budidaya cacing sutra
TRANSCRIPT
BUDIDAYA CACING SUTRA (Tubifex sp.)
MENGGUNAKAN MEDIA DARI KOTORAN AYAM
Dosen pengampu :
Disusun oleh:
Tia Yulianingsih (10680020)
Yuliani Afitasari (10680046)
Luluk Hamidah (10680059)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012
BUDIDAYA CACING SUTRA (Tubifex sp.) MENGGUNAKAN MEDIA DARI
KOTORAN AYAM
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Cacing Sutra (Tubifex sp.) atau cacing rambut merupakan salah satu jenis pakan
alami yang sesuai untuk pakan larva ikan hias maupun ikan konsumsi. Cacing Sutra pada
fase awal (larva) memiliki kandungan nutrisi (protein 57% dan lemak 13%) yang baik
untuk pertumbuhan ikan dan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva, disamping itu
harganya lebih murah dibanding artemia. Cacing ini banyak ditemukan di perairan sungai
yang dangkal dengan aliran air yang kecil. Namun pada musim hujan dimana sungai
meluap cacing ini sulit didapatkan. Untuk menjaga ketersediaan cacing sutra sebagai
pakan alami larva ikan, maka harus dilakukan kultur dengan penambahan nutrisi sebagai
makananya dari media yang digunakan seperti dedak halus, ampas tahu atau kotoran
ayam.
Pembudidayaan cacing sutra ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar siswa
pada materi pokok vermes SMA kelas XI semester 2. Oleh karena itu, kegiatan ini
penting dilaksanakan dalam rangka meningkatkan motivasi dan ketrampilan siswa serta
memanfaatkan fasilitas lingkungan sekolah seperti kolam, atau parit yang belum
dimanfaatkan dengan baik.
2. Tujuan
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan bertujuan untuk membudidayakan
cacing sutra dengan menggunakan jenis pupuk dan media yang sesuai (kotoran ayam)
untuk pertumbuhan cacing sutra (Tubifex sp). Selain itu untuk mengetahui dosis pupuk
yang sesuai dalam pelaksananan kultur cacing sutra, serta sebagai salah satu media
pembelajaran bagi siswa dalam mengenal jenis-jenis cacing yang hidup diperairan.
3. Luasan
Permasalahan yang akan diteliti hanya sebatas kepada pembudidayaan cacing
sutra dengan menggunakan media kotoran ayam. Langkah-langkah yang
diperlukan dalam pembudidayaan cacing sutra secara umum yaitu: limbah organic
berupa kotoran ayam dan lumpur halus (substrat) dimasukkan kedalam media
kolam didiamkan selama beberapa hari kemudian dimasukkan indukan cacing
sutra dan macam-macam organisme pendukung seperti enceng gondok dan hydra.
B. KAJIAN PUSTAKA
Klasifikasi cacing sutra ialah Phylum: Annelida, Kelas : Oligochaeta, Ordo:
Haplotaxida, Famili: Tubificidae, Genus: Tubifex , Spesies : Tubifex sp.. Cacing ini
mudah dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah
kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1 – 2 cm,
terdiri dari 30 – 60 segmen atau ruas. Berkembang biak pada media yang mempunyai
kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2 – 5 ppm, kandungan ammonia <1 ppm, suhu
air berkisar antara 28 – 30 0C dan pH air antara 6 – 8.
Habitat dan persebaran cacing sutra umumya di daerah tropis yaitu banyak
terdapat di saluran air atau kubangan dangkal berlumpur yang airnya mengalir perlahan.
Dasar perairan yang banyak mengandung bahan-bahan organik terlarut merupakan
habitat kesukaannya. Membenamkan kepala merupakan kebiasaan cacing ini untuk
mencari makan, sementara itu ekornya yang mengarah ke permukaan air berfungsi untuk
bernafas.
Cacing sutra (Tubifex sp) ini bersifat hermaprodit atau berkelamin ganda, yakni
kelamin jantan dan betina menyatu dalam satu tubuh. Hal ini dimungkinkan karena
jaringan reproduksinya mampu membentuk gamet jntan dan gamet betina, sehingga
dalam pembudidayaanya tidak perlu dibedakan berdasarkan kelamin. Proses
perkembangbiakan cacing sutra tergolong cepat, dalam waktu yang relatif singkat.