bph ppt
DESCRIPTION
bagian bedahTRANSCRIPT
LAPORAN KASUSBENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
Pembimbing:
Dr. AJI. Sp.B
0leh :Yudha septiawan np S,ked
IDENTITAS Nama :Tn. S
Umur :50 tahun
Alamat :lab. Aji Lombok Timur
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status : Menikah
MRS tanggal : 16-04-2014
Os mengatakan susah BAK sejak 3 bln yll, dan terkadang terasa nyeri saat BAK, Os merasa tidak puas sesaat setelah BAK dan BAK masih menetes. Os juga mengeluh sering BAK pada malam hari ( 7x/malam). Pada saat Os BAK tiba-tiba aliran urin terhenti dan kemudian mengalir kembali, aliran urin tidak kuat (lemah). Warna urin kuning pekat, os sempat berobat di puskesmas dan dipasngkan selang kencing dan kencing os menjadi lancar. Puskesman menyarankan untuk berobat di RS untuk tindakan lebih lanjut.
RPS
RPD
• Riwayat trauma disangkal• Riwayat operasi sebelumnya disangkal• Riwayat HT disangkal• Riwayat DM disangkal
RPK
• Anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama disangkal
• Anggota keluarga yang menderita penyakit darah tinggi disangkal
• Anggota keluarga yang menderita kencing manis disangkal
Keadaan Umum : SedangKesadaran : Compos Mentis, E4M6V5Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 18 x/menit Suhu : 36,50 C
• Dalam batas normalStatus generalis
• Inspeksi : Datar, darm contour tidak ada, darm steifung tidak ada, venektasi tidak ada
• Palpasi :Tidak terdapat nyeri tekan dan VU tidak teraba penuh
• Perkusi : Timpani• Auskultasi : Terdengar
bising usus dan normal
Status lokalis (Regio
Abdomen)
Rectal toucher• Teraba pembesaran prostat, Konsistensi
kenyal, permukaan rata tidak bernodul, batas atas tidak dapat diraba, sulkus medianus prostat teraba rata, ukuran lobus dektra prostat ± 4cm, ukuran lobus sinistra 3 cm
• Sarung tangan : Feses tidak ada, darah tidak ada, lendir tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil Nilai rujukan
Darah Lengkap :
WBC
RBC
Hb
LED
HbsAg
6,06 uL
4,32 uL
13,4 gr/ dl
8 mm/hour
Non reaktif
4,30 uL
4,00 – 5,50 uL
12 - 16 gr/d
0 – 15
-
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
95 mg/dl
23,5 mg/dl
0,72 mg/dl
25,2 uL
18,6 uL
<180 mg/dl
20-40 mg/dl
0,9-1,3mg/dl
0,0 _41,0 uL
0,0 – 4,00 g/dl
TERAPI Infd NS 20 tpm
Inj. Cefotaksim 2x1 gr
Inj. Ranitidine 2x1 amp
Inj. Ketorolac 2x 30 gr
Pasang kateter
FOLLOW UPHari / Tanggal Hasil Pemeriksaan
15 04 2014 (PRE OP) S/ keluhan (-)
O/ Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum: Tampak sakit
ringan
Vital sign:
HR : 100x/m
RR : 20x/m
TD : 120/80 mmHg
Temp : 36◦C
Urine keluar lancar,
±1500cc/24jam
FOLLOW UP16 04 2014 Post opeasi prostatektomi hari 1
S/ nyeri bagian operasi
O/ Kesadaran : Compos mentis,drain : darah (+), irigasi jernih (+) lancar,
luka baik, kering.
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Vital sign:
HR : 100x/m
RR : 18x/m
TD : 130/90 mmHg
Temp : 36,1◦C
17 – 04 – 2014 Post operasi prostatektomi hari 2
S/ keluhan : nyeri (+), drain : kuning jernih (+), irigasi : lancar,jernih, luka baik kering.
