ntuk
tam
an n
asio
nal
2Pe
nata
an B
atas
Kaw
asan
2.1
Mem
buat
kep
utus
an a
khir
men
gena
i pen
amba
han
laha
n ba
ru k
e da
lam
tam
an n
asio
nal
(Per
luas
an K
raya
n, P
erlu
asan
Tub
u, d
an K
orid
or K
raya
n - M
enta
rang
)2.
2M
enye
lesa
ikan
per
setu
juan
bat
as u
ntuk
Wila
yah
Adat
Apo
Kay
an, L
ong
Puju
ngan
,M
enta
rang
, Hul
u Ba
hau,
dan
Lum
bis,
& b
atas
sem
enta
ra u
ntuk
are
a Kr
ayan
dan
Tub
u2.
3Pe
renc
anaa
n ta
ta g
una
laha
n di
Kra
yan
dan
Wila
yah
Adat
Tub
u, u
ntuk
men
entu
kan
laha
ndi
are
a in
i yan
g ad
a di
dal
am b
atas
sem
enta
ra ta
man
nas
iona
l yan
g se
mes
tinya
dipe
rtaha
nkan
di d
alam
bat
as a
khir
dan
yang
aka
n di
kelu
arka
n da
ri ta
man
dan
dike
mba
ngka
n.3
Pena
taan
Zon
asi
3.1
Mem
buat
tam
an n
asio
nal d
i Wila
yah
Adat
Lum
bis,
Men
tara
ng, H
ulu
Baha
u, L
ong
Puju
ngan
, dan
Apo
Kay
an te
ruta
ma
deng
an Z
ona
Pem
anfa
atan
Tra
disi
onal
dan
Zon
a In
tiH
ulu
Sung
ai Iw
an, d
enga
n sa
tu z
ona
pem
anfa
atan
kec
il un
tuk
Pusa
t Pen
eliti
an H
utan
Lalu
t Bira
i3.
2Ji
ka la
han
di K
ayan
, Tub
u da
n pe
rluas
an K
orid
or K
raya
n-M
enta
rang
dita
mba
hkan
,ke
dal
am ta
man
nas
iona
l, ter
utam
a di
klas
ifikas
ikan
seba
gai Z
ona
Pem
anfa
atan
Tra
disi
onal
.3.
3Ji
ka la
han
di W
ilaya
h Ad
at K
raya
n da
n Tu
bu d
ikem
balik
an k
e da
lam
tam
an n
asio
nal,
teru
tam
a di
klas
ifika
sika
n m
enja
di Z
ona
Pem
anfa
atan
trad
isio
nal
3.4.
Mel
anju
tkan
pen
eliti
an b
iolo
gi u
ntuk
men
gide
ntifi
kasi
apa
kah
dipe
rluka
n Zo
na In
ti la
gida
n di
man
a lo
kasi
sem
estin
ya3.
5.N
egos
iasi
pem
buat
an Z
ona
Inti
lebi
h la
njut
, ata
u tip
e zo
na la
in, d
enga
n m
asya
raka
tse
baga
i bag
ian
pros
es p
eren
cana
an 5
-tahu
nan.
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
X
XX
X X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
X
Lam
pira
n : R
enca
na K
erja
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
No.
Kegi
atan
2Pe
ning
kata
n Ke
sada
ran
dan
Pend
idik
an L
ingk
unga
n2.
1.M
enge
mba
ngka
n da
n m
elak
sana
kan
prog
ram
unt
uk m
ende
kati
mas
. lo
kal d
an m
as.
umum
2.1.
1.M
engi
nfor
mas
ikan
kep
ada
mas
yara
kat
men
gena
i kep
utus
an p
enge
lola
an k
awas
an,
teru
tam
a je
nis
man
a ya
ng ti
dak
dapa
t dip
anen
sam
a se
kali
dan
baga
iman
a m
eman
enje
nis
yang
terb
atas
2.1.
2.M
engi
nfor
mas
ikan
kep
ada
mas
yara
kat
men
gena
i top
ik k
onse
rvas
i bio
logi
das
ar y
gbe
rkai
tan
deng
an p
eman
enan
tum
buha
n da
n sa
twa
sec.
berk
elan
juta
n da
ri ZP
Tm
engg
unak
an p
oste
r, fli
p ch
art,
dll.
2.1.
3.M
enge
mba
ngka
n re
ncan
a pe
mbe
laja
ran
men
gena
i TN
KM u
ntuk
SD
dan
DM
P se
tem
pat
juga
pro
gram
pel
atih
an u
ntuk
gur
u di
kaw
asan
2.1.
4M
enge
mba
ngka
n pr
ogra
m u
ntuk
pra
muk
a2.
1.5
Bila
dan
a m
emun
gkin
kan
men
gatu
r stu
dy to
urs k
e ta
man
nas
iona
l di In
done
sia
& M
alay
sia
2.2.
Men
gem
bang
kan
dan
mel
aksa
naka
n pr
ogra
m u
ntuk
men
jang
kau
pem
erin
tah
daer
ah2.
2.1.
Men
yiapk
an d
an m
enya
mpa
ikan
pres
enta
si da
sar 4
0-m
enite
men
gena
i pek
entin
gan
TNKM
men
ggun
akan
Pow
erpo
int d
an/a
tau
slid
e, fl
ip c
harts
, dll.
2.2.
2.M
enga
tur l
okak
arya
inst
ansi
pem
erin
tah
untu
k m
eran
cang
pro
gram
pen
didi
kan
untu
kin
stan
si m
erek
a da
n pe
mer
inta
h se
cara
um
um m
elal
ui k
alaw
arta
dan
med
ia la
in2.
2.3.
Men
ggun
akan
vid
eo,
pres
enta
si,
perm
aina
n si
mul
asi d
an m
edia
lain
unt
uk m
endi
dik
pese
rta p
ada
foru
m k
omun
ikas
i & k
oord
inas
i tah
unan
ting
kat k
abup
aten
dan
pro
vins
i.2.
2.4
Bila
dan
a m
emun
gkin
kan
men
gatu
r stu
dy to
urs k
e ta
man
nas
iona
l di In
done
sia
& M
alay
sia
2.3.
Men
gem
bang
kan
dan
mel
aksa
naka
n pr
ogra
m u
ntuk
men
jang
kau
sekt
or s
was
ta2.
3.1.
Sam
a se
perti
2.2
.1. D
an m
enam
bah
info
rmas
i men
gena
i lok
asi b
atas
tam
an n
asio
nal
2.3.
2Sa
ma
sepe
rti 2
.2.3
.2.
4.M
enge
mba
ngka
n da
n m
elak
sana
kan
prog
ram
unt
uk m
enja
ngka
u w
isat
awan
yg
data
ngke
TN
KM2.
4.1.
Men
gem
bang
kan
dan
mem
perb
aiki
buk
u pa
ndua
n un
tuk
wis
ataw
an2.
