bismillah cetak fix new scanrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47487/1/ira...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 MENJADI ISO 9001:2015 DI UPTD RPH TERPADU
DINAS PERTANIAN KOTA BOGOR
Ira Aristi 11140920000030
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/1440 H
2
PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 MENJADI ISO 9001:2015 DI UPTD RPH TERPADU
DINAS PERTANIAN KOTA BOGOR
Ira Aristi 11140920000030
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/1440 H
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Ira Aristi
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 14 September 1996
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
No. HP : 0838-9703-4156
E-mail : [email protected]
Alamat : Cimanggu Amil No. 03 RT 07/RW 09,
Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah
Sareal, Kota Bogor, 16164
Motto Hidup : Mau, Usaha, Mampu
RIWAYAT PENDIDIKAN
2002 – 2008 : SD Negeri Pondok Rumput 1 Bogor
2008 – 2011 : SMP Negeri 12 Bogor
2011 – 2014 : SMA PGRI 3 Bogor
2014 – 2019 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
PENGALAMAN KERJA
September – Desember 2017 : Praktik Kerja Lapang di Sentulfresh Indonesia
Bogor
v
RINGKASAN
Ira Aristi, Pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor. (Di bawah bimbingan Eny Dwiningsih dan Titik Inayah).
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Saat ini masyarakat mulai sadar akan kebutuhan gizi dalam makanan yang dikonsumsi, terutama gizi yang berasal dari hewani atau daging. Mutu menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Mutu sebagai suatu bentuk standardisasi yang secara tidak langsung ditetapkan oleh pelanggan menjadi tolak ukur kesuksesan penyedia. Perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen mutu agar produk yang dihasilkan baik berupa barang maupun jasa dapat terjamin mutunya. Standardisasi dari penerapan mutu yang diakui secara Internasional adalah Sistem Manajemen Mutu ISO (International Organization for Standardization). RPH (Rumah Potong Hewan) merupakan langkah awal yang berperan dalam penyembelihan sebagai upaya pemenuhan tingkat konsumsi daging dan penyediaan daging yang aman dan terjamin mutu nya.
UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor menjadi pioner pertama dan satu satunya saat ini dari 420 Rumah Potong Hewan milik pemerintah di Indonesia, yang telah mendapatkan ISO 9001:2008. Permasalahan yang muncul adalah terdapat temuan pada klausul-klausul yang memiliki korelasi dengan klausul-klausul pada ISO 9001:2015 serta masa berlaku Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 akan berakhir pada September 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kesenjangan antara antara Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di UPTD RPH Terpadu dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dan (2) merancang pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan bantuan informan sebanyak enam orang, yang terdiri dari Manager Representatif, Koordinator Kesehatan Hewan, Koordinator Mekanik dan Listrik, Koordinator Kebersihan, Koordinator IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan Kasubag Tata Usaha untuk memperoleh data yang representatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah GAP Analysis, untuk mengetahui kesenjangan antara sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 dan merancang pengembangan sistem manajemen mutu dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 yang harus dilakukan oleh RPH.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Sistem Manajemen Mutu UPTD RPH Terpadu Kota Bogor sudah siap untuk dilengkapi berdasarkan persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2015 dan siap melakukan konversi sistem, namun secara keseluruhan masih terdapat beberapa persyaratan yang belum dilakukan secara sempurna dan ada beberapa persyaratan yang belum dipenuhi.
vi
UPTD RPH Terpadu sudah memenuhi sebesar 85,71% persyaratan dari klausul 4 Konteks Organisasi, klausul 5 Kepemimpinan sebesar 92,50%, klausul 6 Perencanaan sebesar 90,91%, klausul 7 Pendukung sebesar 96,92%, klausul 8 Operasi sebesar 73,10%, klausul 9 Evaluasi Kinerja sebesar 92,31%, serta klausul 10 Perbaikan/Peningkatan sebesar 86,00%. Hasil rata-rata pemenuhan persyaratan secara keseluruhan yaitu sebesar 88,21%.
Pengembangan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 dilakukan dengan memberikan rekomendasi tindakan perbaikan serta rancangan dokumentasi berdasarkan persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Rekomendasi tindakan perbaikan yang harus dilakukan UPTD RPH Terpadu dalam memenuhi ketidaksesuaian (GAP) yang terjadi diantaranya yaitu melaksanakan pelatihan secara rutin, menggunakan metode KPI (Key Performance Indicator) dan metode CAPA (Corrective Action and Preventive Action) dalam melakukan penilaian karyawan, menuangkan konsep perencanaan desain dan pengembangan ke dalam bentuk tertulis seperti proposal, melakukan kegiatan verifikasi dan validasi produk serta menyimpan dokumentasinya, melakukan survei keluhan pelanggan, menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam melakukan analisis dan evaluasi pelaksanaan sistem manajemen mutu, mengkategorikan ketidaksesuaian yang terjadi menggunakan kategori minor dan mayor sesuai standar ISO 9001:2015, menuangkan rencana pengembangan bisnis kedalam tulisan, tidak hanya berupa konsep dan menentukan rencana pengembangan bisnis jangka panjang berdasarkan strategi dalam analisis SWOT.
Rancangan dokumentasi dibuat berdasarkan persyaratan informasi terdokumentasi serta dokumen lain dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2015. Rancangan dokumentasi yang dibuat yaitu analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat), analisis kebutuhan pihak yang berkepentingan, analisis risiko menggunakan FMEA, dokumentasi job description, prosedur perekrutan karyawan, prosedur pengendalian pemasok, prosedur pengendalian desain dan pengembangan, form hasil evaluasi pemasok serta form daftar alat ukur. Kata Kunci : RPH, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015, Pengembangan
Sistem Manajemen Mutu, GAP Analysis, Tindakan Perbaikan, Rancangan Dokumentasi
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh hamba-Nya. Shalawat serta
salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta para sahabat dan pengikutnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir Skripsi dengan judul, “Pengembangan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008 Menjadi ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Dinas
Pertanian Kota Bogor” sebagai salah satu syarat kelulusan program Strata-1 di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini, tidaklah dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai
pihak. Oleh Karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Keluarga tersayang, Ibu Erni dan Bapak Dindin, Adikku Ria serta Umi dan
Abah yang senantiasa memberi dukungan materi, motivasi dan doa kepada
penulis.
2. Ibu Eny Dwiningsih, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Titik Inayah,
M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasihat, saran,
motivasi dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
viii
3. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si dan Ibu Agustina Senjayani, M.Si, M.Si
yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada sidang munaqosyah saya
serta telah memberikan arahan dan saran kepada saya.
4. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.
5. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan
Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh pihak yang ada di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor terutama Bapak
Setiawan, Bapak Didong, Bapak Hermansyah, Bapak Iyan, Bapak Arief seta
Ibu Ria yang telah dengan begitu hangatnya menerima saya dan membantu
dalam proses penelitian.
7. Sahabat penulis yang tersayang meskipun terpisah jarak dan waktu, Siti
Mudrikah dan Deni Saputra yang selalu memberikan dukungan, semangat
dan do’a - do’a terbaik kepada penulis.
8. Teman-teman KKN PESONA 99, terutama Yushi, Ika, Liana, Jijah dan Fiqih
yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Agribisnis UIN Jakarta 2014, terutama Ulfi, Liana dan Risma
yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan semangat kepada penulis.
ix
10. Teman-teman seperbimbingan, Lulu, Dita dan Pinka yang sama-sama
berjuang dan senantiasa menyemangati serta memberi dukungan satu sama
lain dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh jajaran dosen pengajar program studi Agribisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pendidikan dan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
12. Seluruh pihak yang terlibat yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan PKL ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu karena
keterbatasan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, saran dan kritik yang dapat
membangun serta informasi yang berguna sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2019
Ira Aristi
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 11
2.1 Agribisnis ............................................................................................. 11
2.2 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) ..................................................... 13
2.3 Konsep Sistem Manajemen Mutu ........................................................ 14
2.3.1 Definisi Sistem .......................................................................... 14 2.3.2 Pengertian Manajemen .............................................................. 15 2.3.3 Definisi Mutu ............................................................................. 16 2.3.4 Manajemen Mutu ....................................................................... 18 2.3.5 Sistem Manajemen Mutu ........................................................... 19 2.3.6 Manajemen Mutu Terpadu ........................................................ 20
2.4 International Organization for Standardization (ISO) 9001 ........................................................................................... 22
2.4.1 Pengertian Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 ................................................................................... 22
2.4.2 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 ................................................................................... 23
2.4.3 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ................................. 25 2.4.4 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 ................................. 29
xi
2.4.5 Perubahan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 .......................................................................... 35
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 38
2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 45
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 45
3.2 Metode Penelitian ................................................................................ 45
3.3 Informan .............................................................................................. 46
3.4 Jenis dan Sumber Data......................................................................... 46
3.5 Metode Pengumpulan Data.................................................................. 48
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 51
3.7 Instrumen Penelitian ............................................................................ 57
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ............................ 58
4.1 Sejarah Singkat UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor................................................................. 58
4.2 Profil UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor ........................................................................................... 59
4.3 Visi dan Misi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor................................................................. 61
4.4 Motto dan Janji Layanan UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor................................................................. 62
4.5 Ketenagakerjaan .................................................................................. 62
4.6 Lokasi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor........................................................................................... 63
4.7 Struktur Organisasi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor................................................................. 64
4.8 Proses Bisnis UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor................................................................. 65
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 69
5.1 Kesenjangan antara Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di UPTD RPH Terpadu dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 ........................................... 69
xii
5.1.1 Analisis Kesenjangan pada Masing-Masing Klausul ................ 71 5.1.2 Temuan Ketidaksesuaian pada Masing-Masing
Klausul Berdasarkan Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 ........................................... 137
5.2 Pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 ............................................ 141
5.2.1 Identifikasi Tindak Lanjut atau Tindakan Perbaikan Berdasarkan Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 ........................................... 142
5.2.2 Rancangan Dokumentasi Berdasarkan Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 ............................... 148
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 159
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 159
6.2 Saran .................................................................................................. 160
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 161
LAMPIRAN ..................................................................................................... 164
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perbandingan Klausul Utama pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.............. 10
2. Klausul-Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ........................ 26
3. Klausul-Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 ........................ 30
4. Perbedaan Prinsip pada ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 ............................................................................................. 35
5. Perbandingan stuktur klausul ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 ............................................................................................. 36
6. Perbedaan terminologi antara ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 ................................................................................ 37
7. Langkah GAP Analisis ................................................................................ 56
8. Hasil Analisis GAP Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor ............................................................................ 70
9. Analisis Kesenjangan Klausul 4 Konteks Organisasi .................................. 73
10. Daftar Spesifikasi Daging yang ditetapkan UPTD RPH Terpadu ............................................................................................... 77
11. Analisis Kesenjangan Klausul 5 Kepemimpinan ......................................... 81
12. Hasil Pemenuhan Sasaran Mutu UPTD RPH Terpadu Tahun 2017 .................................................................................................. 82
13. Daftar Studi Banding yang Pernah Dilaksanakan UPTD RPH Terpadu .................................................................................... 86
14. Analisis Kesenjangan Klausul 6 Perencanaan ............................................. 90
15. Kaidah SMART ........................................................................................... 93
16. Analisis Kesenjangan Klausul 7 Pendukung ............................................... 96
xiv
17. Daftar Infrastruktur yang dimiliki UPTD RPH Terpadu Kota Bogor .................................................................................. 101
18. Lingkungan Kerja UPTD RPH Terpadu Kota Bogor ................................ 104
19. Analisis Kesenjangan Klausul 8 Operasi ................................................... 112
20. Analisis Kesenjangan Klausul 9 Evaluasi Kinerja ..................................... 125
21. Pemenuhan Masukan Tinjauan Manajemen UPTD RPH Terpadu berdasarkan Persyaratan ISO 9001:2015 ..................................... 130
22. Analisis Kesenjangan Klausul 10 Perbaikan/Peningkatan ........................ 134
23. Jumlah Temuan Ketidaksesuaian (GAP) pada Masing-masing Klausul ............................................................................. 137
24. Temuan Ketidaksesuaian (GAP) dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan ................................................................................... 142
25. Rekomendasi Tindakan Perbaikan atas Temuan Ketidaksesuaian (GAP) secara Keseluruhan ............................... 147
26. Rancangan Dokumentasi Berdasarkan Temuan Ketidaksesuaian ........................................................................... 148
27. SWOT Matrix ............................................................................................ 153
28. Analisis Kebutuhan Pihak yang Berkepentingan di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor .......................................................................... 154
29. Skala Penilaian untuk Severity (Sev), Occurrence (Occ) dan Detection (Det) ........................................................................................... 151
30. Analisis Risiko Menggunakan Metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) ........................................................... 155
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tahapan Penerapan Risk Base Thinking ...................................................... 38
2. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................................. 42
3. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 43
4. Struktur Organisasi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor ........................................................................ 64
5. Proses Bisnis UPTD RPH Terpadu Kota Bogor .......................................... 68
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Plang dan Pintu masuk UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor ...................................................................... 165
2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ................................................................... 166
3. Daftar Parameter Kegiatan Wawancara ..................................................... 186
4. Daftar Parameter Kegiatan Observasi dan Dokumentasi ........................... 189
5. Panduan Wawancara (Point of Interview) ................................................. 193
6. Panduan Observasi dan Panduan Dokumentasi (Point of Observation and Point of Documentation) ................................. 204
7. Notulen Rapat............................................................................................. 210
8. Daftar Hadir Rapat ..................................................................................... 211
9. Alur Proses Pemotongan Sapi-Kerbau ....................................................... 212
10. Brosur UPTD RPH Terpadu Kota Bogor .................................................. 213
11. Kondisi Lingkungan Kerja UPTD RPH Terpadu Kota Bogor ................................................................................... 214
12. Informasi Terdokumentasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 .............................................................. 216
13. Job Description .......................................................................................... 217
14. Prosedur Perekrutan Karyawan .................................................................. 221
15. Prosedur Pengendalian Pemasok................................................................ 222
16. Prosedur Pengendalian Desain dan Pengembangan ................................... 224
17. Form Hasil Evaluasi Kinerja Pemasok ...................................................... 225
18. Form Daftar Alat Ukur............................................................................... 227
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang
mempunyai nilai sangat strategis. Saat ini masyarakat mulai sadar akan kebutuhan
gizi dalam makanan yang dikonsumsi, terutama gizi yang berasal dari hewani atau
daging. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya tingkat konsumsi daging
per kapita pada tahun 2016 sebesar 6,778 kg, atau meningkat sebesar 5,69 persen
dari konsumsi tahun 2015 sebesar 6,413 kg (Statistik Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2017:69). Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging
serta mendukung tersedianya daging bagi masyarakat diperlukan daging yang
berkualitas dan aman dikonsumsi. Daging yang aman dikonsumsi adalah daging
yang memenuhi persyaratan ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Daging yang
berkualitas atau bermutu adalah daging yang memiliki keadaan sesuai dengan
harapan dan keinginan konsumen.
Mutu atau kualitas memiliki peran penting dalam semua aktivitas
perekonomian, baik itu sektor produk maupun jasa. Mutu sebagai suatu bentuk
standardisasi yang secara tidak langsung ditetapkan oleh pelanggan menjadi tolak
ukur kesuksesan penyedia.
2
Persaingan di antara masing-masing jenis usaha tidaklah lagi berkutat pada
persaingan harga melainkan telah bergeser pada bagaimana menyediakan produk
atau jasa yang berkualitas sehingga konsumen memilih membeli atau
menggunakan produk mereka dibandingkan produk pesaing (Prihantoro,
2012:197).
Mutu merupakan suatu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu
produk menembus pasarnya, disamping faktor utama yang lain seperti harga dan
pelayanan. Produk yang bermutu akan memiliki daya saing yang besar dan tingkat
keberterimaan yang tinggi. Mutu menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu
perusahaan. Mutu tidak semata-semata menjadi tanggung jawab bagian produksi
namun menjadi perhatian semua pihak dalam perusahaan. Produk dapat berupa
barang atau jasa, sehingga masalah mutu bukan saja urusan perusahaan-
perusahaan yang menghasilkan barang melainkan juga perlu menjadi perhatian
bagi perusahaan jasa (Herjanto, 2008:391).
Perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen mutu agar produk yang
dihasilkan baik berupa barang maupun jasa dapat terjamin mutunya.
Standardisasi dari penerapan mutu yang diakui secara Internasional adalah Sistem
Manajemen Mutu ISO (International Organization for Standardization).
Penerapan ISO di suatu perusahaan berguna untuk meningkatkan citra
perusahaan, meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan, meningkatkan efisiensi
kegiatan, memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan,
pelaksanaan, pengukuran, dan tindakan perbaikan (plan, do, check, act),
3
meningkatkan penataan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dalam hal pengelolaan lingkungan, mengurangi resiko usaha, meningkatkan daya
saing, meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai
pihak yang berkepentingan, dan mendapat kepercayaan dari konsumen atau mitra
kerja atau pemilik modal (Nurcahyo dan Yuri, 2013: 23).
Sistem manajemen mutu yang mengatur kualitas adalah Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001. ISO 9001-Quality Management System menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian sistem
manajemen kualitas, yang bertujuan menjamin bahwa organisasi akan
memberikan produk, baik yang berupa barang ataupun jasa yang memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini
dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, dimana organisasi yang
dikontrak itu bertanggung jawab menjamin kualitas produk-produk tertentu, atau
merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi
(Nurcahyo dan Yuri, 2013: 25).
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 bersifat sukarela
(voluntary) yang berarti ada tujuan tertentu yang ingin dicapai dan diharapkan
oleh manajemen. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 oleh perusahaan
dapat memberikan manfaat diantaranya mengurangi kemungkinan terjadinya
kerugian bagi perusahaan karena proses operasional yang tidak efektif dan efisien
dengan menerapkan siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA), meningkatkan
kemampuan untuk secara konsisten menyediakan produk dan layanan yang
memenuhi persyaratan pelanggan serta sesuai dengan hukum dan peraturan yang-
4
berlaku, memfasilitasi peluang untuk meningkatkan kepuasan pelanggan serta
menangani risiko dan peluang terkait konteks organisasi dan tujuan perusahaan
(Witara, 2017:42).
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 mengarahkan perusahaan memiliki
pedoman operasional terbaik untuk menghasilkan kualitas terbaik. Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001 tidak berisi aturan yang harus diikuti, namun berisi
pedoman bagi perusahaan yang ingin memiliki sistem operasional yang baik.
Perusahaan yang baik akan bergantung pada sistem dibandingkan dengan sumber
daya manusia, karena jika perusahaan tidak memiliki pedoman operasional yang
baku, maka cara kerja akan berubah-ubah mengikuti sumber daya manusianya
(Marketing Sentral Sistem Consulting, 2017 dalam https://sentralsistem.com).
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 terus mengalami perkembangan agar
sesuai dengan perkembangan industri mulai dari ISO 9001:1987, ISO 9001:1994,
ISO 9001:2000, ISO 9001:2008 hingga versi terbaru yaitu ISO 9001:2015. ISO
9001:2008 merupakan pembaruan dari ISO 9001:2000 yang berisi tentang
prosedur terdokumentasi dan praktik - praktik standar untuk sistem manajemen
yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau
jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan pelanggan.
ISO 9001:2015 merupakan pengembangan terbaru dari Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008. Perubahan mendasar pada pengembangan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 yaitu peninjauan lebih
mendalam terhadap lingkungan dan konteks organisasi serta pemikiran berbasis
risiko, ISO 9001:2015 tidak hanya memperhatikan pelanggan,
5
namun juga lingkungan dari organisasi untuk meningkatkan ketahanan dan
keberlanjutan organisasi terhadap perubahan. ISO 9001:2015 terdiri dari 10
klausul, dimana klausul 1-3 merupakan klausul pembuka sedangkan 4-10
merupakan klausul isi (Sindhuwinata, 2016: 183).
Sebagai upaya pemenuhan tingkat konsumsi daging dan penyediaan
daging yang aman dan terjamin mutu nya, RPH (Rumah Potong Hewan)
merupakan langkah awal yang berperan dalam penyembelihan. Rumah Potong
Hewan (RPH) merupakan salah satu mata rantai penyediaan daging, mulai dari
daging kambing atau domba, daging sapi atau kerbau, dan daging ayam di
Indonesia sebagai tahapan terpenting dalam proses penyembelihan hewan.
Menurut SNI 01-6159-1999, Rumah Potong Hewan (RPH) adalah
kompleks bangunan dengan disain dan konstruksi khusus yang memenuhi
persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong
hewan potong selain unggas. Rumah Pemotongan Hewan adalah suatu tempat
atau bangunan yang dipergunakan untuk menyembelih hewan potong dan
menyelesaikan penyembelihan tersebut untuk kepentingan umum, yang prosesnya
disesuaikan dengan peraturan-peraturan dengan peraturan-peraturan daerah
setempat serta di bawah pengawasan petugas Pemerintah Daerah. Pemotongan
hewan merupakan kegiatan untuk menghasilkan daging hewan yang terdiri dari
pemeriksaaan antemortem (pemeriksaan fisik luar hewan sebelum dipotong),
penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan postmortem
(pemeriksaan bagian dalam hewan sesudah dipotong).
6
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Bogor, merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berada di bawah naungan Dinas Pertanian
Kota Bogor. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Bogor memiliki 3 unit
pemotongan hewan untuk 3 jenis komoditas peternakan yang berbeda, yaitu sapi
dan kerbau, kambing dan domba, serta ayam. Rumah Pemotongan Hewan
Terpadu Kota Bogor sudah memiliki sertifikat halal yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Bogor
juga telah memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV).
UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor menjadi pioner pertama
dan satu satunya saat ini dari 420 Rumah Potong Hewan milik pemerintah di
Indonesia, yang telah mendapatkan ISO 9001:2008 tentang Quality Management
System for The Provision of Beef Slaughtering Service dengan nomor QEC 28400
pada tanggal 29 Desember 2010. UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota
Bogor juga secara konsisten menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 hingga tahun 2017.
Berdasarkan data hasil audit terakhir ISO 9001:2008 pada Oktober 2017,
ditemukan beberapa temuan pada klausul-klausul yang memiliki korelasi dengan
klausul-klausul pada ISO 9001:2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya
ketidaksesuaian antara penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di
UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor dengan standar ISO 9001:2008
yang telah ditentunkan. Selain itu, masa berlaku Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 akan berakhir pada September 2018.
7
Hal tersebut menunjukkan perlu adanya pengembangan Sistem Manajemen Mutu
yang diterapkan dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015 serta perlu adanya perbaikan atas temuan
ketidaksesuaian pada ISO 9001:2008 dalam upaya pengembangan menjadi ISO
9001:2015.
Maka dari itu dalam upaya pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari
ISO 9001:2008 menjadi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 perlu ditelusuri
lebih lanjut bagaimana pengembangan yang perlu dilakukan oleh UPTD RPH
Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
untuk meneliti secara mendalam mengenai bagaimana pengembangan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 menjadi ISO 9001 : 2015 yang dituangkan
dalam judul, “Pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
menjadi ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota
Bogor.”
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang
diterapkan pada penelitan ini, yaitu:
1. Bagaimana kesenjangan antara Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di
UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor dengan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2015?
2. Bagaimana perancangan pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO
9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian
Kota Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis kesenjangan antara Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di
UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor dengan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2015.
2. Merancang pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008
menjadi ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor.
9
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk beberapa pihak,
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana dan menyelesaikan program studi penulis.
2. Bagi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi serta menjadi rekomendasi untuk
merancang pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008
menjadi ISO 9001:2015.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk
penelitian selanjutnya, atau penelitian yang berkaitan dengan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini difokuskan untuk merancang pengembangan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang telah diterapkan agar sesuai dengan
persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 yang akan diterapkan di
UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor.
2. Batasan masalah pada penelitian ini yaitu klausul-klausul utama pada Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 yang disajikan pada Tabel 1.
10
Tabel 1. Perbandingan Klausul Utama pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Klausul ISO 9001:2008 Klausul ISO 9001:2015 Klausul 4. Sistem Manajemen Mutu Klausul 4. Konteks Organisasi Klausul 5. Tanggung Jawab Manajemen
Klausul 5. Kepemimpinan
Klausul 6. Pengelolaan Sumber Daya Klausul 6. Perencanaan Klausul 7. Realisasi Produk Klausul 7. Pendukung Klausul 8. Pengukuran, Analisis dan Perbaikan
Klausul 8. Operasi
Klausul 9. Evaluasi Kerja Klausul 10. Peningkatan
Sumber: Witara (2017)
3. Klausul utama Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 diperoleh dari data
sekunder berupa hasil audit, sedangkan klausul utama Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2015 diperoleh dari data primer berupa hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agribisnis
Agribisnis menurut Masyhuri berasal dari kata agri (agriculture) dan bisnis
(usaha komersil) yang dapat diartikan sebagai usaha komersil (bisnis) di bidang
pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan dengan pertanian
secara langsung maupun tidak langsung (Hastuti, 2017: 19). Agribisnis menurut
Soekartawi adalah suatu kesatuan tindakan atau kegiatan usaha yang meliputi salah
satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran
yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Hastuti, 2017: 21).
Agribisnis menurut Bungaran Saragih yaitu agribisnis sebagai suatu sistem
pertanian, meliputi empat subsistem yang satu dengan lainnya terintegrasi, yaitu
subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), subsistem agribisnis
budidaya atau usaha tani (on-farm agribusiness), subsistem agribisnis hilir
(downstream agribusiness) dan penunjang agribisnis (supporting agribusiness
institution) (Wastra, 2016 : 9).
Subsistem hulu terdiri dari industri: perdagangan dan distribusi sarana
produksi pertanian, seperti benih, pupuk, pestisida dan peralatan pertanian.
Subsistem budidaya, meliputi semua aktivitas membudidayakan komoditas
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan. Subsistem hilir, meliputi semua aktivitas terkait dengan penanganan,
pemasaran, pengolahan, penyimpanan, pengawetan, distribusi dan perdagangan.
12
Subsistem penunjang berhubungan dengan kebijakan pemerintah, pelayanan
ketersediaan sarana produksi, aktivitas penelitian dan pengembangan, aktivitas
penyuluhan, penyediaan pembiayaan, jaminan risiko, perhubungan terkait
transportasi, komunikasi atau informasi, kemudahan logistik seperti
pergudangan dan lain sebagainya (Wastra, 2016 : 10). Berdasarkan beberapa
pengertian mengenai agribisnis yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
agribisnis adalah sebuah sistem yang memiliki empat subsistem yaitu subsistem
agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya atau usaha tani, subsistem
agribisnis hilir dan penunjang agribisnis yang saling terintegrasi antara
subsistem satu dengan subsistem lainnya.
Penelitian ini membahas kesenjangan antara penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2008 dengan persyaratan sistem manajemen mutu
ISO 9001:2015 beserta pengembangan yang harus dilakukan pada UPTD RPH
Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor. Penerapan sistem manajemen mutu ISO
9001:2008 dan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 ini termasuk ke dalam
salah satu subsistem agribisnis, yaitu subsistem ke empat , subsistem penunjang.
Selain itu, untuk dapat menghasilkan produk dengan mutu yang sesuai dengan
standar yang diinginkan harus didukung dengan adanya penerapan sistem
manajemen mutu yang juga sesuai dengan standar yang berlaku.
13
2.2 Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) adalah kompleks bangunan dengan
disain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis
tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas
bagi konsumsi masyarakat (SNI 01-6159-1999). Menurut Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 13/Permentan/Ot.140/1/2010 tentang
Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging
(Meat Cutting Plant), Rumah Potong Hewan yang selanjutnya disebut dengan
RPH adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat
tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi
masyarakat umum.
Adapun fungsi dan syarat RPH telah dijelaskan oleh pemerintah dalam
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
13/Permentan/Ot.140/1/2010 Tentang Persyaratan Rumah Pemotongan Hewan
Ruminansia Dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant). Fungsi RPH
adalah unit pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging yang aman, sehat,
utuh, dan halal, serta berfungsi sebagai sarana untuk melaksanakan:
1. Pemotongan hewan secara benar (sesuai dengan persyaratan kesehatan
masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan dan syariah agama);
2. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong (antemortem inspection)
dan pemeriksaan karkas, dan jeroan (postmortem inspection) untuk mencegah
penularan penyakit zoonosis ke manusia;
14
3. Pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan zoonosis yang ditemukan
pada pemeriksaan antemortem dan pemeriksaan postmortem guna
pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan menular dan
zoonosis di daerah asal hewan.
2.3 Konsep Sistem Manajemen Mutu
2.3.1 Definisi Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen
yang saling berinteraksi, saling terkait, atau saling bergantung membentuk
keseluruhan yang kompleks (Witara, 2017:26). Mc Leod mengemukakan bahwa
sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
untuk mencapai suatu tujuan (Ladjamudin, 2005:3).
Menurut Jogiyanto (2005:2), sistem adalah kumpulan dari elemen-
elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu
objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan
terjadi. Kamus Webster (Webster Thrird New International Dictionary)
memberikan pengertian tentang sistem sebagai suatu kesatuan (unity) yang
kompleks yang dibentuk oleh bagian-bagian yang berbeda (diverse) yang
masing-masing terikat pada (subject to) rencana yang sama atau berkontribusi
(serving) untuk mencapai tujuan yang sama (Prihantoro, 2015:168).
15
Berdasarkan beberapa teori mengenai sistem yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas elemen yang
saling berinteraksi dan terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.3.2 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage, yang artinya mengelola atau
mengatur. Manajemen merupakan proses dalam mengelola pemanfaatan sumber
daya yang ada secara efektif dan efisien serta mengkoordinasikan dengan
kegiatan-kegiatan lain agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat
tercapai. Menurut Prihantoro (2012:40), manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan dan sasaran kinerja.
James A.F. Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen adalah suatu
proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian atau pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya (Witara, 2017:27).
Menurut Wricky W. Griffin, manajemen didefinisikan sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasisan dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
16
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal (Prihantoro, 2012:40).
