bronkopnemonia

Upload: mona-an-misyah

Post on 19-Jul-2015

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini serta pesatnya arus globalisasi, maka diharapkan masyarakat semakin berperan aktif dalam bidang kesehatan. Bidang kesehatan merupakan prioritas utama, karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Tujuan pembangunan kesehatan secara umum yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, baik individu, keluarga maupun masyarakat. Penyakit Bronkopneumonia merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling besar pada anak terutama pada bayi karena saluran napasnya masih sempit, daya tahan tubuh yang masih rendah dan mudahnya beradaptasi dengan lingkungan yang buruk. Bronkopneumonia adalah penyakit saluran pernapasan dan radang paru karena adanya infeksi traktus respirotorius sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang mendesak. (Ngastiah, 1998) Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh bronkopneumonia sering disebabkan oleh terlambatnya penderita dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan atau perawatan yang cepat dan tepat. Oleh karena kurangnya pengertian dari orang tua penderita atau anggota keluarga serta masyarakat yang lain dalam menanggulangi bronkopneumonia. Terkadang keluarga berpikir anaknya hanya panas biasa, atau batuk yang ringan sehingga keluarga tidak segera membawa anak ke rumah sakit. Dalam hal ini sebagai petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan asuhan kebidanan sebaikbaiknya sebagai upaya dalam memberikan kesejahteraan pada anak sakit, dan keluarga bisa bertambah pengetahuannya pada penyakit ini. 1.2 1.2.1 Tujuan Penulisan Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu melaksanakan asuhan kesehatan kepada anak dengan bronkopneumonia secara nyata selama praktek lapangan. 1.2.2 Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan dapat : 1. 2. 3. Melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia. Menentukan identifikasi diagnosa keperawatan. Menentukan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan anak.

4. Melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan yaitu melalui pendekatan, menganjurkan pada ibu untuk tetap memberi ASI dan asupan nutrisi yang cukup mengobservasi intake, output dan tanda-tanda vital serta melakukan kolaborasi dengan tim medis. 5. 1.3 1.3.1 Mengevaluasi keefektifan dari asuhan keperawatan yang sudah diberikan. Metode Penulisan Studi Kepustakaan

Penulis membekali diri dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan bronkopneumonia. 1.3.2 Praktek Langsung

Melakukan pendekatan dan asuhan keperawatan pada klien dengan gastroenteritis akut secara langsung di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen. 1.3.3 Bimbingan dan Konsultasi

Dalam penyusunan makalah ini penulis juga melakukan konsultasi dengan pembimbing baik di ruangan maupun di pendidikan. 1.4 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang Tujuan Penulisan Metode Penulisan Sistematika Penulisan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7 Bronkopneumonia Pengertian Etiologi Patofisiologi Komplikasi Prognosis Gambaran Klinik Bronkopneumonia Pemeriksaan Diagnostik

2.1.8 2.1.9 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4

Penatalaksanaan dalam Bronkopneumonia Tindakan Keperawatan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit Pengertian Tujuan Hasil yang Diharapkan Manajemen Asuhan Keperawatan

BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 Pengkajian Identifikasi Masalah / Diagnosa Antisipasi Masalah Potensial Identifikasi Kebutuhan Segera Rencana Pengembangan

BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Bronkopneumonia Pengertian

Bronkopneumonia adalah proses peradangan yang terjadi pada kedua lapang paru hingga bronchus, termasuk dinding alveolus jaringan peri bronchial serta jaringan inter lobuler. (FKUI 1985) Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri misalnya staphylococcus atau streptococcus, virus (virus influenza), jamur canadia albicans atau aspirasi karena makanan atau benda asing. (Suryanah, 1996) Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa : Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada kedua lapang paru hingga bronchus, termasuk dinding alveolus yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau aspirasi karena makanan atau benda asing. 2.1.2 Etiologi

a. Bakteri : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus, hemolyticcus, streptococcus aureus, hemophilus influenza, bachillus freedlanda, mycobacterium tuberculosis. b. Virus : Respiratory synctial virus, virus influenza, andenovirus, virus sitomegalik, mycoplasma pneumoniae. c. Jamur : Histoplasma cap salatum, cyptococcus neofarmans, blastomyces, dermatides, coccidroides imminitis, aspergillus species, candida albicans. d. 2.1.3 Aspirasi : Makanan, kerosene (minyak tanah, bensin).

