blok 7

21
Mekanisme Pernapasan dan Keseimbangan Asam Basa Ngakan Made Ari Mahardika 102013311 / E2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510. Telp. (021) 5694-2061 Email : [email protected] Abstrak: Komponen sistem pernapasan memungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan pertukaran gas pernapsasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh. Saluran pernapasan dibagi menjadi dua yaitu saluran atas dan bawah. Saluran atas dibagi menjadi hidung, faring dan laring. Dalam laring ada tiga komponen yaitu nosofaring, orofaring dan laringofaring. Sistem pernapasan juga mempengaruhi faktor keseimbangan asam- basa dalam tubuh. Saat tubuh dalam keadaan asam atau PH <7,4 maka keadaan itu disebut asidosis. Sedangkan saat tubuh dalam keadaan basa atau PH >7,4 maka keadaan itu disebut alkalosis. Kata kunci: laring, faring, asidosis, alkalosis. Abstract: Components of the respiratory system allows for air distribution and gas exchange pernapsasan. This dual function in turn allows the exchange of gases between the air in the environment and the blood in the lungs, gas exchange between blood and body cells. Respiratory tract is divided into two: the top and bottom. Upper channel is divided into the nose, pharynx and larynx. In the larynx there are three 1

Upload: aginnginna

Post on 25-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pernafasan

TRANSCRIPT

Mekanisme Pernapasan dan Keseimbangan Asam BasaNgakan Made Ari Mahardika102013311 / E2Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510. Telp. (021) 5694-2061Email : [email protected]

Abstrak: Komponen sistem pernapasan memungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan pertukaran gas pernapsasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh. Saluran pernapasan dibagi menjadi dua yaitu saluran atas dan bawah. Saluran atas dibagi menjadi hidung, faring dan laring. Dalam laring ada tiga komponen yaitu nosofaring, orofaring dan laringofaring. Sistem pernapasan juga mempengaruhi faktor keseimbangan asam- basa dalam tubuh. Saat tubuh dalam keadaan asam atau PH 7,4 maka keadaan itu disebut alkalosis.Kata kunci: laring, faring, asidosis, alkalosis.Abstract: Components of the respiratory system allows for air distribution and gas exchange pernapsasan. This dual function in turn allows the exchange of gases between the air in the environment and the blood in the lungs, gas exchange between blood and body cells. Respiratory tract is divided into two: the top and bottom. Upper channel is divided into the nose, pharynx and larynx. In the larynx there are three components, namely nosofaring, oropharynx and laringofaring. The respiratory system is also a factor affecting acid-base balance in the body. When the body is acidic or pH 7.4, the condition is called alkalosis.Keywords: larynx, pharynx, acidosis, alkalosis.

PendahuluanSistem pernapasan atau respirasi adalah proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas. O2 tersebut kemudian melewati saluran napas (bronkus) dan sampai ke dinding alveoli (kantong udara). Sesampainya di kantong udara , O2 akan ditransfer ke pembuluh darah yang di dalamnya mengalir sel-sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energy dalam proses metabolism. Setelah metabolisme, sisa-sisa metabolisme terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas melalui paru-paru pada saat membuang napas. Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan struktur dan mekanisme kerja dari pernapasan.Struktur Organ Pernapasan1Komponen sistem pernanapasan memungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan pertukaran gas pernapsasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh. Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasi structural dari bagian-bagian sistem tetapi juga pada inter-relasi dari komponennya dengan sistem tubuh yang lain, termasuk sistem persarafan, sirkulasi, muscular dan imun.

