bronkopneumonia pada anak

47
LAPORAN KASUS “SEORANG BAYI PEREMPUAN 3 BULAN DENGAN BRONKOPNEUMONIA” Disusun oleh : ANGGUN SEPTIYANI 406138008 Pembimbing : dr. Abdul Hakam, M.Si. Med, Sp.A KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. LOEKMONOHADI KUDUS PERIODE 2 FEBRUARI 2015 – 10 APRIL 2015

Upload: anggunsptyni

Post on 01-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak Anggun Septiyani (406138008)

Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak Anggun Septiyani (406138008)

LAPORAN KASUSSEORANG BAYI PEREMPUAN 3 BULAN DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh :ANGGUN SEPTIYANI406138008

Pembimbing :dr. Abdul Hakam, M.Si. Med, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARARUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. LOEKMONOHADI KUDUSPERIODE 2 FEBRUARI 2015 10 APRIL 2015

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama:An. MUmur :3 bulanJenis kelamin:PerempuanAlamat:Kedung Dowo 01/05 - KaliwunguAgama:IslamMasuk RS:16 Februari 2015Dirawat di ruang:Bougenvile 2 / Kelas 3Status:BPJSKeluar RS:21 Februari 2015Nomor rekam medis:703.736

II. ANAMNESIS (17 Februari 2015)Anamnesis dilakukakan secara alloanamnesa dengan keluarga.

KELUHAN UTAMASesak Nafas

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPasien datang ke IGD RS Loekmonohadi Kudus pada tanggal 16 Februari 2015 dengan keluhan sesak nafas sejak 4 jam SMRS. Sesak didahului dengan batuk-batuk dan semakin lama semakin memberat. Keluhan disertai batuk berdahak 7 hari sebelum masuk Rumah Sakit, nafas cuping hidung (+), dan demam naik turun sejak 3 hari sebelum masuk Rumah sakit. BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien baru pertama kali mengalami hal seperti ini.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riwayat penyakit serupa (-) Kejang (-) Alergi obat (-) RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Riwayat penyakit yang sama pada keluarga diakui, kakak pasien pernah mengalami hal serupa saat berusia 6 bulan Kejang (-)

RIWAYAT KELAHIRAN Hamil aterm lahir secara spontan pervaginam ditolong oleh bidan Langsung menangis Berat badan lahir 2700 gram Panjang badan saat lahir 46 cm Lingkar kepala saat lahir ibu tidak tahu Lingkar dada saat lahir ibu tidak tahu Tidak ada kelainan bawaan

RIWAYAT PEMELIHARAAN PRENATAL Ibu pasien memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan

RIWAYAT PEMERIKSAAN POSTNATAL Pemeriksaan postnatal dilakukan di bidan dan tidak ditemukan kelainan pada anak

RIWAYAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK PertumbuhanBerat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 46 cmBerat badan sekarang 5,7 kg, panjang badan sekarang 58 cmUsia saat ini 3 bulan PerkembanganDapat menegakkan kepala saat didudukkan

RIWAYAT MAKAN DAN MINUM Pasien tidak diberikan ASI. Pasien diberikan susu formula.

RIWAYAT IMUNISASI Imunisasi diberikan sesuai dengan jadwal imunisasi di posyanduUsiaVaksin yang didapatkan

0Hepatitis B dan polio

1Hepatitis B , BCG

2Polio dan DPT

RIWAYAT SOSIAL EKONOMIPasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak pasien. Ayah pasien bekerja sebagai buruh tani dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Biaya RS ditanggung BPJS kelas 3.