Patofisiologi

Bakteri, virus atau jamur masuk kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan secara percikan (droplet). Proses peradangan dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu : 2.1.3.1 Stadium Kongesti (4-12 jam pertama)

Kapiler melebar dan kongesti, serta didalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. 2.1.3.2 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)

Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan florin, leukosit, neutrofil dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.

2.1.3.3

Stadium Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)

Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. 2.1.3.4 Stadium Resolusi (4-11 hari)

Eksudat berkurang dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan menghilang. 2.1.4 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotic secara tepat. 2.1.5 Prognosis

Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Bila pasien disertai malnutrisi energi protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka mortalitasnya masih tinggi.

2.1.6

Gambaran Klinik dari Bronkopneumonia

1. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. 2. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-400C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. 3. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan dangkal dan cepat disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis hidung dan mulut. 4. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.

5. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Dalam stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung daripada luas daerah auskultasi yang terkena. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada asukultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus atau sedang.

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras, pada stadium resolusi, ronchi terdengar lagi. 2.1.7 a. Pemeriksaan Diagnostik Foto toraks

Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrate pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. b. Laboratorium

Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000-40.000 / mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorok dan mungkin juga dari darah. 2.1.8 Penatalaksanaan dalam Bronkopneumonia Medik

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan : Penisilin 50.000 u/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9 mg dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq 1500 ml/botol infus. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis dan gas darah arteri. Pasien bronkopneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit. 2.1.9 Tindakan Keperawatan

Seringkali pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit datang sudah dalam keadaan payah, sangat dispnea, pernapasan cuping hidung, sianosis dan gelisah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran pernapasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi / cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. 1. Menjaga kelancaran pernapasan

Pasien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir didalam bronkus/paru. Agar pasien dapat bernapas secara lancar lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2 liter/menit secara rumat. Pada anak yang agak besar berikan seperti ikat baring setengah duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos baju yang agak sempit. Ajarkan

agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak akan segera hilang. Beritahu kepada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit, boleh duduk miring ke bagian dada yang lain. Pada bayi, baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita, atau celana yang ada karetnya. Isaplah lendirnya dan berikan O2 secara rumat sampai 2 liter/menit. 2. Kebutuhan istirahat

Pasien pneumonia adalah pasien payah, suhu tubuh tinggi, sering hiper pireksia, maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan dilakukan waktu pasien sedang tidur. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik-baiknya. 3. Keutuhan nutrisi dan cairan

Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 09% dalam perbandingan 3:1 ditambahkan KCl 10 mEg/1500 ml/botol infus. Apabila sesak napas telah berkurang pasien menyuapi harus sabar karena keadaan sesak menyebabkan pasien cepat lelah waktu mengunyah. Pada pasien yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek selain memperoleh infus. Beritahukan ibu agar puting susu sering-sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernapas. Bila bayi tidak mau mengisap, ASI dipompa dan diberikan dengan sendok, jika bayi minum susu formula harus diberikan dengan sendok. 4. Mengontrol suhu tubuh

Pasien pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini maka suhu harus dikontrol setiap jam selain diusahakan untuk menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan obat-obatan. Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah suhu sudah turun. 5. Mencegah komplikasi / gangguan rasa aman dan nyaman

Komplikasi terjadi karena adanya lendir yang tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari lendir yang menetap (mucous plug) maka sikap baring pasien, terutama bayi harus diubah posisinya tiap 2 jam dan pengisapan lendir sering dilakukan. Bila lendir tetap banyak, dapat dilakukan fisioterapi dengan postural drainage. Caranya bayi dibaringkan tengkurap didepannya letakkan handuk sebagai alas, dibawah perutnya diganjal guling sehingga posisi kepala lebih rendah. Lakukan tepukan dengan kedua tangan yang dicekungkan dipunggung bayi secara ritmi sambil sering diisap lendirnya dari hidung dan mulut. Lama tindakan ini 5-10 menit dan dapat dilakukan pagi dan sore. Jika lendir sudah berkurang maka fisioterapi dapat dilakukan sekali sehari, biasanya pagi saja. Mengenai gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien yang dirawat di rumah sakit.

6.

Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia ialah dengan memberikan pengertian jika anak batuk pilek disertai demam sudah 8 hari tidak juga sembuh agar dibawah berobat ke pelayanan kesehatan. Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah, misalnya baru sembuh dari penyakit diare atau sering batuk pilek, janganlah dibawa keluar pada malam atau dibiarkan bermain diluar jika udara tidak baik karena hal tersebut dapat menjadi penyebab pneumonia. 2.2 2.2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit Pengertian

Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus pasien. (Depkes RI, 1984) 2.2.2 Tujuan

Memberikan asuhan yang adekuat dan professional serta berstandar pada anak dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, persalinan dan keadaan bayi setelah lahir. 2.2.3 Hasil yang Diharapkan

Terlaksananya asuhan segera / rutin pada anak termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, membuat perencanaan, melaksanakan rencana tindakan yang ditentukan / intervensi dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. 2.2.4 1. Manajemen Asuhan Keperawatan terdiri dari 5 Langkah Pengumpulan data

Untuk mengevaluasi keadaan anak a. Anamnesa

Biodata terdiri dari : Nama : nama klien, ibu dan ayah perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien yang lain. Umur : berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. (Depkes RI) Alamat : dicatat untuk mempermudah hubungan bila ada keadaan mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal pasien.

Agama : perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh didalam kehidupan termasuk kesehatan dan akan mudah dalam mengatasi masalah kesehatan pasien. (Depkes RI, 1994) Pekerjaan : ditanyakan untuk dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi kesehatan. Pendidikan : tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya didalam tindakan asuhan kebidanan, selain anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien / anak yang tingkat pendidikannya tinggi. (Depkes RI, 1994) b. Keluhan utama

Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke petugas kesehatan dan untuk tindakan selanjutnya. c. Riwayat kehamilan dan kelahiran Pre natal

Jika selama hamil ibu rajin memeriksakan kandungannya maka kondisi janin atau bayi selama masih dalam kandungan akan terkontrol dengan baik. Ibu yang selama hamil sudah mendapatkan imunisasi TT maka anaknya bisa terhindar dari penyakit tetanus neonaturum. Natal

Jika selama persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat bawaan pada bayi, berat badan lebih dari batas normal dan umur kehamilan ibu yang cukup bulan maka proses tumbuh kembang bayi dapat maksimal. 2. a. Data obyektif Pemeriksaan : normal / tidak

Keadaan umum Kesadaran :

normal / tidak : Suhu badan dapat diukur melalui mulut, rectum atau aksila.

Tanda-tanda vital Suhu :

Pada bronkopneumonia suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 0C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Nadi : Dapat diukur pada arteri radialis, dan arteri femoralis anak umur lebih 1 tahun, sedangkan pada bayi menggunakan stetoskop pada apex jantung. Nadi dihitung dengan waktu 1 menit dan kemungkinan iramanya kurang teratur. Pada bronkopneumonia tidak ada perubahan nadi. Pernapasan : Nilai pernapasan rata-rata dihitung setiap menit.

Pada bronkopneumonia pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Tekanan darah : tahun keatas. b. Inspeksi Pengukuran tanda-tanda vital yang biasanya diukur pada anak 3

Muka : apakah raut wajah menunjukkan sakit, susah bernapas, ketakutan, perasaan senang, gangguan mental atau sakit akut. Rambut: Kulit : bagaimana struktur, kualitas, distribusi dan elastisitas serta kebersihannya. bagaimana warna struktur, suhu, kelembaban, dan tugur. apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran simetris atau tidak, kornea apakah simetris, adakah infeksi seperti otitis media dan berbau. apakah ada tonsil, pembengkakan, radang (memerah). apakah ada pembengkakan pada kelenjar thyroid dan vena jugularis. apakah membuncit, bagaimana kebersihannya.

Mata : dan keadaan retina. Telinga : Mulut : Leher : Perut :

Genetalia : Laki-laki : apakah glans penis baik bentuknya, testis berada dalam skrotum, skrotum simetris atau tidak. Wanita : apakah ada tanda-tanda infeksi, perdarahan, bagaimana keadaan vulva, labia, vagina. Anus : apakah ada haemorrhoid, prolups, keadaan lubang anus.

Ekstremitas : apakah simetris atau tidak, jari-jari lengkap atau tidak, bagaimana kebersihan kuku, ketiak dan kaki. c. Palpasi adakah benjolan di kepala. apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau bendungan vena jugularis. diraba adakah masa pada dada. adakah pembesaran pada hepar, pembesaran lien. apakah ada pembesaran kelenjar limfe, hernia inguinalis. diraba tanda apakah ada oedema.

Kepala : Leher : Dada : Perut :

Pelipatan paha :

Ekstremitas atas dan bawah : d. Auskultasi

Dada : Perut :

apakah terdengar wheezing, ronchi. apakah terdengar adanya bising usus.

