budnus1

116
BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI KEBENDAHARAAN NEGARA WORO ARYANDINI DAN TIM SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011

Upload: rahmad-hidayat

Post on 21-Oct-2015

157 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: budnus1

BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA

PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI KEBENDAHARAAN NEGARA WORO ARYANDINI DAN TIM

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011

Page 2: budnus1

2 | P a g e

2 | P a g e

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa, yang atas

berkah-Nya sehingga buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dapat diterbitkan.

Bahan Ajar yang dihasilkan ini akan digunakan sebagai salah satu acuan

pembelajaran bagi seluruh dosen mata kuliah Budaya Nusantara sebagai bentuk

standardisasi proses pendidikan dan pembelajaran dalam rangka menjaga mutu dan

meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Tugas utama kita, dosen-dosen Budaya Nusantara, adalah mencoba

membantu mendiskripsikan kebudayaan suku-suku bangsa dalam masyarakat yang

majemuk. Kuliah Budaya Nusantara pada hakekatnya mempelajari suatu masyarakat

yang multietnik secara komparatif, dan menganalisis dengan segala teori kualitatif

maupun kuantitatif yang berkaitan dengan kajian masyarakat yang multietnik itu,

akan sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang nantinya ditempatkan di seluruh

wilayah Indonesia.

Kebudayaan Suku-suku Bangsa Indonesia Indonesia, yang dalam

Ensiklopedi Suku-suku Bangsa Indonesia karya pakar antropologi Dr. Junus

Mellalatoa, terdiri atas 931 suku bangsa itu, sangat perlu dimengerti dan dipahami

oleh kita semua. Buku Bahan Ajar ini yang hanya memuat ikhtisar 19 suku bangsa

yang ada di Indonesia, diharapkan dapat merupakan langkah awal untuk memahami

suku-suku bangsa di Indonesia pada umumnya.

Kami memandang proyek penulisan buku Bahan Ajar ini sebagai salah satu

tugas yang diberikan oleh Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara kepada

generasi pertama Dosen Budaya Nusantara di perguruan tinggi ini, dalam rangka

menstabilisasi pendidikan Budaya Nusantara. Salah satu tugas itu adalah penulisan

suatu buku Bahan Ajar yang dapat mengikhtisarkan menjadi satu bahan keterangan

tentang sebanyak mungkin masyarakat dan adat–istiadat dari aneka warna suku

bangsa di Indonesia.

Page 3: budnus1

1 | P a g e

1 | P a g e

Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar Bahan ajar ini memenuhi persayaratan,

baik dari segi materi maupun penampilannya. Namun karena keterbatasan pengetahuan

kami, tentu Bahan Ajar ini masih kurang sempurna. Oleh karenanya kami mohon kritik dan

saran, untuk perbaikan pada cetakan beruikutnya.

Akhirnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktur STAN yang telah

memberi kepercayaan kepada kami untuk membuat buku Bahan Ajar ini, dan kepada semua

penulis yang dengan sumbangan bab yang ditulisnya memberi isi pada buku ini.

Tak lupa juga saya menyatakan penghargaan saya sebesar-besarnya kepada semua

yang telah membantu dalam semua tahap menuju ke arah penyelesaian dan penerbitan

buku ini, terutama Staf Program Studi Akuntasi STAN, yang telah membantu menyediakan

peta untuk masing-masing kebudayaan, serta selalu membantu tersedianya keperluan

untuk membuat Bahan Ajar ini.

Catatan:

Buku Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I ini dimaksudkan untuk pemberian

materi bahan perkuliahan tahap pertama setiap semester

Jakarta, Agustus 2011

Woro Aryandini

Page 4: budnus1

2 | P a g e

2 | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3

BANGSA ................................................................................................................................... 4

A. Konsep Suku Bangsa .................................................................................................... 4

B. Pengertian Kemajemukan Bangsa ................................................................................ 8

C. Terbentuknya Bangsa Indonesia .................................................................................. 9

D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia ........................................................................ 10

KEBUDAYAAN ..................................................................................................................... 14

B. Wujud Kebudayaan .................................................................................................... 15

C. Kerangka Kebudayaan ............................................................................................... 15

D. Sistem Nilai Budaya ................................................................................................... 17

Page 5: budnus1

3 | P a g e

3 | P a g e

PENDAHULUAN

Kepulauan Indonesia yang juga disebut Nusantara merupakan suatu gugusan pulau

yang terpanjang dan terbesar di dunia. Ia terdiri atas ribuan pulau, yang diatasnya dihuni

oleh ratusan suku bangsa dengan adat istiadatnya masing-masing, yang berbeda-beda.

Adat istiadat atau kebudayaan suku bangsa itu dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain

letak geografis, iklim - termasuk curah hujan - , keadaan tanah, jumlah penduduk, di

samping masih ada faktor lainya. Sebagai daerah kepulauan yang terletak di antara benua

Asia dan Australia, ia juga merupakan tempat persinggahan dan dilewati oleh lalu lalangnya

orang dari Benua Asia yang mengunjungi Benua Australia, dan sebaliknya. Faktor ini juga

mempengaruhi adat istiadat suatu suku bangsa, karena tentu ada jejak atau peninggalan

dari manusia yang melewati suatu daerah. Oleh karenanya akan disinggung pula tentang

persebaran bangsa-bangsa yang menjadikan bangsa Indonesia atau terjadinya bangsa

Indonesia.

Untuk memahami budaya tiap suku bangsa di Nusantara bukanlah hal yang mudah,

karena budaya mencakup gagasan, perilaku berpola dan kebudayaan fisiknya yang berupa

hasil karya tiap suku bangsa. Karenanya dalam setiap bab yang berbicara tetang suatu suku

bangsa, akan dianalisis sistem budayanya yang merupakan kompleks gagasan, sistem

sosialnya yang merupakan wujud perilaku berpolanya, dan kebudayaan fisknya yang

merupakan hasil karyanya, berupa unsur universal yang ada pada setiap kebudayaan suatu

masyarakat.

Bahan Ajar Budaya Nusantara Jilid I terdiri atas delapan bab, Bab I, Bab II dan Bab

III merupakan paparan tentang konsep dan teori yang berkaitan tentang bangsa maupun

suku bangsa, kebudayaan dan dinamikanya.

Bab IV berbicara tentang pengaruh suatu kebudayaan yang masuk, dalam hal ini

kebudayaan Hindu, Budha, Islam, dan Barat.

Bab V, Bab VI, Bab VII, dan Bab VIII secara utuh membicarakan suatu kebudayaan tiap

suku bangsa.

Page 6: budnus1

4 | P a g e

4 | P a g e

BAB

BANGSA

A. Konsep Suku Bangsa

Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau

diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Para ahli umumnya sepakat

bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang

dipelajari atau sering disebut dengan learning behavior Ki Hajar Dewantara mendefinisikan

kebudayaan sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup, yakni perjuangannya

terhadap dua kekuatan yang kuat dan abadi, alam dan zaman. Kebudayaan tidak pernah

mempunyai bentuk yang abadi, tetapi terus menerus berganti-gantinya.. Tiap-tiap kelompok

masyarakat pada periode yang sama seringkali memiliki budaya yang berbeda-beda.

Perbedaan budaya juga mungkin dalam satu kelompok masyarakat karena adanya

perbedaan zaman atau masa.

Berbicara tentang Kebudayaan Nusantara tentu tidak dapat dipisahkan dengan

keberadaan suku bangsa yang hidup dan berkembang di Indonesia. Kelompok etnik atau

suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya

mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang

dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas

kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri

biologis. Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan

1

Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menguraikan arti bangsa, suku bangsa, keanekaragaman budaya bangsa, terbentuknya bangsa Indonesia serta simbol dan slogan yang dimilikinya.

Page 7: budnus1

5 | P a g e

5 | P a g e

ayah (patrilinial) seperti suku bangsa Batak, menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti

suku Minang, atau menurut keduanya seperti suku Jawa.

Adapula suku bangsa yang ditentukan berdasarkan percampuran ras seperti sebutan

"orang peranakan" untuk campuran bangsa Melayu dengan Tionghoa, "orang Indo" sebutan

campuran bule dengan bangsa Melayu, "orang Mestis" untuk campuran Hispanik dengan

bumiputera, "orang Mulato" campuran ras Negro dengan ras Kaukasoid, Eurosia, dan

sebagainya. Adapula suku bangsa yang ditentukan menurut agamanya, seperti sebutan

Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang Muslim, orang Serani bagi yang beragama

Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu), suku Muslim di Bosnia, orang Moro atau

Bangsa Moro di Filipina Selatan, dan sebagainya.

Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia. Suku Jawa

adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total

populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di Pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah

bermigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan ke luar negeri seperti ke

Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Melayu, dan Suku Madura adalah kelompok

terbesar berikutnya di negara ini. Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan

Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang.

Pembagian kelompok suku di Indonesia pun tidak mutlak dan tidak jelas akibat

perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling pengaruh; sebagai contoh

sebagian pihak berpendapat orang Banten dan Cirebon adalah suku tersendiri dengan

dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka

hanyalah sub-etnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula Suku Baduy yang

sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan Suku Sunda.

Contoh lain percampuran suku bangsa adalah Suku Betawi yang merupakan suku bangsa

hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun orang

Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.

Hal-hal yang menjadi unsur pembentuk suku bangsa meliputi hubungan darah,

kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.

Page 8: budnus1

6 | P a g e

6 | P a g e

Gambar 1.1

Unsur-Unsur Pembentuk Suku Bangsa

1. Hubungan Darah

Hubungan darah atau kekerabatan merupakan unsur utama pembentuk suku

bangsa. Pada awalnya manusia berasal dari satu nenek moyang yang sama yaitu Adam

dan Hawa. Kemudian dari mereka terlahir anak cucu yang tinggal bertebaran di bumi.

Pada tiap-tiap wilayah yang mereka tinggali berkelompoklah masyarakat atau suku yang

memiliki identitas yang spesifik dibanding dengan kelompok yang lain. Secara fisik

adanya hubungan darah ini dapat dikenali dari kesamaan warna kulit, rambut, dan bentuk

fisik yang lain.

Dari kesamaan hubungan darah ini muncullah suku-suku yang sangat beragam.

Sebelum terbentuknya bangsa-bangsa dan negara-negara di Eropa, sesungguhnya

Inggris, Prancis, Belanda, Portugis, Spanyol dan bangsa-bangsa di sekita Eropa

merupakan suku bangsa tidak ubahnya suku Jawa, Sunda, Madura, Bugis dan suku-suku

lainnya di Indonesia.

2. Kesamaan Bahasa

Bahasa merupakan unsur pembentuk suku bangsa yang mudah kita kenali. Dalam

satu areal / pulau dapat terdiri dari beberapa suku. Contoh yang paling mudah adalah di

unsur-unsur suku

bangsa

hubungan darah

Kesamaan bahasa

Kesamaan adat

istiadat

Kesamaan religi

Kesamaan mitologi

Page 9: budnus1

7 | P a g e

7 | P a g e

Pulau Jawa. Selain suku Jawa yang banyak mendiami Jawa Timur dan Jawa Tengah,

juga terdapat suku Sunda yang mendiami Jawa Barat, suku Betawi yang tinggal di

Jakarta dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat suku Madura yang tinggal di pulau

Madura yang masih bagian dari propinsi Jawa Timur. Dapat juga ditambahkan di sini

adanya suku Tengger yang mendiami Gunung Bromo di Jawa Timur.

Kalau kita perhatikan unsur pembentuk suku-suku di atas, terlihat dengan mudah

yang menjadi penentunya adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di tiap-tiap

suku bersangkutan. Suku Jawa menggunakan bahasa Jawa, suku Sunda menggunakan

bahasa Sunda, suku Betawi menggunakan bahasa Betawi, suku Madura menggunakan

bahasa Madura dan suku Tengger menggunakan bahasa Tengger

3. Kesamaan Adat Istiadat

Kesamaan adat kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan unsur

pembentuk suku bangsa yang sangat mudah dikenali. Dengan melihat adat istiadat

seseorang sering kali kita dapat menduga dari seseorang berasal. Dalam pengertian

sempit adat istiadat sering diknotasikan sebagai budaya masyarakat setempat,

meskipun pada dasarnya budaya sesungguhnya lebih luas pengertiannya dari sekedar

adat istiadat.

Cara berpakaian, rumah tinggal hingga dalam upacara perkawinan terlihat nyata

perbedaan adat yang dimiliki antar suku di Indonesia. Pakaian khas orang Jawa berbeda

dengan pakaian adat orang Dayak ataupun Papua. Rumah adat orang Minangkabau

tentu berbeda dengan rumah adat orang Bugis ataupun orang Maluku. Dalam upacara

perkawinan terlihat perbedaan yang nyata antara adat suku Aceh dengan suku Betawi

ataupun orang Nusa Tenggara.

4. Kesamaan Religi

Kesamaan agama yang dianut suatu kelompok masyarakat sering menjadi unsur

pembentuk suatu suku bangsa. Suku Aceh dan Madura identik dengan agama Islam

sedangkan suku Toraja identik dengan agama Kristen. Sementara itu Bali diidentikkan

dengan agama Hindu dan suku Tionghoa identik dengan agama Konghucu. Adanya

kesamaan religi umumnya menjadi unsur pembentuk suatu suku bangsa, meskipun tidak

seluruh anggota masyarakat suatu suku bangsa mempunyai keyakinan agama yang

homogen. Sebagai contoh meskipun Bali mayoritas beragama Hindu namun cukup

banyak juga masyarakat yang beragama Islam ataupun Kristen.

Page 10: budnus1

8 | P a g e

8 | P a g e

5. Kesamaan Mitologi

Mitologi adalah ilmu tentang mitos. Mitologi berkaitan dengan sastra yang

mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan makhluk halus di suatu

kebudayaan. Mitologi terkait dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Mitos pada

umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang,

bentuk topografi, kehidupan makhluk halus dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang

berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.

Salah satu mitos yang terdapat pada suku Batak adalah keyakinan bahwa asal mula

manusia di dunia ini adalah yang tinggal di tanah Batak tepatnya saat ini berada di pulau

Samosir. Ada juga mitos di sebagian suku Jawa utamanya di Yogyakarta tentang Nyi

Roro Kidul sebagai penguasa laut selatan. Mitos-mitos ini dapat menjadi unsur

pembentuk suatu ikatan kesukuan meskipun dalam banyak hal mitos ini bertentangan

dengan ilmu pengetahuan atau bertentangan dengan keyakinan agama (syirik)

B. Pengertian Kemajemukan Bangsa

Menurut Prof. Dr. H. Nur Syam, Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel,

kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang

menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di dalam

kehidupan masyarakat. Yang terjadi adalah adanya kesetaraan budaya, sehingga antara

satu entitas budaya dengan budaya lainnya tidaklah berada di dalam suasana

bertanding untuk memenangkan pertarungan.

Di dalam Kitab Suci Al Qur’an, disebutkan bahwa Allah telah menciptakan manusia

dalam berbagai penggolongan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Kitab-kitab suci

yang lain pun juga menginformasikan hal yang sama tentang multikulturalitas tersebut.

Secara empiris (kasat mata) tidak ada masyarakat yang bercorak monokultur. Secara

empiris masyarakat terdiri dari berbagai penggolongan sosial, budaya, politik, agama,

serta terdiri dari berbagai etnis dan suku.

Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan bangsa harus mampu

memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda tetapi satu jua, yang dalam

slogan bangsa Indonesia dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. Kebhinnekaan bukan

malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga.

Page 11: budnus1

9 | P a g e

9 | P a g e

C. Terbentuknya Bangsa Indonesia

Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk

menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kata ini

tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga

ke-16), namun untuk menggambarkan konsep yang berbeda dengan penggunaan

sekarang. Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara

sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan Hindia-Belanda.

Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata Nusantara dipakai

sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Malaysia memakai istilah ini namun dalam

pengertian yang agak berbeda. Di Malaysia, istilah ini lazim digunakan untuk

menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua

Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup

Filipina.

Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang

telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan

lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan

bagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau beraneka

ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya

seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan

India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh

sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan

Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan

berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15

Masehi.

Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena

interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan

Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau

Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka

menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa

dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar

daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.

Page 12: budnus1

10 | P a g e

10 | P a g e

Selanjutnya kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh

pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju

Tiongkok.

D. Simbol dan Slogan Bangsa Indonesia

Secara singkat bangsa dapat didifinisikan sebagai kumpulan masyarakat yang

membentuk suatu negara karena dipersatukan oleh cita-cita yang sama. Dalam konteks

negara kita, bangsa Indonesia terbentuk dari kumpulan suku-suku bangsa yang sangat

beragam dari Sabang sampai Merauke yang berhimpun bersama dengan membentuk

negara Indonesia dengan tujuan mencapai kemakmuran dan kejayaan bangsa dan

negara.

Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini meliputi

rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang Burung Garuda, dan

Bendera Merah Putih.

1. Pancasila

Rumusan yang terinci dalam lima sila pada Pancasila merupakan ringkasan tata

nilai yang berlaku dan hidup pada bangsa Indonesia khususnya pada saat

Pancasila itu disepakati oleh para founding fathers negara Indonesia. Pada saat

ini nilai-nilai luhur yang terangkum pada Pancasila mulai memudar dan berganti

dengan nilai-nilai yang cenderung negatif milik bangsa lain karena adanya

ilfiltrasi budaya dan pemikiran pada bangsa Indonesia

2. Burung Garuda

Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh

ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai

jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan

Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.

Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian

disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai

lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat

tanggal 11 Februari 1950

3. Bendera Merah Putih

Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sang Merah Putih.

Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan

Page 13: budnus1

11 | P a g e

11 | P a g e

ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah

dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.

Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna Kerajaan Majapahit.

Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah

putih sebagai lambang kebesaran.

Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih.

Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai

warna merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar

warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini

adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar

melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang–pejuang Aceh telah menggunakan

bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian

belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta

beberapa ayat suci Al Quran. Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan

sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan

kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama

Woromporang. Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro

memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan

Belanda.

Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan para

nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap Belanda.

Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928.

Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Sistem ini

diadopsi sebagai bendera nasional pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika

kemerdekaan diumumkan dan telah digunakan sejak saat itu pula.

Selain simbol-simbol bangsa dan negara, kita juga memiliki slogan-slogan yang

menunjukkan jati diri bangsa dan negara Indonesia. Slogan bangsa Indonesia

ketika masa perjuangan untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan

kemerdekaan adalah hidup atau mati. Kemudian untuk mempersatukan bangsa

yang sangat beragam dari aspek agama, suku, bahasa, dan banyak perbedaan

Page 14: budnus1

12 | P a g e

12 | P a g e

lainnya kita memiliki slogan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “berbeda-beda

tetapi tetap satu”.

Pada masa reformasi ini muncul slogan dari para pemimpin politik yang sering

disampaikan dalam pertemuan umum dan kampanyenya yang kita dengar

Bersama Kita Bisa. Mungkin tidak ada salahnya kalau saat ini kita gunakan

slogan ini untuk membangkitkan semangat meraih kemajuan dan kejayaan

bangsa dan negara dengan sedikit perubahan sehingga menjadi Indonesia Bisa.

RANGKUMAN

1) Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang

anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya

berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai

oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh

kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. Hal-hal yang

menjadi unsur pembentuk suku bangsa meliputi hubungan darah, kesamaan

bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan religi, dan kesamaan mitologi.

2) Kemajemukan atau multikulturalisme adalah seperangkat ide atau gagasan yang

menghasilkan aliran yang berpandangan bahwa terdapat variasi budaya di

dalam kehidupan masyarakat. Adanya realitas keragaman pada masyarakat dan

bangsa harus mampu memunculkan kesadaran unity in diversity, berbeda-beda

tetapi satu jua. Kebhinnekaan bukan malapetaka tetapi rahmat yang perlu dijaga.

3) Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk

menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad

ke-12 hingga ke-16). Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki

Hajar Dewantara sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan Hindia-

Belanda.Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai, kata

Nusantara dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia.

4) Simbol bangsa dan negara Indonesia sejak masa perjuangan hingga saat ini

meliputi rumusan falsafah bangsa yang tertuang dalam Pancasila, lambang

Burung Garuda, dan Bendera Merah Putih. Slogan bangsa Indonesia ketika

masa perjuangan untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan

kemerdekaan adalah hidup atau mati. Slogan Bhinneka Tunggal Ika, kita

gunakan untuk mempersatukan bangsa yang beraneka budaya.

Page 15: budnus1

13 | P a g e

13 | P a g e

LATIHAN

1) Jelaskan apa pengertian suku bangsa!

2) Sebutkan unsur-unsur apa saja yang menjadi pembentuk suku bangsa!

3) Jelaskan proses terbentuknya bangsa Indonesia!

4) Berikan 3 (tiga) contoh kemajemukan suku bangsa!

5) Sebutkan simbol-simbol bangsa Indonesia!

Page 16: budnus1

14 | P a g e

14 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN

E.

A. Definisi Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (1980:195) kata ‘kebudayaan’ berasal dari kata ‘bhudayah’

(Bahasa Sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan

demikian kebudayaan dapat diartikan sebagi ‘hal-hal yang bersangkutan dengan akal’.

Sedangkan kata ‘budaya’ merupakan perkembangan majemuk dari ‘budi daya’, yang berarti

daya dari budi yang berupa cipta , rasa, dan karsa, dengan ‘kebudayaan’ yang berarti hasil

dari cipta, rasa dan karsa. Namun dalam Bahan Ajar ini kebudayaan dan budaya diartikan

sama.

Kebudayaan mencakup keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial

yang digunakan untuk menginterprestaikan, memahami, dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Kebudayaan dapat diartikan secara luas mau pun secara sempit. Ahli

Antriopologi menangkapnya secara luas, yang oleh Koentjaraningrat (198o:193) diberi

definisi sebagai berikut:

“Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”

Cakupannya adalah bahasa, tatanan sosial, pencarian nafkah, pengetahuan,

kesenian, teknologi, dan religi. Ketujuh unsur kebudayaan ini lazim disebut Cultural

Universal (unsur kebudayaan yang universal).

Tujuan Instruksional Khusus:

Mahasiswa dapat menguraikan makna definisi kebudayaan, wujud kebudayaan yang

berupa sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik meliputi unsur-unsur

kebudayaan yang universal

2

Page 17: budnus1

15 | P a g e

15 | P a g e

Kebudayaan yang diartikan secara sempit biasanya diberi arti terbatas kepada hal-hal

yang indah seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, dan kesusasteraan, yaitu yang

membuat manusia lebih beradab, lebih halus, dan lebih berbudi

B. Wujud Kebudayaan

Kebudayaan yang diartikan secara luas mempunyai tiga wujud, yaitu:

1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Wujud ini disebut sistem budaya,

sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, letaknya di dalam kepala masing-masing orang yang

menganutnya. Disebut sistem budaya karena gagasan dan pikiran tersebut tidak

merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasar asas-

asas yang sangat erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran

yang relatif mantap dan kontinu. Jika masyarakat menyatakan gagasannya dalam

bentuk tulisan, maka wujud sistem budaya itu berada dan dapat ditangkap dalam bentuk

karangan-karangan, dalam buku-buku yang dihasilkan warga masyarakat itu. Sistem

budaya ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi

arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia di dalam masyarakat . Ia disebut adat,

tata kelakuan, atau adat istiadat.

2. Kompleks perilaku berpola, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, sifatnya

konkret, dapat diamati, atau diobservasi. Wujud ini disebut sistem sosial. Sistem ini tidak

dapat dilepaskan dari sistem budaya. Apa pun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut

ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan yang berada di dalam kepala manusia.

Karena manusia saling berinteraksi, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan

gagasan, konsep dan pikiran baru.

3. Benda hasil karya manusia, disebut wujud kebudayaan fisik, misalnya arca , nyanyian,

gedung, meja, dan yang semacam itu. Karena setiap kebudayaan memiliki paling sedikit

tujuh unsur kebudayaan fisik ini, maka disebut juga sebagai cultural universal, unsur

kebudayaan yang universal

C. Kerangka Kebudayaan

Kerangka Kebudayaan terdiri atas tiga lingkaran yang konsentris, sesuai dengan tiga

wujud kebudayaan yang ada:

1. Lingkaran pertama, yang paling dalam disebut Sistem Budaya. Meskipun tidak terlihat

(covert culture), karena berada di dalam otak masing-masing individu, merupakan

jaringan dari beberapa sistem, yaitu :

Page 18: budnus1

16 | P a g e

16 | P a g e

a. Sistem nilai budaya

b. Sistem norma

c. Etika

d. Pandangan Hidup

e. Ideologi Nasional

2. Lingkaran kedua, terletak lebih luar, disebut Sistem Sosial, yaitu perilaku berpola.

Interaksi sosial yang berpola itu dapat diamati karena ia sudah tampak; dan kemudian

makna interaksi itu dapat dianalisis, dapat dipotret, dan dapat difilmkan.

3. Lingkaran yang ketiga adalah yang paling luar, karenanya paling jelas terlihat. Lingkaran

ini berisi tujuh unsur kebudayaan yang disebut unsur kebudayaan yang universal

(Cultural Universal), karena selalu ada dalam setiap masyarakat. disebut juga

Kebudayaan Fisik. Ketujuh unsur kebudayaan itu adalah:

a. Bahasa

b. Sistem Pengetahuan

c. Sistem Teknologi

d. Sistem Organisasi Sosial

e. Sistem Ekonomi

f. Sistem Religi

g. Kesenian

Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan tadi (termasuk ketujuh unsur kebudayaan yang

disebut Cultural Universal), dapat dilihat dalam Bagan1 dan Bagan 2

Bagan I Wujud Kebudayaan

Page 19: budnus1

17 | P a g e

17 | P a g e

Bagan II

<,-----------------Salah

Dalam Sistem Budaya terdapat :

a. Sistem nilai budaya

b. Sistem norma

c. Etika

d. Pandangan Hidup

e. Ideologi nasional

Kebudayaan fisik terdiri atas:

a. Bahasa

b. Sistem Pengetahuan

c. Sistem Teknologi

d. Sistem Organisasi Sosial

e. Sistem Ekonomi

f. Sistem Religi

g. Kesenian

D. Sistem Nilai Budaya

Dalam kajian sosiologi, yang dimaksud dengan sistem nilai budaya adalah nilai inti

(score value) dari masyarakat. Nilai inti ini diikuti oleh setiap individu atau kelompok individu

yang jumlahnya cukup besar. Orang-orang ini betul-betul menjunjung tinggi nilai inti ini

sehingga menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku. Karena itu sistem nilai

budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem nilai budaya itu

Page 20: budnus1

18 | P a g e

18 | P a g e

demikian kuat menyerap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit diganti atau

diubah dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya menyangkut masalah-masalah pokok bagi

kehidupan manusia.

Bagian yang paling dalam dari sistem budaya dan yang menjadi pengendali dan pemberi

arah pada kelakuan dan tindakan manusia adalah sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya

ini berkaitan dengan konsep nilai dan oreintasi nilai budaya.

1. Konsep Nilai

Nilai merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam hidupnya

manusia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai. Nilai adalah suatu hal tentang apa

yang diinginkan atau tidak diinginkan, tentang apa yang boleh dikerjakan atau tidak

boleh dikerjakan, tentang apa yang berharga atau yang tidak berharga.

Bidang yang berhubungan dengan nilai adalah etika (nilai yang berkaitan dengan

tingkah laku manusia, berkaitan dengan moral) dan estetika (nilai yang berkaitan

dengan seni, berkaitan dengan keindahan.

Nilai–nilai ini dalam masyarakat tercakup dalam tradisi dan adat kebiasaan, yang

secara tidak sadar diterima dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat tersebut

2. Orientasi Nilai Budaya

Secara universal orientasi nilai budaya ini telah disusun kerangkanya oleh seorang

antropolog bernama C. Kluckhohn. Untuk memudahkan pemahaman tentang sistem

nilai budaya ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Kerangka Kluckhohn mengenai lima dasar hidup yang menentukan Orientasi Nilai

Budaya manusia.

Masalah Dasar

Dalam Hidup Orientasi Nilai Budaya

Hakikat hidup Hidup itu buruk Hidup itu baik

Hidup itu buruk, tetapi

manusia wajib berikhtiar

supaya hidupnya menjadi

baik

Hakikat Karya Karya itu untuk

nafkah hidup

Karya itu untuk

kedudukan dan

Karya itu untuk menambah

karya

Page 21: budnus1

19 | P a g e

19 | P a g e

kehormatan

Persepsi

manusia tentang

waktu

Orientasi ke masa

lampu

Orientasi ke masa

kini Orientasi ke masa depan

Pandangan

manusia

terhadap alam

Manusia tunduk

kepada alam yang

dashyat

Manusia berusaha

menjaga

keselarasan

dengan alam

Manusia berhasrat

menguasai alam

Hakikat

hubungan

antara manusia

dengan sesama

Orientasi vertical :

rasa ketergantungan

kepada tokoh

atasan

Orientasi

Horizontal: Rasa

ketergantungan

kepada sesama

(berjiwa gotong

royong)

Individualisme, menilai tinggi

usaha atas kekuatan sendiri

RANGKUMAN

1) Dalam Ilmu Antropologi, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah dalam pengertiannya yang luas, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia: gagasannya, perilakunya, dan hasil karya dalam kebudayaaan fisiknya. Hal ini berbeda dengan pengertian kebudayaan yang umumnya dibicarakan dalam lingkungan masyarakat umum, yaitu kebudayaan dalam arti sempit, yang hanya berkaitan dengan keindahan dan seni, yang umumnya dipakai pada waktu ada upacara adat atau untuk mendukung pariwisata.

