bm antibiotik
TRANSCRIPT
Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
1. Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi bersih
kontaminasi (lihat tabel 1), yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar 10,1%
Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO dapat diturunkan
menjadi 1,3% .
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria bersih yang memasang
bahan prostesis. Juga diberikan pada operasi bersih yang jika sampai terjadi infeksi
akan menimbulkan dampak yang serius seperti operasi bedah syaraf, bedah jantung,
dan mata.
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi kontaminasi atau kotor
karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah besar atau sudah ada infeksi yang
secara klinis belum manifest.
Tabel 1. Klasifikasi Luka Operasi
Bersih (Klas I) Non trauma
Tidak ada inflamasi
Traktus respiratorius, digestivus, urogenital, tanpa
menembus
Tidak ada kesulitan dalam operasi
Bersih kontaminasi
(Klas II)
Traktus respiratorius, digestivus, menembus tanpa
sillage yang signifikan
Apendiktomi
Orofaring
Vagina
Urogenital, menembus tetapi tidak ada infeksi urin
Bilier, menembus tetapi tidak ada infeksi bilier
Kesulitan ringan dalam operasi
Kontaminasi (Klas III) Kesulitan besar dlam operasi
Spillage yang banyak dari gastrointestinal
Luka trauma, baru
Menembus urogenital atau bilier, dengan adanya
infeksi urine atau bile
Kotor dan infeksi
(Klas IV)
Inflamasi bakterial akut tanpa nanah
Transeksi daerah bersih untuk drainase nanah
Luka trauma dengan jaringan mati, benda asing,
kontaminasi fekal, delayed treatment
2. Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda dengan obat yang
digunakan untuk tujuan terapi. Pada umumnya dipilih antibiotik dengan spektrum
sempit, generasi yang lebih tua dibandingkan antibiotik untuk tujuan terapi.
Dengan memperhatikan spektrum, antibiotik ditujukan pada kuman yang potensial
menimbulkan ILO, dan antibiotik tersebut dapat melakukan penetrasi ke jaringan
yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang cukup. Walaupun disatu
bidang pembedahan kadang didapatkan banyak macam kuman normoflora, namun
tidak semuanya potensial menimbulkan infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak.
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi, efektivitas, toksisitas,
serta kemudahan cara pemberiannya. Pada umumnya untuk berbagai macam
pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi I yaitu sefazolin, sedangkan
sefalosporin generasi III tidak dianjurkan untuk antibiotik profilaksis.
Tabel 2. Kuman patogen penyebab ILO
Macam pembedahan Kuman patogen Antibiotik pilihan
Pemasangan prostese
katub jantung
Pemasangan prostese sendi
Staphylococci Sefalotin iv/
Sefazolin iv
Instrumentasi traktus
urinarius bawah
Bakteri enterik Gram negatif Gentamisin iv
Bedah kolorektal Bakteri enterik Gram negatif
Enterococci anaerob
Metronidazol iv +
Sefalotin iv/
Sefazolin iv/
Gentamisisn iv
Bedah traktus respiratorius
atas
Aerobik dan mikroaerofilik
Stertococcus, anaerob
Sefalotin iv/
Sefazolin iv
3. Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi, agar didalam sirkulasi
dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi. Untuk
itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal.
Dosis yang kurang adekwat, tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan
kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman.
4. Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka pemberiannya
dilakukan secara intravena
5. Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena) atau 1 jam
(intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat insisi maka kadar
antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya. Pemberian antibiotik
profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar operasi, pada waktu anestesi
melakukan induksi, untuk itu dapat minta tolong anaestesis untuk memberikannya.
Antibiotik tersebut harus mencapai kadar puncak didalam jaringan sebelum
terjadinya inokulasi kuman kedalam jaringan di lapangan operasi. Antibiotik tidak
bermanfaat untuk mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau
sesudah 3 jam dilakukan insisi.
Pada operasi kolon, diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin dan eritromisin
masing-masing 1g pada jam 13.00, 14.00 dan 23.00. obat lain yang dapat diberikan
juga ialah metronidazole+ kanamycin/ neomycin.
6. Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama > 3 jam atau perdarahan selama operasi > 1500 ml akan
terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan, oleh karena itu pada kondisi
tersebut dapat diberikan dosis tambahan. Jika operasi sangat memanjang maka
pemberian dosis tambahan dapat diberikan setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4
jam untuk sefazolin.
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau herniotomi
menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan sekali preoperatif
saja. Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis tambahan sebanyak 1 dosis
setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja, karena pemberian lebih dari 1 hari
tidak memberikan manfaat lebih.
ANTIBIOTIK
1) Penisilin
Penisilin berasal dari biakan Penicillium notatum Penicillium chrysogenum.