III. PEMERIKSAAN FISIK (17 Februari 2015) Keadaan umum:Tampak sesak Kesadaran:Compos mentis, GCS 15 Tanda vital Denyut nadi:160 x/menit, regular, isi cukup Laju pernafasan:54 x /menit SpO2:90 % Suhu:38,5o C (aksila) Antropometri Berat Badan:5,7 kg Panjang Badan:58 cm Kulit:Anemis (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik Kepala:Mesochepale, lingkar kepala 38cm, rambut terdistribusi merata, tidak mudah dicabut Mata:Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (- /-), pupil bulat, isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+) Telinga:bentuk normal, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-), pembesaran KGB retroaurikula (-/-), liang telinga lapang dextra et sinistra, serumen (-/-), sekret(-/-) Hidung :bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-/-) Mulut:Sulcus nasolabialis simetris, mukosa bibir merah muda, tidak kering, sianosis (-)Tonsil T1-T1, hiperemis (-/-), detritus (-/-), mukosa faring merah muda, lidah bersih Leher:Trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-), pembesaran tiroid (-) Jantung Inspeksi:Pulsasi ictus cordis tidak tampak Palpasi:Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V 1cm medial Midclavicula line sinistra Perkusi:RedupBatas atas jantung di ICS II PSLSBatas kanan jantung di ICS IV PSLDBatas kiri jantung di ICS V 1cm medial MCLS Auskultasi:Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur (-)

Pulmo Inspeksi:bentuk dada normal, saat inspirasi dan ekspirasi simetris, tidak ada sisi yang tertinggal, retraksi otot pernafasan (-) Palpasi:Pengembangan dada simetris kanan dan kiri, krepitasi(-), nyeri tekan (-) Perkusi:Sonor (+/+) Auskultasi:Suara dasar vesikuler (+/+) , ronkhi (+/+), wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi:tampak datar Auskultasi:bising usus (+) normal Perkusi:timpani pada seluruh kuadran abdomen Palpasi:supel, nyeri tekan (-) Ekstremitas:akral hangat, sianosis (-/-), capillary refill time < 2 detik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( 16 Februari 2015 )PEMERIKSAANHASILSATUANNILAI NORMAL

HEMATOLOGI

Golongan darah AB / Rhesus +

Hema Rutin 3 Diff

Hemoglobin9.6g/dL11.1 14.5

Eritrosit 3.63jt/uL3.9 5.5

Hematokrit29.5%31 41

Trombosit53410/uL150 400

Leukosit15.510/uL6.0 17.5

Netrofil61.4%50 70

Limfosit34.0%25 40

Monosit3.6%2 8

Eosinofil0.1%2 4

Basofil0.1%0 1

MCH26.4Pg27.0 31.0

MCHC32.5g/dL33.0 37.0

MCV81.3fL79.0 99.0

RDW12.9%10.0 15.0

MPV9.1fL6.5 11.0

PDW8.6fL10.0 18.0

KIMIA KLINIK

Bilirubin total0.42mg/dL0.20 1.20

Bilirubin direk0.11mg/dL0.0 0.40

Bilirubin indirek0.31mg/dL0 0.75

SGOT11U/L0 50

SGPT26U/L0 50

SERO IMUNOLOGI

HBsAgNon ReaktifNon Reaktif

Anti HIVNon ReaktifNon Reaktif

FOTO THORAX ( 16 Februari 2015 ) Cor: Bentuk dan letak normal. Tak membesarPulmo: Corakan bronkovaskuler normal. Tampak bercak infiltrat di kedua paru. Kanan lebih beratSinus diafragma normal

KESAN : BRONKOPNEUMONIA

V. DIAGNOSISBronkopneumonia

VI. PENATALAKSANAANTatalaksana Farmakologi Oksigen 2 liter/menit Infus RL 8 tpm Nebulizer 3 x 1 (Ventolin , Pulmicore , NaCl 2 cc) Ceftriaxone 3 x 150 mg