Saluran Pernapasan Atas1a. HidungHidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk dan keluar sistem pernapasan melalui hidung, yang terbentuk dari dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya.Lapisan mukosa hidung adalah sel epitel bersilia, dengan sel goblet yang menghasilkan lender. Udara yang melewati rongga hidung dihangatkan dan dilembabkan. Bakteri dan partikel polusi udara akan terjebak dalam lender; silia pada lapisan mukosa secara kontinu menyapu lender ke arah faring. Sebagian besar lender ini pada akhirnya akan tertelan dan setiap bakteri yang ada akan dihancurkan oleh asam hidroklorida dalam getah lambung.Rongga nasal berhubungan dengan beberapa rongga lain yang terdapat dalam tulang tengkorak, yaitu sinus paranasal yang fungsinya adalah untuk meringankan tulang tengkorak dan memberikan resonansi suara. Rongga ini berhubungan dengan rongga nasal melalui saluran kecil yang juga dilapisi oleh membran mukosa. Karena saluran ini sempit, maka ia mudah tersumbat selama proses inflamasi dan infeksi. Lender dan cairan lainnya menjadi terperangkap yang terasa sangat nyeri. Kondisi ini disebut sinusitis.

Gambar 2. Struktur Saluran Pernapasan Atas.1b. Faring1Faring atau tengorokan adalah tuba muscular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Secara deskriptif, faring dapat dibagi menjadi tiga segmen, setiap segmen dilanjutkan oelh segmen lainnya; nasofaring, orofaring dan laringofaring.Bagian paling atas adalah nasofaring, yang terletak di belakang rongga nasal. Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba auditorius, yang memanjang ke telinga tengah. Adenoid atau tonsil faringeal terletak pada dinding posterior nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung makrofag. Nasofaring adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui baik oleh udara maupun makanan, namun tidak unutk keduanya pada saat yang bersamaan.Bagian faring yang dapat anda lihat ketika anda bercermin dengan mulut terbuka lebar adalah orofaring, terletak di belakang mulut; mukosa orofaring adalah epitel skuamosa bertingkat, dilanjutkan dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut. Pada dinding lateralnya terdapat tonsil palatin yang juga nodulus limfe. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah, membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan pathogen yang masuk ke dalam mukosa.Laringofaring merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring membuka kea rah anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esophagus. Kontraksi dinding muscular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari reflex menelan.c. Laring1Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukan salah satu fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakea. Laring memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakea. Laring menjadi pita suara, dengan demikian laring menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas Sembilan buah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk struktur seperti kotak dan satu sama lainnya dihubungkan oleh ligament. Kartilago laring yang terbesar adalah kartilago tiroid, yang teraba pada permukaan anterior leher.Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglottis tertekan ke bawah menutup glottis. Gerakan ini mencegah masuknya makan atau cairan ke dalam laring.Pita suara terletak di kedua sisi glottis. Selama bernapas, pita suara tertahan di kedua sisi glottis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakea. Selama berbicara otot-otot intrinsik laring menarik pita suara menutupi glottis, dan udara yang dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi kata-kata. Saraf cranial motorik yang mempersarafi faring untuk bicara adalah nervus vagus dan aksesorius.

Saluran Pernapasan Bawah1. TrakheaTrachea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5cm dengan panjang 11 cm. Trakhea terletak setelah laring dan memanjang ke bawah setara dengan vertebra torakalis ke-5. Ujung trachea bagian bawah bercabang menjadi dua bronchus, kanan dan kiri. Tersusun atas 16-20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada dinding trachea dan berfungsi sebagai pelindung jalan udara. Kartilago ini juga berfungsi agar tidak terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang terjadi dalam sistem pernapasan.

Gambar 3. Struktur Trakhea.22. BronkhusBronchus mempunyai struktur serupa dengan trachea. Bagian kiri dan kanan tidak simetris. Brankhus kanan lebih pendek, lebih lebar dan arahnya hamper vertical dengan trachea. Sebaliknya bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit, dan sudutnya pun lebih runcing. Bentuk anatomi yang khusus ini memiliki implikasi klinis tersendiri seperti jika benda asing terinhalasi, maka benda itu lebih memungkinkan berada di bronchus kanan dibandingkan dengan bronchus kiri karena arah dan lebarnya.