Observasi tingkah laku Apakah penampilan anak tidak tenang (kaku), cemas, tegang, sesuka hati, ramah, pemalu, banyak bicara, agresif. Apakah anak aktif, diam ditempat, gelisah atau tidak. Apakah mudah atau susah untuk memperhatikan sesuatu. Apakah ada reaksi terhadap perintah dengan perasaan takut dan senang.

Kemampuan mengikuti perintah, dapat mengikuti 2 atau 3 perintah dengan baik tanpa dilindungi. 3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan status kesehatan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisa dan dibandingkan dengan norma yang berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien dengan kriteria : Prioritas masalah dengan kriteria : Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama. Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua. Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

- Kriteria Hasil Intervensi

Diagnosa I : Gangguan jalan nafas sehubungan dengan akumulasi sekret dan peningkatan suhu tubuh. Kriteria Hasil : menunjukkan prileku pencapaian bersihan jalan nafas

menunjukkan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih, tidak ada ronchi, wheezing, dan retraksi intercostae. 1) Intervensi Jelaskan pada keluarga tentang penyebab batuk serta sesak napas.

R/ Peradangan pada paru-paru dan bronkiolus disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, aspirasi karena makan atau benda asing. Faktor yang mempengaruhi timbulnya bronkopneumonia adalah penyakit menahun.

2) Atur posisi tidur anak dengan posisi setengah duduk (semi fowler) pasang O2 sebanyak 1 liter/menit. R/ Dengan semi fowler diharapkan anak lebih mudah bernapas dan dengan O2 pasien lebih nyaman untuk bernapas. 3) R/ 4) R/ Kaji status pernapasan dan TTV. Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien. Kaji batuk dan kedalaman napas. Untuk menilai keefektifan dari proses pernapasan.

5) Jelaskan pada orang tua tentang tanda-tanda sesak napas dan teknik untuk mengurangi sesak. R/ Timbulnya kasus ini ditandai dengan suhu tubuh meningkat, batuk hebat, sesak napas, gelisah, sianosis, penurunan kesadaran. 6) R/ Jelaskan pada keluarga tentang penyebab demam. Menambah wawasan / pengetahuan keluarga tentang penyebab panas.

7) Anjurkan keluarga untuk mengompres dan mengganti pakaian pasien yang tipis dan menyerap keringat. R/ 8) Membantu penguapan tubuh dengan proses konveksi. Berikan O2 1 liter permenit

R/ Pemenuhan kebutuhan O2 menjadikan prises pernafasan efektif. 9) R/ Berikan therapi nebulizer Dengan nebulizer mengencerkan dahak dan melancarkan pernapasan.

Diagnosa II : Gangguan Pemenuhan Nutrisi Berhubungan dengan gangguan Pernafasan Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan nafsu makan Mempertahankan atau meningkatkan berat badan dan juga kadar Haemoglobin

Intervensi : 1) Beri penjelasan tentang pentingnya pemenuhan nutrisi pada anak

R/ pemenuhan nutrisi pada anak mempercepat proses perkembangan dan pertumbuhan sekaligus memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit

2) Anjurkan untuk memberikan makan anak dengan porsi kecil tapi sering termasuk makanan tambahan ( roti atau mari) R/ Meningkatkan asupan dan mencegah terjadinya muntah 3) Beri gizi TKTP lembek

R/ Menambah daya tahan tubuh anak dengan tidak memperberat kondisi pemenuhan gizi pada anak dengan makanan yang ada 4) Beri susu setiap hari paling sedikit 2x sehari

R/ susumengandung protein yang tinggi 5) Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan yang diberikan

R/ kebersihan diri dan makanan mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh. Diagnosa III : Peningkatan suhu tubuh bila ada proses infeksi pada broncus Kriteria Hasil : Menurunnya suhu tubuh ( dalam batas normal ) Mencegah terjadinya tanda bahaya ( kejang demam )

Intervensi : 1) Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi

R/ Selama periode waktu ini potensial fatal dapat terjadi 2) Batasi pengunjung sesuai indikasi

R/ Menurunkan pemajaman terhadap pathogen lain 3) Berikan kompres hangat

R/ Rangsangan hangat membuat vasodilatasi pembuluh darah yang dapat menurunkan panas 4) Selidiki perubahan tiba-tiba atau berulangnya demam

R/ Komplikasi mempengaruhi beberapa atau semua system organ termasuk abces paru dan super infeksi 5) Anjurkan pemakaian baju tipis dan menyerap keringat

R/ membantu proses penguapan 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infuse dan obat golongan antipiretik

R/ Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dan antipiretik menurunkan panas melalui pusat di hipotalamus

Diagnosa IV : Kurangnya pengetahuan ( orang tua ) Kriteria Hasil : Menyatakan pemahan kondisi, proses penyakit dan pengobatan Berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi : 1) Diskusikan aspek ketidakmamapuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan kesembuhan R/ Informasi dapat meningkatkan pengetahuan 2) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal

R/ Depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi 3) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemmberi perawatan kesehatan

R/ upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/ meminimalkan komplikasi.

