asuhan keperawatan pada anak bronkopneumonia …repository.stikespantiwaluya.ac.id › 491 › 2 ›...

21
1

Upload: others

Post on 01-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

  • 2

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA

    DENGAN MASALAH HIPERTERMI DI RUMAH SAKIT

    PANTI WALUYA MALANG

    Pangestu, Dinda Kanti 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak

    Bronkopneumonia Dangan Masalah Hipertermi Di Rumah Sakit Panti

    Waluya Sawahan Malang. Karya Tulis Ilmiah STIKes Panti Waluya

    Malang. Pembimbing (1) Sr. Felisitas A.Sri S., Misc, MAN (2) Maria

    Magdalena Setyaningsih, Ns.Sp. Kep. Mat

    ABSTRAK

    Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang diawali dengan

    kuman masuk ke saluran pernapasan atas dan sampai di bronkioli. Kuman akan

    menimbulkan peradangan dan menyebabkan penumpukan eksudat. Kuman tersebut

    mengandung bakteri Streptococcus pneumonia, Streptococcus aerous dan

    Streptococcus Pyogenesis yang akan menyebar ke saluran pernapasan, sehingga

    seorang anak bisa mengalamai masalah hipertermi akibat peningkatan suhu tubuh.

    Tujuan penelitian adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada anak yang

    mengalami Bronkopneumonia dengan masalah hipertermi di Rumah Sakit Panti

    Waluya Sawahan Malang. Subyek penelitian adalah 2 klien anak yang mengalami

    bronkopneumonia dengan masalah hipertermi. Waktu penelitian pada klien 1

    dilakukan pada tanggal 15-17 Mei 2020, sedangkan pada klien 2 dilakukan pada

    tanggal 20 Maret 2020. Pada kedua klien sudah dilakukan implementasi selama 3

    hari perawatan. Saat dilakukan evaluasi pada hari ke 3 perawatan, didapatkan hasil

    suhu tubuh anak dalam batas normal yaitu suhu tubuh klien 1 adalah 36,90C dank

    lien 2 adalah 36,40C. Kompres hangat merupakan tindakan yang dilakukan untuk

    menurunkan demam anak. Hal ini bermanfaat untuk melebarkan pembuluh darah

    dan mempercepat pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan.

    Kata Kunci: Anak, Bronkopneumonia, Hipertermi

  • 3

    NURSING CARE IN BRONCOPNEUMONIA CHILDREN

    WITH HYPERTERM PROBLEMS AT HOSPITAL

    PANTI WALUYA MALANG

    Pangestu, Dinda Kanti 2020. Nursing Care for Clients of Bronchopneumonia

    Children with Hypertherm Problems at the Panti Waluya Hospital in

    Malang. STIKes Panti Waluya Malang Scientific Papers. Advisors (1) Sr.

    Felisitas A.Sri S., Misc, MAN (2) Maria Magdalena Setyaningsih, Ns.Sp.

    Kep. Mat

    ABSTRACT

    Bronchopneumonia is inflammation of the lung parenchyma that begins with germs

    entering the upper respiratory tract and arriving at the bronchioli. Germs will cause

    inflammation and cause a buildup of exudate. These bacteria contain Streptococcus

    pneumonia, Streptococcus aerous and Streptococcus Pyogenesis which will spread to

    the respiratory tract, so a child can experience hyperthermic problems due to

    increased body temperature. The purpose of the study was to carry out nursing care

    for children who had bronchopneumonia with hyperthermia problems at the Panti

    Waluya Hospital in Malang. Subjects were 2 child clients who had

    bronchopneumonia with hyperthermia problems. When research on client 1 was

    conducted on May 15-17, 2020, while client 2 was conducted on March 20, 2020.

    Both clients had implemented 3 days of treatment. When an evaluation was carried

    out on the 3rd day of treatment, it was found that the child's body temperature was

    within normal limits, that is, the body temperature of the client 1 was 36.90C and the

    lien 2 was 36.40C. Warm compresses are actions taken to reduce children's fever.

    This is useful for dilating blood vessels and accelerating the exchange of heat

    between the body and the environment.

