bst dalam.docx
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 BST dalam.docx
1/9
B S T
Problem
Kasus
Anamnesis
Seorang pasien datang ke Poli dengan keluhan tidak bias buang air besar sejak 2 hari yang lalu, pasien
susah makan, perut terasa sesak (mbesesek) dan tidak nyaman, pasien susah tidur, pasien merasa mula
dan muntah kadang kadang. Nyeri kepala (-), Nyeri perut (-), Diare (-)
Pemeriksaan Fisik
KU : Pasien tampak sakit/CM/ tak anemis
VS: BP = 110/70, N = 84, R =22, T= 37,8
Kepala : CA -/- , SI +/+ , edema sup palpebral
Leher : Nll , JVP = DBN
Thorax
Paru : Simetris, Ket. Gerak (-), Sonor, VF (normal), SD=vesicular, ST = RBB
Jantung : S1S2 regular
Abdomen : Distensi, Hypertympani, Peristaltik (+)menurun, NT (-), MT (+) di
kuadran kanan atas, Undulasi (+), Shifting dullness (+)
St Lokalis : Massa dikuadaran hypocondriaca dextra, 2x3x4 cm, konsistensi keras,
tepi irregular, terfixir, permukaan nodular
Extrimitas : Akral hangat, nadi sedang kuat, cap ref < 2dtk
Hypothesis Dyspepsia Hepatitis Cholangitis atau Malignancy VF
-
7/29/2019 BST dalam.docx
2/9
Abdominal Mass / Cirosis Hepatis Ascites
Mechanism
Infeksi Heparsistem immune dan mediator radang peningkatan enzyme heparkerusakan parenkim hepar fibrosis dan penurunan sintesis protein albumin cirosis hepatis
obstruksi aliran balik v. porta peningkatan tekanan hydrostatic dan penurunan tekanan
onkotik ascites dan jaundice
Infeksi atau obstruksi VF kepekatan cairan empedu kerusakan lapisan mukosa VF danrespon inflamasi dan supurasi demam, nyeri perut, mual, muntah (dyspepsia)
More Info
LaboratoriumHB 12,1AL 12,1
AE 4,47
AT 746
Hmt 35,9
Eosinofil 2
Basofil 0
Batang 1
Segmen 80
Limfosit 14
Monosit 3KED
1 jam 27
2 jam -
Glukosa sewaktu 102
Kreatinin darah 1,07
Asam urat 4,03
SGOT 37
SGPT 35
Protein Total 6,15
Albumin 2,90
Globulin 3,35
Radiologic
Rx Thorax : Besar cor normal, Bronkhitis kronis USG : Massa VF dan Ascites Abdomen CTScan
-
7/29/2019 BST dalam.docx
3/9
o Kesan Massa Malignancy VF, dengan infiltrasi ke aspek dinding luar VF, Hydrops VF,
dan cholecystitis
Hepatomegali dengan acute liver disease dengan suspek nodule metastase dilob. Dextra, ascites prominent
Ren, pancreas, lien dalam batas normal
Diagnosis Observasi Febris Observasi dyspepsia Observasi massa abdomen curiga keganasan VF metastasis dengan Ascites
Dont know
Jika dilakukan biopsy pada masa tersebut kemungkinan apakah diagnosis dari pasien tersebut ? Bagaimana menghubungkan kemungkinan yang terjadi dengan gejala klinis yang timbul pada
pasien tersebut ?
Bagaimana prognosis penatalaksanaan pada pasien tersebut ?
Learning Isues
Etio - Patogenesis Kasus
Patient mengalami keganasan yang diduga berasal dari Vesica Fellea (VF). Keganasan VF
sebagian besar terjadi karena factor resiko yaitu inflamasi kronis pada vesica fellea (75% dan
orang dengan Inflamasi kronis pada vesica fellea meningkatkan resiko terjadinya keganasan
vesica fellea 5 kali lipat)). Sementara inflamasi pada vesica fellea tersebut disebabkan paling
banyak oleh batu pada vesica fellea atau saluran empedu yang menyebabkan kondisi kolestasis.
Adanya keganasan pada VF ini akan menimbulkan gejala yang serupa dengan penyakit
tersebut. Adanya sumbatan karena masa tumor menyebabkan aliran empedu terhambat
sehingga bias menimbulkan kolesistitis atau cholangitis akut. Hal ini dapat menimbulkan gejala
yang ada pada pasien berupa mual, muntah dan dyspepsia. Adanya respon inflamasi dari system
imun melepaskan mediator mediator radang yang dapat menyebabkan gejala demam pada
pasien ini.
