buku acuan modul maksilofasial - trauma wajah dan maksilofasial
DESCRIPTION
modulTRANSCRIPT
BUKU ACUAN
MODUL MAKSILOFASIAL TRAUMA WAJAH DAN MAKSILOFASIAL
EDISI I
KOLEGIUMILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH
KEPALA DAN LEHER2008
Modul Maksilofasial Trauma Wajah dan Maksilofasial
Buku Acuan Modul THT-KLMAKSILOFASIAL
TRAUMA WAJAH DAN MAKSILOFASIAL
TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan menatalaksana fraktur maksila, yaitu :1. Menguasai anatomi, histologi dan fisiologi tulang-tulang wajah (kraniofasial)2. Mampu menjelaskan etiopatogenesis dan gambaran klinis dari fraktur maksila3. Menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang untuk fraktur maksila4. Membuat diagnosis fraktur maksila dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang5. Melaksanakan tindakan rekonstruksi terhadap fraktur maksila
KOMPETENSI
Mampu membuat diagnosis fraktur maksila berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan (misalnya pemeriksaan X-Ray, CT Scan). Dapat memutuskan dan mampu menangani masalah tersebut secara mandiri hingga tuntas.
KeterampilanSetelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :1. Menjelaskan embriologi, anatomi, histologi dan faal tulang-tulang wajah (kraniofasial)2. Menyimpulkan dan menilai berbagai bentuk fraktur maksila serta faktor penyebab dan
patogenesisnya3. Menyimpulkan / menginterpretasi gejala dan tanda berbagai fraktur maksila dengan
anamnesis dan pemeriksaan4. Menyimpulkan / menginterpretasi berbagai cara pemeriksaan fraktur maksila secara X-ray
atau CT scan.5. Menyimpulkan dengan anamnesis, pemeriksaan dan pemeriksaan tambahan kemungkinan
diagnosis / diagnosis banding berbagai keluhan fraktur maksila6. Menilai perlunya pemeriksaan dan konsultasi ke disiplin lain7. Menyimpulkan / menjelaskan berbagai cara operasi fraktur maksila8. Melakukan tindakan / terapi operatif dan pengelolaan berbagai fraktur maksila9. Menyimpulkan / menilai pelaksanaan berbagai terapi / tindakan pengelolaan terhadap
indikasi, kontra indikasi, komplikasi dan perawatan berbagai fraktur maksila
REFERENSI
1. Bailey B.J, Johnson J.T, Head and Neck Surgery- Otolaryngology, Fourth Brendan C. Stack Jr. in Bailey Byron J, Head & Neck Surgery-Otolaryngology, fourth edition, volume one, Maxillary and periorbital fractures, Lippincot William-Wilkins, Philadelphia, USA, 2006: 70: 975-993.
2. Bailey B.J, Johnson J.T, Head and Neck Surgery- Otolaryngology, Atlas of Head & Neck Surgery-Otolaryngology, fourth edition, Lippincot William-Wilkins, Philadelphia, USA, 1996, Section Tree, Plastic and Reconstructive Surgery, 204:540-546.
GAMBARAN UMUM
Trauma maksilofasial merupakan masalah medis juga sosioekonomi yang terus bertambah dalam dekade ini. Fraktur tulang-tulang wajah dahulu sering dievaluasi haya secara segmental, padahal
1
Modul Maksilofasial Trauma Wajah dan Maksilofasial
kadang-kadang terdapat jejas yang kompleks yang seharusnya terdiagnosis dari awal. Pendekatan ini dapat berhasil bila fraktur yang ditemukan hanya berupa displacement yang minimal dan low-velocity. Oleh karena itu, semua fraktur yang mengenai 2/3 bagian wajah, harus dievaluasi sebagai jejas orbitozygomaticomaxillary.Tujuan penatalaksanaan fraktur maksila adalah restorasi anatomik yang sesuai dari skeletal unit midfacial dan bukan hanya reposisi bagian-bagiannya saja.
MATERI BAKU
Fraktur Maksila Definisi fraktur maksila : Fraktur yang berhubungan dengan sistem pilar vertikal dari sepertiga tengah wajah.
