brusella sp

7
Brucella sp Brucellosis adalah penyakit pada beberapa jenis hewan yang disebabkan oleh Brucella sp. dan dapat menular pada manusia. Manusia merupakan hospes aksidental dan tidak menularkan pada individu lain. Di Indonesia, brucellosis tersebar luas di Pulau Timor (Nusa Tenggara Timur), Sulawesi. Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Pulau Bali sampai saat ini masih tergolong sebagai daerah bebas brucellosis karena adanya larangan memasukkan sapi jenis lain, berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk memurnikan sapi Bali. Kerugian ekonomi pada peternakan akibat brucellosis sangat besar, terutama akibat terjadinya abortus. Australia termasuk salah satu negara yang berhasil membebaskan diri dari brucellosis setelah melakukan tindakan pemberantasan secara sistematik selama lebih dari 10 tahun. Penyebab Brucellosis Penyebab brucellosis adalah bakteria berbentuk kokobasili, bersifat Gram negatif, dari genus Brucella. Ada 5 (lima) jenis dari genus ini yang potensial menimbulkan penyakit pada hewan dan manusia, yakni Br. abortus pada sapi, Br. suis pada babi, Br. canis pada anjing, Br. ovis pada domba jantan, dan Br melitensis pada kambing dan domba. Sebenarnya, ada lagi Br neotomae dengan tikus hutan sebagai reservoir, tetapi peran bakteri ini sebagai zoonosis belum pernah dilaporkan. Pada sapi bunting, bakteri Br abortus berkembang dengan pesat karena plasenta sapi tersebut menghasilkan suatu zat

Upload: muhammad-parwis-nasution

Post on 30-Jun-2015

263 views

Category:

Health & Medicine


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Brusella sp

Brucella sp

Brucellosis adalah penyakit pada beberapa jenis hewan yang disebabkan oleh

Brucella sp. dan dapat menular pada manusia. Manusia merupakan hospes aksidental dan

tidak menularkan pada individu lain. Di Indonesia, brucellosis tersebar luas di Pulau Timor

(Nusa Tenggara Timur), Sulawesi. Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Pulau Bali sampai saat

ini masih tergolong sebagai daerah bebas brucellosis karena adanya larangan memasukkan

sapi jenis lain, berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk memurnikan sapi Bali. Kerugian

ekonomi pada peternakan akibat brucellosis sangat besar, terutama akibat terjadinya abortus.

Australia termasuk salah satu negara yang berhasil membebaskan diri dari brucellosis setelah

melakukan tindakan pemberantasan secara sistematik selama lebih dari 10 tahun.

Penyebab Brucellosis

Penyebab brucellosis adalah bakteria berbentuk kokobasili, bersifat Gram negatif,

dari genus Brucella. Ada 5 (lima) jenis dari genus ini yang potensial menimbulkan penyakit

pada hewan dan manusia, yakni Br. abortus pada sapi, Br. suis pada babi, Br. canis pada

anjing, Br. ovis pada domba jantan, dan Br melitensis pada kambing dan domba. Sebenarnya,

ada lagi Br neotomae dengan tikus hutan sebagai reservoir, tetapi peran bakteri ini sebagai

zoonosis belum pernah dilaporkan.

Pada sapi bunting, bakteri Br abortus berkembang dengan pesat karena plasenta sapi

tersebut menghasilkan suatu zat disebut elythritol yang diperlukan untuk perkembangbiakan

Br abortus. Perkembangan bakteri ini menyebabkan plasentitis dan nekrose kotiledon yang

mengakibatkan abortus. Berbeda dengan Br. abortus patogen umumnya, Br. abortus strain 19

yang digunakan sebagai seed vaksin tidak memerlukan etythritol dalam proses

perkembangbiakan.

