bkp dan jkp kel 5
TRANSCRIPT
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 1/17
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia menerapkan beberapa jenis pajak untuk mengisikas negara salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yang dulu sempat disebut pajak penjualan. PPN adalah pajak yang
dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa
dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa
Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and
Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung,
maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang
bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak
(konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia
tanggung.
Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di
Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Nomor 42 Tahun 2009.
Sebelum undang-undang ini diterapkan Indonesia masih
menggunakan Pajak Penjualan namun setelah dievaluasi ketentuan
dalam pajak ini dianggap tidak memenuhi asas keadilan karena
menimbulkan pajak berganda dan mempertinggi harga jual barang
maka kemudian pajak ini diganti dengan PPN.
Sebelum mengenakan besaran pajak terutang kepada wajib
pajak yang bersangkutan, seorang fiskus perlu terlebih dahulumengetahui obyek pajak yang ada di pihak wajib pajak. Ketentuan
ini juga berlaku untuk PPN yang memang penekanannya adalah dari
obyek pajaknya karena merupakan jenis pajak obyektif. Berkaitan
dengan itu, dalam pembahasan makalah ini kami akan menjelaskan
bagaimana obyek pajak PPN, pembahasan mengenai barang dan
jasa kena pajak, penyerahan Barang Kena Pajak serta beberapa
undang-undang dan aturan lainnya yang berhubungan denganmateri yang disampaikan.
1
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 2/17
.
BAB II
PEMBAHASAN
Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak
adalah (Pasal 1A ayat 1):
a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu
perjanjian;
b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing);
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang
perantara atau melalui juru lelang;
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cumacuma atas
Barang Kena Pajak;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar
cabang;
g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi;dan
h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena
Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya
dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada
pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak.
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang KenaPajak adalah:
2
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 3/17
a. penyerahan Barang Kena Pajak kepadamakelarsebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-
piutang;c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak
melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
d. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminanutang-
piutang;
c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak
melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang
melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan
adalah Pengusaha Kena Pajak; dan
e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa
pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak
Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan
huruf c
A. PENGERTIAN
1. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat
atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang
tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
2. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN No. 42 Tahun 2009.
3. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang
berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau
3
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 4/17
hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan
untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan.4. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN No. 42 Tahun 2009.
B. BARANG KENA PAJAK
1. Pengertian
Berdasarkan UU PPN No. 42 Tahun 2009 pengertian
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut
sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau
barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang
dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini. Sehingga
pada prinsipnya semua barang merupakan Barang Kena
Pajak kecuali yang ditentukan lain oleh UU No.8 Tahun
1983 jo UU No. 42 Tahun 2009. Berdasarkan rumusan ini,
pengertian barang tidak hanya dimaksudkan sebagai
barang berwujud, melainkan juga barang tidak berwujud.
Selain itu, untuk menentukan bahwa barang itu adalah
Barang Kena Pajak, tidak lagi dikaitkan dengan barang
sebagai hasil pengolahan (pabrikasi) seperti ketentuan
lama (UU No.8 Tahun 1983). Karena tidak lagi dikaitkan
dengan proses pengolahan maka rumusan ini membawa
konsekuensi bahwa tidak seperti sebelumnya. Sejak 1
Januari 1995 penyerahan barang bekas pada prinsipnya
terutang PPN. Kesimpulan ini ternyata dibatasi kemudian
oleh Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-
23/PJ.52/1995 tertanggal 12 Mei 1995 (seri PPN 1995) yang
menegaskan bahwa untuk sementara tidak dikenakan PPN
atas penyerahan barang dagangan berupa mobil bekas
jenis sedan, jeep , station wagon, van dan kombi.
Penegasan ini jelas kurang selaras dengan pasal 1 huruf c
4
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 5/17
jo pasal 4A UU PPN jo pasal 3 PP No. 50 Tahun 1994.
Walaupun demikian, dari kata-kata “untuk sementara”
memberikan inidikasi bahwa memang benar pada
prinsipnya penyerahan barang bekas dikenakan pajak.Dengan Keputusan Mentri Keuangan No. 567/KMK.04/2000
tertanggal 26 Desember 2000, penyerahan kendaraan
bermotor bekas sebagai barang dagangan dikenakan PPN
sejak 1 kanuari 2001.