Tatalaksana Non Farmakologi Tirah baring Menjaga kebersihan anak dan sekitarnya

VII. PROGNOSIS ad Vitam:ad bonam ad Fungtionam:ad bonam ad Sanationam:ad bonam

CATATAN KEMAJUAN 17 Februari 2015S:sesak nafas (+), batuk (+), demam (+)O:Keadaan umum:tampak sesakKesadaran:compos mentisNadi:156 x/menit, isi dan tegangan cukup, regularRR:54x/menit Suhu:38 CMata:CA -/-, Sklera ikterik -/-Cor: Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo:SDV +/+ , ronkhi +/+, wheezing -/-Abdomen:flat, supel, bising usus (+) normalEkstremitas:akral hangatA: BronkopneumoniaP:Therapy:O2 2 liter/menit Infus RL 8 tpm Nebulizer 3 x 1 (Ventolin , Pulmicore , NaCl 2 cc) Ceftriaxone 3 x 150 mgMonitoring:Keluhan subjektif, tanda-tanda vital (nadi, suhu, RR dan SPO2), pemeriksaan fisik.Edukasi:Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan tujuan dari pemeriksaan yang perlu dilakukanMenjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang cara penularan penyakit.Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya memelihara sanitasi dan kebersihan sehari hari

18 Februari 2015S:sesak nafas (-), batuk (+), demam (-)O:Keadaan umum:tampak lemahKesadaran:compos mentisNadi:152 x/menit, isi dan tegangan cukup, regularRR:38x/menit Suhu:36 CMata:CA -/-, Sklera ikterik -/-Cor: Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo:SDV +/+ , ronkhi +/+, wheezing -/-Abdomen:flat, supel, bising usus (+) normalEkstremitas:akral hangatA: BronkopneumoniaP:Therapy:O2 2 liter/menit Infus RL 8 tpmNebulizer 3 x 1 (Ventolin , Pulmicore , NaCl 2 cc) Ceftriaxone 3 x 150 mgMonitoring:Keluhan subjektif, tanda-tanda vital (nadi, suhu, RR dan SPO2), pemeriksaan fisik.Edukasi:Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan tujuan dari pemeriksaan yang perlu dilakukanMenjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang cara penularan penyakit.Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya memelihara sanitasi dan kebersihan sehari hari 20 Februari 2015S:sesak nafas (+), batuk (+), demam (-)O:Keadaan umum:tampak sesakKesadaran:compos mentisNadi:160 x/menit, isi dan tegangan cukup, regularRR:52 x/menit Suhu:36 CMata:CA -/-, Sklera ikterik -/-Cor: Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo:SDV +/+ , ronkhi +/+ , wheezing -/-Abdomen:flat, supel, bising usus (+) normalEkstremitas:akral hangatA: BronkopneumoniaP:Therapy: Infus RL 8 tpm Nebulizer 3 x 1 (Ventolin , Pulmicore , NaCl 2 cc) Ceftriaxone 3 x 150 mgMonitoring:Keluhan subjektif, tanda-tanda vital (nadi, suhu, RR dan SPO2), pemeriksaan fisik.Edukasi:Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan tujuan dari pemeriksaan yang perlu dilakukanMenjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang cara penularan penyakit.Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya memelihara sanitasi dan kebersihan sehari hari

21 Februari 2015S:sesak nafas (-), batuk (+) , demam (-)O:Keadaan umum:tampak baikKesadaran:compos mentisNadi:160 x/menit, isi dan tegangan cukup, regularRR:32 x/menit Suhu:36 CMata:CA -/-, Sklera ikterik -/-Cor: Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo:SDV +/+ , ronkhi -/-, wheezing -/-Abdomen:flat, supel, bising usus (+) normalEkstremitas:akral hangatA: BronkopneumoniaP:Therapy: Nebulizer (Ventolin , Cefadroxil , NaCl 2 cc)Pasien diperbolehkan pulang Cefadroxil 2 x Ambroxol 2 x cth

TINJAUAN PUSTAKABRONKOPNEUMONIA

DEFINISI Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur, dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer, 2002). Bronkopneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2008). Bronkopeneumonia merupakan peradangan pada perekim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnu, napas cepat dan dangkal, muntah serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2006). Bronkopneumonia adalah Peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus), atau virus (respiratory syncytial virus) (Speer, 2007). Bronkopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2005). Bronkopneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai agens seperti virus, mikoplasma, dan aspirasi substansi asing (Betz, 2002).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi yang terjadi pada parenkim paru yang disebabkan oleh adanya virus, jamur, bakteri dan benda asing.