2) Setiap masyarakat mempunyai kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan masing-masing masyarakat itu unik, khas, dan menjadi ciri atau identitas dari sebuah masyarakat. Mungkin dua masyarakat atau lebih memiliki sebuah atau lebih unsur kebudayaan yang sama. Hal itu tidak menjadikan dua atau lebih masyarakat itu menjadi tidak mempunyai identitas. Mereka (hanya) termasuk dalam sebuah daerah kebudayaan.

3) Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia, karena manusia berakal budi. Oleh manusia kebudayaannya ditularkan ke generasi berikutnya atau ke kelompok lain dengan cara belajar. Berbeda dengan makhluk lain, terutama binatang, mereka tidak belajar, namun ‘keahliannya’ telah diprogram dalam otaknya ketika mereka masih dalam bentuk telur atau janin, jadi secara genetik. Jadi ‘kebudayaan’ atau ‘adat kebiasaan’ seekor itik akan tetap saja dari sejak menetas sampai dia mati. Sedangkan kebudayaan manusia selalu berubah, dari dia lahir, dewasa, sampai dia tua dan meninggal (Ini akan kta bicarakan dalam Bab III).

Page 22: budnus1

20 | P a g e

20 | P a g e

LATIHAN

4) Kebudayaan itu mempunyai wujud, baik wujud fisik maupun wujud non-fisik.

Yang berupa wujud non-fisik tercakup dalam sistem budaya, adanya dalam

pikiran seorang individu. Wujud kebudayaan fisik terdapat dalam sistem sosial,

bagaimana masyarakat itu berinteraksi dan sudah dapat dilihat dan didengar.

Yang lebih jelas lagi adalah wujud kebudayaan fisik yang terdapat dalam

lingkaran paling luar dari kerangka kebudayaan, yang terdapat dalam cultural

universal atau unsur kebudayaan yang universal. Meskipun demikian, tidak

semua unsur dari cultural universal itu dapat dipegang atau diraba, meskipun

dapat ditangkap dengan pancaindera. Misalnya religi, pengertian religi adalah

non-fisik, tetapi penghayatannya ada bagian yang berupa fisik, misalnya

seseorang bersembahyang, membuat sesajen, dan berdoa.

5) Hubungan antara ketiga wujud kebudayaan itu: wujud gagasan, wujud perilaku

berpola dan wujud kebudayaan fisiks, dapat terlihat jelas dalam Kerangka

Kebudayaan. Sebagai contoh, kita ambil sebuah juring dari Kerangka

Kebudayaan. Bagian yang paling ujung, sebagai puncaknya adalah wujud

gagasannya, kemudian yang di tengah adalah wujud perilaku berpolanya, dan

yang paling bawah adalah wujud kebudayaan fisiknya.

6) Bila dalam gagasannya ia tidak menyukai seseorang, maka akan terlihat pada

sistem sosialnya ia bermuka masam ketika melihat orang yang tidak disukainya,

yang kemudian akan terlihat jelas ketika ia terpaksa berbicara dengan orang itu,

ia akan mmpergunakan kata–kata yang kasar, yang merupakan bahasanya, ini

merupakan kebudayaan fisiknya.

7) Sistem nilai budaya yang menjadi inti dari seluruh wujud gagasannya adalah

pusat dari semua aktivitas seorang individu. Ia menjadi motor dari perilakunya,

dan pendorong bagi kebudayaan fisiknya. Dalam sistem nilai budaya itu terdapat

konsep nilai yang terdiri atas etika, sopan santun, moral dan estetika, yang

berkaitan dengan keindahan, keindahan jasmaniah dan keindahan rohaniah. Hal

ini akan menghasilkan orientasi nilai budaya seseorang.

8) Seseorang akan mengfokuskan perhatian dalam hidupnya kepada kelima

masalah dasar hidup, yaitu berkaitan denga hakikat hidup manusia.

Hubungannya dengan waktu, hubungannya dengan karya, hubungannya

dengan alam, dan hubungannya dengan sesama.

9) Kita mengambil contoh seorang yang optimistik. Berkaitan dengan hakikat

hidup, bila ia termasuk orang yang memandang hidup dengan perasaan yang

optimis, meskipun suatu saat ia menderita, ia akan berusaha mengubah

keadaannya yang kurang menguntungkan menjadi hidup yang menyenangkan.

Page 23: budnus1

21 | P a g e

21 | P a g e

Oleh Dr. Woro Aryandini , SS, MSi

1) Jelaskan apa perbedaan antara kebudayaan dalam arti luas dan kebudayaan

dalam arti sempit.

2) Jelaskan bagaimana kebudayaan ditanggapi oleh manusia, dan instink

ditanggapi oleh binatang.

3) Bila Anda naik bis kota atau KRL yang penuh sesak, apa antisipasi Anda bila

ada seseorang atau beberapa orang yang seolah-olah ‘memepet’ Anda?

4) Jelaskan hubungan antara wujud-wujud kebudayaan yang tergambar dalam

Kerangka Kebudayaan. Ambillah contoh seperti yang diutarakan di atas, namun

dengan topik yang berbeda.

5) Ketika sebuah gunung berapi meletus, ambil saja misalnya Gunung Merapi,

bagaimana orientasi nilai budaya orang-orang di lereng Gunung Merapi itu?

Uraikan sejelas mungkin!

Hubungannya dengan waktu, ia akan mengarahkan hidupnya untuk masa depan

yang lebih baik daripada yang dialaminya sekarang. Hubungannya dengan

karya, ia akan berusaha membuat lapangan kerja agar banyak orang dapat

dibantu kehidupannya. Hubungannya dengan alam, ia akan menghormati alam

dengan cara menyelaraskan diri dengan hukum-hukum yang telah dibuat oleh

alam. Hubungannya dengan sesama, ia akan bergotong royong untuk kebaikan

lingkungannya, kebaikan mayarakatnya.

10) Jadi tergantung kepada orientasi nilai budaya seseorang, bagaimana ia akan

mengerjakan sesuatu atau berbuat sesuatu.

LATIHAN

Page 24: budnus1

22 | P a g e

22 | P a g e

BAB

DINAMIKA KEBUDAYAAN

A. Penyebab Dinamika Kebudayaan

Kebudayaan itu tidaklah statis, kebudayaan selalu berubah, ia dinamis sebagaimana

kehidupan manusia itu juga dinamis. Ia berubah karena adanya perubahan diri manusia

yang menghasilkan kebudayaan. Perubahan itu dapat disebabkan karena jumlah manusia

berubah, gagasannya berubah, mau pun komposisi penduduk dalam suatu daerah yang

berubah.

Proses penumbuhan dan perubahan kebudayaan berjalan akumulatif, makin lama makin

banyak terhimpun unsur-unsur kebudayaan baru. Ada unsur-unsur baru yang masuk,

namun ada pula unsur-unsur lama yang sudah tidak diperlukan menghilang. Namun yang

hilang tidaklah sebanyak yang muncul. Unsur baru yang muncul dapat membawa suatu

perbaikan kualitatif, setidak-tidaknya dalam wujud kebudayaan fisik. Karenanya kebudayaan

tidak pernah mundur. Mungkin unsur kebudayan lama yang pernah menghilang muncul

kembali, melalui sebuah proses yang ada kalanya cukup panjang.

Proses perubahan kebudayaan tidaklah sama dalam semua kebudayaan. Dalam

masyarakat yang terisoler perubahan kebudayaan berjalan lambat, sebaliknya dalam

masyarakat yang terbuka, tidak terisoler, perubahan kebudayaan cenderung berjalan cepat.

Perubahan kebudayan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki

bersama oleh para warga atau sejumlah warga dari suatu masyarakat yang bersangkutan.

Perubahan itu mencakup aturan, norma, nilai-nilai, teknologi, selera, rasa keindahan,

kesenian dan bahasa. Bila sistem budayanya berubah, maka sistem sosialnya juga akan

Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa dapat menguraikan dinamika yang terjadi dalam kebudayaan, penyebabnya,

dampaknya, dan penanggulangannya terhadap dampak negatif dari dinamika kebudayaan

3

Page 25: budnus1

23 | P a g e

23 | P a g e

beruah, demikian pula kebudaayan fisiknya sebagai hasil karya. Bila kita mengacu kepada

wujud kebudayaan, maka perubahan itu terjadi dalam ketiga wujud kebudayaan, yaitu pada

tingkat sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisiknya. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan kebudayaan itu selalu dalam keadaan bergera. Perubahan itulah yang

dinamakan dinamika kebudayaan.

Penyebabnya atau faktornya ada bermacam-macam, antara lain:

1. Dari Dalam Masyarakat Sendiri

a. Karena Perubahan Jumlah penduduk

Penduduk adalah populasi manusia yang tinggal di suatu tempat atau

daerah. Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu

tempat. Perubahah jumlah penduduk ini disebabkan karena kelahiran,

kematian, dan migrasi. Ini dinamakan perubahan alami. Dalam hal ini terlihat

fertilitas dan mortalitas menunjang adanya peubahan kebudayaan.

Fertilitas adalah tingkat pertambahan anak yang dihitung dari jumlah

kelahiran setiap 1000 penduduk. Tingkat kelahiran yang dihitung dari jumlah

kelahiran per seribu penduduk dalam satu tahun disebut angka kelahiran

rata-rata atau angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate, disingkat CBR).

Di samping itu ada tingkat kelahiran dari wanita umur produktif per tahun,

yaitu:

Mortalitas adalah tingkat kematian yang dihitung dari jumlah kematian setiap

1000 penduduk. Tingkat kematian yang dihitung dari jumlah kematian per

seribu penduduk dalam satu tahun disebut angka kematian kasar (Crude

Death Rate, disingkat CDR)

Karena kebudayaan itu adalah kumpulan dari gagasan anggota masyarakat,

maka kalau anggota masyarakat itu berubah, maka kebudayaan juga akan

Page 26: budnus1

24 | P a g e

24 | P a g e

berubah. Dengan kelahiran, maka anggota suatu masyarakat itu bertambah.

Dengan adanya kematian maka anggota masyarakat itu berkurang. Itu

menyebabkan adanya gerak kebudayaan, pikiran dan gagasan dalam

masyarakat itu berubah.

Demikian juga dengan adanya migrasi. Migrasi adalah perpindahan

penduduk. Penduduk dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain,

pindah ke daerah baru untuk berbagai alasan. Alasannya mungkin ia

berdagang ke tempat lain, seperti pedagang dari Jurangmangu yang

berjualan ke Blok M, atau mahasiswa yang meninggalkan daerahnya dari

berbagai pelosok tanah air untuk kuliah di STAN. Mereka yang

meninggalkan tempatnya untuk pindah ke daerah lain ini yang dinamakan

emigrasi, pergi ke luar dari daerahnya.

Sebaliknya orang yang memasuki daerah yang baru, sebagai contoh para

mahasiswa yang kuliah di STAN dari berbagai daerah ini, bagi masyarakat

yang dimasukinya, masyarakat Jurangmangu ia disebut sebagai imigran,.

Bentuk dan sifat migrasi dapat bermacam-macam, antara lain:

1) migrasi primitif, yaitu perpindahan penduduk karena mencari makan,

sebagai pemburu dan peramu

2) migrasi lambat, yaitu ketika sekelompok orang dari Benua Asia berjalan

menuju ke Benua Amerika pada akhir Jaman Glasial e-4

3) migrasi cepat atau mendadak, yaitu perpindahan penduduk berupa

pengungsian karena perang atau bencana alam

4) migrasi khusus, yaitu pelayaran orang-orang dari Eropa ke Amerika,

Asia, dan Afrika, dan pelayaran orang-orang Cina ke Asia Tenggara

5) migrasi paksaan, yaitu perpindahan penduduk sebagai budak, kuli

kontrak, dan romusha

6) migrasi spontan, yaitu ketika banyak orang Jawa pindah ke Deli, ketika

pada abad ke-20 di sana dibuka perkebunan tembakau

7) migrasi yang berupa transmigrasi dan urbanisasi pada masa sekarang

a) Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari pulau yang padat

penduduknya ke pulau yang kurang padat penduduknya. Namun ada

juga transmigrasi lokal, yaitu perpindahan orang dalam sebuah pulau.

Page 27: budnus1

25 | P a g e

25 | P a g e

b) Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota

b. Karena adanya inovasi (penemuan baru) , baik berupa discovery , mau pun

invention.

1) discovery adalah penemuan konsep atau gagasan baru, misalnya

timbulnya hipotesa bumi bulat yang diutarakan pada abad ke-15.

2) invention adalah penemuan teknik baru berdasar konsep yang sudah ada,

misalnya pembuatan rudal adalah perbaikan dari konsep sebuah panah.

c. Dapat juga karena adanya revolusi dalam masyarakat itu sendiri, misalnya

adanya pembrontakan atau pertentangan dalam masyarakat, misalnya

perubahan dari pemerintahan ORLA ke ORBA.

2. Dari luar masyarakat, yaitu karena perubahan lingkungan alam dan lingkungan

masyarakat tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidup dalam lingkungan

terbuka, yang berada pada jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan

lain cenderung berubah secara cepat. Perubahan dapat berupa:

a. Difusi, yaitu menerima pancaran dari kebudayaan lain. Sebagai contoh

masyarakat Tionghoa di Indonesia membawa kebudayaan leluhurnya berupa

makanan antara lain bakmi, bakso, dan yang semacam itu, yang diterima

oleh masyarakat Indonesia lainnya.

b. Asimilasi, yaitu dua masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda saling

memancarkan kebudayaannya ke masyarakat yang lain. Sebagai contoh,

masyarakat Tionghoa di Jawa Timur senang makan soto, sedangkan

masyarakat Jawa di Jawa Timur senang makan bakso.

c. Akulturasi, bila kebudayaan luar yang masuk ke dalam suatu masyarakat

disaring; yang sesuai dengan kebutuhan kebudayaan masyarakat yang

dimasuki akan diterima menjadi kebudayaan masyarakat itu, sedangkan yang

tidak sesuai ditolak. Sebagai contoh, kebudayaan Hindu yang berupa tulisan

diadopsi oleh bangsa Indonesia, tetapi sistem perkawinan poliandri pada

bangsa Hindu ditolak oleh bangsa Iindonesia.

d. Infiltrasi, yaitu masuknya kebudayaan luar ke dalam suatu masyarakat secara

sembunyi-sembunyi, sehingga masyarakat yang dimasuki kebudayaan luar

itu tidak menyadarinya. Sebagai contoh generasi muda di perkotaan lebih

suka mengadakan acara ulang tahun di cafe atau di mal, menggantikan acara

Page 28: budnus1

26 | P a g e

26 | P a g e

ulangtahun yang biasanya diadakan di rumah masing-masing dengan

melibatkan orangtua dan semua anggota keluarganya. Acara di cafe atau di

mal hanya melibatkan teman-teman dekatnya, sehingga hubungan dengan

orangtua dan keluarganya sendiri menjadi kurang akrab.

e. Penetrasi, yaitu kebudayaan luar yang memasuki suatu masyarakat secara

paksa, masyarakat yang menerima kebudayaan luar itu tidak mampu

menolaknya. Sebagai contoh, ketika Perang Dunia II selesai, Jerman yang

kalah perang dibagi dua. Jerman Barat dikuasai Sekutu dengan kebudayaan

yang kapitalistik, sehingga orang di Jerman Barat juga menadopsi budaya

kapitaluistik. Sedangkan Jerman Timur dikuasai negara-negara Sosialis

dengan kebudayaannya yang bersifat sosialistik, sehingga orang di Jerman

Timur juga mengadopsi budaya sosialistik.

B. Dampak Dinamika Kebudayaan

Dinamika kebudayaan menimbulkan dampak. Dampak itu dapat bersifat positif dan juga

dapat bersifat negatif. Dampak positif dari dinamika kebudayaan biasanya tidak

menimbulkan gangguan pada masyarakat, namun dampak negatifnya yang justru harus

diperhatikan.

Dampak negatifnya antara lain:

1. Cultural lag: yaitu perbedaan taraf kemajuan unsur-unsur kebudayaan suatu

masyarakat. Pada waktu belum ada perubahan kebudayaan, ketujuh unsur

kebudayaan itu dalam keadaan seimbang, posisinya sama. Namun begitu ada

perubahan kebudayaan, masing-masing unsur dari ketujuh unsur kebudayaan itu

meresponnya tidak sama. Ada unsur kebudaan yang lebih maju daripada unsur

kebudayaan yang lain. Kemajuan unsur kebudayaan yang berupa teknologi saat ini

demikian pesat, meninggalkan kemajuan pada unsur pengetahuannya. Akibatnya,

kita ambil sebagai salah satu contoh, sering terjadinya kecelakaan Metromini di

Jakarta disebabkan teknik atau cara pengedaraan bisnya yang kelihatan demikian

dikuasainya, sedangkan sopir-sopir Metromini itu pengetahuan tentang permesinan

kurang memadai, sehingga mereka tidak memadukan antara pengetahuan tentang

permesinan dengan teknologi pengedaraan mobilnya.

2. Cultural survival: yaitu masih mampunya salah satu unsur kebudayaan bertahan,

meskipun unsur-unsur kebudayaan lain telah hilang atau tidak berfungsi lagi.

Page 29: budnus1

27 | P a g e

27 | P a g e

Sebagai contoh, meskipun ada perubahan kebudayaan, kegiatan gotongroyong itu

masih bertahan di desa-desa

3. Cultural conflict: yaitu pertentangan yang terjadi akibat adanya perubahan

kebudayaan. Sebagai contoh, pertentangn dalam sebuah keluarga, karena orangtua

menyukai musik yang lembut, seperti kroncong, namun anak-anaknya menyukai

musik-musik keras, dan tidak menyukai musik jenis kroncong. Bila tidak ada

toleransi dalam keluarga itu, maka dapat menimbulkan pertentangan.

4. Cultural shock: yaitu kecemasan yang diakibatkan karena anggota masyarakat itu

kehilangan atau tidak mengenal lagi simbol-simbol dalam pergaulan sosial yang

semula dikenalnya dengan baik. Misalnya, orangtua mengalami keterkejutan karena

anak-anak gadisnya keluar rumah sampai jauh malam, meskipun dengan alasan

yang dapat dimengerti, misalnya karena kerja lembur atau belajar bersama.

5. Future shock: keterkejutan menghadapi hari depan. Kemajuan teknologi yang

demikian pesat, sulit diikutinya dengan imajinasi, yang akan menimbulkan masalah,

anggota masyarakat ini kehilangan arah, kehilangan kepercayaan diri, bahkan dapat

sampai kehilangan pegangan kepada nilai-nilai dan iman.

C. Penyesuaian Antarbudaya

Agar pengaruh perubahan kebudayaan ini tidak memberikan dampak negatif, maka

perlu adanya penyesuaian antarbudaya. Penyesuaian itu dipengaruhi oleh faktor intern,

yaitu faktor yang ada di dalam diri perorangan itu, dan faktor ekstern yaitu faktor yang

datangnya dari luar diri seseorang.

1. Faktor intern, meliputi:

a. Watak, yaitu segala tabiat yang membentuk keseluruhan kepribadian

seseorang (antara lain: emosional, pemberani, bertanggungjawab, senang

bergaul, dan yang semacam itu)

b. Kecakapan, menyangkut segala sesuatu yang dapat dipelajari, terdiri atas

bahasa, adat istiadat, tatakrama, kedaaan geografi, keadaan ekonomi, situasi

politik, dan lain-lain

c. Attitude, yaitu kesiapan mental atau syaraf yang terbina melalui pengalaman

yang memberikan pengaruh terhadap bagaimana seseorang menanggapi

segala situasi yang dihadapi, misalnya optimis, pesimis, berprasangka,

skeptis, toleran, atau moderat

Page 30: budnus1

28 | P a g e

28 | P a g e

2. Faktor ekstern, meliputi:

a. Besar kecilnya perbedaan antara kebudayaan semula yang dimilikinya

dengan kebudayaan baru yang diterimanya

b. Apakah kebudayaan baru itu dapat diterima dengan latar kebudayaan

semula

c. Lingkungan hidup yang terbuka mempermudah seseorang untuk

menyesuaikan diri daripada lingkungan hidup yang tertutup.

D. Kebudayaan Nasional Indonesia

Sebelum membicarakan kebudayaan nasional Indonesia, kita perlu mengetahui

kebudayaan lain yang pernah memberikan pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia pernah mendapat pengaruh kebudayaan Hindu dan kebudayaan Cina,

yang semuanya dikatakan sebagai kebudayaan Timur, dan juga kebudayaan yang dibawa

oleh orang-orang Eropa dan Amerika, yang biasanya disebut kebudayaan Barat.

1. Kebudayaan Timur

Dalam kebudayaan Timur, pandangan hidup manusia lebih bersifat mistik, intuitif,

serta bersifat religius, dengan menempatkan kehidupan yang berimbang antara

dunia dan akhirat, kepuasan rohani dan jasmani.

Inti kebudayaan Timur tidak terletak pada intelektualitasnya, tetapi pada hatinya

yang menyatukan akal budi, intuisi, inteligensia, dan perasaan. Ini dipandang

sebagai puncak perkembangan rohani manusia, yaitu tertuju kepada tinjauan

kesempurnaan. Pemikir Timur lebih menekankan segi kejiwaan; realitas di dunia

empiris dianggap sebagai sesuatu yang hanya lewat dan bersifat khayalan (semu

atau maya). Orang Timur lebih menekankan pada disiplin pengendalian diri,

sederhana, tidak mementingkan dunia materi, bahkan menjauhinya.

Menurut pemikiran Timur, sesuatu yang baik itu tidak hanya terletak pada dunia

kebendaan, tidak dengan memanipulasi alam, tidak dengan mengubah masyarakat

dan mencari kesenangan bagi diri sendiri, melainkan diperoleh melalui pencarian

Zat Yang Satu, dalam diri sendiri atau diluarnya. Mereka menghayati hidup yang

meliputi keseluruhan eksistensinya. Orang Timur mencari keharmonisan dengan

alam yang memberi kehidupan, makanan, peneduh, bahan untuk seni dan sains.

Nasfu untuk memperoleh nikmat dan kerinduan akan keselamatan dan

pembebasan dari penderitaan dunia cukup kuat, dan ide ini besar pengaruhnya

Page 31: budnus1

29 | P a g e

29 | P a g e

dalam membentuk mentalitas, teori dan praktek hidup. Cara memperolehnya bukan

pada akal budi , tetapi melalui meditasi, tirakat (ascetic) dan mistik. Dalam

menegakkan norma tidak hanya bersumber pada ajaran agama, tetapi memadukan

pengetahuan, intuisi, pemikiran konkret, simbolik, dan kebijaksanaan

Sikap orang Timur terhadap alam tercermin dalam falsafah Hindu yang

disebut Tri Hita Karana, yaitu adanya kesatuan antara Tuhan, manusia, dan alam ,

dan ketiganya adalah penyebab kebahagiaan. Untuk menjaga hubungan yang

harmonis antara manusia dengan alam, terkadang muncul ekspresi konkret dalam

bentuk hubungan mistik antara manusia dengan alam. Orang Timur menginginkan

kekayaan hidup, bukan kekayaan kebendaan, yaitu berupa ketenangan,

ketenteraman, menyatu dengan alam. Selain filsafat Hindu dan Buddha,

Konfusianisme dan Taoisme juga telah mempengaruhi bangsa-bangsa Asia sejak

berabad-abad yang lampau. Hal-hal ini mengilhami sistem pendidikan seni,

perundang-undangan dan organisasi, sosial, dan dalam tingkat yang lebih dalam

telah membentuk ‘ketidaksadaran kolektif’ yang sadar dari bangsa-bangsa Asia

2. Kebudayaan Barat

Kebudayaan Barat memperlihatkan perbedaan dengan kebudayaan Timur.

Kebudayaan Barat bersumber dari filsafat Yunani. Dalam kebudayaan Barat,

manusia begitu sadar akan individualitasnya dan superioritas tekniknya, mereka

lebih menekankan obyektivitas daripada perasaan, dan merasa berdiri sendiri

sebagai penakluk alam semesta. Kepentingan individu terletak di atas kepentingan

umum. Manusia merupakan aktor drama di mana ia aktif mengambil bagian dalam

membentuk sejarah. Manusia adalah ukuran segalanya. Ia mempunyai kemampuan

untuk menyempurnakan hidupnya dengan bertitik tolak dari rasio, intelek dan

pengalaman.

Pemikiran demikian membuahkan sains dan teknologi (modern). Filsafat Barat yang

berpangkal pada filsafat positivisme diwujudkan dalam dunia rasio. Pemikiran

tentang nilai-nilai hidup yang meminta kepekaan hati dianggap sesuatu yang

subyektif dan tidak bermutu. Bagi mereka waktu mempunyai arti yang positif.

Dengan dinamika yang tak pernah kendor dan aktivitas yang penuh semangat,

orang Barat mengubah alam dan masyarakat.

Page 32: budnus1

30 | P a g e

30 | P a g e

Dengan pandangan hidup bahwa manusia adalah pusat sesuatu yang mempunyai

kemampuan rasional, kreatif dan estetik, mereka telah menghasilkan beberapa nilai

dasar seperti demokrasi, lembaga sosial, dan kesejahteraan ekonomi.

Ada tiga nilai penting yang mendasari nilai Barat, yaitu martabat manusia,

kebebasan dan teknologi. Manusia diukur dari kemampuannya, bukan dari

kebijaksanaan hatinya. Gerakan sekularisme pemikiran berkembang meluas ke

bidang estetika, moral dan agama. Orang Barat ingin membangun agama baru di

Barat yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sebab agama di Barat

mengalami kemunduran melalui tekanan mentalitas ilmiah.

Di Barat kepuasan diperoleh melalui usaha dan perhatian terhadap benda dan

kenikmatan duniawi. Yang menjadi ukuran adalah kultur orang, kuantitas (produksi

yang melimpah-limpah), artifisial (kultur buatan), dan kontrol yang menyeluruh

(kemaharajaan sistem). Kemajuan teknologi menghasilkan dinamika, perencanaan,

organisasi, manajemen , keberanian berusaha, penguasaan materi, namun

sekaligus menggerogoti kehidupan sosial dan pribadinya. Hal ini tercermin dalam

bahasa: menaklukkan ruang angkasa, menaklukkan alam, menguasai hutan, dan

menguasai banjir.

3. Reaksi atas sikap Budaya Timur dan Budaya Barat

Kebudayaaan Timur bersifat kolektif, sehingga tidak membiarkan seseorang

mengurus dirinya sendiri. Sebaliknya kebudayaan Barat bersifat individual,

akibatnya timbul rasa kesepian dan tertekan. Sekarang terjadi pergulatan. Timur

ingin memperlihatkan ciri khas kebudayaannya dan sekaligus memberi corak

pergaulan dunia, sebab tidak menghendaki kemajuan ilmu pengetahuan dan

keberhasilan pengembangan rasio disertai wajah bengis, angkuh, dan kejam.

Menurut Alfian (1988: 36), ada tiga corak reaksi dalam menghadapi tantangan

Barat:

a. Menerima dan merangkul bulat-bulat kebudayaan Barat, dan

menganggap kebudayaan Timur tidak relevan lagi.

b. Anti kebudayaan Barat dengan menganggap kebudayaan Barat kejam

dan buas.

Page 33: budnus1

31 | P a g e

31 | P a g e

c. Melihat benturan secara kritis dan realistis, dan mengambil yang baik dari

kebudayaan Barat dan mempertahankan yang baik dari kebudayaan

Timur.

4. Pendapat-pendapat tentang Kebudayaan Nasional Indonesia

Menyadari bahwa bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa

dengan masing-masing kebudayaannya, dan telah adanya pengaruh berbagai

macam kebudayaan asing, maka dicoba mencari suatu bentuk kebudayaan yang

dapat diterima oleh semua warga bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.

Pada tahun 1936 diadakan polemik kebudayaan antara Sutan Takdir

Alisyahbana dan kelompoknya sebagai wakil golongan Indonesia Muda, dengan

Sanusi Pane, Ki Hadjar Dewantara, dan Dr. Sutama. Ki Hadjar Dewantara dan

kelompoknya mengemukakan bahwa Kebudayaan Nasional Indonesia adalah

puncak-puncak kebudayan daerah di Indonesia, dan didasarkan pada kebudayaan

Timur (spiritualisme, perasaan, dan kolektivisme) yang dilengkapi dengan

kebudayaan Barat (materialisme, intelektualisme, dan individualisme). Sedang

Sutan Takdir Alisyahbana dan kelompoknya mengemukakan bahwa perlu dibangun

kebudayaan nasional yang baru sama sekali dengan banyak mengambil pengaruh

Barat.

Di samping pendapat kedua kelompok itu, Harsya Bachtiar berpendapat bahwa

perlu dibangun kebudayaan ‘yang baru sama sekali, yang bebas dari feodalisme’.

Sedangkan Koentjaraningrat mengatakan, kebudayaan nasional perlu

berorientasi kepada kejayaan nenek moyang dan masa kini. Identitas kebudayaan

itu merupakan suatu kontinuitas. Kebudayan nasional adalah keseluruhan gagasan

kolektif dari masyarakat Indonesia yang bhineka.

