klasifikasi antibiotik

25
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya : Inhibitor sintesis dinding sel bakteri , mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin Inhibitor transkripsi dan replikasi , mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein , mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel , misalnya ionomycin , valinomycin ; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida , Antimetabolit , misalnya azaserine . Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia : Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. Polipeptida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin. Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

Upload: ravannofanizza

Post on 17-Jan-2016

153 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

klasifikasi antibiotik

TRANSCRIPT

Page 1: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK

Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya : Inhibitor  sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide

dan Cephalosporin Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari

golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, Antimetabolit , misalnya azaserine.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia : Aminoglikosida

Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

Beta-LaktamDiantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

GlikopeptidaDiantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

PolipeptidaDiantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

PolimiksinDiantaranya polimiksin dan kolistin.

Kinolon (fluorokinolon)Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

StreptograminDiantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

OksazolidinonDiantaranya linezolid.

SulfonamidaDiantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya : Bakterisid :

Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

Bakteriostatik :Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah

Page 2: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

Ampicillin, Amoxicillin, Azlocillin, Carbenicillin, Cloxacillin, Dicloxacillin, Methicillin, Mezlocillin, Nafcillin, Oxacillin, Penicillin G, Penicillin V, Piperacillin, Ticarcillin

Penicillin

Generasi I

Generasi II

Generasi III

, Cephradrin, , ,

Cefaclor, Cefamandol, Cefmetazole, Cefodoxim, Cefonicid, Cefoxitin, Cefprozil, Cefotetan, Cefuroxime

Cefixime, Cefotaxime, Ceftazidime, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Dan Moxalaktam

Generasi IV , , , , , ,

Monobactam

Imipenem Aztreonam

Non -Lactamβ

Bacitracin

Vancomycin

Antibiotik -Lactamβ

CarbapenemCephalosporin

PENGHAMBAT SINTETIS DINDING BAKTERI

sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.

Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya : Spektrum luas (aktivitas luas) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri

gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah

sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin. Spektrum sempit (aktivitas sempit) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja,

bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin,

kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin,

gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.

A. BERDASARKAN MEKANISME KERJA

Page 3: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

PENGHAMBAT SINTETIS PROTEIN DI RIBOSOM

Tetracycline

Aminoglycoside

Macrolide

Cholramphenicol

Lyncomycin

Demeclocycline, Doxycycline, Minocycline, Tetracycline

Amikacin, Gentamycin, Neomycin, Metilmicin, Streptomcin, Tobramycin

Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin

Thiamphenicol

Clindamycin

Floroqunolone

PENGHAMBAT SINTETIS DNA

Quinole

Netroimidazole

Metronidazole

Rifamycin Acyclovir

Inhibitor ReplikasiDNA

Inhibitor Polimerase rNA

Inhibitor Motabolisme Nukelotid

PENGHAMBAT MEMBRAN SEL

Polymyxin

Polyenes

Imidazole

Page 4: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

PENGHAMBAT METABOLIK

SULFONAMIDE

Campuran

Mafenide, Silver Sulfadiazine, Succinysulfathiazole, Sulfacetamide, Sulfadiazine, Sulfamethoxazole, Sulfasalazine, Sulfisoxazole

Pyrimethamine, thrimethropim

Co-trimoxazole

THRIMETHROPIM

B. BERDASARKAN DAYA KERJA

Bakterisida

Penisilin

Sefalosporin

aminoglikosida (dosis besar)

kotrimoksazol

polipeptida

rifampisin

isoniazid

Bakteriostatik 

sulfonamida

Tetrasiklin

Kloramfenikol

Eritromisin

Trimetropim

Linkomisin

Makrolida

Klindamisin

C. BERASARKAN STRUKTUR KIMIA

Golongan Aminoglikosida

Amikasin

Dibekasin

Gentamisin

Kanamisin

Neomisin

Netilmisin

Paromomisin

Sisomisin

Page 5: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

Streptomisin tobramisin

Golongan Beta-Laktam

karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem)

golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,

seftazidim)

golongan beta-laktam monosiklik

golongan penisilin (penisilin, amoksisilin)

Golongan Glikopeptida

Vankomisin

Teikoplanin

Ramoplanin

dekaplanin

Golongan Poliketida

Makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)

golongan ketolida (telitromisin)

golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

Golongan Polimiksin

Polimiksin

Kolistin

Golongan Kinolon (fluorokinolon)

asam nalidiksat

siprofloksasin

ofloksasin

norfloksasin

levofloksasin

Page 6: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

trovafloksasin

Golongan Sulfonamida

Kotrimoksazol

Trimetoprim

D. BERDASARKAN SPEKTRUM KERJA

Broadspectrum

Sulfonamide

Ampisilin

Sefalosforin

Kloramfenikol

Tetrasiklin

Rifampisin

Narrow spectrum

Gram (+)