EPIDEMIOLOGIHingga saat ini Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar disebabkan karena pneumonia 23,6%.Grafik 1.1. Penyebab Kematian Balita (Survei Mortalitas 2005)

ETIOLOGI

Bronkhopneumonia merupakan penyakit radang paru yang biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas dan disertai dengan panas tinggi. Keadaan yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit menahun, gizi kurang/malnutrisi energi protein (MEP), faktor patrogenik seperti trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya bronkhopneumonia. Menurut WHO diberbagai negara berkembang Streptococus pneumonia dan Hemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukanpada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Dari seluruh etiologi pneumonia, Streptococcus pneumonia adalah merupakan etiologi tersering dari pneumonia bakteri dan yang paling banyak diselidiki patogenesisnya. Jenis keparahan penyakit ini di pengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki laki lebih sering terkena pneumonia dari pada anak perempuan. penyebab dari Bronkopneumonia adalah :1. Bakteri Pneumokokus Streptokokus Stafilokokus Haemophilus Influenzae Pseudomonas aeruginosa

2. Virus Virus Influenza Adenovirus Sitomegalovirus Rhinovirus

3. Fungi Aspergillus Koksidiomikosis Histoplasma

4. Aspirasi Cairan amnion Makanan Cairan lambung Benda asing

MANIFESTASI KLINIK

Bronkhopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39 40C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis secara fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung harus dipikirkan kemungkinan pneumonia. Pada bronkopneuminia, hasil pemeriksaan fisis tergantung dari pada luas daerah yang terkena. Pada perkusi paru sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkhopneumonia menjadi satu (konfluens). mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronkhi terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi sesudah 2 3 minggu.

Manifestasi klinik pada Bronkopneumonia menurut (IDAI, 2008) adalah1. Gejala infeksi umum Demam Sakit kepala Gelisah Malaise Penurunan nafsu makan Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.

2. Gejala infeksi respiratori Batuk Sesak nafas Retraksi dada Takipnea Nafas cuping hidung Sianosis

PATOFISIOLOGI

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyerapan kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMNs (polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat (IDAI, 2008).Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial bronkhi atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial (Smeltzer, 2002).

DIAGNOSIS

AnamnesisPasien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak nafas. Pada bayi, gejalanya tidak khas, sering sekali tanpa demam dan batuk. Anak yang lebih besar kadang mengeluh sakit kepala, nyeri abdomen disertai muntah.

Pemeriksaan FisikManifestasi klinis yang terjadi akan berbeda- beda berdasarkan kelompok umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, reaksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah tapikneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.Pada pra-sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (non produktif / produktif), tapikneu, dan dispneu yang ditandai reaksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung. Pada auskultasi, dapat terdengar pernapasan menurun. Fine crackles (ronkhi basah halus) yang khas pada anak besar, bisa juga ditemukan pada bayi. Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun, suara nafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada menurun waktu inspirasi, anak berbaring kearah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa sakit dapat menjalar ke leher, bahu dan perut.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto rontgen thoraks proyeksi posterior - anterior merupakan dasar diagnosis utama pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan,Misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran radiologi sering kali tidak sesuai dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa apa tetapi gambaran foto thoraks menunjukkan pneumonia berat. Foto thoraks tidak dapat membedakan antara pneumonia bakteri dari pneumonia virus. Gambaran radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi tiga macam: Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram, biasanya disebabkan infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain. Pneumonia intersitisial biasanya karena virus atau Mycoplasma, gambaran berupa corakan bronchovaskular bertambah, peribronchal cuffing dan overaeriation; bila berat terjadi pachyconsolidation karena atelektasis. Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkan gambaran bilateral yang diffus, corakan peribronchial yang bertambah, dan tampak infiltrat halus sampai ke perifer.Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia Pada Balita.a). UmurPada anak di bawah usia 2 tahun umumnya pneumonia disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, virus influenza dan parainfluenza. Chlamydia trachomatis Infeksi dapat ditularkan kepada bayi dari saluran kelamin ibu selama kelahiran mengakibatkan pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab penting dari morbiditas dan mortalitas pada semua kelompok umur. Secara global diperkirakan bahwa 5 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumonia setiap tahun (95% di negara-negara berkembang).

