blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../02/liberalisasi-jasa-keuangan-dalam...partnership.d… · web...
TRANSCRIPT
I. Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka ASEAN - Japan
Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
A.Latar Belakang Kebijakan (hubungan bilateral Indonesia dan Jepang)
Akhir – akhir akademisi maupun praktisi membicarakan persoalan
kesepakatan Perdagangan Bebas atau Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-
China akan dimulai pada tahun 2015. Sehingga keadaaan ini pun menjadi
kewajiban bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara anggota
ASEAN Economic Comunity semuanya. Indonesia pun harus siap-siap
menerima kenyataan pertumbuhan ekonomi akan terhambat dengan
pelaksanaan perdagangan bebas ini ASEAN-China tersebut karena konsumsi
pasar akan semakin terpecah dengan hadirnya produk-produk dari luar yang
secara bebas masuk ke dalam pasar domestik (www.detikfinance.com).Dari
sektor industri, rencana pemberlakuan perdagangan bebas Asean-China pada
akhir 2015 sebagai bentuk ancaman yang serius namun jugas dapat menjadi
keuntungan tersendiri bagi negara Indonesia hal inilah yang menuntu kesiapan
industri nasional. Kalau kita amati kompetisi bebas sebenarnya baik bagi
rakyat, jika semua elemen dari masyarak siap berkompetisi. Karena pada
hakikatnya persaingan bebas akan membebaskan rakyat dari cengkaraman
monopoli-monopoli dan kesempatan untuk bersaing seluas-luasnya.
Akan tetapi persoalanya saat ini kendala yang dihadapi Indonesia adalah
masalah kesiapan untuk mengambil kesempatan tersebut serta strategi yang
dibangun untuk berkompetisi.ditambah lagi adanya penarikan nol rupiah untuk
biaya masuk impor merupakan awal hancurnya industri nasional. Karena
dengan demikian, produk dari luar akan semakin leluasa untuk masuk ke dalam
pasar Indonesia yang belum siap bersaing. Yang menjadi masalah penting juga
keinginan masyarakat untuk memeilih barang –barang dari asing karena jauh
lebih murah dibanding produk nasional, dan juga dari segi kualitas termasuk
sehingga itulah menimbulkan alasan pilihan masyarakat.
1
Produk-produk lokal Indonesia sendiri disini dinilai masih lemah jika
harus bersaing di tingkat ASEAN-China. Hal ini dapat dilihat dari pilihan
konsumsi masyarakat Indonesia sendiri yang justru cenderung memilih produk-
produk import luar negeri daripada produk lokal. Baik itu produk seperti
makanan, minuman, sandang, sepatu dan lain-lain. Bahkan data menyebutkan,
dari sepuluh golongan barang utama impor nonmigas Indonesia, tiga golongan
barang justru mengalami peningkatan pada April 2009 dibanding Maret 2009
yaitu kendaraan bermotor dan bagiannya sebesar US$50,3 juta (30,86 persen),
kapas sebesar US$31,4 juta (31,43 persen), serta plastik dan barang dari plastik
sebesar US$15,3 juta (6,89 persen) (BPS, 2009).
Lemahnya produk-produk lokal Indonesia di pasar domestik maupun
global ini, merupakan sebuah tantangan besar yang harus dihadapi dan
diselesaikan oleh pemangku kepentingan mengingat semakin terbukanya
persaingan perdagangan di tingkat ASEAN-China. Untuk dapat memperkuat
keberadaan produk lokal di pasar domestik dan global, salah satu yang dapat
dilakukan adalah dengan memperkuat keberadaan UKM serta mengingkatkan
kualitas produksi lokal yang memang telah menjadi pilar utama ekonomi
Indonesia, sekaligus wadah bagi produk lokal untuk mempromosikan diri.
Dapat kita lihat sendiri, dalam output nasional (PDRB) sektor UKM
menyumbang sebesar 56,7 % dan dalam ekspor nonmigas menyumbang
sebesar 15 %. Selain itu, UKM memberi kontribusi sekitar 99% dalam jumlah
badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6% dalam penyerapan
tenaga kerja (www.atmawinata.blogspot.com).