Penisilin sintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penisilin alam atau
sintesis dari inti penisilin yaitu 6-aminopenisilinat atau 6-APA. Penisilin termasuk
senyawa antibiotika derivat β laktam I.
Mekanisme kerja Antibiotika β laktam I bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding sel mikroba. Efek bakterisida ditujukan pada mikroba yang sedang aktif
membelah, pada waktu pembelahan sel sebagian dari dinding sel induk dilisis oleh enzim
asetil muramidase. Enzim transpeptidase yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel
baru diblokir oleh penisilin sehingga pembentukan dinding sel tidak sempurna sehingga
bakteri mati. Resistensinya, yaitu:
- mempengaruhi pecillin-binding protein
- tidak mampu menembus dinding sel
- enzim hidrolisa molekul protein
Efek samping golongan penisilin:
Reaksi alergi sering ditimbulkan oleh pemberian penisilin khususnya
penisilin G.
Bisa terjadi anemia hemolitik, gangguan fungsi hati dapat berkembang
menjadi hepatitis.
Efek samping lain berupa gangguan mulut (lidah seperti ditumbuhi
jamur), diare ringan, mual, muntah kadang-kadang kelemahan dan
pengurangan bobot badan.
Efek toksik penisilin terhadap SSP dapat menimbulkan epilepsi karena
pemberian penisilin intra vena dosis tinggi.
Ampisilin, oksasilin dan karbenisilin dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati.
Kontraindikasi:
Pemberian oral merupakan kontraindikasi pada penyakit berat karena
kadar penisilin dalam darah rendah.
Hipersensitivitas terhadap penisilin merupakan kontraindikasi untuk
pemakaiannya.
Efek samping:
Hipersensitivitas
Demam
Alergi (dermatitis, urtikaria, arthralgia)
Dosis:
Dosis pemakaian penisilin V,dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg dan sirup
125 mg/5 ml. dosis untuk dewasa 500 mg/ 6 jam. Untuk anak-anak tersedian dalam
bentuk suspensi dengan dosis 125 atau 250mg/5 m. Dosisi biasa untuk anak-anak
dibawah 12 tahun adalah 15-62,5 mg/kg BB untuk 3-6 kali sehari
2) Eritromisin
Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat sintesa protein bakteri dengan
pada 50 subunit ribosom mikroorganisme yang sensitif. Ikaten antara eritromisin dan
ribosom bakteri bersifat reversibel dan hanya terjadi jika sub unit 50s bebas dari
molekul t-RNA. Obat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada
konsentras, obat, mikroorganisme, kecepatan pertumbuhan dan ukuran inokulum.
Erytromicin terdifusi hampir ke seluruh cairan tubuh. Eritromisin ditemukan pada
cairan spinal dalam jumlah kecil, tetapi cairan obat melalui, "blood-brain barier
meningkat pada keadaan meningitis. Pada keadaan fungsi hati normal eritromisin
terkonsentrasi dalam hati dan diekskresikan melalui empedu. Efek disfungsi hati
terhadap ekskresi eritromisin oleh hati ke dalam empedu tidak diketahui. Eritromisin
masuk "placenta barrier" dan diekskresikan melaui ASi.
Indikasi :
Infeksi saluran pernafasan bagian atas yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes dan Streptococcus pneumoniae
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang disebabkan oleh
Streptococcus pyoaenes dan Streptococcus pneumoniae
Infeksi kuiit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes dan Staphylococcus aureus
Penqobatan amebiasis intestinal karena E. histolytica.
Pengobatan sifilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum pada pasien
yang alergi terhadap penisilin.
Pengobatan uretritis non gonokokus yang disebabkan oleh
ureaplasma,urealyticum, bila tetrasiklin dikontraindikasikan dan tidak
ditoleransi.
Infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
Listeriosis yang disebabkan oleh Listeria moriocytogenes.
Pertussis yang disebabkan oleh Bordetella pertussis
Kontraindikasi:
Pasien yang hipersensitif terhadap eritromisin.
Pasien yang menggunakan terfenadin, astemizol atau cisapride.