b). Jenis KelaminJenis kelamin pada kasus pneumonia di Massachusetts antara tahun 1921 dan 1930 lebih didominasi oleh kaum laki laki dari pada perempuan dalam semua kelompok umur. Di RS. Boston dilaporkan kasus pnemonia lebih dominan laki laki dengan perbandingan 51,7 % : 48,3 % untuk perempuan. Dan di Firlandia pada tahun 1977 dilaporkan laki laki lebih dominan sekitar 65 %. Anak laki laki lebih sering terkena pneumonia dari pada anak perempuan.

c). Ras / etnis/ warna kulitOrang kulit hitam lebih peka dibandingkan dengan ras lain karena berhubungan dengan iklim yang hangat, sehingga peka terhadap peradangan paru akibat pneumococcus. Perbedaan ras menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi genetik sehinggga berperan terhadap kepekaan ataupun kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dan ras berhubungan dengan lingkungan luar sehingga penyakit paru, misalnya TBC dan Pnemonia mudah berkembang pada kulit hitam.

d). Status imunisasi balitaImunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Memberikan antibodi (kekebalan tubuh) terhadap beberapa penyakit yang disebabkan oleh PD3I (Penyakit dapat dicegah dengan imunisasi) terutama imunisasi BCG dan DPT yang dapat mencegah penyakit TB, difteri pertusis dan batuk rejan,selain itu imunisasi juga memberikan kekebalan tubuh. Diperlukan sejumlah imunisasi dalam beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak untuk memproteksi anak tersebut melawan penyakit penyakit kanak-kanak yang menular yang paling serius. Sistem imunitas pada anakanak kecil tidak bekerja sebaik sistem imunitas pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa, karena sistem itu belum matang. Oleh karena itu diperlukan lebih banyak dosis vaksin. Dalam beberapa bulan pertama kehidupannya, seorang bayi telah terproteksi terhadap kebanyakan penyakit menular oleh antibodi dari ibunya yang dialihkan kepada bayi selama masa kehamilan. Pada saat antibodi tersebut telah habis, bayi tersebut menghadapi risiko infeksi yang serius dan dengan demikian imunisasi pertama diberikan sebelum antibodi tersebut habis sama sekali. Alasan lain mengapa anak-anak mendapatkan banyak imunisasi ialah karena vaksin-vaksin baru melawan infeksi-infeksi serius terus dibikin. Jumlah injeksi berkurang dengan digunakannya kombinasi vaksin-vaksin, di mana beberapa vaksin digabung menjadi satu suntikan.Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB (penyakit TB terus menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu. Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya flek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderitaTB. Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang tidur. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.

e). Riwayat penyakit campakCampak adalah penyakit serius akibat infeksi virus yang sangat menular yang menimbulkan demam, bintik-bintik merah, pilek, batuk dan mata merah serta pedih. Komplikasi yang mengikuti sakit karena campak dapat sangat berbahaya, dan pneumonia terjadi dalam 4% di antara penderita campak. Sekitar satu di setiap 2.000 orang anak yang terkena campak akan berkembang menjadi inflamasi otak (ensefalitis). Dari 10 orang anak yang terkena campak ensefalitis, satu akan meninggal dan sampai empat orang anak akan menderita kerusakan otak permanen. Suatu penyakit yang serius tetapi jarang yang disebut Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) dapat terjadi pada anak-anak beberapa tahun setelah infeksi campak. SSPE adalah penyakit yang secara cepat merusak otak dan selalu berakhir pada kematian. SSPE timbul dalam sekitar satu dari 25.000 yang terkena campak. Yang mempunyai riwayat penyakit ISPA merupakan faktor risiko terhadap pneumoni sebagai penyebab kematian pada balita usia 2 bulan. Hampir 70 % penyebab kematian pada balita disebabkan oleh penyakit diare, pnemonia, campak, malaria dan malnutrisi. Bronkopneumonia sering terjadi padaumur dibawah 3 tahun dan dapat berhubungan dengan penyakit lain seperti campak atau pertusis. Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli; ditularkan melalui sekret pernafasan atau melalui udara. Virus dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan infeksi pada individu yang rentan. Penyakit campak sangat infeksius selama masa prodromal yang ditandai dengan demam, malaise, mata merah, pilek, dan trakeobronkitis dengan manifestasi batuk. Infeksi campak pertama kali terjadi pada epitelium saluran pernafasan dari nasofaring, konjungtiva, dengan penyebaran ke daerah limfa. Viremia primer terjadi 2-3 hari setelah individu terpapar virus campak, diikuti dengan viremia sekunder 3-4 hari kemudian. Viremia sekunder menyebabkan infeksi dan replikasi virus lebih lanjut pada kulit, konjungtiva, saluran pernafasan dan organ lainnya. Replikasi virus memerlukan waktu 24 jam.