4.2.
Jika
par
iwis
ata
berk
emba
ng d
an m
enca
pai j
umla
h ya
ng c
ukup
, m
enge
mba
ngka
nin
terp
reta
si s
emi-p
erm
anen
dan
men
ampi
lkan
di p
usat
pen
gunj
ung
dan
jalu
r int
erpr
etas
ial
am d
i Lal
ut B
irai
2.5.
Mem
anfa
atka
n TN
KM s
ebag
ai p
usat
pen
didi
kan
perg
urua
n tin
ggi
2.5.
1.M
embe
rikan
pel
uang
kep
ada
mah
asis
wa
dan
peng
ajar
UN
MU
Ldi
Sam
arin
da u
ntuk
mel
akuk
an p
elat
ihan
dan
pen
eliti
an d
i Sta
siun
Pen
eliti
an H
utan
LB
2.5.
2.M
erek
rut m
ahas
isw
a S2
/S3
dari
Perg
urua
n Ti
nggi
lain
di I
ndon
esia
dan
luar
neg
ri un
tuk
mel
akuk
an p
enel
itian
di d
alam
dan
di s
ekita
r TN
KM.
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
135
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
X XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
No.
Kegi
atan
4Ta
ta B
atas
4.1.
Mem
asan
g pe
ta d
enga
n di
skrip
si b
atas
yan
g je
las
di s
etia
p de
sa.
4.2.
Men
entu
kan
prio
ritas
are
a ta
ta b
atas
4.2.
1.Ta
nda
bata
s be
rsam
a H
PH p
ada
tem
pat y
ang
berb
atas
an d
enga
n ta
man
nas
iona
l.4.
2.2.
Tand
a ba
tas
pada
ben
tuka
n ge
ogra
fi ya
ng ti
dak
mud
ah te
rliha
t (su
ngai
, pun
cak
dll.)
4.2.
3.Se
mua
tand
a ba
tas
yang
lain
4.3.
Mem
perb
aiki
dan
men
ggan
ti se
mua
tand
a ba
tas
bila
dip
erlu
kan
B.
PENG
ELO
LAAN
FLO
RA, F
AUNA
DAN
EKO
SIST
EM1
Inve
ntar
isas
i dan
Dis
tribu
si J
enis
1,1
Seca
ra p
erla
han
mem
perlu
as in
vent
aris
asi d
an d
istri
busi
jeni
s dila
kuka
n ol
eh P
KA/W
WF/
FoM
MA
1,2
Men
dapa
tkan
dan
a da
n m
elak
sana
kan
eksp
edis
i ker
agam
a ha
yati
skal
a be
sar,
linta
sba
tas.
1,3
Men
gece
k st
atus
pop
ulas
i bad
ak d
an o
rang
utan
yan
g te
rsis
a2
Re-
intro
duks
i, R
ehab
ilitas
i, pe
ngay
aan
Jeni
s.2.
1.C
oba
mer
ekru
t pen
eliti
den
gan
dana
sen
diri
untu
k m
emer
iksa
pot
ensi
re-in
trodu
ksi
oran
guta
n da
n ba
dak
dala
m ta
man
nas
iona
l2.
2.Pe
man
taua
n un
tuk
hila
ngny
a at
au te
ranc
am h
ilang
nya
jeni
s da
ri ba
gian
kaw
asan
dan
peng
ayaa
n ar
ea t
erse
but
jika
re-s
tock
ing
alam
tid
ak m
emun
gkin
kan,
dan
jika
peng
ayaa
n la
yak
seca
ra te
knis
mau
pun
ekon
omis
.3
Peng
elol
aan
Hab
itat
3.1.
Pada
ng ru
mpu
t Ban
teng
di h
ulu
Sung
ai B
ahau
(seb
elah
bar
at d
esa
Apau
Pin
g)3.
1.1.
Mer
ekru
t spe
cial
is ra
nge-
man
agem
ent u
ntuk
men
ingk
atka
n pe
ngel
olaa
n pa
dang
rum
put
3.1.
2.Ke
rja s
ama
dgn.
Mas
. lok
al u
ntuk
men
gem
bang
kan
& m
empe
rtaha
nkan
pem
baka
ran
berk
ala
& pe
ngel
olaa
n la
in3.
2.M
eman
tau
habi
tat y
ang
lebi
h ke
cil &
mud
ah te
rgan
ggu
sepe
rti h
utan
bat
u ga
mpi
ng d
anke
rang
as u
ntuk
inte
rven
si m
asal
ah d
an m
elak
sana
kan
peng
elol
aan
bila
dip
erlu
kan
4Pe
man
enan
tum
buha
n da
n sa
twa
sec.
ber
kela
njut
an o
leh
mas
yara
kat l
okal
di Z
ona
Pem
anfa
atan
Tra
disi
onal
4.1.
Men
yele
saik
an k
esep
akat
an m
enge
nai b
agai
man
a pe
man
enan
ini a
kan
dike
lola
,te
rmas
uk je
nis
man
a ya
ng d
apat
dip
anen
.4.
2.M
eman
tau
popu
lasi
jeni
s ya
ng b
iasa
dip
anen
4.3.
Peng
kajia
n ta
huna
n m
enge
nai j
enis
yan
g bo
leh
dipa
nen
dan
kepu
tusa
n m
enge
nai
inte
rven
si p
enge
lola
an u
ntuk
jeni
s ya
ng d
ipan
en b
erle
biha
n (k
uota
, pen
utup
an a
rea,
dsb.
)
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
134
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
X
No.
Kegi
atan
3.4.
Mel
aksa
naka
n pe
nelit
ian
popu
lasi
dan
pen
gelo
lan
jeni
s pr
iorit
as3.
4.1.
Men
dapa
tkan
per
kira
an k
epad
atan
dar
i tra
nsek
di L
alut
Bira
i dan
dar
i sur
vei k
erag
aman
haya
ti3.
4.2.
men
dapa
tkan
per
kira
an m
asya
raka
t lok
al te
rhad
ap p
opul
asi m
elal
ui P
RA
3.4.
3Pe
ngam
bila
n sa
mpe
l jen
is in
dika
tor
3.4.
4.Pe
nelit
ian
mar
k-re
capt
ure,
jika
wak
tu d
an d
ana
mem
ungk
inka
n3.
4.5.
Anal
isa
viab
iliti p
opul
asi j
enis
prio
ritas
3.4.
6.Po
pula
si s
atw
a ya
ng b
erge
rak
dan
mod
el s
pasi
al p
opul
asi y
ang
jela
s3.
5.M
engk
aji d
ampa
k da
n ke
efek
tivan
met
ode
peng
elol
aan
popu
lasi
hid
upan
liar
sas
aran
yang
mun
gkin
4Pe
mbi
akan
dan
Pen
anam
an4.