Berdasarkan beberapa definisi manajemen, dapat disimpulkan bahwa
manajemen ialah ilmu atau seni yang mengatur serangkaian aktivitas mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengendalian dan
pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
2.3.3 Definisi Mutu
Menurut Feigenbaum, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
customer satisfication). Suatu produk berkualitas apabila dapat memberi
kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen atas suatu produk. Deming mengemukakan bahwa, mutu
adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus
benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atau suatu produk
yang akan dihasilkan (Nasution, 2005 : 3).
Mutu merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain, seperti
pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain. Dalam kenyataannya,
penyelidikan mutu adalah suatu penyebab umum yang alamiah untuk
mempersatukan fungsi-fungsi usaha (Prihantoro, 2012 : 42). Philip B. Crosby
menyatakan bahwa, mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
17
Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang
ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk
jadi (Nasution, 2005 : 2). David A. Garvin menyebutkan ada lima pendekatan
yang dapat digunakan untuk mendefinisikan kualitas atau mutu, yaitu:
(Nurcahyo dan Yuri, 2013 : 11).
1. Pendekatan Transenden
Kualitas didefinisikan sebagai pencapaian atau untuk standard tertinggi
pemuasan kebutuhan terhadap konsumen.
2. Pendekatan berdasarkan Produk
Pendekatan ini adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan
karakteristik-karakteristik yang dapat dihitung dan terukur. Kualitas
didefinisikan menjadi suatu angka, dimana semakin mendekati ukuran yang
telah disepakati maka kualitasnya terbaik.
3. Pendekatan berdasarkan Konsumen
Kualitas didefinisikan menjadi fitness for use. Kualitas dinilai baik
apabila berhasil memenuhi kebutuhan pemakainya.
4. Pendekatan Manufaktur
Pendekatan ini berhubungan dengan pemenuhan design atau spesifikasi.
Kualitas dianggap bebas dari kesalahan (error). Dalam hal ini, kesalahan
adalah ketidaksesuaian terhadap peraturan design atau spesifikasi.
18
5. Pendekatan Nilai
Pendekatan ini menggunakan biaya dan harga sebagai parameternya.
Kualitas yang baik adalah bila memenuhi biaya yang telah disepakati atau
ditetapkan.
2.3.4 Manajemen Mutu
Menurut Prihantoro (2012 : 46), manajemen mutu merupakan aktivitas
dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan mutu, tujuan
dan tanggung jawab perusahaan, serta melaksanakannya dengan cara seperti
perencanaan mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu dan peningkatan mutu di
dalam sistem mutu. Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya
organisasi yang menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan
melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan
pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen
manajemen untuk figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh
anggota dalam organisasi dapat memberikan kontribusi semaksimal mungkin
kepada organisasi. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan
penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi
tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota
dalam organisasi.
19
Manajemen mutu memang sangat dibutuhkan dalam menjaga kualitas
produk yang dihasilkan sehingga produk tersebut dapat bersaing dipasaran.
Upaya untuk mengantisipasi persaingan, aspek mutu perlu selalu dievaluasi dan
direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi manajemen mutu.
Manajemen mutu bukan hanya pada fungsi produksi yang memengaruhi
kepuasan pelanggan terhadap mutu. Tanggung jawab mutu tidak cukup hanya
dibebankan kepada bagian tertentu, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh
individu di perusahaan (Prihantoro, 2012: 46).
2.3.5 Sistem Manajemen Mutu
Sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang/jasa)
terhadap kebutuhan atau persyaratan yang ditentukan atau dispesifikasikan oleh
pelanggan atau organisasi. Sistem manajemen mutu mendefinisikan bagaimana
organisasi menerapkan praktik-praktik manajemen mutu secara konsisten untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar (Gasperz, 2002 : 10). Menurut
Gazpers, terdapat beberapa karakteristik umum dari sistem manajemen mutu:
1. Sistem manajemen mutu mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas -
aktivitas dalam organisasi modern. Kualitas atau mutu dapat didefinisikan
melalui lima pendekatan utama, yaitu (1) transcendent quality adalah suatu
kondisi ideal menuju keunggulan, (2) product-based quality adalah suatu
atribut produk yang memenuhi kualitas,
20
(3) user-based quality adalah kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan
produk (barang dan/ atau jasa), (4) manufacturing-based quality adalah
kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar, dan (5) value-based
quality adalah derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif.
2. Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini
sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar
kerja.
3. Sistem manajemen mutu berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga
bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif.
4. Sistem manajemen mutu mencakup elemen-elemen: tujuan (objectives),
pelanggan (costumers), hasil-hasil (outputs), proses-proses (processes),
masukan-masukan (inputs), pemasok (suppliers) dan pengukuran untuk
umpan balik dan umpan maju (measurements for feedback and feedforward).
2.3.6 Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen mutu terpadu atau biasa disebut Total Quality Management
adalah konsep dan metode yang memerlukan komitmen dan keterlibatan pihak
manajemen dan seluruh jajaran di organisasi dalam pengolahan perusahaan untuk
memenuhi keinginan atau kepuasan pelanggan secara konsisten. TQM
merupakan filosofi manajemen dan pola pelibatan teknik-teknik perbaikan
kualitas, dengan dasar filosofi TQM adalah ide versus pendeteksian kecacatan.
TQM juga berfokus pada orang (people), yakni mendorong pembentukan tim dan
pemberdayaan karyawan.
21
TQM juga tidak hanya memenuhi kebutuhan pelanggan namun juga
menyediakan kepuasan mereka (Nurcahyo dan Yuri, 2013:98).
TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-
menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan (Prihantoro, 2012 :
71). TQM juga dapat diartikan sebagai sistem manajemen yang mengangkat
kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi. TQM merupakan sistem manajemen yang
berfokus pada orang/karyawan dan bertujuan untuk terus-menerus meningkatkan
nilai yang diberikan pada pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih
rendah (Nasution, 2005:22).
Total Quality Management (TQM) dalam prakteknya untuk
meningkatkan kinerja organisasi dengan cara melibatkan secara total sumber
daya organisasi agar fokus pada pelanggan, mengerahkan kepemimpinan,
mengaplikasikan pengendalian kualitas statistik dan memberdayakan karyawan
demi peningkatan terus-menerus (Nurcahyo dan Yuri, 2013:6).
Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai pengertian manajemen mutu
terpadu, dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu terpadu atau total quality
management adalah suatu konsep manajemen yang berfokus pada kualitas dan
berorientasi terhadap kepuasan pelanggan melalui strategi usaha dalam perbaikan
atas produk atau secara terus-menerus.
22
Menurut Prihantoro (2012 : 71), TQM memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
b. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas.
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.
d. Memiliki komitmen jangka panjang.
e. Membutuhkan kerja sama tim (teamwork).
f. Memperbaiki proses secara berkesinambungan.
g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
h. Memberikan kebebasan yang terkendali.
i. Memiliki kesatuan tujuan.
j. Adanya keterlibatan dan memberdayakan karyawan.
2.4 International Organization for Standardization (ISO) 9001 2.4.1 Pengertian Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
ISO berasal dari kata yunani ISOS yang berarti sama. ISO adalah standar
internasional yang terdiri dari wakil-wakil badan standar nasional dari setiap
negara. ISO memiliki misi mengembangkan standardisasi guna memberikan
kemudahan. ISO memberikan kemudahan dalam pertukaran barang dan jasa
secara internasional dan membangun kerjasama dalam kegiatan di bidang
intelektual, pengetahuan, teknologi dan ekonomi internasional. Seri ISO yang
berkaitan dengan mutu yaitu seri ISO 9001 (Nurcahyo dan Yuri, 2013 : 23).
23
Sistem manajemen mutu ISO 9001 adalah standar international untuk
sistem manajemen kualitas. Sistem manajemen mutu ISO 9001 menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian sistem
manajemen kualitas, yang bertujuan menjamin organisasi akan memberikan
produk, baik yang berupa barang ataupun jasa yang memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Persyaratan yang ditetapkan ini merupakan kebutuhan spesifik
dari pelanggan, dimana organisasi yang dikontrak itu bertanggung jawab
menjamin kualitas produk atau kebutuhan dari pasar tertentu. Sistem manajemen
mutu ISO 9001 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk, baik berupa barang
atau jasa (Nurcahyo dan Yuri, 2013 : 25).
2.4.2 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
Pendekatan Sistem Manajemen Mutu memberikan manfaat yang sangat
besar bagi setiap organisasi yang menerapkannya. Menurut Nurcahyo dan Yuri
(2013 : 26) manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya konsistensi pelaksanaan atau aktivitas di organisasi
Apabila sistem manajemen mutu benar-benar diterapkam, maka manfaat
yang akan dirasakan perusahaan, yaitu:
a. Memberikan pendekatan praktek yang terbaik dan sistematis untuk
pencapaian manajemen kualitas.
b. Memastikan konsistensi operasi untuk mempertahankan kualitas barang dan
jasa.
24
c. Menetapkan kerangka kerja untuk peningkatan kualitas lebih lanjut.
2. Adanya aspek pengendalian dan pencegahan
Kunci pokok untuk menjaga kualitas adalah pengendalian produk yang
tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan mencegah produk yang
jelek sampai ke tangan pelanggan. Oleh karena itu, sistem tersebut perlu:
a. Menentukan secara jelas tanggung jawab dan wewenang personal kunci yang
mempengaruhi kualitas.
b. Mendokumentasikan prosedur secara baik dalam rangka menjalankan operasi
proses bisnis pada aktivitas proses yang menghasilkan produk.
c. Menerapkan sistem dokumentasi yang efektif melalui mekanisme dengan
sistem audit internal dan tinjauan manajemen secara berkelanjutan.
3. Adanya aspek pembelajaran dan tumbuh kembang organisasi
Manfaat sistem manajemen mutu dari aspek pembelajaran dan tumbuh
kembang organisasi adalah:
a. Menjadi sarana pemasaran yang efektif.
b. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.
c. Meningkatkan citra dan daya saing organisasi.
d. Meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
e. Memberikan proses pembelajaran kepada seluruh personel dengan metode
pelatihan yang sistematis melalui prosedur dan instruksi yang lebih baik.
f. Menjadi pemicu motivasi pimpinan puncak untuk menilai kinerja
organisasinya karena adanya sasaran kualitas yang secara berkelanjutan
dipantau dan diukur serta dibandingkan dengan kinerja pesaingnya.
25
4. Adanya pemastian kualitas
Organisasi memiliki sistem pemastian kualitas yang terstruktur dan
sistematis yang dapat digunakan sebagai:
a. Alat bantu untuk mengukur produktivitas dan kinerja SDM.
b. Biaya yang efektif dan efisien karena adanya konsistensi dan keandalan
pelaksanaannya.
c. Sarana bekerja dengan benar dan terkendali di setiap waktu.
d. Sistem manajemen dengan kinerja optimal karena adanya sistem PDCA
(Plan, Do, Check, Action) yang mengendalikan kualitas produk secara
sistematis.
e. Setiap personel memiliki tanggung jawab, wewenang dan kompetensi yang
jelas di bidang tugasnya dalam melaksanakan aktivitas di organisasi.
2.4.3 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
ISO 9001:2008 lahir sebagai bentuk penyempurnaan atas revisi tahun
2000. Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan versi 2008 secara signifikan
lebih menekankan pada efektivitas yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut.
Jika pada versi 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan preventive
action, maka versi 2008 menetapkan bahwa proses corrective dan preventive
action yang dilakukan harus secara efektif berdampak positif pada perubahan
proses yang terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada control process
outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam versi terbaru ISO 9001:2008
(Witara, 2017: 36-37).
26
ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan dan rekomendasi untuk desain
dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin
bahwa organisasi atau perusahaan akan memberikan produknya (barang atau
jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. ISO 9001:2008 memiliki
klausul klausul yang penting dan harus diperhatikan oleh manajemen organisasi.
Klausul-kalusul dalam SNI ISO 9001:2008 terdiri dari klausul 1 sampai klausul
8. Berikut klausul-klausul yang menjadi persyaratan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008 yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Klausul-Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Klausul ISO 9001:2008
1 Ruang Lingkup 1.1 Umum 1.2 Aplikasi 2 Referensi Normatif 3 Istilah dan Definisi 4 Sistem Manajemen Kualitas 4.1 Persyaratan Umum 4.2 Persyaratan Dokumentasi 4.2.1 Umum 4.2.2 Pedoman Mutu 4.2.3 Pengendalian Dokumen 4.2.4 Pengendalian Rekaman
5 Tanggung Jawab Manajemen 5.1 Komitmen Manajemen 5.2 Fokus pada Pelanggan 5.3 Kebijakan Mutu 5.4 Perencanaan 5.4.1 Sasaran Mutu 5.4.2 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu 5.5 Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi 5.5.1 Tanggung Jawab dan Wewenang 5.5.2 Wakil Manajemen 5.5.3 Komunikasi Internal
27
(Lanjutan) Tabel 2. Klausul-Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Klausul ISO 9001:2008
5.6 Tinjauan Manajemen 5.6.1 Umum 5.6.2 Masukan untuk Tinjauan Manajemen 5.6.3 Keluaran dari Tinjauan Manajemen 6 Pengelolaan Sumber Daya 6.1 Penyediaan Sumber Daya 6.2 Sumber Daya Manusia 6.2.1 Umum 6.2.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian 6.3 Prasarana 6.4 Lingkungan Kerja
7 Realisasi Produk 7.1 Perencanaan Realisasi Produk 7.2 Proses yang Berkaitan dengan Produk 7.2.1 Penetapan Persyaratan yang Berkaitan dengan Produk 7.2.2 Tinjauan Persyaratan yang Berkaitan dengan Produk 7.2.3 Komunikasi Pelanggan 7.3 Desain dan Pengembangan 7.3.1 Perencanaan Desain dan Pengembangan 7.3.2 Masukan Desain dan Pengembangan 7.3.3 Keluaran Desain dan Pengembangan 7.3.4 Tinjauan Desain dan Pengembangan 7.3.5 Verifikasi Desain dan Pengembangan 7.3.6 Validasi Desain dan Pengembangan 7.3.7 Pengendalian Perubahan Desain dan Pengembangan 7.4 Pembelian 7.4.1 Proses Pembelian 7.4.2 Informasi Pembelian 7.4.3 Verifikasi Produk yang Dibeli 7.5 Produksi dan Penyediaan Jasa 7.5.1 Pengendalian Produksi dan Penyediaan Jasa 7.5.2 Validasi Proses Produksi dan Penyediaan Jasa 7.5.3 Identifikasi dan Mampu Telusur 7.5.4 Milik Pelanggan 7.5.5 Preservasi Produk 7.6 Pengendalian Peralatan Pemantauan dan Pengukuran
28
(Lanjutan) Tabel 2. Klausul-Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Klausul ISO 9001:2008
8 Pengukuran, Analisis dan Perbaikan 8.1 Umum 8.2 Pemantauan dan Pengukuran 8.2.1 Kepuasan Pelanggan 8.2.2 Audit internal 8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran Proses 8.2.4 Pemantauan dan Pengukuran Produk 8.3 Pengendalian Produk yang Tidak Sesuai 8.4 Analisis Data 8.5 Perbaikan 8.5.1 Perbaikan Berkesinambungan 8.5.2 Tindakan Korektif 8.5.3 Tindakan Pencegahan
Sumber: BSN (2008)
Klausul 1 Ruang Lingkup yaitu memuat persyaratan standar sistem mutu
dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan. Klausul 2 Referensi Normatif yaitu
memuat referensi pada ISO 9001:2008. Klausul 3 Istilah dan Definisi yaitu berisi
istilah dan definisi dalam ISO 9001:2008.
Klausul 4 Sistem Manajemen Mutu yaitu klausul yang berisi tentang
persyaratan-persyaratan seperti dokumen tertulis yaitu manual mutu, kebijakan
mutu, sasaran mutu, prosedur dan instruksi kerja dan rekaman mutu yang
menjadi persyaratan serta rekaman mutu yang berkaitan dengan kegiatan
operasional organisasi.
Klausul 5 Tanggung Jawab Manajemen yaitu klausul yang berisi
beberapa hal yang harus dilakukan oleh Top Management seperti penetapan
standar ukur organisasi, deskripsi pekerjaan, penetapan sasaran mutu (quality
objective),
29
penunjukkan perwakilan manajemen dan pelaksanaan salah satu dari dua
kegiatan yang harus dijalankan secara rutin dalam periode waktu tertentu seperti
rapat tinjauan manajemen.
Klausul 6 Manajemen Sumber Daya yaitu klausul yang secara umum
berisi persyaratan terkait kepegawaian yang mencakup penetapan kompetensi,
mengadakan seleksi dan evaluasi karyawan dan mengadakan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi karyawan serta mengelola sarana dan prasarana
organisasi.
Klausul 7 Realisasi Produk yaitu klausul yang berisi beberapa persyaratan
yang berkaitan dengan realisasi produk dan jasa mulai dari kesepakatan dengan
pelanggan sampai produk atau jasa sampai ke tangan pelanggan.
Klausul 8 Pengukuran, Analisis, dan Perbaikan yaitu klausul yang
mengharuskan organisasi menetapkan rencana-rencana dan menerapkan proses-
proses pengukuran, pemantauan, analisis dan peningkatan guna terjaminnya
kesesuaian dari produk, sistem manajemen mutu, dan meningkatakan efektivitas
sistem manajemen mutu yang diterapkan.
2.4.4 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
ISO 9001:2015 adalah Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 hasil revisi
tahun 2015. ISO 9001:2015 merupakan standar terbaru dari ISO 9001 yang
menggantikan versi sebelumnya, yaitu ISO 9001:2008. Model proses ISO
terbentuk dari urutan input, proses, output yang didasarkan pada siklus PDCA.
30
Perubahan mendasar ada pada versi terbaru ISO, yaitu peninjauan lebih mendalam
terhadap lingkungan dan konteks organisasi serta pemikiran berbasis risiko, ISO
9001:2015 tidak hanya memperhatikan pelanggan, namun juga lingkungan dari
organisasi untuk meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan organisasi terhadap
perubahan. ISO 9001:2015 terdiri dari 10 klausul, klausul 1-3 merupakan klausul
pembuka sedangkan 4-10 merupakan klausul isi. Klausul 1-3 terdiri dari lingkup
penerapan, istilah dan definisi dari ISO 9001:2015. Klausul 4-10 meliputi klausul
persyaratan yang harus dipenuhi oleh organisasi untuk dapat meng-
implementasikan ISO 9001:2015 (Sindhuwinata, 2016: 183-184). Berikut klausul-
klausul yang menjadi persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 yang
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Klausul-Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 Klausul ISO 9001:2015
1 Ruang Lingkup 2 Acuan Normatif 3 Istilah dan Definisi 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.2 Memenuhi Kebutuhan dan Harapan Pihak yang Berkepentingan 4.3 Menentukan Lingkup Sistem Manajemen 4.4 Sistem Manajemen Mutu dan Proses
5 Kepemimpinan 5.1 Kepemimpinan dan Komitmen 5.1.1 Umum 5.1.2 Fokus pada Pelanggan 5.2 Kebijakan 5.2.1 Penetapan Kebijakan Mutu 5.2.2 Komunikasi Kebijakan Mutu 5.3 Peran, Tanggung Jawab dan Wewenang Organisasi 6 Perencanaan 6.1 Tindakan untuk Menangani Risiko dan Peluang
31
(Lanjutan) Tabel 3. Klausul-Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 Klausul ISO 9001:2015
6.2 Sasaran Mutu dan Rencana Pencapaiannya 6.3 Merencanakan Perubahan 7 Pendukung 7.1 Sumber Daya 7.1.1 Umum 7.1.2 Sumber Daya Manusia 7.1.3 Infrastruktur 7.1.4 Lingkungan dan Pengoperasian Proses 7.1.5 Pemantauan dan Pengukuran Sumber Daya 7.1.5.1 Umum 7.1.5.2 Mampu Telusur Pengukuran 7.1.6 Pengetahuan Organisasi 7.2 Kompetensi 7.3 Kesadaran/Kepedulian 7.4 Komunikasi 7.5 Informasi Terdokumentasi 7.5.1 Umum 7.5.2 Membuat dan Memutakhirkan 7.5.3 Pengendalian Informasi Terdokumentasi 8 Operasi 8.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional 8.2 Persyaratan untuk Produk dan Jasa 8.2.1 Komunikasi Pelanggan 8.2.2 Menentukan Persyaratan Berkaitan dengan Barang dan Jasa 8.2.3 Tinjauan Persyaratan Produk dan Jasa 8.2.4 Perubahan Persyaratan untuk Produk dan Jasa 8.3 Desain dan Pengembangan Produk dan Jasa 8.3.1 Umum 8.3.2 Perencanaan Desain dan Pengembangan 8.3.3 Input Desain dan Pengembangan 8.3.4 Pengendalian Desain dan Pengembangan 8.3.5 Output Desain dan Pengembangan 8.3.6 Perubahan Desain dan Pengembangan 8.4 Pengendalian Penyedia Produk dan Jasa Eksternal 8.4.1 Umum 8.4.2 Jenis dan Jangkauan Pengendalian 8.4.3 Informasi untuk Penyedia Eksternal
32
(Lanjutan) Tabel 3. Klausul-Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 Klausul ISO 9001:2015
8.5 Penyedia Produk dan Jasa 8.5.1 Pengendalian Penyediaan Produk dan Jasa 8.5.2 Identifikasi dan Mampu Telusur 8.5.3 Properti Milik Pelanggan atau Penyedia Eksternal 8.5.4 Pemeliharaan 8.5.5 Kegiatan Pasca Pengiriman 8.5.6 Pengendalian Perubahan 8.6 Pelepasan Produk dan Jasa 8.7 Pengendalian Output yang Tidak Sesuai 9 Evaluasi Kinerja 9.1 Pemantauan, Pengukuran, Analisis dan Evaluasi 9.1.1 Umum 9.1.2 Kepuasan pelanggan 9.1.3 Analisis dan Evaluasi 9.2 Audit Internal 9.3 Tinjauan Manajemen 9.3.1 Umum 9.3.2 Input Tinjauan Manajemen 9.3.3 Output Tinjauan Manajemen 10 Perbaikan/Peningkatan 10.1 Umum 10.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Koreksi/Perbaikan 10.3 Perbaikan Berkelanjutan
Sumber: BSN (2015)
Menurut Witara (2017: 74), Klausul 1 Ruang Lingkup, menjelaskan
tentang organisasi apa saja yang dapat menerapkan ISO 9001:2015 dan
tujuannya. Klausul 2 Acuan Normatif, berisi tentang dokumen baik keseluruhan
atau sebagian yang secara normatif dirujuk dalam penerapan ISO 9001:2015.
Klausul 3 Istilah dan Definisi, berisi tentang semua kosakata yang merujuk pada
standar ISO 9001:2015.
33
Klausul 4 Konteks Organisasi, klausul ini membahas semua yang terlibat
dalam organisasi, meliputi penentuan isu internal dan eksternal,
mempertimbangkan kebutuhan dan persyaratan pihak yang berkepentingan
(pelanggan, karyawan, pemasok, dll) dan menentukan lingkup manajemen mutu
dan dituangkan dalam informasi terdokumentasi.
Klausul 5 Kepemimpinan, berisi tentang perubahan tanggung jawab yang
sebelumnya dipegang oleh Management Representative (MR) menjadi tugas Top
Management, tugas dan tanggung jawab Top Management yang berhubungan
dengan pihak internal dan pihak eksternal, persyaratan dalam penetapan
kebijakan mutu serta tanggung jawab dan wewenang pada orang-orang yang
terkait dengan mutu.
Klausul 6 Perencanaan, klausul ini menjabarkan secara rinci mengenai
penerapan risk based thinking dalam organisasi, penetapan sasaran mutu yang
relevan serta bila ada perubahan mengenai sistem manajemen mutu, maka
perubahan harus dilakukan secara terencana dan sistematik.
Klausul 7 Pendukung, berisi tentang komponen pendukung dalam
organisasi yaitu sumber daya, sumber daya manusia, infrastruktur dan
lingkungan. Organisasi harus memastikan sumber daya yang disediakan sesuai,
terpelihara dan terdokumentasi. Organisasi harus memiliki trace ability serta
menentukan pengetahuan yang cukup untuk operasi untuk mencapai kesesuaian
dari produk dan jasa. Seluruh anggota organisasi harus memiliki kompetensi
yang sesuai dengan tujuan organisasi dan memiliki kesadaran atau kepedulian
terhadap kebijakan organisasi.
34
Organisasi harus menentukan komunikasi internal dan eksternal yang relevan
dengan sistem manajemen mutu. Organisasi harus membuat informasi
terdokumentasi baik yang dipersyaratkan maupun yang diperlukan.
Klausul 8 Operasi, klausul ini menjelaskan secara rinci mengenai
perencanaan proses produksi barang atau jasa, mulai dari pembuatan
persyaratan, sumber daya, alur produksi, pengendalian proses dan penetapan
informasi terdokumentasi. Organisasi harus menentukan komunikasi internal
yang dilakukan untuk mengetahui keinginan dan keluhan pelanggan. Organisasi
harus memenuhi persyaratan dalam proses desain dan pengembangan produk dan
jasa. Organisasi harus memastikan bahwa proses pengadaan produk dan jasa
yang disediakan secara eksternal sesuai dengan persyaratan, menetapkan
pengendalian dan evaluasi serta menyimpan informasi terdokumentasi. Klausul
ini juga berisi tentang pelaksanaan proses produksi barang dan jasa, pelepasan
produk dan jasa serta tindakan yang harus dilakukan organisasi terhadap produk
dan jasa yang tidak sesuai.
Klausul 9 Evaluasi Kinerja, klausul ini membahas tentang penetapan titik
kritis atau proses-proses vital yang harus dipantau oleh organisasi, kepuasan
pelanggan dan metode evaluasi kinerja dari semua bagian yang terlibat dalam
organisasi. Klausul 10 Peningkatan, berisi tentang keharusan organisasi dalam
menindaklanjuti ketidaksesuaian termasuk keluhan pelanggan.
35
2.4.5 Perubahan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Standar ISO 9001:2015 dikembangkan dengan lebih baik, terperinci dan
lebih ketat dibandingkan dengan versi-versi sebelumnya. Standar manajemen
mutu ISO 9001:2015 mengalami banyak perubahan dari versi-versi sebelumnya.
Perubahan-perubahan tersebut bersifat major dan merombak sebagian besar
klausul-klausul yang ada di versi sebelumnya, baik dari segi klasifikasi dan juga
kontennya. ISO 9001:2008 dan 9001:2015 memiliki perubahan yang cukup
signifikan dari segi persyaratan. Pada ISO 9001:2015 terdapat beberapa perbedaan
mencolok (main change) dibandingkan dengan versi lama, yang secara garis besar
dibagi dalam lima point penting, yaitu: (Witara, 2017: 48).
1. Perubahan Prinsip Manajemen Mutu (Quality Management Principles)
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 memiliki 8 prinsip, sedangkan
pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 hanya terdapat 7 prinsip. Berikut
dijelaskan perbedaan prinsip pada ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 pada
Tabel 4.
Tabel 4. Perbedaan Prinsip pada ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 ISO 9001:2008 ISO 9001:2015
1. Costumer Focus 1. Costumer Focus 2. Leadership 2. Leadership 3. Involvement of People 3. Engagement of People 4. Process Approach 4. Process Approach 5. System Approach to Management 5. Improvement 6. Continual Improvement 6. Evidence Based Decision Making 7. Factual Approach to Decision
Making 7. Relationship Management
8. Mutually Beneficial Supplier Relationship
Sumber: Witara (2017)
36
2. Penggunaan High Level Structure (HSL)
Penggunaan High Level Structure (HSL) bertujuan untuk memastikan
konsistensi antar standar sistem manajemen masa depan dan yang akan direvisi
dan mudah diintegrasikan serta membuat standar menjadi lebih mudah dibaca
dan dipahami oleh pembaca.
3. Perubahan Jumlah Klausul
Perbedaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan ISO
9001:2015 juga terletak pada perubahan jumlah klausul. Jumlah klausul
bertambah dari yang mulanya berjumlah delapan klausul pada ISO 9001:2008
menjadi sepuluh klausul pada ISO 9001:2015. Perbandingan stuktur klausul
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan stuktur klausul ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 ISO 9001:2008 ISO 9001:2015
Lingkup Lingkup Acuan Normatif Acuan Normatif Istilah dan Definisi Istilah dan definisi Sistem Manajemen Mutu Konteks Organisasi Tanggung Jawab Manajemen Kepemimpinan Pengelolaan Sumber Daya Perencanaan Realisasi Produk Pendukung Pengukuran, Analisis dan Perbaikan Operasi Evaluasi Kinerja Peningkatan
Sumber: BSN (2008) dan BSN (2015)
37
4. Perubahan Struktur Terminologi (New Structure Terminology)
Perubahan terminologi atau penulisan istilah di ISO 9001:2015 bertujuan
untuk memudahkan pengertian dan integrasi dengan standar yang lain.
Perubahan terminologi juga menegaskan bahwa adanya perbedaan produk yang
dihasilkan perusahaan antara barang dan jasa. Perbedaan terminologi yang
digunakan antara Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan ISO
9001:2015 disajikan pada Tabel 6.
5. Perubahan Konsep dan Metode Implementasi Sistem Manajemen Mutu
Pada ISO 9001:2015 terdapat istilah baru yaitu konteks organisasi.
Konteks organisasi adalah masalah internal dan eksternal yang berpengaruh pada
kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan serta mutu produk yang
dihasilkan. Organisasi harus mempertimbangkan semua faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja sistem manajemen mutu, termasuk eksternal, internal
budaya, sosial, ekonomi, teknologi dan faktor hukum.