Gambar 4. Struktur Bronkhus.2Bronchus pulmonalis bercabang dan beranting sangat banyak. Cabang utama bronchus memiliki struktur serupa trachea. Dinding dan cabangnya dilapisi epithelium batang, bersilisa dan berlapis semu. Saluran yang semakin kecil menyebabkan jenis epithelium bronchus mengalami penyesuaian sesuai dengan fungsinya.Bronkhiolus terminalis disebut saluran saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas di paru. Selain bronkhiolus terminalis terdapat pula asinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Asinus terdiri atas bronkhiolus respiratorius dan duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi alveoli dan sakus alveolus terminalis yang merupakan struktur akhir paru.Bronkhiolus respiratorius terbagi dan bercabang menjadi beberapa duktus alveolaris dan berakhir pada kantung udara berdinding tipis yang disebut alveoli. Beberapa alveoli bergabung membentuk sakus alveolaris. Setiap paru terdiri atas sekitar 50 juta alveoli (sakus alveolaris). Kepadatan sakus alveolaris inilah yang memberi bentuk paru tampak seperti spons. Jaringan kapiler darah mengelilimgi alveoli ditahan oelh serat elastic. Jaringan elastic ini menjaga posisi antara alveoli dengan bronkhiolus respiratorius. Adanya daya recoil dari serat ini selama ekspirasi akan mengurangi ukuran alveoli dan membantu mendorong udara agar keluar dari paru. 3. Alveoli dan Membran RespirasiMembran respiratorius pada alveoli umumnya dilapisi oleh epitel pipih sederhana. Sel-sel epitel pipih disebut dengan sel tipe I. Makrofag alveolar bertugas berkeliling di sekitar epithelium untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih dapat masuk ke permukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada sistem pernapasan. Sel lain yang ada dalam membran respiratorius adalah sel septal atau disebut juga dengan sel surfaktan dan sel tipe II. Surfaktan terdiri atas fosfolipid dan lipoprotein. Surfaktan berperan untuk melapisi epithelium alveolar dan mengurangi takanan permukaan yang dapat membuat alveoli kolpas. Tanpa adanya surfaktan, tekanan pada permukaan cenderung tinggi dan akhirnya alveoli akan menjadi kolaps. Apabila produksi surfaktan tida mencukupi karena adanya injuri atau kelainan genetic (kelahiran premature), maka alveoli dapat mengalami kolaps sehingga pola pernapasan menjadi tidak efektif.Mekanisme Pernapasan3Saat bernapas manusia menghirup udara melalui hidung. Udara yang masuk mengandung oksigen dan gas-gas lain. Dari hidung udara masuk ke tenggorokan kemudian ke dalam paru-paru. Lalu udara mengalir sampai ke alveoli yang merupakan ujung dari saluran. Oksigen yang tekandung dalam alveolus bertukar dengan karbondioksida yang terkandung dalam darah yang ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen diikiat oelh hemoglobin. Selanjutnya, darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh.Oksigen diperlukan untuk proses respirasi sel-sel tubuh. Gas karbondioksida yang dihasilkan selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen. Selanjutnya, darah mengangkut karbondioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru dan akan dikeluarkan ke udara melalui hidung saat mengeluarkan napas. Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi, serta mengeluarkan napas atau ekspresi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat berkontraksinya kedua jenis otot tersebut, rongga dada mengembang sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat manusia mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.