1.M
erek
rut
pene
liti d
enga
n da
na s
endi
ri un
tuk
mel
akuk
an p
enel
itian
pem
biak
an d
anpe
nana
man
5M
erek
rut p
enel
iti d
an m
ahas
isw
a S2
/S3
untu
k m
elak
sana
kan
topi
k pe
nelit
ian
peng
aruh
keg
iata
n m
anus
ia th
d. L
ingk
unga
n TN
KM:
5.1.
Peng
aruh
per
lada
ngan
gilir
bal
ik te
rhad
ap s
ukse
si h
utan
dan
ker
agam
an s
atw
a5.
2.Pe
ngar
uh p
ondo
k te
rhad
ap s
ukse
si v
eget
atio
n hu
tan
kera
gam
an s
atw
a5.
3.D
ampa
k ke
giat
an p
enem
bang
an e
kono
mi t
erha
dap
TNKM
dan
ker
agam
an h
ayat
i5.
4.ke
berla
njut
an p
eman
enan
tum
buha
n da
n sa
twa
6M
emel
ihar
a da
n m
enin
gkat
kan
sist
em G
IS y
ang
dim
ulai
ole
h pr
oyek
WW
FI K
ayan
Men
tara
ngE.
PENG
AMAN
AN D
AN P
ERLI
NDUN
GAN
KAW
ASAN
1Ke
baka
ran
huta
n1.
1.Pe
nega
kan
pera
tura
n ad
at y
ang
men
gend
alik
an a
pi la
dang
gilir
bal
ik1.
2.M
eman
tau
api y
ang
digu
naka
n ol
eh p
rusa
haan
dan
pem
ukim
pen
data
ng d
ari l
uar T
NKM
1.3.
Mel
akuk
an s
urve
i uda
ra s
elam
a m
usim
keb
akar
an u
ntuk
men
geta
hui k
ebak
aran
sec
ara
dini
1.4.
Men
dapa
tkan
ala
t pem
adam
keb
akar
an d
ari p
roye
k IF
FM d
an d
igan
ti bi
la p
erlu
1.5.
IFFM
mel
akuk
an p
ence
gaha
n ke
baka
ran
dan
kam
pany
e pe
nyad
aran
sek
itar T
NKM
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
137
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
No.
Kegi
atan
D.
PENE
LITI
AN D
AN P
ENG
EMBA
NGAN
0M
asal
ah u
mum
0,1
Men
gatu
r lok
akar
ya in
tern
asio
nal, m
ultid
isip
liner
unt
uk m
enge
mba
ngka
n re
ncan
a pe
neliti
anke
raga
man
hay
ati,
dan
mel
aksa
naka
n tin
dak
lanj
ut p
erte
mua
n da
lam
tah
un-ta
hun
berik
utny
a0,
2M
erek
rut d
an m
enar
ik il
muw
an d
an m
ahas
isw
a un
tuk
men
ingk
atka
n ha
sil p
enel
itian
0,3
Mem
perb
arui
& m
enge
mba
ngka
n pr
osed
ur a
pplik
asi p
enel
itian
; dem
ikia
n ju
ga p
erat
uran
,pe
rsya
rata
n da
n ta
nggu
ng ja
wab
pen
eliti
1Pe
nelit
ian
Habi
tat
1.1.
Iden
tifik
asi h
abita
t mel
alui
kla
sifik
asi s
iste
m v
eget
asi d
ari m
asya
raka
t lok
al d
anm
elak
ukan
cro
ss-c
heck
den
gan
cont
oh la
pang
an1.
2.St
asiu
n Pe
nelit
ian
Hut
an L
alut
Bira
i1.
2.1
Men
gatu
r lok
akar
ya u
ntuk
men
gkaj
i dan
mem
perb
aiki
pro
gram
pen
eliti
an1.
2.2
Mel
anju
tkan
pen
eliti
an d
i plo
t veg
etas
i (ya
ng la
ma
dan
yang
bar
u).
1.2.
3.m
embu
at p
lot v
eget
asi p
erm
anen
di h
abita
t bar
u1.
3.M
embu
at p
lot p
enel
itian
jang
ka p
anja
ng d
i hab
itat l
ain
di a
rea-
area
tam
an n
asio
nal y
ang
berb
eda
yang
terja
ngka
u ol
eh p
os la
pang
an te
rdek
at a
tau
pene
litia
n po
rtabl
e
2Pe
nelit
ian
skal
a Bi
oreg
iona
l2,
1M
enga
tur
loka
kary
a un
tuk
men
gem
bang
kan
pene
litia
n ja
ngka
pan
jang
men
gena
ike
butu
han
babi
hut
an d
i lua
r lah
an T
NKM
2.1.
1.Ke
rja s
ama
dg C
IFO
R d
an in
stitu
si la
in u
ntuk
mel
aksa
naka
n pe
nelit
ian
babi
hut
an ja
ngka
panj
ang
2.2.
Mel
aksa
naka
n st
udi p
usta
ka m
enge
nai p
oten
si p
erpi
ndah
an b
abai
hut
an d
an fa
una
lain
ke d
alam
dan
ke
luar
TN
KM d
an m
enge
mba
ngka
n pr
ogra
m p
enel
itian
jang
ka p
anja
ng2.
2.1.
Mer
ekru
t ilm
uwan
dan
mah
asis
wa
untu
k m
elak
sana
kan
prog
ram
pen
eliti
an2.
3.M
erek
rut i
lmuw
an u
ntuk
mem
pela
jari
baga
iman
a fa
una
TNKM
ters
ebar
mel
inta
si b
arie
r2.
4.Id
entif
ikas
i pot
ensi
kor
idor
hab
itat a
ntar
a TN
KM d
an h
abita
t pen
ting
di lu
ar T
NKM
dan
beke
rja s
ama
deng
an p
eren
cana
kab
upat
en d
an r
egio
nal u
ntuk
mel
esta
rikan
hab
itat
ters
ebut
.
3Pe
nelit
ian
Jeni
s3.
1.Be
kerja
sam
a de
ngan
mas
. Lok
al u
ntuk
men
gide
ntifi
kasi
laha
n da
n tip
e h
abita
t veg
etas
im
ana
yang
prio
ritas
pen
ting
untu
k je
nis
dan
men
gapa
3.2.
Mer
ekru
t spe
sial
is u
ntuk
men
ulis
renc
ana
peng
elol
aan
jeni
s pr
iorit
as3.
3.M
erek
rut s
pesi
alis
unt
uk m
elak
sana
kan
kom
pone
n pe
nelit
ian
renc
ana
peng
elol
aan
jeni
s
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
136
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX X
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
No.
Kegi
atan
6.2.
Men
eliti
din
amik
a ek
olog
i dan
pop
ulas
i jeni
s; m
enge
mba
ngka
n re
ncan
a pe
ngel
olaa
n je
nis
6.3.