f). Pemberian ASI Eksklusif.Kandungan kolostrum pada susu ibu terkonsentrasi sebagai sumber vitamin A. Untuk balita 6-12 bulan pertama kehidupan bayi banyak bergantung hampir sepenuhnya pada vitamin A yang diberikan dalam ASI, yang mudah diserap. Bila ibu kekurangan vitamin A bagaimanapun, jumlah yang disediakan dalam susunya berkurang. Penelitian yang dilakukan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar. Dengan rancangan penelitian case control pada sampel sebanyak 136 terdiri dari 49 kasus dan 87 kontrol. Ternyata lamanya pemberian ASI (ASI Eksklusif) terbukti melindungi tidak terjadi pneumonia pada anak dengan Odd Ratio = 7, 954 (95 % CI= 1,783 - 35,483 ).

g). Status giziStatus gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara asupan(intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainya), Status gizi adalah tanda - tanda atau penampilan yang di akibatkan dari nutrisi yang dilihat melalui variabel tertentu (indikator status gizi) seperti berat, tinggi badan dll. Kekurangan nutrisi pada anak mempunyai risiko tinggi terhadap kematian pada anak usia 0-4 tahun. Kekurangan nutrisi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit pneumonia, hal ini disebabkan karena lemahnya sistem kekebalan tubuh karena asupan protein dan energi berkurang, dan kekurangan gizi dapat melemahkan otot pernafasan.

(g) Pemberian Vitamin AVitamin A adalah nutrisi penting yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk fungsi normal dari sistem visual, dan pemeliharaan fungsi sel untuk pertumbuhan, integritas epitel, merah produksi sel darah merah, kekebalan dan reproduksi. Vitamin A diyakini penting di semua tingkat dari sistem kekebalan tubuh berbagai fungsi termasuk mempertahankan integritas epitel, meningkatkan tingkat reaktan fase akut sebagai respon terhadap infeksi, mengatur diverentiation monosit dan fungsi, meningkatkan sitotoksisitas sel pembunuh alami, meningkatkan respon antibodi terhadap tetanus toksoid dan vaksin campak, dan meningkatkan jumlah limfosit total. Demikian pula, berbagai vitamin lain mengatur fungsi imun seluler dan humoral pada berbagai tingkat.(25) Anak-anak juga pada peningkatan risiko kekurangan vitamin A sebagai hasil dari infestasi usus dan infeksi, yang mengganggu penyerapan vitamin A, infeksi pernapasan, TBC, dan campak (dan exanthems anak lainnya), yang meningkatkan kebutuhan metabolik, dan kekurangan energi protein, yang mengganggu dengan penyimpanan transportasi, dan pemanfaatan vitamin. Vitamin A berhubungan dengan daya tahan tubuh balita, sehingga jika balita tidak mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi berpeluang terjadi pneumonia.

Tatalaksana I. Klasifikasi & Tindakan untuk Anak Batuk dan atau Sukar Bernapas Umur 2 bulan -