Berdasarkan fungsinya, kebudayaan nasional adalah:

a. Sistem gagasan dan perlambang yang memberi identitas Indonesia

b. Dapat dipakai untuk seluruh warga Indonesia yang Bhineka

Syaratnya adalah:

a. Hasil karya bangsa Indonesia

b. Mengandung cir-ciri khas Indonesia

c. Yang dinilai tinggi dan menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia

Menurut UUD 1945 Pasal 32:

Page 34: budnus1

32 | P a g e

32 | P a g e

“Kebudayan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah hasil usaha

budinya rakyat Indonesia seluruhnya”

Dari pendapat-pendapat di atas ditarik kesimpulan sementara bahwa kebudayaan

nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah ditambah unsur-unsur kebudayaan luar

yang masuk yang positif. Formasi kebudayaan nasional dalam rangka pembuatan pola

kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila ialah proses timbal-balik antara

yang ideal dengan yang aktual, antara nilai-nilai, kelakuan individu, dan interaksi sosial.

Melalui habitasi dan pembiasaan, dari proses pembudayaan akan dihasilkan etos

kebudayaan yang merupakan sistem yang terdiri atas komponen ekonomi, sosial politik, dan

unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Kebudayan adalah kompleks, karena bersumber dari sifat biologis, lingkungan,

psikologis, dan sejarah eksistensi manusia. Etos kebudayaan itu merupakan kompleks nilai

yang koheren serta memberi watak dan identitas khusus pada kebudayaan yang

diresapinya. Untuk bangsa Indonesia, Pancasila adalah etos kebudayaan nasional.

RANGKUMAN

1) Kebudayaan suatu masyarakat itu selalu berubah. Perubahannya dapat karena

faktor-faktor di dalam masyarakat itu sendiri, mau pun dari unsur-unsur

kebudayaan luar yang masuk.

2) Dinamika kebudayaan itu juga memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat,

baik berupa dampak yang positif, mau pun dampak yang negatif. Dampak positif

tidak kita bicarakan, karena membawa masyarakat itu pada kemajuan, tetapi

dampak negatiflah yang harus dianalisis dan dicarikan jalan keluarnya, agar dampak

itu tidak merusak kehidupan bermasyarakat.

3) Untuk mengantisipasi dampak negatif, perlu adanya penyesuaian antar budaya,

yang meliputi faktor intern, - berarti faktor yang ada pada individu dalam masyarakat

itu sendiri, dan faktor ekstern yaitu faktor yang ditemui ketika individu atau kelompok

individu itu bertemu dengan kebudayan masyarakat yang lain.

4) Untuk membicarakan Kebudayaan Nasional Indonesia perlu melihat kembali

bagaimanakah kebudayaan asli Indonesia itu. Kemudian dengan masuknya bangsa

asing ke Indonesia, mereka memberikan kontribusi yang menambah atau

melengkapi kebudayaan asli

Page 35: budnus1

33 | P a g e

33 | P a g e

LATIHAN

1) Contoh bentuk perubahan kebudayaan yang berasal dari discovery, dan berasal dari

invention. Masing-masing dua buah.

2) Bagaiman cara mengatasi seringnya terjadi kecelakaan karena adanya cultural lag?

3) Bila Anda suatu saat dikirim untuk melanjutkan studi ke negara asing, misalnya ke

Amerika, apa yang harus Anda siapkan terlebih dahulu? Jelaskan kegunaannya hal-

hal yang Anda persiapkan itu.

4) Apa perbedaan karakter orang yang hidup di lingkungan yang terbuka, yang sering

bertemu dengan bermacam-macam orang dari berbagai kebudayaan, dengan karakter

orang yang hidup di daerah yang terpencil, sehingga komunikasi antar budaya amat

terbatas?

6) Mengetahui adanya ‘Polemik Kebudayaan’ pada tahun 1936, apakah konsep yang

diajukan oleh para anggota polemik itu sekarang masih ada jejaknya?

5) Ada dua kelompok besar pengaruh asing yang diterima oleh masyarakat Indonesia,

yaitu pengaruh dari Kebudayaan Timur – yaitu kebudayaan Hindu, Budha,

Konfusianisme dan Taoisme, dan pengaruh dari Kebudayaan Barat yang dibawa oleh

orang-orang Eropa dan Amerika. Saat ini terjadi pergulatan dalam proses

pembentukan Kebudayaan Nasional Indonesia. Di satu fihak ada yang ingin tetap

mempertahankan unsur-unsur kebudayaan Timur yang umumnya bersifat

menyelaraskan diri dengan alam, namun demi mengikuti kemajuan jaman yang

berasaskan teknologi canggih, maka banyak juga yang menginginkan bangsa

Indonesia lebih banyak mengambil Kebudayaan Barat.

Page 36: budnus1

34 | P a g e

34 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN INDONESIA

A. Kebudayaan Asli Indonesia

1. Jaman Pra-Histori (Pra-Hindu)

a. Penduduk, Sistem Teknologi, dan Sistem Ekonomi

1) Pengaruh Ras Austro-Melanesoid

Manusia Indonesia yang tertua sudah ada kira-kira satu juta tahun yang lalu, waktu

Paparan Sunda masih berupa daratan dan bersambungmenjadi satu dengan Benua

Asia di bagian tenggara. Fosilnya diketemukan di lembah Bengawan Solo, dan oleh

para ahli disebut Pithecantropus Erectus. Mereka dalam kelompok kecil, hidup dari

berburu dan meramu. Alat berburunya berupa alat pemukul dari kayu, kapak dari

batu yang dipertajam pada salah satu sisinya. Sejumlah fosil yang menunjukkan

bentuknya yang telah berevolusi ditemukan di desa Ngandong, yang juga terletak di

lembah Bengawan Solo, dan oleh para ahli disebut Homo Soloensis. Homo

Soloensis ini kemudian berevolusi menjadi manusia seperti sekarang, tetapi dengan

ciri-ciri yang banyak menyerupai penduduk pribumi Australia. Sisa-sisa fosilnya

diketemukan di distrik Wajak (dekat Surabaya) dan disebut Homo Wajakensis.

Manusia dengan ciri-ciri Austro-Melanesoid yang merupakan nenek moyang

manusia Wajak ini menyebar ke arah timur dan ke arah barat. Yang ke timur

menduduki Irian (sebelum Kala Es Ke-4 berakhir). Di Irian mereka hidup dalam

Tujuan Instruksional Khusus :

Agar mahasiswa dapat menguraikan terjadinya bangsa Indonesia dengan

kebudayaannya, dari jaman dahulu sampai sekarang, yang berupa masayarakat

Indonesia dengan kebudayaan aslinya, pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha,

pengaruh kebudayaan Islam, dan pengaruh kebudayaan Barat

4

Page 37: budnus1

35 | P a g e

35 | P a g e

kelompok kecil di muara sungai, hidup dari menangkap ikan, berburu dan meramu.

Peralatannya berupa kapak batu serpih bilah. Dinding gua tempat tinggal mereka

dihiasi dengan gambar-gambar tangan atau binatang dengan warna merah. Bekas

perkampungan mereka disebut abris sous roches (tempat perlindungan di bawah

karang), diketemukan di daerah Kepala Burung di Papua, juga di Kepulauan Kai,

Seram, dan Sulawesi Selatan. Mereka mengembangkan kebudayaan pantai dengn

perahu lesung bercadik. Adanya abris sous roches di Flores Barat dan Timor Barat,

menunjukkan bahwa manusia Wajak ini juga bermigrasi ke barat.

Yang bermigrasi ke barat rupa-rupanya suka makan kerang, dan kulitnya mereka

buang di luar perkampungan mereka. Timbunan klit kerang ini disebut

kyokkkenmoddinger (sampah dapur), terdapat di Sumatera Timur dan Sumatar Utara

dekat Medan, dekat Langsa di Aceh, di Perak, Kedah, dan Pahang (Malaysia).

Mereka juga mengembangkan peralatan berupa kapak genggam berbentuk diskus

lonjong. Peralatan ini diketemukan selain di gua-gua Jawa Timur juga di Vietnam

Utara, yang kemudian terkenal dengan nama kompleks alat-alat Bacson-Hoabin,

berkat penggalian ahli arkeologi Perancis Ny. M. Colani di Vietnam. Jadi ada

persebaran dari timur ke barat dari Ras Austro-Melanesoid yang berasal dari Jawa

melalui Sumatera, Semenanjung Melayu dan Muangthai Selatan sampai Vietnam

Utara.

2) Pengaruh Ras Mongoloid

Persebaran Ras Mongoloid kemungkinan melalui jalan yang dilalui oleh orang

Austro-Melanesoid ketika bermigrasi ke barat. Namun ada juga pendapat, mereka

melalui jalan dari Asia Timur, mungkin dari Jepang, kemudian menyebar ke arah

selatan: melalui Kepulauan Riukyu, Taiwan, Filipina, Sangir, masuk ke Sulawesi.Di

Gua Leang Cadang Sulawesi Selatan, ditemukan fosil yang menunjukkan ciri Paleo-

Mongoloid. Ia diketemukn bersana alat-alat Toala. Juga terdapat gambar dinding

dan fosil dengan ciri Austro-Melanesoid. Dengan demikian daerah itu adalah sebagai

tempat perpaduan berbagai macam ras. Diperkirakan percampuran antar ras ini

terjadi antara 10.000 sampai 2.000 SM

3) Pengaruh Kebudayaan Neolitik

Gelombang ketiga berasal dari Asia bagian tenggara. Bentuk fisiknya banyak

mengandung ciri Mongoloid. Bahasa induknya adalah bahasa Proto-Austronesia.

Page 38: budnus1

36 | P a g e

36 | P a g e

Mereka sudah mengenal bercocok tanam di ladang. Alatnya berupa kapak batu

lonjong dan bujur sangkar yang oleh para ahli prehistori disebut Walzenbell.Dengan

perahu bercadik mereka menyeberang ke daerah Pacifik Selatan: Taiwan, Filipina,

Sulawesi Utara, dan Maluku Selatan. Dari Taiwan mereka ke utara, ke pulau-pulau

Okinawa sampai ke Jepang.

4) Pengaruh Kebudayaan Perunggu

Benda-benda tinggalan Jaman Perunggu di Asia Tenggara untuk pertama kali

ditemukan di Dongson, Vietnam Utara, berupa perunggu dan besi. Diantaranya

nekara (genderang perunggu), kapak, cendrasa, bejana tempat abu orang

meninggal, gelang, manik-manik, kalung, cincin, dan arca. Kepandaian itu berasal

dari Mesopotomia kira-kira 3000 tahun SM. Di Indonesai benda-benda itu

diketemukan di Sumatara, Jawa, Nusa Tenggara, Bali, Sangean (Sumbawa), Rote,

Leti, Alor, Timor dan Sentani (Papua).

Berikut ini kutipan mengenai sejarah nenek moyang bangsa Indonesia dari tulisan

Mochtar Lubis pada tahun 1986 dalam pidato kebudayaannya yang berjudul “Situasi

Akar Budaya Kita”. Nenek moyang kita adalah bahagian dari arus perpindahan

manusia yang bergerak di zaman lampau yang telah hilang sebagai hilangnya

bayangan wayang dari layar sejarah, bergerak dari bagian Timur Eropa Tengah dan

bagian Utara wilayah Balkan sekitar laut Hitam ke arah timur, mencapai Asia, masuk

ke Tiongkok. Dan di Tiongkok arus perpindahan ini bercabang-cabang ke utara,

timur dan selatan. Arus selatan mencapai daerah Yunan, sedang bagian timur

mencapai laut Indo Cina. Di sinilah tempat lahirnya budaya asal Indonesia. Manusia-

manusia yang berpindah dan bergerak ke Asia dari Eropa Tengah dan Wilayah

Balkan itu adalah orang Tharacia, Iliria, Cimeria, Kakusia, dan mungkin termasuk

orang Teuton, yang memulai perpindahan mereka di abad ke-9 hingga abad ke-8

sebelum nabi Isa. Mereka membawa keahlian membuat besi dan perunggu. Nenek

moyang orang Indonesia yang telah berada terlebih dahulu dari mereka di daerah

Dongson ini telah mengembangkan seni monumental tanpa banyak ornamentik yang

dekoratif. Dari pendatang-pendatang baru ini mereka mengambil alih, menerima, dan

mencernakan seni ornamentik pendatang-pendatang dari barat ini. Tidak saja dalam

ornamentik, akan tetapi juga dalam hiasan tenunan (amat banyak persamaan antara

hiasan tenun Indonesia dan Balkan, umpamanya), dan juga dalam musik dan

Page 39: budnus1

37 | P a g e

37 | P a g e

nyayian. Jaap Kunst, seorang ahli musik, juga ahli musik Indonesia

mengindentifikasikan persamaan nyayian rakyat di pulau Flores dengan nyanyian

rakyat di bagian timur Yugoslavia (Balkan). Kebudayaan Dongson menunjukkan

lebih banyak persamaan dan kaitan dengan budaya Eropa dibanding budaya Cina.

Nenek moyang Dongson inilah yang bergerak ke selatan, dan kemudian mencapai

Nusantara. Di Nusantara hampir tidak ada perpisahan antara zaman perunggu dan

zaman besi. Hal ini sama juga terjadi di Indo Cina. Dalam penggalian situs-situs

purbakala, perunggu dan besi selalu ditemukan bersama-sama. Hulu pisau Dongson

banyak berbentuk manusia, seperti keris Majapahit. Bentuk hulu pisau yang serupa

juga ditemukan di Holstein (Jerman), Denmark, dan di Kauskasus. Sebelum nenek

moyang dari Dongson turun ke Nusantara, kelompok-kelompok manusia lain telah

terlebih dahulu datang. Selama zaman es terakhir, kurang lebih 15.000 tahun

sebelum Masehi, sejarah bumi Nusantara menunjukkan bahwa sebagian besar

Nusantara bagian barat menyatu dengan daratan Asia Tenggara, Jawa, Sumatera,

Kalimantan dan wilayah yang kini laut Jawa. Ketika es berakhir, permukaan laut naik

kembali, dan terbentuklah gugusan pulau-pulau seperti yang kita kenal kini. Sejarah

bumi Nusantara telah berpengaruh besar pada perkembangan manusia Melayu-

Polinesia. Mereka menjadi bangsa maritim, yang kurang lebih 1000 tahun sebelum

Nabi Isa mengarungi Samudera Hindia. Manuskrip tua Hebrew dari masa akhir 2000

dan permulaan 1000 sebelum tahun Nabi Isa telah menyebut perdagangan kulit

manis dari berbagai tempat sepanjang pantai timur Afrika. Sebuah naskah Arab dari

abad ke 13 menceritakan masuknya orang Melayu-Polinesia ke belahan barat

Samudera Hindia. Naskah itu mengatakan bahwa di masa mundurnya Kerajaan

Fira’un di Mesir, tempat yang bernama Aden, yang menguasai jalan masuk ke laut

Merah (yang masa itu merupakan tempat penduduk nelayan), telah direbut oleh

orang Qumr (Melayu-Polinesia) yang datang dengan armada yang terdiri dari

perahu-perahu yang memakai cadik. Mereka mengusir penduduk setempat, berbagai

monumen dan memilihara hubungan langsung dengan pulau Madagaskar dan Asia

Tenggara. Para ahli sejarah menyebutkan hal itu mungkin terjadi di masa Nabi Isa

masih hidup. Untuk masa yang cukup lama orang Melayu-Polinesia menguasai

pelayaran dan perdagangan lewat Samudera Hindia dari Asia Tenggara ke pintu

Laut Merah, sepanjang pantai timur Afrika dan Pulau Madagaskar.

Page 40: budnus1

38 | P a g e

38 | P a g e

Dalam melakukan ini, mereka juga telah membawa berbagai kekayaan ke

Madagaskar dan Afrika. Di Madagaskar mereka telah menetap di belahan barat

pulau itu. Hingga kini masih terlihat berbagai persamaan kata bahasa Madagaskar

dan bahasa suku Manyaan di Kalimantan. Ke timur, nenek moyang Melayu-Polinesia

ini berlayar jauh ke pedalaman Pasifik, menetap di berbagai kepulauan, dan mereka

paling ke timur mencapai Easter Island, pulau terjauh ke timur dari Nusantara.

Jelaslah bahwa budaya bangsa kita berakar jauh ke zaman prasejarah, ke masa

silam yang begitu jauhnya, hingga telah lenyap dari ingatan bangsa kita. Jelas pula

bahwa kita telah mewarisi budaya dunia yang ada di masa itu, di samping nenek

moyang kita telah memberi pula sumbangan pada budaya-budaya bangsa lain di

seberang Samudera Hindia, serta menciptakan berbagai budaya di Madagaskar, dan

di kepulauan-kepulauan Samudera Pasifik.

Melalui zaman Mesolitik mencapai zaman Neolitik mungkin terjadi kurang lebih 3500-

2500 tahun sebelum Nabi Isa. Ketika itu mereka mulai tinggal bersama dalam

komunitas-komunitas kecil dan mulai mengembangkan pertanian dan sistem

pengairan. Di zaman ini berkembang akar budaya musyawarah Indonesia, karena di

kala itu belum ada kepala dan raja, dan semuanya masih dimusyawarahkan oleh

semua anggota komunitas, dipimpin oleh orang-orang yang lebih tua. Wanita ikut

bermusyawarah, dan anak-anak boleh hadir dan ikut mendengar. Di suku Sakudei di

pulau Mentawai, seorang peneliti Swiss melaporkan bahwa dia masih menemukan

tradisi musyawarah yang lama itu.

b Sistem Religi

1) Pra Hindu

Mereka sudah mengetahui bahwa ada satu kekuatan gaib yang mengatur

kehidupan mereka. Karena (hanya) satu kekuatan gaib, maka mereka adalah

penganut monotheisme. Mereka memuja kekuatan gaib itu yang masih

abstrak ,yang berupa kekuatan alam, angin, api, air, gunung berapi, dan lain-

lain. Kita mengetahui hal itu karena adanya peninggalan berupa batu-batu

besar (megalitik) yang dipuja, berujud menhir, dolmen, dan punden berundak.

Menhir antara lain terdapat di Gunug Kidul Yogya, Menado, Pagaruyung

Minang, Dolmen di Nias dan punden berundak di Banten.Sistem

kepercayaan Indonesia Asli ini sampai sekarang masih kita lihat, di samping

Page 41: budnus1

39 | P a g e

39 | P a g e

batu-batu yang telah disebutkan di atas, juga ada yang berupa benda buatan

jaman sekarang, misalnya tumpeng yang melambangkan sebuah menhir,

orang Nias masih mengadakan upacara melompati dolmen untuk menggapai

Tuhan. Punden berundak muncul lagi dalam pengaruh kebudayaan Hindu

yang berupa Candi Borobudur, yang merupakan setangkup punden

berundak. Dalam agama Hindu terdapat banyak dewa, oleh kerenanya biasa

disebut polytheisme. Namun ketika masuk ke Indonesia ,polytheisme tadi

harus disesuaikan dengan kebudayaan yang dimasukinya, menjadilah ia

monotheisme seperti yang dianut oleh orang Indonesia. Kepercayaan yang

masih abstrak dalam Kebudayaan Pra-Hindu dijadikan konkrit, dengan

membuat personifikasi: kekutan angin menjadi Dewa Bayu, kekuatan api

menjadi Dewa Agni, kekuatan air laut menjadi Dewa Baruna, dan

sebagainya.

Dewa-dewa agama Hindu, sepeti Trimurti (Brahma, Ciwa, Wisnu) yang dalam

kebudayaan Hindu kedudukannya sejajar, namun begitu masuk ke Indonesia,

Ciwa dijadikan Dewa Tertinggi, dibawahnya sebelah menyebelah Dewa

Brahma dan Dewa Wisnu. Jika kedudukan ketiga dewa itu kita hubungkan,

maka akan menjadi sebuah segitiga, seperti penggambaran menhir. Ini dapat

kita lihat ketika mengunjungi Candi Prambanan yang bersifat Hindu, tempat

yang menunjukkan kedudukan ketiga dewa itu dapat kita lihat dengan jelas.

Bahkan dalam wayang yang dianggap kebudayaan Indonesia, Dewa Ciwa ini

disebut Batara Guru, bapak semua dewa. Bila kedudukan ini kita tarik

garisnya, akan terlihat kembali sebagai gambar segitiga, gambaran dari

menhir.

Tadi telah diutarakan, bila punden berundak yang asli Indonesia ini kita

tangkupkan dengan punden berundak lagi, akan menjadi Candi Borobudur.

Candi Borobudur adalah tempat pemujaan bagi umat Budha.

Ketika agama Budha masuk ke Indonesia, orang Indonesia tidak menolak

memasukinya karena orang Indonesia ini melihat intinya adalah sama

dengan kebudayaan asli yang mereka punyai, yaitu dalam bentuk punden

berundak.

Page 42: budnus1

40 | P a g e

40 | P a g e

B. Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha

Masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia membawa pengaruh yang kuat bagi

susunan masyarakat. Agama tersebut lahir ratusan tahun sebelum masehi. Ajaran Hindu-

Buddha mengajarkan etika hidup layaknya menjadi seorang yang suci yang lepas dari hawa

nafsu keduniawian. Agama ini hanya berkembang di negara-negara Asia. Di negara-negara

Eropa maupun Amerika agama ini kurang berpengaruh bagi masyarakat. Di Indonesia

agama inilah yang menjadi pelopor terbentuknya kerajaan tua. Kerajaan tua yang

dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Buddha adalah Kutai, Tarumanagara, Kalingga, Sriwijaya,

Mataram Hindu, Kahuripan, Kediri, Singosari, Majapahit, Sunda dan Kerajaan-kerajaan

Hindu di Bali.

Dalam agama Hindu, terdapat pembagian kasta masyarakat berdasarkan pembagian

tugas atau pekerjaan. Kasta tersebut dari tertinggi adalah : Brahmana, Ksatria, Waisa dan

Sudra. Terdapat masyarakat yang dianggap di luar kasta. Mereka disebut Paria yang

meliputi : pengemis dan gelandangan. Biasanya kasta di Indonesia digunakan hanya untuk

pembagian tugas saja karena dipakai oleh Bangsa Indonesia itu sendiri. Sedangkan kasta di

India digunakan untuk membedakan antara Bangsa Arya dengan Bangsa Dravida.

Kebudayaan Hindu-Buddha yang dibawa oleh orang-orang India lambat laun diadopsi oleh

masyarakat Indonesia, yang kemudian mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat

Indonesia secara umum. Sebelum datangnya orang India, Indonesia sebenarnya juga

memiliki kebudayaan asli yang berkembang dan tumbuh di kalangan masyarakat.

Datangnya orang-orang India ke Indonesia menyebabkan bertemunya dua kebudayaan

yang berlatar belakang berbeda.

Pertemuan inilah yang disebut dengan akulturasi budaya, yaitu bertemunya dua

kebudayaan yang kemudian menjadi budaya baru yang dipengaruhi oleh kedua budaya

yang bertemu. Bertemunya dua kebudayaan ini menghasilkan unsur-unsur kebudayaan

baru yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Tetapi pada kenyataannya unsur kebudayaan

India lebih mendominasi dalam proses akulturasi budaya, akibatnya masyarakat Indonesia

mulai terpengaruh dengan kebudayaan India dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Wujud

dari pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha pada kebudayaan suku bangsa di Indonesia

dapat tercermin dalam beberapa bentuk, meliputi bangunan, kesenian, dan struktur

pemerintahan.

1. Bangunan

Page 43: budnus1

41 | P a g e

41 | P a g e

Bangunan yang tampak nyata terwarnai Kebudayaan Hindu dan Budha adalah

candi dan keraton. Dalam agama Hindu, candi dijadikan sebagai tempat pemujaan

dewa. Dalam candi Buddha didalamnya tidak terdapat arca dewa, karena dalam

agama Budha tidak terdapat dewa-dewa.

2. Kesenian

Seni adalah suatu hasil cipta karya manusia yang bertujuan untuk menggambarkan

suatu konsep dalam pikiran manusia, penggambaran konsep tadi juga dapat

bersifat menghibur. Seni yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha antara

lain seni rupa yang ditampilkan secara antropomorfik (pengenaan ciri-ciri manusia,

binatang, tumbuhan, atau benda mati) maupun non-antropomorfik.

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha juga terlihat pada seni patung. Peninggalan

patung di Indonesia yang mencerminkan ajaran Hindu-Buddha banyak dijumpai di

Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masa itu pembuatan patung dikaitkan dengan

pembuatan candi. Patung-patung tersebut digunakan untuk melakukan pemujaan

pada agama Hindu-Buddha.

Seni sastra adalah seni yang menjadi media pendidikan dan hiburan. Banyak

ajaran Hindu-Buddha yang mempengaruhi karya sastra Indonesia. Salah satu

wujud kesenian lainnya yang terkenal adalah seni wayang, baik wayang kulit

maupun wayang orang. Di Jawa Barat juga muncul wayang golek yang terbuat dari

kayu yang diberi pakaian layaknya manusia. Seni wayang sangat mengakar di

Jawa.

3. Struktur pemerintahan

Bentuk struktur pemerintahan yang sangat hirarkis dan birokratis merupakan wujud

pengaruh kebudayaan Hindu yang masih menggunakan sistem kasta dalam pola

hubungan masyarakatnya. Sistem kasta tidak ada dalam sistem kepercayaan

Budha, dimana antara agamawan dan orang awam tidak ada perbedaan dalam

strata agama dan kehidupan sosialnya.

C. Pengaruh Kebudayaan Islam

Berbicara kebudayaan Islam tentunya akan selalu bersinggungan dengan budaya Arab

dan Timur Tengah. Perlu dicatat bahwa tidak semua masyarakat Timur Tengah merupakan

orang Arab. Orang Iran, misalnya, adalah bangsa Persia, yang memiliki bahasa serta

budaya tersendiri, meskipun dalam ha-hal tertentu ada kesamaan dengan budaya Arab.

Page 44: budnus1

42 | P a g e

42 | P a g e

Menghubungkan budaya Islam dengan hanya budaya Arab adalah kurang tepat, apalagi

persebaran agama Islam di Indonesia dilakukan bukan hanya oleh satu bangsa saja,

melainkan oleh berbagai bangsa yang berdagang di Indonesia, yaitu orang Arab, Persia,

Moor, India, bahkan Cina.

Persebaran Islam di Indonesia tak terjadi dalam waktu yang sama, karena berproses

melalui aktivitas dagang dan sosial. Kekentalan pengaruh budaya dan ajaran Islam di tiap-

tiap tempat berbeda-beda. Ada masyarakat yang nuansa Islamnya kental, seperti Aceh atau

Banten, ada pula masyarakat yang nuansa Islamnya tidak begitu kental, seperti di Jawa

Tengah dan sebagian Jawa Timur.

Wujud dari pengaruh kebudayaan Islam pada kebudayaan suku bangsa di Indonesia

dapat tercermin dalam beberapa bentuk, meliputi bahasa, kesusatraan, seni rupa dan

kaligrafi, seni busana, dan bangunan (arsitektur)

1. Bahasa

Al-Quran, sebagai kitab suci Islam, menggunakan bahasa Arab, bahasa-Ibu Nabi

Muhammad. Dalam perkembangannya, bahasa Arab digunakan juga oleh para

muslim yang non-Arab dalam berbagai kegiatan agama, terutama shalat dan

mengaji membaca Al-Quran). Tak jarang seorang muslim pandai membaca Al-

Quran dalam bahasa Arab, namun ia kurang atau tidak mengerti arti harfiah teks-

teks dalam kitab suci tersebut. Salah satu hadis menyatakan bahwa sangat

diwajibkan bagi setiap muslim untuk membaca Quran, meski orang bersangkutan tak

mengetahui arti dan makna ayat-ayat yang dibacakan (kecuali ia membaca

terjemahaannya).

Persebaran bahasa Arab lebih cepat dari pada bahasa Sansekerta karena dalam

Islam tak ada pengkastaan, karena itu dari raja hingga rakyat jelata mampu

berbahasa Arab. Pada mulanya memang hanya kaum bangsawan saja yang pandai

menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab, namun selanjutnya rakyat kecil pun

mampu berbahasa Arab, setidaknya membaca dan menulis Arab, kendati tak begitu

paham akan maknanya. Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat

pada batu nisan di Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang bangsawan

Majapahit yang telah masuk Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh

huruf dan bahasa Arab terlihat pada karya-karya sastra di wilayah-wilayah yang

Page 45: budnus1

43 | P a g e

43 | P a g e

keislamannya cukup kuat seperti di Sumatera, Sulawesi, Makassar, dan Jawa.

Penggunaan bahasa Arab pun berkembang di pesantren-pesantren.

Penulisan huruf Arab berkembang pesat ketika karya-karya yang bercorak Hindu-

Buddha disusupi unsur-unsur Islam. Huruf yang lebih banyak dipergunakan adalah

aksara Arab Gndul (Pegon), yakni abjad Arab yang ditulis tanpa tanda bunyi,

sedangkan bahasanya masih menggunakan bahasa setempat seperti Melayu, Jawa,

dan bahasadaerah lainnya. Sebelum bersentuhan dengan budaya Eropa (Portugis

dan Belanda}, kitab-kitab (sastra, hukum, sejarah) ditulis dengan huruf Pegon ini. Di

samping melalui kesusatraan, penggunaan bahasa dan huruf Arab terjadi melalui

perdagangan. Dalam kalender Masehi, nama-nama hari yang berjumlah tujuh dalam

seminggu menggunakan nama Arab, yakni Senin (Isnain), Selasa (Sulasa), Rabu

(Rauba’a), Kamis (Khamis), Jumat (Jum’at), Sabtu (Sabt). Enam dari tujuh hari

tersebut semuanya berasal dari bahasa Arab, kecuali Minggu (bahasa Arabnya:

Ahad) yang berasal dari kata Flaminggo, bahasa Portugis. Hanya orang-orang

tertentu yang menggunakan kata “ahad” untuk hari Minggu.