Men
didi
k m
asya
raka
t lo
kal m
enge
nai a
ncam
an t
erha
dap
jeni
s da
n ke
butu
han
untu
kem
ngko
nser
vasi
.6.
4.M
empe
role
h da
na u
ntuk
mem
ulai
pro
gram
per
cont
ohan
pen
angk
aran
dan
men
jual
bur
ung
hasi
lnya
6.5.
Mel
obi p
emer
inta
h un
tuk
mem
buat
daf
tar j
enis
dilin
dung
i.6.
6.M
empr
iorit
aska
n je
nis
ini d
alam
pro
gram
pem
anta
uan
kaw
asan
, jug
a m
eman
tau
pasa
rbu
rung
unt
uk m
emas
tikan
han
ya b
urun
g ha
sil p
enan
gkar
an y
ang
diju
al7
Ham
a da
n Pe
nyak
it7.
1.Be
kerja
sam
a de
ngan
per
tani
an u
ntuk
skr
inin
g sa
twa
dom
estik
terh
adap
pen
yaki
t ya
ngda
pat m
enul
ar k
e sa
twa
liar
7.2.
Beke
rja s
ama
deng
an p
erta
nian
unt
uk m
enge
mba
ngka
n ja
sa d
okte
r hew
an d
i TN
KM.
7.3.
mem
buat
dan
men
dist
ribus
ikan
mat
eri p
enua
dara
n da
n pe
ndid
ikan
unt
uk to
pik
ini.
8Po
lusi
8.1
Bek
erja
sam
a de
ngan
pem
erin
tah
kabu
pate
n un
tuk
mem
bant
u m
asya
raka
tm
enge
mba
ngka
n si
stem
san
itasi
8.2.
Men
genb
angk
aan
pras
aran
a se
dem
ikia
n ru
pa u
ntuk
men
cega
h po
lusi
air.
8.3.
Tida
k m
emas
ukan
per
kebu
nan
yang
men
ggun
akan
pes
tisid
a at
au h
erbi
sida
da
ri zo
nape
nyan
gga
8.4.
Men
gem
bang
akan
mat
eri p
enya
dara
n da
n pe
ndid
idka
n m
enge
nai p
embu
anga
n sa
mpa
hya
ng p
oten
si
men
imbu
lkan
kon
tam
inas
i sep
erti
oli,
bate
rei,
baha
n ki
mia
rum
ah ta
ngga
perta
nian
, dll.
9ko
ordi
nasi
pro
gram
per
lindu
ngan
dan
kon
serv
asi T
NKM
9.1.
Men
yele
saik
an k
esep
akat
an d
enga
n le
mba
ga lo
kal m
enge
nai b
agai
man
a le
mba
ga in
iak
an m
ulai
men
egak
kan
pera
tura
n TN
KM d
enga
n m
asya
raka
t lok
al.
9.1.
1.M
elak
sana
kan
kese
paka
tan,
mem
perb
aiki
bila
per
lu9.
2.M
embu
at k
esep
akat
an a
ntar
a PK
A da
n Po
lisi u
ntuk
pro
sedu
r m
enan
gani
pen
egak
ante
rhad
ap o
rang
luar
; te
rmas
uk m
ilite
r un
tuk
tinda
kan
pene
gaka
n be
rkai
tan
deng
anpe
rbat
asan
Sab
ah d
an S
eraw
ak.
9.2.
1.M
elak
sana
kan
kese
paka
tan
pene
gaka
n, m
empe
rbai
ki b
ila p
erlu
F.PE
NGEM
BANG
AN K
ELEM
BAG
AAN
1M
enge
mba
ngka
n si
stem
dan
stru
ktur
pen
gelo
laan
ber
sam
a1.
1.M
embu
at ti
m u
ntuk
men
gem
bang
akan
dra
ft SK
unt
uk D
ewan
Pen
entu
Keb
ijaka
n da
nBa
dan
Pela
ksan
a, te
rmas
uk s
trukt
ur, k
eang
gota
an, p
rose
dur k
erja
, pem
ecah
an m
asal
ahda
n no
ta k
esep
aham
an.
1.2.
Men
dapa
tkan
tand
a ta
ngan
per
setu
juan
SK
untu
k D
ewan
Pen
entu
Keb
ijaka
n da
n Ba
dan
Pela
ksan
a da
ri M
ente
ri Ke
huta
nan.
1.3.
Mel
aksa
naka
n si
stem
pen
gelo
laan
kol
abor
asi,
men
gkaj
i dan
mem
perb
aiki
bila
per
lu
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
139
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
No.
Kegi
atan
1.6.
Mem
inta
pus
at p
enge
ndal
ian
keba
kara
n pr
ovin
si u
ntuk
mem
prio
ritas
kan
TNKM
dal
amup
aya
pem
adam
an k
ebak
aran
1.7.
Lobi
pem
erin
tan
kabu
pate
n da
n pr
ovin
si u
ntuk
mel
aran
g pe
mbu
kaan
hut
an d
alam
jara
k5
km d
ari t
aman
nas
iona
l seb
agai
bag
ian
dari
renc
ana
tata
ruan
g w
ilaya
h (R
TRW
).2
Pene
bang
an h
utan
2.1.
men
gunj
ungi
kem
dan
kan
tor H
PH ta
huna
n un
tuk
men
jela
skan
bat
as d
enga
n
HPH
,un
tuk
men
cega
h tim
buln
ya m
asal
ah d
an m
enga
tasi
mas
alah
yan
g ad
a2.
2.M
empr
iorit
aska
n pe
nand
aan
bers
ama
bata
s TN
KM &
HPH
.2.
3.Su
rvei
uda
ra p
ada
bata
s-ba
tas
tsb.
(ber
sam
aan
deng
an 1
.3)
2.4.
Mem
inta
HPH
dek
at T
NKM
unt
uk ik
ut d
alam
pel
atih
an m
engu
rang
i dam
pak
pene
bang
an k
ayu
yang
dila
kuka
n C
IFO
R2.
5.Lo
bi D
ephu
tbun
unt
uk m
embe
rikan
ser
tifik
at k
epad
a H
PH te
rseb
ut.
2.6.
Lobi
Dep
hutb
un u
ntuk
mem
prio
ritas
kan
pem
anta
uan
terh
adap
HPH
ter
sebu
t un
tuk
men
gura
ngi d
ampa
k pe
neba
ngan
dan
pem
beria
n se
rtifik
at, d
an k
emud
ian
mem
anta
upe
laks
anaa
nnya
2.7.
Beke
rja s
ama
deng
an L
SM u
ntuk
pem
anta
uan
inde
pend
en p
elak
sana
an p
erat
uran
pene
bang
an k
ayu
3Pe
rtam
bang
an3.