    Keywords: Children, Bronchopneumonia, Hypertherm.

  • 4

    PENDAHULUAN

    Bronkopneumonia merupakan

    peradangan pada parenkim paru yang

    diawali dengan kuman masuk ke saluran

    pernapasan atas dan sampai di

    bronkioli.Kuman akan menimbulkan

    peradangan dan menyebabkan

    penumpukan eksudat. Kuman tersebut

    mengandung bakteri Streptococcus

    pneumonia, Streptococcus aerous dan

    Streptococcus Pyogenesis yang akan

    menyebar ke saluran pernapasan,

    sehingga jika tidak ditangani dengan

    cepat dan tepat bisa mengakibatkan

    sesak, kesulitan berbicara, demam sampai

    dengan kejang, dan bisa mengakibatkan

    kematian karena gagal nafas (Nuratif,

    2015)

    Bronkopneumonia merupakan suatu

    masalah kesehatan dan penyumbang

    terbesar penyebab utama kematian pada

    anak, yaitu penyebab dari 15% kematian

    anak. Diperkirakan sebanyak 922.000

    balita di dunia pada tahun 2016 yang

    meninggal akibat bronkopneumonia

    (WHO, 2016). Kasus bronkopneumonia

    di Indonesia sebesar 3,55% (32.731). Di

    Provinsi Jawa Timur diperkirakan

    sebesar 4,45% yaitu sebanyak 1.490

    balita yang menderita bronkopneumonia

    (Profil Kesehatan, 2015). Di Rumah

    Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

    pada tahun 2017 terdapat 195 kasus

    bronkopneumonia pada anak dengan usia

    0-5 tahun, dan pada tahun 2018 terdapat

    180 kasus dengan usia 0-5 tahun (Rekam

    Medis Rumah Sakit Panti Waluya

    Sawahan Malang)

    Fenomena yang ditemukan oleh penulis

    ketika melakukan pengkayaan di Rumah

    Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

    pada bulan Februari 2019, seorang anak

    berusia 2 tahun 8 bulan dengan diagnosa

    bronkopneumonia dan dirawat di ruang

    Theresia Pavilliun dengan keluhan batuk,

    rewel tidak mau makan dan hipertermi

    dengan Suhu 39,0C, Nadi 130 x/menit,

    Pernapasan 40 x/menit. Ibu klien

    mengatakan bahwa klien mengalami

    batuk sudah 1 minggu yang lalu,

    mengalami panas sudah 4 hari, dan

    panasnya naik turun. Saat diraba, kulit

    klien terasa hangat dan kulit tampak

    kemerahan. Bibir klien juga tampak

    kering.

    Bronkopneumonia ditandai dengan

    peningkatan suhu tubuh (hipertermia).

    Biasanya didahului dengan infeksi traktus

    respiratorius bagian atas, terkadang

    timbul kejang, serta pernapasan cepat dan

    dangkal (Wijaya & Putri,2013).

    Hipertermi yang terjadi pada anak

  • 5

    sebagian besar akibat dari perubahan

    termoregulasi di hipotalamus. Hipertermi

    dapat membahayakan keselamatan anak

    jika tidak ditangani dengan tepat, karena

    dapat menimbulkan komplikasi seperti

    dehidrasi, kejang, dan bisa sampai

    mengalami penurunan kesadaran (Potter

    &Perry, 2015). Bronkopneumonia sering

    terjadi pada balita karena daya tahan

    tubuh yang rendah dan fungsi pertahanan

    gangguan saluran pernafasan. Jika tidak

    segera ditangani akan mengakibatkan

    komplikasi seperti empisema, otitis

    media akut, atelektasis dan meningitis.

    Selain itu juga dapat menyebabkan

    gangguan pertumbuhan dan

    perkembangan pada anak (Ngastiyah,

    2014).

    Asuhan keperawatan yang dapat

    dilakukan pada klien bronkopneumonia

    dengan masalah hipertermi yang

    berhubungan dengan infeksi pada saluran

    pernapasan adalah melakukan

    pengkajian, menegakkan diagnosa,

    menyusun intervensi, melakukan

    tindakan sesuai dengan intervensi yang

    telah ditentukan,dan melakukan evaluasi.