Pengabadian istilah “minggu” dilakukan oleh umat Nasrani Portugis ketika

melakukan ibadah di gereja pada hari bersangkutan. Selain huruf, sistem angka (0,

1, 2, 3, dan seterusnya) pun diadopsi dari budaya Arab; bahkan semua bangsa

mempergunakannya hingga kini. Selain nama hari, nama Arab diterapkan pula pada

nama orang, misalnya Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan,

Hamzah, dan lain-lain. Begitu pula kosa kata Arab, kebanyakan diambil dari kata-

kata yang ada dalam Al-Quran, banyak yang dipakai sebagai nama orang, tempat,

lembaga, atau kosakata (kata benda, kerja, dan sifat) yang telah di-Indonesia-kan,

contohnya: nisa (perempuan), rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah,

sejarah (syajaratun), majelis (majlis), hebat (haibat), silaturahmi (silaturahim),

hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi. Banyak di antara kata-kata serapan

tersebut yang telah mengalami pergeseran makna (melebar atau menyempit), seiring

dengan perkembangan zaman.

2. Kesusastraan

Sumatera merupakan daerah pertama di Indonesia yang dipengaruhi Islam secara

politis. Kerajaan Islam tertua pun ada di sini, yakni Samudera Pasai di Aceh. Karya

sastra yang dibuat di Sumatera kebanyakan menggunakan bahasa Melayu yang

Page 46: budnus1

44 | P a g e

44 | P a g e

merupakan bahasa istana dan bahasa dagang, dengan aksara Arab. Wujudnnya

macam-macam, ada yang berwujud kesusastraan agama, kesusastraan epos,

kesusastraan sejarah, pantun, cerita berinduk, undang-undang, cerita binatang

(fabel), bahkan persuratan. Sedangkan dalam bentuknya ada yang puisi (syair) dan

prosa. Contoh dari karya sastra sejarah dan agama yang ada di Sumatera,adalah

Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, dan Hikayat Perang Palembang. Di Jawa

karya sastra bernuansa Islam banyak diketemukan, antra lain di Jawa Barat, Jawa

Tengah, dan Jawa Timur, kebanyakan merupakan sastra sejarah dan suluk (tata

laku). Ada yang ditulis dengan huruf Arab dan berbahasa Jawa dan Sunda. Karya-

karya bercorak Islam jumlahnya cukup banyak. Temanya pun bermacam-maam, ada

yang bersifat kesejarahan (meski sebagian isinya dapat diragukan). Berikut ini

contoh beberapa karya sastra yang ditulis di Jawa, yaitu Sajarah Banten, Hikayat

Hasanuddin yang isinya lebih pendek dari Sajarah Banten, memuat riwayat raja-raja

Banten, Demak, Sunan Gunung Jati, serta nama-nama imam di Mesjid Demak,

Babad Mataram, Babad Tanah Djawi, memuat asal-usul raja-raja di Jawa dari masa

Hindu-Buddha hingga Islam. Banyak di antara karya sastra tersebut yang tersimpan

di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

3. Seni Rupa dan Kaligrafi

Seni rupa dalam dunia Islam berbeda dengan seni rupa dalam Hindu-Buddha. Dalam

ajaran Islam tak diperbolehkan menggambar, memahat, membuat relief yang

objeknya berupa makhluk hidup khususnya hewan. Maka dari itu, seni rupa Islam

identik dengan seni kaligrafi. Seni kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang

merupakan kata atau kalimat. Dalam Islam, biasanya kaligrafi berwujud gambar

binatang atau manusia (tapi hanya bentuk siluetnya saja). Ada pula, seni kaligrafi

yang tidak berbentuk makhluk hidup, melainkan hanya rangkaian aksara yang

diperindah. Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam

seni kaligrafi ini. Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan sebagai tempat untuk

menulis kaligrafi ini adalah nisan makam, pada dinding masjid, mihrab masjid, kain

tenunan atau kertas sebagai pajangan atau kayu sebagai pajangan. Selain huruf

Arab, tradisi kaligrafi dikenal pula di Cina, Jepang, dan Korea.

4. Seni Busana

Page 47: budnus1

45 | P a g e

45 | P a g e

Dalam agama Islam, ada jenis pakaian tertentu yang menunjukkan identitas umat

Islam, khususnya pakaian yang digunakan oleh wanita. Jenis pakaian tersebut

adalah jenis baju kurung dan kerudung. Kebaya, baju kurung, dan pakaian tradisonal

para raja dan keluarga raja banyak diwarnai oleh kebudayaan Islam dengan baju

model panjang dan tertutup dengan segala aksesorisnya.

5. Bangunan (Arsitektur)

Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam bentuk bangunan. Surutnya

Majapahit yang diikuti oleh perkembangan agama Islam menentukan perubahan

tersebut. Islam telah memperkenalkan tradisi bangunan, seperti mesjid dan makam.

Islam, melarang pembakaran jenazah yang merupakan tradisi dalam ajaran Hindu-

Buddha, sebaliknya jenazah bersangkutan harus dimakamkan di dalam tanah. Maka

dari itu, peninggalan berupa nisan bertuliskan Arab merupakan pembaruan seni

arsitektur pada masanya. Islam pertama kali menyebar di daerah pesisir melalui

asimilasi dan perdagangan. Baru pada abad ke-17, Islam menyebar di hampir

seluruh Nusantara. Persebaran bertahap ini, ternyata tidak berpengaruh terhadap

kesamaan bentuk arsitektur di seluruh kawasan Islam. Sebagian arsitektur Islam

banyak terpengaruh dengan tradisi Hindu-Buddha yang juga telah bersatu padu

dengan seni tradisional. Persebaran Islam tidak dilakuan secara revolusioner yang

berlangsung secara tiba-tiba dan melalui pergolakan politik dan sosial, namun

melalui pendekatan damai dan secara perlahan.Dengan jalan damai ini, Islam dapat

diterima dengan tangan terbuka.

Pembangunan tempat-tempat ibadah tidak sepenuhnya mengadospi arsitektur Timur

Tengah. Ada masjid yang bangunannya merupakan perpaduan budaya Islam-Hindu-

Buddha, misalnya Masjid Kudus. Ini terlihat dari menara masjid yang berwujud

seperti candi dan berpatung. Masjid lain yang bercorak campuran adalah Masjid

Sunan Kalijaga di Kadilangu dan Masjid Agung Banten. Atap pada Masjid Sunan

Kalijaga berbentuk undak-undak seperti bentuk atap pura di Bali atau candi-candi di

Jawa Timur. Tempat sentral perubahan seni arsitektur dalam Islam terjadi di

pelabuhan yang merupakan pusat pembangunan wilayah baru Islam. Sementara

para petani di pedesaan dalam hal seni arsitektur masih mempertahankan tradisi

Hindu-Buddha. Tak diketahui seberapa jauh Islam mengambil tradisi India dalam hal

seni, karena beberapa keraton yang terdapat di Indonesia usianya kurang dari 200

Page 48: budnus1

46 | P a g e

46 | P a g e

tahun. Pengaruhnya terlihat dari unsur kota. Masjid menggantikan posisi candi

sebagai titik utama kehidupan keagamaan. Letak makam selalu ditempatkan di

belakang masjid sebagai penghormatan bagi leluhur kerajaan. Adapula makam yang

ditempatkan di bukit atau gunung yang tinggi seperti di Imogiri, makam para raja

Mataram-Islam, yang memperlihatkan cara pandang masyarakat Indonesia (Jawa)

tentang alam kosmik zaman prasejarah. Sementara, daerah yang tertutup tembok

masjid merupakan peninggalan tradisi Hindu-Buddha.

Terdapat kesinambungan antara seni arsitektur Islam dengan tradisi sebelum Islam.

Contoh arsitektur klasik yang berpengaruh terhadap arsitektur Islam adalah atap

tumpang, dua jenis pintu gerbang keagamaan, gerbang berbelah dan gerbang

berkusen, serta bermacam unsur hiasan seperti hiasan kaya yang terbuat dari

gerabah untuk puncak atap rumah. Ragam hias sayap terpisah yang disimpan pada

pintu gerbang zaman awal Islam yang mungkin bersumber pada relief makara atau

burung garuda zaman pra-Islam. Namun sayang, peninggalan bentuk arsitektur itu

banyak yang dibuat dari kayu sehingga sangat sedikit yang mampu bertahan hingga

kini.

D. Pengaruh Kebudayaan Barat

Berbagai informasi melalui media cetak dan elektronik dengan sentuhan kemajuan

teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang budaya lain, membawa

perubahan sampai ke tingkat dasar kehidupan manusia di Indonesia. Tak dapat dipungkiri,

peradaban yang lebih maju akan banyak mempengaruhi peradaban yang berkembang

belakangan. Sebagaimana agresivitas budaya Barat yang terus berproses dinamis dan teruji

berpengaruh pada peradaban lain, terutama Peradaban Timur. Lebih dari itu, kehadiran

budaya Barat seakan mendominasi dan selalu menjadi trend setter masyarakat. Kebiasaan

dan pola hidup Orang Barat seakan menjadi cermin kemodernan. Hal ini jelas mengikis

prilaku dan tindakan seseorang. Hembusan pengaruh budaya Barat, dianggap sebagai ciri

khas kemajuan dalam ekspresi kebudayaan kekinian. Padahal belum tentu sesuai dengan

kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat sendiri. Keadaan ini terus mengikis budaya dan

kearifan lokal yang menjadi warisan kebudayaan masyarakat Nusantara.

Nilai tradisional masyarakat perlahan mengalami kepunahan, tak mampu bersaing

dengan derasnya publikasi budaya modern dalam konteks pergaulan masyarakat. Beberapa

Page 49: budnus1

47 | P a g e

47 | P a g e

dampak yang dirasakan adalah dengan menurunnya rasa sosial dan tenggang rasa

masyarakat, mengikisnya semangat kebhinekaan yang mengarah pada disintegrasi bangsa

dan pelanggaran hukum, dan pola hidup individualisme dan konsumerisme yang

bertentangan dengan sikap hidup sederhana. Kebebasan dan kesenangan hidup

masyarakat Barat tidak selamanya positif. Banyak kalangan remaja yang sedang mencari

jati diri tergusur oleh tren-tren yang tak henti diiklankan sebagai suatu gaya hidup yang

menyenangkan dan mendunia. Banyak norma-norma masyarakat pribumi di Indonesia yang

terkikis dalam keseharian generasi mudanya.

Kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis

Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi,

meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan

Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan

non-Barat, misalnya dari Jepang

Dari kebudayaan Teknologis Modern dibedakan juga perlu dibedakan dengan

Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan

yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi

sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan

lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky

Fried Chicken (KFC).

Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah konsumerisme: orang ketagihan membeli,

bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi

membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan

kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita

ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang

makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food

dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.

Apapun juga kita mesti berfikir secara obyektif, bahwa cukup banyak pengaruh

Kebudayaan Barat yang cukup positif. Diantaranya adalah sistem pendidikan klasikal yang

dewasa ini kita gunakan. Metode klasikal merupakan salah satu pengaruh kebudayaan

Barat yang cukup efektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui pendidikan

formal.

Page 50: budnus1

48 | P a g e

48 | P a g e

RANGKUMAN

1) Budaya bangsa Indonesia berakar jauh Sebelum Masehi melalui proses

pertemuan budaya antar bangsa di dunia yang hidup pada masa yang lampau.

Kebudayaan Asli Indonesia mendapt pengaruh dari Kebudayaan Ras Austro-

Melanesoid, dari Kebudayaan Mongoloid, Neolitik, pengatruh dari Kebudayan

Hindu, Islam, dan bahkan Kebudayaan Modern.

2) Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha pada kebudayaan suku bangsa di

Indonesia tercermin dalam bentuk bangunan, kesenian, dan struktur

pemerintahan. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha mewarnai masyarakat di

berbagai tempat di nusantara dimana berdiri kerajaan Hindu dan Budha di

Indonesia sebelum berdirinya kerjaan-kerajaan Islam.

3) Pengaruh kebudayaan Islam pada kebudayaan suku bangsa di Indonesia

tercermin dalam bahasa, bangunan, seni rupa/kaligrafi, kesusastraan, dan seni

busana. Islam sebagai agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia

memberi warna penting dalam kebudayaan Indonesia. Warna budaya Islam

berakulturasi dengan budaya sebelumnya karena Islam masuk ke Indonesia

secara damai melalui pendekatan kultural dan seni budaya.

4) Kebudayaan Barat banyak mengandung nilai positif dari aspek ilmu

pengetahuan dan teknologi, namun juga memuat sisi negatif dari aspek nilai dan

perilaku, sehingga perlu memilah dan memilih jenis-jenis budaya yang sesuai

dengan budaya Indonesia.

LATIHAN

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kebudayaan Asli Indonesia! 2) Sebutkan pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha pada Kebudayaan

Nusantara! 3) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha pada aspek kepercayaan

masyarakat Indonesia! 4) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Islam pada aspek kesenian masyarakat

Indonesia! 5) Jelaskan pengaruh Kebudayaan Barat pada aspek pemikiran masyarakat

Indonesia!

Page 51: budnus1

49 | P a g e

49 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN ACEH

A. Pendahuluan

1. Keadaan Geografis

Nanggroe Aceh Darussalam terletak pada koordinat 2°-6° LU dan 95°-98° BT dan

memiliki luas wilayah 55.390 km² yang meliputi Wilayah daratan: 119 pulau, 35 gunung, dan

73 sungai,

a. Daerah Tingkat II : 18 Kabupaten dan 5 Kota

b. Kecamatan: 264

c. Mukim : 642

d. Kelurahan dan Gampong: 6.656

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sebelumnya disebut Daerah Istimewa

Aceh (1959-2001), adalah sebuah propinsi yang letaknya di bagian barat laut Indonesia

berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat,

Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.

(Disebut sebagai Daerah Istimewa karena pada masa permulaan kemerdekaan Republik

Indonesia, para wanita Aceh mengumpulkan perhiasan emasnya untuk membeli sebuah

kapal terbang yang diserahkan untuk Republik Indonesia. Kapal terbang itu dinamakan

Seulawah, yang berarti Gunung Emas).

Tujuan Instruksional Khusus :

Bab ini membekali mahasiwa agar mengenal dan memahami kebudayaan Aceh, ciri-

cirinya, sehingga dapat menghargai keberagaman kebudayaan setiap suku bangsa

Indonesia.

5

Page 52: budnus1

50 | P a g e

50 | P a g e

Di tengah terdapat pegunungan Bukit Barisan yang dikelilingi oleh hutan hujan tropis

dengan puncak Gunung Geureudong dan Gunung Leuser yang juga merupakan titik

tertinggi di NAD. Selain itu terdapat dua danau yaitu Danau Laut Tawar di Kabupaten Aceh

Tengah dan Danau Aneuk Laot di Kota Sabang.

Di sepanjang garis pantai timur terdapat pantai yang landai yang difungsikan

sebagai kawasan pariwisata dan kegiatan perikanan. Sementara itu, di sepanjang pantai

barat yang terbentang dari Banda Aceh hingga ke Singkil juga terdapat pantai indah dan

agak curam serta berombak besar yang belum dieksplorasi, Ulee-Lheue di Banda Aceh.

Lampu-uk dan Lhok-Nga di Aceh Besar, dan Pantai Iboih di Sabang. Ibu kota Nanggroe

Aceh Darussalam terletak di Banda Aceh, yang merupakan kota terbesar sekaligus pusat

pemerintahan dan perekonomian. Pelabuhan-pelabuhan utamanya adalah Malahayati-

Page 53: budnus1

51 | P a g e

51 | P a g e

Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Lokasinya yang sangat

strategis serta sumber kekayaan alammya yang amat kaya seperti minyak bumi dan gas

alam, memungkinkan kawasan ini sebagai salah satu pusat perdagangan. Sumber hutannya

terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari Kutacane, Aceh Tenggara, sampai

Seulawah, Aceh Besar.

2. Keadaan Demografis

Di tahun 2010 ini, jumlah penduduk Aceh tercatat 4.664.987 jiwa, dengan kepadatan

penduduk 76 jiwa per km2. Pemeluk agama di Aceh adalah sebagai berikut: Agama Islam

(97,6%), Kristen (1,7%), Hindu (0,08%), Budha (0,55%). Penduduk Aceh merupakan

keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa. Leluhur orang Aceh berasal dari Semenanjung

Malaysia, Cham, Cochin Cina, Kamboja. Penduduk Aceh terdiri dari berbagai macam suku

bangsa, yang sampai saat ini masih dapat diidentifikasi dari ciri-ciri fisik masyarakat di Aceh.

Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lalu Aceh yang merupakan pusat perdagangan di

Selat Malaka di mana banyak pedagang-pedagang dari Eropa, Turki, Arab, China, India,

Persia, dan wilayah-wilayah lainnya di Nusantara melakukan aktivitas perdagangan. Tidak

jarang banyak di antara mereka yang menetap dan berbaur satu sama lain dan menyebut

diri mereka sebagai orang Aceh.

Bangsa Arab dan India dikenal erat hubungannya pasca penyebaran Agama Islam di

tanah Aceh. Bangsa Arab yang datang ke Aceh banyak yang berasal dari propinsi

Hadramaut (Yaman), dibuktikan dengan marga-marga mereka seperti Al Aydrus, Al Habsyi,

Al Attas, Al Kathiri, Badjubier, Sungkar, Bawazier dan lain-lain, yang semuanya merupakan

marga-marga bangsa Arab asal Yaman. Mereka datang sebagai ulama dan berdagang.

Saat ini banyak dari mereka yang sudah kawin dengan penduduk asli Aceh, dan

menghilangkan nama marganya.

Sedangkan bangsa India kebanyakan dari Gujarat dan Tamil. Dapat dibuktikan

dengan penampilan wajah bangsa Aceh, serta variasi makanan (misalnya kari), dan juga

warisan kebudayaan Hindu Tua (nama-nama desa yang diambil dari bahasa India, misalnya

Indra Puri). Karena letak geografis yang berdekatan maka keturunan India cukup dominan di

Aceh.

Pedagang-pedagang China juga pernah memiliki hubungan yang erat dengan

bangsa Aceh, dibuktikan dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho, yang pernah singgah

Page 54: budnus1

52 | P a g e

52 | P a g e

dan menghadiahi Aceh dengan sebuah lonceng besar, yang sekarang dikenal dengan nama

Lonceng Cakra Donya ( tersimpan di Banda Aceh).

Keturunan bangsa Persia (Iran), Afganistan dan Turki yang banyak mendiami Aceh

kebanyakan tersebar di Aceh Besar, dahulu mereka datang atas undangan Kerajaan Aceh

untuk dinjadikan ulama, pedagang senjata, pelatih prajurit dan serdadu perang kerajaan

Aceh. Sebutan Banda, dalam nama kota Banda Aceh pun adalah salah satu pengaruh

kebudayaan Persia di Aceh (Banda/Bandar, artinya: Pelabuhan)

Ada pula keturunan bangsa Portugis, di wilayah Kuala Daya, Lam No (pesisir barat

Aceh). Mereka keturunan pelaut-pelaut Portugis di bawah pimpinan nakhoda Kapten Pinto,

yang berlayar hendak menuju Malaka, dan singgah untuk berdagang; sebagian besar dari

mereka tetap tinggal dan menetap di Lam No. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1492-1511,

pada saat itu Lam No di bawah kekuasaan kerajaan kecil Lam No, pimpinan Raja

Meureuhom Daya. Hingga saat ini masih dapat dilihat keturunan mereka yang masih

memiliki profil wajah Eropa yang masih kental.

Sampai saat ini, ada beberapa suku yang mendiami propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam, yaitu: Suku Aceh (mayoritas), Suku Gayo, Suku Alas, Suku Aneuk Jamee,

Suku Melayu Tamiang, Suku Kluet, Suku Devayan, Suku Sigulai, Suku Haloban dan Suku

Julu.

B. Sistem Budaya

Dalam masyarakat Aceh, adat atau hukum adat tidak boleh bertentangan dengan

agama. Sesuatu yang diputuskan oleh para pemimpin harus seirama dengan syari’at agama

dan jika bertentangan dengan syari’at agama maka hukum adat tersebut harus dihapuskan.

Adat adalah kebiasaan dan tata cara yang dijalankan oleh Poteu meureuhom (sultan atau

penguasa). Poteu meureuhem bukanlah Sultan Aceh saja, tetapi juga para uleebalang,

kepala mukim atau imeum mukim dan keusyik (kepala gampong). Aturan ini merupakan

kesepakatan antara kaum cendekiawan dan aparat penguasa, baik mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan tata krama pergaulan, sopan santun, aturan yang berkaitan dengan

pertanian, kelautan ataupun kehutanan.

Adat juga tidak terlepas dengan kebiasaan lain yang disebut dengan reusam. Reusam

identik dengan tatanan seremonial kegiatan ahli-ahli adat seperti upacara penyambutan linto

baro (pengantin baru), upacara penyambutan tamu agung, upacara pergi ke laut atau

nelayan, bertani, berdagang atau berladang. Dikenal juga istilah Qanun yakni perundang-

Page 55: budnus1

53 | P a g e

53 | P a g e

undangan dan adat dari badan legislatif. Qonun mengatur tata cara kehidupan sehari-hari

seperti pesta perkawinan, busana serta kegiatan wanita lainnya.

Ini dapat terlihat dalam hadih maja (ungkapan hukum) berikut ini: Adat bak Poteu

Meureuhom (Adat adalah urusan Sultan), Hukom Bak Syiah Kuala (Hukum Islam ada pada

ulama), Qanun Bak putro phang (Qanun disusun oleh Putri/Permaisuri) , Reusam bak

laksemana (Reusam dibuat oleh sang Laksamana). (Ahmad dalam Ismuha, 1988:324).

Meskipun demikian, kedudukan wanita Aceh setara dengan kaum prianya. Terdapat

banyak wanita yang mempunyai kedudukan penting, bahkan karena jasanya terhadap negara

diberi gelar pahlawan, misalnya Cut Nya’ Dien, Cut Mutiah, Laksamana Malahayati yang

menjadi nama kapal perang Republik Indonesia. Sesudah menikah, suami ikut betempat

tinggal di rumah isteri, yang disebut matrilokal, sampai mereka mempunyai rumah sendiri.

C. Sistem Sosial

Dalam sistem sosial masyarakat Aceh, Meunasah dan mesjid merupakan simbol

identitas keacehan yang telah berkontribusi membangun pola dasar SDM masyarakat

menjadi satu kekuatan semangat yang monumental, historis, herois dan sakral. Lembaga ini

memiliki nilai Islamis, aspiratif, energis, semangat membangun penegakan keadilan dan

kemakmuran serta menentang kedholiman dan penjajahan :

1. Fungsi Meusanah adalah sebagai :

a. Tempat ibadah/ shalat berjamaah

b. Dakwah dan diskusi

c. Musyawarah/mufakat

d. Penyelesaian sengketa/damai

e. Pengembangan kreasi seni

f. Pembinaan dan posko generasi muda

g. Forum asah terampil/olahraga

h. Pusat ibukota/pemerintahan gampong

2. Fungsi Mesjid adalah sebagai

a. Tempat ibadah/jum’at

b. Pengajian pendidikan

c. Musyawarah/penyelesaiansengketa/damai

d. Dakwah

e. Pusat kajian dan sebaran ilmu

Page 56: budnus1

54 | P a g e

54 | P a g e

f. Acara pernikahan

g. Simbol persatuan dan kesatuan umat (Badruzzaman, 2002: 54)

Hal yang tersebut di atas menunjukkan bahwa fungsi meunasah adalah menjadi

pusat pembangunan masyarakat dan fungsi mesjid adalah menjadi pusat komunikasi.

Kedua lembaga itu dapat memerankan fungsinya untuk mengkaji, membina dan

mendayagunakan adat istiadat dan syariat sebagai aset kebudayaan Aceh, dalam berbagai

format implimentasi program kegiatan untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat

yang aman damai. Hubungan meunasah dengan mesjid dalam patron simbol budaya adat

Aceh telah dimaknai dengan narit maja (hadih maja) ” Agama ngon Adat (hukom ), lagei zat

ngon sifeut ”. Meunasah adalah pusat pengendali proses interaksi sosial masyarakat,

karena sesama manusia dalam komunitas gampong (antar gampong), saling membutuhkan

sehingga melahirkan adat istiadat dan tatanan adat.

Meunasah sangat terikat dengan kehidupan gampong, karena gampong sendiri

merupakan unit persekutuan masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui

hukum, menyelidiki sifat dan susunan badan-badan persekutuan hukum. Persekutuan

merupakan kesatuan yang mempunyai tata susunan yang teratur dan memiliki pengurus

dan kekayaan sendiri, baik kekayaan materil maupun kekayaan immaterial. Sedangkan

mesjid dilahirkan oleh kebutuhan mukim (beberapa gampong), karena kebutuhan nilai-nilai

aqidah/syariat, terutama shalat Jum`at. Sejarah mukim tumbuh dalam konteks diperlukan

empat puluh orang untuk mendirikan shalat Jum`at (Hurgronje,1985: 91). Dengan demikian,

peran mesjid adalah syariat, dan peran meunasah adalah adat yang kemudian melahirkan

suatu paduan sikap prilaku (kebersihan adat dilakukan oleh mesjid dan kekuatan tegaknya

agama dikokohkan denganadat/meunasah). Kontribusi peran meunasah dan mesjid dalam

kehidupan sosial Aceh, telah memperkokoh otoritas dan otonomitas dua kawasan tatanan

kehidupan masyarakat, yaitu kawasan gampong dan mukim.

E. Kebudayaan Fisik

1. Bahasa

Menurut Asyik, bahasa Aceh berasal dari turunan rumpun bahasa Austronesia

(Asyik dalam Ismuha, 1988: 142). Bahasa Aceh asli yang mirip dengan bahasa Campa

atau Indo Cina diperkirakan ada sebelum berkembangnya bahasa Melayu. Saat ini

Bahasa Aceh menjadi bahasa ibu di sebagian besar pedesaan wilayah Aceh dan

Page 57: budnus1

55 | P a g e

55 | P a g e

terdiri atas beberapa dialek, diantaranya dialek Peusangan, Banda, Bueng, Daya,

Pase, Pidie, Tnong, Seunangan, Matang, dan Melaboh. Yang masih terdapat di

wilayah Aceh Nanggroe Darussalam adalah:

a. Bahasa Aceh

b. Bahasa Jamee

c. Bahasa Kluet

d. Bahasa Simeulue

e. Bahasa Haloban

f. Bahasa Gayo

g. Bahasa Tamiang

h. Bahasa Alas

Tradisi bahasa tulisan ditulis dalam huruf Arab-Melayu yang disebut bahasa Jawi

atau Jawoe. Bahasa Jawi ditulis dengan huruf Arab ejaan Melayu. Pada masa

Kerajaan Aceh banyak kitab ilmu pengetahuan agama, pendidikan, dan kesusastraan

ditulis dalam bahasa Jawi.

2. Sistem Organisasi Sosial

a. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan masyarakat Aceh merupakan kombinasi antara budaya

Minangkabau dan Aceh, di mana bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga

inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah pada

umumnya bersifat matrilokal. Selama masih tinggal dalam rumah mertua, suami

belum mempunyai tanggung jawab terhadap rumah tangga dan yang bertanggung

jawab adalah ayah pihak wanita. Dalam kekerabatan di Aceh, peranan ibu dalam

mendidik anak sangat jelas sehingga si ibu dapat membentuk mental anak sesuai

dengan harapan ibu dan seringkali seorang ayah hampir tidak mengetahui pola

pendidikan si ibu, karena ayah lebih berperan dalam menentukan ekonomi keluarga.

Masyarakat Aceh mengenal keluarga luas yang terdiri dari beberapa keluarga

namun mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Hubungan keluarga ini

terdiri dari Wali, karong dan kaom. Wali adalah orang laki-laki yang ditentukan oleh

keturunan bapak, yang dapat menjadi wali nikah sekaligus dapat menerima warisan

sesuai ketentuan agama. Karong adalah saudara yang dihitung dari keluarga ibu,

Page 58: budnus1

56 | P a g e

56 | P a g e

fungsi karong hampir sama dengan wali. Sedangkan kaom adalah semua saudara dari

pihak ayah/laki-laki dan saudara pihak perempuan/ibu.

Sistem kemasyarakatan di Aceh, dari tingkatan yang paling tinggi ke tingkatan

yang paling rendah terdiri dari:

1) Keurajeun (Kesultanan), dipimpin oleh Sultan

2) Sagoë (setingkat propinsi), dipimpin oleh Panglima Sagoë, dan

3) Nanggroë (setingkat Kabupaten), dipimpin oleh Ulee Balang

4) Mukim (setingkat kecamatan), dipimpin oleh Imeum Mukim

5) Gampông (setingkat desa), dipimpin oleh Keuchiek

Namun saat ini, terminologi yang masih digunakan untuk menandai sistem

pemerintahan adat/lokal adalah gampông dan mukim. Gampong atau biasa disebut

dengan meunasah adalah satuan pemerintahan setingkat desa yang dikepalai oleh

seorang Keuchiek. Sementara mukim adalah satuan pemerintahan yang merupakan

gabungan dari beberapa gampong yang dipimpin oleh seorang Imeum Mukim.