2. Jenis Barang yang Tidak Dikenakan PPN
Dengan berlakunya UU No. 43 Tahun 2009, pasal 4A UU
PPN 1984 yang semula hanya terdiri dari satu ayat diubah
menjadi tiga ayat. Pasal 4A ayat 1 mengatur secara umum
bahwa jenis barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
angka 5 yang tidak dikenakan pajak berdasarkan UU PPN
1984 ditetapkan dengan PP . Pengelompokan jenis barang
yang tidak dikenakan PPN ditentukan berdasarkan
kelompok barang sebagai berikut :
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya;
Berdasarkan penjelasan pasal 4A UU No. 42 Tahun
2009 ditetapkan jenis barang hasil pertambangan atau
pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya
adalah :
1) minyak mentah (crude oil);
2) gas bumi , tidak termasuk gas bumi seperti elpiji
yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
3) panas bumi;
4) asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu
kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit,
felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit,
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit,
mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil,
pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah
5
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 6/17
serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas
(alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;;
5) batubara sebelum diproses menjadi briket
batubara; dan6) bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga,
bijih nikel, dan bijih perak serta bijih bauksit.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak;
Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh
rakyat banyak, dalam memori penjelasan pasal 4A ayat
2 huruf b kemudian diadaptasi oleh pasal 3 PP No. 144
Tahun 2000, ditentukan sebagai berikut : beras, gabah,
jagung, sagu, kedelai dan garam baik beryodium
maupun tidak beryodium, daging, yaitu daging segar
yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan,
dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur,
diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/ataudirebus, telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk
telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas, susu,
yaitu susu perah baik yang telah melalui proses
didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung
tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas
atau tidak dikemas, buah-buahan, yaitu buah-buahan
segar yang dipetik, baik yang telah melalui prosesdicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas, sayur-sayuran,
yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran
segar yang dicacah. Penjabaran lebih lanjut mengenai
hal ini dilakukan dalam KMK No. 653 tentang barang-
barang kebutuhan pokok yang atas impor dan ataupenyerahannya tidak dikenakan PPN yang berlaku surut
6
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 7/17
sejak 1 Januari 2001. Peraturan pelaksanaanya diatur
dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
68/PJ./2002. Adapun petunjuk pelaksanaanya
dituangkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal PajakNomor SE-01/Pj.51/20002 tanggal 4 Februari 2002.
Dalam peraturan pelaksanaan ini dirinci jenis barang
kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi :
1. Beras dan gabah yaitu segala jenis beras dan gabah,
seperti beras putih, beras merah, beras hitam atau
beras ketan putih sepanjang berbentuk sebagai
berikut :
• Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih
• Beras dan gabah yang digiling
• Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan
maupun tidak
• Beras pecah
• Menir dari beras
2. Jagung yaitu segala jenis jagung, seperti jagung
putih, jagung kuning, jagung kuning kemerahan atau
popcorn , sepanjang berbentuk sebagai berikut :
• Jagung yang telah dikupas/jagung tongkol dan biji
jagung/jagung piplan;
• Menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih
dalam bentuk butiran.
3. Sagu yang berbentuk :
• Empulur sagu
• Tepung, tepung kasar dan bubuk sari sagu
4. Kedelai yaitu segala jenis kedelai, seperti kedelai
putih, kedelai hijau, kedelai kuning atau kedelai
hitam, sepanjang berbentuk kacang kedelai pecah
atau utuh.
7
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 8/17
5. Garam baik yang beryodium maupun yang tidak
beryodium, baik berbentuk curah maupun
beryodium.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya,
meliputi makanan dan minuman baik dikonsumsi di
tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman
yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering;
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari
pengenaan pajak berganda karena sudah merupakan
objek pengenaan Pajak Daerah..
d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Kelompok barang tidak dikenakan pajak yang
keempat adalah uang, emas, batangan dan surat-surat
berharga. Uang dan surat berharga tidak diknakan PPN
karena antara nilai nilai nominal dan nilai fisiknya
berbeda. Dalam memori penjelasan umum UU 43 Tahun
2009. Menegaskan bahwa untuk lebih memberikan
kepastian hukum mengenai barang-barang yang tidak
dikenakan pajak antara lain adalah barang-barang yang
merupakan alat tukar . Uang dan emas batangan
dikelompokkan sebagai alat tukar sehingga tidak
dikenakan PPN.
C. JASA KENA PAJAK
1.Pengertian
Jasa kena pajak (JKP) adalah kegiatan pelayanan
berdasarkan suatu perikatan atau suatu perbuatan hukum
yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas maupun hak
tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.
8
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 9/17
Jasa menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 43
Tahun 2009, adalah :
a. Setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan
atau perbuatan hukum.
b. Yang menyebabkan suatu
barang/fasilitas/kemudahan/hak tersedia untuk dipakai
c. Termasuk menghasilkan barang berdasarkan pesanan
dengan bahan dan petunjuk pemesan.
Contoh : Jasa konsultan, jasa sewa, jasa konstruksi, jasa
perantara, dll.
Pada prinsipnya semua jasa merupakan Jasa Kena Pajak
(JKP), kecuali yang dinyatakan lain oleh Undang-Undang
PPN itu sendiri. Dengan demikian, yang diatur secara rinci
dalam Undang-Undang PPN adalah jasa-jasa yang bukan
merupakan Jasa Kena Pajak, yaitu di Pasal 4A Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 2009. Dan secara otomatis jasa-
jasa lainnya merupakan Jasa Kena Pajak.