Eritromisin

Klindamisin

Kanamisin

Gram (-)

Streptomisin

Gentamisin

Page 7: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

DOSIS ANTIBIOTIK

NAMA DOSIS

1.Penisillin

1.1 Amoxicillin Dewasa dan anak >20 kg 250-500 mg, anak<20kg :30-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis IV, IM, oral

1.2 Ampicillin Dewasa dan anak >20 kg 250-500 mg Anak<20kg:50-100/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis IV, IM, oral

2. Sefalosporin

2.1 Cefadroksil 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral

2.2 Cefiksim 3-6mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral

2.3 Cefotaksim 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis IV

2.4 Ceftriakson 50-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis IV/IM

2.5 Ceftazidin 30-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis IV/IM

2.6 Cefuroksim 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis

3. Makrolid

3.1 Spiramisin 50-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis

3. Eritromisin 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis

4. Kloramfenikol 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis oral/IV

4.1 Tiamfenikol 50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis oraL

5. Kuinolon

Page 8: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

5.1 Ciprofloksasin 10-20mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral

5.2 Levofloksasin 10-20mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis oral

6. Metronidazol 45mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis oral

7,5mg/kgBB tiap 8 jam IV

7. Klindamisin 12-24mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis

1. Penggolongan Obat Analgesik

Obat analgesik dibagi menjadi 2, yaitu:

A. Analgesik opioid / analgesik narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti

opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan

atau menghilangkan rasa nyeri.

Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha

untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan

tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya

adiksi.

Ada 3 golongan obat ini yaitu :

1. Obat yang berasal dari opium-morfin,

2. Senyawa semisintetik morfin, dan

3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan

Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin,

kodein, tebain, dan papaverin atau dari senyawa sintetik. Analgesik ini

Page 9: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang

bersumber dariorgan viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan

dapatmenimbulkan toleransi dan ketergantungan. Toleransi adalah penurunan

efek, sehingga untuk mendapatkan efek seperti semula perlu peningkatandosis.

Karena dapat menimbulkan ketergantungan. Obat golongan ini penggunaannya

diawasi secara ketat dan hanya nyeri yang tidak dapat diredakan dengan obat

analgetik dan antipiretik) (Priyanto,2008).

Klasifikasi Obat Golongan Opioid Berdasarkan Rumus Bangunnya

Struktur dasar Agonis kuatAgonis lemah-sedang

Campuran agonis-antagonis

Antagonis

Fenantren MorfinHidromorfinOksimorfon

KodeinOksikodonHidrokodon

NalbufinBuprenorfin

NalorfinNaloksonNaltrekson

Fenilheptilamin Metadon PropoksifenFenilpiperidin Meperidin

FentanilDifenoksilat

Morfinan Levorfanol ButorfanolBenzomorfan Pentazosin

1. Morfin Indikasi : meredakan atau menghilangkan nyeri hebat ( infark miokard,

neoplasma, kolok renal atau kolok empedu, oklusio akut pembuluh darah

perifer, pulmonal atau koroner), mengurangi atau menghilangkan sesak

napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri,

menghentikan diareberfasarkan efek langsung terhadap otot polos usus.

Efek samping : mual, muntah, depresi napas, urtikaria, eksantem, dermatitis

kontak, pruritus, bersin, intoksitasi akut terjadi akibat percobaan bunuh diri.

Pasien akan tidur, sopor atau koma jika intoksitasi cukup berat, frekuensi

napas lambat (2-4kali/meit)

Sediaan : Pulvus opii mengandung 10% morfin dan <0,5% kodein. Yang

mengandung alkoloid murni di gunakan untuk pemberian oral / parenteral

ialah garam HCL, garam sulfat ataufosfat alkoloid morfin dangan kadar 10

mg/mL

Kodein tersedia dalam bentuk basa bebas atau dalam bentuk garam HCL atau

fosfat. Satu tablet mnegandung 10,15 atau 30 mg kodein

2. Metadon

Page 10: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

Indikasi : jenis nyeri yang dapat di pengaruhi metadon sama dengan jenis

nyeri dapat dipengaruhi morfin.