Klasifikasi :Le Fort I ( Prosesus alveolaris ) : Fraktur maksila rendah yang memisahkan maksila setinggi dasar hidungLe Fort II ( Fraktur Piramidal ) : Fraktur pada palatum dan sepertiga tengah wajah yang berakibat terpisahnya bagian sepertiga tengah wajah dari dasar kranium.Le fort III (Craniofacial disjunction) : Fraktur yang mengakibatkan pemisahan lengkap kompleks zygomaticomaxillaris dari dasar kranium.
Kriteria diagnosis : A. Anamnesis :- Pembengkakan infra orbital- Hipestesi cabang N.V2- Maloklusi (Le Fort I – II)- Epistaksis (Le Fort II – III)- LCS leak (Le Fort III)- mekanisme trauma : tentang kekuatan, lokasi dan arah benturan yang terjadi- cedera di bagian tubuh yang lain- riwayat perubahan status mental dan penuruna kesadaran- adanya defisiensi fungsional lainnya, misalnya berhubungan dengan jalan nafas,
penglihatan, syaraf otak ataupun pendengaran
B. Pemeriksaan Fisik :- secara inspeksi wajah tampak tidak simetris atau tidak proporsional- Inspeksi : kelainan lokal,luka, asimetri wajah, adakah gangguan fungsi mata, gangguan
oklusi, trismus, paresis fascialis dan sebagainya.- edema jaringan lunak dan ekimosis- palpasi : daerah supraorbital, lateral orbital rim, zygoma, infra orbital, hidung, mandibula,
sendi temporomandibular, palpasi bimanual (ekstra – intra oral).- LeFort I
- Terdapat mobilitas atau pergeseran arkus dentalis, maksila dan palatum - Maloklusi gigi- LeFort II
- Palatum bergeser ke belakang- Maloklusi gigi
- LeFort III - Terdapat mobilitas dan pergeseran kompleks zigomatikomaksilaris - komplikasi intrakranial misalnya : kebocoran cairan serebrospinal melalui sel atap
ethmoid dan lamina cribiformis.
Diagnosis banding : - Fraktur multiple wajah
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiologi baik berupa foto polos maupun CT Scan
2
Modul Maksilofasial Trauma Wajah dan Maksilofasial
Foto polos : posisi Waters, foto kepala lateral maupun servikal lateral. CT Scan baik potongan axial maupun coronal. pemeriksaan untuk persiapan operasi :
lab darah : Hb, Lekosit, Trombosit, BT, CT, bila perlu PT dan aPTT, SGOT,SGPT, Ureum, Kreatinin, Na, Kalium. Radiologik : foto ThoraksLain-lain : EKG bila perlu
Penatalaksanaan/terapi - Perbaikan keadaan umum- Medikamentosa kausal- transfusi darah (bila perlu)- Operatif : Repair (atau Reduksi) fraktur maksila Dapat berupa :
LeFort I : Fiksasi interdental dan intermaksilar selama 4 – 6 minggu LeFort II : Seperti LeFort I disertai fiksasi dari sutura zigomatikum atau rim orbita LeFort III :
Reduksi terbuka dengan fiksasi interdental dan intermaksilar, suspensi dari sutura zigometikum dan pemasangan kawat dari rim orbita.
Dapat digunakan mini/microplate untuk mobilisasi segmen fraktur sebagai pengganti kawat.Bila dengan teknik diatas tidak didapatkan fiksasi yang adekuat, digunakan alat fiksasi eksterna untuk membuat traksi lateral atau anterior.Pemasangan splint bila terdapat displacement gigi, traktur alveolar atau maloklusi
Penyulit : Perdarahan Anemia Obstruksi jalan nafas Cedera saraf Kebocoran CSF Infeksi Syok
KEPUSTAKAAN MATERI BAKU
1. Bailey B.J, Johnson J.T, Head and Neck Surgery- Otolaryngology, Fourth Brendan C. Stack Jr. in Bailey Byron J, Head & Neck Surgery-Otolaryngology, fourth edition, volume one, Maxillary and periorbital fractures, Lippincot William-Wilkins, Philadelphia, USA, 2006: 70: 975-993.
2. Bailey B.J, Johnson J.T, Head and Neck Surgery- Otolaryngology, Atlas of Head & Neck Surgery-Otolaryngology, fourth edition, Lippincot William-Wilkins, Philadelphia, USA, 1996, Section Tree, Plastic and Reconstructive Surgery, 204:540-546.
3