Sumber Penular Brucellosis

Sumber penular yang potensial dari hewan kepada manusia adalah sapi. Pada sapi perah, susu

sapi dapat menularkan penyakit pada manusia jika tidak mengalami pasteurisasi. Membran

fetus dan cairan dari saluran reproduksi dapat menularkan penyakit kepada manusia secara

kontak. Di daerah Asia Kecil, kambing merupakan sumber penular Br. melitensis pada

manusia dan menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai Malta Fever. Br. cants

Page 2: Brusella sp

menimbulkan gangguan reproduksi serius pada anjing, tetapi penularan pada manusia jarang

terjadi.

Penularan Brucellosis

Pada manusia, penularan terjadi karena kontak langsung dengan plasenta, fetus, atau

cairan/organ reproduksi sapi. Orang-orang yang berprolesi tertentu, misalnya dokter hewan,

inseminator, mantri hewan, petugas rumah pemotongan hewan, tukang perah susu,

mempunyai risiko tinggi tertular brucellosis jika mereka bekerja di daerah tertular. Bruceflu

sp. dapat menembus kulit, konjungtiva, dan saluran pencernaan. Penularan pada petugas di

laboratorium juga dapat terjadi.

Pada sapi penularan umumnya terjadi per Os. Sapi yang mengalami keguguran oleh

brucellosis mengeluarkan bakteri Br abortus dalam jumlah besar melalui membran fetus,

cairan reproduksi, urine, dan feces. Bahan-bahan tersebut akan mencemari rumput atau air

minum. Apabila sapi tersebut dipelihara secara ekstensif seperti di NTT, maka penularan

akan berlangsung cepat. Meskipun jarang, penularan dapat pula terjadi melalui penetrasi kulit

ketika sapi berbaring di atas jaringan tercemar di lapangan atau melewati konjungtiva.

Pada anjing jantan, penularan terjadi per os sewaktu menjilat, intra nasal sewaktu

mencium bagian genital anjing betina tertular, atau secara kontak dengan urine. Anjing betina

dapat tertular lewat perkawinan alami dengan anjing jantan. Bakteri penyebab brucellosis

umumnya cepat mati oleh sinar matahari secara langsung, namun di dalam jaringan yang

dikeluarkan sewaktu keguguran, Br. abortus dapat tahan hidup sampai 6 bulan apabila

terhindar dari sinar matahari.

Gejala Klinik Brucellosis

Hewan

Pada sapi, gejala klinik yang mencolok terjadi abortus, terutama pada usia

kebuntingan lanjut (7 — 8 bulan). Umumnya, sapi hanya mengalami

keguguran sekali saja pada kebuntingan yang berurutan. Meskipun demikian,

induk sapi yang mengalami keguguran tersebut masih dapat membawa Br.

abortus sampai 2 tahun. Sapi yang terinfeksi secara kronik dapat mengalami

higanna (pembesaran kantong persendian karena herisi cairan bening atau

librinopurulen). Pembcsaran kantong persendian karpus atau tarsus cukup

Page 3: Brusella sp

mencolok, schingga dapat dilihat dari jauh. Cairan higroma mengandung

banyak sekali bakteri Br. (“Jnius dan merupakan spcsimen yang baik untuk

isolasi Br abortus.

Pada babi, Br suis menimbulkan artritis, osteomielitis, bursitis, dan spondilitis.

Kadang-kadang ditemukan pula posterior paralisis yang disebabkan oleh

nekrosis discus intervcrtebrales. Pada babi jantan dapat ditemukan orchitis,

tetapi Br suis tidak ditemukan pada semen atau urine. Dibandingkan dengan

sapi, abortus relatif jarang terjadi pada babi. Anak babi yang lahir dari induk

tertular umumnya kecil, lemah, dan mati tidak lama setelah dilahirkan.

Pada anjing, Br. Canis merupakan penyebab utama sterilitas pada pejantan dan

abortus pada induk, terutama terjadi di kennel (pembiak) anjing di Amerika.