Pada kasus kolesistitis yang akut yang 90% disebabkan oleh adanya stasis dari aliran empedu,
akan menyebabkan gejala nyeri kuadran kanan atas saat pasien disuruh melakukan inspirasi dan
kita tekan / palpasi di line midclavicula di bawah costal margin yang disebut Murphy sign. Pada
pasien ini proses inflamasi terjadi secara perlahan (karena keganasan) sehingga nyeri yang
muncul tidak separah waktu akut atau pasien hanya mengeluh adanya rasa tidak nyaman di
kuadran kanan atas abdomen.
-
7/29/2019 BST dalam.docx
4/9
Sumbatan yang terjadi dalam jangka panjang terhadap aliran empedu dapat menyebabkan
kerusakan sekunder pada hepar (regurgitasi cairan empedu). Yang menyebabkan peningkatan
enzyme hepar, (peningkatan bilirubin ikterus SI +/+) pada pasien ini. Namun hal lain yang
perlu dipertimbangkan adalah bahwa penyebab dari kasus ini adalah keganasan yang mana
kerusakan sel hepar disebabkan adanya nodul metastasis massa tumor VF. Kerusakan yang
melibatkan hepar ini akan menyebabkan gangguan pada sintesis protein terutama albumin
(terjadi penurunan albumin pada pasien) yang mana fungsinya juga sebagai protein yang
mempertahankan tekanan onkotic pada plasma.
Adanya inflamasi meningkatkan sintesis protein globulin sebagai respon inflamasi
sehingga kadar protein globulin juga meningkat. Hal ini membuat rasio perbandingan albumin
globulin menurun. Adanya inflamasi, fibrosis atau massa tumor di hepar menyebabkan distensi
dari aliran balik vena porta hepatica yang menyebabkan hipertensi portal dan peningkatan
tekanan hidrostatik vena porta. Kedua hal tersebut menjelaskan terjadinya ascites pada pasien.
Dari nilai protein albumin yang terjadi pada pasien, diperkirakan ascites yang terjadi adalah
ascites dengan gradient albumin tinggi ( dikatakan tinggi jika > 1,1 mg/dl pada pasien (2,19mg/dl).
PengobatanYang Diberikan Pada Pasien
Pada saat dirawat inap pasien diberikan penatalaksanaan sebagai berikut :
Inf. Tutofusin OPS
Cairan elektrolit lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan pasien post trauma
Sumber kalori sorbitol dapat diutilisasi secara maksimal sekalipun pasien
mengalami stress metabolik
Memiliki kalori 200 Kkal/liter sebagaiNitrogen Sparing Effec
Tiap 1000 ml mengandung
30 ml/kg berat badan/hari atau sesuai dengan petunjuk.
Kecepatan infus 6 ml per menit ( 120 tetes per menit )
Diperkirakan pemberian inf. Tutofusin ini bertujuan untuk mengkoreksi kebutuhan kalori
dan elektrolit pada pasien ini.
-
7/29/2019 BST dalam.docx
5/9
Ranitidine
Suatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Pemberian ranitidine padapasien ini adalah untuk mengatasi gejala dyspepsia yang terjadi pada pasien dan melindungi
mukosa lambung pasien.
(Tiap ml injeksi mengandung Ranitidin HCl setara dengan ranitidine 25 mg)
Ceftriaxon
Merupakan antibiotic cephalosporin generasi ke 3 yang bekerja dengan menghambat sintesis
dinding sel bakteri. (berikatan dengan penicillin binding proteinmenghambat sintesis peptidoglikan
yang merupakan komponen utama dinding sel bakteri). Bedanya adalah antibiotic ini lebih stabil
terhadap[ bakteri yang resisten. (beta lactamase)
Zycin
Adalah azythromycine suatu antinbiotik golongan makrolide yang bekerja dengan berikatan dengan
ribosom subunit 50s sehingga menghambat sintesis protein bakteri
Leflofloxacin
Adalah antibiotic golongan qiunolone yang bekerja dengn menghambat DNA gyrase sehingga
menghambat pembelahan DNA bacteri sehingga bakteri tidak bias memiliki double-stranded DNA.
Pemberian antibiotic pada pasien adalah bertujuan untuk mengeliminasi penyebab inflamasi
(bakteri). Disebutkan bahwa bakteri penyebab cholangitis/ cholesistitis paling banyak adalah
enterobakteri (salmonella typii, paratyphii dan helicobacter pylori)
Paracetamol
Antasid
Progresivitas Penyakit
-
7/29/2019 BST dalam.docx
6/9
Berdasarkan TNM staging dari keganasan (lihat lampiran) maka disimpulkan bahwa pada pasien ini
keganasan yang terjadi sudah mencapai stage 4A atau 4B.