Gangguan fungsi hati yang berat
Efek samping :
gangguan traktus digestivus: mual, muntah, diare, epigastric distress,
anoreksia
hipersensitivitas seperti urtikaria dan anafilaksis
Cholestatic hepatitis
Kehilangan pendengaran yang reversibel pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal
pada penderita yang mendapat dosis besar, konvulsi, halusinasi, vertigo,
aritmia kardiak
Dosis :
Dewasa : 250 mg tiap 6 jam atau 500 mgtiap 12 jam
Anak : 30-50 mg/kg BB sehari dalam 3 - 4 dosis bagi
3) Sefalosporin
Cara kerja : - menghambat fase 3 sintesis dinding sel
- mengikat protein spesifik pada membran sel
- mempengaruhi permeabilitas sel
- melepaskan autolisin
Resistensi : - menurunkan permeabilitas dinding sel
- membentuk beta-laktamase
Efek samping : - hipersensitivitas terutama bila alergi penisilin
- hematologi (neutropenia, leukopenia, trombopenia)
- traktus digestivus (mual, muntah, anoreksia, diare)
dosis:
C efaleksin : Kapsul 250 mg, 500 mg dan suspensi oral 125 mg dan 250
mg/5 ml. Dosis oral: dewasa 1-4 gram sehari yg dibagi dlm 4 dosis.
Anak 25-50 mg/kgBB sehari yg terbagi dlm 4 dosis.
C efadroksil : kapsul 500 mg, tablet 1000 mg, serta suspensi oral 125
dan 250 mg/5 ml. Dosis : 0,5 – 1gr x2/hari. Anak : 25mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi. Anak 1-6thn : 250mgx2/hari.
Cefaklor : Dosis: 250mg tiap 8jam. Max 4gr/hari. Bayi : <1thn 62,5mg
tiap 8jam. Bayi>1thn 20mg/kgBB/hari. Anak 1-5thn:∞ 125mgx3/hr.
>5thn: 250mgx3/hr
4) Metronidazole
Cara kerja : - menurunkan aktivitas metabolit intraseluler kuman
Indikasi:
- Infeksi-infeksi anaerob yang serius
Efek samping : - toksis pada SSP
- gangguan traktus digestivus
- neutropenia
- drug fever
- aPTT memenjang
- efek sinergis dengan alkohol
dosis:
- dewasa: 500 mg/ 6 jam, tidak melebihi 4 gr per hari
5) Aminoglikosid
Aminoglikosid adalah suatu golongan antibiotic bakterisid yang asalnya
didapat dari berbagai species Streptomyces dan memiliki sifat-sifat kimiawi
antimikroba, farmakologis, dan toksik yang karakteristik. Golongan ini meliputi
Streptomycin, neomycin, kanamycin, amikacin, gentamycin, tobramycin, sisomycin,
netilmycin, dsb
A. Sifat Kimiawi dan Fisik
Aminoglikosid mempunyai cincin Hexose yaitu streptidine (pada
streptomycin),atau 2-deoxystreptamine (pada aminoglikosid lain), dimana berbagai
gula amino dikaitkan oleh ikatan glikosid. Agen-agen ini larut air, stabil dalam larutan
dan lebih aktif pada pH alkali dibandingkan pH asam.
B. Mekanisme Kerja
Aminoglikosida merupakan penghambat sintesis protein irreversible, namun
mekanisme pasti bakteriosidnya tidak jelas. Begitu memasuki sel, ia akan mengikat
protein subunit-30S yang spesifik (untuk streptomycin S12).
Aminoglikosid menghambat sintesis protein dengan 3 cara:
1. Agen-agen ini mengganggu kompleks awal pembentukan peptide
2. Agen-agen ini menginduksi salah baca mRNA, yang mengakibatkan
penggabungan asam amino yang salah ke dalam peptide, sehingga
menyebabkan suatu keadaan nonfungsi atau toksik protein
3. Agen-agen ini menyebabkan terjadinya pemecahan polisom menjadi
monosom non-fungsional.
C. Mekanisme Resistensi
Telah ditentukan 3 mekanisme prinsip yaitu:
1. Mikroorganisme memproduksi suatu enzim transferase atau enzim-enzim
yang menyebabkan inaktivitas aminoglikosid, melalui adenilasi, asetilasi, atau
fosforilasi
2. Menghalangi masuknya aminoglikosida ke dalam sel
3. Protein reseptor sub unit ribosom 30S kemungkinan hilang atau berubah
sebagai akibat dari mutasi.
D. Farmakokinetika
Aminoglikosid diabsorbsi sangat buruk pada saluran gastrointestinal yang
utuh. Setelah suntikan intramuscular, aminoglikosid diabsorbsi dengan baik dan
mencapai konsentrasi puncak dalam darah antara 30-90 menit. Aminoglikosid
biasanya diberikan secara intravena 30-60 menit. Secara tradisional aminoglikosid
diberikan dalam 2 atau 3 dosis terbagi perhari bagi pasien-pasien dengan fungsi ginjal
normal.
Waktu paruh normal dalam serum adalah 2-3 jam, namun meningkat dalam
24-48 jam pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal yang signifikan.
Aminoglikosid hanya mengalami klirens secara sebagian dan tidak beraturan melalui
hemodialisis (misalnya 40-60% untuk gentamicyn), dan lebih efektif jika klirens
melalui dialysis peritoneal.