Fetus tertular in utero, kemudian terjadi abortus pada usia kebuntingan 45 —

59 hari. Anjing yang menderita brucellosis akut mengalami kebengkakan

kelenjar limfe prefemoralis dan submandibularis. Pada anjing jantan,

brucellosis menyebabkan orchitis sehingga testis terlihat membengkak

beberapa lama, kemudian diikuti dengan atrofi, testis terlihat mengecil karena

sel pembentuk spermatozoa mengalami kerusakan.

Manusia

Pada manusia, masa inkubasi bervariasi dari 5 hari sampai beberapa bulan,

dengan rata-rata 2 minggu. Gejala yang mula-mula dirasakan adalah demam,

merasa kedinginan, dan berkeringat pada malam hari. Kelemahan tubuh dan

kelelahan merupakan gejala yang umum dirasakan. Demam umumnya bersifat

intermittent. Kesakitan umum, sakit kepala, nyeri otot leher, anoreksia,

konstipasi, gelisah, dan depresi mental sering dimanifestasi-kan. Terkadang

ditemukan pula batuk yang non-produktif dan pneurnonitis. Jarang ditemukan

orchitis atau osteomyelitis vertebralis pada penderita brucelosis.

Pemeriksaan fisik umumnya hanya ditemukan kelainan kecil atau tidak ada

kelainan sama sekali, namun dapat ditemukan splenomegali, hepatomegali, dan

limfadenopati. Umumnya, infeksi Br abortus lebih ringan dibandingkan dengan

infeksi Br. melitensis dan Br. suis. Kesembuhan terjadi dalam waktu 3 — 6

bulan. Pada beberapa kasus, kesembuhan baru terjadi setelah I tahun atau lebih.

Page 4: Brusella sp

Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai dapat memperpendek masa sakit

dan menghindari kambuh. Kematian akibat infeksi Br abortus tidak lazim

terjadi.

Diagnosis Brucellosis

Pada hewan, ada beberapa tahapan pemeriksaan serologik yang digunakan. Untuk

screening, digunakan uji Rose Bengal atau rapid agglutination test. Uji ini mudah, murah, dan

cepat, tetapi spesifitasnya kurang tinggi. Serum yang positif terhadap uji Rose Bengal perlu

dilanjutkan dengan uji reaksi pengikatan komplemen (complemen fixation test) atau ELISA.

Untuk daerah bam, pengukuhan diagnosis harus dilanjutkan dengan isolasi Br. abortus.

Uji serum agglutinasi pada manusia sering ditemukan negatif palsu, meskipun

sebenarnya mempunyai titer yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini digunakan uji Coombs atau

anti-human globulin test, di samping uji serum agglutinasi dan uji pengikatan komplemen.

Isolasi Br abortus pada sapi dilakukan dengan mengirimkan cairan higroma, membran fetus,

susu, kelenjar limfe supramamaria dalam keadaan segar dan dingin ke laboratorium.

Pencegahan dan Pengobatan Brucellosis

Pada orang, pengobatan dapat dilakukan dengan tetrasiklin yang di-berikan selama 2

— 4 minggu. Pada kondisi yang lebih parah, pengobatan dapat dikombinasikan dengan

streptomisin. Kekambuhan (relaps) dapat dikurangi dengan cara pengobatan ulangan. Pada

hewan, khususnya sapi, kasus brucellosis umumnya tidak berespon baik terhadap

pengobatan.

Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan didasarkan pada tinggi rendahnya

prevalensi penyakit di suatu daerah. Pada daerah dengan prevalensi kurang dari 2% dilakukan

tindakan pengujian dan pemotongan (test and slaughter), sedangkan daerah dengan prevalensi

2% atau lebih dilakukan vaksinasi menggunakan vaksin aktif abortus strain 19. Pada anjing,

pencegahan dilakukan dengan uji serologik agglutinasi cepat. Anjing yang bereaksi positif

tidak digunakan dalam program per-kembangbiakan.