Nanggroe, yang disebut juga uleebalang adalah gabungan dari beberapa mukim,

biasanya terdiri antara empat sampai sembilan mukim dan dipimpin oleh seorang

uleebalang dan dibantu oleh seorang kodhim.

Keuchiek dan Imeum Meunasah adalah lembaga eksekutif yang melaksanakan

kebijakan yang telah ditetapkan oleh tuha peut gampong atas dasar masukan yang

disampaikan oleh tuha lapan gampong dan bertanggung jawab langsung kepada

masyarakatnya. Tuha Peut dan Tuha Lapan merupakan legislatifnya gampong yang

berwenang menentukan arah kebijakan berdasarkan masukan yang disampaikan oleh

tuha lapan gampong dan berwenang untuk meminta pertanggungjawaban atas kinerja

eksekutif gampong sesuai perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Gampong

mempunyai otorita yang luas untuk mengurus dirinya sendiri baik soal internal

kependudukan gampong, adat istiadat, sosial, keagamaan dan pengelolaan sumber

daya alam atas kekayaan dan aset gampong, dan melakukan hubungan ke luar.

Sistem kemasyarakatan Aceh pada awal kerajaan Islam sampai datangnya

Belanda, masih berlaku secara utuh, akan tetapi setelah Belanda datang lembaga

kemasyarakatan ini sedikit demi sedikit bergeser fungsinya. Selain itu setelah Aceh

berintegrasi ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, lembaga kemasyarakatan

Page 59: budnus1

57 | P a g e

57 | P a g e

tersebut hilang dengan sendirinya karena pemerintah melaksanakan sentralisasi

dalam segala bidang.

Berikut ini adalah bagan yang menggambarkan susunan tingkatan

pemerintahan lokal yang berlaku di Aceh pada saat ini.

b. Lembaga Adat

Lembaga adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dibentuk oleh

masyarakat, mempunyai wilayah tertentu dan mempunyai harta kekayaan tersendiri,

serta berhak dan berwenang mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal

yang berkaitan dengan adat. Lembaga adat yang berkembang sejak dahulu hingga

sekarang mempunyai fungsi dan berperan dalam membina nilai-nilai budaya, norma-

norma adat dan aturan untuk mewujudkan keamanan, keharmonisasian, ketertiban,

ketentraman, kerukunan dan kesejahteraan sebagai manifestasi untuk mewujudkan

tujuan bersama sesuai dengan keinginan dan kepentingan masyarakat setempat.

Lembaga adat bersifat otonom dan independen sebagai mitra Pemerintah

Aceh dan Pemerintah Kabupaten/kota sesuai dengan tingkatannya. Saat ini,

kedudukan lembaga adat sudah formal dan dasar hukumnya pun sudah diatur dalam

Qanun (Peraturan Daerah), yaitu

1) Majelis Adat Aceh adalah organisasi tertinggi dalam hirarki Lembaga Adat

di Nanggroe Aceh Darussalam. Majelis Adat Aceh bertugas membantu

Pemerintah Pusat NKRI

Propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam

Kabupaten/Kota

Kecamatan

Mukim

Gampong

Page 60: budnus1

58 | P a g e

58 | P a g e

Wali Nanggroe dalam membina, mengkoordinir lembaga-lembaga adat

lainnya:

a) Imeum Mukim, Imuem Mukim adalah pemimpin Mukim yang dipilih

oleh musyawarah mukim. Imeum Mukim diangkat dan diberhentikan

oleh Bupati/Walikota atas usulan Camat dari hasil musyawarah mukim

b) Imeum Chik, Imuem Chiek adalah sebuah jabatan dalam Mukim yang

bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan keagamaan dan

peningkatan peribadatan serta pelaksanaan Syari’at Islam dalam

kehidupan masyarakat. mengurus, menyelenggarakan dan memimpin

seluruh kegiatan yang berkenaan dengan pemeliharaan dan

pemakmuran masjid, dan menjaga dan memelihara nilai-nilai adat

agar tidak bertentangan dengan Syari’at Islam. Imeum Chik diangkat

dan diberhentikan oleh Bupati atas usul Imeum Mukim melalui

Camat berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah mukim.

c) Keuchik, Keuchik adalah pemimpin gampong yang dipilih langsung

oleh penduduk gampong melalui pemilihan yang demokratis, bebas,

umum, rahasia, jujur dan adil. Dalam melaksanakan tugasnya,

keuchik dibantu oleh Imeum Meunasah dan Tuha Peut Gampong.

d) Tuha Peut, Tuha Peut adalah legislatif gampong yang dipimpin oleh

seorang ketua dan sekretaris yang merangkap sebagai anggota.

e) Tuha Lapan, Pada tingkat gampong dan mukim dapat dibentuk Tuha

Lapan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Tuha Lapan dipilih melalui musyawarah. Tuha Lapan beranggotakan

unsur Tuha Peut dan beberapa orang mewakili bidang keahlian

sesuai dengan kebutuhan gampong atau mukim. Pengangkatan dan

pemberhentian Tuha Lapan serta tugas dan fungsinya ditetapkan

dalam musyawarah.

f) Imeum Meunasah, Imeum Meunasah dipilih dalam musyawarah

gampong. Pengangkatan dan pemberhentian Imeum Meunasah

dilakukan oleh Camat atas nama Bupati/Walikota. Tata cara dan

pemilihan, serta masa jabatan Imeum Meunasah ditetapkan dalam

musyawarah gampong setiap enam tahun sekali.

Page 61: budnus1

59 | P a g e

59 | P a g e

g) Keujruen Blang, Keujruen Blang terdiri dari Keujruen Muda dan

Keujruen Chik. Pengaturan tugas, fungsi, wewenang dan persyaratan

Keujruen Blang ditetapkan dalam musyawarah Keujruen Blang

setempat. Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang

sebagaimana dimaksud berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya.

h) Panglima Laot, Panglima Laot atau nama lain terdiri dari :

i. Panglima Laot Ihok

ii. Panglima Laot Kabupaten/Kota, dan

iii. Panglima Laot Aceh

Panglima Laot Aceh dipilih dalam musyawarah panglima laot

kabupaten atau kota setiap enam tahun sekali.

i) Pawang Glee, Pawang Glee dipilih oleh masyarakat kawasan hutan.

Tatacara pemilihan dan persyaratan Pawang Glee ditetapkan melalui

musyawarah masyarakat kawasan hutan setiap enam tahun sekali.

Pawang Glee bertugas mengelola lingkungan hutan dan

melaksanakan upacara adat yang berkaitan dengan hutan.

j) Peutua Seuneubok, Peutua Seuneubok dipilih oleh masyarakat

Seuneubok (perkebunan), dan bertugas mengelola kawasan

Perkebunan dan Kehutanan.

k) Haria Peukan, Haria Peukan dibentuk untuk pasar-pasar tradisional

yang belum ada petugas pemerintah. Haria Peukan ditetapkan melalui

musyawarah tokoh-tokoh pedagang dan keuchik setempat setiap 6

(enam) tahun sekali.

l) Syahbanda, Syahbanda adalah pemimpin pelabuhan yang bertugas

bekerja sama dengan pejabat pemerintah untuk mengelola

pelabuhan.

Berdasarkan pendekatan historis, lapisan masyarakat Aceh yang menonjol

dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu golongan Umara (Teuku) dan

golongan Ulama (Tengku). Umara dapat diartikan sebagai pejabat pelaksana

pemerintah dalam satu unit wilayah kekuasaan. Seperti jabatan Sultan yang

merupakan pejabat tertinggi dalam unit pemerintahan kerajaan, Uleebalang sebagai

pimpinan unit Pemerintah Nanggroe (negeri), Panglima Sagoe yang memimpin unit

Page 62: budnus1

60 | P a g e

60 | P a g e

pemerintahan Sagoe, Imeum Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan

Mukim dan Keuchiek atau Geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan

Gampong (kampung).

Pejabat di atas, dalam struktur pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal

sebagai lapisan pemimpin adat, pemimpin keduniawian, atau kelompok elite sekuler.

Beberapa gelar yang ada dalam masyarakat umara adalah: Tuanku, Pocut, Teuku,

Laksamana, Uleebalang, Cut, Panglima Sagoe, Meurah.

Sementara golongan Ulama yang menjadi pimpinan yang mengurusi masalah-

masalah keagamaan (hukum atau syariat Islam) dikenal sebagai pemimpin

keagamaan atau masuk kelompok elite religius. Oleh karena para ulama ini

mengurusi hal-hal yang menyangkut keagamaan, maka mereka haruslah seorang

yang berilmu, yang dalam istilah Aceh disebut Ureung Nyang Malem dan biasannya

mendapatkan gelar Tengku. Penggolongan masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Golongan rakyat biasa, yang dalam istilah Aceh disebut Ureung Le

(orang kebanyakan).

b) Golongan hartawan, golongan ini cukup berperan dalam soal

kemasyarakatan sebagai penyumbang dana.

c) Golongan ulama/cendikiawan, mereka memiliki ilmu pengetahuan

sehingga mereka disebut orang alim dengan gelar Teungku. Mereka

berperan dalam masalah agama dan kemasyarakatan.

d) Golongan kaum bangsawan, termasuk didalamnya keturunan Sultan

Aceh yang bergelar "Tuanku" keturunan "Uleebalang" yang bergelar

"Teuku" (bagi laki-laki) dan "Cut" (bagi perempuan).

Meskipun ada penggolongan masyarakat yang demikian, tetapi tidak seperti

sistem kasta. Setiap anggota masyarakat tidak dibedakan kedudukannya dalam

hukum dan agama.

3. Sistem Pengetahuan

Mereka memiliki sistem pengetahuan yang mencakup fauna, flora, bagian tubuh

manusia, gejala alam dan waktu. Pengetahuan itu didapat dari dukun, orang tua adat dan

‘keujuren’. Salah satu sistem pengetahuan yang masih digunakan adalah tradisi menangkap

ikan di laut (meupayang) yang terdapat di kabupaten Aceh Besar. Keunikan tradisi ini adalah

cara menangkap ikan yang menggunakan Pukat Aceh adalah sejenis pukat pantai (beach

Page 63: budnus1

61 | P a g e

61 | P a g e

seine), berbentuk jaring panjang, bersayap, dan memiliki sebuah kantong pada bagian

ujungnya. Alat ini khusus digunakan untuk menangkap ikan pada lokasi yang berpantai

landai dan berpasir. Pukat ini dioperasikan oleh sekurang-kurangnya lima belas orang

dengan cara dilingkarkan pada lokasi tertentu dan kemudian ditarik menelusuri dasar

perairan menuju ke pantai dengan menggunakan perahu dayung. Pukat pantai ini termasuk

alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan karena tidak mengganggu biota laut lainnya,

sehingga ia merupakan peralatan penangkap ikan yang ideal menurut hukum adat nelayan

setempat (Hukôm Adat Laôt).

4. Sistem Teknologi

Sistem teknologinya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan Islam,

sehingga seni kerajinan perhiasan yang motif, ornamen dan desain perhiasan tradisional

Aceh merupakan terjemahan dari peradaban Islam. Ornamen diciptakan dari abstraksi

tumbuh-tumbuhan, benda alam seperti awan, bulan, bintang, bentuk geometris (Bieng

meuih, reunek leuek, gigoe daruet, dan boh eungkot) dipakai untuk melengkapi pakaian

adat seperti Keureusang, Patam dhoe, Peuniti, Subang Aceh, Simplah, dan Taloe jeuem.

Aceh memiliki senjata tradisional yaitu Rencong/reuncong yang bentuknya

menyerupai huruf L, merupakan kaligrafi tulisan Bismillah, yang termasuk dalam kategori

dagger/belati. Rencong memiliki tingkatan; untuk Raja atau Sultan biasanya terbuat dari

gading (sarungnya) dan emas murni (bagian belatinya). Sedangkan rencong lainnya terbuat

dari tanduk kerbau atau pun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai

belatinya. Ada 4 macam rencong, yaitu:

a. Reuncong Meucugek;

b. Reuncong Meupucok;

c. Reuncong Pudoi;

d. Reuncong Meukure.

Ada juga jenis senjata lainnya seperti siwaih, peudeung (pedang), dan tombak.

Dalam Rumoh Aceh (Rumah Adat Aceh) (Krong Badee), pengaruh agama Islam dan alam

sekitar tampak menyatu mewarnai bentuk dan ornamen ragam hiasnya. Bertiang selalu

genap, beratap rumbia dan berdinding kayu atau papan.

Page 64: budnus1

62 | P a g e

62 | P a g e

5. Sistem Ekonomi

Aceh memiliki potensi alam yang sangat cocok untuk pertanian, maka mata

pencaharian utama masyarakat adalah sebagai petani padi atau sebagai petani kedelai,

yang merupakan primadona komoditas pertanian, terutama di daerah Aceh Utara dan Aceh

Timur. Mata pencaharian kedua setelah pertanian adalah bekerja pada sector perkebunan,

terutama perkebunan kelapa sawit maupun kakao. Tetapi semenjak terjadinya

pemberontakan oleh GAM, perkebunan yang dikuasai GAM sebagian perusahaan

perkebunan ditutup. Mata pencaharian ketiga adalah bekerja di sektor perikanan baik

perikanan laut maupun perikanan darat sebagai nelayan atau petambak. Mata pencaharian

keempat adalah sebagai pedagang, maupun sektor informal lainnya. Mata pencaharian

terakhir adalah bekerja di sektor pertambangan terutama bekerja sebagai karyawan swasta

perusahaan migas asing. Di dalam sistem ekonomi masyarakat Aceh, terutama di

pedesaan, lembaga ekonomi merupakan salah satu aspek pengendalian sosial. Pola

tradisional tentang pengendalian sosial yang berhubungan dengan lembaga ekonomi adalah

sistem mawah (bagi hasil), merupakan sistem ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam

dan sudah diwariskan sejak ratusan tahun yang lalu. Mawah dapat dilakukan dalam

berbagai bentuk barang seperti lembu, tanah sawah atau pun tanah perkebunan.

6. Sistem Religi

Aceh dikenal dengan sebutan ‘Serambi Mekah’, maka unsur-unsur kebudayaannya

sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Pesantren merupakan lembaga agama yang

berperan sangat strategis dalam membentuk pribadi masyarakat. Selain berfungsi sebagai

Rumah Adat

Page 65: budnus1

63 | P a g e

63 | P a g e

pembinaan umat, pesantren pun menjadi media dalam membawa pembaharuan dan

pemikiran Islam sekaligus mencetak cendikiawan muslim atau ulama.

7. Kesenian

Pada awalnya kesenian Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, terlihat

misalnya dalam gerakan Tari Seudati. Dalam perkembangannya unsur seni Islamlah yang

lebih menonjol, baik dalam syair-syairnya maupun pakaian yang dikenakan oleh para

penari. Sebagai contoh Hikayat Perang Sabil dan Hikayat Malem Dewa.

Kesenian Aceh secara umum terbagi dalam seni tari, seni sastra dan cerita rakyat.

Adapun ciri-ciri tari tradisional Aceh adalah sebagai berikut:

a. bernafaskan Islam

b. ditarikan oleh banyak orang (massal)

c. pengulangan gerak serupa yang relatif banyak

d. memakan waktu penyajian yang relatif panjang

e. kombinasi tari, musik dan sastra

f. pola lantai yang terbatas

g. disajikan dalam kegiatan khusus

h. gerak tubuh terbatas.

Beberapa bentuk kesenian di Aceh:

a. Drama Tari Didong; Didong merupakan salah satu kesenian tradisional yang

terdapat pada masyarakat Gayo, yang dimainkan dengan perpaduan seni

sastra, seni suara dan seni tari. Dalam Didong, terdapat seorang ceh (vokalis),

apit (pendamping ceh) dan penunung (pengikut saat refrain terjadi). Didong

dipertunjukkan oleh masyarakat Gayo yang mendiami kabupaten Aceh Tengah

dan kabupaten Bener Meriah. Didong merupakan sastra lisan yang masih

bertahan sampai sekarang.

b. Tari Saman; Tari Saman adalah tarian suku Gayo yang syairnya

mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. ‘Saman’ diperoleh dari salah

satu ulama yaitu Syech Saman. Tari Saman dimainkan oleh belasan laki-laki,

tetapi jumlahnya harus ganjil. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah

seorang pemimpin yang disebut syeikh. Syeikh juga bertugas menyanyikan syair

lagu Saman.

Page 66: budnus1

64 | P a g e

64 | P a g e

c. Tradisi Puetron Anak; Pada upacara ini, anak yang telah berumur empat puluh

empat hari diturunkan ke halaman dengan dipayungi dan kaki anak tersebut

diinjakkan ke tanah (peugiho tanoh). Di atas kepala si anak dibelah buah kelapa

dengan alas kain putih yang dipegang oleh empat orang. Kelapa yang telah

dibelah tersebut, sebelah diberikan kepada pihak orang tua suami dan sebelah

lagi diberikan kepada pihak orang tua si istri, dengan tujuan supaya kedua belah

pihak tetap kekal dalam persaudaraan. Selanjutnya diadakan pembakaran

petasan dan disuruh orang-orang yang tangkas dan ahli bermain pedang

mempertunjukkan ketangkasan mereka dengan mencincang batang pisang,

supaya anak tersebut nanti berani dalam membela negara, dan dapat menjadi

panglima perang yang tangkas dan arif bijaksana. Selanjutnya anak tersebut

ditempatkan ke dalam sebuah balai di halaman, dengan tujuan supaya anak

tersebut nanti dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dan dapat

menjadi orang terkemuka dalam masyarakat.

RANGKUMAN

1) Semua kehidupan diwarnani oleh hukum Islam, baik dalam masalah hubungan

kemasyarakatan maupun dalam bidang kesenian .

2) Meskipun demikian kedudukan wanita setara dengan pria.

3) Meunasah dan masjid menjadi lambang identitas keacehan.

4) Bahasanya berasal dari bahasa Campa (Indo Cina), kemudian bahasa Melayu

berkembang.

5) Sistem organisasi sosialnya dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau.

6) Sistem pengetahuan mencakup tentang fauna, flora, tubuh maniusia, gejala

alam, dan waktu. Sistem ekonominya berdasar pertanian, perkebunan,

perikanan, perdagangan, pertambangan, dan industry.

LATIHAN

1) Apa yang menyebabkan timbulnya GAM? Uraikan!

2) Mengapa Propinsi Aceh disebut Daerah Istimewa? Uraikan!

3) Jelaskan bagaimana kedudukan wanita Aceh!

4) Siapakah Malahayati? Apa hubungannya dengan Angkatan Laut RI?

5) Mengapa Aceh disebut Serambi Mekah? Uraikan!

Page 67: budnus1

65 | P a g e

65 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN BATAK

A. Gambaran Umum

Batak adalah nama sebuah suku bangsa di Indonesia, suku ini kebanyakan bermukim di

Sumatera Utara, namun ada sebagian yang tinggal diperbatasan propinsi Aceh dan

Sumatera Barat. Mayoritas orang Batak beragama Kristen dan Islam, tetapi ada pula yang

masih menganut kepercayaan animisme (disebut Parmalim).

Orang Batak dewasa ini mendiami sebagian besar daerah pegunungan Sumatera Utara

mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh disebelah utara sampai keperbatasan Riau

dengan Sumatera Barat di sebelah selatan, juga mendiami tanah datar yang berada

diantara daerah pegunungan dengan pantai Timur Sumatera Utara dan pantai Barat

Sumatera Utara. Dengan demikian orang Batak ini mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat

Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, dan

Mandailing serta Kabupaten Tapanuli Tengah. Secara geografis orang Batak dapat dibagi

menjadi 5 sub etnis sebagai berikut:

a. Batak Karo, suku ini mendiami dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu,

Serdang Hulu dan sebagian dari daerah Dairi,

b. Batak Simalungun, suku ini mendiami Kabupaten Simalungun,

c. Batak Pakpak, suku ini mendiami daerah induk Dairi, dan Aceh Selatan,

d. Batak Toba, suku ini mendiami daerah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara,

sebagian Tapanuli Tengah.

Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa dapat menunjukkan ciri khas Masyarakat Batak. Dapat menunjukkan makna

sistem budayanya, sistem sosialnya, maupun unsur-unsur kebudayaannya yang universal

6

Page 68: budnus1

66 | P a g e

66 | P a g e

e. Batak Mandailing, suku ini mendiami daerah Kabupaten Tapanuli Selatan,

Mandailing Natal, Kotamadya Padang Sidempuan, sebagian Tapanuli Tengah,

serta sebagian Pasaman di Sumatera Barat.

1. Asal Usul Suku Batak

a. Versi Orang Karo;

Menurut budayawan Karo Darwan Prinst di dalam legenda suku Karo dikatakan

bahwa sebuah kerajaan besar bernama Haru pernah berdiri di Sumatera,

kerajaan Haru inilah yang menjadi cikal bakal suku Karo Seorang sejarahwan

Sumatera Utara Tengku Lukman Sinar dalam makalahnya pada kongres

Kebudayaan Karo tahun 1995 di Berastagi menampilkan bukti-bukti bahwa Deli

Tua adalah ibukota kerajaan Haru. Demikian juga pengaruh-pengaruh emigran

India (Hindu) yang datang membawa pengaruh Hindu misalnya nama Sembiring

Sigombak yang banyak berasal dari klan India misalnya Brahma, Colia, Meliala

serta upacara keagamaan dan kepercayaan, filosofi agama sangat berhubungan

dengan Hindu. Penamaan “Batak” pada Karo adalah istilah untuk menyatukan

suku-suku yang belum beragama saat itu selain Melayu (Islam). Eksistensi

penamaan Batak pada masyarkat Karo terlihat pada GBKP (Gereja Batak Karo

Protestan) sebagai komunitas masyarakat Karo.

b. Versi Orang Mandailing;

Dalam pupuh XIII kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca sekitar th

1365 dituliskan dalam bentuk syair syair nama Mandailing bersama banyak nama

negeri di Sumatera Utara sebagai Negara bawahan kerajaan Majapahit antara

lain juga disebut nama nama negeri Pane, Padang Lawas. Keterangan

mengenai Mandailing sebelum abad XIV sebagai suatu kerajaan tidak ada hanya

disebut sebagai bawahan kerajaan Majapahit. Perlu diketahui bahwa terdapat

reruntuhan candi Siwa (Hindu) dari abad ke-8 datang ke Mandailing dalam

rangka mencari emas yang mereka namakan Swarna Dwipa. Orang Hindu

tersebut datang ke Mandailing adalah yang berasal dari Kerajaan Kalingga di

India, oleh sebab itu orang Kalingga itu disebut orang Holing atau orang Koling.

Kemungkinan orang-orang tersebut datang dan masuk dari daerah Singkuang

yaitu tempat bermuaranya sungai Batang Gadis yang cukup terkenal sebagai

pelabuhan Mandala yang berarti lingkungan atau kawasan untuk orang-orang

Page 69: budnus1

67 | P a g e

67 | P a g e

Holing, kemungkinan besar dimaksudkan adalah nama Mandailing. Sampai

abad ke-13 orang orang Hindu ada yang menetap di Mandailing, hal ini diketahui

ada tiang batu di gunung Sorik Merapi bertarih abad ke - 13 di kawasan

Mandailing Godang (Pidoli).

Masyarakat Mandailing dan Angkola dominan menganut agama Islam dan

menolak mengakui asal usul Batak dari si Raja Batak. Mahkamah Syariah Sultan

Deli mendeklarasikan bahwa suku bangsa Mandailing terpisah dan berdiri sendiri

dari suku bangsa Batak, oleh karena itu suku Bangsa Batak membawa kasus

tersebut ke Mahkamah Sipil di Batavia, Jawa dan Mahkamah tertinggi di Hindia

Belanda mendeklarasikan bahwa suku bangsa Mandailing bukan Batak.

2. Sejarah silsilah “Batak”

Nama Batak tidak diketahui secara pasti, tetapi menurut cerita-cerita suci orang

Batak terutama dari Batak Toba semua sub suku Batak mempunyai nenek moyang yang

satu si Raja Batak. Sebutan “Raja” pada Raja Batak bukanlah yang memiliki kekuasaan

(penguasa) tetapi sebagai penghormatan belaka. Kisahnya akan diceritakan adalah

sebagai berikut: Dikatakan bahwa si Raja Batak dan rombongannya datang dari

Thailand terus ke semenanjung Malaysia kemudian menyeberang ke Sumatera dan

menghuni di Sianjur Mula-mula (kurang lebih 8 km kearah barat Panguruan pinggiran

Danau Toba). Versi lain mengatakan melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana

keselatan hingga bermukim dipinggir danau Toba. Diperkirakan si Raja Batak menurut

batu tulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (guru besar

Purbakala di Madras, India) menjelaskan bahwa tahun 1204 kerajaan COLA dari India

menyerang Kerajaan Sriwijaya (Sumsel) yang menyebabkan bermukimnya 1500 orang

Tamil di Barus (Sumut). Pada tahun 1275 Kerajaan Mojopahit (Jawa) menyerang

Sriwijaya dan menguasai hingga daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1400

kerajaan Nakur berkuasa disebelah timur Danau Toba, tanah Karo dan sebagian Aceh.

Diperkirakan si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad 13), sedang Raja

Sisimangaraja XII adalah salah satu turunan si Raja Batak yang ke 19, beliau wafat th

1907, dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.

Menurut buku Tarombo Borbor Marsda anak si Raja Batak ada 3 orang yaitu Guru

Tetea Bulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut inilah yang dipercaya sebagai terbentuknya

marga marga Batak. Dilihat dari tahun kejadian tersebut Si Raja Batak diperkirakan

Page 70: budnus1

68 | P a g e

68 | P a g e

sebagai pejabat kerajaan Sriwijaya yang ditempatkan di daerah timur danau Toba

(sekarang daerah Simalungun). Akibat konflik dengan orang orang Tamil mereka

mengungsi dari selatan danau Toba (daerah Portibi) atau dari barat danau Toba (Barus)

ke pedalaman.

Menurut budayawan Karo, Darwan Prinst, kerajaan Haru yang pernah berdiri di

Sumatera inilah sebagai cikal bakal suku Karo sedangkan menurut Tengku Lukman

Sinar seorang sejarahwan Sumatera Utara dalam kongres kebudayaan Karo tahun 1995

di Berastagi menampilkan bukti bukti bahwa Deli Tua adalah ibu kota kerajaan Haru

tersebut. Dapat disimpulkan Rita Smith Kipp dengan bukunya yg berjudul The Early

Years of Dutch Colonial Mission The Karo Field, bahwa penamaan “Batak” pada Karo

adalah istilah untuk menyatukan suku-suku yang belum beragama, yang ketika itu selain

Melayu (Islam), Masyarakat Batak (Mandailing dan Angkola yang dominan menganut

agama Islam menolak mengakui asal usul Batak berasal dari si Raja Batak karena

peninggalan peninggalan sejarah kerajaan kuat diwariskan oleh pengaruh Melayu

(Islam).

Kemelut ini sampai sekarang masih terjadi sehingga hanya suku Batak Toba yang

menyebut diri sebagai orang Batak, sedang suku suku lainnya menyebut dirinya dengan

nama suku seperti tertulis di atas.

3. Letak Geografis

Orang Batak dewasa ini mendiami sebagian besar daerah pegunungan Sumatera

Utara mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh disebelah utara sampai

keperbatasan Riau dengan Sumatera Barat di sebelah selatan, juga mendiami tanah

datar yang berada diantara daerah pegunungan dengan pantai Timur Sumatera Utara

dan pantai Barat Sumatera Utara. Dengan demikian orang Batak ini mendiami Dataran

Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang,

Silindung, Angkola, dan Mandailing serta Kabupaten Tapanuli Tengah.

Secara geografis orang Batak dapat dibagi menjadi 5 sub etnis sebagai berikut:

a. Batak Karo, suku ini mendiami dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu,

Serdang Hulu dan sebagian dari daerah Dairi.

b. Batak Simalungun, suku ini mendiami Kabupaten Simalungun.

c. Batak Pakpak, suku ini mendiami daerah induk Dairi, dan Aceh Selatan.

Page 71: budnus1

69 | P a g e

69 | P a g e

d. Batak Toba, suku ini mendiami daerah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara,

sebagian Tapanuli Tengah.

e. Batak Mandailing, suku ini mendiami daerah Kabupaten Tapanuli Selatan,

Mandailing Natal, Kotamadya Padang Sidempuan, sebagian Tapanuli Tengah,

serta sebagian Pasaman di Sumatera Barat.

B. Sistem Budaya

a. Falsafah

Masyarakat Batak memiliki falsafah yang melambangkan sikap hidup dalam

bermasyarakat yaitu yang disebut Dalihan Natolu . Pengertian Dalihan natolu adalah

satuan tungku yang terdiri dari 3 batu. Pada zamannya orang Batak memasak

dengan bahan kayu bakar, untuk menahan periuk dipergunakan 3 batu. Keadaan ini

dipakai sebagai falsafah orang Batak dalam hidup bermasyarakat yang meliputi:

1) Marsomba tu hula hula (Toba), atau Kalimbubu (Karo) atau Mora (Mandailing);

Hula hula adalah orang tua dari wanita yang di nikahi oleh seorang pria, namun

hula hula dapat diartikan secara luas yaitu semua saudara dari wanita yang

dinikahi. Marsomba tu hula hula artinya seorang pria harus menghormati

keluarga pihak isterinya

2) Elek Marboru (Toba) atau Anak beru (Karo) atau Anak boru (Mandailing); Boru

adalah anak perempuan dari satu marga. Dalam arti luas istilah boru adalah anak

perempuan dari satu marga tersebut. Elek marboru artinya harus dapat

merangkul boru. Hal ini melambangkan kedudukan seorang wanita didalam

lingkungan marganya.