E. Indikasi:
Bakteri enteric gram-negatif, khusunya ketika isolatnya resisten obat dan
ketika dicurigai sepsis. hampir selalu digunakan dalam kombinasi dengan antibiotic
beta-laktam dalam upaya untuk memperluas cakupan meliputi patogen-patogen gram
positif yang potensial dan untuk mendapatkan keuntungan sinergisme kedua klas obat
ini. Pemilihan aminoglikosid dan dosisnya sebaiknya tergantung pada infeksi yang
sedang dihadapi dan kerentanan dari isolate tersebut.
F. Efek samping
Semua Aminoglikosid bersafat ototoksik dan nefrotoksik. Ototoksisitas dan
nefrotoksisitas cenderung ditemukan saat terapi dilanjutkan hingga lebih dari 5 hari,
pada dosis yang lebih tinggi, padaorang-orang lanjut usia dan dalam kondisi
insufisiensi fungsi ginjal. Penggunaan bersama diuretic loop (misalnya furosemid)
atau agen antimikroba nefrotoksik lain (missal vanomicyn atau amphotericyn) dapat
meningkatkan nefrotoksisitas dan sedapat mungkin dihindarkan.
G. Dosis:
Dosis harian Aminoglikosid dihitung dengan cara mengalikan dosi harian
maksimum dengan rasio perbandingan klirens kreatinin yang diperkirakan terhadap
klirens normal yaitu 120 mg/min, yang merupakan nilai tipikal untuk pria dewasa
normal dengan bobot 70 kg. Untuk wanita berusia 60 tahun dengan bobot 60 kg dan
serum kreatinin 3 mg/dL, dosis tepat untuk gentamicyn adalah sekitar 50 mg/hari.
6) Tetrasiklin
Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat
diperoleh dari species Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin juga
termasuk antibiotic golongan tetrasiklin.
A. Mekanisme kerja
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protin bakteri pada ribosomnya. Paling
sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram
negatif; pertam yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem
transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan
menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
B. spektrum:
Tetrasiklin memperlihatkan spektrum antibakteri luas yang meliputi kuman gram-
positif dan negatif, aerobik dan anaerobik. Selain itu juga aktif terhadap spiroket,
mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela dan protozoa tertentu.
Tetrasiklin merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma
pneumoniae, Ureaplasma urealyticum, Chlamydia trachomatis, Chlamydia psittaci dan
berbagai riketsia. Selain itu juga aktif terhadap Borrelia recurrentis, Treponema pertenue,
Actinomyces israelii. dalam kadar tinggi aktif menghambat Entamoeba histolytica.
C. Efek samping
Gangguan lambung ( iritasi ari mukosa lambung)
Efek terhadap kalsifikasi jaringan (discolorasi dan hipoplasi pada gigi)
Hepatotoksisitas fatal
Fototoksisitas ( luka terbakar matahari) yang terjadi bila pasien menelan
tetrasiklin terpajan oleh sinar matahari atau UV
pusing, mual, muntah
Pseudomotor serebri
Superinfeksi
D. indikasi:
Riketsiosis
Infeksi klamidia
Inclusion conjunctivitis
Infeksi Mycoplasma pneumoniae
Infeksi basil
Bruselosis
Tularemia
Kolera
Sampar
E. Dosis:
Pada dewasa memerlukan dosis awal vibramycin 100 mg 2x 1 hari. Anak-anak di
bawah 100 lb diberi 1-2 mg/lb/ hari. Vibramycin tersedia dalam bentuk kapsul 50 mg
dan suspensi yang berisi 25 atau 50 mg/5 ml.
7) Clindamycin
Cara kerja : - menghambat sintesa protein bakteri dengan binding
pada 50s subunit ribosom
Resistensi : - mempengaruhi komponen protein 50s subunit ribosom
- melalui plasmid
Spektrum : - aerob dan anaerob Gram positif
- anaerob Gram negatif ( beberapa Staphylococcus resisten)
Efek samping : - kolitis pseudomembran
- nausea, diare
- hipersensitivitas
- leukopenia
- hepatotoksik transien (jarang)
dosis:
Dosis oral untuk infeksi serius pada orang dewasa adalah 150-300 mg
tiap 6 jam. Sedangkan untuk infeksi yang lebih parah dosisnya bisa mencapai
300-450 mg tiap 6 jam. Clyndamycin tersedia dalam bentuk kapsul atau
suspensi pediatrik 75 mg/5 ml. Dosis anak berkisar antara 8-16 mg/ kg
BB/hari untuk infeksi serius dan 16-20 mg/ kg BB/ hari untuk infeksi yang
lebih serius.