Tabel 6. Perbedaan terminologi antara ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 ISO 9001:2008 ISO 9001:2015
Produk Produk dan Jasa
Wakil Manajemen
Tidak digunakan (Penugasan Tanggung Jawab dan Wewenang yang sama tetapi tidak ada persyaratan untuk satu wakil manajemen)
Dokumentasi, Panduan Mutu, Prosedur Terdokumentasi, Rekaman
Informasi Terdokumentasi
Lingkungan Kerja Lingkungan untuk Operasi Proses
Produk yang dibeli Produk dan Jasa yang disediakan secara Eksternal
Pemasok (Supplier) Penyedia Eksternal Sumber: BSN (2015)
38
6. Penggunaan Konsep Pendekatan Berbasis Risiko (Risk Base Thinking/RBT)
Penggunaan konsep pendekatan berbasis risiko pada ISO 9001:2015
menggantikan preventive action pada ISO 9001:2008. Berikut tahapan penerapan
risk base thinking yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan Penerapan Risk Base Thinking Sumber: Witara (2017)
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perancangan pengembangan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2015 sudah dilakukan di beberapa institusi, antara lain:
Penelitian pertama, Vivie Chandra Amandarina (Politeknik Negeri
Batam, 2017) dengan judul “Analisis Kesiapan Rencana Implementasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015 menggunakan GAP Analysis di SMK Negeri 1
Batam”. Objek dalam penelitian ini adalah kesiapan perencanaan implementasi
manajemen mutu ISO 9001:2015 di SMK Negeri 1 Batam.
Identify what your risks and opportunities are-it depends on context.
Analyse and prioritize your risk and opportunities.
Plan actions to address the risk.
Implement the plan-take action.
Check the effectiveness of the actions - does it work?
Learn from experience-continual improvement.
39
Metode penelitian yang digunakan adalah GAP Analysis. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pelaksanaaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 di
sekolah sudah sangat baik. Persentase penilaian menunjukkan bahwa klausul 8
menjadi klausul dengan nilai terendah dengan perolehan nilai 86.86%, sedangkan
persentase tertinggi ada pada klausul 10 dengan perolehan nilai 98.67%. kendala
utama yang dialami sekolah adalah tingkat pemahaman penerapan sistem yang
baru masih kurang dan tidak maksimalnya kinerja beberapa individu.
Penelitian kedua, Bella Eriya Yuanita (Institut Pertanian Bogor, 2017)
dengan judul “Kajian Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di
Pabrik Tepung Terigu X”. Objek dalam penelitian ini adalah kesiapan
perusahaan dalam melakukan konversi sistem berdasarkan standar ISO
9001:2015. Metode penelitian yang digunakan adalah GAP Analysis. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 10 poin kesenjangan antara standar
ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015. Tindakan untuk menangani risiko dan
peluang merupakan salah satu poin baru yang harus dipersiapkan untuk
melakukan adopsi sistem baru. Analisis risiko pada 3 departemen di lini produksi
tepung terigu PT X dipilih sebagai tindakan perbaikan untuk konversi sistem
berdasarkan standar ISO 9001:2015.
Penelitian ketiga, Ifan Theonardo (Universitas Surabaya, 2017) dengan
judul “Perancangan dan Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
pada PT. ABC, Sidoarjo”. Objek dalam penelitian ini adalah perancangan dan
penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 bagi perusahaan ABC,
40
yang bergerak dalam bidang industri manufaktur yang memproduksi sepatu.
Metode penelitian yang digunakan adalah GAP Analysis. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa PT. ABC telah memiliki 197 kesesuaian dengan persentase
85,28% dan memiliki 34 ketidaksesuaian dengan persentase 14,72%. Rancangan
perbaikan yang diperlukan untuk memenuhi kesesuaian antara lain: membuat
analisis SWOT, menambahkan sasaran mutu, mengidentifikasi pihak yang
berkepentingan, membuat analisis risiko dan peluang, membuat prosedur mutu
sumber daya manusia, membuat prosedur pemilihan supplier, membuat prosedur-
prosedur pengendalian inventaris, membuat prosedur tinjauan manajemen dan
membuat manual mutu.
2.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori
dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang
ditetapkan. Penelitian ini membahas permasalahan yang akan menjadi fokus
penelitian yaitu pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008
menjadi ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis kesenjangan antara Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 serta merancang
pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008 menjadi ISO
9001:2015 menggunakan GAP Analysis.
41
GAP Analisis pada penelitian ini berdasarkan pada persyaratan klausul-
klausul utama Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dengan batasan klausul
yaitu Konteks Organisasi (klausul 4), Kepemimpinan (klausul 5), Perencanaan
(klausul 6), Dukungan (klausul 7), Operasi (klausul 8), Evaluasi Kerja (klausul 9),
dan Peningkatan atau Perbaikan (klausul 10). GAP Analisis digunakan untuk
menganalisis kesenjangan antara Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008
dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 serta untuk menentukan
perancangan pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008
menjadi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat kerangka pemikiran penelitian
yang disajikan pada Gambar 2 serta kerangka operasional penelitian yang
disajikan pada Gambar 3.
42
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Tindak Lanjut terhadap Temuan Kesenjangan atau
Ketidaksesuaian
Rekomendasi bagi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di UPTD RPH
Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
Komitmen Manajemen mengembangkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi ISO
9001:2015
Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Kesenjangan antara Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008 dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Rancangan Dokumen sesuai dengan Persyaratan
ISO 9002:2015
43
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis Kesenjangan antara Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
menggunakan GAP Analysis Scoresheet
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
Komitmen Manajemen dalam Mengembangkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015
Konteks Organisasi
Klausul-klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Kepemimpinan Perencanaan Pendukung Operasi Evaluasi Kinerja
Perbaikan/ Peningkatan
Wawancara Observasi
Dokumentasi
A
44
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
Rancangan Dokumen
Tindak Lanjut terhadap Temuan Kesenjangan atau Ketidaksesuaian
B
Wawancara Dokumentasi Studi Pustaka
Persyaratan Informasi Terdokumentasi ISO 9001:2015 dan Persyaratan Dokumen Lain pada Masing-masing Klausul
Dokumen Lengkap sesuai dengan Persyaratan ISO 9001:2015
Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) Analisis FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Prosedur berdasarkan persyaratan ISO 9001:2015
Form sebagai bukti pelaksanaan kegiatan
45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Dinas)
RPH (Rumah Potong Hewan) Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor yang
berlokasi di Jl. KH. R. Abdullah Bin Nuh, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor
Barat, Kota Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan September –
Oktober 2018.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah (Sugiyono, 2014:1). Metode kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana perancangan
pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota
Bogor .
46
3.3 Informan
Informan adalah orang yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang
yang dapat memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi latar penelitian.
Memperoleh data secara representatif, maka diperlukan informan kunci yang
memahami dan mempunyai kaitan dengan permasalahan yang diteliti (Sugiyono,
2014:18).
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive.
Informan yang ditentukan adalah pihak-pihak yang memiliki potensi untuk dapat
memberikan informasi mengenai perancangan pengembangan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 menjadi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Informan yang dipilih berjumlah enam orang berdasarkan perwakilan dari
masing-masing pihak yang terlibat dalam semua unit di UPTD RPH Terpadu
Dinas Pertanian Kota Bogor yaitu Manager Representatif, Koordinator Kesehatan
Hewan, Koordinator Mekanik dan Listrik, Koordinator Kebersihan, Koordinator
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan Kasubag Tata Usaha.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif,
yaitu data yang berupa hasil interpretasi, secara tulisan dan lisan dari data-data
yang didapatkan dari wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka.
Data-data yang dibutuhkan terkait penelitian ini , meliputi:
1. Perbandingan klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan
klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
47
2. Komitmen manajemen dalam mengembangkan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 menjadi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
3. Infrastuktur
4. Hasil audit internal
5. Manual Mutu
6. Dokumen-dokumen lain terkait pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 menjadi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data berupa kata-kata dan tindakan yang diperoleh
langsung berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi terhadap informan
yang dianggap berpotensi dalam memberikan innformasi relevan dan
sebenarnya di lapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tertulis yang bersumber dari arsip dan
dokumen resmi serta dokumen-dokumen lain yang relevan dengan
pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 menjadi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian
Kota Bogor yang diperoleh dari studi dokumentasi dan studi pustaka.
48
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan
mampu memberikan data yang akurat dan spesifik. Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dua jenis data yaitu data primer dan -
data sekunder. Data primer, data yang langsung didapatkan dari tempat
penelitian. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Menurut Sugiyono, (2009: 62-85), data primer dapat
diambil melalui beberapa cara sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diteliti yang ada di
lokasi penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan harus secara
sistematis, logis, dan rasional sesuai dengan fokus penelitian untuk mendapatkan
data yang diinginkan. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mendapatkan data
yang lebih akurat dan untuk mengetahui relevansi antara jawaban dari responden
atau informan dengan kenyataan yang ada di lapangan (Moleong, 2009: 194).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati,
mencatat dan mengecek perubahan atau perbedaan persyaratan antara sistem
manajemen mutu ISO 9001:2008 dengan sistem manajemen mutu ISO
9001:2015, meliputi :
a. SOP (Standard Operation Procedure) dan pelaksanaanya.
b. Sasaran mutu dan pelaksanaannya.
c. Dokumen-dokumen lain yang mendukung fokus penelitian.
49
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan peneliti
mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi
dan konteks (Sarosa, 2012:45). Wawancara adalah sebuah proses komunikasi
berpasangan dengan suatu tujuan dan telah ditetapkan sebelumnya untuk bertukar
informasi, perilaku dan melibatkan tanya (Moleong, 2009:191). Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self
report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi
(Sugiyono, 2009:72).
Peneliti menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan
informasi mengenai bagaimana kesenjangan antara sistem manajemen mutu dari
ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 dan bagaimana perancangan
pengembangan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu
Dinas Pertanian Kota Bogor. Peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian
berupa pedoman pertanyaan (point of interview) yang akan diajukan kepada
informan terkait dengan fokus penelitian yang diteliti.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan apa yang
harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam. Peneliti mewawancarai enam orang berdasarkan
perwakilan dari masing-masing pihak yang terlibat dalam semua unit di UPTD
RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor yaitu Manager Representatif,
50
Koordinator Kesehatan Hewan, Koordinator Mekanik dan Listrik, Koordinator
Kebersihan, Koordinator IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan Kasubag
Tata Usaha.
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi pada data
internal perusahaan yang terkait dengan pengembangan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008 menjadi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di UPTD RPH
Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor dan studi pustaka di perpustakaan mengenai
literatur terkait baik berupa jurnal, buku, serta pencarian data dari berbagai situs
internet.
Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlangsung.
Dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar/skema, atau karya-karya seseorang.
Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam
kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy). Dokumen dapat berupa buku,
artikel media massa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog,
halaman web, foto dan lainnya (Sarosa, 2012:61). Dokumentasi ini merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif untuk mendukung keakuratan data penelitian yang telah didapat agar
lebih terpercaya.
51
Dalam penelitian ini, studi dokumentasi berupa:
a. Manual Mutu
b. Standard Operational Procedure (SOP)
c. Profil perusahaan, struktur organisasi, sertifikat-sertifikat
d. Kebijakan, dan sasaran Mutu
e. Hasil Audit Internal dan Hasil Audit Eksternal
f. Form-form terkait dengan pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 lainnya.
g. Form-form penilaian kepuasan pelanggan.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka, yang
dianggap menunjang, dan relevan dengan fokus permasalahan yang akan diteliti,
berupa literatur, jurnal, buku-buku, situs internet, dan dokumen-dokumen terkait
lainnya.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesis data, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009:89).
52
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara umum (Sugiyono, 2005: 142).
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama
penelitian, dimana peneliti bertindak sebagai perencana yang menetapkan fokus,
memilih informan, pelaksana pengumpulan data, menafsirkan data, menarik
kesimpulan sementara di lapangan dan menganalisis data di lapangan secara apa
adanya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
A. Model Pendekatan Miles dan Huberman
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pendekatan menurut Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa, analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif melalui proses analisis data kualitatif
yang terdiri dari 3 tahap, yaitu (Sugiyono, 2014: 91-100) :
1. Data Reduction (Data Reduksi)
Data yang diperoleh dari lapangan berjumlah cukup banyak, maka harus
dilakukan analisis data dengan cara mereduksi data. Mereduksi data ini berarti
merangkum, memilah hal-hal yang penting dan pokok, dan menfokuskan data
sesuai tema serta tujuan penelitian. Dengan demikian, data yang telah direduksi
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan fokus agar dapat
mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data penelitian selanjutnya.
53
2. Data Display (Penyajian Data)
Data display atau penyajian data merupakan tahap kedua dan dilakukan
setelah data selesai di reduksi. Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya.
Penelitian kualitatif lebih banyak menggunakan penyajian data dalam bentuk
uraian teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)
Tahap ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Berdasarkan data-data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti
dapat membuat atau menarik suatu kesimpulan yang didukung dengan bukti-
bukti kuat yang didapat pada saat pengumpulan data. Kesimpulan yang didapat
dalam penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif ini masih bersifat sementara dan
dapat berubah serta berkembang setelah penelitian di lapangan.
Pada penelitian kualitatif, kriteria utama pada data penelitian adalah valid,
reliable, dan objektif. Oleh karena itu, uji keabsahan data merupakan tahap yang
sangat penting. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif yaitu dengan
Credibility (validitas internal). Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian adalah dengan melakukan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2014: 92).
54
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain, yaitu :
1. Perpanjangan Pengamatan
Dengan melakukan perpanjangan pengamatan ini, peneliti dapat
mengecek kembali apakah data yang telah diberikan oleh narasumber sudah
benar atau tidak. Jika setelah dilakukan pengecekan kembali terhadap data dan
diketahui bahwa data tersebut tidak benar, maka peneliti dapat melakukan
pengamatan lagi. Perpanjangan pengamatan ini dilakukan peneliti dengan cara
melakukan wawancara kembali kepada para narasumber untuk mendapat
informasi yang lebih mendalam terkait dengan fokus penelitian.
2. Peningkatan Ketekunan Pengamatan
Peningkatan ketekunan pengamatan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan juga berkesinambungan. Peningkatan ketekunan pengamatan
menggunakan seluruh panca indera peneliti sehingga dapat meningkatkan derajat
keabsahan data dan dapat menghasilkan data yang lebih sistematis.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian ini dapat diartikan sebagai proses
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Triangulasi ini dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
55
Dalam penelitian ini, jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber,
yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada beberapa narasumber
untuk menemukan poin kunci terhadap indikator-indikator yang telah ditetapkan
peneliti sebagai fokus penelitian ini.
B. GAP Analysis
Analisis GAP atau analisis kesenjangan digunakan untuk menentukan
langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk berpindah dari kondisi saat ini ke
kondisi yang diinginkan atau keadaan masa depan yang diinginkan. Analisis GAP
dapat juga diartikan sebagai perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial
atau yang diharapkan. Analisis ini juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa
saja yang diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang
diharapkan pada masa datang. Lebih dari itu analisis ini juga memperkirakan
waktu, biaya, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan
perusahaan/organisasi yang diharapkan. Dengan melakukan GAP Analysis, kita
dapat mengidentifikasi apa yang kita butuhkan untuk menjembatani kesenjangan
yang ada.
56
Langkah dari analisis ini dijabarkan pada Tabel 7. sebagai berikut:
Tabel 7. Langkah GAP Analisis Fase Pertama: Mengidentifikasi GAP
Menjawab Tiap Pertanyaan-pertanyaan GAP Analisis dengan Bobot Skor 1-5 Bobot Skor:
Skor 1 : Jika organisasi atau perusahaan tidak melakukan aktivitas tersebut. Skor 2 : Jika organisasi atau perusahaan memahami aktivitas tersebut adalah
suatu hal baik untuk dilakukan tetapi tidak/belum melakukannya. Skor 3 : Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut terkadang
saja. Skor 4 : Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut tetapi
belum sempurna/ada persyaratan aktivitas yang belum dipenuhi. Skor 5 : Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut dengan
baik. Fase Kedua: Membuat Range dari Penjumlahan Bobot Range dari penjumlahan bobot berarti sebagai berikut:
75%-100% : Sistem Manajemen Mutu organisasi atau perusahaan sudah siap
untuk dilengkapi berdasarkan persyaratan SMM ISO 9001: 2015 dan siap melakukan konversi sistem.
50% - 74% : Sistem Manajemen Mutu perusahaan atau organisasi masih harus diperbaiki dan disesuaikan dengan persyaratan SMM ISO 9001:2015.
1% - 49% : Sistem Manajemen Mutu organisasi atau perusahaan sangat butuh perbaikan karena berbeda jauh dari persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Sumber: Bakhtiar dan Purwanggono (2009)
Range persentase dari penjumlahan bobot diperoleh dengan rumus dalam sebagai
berikut :
= Ʃ
Ʃ × 100%
57
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi karena
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan
dengan membuat pedoman wawancara (point of interview) untuk memudahkan
peneliti dalam memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan terkait dengan
fokus penelitian yang diteliti.
Teknik observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi
(point of observation) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
pengamatan dan pencatatan data apa saja yang diperlukan dalam penelitian.
Sedangkan untuk dokumentasi, dokumen-dokumen yang dibutuhkan antara lain :
manual mutu, kebijakan dan sasaran mutu, SOP (Standard Operational
Procedure), serta form-form lain terkait dengan pengembangan sistem
manajemen mutu dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 dan perancangan
dokumen sesuai dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 yang harus
dilakukan oleh UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor.
58
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
UPTD RPH Terpadu Bubulak Kota Bogor merupakan relokasi RPH yang
dulu dikenal sebagai Jawatan Kehewanan, terletak di Jalan Pemuda No.29
Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal dan didirikan pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda tepatnya pada tahun 1929. Pada saat didirikan
hingga tahun 1935, RPH dipimpin oleh seseorang berkebangsaan Belanda. Pada
tahun 1936 – 1945 kepemimpinan dialihkan kepada drh. Bursono yang
berkebangsaan Indonesia. Pada tahun 1945 – 1967 kepemimpinan digantikan
oleh drh. Gunawan. Pada tahun 1967 – 1993, RPH dipimpin oleh drh. Asrur
Makmur. Pada tahun 1993 – 1999, RPH dikepalai oleh Kepala Dinas Peternakan
Kota Bogor, yaitu drh. Didi Aswadi. Pada tahun 1999 – 2001, Kepala Dinas
Peternakan Kota Bogor digantikan oleh drh. Nana Supratana yang juga menjabat
sebagai pimpinan RPH menggantikan drh. Didi Aswadi.
Dinas Peternakan serta Dinas Pertanian dan Hortikultura digabungkan
menjadi Dinas Pertanian pada bulan Maret 2001, sesuai dengan Peraturan
Daerah (PERDA) No. 10 tahun 2001. Dinas Pertanian membentuk Rumah
Pemotongan Hewan (RPH) sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Pada
tahun 2001 - 2002, Kepala UPTD RPH dijabat oleh Apip Supriadi, B. Sc. Pada
Tahun 2003 -2004 dipimpin oleh drh. Ahmad Maulana.
59
Dinas Pertanian berganti nama menjadi Dinas Agribisnis pada tahun
2004 sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) No 13 tahun. Pada tahun 2005 –
2008, RPH dipimpin oleh Syarif Hidayat. Pembangunan awal RPH Terpadu
yang terletak di Jl. KH. Abdullah Bin Nuh Kelurahan Bubulak Kecamatan
Bogor Barat dimulai pada awal tahun 2002 dan dioperasionalkan pada tahun
2008 . UPTD RPH Terpadu Kota Bogor diresmikan pada tanggal 29 Juni 2009
oleh Bapak Walikota Bogor dan Menteri Pertanian.
4.2 Profil UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
UPTD RPH Terpadu Kota Bogor yang berdiri di atas lahan 5 Ha
merupakan RPH percontohan di Indonesia, karena sangat representatif serta
memiliki konsep terpadu yang memberikan pelayanan pemotongan berbagai
macam jenis ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas. RPH
terpadu juga menyediakan pelayanan pasar hewan, magang koasistensi
penelitian dan studi banding.
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Bogor, merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berada dibawah naungan Dinas Pertanian
Kota Bogor. RPH sebagai unit pelayanan publik memiliki fungsi teknis,
ekonomis dan sosial dimana dalam pelaksanaanya mengacu pada Visi dan Misi
Dinas Pertanian Kota Bogor.
60
RPH memberikan ketentraman batin kepada masyarakat dari kemungkinan
penularan penyakit Zoonosis dan penyakit atau keracunan makanan (Food Born
Disease and Food Born Intoxication) melalui penyediaan daging yang Aman,
Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
RPH Kota Bogor berfungsi pula sebagai unit penghasil Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebagai sarana pelayanan terhadap masyarakat, khususnya jasa
pelayanan pemotongan dan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging. UPTD
RPH Kota Bogor juga dituntut memberikan jasa pelayanan yang prima dan
profesional dari aparatur untuk dapat meningkatkan PAD RPH Kota Bogor.
RPH Terpadu turut mendukung Bogor menuju kota halal dengan
memiliki sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia,
dimana setiap juru sembelih atau modin sudah mendapat sertifikasi sehingga
semua produk yang keluar dari RPH telah memenuhi aspek halal.
RPH Kota Bogor juga telah memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV)
yaitu suatu sertifikasi yang merupakan legitimasi telah dipenuhinya peryaratan
higiene sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan pangan asal hewan. RPH
terpadu telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan
pedoman dalam melaksanakan setiap kegiatan dan telah memiliki standar
pelayanan untuk memberikan jaminan kepastian bagi pengguna jasa.
RPH Terpadu menjadi pioner pertama dan satu-satunya dari 420 RPH
milik pemerintah di Indonesia yang saat ini telah mendapatkan ISO 9001:2008
tentang Quality Management System For The Provision Of Beef Slaughtering
Service dengan no QEC 28400 pada tanggal 29 Desember 2010.
61
RPH Terpadu diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dengan
berorientasi kepada kebutuhan dan kepuasan masyarakat.
4.3 Visi dan Misi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
Visi merupakan suatu hal yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan
dalam jangka waktu tertentu. Misi adalah berbagai upaya yang harus dilakukan
untuk dapat mencapai visi yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Visi,
dan Misi tersebut akan berbeda untuk setiap perusahaan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dari perusahaan itu. Adapun Visi, dan Misi dari UPTD
RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor adalah sebagai berikut :
Visi :
“Menjadi RPH Terpadu Modern dengan Pelayanan Prima”
Misi :
1. Menyediakan produk pangan hewani yang ASUH dan produk hewan non
pangan yang aman dan berkualitas.
2. Melindungi masyarakat konsumen dan sumber daya hewani melalui
pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran hewan serta seleksi dan
pengendalian pemotongan sapi betina.
3. Berkontribusi terhadap terciptanya kehidupan masyarakat Kota Bogor yang
sehat dan cerdas.
62
4.4 Motto dan Janji Layanan UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor sebagai pelaksana
teknis di bagian pemotongan hewan juga memiliki motto dan janji layanan dalam
menjalankan proses bisnis atau memberikan layanan pemotongan hewan bagi
masyarakat. Motto dan janji layanan UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota
Bogor yaitu:
Motto:
“Semua Peduli, Peduli Semua”
Janji Layanan:
1. Memberikan Pelayanan 24 jam.
2. Mutu Pelayanan Berkualitas.
3. Prosedur Pelayanan Cepat dan Mudah
4.5 Ketenagakerjaan
UPTD RPH Terpadu Kota Bogor memiliki jumlah karyawan sebanyak
31 orang yang terbagi menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan TKK (Tenaga
Kerja Kesehatan) yang merupakan karyawan tetap serta Sukwan (Sukarelawan)
dan THL (Tenaga Harian Lepas) yang merupakan karyawan tidak tetap. Jam
kerja di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor yaitu Senin – Jum’at pukul 08.00 –
16.00 WIB. Jam kerja tersebut sudah termasuk waktu istirahat sebanyak satu jam
pada hari Senin – Kamis dan dua jam pada hari Jum’at.
63
Jam kerja tersebut tidak termasuk untuk karyawan yang bertugas dinas malam,
yaitu karyawan yang terlibat dalam proses pemotongan hewan. Jam kerja dinas
malam yaitu pukul 22.00 – 03.00 WIB.
4.6 Lokasi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor terletak di Jl. KH. R.
Abdullah Bin Nuh, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Lokasi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor cukup mudah diakses
karena berdekatan dengan jalan raya utama, yaitu Jl. KH. R Abdullah Bin Nuh.
Posisi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor berada di sebelah kanan
jalan jika melewati rute Yasmin – Bubulak, sebaliknya berada di sebelah kiri
jalan jika melewati rute Bubulak – Yasmin. UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian
Kota Bogor dapat dijangkau menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan
roda empat. Lokasi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor berdekatan
dengan aliran Sungai Cisadane. Gambar plang dan pintu masuk UPTD RPH
Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor disajikan pada Lampiran 1.
64
4.7 Struktur Organisasi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
Gambar 4. Struktur Organisasi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
KASUBAG TATA USAHA
Penyimpanan Barang Benda Berharga
Pembantu Pengurus Barang
Pengadministrasi Surat
Koordinator Kesehatan Hewan
Koordinator Mekanik dan Listrik
Koordinator Kebersihan
Koordinator Keamanan Koordinator IPAL
Bendaharawan Penerimaan
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
BIDANG PETERNAKAN
KASUBAG KEUANGAN
KEPALA UPTD RPH TERPADU
65
4.8 Proses Bisnis UPTD RPH Terpadu Kota Bogor
Proses bisnis UPTD RPH Terpadu Kota Bogor terdiri dari 7 proses yaitu
penerimaan hewan, penampungan hewan, pengelolaan limbah padat dan limbah
cair, pemeriksaan ante mortem, pemotongan hewan, pemeriksaan post mortem
serta penerbitan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan Surat
Keterangan Kesehatan Daging (SKKD). Alur proses bisnis RPH disajikan pada
Gambar 5 dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Penerimaan Hewan
Proses penerimaan hewan dimulai dari pemeriksaan kelengkapan
dokumen yang menjadi persyaratan hewan diterima. Dokumen tersebut
diantaranya adalah surat jalan, Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari
wilayah asal hewan serta Surat Keterangan Status Reproduksi (SKSR) bagi
hewan betina.
2. Penampungan Hewan
Hewan yang telah lengkap persyaratan dokumennya langsung menuju
penampungan hewan. Penampungan hewan hanya diperuntukkan bagi sapi-
kerbau dan kambing-domba. Hewan diistirahatkan atau ditampung di kandang
penampungan selama ± 12 jam hewan sebelum akhirnya dilakukan pemeriksaan
ante mortem.
3. Pengolahan Limbah Cair dan Limbah Padat
Penampungan hewan menghasilkan limbah cair dan limbah padat.
Limbah cair diolah dengan menggunakan sistem lamela, sedangkan limbah
padat diolah menjadi pupuk.
66
4. Pemeriksaan ante mortem
Pemeriksaan ante mortem dilakukan sebelum hewan dipotong.
Pemeriksaan ante mortem meliputi pemeriksaan fisik hewan, lubang-lubang
tubuh hewan, pernafasan, temperatur tubuh dan selaput-selaput lendir. Hasil
pemeriksaan ante mortem yaitu berupa keputusan bahwa hewan layak dipotong,
ditunda dipotong, dipotong bersyarat atau ditolak untuk dipotong.
5. Pemotongan Hewan
Proses pemotongan hewan terbagi menjadi tiga yaitu sapi-kerbau,
kambing-domba dan unggas. Pemotongan sapi-kerbau dilakukan menggunakan
teknik stunning memakai tembakan berupa peluru hampa, kemudian hewan
dipotong oleh seorang juleha (juru sembelih halal). Pemotongan kambing-domba
dilakukan secara tradisional oleh juleha tanpa melalui proses stunning.
Pemotongan unggas atau ayam dilakukan secara semi-modern, melalui proses
stunning memakai kejutan listrik, kemudian dipotong oleh seorang juleha,
pemotongan unggas atau ayam sudah menggunakan conveyor berjalan.
6. Pemeriksaan post mortem
Pemeriksaan post mortem dilakukan setelah hewan selesai dipotong.
Pemeriksaan post mortem meliputi pemeriksaan terhadap kepala serta organ
tubuh hewan seperti paru, jantung, hati, ginjal, kelenjar limpa dan jaringan otot.
Hasil pemeriksaan post mortem yaitu berupa keputusan daging layak atau tidak
layak untuk diedarkan dan dikonsumsi.
67
7. Penerbitan SKKH dan SKKD
Hewan yang telah melalui proses pemeriksaan ante mortem diberikan
SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan) untuk menyatakan bahwa hewan
tersebut sehat dan layak untuk dipotong. Daging yang telah selesai dipotong
kemudian melalui pemeriksaan post mortem diberikan SKKD (Surat Keterangan
Kesehatan Daging) untuk menyatakan bahwa daging tersebut sudah memenuhi
persyaratan asuh dan layak untuk didistribusikan dan dikonsumsi.
68
Gambar 5. Proses Bisnis UPTD RPH Terpadu Kota Bogor
M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
Penerimaan Hewan
Penampungan Hewan
Pengolahan Limbah (Padat dan Cair)
Pemeriksaan Hewan
Ante Mortem (AM)
Pemotongan Hewan
Pemeriksaan Hewan
Post Mortem (PM)
Pernebitan SKKH/SKKD
M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
69
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesenjangan antara Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Analisis kesenjangan dilakukan berdasarkan Sistem Manajemen Mutu
yang telah diterapkan UPTD RPH Terpadu yaitu Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 dengan mengacu pada persyaratan Sistem Manajemen Mutu yang
akan diterapkan yaitu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Berdasarkan
analisis GAP, diperoleh skor keseluruhan sebesar 88,21%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Sistem Manajemen Mutu UPTD RPH Terpadu sudah siap
untuk dilengkapi berdasarkan persyaratan SMM ISO 9001: 2015 dan siap
melakukan konversi sistem. Namun, berdasarkan hasil penelitian secara
keseluruhan masih terdapat beberapa persyaratan yang belum dilakukan secara
sempurna dan ada beberapa persyaratan yang belum dipenuhi.
Skor terbesar ditunjukkan oleh Klausul 7 Pendukung sebesar 96,92%,
sedangkan skor terkecil ditunjukkan oleh Klausul 8 Operasi sebesar 73,10%. Hal
tersebut dikarenakan pada Klausul 8 UPTD RPH Terpadu tidak menggunakan
beberapa persyaratan dalam proses bisnisnya diantaranya adalah penggunaan
form pemesanan dan form penawaran dari pelanggan, perubahan persyaratan
produk dan jasa, penggunaan properti milik pelanggan, serta layanan tambahan
apabila terjadi kerusakan. Hasil skor Analisis GAP untuk masing-masing klausul
disajikan pada Tabel 8.