Gambar 1. Mekanisme Pernapasan3Otot-Otot Pernapasan4Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratorakal sebesar 75% selama inpirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekeliling bagian dasar rongga toraks, membentuk kubah di atas hepar dan bergerak ke bawah seperti piston pada saat berkontraksi. Jarak pergerakan diafragma berkisar antara 1.5 sampai 7 cm saat inpirasi dalam. Diafragma terdiri atas 3 bagian : bagian kostal, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari iga-iga sekeliling bagian dasar rongga toraks, bagian krural, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari ligamentum sepanjang tulang belakang, dan tendon sentral, tempat bergabungnnya serat-serat kostal dan krural. Serat-serat krural melintasi kedua sisi esophagus. Tendon sentral juga mencakup bagian inferior pericardium. Bagian kostal dan krural diafragma dipersarafi oleh bagian lain dari nervus prenicus dan dapat berkontraksi secara terpisah. Sebagai contoh, pada waktu muntah dan bersendawa, tekanan intra-abdominal meningkat akibat kontrkasi serat kostal diafragma, sedangkanserat-serat krural tetap lemas, sehingga memungkinkan bergeraknya berbagai bahan darilambung ke dalam esophagus.Otot inspirasi penting lainya adalah muskulus interkostalis eksternus yang berjalan dari iga ke iga secara miring kearah bawah dan kedepan. Iga- iga berputar seolah-olah bersendi di bagian punggung, sehingga ketika otot interkostalis eksternus berkontraksi, iga-iga dibawahnya akan terangkat. Gerakan ini akan mendorong sternum ke luar dan memperbesar diameter anteroposterior rongga dada. Diameter transversal boleh dikatakan tidak berubah. Masing-masing otot interkostalis eksternus maupun diafragma dapat mempertahankan interkasi yang kuat pada keadaan istirahat. Potongan melintang medulla spinalis di atas segmen servikalis ketiga dapat berakibat fatal bila tidak diberikan pernapasan buatan, namun tidak demikian halnya bila dilakukan pemotongan di bawah segmen servikalis ke lima, karena nervus frenikus yang mempersarafi diafragma tetap utuh, nerfus frenikus yang memersarafi diafragma tetap utuh, nervus frenicus timbul dari medulla spinalis setinggi segmen servikal 3-5. Sebaliknya, pada penderita dengan paralisis bilateral nervus frenikus yang mempersarafi diafragma tetap utuh, pernapasan agak sukar tetapi cukup adekuat untuk mempertahankan hidup. Muskulus skalenus dan sternokleidomastoideus di leher merupakan otot-otot inspirasi tambahan yang ikut membantu mengangkat yang sukar dan dalam.Apabila otot ekspirasi berkontrakasi, terjadi penurunan volume intratorakal dan ekspirasi paksa. Kemampuan ini dimiliki oleh otot-otot interkostalis internus karena ototini berjalan miring ke arah bawah dan belakang dari iga ke iga, sehingga pada waktu berkontrkasi akan menarik rongga dada ke bawah, kontrkasi otot dinding abdomenanterior juga ikut membantu proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga ke bawah danke dalam serta dengan meningkatkan tekanan intra abdominal yang akan mendorong diafragma ke atas.

Keseimbangan Asam Basa5Untuk fungsi optimal dari sel-sel, proses metabolik mempertahankan keseimbangan mantap diantara asam dan basa. PH arteri adalah pengukuran tak langsung terhadap konsentrasi ion hydrogen (H+) (mis, makin besar konsentrasi, makin asam larutan dan makin rendah PH; makin rendah konsentrasi, makin basa larutan dan makin tinggi PH) dan mencerminkan keseimbangan antara karbon dioksida (CO2), yang diatur oleh paru-paru dan bikarbonat (HCO3), basa diatur oleh ginjal. CO2 terlarut dalam larutan untuk membentuk asam karbonat (H2CO3), yang merupakan kunci komponen asam dalam keseimbangn asam-basa. Karena H2CO3 sulit untuk diukur secara langsung dan CO2 serta H2CO3 dalam keseimbangan, maka komponen asam ditunjukan sebagai CO2 ketimbang H2CO3.Rasio asam-basa normal adalah 1:20 menunjukan satu bagian CO2 (potensial H2CO3) terhadap dua puluh bagian HCO3-. Jika keseimbangan ini berubah, maka terjadi kekacauan PH; jika ekstra asam atau terjadi kehilangan basa dan PH 7,40, maka terjadi alkalosis. Mekanisme ini sangant sensitive terhadap perubahan PH intervensi dari luar, bila tidak mampu pada kadar normal, sedikitnya dalam batasan yang dapat menopang kelangsungan hidup.Buffer terdapat pada semua cairan tubuh dan bekerja dengan segera (dalam 1 detik) sete;ah terjadi pH abnormal. Buffer ini berikatan dengan kelebihan asam atau basa untuk membentuk substansi yang tidak mempengaruhi pH. Namun demikian efeknya terbatas.1. Bikarbonat : buffer yang paling penting, buffer ini terdapat dalam jumlah yang paling besar dalam cairan tubuh. Dihasilkan oleh ginjal dan membantu dalam mengekskresi H+ .2. Fosfat : membantu dalam ekskresi H+ dalam tubulus ginjal3. Amonium : setelah kelebihan asam, amonia (NH3 ) dihasilkan oleh sel tubulus ginjal dan berikatan dengan H+ dalam tubulus ginjal untuk membentuk amonium NH4+). Proses ini memungkinkan ekskresi H+ ginjal lebih besar.4. Protein : terdapat dalam sel-sel, darah, dan plasma. Hemoglobin adalah buffer protein yang paling penting.5