Sedangkan, pengertian Jasa Kena Pajak menurut pasal 1
angka 7 Undang-Undang nomor 43 Tahun 2009, yaitu ;
setiap kegiatan pemberian JKP, termasuk pemakaian sendiri
dan pemberian cuma-cuma atas Jasa Kena Pajak.Sama
halnya dengan pemakaian sendiri atau pemberian cuma-
cuma atas BKP, pemakaian sendiri atau pemberian cuma-
cuma atas JKP juga harus dikenakan PPN.
Sebagai contoh perusahaan jasa konstruksi (kontraktor)
membangun bangunan untuk dipakai sendiri. Dalam hal ini,
perusahaan tersebut harus mengenakan PPN kepada
dirinya sendiri sebesar 10% dari harga pokok (biaya
bangunan tersebut).
2.Pengecualian JKP
9
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 10/17
Pada dasarnya semua jasa kena pajak, kecuali yang telah
ditentukan oleh Undang-Undang PPN 1984. Adapun jasa yang
tidak dikenakan PPN, berdasarkan PP No.144 Tahun 2000
yaitu sebagai berikut.
Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis, meliputi :
jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
jasa dokter hewan;
jasa ahli kesehatan, seperti: akupuntur, ahki gizi, dan
fisioterapi;
jasa kebidanan dan dukun bayi;
jasa paramedis dan perawat;
jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan,
laboratorium kesehatan, dan sanatorium.
jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan
oleh paranormal.
Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi :
• jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
• jasa pemadam kebakaran;
• jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
• jasa lembaga rehabilitasi;
• jasa penyediaan rumah duka atau jasa
pemakaman, termasuk krematorium; dan
• jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat
komersial.
Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko.
10
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 11/17
Pembebasan atas PPN dari jasa di bidang pengiriman
surat dengan perangko termuat dalam KMK No.
168/KMK.03/2002 Tentang Penyerahan Jasa Pengiriman
Surat Dengan Perangko Yang Tidak Dikenakan PajakPertambahan Nilai. Dalam pasal 2 peraturan ini disebutkan
bahwa yang dibebaskan PPN adalah jasa pengiriman surat
dengan perangko yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia
(persero).
Jasa di bidang keuangan, meliputi:
a. Jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
b. Jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau
meminjamkan dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
c. Jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, berupa :
i. Sewa guna usaha dengan hak opsi
ii. Anjak piutang
iii. Usaha kartu kredit, dan/atau
iv. Pembiayaan konsumen
d. Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hokum gadai,
termasuk gadai syariah dan fidusia,
e. Jasa penjaminan
Jasa asuransi, adalah jasa pertanggungan yang meliputi
asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
11
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 12/17
polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi
seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan
konsultan asuransi.
Jasa di bidang keagamaan, meliputi :
jasa pelayanan rumah ibadat;
jasa pemberian khotbah atau dakwah;
jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan
jasa lainnya di bidang keagamaan.
Jasa di bidang pendidikan, meliputi :
• jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti
jasa penyelenggaraan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan
professional dan
• jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah
( kursus ).
Jasa di bidang kesenian dan hiburan, meliputi semua
jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan.
Jasa penyiaran yang bukan bersifat iklan
Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa
penyiaran radio atau televise yang dilakukan oleh instansi
pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak
dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
Jasa angkutan umum di darat dan di air seerta jasa
angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
Jasa di bidang tenaga kerja, antara lain sebagai berikut.
Jasa tenaga kerja
12
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 13/17
Yang dimaksud dengan jasa tenaga kerja adalah
adalah jasa yang diserahkan oleh tenaga kerja kepada
pengguna jasa tenaga kerja dengan menerima imbalan
dalam bentuk gaji, upah, honorarium, tunjangan dansejenisnya. Tenaga kerja tersebut bertanggung jawab
langsung kepada pengguna jasa tenaga kerja atas jasa
tenaga kerja yang diserahkannya;
Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang penyedia
tenaga kerja tersebut tidak bertanggung jawab atas
hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.
Yang dimaksud pada poin ini adalah jasa yang
diserahkan oleh Pengusaha kepada pengguna jasa
tenaga kerja, di mana Pengusaha dimaksud semata-
mata hanya menyerahkan jasa penyediaan tenaga
kerja. Penyediaan jasa tenaga kerja dimaksud tidak
terkait dengan pemberian Jasa Kena Pajak lainnya,
seperti jasa teknik, manajemen, konsultasi, pengurusan
perusahaan, bongkar muat dan lain-lain.