O/ Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Vital sign:
HR : 75x/m
RR : 21x/m
TD : 100/60 mmHg
Temp : 36◦C
Urine keluar lancar, ±1500cc/24jam
FOLLOW UP19 – 04 – 2014 Post operasi prostatektomi hari 4
S/ keluhan (-)
O/ Kesadaran : Compos mentis,
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan, drain jernih, irigasi lancar, luka kering.
Vital sign:
HR : 88x/m
RR : 18x/m
TD : 130/80 mmHg
Temp : 36,1◦C
20 – 04 – 2014 S/ keluhan (-)
O/ Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum: baik, drain jernih, irigasi lancar, luka kering.
Vital sign:
HR : 100x/m
RR : 17x/m
TD : 130/80 mmHg
Temp : 36◦C
Urine keluar lancar, ±1500cc/24jam
PENDAHULUAN
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Tumor jinak prostat yang sering pada pria yang telah lanjut usia.
Prevalence 20% in men aged 41–50 50% in men aged 51–60 >90% in men older than 80.
ANATOMI KELENJAR PROSTAT
Kelenjar prostat adalah organ padat yang mengelilingi urethra antara vesica urinaria dan diaphragma urogenitale
Prostat terdiri dari jaringan ikat fibrosa, otot polos, dan kelenjar.
Ukuran lebar lebih besar dari pada panjang, yaitu 4 cm x 3 cm x 2,5 cm dengan berat 20 gr
Prostat terdiri dari 5 lobus :Lobus anterior Lobus posterior Lobus lateral sinistra et dextra
Lobus median
McNeal (1972)Zona PeriferZona sentralZona transisitionalZona preprostatik
sfingterZona anterior
VASKULARISASI PROSTAT arteri vesical inferior dan arteri rectalis media (arteri haemorrhoidales)
Plexus venosus prostatica di depan bergabung vena dorsalis profunda penis. Vena-vena ini ke belakang menuju perbatasan prostat dengan vesica urinaria dan bergabung dengan sejumlah vena vesicalis, berlanjut menuju ke belakang, terletak sebelah lateral vesical seminalis dan di bawah ureter, dan berakhir di vena iliaca interna.
Pembuluh limfe berakhir pada kelenjar limfe iliaca internal dan sacral
FISIOLOGI KELENJAR PROSTATMenghasilkan cairan yang kental, seperti susu, basa, mengandung asam sitrat, kalsium, asam fosfat, fruktosa, zinc, enzim, dan prostaglandin.
Mempertahankan motilitas dan fertilitas spermatozoa. Mempersiapkan cervix untuk menerima sperma dengan cara sedikit dilatasi dan membuat suasana menjadi basa yang sangat penting untuk fertilisasi
DEFINISI….BPHBenign Prostate Hypertrofia (BPH)sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah
Etiologi
Teori Reawaken
ingTeori
Dihidrotestosteron (DHT)
Teori Hormonal
(Ketidakseimbangan
esterogen-testosteron)Teori Growth
Factor (faktor pertumbuhan,
interaksi stroma-epitel)
Teori berkurangnya kematian sel prostat
Teori Sel
Stem
ETIOLOGI
GAMBARAN KLINIS(GEJALA)
Obstruktif
Hesistency
Poor stream
Intermittency
Terminal dribbling
Sensation of incomplete bladder
emptying
Iritatif
Frequency
Nokturia
Urgency
Disuria
PEMERIKSAAN FISIK Digital Rectal Eamination (DRE) atau pemeriksaan
colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan pada di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat.
Pada perabaan prostat harus diperhatikan: a. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat
konsistensinya kenyal) b. Simetris/ asimetris c. Adakah nodul pada prostate d. Apakah batas atas dapat diraba e. Sulcus medianus prostate
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul.
Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : Ureum dan Kreatinins Elektrolit Blood urea nitrogen Prostate Specific Antigen (PSA)
Gula darah
b. Urin : Kultur urin + sensitifitas test
Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
Sedimen
3. Pemeriksaan pencitraan
a.Foto polos abdomen (BNO)
b.Pielografi Intravena (IVP)
c.Sistogram retrograd
d.Transrektal Ultrasonografi (TRUS)
e.MRI atau CT (jarang dilakukan)
Diagnosis
Anamnesis gejala
obstruksi dan iritatif
Pemeriksaan fisik
colok dubur
Pemeriksaan
laboratorium
komplikasi ?
Pemeriksaan
pencitraan TRUS
IPSS
KRITERIA PEMBESARAN PROSTAT
Berdasarkan gambaran klinis
Berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum :
derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum
KRITERIA PEMBESARAN PROSTAT
Intra vesikal grading derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet
derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter
derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter
derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter
Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi
derajat 1 : kissing 1 cm
derajat 2 : kissing 2 cm
derajat 3 : kissing 3 cm
derajat 4 : kissing >3 cm
TERAPI Tujuan terapi :
Memperbaiki keluhan miksi Meningkatkan kualitas hidup Mengurangi obstruksi infravesika Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal Mengurangi volume residu urine setelah miksi Mencegah progresifitas penyakit
TERAPI Watchful Waiting (observasi)
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan (skor IPSS <7).
1. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia.
2. Mengurangi kopi.
3. Melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil. Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa: skoring, uroflowmetri, dan TRUS.
4. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan
TERAPI MEDIKAMENTOSA Penghambat adrenergik a-1
Penghambat enzim 5a reduktase
Kombinasi penghambat adrenergik a- 1 dan penghambat enzim 5a reduktase
TINDAKAN PEMBEDAHAN Operatif
Prostatektomi terbuka Retropubic infravesika (Terence millin) Suprapubic transvesica/TVP (Freyer) Transperineal
Endourologi
Trans urethral resection (TUR)
Trans urethral incision of prostate (TUIP)
TINDAKAN PEMBEDAHAN
Invasif minimal Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)
Trans urethral ballon dilatation (TUBD)
Trans urethral needle ablation (TUNA)
Stent urethra dengan prostacath
Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy) Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP)
Trans urethral evaporation of prostate (TUEP)
Teknik koagulasi
PENATALAKSANAANBerdasarkan derajat berat gejala klinik:
Derajat 1:
Konservatif
Derajat 2:
Intervensi operatif trans uretral resection (TUR)
Konservatif
Derajat 3:
TUR (oleh ahli urologi)
Operasi terbuka
Derajat 4:
membebaskan penderita dari retensi urin total: kateter atau memasang sistostomi
Terapi definitif : TUR P atau operasi terbuka
DAFTAR PUSTAKA1. http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf
2. Kirby RS, Christmas TJ. Benign prostatic hyperplasia, 2nd edition. Mosby Int, 1997.
3. Mansjoer A, Suprahaita, Wardhani. 2000. Pembesaran Prostat Jinak. Dalam: Kapita
selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta ; 329-344.
4. Mulyono, A. 1995. Pengobatan BPH Pada Masa Kini. Dalam : Pembesaran Prostat Jinak.
Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 40-48.5.
5. Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto.
6. Rahardjo, J. 1996. Prostat Hipertropi. Dalam : Kumpulan Ilmu Bedah. Binarupa aksara,
Jakarta ; 161-703.
7. Ramon P, Setiono, Rona,Buku Ilmu Bedah, Fakultas KedokteranUniversitas Padjajaran ;
2002: 203-75.
8. Sabiston, David. Sabiston : Buku Ajar Bedah. Alih bahasa : Petrus. Timan. EGC. 1994.
9. Sjafei, M. 1995. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak. Dalam : Pembesaran Prostat Jinak.
Yayasan Penerbit IDI, Jakarta ; 6-17
10. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC,
Jakarta, 1997; 1058-64.
11. Umbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan
penerbit IDI, Jakarta ; 1-52.