bismillah journal reading plasenta previa dan solusio
TRANSCRIPT
A. Abstrak
Tujuan penelitian : Untuk menguji hubungan antara riwayat sesar pada persalinan
sebelumnya dengan risiko terjadinya plasenta previa dan solusio plasenta pada kehamilan
berikutnya.
Metode penelitian : Sebuah studi kohort retrospektif, dengan jumlah sampel (n=156.475)
yang merupakan kehamilan kedua dan (n=31102) yang merupakan kehamilan ketiga. Data
dalam penelitian ini menggunakan data tahun 1989 -1997. Tempat penelitian di Missouri
(USA). Risiko relatif (RR) digunakan untuk mengukur hubungan antara riwayat sesar pada
persalinan sebelumnya dengan risiko terjadinya plasenta previa dan solusio plasenta pada
kehamilan berikutnya.
Hasil : Rata-rata kejadian plasenta previa dan solusio plasenta berturut-turut adalah 4,4
(n=694) dan 7,9 (n= 1.243) per 1.000 kelahiran. Kehamilan yang terjadi setelah persalinan
secara sesar pada persalinan sebelumnya berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadinya plasenta previa (0,63%) dibandingkan dengan persalinan pervaginam pada
persalinan sebelumnya, yaitu hanya sekitar (0,38%, RR 1,5, 95% confidence interval [CI]
1,3-1,8). Kelahiran secara sesar pada persalinan pertama dan kedua meningkatkan
peningkatan risiko plasenta previa dua kali lipat pada kehamilan yang ketiga (RR 2,0, 95%
CI 1,3-3,0) dibandingkan dengan persalinan pertama dan kedua secara pervaginam.
Perempuan dengan sesar pada persalinan yang pertama lebih berisiko terjadi solusio
plasenta pada kehamilan yang kedua (0,95%) dibandingkan dengan perempuan dengan
persalinan pervaginam (0,74%, RR 1,3, 95% CI 1,2-1,5). persalinan secara sesar dua kali
berturut-turut dikaitkan dengan peningkatan risiko solusio plasenta (30%) pada kehamilan
ketiga (RR 1,3, 95% CI 1,0 -1,8). Pada kehamilan yang kedua yang terjadi dalam waktu
satu tahun setelah persalinan sesar dikaitkan dengan peningkatan risiko plasenta previa
(RR 1,7, 95% CI 0,9 -3,1) dan solusio plasenta (RR 1,5, 95% CI 1,1-2,3).
Kesimpulan : Persalinan secara sesar pada persalinan yang pertama dikaitkan dengan
peningkatan risiko plasenta previa dan solusio plasenta pada kehamilan berikutnya.
Interval waktu kehamilan yang singkat setelah persalinan sebelumnya dikaitkan dengan
peningkatan risiko plasenta previa dan solusio plasenta.
(Obstet Gynecol 2006; 107: 771-8)
B. Latar Belakang
Plasenta previa merupakan salah satu penyulit persalinan, yaitu sekitar 1 dari 200
persalinan dan merupakan salah satu penyebab utama pendarahan pervaginam pada
trimester kedua dan ketiga. Hal ini terkait dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
ibu dan bayi. Solusio plasenta merupakan salah satu penyulit kehamilan, yaitu sekitar 1
dari 100 kehamilan dan biasanya terjadi kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Tingkat
kekambuhan solusio plasenta adalah 15% dan risiko kekambuhan meningkat mendekati
20% pada solusio plasenta yang terjadi setelah dua episode. Solusio plasenta merupakan
penyebab utama kematian perinatal, yaitu sekitar 119 kematian per 1.000 kelahiran.
Efek pembedah pada kavum uteri merupakan faktor risiko potensial untuk
terjadinya plasenta previa dan solusio plasenta. Bedah sesar adalah prosedur yang paling
umum di Amerika Serikat, yaitu sekitar seperempat dari semua persalinan. Hal Ini
diketahui menjadi pebabkan kerusakan permanen untuk miometrium dan endometrium.
Studi telah melaporkan bahwa interval antara kehamilan berikutnya dengan waktu
terjadinya persalinan sebelumnya yang pendek dan panjang berhubungan dengan hasil
yang merugikan. Terjadi peningkatan risiko perlekatan plasenta yang abnormal pada
interval yang. singkat
C. Bahan dan Metode
Data untuk penelitian ini diperoleh dari Missouri (Amerika Serikat), yaitu data
berupa akte kelahiran dan data kematian janin pada tahun 1989-1997. Metode dan
algoritma yang digunakan dalam menghubungkan data akta kelahiran dengan hubungan
saudara kandung dan proses validasi menggunakan The Missouri vital record system yang
dianggap sangat handal dan merupakan salah satu sistem yang telah diadopsi sebagai
"standar emas" untuk memvalidasi data di US. Data tersebut terdiri 706.075 kelahiran
hidup dan kematian bayi tahun 1989 dan 1997. Informasi tentang kelahiran hidup dan
kematian bayi, sosiodemografi ibu, karakteristik perilaku, riwayat medis, dan komplikasi
selama persalinan dan kehamilan.