BAB 3 TINJAUAN KASUS ASUHAN KESEHATAN PADA An. I DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG MELATI RSU BOKOR TUREN 3.1 Pengkajian

Tanggal 11 Juli 2008 Jam : 08.00 WIB 3.1.1 1. Data Subyektif Identitas anak An. I 1 tahun perempuan anak kandung 2 (dua) dari 2 bersaudara

Nama : Umur :

Jenis kelamin : Status anak Anak ke Agama : Alamat : : : islam

Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang 10-07-2008 jam : 17.30 WIB

Tanggal MRS : Diagnosa :

Bronkopneumonia

Identitas orang tua Nama ayah Umur : Agama : : Tn. S

30 tahun Islam Jawa/Indonesia SD (tamat) Swasta Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang Ny. U

Suku/Bangsa : Pendidikan Pekerjaan Alamat Nama ibu : : : :

Umur : Agama :

26 tahun Islam Jawa/Indonesia SD (tamat) Ibu RT Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang

Suku/Bangsa : Pendidikan Pekerjaan Alamat 2. a. : : :

Status kesehatan Keluhan utama

Ibu mengatakan anaknya batuk grok-grok dan sesak sejak tanggal 06-07-2008 b. Riwayat penyakit sekarang

Sejak tanggal 06 Juli 2008, anak batuk grok-grok dan sesak. Sebelum masuk rumah sakit anak pernah periksa ke bidan tanggal 08-07-2008 dengan keluhan anak batuk grok-grok. Kemudian tanggal 10-07-2008 anak di bawa ke klinik RSU Bokor Turen untuk berobat dengan keluhan anak batuk grok-grok dan sesak. Dari poliklinik anak dianjurkan untuk rawat inap di ruang melati dengan terapi : Infus KAEN 4B 15 tetes/menit Injeksi vicillin 3x125 mg Injeksi sagestam 3x10 mg Injeksi kalmetashon 3x1/4 cc Injeksi antrain 1/5 cc ( k/p) Nebulizer ventolin dosis 2x1/2 vial O2 1 liter/menit

Saat dikaji klien batuk grok-grok, sputum sulit keluar dan sesak. Terpasang infus KAEN 4B 15 tetes/menit, RR 46 x/menit, nadi : 100x/menit, ronchi (+), wheezing (+), retraksi intercostae, pernapasan cuping hidung (+) c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis) ataupun menurun (jantung, diabetes mellitus asthma). d. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya anak sudah pernah sakit sesak tapi tidak sampai masuk rumah sakit. Bila anak sakit biasanya dibawa ke Puskesmas dan sembuh.

3. a. -

Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat pre natal Ibu mengatakan kehamilannya diperiksakan di bidan sebanyak 5x

Keluhan saat hamil : Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah setiap makan Trimester II : Ibu mengatakan mulai merasa nyaman dengan kehamilannya, ibu mulai merasakan pergerakan anak sejak usia kehamilan 4 bulan Trimester III : Ibu mengatakan sering kencing dan sakit pinggang Selama hamil ibu tidak pernah mengalami sakit yang parah. Ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan, ibu minum obat dan vitamin dari bidan. b. Riwayat natal

Ibu melahirkan di bidan, bayi lahir normal tanggal 03-07-2007, keadaan bayi waktu lahir baik langsung menangis BB : 3100 gram, PB : 48 cm. c. 4. Riwayat post natal Anak diberi ASI sejak lahir sampai sekarang, makan 3x sehari. Anak sudah diimunisasi lengkap (BCG, polio, Hepatitis B, DPT, campak ) di bidan. Anak diasuh oleh orang tua (ayah dan ibu). Pola kebiasaan sehari-hari Pola Nutrisi Sebelum Sakit - Anak makan 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur - Anak diberi minum ASI air putih, kadangkadang diberi tambahan susu. Saat Sakit - Anak makan 3x sehari nasi, lauk pauk, sayur porsi sedikit setiap makan 2-3 sendok. - Anak diberi ASI, air putih 4-5 sendok ditambah cairan infus KAEN 4B 15 tetes/menit.