1.M
engu
njun
gi lo
kasi
pen
amba
ngan
dan
kan
tor p
usat
tiap
tahu
n un
tuk
men
jela
skan
bat
asTN
KM d
enga
n ar
ea e
kplo
rasi
, men
cega
h m
asal
ah, d
an m
enga
tasi
mas
alah
yan
g ad
a.3.
2.M
elob
i pem
erin
tah
untu
k m
emba
talk
an b
agia
n ek
splo
rasi
hak
pen
amba
ngan
di d
alam
TNKM
3.3.
Surv
ei u
dara
dan
dar
at te
rhad
ap b
atas
per
tam
bang
na y
ang
bero
pera
si d
i bat
as T
NKM
.4
Pote
nsi a
ncam
an d
ari M
alay
sia
4.1.
mem
baha
s m
asal
ah-m
asal
ah p
enge
lola
an p
ada
perte
mua
n ta
huna
n in
stan
si p
eren
cana
dari
Sab
ah, S
eraw
ak, d
an p
ropi
nsi K
alim
anta
n4.
2.M
embu
at d
an m
enge
mba
ngka
n “s
iste
r par
k” a
ntar
a TN
KM,
Tam
an P
ulau
Tau
NP
diSe
raw
ak d
an U
lu P
adas
(bila
ditu
njuk
seb
agai
kaw
asan
dilin
dung
i) di
Sab
ah4.
3.Su
rvei
uda
ra d
ua k
ali s
etah
un u
ntuk
mem
anta
u H
PH M
alay
sia
yang
bek
erja
di d
ekat
bat
as T
NKM
5Ja
lan
5.1.
Beke
rja s
ama
deng
an p
emer
inta
h ka
bupa
ten
dan
prop
insi
unt
uk m
enga
nalis
a a
ltern
ativ
jala
n da
n/at
au r
ute
jala
n ya
ng m
enye
babk
an d
ampa
k pa
ling
keci
l ter
hada
p TN
KM d
anke
raga
man
hay
atin
ya.
6An
cam
an te
rhad
ap b
urun
g cu
cak
raw
a (d
an p
oten
si a
ncam
an te
rhad
ap je
nis
lain
)6.
1.M
engg
unak
an L
emba
ga A
dat u
ntuk
mem
bata
si a
tau
mel
aran
g pe
man
enan
, men
guat
kan
prak
arsa
yan
g a
da
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
138
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
X XX
XX
XX
XX
XX
X
XX X
X X XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
No.
Keg
iata
n
8.3.
Kem
itraa
n da
lam
mer
anca
ng d
an m
elak
sana
kan
peng
elol
aan
kaw
asan
ata
upe
ngem
bang
an k
egia
tan
zona
pen
yang
ga (l
ihat
renc
ana
kerja
bag
ian
I)H
.PE
NGEM
BANG
AN P
RASA
RANA
1Pe
ngel
olaa
n fa
silit
as1.
1.M
emba
ngun
dan
mel
engk
api K
anto
r Pus
at (b
ila d
ana
ITTO
ters
edia
)1,
2M
emba
ngun
dan
mel
engk
api K
anto
r Wila
yah
Kons
erva
si/P
os la
pang
an (b
ila d
ana
ITTO
ters
edia
)1.
2.1.
Long
Puj
unga
n1.
2.2.
Dat
a D
ian
1.2.
3.Lo
ng B
awan
(ter
gant
ung
sebe
rapa
luas
laha
n Kr
ayan
teta
p di
dal
am T
NKM
)1.
2.4.
Tau
Lum
bis
1.2.
5.Lo
ng L
ayu
1.2.
6.Lo
ng T
iti (t
erga
ntun
g se
bera
pa lu
as la
han
Wila
yah
adat
ini t
etap
di d
alam
TN
KM)
1.3.
Peng
emba
ngan
Lal
ut B
irai
1.3.
1.M
enin
gkat
kan
jala
n se
tapa
k un
tuk
akse
s da
ri su
ngai
Bah
au,te
rmas
uk d
ua je
mba
tan
gant
ung
1.3.
2.M
empe
rluas
tem
pat t
ingg
al d
an te
mpa
t ker
ja u
ntuk
men
duku
ng 6
sam
pai 8
pen
eliti
yan
gda
tang
1.3.
3.M
emas
ang
toile
t bar
u1.
3.4.
Mer
anca
ng u
lang
dap
ur d
an te
mpa
t men
cuci
aga
r tid
ak te
rleta
k di
jala
n m
asuk
uta
ma
1.3.
5.M
enin
gkat
kan
jala
n se
tapa
k tra
nsek
aga
r leb
ih m
udah
aks
ese
bagi
pen
eliti
dan
peng
unju
ng1.
4.M
emba
ngun
dan
mel
engk
api p
os ja
ga1.
4.1.
Sung
ai Iw
an1.
4.2.
Sung
ai K
etam
an1.
4.3.
Long
Jel
et (h
ulu
Sung
ai P
ujun
gan)
1.4.
4.D
ua p
adan
g ru
mpu
t Apa
u Pi
ng1.
4.5.
Long
Ben
a (h
ulu
Sung
ai L
urah
)1.
4.6.
Long
Run
gan
1.4.
7.W
a’ Y
agun
g1.
4.8.
Long
Pal
a1.
4.9.
Sung
ai K
at (
bila
are
a in
i dita
mba
hkan
ke
dala
m T
NKM
)1,
5M
enge
mba
ngka
n ke
mah
pen
eliti
an p
orte
bel/
kit u
ntuk
mem
perlu
as p
enel
itian
di b
agia
nla
in T
NKM
1.6.
Pem
elih
araa
n se
mua
fasi
litas
Peng
elol
aan
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
141
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
No.
Keg
iata
n
2Pe
ngem
bang
an F
oMM
A2.
1.M
enye
lesa
ikan
stru
ktur
dan
sec
ara
huku
m d
an m
engo
pera
sika
n pr
osed
ur F
oMM
A2.
2.M
eran
cang
dan
mel
aksa
naka
n pr
ogra
m p
elat
ihan
pen
gelo
laan
unt
uk F
oMM
A2.
3.M
embe
ntuk
dan
men
gelo
la s
uatu
Bad
an P
enas
ihat
FoM
MA.
2.4.
Mem
bent
uk d
an m
elak
sana
kans
ebua
h pr
ogra
m u
ntu
FoM
MA
3Pe
ran
PK
A d
an W
WFI
3.1.
WW
FI m
erek
rut
dan
men
gatu
r ka
ryaw
an y
ang
ditu
gask
an d
i Pro
yek
TNKM
/Bad
anPe
laks
ana
3.2.
PKA/
KSD
A m
enug
aska
n ka
ryaw
an p
enuh
seb
agai
pen
ghub
ung
ke B
adan
Pel
aksa
na3.