Penelitian menggunakan analisis kohort dan tempat penelitian di negara bagian
Missouri dari tahun 1989-1997 dengan sampel (n=157.831) yang merupakan kehamilan
kedua, dan (n=31.699) yang merupakan kehamilan ketiga.
Studi ini disetujui oleh komite etik dari Institutional Review Board of the
University of Medicine and Dentistry of New Jersey-Robert Wood Johnson Medical
School, New Brunswick, NJ.
Analisis statistic dilakukan dengan menggunakan SAS 9.1 (SASInstitute, Cary,
NC). Data karakteristik ibu yang didasarkan pada studi kohort yang terdiri dari ras ibu
yang dikelompokkan sebagai putih, hitam, Hispanik, dan lainnya, usia ibu (<20, 20 -24,
25-29, 30 -34, >35 tahun), status pernikahan (menikah / belum menikah), antenatal care
(setelah trimester pertama), pendidikan ibu (<12,12, dan ≥13 tahun menyelesaikan
sekolah), riwayat merokok dan penggunaan alkohol selama kehamilan (ya / tidak), dan
interval antara kelahiran dan kehamilan berikutnya yang berlangsung setidaknya 20
minggu (interval antara kelahiran dan kehamilan berikutnya terdiri dari 1, 1,0 -1.5, 1,5-
2,0…, ≥4 tahun). Variabel yang dieksklusikan terdiri dari kehamilan multiple (n= 19969),
kehamilan yang berakhir kurang dari 20 minggu dan janin yang beratnya kurang dari 500 g
(n= 25.850), dan lainnya.
D. Hasil
Di antara 156.475 perempuan dengan kehamilan kedua kejadian plasenta previa
dan solusio plasenta adalah 4,4 dan 7,9 per 1.000 kelahiran. Masing-masing karakteristik
sosiodemografi dan perilaku dari 39.661 (25% dari 156.475) ibu dengan riwayat sesar
disajikan pada Tabel 1.
Perempuan dengan riwayat sesar lebih cenderung mempunyai ras putih, status
pernikahan sudah menikah, usia ibu lanjut, telah menyelesaikan 12 tahun atau lebih
sekolah, dan mengikuti antenatal care pada awal kehamilan.
Tabel 2 menguraikan risiko plasenta previa pada perempuan dengan riwayat sesar
sebelumnya. Risiko plasenta previa kehamilan yang kedua adalah 50% lebih tinggi pada
perempuan dengan riwayat persalinan sebelumnya secara sesar (RR 1,5, 95% CI 1,3-1,8).
Riwayat sesar pada persalinan pertama dan pervaginam pada persalinan kedua tidak
meningkatkan risiko plasenta previa pada kehamilan yang ketiga. Namun, risiko plasenta
previa meningkat dua kali lipat lebih tinggi (RR 2,0, 95% CI 1,3-3,0) pada perempuan
dengan riwayat sesar pada persalinan pertama dan kedua.
Tabel 3 menunjukkan risiko solusio plasenta dengan riwayat sesar. Risiko solusio
plasenta pada kehamilan kedua adalah 30% lebih tinggi ketika persalinan yang pertama
secara sesar (RR 1,3, 95% CI 1,2-1,5). Terlepas dari cara persalinan yang pertama,
persalinan kedua secara sesar, dikaitkan dengan peningkatan risiko solusio plasenta. Tetapi
jika persalinan pertama pervaginam diikuti dengan persalinan kedua secara sesar
peningkatan risiko tidak signifikan (RR 1,5, 95% CI 0,9 -2,2), sedangkan riwayat sesar
pada persalina pertama diikuti oleh sesar pada persalinan kedua akan meningkatkan risiko
solusio plasenta (RR 1,3, 95% CI 1,0 -1,8).
(Gbr. 1). Terlepas dari metode persalinan yang pertama, kehamilan kedua dalam tahun
pertama postpartum meningkatkan risiko solusioplasenta. Kehamilan kedua dalam tahun
pertama setelah persalinan meningkatkan risiko solusio plasenta sekitar 52% pada
perempuan dengan riwayat persalinan pervaginam dan sekitar 111% pada perempuan
dengan riwayat persalinan secara sesar pertama kelahiran (RR 1,5, 95% CI 1,1-2,3). Risiko
penurunan kejadian solusio plasenta pada kehamilan yang kedua adalah tidak adanya
riwayat sesar pada persalinan sebelumnya dan interval antara kehamilan berikutnya dengan
persalinan sebelumnya ± pada tahun kedua.