Eliminasi

- BAB 1-2x sehari, konsistensinya lunak warna kuning. - BAK sering 7-8 x/hari.

- BAB 1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning. BAK sering.

Aktivitas

- Anak bermain di rumah bersama kakak.

- Anak tidak dapat bermain karena keadaan lemah.

Istirahat

- Tidur siang 2 jam waktu tidak tentu. - Tidur malam 10 jam (21.00-07.00 WIB) - Anak tidur di ats tempat tidur pada malam hari, dan pada siang hari anak tidur di lantai memakai kipas angin. Pada kamar tidur terdapat ventilasi

- Waktu tidur tidak tentu, anak rewel

Personal hygiene

- Anak dimandikan ibu 2x sehari, ganti pakaian tiap kotor.

- Anak diseka 2x sehari dengan air hangat ganti pakaian sehabis diseka.

3.1.2 a.

Data Obyektif Pemeriksaan umum : lemah

Keadaan umum Kesadaran Berat badan : :

composmentis 9,5 kg

Tanda-tanda vital Suhu : 37,4 0C

Nadi

:

100 x/menit : 46 x/menit.

Pernapasan b.

Pemeriksaan fisik bersih, distribusi rambut merata, perabaan halus, warna hitam pendek. agak pucat, tidak oedema, tidak ada bekas luka. conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarana putih, tidak ada bintik bitot.

Kepala : Muka : Mata :

Hidung : simetris, septum di tengah, tidak terdapat secret, terdapat pernafasan cuping hidung, dipasang kanule O2, tidak mimisan. Telinga Mulut : kotor. Leher : Ketiak : : simetris, tidak mengeluarkan cairan, kebersihan cukup.

bibir agak pucat, kering, tidak ada stomatitis, tidak ada tanda rhagaden, lidah agak tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis. bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Dada : simetris, pernapasan dangkal dan cepat, RR 46 x/menit, terdapat ronchi, wheezing, dan ada retraksi intercostae. Perut : tidak membuncit, tidak ada bekas luka., tidak ada pembesaran hepar, tidak ada pembesaran lien, bising usus (+) 25 x/menit, tidak kembung. Pelipatan paha : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada hernia inguinalis.

Ekteremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada syndactili dan polydactili pada jari, kuku bersih, pendek, pada tangan kiri terpasang infus KAEN 4B 15 tetes/menit. Genetalia Punggung Anus : Kulit : : : bersih. turgor baik, tonus otot baik, kulit lembab. bersih. simetris, tidak ada spina bifida.

c. Pemeriksaan penunjang - Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Haemoglobin Haematokrit Hasil pemeriksaan 8,6 gr% 25,7 % Nilai normal 12-14 gr% 37-43 %

Leukosit Trombosit Reticulosit BBS / LED Diff: Seg/Lym/Mo

5300mm3 337.000mm3 6% 10

4000-11.000 mm3 13.000-400.000 mm3 5-15% 15mm 1 jam

56%/42%/2%

5-67%/20-40%/4-8%

-

Pemetriksaan Radiologi

Tanggal 14-07-2008 Trachea Cor Pulmo Kesimpulan c. : di tengah : tak membesar : Infiltrar disupra, infrahilair kanan, kiri, kedua sinus phrenicoccostalis tajam : Bronchopneumonia

Status cairan dan therapy Infus KAEN 4B 15 tetes/menit Injeksi vicillin 3x125 mg Injeksi sagestam 3x10 mg Injeksi kalmetashon 3x1/4 cc Injeksi antrain 1/5 cc ( k/p)

- Nebulizer ventolin dosis 2x1/2 vial - O2 1 liter/menit 3.2 Identifikasi Diagnosa / Masalah Tanggal/Jam 11/07/2008 Jam 08.00 WIB Diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret Data Dasar S : Ibu mengatakan anaknya batuk grok-grok dan sesak sejak tanggal 06-07-2008

O

:

KU : lemah 37,4 0C 100 x/menit

Suhu : Nadi :

Pernapasan : 46 x/menit

*

Hidung Pernafasan cuping hidung (+)