Kondisi ini sebenarnya sama dengan yang di alami oleh Indonesia aspek
atau bidang lain yaitu adanya Pembentukan ASEAN - Japan CEP (AJCEP)
yang pertama kali dikemukakan oleh Perdana Menteri Jepang Junichiro
Koizumi saat melaksanakan kunjungannya ke lima Negara ASEAN pada
bulan Januari tahun 2002. Dalam kesempatan tersebut PM Koizumi
mengemukakan pemikirannya tentang pentingnya CEP bagi "platforn" untuk
2
memperkuat kemitraan ekonomi di kawasan Asean – jepang dalam hal ini
adalah kemitraan Indonesia – Jepang .
Hal inilah yang menjadi lnisiatif yang kemudian ditindaklanjuti dengan
dituangkannya dalam Joint Declantion paoa Pertemuan Tingkat ringgi para
Kepala Negara pada tahun 2002 di phnom penn, Kamboja. Namun secara
resmi tramework mengenai pembentukan ASEAN – Japan CEP baru
ditandatangani oleh Kepala Negara ASEAN dan Jepang pada KTT ASEAN
pada tahun 2003 di Bali. Pembentukan ASEAN - Japan CEP ini bertujuan
untuk memperkuat integrasi ekonomi antara ASEAN dan Jepang, termasuk
didalamnya pembentukan kawasan perdagangan bebas, meningkalkan daya
saing ASEAN dan Jepang di pasar dunia serta meliberalisasikan dan
memfasilitasi perdagangan barang dan jasa termasuk investastasi.Dengan
adanya pemaparan diatas inilah yang menjadi landasan, bahwa hubungan
antara jepang dan indonesia di sektor keuangan mengalami kerjasama yang
kurang sehat di antara kedua Negara, sehingga perlu kajian agar dapat
menciptakan win-win solution.
B.Rumusan Kebijakan (hubungan bilateral Indonesia dan Jepang)
Dari pemaparan di atas dapat dirumuskan masalah tentang jaringan japan
dalam membangun perekonomian lintas Negara.
1. Bagaimana hubungan bilateral 2 negara antara japan-Republik
Indonesia dalam membangun kemitraan di sektor keuangan ?
2. Bagaimana peran dan pengaruh jasa keuangan jepang terhadap
Indonesia?
C.Tujuan Kebijakan (hubungan bilateral Indonesia dan Jepang)
1. Menelaah hubungan internasional antara indonesia dan japang
2. Mengetahui peran dan pengaruh jasa keuangan jepang terhadap
Indonesia
3
D. Manfaat Kebijakan (hubungan bilateral Indonesia dan Jepang)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya adalah :
1. Secara teoritis, hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran berupa model kerjasama dibidang keuangan
yang balance,baik negara yang diberi jasa atau yang menyediakan
jasa dengan demikian dapat menguatkan satu sama lain,sehingga
sektor jasa keuangan dapat digunakan nantinya sebagai acuan bagi
kajian dan penelitian selanjutnya.
2. Secara praktis, hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan
sebagai landasan oleh pemerintah Indonesia agar lebih berhati-hati
dan teliti dalam mengambil keputusan, sehingga dapat
menyesuaikan antara jasa keuangan dengan peningkatan
ekonomi,yang mana perdagangan dibuka secara bebas pada tahun
2015 dan diharapkan dengan adanya kajian tentang jasa keuangan
dari negara jepang dapat memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi pengelolahan keuangan yang ideal.