Problem Solving
Jika dilakukan biopsy1. Gall Bladder Carcinoma (Adenokarsinoma)2. CholangiocarcinomaHubungan Penyakit dengan Gejala Klinis
o Massa abdomen, dyspepsia, demam dan anorexiaAdannya tumor dengan stadium lanjut, tentu saja menimbulkan gejala klinis
yang jelas jika perkembangannya bersifat exophytic ( keluar ). Sehingga seperti pada
pasien ini akan timbul massa di lokasi VF (kuadran kanan atas). Adanya keganasan pada
VF ini akan menimbulkan gejala yang serupa dengan penyakit tersebut. Adanya
sumbatan karena masa tumor menyebabkan aliran empedu terhambat sehingga bias
menimbulkan kolesistitis atau cholangitis akut. Hal ini dapat menimbulkan gejala yang
ada pada pasien berupa mual, muntah dan dyspepsia. Adanya respon inflamasi dari
system imun melepaskan mediator mediator radang yang dapat menyebabkan gejala
demam pada pasien ini.
o Abdominal discomfort, Penurunan Abumin dan peningkatan enzyme hatiPada kasus kolesistitis yang akut yang 90% disebabkan oleh adanya stasis dari
aliran empedu, akan menyebabkan gejala nyeri kuadran kanan atas saat pasien disuruh
melakukan inspirasi dan kita tekan / palpasi di line midclavicula di bawah costal margin
yang disebut Murphy sign. Pada pasien ini proses inflamasi terjadi secara perlahan
(karena keganasan) sehingga nyeri yang muncul tidak separah waktu akut atau pasien
hanya mengeluh adanya rasa tidak nyaman di kuadran kanan atas abdomen.
Sumbatan yang terjadi dalam jangka panjang terhadap aliran empedu dapat
menyebabkan kerusakan sekunder pada hepar (regurgitasi cairan empedu). Yang
menyebabkan peningkatan enzyme hepar, (peningkatan bilirubin ikterus SI +/+)
pada pasien ini. Namun hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa penyebab
dari kasus ini adalah keganasan yang mana kerusakan sel hepar disebabkan adanya
nodul metastasis massa tumor VF. Kerusakan yang melibatkan hepar ini akan
menyebabkan gangguan pada sintesis protein terutama albumin (terjadi penurunan
albumin pada pasien) yang mana fungsinya juga sebagai protein yang mempertahankan
tekanan onkotic pada plasma.
-
7/29/2019 BST dalam.docx
7/9
o AscitesAdanya inflamasi meningkatkan sintesis protein globulin sebagai respon
inflamasi sehingga kadar protein globulin juga meningkat. Hal ini membuat rasio
perbandingan albumin globulin menurun. Adanya inflamasi, fibrosis atau massa tumor
di hepar menyebabkan distensi dari aliran balik vena porta hepatica yang menyebabkan
hipertensi portal dan peningkatan tekanan hidrostatik vena porta. Kedua hal tersebut
menjelaskan terjadinya ascites pada pasien. Dari nilai protein albumin yang terjadi pada
pasien, diperkirakan ascites yang terjadi adalah ascites dengan gradient albumin tinggi (
dikatakan tinggi jika > 1,1 mg/dl pada pasien (2,19 mg/dl).
Prognosis Penatalaksanaan PasienPada pasien dengan keganasan kandung empedu, pembedahan merupakan satu satunya
terapi kuratif pada pasien. Namun demikian, lebih dari 80% pasien dating atau baru didiagnosis
pada stadium inoperable
Pembedahan bias dilakukan jika tidak ada metastasis jauh dan keterlibatan arteri hepaticadan vena porta. Pada pasien yang telah dilakukan cystectomy radikal 75% mwnunjukan
kesembuhan secara mikroskopis. Pembedahan dapat meningkatkan 5-years survivalsebanyak
50% pada pasien dengan stadium yang lebih lanjut yng masih operable.
Pengobatan radiochemotherapi dapat dilakukan pada pasien post operative dengan
fluoro-uracil, gemtacibine, oxiplastin dan cisplatin, namun tidak menunjukan perbedaan
outcome pada pasien dengan stadium lanjut.
5 years survival rate pada pasien dengan tumor stadium I adalah 90 %, 80% pada stage II
yang telah dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan tahap lanjut III, Iva dan IVb pembedahan
dan radiotherapy memiliki nilai prognosis sebesar 40% 5-years survival.