* Terpasang O2 1 liter/menit dengan canule Dada terdengar ronchi, wheezing Terpasang infus KAEN 4B 15 tetes/menit pada tangan sebelah kiri. Tanggal/Jam 11/07/2006 Jam 08.00 WIB Diagnosa Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan Data Dasar S : Ibu mengatakan anaknya makan 3x sehari hanya 2-3 sendok

O

:

KU : lemah

-Anak rewel - Hb : 8,6 gr% - BB : 9,5 kg - Anak makan 3x sehari 2-3 sendok disuapin

3.3

Antisipasi Masalah Potensial

Tidak ada 3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

Tidak ada

Catatan Perkembangan Tanggal/Jam 12/07/2008 Jam 08.00 WIB Data Dasar S : Ibu mengatakan anak masih sesak, batuk dan nafas masih ngrok-ngrok. O : lemah KU anak masih Diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan sekret

Kesadaran composmentis TTV :

Nadi : 92 x/menit Nafas : 40 x/menit Suhu : 37,2 0C Batuk (+), ronchi (+), wheezing(+) Terpasang O2 1 liter/menit dengan canule - Terpasang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit A : sebagian P : Masalah teratasi Pertahankan rencana

tindakan Observasi TTV

Pemberian O2 sebanyak 1 liter/menit Atur posisi anak setengah duduk (semi fowler) Lakukan nebulizer

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy

27/06/2006 Jam 21.00 WIB

S : Ibu mengatakan anak sudah mau makan 3x sehari hampir 1/4 O : - Anak rewel

Anak mau makan porsi dengan bubur A : sebagian Masalah teratasi

Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan

P : Pertahankan rencana tindakan Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering Memberikan makanan kecil tambahan ( roti, mari ) Memberikan makanan TKTP lembek Memberi susu setiap hari Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan yang diberikan Catatan Perkembangan Tanggal/Jam 13/07/2008 Data Dasar S : Diagnosa Ketidakefek

Jam 08.00 WIB

Ibu mengatakan sesak, batuk anak sudah berkurang, nafas ngrokngrok sudah berkurang. O : KU anak mulai membaik Kesad aran composmentis TTV :

tifan bersihan jalan nafas berhubunga n dengan penumpukk an sekret

Nadi : 88 x/menit Nafas : 36 x/menit Suhu : 36,4 0 C Batuk (+), ronchi (+), wheezing (+) 13/07/2008 Jam 08.00 WIB Terpas ang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit A : masala h teratasi sebagian. P : Pertah

Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan

ankan rencana tindakan Obser vasi TTV Atur posisi anak setengah duduk (semi fowler) Lakuk an nebulizer Kolab orasi dengan dokter dalam pemberian therapy. S : Ibu mengatakan anak makan sedikit-sedikit tapi sering O : Anak

rewel berkurang. Anak makan 3x sehari porsi dengan bubur A : masala h teratasi sebagian P :

Pertahankan rencana tindakan Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering Memberikan makanan kecil tambahan ( roti, mari ) Memberikan makanan TKTP lembek Memberi susu setiap hari Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan yang diberikan

Catatan Perkembangan Tanggal/Jam 14/07/2008 Jam 08.00 WIB Data Dasar S : Ibu mengatakan anak batuk kadang-kadang, sudah tidak sesak Diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan

O -

:

-

KU anak baik

sekret

Kesadaran composmentis TTV :

Nadi : 88 x/menit Nafas : 30 x/menit Suhu : 36,3 0C Batuk kadang-kadang, ronchi (-), wheezing(-) - Terpasang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit

A

:

Masalah teratasi

P : Rencana tindakan dihentikan dan anak boleh pulang

14/07/2008 Jam 08.00 WIB

S : Ibu mengatakan nafsu makan anak membaik

O

: - Anak tidak rewel

Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan

Anak makan 3x sehari porsi dengan bubur ditambah makanan tambahan

A

:

Masalah teratasi

P : Rencana tindakan dihentikan dan anak boleh pulang RENCANA PULANG Nama Pasien : Anak I

Umur Alamat Tanggal

: 1 tahun : Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang : 14 Juli 2008

Keadaan Pasien waktu pulang - Keadaan Umum - Tanda-tanda vital Nadi : 88 x/menit Nafas : 30 x/menit Suhu : 36,3 0C Batuk kadang-kadang, ronchi (-), wheezing(-) : baik

- Anak tidak rewel Nafsu makan anak membaik

Nasehat Pulang : Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan anaknya dan juga kebersihan makanan Menganjurkan pada ibu untuk memberikan makanan yang bergizi pada anaknya Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan obat yang telah diberikan Menganjurkan pada ibu untuk memantau tumbuh kembang anak Menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang bila obat habis dan sewaktu-waktu bila terdapat tanda-tanda bahaya pada anak.