    Perawat harus memonitor tanda-tanda

    vital pada anak, terutama suhunya.

    Perawat juga memonitor intake dan

    output klien untuk mengantisipasi

    terjadinya dehidrasi pada anak yang

    mengalami demam tinggi. Perawat juga

    dapat memberikan edukasi pada keluarga

    untuk melakukan kompres hangat kepada

    anak yang bertujuan untuk menurunkan

    panasnya (Nursing Interventions

    Classification (NIC),2016).

    METODE PENELITIAN

    Dalam penelitian ini jenis penelitian yang

    digunakan adalah studi kasus. Penelitian

    studi kasus adalah studi yang

    mengeksplorasi suatu masalah

    keperawatan dengan batasan terperinci,

    memiliki pengambilan data yang

    mendalam dan menyertakan berbagai

    sumber informasi. Peneliti studi kasus

    dibatasi oleh tempat, waktu.

    Studi kasus ini adalah studi yang

    menunjukkan masalah Asuhan

    Keperawatan Pada Anak yang mengalami

    Bronkopneumonia dengan Masalah

    Hipertermi di Rumah Sakit Panti Waluya.

    Batasan istilah dalam studi kasus ini

    adalah pada klien anak yang didiagnosa

    medis Bronkopneumonia, Suhu lebih

    dari 37,5oC saat dilakukan pengkajian,

    Anak yang berusia 1 sampai 5 tahun,

    Akral teraba hangat, Klien tampak

    memerah pada wajah dan kulit. Pada

    penelitian ini menggunakan 2 klien,

    karena adanya pandemi Covid 19

    sehingga mempengaruhi proses

  • 6

    pengambilan data, akhirnya peneliti

    mengambil 2 klien dengan menggunakan

    data sekunder. Metode pengumpulan data

    dalam studi kasus ini adalah sebagai

    berikut :

    Wawancara : Wawancara dilakukan

    oleh pembimbing klinik yang membahas

    mengenai Bronkopneumonia dengan

    masalah Hipertermi. Sumber yang

    didapatkan dari pembimbing klinik

    ditampung terlebih dahulu dan

    disampaikan kepada penulis.

    Studi Dokumen : Studi dokumen

    digunakan penulis untuk mempelajari

    data mengenai masalah klien yang

    terdiagnosa Bronkopneumonia dengan

    masalah Hipertermi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

    Panti Waluya Malang. Pengambilan data

    dan penelitian ini di lakukan di Ruang

    Santa Theresia Paviliun, didapatkan 2

    klien anak Bronkopneumonia dengan

    masalah hipertermi.

    1.Pengkajian

    Identitas klien

    Klien 1 An M berusia 22 bulan,

    bertempat tingal di perum bandara

    santika, anak kedua, belum sekolah, klien

    dibawa ke IGD Rumah Sakit Panti

    Waluya Sawahan Malang pada tanggal

    14 Maret 2020 pukul 23.08 wib dengan

    keluhan panas sejak tadi malam, batuk

    grok-grok sudah 3 hari. Klien juga tidak

    mau makan. Setelah dilakukan

    pemeriksaan didapatkan hasil: N: 112

    x/menit, RR: 26x/menit, S: 38,60C,

    terdengar suara nafas tambahan ronchi di

    lapang paru kanan dan kiri. Klien

    terpasang infus di tangan sebelah kiri

    dengan cairan infus C1:4 1250 cc/24 jam.

    Klien di IGD mendapat terapi C1:4 1250

    cc/24 jam,cortidex 2,5 mg, sanmol infus

    3x150 mg, dan antrain 3x150 mg. Hasil

    foto thorax adalah pneumonitis pada paru

    kanan dan kiri. Akhirnya klien

    disarankan untuk rawat inap. Klien

    dipindahklan ke ruang rawat inap anak

    Santa Theresia Paviliun pada tanggal 14

    Maret 2020 pukul 23.19. Setelah itu

    dilakukan pemeriksaan dan didapatkan

    anak panas, batuk grok-grok data

    keadaan umum cukup, kesadaran

    composmetis, RR: 26x/menit,

    N:120x/menit, S: 38,90C.SaO2 99%

    menggunakan O2 nasal 3 lpm. Terdapat

    bunyi nafas tambahan ronchi pada sisi

    kanan dan kiri. Tampak kemerahan pada

    kulit anak. Mukosa bibir lembab, bibir

    klien berwarna merah, akral terasa panas,

  • 7

    lidah tampak putih. Di ruangan, klien

    mendapat terapi ceftriaxone 1x1 gram,

    antrain 3x150 mg, sanmol 3x150 mg,

    cortidex 3x2,5 mg, santagesik 3x150 mg.

    Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya

    anak pernah dirawat di rumah sakit

    dengan diagnosa yang sama yaitu

    bronkopneumonia saat anak berusia 11

    bulan. Ibu klien mengatakan tidak ada

    riwayat penyakit keluarga. Anggota

    keluarga tidak ada yang merokok.

    Kondisi rumah dan lingkungan sekitar

    juga bersih

    Klien 2 adalah An.A berusia 18 bulan,

    bertempat tinggal di Wagir,Malang, Anak

    pertama. Dibawa ke IGD Rumah Sakit

    Panti Waluya Sawahan Malang pada

    tanggal 20 Maret 2020, pukul 06.57 wib

    dengan keluhan demam naik turun

    disertai batuk kering dan pilek sejak

    tanggal 15 Maret 2020, nafsu makan

    anak menurun. Setelah dilakukan

    pemeriksaan, didapatkan data S: 39,30C,

    N:140x/menit, RR: 28x/menit. Terdengar

    suara nafas tambahan ronchi pada lapang

    paru kanan dan kiri. Klien mendapat

    terapi infus C1:4 800cc/24 jam. Dari

    pemeriksaan thorax adalah pneumonitis

    pada paru kanan dan kiri. Akhirnya klien

    disarankan untuk rawat inap. Setelah itu

    klien dipindahkan ke ruang rawat inap

    anak Santa Theresia Paviliun pada

    tanggal 20 Maret 2020 pukul 08.30. Saat

    dirungan dilakukan pengkajian dan

    didapatkan data anak panas, batuk kering,

    pilek. Kulit anak tampak kemerahan.

    keadaan umum cukup, kesadaran

    composmentis, S:39,30C, N: 120x/menit,

    RR: 22x/menit, SaO2 98 %. Terdapat

    suara nafas tambahan ronchi di lapang

    paru kanan dan kiri. Akral teraba panas,

    mukosa bibir lembab, bibir berwarna

    merah, lidah tampak kotor, anak banyak

    mengeluarkan keringat. Di ruangan anak

    mendapatkan terapi C1:4 700 cc/24 jam,

    sanmol 100 mg jika panas, combiven 1

    cc: pulmicort 1 cc 3x sehari, cinam 3x300

    mg. Ibu klien mengatakan bahwa

    sebelumnya anak tidak pernah dirawat di

    rumah sakit, tidak ada riwayat penyakit

    keluarga, kondisi rumah bersih dan

    anggota keluarga tidak ada yang

    merokok.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Dari hasil pengkajian, dapat ditegakan

    diagnosa keperawatan yaitu

    ketidakstabilan kadar glukosa darah

    berhubungan dengan gangguan toleransi

    glukosa darah.

    3. Rencana Keperawatan

    Pada klien telah ditetapkan rencana

    keperawatan sesuai dengan tinjauan

  • 8

    pustaka yaitu memonitor suhu, nadi, dan

    respirasi, monitor intake dan output,

    lakukan pemantauan pada warna kulit,

    monitor komplikasi akibat hipertermi,

    anjurkan pada keluarga untuk

    memberikan kompres hangat, anjurkan

    untuk menggunakan pakaian yang tipis,

    anjurkan orang tua untuk memberikan

    minum yang sering jika tidak ada

    kontraindikasi, kolaborasi dalam

    pemberian antibiotic, dan kolaborasi

    pemberian antipiretik.

    4. Implementasi Keperawatan

    Dari 9 rencana keperawatan yang

    direncanakan pada klien telah dilakaukan

    semuanya.