Asidosis RespiratorikTerjadi apabila terdapat gangguan ventilasi alveolar yang mengganggu eliminasi CO2 sehingga akhirnya terjadi peningkatan PCO2 (hiperkapnia). Beberapa factor yang menimbulkan asidosis respiratorik: Inhibisi pusat pernafasan : obat yang mendepresi pusat pernafasan (sedative, anastetik), kelebihan O2 pada hiperkapnia Penyakit neuromuscular : neurologis (poliomyelitis, SGB), muskular (hipokalemia, muscular dystrophy) Obstruksi jalan nafas : asma bronchial, PPOK, aspirasi, spasme laring Kelainan restriktif : penyakit pleura (efusi pleura, empiema, pneumotoraks), kelainan dinding dada (kifoskoliosis, obesitas), kelainan restriktif paru (pneumonia, edema) OverfeedingPrinsip dasar terapi asidosis respiratorik adalah mengobati penyakit dasarnya dan dukungan ventilasi. Hiperkapnia akut merupakan keadaan kegawatan medis karena respon ginjal berlangsung lambat dan biasanya disertai dengan hipoksemia, sehingga bila terapi yang ditujukan untuk penyakit dasar maupun terapi oksigen sebagai suplemen tidak member respon baik maka mungkin diperlukan bantuan ventilasi mekanik baik invasive maupun non invasive.Alkalosis Respiratorik6Alkalosis respiratorik terjadi jika CO2 dikeluarkan terlalu cepat dari paru-paru dan ada penurunan kadarnya dalam darah. Penyebabnya adalah hiperventilasi akibat demam, pengaruh overdosis aspirin pada pusat pernapasan, hipoksi karena tekanan udara yang rendah di dataran tinggi atau akibat anemia berat.Jika hiperventilasi terjadi akibat kecemasan, gejalanya dapat diredakan melalui pengisapan kembali karbondioksida yang sudah dikeluarkan. Ginjal mengompensasi cairan alkalin tubular dengan mengekskresi ion bikarbonat dan menahan ion hidrogen.

Asidosis MetabolikDitandai dengan turunnya kadar ion HCO3 diikuti dengan penurunan tekanan parsial CO2 di dalam arteri. Kompensasi umumnya terdiri dari kombinasi mekanisme respiratorik dan ginjal, ion hydrogen berinteraksi dengan ion bikarbonat membentuk molekul CO2 yang dieliminasi di paru sementara itu ginjal mengupayakan ekskresi ion hydrogen ke urin dan memproduksi ion bikarbonat yang dilepaskan ke cairan ekstraseluler.Beberapa penyebab asidosis metabolik: Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh : asidosis laktat, ketoasidosis, intoksikasi salisilat, intoksikasi etanol Berkurangnya kadar ion HCO3 di dalam tubuh : diare, renal tubular acidosis Adanya retensi ion H di dalam tubuh :penyakit ginjal kronikDari persamaan Henderson-Hasselbalch pH dipengaruhi oleh rasio kadar bikarbonat (HCO3-) dan asam karbonat darah (H2CO3) sedangkan kadar asam karbonat darah dipengaruhi oleh tekanan CO2 darah (pCO2). Bila rasio ini berubah, pH akan naik atau turun. Penurunan pH darah di bawah normal yang disebabkan penurunan kadar bikarbonat darah disebut asidosis metabolik. Sebagai kompensasi penurunan bikarbonat darah, akan dijumpai pernafasan cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul) sehingga tekanan CO2 darah menurun (hipokarbia). Di samping itu ginjal akan membentuk bikarbonat baru (asidifikasi urine) sehingga pH urine akan asam. Penurunan kadar bikarbonat darah bisa disebabkan hilangnya bikarbonat dari dalam tubuh (keluar melalui saluran cerna atau ginjal) ataupun disebabkan penumpukan asam-asam organik, -baik endogen maupun eksogen-, yang menetralisir bikarbonat.Khusus penilaian terhadap faktor penyebab asidosis metabolic terdapat dua cara yaitu cara tradisional dengan kesenjangan anion (anion gap), dan cara kuantitatif kimia-fisik (stewart) dengan menghitung strong ion gap dan atau BE gap. Menurut analisis stewart, untuk mencari factor penyebab asidosis metabolic diperlukan pemeriksaan elektrolit natrium, klor dan juga albumin.