E.Analisis Kebijakan (hubungan bilateral Indonesia dan Jepang)
a. Kondisi hubungan bilateral Japan – Indonesia dalam membangun kemitraan
Hubungan bilateral Indonesia dan Jepang saat ini memasuki tahapan paling
baik selama 55 tahun hubungan diplomatik kedua negara.Hadirnya Wakil Kepala
perwakilan Republik Indonesia di Tokyo ini merupakan hubungan bilateral
Indonesia dan Jepang yang saat ini memasuki tahapan paling baik dalam 55 tahun
hubungan diplomatik kedua negara.Kedekatan antara presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Perdana Menteri Shinzo Abe maupun antar menteri kedua negara
mendorong kerjasama dibidang politik maupun ekonomi semakin berkembang.
Prediksi bahwa saat seperti ini adalah hubungan paling baik antara Jepang dan
Indonesia dalam 55 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang. Dan
kita bisa melihat kerjasama yang semakin berkembang dibidang politik antar
kedua negara.
4
Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Tokyo momentum
yang akan dimanfaatkan untuk merealisasikan sejumlah kesepakatan kerja sama di
berbagai bidang,melalui skema Indonesia - Japan Economic Agreement.Di bidang
ekonomi Jepang saat ini menjadi investor terbesar di Indonesia. Para pengusaha
Jepang percaya Indonesia menjanjikan bagi investasi Jepang dan mereka
merasakan banyak kemajuan di Indonesia yang mereka nikmati, termasuk kualitas
pekerja Indonesia yang semakin profesional.
Mulai tahun 2012 Jepang menjadi investor paling besar di Indonesia.
Sebelumnya Jepang hanya nomor dua tetapi kita berharap secara ekonomi
hubungan itu baik di bidang investasi perdagangan dan wisatawan bisa saling
menguntungkan.Terutama masyarakat Indonesia bukan hanya di bidang ketenaga-
kerjaan tetapi juga dibidang pengetahuan dan teknologi.Hal ini mendapat manfaat
dari keberadaan perusahaan Jepang di Indonesia.Investasi Jepang di Indonesia
untuk tahun 2013 sampai bulan Oktober sudah mencapai 3,6 miliar dolar AS,
tahun 2012 baru mencapai 2,5 miliar dolar, dan tahun 2011 baru 1,5 miliar dolar
AS. Alih teknologi dilakukan antara lain melalui penempatan para pekerja
magang atau Kensusei asal Indonesia di berbagai perusahaan Jepang dalam kurun
waktu tiga tahun. Setelah itu, mereka didukung untuk mendirikan usaha sendiri
sehingga membuka lapangan pekerjaan di Tanah Air.
b. Peranan Sektor Jasa Keuangan
Secara umum sektor jasa memegang peranan penting dalam perekonomian
negara-negara di dunia saat ini. Bahkan di negara maju, kontribusi jasa
mencapai 70 % dan PDB.Sedangkan di Indonesia saat ini kontribusi jasa saat
mencapai kisaran hampir 50 % dari total PDB.Mengingat begitu besarnya
kontribusi jasa ini dalam perekonomian, maka berbagai upaya dilakukan dalam
rangka meningkatkan kinerja sektor jasa antara lain melalui liberalisasi
perdagangan di bidang jasa secara umum dan Jasa keuangan secara
khususnya.Sektor keuangan mendukung pertumbuhan ekonomi melalui peran
intermediasinya. Sekor keuangan yang efisien dan sehat mengalokasikan
sumber daya secara efisien di dalam perekonomian dengan memobilisasi dana.
5
Bukti empiris menunjukan bahwa perbaikan sektor keuangan memiliki
dampak yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan suatu negara, dan
semakin maju sektor keuangan, semakin mampu pula sektor keuangan dapat
membantu mendorong perlumbuhan ekonomi (King dan Levine,1993, Khan
dan sebhadji, 2000 dalam Kepentingan lndonesia di Berbagai perundingan
Perdagangan lntemasianal Bidang Jasa: Jasa Keuangan', Kementerian
perdagangan.2012).