70
Tabel 8. Hasil Analisis GAP Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor
No.
Klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Jumlah Parameter
Ʃ Skor Tiap Parameter
Ʃ Skor Maksimal
Persentase
1. Klausul 4 Konteks Organisasi
14 butir 60 70 85,71%
2. Klausul 5 Kepemimpinan
16 butir 74 80 92,50%
3. Klausul 6 Perencanaan
11 butir 50 55 90,91%
4. Klausul 7 Pendukung
52 butir 252 260 96,92%
5. Klausul 8 Operasi
58 butir 212 290 73,10%
6. Klausul 9 Evaluasi Kinerja
26 butir 120 130 92,31%
7. Klausul 10 Perbaikan/ Peningkatan
10 butir 43 50 86,00%
Rata-Rata Keseluruhan 88,21% Sumber: Hasil Olah Data (2018)
Hasil skoring selanjutnya dijadikan bahan untuk menganalisis
kesenjangan atau ketidaksesuaian yang masih perlu diperbaiki untuk selanjutnya
diberikan rekomendasi tindakan dan rancangan dokumen berdasarkan
persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 sebagai upaya
pengembangan sistem manajemen mutu.
71
5.1.1 Analisis Kesenjangan pada Masing-Masing Klausul
5.1.1.1 Analisis Kesenjangan Klausul 4 Konteks Organisasi
Klausul 4 Konteks Organisasi merupakan salah satu klausul pembeda
antara Sistem Manajemenen Mutu ISO 9001:2008 dengan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2015. Klausul Konteks Organisasi mensyaratkan agar
perusahaan atau organisasi menentukan isu internal dan isu eksternal organisasi.
Klausul 4 Konteks Organasi terbagi menjadi empat sub klausul. UPTD RPH
Terpadu sudah memenuhi sebesar 85,71% persyaratan dari klausul 4 Konteks
Organisasi pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Hasil skoring untuk
masing-masing sub klausul disajikan pada Tabel 9. Berikut adalah penjelasan
mengenai pemenuhan persyaratan pada Klausul 4 Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 yang telah dipenuhi oleh UPTD RPH Terpadu:
1. Klausul 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya
Klausul ini merupakan persyaratan baru pada ISO 9001:2015 dimana
pada versi ISO sebelumnya yaitu ISO 9001:2008 tidak dipersyaratkan. Klausul
ini mensyaratkan agar organisasi menentukan isu internal dan isu eksternal
yang berkaitan dengan tujuan suatu organisasi. UPTD RPH Terpadu belum
membuat kajian analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat)
untuk menentukan isu internal dan isu eksternal organisasi. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Witara (2017:78) bahwa informasi mengenai
konteks organisasi atau isu internal dan isu eksternal dapat diperoleh dari
berbagai sumber, salah satunya yaitu Analisis SWOT (Strength, Weakness,
72
Opportunites, Threat). Analisis SWOT merupakan ringkasan dari keunggulan
dan kelemahan perusahaan yang dikaitkan dengan peluang dan ancaman
lingkungan (Assauri, 2013:71).
2. Klausul 4.2 Memahami Kebutuhan dan Harapan Pihak yang Berkepentingan
Klausul ini merupakan persyaratan baru pada ISO 9001:2015 dimana
pada versi ISO sebelumnya yaitu ISO 9001:2008 tidak dipersyaratkan. RPH
telah memenuhi persyaratan tersebut meskipun belum sempurna, karena
sosialisasi terkait ISO 9001:2015 baru diadakan pada bulan September 2018
dalam bentuk workshop. Pihak berkepentingan atau yang biasa disebut dengan
stakeholders adalah seluruh pihak yang memiliki peran dalam kelangsungan
proses bisnis UPTD RPH Terpadu. Pihak berkepentingan adalah orang atau
organisasi yang dapat mempengaruhi, dipengaruhi atau menganggap dirinya
terpengaruh oleh suatu keputusan atau kegiatan (Witara, 2017:77). Klausul 4.2
mensyaratkan agar perusahaan mengidentifikasi kebutuhan dari pihak
berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
Pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH yaitu
Dinas Pertanian Kota Bogor, Pengguna Jasa (Sapi-kerbau, Kambing-Domba,
Ayam dan Pasar Hewan), Pegawai RPH, Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bogor, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kelompok Tani
dan Penyedia Eksternal.
73
Tabel 9. Analisis Kesenjangan Klausul 4 Konteks Organisasi
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 4 Konteks Organisasi
4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya
1. Kajian analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat) untuk menentukan isu internal dan isu eksternal organisasi.
×
4.2 Memahami Kebutuhan dan Harapan pihak yang Berkepentingan
2. Identifikasi terkait kebutuhan dari pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
×
3. Dokumentasi terkait jumlah karyawan, bukti kerjasama dengan mitra dan bukti kerjasama dengan pemasok (supplier).
×
4.3 Menentukan Lingkup Sistem Manajemen Mutu 4. Daftar isu internal dan isu eksternal. ×
5. Daftar kebutuhan pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
×
6. Daftar produk dan jasa yang dihasilkan. × 4.4 Sistem Manajemen Mutu dan Prosesnya
7. Rencana kerja terkait perhitungan Sumber Daya Manusia (SDM) dan material yang dibutuhkan dalam proses bisnis RPH.
×
8. Alur proses pada tiap unit penyembelihan. × 9. Spesifikasi dari daging yang diproduksi. ×
10. SOP (Standard Operating Procedure) untuk setiap unit kerja RPH.
×
11. Jobdesc (Job Description) untuk setiap unit kerja RPH.
×
12. Tabel risiko dan peluang dari setiap proses dalam setiap unit penyembelihan beserta cara penangannya.
×
13. Rapat evaluasi secara rutin. × 14. Notulen rapat dari hasil rapat evaluasi. ×
Total Skor (60/70 × 100% ) 85,71% Sumber: Hasil Olah Data (2018)
Persyaratan ini menegaskan bahwa dalam menjalankan proses bisnis,
selain harus memenuhi persyaratan pelanggan juga harus mempertimbangkan
kebutuhan atau persyaratan dari pihak-pihak berkepentingan (Witara, 2017:79).
RPH telah melakukan identifikasi terkait kebutuhan dari pihak berkepentingan
yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
74
Identifikasi kebutuhan pihak berkepentingan dibuat dalam bentuk tabel.
Namun, identifikasi kebutuhan pihak yang berkepentingan belum dikaitkan
dengan prosesnya di dalam sistem manajemen mutu.
Keterlibatan pihak berkepentingan dalam proses bisnis yang dilakukan
oleh UPTD RPH Terpadu dibuktikan dengan adanya dokumentasi terkait
diantaranya yaitu:
a. Dokumentasi terkait jumlah karyawan yang tertuang dalam bentuk daftar
hadir karyawan serta daftar pegawai pemotong hewan. Karyawan UPTD
RPH Terpadu terdiri dari 3 bagian yaitu, karyawan PNS (Pegawai Negeri
Sipil) berjumlah 15 orang, karyawan sukwan (sukarelawan) berjumlah 13
orang dan karyawan TKK (Tenaga Kerja Kesehatan) dan THL (Tenaga
Harian Lepas) berjumlah 3 orang, sedangkan jumlah pegawai pemotongan
hewan yang terdaftar yaitu 49 orang.
b. Bukti kerjasama dengan supplier yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan Terdaftar. Surat Keterangan Terdaftar dikeluarkan oleh UPTD
RPH Terpadu dan ditanda tangani oleh Kepala UPTD RPH Terpadu. Surat
Keterangan Terdaftar berisi keterangan mengenai identitas supplier yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan telah terdaftar sebagai supplier di
UPTD RPH Terpadu Kota Bogor.
c. Bukti kerjasama dengan mitra berupa Surat Perjanjian Kerja. RPH
menjalin kerjasama dengan Kelompok Tani Terpadu Mekar Mandiri dalam
pengolahan limbah padat menjadi pupuk.
75
3. Klausul 4.3 Menentukan Lingkup Sistem Manajemen Mutu
Klausul ini menegaskan kembali bahwa ruang lingkup dan batasan dari
implementasi sistem manajemen mutu organisasi harus dibuat dengan tertulis
dan jelas. (Witara, 2017:80). Pemenuhan atas klausul ini dibuktikan dengan
adanya dokumentasi terkait isu internal dan isu eksternal, daftar kebutuhan
pihak berkepentingan serta daftar produk dan jasa yang dimiliki organisasi.
RPH telah memiliki dokumentasi tersebut dengan rincian sebagai berikut:
a. Daftar kebutuhan pihak yang berkepentingan yang terlibat dalam proses
bisnis RPH.
b. Daftar produk dan jasa yang dimiliki RPH yang tercantum dalam Standar
Pelayanan RPH. Standar Pelayanan RPH berisi informasi terkait standar
pelayanan yang terdiri dari, Pelayanan Pemotongan Hewan (sapi-kerbau,
kambing-domba dan ayam), Pelayanan Penampungan Hewan (sapi-kerbau
dan kambing-domba) dan Pelayanan Pasar Hewan (sapi-kerbau dan
kambing-domba).
Namun, UPTD RPH Terpadu belum memiliki dokumentasi isu internal
dan isu eksternal, karena belum membuat kajian analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunities, Threats). Dokumentasi terkait lingkup sistem
manajemen mutu yang dilaksanakan RPH dijaga dan disimpan dengan baik.
Dokumen tersebut disimpan di pengendali dokumen untuk memudahkan
pencariannya jika dibutuhkan kelak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Witara (2017:80) bahwa ruang lingkup sistem manajemen mutu organisasi
harus tersedia dan dipelihara sebagai informasi terdokumentasi.
76
4. Klausul 4.4 Sistem Manajemen Mutu Dan Prosesnya
Pemenuhan atas Klausul 4.4 dibuktikan dengan adanya dokumentasi
dari pelaksanaan proses bisnis RPH yang tertuang dalam Standar Pelayanan
RPH, SOP (Standar Operating Procedure), Tabel Risiko dan Peluang, Surat
Tugas, Notulen serta Daftar Hadir Rapat. Berikut penjelasan secara
lengkapnya:
a. Standar Pelayanan RPH
Standar Pelayanan RPH merupakan dokumen yang berisi informasi
mengenai proses bisnis yang dilaksanakan RPH yaitu pelayanan pemotongan
hewan, pelayanan penampungan hewan serta pelayanan pasar hewan.
Standar pelayanan RPH secara umum memuat informasi mengenai rencana
kerja terkait SDM dan material untuk masing-masing proses bisnis yang
dijelaskan pada bagian sarana prasarana dan fasilitas, jumlah pelaksana serta
jangka waktu penyelesaian. Standar Pelayanan RPH dibuat berdasarkan hasil
rapat antar semua pihak yang terlibat dalam kegiatan internal RPH.
Pihak yang dilibatkan dalam pembuatan rencana kerja yaitu
manajemen puncak dan masing-masing koordinator. Informasi mengenai alur
proses pada tiap unit penyembelihan yang terdiri dari pemotongan sapi-
kerbau, kambing-domba dan ayam juga tertuang dalam Standar Pelayanan
RPH. Alur proses pada tiap unit penyembelihan yang tertuang dalam standar
pelayanan RPH disertai gambar dari masing-masing tahap penyembelihan.
Penanggung jawab penentuan alur proses yaitu Top Management.
77
Penentuan alur proses pemotongan didasarkan atas peraturan dan undang-
undang yang mengatur tentang RPH diantaranya yaitu SNI 01-6159-1999
Rumah Potong Hewan, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan
Ruminansia dan Unit Penanganan Daging.
UPTD RPH Terpadu sudah menetapkan spesifikasi daging yang
diproduksi yaitu harus memenuhi syarat ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal)
sebagaimana standar yang disyaratkan oleh Kementerian Pertanian. Pihak
yang terlibat dalam penetapan spesifikasi produk yaitu Top Management,
Manager Representative dan Koordinator Keswan (Kesehatan Hewan).
Penetapan spesifikasi daging berbeda untuk masing-masing unit
penyembelihan dengan rincian yang disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Daftar Spesifikasi Daging yang ditetapkan UPTD RPH Terpadu Jenis Daging Spesifikasi
Sapi - Kerbau Daging dalam bentuk karkas yang dipotong menjadi empat bagian dengan kondisi daging yang sudah bebas dari lemak.
Kambing - Domba
Tidak ada spesifikasi khusus untuk daging kambing karena disesuaikan dengan keinginan pelanggan, bisa dalam bentuk daging segar yang telah dipotong dalam bentuk yang lebih kecil atau dalam bentuk daging beku.
Ayam Daging dalam bentuk karkas utuh beku yang dikemas dengan kemasan plastik bening.
Sumber: UPTD RPH Terpadu Kota Bogor (2018)
b. Tabel Risiko dan Peluang
Salah satu persyaratan baru dari ISO 9001:2005 adalah persyaratan
mengenai risk based thinking atau pemikiran berbasis risiko. Persyaratan ini
mengharuskan organisasi atau perusahaan untuk mengidentifikasi
kemungkinan risiko yang terjadi atau risiko yang telah terjadi serta-
78
peluangnya. Pembuatan tabel risiko dan peluang merupakan salah satu alat
atau cara dalam mengidentifikasi risiko dan peluang. Namun, RPH terpadu
belum menyelesaikan pembuatan tabel risiko dan peluang atau dalam kata
lain tabel risiko dan peluang masih dalam tahap pembuatan hal ini
dikarenakan pelaksanaan sosialisasi terkait ISO 9001:2015 termasuk risk
based thingking baru dilaksanakan pada September 2018.
c. SOP (Standar Operating Procedure)
SOP (Standar Operating Procedure) adalah dokumen yang berisi
prosedur atau panduan yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
kegiatan operasional organisasi atau perusahaan. UPTD RPH Terpadu sudah
mendokumentasikan SOP dari semua proses bisnis yang dilakukan. Dokumen
terkait SOP disimpan di pengendali dokumen untuk memudahkan
pencariannya jika dibutuhkan kelak. SOP digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan proses bisnis RPH. SOP juga berfungsi sebagai acuan atau
pedoman dalam membuat instruksi kerja agar mudah dipahami oleh pegawai
yang melaksanakan pekerjaan.
d. Surat Tugas
Surat Tugas berisikan informasi terkait identitas pegawai serta daftar
tugas yang harus dikerjakan. Surat tugas ditujukan untuk masing-masing
personil yang terlibat dalam proses bisnis RPH. Surat Tugas dikeluarkan dan
ditandatangani Kepala UPTD RPH Terpadu Kota Bogor.
79
Namun, untuk menjelaskan mengenai job description sebaiknya dibuat secara
sistematis mengenai job description untuk masing-masing bagian yang
berisikan informasi mengenai nama jabatan, nama atasan, nama bawahan,
tugas dan tanggung jawab serta keahlian yang dibutuhkan untuk posisi
tersebut.
e. Notulen Rapat
Notulen rapat merupakan salah satu bukti dari pelaksanaan rapat.
Notulen rapat adalah sebuah form yang berisikan informasi mengenai
kesimpulan rapat yang ditulis dan ditandatangani oleh notulis. Notulen rapat
juga memuat informasi mengenai waktu dan tempat pelaksanaan rapat, serta
jumlah peserta rapat. Notulen rapat disajikan pada Lampiran 7.
f. Daftar Hadir Rapat
Kehadiran peserta pada setiap rapat yang dilaksanakan selalu
dibuktikan dengan daftar hadir dari peserta rapat. Daftar hadir merupakan
bukti pelaksanaan rapat selain dari notulen rapat. Daftar hadir peserta rapat
ditulis dalam selembar kertas yang berisikan informasi terkait waktu dan
tempat pelaksanaan rapat serta daftar peserta yang menghadiri rapat tersebut.
Daftar hadir rapat disajikan pada Lampiran 8.
80
5.1.1.2 Analisis Kesenjangan Klausul 5 Kepemimpinan
Klausul 5 Kepemimpinan membahas mengenai tugas dan tanggung
jawab serta wewenang manajemen puncak dalam melaksanakan sistem
manajemen mutu. Pemenuhan persyaratan terhadap klausul 5 yaitu sebesar
92,50%. Hasil skoring untuk masing-masing klausul disajikan pada Tabel 11.
Klausul 5 memiliki tiga sub klausul dengan rincian sebagai berikut:
1. Klausul 5.1 Kepemimpinan dan Komitmen
Klausul 5.1 mensyaratkan agar manajemen puncak terlibat dalam
menjaga komitmen penerapan sistem manajemen mutu. Manajemen puncak
atau biasa disebut dengan Kepala UPTD di UPTD RPH Terpadu sudah
menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, hal tersebut ditandai dengan
keterlibatan manajemen puncak dalam pembuatan sasaran mutu, job
description, kehadiran dalam rapat RPH, keterlibatan dalam menyampaikan
saran/ide, pelaksanaan studi banding, serta melakukan briefing dan meeting
untuk internal RPH.
Sesuai dengan pernyataan bahwa Gaspersz (2002:65), bahwa suatu
organisasi yang dipimpin oleh pimpinan puncak berfungsi sebagai pemimpin
dalam mengawal implementasi sistem sehingga semua gerak organisasi selalu
terkontrol, memiliki komitmen yang sama dan memiliki gerak yang sinergis-
disetiap elemennya dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
81
Tabel 11. Analisis Kesenjangan Klausul 5 Kepemimpinan
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 5 Kepemimpinan
5.1 Kepemimpinan dan Komitmen 5.1.1 Umum
1. Sasaran mutu sudah terpenuhi. ×
2. Keterlibatan manajemen puncak dalam pembuatan job description untuk semua unit kerja RPH.
×
3. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat mingguan. × 4. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat bulanan. × 5. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat tahunan. × 6. Briefing sebelum mulai pekerjaan. ×
7. Sosialisasi terkait pendekatan proses dan pemikiran berbasis risiko oleh manajemen puncak.
×
8. Saran/gagasan/ide yang disampaikan oleh manajemen puncak terkait dengan sasaran yang akan dicapai selanjutnya.
×
9. Pelaksanaan studi banding dengan pihak luar. × 5.1.2 Fokus pada Pelanggan
10. Adanya daftar persyaratan daging dari pelanggan. × 11. Prosedur pengukuran kepuasan pelanggan. × 12. Hasil survey kepuasan pelanggan. ×
5.2 Kebijakan 5.2.1 Penetapan Kebijakan Mutu
13. Memiliki dokumentasi kebijakan mutu. × 5.2.2 Komunikasi Kebijakan Mutu
14. Pelaksanaan sosialisasi terkait kebijakan mutu. ×
5.3 Peran, Tanggung Jawab dan Wewenang Organisasi
15. Adanya struktur organisasi. ×
16. Job description dari semua posisi yang tercantum dalam struktur organisasi.
×
Total Skor (74/80 × 100%) 92,50% Sumber: Hasil Olah Data (2018)
Bukti pemenuhan klausul 5.1 yaitu:
a. Sasaran Mutu
UPTD RPH Terpadu telah menentukan sasaran mutu, masing-masing
sasaran mutu memiliki target tertentu. Target beserta pemenuhan sasaran mutu
disajikan pada Tabel 12. UPTD RPH Terpadu telah memenuhi sasaran mutu
secara keseluruhan sebesar 74,61%.
82
Hasil pemenuhan sasaran mutu ditinjau setiap satu tahun sekali melalui rapat
tinjauan manajemen. Data yang diperoleh merupakan data hasil tinjauan
manajemen pada tahun 2017.
Manajemen puncak memberi arahan dalam penentuan sasaran mutu.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Witara (2017:83) bahwa salah satu
tugas manajemen puncak yaitu memastikan kebijakan mutu dan sasaran mutu
ditetapkan untuk sistem manajemen mutu dan selaras dengan konteks dan
arahan strategis organisasi. Manajemen Puncak juga berperan dalam
pelaksanaan implementasi ISO, manajemen puncak berperan sebagai
penanggung jawab dan pemberi arahan melalui sosialisasi terhadap seluruh
pihak yang terlibat.
Tabel 12. Hasil Pemenuhan Sasaran Mutu UPTD RPH Terpadu Tahun 2017 No. Sasaran Mutu Target Pemenuhan Keterangan
1. Tercapainya target PAD (Pendapatan Asli Daerah)
100% 75,48%
2. Indeks Kepuasan Pelanggan
3,50 (statusnya “PUAS”) dari
skla 1,00 – 5,00 atau
setara 3,00 dari skala 1,00
– 4,00
3,33 (Sangat Baik)
3. Terjaminnya penyediaan daging ASUH
100% 80,00%
Di bagian unggas (pemotongan ayam, belum konsisten dilaksanakan pemeriksaan).
4. Realisasi pemanfaatan anggaran
Minimal 95%. 76,37%
Sumber: Hasil Tinjauan Manajemen UPTD RPH Terpadu (2017)
83
b. Job Description
Job description adalah uraian jabatan atau suatu pernyataan tertulis
yang berisi informasi terkait tugas atau yang harus dikerjakan oleh pemegang
jabatan. Job description yang dimiliki UPTD RPH Terpadu masih berbentuk
surat tugas yang ditujukan untuk masing-masing personil. Surat tugas berisi
informasi mengenai identitas pegawai serta daftar tugas yang harus dikerjakan
(job description). Surat tugas dibuat berdasarkan keputusan manajemen
puncak dan ditandatangani oleh manajemen puncak.
c. Rapat Internal RPH
Rapat internal yang dilaksanakan UPTD RPH Terpadu terbagi menjadi
tiga jenis rapat, yaitu rapat mingguan, rapat bulanan dan rapat tahunan. Rapat
mingguan yaitu rapat evaluasi koordinator atau bagian, rapat bulanan yaitu
rapat evaluasi secara rutin dan rapat tahunan yaitu rapat evaluasi terkait sistem
manajemen mutu. Rapat evaluasi rutin terbagi menjadi dua jenis rapat yaitu
rapat evaluasi keseluruhan dan rapat evaluasi koordinator atau bagian.
Pelaksanaan rapat evaluasi keseluruhan melibatkan seluruh pihak internal
RPH. Rapat evaluasi keseluruhan dilaksanakan rutin setiap satu bulan sekali
Pemimpin rapat evaluasi keseluruhan yaitu manajemen puncak (Kepala UPTD
RPH Kota Bogor). Rapat evaluasi koordinator atau bagian dilaksanakan setiap
minggu, rapat dihadari oleh seluruh anggota bagian dan dipimpin oleh masing-
masing koordinator. Rapat evaluasi terkait sistem manajemen mutu terbagi
menjadi dua yaitu audit internal dan rapat tinjauan manajemen.
84
Audit internal dan rapat tinjauan manajemen dilaksanakan setiap satu tahun
sekali. Pelaksanaan audit internal melibatkan seluruh tim audit internal RPH.
Pelaksanaan rapat tinjauan manajemen dilakukan untuk menindak lanjut hasil
dari audit internal.
Manajemen puncak selalu hadir dan memberikan atau menyampaikan
sarannya dalam rapat bulanan dan tahunan RPH. Saran yang disampaikan
terkait dengan evaluasi kinerja selama satu bulan atau satu tahun serta terkait
pengembangan pengembangan yang perlu dilakukan RPH. Kehadiran peserta
pada setiap rapat yang dilaksanakan selalu dibuktikan dengan daftar hadir dari
peserta rapat. Daftar hadir peserta rapat ditulis dalam selembar kertas yang
berisikan informasi terkait hari, tanggal serta waktu pelaksanaan, nama acara,
tempat pelaksanaan serta daftar peserta yang hadir pada rapat, sedangkan hasil
rapat disajikan dalam bentuk notulen rapat.
d. Apel Pagi
Apel pagi yang dilaksanakan UPTD RPH Terpadu merupakan bentuk
dari briefing sebelum melaksanakan pekerjaan. Apel pagi dilaksanakan setiap
hari kerja mulai Senin hingga Jum’at. Apel pagi dilaksanakan selama ± 15
menit. Seluruh karyawan RPH mengikuti kegiatan apel pagi, kecuali karyawan
yang sedang mendapat tugas dinas malam. Bukti pelaksanaan apel pagi
tertuang dalam dokumentasi kegiatan yaitu daftar hadir apel pagi. Daftar hadir
peserta apel pagi ditulis dalam selembar kertas yang berisikan informasi terkait
hari, tanggal dan waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan, nama acara, serta
daftar karyawan yang hadir dalam apel pagi.
85
e. Sosialisasi Sistem Manajemen Mutu
Sosialisasi terkait pendekatan proses dan pemikiran berbasis risiko
dilakukan melalui workshop. Workshop terkait pendekatan proses dan
pemikiran berbasis risiko merupakan workshop pertama mengenai ISO
9001:2015 yang dilaksanakan pada bulan September 2018. Workshop
melibatkan pihak ketiga yaitu konsultan dalam menyampaikan pemahaman
mengenai ISO 9001:2015. Pihak internal RPH yang mengikuti workshop yaitu
Top Management, Manager Representative serta seluruh koordinator dalam
setiap bagian. Bukti dari pelaksanaan workshop tersebut yaitu adanya
dokumentasi terkait daftar hadir peserta workshop. Daftar hadir peserta
workshop ditulis dalam selembar kertas yang berisikan informasi terkait waktu
dan tempat pelaksanaan serta daftar peserta yang mengikuti workshop.
f. Studi Banding
Studi banding merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melakukan
benchmarking, yaitu membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan
lain untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari kinerja perusahaan.
UPTD RPH Terpadu sudah melaksanakan beberapa studi banding terkait
proses pemotongan hewan dengan beberapa RPH milik pemerintah yang
disajikan pada Tabel 13.
86
Tabel 13. Daftar Studi Banding yang Pernah Dilaksanakan UPTD RPH Terpadu
No. Tempat Materi Studi Banding Pihak yang Terlibat
1. RPH Cibinong (Kabupaten Bogor)
Proses pemotongan hewan Seluruh koordinator
2. RPH Karawaci (Tangerang)
Proses penggunaan rantai dingin
Seluruh koordinator
3. RPH Tasik (Tasikmalaya)
Pengolahan limbah cair Bagian Pengolahan Limbah (IPAL)
4. Daerah Rancamaya Pemanfaatan limbah menjadi biogas
Bagian Pengolahan Limbah (IPAL)
Sumber: UPTD RPH Terpadu Kota Bogor (2018)
Kegiatan yang dilakukan saat studi banding meliputi pelajaran
mengenai manajemen yang dijalankan, mulai dari manajemen sumber daya
hingga manajemen sarana dan prasarana serta sistem yang digunakan. Hal
tersebut dilakukan agar jika ditemukan manajemen atau sistem yang sesuai
untuk diterapkan , RPH bisa mencoba menerapkan manajemen tersebut untuk
kemudian disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang ada di RPH.
Kegiatan studi banding diharapkan dapat menghasilkan perbandingan cara
kerja dan menerapkan cara kerja baru yang belum dilakukan oleh UPTD RPH
Terpadu.
g. Kepuasan Pelanggan
Pelanggan merupakan kunci dari kehidupan organisasi, semua aktivitas
perencanaan dan implementasi sistem dilakukan untuk memuaskan pelanggan.
(Prihantoro, 2012:51). Kepuasan pelanggan menjadi tolak ukur diterimanya
suatu produk atau jasa oleh pelanggan. UPTD RPH Terpadu melakukan survei
terkait kepuasan pelanggan melalui survei IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)
setiap satu tahun sekali.
87
Survei IKM dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004. Survei kepuasan pelanggan dilakukan
dengan memberikan form kepuasan pelanggan berupa kuisioner yang berisi 10
poin terkait indikator kepuasan pelanggan kepada pelanggan UPTD RPH
Terpadu Kota Bogor. Survei dilakukan untuk mengetahui kepuasan pelayanan
yang diberikan RPH. Sepuluh poin tersebut yaitu kesesuaian persyaratan
pelayanan, kemudahan prosedur pelayanan, kecepatan pelayanan, kesesuaian
biaya pelayanan, kejelasan prosedur pelayanan, kemampuan petugas
pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kesesuaian maklumat
pelayanan, penanganan pengaduan pelayanan, serta keamanan dan
kenyamanan pelayanan.
h. Persyaratan Daging dari Pelanggan
Organisasi atau perusahaan sangat bergantung kepada pelanggannya,
sehingga organisasi harus memahami kebutuhan serta persyaratan pelanggan.
(Witara, 2017:50). Namun, dalam proses bisnis yang dijalankan RPH, tidak ada
permintaan persyaratan khusus dari pelanggan. Pelanggan mengikuti
persyaratan yang telah ditetapkan RPH yaitu daging ASUH (Aman, Sehat,
Utuh, Halal). Jika ada persyaratan khusus yang diminta pelanggan, maka
dilakukan komunikasi langsung tidak ada daftar persyaratan daging dari
pelanggan. RPH akan mengkomunikasikan ke bagian terkait mengenai
persyaratan yang diminta agar persyaratan tersebut dapat terpenuhi.
88
2. Klausul 5.2 Kebijakan
Klausul ini mensyaratkan pembuatan kebijakan mutu. Kebijakan mutu
harus dibuat dan disahkan oleh Top Management. Kebijakan mutu tercantum
dalam Pedoman Mutu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Witara (2017:85) bahwa kebijakan mutu harus memiliki bukti pengesahan dan
tercantum dalam bentuk hardcopy sehingga bisa dilihat oleh seluruh pihak
yang berkepentingan. Kebijakan Mutu UPTD RPH Terpadu Kota Bogor yaitu:
a. Mewujudkan Visi dan Misi UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota
Bogor.
b. Menyediakan produk yang ASUH dan layanan RPH sesuai kebutuhan
masyarakat.
c. Mensosialisasikan kebijakan mutu agar dipahami oleh seluruh aparatur
UPTD RPH Terpadu, termasuk kepada masyarakat pengguna jasa.
d. Melaksanakan sistem manajemen mutu secara berkelanjutan.
e. Menyusun rencana kerja untuk mewujudkan tercapainya kebijakan dan
sasaran mutu.