Alkalosis Metabolik7Alkalosis metabolik adalah peningkatan PH arteri akibat gangguan nonrespirasi. Terdapat beberapa penyebab alkalosis metabolik diantaranya karena terdapat peneluaran asam yang berlebihan, atau apabila asupana basa meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar elektrolit ekstrasel, yang menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolik.1. Hilangnya asamHilangnya asam dapat timbul akibat muntah yang berlebihan, karena isi lambung bersifat asam. Muntah juga menyebabkan alkalosis secara tidak langsung karena keluarnya klorida melelui muntahan.2. Peningkatan kadar bikarbonatPeningkatan kadar bikarbonat dapat terjadi pada asupan bikarbonat dalam bentuk antacid yang mengandung bikarbonat yang digunakan untuk mengobati indigesti atau nyeri ulu hati. Larutan bikarbonat mungkin digunakan selama resusitasi kardiopulmonalis dan dapat menyebabkan alkalosis metabolik.3. Penurunan volume cairan ekstraselKontraksi volume atau penurunan cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan kadar bikarbonat plasma dan alkalosis metabolik dengan mengurangi jumlah bikarbonat yang difiltrasi di glomerulus. Terjadi peningkatan presentase bikarbonat yang direabsorpsi kembali ke kapiler peritubulus apabila kecepatan aliran darah juga berkurang.4. Perubahan kadar elektrolit ekstraselPerubahan kadar elektrolit ekstrasel dapat menyebabkan alkalosis akibat pergeseran ion-ion hidrogrn ke dalam sel. Misalnya, penurunan klorida ekstrasel dapat menyebabkan alkalosis metabolic sewaktu klorida berdifusi keluar sel dan ion hydrogen berpindah ke kompartemen intrasel. Hal ini disebut alkalosis hipokloremik. Demikian juga, hipokalemia (penurunan kalium plasma) dapat menyebabkan alkalosis metabolik akibat peningkatan ekskresi hydrogen oleh ginjal.

1. Asih NGY, Effendy C. Keperawatan medikal bedah: klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta: EGC; 2004.h. 3-5.2. Mutaqqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.7-10.3. Suryo J. Sistem pernapasan. Yogyakarta: B First (PT Bentang Pustaka); 2010.h. 9-10.4. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC; 2006.h. 498-9.5. Horme MM, Swearingen PL. Keseimbangan cairan, elektrolit & asam basa. Jakarta: EGC; 2005.h. 135-6.6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h. 342.7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi Ed 3. Jakarta: EGC; 2007.h. 761-2.

Konka: kerang atau lubangKonka inferior terdiri dari tulang yang menahan dinding lateral kavum nasi. Konka media dan konka superior merupakan bagian dari tulang ethmoid. Konka dilapisi oleh suatu mukosa membranosa dan ephitelium bersilia. Di bawah mukosa terdapat jaringan erectile, terutama pada bagian anterior dan posterior dari tepi konka inferior, bawah konka inferior dan tepi anterior konka media (Hall, 1979). Selain tiga buah konka diatas, kadang-kadang terdapat konka ke empat (konka suprema) yang teratas (Ballenger,1994). Konka hidungis suprema atau konka ke empat terletak pada permukaan tulang ethmoidalis daitas dan dibelakang konka hidungis superior (Bajpai, 1991).

Meatus: jalur lintas lalu mengalir, menarik melewati -- sobotta

14