3) Manat mardongan tubu (Toba), atau Senina (Karo) atau Kahangi (Mandailing);

Dongan tobu adalah saudara-saudara semarga, Manat mardongan tubu

melambangkan hubungan dengan saudara saudara semarga. Dalihan natolu ini

menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam

khasanah Karo saudara semarga ini disebut dengan Senina. Dalam khasanah

Mandailing saudara semarga disebut dengan hahangi (baca : kahanggi).

b. Simbol budaya pada rumah Batak

Simbol dalam budaya Batak ditampilkan dalam rumah suku Batak, yaitu:

1) Pada bagian puncak rumah yang menjulang keatas dipasang tanduk kerbau

melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang mendiami atau arca muka

Page 72: budnus1

70 | P a g e

70 | P a g e

manusia, dari puncak yang melengkung membentuk setengah lingkaran (kecuali

rumah empat Ayo pada orang batak Karo), pada rumah ayo ini ada ornament

geometris dengan warna warna merah, putih, kuning dan hitam).

2) Pada sisi kanan kiri rumah, kedua mukanya rumah Batak memakai lukisan orang

atau singa (kalamakara).

3) Pada sudut sudut rumah terdapat hiasan gajah dompak, bermotif muka binatang

misalnya kepala singa mempunyai maksud sebagai penolak bala.

4) Pada bagian depan rumah terdapat hiasan bermotif tempurung kelapa yang

disebut adep adep melambangkan payudara perempuan yang mempunyai

makna sebagai lambang kesuburan kehidupan dan lambang kesatuan, serta

hiasan bermotif cicak melambangkan orang batak dapat hidup di posisi apa saja

misalnya bisa jadi direktur atau juga bisa jadi buruh.

5) Untuk memasuki rumah batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak

terbentur balok yang melintang, juga bisa diartikan tamu harus menghormati

pemilik rumah.

C. Sistem Sosial

1. Stratifikasi Sosial

Sistem pelapisan sosial terbagi dalam:

a. Perbedaan umur

b. Perbedaan pangkat dan jabatan

c. Perbedaan sifat keaslian, status kawin

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam masyarakat Batak Karo terpisah menurut tiga bidang yaitu

bidang adat , bidang pemerintahan, dan di bidang keagamaan.

3. Perkawinan

Perkawinan pada suku Batak merupakan suatu pranata yang mengikat seorang laki-

laki dengan seorang wanita tetapi mengikat suatu hubungan tertentu, sehingga

seorang laki-laki suku bangsa Batak tidak bebas dalam memilih jodoh.

a. Perkawinan yang ideal; Perkawinan yang dianggap ideal adalah perkawinan

antara wanita rimpal (marpariban bhs Batak Toba) yaitu perkawinan antara laki-

laki Batak dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya. Dan perkawinan

Page 73: budnus1

71 | P a g e

71 | P a g e

yang pantang dilakukan yaitu dengan wanita yang dari marganya sendiri. (namun

sekarang sudah banyak pemuda yang tidak mengikuti adat kuno tersebut)

b. Perkawinan Lari

Perkawinan yang diluar prosedur adalah perkawinan lari (mangalua), hal ini

terjadi karena tidak terdapat persesuaian antara salah satu pihak atau dua belah

pihak kaum kerabat. Pada kawin lari ini dalam waktu kurang dari satu hari kaum

kerabat pihak laki-laki harus mengirimkan delegasi kerumah orang tua si gadis

untuk memberitahukan bahwa anak gadis mereka telah dibawa dengan maksud

dikawini (diparaja, bahasa Toba).

4. Marga dan Tarombo

a. Marga

Marga adalah sekelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah

(patrilinial). Sistem patrilinial memutuskan garis keturunan selalu dihubungkan

dengan laki-laki. Seorang Batak merasa hidupnya lengkap bila ia telah memiliki

anak laki-laki yang akan meneruskan marganya. Semua satu marga dilarang

saling mengawini (tidak berlaku bagi orang Batak Mandailing dan Batak Angkola)

dan sesamua marga disebut dalam Dalihan Natolu disebut Dongan Tubu. Jumlah

seluruh marga Batak sebanyak 416 termasuk marga suku Nias (sebenarnya suku

Nias bukan Batak). Setiap orang Batak memiliki nama marga, pemakaian nama

marga biasanya dicantumkan dibelakang atau diakhir namanya . Nama marga ini

diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilineal) yang selanjutnya akan

diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.

b. Tarombo

Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah.

c. Posisi duduk dalam ritual Batak.

Dalam ritual Batak misalnya pesta perkawinan posisi duduk dalam acara adat

Batak sangat penting yang kemudian dimaknakan dalam kehidupan sehari hari.

Dalam kehidupan sehari hari kekerabatan adalah kunci pelaksanaan dari falsafah

hidupnya. Barospati gorga.) Kekerabatan ini untuk mempersatukan hubungan

darah sehingga dapat menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain

dengan baik.

D. Kebudayaan Fisik

Page 74: budnus1

72 | P a g e

72 | P a g e

1. Bahasa dan Aksara

Bahasa Batak dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

a. Bahasa Batak Utara

b. Bahasa Batak Simalungun

c. Bahasa Batak Selatan

Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut Abugida. Aksara Batak

biasanya ditulis di atas bambu atau kayu, penulisan dimulai dari bawah ke atas dan

baris dimulai dari kiri kekanan. Surat Batak zaman dahulu kala digunakan untuk

menulis naskah Batak. Dalam bahasa Batak buku tersebut dinamakan Pustaha.

Pustaha ini ditulis oleh datu (dukun) berisikan penanggalan dan ilmu nujum (hal hal

gaib).

2. Sistem Organisasi Sosial

a. Pola Perkampungan

Sebagian besar masyarakat Batak masih hidup di dalam pedesaan, pedesaan itu

disebut Huta, Kuta, Lumban, Sosor, Bius, Pertahian, Urung dan Pertumpukan.

Huta (bahasa Toba) biasanya merupakan kesatuan territorial yang dihuni asal

dari satu klen. Pada orang Karo kesatuan tersebut disebut Kuta biasanya lebih

besar dari pada huta, penduduknya dapat dari berbagai klen. Dahulu huta itu

dikelilingi oleh suatu parit, suatu dinding tanah yg tinggi dan rumpun rumpun

bambu yang tumbuh rapat. Ini dimaksudkan untuk melindungi diri dari serangan

musuh. Di bagian dalam dari huta ada deretan deretan rumah diantaranya ada

halaman yang dapat dipergunakan pesta perkawinan, upacara kematian dan lain

lain . Demikian juga di halaman ada lumbung lumbung untuk menyimpan padi

dan lesung untuk menumbuk padi.

Pada orang Karo, Simalungun dan Mandailing tiap desa mempunyai balai desa

yang dipakai untuk sidang pengadilan dan sidang lainnya. Pada orang Toba

balai desa ini digantikan dengan apa yang disebut partunghoan (baca:

partukkoan)

b. Rumah orang Batak

Rumah orang Batak Karo disebut Siwaluh Jabu sedang untuk rumah Batak Toba

disebut Ruma Bolon. Pada rumah Batak Toba berbentuk empat persegi

Page 75: budnus1

73 | P a g e

73 | P a g e

panjang, lantai rumah kadang kadang setinggi 1,75 meter di atas tanah, bagian

bawah dipergunakan untuk kandang babi, ayam dan sebagainya. Bila orang

hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak

terbentur pada balok yang melintang, hal ini dimaksudkan agar tamu harus

menghormati si pemilik rumah, serta hiasan seperti tempurung kelapa

melambangkan buah dada wanita yang disebut adep adep, hiasan ini

melambangkan sumber kesuburan dan kesatuan. Semua rumah adat dibuat dari

kayu, pada sudut rumah terdapat hiasan gajah dompak bermotif muka binatang

mempunyai maksud penolak bala, begitu pula hiasan bermotif binatang cicak,

kepala singa dimaksudkan untuk menolak guna-guna, hiasan itu ada yang

berupa ukiran dan diberi warna dengan warna hitam, kuning dan merah yang

melambangkan tiga dunia kepercayaan masyarakat Batak. Rumah yang paling

banyak hiasannya disebut Gorga. Rumah adat Batak Toba disebut Ruma Bolon,

rumah adat Mandailing disebut Bagas Godang. Untuk memasuki rumah harus

menaiki anak tangga yang terletak di tengah rumah yang jumlah anak tangganya

ganjil.

c. Perkawinan dan perceraian

Perkawinan pada orang Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya

mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan tetapi juga mengikat

dalam suatu hubungan kaum kerabat dari laki-laki dengan kaum kerabat kaum

perempuan. Perkawinan ideal dalam masyarakat Batak adalah perkawinan

antara orang-orang rimpal (marpariban, bahasa Toba) Pada masa sekarang

sudah banyak pemuda tidak lagi menuruti adat ini lagi. Inisiatif lamaran diambil

dari kaum kerabat laki-laki dengan mengirimkan suatu utusan resmi kerumah

sigadis.

1) Kawin Lari; Perkawinan yang di luar prosedur tersebut di atas adalah

perkawinan lari (mangalua), hal ini terjadi kaena tidak terdapat persesuaian

antara salah satu pihak atau dua belah pihak kaum kerabat. Pada kawin lari

ini dalam waktu kurang dari satu hari kaum kerabat pihak laki-laki harus

mengirimkan delegasi kerumah orang tua sigadis untuk memberitahukan

bahwa anak gadis mereka telah dibawa dengan maksud dikawini (diparaja

bahasa Toba). Selang beberapa lama maka akan dilakukan upacara

Page 76: budnus1

74 | P a g e

74 | P a g e

manuruk nuruk untuk minta maaf. Setelah upacara ini dilalui barulah

kemudian disusul dengan upacara perkawinan secara resmi.

2) Perkawinan Levirat; Pada adat Batak terdapat perkawinan levirat.

Perkawinan levirat adalah perkawinan janda (yang ditinggal mati suaminya)

menikah dengan saudara suaminya. Jika si janda tidak mau maka ia harus

minta diceraikan lebih dulu kepada jabu asal dari suaminya. Adapun mereka

yang berhak menceraikan si janda yang ditinggal mati suaminya adalah anak

kandung laki laki, anak tiri laki laki, cucu laki laki, kalau mereka tidak ada

maka senina dari almarhum suaminya dapat bertindak sebagai orang yang

akan melepaskan si janda dari ikatannya dengan klen si suami.

3) Poligini; Pada umumnya masyarakat Batak bersifat monogami walaupun

masyarakat Batak tidak melarang poligami. Norma-norma agama Kristen

menghambat orang melakukan poligami. Kalau seorang pada orang Batak

menjadi isteri kedua (manindi baca:maniddi) maka ia dan anak-anaknya

sama sekali tidak berhak atas segala harta yang ada. Ia harus mencari

nafkah sendiri, kalau tidak maka kedua keluarga batih mereka akan

bermusuhan. Penyebab poligami ini adalah antara lain karena kemandulan

Perceraian dapat terjadi bila :

1) Si isteri tidak bisa bergaul dengan keluarga suami.

2) Tidak memperoleh keturunan laki-laki

3) Selingkuh

3. Sistem Pengetahuan

a. Di bidang keamanan

Setiap huta atau kuta dahulu dikelilingi oleh suatu parit, juga suatu dinding tanah

yang tinggi dan rumpun bambu yang tumbuh rapat.

b. Di bidang kemasyarakatan

Di bagian dalam suatu huta terdapat dua atau lebih deretan rumah dan halaman

diantaranya dipakai untuk mengadakan pesta perkawinan, upacara kematian,

juga didirikan lumbung lumbung untuk menyimpan hasil panen.

c. Di bidang seni

Rumah-rumah adat selalu dihiasi dengan hiasan yang bermakna, dilengkapi

dengan warna hitam merah dan kuning

Page 77: budnus1

75 | P a g e

75 | P a g e

d. Di bidang perkawinan

Masyarakat Batak memberi jalan keluar bila calon pengantin tidak disetujui oleh

kedua belah pihak orang tua mereka dengan mengadakan kawin lari meskipun

harus dipenuhi persyaratan yang ada.

e. Di bidang kekerabatan

Masyarakat Batak memiliki falsafah hidup yang tetap menghormati dan. menjaga

kerukunan kekerabatannya yaitu falsafah Dalihan Natolu.

f. Di bidang pengobatan

Dari sejak dulu suku Batak telah menggunakan pengobatan secara tradisional,

baik dengan menggunakan bahan tumbuhan maupun dengan upacara ritual.

4. Sistem Teknologi

a. Alat alat pertanian, alat rumah tangga, tenun, berburu, menangkap ikan. Dalam

kehidupan sehari hari masyarakat Batak memiliki peralatan sebagai sarana

menyelesaikan pekerjaannya. Alat alat tersebut meliputi alat pertanian, alat

rumah tangga, alat tenun, alat berburu dan alat menangkap ikan.

1) Alat Pertanian

a) Ansuan berfungsi sebagai cangkul terbuat dari batang pohon enau

b) Ordang berfungsi sebagai alat pelobang tanah

c) Panasapi berfungsi untuk membersihkan pematang sawah

d) Pangali berfungsi sebagai penggali tanah

e) Sorha-soreng ha berfungsi sebagai pembajak sawah

2) Alat rumah tangga

a) Sapa berfungsi sebagai tempat nasi dibuat dari kayu

b) Pinggan pasu berfungsi sebagai tempat makanan pada upacara adat

c) Sakke Piring berfungsi sebagai tempat piring

3) Alat tenun tradisional

a) Busur Hapas berfungsi sebagai membusur kapas, dibuat dari bambu

b) Sorha tangan berfungsi untuk memintal benang, roda digerakkan dengan

tangan

c) Sorha pat berfungsi untuk memintal benang, roda digerakan dengan kaki

d) Erdeng erdeng (panghulhulan) berfungsi untuk menggulung benang

4) Alat Berburu

Page 78: budnus1

76 | P a g e

76 | P a g e

a) Ultop berfungsi untuk menembak

b) Sumbia, berfungsi untuk memanah

c) Pulur (peluru anak panah)

d) Pana, busur panah dengan anak panah

5) Alat menangkap ikan

a) Solu lunjup, jenis sampan khusus di air deras

b) Solu Jambang, Sampan dipakai di air yang tak mengalir

c) Hole berfungsi sebaagi dayung

d) Goli goli berfungsi sebagai tempat duduk dalam sampan

e) Tahu tahu berfungsi untuk membuang air yang masuk dalam sampan

5. Sistem Ekonomi

Mata pencaharian hidup suku Batak dapat dikatagorikan :

a. bercocok tanam disawah atau diladang

Alat – alat utama dalam bercocok tanam :

1) Cangkul

2) Bajak (tenggala), juda sapi atau kerbau untuk menarik bajak

3) Tongkat tugal

4) Sabit untuk memotong padi

b. Peternakan

Kerbau, sapi, babi, kambing, ayam dan bebek

c. Menangkap ikan

Pekerjaan dilakukan secara eksklusif oleh orang laki – laki dalam perahu dengan

jala, pancing, dan perangkap ikan.

6. Sistem Religi

a. Agama

Terdapat agama Islam dan Kristen Protestan yang diperkirakan masuknya pada

masa yang sama yaitu pada tahun 1810-an. Agama Islam disiarkan oleh orang-

orang Minangkabau, yang sebagian besar dianut oleh orang Batak Selatan

seperti Mandailing dan Angkola.

Page 79: budnus1

77 | P a g e

77 | P a g e

Agama Kristen disiarkan ke daerah Toba, Simalungun oleh organisasi penyiar

agama dari Jerman (Rheinische Missions Gesselschaft) dan tahun 1863 ke

daerah Karo oleh penyiar agama dari Belanda (Zendelingsgenootschaap). Kini

agama Kristen Protestan dianut sebagian i Orang Batak di bagian utara

b. Mitologi Batak

Walaupun masyarakat Batak sudah mengenal agama (Islam dan Kristen) namun

konsep-konsep agama aslinya masih hidup. Sumber utama untuk mengetahui

sistem kepercayaan orang Batak asli adalah dari buku kuno yang disebut

Pustaha

1) Konsepsi Tuhan

Dalam mitologi Batak dunia dibagi atas tiga bagian, yaitu dunia atas yang

disebut Banua Ginjang, dunia tengah yang disebut Banua Tonga dan dunia

bawah yang disebut Banua Toru. Dunia Tengah tempat manusia hidup juga

merupakan perantara antara dunia atas dan dunia bawah Dunia atas tempat

tinggal para dewata sedang dunia bawah adalah tempat tinggal setan, roh,

bumi dan kuburan. Warna putih, merah dan hitam merupakan simbol-simbol

dari dunia tersebut. Pencipta dunia dalam mitologi Batak adalah Debata

Mulajadi Nabolon, Anak-anaknya bernama Batara Guru, Soripada dan

Mangala Bulan, ketiganya dikenal sebagai kesatuan dengan nama Debata

Sitolu Sada ( tiga dewa dalam satu) atau Debata na Tolu (tiga dewata).

2) Konsepsi Sang Pencipta

Konsepsi tentang penciipta oleh orang Batak dimulai dari Debata Mulajadi

Nabolon (Toba) atau Dibata Kaci-Kaci (Karo) sebagai Sang Pencipta Alam

yang berdiam di langit Sebagai penguasa alam tengah yaitu di dunia ini ia

bernama Silaon na Bolon (Toba) atau Tuan Padukah ni Aji (Karo), sedang

sebagai penguasa dunia makhluk halus disebut Pane na Bolon (Toba) atau

Tuan Banua Koling (Karo). Tentang jiwa, roh dan dunia akhirat dalam

hubungan manusia dengan dunia roh orang Batak mengenal:

a) Tondi yaitu Jiwa atau roh orang itu sendiri

b) Sahala yatu jiwa atau roh orang itu sendiri yang memiliki kekuatan gaib

(kesaktian)

c) Begu yaitu jiwa atau roh orang yang telah meninggal dunia

Page 80: budnus1

78 | P a g e

78 | P a g e

Beberapa begu yang disegani orang Batak adalah :

(1) Begu Sombaon

(2) Begu Solobean

(3) Begu Silan

(4) Begu Ganjang

Orang Batak Karo mempunyai kepercayaan tentang adanya

perkampungan begu. Mereka dapat berkeliarandan berhubungan dengan

kerabatnya melalui mediasi seorang dukun yang disebut guru sibaso

(wanita). Mereka juga percaya akan adanya makhluk halus yang disebut

Umang dan Jangak, kedua makhluk halus ini dianggap suka menolong

manusia dan tinggal di tebing dan sungai. Orang Batak juga percaya

kepada kekuatan sakti dari jimat, tongkat wasiat, mantra (tabas) yang

mengandung kekuatan sakti.

c. Upara adat

Jenis upacara adat dibagi kedalam beberapa jenis yaitu :

1) Upacara adat inti

2) Upacara adat Na Taradat

3) Upadara adat Naniadathon

4) Upacara adat Na Sondat

1) Upacara Adat Inti

Adat inti mencakup seluruh kehidupan yang berkaitan dengan penciptaan

dunia oleh sang pencipta Debata Mulajadi Nabolon. Pelaksanaan adat inti

tidak boleh diubah.karena terikat dengan norma dan aturan yang diturunkan

oleh Debata Mulajadi Nabolon sebelum agama mempengaruhi sikap etnis

orang Batak Toba terhadap upacara adat.

2) Upacara Adat Na Taradat

Secara harafiah Adat Na Taradat adalah undang-undang dan kelaziman yang

berupa adat. Adat Na Taradat bersifat adaptif dan menerima pergeseran dari

adat inti dan bahagian adat inilah yang dilaksanakan oleh pelaku-pelaku adat

Batak Toba pada saat sekarang dengan berpedoman kepada ungkapan

folklore Batak Toba.

3) Adat Naniadathon

Page 81: budnus1

79 | P a g e

79 | P a g e

Adat Na Niadathon adalah tingkatan pelaksanaan tata upacara adat yang

sudah dipengaruhi peradaban yang telah menjadi kebiasaan dan kelaziman

baru Pada adat Na Niadathon terjadi pergeseran nilai dan perubahan pelaku

adat, misalnya upacara adat wisuda, babtisan anak, perayaan ulang tahun,

peresmian perusahaan.

4) Adat Na Soadat

Secara harafiah Adat Na Soadat adalah adat yang bukan adat, karena

tatalaksana upacara adat tidak lagi berdasarkan struktur dan sistematika

yang lazim dilaksanakan oleh etnis Batak Toba. Upacara ini dipandang

sekedar berkumpul dalam bentuk resepsi baik dalam upacara perkawinan,

kematian, dan sebagainya. Struktur kekerabatan dalam Dalihan Natolu

demikian simbol-simbol yang dipakai dalam upacara adat inti disingkirkan.

7. Kesenian

a. Pakaian Adat

Pakaian adat dikenal dengan ulos. Ulos adalah kain tenun khas Batak yang

berbentuk selendang. Secara harafiah ulos berarti selimut, pemberi kehangatan

badaniah dari terpaan udara dingin. Menurut pemikiran leluhur Batak ada 3

sumber kehangatan yaitu : matahari, api dan ulos. Dari ketiga sumber tersebut

ulos dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari - hari.

Matahari sebagai sumber kehangatan tidak dapat diperoleh pada malam hari

sedang api dapat menjadi bencana jika lalai menggunakannya. Dalam

perkembangannya ulos juga diberikan kepada orang “bukan Batak”, sebagai

penghormatan dan kasih sayang.

Ada beberapa macam ulos, antara lain :

1) Ulos Ragidup

2) Ulos Ragihotang

3) Ulos Sibolang

4) Ulos Nametmet

5) Ulos Nabalga

b. Tarian Tradisional

Tor-tor, dilihat dari gerakan badan, tarian tortor dapat dibagi menjadi:

Page 82: budnus1

80 | P a g e

80 | P a g e

1) Pangurdot, yang bergerak hanya tumit, kaki hingga bahu

2) Pengeal, yang bergerak hanya pinggang, punggung hingga bahu

3) Pandenggal, yang bergerak hanya lengan, telapak tangan hingga jari tangan

4) Siangkupna, yang bergerak hanya leher

5) Hapunana, yang bergerak hanya wajah.

c. Lagu Tradisional

1) Ketabo

2) Sinanggar Tullo

3) Sigulempong

4) Dago Inang Sarge

5) Ungut – Ungut

6) Sitogol

d. Musik

Jenis musik tradisional Batak Toba :

1) Gondang

2) Sarune bolon yaitu jenis alat tiup

3) Ogung yaitu sejenis gong yang jumlahnya ada 4 yang mempunyai fungsi

masing – masing pada saat dimainkan.

RANGKUMAN

1) Suku Batak memiliki kepercayaan bahwa mereka adalah keturunan Si Raja

Batak.

2) Ulos adalah ciri khas pakaian Batak.

3) Masyarakat Batak menganut patriarkhat.

4) Marga adalah ciri kesatuan kemasyarakatan yang mengikuti paham patrilineal

5) Suku Batak Toba merupakan bagian masyarakat yang setia melaksanakan

upacara adat.

6) Walaupun mereka telah menganut agama Islam dan Kristen, namun tradisi adat

istiadatnya masih dipertahankan.

Page 83: budnus1

81 | P a g e

81 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN BETAWI

LATIHAN

1) Apa yang dimaksud dengan Dalihan Natolu?

2) Apa yang saudara ketahui tentang Tarombo dan apa itu penting?

3) Mengapa sering terjadi perselisihan paham pada saat melaksanakan upacara

adat?

4) Apa yang saudara ketahui tentang hiasan2 yang menempel dirumah adat suku

Batak?

5) Apa yang paling dilarang dalam mencari jodoh dan apa yang paling ideal

sebagai calon isteri dari seorang pemuda Batak?

6) Apa yang saudara ketahui tentang Pustaha?

Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa dapat menunjukkan ciri-ciri Suku Betawi yang multicultural. Bagaimana Suku

Betawi menyikapi kebudayaan yang masuk, yang diserapnya maupun yang tidak

diserapnya, dan bagaimana mereka menghadapi modernisasi

7

Page 84: budnus1

82 | P a g e

82 | P a g e

A. Letak Geografis

Menyebut nama Betawi, teringatlah kita akan nama Jakarta. Kota Jakarta merupakan

dataran rendah dengan ketinggian kira-kira 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada

posisi 6.12’ LS dan 106.48’ BT. Luas wilayah Propinsi Jakarta berdasarkan SK Gubernur

Jakarta Nomor 1227 tahun 1989 yang berupa daratan seluas 661, 52 km2, berupa lautan

seluas 6.977,5 km2, terdapat tidak kurang dari 110 pulau yang tersebar di Kepulauan

Seribu, terdapat sekitar 27 buah sungai atau saluran.

Di sebelah utara membentang pantai dari barat ke timur sepanjang kira-kira 35 km,

menjadi tempat bermuaranya 9 (sembilan) buah sungai dan 2 (dua) buah kanal, sementara

di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan

Propinsi Banten, sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.

B. Sistem Budaya

Orang-orang Betawi ini dianggap terlalu percaya diri dalam segala hal, dan melakukan

segalanya tanpa perhitungan yang matang dan tidak berdasarkan data yang akurat. Inilah

yang membuat mereka menjadi penduduk level rendah. Dari sifat mereka yang gampang

marah, gampang terprovokasi, tidak punya kemampuan dalam berpikir, inteligensi rendah,

dan minimnya pengetahuan, membuat mereka kalah dalam persaingan.

Sifat mereka umumnya tidak mau kalah dengan masyarakat lain, dalam hal apapun,

ingin terlihat kaya, ingin terlihat elite tetapi tidak ada kemampuan ekonomi yang mendukung.

Inilah yang menyebabkan mereka selalu merasa iri kalau ada tetangga atau orang lain yang

lebih mampu di bidang ekonomi dibanding mereka.

C. Sistem Sosial

Cara hidupnya yang relatif sederhana, bicaranya yang spontan, terbuka, dan mudah

bergaul, serta kerukunan masyarakatnya menjadi ciri Orang Betawi. Mereka kebanyakan

pemeluk agama Islam yang taat. Beberapa contoh bagaimana agama Islam menyatu dalam

kehidupan mereka sehari-hari, antara lain:

1. Bila waktu sholat tiba, mereka akan menghentikan kegiatan dan segera sholaat.

2. Bila ada anggota keluarga atau kerabat meninggal dunia, diusahakan dikubur hari itu

juga.

Page 85: budnus1

83 | P a g e

83 | P a g e

3. Bagi keluarga yang memiliki anak gadis yang sudah cukup dewasa harus segera

dinikahkan.

4. Tuan rumah akan memberi suguhan pada tamu sesuia dengan kemampuannya.

5. Mereka selalu mendahului dalam memberi salam.

6. Dalam bersalaman, mereka terlebih dahulu mengulurakan tangan, dan paling akhir

menariknya.

Ciri khas masyarakat Betawi asli ini dapat kita lihat pada masyarakat yang tinggal di

pesisir utara, mulai dari pesisir Bekasi sampai Teluk Naga Tangerang, di bagian selatan di

Condet, Pasar Minggu, dan perbatasan Kabupaten Bogor, di sekitar Tanah Abang, Kebon

Jeruk, Kebayoran Lama, dan Cileduk Tangerang.

D. Kebudayaan Fisik

1. Bahasa

Orang Betawi sendiri menyebut bahasanya sebagai ‘Omong Betawi’. Untuk

menyesuaikan dengan perubahan politik, maka dipakai istilah “dialek Melayu-

Jakarta” . Hal ini karena Betawi berasal dari kata Batavia yang setelah Indonesia

Merdeka nama itu tidak digunakan lagi.

Dialek Melayu Betawi (DMB) selain dituturkan di wilayah DKI Jakara juga dituturkan

di sekitar Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Dalam masyarakat penuturnya, DMB

difungsikan sebagai bahasa rendah jika penuturnya bilingual, namun bagi kelas

bawah dialek ini cukup berprestise.

Bahasa ini dapat dibagi ke dalam beberapa subdialek:

a. berdasar latar belakang keturunan

Yang kuat pengaruh Tionghoanya banyak bercampur dengan kata-kata

Tionghoa, misalnya, engkoh, encim, gua, lu. Sedangan Betawi keturunan Arab

memasukkan kata Arab misalnya ane, ente, dan ucapan bismillah yang

diucapkan bismille, dan alkhamdulilah yang diucapkan alhamdulille.

b. berdasar daerah, dikenal subdialek dalam kota (disebut Betawi Kota atau Betawi

Tengah) dan Betawi Pinggiran, (disebut Betawi Ora)

Pembagian kedua wilayah budaya ini bukan semata-mata berdasarkan letak

geografis, melainkan juga berdasar ciri-ciri budayanya, termasuk bahasa dan

kesenian tradisi yang didukungnya. Di wilayah budaya Betawi Tengah, tampak

keseniannya dipengaruhi oleh budaya Melayu, yang terlihat jelas pada orkes dan

Page 86: budnus1

84 | P a g e

84 | P a g e

Tari Samrah. Sedangkan di daerah pinggiran berkembang kesenian lainnya,

seperti Wayang Topeng, Lenong, Tajidor.