Kebijakan mutu UPTD RPH Terpadu telah sesuai dengan definisi
kebijakan mutu yang ditetapkan ISO 9000 bahwa Kebijakan Mutu berisi
maksud dan arahan secara menyeluruh di sebuah organisasi yang terkait
dengan mutu yang dinyatakan secara formal oleh pimpinan puncak. Kebijakan
mutu juga harus disosialisasikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
proses bisnis RPH sebagaimana tertulis pada poin c kebijakan mutu.
89
Sosialisasi terkait kebijakan mutu kepada pihak internal selalu
dilakukan pada saat apel pagi juga rapat dalam ruangan. Sosialisasi kebijakan
mutu juga melibatkan para pengguna jasa RPH. Kebijakan mutu juga
dituangkan dalam bentuk poster dan ditempel di ruang kerja. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Witara (2017:85-86) yang menyatakan bahwa
kebijakan mutu harus dikomunikasikan dan dipahami oleh setiap orang di
semua level organisasi termasuk pihak lain yang berkepentingan. Metode
komunikasi kebijakan mutu dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
yaitu melalui lisan (sosialisasi, meeting, apel pagi, awareness dll) serta melalui
tulisan (poster, spanduk, dokumen tertulis dll).
3. Klausul 5.3 Peran, Tanggung Jawab dan Wewenang Organisasi
Pemenuhan klausul 5.3 dibuktikan dengan adanya dokumen terkait
struktur organisasi dan job description. UPTD RPH Terpadu merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas yang dikepalai oleh Kepala UPTD, kemudian ada
Kasubag Tata Usaha yang membawahi beberapa bagian yaitu Penyimpanan
Barang Benda Berharga, Pembantu Pengurus Barang, Pengadministrasi Surat,
Kesehatan Hewan, Mekanik dan Listrik, Kebersihan, Keamanan serta IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah). RPH belum memiliki dokumentasi
sistematis terkait job description. Job description masih tercantum dalam
Surat Tugas. Surat Tugas dikeluarkan dan ditandatangani Kepala UPTD RPH
Terpadu Kota Bogor. Surat Tugas berisikan informasi terkait identitas
pegawai serta daftar tugas yang harus dikerjakan.
90
5.1.1.3 Analisis Kesenjangan Klausul 6 Perencanaan
Klausul 6 Perencanaan membahas mengenai penerapan risk based
thingking, sasaran mutu serta perencanaan perubahan dalam proses. UPTD
RPH Terpadu telah memenuhi sebesar 90,91% persyaratan dari klausul 6.
Klausul 6 memiliki tiga sub klausul. Hasil skoring untuk masing-masing sub
klausul disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Analisis Kesenjangan Klausul 6 Perencanaan
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 6 Perencanaan
6.1 Tindakan untuk Mengatasi Risiko dan Peluang
1. Penetapan alur proses pemotongan hewan dari masing-masing unit penyembelihan hewan.
×
2. Risk and opportunities register dari masing-masing proses, terutama proses yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas produk.
×
3. Penggolongan risiko dan peluang dari risiko yang sudah terjadi atau yang berpotensi terjadi serta tindakan mengatasinya.
×
6.2 Sasaran Mutu dan Rencana Pencapaiannya 4. Penentuan sasaran mutu. ×
5. Penentuan sasaran mutu menggunakan metode SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realible/Reasonable, Time Frame).
×
6. Mekanisme pemenuhan sasaran mutu. × 6.3 Perencanaan Perubahan
7. Perencanaan terkait ketersediaan sumber daya dalam melakukan perubahan.
×
8. Review terhadap manual mutu, sasaran mutu dan kebijakan mutu.
×
9. Notulen dalam management review. × 10. Mekanisme perubahan dalam proses. ×
11. Adanya dokumentasi perubahan job description dari proses yang mengalami perubahan.
×
Total Skor (50/55 × 100%) 90,91% Sumber: Hasil Olah Data (2018)
91
Berikut adalah penjelasan mengenai pemenuhan persyaratan pada
Klausul 6 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 yang telah dipenuhi oleh
UPTD RPH Terpadu:
1. Klausul 6.1 Tindakan untuk Mengatasi Risiko dan Peluang
Klausul 6.1 berisi persyaratan mengenai penerapan risk based
thinking. Klausul ini mengharuskan organisasi mempelajari risiko dan
peluang yang telah terjadi dan yang mungkin terjadi. Risk based thinking
mesyaratkan organisasi atau perusahaan mengidentifikasi dan mempelajari
risiko dalam proses bisnis, sebelum melakukan identifikasi risiko, organisasi
harus memiliki atau menetapkan alur proses bisnis untuk memudahkan proses
identifikasi risiko.
UPTD RPH Terpadu telah menetapkan alur proses pemotongan
hewan dari masing-masing unit penyembelihan. Alur proses pemotongan
hewan tercantum dalam dokumen Standar Pelayanan RPH pada bagian
Pelayanan Pemotongan Hewan. Alur proses pemotongan hewan tertuang
dalam bentuk tahapan yang disertai gambar pada masing-masing tahapnya.
Tampilan mengenai alur proses pemotongan hewan disajikan pada Lampiran
9. Penetapan alur proses pemotongan hewan didasarkan atas peraturan
perundang-undangan yang relevan dengan proses bisnis RPH yaitu SNI 01-
6159-1999 Rumah Potong Hewan, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan
Ruminansia dan Unit Penanganan Daging.
92
UPTD RPH Terpadu selalu melakukan evaluasi untuk memastikan bahwa
proses bisnis yang dilakukan sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Pembuatan risk and opportunities register atau daftar risiko dan
peluang merupakan salah satu alat atau cara dalam mengidentifikasi risiko
dan peluang. Namun, risk and opportunities register dalam proses bisnis
RPH Terpadu masih dalam tahap pembuatan, hal ini dikarenakan pelaksanaan
sosialisasi terkait ISO 9001:2015 termasuk risk based thinking baru
dilaksanakan pada September 2018. UPTD RPH Terpadu juga belum
membuat penggolongan risiko yang sudah terjadi.
2. Klausul 6.2 Sasaran Mutu dan Rencana Pencapaiannya
Klausul 6.2 mensyaratkan organisasi atau perusahaan menetapkan
sasaran mutu dan upaya pemenuhannya. UPTD RPH Terpadu telah
menentukan sasaran mutu. Sasaran mutu tercantum dalam pedoman mutu
yang dimiliki RPH. Sasaran mutu UPTD RPH Terpadu yaitu:
a. Tercapainya target PAD (Pendapatan Asli Daerah) 100%.
b. Indeks Kepuasan Pelanggan minimal 3,50 (statusnya “PUAS”).
c. Terjaminnya penyediaan daging ASUH 100%.
d. Realisasi pemanfaatan anggaran minimal 95%.
Sasaran mutu UPTD RPH Terpadu telah memenuhi kaidah SMART yang
disyaratkan oleh ISO 9001:2015, sebagaimana dijelaskan Witara (2017:91)
pada Tabel 15.
93
Tabel 15. Kaidah SMART
S (Spesific)
Sasaran mutu harus jelas ditujukan untuk bagian atau departemen apa, serta memiliki indikator yang dapat
dijadikan target. M
(Measurable) Sasaran mutu harus dapat diukur (baik dalam bentuk
jumlah maupun persentase).
A (Achievable)
Sasaran mutu harus dapat dicapai, jangan menentukan sasaran mutu terlalu tinggi, harus disesuaikan dengan
kemampuan organisasi dalam mencapainya.
R (Reliable/Reasonable)
Sasaran mutu haruslah sesuatu yang nyata atau ada alasan jelas mengapa target tersebut dijadikan sebagai
sasaran mutu. T
(Time Frame) Sasaran mutu harus memiliki batas waktu dalam
pencapaiannya. Sumber: Witara (2017)
UPTD RPH Terpadu telah memenuhi sasaran mutu secara
keseluruhan sebesar 74,61% sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Tabel
12. Mekanisme pemenuhan sasaran mutu atau pencapaian sasaran mutu
dilakukan melalui evaluasi tiap bulan. Rapat evaluasi membahas langkah-
langkah atau tindakan yang perlu dilakukan agar mencapai target dari
masing-masing sasaran mutu. UPTD RPH Terpadu memiliki Rencana Kerja
Pencapaian sebagai upaya dalam pemenuhan sasaran mutu. Pengukuran
terhadap pencapaian target atau pemenuhan sasaran mutu dilakukan setiap
satu tahun sekali melalui tinjauan manajemen.
3. Klausul 6.3 Perencanaan Perubahan
Klausul 6.3 mensyaratkan apabila suatu organisasi atau perusahaan
dianggap perlu untuk melakukan perubahan dalam sistem manajemen mutu,
maka perlu dilakukan perencanaan perubahan secara sistematis. UPTD RPH
Terpadu belum pernah melakukan perubahan secara umum dalam sistem
manajemen mutu yang dijalankan,
94
karena dalam menjalankan proses bisnis tetap mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang sama tanpa ada perubahan. Tetapi seiring dengan
berjalannya waktu, dilakukan perubahan kecil pada bagian-bagian tertentu
sebagai upaya perbaikan sistem manajemen mutu. Perubahan yang dilakukan
UPTD RPH Terpadu diantaranya yaitu:
a. Perubahan terkait struktur organisasi. Perubahan dilakukan di bagian
IPAL yang sebelumnya hanya ada satu bagian, dibagi menjadi dua
bagian yaitu Limbah Cair dan Limbah Padat. Perubahan struktur
organisasi menyebabkan adanya perubahan dalam job description.
Perubahan job description ditandai dengan dikeluarkannya Surat Tugas
yang baru.
b. Pembentukan bagian baru di bagian kebersihan yaitu bagian pembersihan
sarang laba-laba dan kaca. Pembentukan bagian baru ini didasarkan atas
temuan pada audit ISO 9001:2008 oleh SAI Global.
c. Perubahan di bagian limbah cair, yaitu perubahan penggunaan sistem
pengolahan limbah cair dari sistem ozonisasi menjadi sistem lamela
(piramida terbalik). Perubahan dilakukan atas dasar pertimbangan
volume limbah yang sangat besar. Sistem lamela dapat mengolah limbah
dalam volume besar dan dengan waktu yang lebih cepat dibandingkan
dengan sistem ozonisasi.
Perubahan yang dilakukan oleh UPTD RPH Terpadu sesuai dengan
pernyataan Witara (2017:93) bahwa perubahan sistem manajemen mutu dapat
berupa berbagai bentuk diantaranya perubahan proses,
95
perubahan struktur organisasi, perubahan kebijakan serta perubahan pada
komponen sistem manajemen mutu lainnya.
Perencanaan perubahan yang dilakukan adalah dengan membuat
rencana kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan melalui
analisis beban kerja untuk melihat kebutuhan SDM pada suatu pekerjaan.
Seiring dengan adanya perubahan, maka dilakukan analisis untuk mengetahui
penambahan SDM dari bagian yang mengalami perubahan. Tujuan dari
perencanaan perubahan hanya dikomunikasikan secara lisan tanpa ada
dokumentasi dalam bentuk hardcopy maupun softcopy. Perencanaan
perubahan juga didasarkan atas tinjauan atau review terhadap manual mutu
setiap satu tahun sekali dalam rapat management review. Review manual
mutu atau pedoman mutu dilakukan untuk meninjau masa berlaku dokumen
serta kesesuaiannya dengan perkembangan waktu. Hasil review dapat
menunjukkan perlu atau tidaknya dilakukan perubahan atau perbaikan
terhadap sistem manajemen mutu yang dilakukan. Hasil review tercatat dalam
notulen yang berisikan informasi mengenai waktu dan tempat pelaksanaan,
pemimpin rapat, peserta rapat serta pembahasan atau isi rapat.
Mekanisme perubahan yang dilakukan UPTD RPH Terpadu yaitu
dengan melakukan perubahan tugas yang ditandai dengan penerbitan surat
tugas baru yang dikeluarkan oleh manajemen puncak, jika ada perubahan
dalam struktur organisasi serta melakukan revisi atau pembaharuan dokumen
terkait sebelum dilakukan perubahan, jika ada perubahan dalam proses bisnis
yang dijalankan.
96
5.1.1.4 Analisis Kesenjangan Klausul 7 Pendukung
Klausul Pendukung mensyaratkan agar perusahaan atau organisasi
menetapkan sumber daya dan komponen pendukung yang dibutuhkan dalam
proses bisnis serta menyimpan informasi terdokumentasi yang menjadi
persyaratan ISO 9001:2015. Klausul 7 Pendukung terbagi menjadi lima sub
klausul. UPTD RPH Terpadu sudah memenuhi sebesar 96,92% persyaratan
dari klausul 7 Pendukung pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Hasil skoring untuk masing-masing sub klausul disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Analisis Kesenjangan Klausul 7 Pendukung
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 7 Pendukung
7.1 Sumber Daya 7.1.1 Umum
1. Adanya dokumentasi terkait daftar komponen pendukung yang digunakan dalam proses bisnis RPH.
×
2. Persyaratan dari masing-masing komponen pendukung yang dibutuhkan dalam proses bisnis RPH.
×
7.1.2 Sumber Daya Manusia 3. Prosedur mengenai perekrutan karyawan. ×
4. Penentuan job requirement beserya penanggung jawabnya untuk masing-masing unit kerja RPH.
×
7.1.3 Infrastruktur 5. Prosedur pemeliharaan infrastruktur. ×
6. Daftar infrastruktur yang digunakan dalam proses bisnis RPH.
×
7. Jadwal pemeliharaan dan perawatan rutin terkait sarana dan prasarana yang digunakan dalam setiap unit kerja RPH.
×
8.
Tersedianya: Ruang Kerja Bangunan Rumah Jabatan Kandang Penampungan Hewan Ruang Penyembelihan Gudang Pakan Kendaraan Dinas
×
97
(Lanjutan) Tabel 16. Analisis Kesenjangan Klausul 7 Pendukung
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 9. Adanya form laporan hasil pemeliharaan terkait
infrastruktur. ×
10. Adanya form laporan evaluasi hasil pemeliharaan terkait infrastruktur.
×
7.1.4 Lingkungan dan Pengoperasian Proses 11. Prosedur pengelolaan fasilitas dan umum. × 12. Ketersediaan sarana pengolahan limbah cair dan
limbah padat. ×
13. Akses jalan menuju RPH dapat dilalui kendaraan pengangkut hewan dan daging.
×
14. Ketersediaan sumber air paling kurang 1.000/liter/ekor/hari untuk aktivitas RPH.
×
15. Ketersediaan sumber tenaga listrik yang memadai dan tersedia terus menerus.
×
16. Ketersediaan area penurunan hewan. × 17. Ketersediaan area kandang penampungan hewan. × 18. Ketersediaan fasilitas pemusnahan bangkai. × 19. Ketersediaan laboratorium pengujian daging. ×
7.1.5 Pemantauan dan Pengukuran Sumber Daya 7.1.5.1 Umum
20. Prosedur penilaian karyawan. × 21. Matriks kompetensi karyawan. × 22. Gap Analisis kompetensi karyawan. ×
7.1.5.2 Mampu Telusur Pengukuran 23. Adanya daftar alat ukur yang dimiliki (termasuk yang
disewa). ×
24. Adanya prosedur kalibrasi alat ukur. × 25. Pelaksanaan proses kalibrasi. × 26. Pemasangan label identifikasi atau sertifikat hasil
kalibrasi pada semua alat ukur yang dikalibrasi. ×
7.1.6 Pengetahuan Organisasi 27. Adanya daftar pelatihan yang telah dilaksanakan. × 28. Pelaksanaan program pengembangan sumber daya
manusia. ×
29. Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
×
7.2 Kompetensi 30. Pelatihan SDM. × 31. Adanya bukti latar belakang pendidikan dan
pengalaman SDM. ×
32. Adanya dokumentasi hasil pelatihan SDM. × 33. Penilaian kinerja karyawan menggunakan metode KPI
(Key Performance Indicator) & metode CAPA (Corrective action and preventive action).
×
98
(Lanjutan) Tabel 16. Analisis Kesenjangan Klausul 7 Pendukung
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 7.3 Kesadaran
34. Pelaksanaan sosialisasi tentang sistem manajemen mutu.
×
35. Adanya daftar hadir dari peserta sosialisasi. × 36. Terdapat sarana dalam menyalurkan pendapat. × 37. Terdapat informasi visual terkait kebijakan mutu dan
sasaran mutu. ×
7.4 Komunikasi 38. Pelaksanaan kegiatan dalam mengkomunikasikan
sistem manajemen mutu seperti rapat atau meeting, apel pagi, dll.
×
39. Adanya daftar hadir dari setiap kegiatan. × 40. Memiliki notulen kegiatan. × 41. Penggunaan alat komunikasi seperti telepon. × 42. Penggunaan aplikasi sosial media dalam penyampaian
informasi. ×
7.5 Informasi Terdokumentasi 7.5.1 Umum
43. Memiliki sasaran mutu. × 44. Memiliki kebijakan mutu. × 45. Memiliki manual mutu. × 46. Prosedur tentang identifikasi dan deskripsi dokumen. × 47. Prosedur tentang distribusi, akses, pengambilan dan
penggunaan dokumen. ×
48. Prosedur tentang penyimpanan dan penjagaan. × 49. Prosedur tentang perlidungan dokumen. ×
7.5.2 Membuat dan Memutakhirkan 50. Penentuan format dokumen dan media yang digunakan
dalam membuat dan menyimpan dokumen-dokumen terkait sistem manajemen mutu.
×
7.5.3 Pengendalian Informasi Terdokumentasi 51. Prosedur pengendalian dokumen dan data. × 52. Prosedur pengendalian rekaman atau catatan. ×
Total Skor (252/260 × 100%) 96,92% Sumber: Hasil Olah Data (2018)
99
Berikut adalah penjelasan mengenai pemenuhan persyaratan pada
Klausul 7 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 yang telah dipenuhi oleh
UPTD RPH Terpadu:
1. Klausul 7.1 Sumber Daya
Klausul 7.1 mengharuskan organisasi atau perusahaan agar memenuhi
persyaratan terkait komponen pendukung, sumber daya manusia,
infrastruktur, lingkungan kerja, pemantauan dan pengukuran sumber daya
serta kemampuan ketertelusuran hasil pengukuran. Pemenuhan atas klausul
7.1 yang dilakukan UPTD RPH Terpadu yaitu:
a. Komponen Pendukung
Komponen pendukung yang dimaksud yaitu sumber daya manusia,
sarana dan prasarana atau infrastruktur dan lingkungan kerja. UPTD RPH
Terpadu telah menjamin ketersediaan komponen pendukung untuk proses
bisnis yang dijalankan. Daftar komponen pendukung yang digunakan dalam
proses bisnis RPH tercantum dalam dokumen Standar Pelayanan RPH dengan
disertai gambar terutama terkait sarana dan prasarana serta infrastruktur yang
dimiliki RPH. Persyaratan dari masing-masing komponen pendukung
tercantum dalam prosedur pengadaan barang dan jasa. Persyaratan untuk
barang yaitu berupa jumlah dan kualitas, sedangkan persyaratan untuk jasa
yaitu ketepatan dalam pelayanan. Pihak yang bertanggung jawab dalam
menentukan persyaratan untuk barang dan jasa yaitu koordinator di tiap
bagian.
100
b. Sumber Daya Manusia
ISO 9001:2015 mensyaratkan perusahaan atau organisasi menyiapkan
sumber daya manusia yang sesuai dengan kompetensinya serta membuat
standar kompetensi karyawan untuk masing-masing bagian. UPTD RPH
Terpadu telah melakukan perekrutan karyawan agar sumber daya manusia
yang nantinya akan terlibat dalam proses bisnis RPH sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan. Perekrutan karyawan didasarkan atas
pendidikan, pengalaman, keahlian dan keterampilan. Standar kompetensi
karyawan dalam proses perekrutan didasarkan atas job requirement yang
telah ditetapkan RPH. Job requirement yang dimiliki UPTD RPH Terpadu
tercantum dalam standar kompetensi karyawan berupa syarat jabatan. Syarat
jabatan sudah terdokumentasi dalam form Analisis Kesenjangan antara Profil
Pegawai Negeri Sipil dengan Syarat Jabatan. Syarat Jabatan dijelaskan dalam
beberapa unsur yaitu pendidikan, pelatihan, pengalaman jabatan, keahlian dan
keterampilan. Namun berdasarkan hasil dokumentasi, belum ditemukan bukti
terkait prosedur perekrutan karyawan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
perekrutan karyawan.
c. Infrastruktur
UPTD RPH terpadu telah menyediakan dan memelihara infrastruktur
sesuai dengan persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015.
Infrastruktur dapat meliputi bangunan, peralatan termasuk perangkat keras
dan perangkat lunak, sarana informasi dan komunikasi serta sarana
transportasi.
101
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, infrastruktur yang dimiliki RPH
disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Daftar Infrastruktur yang dimiliki UPTD RPH Terpadu Kota Bogor No. Infrastruktur Keterangan 1. Ruang Kerja Ruang kerja sudah tersedia dalam bentuk kantor. 2. Bangunan Rumah
Jabatan Bangunan rumah jabatan diperuntukkan bagi karyawan yang memiliki tugas dinas malam.
3. Kandang Penampungan Hewan
Kandang penampungan hewan diperuntukkan bagi unit pemotongan sapi-kerbau dan kambing-domba. Kandang penampungan sapi-kerbau terbagi menjadi dua jenis kandang penampungan yang disesuaikan dengan jenis sapinya, sapi lokal dan sapi impor. Unit pemotongan kambing hanya ada satu jenis kandang penampungan. Unit pemotongan ayam tidak memiliki kandang penampungan sebab tidak ada proses penampungan hewan pada unit pemotongan ayam.
4. Ruang Penyembelihan Ruang penyembelihan tersedia bagi semua unit pemotongan yaitu sapi-kerbau, kambing-domba dan ayam dengan menggunakan teknologi semi-modern.
5. Gudang Pakan Gudang pakan terletak berdekatan dengan kandang penampungan. Hal ini dilakukan agar memudahkan pemberian pakan pada hewan dalam kandang penampungan.
6. Kendaraan Dinas Kendaraan dinas tersedia dalam dua jenis yaitu kendaraan dengan box tertutup berpendingin dan kendaraan dinas box terbuka.
Sumber: UPTD RPH Terpadu (2018)
Dokumentasi terkait daftar infrastruktur tercantum dalam dokumen
Standar Pelayanan RPH. Daftar infrastruktur disajikan dalam bentuk gambar
dan disertai keterangan berupa tulisan. UPTD RPH Terpadu telah
melaksanakan pemeliharaan infrastruktur secara rutin berdasarkan prosedur
pemeliharaan infrastruktur yang tercantum dalam SOP Pemeliharaan
Infrastruktur.
102
Fungsi pemeliharaan infrastruktur adalah untuk mempertahankan kondisi
teknis dan daya guna suatu alat produksi atau fasilitas kerja dengan merawat,
memperbaiki, merehabilitasi, dan menyempurnakan sebagaimana yang
dikemukakan oleh Prihantoro (2012:113). Pemeliharaan sarana dan prasarana
dilakukan setiap hari melalui tabel checklist di bagian kebersihan dan
mekanik listrik yang tercantum dalam form Checklist Hasil Perbaikan dan
Pemeliharaan Fasilitas, kemudian hasilnya dituangkan dalam buku
monitoring bagian kebersihan dan bagian mekanik listrik. Buku monitoring
diisi dan dipegang oleh masing-masing koordinator berdasarkan laporan dari
masing-masing petugas. Hasil monitoring dilaporkan ke Kasubag TU setiap
satu bulan sekali.
d. Lingkungan Kerja
UPTD RPH Terpadu telah menyediakan dan menjamin ketersediaan
lingkungan kerja yang diperlukan dalam proses bisnis yang dijalankan. Hal
tersebut dilakukan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan
ketetapan RPH dan keinginan pelanggan. Lingkungan kerja yang mendukung
proses bisnis RPH dijelaskan pada Tabel 18. Kondisi lingkungan kerja RPH
disajikan pada Lampiran 10. UPTD RPH Terpadu telah mengelola,
memelihara dan merawat lingkungan kerja RPH sesuai dengan prosedur
pengelolaan fasilitas dan umum yang tercantum dalam SOP Pengelolaan
Fasilitas dan Umum.
103
e. Penilaian Karyawan
Penilaian karyawan yang dilakukan UPTD RPH Terpadu terbagi
menjadi dua yaitu penilaian kehadiran melalui SIMPEG (Sistem Informasi
Kepegawaian) dan penilaian pencapaian target yang tercantum dalam SKP
(Sasaran Kerja Pegawai). Penilaian pencapaian target SKP dilakukan setiap
tahun, kemudian hasil penilaian disajikan dalam persentase hasil pencapaian
dari target yang sudah ditentukan. UPTD RPH Terpadu juga telah memiliki
matriks kompetensi karyawan. Matriks kompetensi karyawan berisi informasi
terkait daftar jabatan/pekerjaan, latar belakang pendidikan, beserta spesifikasi
kompetensi yang terdiri dari keterampilan, pengalaman dan pelatihan.
Matriks Kompetensi Karyawan tercantum dalam form Standar Kompetensi
Pegawai Struktural Dan Fungsional UPTD Rumah Potong Hewan Dinas
Pertanian Kota Bogor. Pemantauan dan pengukuran terhadap kompetensi
karyawan dilakukan dengan menggunakan analisis kesenjangan dengan
membandingkan syarat jabatan dan profil pegawai yang tercantum dalam
matriks kompetensi pegawai. Hasil analisis kesenjangan kompetensi
karyawan menunjukkan kesesuaian yang cukup besar atau hanya memiliki
sedikit GAP. Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan yang ada di UPTD
RPH Terpadu telah memenuhi standar kompetensi yang diharapkan RPH.
104
Tabel 18. Lingkungan Kerja UPTD RPH Terpadu Kota Bogor No. Lingkungan Kerja Keterangan 1. Sarana Pengolahan
Limbah Cair Sarana pengolahan limbah cair menggunakan sistem lamela atau piramida terbalik. Sarana pengolahan limbah cair terletak di daerah yang lebih rendah dari kandang penampungan dan ruang penyembelihan.
2. Sarana Pengolahan Limbah Padat
Sarana pengolahan limbah padat yaitu pengolahan menjadi pupuk. Sarana pengolahan limbah padat terletak di sebrang kandang penampungan.
3. Akses Jalan menuju RPH
Kondisi jalan menuju RPH sudah memungkinkan untuk dilalui kendaraan pengangkut hewan dan pengangkut daging.
4. Instalasi Air RPH memiliki instalasi air milik sendiri. 5. Instalasi Listrik RPH memiliki genset milik sendiri. 6. Area Penurunan
Hewan Area penurunan hewan di RPH dibuat dengan memerhatikan aturan Animal Welfare (Kesejahteraan Hewan). Area penurunan hewan terbagi menjadi dua yaitu untuk kendaraan besar dan kendaraan kecil. Beberapa syarat untuk area penerunan hewan diantaranya adalah: Ukuran dan ketinggian antara bak truk dengan
area penurunan harus sesuai. Memerhatikan aturan kemiringan area
penurunan. Area penurunan tidak boleh licin, sehingga
perlu dibuat tap tap pada area penurunan. 7. Kandang
Penampungan Hewan
Kandang penampungan hewan diperuntukkan bagi unit pemotongan sapi-kerbau dan kambing-domba. Kandang penampungan sapi-kerbau terbagi menjadi dua jenis kandang penampungan yang disesuaikan dengan jenis sapinya, sapi lokal dan sapi impor. Unit pemotongan kambing hanya ada satu jenis kandang penampungan. Unit pemotongan ayam tidak memiliki kandang penampungan sebab tidak ada proses penampungan hewan pada unit pemotongan ayam.
8. Krematorium RPH memiliki krematorium sebagai fasilitas pemusnahan bangkai dengan cara dibakar. Namun saat ini, pemusnahan bangkai hanya dilakukan dengan penguburan yang disertai dengan penambahan formalin.
9. Laboratorium Pengujian Daging
Laboratorium pengujian daging terletak berdekatan dengan ruang penyembelihan.
Sumber: UPTD RPH Terpadu Kota Bogor (2018)
105
f. Kalibrasi Alat Ukur
Alat ukur yang dimiliki UPTD RPH Terpadu merupakan kepemilikan
pribadi dan bukan hasil sewa. Alat ukur yang digunakan dalam proses bisnis
RPH diantaranya yaitu, termometer digital, termometer air raksa, termometer
suhu air, pH meter untuk daging, pH meter untuk limbah, lux meter,
timbangan hidup dan timbangan karkas. Namun RPH belum memiliki
dokumentasi khusus terkait daftar alat ukur yang dimiliki. Daftar alat ukur
yang dimiliki RPH masih tercantum dalam daftar sarana dan prasarana yang
dimiliki RPH.
Semua alat ukur sudah dilakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali atau
satu tahun sekali tergantung masa berlaku dari kalibrasi masing-masing alat.
Pihak yang terlibat dalam proses kalibrasi yaitu lembaga kalibrasi dan bagian
mekanik dan listrik. Proses kalibrasi alat ukur di UPTD RPH Terpadu
dilakukan oleh BMKG, baik BMKG Propinsi Jawa Barat maupun BMKG
Kota Bogor. Alat ukur yang dikalibrasi dipasang label yang berisi informasi
tentang tanggal kalibrasi dan masa berlakunya.
g. Pengetahuan Organisasi
Pengetahuan organisasi dapat dilihat dari kompetensi karyawan yang
dimiliki. UPTD RPH Terpadu melaksanakan program pelatihan dan
pendidikan sebagai upaya dalam meningkatkan skill karyawan. Hal tersebut
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rivai dkk (2015:163) bahwa pelatihan
diadakan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
106
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu karyawan untuk mencapai
keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan
pekerjaannya. Namun, UPTD RPH Terpadu belum melakukan pelatihan
secara rutin. Program pelatihan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
melalui pertimbangan pernah atau belum pernah diikuti. Program pelatihan
yang dilaksanakan diantaranya yaitu pelatihan kesejahteraan hewan bagi
petugas, pelatihan mekanik/listrik/otomotif dan pelatihan ISO. Program
pendidikan yang dilaksanakan yaitu pendidikan lanjutan atau susulan untuk
menyelesaikan pendidikan, diantaranya ada pendidikan SLTA dan pendidikan
SLTP program paket C. Pelaksana pelatihan yaitu Kementerian Pertanian
atau institusi lainnya. Pihak yang terlibat dalam program pelatihan yaitu
sesuai dengan jenis pelatihan yang diadakan.