E. Pembahasan
Banyak penelitian yang telah meneliti risiko perdarahan uteroplasenta (plasenta
previa dan solusio plasenta) telah mengidentifikasi faktor-faktor risiko potensial termasuk
usia ibu, ras, status perkawinan, paritas, perawatan prenatal, penggunaan kokain, dan
merokok selama kehamilan.
Dalam penelitian ini, riwayat sesar pada persalinan yang pertama dikaitkan dengan
peningkatan risiko plasenta previa dan solusio plasenta pada kehamilan berikutnya.
Pengamatan ini sependapat dengan orang-orang dari Hemminki dan Merilainen yang
melaporkan bahwa sesar meningkatkan risiko solusio plasenta pada kehamilan berikutnya.
Demikian pula, Lydon-Rochelle et al menemukan bahwa terjadi peningkatan risiko
solusio plasenta di kehamilan kedua pada perempuan dengan riwayat sesar sebelumnya.
Pada penelitian lain tidak meneliti dampak interval jangka pendek kehamilan dan
persalinan sebelumny terhadap isiko plasenta previa dan solusio plasenta. Pada penelitian
didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan 30 -50% risiko solusio plasenta dalam
kehamilan ketiga pada perempuan dengan riwayat sesar pada kehamilan yang kedua,
terlepas dari metode persalinan pertamanya.
Taylor et al dengan metode case control mempelajari peningkatan risiko plasenta
previa pada perempuan dengan riwayat sesar sebelumnya (odds 1,48, 95% CI 1,13-1,95).
Namun, mereka tidak mampu memeriksa risiko antara dua kelahiran berturut-turut.
Penelitian di Norwegia melaporkan peningkatan 32% dalam risiko plasenta previa
pada kehamilan kedua pada perempuan dengan riwayat sesar pada persalinan pertama.27
Penelitian ini menunjukkan bahwa risiko plasenta previa meningkat dua kali lipat dalam
kehamilan ketiga jika persalinan pertama dan kedua sesar.
Perubahan patologis di miometrium dan endometrium rahim tejadi karena adanya
luka bekas sesar. Hal ini termasuk pembentukan polip, infiltrasi limfosit, dilatasi kapiler,
dan infiltrasi sel darah merah bebas pada endometrium mengelilingi luka bekas sesar.
Pengamatan ini menunjukkan bahwa perubahan patologis di sekitar bekas luka sesar
mungkin membuat implantasi plasenta suboptimal, meningkatkan terjadinya malformasi
vaskuler, dan meningkatkan kerapuhan pembuluh darah yang semuanya merupakan faktor
risiko yang diketahui untuk solusio plasenta. Selanjutnya, pecahnya arteri spiral dapat
menyebabkan pembentukan hematoma di sekitar desidua, yang kemungkinan berujung
pada solusio plasenta. Perubahan patologis dari endometrium dan kavum uterus ini juga
yang mungkin bertanggung jawab untuk peningkatan risiko plasenta previa pada
perempuan dengan operasi sesar sebelumnya.
Studi sebelumnya telah melaporkan bahwa interval interval yang pendek antara
kehamilan berikutnya dengan persalinan sebelumnya berhubungan dengan hasil yang
merugikan, diantaranya adalah bayi lahir mati, kelahiran premature, kecil masa kehamilan,
dan kematian neonatal. Wax et al melaporkan terjadinya peningkatan risiko perlekatan
plasenta abnormal (plasenta akreta, inkreta, dan percreta) antara kehamilan selanjutnya
dengan interval yang singkat.
Kondisi patofisiologi mengapa interval yang singkat antara kehamilan dengan
persalinan sebelumnya meningkatkan risiko yang merugikan terhadap hasil kehamilan
tidak sepenuhnya dipahami. Namun hal ini mungkin dijelaskan oleh “Teori Maternal
Depletion”, yaitu bahwa kehamilan merupakan kondisi fisiologis bagi ibu yang dapat
menyebabkan penipisan cadangan unsur gizi. Interval kehamilan yang singkat dapat
menghambat pemulihkan unsur-unsur gizi yang diperlukan untuk mendukung kehamilan
normal, dan pemulihan dari lapisan internal rahim.
F. Kesimpulan
Riwayat persalinan sesar merupakan faktor risiko penting terhadap kejadian
plasenta previa dan solusio plasenta pada kehamilan berikutnya. Terlepas dari metode
persalinan pada kehamilan pertama, interval yang singkat antara kehamilan selanjutnya
dengan persalinan sebelumnya tampaknya terkait dengan peningkatan risiko baik plasenta
previa maupunsolusio plasenta. Efek dari asosiasi ini masih belum diketahui.
Daftar Tabel dan Gambar