Pembagian dialek regional ini dapat dibagi dalam empat logat, yaitu:

1) Logat Mester, penggunanya tinggal di sekitar Jatinegara dan Kampung

Melayu

2) Logat Tanah Abang, penggunanya tinggal di sekitar Tanah Abang dan

Petamburan

3) Logat Karet, penggunanya tinggal di sekitar Karet, Senayan, Kuningan, dan

Menteng

4) Logat Kebayoran, penggunanya tinggal di sekitar Kebayoran Lama, Pasar

Rebo, Bekasi, dan daerah pinggiran Kota Jakarta lainnya

Beberapa contoh bahasa Betawi:

bacot (mulut), codet (bekas luka pada dahi), nyak (ibu), ogah (tidak mau),

koit (mati), limbung (tidak mantab), sono (sana), rudin (miskin),

werit (sesuatu yang menakutkan).

Pemakaian DMB: Lu udah nggak kenal langgar sih!

Ada yang saye mau tanya

2. Sistem Organisasi Sosial

a. Sistem Kekerabatan

Mereka mengikuti pola bilineal. Anak laki-laki akan disosialisasikan pada

pekerjaan bapaknyaa, bila sudah dewasa anak ini berhak ikut bapaknya ke laut

dan mengerjakan pekerjaan laki-laki, sedangkan anak perempuan bekerja

menghidupi keluarga dengan cara melakukan pekerjaan wanita, seperti

memasak , mengasuh anak, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Anak laki-laki

yang kawin akan ikut mertuanya serumah, kemudian ia dituntut membuat rumah

baru untuknya.

b. Sistem Kemasyarakatan

Hubungan antara warga dapat tercemin dalam hubungan kelurga, di mana anak-

anak sangat patuh terhadap orang tuanya, karena dalam masyarakat Betawi

orang yang lebih tua sangat dihormati. Dalam hidup bertetangga, mereka masih

memegang teguh adat tradisi dalam kebiasaan memberi sedekah atau

Page 87: budnus1

85 | P a g e

85 | P a g e

punjungan makanan kepada para tetangga pada waktu tertentu, misalnya pada

waktu hajatan perkawinan atau sunatan.

Selain orangtua, masih ada lagi golongan yang disegani, karena dulu mereka

masih mengenal konsep Jawara Betawi. Namun, konsep jawara atau organisasi

jago saat ini sudah mengalami perubahan. Organisasi jago yang muncul saat ini

lebih banyak karena kemiskinan dan kesenjangan ekonomi.

c. Pola perkampungan dan bentuk rumah

Masyarakat Betawi pada awalnya adalah masyarakat river basin. Mereka

membangun rumah berkelompok sepanjang sungai-sungai. Pintu depan

menghadap ke arah sungai, akibatnya setelah perlahan-lahan rumah Betawi

masuk ke pedalaman, arah rumah Betawi menjadi tidak teratur. Tetapi sisa-sisa

budaya DAS-nya masih tertinggal, biasanya dalam bentuk adanya sumur gali di

depan rumah. Pada dasarnya ada tiga zoning di rumah tradisional Betawi, yaitu:

1) kawasan publik (ruang tamu), berupa ruang tanpa diding, ini kawasan amben

2) kawasan privat ( ruang tengah dan kamar), ini wilayah pangkeng,

3) kawasan servis (dapur), atau srondoyan

Tercatat ada sebuah sudut penting, bahkan sakral dalam arsitektur Betawi , yakni

konstruksi tangga yang diistilahkan balaksuji. Bahwa memasuki rumah lewat

tangga adalah proses menuju kesucian. Idealnya jika ada sumur di depan rumah,

siapa pun yang hendak masuk rumah harus membasuh kakinya dulu, baru naik

tangga, sehingga masuk rumah dalam keadaan bersih. Di sejumlah kampung

balaksuji dipertahankan atau pindah lokasi. Tangga tidak ada di rumah

penduduk, tapi ada di mesjid kampung. Balaksuji dipasang di tempat khotbah.

Tangga ini menjadi tangga menuju mimbar. Kesuciannya dipertahankan di rumah

ibadah.

d. Tradisi Adat

1) Sunatan (Khitanan)

Anak yang dikhitan biasanya berumur anatara 8-10 tahun. Upacaranya ada

yang sederhana cukup dengan sedekahan dan membaca doa bagi anak

yang disunat, ada pula yang besar-besaran. Untuk yang diadakan secara

besar-besaran, pengantn sunat diarak keliling dengan menunggang kuda

dengan mengenakan pakaian haji layaknya penganten kawinan, penganten

Page 88: budnus1

86 | P a g e

86 | P a g e

sunat juga menjadi raja sehari di mana kemauan atau permintaannya semua

dituruti oleh orangtuanya. Di dalam arak-arakan juga ada ondel-ondel yang

menyertainya, tetapi tidak ada susunan prosesi seperti dalam upacara ngarak

penganten kawinan. Biasanya juga nanggap hiburan kesenian Betawi seperti

Lenong, Wayang, Gambang Kromong atau Tanjidor.

2) Pernikahan

Tahapan acara pernikahannya adalah sebagai berikut:

a) Ngedelengin. Didahului masa perkenalan, dahulu melalui Mak Comblang

b) Ngelamar

c) Bawe Tande Putus / Pertunangan

d) Piare Calon None Penganten (Tujuannnya untuk mengontrol kegiatan,

kesehatan, dan memelihara kecantikan)

e) Siraman, Ngerik, dan Malem Pacar

f) Akad Nikah

g) Buka Palang Pintu (berbalas pantun dan adu silat)

h) Di Puade (Pelaminan)

3) Tradisi Khatam Quran di Masjid-masjid Tua

Tradisi ini berasal dari Hadramaut, dan diadakan pada bulan Ramadhan pada

tanggal gasal karena dipercaya pada saat itu turunnya Lailatul Qadar. Acara

dimulai dengan berbuka puasa, berupa nasi kebuli . Satu nampan nasi kebuli

beserta lauknya berupa potongan daging kambing, biasanya untuk 4-5 orang.

Hidangan lainnya adalah gulai atau semur kambing. Agar tidak terkena

kolesterol, dilengkapi dengan acar bawang, ketimun, nanas, untuk

menetralisir lemak.

4) Nujuh Bulan

Upacara ini dilakukan pada masa kehamilan anak pertama. Tanggal diambil

yang mengandung unsur tujuh, yaitu tanggal 7, 17, 27, pada bulan ke tujuh

kehamilan tersebut. Nujuh bulan ini bernuansa Islam, karenanya dilakukan

pembacaan tahlil. Dalam kenduri dibacakan Surat Yusuf , Surat Mariam dan

Surat Ar-Rahman. Ketiga surat ini dibacakan oleh tujuh orang pada waktu

yang bersamaan, sedangkan orang lain membacakan ayat surat-surat

pendek lainnya. Kemudian diadakan tahlilan bersama.

Page 89: budnus1

87 | P a g e

87 | P a g e

Dalam acara ini selalu ada rujak, yang terdiri dari tujuh macam buah,

terutama buah delima.

3. Sistem Ekonomi

Tempo dulu, masyarakat Betawi asli mencari nafkah dalam beberara profesi yang

terbagi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Misalnya di

kampung Kemanggisan dan sekitar Rawabelong banyak dijumpai petani kembang.

Kampung Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran

yang tanahnya tidak sesubur Kemanggisan, banyak dijumpai mandor dan jagoan

silat. Ji’ih, teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di Kampung Paseban

banyak warganya yang bekerja di kantor-kantor sejak jaman Belanda dahulu, meski

kemampuan pencak silat mereka tidak diragukan (dalam pendidikan keagamaan,

diselipkan juga latihan-latihan pencak silat).

Karena asal–muasal bentukan etnis mereka yang multikultur (orang Nusantara,

Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi mereka disesuaikan

dengan cara pandang dan bauran etnis dasar masing-masing.

4. Sistem Religi

a. Pemeluk Agama Islam

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, ada juga yang menganut

agama Kristen Protestan dan Katolik, tetapi jumlahnya sedikit sekali. Dikatakan

bahwa Islam dibawa oleh orang Arab dari Hadramaut, yang selain untuk

berdagang, juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Ajarannya

merupakan perpaduan antara unsur-unsur Arab, India Selatan, dan unsur

setempat. Orang Betawi yang memeluk agama Islam terbagi dua golongan, yaitu

golongan mu’alim, yakni yang taat menjalankan prinsip dasar agama Islaam

dengan baik dan teratur, dan golongan biasa yaitu golongan yang tidak terlalu

taat menjalankan prinsip-prinsip agama Islam. Golongan kedua dapat

disejajarkan dengan Abangan di Jawa.

Pada masa penjajahan sampai awal kemerdekaan, Islam menjadi pedoman

hidup orang Betawi. Hal ini sebenarnya justru menghambat kemajuan mereka.

Pada masa itu, pendidikan formal dianggap sebagai kafir karena berasal dari

Belanda. Dengan demikian perasan anti kafir identik dengan anti sekolah

(formal). Pendidikan mereka hanya dilangsungkan di madrasah sebatas

Page 90: budnus1

88 | P a g e

88 | P a g e

pendidikan agama, mereka tidak mendapatkan pendidikan secara umum.

Sedangkan perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara dengan aspek

pembangunan dan modernisasinya yang berjalan amat cepat menuntut keahlian

profesional, yang mungkin masih belum terkejar oleh kemajuan yang telah

dicapai oleh sebagian orang Betawi.

b. Pemeluk Agama Kristen

Pemeluk agama Kristen ada yang menyataan bahwa mereka adalah keturunan

campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini dapat

dimengerti, karena pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan

perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng

dan gudang di pelabuhan Sunda Kelapa, sehingga terbentuk komunitas Portugis

di Sunda Kelapa, Komunitas Portugi ini sekarang masih ada dan menetap di

daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

c. Kepercayaan akan roh, hantu, dan kekuatan gaib

Orang Betawi sering melakukan upacara sehubungan dengan kepercayaan

terhadap adanya roh. Dalam upacara tersebut digunakan sajian yang

dipersembahkan kepada roh itu, agar tidak marah ketika tempatnya dipakai untuk

mengadakan suatu pertunjukan. Orang Betawi juga mengenal ‘keramat’ , yaitu

kuburan orang tertentu yang dianggap baik dan rohnya dapat membantu

kegiatan manusia, sehingga ‘keramat’ itu sering didatangi untuk diminta restunya.

Tempat lain yang dianggap keramat adalah pohon beringin, sumur tua, dan yang

semacam itu.

Roh jahat dapat berasal dari manuisa, misalnya kuntilanak. Dipercaya bahwa ia

adalah roh wanita yang mati ketika hamil. Roh ini sering mengganggu wanita

yang sedang hamil dan sebagai penangkalnya wanita Betawi yang hamil, bila

hendak bepergian terutama pada malam hari, dianjurkan untuk membawa

benda-benda tajam seperti gunting dan jarum, supaya roh jahat itu takut sehingg

tidak mengganggu. Selain itu ada hantu yang disebut tuyul, yaitu roh jahat yang

berbentuk anak kecil yang kepalanya berjambul, dan sering digunakan oleh

orang tertentu untuk memperkaya dirinya, karena tugasnya mencarikan uang

bagi orang yang memeliharanya.

Page 91: budnus1

89 | P a g e

89 | P a g e

Beberpa orang Betawi memelihara anak ambar yang berupa roh. Anak ambar ini

dipelihara dalam kamar khusus, di dalamnya diberi perlengkaapn serba mini,

seperti tempat tudur kecil beserta kelambunya, bantal, guling, selop keci serta

diberi sajian pula. Orang yang memelihara anak ambar akan berdoa di dalam

kamar khusus tadi, apabila ia akan memulai suatu pekerjaan penting atau

keluarganya mendapat musibah. Pemelihara anak ambar ini juga dapat memberi

air putih yang dapat berfungsi sebagai obat setelah air tersebut disimpan di

kamar itu untuk beberapa lama. Menurit kepercyaan anak ambar ini adalah roh

anak si pemelihara yang mati karena lahir muda atau belum cukup umur ketika

dilahirkan. Ia dapat pula bukan ‘anak kandung’ di pemelihara, tetapi roh anak

yang datang dan minta dirawat. Benda-benda tertentu, seperti misalnya gong

atau kromong pada teater lenong, dianggap mempunyai roh yang menjaga

benda tersebut. Orang Betawi juga mengenal susuk, Susuk ini banyak digunakan

oleh para seniman teater Betawi, dan dianggap dapat membuat orang yang

memakainya terlihat lebih cantik, lebih gagah, atau suaranya lebih merdu dalam

mengisi suatu pertunjukan teater Betawi.

Orang Betawi juga mengenal dukun, yaitu orang yang memiliki kepandaian

dalam alam nyata sekaligus alam gaib. Dukun juga orang yang dapat

menyembuhkan suatu penyakit. Dukun yang mampu menyembuhkan penyakit

yang disebabkan oleh kekuatan gaib disebut dengan istilah ‘dukun’ saja,

sedangkan dukun yang menyembuhkan suatu penyakit biasa, misalnya patah

tulang, disebut dukun patah. Selain itu ada dukun beranak, yaitu dukun yang

membantu wanita melahirkan, yang dalam istilah Betawi disebut Mak Peraji.

5. Kesenian

a. Bangunan Terkenal

1) Monumen Nasional

2) Patung Dirgantara

b. Musik

1) Gambang Kromong, berasal dari seni musik Tionghoa

2) Rebana, berasal dari seni musik Arab

3) Kroncong Tugu, peninggalan orang Portugis. Kroncong yang sekarang

menjadi musik khas Indonesia, berasal dari pengembangan Keroncong Tugu.

Page 92: budnus1

90 | P a g e

90 | P a g e

4) Tanjidor, seni ini berasal dari Jaman Belanda. Terompet yang digunakan pun

sebagian besar keluaran masa itu

5) Samrah, dengan latar belakang Melayu. Sering diikuti dengan tarian, yang

disebut Tari Samrah.

c. Tari

1) Tari Samrah

2) Tari Cokek

3) Tari Yapong

4) Tari Topeng

5) Tari Zapin

6) Tari Blantek

d. Teater

1) Lenong

a) Lenong Denes; Menggunakan bahasa pengantar Melayu yang halus,

dialek Betawi yang digunakan bersifat resmi. Aktor dan aktrisnya

mengenakan busana formal. Kisahnya menggunaka seting kerajaan atau

lingkungan kaum bangsawan.

b) Lenong Preman; Menggunakan bahasa nonformal. Busana pemainnya

bebas. Kisahnya menggambarkan hidup keseharian yang sedang aktual,

kisah rakyat yang tertindas, yang mengundang kehadiran tokoh pendekar

taat ibadah yang melawan kesewenang-wenangan tuan tanah

2) Topeng Betawi; Mirip dengan Lenong, bedanya Topeng Betawi dibuka

dengan Tari Topeng penarinya bertopeng dengan busana berwarna merah

mencolok, mirip busana China. Seni ini banyak berkembang di daerah Betawi

Pinggir, seperti Depok, Pondok Gede dan Ciputat.

3) Topeng Jantuk

4) Topeng Blantek

5) Wayang Klitik

6) Wayang Kulit Betawi; Ceritanya tidak mengacu ke Ramayana dan

Mahabharata. Cerita yang dimainkan kontekstual dengan masyarakat sekitar.

Oleh karena itu penampilannya lebih bebas, lebih demokratis, menggunakan

Bahasa Indonesia pergaulan dengan logat Betawi.

Page 93: budnus1

91 | P a g e

91 | P a g e

Orang Betawi hanya menggemari cerita yang seru dan lucu, ada perang dan

kaya banyolan. Sepanjang perjalanan riwayatnya Wayang Kulit Betawi tampil

dengan penuh kesederhanaan, sehingga menepikan aspek estetika, moral,

dan falsafah. Ia semata-mata hiburan, tidak ada latar belakang

spiritualismenya seperti Wayang Golek dan Wayang Kulit Jawa.

e. Cerita Rakyat

1) Si Pitung

2) Si Jampang Tu Jagoan Tulen

3) Nyai Dasima

f. Ondel – Ondel

Sosok Ondel-ondel disimbolkan sebagai wujud leluhur atau nenek moyang yang

senantiasa melindungi para anak cucu atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel

berupa boneka, tingginya 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, dibuat dari anyaman

bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalam. Bagian

wajah berupa topeng atau kedok dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah

ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang

perempuan dengan warna putih

g. Senjata tradisional: bendo atau golok; Selain digunakan untuk keperluan sehari-

hari, juga digunakan dalam seni bela diri silat.

h. Pakaian Adat

Yang pria menggunakan tutup kepala (destar) dengan baju jas tutup yang

digunakan dengan stelan celana panjang. Dilengkapi dengan selembar kain batik

dilingkarkan pada bagian pinggang dan sebilah golok diselipkan di depan perut.

Para wanita memakai baju kebaya dengan selendang panjang yang menutupi

kepala serta kain batik.

Pada pakaian pengantin terlihat hasil proses asimilasi dari berbagai kelompok

etnis pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria

terdiri dari sorban, jubah panjang dan celana panjang yang dipengaruhi oleh

kebudayaan Arab, sedangkan pada pakaian pengantin wanita ada yang

menggunakan syangko (penutup kepala), baju model encim dan rok panjang

memperlihatkan adanya pengaruh kebudayaan Cina. Terompah yang digunakan

pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.

Page 94: budnus1

92 | P a g e

92 | P a g e

i. Rumah Adat

Rumah adat Betawi meskipun sudah langka, namun masih dapat dijumpai di

sekitar Marunda, Condet, Setu Babakan, maupun daerah pinggiran lainnya. Ada

empat tipe bentuk rumah tradisional, yaitu:

1) Rumah tipe Gudang dan Bapang berbentuk segi empat polos

2) ) Rumah tipe Kebaya memiliki beberapa bagian:

a) Langkan, yaitu bagian rumah yang berpagar rendah dan berfungsi

sebagai serambi, dibuat dari kayu atau bambu

b) Ruang depan, biasanya terbuka tanpa ada pintu, yang melambangkan

sifat Orang Betawi yang terbuka

c) Balai-balai dari bambu, merupakan perlengkapan utama dan terdapat di

ruang depan, fungsinya untuk menerima tamu

d) Atap dan wuwungan, jika dilihat dari depan tampak berbentuk segitiga

sama kaki dengan tambahan pet sebagai penahan panas atau hujan,

sedangkan dari samping tampak berbentuk trapezium. Bagian atap

(wuwungan) pada pertemuan sisi kaki segi tiga sama kaki dengan sisi

kaki trapezium disebut jurai. Jurai adalah genting yang dipasangkan atau

dipaku pada ander sebagai penghubng sisi kaki segi tiga dengan sisi kaki

trapezium yaitu untuk menahan air agar tidak masuk ke dalam rumah

e) Jendela bulat, biasanya terdapat di samping kiri atau kanan ruang depan,

ada yang ditutup dengan daun jndela, seringkali ditutup dengan jeruji.

Jendela bulat dikenal oleh Orang Betawi adalah sama sekali tidak

menggunakan daun jendela atau pun jeruji, yang disebut melompang

f) Jendela intip, dua buah jendela yang terdapat di kiri kanan pintu masuk ke

ruang dalam, yaitu jendela berjeruji kayu berukir dan tidak berdaun

jendela, fungsinya untuk mengintip tamu yang dating

g) Lantai rumah, baik lantai tanah maupun lantai rumah panggung biasanya

jauh lebih tinggi dari halaman rumah, maksudnya untuk nenghindari

masuknya air lebih tinggi dari halaman rumah, maksudnya untuk

nenghindari masuknya air ke dalam rumah, sedangkan rumah panggung

juga berfungsi untuk menghindari gangguan binatang atau gangguan

tamu di malam hari yang bermaksud kurang baik.

Page 95: budnus1

93 | P a g e

93 | P a g e

3) Rumah tipe Joglo, bagiannya adalah;

a) Ruang depan, merupakan ruang terbuka dengan kayu jati berukir sebagai

langkannya dan berfungsi sebagai tempat menerima tamu.

b) Ruang tamu khusus untuk wanita

c) Ruang tidur atau pangkeng

d) Pendaringan, berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan tempayan

berisi beras dan balai-balai kecil untuk meletakkan barang-barang

e) Tapang, ruang kecil dengan balai-balai yang berfungis serba guna, di

mana tersedia kendi dan peralatan minum lainnya

f) Dapur, terdapat tungku tradisional dengan tiga lubang biasanya terbuat

dari tanah liat

g) Kamar mandi, biasanya dilengkapi dengan padasan, sumur beserta

senggot-nya. Halaman rumah Betawi pada umumnya ditanami berbagai

macam tumbuhan. Bila halamannya luas, jenis pohon yang ditanam

adalah: rambutan, nangka, kecapi, jengkol, jamblang, duku, salak, dan

tangkil. Di sekitar rumah ditanami perdu yang berfungsi sebagai apotek

hidup, antara Lain: jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temu lawak, dan

beluntas.

j. Kuliner

1) Ketoprak

2) Bir pletok

3) Soto Mie

4) Rujak bebek

5) Toge goreng

6) Dodol Betawi

7) Kerak Telor

8) Ketupat Bebanci

9) Kue Akar Kelapa

10) Pucung Gabus

11) Nasi Ulam

12) Nasi Uduk

k. Permainan Anak Betawi

Page 96: budnus1

94 | P a g e

94 | P a g e

1) Gudu Kusir, dimainkan sedikitnya dua orang (gugu = gundu)

2) Gudu Lobang

3) Gasing

4) Bola Gebok

RANGKUMAN

1) Suku Betawi adalah suku yang multi etnis, karena pengaruh bangsa-bangsa yang

membentuk suku Betawi itu.

2) Hal itu juga tercermin dalam kebudayaannya, yang menyerap unsur-unsur

kebudayaan dari berbagai bangsa tersebut.

3) Karena demikian banyak pengaruh asing, maka sistem budayanya yang asli sulit

diketahui.

4) Mereka terlalu percaya diri, sehingga unsur kebudayaan luar yang positif sering

tidak mereka serap.

5) Mereka tidak mempunyai kemampuan berpikir yang baik, inteligensinya yang cukup

rendah dan minimnya pengetahuan ilmiah membuat mereka kalah dalam

persaingan. Dalam hal ekonomi mereka hanya bersaing dalam hal yang amat

rendah. Misalnya bersaing dalam hal mendapatkan penghasilan dari menjaga lahan

parkir, dan ini seri menjaikan mereka bentrok dengan kelompok Betawi yang lain.

6) Dari sistem sosialnya terlihat mereka suka menyatu ke dalam kelompok mereka

sendiri, tidak suka berbaur dengan suku bangsa yang lain. Dalam hal pendidikan,

pengaruh agama Islam kuat, sehingga pendidikan terutama hanya di pesantren atau

madrasah. Pendidikan formal tidak diminatinya.

7) Persebaran orang Betawi hanya sekitar Daerah Istimewa Jakarta saja. Mereka tidak

mencari penghasilan jauh dari tempat asalnya, antaa lain karena pendidikan formal

mereka yang rendah sehingga tidak dapat bersaing dengan etnis lain.

8) Bahasa mereka amat komunikatif, sehingga membuka peluang untuk menjadi

bahasa ‘gaul’ antar etnis.

9) Sumbangan terbesar masyarakat Betawi bagi bangsa Indonesia adalah penutup

kepalanya yang berupa peci hitam, yang menjadi ciri khas dari Bangsa Indonesia.

LATIHAN

1) Ceritakan bagaimana terbentuknya suku bangsa Betawi

2) Unsur kebudayaan asing mana sajakah yang terlihat pada upacara

perkawinannya?

3) Mengapa pendidikan formal tidak diminati oleh suku bangsa Betawi?

4) Sebutkan beberapa tokoh Betawi yang terlibat dalam perjuangan nasional, baik

perjuangan politik atau bidang lainnya!

5) Apa yang Anda ketahui tentang bir pletok?

Page 97: budnus1

95 | P a g e

95 | P a g e

BAB

KEBUDAYAAN MINANGKABAU

Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menunjukkan ciri-ciri khas Masyarakat Minang yang matrlinial,

bagaimaan pengaruh agama Islam, dan bagaimana kedudukan wanita.

8

Page 98: budnus1

96 | P a g e

96 | P a g e

A. Pendahuluan

Ada beberapa pendapat mengenai asal kata Minangkabau diantaranya:

1. Purbacaraka (dalam buku Riwayat Indonesia I) Minangkabau berasal dari kata

Minanga Kabawa atau Minanga Tamwan, yang maksudnya adalah daerah-daerah di

sekitar pertemuan dua sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan.

2. Van der Tuuk mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Phinang Khabu yang

artinya ’tanah asal’.

3. Sutan Mahmud Zain mengatakan kata Minangkabau berasal dari Binanga Kamvar

maksudnya muara Batang Kampar.

4. M.Hussein Naimar mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Menon Khabu

yang artinya tanah pangkal, tanah yang mulya.

5. Slamet Mulyana mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Minang Kabau.

Artinya, daerah-daerah yang berada di sekitar pinggiran sungai-sungai yang

ditumbuhi batang kabau (jengkol).

Dari berbagai pendapat itu dapat disimpulkan bahwa Minangkabau itu adalah suatu

wilayah yang berada di sekitar muara sungai yang didiami oleh penduduk sehingga

penduduk setempat disebut orang Minangkabau.

Wilayah budaya Minangkabau adalah wilayah tempat hidup, tumbuh, dan

berkembangnya kebudayaan Minangkabau. Wilayah kebudayaan ini cukup luas dan bahkan

melebihi luas administratif Provinsi Sumatera Barat sekarang. Batas wilayah Minangkabau

menurut tambo:

Sebelah Utara : Sikilang Aia Bangih

Sebelah Timur : Durian ditakuak rajo, Buayo Putiah Daguak, Sialang Balantak

Basi

Sebelah Selatan : Taratak Aia Itam, Muko-muko

Sebelah Barat : Ombak nan Badabua

Dalam pengertian geografis, wilayah Minangkabau terbagi atas wilayah inti yang

disebut darek dan wilayah perkembangannya yang disebut rantau dan pesisir.

1. Darek

Page 99: budnus1

97 | P a g e

97 | P a g e

Daerah dataran tinggi di antara pegunungan Bukit Barisan; di sekitar: gunung

Singgalan, gunung Tandikek, gunung Merapi dan gunung Sago. Daerah darek ini

dibagi dalam tiga luhak;

a) Luhak Tanah Datar sebagai luhak nan tuo, buminyo nyaman, aienyo janiah

ikannyo banyak (daerah yang tua, bumi yang nyaman, airnya jernih, ikannya

banyak)

b) Luhak Agam sebagai luhak nan tangah, buminyo angek, aienyo karuah, ikannyo

lia (daerah yang di tengah, buminya panas, airnya keruh, ikannya liar)

c) dan Luhak Limo Puluah Koto sebagai luhak nan bungsu, buminyo sajuak,

aienyo janiah, ikannyo jinak (daerah yang bungsu, buminya sejuk, airnya jernih,

ikannnya jinak).

2. Rantau

Setelah wilayah darek menjadi cukup padat untuk ditempati, masyarakat Minang

kemudian keluar menyebarkan kebudayaan ke daerah sekitarnya. Mereka

kemudian menetap dan mengembangkan kebudayaan Minangkabau. Wilayah

rantau meliputi daerah pantai timur Sumatera. Ke utara luhak Agam; Pasaman,

Lubuk Sikaping dan Rao. Ke selatan dan tenggara luhak Tanah Data; Solok Silayo,

Muaro Paneh, Alahan Panjang, Muaro Labuah, Alam Surambi Sungai Pagu, Sawah

lunto Sijunjung, sampai perbatasan Riau dan Jambi, daerah ini disebut sebagai ikue

rantau.

Kemudian rantau sepanjang iliran sungai sungai besar; Rokan, Siak, Tapung,

Kampar, Kuantan/Indragiri dan Batang Hari. Daerah ini disebut Minangkabau Timur

yang terdiri dari:

a) Rantau 12 koto

b) Rantau Nan Kurang Aso Duopuluah (rantau Kuantan)

c) Rantau Bandaro nan 44 (sekitar Sungai Tapuang dengan Batang Kampar)

d) Rantau Juduhan (rantau Y.D.Rajo Bungsu anak Rajo Pagaruyung; Koto Ubi,

Koto Ilalang, Batu Tabaka)

e) Negeri Sembilan

3. Pesisir: Daerah sepanjang pantai barat Sumatera

Dari utara ke selatan; Meulaboh, Tapak Tuan, Singkil, Sibolga, Sikilang, Aie Bangih,

Tiku, Pariaman, Padang, Bandar Sapuluah, terdiri dari; Air Haji, Balai Salasa,

Page 100: budnus1

98 | P a g e

98 | P a g e

Sungai Tunu, Punggasan, Lakitan, Kambang, Ampiang Parak, Surantiah, Batang

kapeh, Painan (Bungo Pasang), seterusnya Bayang nan Tujuah, Indrapura, Kerinci,

Muko-muko, Bengkulu.

B. Sistem Budaya

Di Minangkabau ada tiga jenis pemimpin, yaitu niniak mamak (penghulu), alim ulama,

dan cadiak pandai. Ketiganya dikenal sebagai tungku tigo sajarangan atau tali nan tigo

sapilin/tali tiga satu pilinan.

1. Tiga jenis pemimpin/tali tiga pilihan:

a. Niniak Mamak (Panghulu) adalah pemimpin dalam urusan adat, orang yang

dituakan dalam kaum. Meliputi penghulu adat dan pembantu-pembantu

utamanya. Sehari-hari ia dipanggil datuak.

b. Alim Ulama adalah pemimpin dalam urusan agama, orang yang memiliki ilmu

agama yang luas dan iman yang dalam. Disebut juga suluah bendang dalam

nagari, maksudnya berfungsi sebagai penerang kehidupan. Sehari-hari ia

dipanggil angku, ustadz, buya, syekh, tuangku, dll.

c. Cadiak Pandai adalah pemimpin disebabkan ia memiliki pengetahuan dan

wawasan yang luas, serta arif dan bijaksana.