    5. Evaluasi Keperawatan

    Pada Klien Anak Bronkopneumonia

    dengan Masalah Hipertermi di Rumah

    Sakit Panti Waluya Sawahan Malang,

    klien dilakukan pengkajian sampai

    dengan hasil evaluasi selama 3 hari

    sesuai dengan kriteria hasil yang telah

    ditetapkan, didapatkan hasil masalah

    teratasi pada hari ketiga. Hal ini ditandai

    dengan suhu tubuh klien pertama 36,90C

    dan klien kedua 36,40C, nadi anak klien

    pertama dan kedua 94x/ menit ,

    pernapasan anak klien pertama dan kedua

    20x/ menit, tidak terjadi kemerahan pada

    kulit, klien tidak mengalami kejang, akral

    klien diraba hangat

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan data yang diperoleh dari

    pembimbing klinik, pengkajian anak

    Bronkopneumonia dengan masalah

    Hipertermi di RS Panti Waluya Malang

    menunjukkan bahwa partisipan 1

    berumur 22 bulan dan partisipan 2

    berumur 18 bulan.

    1.Pengkajian

    Hasil pengkajian pada partisipan pertama

    yaitu An.M usia 22 bulan datang ke IGD

    Rumah Sakit Panti Waluya Malang

    diantar keluarganya dikarenakan panas

    sejak tadi malam, batuk grok-grok sudah

    3 hari. Klien juga tidak mau makan.

    Setelah dilakukan pemeriksaan

    didapatkan hasil: N: 112 x/menit, RR:

    26x/menit, S: 38,60C, terdengar suara

    nafas tambahan ronchi di lapang paru

    kanan dan kiri. Hasil foto thorax adalah

    pneumonitis pada paru kanan dan kiri dan

    dokter mendiagnosis An.M

    Bronkopneumonia. Akhirnya klien

    disarankan untuk rawat inap.

    Pada partisipan kedua yaitu An.A usia 18

    bulan datang ke IGD Rumah Sakit Panti

    Waluya Malang diantar keluarganya

    karena demam naik turun disertai batuk

  • 9

    kering dan pilek sejak tanggal 15 Maret

    2020, nafsu makan anak menurun.

    Setelah dilakukan pemeriksaan,

    didapatkan data S: 39,30C, N:140x/menit,

    RR: 28x/menit. Terdengar suara nafas

    tambahan ronchi pada lapang paru kanan

    dan kiri. Dari pemeriksaan thorax adalah

    pneumonitis pada paru kanan dan kiri dan

    dokter mendiagnosis An.A

    Bronkopneumonia. Akhirnya klien

    disarankan untuk rawat inap.

    Dari hasil pengkajian pada pasien 1 dan 2

    dengan diagnosa Bronkopneumonia,

    terdapat suara nafas tambahan ronchi

    pada lapang paru kanan dan kiri, suhu

    tubuh meningkat dan dari hasil foto

    thorax yaitu pneumonitis pada paru

    kanan dan kiri, disertai tanda dan gejala

    yang muncul seperti anak mengalami

    kenaikan suhu lebih dari 37,50C, kulit

    diraba terasa panas, nafsu makan anak

    menurun, tampak kemerahan pada kulit

    anak, mukosa bibir lembab, dan bibir

    tampak merah. Sesuai dengan teori

    Mutaqqin (2014) yang mengatakan

    Bronkopneumonia. merupakan

    peradangan pada parenkim paru yang

    diawali dengan kuman masuk ke saluran

    pernapasan atas dan sampai di bronkioli.

    Kuman akan menimbulkan peradangan.

    Karena peradangan itulah maka anak

    akan mengalami kenaikan suhu tubuh

    lebih dari batas normal (Nuratif, 2015)

    2. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang muncul dari

    kedua partisipan setelah dilakukan

    pengkajian sama yakni Hipertermi

    berhubungan dengan proses infeksi

    dimulai dari berhasilnya kuman pathogen

    masuk ke mukus jalan nafas.kuman

    tersebut berkembang biak di saluran

    nafas atau sampai di paru-paru. Bila

    mekanisme pertahanan seperti system

    transport mukosilia tidak adekuat, maka

    kuman berkembang biak secara cepat

    sehingga terjadi peradangan di saluran

    nafas atas, sebagai respon dari

    peradangan akan terjadi hipersekresi

    mucus dan merangsang batuk.