3.PK
A/KS
DA
men
amba
h ka
ryaw
an u
ntuk
Bad
an P
elak
sana
jika
dipe
rluka
n da
n an
ggar
anm
emun
gkin
kan,
per
enca
naan
men
ingk
at d
enga
n m
itra
proy
ek s
eper
ti Fo
MM
A da
nW
WFI
unt
uk m
engh
inda
ri du
plik
asi k
egia
tan
dan
men
ingk
atka
n ef
isie
nsi p
engg
unaa
nka
ryaw
an d
an s
umbe
r da
ya la
inny
a3.
4.Ba
dan
Pela
ksan
a m
emin
ta b
antu
an ta
mba
han
dari
LSM
, sep
erti
WW
FI, b
ila d
iper
luka
nda
n se
suai
G.
KO
OR
DIN
ASI
DA
N K
OO
PER
ASI
1Em
pat p
erte
mua
n D
ewan
Pen
entu
Keb
ijaka
n pe
r tah
un (2
kal
i jik
a da
na te
rbat
as)
2Fo
rum
tahu
nan
Kom
unik
asi d
an k
oord
inas
i di k
ecam
atan
Mal
inau
dan
Nun
ukan
dan
tingk
at p
ropi
nsi.
3Pa
rtis
ipas
i ole
h ka
ryaw
an T
NK
M a
tau
angg
ota
DPK
pad
a R
aKor
Ban
g4
Part
isip
asi p
ada
pros
es p
enge
mba
ngan
Tat
a ru
ang
kabu
pate
n da
n pr
opin
si5
Part
isip
asi
pada
per
tem
uan
peng
emba
ngan
per
bata
san
anta
ra K
alim
anta
n,Sa
bah,
& P
emer
inta
h Se
raw
ak (S
osek
mal
indo
)6
Mem
bent
uk ti
mkh
usus
yan
g te
rdiri
dar
i ins
tans
i pem
erin
tah
yang
ber
beda
unt
ukm
enan
gani
mas
alah
khu
sus,
sep
erti
rute
unt
uk u
sula
n ja
lan,
jika
per
lu7
Ket
erlib
atan
Sek
tor
swas
ta7.
1.Pe
rwak
ilan
di D
ewan
Pen
entu
Keb
ijaka
n (li
hat n
omer
1)
7.2.
Parti
sipa
si d
i For
um k
omun
ikas
i dan
koo
rdin
asi t
ahun
an (
lihat
nom
or 2
)7.
3.Ku
njun
gan
tahu
nan
oleh
kar
yaw
an ta
man
nas
iona
l ke
perb
atas
an k
awas
an d
enga
nH
PH d
an p
erta
mba
ngan
unt
uk m
ence
gah
mas
alah
dan
men
gata
si m
asal
ah y
ang
ada
(liha
t ren
cana
ker
ja b
agia
n E)
7.4.
Mem
bent
uk “K
erab
at T
NKM
” jik
a ad
a ke
pent
inga
n da
n ke
butu
han
yang
kua
t8
Ket
erlib
atan
LSM
8.1.
Perw
akila
n da
lam
Dew
an P
enen
tu K
ebija
kan
(liha
t nom
or 1
)8.
2.Pa
rtisi
pasi
dal
am fa
rum
Kom
unik
asi d
an k
oord
inas
i (lih
at n
omor
2)
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
140
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
X
X XX
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
No.
Keg
iata
n
3Pr
asar
ana
yang
dim
inta
dar
i pem
erin
tah
Kabu
pate
n da
n Pr
opin
si3.
1.M
emin
dahk
an la
pang
an p
erin
tis L
ong
Alan
go k
e te
mpa
t yan
g bi
sa d
iban
gun
land
asan
pacu
lebi
h pa
njan
g3.
2.M
emba
ngun
lapa
ngan
per
intis
di d
aera
h hu
lu S
unga
i Tub
u3.
3.M
empe
rpan
jang
dan
men
ingk
atka
n la
pang
an p
erin
tis d
i Dat
a D
ian
3.4
Mem
buat
gira
m “K
raba
ng” l
ebih
dap
at d
ilalu
i3.
5.M
embu
at g
iram
“Tla
sau
Dad
o’” d
i hilir
Lon
g Pu
jung
an le
bih
aman
IPA
RTIS
IPAS
I MAS
YARA
KAT
1M
elob
i pem
erin
tah
untu
k m
enga
kui h
ak m
asya
raka
t ada
t unt
uk m
enge
lola
(buk
anm
emili
ki) t
anah
ada
t mer
eka.
2B
eker
ja s
ama
deng
an p
emer
inta
h ka
bupa
ten
untu
k m
enga
rahk
an b
antu
anpe
mer
inta
h un
tuk
mas
yara
kat s
ekita
r kaw
asan
, ter
mas
uk s
ekol
ah, k
linik
, pra
-sar
ana
lain
, pen
yulu
han
perta
nian
, dan
ban
tuan
pen
gem
bang
an m
asya
raka
t lai
n.3
Mem
buat
dan
mem
elih
aran
sis
tem
unt
uk m
emba
ntu
mas
yara
kat s
etem
pat d
alam
mem
anen
tum
buha
n da
n sa
twa
seca
ra, b
erke
lanj
utan
dar
i tan
ah a
dat d
i dal
am d
andi
luar
tn.
4M
enge
mba
ngka
n da
n m
emel
ihar
a pr
ogra
m w
isat
a al
am b
erba
sis
mas
yara
kat
5M
erun
ding
kan
suat
u si
stem
yan
g m
emas
tikan
bah
wa
mas
yara
kat l
okal
dan
lem
baga
loka
l ak
an b
erba
gi k
eunt
unga
n da
ri ta
man
nas
iona
l, da
ri w
isat
a, s
ub-k
ontr
akpe
ngel
olaa
n, d
ll.6
Beke
rja s
ama
deng
an m
asya
raka
t lok
al d
an p
emer
inta
h da
n le
mba
ga n
on-p
em.
untu
k m
enge
mba
ngka
n &
mel
aksa
naka
n pr
oyek
pen
gem
bang
an p
erta
nian
6.1.
Exte
nsifi
kasi
dan
inte
nsifi
kasi
bud
iday
a pa
di s
awah
6.1.
1.Su
rvei
are
a di
man
a bu
dida
ya p
adi d
apat
dik
emba
ngka
n.6.
1.2.
Mer
anca
ng, m
emba
ngun
dan
mem
elih
ara
sist
em ir
igas
i di d
aera
h ba
ru6.
1.3.
Mel
akuk
an p
enel
itian
tent
ang
met
oda
dan
pote
nsi p
enin
gkat
an b
udid
aya
padi
saw
ah6.
1.4.
Mer
anca
ng d
an m
elak
sana
kan
prog
ram
pen
yulu
han,
term
asuk
pel
atih
an m
enge
nai p
adi
saw
ah.
6.2.
Ekst
ensi
fikas
i dan
inte
nsifi
kasi
pet
erna
kan
6.2.