Efek samping : perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental terganggu,

berkeringat, pruritus, mual dan muntah.

3. Fentanil

Indiksi : menangani nyeri kronis pada pasien yang memerlukan analgesik

opioid

Efek samping : hipoventilasi, mual, muntah, sembelit / susah buang air besar,

somnolen, bingung / kekacauan, halusinasi, euforia ( keadaan emosi yang

gembira berlebihan ) , gatal – gatal , dan retansi urin.

Kontra indfikasi : bukan untuk nyeri setelah op, lansia, gangguan fungsi hati

dan dinjal, penyakit paru, bradiaritmia, tumor otak, hamil dan menyusui.

B. Analgesik non opioid/ non narkotik

Semua analgetik non-opiod (kecuali asetaminofen) merupakan obat anti

peradangan nonsteroid (NSAID). Seperti golongan salisilat seperti aspirin,

golongan para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti

ibuprofen, asam mefenamat, naproksen/naproxen.

Biasanya obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya

terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. analgetik (menghilangkan rasa nyeri),

2. antipiretik (menurunkan demam), dan

3. anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).

Obat-obat ini bekerja melalui 2 cara:

1. Mempengaruhi sistem prostaglandin, yaitu suatu sistem yang

bertanggungjawab

terhadap timbulnya rasa nyeri.

2. Mengurangi peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkali terjadi

di sekitar luka dan memperburuk rasa nyeri

Obat analgetik non-opiod digunakan untuk :

· Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau

menurunkan kesadaran juga tidak menimbulkan ketagihan

· Diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang : nyeri kepala, gigi, otot atau

sendi,

Page 11: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

perut, nyeri haid, nyeri akibat benturan

Efek samping yang sering timbul pada analgetik non-opiod dikelompokkan

sebagai berikut :

· Gangguan lambung-usus (asetosal, ibuprofen, metamizol)

· Kerusakan darah (parasetamol, asetosal,mefenaminat, metamizol)

· Kerusakan hati dan ginjal (parasetamol dan ibuprofen)

· Alergi kulit

Pengaruh pada Kehamilan dan Laktasi

Analgetik yang mempunyai pengaruh pada kehamilan dan laktasi antara lain

adalah :

· Parasetamol : dianggap aman walaupun mencapai air susu

· Asetosal dan salisilat, dan metamizol : pada kehamilan dapat menyebabkan

perkembangan janin terganggu.

Berdasarkan derivatnya, analgetik non-opiod dibedakan atas 8 kelompok

yaitu:

· Derivat Paraaminofenol : Parasetamol

· Derivat Asam Salisilat : asetosal, salisilamid dan benorilat

· Derivat Asam Propionat : ibuprofen, ketoprofen

· Derivat Asam Fenamat : asam mefenamat

· Derivat Asam Fenilasetat : diklofenak

· Derivat Asam Asetat Indol : indometasin

· Derivat Pirazolon : fenilbutazon

· Derivat Oksikam : piroksikam

Parasetamol

· Merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.

· Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi kemampuan

antiinflamasinya sangat lemah

Asetosal (Aspirin)

· Mempunyai efek analgetik, anitipiretik, dan antiinflamasi.

· Efek samping utama : perpanjangan masa perdarahan, hepatotoksik (dosis

besar) dan

iritasi lambung.

· Diindikasikan pada demam, nyeri tidak spesifik seperti sakit kepala, nyeri

otot dan

Page 12: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

sendi (artritis rematoid).

· Aspirin juga digunakan untuk pencegahan terjadinya trombus (bekuan darah)

pada

pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah otak

Asam Mefenamat

· Mempunyai efek analgetik dan antiinflamasi, tetapi tidak memberikan efek

antipiretik.

· Efek samping : dispepsia

· Dosis : 2-3 kali 250-500 mg sehari

· Kontraindikasi : anak di bawah 14 tahun dan wanita hamil

Ibuprofen

· Mempunyai efek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, namun efek

antiinflamasinya memerlukan dosis lebih besar

· Efek sampingnya ringan, seperti sakit kepala dan iritasi lambung ringan.

· Absorbsi cepat melalui lambung

· Waktu paruh 2 jam

· Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap (90%)

· Dosis 4 kali 400 mg sehari

Diklofenak

· Diberikan untuk antiinflamasi dan bisa diberikan untuk terapi simtomatik

jangka

panjang untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa.

· Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap

· Waktu paruh 1-3 jam

· Efek samping : mual, gastritis, eritema kulit

· Dosis : 100-150 mg, 2-3 kali sehari

Indometasin

· Mempunyai efek antipiretik, antiinflamasi dan analgetik sebanding dengan

aspirin, tetapi lebih toksik.

· Metabolisme terjadi di hati

· Efek samping : diare, perdarahan lambung, sakit kepala, alergi

· Dosis lazim : 2-4 kali 25 mg sehari

Piroksikam

· Hanya diindikasikan untuk inflamasi sendi.

Page 13: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

· Waktu paruh : > 45 jam

· Absorbsi cepat dilambung

· Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing, tinitus, nyeri kepala dan

eritema kulit.

· Dosis : 10-20 mg sehari

Fenilbutazon

· Hanya digunakan untuk antiinflamasi, mempunyai efek meningkatkan

ekskresi asam

urat melalui urin, sehingga bisa digunakan pada artritis gout.

· Diabsorbsi cepat dan sempurna pada pemberian oral.

· Waktu paruh 50-65 jam

2. Mekanisme Kerja Obat OAINS DAN AINS

Page 14: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

Mekanisme kerja OAINS

Mekanisme kerja anti-inflamsi non steroid (AINS) berhubungan dengan

sistem biosintesis prostaglandin yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase

sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim

siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform yang disebut COX-1 dan COX-2. Kedua

isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda. Secara garis besar COX-1 esensial

dalam pemeliharaan berbagai fungsi dalam keadaan normal di berbagai jaringan

khususnya ginjal, saluran cerna, dan trombosit. Di mukosa lambung aktivitas

COX-1 menghasilakan prostasiklin yang bersifat protektif. Siklooksigenase 2

diinduksi berbagi stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksindan growth

factors. Teromboksan A2 yang di sintesis trombosit oleh COX-1 menyebabkan

agregasi trombosit vasokontriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin

PGL2 yang disintesis oleh COX-2 di endotel malro vasikuler melawan efek

tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit.

Mekanisme kerja obat AINS

Kortikosteroid merupakan anti-inflamasi yang identik dengan kortisol, hormon

steroid alami pada manusia yang disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek

anti-inflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imuno-kompeten seperti

sel T, makrofag, sel dendritik, eosinofil,neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan

menghambat respons inflamasi dan menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut.

Kerja kortikosteroid menekan reaksi inflamasi pada tingkat molekuler terjadi

melalui mekanisme genomik dan non-genomik. Glukokortikoid (GK) berdifusi

pasif dan berikatan dengan reseptor glukokortikoid (RG) di sitosol. Ikatan GK-RG

mengakibatkan translokasi kompleks tersebut ke inti sel untuk berikatan dengan

sekuens DNA spesifik, yaitu gluco-corticoid response elements (GRE). Ikatan GK-

RG dengan DNA mengakibatkan aktivasi atau supresi proses

transkripsi.Mekanisme non-genomik GK terjadi melalui aktivasi endot-helial nitric

oxide synthetase (eNOS) yang menyebabkan lebih banyak pelepasan nitric oxide

(NO), suatu mediator anti-inflamasi.

Imunosupresi secara genomik terjadi melalui aktivasi annexin-1 (lipocortin-1)

dan mitogen-activated protein-kinase (MAPK) phosphatase 1. Selain itu, GK juga

meningkatkan transkripsi gen antiinflamasi secretory leuko-protease inhibitor

Page 15: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

(SLPI) interleukin-10 (IL-10) dan inhibi-tor nuclear factor-κB (IκB-α). Annexin-1

menghambat pelepasan asam arakhidonat sehingga produksi mediator inflamasi

menurun (prostaglandin, tromboksan, prostasiklin, dan leukotrien). Kerja enzim

MAPK phosphatase 1 menyebabkan MAPK 1 tidak aktif sehingga aktivasi sel

T,sel dendritik, dan makrofag terhambat.

Mekanisme genomik lain berupa inhibisi faktor transkripsi yang berperan

dalam produksi mediator inflamasi,yaitu nuclear factor-κB (NF-κB) dan activator

protein-1(AP-1).NF-κB dan AP-1 mengatur ekspresi gen sitokin,inflammatory

enzymes, protein dan reseptor yang berperanan dalam inflamasi (IFN-γ, TNF-α,

dan IL-1). Penghambatan ke-duanya akan menurunkan produksi mediator

inflamasi.