    Mikrorganisme berpindah karena adanya

    gaya tarik bumi dan alveoli menebal.

    Pengisian cairan alveoli akan melindungi

    mikroorganisme dari fagosit dan

    membantu penyebaran organisme ke

    alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan

    infeksi meluas, aliran darah di paru

    sebagai peningkat yang diikuti

    peradangan vaskuler (

    Price&Wilson,2015). Berdasarkan

    analisa data tersebut diagnosa yang

    muncul pada klien Bronkopneumonia

    adalah hipertermia (Tim Pokja SDKI

  • 10

    DPP PPNI, 2016) dari data yang

    diperolah dan dianalisis untuk

    menentukan diagnosa yang terjadi pada

    klien dengan teori yang digunakan tidak

    terdapat kesenjangan, klien 1 dan klien 2

    mengalami masalah keperawatan sesuai

    teori.

    3. Rencana Keperawatan

    Peneliti membuat intervensi dengan

    tujuan setelah dilakukan asuhan

    keperawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu

    tubuh klien kembali normal. Intervensi

    yang diberikan pada klien sama.

    Intervensi yang diberikan pada klien 1

    dan 2 antara lain:

    Manajemen Hipertermia

    1. Monitor suhu, nadi dan respirasi

    2. Monitor intake dan output

    3. Lakukan pemantauan pada warna

    kulit

    4. Monitor komplikasi akibat

    hipertermia

    5. Anjurkan pada keluarga untuk

    memberikan kompres hangat

    6. Anjurkan untuk menggunakan

    pakaian yang tipis

    7. Anjurkan orang tua untuk

    memberikan minum yang sering jika

    tidak ada kontra indikasi

    8. Kolaborasi dalam pemberian

    antibiotik sesuai dengan anjuran

    9. Kolaborasi pemberian antipiretik

    (Ackley,2011)

    4. Implementasi Keperawatan

    Implementasi dilakukan seluruhnya oleh

    peneliti melalui perantara pembimbing

    klinik. Peneliti memantau perkembangan

    kondisi klien dengan bantuan perawat

    sehingga data yang diperoleh oleh

    peneliti merupakan data sekunder.

    1. Monitor suhu, nadi ,dan respirasi.

    Tidak bisa dimonitor oleh peneliti

    per beberapa jam, namun perhari

    dengan bantuan perawat.

    2. Monitor intake dan output.

    3. Lakukan pemantauan warna kulit.

    Tidak bisa dilakukan oleh peneliti,

    namun dilakukan oleh perawat.

    4. Monitor komplikasi akibat

    hipertermi. Tidak bisa dilakukan

    oleh peneliti, namun dilakukan oleh

    perawat.

    5. Anjurkan kepada keluarga untuk

    memberikan kompres hangat.

    Kompres hangat dilakukan oleh

    perawat, namun untuk selanjutnya

    dilakukan oleh orang tua klien

    6. Anjurkan untuk menggunakan

    pakaian yang tipis

  • 11

    7. Anjurkan orang tua untuk

    memberikan minum yang sering jika

    tidak ada kontraindikasi. Klien

    minum air putih dan susu

    8. Kolaborasi dalam pemberian

    antibiotik sesuai anjuran. Klien

    diberikan ceftriaxone 1x1 gram

    9. Kolaborasi pemberian antipiretik.

    Klien diberikan antrain 3x150 mg

    Intervensi tidak dapat dilakukan oleh

    peneliti karena adanya kebijakan

    terkait pandemi Covid 19 sehingga

    data yang dimiliki oleh peneliti

    merupakan data sekunder.