Dokumentasi hasil pelatihan SDM terdiri dari form program pelatihan,
form Riwayat Pelatihan dan form Evaluasi Hasil Pelatihan. Daftar pelatihan
yang pernah diikuti tercantum dalam Formulir Program Pelatihan yang
berisikan informasi mengenai jenis pelatihan, penyelenggara pelatihan serta
waktu pelaksanaan pelatihan. Form riwayat pelatihan berisikan informasi
mengenai riwayat pelatihan yang pernah diikuti karyawan yang bersangkutan.
Karyawan yang telah mengikuti pelatihan akan dinilai melalui formulir
evaluasi hasil pelatihan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Gaspersz
(2003:11) bahwa menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam
sistem manajemen mutu, akan sangat penting untuk keberhasilan dan efisiensi
dari sistem manajemen mutu.
107
2. Klausul 7.2 Kompetensi
Pengukuran dan penilaian kompetensi karyawan dilakukan melalui
aplikasi SIMPEG (Sistem Informasi Kepegawaian) serta SKP (Sasaran Kerja
Pegawai). Metode penilaian melalui aplikasi SIMPEG (Sistem Informasi
Kepegawaian) menyangkut kehadiran karyawan sedangkan penilaian SKP
(Sasaran Kerja Pegawai) untuk mengukur target pencapaian kerja pegawai.
Kompetensi karyawan dibuktikan dengan latar belakang pendidikan dan
pengalaman SDM yang tercantum dalam form Analisis Kesenjangan antara
Profil Pegawai Negeri Sipil dengan Syarat Jabatan. Hasil penilaian
kompetensi karyawan juga dilakukan melalui matriks kompetensi untuk
melihat seberapa besar kesenjangan antara kompetensi karyawan dengan
kompetensi yang diharapkan RPH. Matriks kompetensi karyawan menjadi
acuan dalam pelaksanaan program pelatihan yang nantinya diikuti oleh
karyawan yang bersangkutan.
3. Klausul 7.3 Kesadaran
UPTD RPH Terpadu selalu melaksanakan sosialisasi tentang sistem
manajemen mutu dalam upaya membangun dan meningkatkan kesadaran
semua pihak yang terlibat dalam proses bisnis RPH terhadap sistem
manajemen mutu. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk apel pagi dan rapat.
Sosialisasi melibatkan semua pihak, mulai dari pihak internal RPH, para
pelaku usaha, termasuk mitra, pasar hewan.
108
Kesadaran karyawan terhadap sistem manajemen mutu menjadi poin
penting, karena karyawan merupakan pelaksana langsung di lapangan. Bukti
pelaksanaan sosialisasi disajikan dalam bentuk daftar hadir serta notulen.
Daftar hadir peserta sosialisasi ditulis dalam selembar kertas yang berisikan
informasi terkait hari, tanggal, waktu pelaksanaan, nama acara, tempat
pelaksanaan serta daftar peserta yang hadir.
UPTD RPH Terpadu juga telah menyediakan sarana dan prasarana
bagi karyawan dalam menyalurkan pendapat yaitu berupa kotak saran dan
buku pengaduan, bisa juga melalui email atau kepada petugas penerima
pengaduan dan saran. Namun, penyampaian pendapat bagi karyawan dirasa
lebih efektif jika disampaikan secara langsung pada saat apel pagi atau rapat,
dibandingkan dengan kotak saran, sebab biasanya karyawan malas mengisi
kotak saran tersebut.
4. Klausul 7.4 Komunikasi
Kegiatan dalam mengkomunikasikan sistem manajemen mutu
dilaksanakan melalui apel pagi setiap hari (Senin – Jum’at). Apel pagi
dilaksanakan setiap hari selama hari kerja selama kurang lebih 15 menit.
Seluruh pihak internal RPH, kecuali karyawan dinas malam wajib mengikuti
kegiatan apel pagi. Bukti pelaksanaan kegiatan apel pagi disajikan dalam
bentuk daftar hadir dan notulen kegiatan. Daftar hadir peserta apel pagi ditulis
dalam selembar kertas yang berisikan informasi terkait hari, tanggal, waktu
pelaksanaan, nama acara, tempat pelaksanaan serta daftar peserta yang hadir.
109
Notulen kegiatan berisikan informasi terkait waktu dan tempat pelaksanaan,
jumlah peserta dan kesimpulan.
Apel pagi merupakan salah satu bentuk komunikasi langsung yang
dilakukan untuk pihak internal. Komunikasi yang dilakukan terbagi dalam
dua kategori yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi
internal adalah komunikasi yang dilakukan dengan pihak internal.
Komunikasi eskternal adalah komunikasi yang dilakukan dengan pihak
eksternal. Bentuk komunikasi yang dilakukan yaitu komunikasi langsung dan
tidak langsung. Komunikasi langsung dilaksanakan melalui rapat dan apel
pagi, sedangkan komunikasi tidak langsung dilakukan menggunakan media
telepon, handphone (HP) dan sosial media seperti email dan Whatsapp (WA).
UPTD RPH Terpadu menggunakan aplikasi sosial media, seperti Whatsapp
(WA) dan email dalam menyampaikan informasi kepada pihak ekternal
seperti pemasok, pelanggan dan mitra.
5. Klausul 7.5 Informasi Terdokumentasi
Pemenuhan atas klausul informasi terdokumentasi dibuktikan dengan
adanya beberapa dokumen serta prosedur yang harus dimiliki RPH. Dokumen
yang dipersyaratkan ISO 9001:2015 dan telah dimiliki UPTD RPH Terpadu
yaitu manual mutu atau pedoman mutu yang berisikan informasi mengenai
Struktur Organisasi RPH, Struktur Organisasi Tim Audit Internal, Proses
Bisnis RPH, Visi dan Misi RPH, Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu dan Rencana
Mutu.
110
Selain tercantum dalam manual mutu, kebijakan mutu juga dibuat dalam
bentuk banner yang di tempel di dalam ruang kerja. Setiap bagian memiliki
dokumen masing-masing. Dokumen terdiri dari dokumen internal dan
dokumen eksternal. Misalnya di bagian IPAL terdapat dokumen yang berisi
tentang peraturan lingkungan hidup dan hasil pengujian air limbah, peraturan
lingkungan hidup merupakan dokumen eksternal sedangkan hasil pengujian
air limbah merupakan dokumen internal. Dokumen-dokumen internal yang
dimiliki oleh masing-masing bagian disimpan di koordinator bagian dan di
pengendali dokumen.
Pemenuhan atas klausul 7.5 juga dibuktikan dengan adanya beberapa
prosedur terkait distribusi, akses dan pengambilan dokumen, penyimpanan
dan penjagaan dokumen, perlindungan dokumen serta pengendalian dokumen
dan rekaman. Prosedur tentang distribusi, akses dan pengambilan dokumen
dibuat untuk memudahkan dalam mencari keberadaan dokumen. Misalnya
UU tentang kepegawaian ada di bagian Kasubag TU dan UU tentang keswan
ada di bagian kesehatan hewan. Prosedur tentang penyimpanan dan penjagaan
dokumen dibuat untuk menyimpan dokumen sesuai dengan jenisnya dan
menjaga dokumen sesuai masa berlakunya. Dokumen terkait sistem
manajemen mutu disimpan dalam bentuk hard copy dan soft copy. Dokumen
tersebut terbagi menjadi dokumen asli, dokumen terkendali dan dokumen
kadaluarsa. Prosedur tentang perlindungan dokumen dibuat untuk melindungi
dokumen dari akses pihak yang tidak berkepentingan.
111
Dokumen dalam bentuk hard copy disimpan pada lemari
penyimpanan dokumen dan yang berupa soft copy disimpan dalam komputer
dan terjaga kerahasiannya, karena tidak sembarang orang bisa mengakses
dokumen-dokumen tersebut dan dikumpulkan di pengendali dokumen.
Prosedur pengendalian dokumen serta rekaman telah tercantum dalam SOP
Pengendalian Dokumen dan Data serta SOP Pengendalian Rekaman dan
Catatan. Manajemen puncak bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur
tersebut. Format dokumen yang digunakan dalam membuat dokumen-
dokumen terkait sistem manajemen mutu sudah ditetapkan. Dokumen-
dokumen terkait sistem manajemen mutu tersimpan dalam dua jenis media
penyimpan yaitu media cetak berupa hard copy dan media elektronik
(komputer, flashdisk, hardisk, memory card (untuk dokumentasi foto) berupa
soft copy.
5.1.1.5 Analisis Kesenjangan Klausul 8 Operasi
Klausul 8 Operasi berisi persyaratan mengenai kegiatan operasi atau
proses bisnis suatu perusahaan atau organisasi. UPTD RPH Terpadu telah
memenuhi sebesar 73,10% persyaratan dari klausul 8. Klausul 8 memiliki
tujuh sub klausul. Hasil skoring untuk masing-masing sub klausul disajikan
pada Tabel 19.
112
Tabel 19. Analisis Kesenjangan Klausul 8 Operasi
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 8 Operasi
8.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional 1. Memiliki rencana mutu terkait proses produksi. × 2. Persyaratan produk dan jasa yang akan diproduksi. ×
3. Memiliki dokumentasi terkait sumber daya yang akan digunakan.
×
8.2 Persyaratan untuk Produk dan Jasa 8.2.1 Komunikasi Pelanggan
4. Terdapat brosur atau leaflet yang berisi informasi mengenai RPH.
×
5. Terdapat info mengenai RPH pada website. × 6. Adanya form pemesanan dari pelanggan. × 7. Adanya form penawaran dari pelanggan. × 8. Adanya form keluhan pelanggan. ×
8.2.2 Menentukan Persyaratan Berkaitan dengan Barang dan Jasa
9. Penetapan persyaratan produk dan jasa yang dihasilkan.
×
10. Prosedur pengadaan barang dan jasa. × 8.2.3 Tinjauan Persyaratan Produk dan Jasa
11. Pelaksanaan meeting terkait persyaratan produk dari pelanggan.
×
12. Adanya notulen meeting. × 8.2.4 Perubahan Persyaratan untuk Produk dan Jasa
13. Adanya informasi terdokumentasi terkait perubahan persyaratan produk dan jasa.
×
8.3 Desain dan Pengembangan Produk dan Jasa 8.3.1 Umum
15. Menentukan prosedur desain dan pengembangan. × 8.3.2 Perencanaan Desain dan Pengembangan
16. Penetuan dan pertimbangan sumber daya yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan desain dan pengembangan.
×
17. Perencanaan waktu dan penanggung jawab desain dan pengembangan.
×
18. Adanya proposal dari proses desain dan pengembangan.
×
19. Adanya dokumentasi persetujuan perencanaan desain dan pengembangan dari Manajemen Puncak.
×
8.3.3 Input Desain dan Pengembangan
20. Penentuan input desain dan pengembangan, RPH menggunakan metode 4M (Man, Material, Machine, Method) + 1E (Environment).
×
21. Penetuan fungsi dan kinerja produk. ×
113
(Lanjutan) Tabel 19. Analisis Kesenjangan Klausul 8 Operasi
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5
22. Memiliki dokumentasi informasi dari kegiatan desain dan pengembangan.
×
8.3.4 Pengendalian Desain dan Pengembangan 23. Mekanisme pengendalian desain dan pengembangan. × 24. Melakukan kegiatan verifikasi produk. × 25. Melakukan kegiatan validasi produk. ×
26. Memiliki dokumentasi verifikasi dari output yang telah memenuhi persyaratan.
×
27. Memiliki dokumentasi validasi bahwa output telah sesuai.
×
8.3.5 Output Desain dan Pengembangan 28. Adanya output berupa gambar, prosedur, dll. ×
29. Menentukan standar keberterimaan produk baik barang maupun jasa.
×
30. Memiliki dokumentasi bahwa output sesuai dengan persyaratan sebelumnya.
×
31. Memiliki dokumentasi bahwa output sesuai dan dapat dilanjutkan ke proses berikutnya.
×
8.3.6 Perubahan Desain dan Pengembangan
32. Adanya bukti dokumentasi terkait perubahan desain dan pengembangan.
×
8.4 Pengendalian Penyedia Produk dan Jasa Eksternal
8.4.1 Umum 33. Mekanisme seleksi pemasok. × 34. Mekanisme evaluasi pemasok. × 35. Mekanisme pemantauan kinerja pemasok. ×
36. Adanya dokumentasi hasil seleksi, evaluasi dan pemantauan kinerja pemasok.
×
8.4.2 Jenis dan Jangkauan Pengendalian
37. Prosedur pengendalian pemasok dalam sistem manajemen mutu.
×
38. Pelaksanaan proses verifikasi input yang diperoleh dari pemasok.
×
8.4.3 Informasi untuk Penyedia Eksternal
39. Adanya jaminan kelayakan hewan, yang dibuktikan dengan SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan).
×
8.5 Pelaksanaan Proses atau Penyediaan Produk dan Jasa
8.5.1 Pengendalian Penyediaan Produk dan Jasa 40. Penetapan karakteristik produk dan jasa. ×
41. Adanya cheklist atau daftar dari setiap input yang dibutuhkan dalam proses pemotongan hewan.
×
114
(Lanjutan) Tabel 19. Analisis Kesenjangan Klausul 8 Operasi
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 8.5.2 Identifikasi dan Mampu Telusur
42. Adanya sertifikat penilaian kesesuaian daging dengan hieginitas yang dibuktikan dengan sertifikat NKV.
×
43. Adanya sertifikat penilaian kesesuaian daging dengan persyaratan halal yang dibuktikan dengan sertifikat Halal MUI.
×
44. Adanya SKKD (Surat Keterangan Kesehatan Daging).
×
45. Adanya stempel atau label pada produk berupa barang.
×
8.5.3 Properti Milik Pelanggan atau Penyedia Eksternal
46. Daftar properti milik pelanggan. × 47. Prosedur penggunaan properti milik pelanggan. × 48. Mekanisme penyimpanan properti milik pelanggan. ×
8.5.4 Pemeliharaan
49. Mekanisme penyimpanan daging sebelum didistribusikan.
×
8.5.5 Kegiatan Pasca Pengiriman 50. Layanan tambahan apabila terjadi kerusakan. ×
51. Survey atau riset terhadap produk atau layanan yang dihasilkan.
×
52. Mekanisme dalam melayani komplain dari pelanggan.
×
8.5.6 Pengendalian Perubahan
53. Adanya bukti perubahan proses produksi barang dan jasa.
×
54. Adanya hasil pengujian dari pihak internal (Manajemen Puncak) dan pihak eksternal (Konsultan).
×
55. Adanya dokumentasi persetujuan dari pihak terkait, yaitu pelanggan, mitra dan pemasok.
×
8.6 Pelepasan Produk dan Jasa 56. Pelaksanaan uji sampling terhadap barang dan jasa. × 57. Prosedur dan kegiatan serah terima produk. ×
8.7 Pengendalian Output yang Tidak Sesuai
58. Memiliki daftar cacat produk yang pernah terjadi dan berpotensi terjadi.
×
59. Prosedur mengenai pengendalian produk yang tidak sesuai.
×
Total Skor (212/290 × 100%) 73,10% Sumber: Hasil Olah Data (2018)
115
Berikut adalah penjelasan mengenai pemenuhan persyaratan pada
Klausul 8 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 yang telah dipenuhi oleh
UPTD RPH Terpadu:
1. Klausul 8.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasional
Klausul 8.1 berisi persyaratan terkait perencanaan yang dibuat oleh
perusahaan atau organisasi sebelum memulai proses bisnis. Perencanaan proses
bisnis dapat dilakukan dengan membuat rencana mutu. UPTD RPH Terpadu
sudah memiliki rencana mutu. Isi dari rencana mutu tercantum dalam Pedoman
Mutu RPH. Rencana Mutu UPTD RPH Terpadu terbagi menjadi dua, yaitu
Pemastian Mutu Daging dan Pemastian Mutu Hewan. Manajemen puncak yang
bertanggung jawab dalam pembuatan rencana mutu.
Perencanaan yang dilakukan UPTD RPH Terpadu juga meliputi
penetapan persyaratan produk serta penetapan sumber daya yang akan
digunakan yaitu sumber daya manusia serta sarana dan prasarana. Dokumentasi
terkait daftar sumber daya yang digunakan tercantum dalam dokumen Standar
Pelayanan RPH pada bagian jumlah pelaksana untuk sumber daya manusia
serta sarana dan prasarana yang digunakan sebagai komponen pendukungnya.
UPTD RPH Terpadu telah menetapkan persyaratan produk yang akan
diproduksi, syaratnya yaitu daging yang memenuhi kriteria ASUH (Aman,
Sehat, Utuh, Halal) yang ditandai dengan SKKD (Surat Keterangan Kesehatan
Daging) yang dikeluarkan RPH, Sertifikat Halal dari MUI (Majelis Ulama
Indonesia) serta Sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner) dari Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat.
116
2. Klausul 8.2 Persyaratan untuk Produk dan Jasa
Klausul 8.2 mensyaratakan perusahaan atau organisasi membuat
metode komunikasi dengan pelanggan dan menentukan spesifikasi dari barang
dan jasa yang akan diproduksi. Pemenuhan atas klausul 8.2 yang telah
dilakukan oleh UPTD RPH Terpadu yaitu:
a. Metode komunikasi dengan pelanggan
UPTD RPH Terpadu memiliki beberapa metode yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan pelanggan. Metode komunikasi yang digunakan dalam
menyediakan informasi bagi pelanggan tertuang dalam bentuk brosur dan
website. Brosur RPH berisikan informasi mengenai Visi dan Misi RPH, Motto
dan Janji Layanan RPH, Biaya Retribusi RPH, Jenis layanan yang diberikan
RPH, Penghargaan yang diperoleh RPH, Alamat RPH dan Contact Person
RPH. Brosur UPTD RPH Terpadu disajikan pada Lampiran 11. UPTD RPH
Terpadu juga memiliki website yang memuat informasi terkait Sejarah Singkat
RPH, Motto dan Janji Layanan RPH, Visi dan Misi RPH, Kegiatan RPH serta
Penghargaan yang diperoleh RPH.
Perusahaan atau organisasi juga dapat menggunakan form penawaran,
form pemesanan serta form keluhan dari pelanggan sebagai bentuk komunikasi
dengan pelanggan. Namun, UPTD RPH Terpadu tidak menggunakan form
pemesanan dan form penawaran dari pelanggan dalam menjalankan proses
bisnisnya. UPTD RPH Terpadu hanya menggunakan Surat Terdaftar dan Surat
Perjanjian Kerja sebagai bentuk kesepakatan antara RPH dengan pelanggan.
117
UPTD RPH Terpadu juga tidak menggunakan form keluhan pelanggan untuk
mengetahui keluhan pelanggan, namun UPTD RPH Terpadu memiliki buku
pengaduan kritik dan saran sebagai sarana bagi pelanggan dalam menuliskan
keluhannya.
b. Penentuan spesifikasi barang dan jasa yang diproduksi
UPTD RPH Terpadu telah menentukan spesifikasi daging yang akan
diproduksi. Syarat daging yang diproduksi yaitu harus memenuhi kriteria
ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal). Spesifikasi layanan yang dilakukan UPTD
RPH Terpadu tertuang dalam dokumen Standar Pelayanan RPH. Penetapan
spesifikasi barang dan jasa dilakukan berdasarkan prosedur pengadaan barang
dan jasa. Penentuan spesifikasi produk dilakukan melalui rapat yang diikuti
oleh manajemen puncak, manager representative serta masing-masing
koordinator. Bukti pelaksanaan rapat tertuang dalam notulen rapat. UPTD RPH
Terpadu tidak pernah melakukan perubahan spesifikasi barang dan jasa, karena
RPH mengacu pada peraturan dan undang-undang yang ada dan sesuai dengan
standar pemerintah yaitu SNI 01-6159-1999 Rumah Potong Hewan dan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang
Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging.
118
3. Klausul 8.3 Desain dan Pengembangan Produk dan Jasa
Klausul 8.3 berisi persyaratan terkait proses desain dan pengembangan
produk dan jasa yang dilakukan perusahaan atau organisasi. Perusahaan atau
organisasi harus memenuhi semua tahapan desain dan pengembangan mulai
dari perencanaan, masukan, pengendalian, keluaran dan peninjauan jika ada
perubahan desain dan pengembangan.
Desain dan pengembangan yang dilakukan UPTD RPH Terpadu yaitu
menambah unit proses bisnis yaitu layanan meatshop. Perencanaan desain dan
pengembangan yang dilakukan oleh UPTD RPH Terpadu meliputi penentuan
sumber daya yang dibutuhkan, perencanaan waktu serta penanggung jawab
desain dan pengembangan. Penentuan input desain dan pengembangan
meliputi sarana dan prasarana yang dibutuhkan, manajemen yang akan
dilakukan, ketersediaan sumber daya manusia (terampil atau tidak) serta
lingkungan bisnisnya mendukung atau tidak. UPTD RPH Terpadu telah
menentukan fungsi dan kinerja produk yang akan diubah desain dan
pengembangannya.
UPTD RPH Terpadu melakukan pengendalian desain dan
pengembangan melalui kegiatan verifikasi dan validasi output. Hanya saja
karena layanan meatshop belum berjalan secara sempurna, maka kegiatan
verifikasi dan validasi dilakukan untuk input yang menjadi masukan dalam
layanan meatshop. Kegiatan verifikasi hewan dilakukan melalui pemeriksaan
kelengkapan dokumen hewan yang masuk yaitu SKKH (Surat Keterangan
Kesehatan Hewan), SKKR (Surat Keterangan Status Reproduksi) dan-
119
surat jalan lainnya. Kegiatan validasi hewan dilakukan melalui pemeriksaan
ante mortem dan untuk betina dilakukan pemeriksaan apakah termasuk betina
produktif atau non produktif yang dibuktikan dengan form pemeriksaan hewan.
Output dari desain dan pengembangan dibuktikan dengan adanya prosedur
berupa instruksi kerja terkait layanan meatshop.
Namun, belum ditemukan bukti berupa dokumentasi yang
menunjukkan hasil dari proses perencanaan desain dan pengembangan berupa
proposal desain dan pengembangan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
(Witara, 2017:114) bahwa bukti kesesuaian terhadap klausul 8.3 ditandai
dengan adanya proposal dari proses desain dan pengembangan, yang berisi
data input dan proses, output yang diharapkan, metode pengujian produk akhir
serta bukti persetujuan pelaksanaan desain dan pengembangan dari pihak
internal dan eksternal.
4. Klausul 8.4 Pengendalian Penyedia Produk dan Jasa Eksternal
Klausul 8.4 berisi persyaratan yang mengharuskan perusahaan atau
organisasi memastikan bahwa produk dan jasa yang disediakan oleh penyedia
eksternal atau pemasok sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh
perusahaan atau organisasi. Perusahaan atau organisasi harus menentukan
mekanisme seleksi, evaluasi serta pemantauan kinerja pemasok dan
menyimpan hasil seleksi, evaluasi serta pemantauan kinerja pemasok sebagai
bukti pelaksanaannya. UPTD RPH Terpadu telah memiliki mekanisme dalam
menyeleksi, mengevaluasi serta memantau kinerja pemasok, namun, bukti
terkait hasilnya belum di dokumentasikan.
120
Mekanisme seleksi pemasok terbagi menjadi dua yaitu pemasok hewan
dan pemasok barang. Seleksi pemasok hewan dilihat dari kelengkapan
dokumen dan perizinan. Seleksi pemasok barang dilihat dari ketepatan waktu,
jumlah, kualitas dan ketersedian barang. Seleksi pemasok barang untuk
pengadaan bahan kimia dilakukan melalui lelang dengan melihat harga yang
paling murah dengan kualitas yang baik. Mekanisme evaluasi pemasok
dilakukan dengan pendataan pemasok setiap tahunnya, untuk mengetahui
adanya penambahan atau pengurangan pemasok. Mekanisme pemantauan
kinerja pemasok dilakukan dengan mendata kesesuain barang yang diterima
dengan barang yang tercantum dalam surat perjanjian kerja. Namun, UPTD
RPH Terpadu belum memiliki prosedur pengendalian pemasok yang tertuang
dalam SOP.
UPTD RPH Terpadu memiliki daftar supplier hewan yang tercantum
dalam form data pemilik sapi dan data pedagang dagingnya sebagai bentuk
pengendalian terhadap penyedia eksternal, sehingga RPH dapat memantau
jumlah pemasok yang terlibat dalam proses bisnis RPH. UPTD RPH Terpadu
juga melaksanakan proses verifikasi input yang disediakan oleh pemasok, hal
tersebut dilakukan agar input yang masuk sudah sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan RPH. Input yang diperoleh dari pemasok dibagi menjadi dua
yaitu barang dan hewan.
Proses verifikasi barang dilakukan dengan mengecek kesesuaian barang
yang datang dengan yang tertulis dalam surat perjanjian kerja. Proses verifikasi
hewan dilakukan dengan pemeriksaan kelengkapan dokumen yaitu SKKH-
121
(Surat Keterangan Kesehatan Hewan), SKSR (Surat Keterangan Status
Reproduksi) dan surat jalan lainnya. SKKH (Surat Keterangan Kesehatan
Hewan) terbagi menjadi dua yaitu SKKH masuk dan SKKH keluar. SKKH
masuk adalah SKKH dari daerah asal hewan yang menunjukkan bahwa hewan
tersebut sehat, sedangkan SKKH keluar adalah SKKH yang dikeluarkan UPTD
RPH Terpadu sebagai pemeriksa ante mortem pada layanan penampungan dan
pasar hewan.
5. Klausul 8.5 Pelaksanaan Proses atau Penyediaan Produk dan Jasa
Klausul 8.5 berisi tentang persyaratan yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan proses bisnis perusahaan atau organisasi. Pelaksanaan proses
terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu pra proses produksi, pasca proses
produksi, penggunaan properti milik pelanggan, pengawetan, kegiatan pasca
pengiriman serta pengendalian apabila terjadi perubahan. Pemenuhan atas
persyaratan pada tahap pra proses produksi yang sudah dilakukan UPTD RPH
Terpadu yaitu membuat daftar dari setiap input yang dibutuhkan dalam proses
pemotongan hewan yang tercantum dalam dokumen Standar Pelayanan RPH.
Standar Pelayanan RPH berisi informasi mengenai terkait standar pelayanan
yang terdiri dari, Pelayanan Pemotongan Hewan (sapi-kerbau, kambing-domba
dan ayam), Pelayanan Penampungan Hewan (sapi-kerbau dan kambing-domba)
dan Pelayanan Pasar Hewan (sapi-kerbau dan kambing-domba). Pemenuhan
atas tahap pasca produksi dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat penilaian
yang menjadi bukti bahwa pelaksanaan proses bisnis sudah sesuai dengan
persyaratan.
122
UPTD RPH Terpadu memiliki Sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner)
yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009
dengan hasil berada pada tingkat III, Sertifikat Halal MUI yang dikeluarkan
oleh MUI Provinsi Jawa Barat, SKKD (Surat Keterangan Kesehatan Daging)
dikeluarkan oleh UPTD RPH Terpadu. SKKD berisi informasi mengenai Jenis
Daging, Jumlah, Hasil Pemeriksaan, Nama Pemilik, Alamat Pemotongan,
Tujuan dan Alamat Tujuan, kemudian daging yang sudah dipotong, ditimbang
dan diperiksa diberi cap baik pada daging yang menandakan bahwa daging
tersebut layak untuk dijual dan dikonsumsi. UPTD RPH Terpadu tidak
menggunakan properti milik pelanggan dalam menjalankan proses bisnis.
UPTD RPH Terpadu telah memenuhi persyaratan pengawetan dalam
klausul 8.5 dengan melakukan proses penyimpanan daging dalam cool storage.
Daging yang disimpan dalam cool storage yaitu daging kambing-domba dalam
bentuk cacahan daging segar serta karkas ayam untuk kemudian dikemas,
sedangkan daging sapi-kerbau tidak dilakukan penyimpanan, daging sapi-
kerbau yang sudah dipotong langsung diangkut dalam bentuk karkas segar.
Pemenuhan atas persyaratan pada tahap kegiatan pasca pengiriman
yaitu dengan membuat layanan tambahan serta melalukan survey atau riset
terhadap produk yang dihasilkan. Namun, UPTD RPH Terpadu hanya
melalukan survey atau riset terhadap daging. UPTD RPH Terpadu tidak
memiliki layanan tambahan apabila terjadi kerusakan pada produk, sebab
produk yang sudah keluar dari RPH bukan menjadi tanggung jawab RPH.
123
UPTD RPH Terpadu melakukan survey atau riset terhadap produk yang
dihasilkan, diantaranya:
a. Riset terhadap kualitas daging yang ada di pasar yang berasal dari UPTD
RPH Terpadu. Pihak yang terlibat yaitu petugas informasi pasar.
b. Riset terhadap kualitas daging yang dihasilkan. Pihak yang terlibat yaitu
UPTD RPH Terpadu dan Dinas Pertanian yang menangani maslah daging.
c. Riset terhadap limbah cair dilakukan oleh mahasiswa melalui penelitian.
UPTD RPH Terpadu juga memiliki mekanisme dalam melayani
komplain pelanggan pada tahap pasca pengiriman. Komplain dari pelanggan
ditulis melalui buku pengaduan dan saran. Komplain dicatat dalam bentuk
kritik dan saran, kemudian setelah itu akan diadakan rapat untuk membahas
komplain tersebut. UPTD RPH Terpadu tidak pernah melakukan perubahan
pada proses produksi sehingga tidak ditemukan dokumentasi seperti bukti
persetujuan perubahan dari pihak internal dan eksternal.