Namun demikian ketidakstabilan (volatitity) menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari sektor ini. Untuk ifu menjadi calatan adalah bahwa semakin
majunya sektor keuangan dunia, maka peraturanperaturannya juga dibuat
menjadi lebih terperinci.Dalam upaya meningkatkan kerjasama ekonomi
melalui liberalisasi perdagangan di bidang jasa, Negara-negara ASEAN telah
menyepakati dan mengesahkan ASEA IV Framework Agreentent on services
(AFAS) pada tahun 1995 di tahiland.
Selanjutnya untuk menindaklanjuti kesepakatan tersebut, telah dibentuk
Coordinating Conniftee on Servlbes (CCS) yang memiliki tugas menyusun
modalitas untuk mengelola negosiasi liberalisasi jasa dalam kerangka AFAS
yang mencakup 8 (delapan) sektor, yaitu: Jasa Angkutan Udara dan Laut, Jasa
Bisnis, Jasa Konstruksi' Jasa Telekomunikasi, Jasa Pariwisata, Jasa Keuangan,
Jasa Kesehatan dan Jasa Logistik. Sedangkan Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan bersama sama dengan Bank lndonesia (BI) dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terlibat dalam perundingan liberalisasi sektor
jasa keuangan dalam forum Working Conitte on Financial Selices Libentizat on
(WCFSL), yaitu suatu komite yang bertugas untuk melakukan liberalisasi jasa
keuangan pada forum Asean.
lndonesia sendiri telah menyelesaikan beberapa perjanjian jasa seperti :
lndonesia-Japan Economrc Paftnership Agrcenent (lJEPA), Asean -Korea Free
Trade Agreement rade rn seMces (AOFTATlSA), dan Asean-Auslralia-New
zealand Free Trade Agreement-Trade in services (MNZFTA-TSA).
Pembahasan tema Asean-Japan cEpA dipilih dengan alasan bahwa sejalan
dengan keingrnan Indonesia untuk meninjau kembali perianiian IJEPA yang
6
dianggap kurang mengunfungkan posisi lndonesia, disaat yang sama Indonesia
dalam kerangka Asean japan comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
iuga sedang dalam proses melakukan perundingan. oleh karenanya kami
berfiarap tulisan singkat ini merupakan sosialisasi bagi semua pihak guna
mengelahui sepintas lintas tentang proses dimaksud.
c. Annex on Hnancial Seryices ( sebuah lampiran perjanjian )
Dalam lampiran untuk Jasa Keuangan (Financiat Servlces) posisi di
September 2013 belum secara final memutuskan pasal-pasal yang masuk dalam
perjanjian dan isi pasal-pasalnya. Berdasarkan proposal Jepang ditambah dengan
usulan Asean, secara umum dan sementara perjanjian dibagi antara lain yaitu:
1. Scope and definition
Pada butir ini memberikan definisi dan ruang lingkup dari beberapa hal
yang secara prinsip dibahas dalam perianjian ini. Sebagai contoh
membahas tentang definisi financial services serta memberikan batasan
atau ruang ringkup dari direct insurance yaitu terdiri dari Life dan Non
Life lnsurance
2. Domestic Regulations
Dalam Domesfic Regulation dibahas tentang tentang kebebasan dari setiap
anggota (party untuk melakukan atau mempertahankan aturan demi suatu
alasan kehati-hatian (prudential reason seperti untuk proteksi investor,
serta kebijakan yang diambil dalam rangka stabilitas sistem keuangan.
3. Transparancy
Pada pasal (aficle) ini membahas tentang keharusan setiap anggota untuk
memberikan transparansi peraturan yang berlaku dalam jasa keuangan
kepada anggota yang lain.
4. Expeditious Application Prwedures
Pada pasal ini dibahas tentang keharusan setiap palty untuk mempercepat
proses yang diajukan oleh pemasokan jasa keuangan pafty lainnya,
memberikan pemberitahuan atas hasilnya yang disertai dengan alasannya
apabila permohonan yang bersangkutan ditolak, serta memberikan jaminan
kepada pengaju aplikasi yang bersangkutan dalam hal telah terpenuhinya
7
seluruh ketentuan berdasarkan ketentuan yang berlaku (transparansi
stalus).