Dengan demikian, jasa penyediaan tenaga kerja
yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
merupakan penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja
yang dilakukan oleh pengusaha di mana pengusaha
penyedia tenaga kerja tidak melakukan pembayaran
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan sejenisnya
kepada tenaga kerja atau tenaga kerja dimaksud
termasuk dalam struktur kepegawaian pengguna jasa
tenaga kerja.
Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.
Penjelasan dari jasa tenaga kerja yang tidak
terkena PPN ini terdapat dalam Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak SE - 05/PJ.53/2003 Tentang Perlakuan
13
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 14/17
Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Jasa Di Bidang
Tenaga Kerja.
Jasa di bidang perhotelan, meliputi :
• jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di
hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta
fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk
tamu yang menginap dan
• jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara
atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel.
Jenis jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
rangka menjalankan pemerintahan secara umum
Jenis jasa ini meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan
Bangunan, pemberian lzin Usaha Perdagangan, pemberian
Nomor Pokok Wajib Pajak, pembuatan Kartu Tanda
Penduduk.
Jasa penyediaan tempat parkir, adalah jasa penyediaan
tempat parker dan/atau pengusaha kepada pengguna
tempat parkir dengan dipungut bayaran.
Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam,
adalah jasa telepon umum dengan menggunakan uang
logam atau koin, yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta.
Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
Jasa boga atau catering
D. Perbandingan Undang-undang PPN yang lama (sebelum
perubahan ketiga UU PPN 1984) dengan Undang-Undang PPN
setelah perubahan ketiga UU PPN 1984, khususnya Pasal 16D.
14
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 15/17
Sebelum perubahan ketiga UU
PPN
Setelah perubahan ketiga UU
PPN
Pajak Pertambahan Nilai
dikenakan atas penyerahan
aktiva oleh Pengusaha Kena
Pajak, yang menurut tujuan
semula aktiva tersebut tidak
untuk diperjualbelikan,
sepanjang Pajak Pertambahan
Nilai yang dibayar pada saat
perolehannya dapat
dikreditkan.
Pajak Pertambahan Nilai
dikenakan atas penyerahanBarang Kena Pajak berupa
aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh
Pengusaha Kena Pajak,
kecuali atas penyerahan
aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat
dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(8) huruf b dan c
Perubahan ini berakibat mengubah substansi Pasal 16D
sehingga secara tidak langsung memperluas ruang lingkupPasal 16D. Contoh :
PT Tekstilindo sudah dikukuhkan sebagai PKP sejak 1 Juli
2000. Atas penyerahan satu unit mobil box yang dibeli pada
30 Mei 2000 yang dilakukan pada 12 Maret 2010 tidak
dikenakan PPN, karena PPN atas perolehan mobil box tersebut
tidak dapat dikreditkan berdasarkan Pasal 9 ayat (8) huruf a
UU PPN 1984.Apabila penyerahan mobil box tersebut dilakukan pada 1 April
2010, maka memenuhi syarat dikenakan PPN berdasarkan
Pasal 16D, karena PPN atas perolehan mobil box tersebut
tidak dapat dikreditkan bukan berdasarkan Pasal 9 ayat (8)
huruf b dan huruf c sebagaimana tersurat dalam Pasal 16D.
15
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 16/17
BAB III
KESIMPULAN
Menurut UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 4, Pasal 16C, dan Pasal
16D ditetapkan bahwa PPN dikenakan atas penyerahan BKP di
dalam Daerah Pabean yang dilakukan dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan oleh PKP, impor BKP, penyerahan JKP didalam Daerah Pabean yang dilakukan dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan oleh PKP, pemanfaatan BKP tidak
berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean,
pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean,
ekspor BKP oleh PKP, Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP, Ekspor
JKP oleh PKP, kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak di
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadiatau badan baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau
16
5/12/2018 BKP dan JKP kel 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bkp-dan-jkp-kel-5 17/17
digunakan oleh pihak lain, serta penyerahan aktiva oleh PKP yang
menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan,
sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya menurut
ketentuan dapat dikreditkan..Pengelompokan jenis barang yang tidak dikenakan PPN
ditentukan berdasarkan kelompok barang yaitu barang hasil
pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, barang-barang kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak, makanan dan minuman yang
disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya,
serta uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Jasa yang tidak dikenakan PPN, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 144 Tahun 2000 adalah jasa di bidang pelayanan
kesehatan medic, di bidang pelayanan sosial, di bidang pengiriman
surat dengan perangko. di bidang perbankan, asuransi, dan sewa
guna usaha dengan hak opsi, jasa di bidang keagamaan, di bidang
pendidikan, di bidang kesenian dan hiburan, yang tidak dikenakan
Pajak Tontonan, jasa di bidang iklan yang bukan bersifat komersial,
jasa di bidang angkutan umum, seperi: jasa angkutan umum di
darat, laut, danau, yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta,
jasa di bidang tenaga kerja, di bidang perhotelan, dan jasa yang di
sediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum meliputi jasa-jasa yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah
17