    5. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi keperawatan pada klien

    Bronkopneumonia dengan masalah

    hipertermi menunjukkan suhu tubuh

    normal pada hari ke tiga. Untuk klien 1

    suhu tubuh 36,9°, RR : 20 x/menit, Nadi :

    94x/menit. anak sudah tidak panas, kulit

    diraba terasa hangat,mukosa bibir lembab,

    bibir berwarna merah muda,dan tidak

    tampak adanya kemerahan pada kulit

    anak. Sedangkan pada klien 2 Suhu tubuh

    anak 36,4°C, RR : 20 x/menit, Nadi :

    94x/menit. anak sudah tidak panas,

    mukosa bibir lembab, tidak tampak

    adanya kemerahan pada kulit anak, dan

    kulit diraba terasa hangat

    Pada langkah ini dilakukan evaluasi

    keefektifan dari asuhan yang sudah

    diberikan, terbukti kompres hangat

    efektif menurunkan suhu tubuh klien.

    Berdasarkan fakta yang ada di

    implementasi pada klien hipertermi

    dengan kasus Bronkopneumonia

    menunjukkan suhu tubuh normal kembali

    pada implementasi hari ke 3.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Asuhan keperawatan pada anak

    Bronkopneumonia dengan masalah

    Hipertermi diruang Santa Theresia

    Pavilliun Rumah Sakit Panti Waluya

    Sawahan Malang dapat dilaksanakan

    pada klien 1 dan 2 selama 3 hari.

    Pada klien 1 dan 2 masalah teratasi

    dibuktikan dengan suhu tubuh anak

    dalam batas normal, akral diraba hangat,

    bibir berwarna merah muda, mukosa

    bibir lembab, nadi dan pernapasan anak

    dalam batas normal, tidak tampak

    kemerahan pada kulit anak.

    2. Saran

    Bagi Lahan Penelitian

  • 12

    Berdasarkan hasil penelitian ini

    diharapkan dapat dijadikan salah satu

    referensi bagi tenaga perawat di Rumah

    Sakit Panti Waluya Malang agar dapat

    mengaplikasikan intervensi, serta dapat

    menjadi bahan dalam peningkatan

    pelayanan Rumah Sakit dan

    mempertahankan kepuasan klien

    sehingga dapat memberikan pelayanan

    yang optimal terutama pada klien anak

    yang mengalami Bronkopneumonia

    dengan masalah Hipertermi

    Bagi Institusi Pendidikan

    Berdasarkan hasil penelitian maka

    peneliti berharap institusi pendidikan

    memotivasi mahasiswa untuk lebih

    mengembangkan ilmu pengetahuan

    melalui penelitian dan dapat dijadikan

    sebagai tambahan materi dan referensi

    baru bagi mahasiswa tentang asuhan

    keperawatan pada anak yang mengalami

    Bronkopneumonia dengan masalah

    Hipertermi.

    Bagi Peneliti Selanjutnya

    Berdasarkan hasil penelitian ini

    diharapkan bagi peneliti selanjutnya

    mampu melakukam tindakan asuhan

    keperawatan pada klien Anak

    Bronkopneumonia dengan Masalah

    Hipertermi yaitu meonitor suhu anak,

    menghitung nadi dan pernapasan,

    memberikan kompres hangat pada anak,

    dan mampu berkolaborasi dengan tim

    medis lain.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ngastiyah (2014) Perawatan Anak Sakit.

    Jakarta: ECG

    Nuratif (2015) Asuhan Keperawatan

    Praktis. Jogjakarta: Medication

    Nuratif (2015) Aplikasi Asuhan

    Keperawatan Berdasarkan

    Diagnosa Medis.

    Yogyakarta:Mediaction Publishing

    Potter & Perry (2015) Fundamental

    Keperawatan Edisi 7. Vol.3. Jakarta

    : EGC

    Price & Wilson (2015) Asuhan

    Keperawatan Penyakit Dalam.

    Yogyakarta: Nuha Medika

    Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016)

    Standart Diagnosa Keperawatan

    Indonesia.

    Jakarta Selatan: Dewan Pengurus

    Pusat

  • 13

    Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)

    Standart Intervensi Keperawatan

    Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan

    Pengurus Pusat

    Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018)

    Standart Luaran Keperawatan

    Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan

    Pengurus Pusat

    Wijaya & Putri (2013) KMB 1

    Keperawatan Medikal Bedah.

    Yogyakarta: Nuha

    Medika

  • 14

  • 15

  • 16

  • 17

  • 18

  • 19

  • 20

  • 21