5. Transfer of Information and Processing of Information
Pada pasal ini diatur bahwa parfy tidak diperbolehkan untuk membuat
aturan-aturan guna mencegah hansfer informasi, termasuk hansfer data
melalui elektronik, yang biasa digunakan untuk melaksanakan bisnis dari
sebuah pemasok jasa keuangan, namun demikian hal ini tidak
dimaksudkan untuk melanggar hak suatu pafty guna melindungi data
personal dan hal-hal konfidensial lainnya sesuai dengan peraturan
domestik yang berlaku.
6. National Treatnent
Jepang mengaiukan pasal ini yaitu pasal yang berkaitan dengan keharusan
suatu parly intuk menjamin pemasok jasa keuangan dari pihak ketiga
(another party) yang telah dibangun di area party untuk dapat mengakses
sistem pembayaran dan kliring sistem yang dioperasikan oleh entitas
publik.
7. Dispute Setlenent
Pasal ini menetapkan lentang perlunya pengadilan arbitrasi yang dibentuk
memiliki lenaga ahli dalam permasalahan jasa keuangan
Kesimpulan :
1. Indonesia memiliki nilai ekonomi yang berpotensi besar di dalam persaingan
ekonomi secara global pada tahun 2015 nantinya . Itu semua dihasilkan karena
indonesia memiliki Beberapa kekayaan diantaranya adalah seperti Kopi luwak,
sentra songket Palembang, batik Pekalongan, tenun, bordir, dan sulaman
Sumatera Barat, keris Cirebon, Solo, dan Madura, sentra IKM keramik gerabah
di Kasongan, dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya, meskipun
bernilai sangat potensial, produk-produk tersebut selama ini masih belum dapat
bersaing dengan produk-produk asing yang ada di pasar dan perlu sebuah
strategi yang mampu membuat produk-produk lokal yang telah ada untuk dapat
mampu bersaing dalam pasar secara global.
8
2. Konsep liberalisasi jasa keuangan melalui peran japan dapat menghambat
untuk menguatkan perekonomian Indonesia, mengingat perdagangan bebas
ASEAN-China dimulai awal tahun 2015. Sehingga perekonomian lokal disini
adalah sebagai wadah yang harus mampu membuat jejaring antar UKM agar
dapat memaksimalkan keberadaanya. Dengan strategi tersebut, maka
perekonomian Indonesia akan dapat lebih meningkat secara masif untuk
dikenal, dipilih, dan bersaing sebagai tempat berinvestasi sehingga Indonesia
siap menyambut Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-China ataupun Asean
Economic Comunity tahun 2015 .
B. Saran
1. Bagi pemerintah daerah hendaknya mempersiapkan berbagai lembaga
kajian dan laboratorium untuk mendukung upaya penguatan ekonomi
dengan layanan jasa keuangan pribadi.Tanpa menggunakan jasa keuangan
negara lain dengan berbagai perjanjian yang harus disepakati.
2. Bagi masyarakat seyogjanya dapat bersinergi dalam pengembangan
ekonomi indonesia sehingga mampu terwujudnya produk-produk yang
berkualitas dan mampu bersaing dalam pasar ASEAN-China.
Secara umum analisis diatas dapat disimpulkan bahwa negosiasi tentang
prinsip-prinsip yang dianut dalam perjanjian masih dalam taraf negosiasi dan
belum final, tentu sala diharapkan dalam proses ini akan telah secara hati-hati
memperhitungkan tingkal perkembangan jasa keuangan diantara negara asean
(lndonesia, Singapore, Malaysia, Philipina, Thailand, Laos, Vietnam, Myanmar,
Kamboja, dan Brunei) yang sangat beragam dan dengan mernpertimbangkan
tingkat perkembangan jasa keuangan Jepang yang telah jauh lebih maju
dibandingkan negara-negara Asean. Semoga hasil perundingan menghasilkan
sesuatu yang dapat membawa kemajuan bagi sektor jasa keuangan Indonesia serta
dan dapat berdampak pada peningkatan perkembangan ekonomi lndonesia.