6. Klausul 8.6 Pelepasan Produk dan Jasa
Klausul 8.6 mengharuskan perusahaan atau organisasi memastikan
bahwa barang dan jasa yang diserahkan ke pelanggan sudah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. UPTD RPH Terpadu melakukan uji
sampling dan kegiatan serah terima produk sebagai upaya dalam memastikan
kesesuaian produk dengan persyaratan. Uji sampling terhadap produk
dilakukan melalui pengujian laboratorium. Pengujian yang dilakukan yaitu
pengukuran pH daging, pemeriksaan telur cacing, pemeriksaan uji postma,
pemeriksaan kesempurnaan pengeluaran darah, pemeriksaan karkas serta-
124
pemeriksaan kelenjar pertahanan. Pihak yang melakukan pengujian yaitu
Dokter Hewan. Di bagian limbah dilakukan pengujian kualitas air yang
dilakukan setiap tiga bulan sekali, uji AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
dua kali dalam setahun untuk limbah cair dan uji kualitas pupuk untuk limbah
padat. Kegiatan uji sampling dilakukan berdasarkan SOP yang sudah
ditetapkan.
Kegiatan serah terima produk dilakukan dengan penyerahan SKKD
(Surat Keterangan Kesehatan Daging) kepada pengangkut atau pembawa
daging yang merupakan perwakilan dari pembeli daging. Pihak pemeriksa post
mortem dan pembawa daging menandatangani SKKD sebagai bukti serah
terima produk dari UPTD RPH Terpadu ke pembeli daging.
7. Klausul 8.7 Pengendalian Output yang Tidak Sesuai
Klausul 8.7 mengharuskan organisasi melakukan tindakan dalam
menangani produk yang tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
UPTD RPH Terpadu selalu menangani produk yang tidak sesuai berdasarkan
SOP Pengendalian Produk Tidak Sesuai yang telah ditetapkan. Daftar produk
yang tidak sesuai tercantum dalam BAP (Berita Acara Pengafkiran). Bukti
pemenuhan klausul 8.7 ditandai dengan adanya prosedur pengendalian produk
yang tidak sesuai serta daftar produk yang tidak sesuai yang tercantum dalam
BAP (Berita Acara Pengafkiran).
125
5.1.1.6 Analisis Kesenjangan Klausul 9 Evaluasi Kinerja
Klausul Evaluasi Kinerja mensyaratkan agar perusahaan atau
organisasi melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap sistem
manajemen mutu serta melaksanakan audit internal dan tinjauan manajemen.
Klausul 9 Evaluasi Kinerja terbagi menjadi tiga sub klausul. UPTD RPH
Terpadu sudah memenuhi sebesar 92,31 % persyaratan dari klausul 9 Evaluasi
Kinerja pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Hasil skoring untuk
masing-masing sub klausul disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Analisis Kesenjangan Klausul 9 Evaluasi Kinerja
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 9 Evaluasi Kinerja
9.1 Pemantauan, Pengukuran, Analisis dan Evaluasi 9.1.1 Umum
1. Penentuan titik kritis atau proses penting dalam setiap pelaksanaan proses.
×
9.1.2 Kepuasan Pelanggan 2. Prosedur mengenai pengukuran kepuasan pelanggan. × 3. Survei kepuasan pelanggan. × 4. Survei keluhan pelanggan. ×
9.1.3 Analisis dan Evaluasi
5. Metode FMEA (Failure Modes and Effect Analysis), dalam melakukan analisis dan evaluasi terhadap sistem manajemen mutu yang diterapkan.
×
9.2 Audit Internal 6. Memiliki tim audit internal. × 7. Pelaksanaan pelatihan terhadap tim audit internal. × 8. Jadwal rutin terkait audit internal. × 9. Mekanisme dalam pelaksanaan audit internal. × 10. Adanya dokumen hasil audit internal. ×
9.3 Tinjauan Manajemen 9.3.1 Umum
11. Pelaksanaan rapat tinjauan manajemen secara rutin. ×
12. Adanya daftar hadir peserta rapat tinjauan manajemen.
×
13. Adanya hasil tinjauan manajemen sebelumnya. ×
126
(Lanjutan) Tabel 20. Analisis Kesenjangan Klausul 9 Evaluasi Kinerja
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 9.3.2 Input Tinjauan Manajemen
14. Adanya dokumentasi terkait isu internal dan isu eksternal.
×
15. Adanya hasil survey kepuasan pelanggan. ×
16. Adanya dokumentasi terkait pemenuhan sasaran mutu.
×
17. Adanya bukti dokumentasi kesesuaian produk. ×
18. Adanya bukti dokumentasi ketidaksesuaian dan tindakan korektif.
×
19. Adanya dokumentasi hasil pengukuran dan pemantauan sumber daya.
×
20. Adanya dokumentasi hasil audit internal dan audit eksternal.
×
21. Adanya dokumentasi hasil evaluasi kinerja pemasok. ×
22. Adanya dokumentasi daftar sumber daya yang digunakan dalam proses bisnis RPH.
×
23. Adanya tindakan penanganan risiko. ×
24. Adanya tindakan dalam menentukan peluang untuk perbaikan sistem manajemen mutu.
×
9.3.3 Output Tinjauan Manajemen
14. Tindak lanjut terhadap temuan dalam hasil rapat tinjauan manajemen.
×
15. Adanya notulen rapat tinjauan manajemen. × Total Skor (120/130 × 100%) 92,31%
Sumber: Hasil Olah Data (2018)
Berikut adalah penjelasan mengenai pemenuhan persyaratan pada
klausul 9 Evaluasi Kinerja pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 yang
telah dipenuhi oleh UPTD RPH Terpadu:
1. Klausul 9.1 Pemantauan, Pengukuran, Analisis dan Evaluasi
Klausul 9.1 berisi persyaratan mengenai penetapan titik kritis atau
proses penting dalam setiap pelaksanaan proses bisnis, kepuasan pelanggan
serta metode yang digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi proses
bisnis yang dilakukan.
127
UPTD RPH Terpadu telah menentukan titik kritis atau proses penting dalam
setiap pelaksanaan proses, diantaranya proses penting yaitu saat pemeriksaan
ante-mortem, pemotongan dan pemeriksaan post-mortem.
Indikator keberhasilan suatu barang dan jasa dapat terlihat dari
tercapainya sasaran mutu perusahaan. Salah satu sasaran mutu UPTD RPH
Terpadu yaitu tercapainya indeks kepuasan pelanggan. UPTD RPH Terpadu
telah melakukan survei kepuasan pelanggan dalam bentuk survei IKM (Indeks
Kepuasan Masyarakat) yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. IKM
diberikan dalam bentuk form berupa kuisioner kepada pelanggan RPH untuk
diisi, kemudian dibuat laporannya setiap tahun.
Prosedur mengenai pengukuran kepuasan pelanggan sudah tercantum
dalam SOP Pengukuran Kepuasan Pelanggan. Tingkat kepuasan pelanggan
juga dapat dilihat dari banyak atau tidaknya keluhan dari pelanggan, maka dari
itu selain melakukan survei kepuasan pelanggan, perusahaan juga perlu
melakukan survei keluhan pelanggan. Survei keluhan dilakukan untuk melihat
apa saja yang dikeluhkan pelanggan serta seberapa banyak keluhan tentang hal
tersebut. Namun, UPTD RPH Terpadu belum melakukan survei keluhan
pelanggan. Hanya saja dalam menerima keluhan atau komplain, disediakan
buku pengaduan dan saran. Kemudian setelah itu diadakan rapat untuk
membahas keluhan-keluhan tersebut.
128
Analisis dan evaluasi terhadap sistem manajemen mutu yang diterapkan UPTD
RPH Terpadu dilakukan dengan evaluasi setiap hari dari hasil kinerja kepada
pengguna jasa serta melalui rapat evaluasi bulanan. Indikator pengukurannya
yaitu seberapa banyak pengaduan dari pengguna jasa.
2. Klausul 9.2 Audit Internal
Klausul 9.2 mewajibkan suatu perusahaan atau organisasi
melaksanakan audit internal. Audit internal dilaksanakan oleh tim audit
internal yang dimiliki oleh perusahaan atau organisai. UPTD RPH Terpadu
sudah memiliki tim audit internal. Tim audit internal terdiri dari manajemen
puncak, manager representative, koordinator kesehatan hewan, koordinator
kebersihan, koordinator mekanik listrik dan koordinator IPAL. Pemilihan tim
audit didasarkan atas proses bisnis yang dijalankan RPH serta berdasarkan
TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi). UPTD RPH Terpadu melakukan
pelatihan rutin setiap satu tahun sekali untuk tim audit internal dalam rangka
meningkatkan pemahaman terkait sistem manajemen mutu ISO. Audit Internal
dilaksanakan setiap satu tahun sekali dengan melibatkan seluruh tim audit
internal. Bukti pelaksanaan audit internal yaitu adanya daftar hadir serta hasil
audit internal yang berisi temuan ketidaksesuaian oleh auditor yang selanjutnya
akan di follow up atau ditindak lanjuti dan hasil tindak lanjutnya kemudian
dilaporkan pada saat pelaksanaan tinjauan manajemen. Hasil audit internal
tercantum dalam dokumen Laporan Akhir Surveilance Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 Pelayanan Pemeriksaan dan Pemotongan Hewan.
129
Audit internal terakhir yang dilakukan UPTD RPH Terpadu yaitu pada tanggal
9 dan 13 Oktober 2017.
3. Klausul 9.3 Tinjauan Manajemen
Klausul 9.3 membahas persyaratan mengenai pelaksanaan tinjauan
manajemen beserta input apa saja yang dibutuhkan dan output atau hasil dari
tinjauan manajemen. UPTD RPH Terpadu telah melaksanakan tinjauan
manajemen setiap satu tahun sekali dan melibatkan seluruh pihak internal RPH
yaitu manajemen puncak, manager representative dan masing-masing
koordinator di setiap bagian. Tinjauan manajemen dilaksanakan setelah audit
internal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Witara (2017:132-133) bahwa
pelaksanaan tinjauan manajemen dilakukan secara berkala, setidaknya satu
tahun sekali, pelaksanaan tinjauan manajemen sebaiknya dilakukan setelah
pelaksanaan proses audit internal dan sudah dilakukan perbaikan atas temuan
audit internal.
Pelaksanaan tinjauan manajemen dilakukan untuk memastikan
kesesuaian dan keefektifan sistem manajemen mutu yang dilaksanakan. Maka
dari itu perusahaan atau organisasi perlu menentukan masukan-masukan
(input) apa saja yang diperlukan untuk dibahas dalam tinjauan manajemen.
Masukan (input) yang diperlukan dalam tinjauan manajemen berdasarkan
persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 yaitu:
a. Hasil Tinjauan Manajemen sebelumnya
b. Isu internal dan isu eksternal
c. Hasil survey kepuasan pelanggan
130
d. Pemenuhan sasaran mutu
e. Kesesuaian produk
f. Ketidaksesuaian produk dan tindakan korektif
g. Hasil pengukuran dan pemantauan sumberdaya
h. Hasil audit internal dan audit eksternal
i. Hasil evaluasi kinerja pemasok
j. Daftar sumberdaya dalam proses bisnis
k. Tindakan penanganan risiko
l. Peluang perbaikan
UPTD RPH Terpadu telah memiliki hampir seluruh masukan-masukan
yang dibutuhkan dalam tinjauan manajemen sesuai dengan persyaratan ISO
9001:2015. Pemenuhan atas masukan-masukan yang dimiliki UPTD RPH
Terpadu disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Pemenuhan Masukan Tinjauan Manajemen UPTD RPH Terpadu berdasarkan Persyaratan ISO 9001:2015
No. Persyaratan ISO 9001:2015 Bukti Pemenuhan yang telah
dilakukan/dimiliki UPTD RPH Terpadu
1. Hasil tinjauan manajemen sebelumnya
Tinjauan manajemen sebelumnya dilaksanakan pada tahun 2017, tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2017. Isi dari tinjauan manajemen tersebut terbagi menjadi tiga poin utama, yaitu: 1. Hasil Audit/Status Corrective
Action 2. Umpan Balik Pelanggan 3. Kinerja Proses dan Kesesuaian
Pelayanan 2. Isu internal dan isu eksternal Belum terdapat dokumentasi Isu
internal dan isu eksternal sebab belum terdapat kajian Analisis SWOT.
131
(Lanjutan) Tabel 21. Pemenuhan Masukan Tinjauan Manajemen UPTD RPH Terpadu berdasarkan Persyaratan ISO 9001:2015
No. Persyaratan ISO 9001:2015 Bukti Pemenuhan yang telah
dilakukan/dimiliki UPTD RPH Terpadu
3. Hasil survey kepuasan pelanggan
Hasil survey kepuasan pelanggan disimpan dalam dokumen Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).
4. Pemenuhan sasaran mutu Pemenuhan sasaran mutu terdapat pada notulen tinjauan manajemen sebelumnya.
5. Kesesuaian produk Kesesuaian produk disajikan dalam bentuk gambar yaitu berupa foto daging yang sudah sesuai dengan persyaratan RPH dan persyaratan pelanggan.
6. Ketidaksesuaian produk dan tindakan korektif
Ketidaksesuaian produk disajikan dalam bentuk gambar berupa foto produk yang tidak sesuai dan melakukan tindakan korektif terhadap daging yang tidak sesuai dengan persyaratan dengan melakukan pengafkiran. Bukti pengafkiran tertuang dalam laporan BAP (Berita Acara Pengafkiran).
7. Hasil pengukuran dan pemantauan sumberdaya
Hasil pengukuran dan pemantauan sumber daya terbagi menjadi dua yaitu SKP untuk penilaian kinerja pegawai serta Sertifikat Kalibrasi untuk pengukuran alat ukur.
8. Hasil audit internal dan audit eksternal
Hasil audit internal dan audit eksternal tercantum dalam dokumen Laporan Akhir Surveilance Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Pelayanan Pemeriksaan dan Pemotongan Hewan.
9. Hasil evaluasi kinerja pemasok Tidak ditemukan form atau dokumen terkait hasil evaluasi pemasok.
132
(Lanjutan) Tabel 21. Pemenuhan Masukan Tinjauan Manajemen UPTD RPH Terpadu berdasarkan Persyaratan ISO 9001:2015
No. Persyaratan ISO 9001:2015 Bukti Pemenuhan yang telah
dilakukan/dimiliki UPTD RPH Terpadu
10. Daftar sumberdaya dalam proses bisnis
Daftar sumber daya yang digunakan dalam prose bisnis tercantum dalam dokumen Standar Pelayanan RPH pada bagian jumlah pelaksana untuk sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang digunakan sebagai komponen pendukung.
11. Tindakan penanganan risiko UPTD RPH Terpadu telah melakukan tindakan dalam penanganan risiko. Contohnya yaitu pengafkiran produk atau daging yang tidak sesuai dengan persyaratan.
12. Peluang perbaikan UPTD RPH Terpadu telah melakukan tindakan dalam menentukan peluang untuk perbaikan sistem manajemen mutu dengan cara meng-upgrade cara kerja RPH dengan peraturan-peraturan baru yang berhubungan dengan sistem manajemen mutu dan memaksimalkan sumber daya yang ada.
Sumber: Hasil Wawancara (2018)
Tinjauan manajemen yang dilaksanakan UPTD RPH Terpadu
dibuktikan dengan adanya dokumentasi terkait daftar hadir dan notulen
tinjauan manajemen. Daftar hadir tinjauan manajemen berisikan informasi
mengenai waktu dan tempat pelaksanaan tinjauan manajemen serta tabel yang
berisi keterangan tentang nama, alamat dan tanda tangan dari peserta yang
hadir. Hasil dari tinjauan manajemen selalu disimpan dalam bentuk notulen.
133
Notulen tinjauan manajemen berisikan informasi mengenai hari, tanggal dan
waktu pelaksanaan tinjauan manajemen, pemimpin dan peserta tinjauan
manajemen serta pembahasan atau isi tinjauan manajemen. Hasil tinjauan
manajemen meliputi hasil audit internal dan eksternal, umpan balik pelanggan
serta kinerja proses dan kesesuaian pelayanan.
5.1.1.7 Analisis Kesenjangan Klausul 10 Peningkatan/Perbaikan
Klausul 10 Peningkatan/Perbaikan berisi persyaratan yang
mengharuskan perusahaan atau organisasi melakukan perbaikan atas
ketidaksesuaian serta membuat perencanaan pengembangan bisnis jangka
panjang sebagai upaya perbaikan sistem manajemen mutu. Pemenuhan
persyaratan terhadap klausul 10 yaitu sebesar 86,00%. Hasil skoring untuk
masing-masing klausul disajikan pada Tabel 22.
Klausul 10 memiliki tiga sub klausul dengan rincian sebagai berikut:
1. Klausul 10.1 Umum
Klausul 10.1 mengharuskan organisasi atau perusahaan memiliki
dokumentasi terkait ketidaksesuaian produk. UPTD RPH Terpadu telah
memiliki dokumentasi terkait ketidaksesuaian produk. Dokumentasi terkait
ketidaksesuaian produk disajikan dalam bentuk gambar berupa foto produk
yang tidak sesuai serta laporan dalam bentuk BAP (Berita Acara Pengafkiran).
134
Tabel 22. Analisis Kesenjangan Klausul 10 Perbaikan/Peningkatan
Klausul Parameter Skor
1 2 3 4 5 10. Perbaikan/Peningkatan 10.1 Umum 1. Adanya dokumentasi ketidaksesuaian produk. ×
10.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan
2. Koordinasi dengan pihak terkait untuk tindakan koreksi atas temuan ketidaksesuaian.
×
3. Pengkategorian atas ketidaksesuaian yang terjadi. × 4. Prosedur tindakan perbaikan ketidaksesuaian. ×
5. Tindakan pencegahan terhadap masalah yang mungkin timbul.
×
6. Prosedur tindakan pencegahan ketidaksesuaian. × 10.3 Perbaikan Berkelanjutan
7. Memiliki dokumentasi hasil evaluasi kinerja. × 8. Memiliki dokumentasi hasil tinjauan manajemen. ×
9. Penentuan rencana pengembangan bisnis jangka panjang.
×
10. Metode SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threats) Analisis dalam membuat rencana pengembangan bisnis jangka panjang.
×
Total Skor (43/50 × 100%) 86,00% Sumber: Hasil Olah Data (2018)
2. Klausul 10.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan
Klausul 10.2 merupakan tindak lanjut dari klausul 10.1 dimana dalam
klausul ini dibahas mengenai tindakan dalam menangani ketidaksesuaian yang
terjadi. UPTD RPH Terpadu melakukan koordinasi dengan pihak internal dan
pengguna jasa terkait tindakan koreksi yang akan dilakukan atas temuan
ketidaksesuaian. Koordinasi dilakukan melalui lisan terkait sebab mengapa
perlu dilakukan tindakan koreksi. UPTD RPH Terpadu melakukan tindakan
perbaikan untuk mengatasi ketidaksesuaian serta tindakan pencegahan untuk
mencegah adanya ketidaksesuaian.
135
Tindakan perbaikan ketidaksesuaian dilakukan melalui sosialisasi dan
dibuktikan dengan daftar hadir sosialisasi serta tindakan perbaikan melalui
tindakan langsung seperti penguburan hewan jika ditemukan hewan yang
terkena penyakit zoonosis dan pengafkiran daging jika ditemukan daging yang
tidak sesuai dengan persyaratan. Tindakan pencegahan ketidaksesuaian
dilakukan melalui pemeriksaan ante mortem dan post mortem. Tindakan
perbaikan dan tindakan pencegahan dilakukan sesuai dengan prosedur
Pengendalian Produk Tidak Sesuai dan Tindakan Perbaikan/Pencegahan.
Namun, UPTD RPH Terpadu belum melakukan pengkategorian atas
ketidaksesuaian yang terjadi. Ketidaksesuaian yang ditemukan hanya dicatat
dalam berita acara yang meliputi kejadian bulanan, catatan bulanan dan
tahunan, daftar ketidaksesuaian, jumlah ketidaksesuaian dan penanganan yang
harus dilakukan, kemudian didasarkan atas standar layak diedarkan atau tidak
boleh diedarkan.
3. Klausul 10.3 Perbaikan Berkelanjutan
Klausul 10.3 membahas upaya perbaikan sistem manajemen. UPTD
RPH Terpadu mempertimbangkan hasil evaluasi kinerja serta hasil tinjauan
manajemen dalam menentukan peluang perbaikan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Witara (2017:138) bahwa organisasi harus mempertimbangkan
hasil analisis dan evaluasi termasuk keluaran tinjauan manajemen, untuk
menentukan kebutuhan yang harus dilakukan sebagai bagian dari perbaikan
terus menerus.
136
Dokumentasi terkait hasil evaluasi kinerja tercantum dalam notulen rapat yang
berisikan informasi mengenai waktu pelaksanaan rapat, pemimpin rapat,
peserta rapat yang hadir serta hasil rapat evaluasi. Hasil tinjauan manajemen
tercantum dalam notulen management review.
UPTD RPH Terpadu telah menentukan atau membuat rencana
pengembangan bisnis jangka panjang sebagai peluang perbaikan sistem
manajemen mutu. Namun, rencana pengembangan bisnis tersebut masih
berbentuk konsep yang belum terdokumentasikan. Rencana pengembangan
bisnis jangka panjang yang akan dilakukan diantaranya, yaitu:
a. Pengembangan RPH menjadi sarana Edu Agro Wisata atau wisata edukasi
di bidang pertanian, terutama peternakan dari hulu sampai hilir. Dimulai
dari hewan hidup yang dipelihara atau yang akan dipotong, lalu
pemotongan hewannya, kemudian produk hasil pemotongan dan hilirnya
yaitu produk olahan atau turunan dari produk hasil pemotongan seperti
pengolahan bakso, nugget dll.
b. Pemakaian rantai dingin untuk daging sapi-kerbau.
c. Penyediaan daging sapi dalam bentuk yang lebih kecil (potongan lebih
kecil, tidak hanya empat potongan saja) dan dikelompokkan ke dalam
beberapa jenis daging.
d. Pembuatan atap untuk sarana pengolahan limbah cair.
Rencana pengembangan bisnis jangka panjang dibuat dengan
mempertimbangan situasi dan kondisi, perkembangan teknologi serta
kebutuhan serta kemampuan yang dimiliki RPH dalam mengembangkan bisnis.
137
5.1.2 Temuan Ketidaksesuaian pada Masing-Masing Klausul Berdasarkan Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kesenjangan atara Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor, didapatkan hasil temuan
ketidaksesuaian (GAP) pada masing-masing klausul disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Jumlah Temuan Ketidaksesuaian (GAP) pada Masing-masing Klausul
No. Klausul Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015 Jumlah Temuan
Ketidaksesuaian (GAP) 1. Klausul 4 Konteks Organisasi 4 poin 2. Klausul 5 Kepemimpinan 1 poin 3. Klausul 6 Perencanaan 2 poin 4. Klausul 7 Pendukung 4 poin 5. Klausul 8 Operasi 13 poin 6. Klausul 9 Evaluasi Kinerja 4 poin 7. Klausul 10 Perbaikan/Peningkatan 3 poin
Total Temuan Ketidaksesuaian Keseluruhan
31 poin
Sumber: Hasil Olah Data (2018)
Temuan ketidaksesuaian pada masing-masing klausul dijelaskan
sebagai berikut:
1. Temuan Ketidaksesuaian pada Klausul 4 Konteks Organisasi
a. UPTD RPH Terpadu belum membuat Analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunites, Threat).
b. Identifikasi terkait kebutuhan pihak berkepentingan yang terlibat
dalam proses bisnis RPH belum dikaitkan dengan prosesnya di dalam
sistem manajemen mutu.
138
c. Job description masih berbentuk surat tugas yang ditujukan kepada
individu dan hanya memuat informasi terkait identitas pegawai serta
daftar tugas yang harus dikerjakan.
d. UPTD RPH Terpadu belum menyelesaikan tabel risiko dan peluang
yang menjadi salah satu persyaratan baru sistem manajemen mutu ISO
9001:2015.
2. Temuan Ketidaksesuaian pada Klausul 5 Kepemimpinan
a. Job description masih berbentuk surat tugas yang ditujukan kepada
individu dan hanya memuat informasi terkait identitas pegawai serta
daftar tugas yang harus dikerjakan.
3. Temuan Ketidaksesuaian pada Klausul 6 Perencanaan
a. UPTD RPH Terpadu belum menyelesaikan tabel risiko dan peluang
yang menjadi salah satu persyaratan baru sistem manajemen mutu ISO
9001:2015.
b. UPTD RPH Terpadu tidak membuat penggolongan risiko atas risiko
yang sudah dan berpotensi terjadi.
4. Temuan Ketidaksesuaian pada Klausul 7 Pendukung
a. Tidak ditemukan dokumentasi prosedur perekrutan karyawan
b. Daftar alat ukur yang dimiliki (termasuk yang disewa) belum
didokumentasikan secara khusus.
c. Pelaksanaan pelatihan sumber daya manusia (SDM) belum dilakukan
secara konsisten.
139
d. UPTD RPH Terpadu belum menggunakan metode KPI ( key
Performance Indicator) & metode CAPA (Corrective action and
preventive action) dalam melakukan penilaian kinerja karyawan.
5. Temuan Ketidaksesuaian pada Klausul 8 Operasi
a. Tidak ditemukan proposal dari proses desain dan pengembangan.
b. Tidak ditemukan bukti persetujuan perencanaan desain dan
pengembangan dari manajemen puncak.
c. Tidak ditemukan bukti informasi dari kegiatan desain dan
pengembangan.
d. UPTD RPH Terpadu tidak memiliki prosedur tertulis terkait
mekanisme pengendalian desain dan pengembangan.
e. Kegiatan verifikasi produk belum dilakukan pada proses yang
mengalami desain dan pengembangan.
f. Kegiatan validasi produk belum dilakukan pada proses yang
mengalami desain dan pengembangan.
g. Tidak ditemukan bukti verifikasi dari output yang telah memenuhi
persyaratan.
h. Tidak ditemukan bukti validasi bahwa output telah sesuai.
i. Tidak ditemukan bukti bahwa output sesuai dengan persyaratan
sebelumnya.
j. Tidak ditemukan bukti bahwa output sesuai dan dapat dilanjutkan ke
proses berikutnya.
k. Tidak ditemukan bukti terkait perubahan desain dan pengembangan.
140
l. Tidak ditemukan dokumentasi hasil seleksi, evaluasi dan pemantauan
kinerja pemasok.
m. UPTD RPH Terpadu belum memiliki prosedur pengendalian pemasok
dalam sistem manajemen mutu.
6. Temuan Ketidaksesuaian pada Klausul 9 Evaluasi Kinerja
a. UPTD RPH Terpadu belum melakukan survei keluhan pelanggan.
b. UPTD RPH Terpadu tidak menggunakan metode FMEA (Failure
Modes and Effect Analysis) dalam melaksanakan analisis dan evaluasi
pelaksanaan sistem manajemen mutu.
c. Dokumentasi terkait isu internal dan isu eksternal belum tercantum
dalam analisis SWOT.
d. Tidak ditemukan dokumentasi hasil evaluasi kinerja pemasok.
7. Temuan Ketidaksesuaian pada Klausul 10 Perbaikan/Peningkatan
a. UPTD RPH Terpadu belum membuat pengkategorian atas
ketidaksesuaian yang terjadi.
b. Tidak ditemukan dokumentasi terkait rencana pengembangan bisnis
jangka panjang.
c. UPTD RPH Terpadu tidak mempertimbangkan analisis SWOT
(Strength, Weakness, opportunities, Threat) dalam penentuan rencana
pengembangan bisnis jangka panjang.
141
5.2 Pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015
UPTD RPH Terpadu telah menjalankan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 selama 7 tahun, terhitung mulai tahun 2010 hingga tahun 2017.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 masa berlakunya telah habis pada
September 2018. Maka dari itu, UPTD RPH Terpadu harus melakukan
pengembangan Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9001:2008 menjadi ISO
9001:2015.
Pengembangan sistem manajemen mutu dari ISO 9001:2008 menjadi
ISO 9001:2015 dilakukan dengan memberikan rekomendasi tindakan
perbaikan serta rancangan dokumentasi berdasarkan persyaratan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Rekomendasi tindakan perbaikan yang
dimaksud adalah tindakan yang harus dilakukan perusahaan dalam mengatasi
ketidaksesuaian yang ada. Rancangan dokumentasi adalah dokumen yang
belum dimiliki perusahaan dan perlu dirancang untuk memenuhi persyaratan
informasi terdokumentasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Rancangan dokumentasi dirancang oleh penulis berdasarkan hasil wawancara
dari informan serta dokumen internal milik UPTD RPH Terpadu Kota Bogor.
142
5.2.1 Identifikasi Tindak Lanjut atau Tindakan Perbaikan Berdasarkan Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Berdasarkan temuan ketidaksesuaian (GAP) pada masing-masing
klausul, penulis merekomendasikan tindakan perbaikan berdasarkan
persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 yang harus dilakukan
oleh UPTD RPH Terpadu Kota Bogor. Rekomendasi tindakan perbaikan atas
temuan ketidaksesuaian (GAP) disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Temuan Ketidaksesuaian (GAP) dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan
No. Parameter GAP Rekomendasi
Tindakan Perbaikan
1.
Terdapat kajian analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat)
UPTD RPH Terpadu belum memiliki analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat).
Membuat analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat).
2.
Melakukan identifikasi terkait kebutuhan pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
Identifikasi terkait kebutuhan pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH belum dikaitkan dengan prosesnya di dalam sistem manajemen mutu.
Membuat analisis kebutuhan pihak yang berkepentingan yang memuat informasi terkait pihak yang berkepentingan, kebutuhannya serta prosesnya di dalam sistem manajemen mutu
3.
Memiliki dokumen terkait Jobdesc (Job Description) untuk setiap unit kerja RPH.
Job description masih berbentuk surat tugas yang ditujukan kepada individu dan hanya memuat informasi terkait identitas pegawai serta daftar tugas yang harus dikerjakan.
Membuat dokumen khusus terkait job description untuk semua unit kerja RPH yang berisikan informasi mengenai nama jabatan, nama atasan, nama bawahan, tugas dan tanggung jawab serta keahlian yang dibutuhkan untuk posisi tersebut.
143
(Lanjutan) Tabel 24. Temuan Ketidaksesuaian (GAP) dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan
No. Parameter GAP Rekomendasi
Tindakan Perbaikan
4.