2. Adat di Minangkabau, ada empat tingkatan:

a. Adat Nan Sabana Adat; Adat nan sabana adat adalah kenyataan yang berlaku

tetap di alam, ia menempati kedudukan tertinggi dari empat jenis adat di

Minangkabau, dan berfungsi sebagai landasan utama dari norma, hukum, dan

aturan-aturan masyarakat Minangkabau. Semua hukum adat, ketentuan adat,

norma kemasyarakatan, dan peraturan-peraturan yang berlaku di Minangkabau

bersumber dari adat nan sabana adat.

b. Adat Nan Diadatkan; Adat Nan Diadatkan adalah adat buatan yang direncanakan

c. Adat Nan Taradat; Adat Nan Taradat adalah ketentuan adat yang disusun di

nagari/daerah (adat selingkungan nagari).

d. Adat Istiadat; Adat istiadat merupakan aturan adat yang dibuat dengan mufakat

niniak mamak dalam suatu nagari sesuai dengan alua jo patuik, patuik jo

mungkin (alur kepatutan, patut dengan mungkin).

3. Perkawinan

a. Bentuk perkawinan;

Page 101: budnus1

99 | P a g e

99 | P a g e

1) Perkawinan dalam suku/nagari; Ini adalah bentuk perkawinan yang lebih

dianjurkan. Namun yang ideal lagi adalah perkawinan antar keluarga

terdekat, seperti: menikahi anak mamak (pulang ka mamak) atau menikahi

kamanakan bapak (pulang ka bako).

2) Perkawinan luar suku; Ini berarti menikah dengan orang non-Minangkabau.

Perkawinan dengan perempuan dari luar suku Minangkabau tidak disukai

karena bisa merusak struktur adat. Si anak tidak akan mempunyai suku.

Sebaliknya, perkawinan dengan laki-laki luar suku Minangkabau tidak

dipermasalahkan, karena tidak merusak struktur adat dan anak tetap

mempunyai suku/marga dari ibunya.

3) Perkawinan terlarang (perkawinan pantang)

a) Perkawinan yang dilarang sesuai syariat Islam, seperti menikahi ibu

ayah, saudara, anak saudara seibu dan sebapak (incest).

b) Perkawinan yang merusak sistem adat, yakni menikahi orang yang setali

darah menurut garis ibu, orang sekaum, atau orang sesuku/semarga.

c) Perkawinan untuk memelihara kerukunan sosial, seperti menikahi orang

yang diceraikan kerabat, memadu perempuan yang sekerabat, menikahi

anak tiri saudara kandung, atau menikahi orang yang dalam

pertunangan.

Orang yang tetap melakukan perkawinan terlarang ini akan diberi sanksi,

misalnya membubarkan perkawinan itu, diusir dari kampung, atau hukum

denda dengan meminta maaf pada semua pihak pada suatu perjamuan

dengan memotong seekor atau dua ekor hewan ternak.

b. Tahapan-tahapan upacara perkawinan:

1) Pinang Maminang: Acara ini diprakarsai pihak perempuan

2) Batimbang Tando: adalah upacara pertunangan

3) Malam Bainai:adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun pacar/inai

yang telah dilumatkan

4) Pernikahan: Acara pernikahan diadakan di rumah anak daro/mempelai

wanita atau di masjid

Page 102: budnus1

100 | P a g e

100 | P a g e

5) Basandiang dan Perjamuan; Basandiang adalah duduknya kedua pengantin

di pelaminan untuk disaksikan tamu-tamu

6) Manjalang: merupakan acara berkunjung. Acara ini dilaksanakan di rumah

marapulai (pengantin laki-laki). Para kerabat menanti anak daro/mempelai

wanita yang datang manjalang.

4. Upacara – Upacara Adat

a. Batagak Panghulu: Upacara pengangkatan panghulu

b. Batagak Rumah: Upacara mendirikan rumah gadang

c. Upacara Turun Mandi: Upacara turun mandi dimaksudkan untuk menghormati

keturunan yang baru lahir

d. Upacara Kekah: Upacara kekah (akikah) merupakan syariat agama Islam

e. Upacara Sunat Rasul:juga merupakan syariat Islam, tanda pendewasaan bagi

seorang anak

f. Upacara Tamaik Kaji: diadakan bila seorang tamat membaca Al-Quran

g. Upacara Kematian

C. Sistem Sosial

Adat dan budaya Minangkabau bercorakkan keibuan (matrilineal), dimana pihak

perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka (harta pusaka tinggi) dan kekerabatan.

Sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang datuk, Datuk

Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Kedua datuk ini memiliki hubungan

darah seibu, namun beda bapak.

Datuk Katumanggungan merupakan anak dari Maharaja Diraja dan Indo Jati atau yang

dikenal juga dengan Puti Indo Jalito atau Puti Calita. Karena berasal dari keturunan raja,

datuk Ketumanggungan kemudian menggagas lareh (keselarasan) Koto Piliang yang

bersifat aristokratis. Setelah meninggalnya Maharaja Diraja, Puti Indo Jalito menikah dengan

Cati Bilang Pandai, dan kemudian mempunyai anak bernama Perpatih Nan Sabatang.

Berbeda dengan Koto Piliang, keselarasan yang digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang

bersifat demokratis.

Lareh (laras) adalah adalah dasar pemerintahan menurut adat Minangkabau. Kelarasan

adalah sistem pemerintahan menurut adat Minangkabau.

Page 103: budnus1

101 | P a g e

101 | P a g e

Perbedaan antara kedua keselarasan tersebut tampak pada tabel di bawah ini:

Koto Piliang Bodi Caniago

Dikembangkan dan dipimpin oleh Datuak

Katumangguangan

Dikembangkan dan dipimpin oleh Datuak

Parpatiah Nan Sabatang

Berpusat pada pimpinan Berdaulat pada rakyat

Semboyannya titiak dari ateh (menetes dari

atas)

Semboyannya mambasuik dari bumi

(terpancar dari dalam bumi)

Bersifat otokratis Bersifat demokratis

Pengambilan keputusan berpedoman pada

kebijaksanaan dari atas. Segala bentuk

keputusan datangnya dari atas. Masyarakat

tinggal menerima apa yang telah ditetapkan.

Pengambilan keputusan mengutamakan

kata mufakat. Keputusan diambil

berdasarkan kesepakatan bersama, bukan

hanya berasal dari pimpinan saja, akan

tetapi masyarakatnya ikut dilibatkan.

Penggantian gelar pusaka secara mati

batungkek budi (mati bertongkat budi),

artinya penghulu baru bisa diganti jika

sudah meninggal

Penggantian gelar pusaka secara hiduik

bakarelaan (hidup dengan ber-keikhlasan),

artinya penghulu bisa diganti jika sudah

tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya

Pewarisan gelar disebut patah tumbuah Pewarisan gelar disebut gadang bagilia,

Cati Bilang

Pandai

Dt Parpatiah Nan

Sabatang

Dt Katumanggungan

Bodi Chaniago Koto Piliang

Maharaja Diraja Puti Indo Jalito

Page 104: budnus1

102 | P a g e

102 | P a g e

hilang baganti (patah tumbuh hilang

berganti), artinya gelar penghulu harus tetap

di pihak mereka yang saparuik (serahim).

artinya gelar penghulu boleh digilirkan pada

kaum mereka walau bukan saparuik,

asalkan melalui musyawarah adat

Rumah gadang mempunyai anjung pada

lantai kiri dan kanan

Rumah gadang lantainya rata saja dari

ujung sampai pangkal

Menurut tambo, daerah kebesarannya:

1. Langgam Nan Tujuah

2. Basa Ampek Balai

Susunan kebesaran ini dinamakan Lareh

Nan Panjang.

Menurut tambo, daerah kebesarannya:

1. Tanjuang Nan Ampek

2. Lubuak Nan Tigo

Susunan kebesaran ini dinamakan Lareh

Nan Bunta.

Penghulunya bertingkat-tingkat, disebut

pucuak bulek, urek tunggang (pucuk bulat,

urat terhujam), Tingkatannya adalah

panghulu pucuak, panghulu kaampek suku,

dan panghulu andiko.

Kekuasaan penghulu sama di nagari,

disebut pucuak tagerai (pucuk tergerai).

Secara garis besar faktor-faktor yang mengikat kaum ini adalah sebagai berikut:

1. Seketerunan; Orang yang sekaum merupakan orang yang satu keturunan

2. Sehina Semalu; Anggota yang berbuat melanggar adat akan mencemarkan nama

seluruh anggota kaum.

3. Sepandam Sepekuburan; sepandam sepekuburan dengan pengertian satu kaum

dikuburkan pada lahan milik kaum tersebut.

4. Orang Yang Sekaum Seberat Seringan; “Kaba baiak baimbauan, kaba buruak

bahambauan” (kabar baik dihimbaukan, kabar buruk berhamburan). Artinya bila ada

sesuatu yang baik untuk dilaksanakan seperti perkawinan, berdoa dan lain-lain maka

kepada sanak saudara hendaklah diberitahukan agar mereka datang untuk

menghadiri acara yang akan dilaksanakan, tetapi sebaliknya semua sanak famili

akan berdatangan, jika mendengar kabar buruk dari salah seorang anggota

keluarganya tanpa dihimbau. Sebagai contohnya seperti ada kematian atau mala

petaka.

Page 105: budnus1

103 | P a g e

103 | P a g e

5. Orang Yang Sekaum Seharta Sepusaka; Harta pusaka (harta pusaka tinggi)

merupakan milik bersama. Ada dua jenis harta pusaka yaitu harta pusaka tinggi, dan

harta pusaka rendah.

a. Harta pusaka tinggi adalah harta yang diwarisi secara turun temurun dari

beberapa generasi menurut garis keturunan ibu. Harta ini dapat berupa tanah,

rumah gadang, sawah, ladang, kebun, tabek (kolam), dan pandam pakuburan.

Harta pusaka tinggi adalah harta orang banyak (harta kaum) yang turun

temurun setelah lebih dari 5 generasi. Dalam hal ini, kaum ibu hanya

mempunyai hal milik, namun hak kuasa ada pada mamak (saudara laki-laki

ibu).

Harta pusaka tinggi tidak dapat dijual atau digadaikan begitu saja. Harus ada

sebab yang kuat dan ada kata sepakat di dalam kaum/suku tersebut. Ada empat

ketentuan adat yang memperbolehkan penggadaian harta pusaka:

1) Rumah Gadang Katirisan (Rumah gadang ketirisan, atau untuk perbaikan

rumah gadang)

2) Gadih gadang alun balaki (gadis gadang yang belum bersuami, atau untuk

menyelenggarakan upacara perkawinan)

3) Mayik tabujua diateh rumah (mayat terbujur di atas rumah, atau untuk

menyelenggarakan upacara pemakaman jenazah)

4) Mambangkik batang tarandam (membangkitkan batang terendam, atau untuk

malewakan gala/upacara pengangkatan penghulu)

b. Sedangkan harta pusaka rendah adalah harta pencaharian suami-istri

selama perkawinan. Harta ini diwariskan menurut hukum Waris Islam.

Garis kekerabatan yang berkaitan dengan kaum ini adalah jurai. Sebuah kaum

merupakan kumpulan dari jurai dan tiap jurai tidak sama jumlah anggotanya.

Setiap jurai membuat rumah gadang pula, tetapi rumah gadang asal tetap

dipelihara bersama sebagai rumah pusaka kaum. Pimpinan tiap jurai ini disebut

tungganai atau mamak rumah sebuah anggota jurai, yang berasal dari satu

kaum. Pecahan dari jurai disebut samande (seibu) yaitu ibu dengan anak-

anaknya.

D. Kebudayaan Fisik

Page 106: budnus1

104 | P a g e

104 | P a g e

1. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yang meliputi:

a. Bahasa Minangkabau: Bahasa Minangkabau memiliki beberapa dialek seperti

dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan dan dialek

Payakumbuh.

b. Bahasa Batak: Dialek yang digunakan berupa dialek Mandailing, yang biasanya

digunakan suku Batak Mandailing di daerah Pasaman, yaitu daerah di sekitar

perbatasan Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

c. Bahasa Mentawai: Bahasa Mentawai yang digunakan oleh penduduk yang

bertempat tinggal di daerah Mentawai yang berupa kepulauan dan terletak

beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat.

Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah sebuah bahasa Austronesia yang

digunakan oleh kaum Minangkabau di Sumatera Barat, di barat Riau, Negeri

Sembilan (Malaysia), dan juga oleh penduduk yang telah merantau ke daerah-

daerah lain di Indonesia.

2. Sistem Organisasi Sosial

Kelompok kekerabatan masyarakat yaitu paruik, kampuang, dan suku. Suku dipimpin

oleh seorang penghulu suku, sedangkan kampuang oleh penghulu andiko atau

datuak kampuang. Di samping memiliki seorang penghulu suku, sebuah suku juga

mempunyai seorang dubalang atau manti. Dubalang bertugas menjaga keamanan

sebuah suku, sedangkan manti berhubungan dengan tugas-tugas keamanan.

Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah

otonom dengan kekuasaan tertinggi. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang

terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini

disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN).

Nagari adalah suatu tempat atau wilayah yang mengandung satu kesatuan wilayah,

satu kesatuan masyarakat, dan satu kesatuan adat. Nagari sebagai kesatuan adat

memiliki kebebasan untuk mengurus nagarinya sendiri sesuai adat yang berlaku.

Dalam pituah adat disebut kusuik bulu paruah manyalasaikan, kusuik paruah bulu

manyalasaikan (kusut bulu paruh menyelesaikan, kusut paruh bulu menyelesaikan).

Pemerintahan di sebuah nagari diatur menurut tingkatan berikut:

Page 107: budnus1

105 | P a g e

105 | P a g e

a. Suku, dipimpin oleh mamak/penghulu suku

b. Buah Paruik (kumpulan orang sekaum), dipimpin oleh mamak/penghulu kaum

c. Rumah Gadang, dipimpin oleh tungganai

d. Kampuang (kumpulan rumah gadang yang berdekatan), dipimpin oleh tuo

kampuang/kepala kampong.

Di dalam nagari biasanya terdapat sebuah masjid, sebuah balai adat, dan pasar.

Mesjid merupakan tempat untuk beribadah, balai adat merupakan tempat sidang-

sidang adat diadakan. Sedangkan pasar dan kantor kepala nagari terletak pada

pusat desa atau pada pertengahan sebuah jalan memanjang dengan rumah-rumah

kediaman di sebelah kiri dan kanannya. Nagari terdiri dari dua bagian utama, yaitu

daerah nagari dan taratak. Nagari ialah daerah kediaman utama yang dianggap

pusat sebuah desa. Halnya berbeda dengan taratak yang dianggap sebagai daerah

hutan dan ladang.

3. Sistem Pengetahuan

Alam takambang jadi guru merupakan filosofi yang dianut oleh orang Minangkabau.

Alam takambang/Alam terkembang selain sebagai tempat hidup, mereka menjadikan

alam sebagai tempat belajar (guru). Hukum alam menjadi sumber inspirasi yang

dijadikan pedoman untuk merumuskan nilai-nilai dasar bagi norma-norma yang akan

menuntun mereka dalam berfikir dan berbuat. Nilai dasar utama yang menjadi

pegangan mereka adalah bahwa manusia itu harus belajar dari pengalaman. Dari

pengalaman mereka bergaul dengan alam, mereka melihat keteraturan dan

perubahan.

Anak-anak lelaki usia 7 tahun biasanya akan meninggalkan rumah mereka untuk

tinggal di surau di mana merka diajarkan ilmu agama dan adat Minangkabau. Di usia

remaja, mereka digalakkan untuk meninggalkan perkampungan mereka untuk

menimba ilmu di sekolah atau menimba pengalaman di luar kampung dengan

harapan mereka akan pulang sebagai seorang dewasa yang lebih matang dan

bertanggungjawab kepada keluarga dan nagari (kampung halaman).

Selain dikenali sebagai seorang pedagang, masyarakat Minangkabau juga berhasil

melahirkan beberapa penyair, penulis, negarawan, ahli fikir dan para ulama.

4. Sistem Teknologi

a. Arsitektur Rumah Gadang

Page 108: budnus1

106 | P a g e

106 | P a g e

Merunut cerita yang dipertahankan, nenek moyang orang Minangkabau datang

ke daratan sebagai pelaut yang handal. Termasukdalam teknik pembuatan kapal.

Sehingga rancangan rumah gadang ini dibuat berbentuk kapal.

b. Songket Minang

Kain songket terdiri dari tiga jenis, yaitu benang satu, dua, dan empat.Motif kain

disebut juga cukie.Tenun songket Pandai Sikek seluruhnya dikerjakan dengan

tangan.

c. Bordir,dan Sulaman

5. Sistem Ekonomi

Sebagian besar masyarakat hidup dari

a. Bercocok tanam

b. Menangkap ikan

c. Berdagang

Membuat kerajinan tangan: kerajinan perak bakar dari Koto Gadang, dan kain

songket dari Silukang.

6. Sistem Religi

Islam merupakan agama yang dianut mayoritas masyarakat Minangkabau.

Adat dan agama berjalan beriringan, namun jika terdapat perbedaan atau

pertentangan, maka adat akan mengalah.

Berikut tiga tahap penyesuaian yang terjadi antara agama dan adat:

a. Adat dan syara’ berjalan sendiri-sendiri tanpa saling mempengaruhi

b. Adat dan syara’ sama-sama saling membutuhkan tanpa menggeser kedudukan

masing-masing

c. Adat hanya boleh diikuti dan diberlakukan bila bersesuaian dengan ajaran

agama Islam.

Dalam sejarah, timbulnya Perang Paderi yang disebabkan pertentangan Kaum Adat

dan Kaum Agama (Islam), timbul karena politik adu domba Belanda. Namun kaum

adat dan kaum agama segera mencari penyelesaian. Awal abad XIX dilaksanakan

pertemuan Pangulu Tigo Luhak beserta ulamanya. Pertemuan ini melahirkan

Piagam Bukik Marapalam yang menegaskan bahwa antara adat dan Islam tidak

bertentangan.

Page 109: budnus1

107 | P a g e

107 | P a g e

Adat bapaneh, syarak balinduang maksudnya adat bagaikan tubuh, agama sebagai

jiwa. Antara tubuh dan jiwa tidak bisa dipisahkan. Syarak mangato, adat mamakai

maksudnya syarak memberikan hukum dan syariat, adat mengamalkan apa yang

difatwakan agama. Simpulan piagam ini lazim disebut adat jo syarak sanda-

manyanda, kemudian lebih dikenal lagi dengan adat basandi syarak, syarak basandi

kitabullah.

7. Kesenian

a. Silat

Silat adalah seni beladiri tradisional Minangkabau. Ada dua macam:

1) Pencak silat, yaitu silat yang biasa digunakan untuk tari-tarian pertunjukan.

Gayanya seperti gerakan silat, tapi tidak untuk menciderai lawan, tetapi

hanya sebagai hiburan.

2) Silat (silek), yaitu yang bertujuan untuk bela diri. Pesilat disebut pandeka. Ia

punya aturan sendiri, yaitu musuah indak dicari, jikok basuo pantang

diilakkan

b. Randai: adalah teater arena. Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup

di tengah masyarakat. Fungsinya sebagai seni pertunjukan untuk hiburan;

sebagai penyampai pesan, nasihat, dan pendidikan.

c. Sepak Rago: merupakan sebuah olahraga tradisional. Permainannya mirip sepak

takraw. Bedanya, bola sepak rago terbuat dari daun kelapa muda yang dianyam

dan berbentuk kubus. Jumlah pemain antara 5 – 10 orang.

d. Tarian Rakyat; Ada tiga macam tarian rakyat, yaitu:

1) Tarian pencak, yaitu tarian yang gerakannya menyerupai pencak. Contoh:

Tari Sewah, Tari Alo Ambek, Tari Galombang.

2) Tarian perintang, yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemudi untuk

kegembiraan dan perintang waktu.

3) Tarian kaba, yaitu tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Contoh: Tari

Si Kambang, Tari Ilau, Tari Tupai Janjang Tari Barabah Mandi.

e. Gamat

Gamat adalah kesenian Melayu yang melibatkan seni tari, seni suara, dan seni

musik. Gamat biasanya dimainkan dalam acara keramaian. Contoh: Tari Payung,

Tari Selendang, dan Tari Saputangan.

Page 110: budnus1

108 | P a g e

108 | P a g e

f. Tabuik; Tabuik berkembang di daerah pesisir, khususnya Pariaman. Tabuik

diselenggarakan tiap tahun. Permainan ini merupakan upacara peringatan

terbunuhnya Husein, cucu Rasulullah SAW. Acara dimulai pada 1 Muharram

dengan mengambil tanah ke dasar sungai, melambangkan mengambil jasad

Husein. Hari berikutnya tabuik mulai dibuat. Tabuik berbentuk keranda untuk

mengusung mayat. Pada hari ke lima, tengah malam, orang mengambil pohun

pisang dengan memancungnya dengan parang sekali putus. Ini melambangkan

pembalasan putra Husein. Hari ke tujuh dimulai dengan mengarak jari-jari,

semacam maket sebuah kubah. Ini mengisahkan pengikut Husein yang mencari

jari-jari dan serpihan tubuh Husein yang dicincang musuh. Hari ke sembilan,

mereka mengarak sorban Husein yang ditemukan. Acara puncak arak-arakan

tabuik berlangsung pada hari ke sepuluh.

g. Karawitan; Minangkabau memiliki alat musik khas. Alat musik ini biasanya

digunakan untuk mengiringi tari-tarian.

1) Alat musik tiup: saluang, bansi, pupuik batang padi, sarunai, pupuik tanduak

2) Alat music pukul : talempong, canang, tambur, rabano, indang, gandang,

adok

3) Alat music gesek

h. Karya Sastra

Ciri umum karya sastra Minangkabau:

1) Menggunakan bahasa Minangkabau

2) Berlatarbelakang budaya Minangkabau

3) Berbicara tentang manusia dan kemanusiaan Minangkabau

4) Berbicara tentang hidup dan kehidupan masyarakat Minangkabau

5) Diwarnai oleh kesenian Minangkabau.

Karya sastra Minangkabau dibedakan atas dua jenis, yaitu puisi dan prosa.

Contoh puisi: pasambahan adat, pantun, talibun, seloka, gurindam. Contoh

prosa: Sabai Nan Aluih, Rancak di Labuak.

RANGKUMAN

1) Kebudayaan ini memiliki ciri khas tersendiri dengan menarik garis keturunan

berdasarkan garis keturunan ibu (matriakat/matrilineal).

2) Budaya yang unik, bersumber pada gejala-gejala alam dengan filosofis Alam

Takambang Jadi Guru.

3) Masyarakat Minangkabau terkenal dengan budaya merantau

4) Orang Minangkabau adalah penganut agama Islam yang baik. Pentingnya agama

tergambar dalam kata-kata Adat Basandi Syarak. Syarak Basandi Kitabullah.

Page 111: budnus1

109 | P a g e

109 | P a g e

LATIHAN

A. Pilihan Ganda 1. Upacara memperingati wafatnya Hasan dan Husein di bulan Muharram juga

terdapat di Minangkabau. Upacara tersebut adalah…

a. Tabuik

b. Randai

c. Malewakan gala

d. Batagak rumah

2. Upacara memperingati wafatnya Hasan dan Husein di bulan Muharram juga

terdapat di Minangkabau. Upacara tersebut adalah…

e. Tabuik

f. Randai

g. Malewakan gala

h. Batagak rumah

Page 112: budnus1

110 | P a g e

110 | P a g e

2. Di utara, wilayah Minangkabau berbatasan dengan...

a. Durian ditakuak rajo, buayo putiah daguak, sialang balantak basi

b. Sikilang aia bangih

c. Ombak nan badabua

d. Taratak aia itam, Muko-muko

3. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan..

a. Patrilineal

b. Matrilineal

c. Uxorilokal

d. virilokal

4. Laras Koto Piliang yang digagas Datuk Ketumanggungan mempunyai

karakteristik, kecuali:

a. Sifat otokratis

b. Sifat demokratis

c. Kebijakan dari atas

d. Berpusat pada pimpinan

5. Perkawinan yang terlarang dalam budaya Minangkabau adalah:

a. Menikahi anak mamak/paman

b. Menikahi orang yang berbeda suku/marga

c. Menikahi kamanakan bapak

d. Menikahi orang yang diceraikan kerabat

6. Harta pusaka tinggi pada prinsipnya tidak dapat dijual/digadaikan dalam

keadaan mendesak/tidak ada harta lain, kecuali untuk..

a. Modal usaha

b. Perbaikan rumah gadang

c. Menunaikan ibadah haji

d. Biaya pendidikan anak

7. Titiak dari ateh merupakan sebutan untuk keselarasan..

a. Koto Piliang

b. Bodi Chaniago

c. Tanjung

d. Mandailing

8. Alat musik berikut merupakan alat musik tiup di Minangkabau, kecuali..

a. Saluang

b. Silek

c. Gamat

d. Tabuik

Page 113: budnus1

111 | P a g e

111 | P a g e

9. Musuah indak dicari, jikok basuo pantang diilakkan merupakan aturan yang di

kenal di...

a. Randai

b. Silek

c. Gamat

d. Tabuik

10. Dalam sastra Minang, dikenal adanya pameo (kalimat yang dilihat artinya

nampak berlawanan bahkan tidak mungkin terjadi). Yang termasuk pameo

adalah...

a. Anak dipangku, kemenakan dibimbing

b. Berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir

B. Essai

1. Hidup masyarakat di Minangkabau tidak lepas dari adat. Pentingnya adat

tergambar dalam kata-kata adat Hiduik dikanduang adat.

a. Sebutkan dan jelaskan 4 jenis adat yang ada di minangkabau!

b. Kalau terjadi pertentangan antara adat dan agama, apa yang akan

terjadi? Bagaimana proses penyesuaian yang terjadi antara agama dan

adat?

2. Uraikan timbulnya “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”

3. Di Minangkabau dikenal adanya unsur pimpinan yang disebut “tigo tungku

sajarangan”. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tigo tungku sajarangan!

4. Apa yang dimaksud dengan lareh? Sebutkan 2 jenis lareh dan perbedaan

diantara kedua lareh itu!

5. Apa itu nagari?

Page 114: budnus1

112 | P a g e

112 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Aryandini, Woro. Manusia Dalam Tinjauan ilmu Budaya Dasar.Jakarta: UI Press, 2000.

Edi Sedyawati. “Merenungkan Multikulturalisme” . 1999.Direktorat Jenderal Kebudayaan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

___________. “Dinamika Perkembangan Kebudayaan Nasional”.Sarasehan Budaya,

Jakarta, 5 Jui 2007

Koentjaraningrat. Manuasi Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1979

_____________. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1980.

Melalatoa, M. Junus. Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia. Jilid A-K . Jakarta:

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1995.

_____________. . Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia. Jilid L-Z. Jakarta: Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1995.

Sayidiman. Pembebasan Budaya-budaya Kita. 1999

Soekmono, R. Pengantar Sejarah Kebudayayayn Indonesia. Jld I,II,III. Yogyakarta:

Yayasan Kanisuius, 1984

http://www.wikipedia.org/

Page 115: budnus1

113 | P a g e

113 | P a g e

BIODATA KETUA TIM PENULIS

Nama : Woro Aryandini Alamat korespondensi : Kompleks Griya Depok Asri Blok G I No. 23 Depok 16411 Telp./Faks : 0217708054; HP : 085216759933 E-mail : [email protected] Riwayat Pendidikan

Tahun Lulus

Perguruan Tinggi Bidang Spesialisasi

S-1 Universitas Indonesia Fakultas Sastra S-2 Universitas Indonesia Program Studi Antropologi S-3 Universitas Indonesia Bidang Ilmu PengetahuanBudaya

Nama mata kuliah yang diasuh

No Nama Mata Kuliah

1 Bahasa Indonesia

2 Budaya Nusantara

3 Logic Riwayat Pekerjaan a. Pengajar

1985-1996 : Dosen Fakultas Sastra Universitas Indonesia

1985-sekarang : Dosen pada beberapa Perguruan Tinggi

Swasta di Jakarta

1998 : Dosen tamu pada The Amsterdam-Maastrich

Summer University

b. Peneliti: 1998-sekarang

c. Konsultan : 2003-sekarang

Judul Karya Ilmiah / Buku:

a. Citra Bima Dalam Kebudayaan Jawa. UI Press, 2000)

b. Manusia Dalam Tinjauan Ilmu Budaya Dasar (UI Press, 2000)

c. Wayang Dan Lingkungan (UI Press, 2002)

d. Garuda As A Cultural Identity (UI Press, 2002)

Page 116: budnus1

114 | P a g e

114 | P a g e

Organisasi : a. Koninklijk Institut voor Taal, Land en Volkenkunde

b. Ikatan Alumni Universitas Indonesia

c. Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia

d. Lingkaran Peminat Semiotik

e. Himpunan Tekstil Indonesia (Indonesian Textile Society)

f. Persaudaran Sastra Daerah Indonesia

g. International Council of Museums (ICOM)

h. Javanologi

Bidang Keahlian/

Bidang Minat Penelitian: Humaniora

………………, Oktober 2011 Dr. Woro Aryandini, SS, MSi