9
Daftar Pusataka
1. Asean Jalin CEP dengan Jepang', Media Industri dan Perdagangan, Jakarta,
2003)"Busrness Guide to The World Trading System', ITC UNTACMTO and
Commonweafth Secrefanbf, 2003.
2. Busrness Guide to The World Trading System', ITC UNTACMTO and
Commonweafth Secrefanbf, 2003.
3. Kepentingan ldonesia di Berbagai Perundingan Perdagangan lnternasional
Bidang Jasa : Jasa Keuangan', Kementerian Perdagangan, Jakarta, 2012
4. Keterlibatan lndonercia dalam Forum FTA', ditjendkpi.kemendag.go.id, 28
Desember 2005, sebagaimana diunduh 13 September 2013)
5. Mustofa, Anton. Perdagangan bebas ASEAN dengan china 2010. Kompas, 11 Desember 2009
10
II. Kebijakan Jepang dan Hubungannya dengan Indonesia Seputar
Kesepakatan APEC
Seperti halnya kebijakan-kebijakan politik luar negeri, Jepang juga
menerapkan kebijakan luar negeri untuk memaksimalkan kepentingan nasional
Jepang, yang terdiri atas kepentingan keamanan, kemakmuran dan nilai-nilai
dasar. Gambaran dari kebijakan luar negeri Jepang, seperti, sebagian besar untuk
meminimalisir risiko dan meningkatkan peluang demi pertumbuhan dalam
wilayah Asia-Pasifik. Kedua, membantu mengembangkan kemakmuran dan
kestabilan regional berdasarkan nilai-nilai demokratis. Dan terakhir pemulihan
pasca gempa bumi Jepang dan rekonstruksi.
Jepang dan Indonesia telah lama bekerja sama, dikarenakan Indonesia
adalah negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia
kaya akan sumber daya alam, sumber daya manusia dan warisan budaya
menjadikan Indonesia sangat potensial sebagai negara trading.Indonesia dikenal
sebagai negara demokrasi terbesar di dunia yang bisa berbagi nilai-nilai
kebersamaan semisal hak asasi manusia, kebebasan dari tekanan dan lain-lain.
Inisiatif kuat Indonesia dalam menanggulangi masalah global seperti perubahan
iklim, Forum Demokrasi Bali mendapat apresiasi tinggi.
Jepang terus menjadi salah satu mitra perdagangan terbesar untuk
Indonesia dalam bidang ekspor-impor dan pemasukan investasi. Saat ini pun
masih dibutuhkan banyak kerjasama di area seperti pengembangan infrastruktur,
kesejahteraan rakyat dan pendidikan. Pada Juni 2011 Presiden Yudhoyono
berkunjung ke Tohoku Jepang untuk mengadakan dialog stategis antara menteri
luar negeri, konsultasi ekonomi di tingkat kementrian dan dialog reguler antara
menteri pertahanan. Juli 2008 Jepang dan Indonesia mengadakan kerjasama
ekonomi (Japan Indonesia Economic Partnership Agreement) dengan
800 kandidat orang Indonesia yang masih dalam masa pelatihan dan hampir
sekitar 90 orang yang resmi terkualifikasi di Jepang.
Kepulauan Indonesia yang tersebar lebih dari 5000 km berada dalam lokasi
yang strategis untuk kerjasama yang lebih di area keamanan, semisal keamanan
maritim, anti pembajakan, pencegahan perdagangan gelap barang dan manusia,
11
anti terorisme dan lain-lain.Intinya Indonesia adalah bangsa yang besar dengan
sejarah panjang pertemanan dan kerjasama. Kaya akan sejarah yang menjadikan
Indonesia mitra alami dan mitra stategis dengan Jepang. Saat ini lebih 700.000
pelajar Indonesia belajar di luar negeri dan ini menempati urutan ketiga terbesar
di dunia dan ada 2.162 pelajar yang sedang menempuh studi di Jepang ( Ketujuh
terbesar di dunia jumlah alumninya).Melihat lebih jauh kemungkinan area
kerjasama antara tentara Jepang dan Indonesia atau antara pasukan keamanan
(mengikuti pelatihan atau operasi, pegadaan peralatan) termasuk strategi
kerjasama untuk kedamaian dan kemakmuran masa depan.