1.M
elak
ukan
pen
eliti
an m
enge
nai c
ara
mem
elih
ara
kerb
au u
ntuk
diju
al,
kem
ungk
inan
peni
ngka
tan,
dan
pro
gram
pen
yulu
han
untu
k men
yeba
rkan
pen
gem
bang
an ke
pada
pet
ani
6.2.
2.Su
rvei
keg
iata
n pe
tern
akan
yan
g ad
a un
tuk
satw
a la
in (b
abi,
ayam
, ika
n, d
ll. &
pot
ensi
untu
k in
tens
ifika
si d
an e
kste
nsifi
kasi
6.2.
3.M
enge
mba
ngka
n da
n m
elak
sana
kan
prog
ram
inte
nsifi
kasi
dan
eks
tens
ifika
si p
eter
naka
nsa
twa
lain
term
asuk
pro
duks
i pan
gan,
jasa
dok
ter h
ewan
, dll.
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
143
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
XX
XX X
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
No.
Keg
iata
n
2Fa
silit
as P
eman
faat
an2.
1.M
emba
ngun
dan
men
ata
pusa
t pen
gunj
ung
keci
l di K
anto
r Pus
at d
an p
os D
ata
Dia
n,Lo
ng P
ujun
gan,
Lon
g Ba
wan
, dan
Tau
Lum
bis
2.1.
1.M
emba
ngun
dan
men
ata
pusa
t pen
gunj
ung
keci
l di p
os L
ong
Layu
& L
ong
Titi
2.2.
Fasi
litas
peng
amat
an h
idup
an li
ar2.
2.1.
Peng
amat
an te
rsem
buny
i di p
adan
g ru
mpu
t Apa
u Pi
ng d
an h
ulu
sung
ai L
urah
2.2.
2.M
enar
a pe
ngam
atan
di p
adan
g ru
mpu
t Apa
u Pi
ng (j
ika
jum
lah
wis
ataw
an m
emad
ai)
2.2.
3.M
enar
a pe
ngam
at a
tau
jem
bata
n ka
nopi
di L
alut
Bira
i (jik
a ju
mla
h w
isat
awan
mem
adai
)2.
3.M
enge
mba
ngka
n ja
lan
seta
pak
untu
k tre
kkin
g2.
3.1.
Seki
tar p
adan
g ru
mpu
t hul
u Ba
hau
(sek
itar 1
0 km
)2.
3.2.
Long
Lay
u ke
Apa
u Pi
ng v
ia p
adan
g ru
mpu
t hul
u Su
ngai
Bah
au (s
ekita
r 80
km)
2.3.
3.Lo
ng P
ujun
gan
ke L
ong
Jele
t (se
kita
r 24
km)
2.3.
4.Lo
ng P
ujun
gan
ke A
pau
Ping
(sek
itar 8
0 km
)2.
3.5.
Seki
tar g
iram
Sun
gai K
ayan
(sek
itar 3
0 km
)2.
3.6.
Long
Baw
an k
e Bi
nuan
g ke
jala
n ya
ng d
iusu
lkan
ant
ara
Mal
inau
dan
Lon
g Ba
wan
(70
km)
2.3.
7.W
a’ Y
agun
g ke
Tau
Lum
bis
(sek
itar 8
0 km
)2.
3.8.
Long
Ber
ini k
e Lo
ng P
ada
(sek
itar 3
6 km
)2.
3.9.
Long
Ben
a ke
Dat
a D
ian
(sek
itar
127
km)
2.4.
Peng
inap
an w
isat
awan
2.4.
1.W
ism
a ta
mu
mas
yara
kat
2.4.
1.1.
Apau
Pin
g2.
4.1.
2.Ta
u Lu
mbi
s2.
4.1.
3.D
ata
Dia
n2.
4.1.
4.W
a’ Y
agun
g2.
4.2.
Pond
ok d
i sep
anja
ng ja
lan
seta
pak
(1 ti
ap 1
0 km
)2.
4.2.
1.Se
kita
r pad
ang
rum
put h
ulu
Sung
ai B
ahau
2.4.
2.2.
8 po
ndok
sep
anja
ng L
ong
Layu
ke
Apau
Pin
g2.
4.3.
3.3
pond
ok s
epan
jang
jala
n se
tapa
k se
kita
r gira
m S
unga
i Kay
an2.
4.3.
4.4
pond
ok s
epan
jang
jala
n se
tapa
k da
ri Bi
nuan
g ke
jala
n M
alin
au -
Long
Baw
an2.
4.3.
5.8
pond
ok s
epan
jang
jala
n se
tapa
k da
ri W
a’ Y
agun
g ke
Tau
Lum
bis
2.4.
3.6.
4 po
ndok
sep
anja
ng ja
lan
seta
pak
dari
Long
Ber
ini k
e Lo
ng P
ada
2.4.
3.7.
13 p
ondo
k se
panj
ang
jala
n se
tapa
k Lo
ng B
ena
ke D
ata
Dia
n2.
5D
ua b
umip
erke
mah
an (
loka
si te
rgan
tung
pad
a pe
rkem
bang
an tr
ansp
orta
si k
e TN
KM)
2.6.
Pem
elih
araa
n se
mua
fasi
litas
pem
anfa
atan
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
142
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
No.
Keg
iata
n
9Pe
ngem
bang
an P
erus
ahaa
n ke
cil
9.1.
Iden
tifik
asi m
asya
raka
t lok
al y
ang
berm
inat
dan
mam
pu u
ntuk
men
gem
bang
kan
bisn
isat
au m
emul
ai y
ang
baru
9.2.
Beke
rja s
ama
deng
an L
SM u
ntuk
mer
anca
ng d
an m
elak
sana
kan
prog
ram
pel
atih
ante
rhad
ap a
nalis
a ke
laya
kan
pasa
r, re
ncan
a pe
ngem
bang
an, a
kunt
ansi
, dll.
9.3.
Men
dirik
an le
mba
ga k
redi
t unt
uk m
enye
diak
an m
odal
bun
ga r
enda
h un
tuk
mem
ulai
atau
men
ingk
atka
n bu
sini
s.9.
4.M
enye
diak
an b
antu
an s
elam
a pe
laks
anaa
n re
ncan
a bi
snis
10Pr
ogra
m p
enin
gkat
an K
esad
aran
Mas
yara
kat
10.1
.Pr
ogra
m P
enyu
luha
n M
asya
raka
t ter
padu
(Lih
at b
agia
n C
, ren
cana
ker
ja p
eman
faat
anka
was
an)
10.2
.Pe
ngem
bang
an L
SM (
Liha
t bag
ian
F, P
enge
mba
ngan
kel
emba
gaan
)10
.3.
Peng
emba
ngan
kep
ram
ukaa
n da
n ka
rang
taru
na (
Liha
t bag
ian
C r
enca
na k
erja
)J.