3. Obat yang Dijual Bebas Menurut Undang-Undang

a. Obat Bebas

Adalah obat yang dijual secara bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli di

apotek, toko obat, maupun toko biasa. Obat bebas pada kemasannya diberi

tanda khusus berupa lingkaran dengan warna hijau dan garis tepi hitam.

b. Obat Bebas Terbatas (Daftar P)

Adalah obat yang dapat diperoleh atau dibeli tanpa resep dokter di apotek dan

toko obat terdaftar. Obat bebas terbatas diberi tanda khusus berupa lingkaran

biru tua dengan garis tepi hitam pada kemasannya. Namun karena dalam

komposisi obat bebas terbatas terdapat zat/bahan yang relatif toksik, pada

kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Peringatan ini berupa :

P1: Awas! Obat Keras! Baca aturan pakai. Contoh: Antimo

P2: Awas! Obat Keras! Hanya untuk kumur. Contoh: Gargarisma Kan

P3: Awas! Obat Keras! Hanya bagain luar badan. Contoh: Tinctura Jodii

P4: Awas! Obat Keras! Hanya untuk dibakar. Contoh: Sigaret Asthma

P5: Awas! Obat Keras! Tidak boleh ditelan. Cotnoh: Sulfanilamide Steril 5

gram

P6: Awas! Obat Keras! Obat wasir, tidak ditelan. Contoh: Anusol Suppositoria

c. Obat Keras (Daftar G)

Page 16: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

Sesuai Ordonasi Obat Keras St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949,

dinyatakan obat keras adalah obat beracun yang mempunyai khasiat

mengobati, menguatkan, mendisinfeksikan dan lain lain dalam tubuh manusia;

obat berada baik dalam substansi maupun tidak. Obat ini hanya boleh

diberikan dengan resep dokter kecuali bila digunakan untuk keperluan teknik.

Resep yang mengandung obat ini tidak oleh diulang. Obat-obat yang termasuk

dalam Daftar G antara lain:

1. Semua obat suntik, kecuali golongan narkotika dan psikotropika

2. Semua antibiotika seperti kloramfenikol, metronidazol, tetrasiklin, dll

3. Semua preparat sulfa, kecuali sulfaguanidin dalam jumlah tertentu

4. Semua preparat hormon seperti androgen, kortikosteroid, estrogen, dll

5. Semua preparat pyrazolone seperti pyramidone, phenylbutazon, dll

6. Papaverine, Narcotine/Noscapine, Narceine serta garam-garamnya

7. Adrenalin serta garam-garamnya

8. Anetesi lokal seperti Novocaine/Procaine, Lidocaine, dll

d. Obat Golongan Narkotika = Obat Bius = Daftar O

Narkotika adalah golongan obat yyang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat

(SSP), baik memberi depresi (Opium, Morfin, Heroine) maupun stimulasi

(Coccaine). UU RI No. 22 Tahun 1997 mengenai narotika, membagi obat

narkotika dalam 3 golongan, yaitu:

1. Narkotika golongan I: hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan,

bukan terapi karena bisa menyebabkan ketergantungan. Contoh: Coccaine

dan Marihuana

2. Narkotika goloongan II: untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan terapi

namun juga berpotensi menyebabkan ketergantungan. Contoh: Morfin dan

Fentanil

3. Narkotika golongan III: untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan

banyak digunakan sebagai terapi. Contoh: Ethylmorfin dan Codeine

e. Obat Golongan Psikotropika

Menurut UU Psikotropika tanggal 11 Maret 1997, psikotropika adalah zat atau

obat, baik alamiah maupun sintetis bukan-narkotika, yang bersifat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental dan perilaku. Yang memberi depresi pada SSP yaitu golongan

benzodiazepin, barbiturat dan metaqualone, sedangkan yang memberi

Page 17: KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

stimulasi pada SSP yaitu golongan Amphetamine. Ada juga yang

menyebabkan halusinasi, yaitu LSD (Lycergic Acid Diethylamine).

Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Psikotropika golongan I: hanya untuk tujuan ilmu pengetahuan jadi tidak

diresepkan. Contoh: Ecstacy, Psilocybin dan Psilosin

2. Psikotropika golongan II: boleh diresepkan namun dapat menyebabkan

ketergantungan yang besar jika diberikan dalam jangka waktu lama.

Contoh: Amphetamine dan Metaqualone

3. Psikotropika golongan III: boleh diresepkan namun dapat menyebabkan

ketergantungan pada penggunaan jangka lama. Contoh: Amobarbital dan

Cyclobarbital

4. Psikotropika golongan IV: sering diberikan resep oleh dokter umum

maupun dokter spesialis. Contoh: Diazepam dan Bromazepam.