Indonesia dan Jepang memiliki hubungab baik.
Indonesia memiliki kedutaan besar di Tokyo dan konsulat di Osaka. Japan
memiliki kedutaan besar di Jakarta dan konsulat
di Medan, Denpasar, Surabaya, dan Makassar.
Jepang adalah mitra ekspor terbesar Indonesia.
Kedua negara adalah anggota ekonomi besar G20 dan APEC.
Indonesia juga menawarkan bantuan saat terjadi gempa bumi di Jepang tahun
2011.
III. KEBIJAKAN PEMERINTAH JEPANG DAN INDONESIA MENGENAI EKSPOR –IMPOR
Tepat pada tanggal 1 Juli 2008, perjanjian EPA antara Indonesia dengan
Jepang resmi mulai berlaku. Perjanjian yang telah ditandatangani dan
diratifikasi pada 20 Agustus 2007 ini sebenarnya sudah dirundingkan sejak
tahun 2005. Perjanjian EPA ini sebenarnya konsep yang masih baru dalam
dunia perdagangan internasional, EPA berbeda dengan FTA karena cakupan
EPA tidak hanya pada sektor perdagangan tetapi meliputi sektor jasa,
investasi, migrasi, pariwisata, standarisasi peraturan dan hak kekayaan
intelektual.Kerjasama IJEPA dilandasi atas tiga hal, yaitu Liberalization
(Pembukaan Akses Pasar), Facilitacion (Akses Pasar yang mudah) dan
Cooperation (Kerjasama untuk Peningkatan Kapasitas). Ketiga landasan
tersebutlah yang membuat sistem EPA lebih unggul dari FTA karena
12
menempatkan Indonesia pada posisi yang sejajar (kemitraan) sehingga dalam
implementasinya akan menguntungkan kedua belah pihak. Perjanjian ini
begitu menarik bagi Indonesia karena berpotensi untuk menghasilkan
keuntungan yang sangat besar dan peningkatan di bidang ekspor. Perdagangan
Indonesia dengan Jepang selalu mengalami peningkatan di setiap tahun. Hal
ini diikuti pula dengan jumlah ekspor Indonesia ke Jepang yang selalu
meningkat. Namun hal yang paling penting adalah keseimbangan perdagangan
yang dimiliki oleh Indonesia sangat besar. Diperkirakan jumlah tersebut akan
meningkat sebesar 20 persen setelah pelaksanaan IJEPA.
Demikian pula dalam hal investasi Jepang di Indonesia. Investasi dari
Jepang sebagian besar masuk ke sektor otomotif, perdagangan, mesin dan
elektronik. Memang saat ini jumlah investasi Jepang di Indonesia belumlah
sebanyak di negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Vietnam dan Filipina
yang menjadi sasaran investasi sektor manufaktur dan juga Singapura yang
dijadikan basis investasi sektor manufaktur khususnya bidang jasa keuangan
dan asuransi. Indonesia masih menjadi sasaran utama investasi dari Jepang,
diperkirakan saat ini terdapat sekitar 1000 perusahaan multinasional dari
Jepang di Indonesia yang menyerap lebih dari 280 ribu pekerja. Indonesia
sempat menjadi tujuan utama para investor dari Jepang, sayangnya krisis
ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 membuat banyak perusahaan Jepang
mengalihkan investasinya ke negara ASEAN lainnya yang cenderung stabil.
Dengan adanya IJEPA ini diharapkan agar dapat memulihkan kembali minat
investasi ke Indonesia.
13