Pada pasien ini telah mengalami stadium lanjut dari keganasan VF, dimana terapi
pembedahan dan radiokemotherapi hanya memberikan 40% 5 years survival rate. Maka dengan
mempertimbangkan status ekonomi dan biaya operasi, yang bias dilakukan hanya terapi paliatif.
Terapi paliatif pada pasien bertujuan untuk meminimalisasi kopmplikasi yang akan terjadi akibat
penyakit utama. Opsi terapi pembedahan paliatif adalah dengan memasang billiary stenting
yang menjada agar duktus biliaris tetap terbuka.
AppendixFisiologi Produksi dan Aliran Empedu
Empedu yang dibentuk dalam lobulus hati disekresi ke dalam jaringan kanalikuli yang kompleks,
duktulus biliaris yang kecil dan duktus biliaris yang lebih besar yang mengalir bersama limfatik dan
cabang vena porta dan arteri hepatika dalam traktus porta yang terletak antara lobulus hati. Duktus
-
7/29/2019 BST dalam.docx
8/9
biliaris interlobulus ini bergabung membentuk duktus biliaris septum yang lebih besar yang bergabung
untuk membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri yang berlanjut sebagai duktus hepatikus komunis.
Bersama dengan duktus sistikus dari kandung empedu, duktus hepatikus komunis bergabung
membentuk duktus koledokus yang kemudian bergabung dengan duktus pankreatikus mayor lalu
memasuki duodenum melalui ampulla Vater (Price SA, et al, 2006). Anatomi duktus biliaris secara
lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.
Empedu hati adalah cairan isotonik berpigmentasi dengan komposisi elektrolit yang menyerupai
plasma darah. Komponen utama cairan empedu terdiri dari 82% air, 12% asam empedu, 4% lesitin dan
fosfolipid lainnya serta 0,7% kolesterol yang tidak diesterifikasi. Unsur lain termasuk bilirubin
terkonjugasi, protein (IgA), elektrolit, mukus, dapat pula obat atau hasil metabolisme lainnya.. Cairan
empedu ditampung dalam kandung empedu yang memiliki kapasitas 50 ml. Selama empedu berada di
dalam kandung empedu, maka akan terjadi peningkatan konsentrasi empedu oleh karena terjadinya
proses reabsorpsi sebagian besar anion anorganik, klorida dan bikarbonat, diikuti oleh difusi air sehingga
terjadi penurunan pH intrasistik (Sudoyo W. Aru, et al, 2009).
Gambar 1 : Anatomi duktus biliaris.
(Sumber: Netter Atlas of Human Anatomy)
-
7/29/2019 BST dalam.docx
9/9
Asam asam empedu primer (asam kolat & kenodeoksikolat) dibentuk dari kolesterol di dalam
hepatosit, diperbanyak pada struktur cincin hidroksilasi dan bersifat larut dalam air akibat konjugasi
dengan glisin atau taurin dan diekskresi ke dalam empedu. Sekresi empedu membutuhkan aktivitas
hepatosit (sumber empedu primer) dan kolangiosit yang terletak sepanjang duktulus empedu. Produksi
empedu perhari berkisar 500 600 mL (Sudoyo W. Aru, et al, 2009).
Asam empedu mempunyai kegunaan seperti deterjen dalam mengemulsi lemak, membantu
kerja enzim pankreas dan penyerapan lemak intraluminal. Asam empedu primer dapat dialirkan ke
duodenum akibat stimulus fisiologis oleh hormon kolesistokinin (CCK) (meskipun terdapat juga peranan
persarafan parasimpatis), dimana kadar hormon ini dapat meningkat sebagai tanggapan terhadap diet
asam amino rantai panjang dan karbohidrat. Adapun efek kolesistokinin diantaranya (1) kontraksi
kandung empedu (2) penurunan resistensi sfingster Oddi (3) peningkatan sekresi empedu hati (4)
meningkatkan aliran cairan empedu ke duodenum (Isselbacher, K.J, et al, 2009).
Asam empedu primer yang telah sekresikan ke duodenum akan direabsorpsi kembali di ileum terminalis
kemudian memasuki aliran darah portal dan diambil cepat oleh hepatosit, dikonjugasi ulang dan
disekresi ulang ke dalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Sekitar 20% empedu intestinal tidak
direabsorpsi di ileum, yang kemudian dikonjugasi oleh bakteri kolon menjadi asam empedu sekunder
yakni deoksikolat dan litokolat dan 50% akan direabsorpsi kembali (Isselbacher, K.J, et al, 2009)