Pem
anta
uan
dan
Eval
uasi
1M
enga
tur
& m
elak
sana
kan
loka
kary
a un
tuk
men
yele
saik
an s
iste
m p
eman
taua
nda
n ev
alua
si, m
engg
unak
an s
ebag
ian
atau
sem
ua e
lem
en s
ebag
ai b
erik
ut:
2M
enda
patk
an d
an m
enga
nalis
a ci
tra s
atel
it3
Surv
ei u
dara
tahu
nan
di b
atas
tn4
mem
buat
tran
sek/
plot
di h
abita
t sel
ebih
nya
5m
eman
tau
trans
ek6
Mel
aksa
naka
n re
ncan
a pe
nelit
ian
jang
ka p
anja
ng d
i Lal
ut B
irai
7In
vent
aris
asi p
artis
ipat
if tu
mbu
han
yang
dip
anen
mas
yara
kat,
gaha
ru,
rota
n, k
ayu
dan
daun
san
g (p
alem
)8
Popu
lasi
sat
wa
dan
jeni
s bu
rung
yan
g pe
ntin
g m
enur
ut p
erki
raan
mas
yara
kat
9Bu
ku L
og u
ntuk
tem
uan
jeni
s ya
ng te
ranc
am d
i 10
desa
10M
enda
patk
an s
tatis
tik s
osia
l &
eko
nom
i da
ri pe
mer
inta
h m
enge
nai
popu
lasi
,Ke
seha
tan,
pen
didi
kan
dan
ekon
omi
11Ev
alua
si E
kste
rnal
12D
ampa
k lin
gkun
gan,
eko
nom
i, da
n so
sial
-keb
uday
aan
thd.
Pen
gem
bang
an a
rea
Par
iwis
ata
13Ev
alua
si p
rogr
am p
elat
ihan
dan
per
tem
uan
seca
ra b
erka
la14
Lapo
ran
triw
ulan
dar
i pos
lapa
ngan
dan
bid
ang-
bida
ng p
roye
k15
Lapo
ran
tahu
nan
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
X
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
145
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)
2001
- 20
0520
06 -
2010
2011
- 20
1520
16 -
2020
2021
- 20
251
23
45
67
89
1011
1213
1415
1617
1819
2021
2223
2425
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
XX
X
X XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
X
No.
Keg
iata
n
6.3.
Tana
man
per
daga
ngan
6.3.
1.M
elak
sana
kan
pene
litia
n th
d. P
oten
si u
ntuk
tana
man
per
daga
ngan
yag
n ad
a, s
eper
ti ko
pi6.
3.2.
Mel
aksa
naka
n pe
nelit
ian
thd.
pot
ensi
unt
uk je
nis
tana
man
per
daga
ngna
bar
u, te
rmas
uk p
asar
orga
nik
6.3.
3.M
eran
cang
dan
mel
aksa
naka
n pr
ogra
m p
enyu
luha
n, t
erm
asuk
pel
atih
an t
tg.
Tana
man
perd
agan
gan
6.4.
Tum
buha
n ob
at6.
4.1.
Men
arik
pen
eliti
untu
k skr
inin
g tu
mbu
han
loka
l unt
uk ke
mun
gkin
an p
engg
unaa
n se
cara
kom
ersi
l6.
4.2.
jika
jeni
s tum
buha
n m
emilik
i keg
unaa
n se
c. ko
mer
sil, m
elak
ukan
pen
elitia
n ba
gaim
ana
budi
daya
seca
ra k
omer
sil k
emud
ian
men
yeba
rkan
met
oden
ya m
elal
ui p
rogr
am p
enyu
luha
n.6.
5.La
dang
gilir
bal
ik6.
5.1.
Mem
anta
u si
stem
lada
ng g
ilir b
alik
unt
uk g
ejal
a ad
anya
teka
nan,
sepe
rti m
asa
bera
lebi
h pe
ndek
,ha
sil m
enur
u, d
ll.6.
5.2.
Mel
aksa
naka
n pe
nelit
ian
baga
iman
a m
enga
tasi
mas
alah
dan
men
yeba
rkan
mel
alui
pro
gram
peny
uluh
an6.
6.Pe
ngem
bang
an p
rodu
ksi b
uah
dan
pem
asar
an6.
6.1.
Mem
perk
iraka
n ju
mla
h je
nis
buah
dan
tipe
yan
g ad
a di
are
a, d
an te
knik
bud
iday
a ya
ng a
da.
6.6.
2.M
elak
sana
kan
pene
litia
n m
enge
nai p
oten
si je
nis
buah
bar
u un
tuk
budi
daya
di k
awas
an6.
6.3.
Mer
anca
ng d
an m
elak
sana
kan
prog
ram
pen
yulu
han
untu
k m
enin
gkat
kan
budi
daya
dan
pem
asar
an b
uah
7Pe
ngem
bang
an K
ehut
anan
Mas
yara
kat
7.1.
Iden
tifik
asi p
oten
si a
rea
untu
k ko
nses
i keh
utan
an m
asya
raka
t, te
rmas
uk a
rea
baru
dan
hut
anbe
kas
teba
ngan
dar
i HPH
yan
g ad
a.7.
2.Pe
mbe
rian
hadi
ah k
epad
a ko
nses
i hut
an m
asya
raka
t7.
3.Pr
ogra
m p
enyu
luha
n un
tuk
mem
bant
u pe
ngem
bang
an k
onse
si h
utan
mas
yara
kat,
term
asuk
pene
bang
an a
rea
baru
, pen
anam
an p
enga
yaan
jeni
s kay
u, je
nis A
quila
ria (u
ntuk
gah
aru)
, poh
onbu
ah d
an ro
tan,
tum
buha
n ob
at d
ll.7.
4.M
eman
tau
kons
esi h
utan
mas
yara
kat u
ntuk
mem
astik
an b
ahw
a ko
nses
i dik
elol
a se
cara
berk
elan
juta
n8
Prod
uksi
Ker
ajin
an ta
ngan
8.1.
Men
jual
ker
ajin
an ta
ngan
di k
anto
r pus
at d
an p
usat
pen
gunj
ung.
8.2.
Mem
bant
u pe
ngra
jin s
etem
pat m
empe
role
h ak
ses
ke le
bih
bany
ak p
asar
di I
ndon
esia
dan
luar
nege
ri8.
3.m
enye
rtaka
n pr
odus
en k
eraj
inan
tang
an d
alam
pro
gram
pen
gem
bang
an p
engu
saha
kec
il8.
4.M
engk
aji
pote
nsi
untu
k m
enge
mba
ngka
n ko
pera
si p
rodu
sen
kera
jinan
tan
gan,
dan
men
dirik
anny
a bi
la s
esua
i
Renc
ana
Peng
elol
aan
Tam
an N
asio
nal (
RPTN
)L-
144
Kay
an M
enta
rang
Per
iode
200
1-20
25 (B
uku
I)