BAB 4 PEMBAHASAN Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebbakan oleh bakteri seperti staphylococcus atau streptococcus, virus ( influenza ), jamur candida albicans atau aspirasi karena amkanan atau benda asing a( Suryanah, 1996 ). Asuhan keperawatan anak sakit adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan memebantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus pasien ( Depkes RI, 1984) Seringkali pasien bronkopneumonia yang dirawat di rumah sakit datang sudah dalam keaaan payah, sangat dispnea, pernafasan cuping hidung, retraksi intercostae, terdapat ronchi dan wheezing. Gambaran klinik bronkopneumonia adalah biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Selain itu suhu tubuh dapat naik mendadak dan kadang disertai kejang, pernafasan dangkal dan cepat, kadang disertai muntah dan diare. Penanganan pasien dengan kasus bronkopneumonia adalah menjadga kelancaran pernafasan, kebutuhan akan istirahat, kebutuhan nutrisi dan cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komlikasi lebih lanjut. Penanganan yang efektif dan efisien yang dilakukan secara intensif ini berguna untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi misalnya penumpukkan lendir/secret yang dapat menghalangi jalan napas atau peningkatan suhu tubuh yang dapat menimbulkan kejang kronik. Pada kasus ini penulis menemukan diagnosa Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret dan Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan pernafasan. Dengan diagnosa dan masalah tersebut, setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami penyulit atau komplikasi yang ada seperti peningkatan suhu tubuh dan kejang. Hal ini disebabkan karena adanya kerjasama yang baik antara keluarga pasien dan petugas kesehatan sehingga pasien boleh pulang daalm kondisi sehat. Selain itu, dari hasil pengkajian sampai dengan evaluasi tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek sehingga asuhan ini dapat berjalan dengan baik sesuai teori dan ilmu yang berkembang.

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan

Dengan adanya berbagai kasus pada asuhan keperawatan yang diantaranya asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia dengan penyebab yang berbeda dan waktu berkembang yang berbeda maka disini petugas kesehatan perlu melakukan tindakan-tindakan keperawatan. Berdasarkan hasil asuhan keperawatan dengan kasus bronkopneumonia diruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen pada tanggal 11-07-2008 jam 08.00 WIB Nama : An I Umur : 1 tahun Alamat : Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang

Maka yang dilakukan adalah : 1. Melakukan pendekatan therapeutik pada klien dan keluarga untuk menjalin hubungan yang kooperatif. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengatur posisis pasien dengan posisis semi fowler Mengobservasi tanda-tanda vital. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk therapy Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering Memberi makanan TKTP dan susu tiap hari Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan

8. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien di ruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen pada tanggal 11-07-2008 jam 08.00 WIB dengan hasil sebagai berikut : a. Klien tidak sesak dan batuk lagi, suhu 36,3 0C, nadi : 88 x/menit, RR : 30 x/menit, keadaan umum baik. b. Nafsu makan klien sudah membaik

Faktor-faktor pendukung adalah :

-

Kerjasama yang baik antar petugas dan keluarga Sikap keluarga pasien yang kooperatif terhadap tindakan petugas.

Faktor-faktor penghambat adalah keterbatasan petugas dalam melakukan asuhan keperawatan dan keterbatasan waktu. 5.2 5.2.1 Saran Petugas Kesehatan

1. Hendaknya petugas kesehatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakuakan asuhan keperawatan. 2. Diharapkan petugas kesehatan selalu bekerjasama dengan petugas lain dalam melakukan asuhan keperawatan. 3. Hendaknya dalam melaksanakan asuhan keperawatan petugas selalu menggunakan komuniaksi therapeutik dan selalu memperhatikan keadaan pasien serta menjaga privasi pasien. 5.2.2 Untuk Keluarga

1. Menganjurkan keluarga untuk selalu kooperatif terhadap petugas dalam melakukan asuhan keperawatan. 2. Menganjurkan keluarga untuk memabntu petugas dalam merawat anaknya.

3. Menganjurkan keluarga untuk menjaga lingkungan disekitar terutama ruangan yang ditempati. 4. Menganjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi kepada anaknya/pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. RI. 1984. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Depkes. RI

Juall, Carpenito Lynda . 2000. Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC

Marlyn, Doengoes. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.