Memiliki tabel risiko dan peluang dari setiap unit penyembelihan.
UPTD RPH terpadu masih merumuskan kemungkinan risiko yang terjadi dalam proses bisnis RPH.
Membuat tabel analisis risiko.
5.
Membuat job description untuk semua posisi yang tercantum dalam struktur organisasi.
Job description berbentuk surat tugas yang berisikan informasi terkait identitas pegawai serta daftar tugas yang harus dikerjakan.
Membuat dokumen khusus terkait job description untuk semua unit kerja yang berisikan informasi mengenai nama jabatan, nama atasan, nama bawahan, tugas dan tanggung jawab serta keahlian yang dibutuhkan untuk posisi tersebut.
6. Terdapat risk and opportunities register.
Risk and opportunities register masih dalam tahap pembuatan.
Membuat tabel analisis risiko.
7.
Adanya penggolongan risiko dan peluang serta tindakan mengatasinya.
Tidak ada penggolongan risiko dan peluang.
Membuat tabel analisis risiko.
8. Adanya prosedur perekrutan karyawan.
Tidak ditemukan dokumentasi terkait prosedur perekrutan karyawan.
Membuat prosedur perekrutan karyawan.
9. Pelatihan SDM. Pelatihan tidak dilaksanakan secara rutin.
Melaksanakan pelatihan secara rutin.
10.
Adanya daftar alat ukur yang dimiliki (termasuk yang disewa).
Dokumentasi daftar alat ukur masih tercantum dalam daftar sarana dan prasarana yang dimiliki RPH.
Membuat dokumentasi khusus terkait daftar alat ukur beserta tanggal dan masa berlaku kalibrasinya, agar memudahkan dalam pemeriksaan alat ukur.
144
(Lanjutan) Tabel 24. Temuan Ketidaksesuaian (GAP) dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan
No. Parameter GAP Rekomendasi
Tindakan Perbaikan
11.
Penilaian kinerja karyawan menggunakan metode KPI (Key Performance Indicator) & metode CAPA (Corrective action and preventive action).
Penilaian tidak menggunakan metode KPI (Key Performance Indicator) & metode CAPA (Corrective action and preventive action).
Menggunakan metode KPI (Key Performance Indicator) & metode CAPA (Corrective action and preventive action) dalam melakukan penilaian karyawan.
12. Adanya proposal dari proses desain dan pengembangan.
Tidak ditemukan dokumentasi terkait proposal desain dan pengembangan.
Menuangkan konsep perencanaan desain dan pengembangan ke dalam bentuk tertulis seperti proposal.
13.
Adanya dokumentasi persetujuan perencanaan desain dan pengembangan dari Manajemen Puncak.
Tidak ditemukan dokumentasi baik foto maupun form lainnya.
Menuangkan konsep perencanaan desain dan pengembangan ke dalam bentuk tertulis seperti proposal.
14.
Memiliki dokumentasi informasi dari kegiatan desain dan pengembangan.
Tidak ditemukan dokumentasi baik foto maupun form lainnya.
Menuangkan konsep perencanaan desain dan pengembangan ke dalam bentuk tertulis seperti proposal.
15. Memiliki mekanisme pengendalian desain dan pengembangan.
UPTD RPH Terpadu belum memiliki mekanisme pengendalian desain dan pengembangan.
Membuat prosedur tentang pengendalian desain dan pengembangan.
16. Melakukan kegiatan verifikasi produk.
UPTD RPH Terpadu belum melakukan kegiatan verifikasi produk hasil desain dan pengembangan.
Melakukan kegiatan verifikasi produk.
17. Melakukan kegiatan validasi produk.
UPTD RPH Terpadu belum melakukan kegiatan validasi produk hasil desain dan pengembangan.
Melakukan kegiatan validasi produk.
18.
Memiliki dokumentasi verifikasi dari output yang telah memenuhi persyaratan.
Tidak ditemukan dokumentasi verifikasi dari output yang telah memenuhi persyaratan.
Menyimpan dokumentasi terkait kegiatan verifikasi produk.
145
(Lanjutan) Tabel 24. Temuan Ketidaksesuaian (GAP) dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan
No. Parameter GAP Rekomendasi
Tindakan Perbaikan
19.
Memiliki dokumentasi validasi bahwa output telah sesuai.
Tidak ditemukan dokumentasi validasi dari output yang telah memenuhi persyaratan.
Menyimpan dokumentasi terkait kegiatan validasi produk.
20.
Memiliki dokumentasi bahwa output sesuai dengan persyaratan sebelumnya.
Tidak ditemukan dokumentasi baik foto maupun form lainnya.
Menyimpan dokumentasi terkait kegiatan verifikasi dan validasi produk.
21.
Memiliki dokumentasi bahwa output sesuai dan dapat dilanjutkan ke proses berikutnya.
Tidak ditemukan dokumentasi baik foto maupun form lainnya.
Menyimpan dokumentasi terkait kegiatan verifikasi dan validasi produk.
22.
Adanya bukti dokumentasi terkait perubahan desain dan pengembangan.
Tidak ditemukan dokumentasi baik foto maupun form lainnya.
Menuangkan konsep perubahan desain dan pengembangan ke dalam bentuk tertulis seperti proposal.
23.
Adanya dokumentasi hasil seleksi, evaluasi dan pemantauan kinerja pemasok.
Tidak ditemukan dokumentasi terkait hasil seleksi, evaluasi dan pemantauan kinerja pemasok.
Menyimpan dokumentasi hasil seleksi, evaluasi dan pemantauan kinerja pemasok.
24.
Adanya prosedur pengendalian pemasok dalam sistem manajemen mutu.
UPTD RPH Terpadu tidak memiliki prosedur pengendalian pemasok.
Membuat prosedur mengenai pengendalian pemasok.
25. Survei keluhan pelanggan.
UPTD RPH Terpadu belum melakukan survei keluhan pelanggan.
Melakukan survei keluhan pelanggan.
26. Metode FMEA (Failure Modes and Effect Analysis).
Penggunaan metode analisis dan evaluasi pelaksanaan sistem manajemen mutu.
Menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam melakukan anilisi dan evaluasi pelaksanaan sistem manajemen mutu.
146
(Lanjutan) Tabel 24. Temuan Ketidaksesuaian (GAP) dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan
No. Parameter GAP Rekomendasi
Tindakan Perbaikan
27. Adanya dokumentasi terkait isu internal dan isu eksternal.
Isu internal dan eksternal belum tertuang dalam Analisis SWOT, (Strength, Weakness, Opportunites, Threat) namun
Membuat analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat).
28. Adanya dokumentasi hasil evaluasi kinerja pemasok.
Tidak ditemukan form atau dokumen terkait evaluasi pemasok.
Membuat form mengenai hasil evaluasi kinerja pemasok.
29. Pengkategorian atas ketidaksesuaian yang terjadi.
Belum ada pengkategorian atas ketidaksesuaian yang terjadi.
Mengkategorikan ketidaksesuaian yang terjadi menggunakan kategori minor dan mayor sesuai standar ISO 9001:2015.
30. Memiliki rencana pengembangan bisnis jangka panjang.
Tidak ditemukan dokumentasi terkait rencana bisnis jangka panjang.
Menuangkan rencana pengembangan bisnis kedalam tulisan, tidak hanya berupa konsep.
31.
Melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunities, Threat) dalam penentuan rencana pengembangan bisnis jangka panjang.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat) yang dimiliki belum sampai pada tahap strategi yang harus dijalankan dalam mengatasi SWOT.
Menentukan rencana pengembangan bisnis jangka panjang berdasarkan strategi dalam analisis SWOT.
Sumber: Hasil Olah Data (2018)
Berdasarkan temuan ketidaksesuaian (GAP) dan rekomendasi tindakan
perbaikan yang disajikan pada Tabel 24, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai
rekomendasi tindakan perbaikan yang harus dilakukan UPTD RPH Terpadu
dalam memenuhi ketidaksesusian (GAP) yang terjadi secara keseluruhan yang
disajikan pada Tabel 25.
147
Tabel 25. Rekomendasi Tindakan Perbaikan atas Temuan Ketidaksesuaian (GAP) secara Keseluruhan
No. Rekomendasi Tindakan Perbaikan 1. Membuat analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat). 2. Membuat analisis kebutuhan pihak yang berkepentingan yang memuat informasi
terkait pihak yang berkepentingan, kebutuhannya serta prosesnya di dalam sistem manajemen mutu
3. Membuat dokumen khusus terkait job description untuk semua unit kerja RPH yang berisikan informasi mengenai nama jabatan, nama atasan, nama bawahan, tugas dan tanggung jawab serta keahlian yang dibutuhkan untuk posisi tersebut.
4. Membuat tabel analisis risiko. 5. Membuat prosedur perekrutan karyawan. 6. Membuat dokumentasi khusus terkait daftar alat ukur beserta tanggal dan masa
berlaku kalibrasinya, agar memudahkan dalam pemeriksaan alat ukur. 7. Melaksanakan pelatihan secara rutin. 8. Menggunakan metode KPI (Key Performance Indicator) & metode CAPA
(Corrective Action and Preventive Action) dalam melakukan penilaian karyawan.
9. Menuangkan konsep perencanaan desain dan pengembangan ke dalam bentuk tertulis seperti proposal.
10. Membuat prosedur tentang pengendalian desain dan pengembangan. 11. Melakukan kegiatan verifikasi produk. 12. Melakukan kegiatan validasi produk. 13. Menyimpan dokumentasi terkait kegiatan verifikasi produk. 14. Menyimpan dokumentasi terkait kegiatan validasi produk. 15. Membuat prosedur mengenai pengendalian pemasok. 16. Melakukan survei keluhan pelanggan. 17. Menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam
melakukan anilisi dan evaluasi pelaksanaan sistem manajemen mutu. 18. Membuat form mengenai hasil evaluasi kinerja pemasok. 19. Mengkategorikan ketidaksesuaian yang terjadi menggunakan kategori minor dan
mayor sesuai standar ISO 9001:2015. 20. Menuangkan rencana pengembangan bisnis kedalam tulisan, tidak hanya berupa
konsep. 21. Menentukan rencana pengembangan bisnis jangka panjang berdasarkan strategi
dalam analisis SWOT. Sumber: Hasil Olah Data (2018)
148
5.2.2 Rancangan Dokumentasi Berdasarkan Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Berdasarkan temuan ketidaksesuaian (GAP) antara sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 pada
UPTD RPH Terpadu Kota Bogor, penulis merancang beberapa dokumentasi
sesuai dengan persyaratan informasi terdokumentasi sebagai dokumen wajib
sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 yang disajikan pada Lampiran 12 serta
dokumen lain yang menjadi persyaratan masing-masing klausul berdasarkan
parameter yang harus dipenuhi. Dokumen yang akan dirancang disajikan pada
Tabel 26.
Tabel 26. Rancangan Dokumentasi Berdasarkan Temuan Ketidaksesuaian No. Rekomendasi Tindakan Perbaikan 1. Membuat analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat). 2. Membuat analisis kebutuhan pihak yang berkepentingan yang memuat
informasi terkait pihak yang berkepentingan, kebutuhannya serta prosesnya di dalam sistem manajemen mutu.
3. Membuat dokumen khusus terkait job description untuk semua unit kerja RPH yang berisikan informasi mengenai nama jabatan, nama atasan, nama bawahan, tugas dan tanggung jawab serta keahlian yang dibutuhkan untuk posisi tersebut.
4. Membuat tabel analisis risiko. 5. Membuat prosedur perekrutan karyawan. 6. Membuat dokumentasi khusus terkait daftar alat ukur beserta tanggal dan masa
berlaku kalibrasinya, agar memudahkan dalam pemeriksaan alat ukur. 7. Membuat prosedur tentang pengendalian desain dan pengembangan. 8. Membuat prosedur mengenai pengendalian pemasok. 9. Membuat form mengenai hasil evaluasi kinerja pemasok.
Sumber: Hasil Olah Data (2018)
149
Rancangan dokumentasi tersebut yaitu:
1. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat)
Analisis SWOT dibuat berdasarkan hasil wawancara terhadap informan
di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor. Analisis SWOT dibuat sebagai pemenuhan
atas persyaratan baru terkait penentuan isu internal dan isu eksternal perusahaan
atau organisasi. Analisis SWOT dibuat untuk memenuhi ketidaksesuaian (GAP)
pada Klausul 4 Konteks Organisasi dan Klausul 10 Perbaikan/Peningkatan.
Analisis SWOT dirancang menggunakan matriks SWOT. Matriks analisis
SWOT disajikan pada Tabel 27. Analisis SWOT UPTD RPH Terpadu yaitu:
Strength:
Memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang mendukung
pemotongan hewan
Mempunyai sertifikat Halal MUI, Nomor Kontrol Veteriner (NKV) serta
ISO 9001
Mempunyai juru sembelih halal
Memiliki sumber daya manusia yang kompeten
Lokasi strategis dan mudah dijangkau
Menyediakan layanan pasar hewan
Memiliki sarana pengolahan daging
Weakness:
Keterbatasan jumlah sumber daya manusia
Tidak menyediakan daging beku
Banyaknya kerusakan pada sarana dan prasarana
150
Opportunities:
Tingginya tingkat konsumsi daging
Peluang pasar daging olahan sangat tinggi
Threat:
Adanya RPH lain yang menggunakan rantai dingin
Maraknya daging impor beku di pasar tradisional
2. Analisis Kebutuhan Pihak yang Berkepentingan
Analisis kebutuhan pihak berkepentingan merupakan salah satu
persyaratan baru dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 yang harus
dipenuhi oleh perusahaan atau organisasi. Analisis kebutuhan pihak
berkepentingan dibuat untuk memenuhi ketidaksesuaian (GAP) pada Klausul 4
Konteks Organisasi. Analisis kebutuhan pihak berkepentingan dirancang
berdasarkan hasil wawancara dengan informan dan dikaitkan dengan proses
yang mendukung dalam sistem manajemen mutu. Analisis kebutuhan pihak
yang berkepentingan disajikan pada Tabel 28.
3. Analisis Risiko
Analisis risiko merupakan persyaratan baru dari sistem manajemen
mutu ISO 9001:2015. Analisis risiko dibuat untuk memenuhi ketidaksesuaian
(GAP) pada Klausul 6 Perencanaan. Analisis risiko dirancang dengan
menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). Menurut
Gaspersz, FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan
mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan.
151
Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kegagalan dalam
desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang telah ditetapkan, atau perubahan
produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu (Anugrah dkk,
2017:148). FMEA mengukur tingkat risiko atau kegagalan berdasarkan tiga
parameter yaitu:
a. Keparahan/Severity (S), merupakan kuantifikasi seberapa serius kondisi
yang diakibatkan jika terjadi kegagalan.
b. Kejadian/Occurrence (O), merupakan tingkatan kemungkinan terjadinya
kegagalan.
c. Deteksi/Detection (D), menunjukkan tingkat kemungkinan lolosnya
penyebab kegagalan dari kontrol yang sudah dipasang.
Skala penilaian untuk Severity, Occurrence dan Detection disajikan pada Tabel
29. Perhitungan Risk Priority Number (RPN) diperoleh dari hasil perkalian
bobot dari severity (S), occurance (O) dan detection (D).
Tabel 29. Skala Penilaian untuk Severity (Sev), Occurrence (Occ) dan Detection (Det)
Skor Severity (Sev) Occurrence (Occ) Detection (Det) 1 Tidak ada efek Hampir tidak pernah Hampir pasti 2 Sangat kecil Sangat jarang Sangat mudah 3 Kecil Cukup jarang Mudah 4 Sangat rendah Sedikit jarang Cukup mudah 5 Rendah Jarang Biasa saja 6 Sedang Sedikit sering Agak sulit 7 Tinggi Cukup sering Cukup sulit 8 Sangat tinggi Sering Sulit 9 Serius Sangat sering Sangat sulit
10 Sangat
berbahaya/serius Hampir selalu terjadi
Hampir tidak mungkin
Sumber: Sellappan dan Palanikumar (2013)
152
Analisis risiko dirancang berdasarkan hasil wawancara serta observasi terkait
kemungkinan risiko yang terjadi pada proses bisnis yang dijalankan UPTD
RPH Terpadu Kota Bogor. Analisis risiko disajikan pada Tabel 30.
4. Job Description
Job description dirancang karena UPTD RPH Terpadu belum memiliki
dokumentasi sistematis terkait job description. Dokumentasi job description
dibuat untuk memenuhi ketidaksesuaian (GAP) pada Klausul 5
Kepemimpinan.UPTD RPH Terpadu hanya memiliki Surat Tugas yang
ditujukan untuk masing-masing karyawan. Job description dirancang
berdasarkan acuan dokumen internal milik UPTD RPH Terpadu yaitu Analisis
GAP Kompetensi Karyawan serta berdasarkan persyaratan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2015 bahwa job description sebaiknya berisi tentang nama
jabatan, nama atasan, nama bawahan, tugas dan keahlian yang dibutuhkan
untuk posisi tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Witara (2017:87). Job
description disajikan pada Lampiran 13.
5. Prosedur Perekrutan Karyawan
UPTD RPH Terpadu belum memiliki dokumentasi terkait prosedur
perekrutan karyawan. Prosedur perekrutan karyawan dibuat untuk memenuhi
ketidaksesuaian (GAP) pada Klausul 7 Pendukung. Prosedur perekrutan
karyawan dibuat berdasarkan hasil wawancara terkait pelaksanaan perekrutan
karyawan. Prosedur perekrutan karyawan disajikan pada Lampiran 14.
153
Tabel 27. SWOT Matrix
Strengths (S) Memiliki kelengkapan
sarana dan prasarana yang mendukung pemotongan hewan (S1)
Mempunyai sertifikat Halal MUI, Nomor Kontrol Veteriner (NKV) serta ISO 9001 (S2)
Mempunyai juru sembelih halal (S3)
Memiliki sumber daya manusia yang kompeten (S4)
Lokasi strategis, mudah dijangkau, cocok untuk kegiatan pemasaran dan penelitian (S5)
Menyediakan layanan pasar hewan (S6)
Memiliki sarana pengolahan daging (S7)
Weakness (W)
Keterbatasan jumlah sumber daya manusia (W1)
Tidak menyediakan daging beku (W2)
Banyaknya kerusakan pada sarana dan prasarana (W3)
Opportunities (O)
Tingginya tingkat konsumsi daging (O1)
Peluang pasar daging olahan sangat tinggi (O2)
Strategi SO
Menyediakan daging yang ASUH dan berkualitas (S1,S2,S3,O1)
Mengembangkan proses bisnis ke arah pengolahan daging (S1,S7,O2)
Strategi WO
Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana pemotongan hewan (W3,O1)
Mengadakan perekrutan karyawan dalam bidang pengolahan daging (W1,O1,O2)
Threats (T) Adanya RPH lain yang
menggunakan rantai dingin (T1)
Maraknya daging impor beku di pasar tradisional (T2)
Strategi ST
Mengembangkan proses bisnis dengan menyediakan daging beku (S1,S2,S3,T1,T2)
Strategi WT
Mengadakan pelatihan SDM agar meningkatkan kompetensi SDM terkait penggunaan rantai dingin (W1,W2,T1,T2)
Sumber: Hasil Olah Data (2018)
Internal
Eksternal
154
Tabel 28. Analisis Kebutuhan Pihak yang Berkepentingan di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor
Pihak Berkepentingan
Kebutuhan Proses di dalam SMM
Pegawai RPH
Lingkungan kerja yang nyaman dan fasilitas kerja yang baik.
Proses Penyediaan Lingkungan Kerja Proses Penyediaan Infrastruktur
Dinas Pertanian Kota Bogor
Peningkatan produksi daging, dari pemotongan, tercapainya daging ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal serta tercapainya higiene dan sanitasi RPH.
Proses Perencanaan Produksi Proses Audit Internal Proses Pemeriksaan Hewan dan Daging Proses Pemotongan Hewan Proses Pemeliharaan Infrastruktur
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor
Pengolahan limbah untuk pencegahan pencemaran.
Proses Pengendalian Limbah Cair dan Limbah Padat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Tercapainya target PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari retribusi RPH.
Proses Pemenuhan Sasaran Mutu
Kelompok Tani Tercapainya produksi pupuk.
Proses Pengendalian Limbah Padat
Pengguna Jasa Sarana dan prasarana pelayanan baik.
Proses Penyediaan Infrastruktur
Penyedia Eksternal Persyaratan yang diberikan lengkap dan jelas.
Proses pengendalian dokumen
Sumber: Hasil Olah Data (2018)
155
Tabel 30. Analisis Risiko Menggunakan Metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
Process Potential Failure
Mode Potential Effect Of
Failure Sev
Potential Causes Occ
Penanganan Det
Rpn
Action Recommended
Pemeriksaan Dokumen
Hewan tidak dilengkapi dokumen yang dipersyaratkan.
Hewan tidak sesuai dengan persyaratan RPH.
3 Tidak ada pemeriksaan sebab security tidak ada di tempat. Peternak tidak mengurus dokumen yang dipersyaratkan.
4 Sosialisasi ulang kepada peternak atau pengguna jasa khususnya unggas.
2 24 Memastikan SOP berjalan, jika ditemukan hewan yang tidak memiliki dokumen maka akan ditolak.
Penerimaan Hewan Status hewan mati saat perjalanan.
Berkurangnya jumlah hewan.
4 Over kapasitas saat pengiriman. Kendala saat transportasi.
3 Sosialisasi ke pengguna jasa terkait penanganan hewan yang mati.
2 24 Membuat SOP Penanganan Hewan yang Mati. Hewan yang mati di jalan akan ditolak.
Penampungan Hewan
Animal Walfare (Kesejahteraan Hewan) tidak terperhatikan.
Hewan akan merasa stress dan kesakitan.
4 Ketidakpedulian pegawai.
4 Sosialisasi awareness terhadap animal walfare.
3 48 Membuat SOP terkait animal walfare.
Pengolahan Limbah Cair
Mesin blower, mixer, transfer dan panel rusak.
Pengolahan limbah tidak berjalan dengan baik.
6 Mesin lembab 5 Perbaikan mesin fasilitas IPAL.
1 30 Melakukan pengecekan seluruh fasilitas IPAL secara berkala.
Pemeriksaan Ante Mortem
Hewan sakit dan bisa diisolasi.
Menular kepada hewan lain.
3 Tidak ada kandang isolasi
4 Menyediakan kandang isolasi.
1 12 Membuat kandang isolasi.
Stunning (Unit Sapi-Kerbau)
Hewan mati pada saat proses stunning.
Daging yang dihasilkan menjadi tidak halal.
2 Bukan dilakukan oleh pekerja khusus stunning.
1 Sosilisasi kepada pekerja.
2 4 Melakukan pelatihan terkait stunning kepada pekerja lain.
156
(Lanjutan) Tabel 30. Analisis Risiko Menggunakan Metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
Process Potential Failure
Mode Potential Effect Of
Failure Sev
Potential Causes Occ
Penanganan Det
Rpn
Action Recommended
Stunning (Unit Ayam)
Hewan mati pada saat proses stunning.
Daging yang dihasilkan menjadi tidak halal.
2 Listrik tidak berjalan dengan baik.
1 Memastikan listrik berjalan pada saat proses pemotongan.
1 2 Melakukan pengecekan listrik sebelum proses pemotongan berlangsung.
Pemotongan Hewan Pemotongan hewan tidak sesuai dengan syariat Islam.
Menghasilkan daging yang tidak halal.
2 Dilakukan oleh non juleha.
1 Mencari pengganti juleha.
1 2 Menambah juleha dengan perekrutan karyawan.
Pemeriksaan Post Mortem
Pedagang daging menolak daging di afkir.
Daging yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar RPH.
4 Pengguna jasa kurang kooperatif.
3 Sosialisasi kepada pengguna jasa.
4 48 Membuat SOP terkait pelaksaan pengafkiran.
Pasar Hewan Penyebaran penyakit. Hewan tertular penyakit.
4 Lalu lintas hewan sulit dikontrol.
5 Melakukan pemeriksaan ante mortem.
2 40 Memastikan proses pemeriksaan selalu berjalan sesuai dengan SOP.
Pemeliharaan Infrastruktur
Genset mati Pemotongan tertunda. 2 Sistem otomatis tidak sinkron. Daya tidak seimbang.
2 Setting ulang sistem otomatis
1 4 Menambah daya agar sistem dapat berjalan dengan baik.
Sumber: Hasil Olah Data (2018)
157
6. Prosedur Pengendalian Pemasok
UPTD RPH Terpadu belum memiliki dokumentasi terkait prosedur
pengendalian pemasok. Prosedur pengendalian pemasok dibuat untuk
memenuhi ketidaksesuaian (GAP) pada Klausul 8 Operasi Prosedur
pengendalian pemasok dibuat berdasarkan hasil wawancara terkait pelaksanaan
pengendalian pemasok. Prosedur pengendalian pemasok disajikan pada
Lampiran 15.
7. Prosedur Pengendalian Desain dan Pengembangan
UPTD RPH Terpadu belum memiliki dokumentasi terkait prosedur
pengendalian desain dan pengembangan. Prosedur pengendalian desain dan
pengembangan dibuat untuk memenuhi ketidaksesuaian (GAP) pada Klausul
8 Operasi. Prosedur pengendalian desain dan pengembangan dibuat
berdasarkan hasil wawancara terkait pelaksanaan desain dan pengembangan.
Prosedur pengendalian desain dan pengembangan disajikan pada Lampiran
16.
8. Form Hasil Evaluasi Kinerja Pemasok
Hasil pelaksanaan evaluasi kinerja pemasok dapat dibuktikan dengan
adanya dokumentasi terkait hasil evaluasi kinerja pemasok. Namun, UPTD
RPH Terpadu belum memiliki bukti dokumentasi terkait kegiatan tersebut.
Form evaluasi kinerja pemasok dibuat untuk memenuhi ketidaksesuaian (GAP)
pada Klausul 9 Evaluasi kinerja.
158
Form hasil evaluasi kinerja pemasok dibuat berdasarkan tata cara evaluasi
pemasok yang dilakukan oleh UPTD RPH Terpadu. Form hasil evaluasi
kinerja pemasok dibagi menjadi dua yaitu pemasok barang dan pemasok
hewan. Form hasil evaluasi kinerja pemasok disajikan pada Lampiran 17.
9. Form Daftar Alat Ukur
Daftar alat ukur yang dimiliki UPTD RPH Terpadu belum
terdokumentasi secara sistematis, karena masih tercantum bersamaan dengan
daftar peralatan lain yang digunakan dalam proses bisnis RPH. Form daftar alat
ukur dibuat untuk memenuhi ketidaksesuaian (GAP) pada Klausul 7
Pendukung. Form daftar alat ukur dibuat untuk memudahkan UPTD RPH
Terpadu dalam mendata status kalibrasi dari masing-masing alat ukur yang
digunakan. Form daftar alat ukur disajikan pada Lampiran 18.
159
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai kesenjangan antara
penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dengan persyaratan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2015 dan perancangan pengembangan sistem
manajemen mutu berdasarkan persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:
2015 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan analisis kesenjangan (GAP), diperoleh skor keseluruhan
sebesar 88,21%. Hal tersebut menunjukkan bahwa UPTD RPH Terpadu
sudah memenuhi persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
dan siap melakukan konversi sistem. Namun, secara keseluruhan masih
terdapat beberapa persyaratan yang belum dilakukan secara sempurna dan
persyaratan yang belum dipenuhi.
2. Perancangan pengembangan sistem manajemen mutu berdasarkan
persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2015 yang dilakukan yaitu
membuat analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat),
membuat analisis kebutuhan pihak yang berkepentingan, membuat analisis
risiko menggunakan FMEA, membuat dokumen job description, membuat
prosedur perekrutan karyawan, membuat prosedur pengendalian pemasok,
160
membuat prosedur pengendalian desain dan pengembangan, membuat
form hasil evaluasi pemasok serta membuat form daftar alat ukur.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan melihat kondisi
yang ada di perusahaan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Mengimplementasikan tindakan perbaikan untuk memenuhi
ketidaksesuaian yang terjadi.
2. Melengkapi dokumentasi sesuai dengan persyaratan sistem manajemen
mutu ISO 9001:2015 untuk melakukan sertifikasi.
161
DAFTAR PUSTAKA
Amandarina, Vivie Chandra. 2017. Analisis Kesiapan Rencana Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 Menggunakan GAP Analysis di SMK Negeri 1 Batam [Skripsi]. Politeknik Negeri Batam. Batam.
Anugrah, Ninda Restu dkk. 2017. Usulan Perbaikan Kualitas Produk
Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di Pabrik Roti Bariton. Jurnal Teknik Industri, Hal 146-157, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung.
Assauri, Sofjan. 2016. Strategic Management Sustainable Competitive
Advantages Edisi 2. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6159-
1999 Rumah Potong Hewan. Badan Standardisasi Nasional (BSN). Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Sistem Manajemen Mutu SNI 9001:2008.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 2015. Sistem Manajemen Mutu SNI 9001:2015.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). Jakarta. Bakhtiar, Arfan dan Bambang Purwanggono. 2009. Analisis Implementasi Sistem
Manajemen Kualitas ISO 9001:2000 dengan Menggunakan GAP Analysis Tools (Studi Kasus di PT. PLN (Persero) PIKITRING JBN Bidang Perencanaan). Jurnal Teknik Industri Vol IV, No 3, September 2009, Universitas Dipenogoro. Semarang.
Gasperz, Vincent. 2002. ISO 9001 : 2000 and Contunial Quality Improvement.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gaspersz, Vincent. 2003. Total Quality Management. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
162
Hastuti, Diah Retno Dwi. 2017. Ekonomi Agribisnis (Teori dan Kasus). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Rumah Buku Carabaca. Makassar.
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. PT Grasindo. Jakarta. Jogiyanto HM. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi. Yogyakarta. Kementerian Pertanian RI. 2017. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan
2017. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta. Ladjamudin, Albahra. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Graha Ilmu.
Yogyakarta. Marketing Sentral Sistem Consulting. 2017. Apa itu ISO? Pahami Kegunaannya,
Bukan Pasalnya. Diakses dari https://sentralsistem.com pada 1 April 2019 pukul 21.00 WIB.
Moleong, Lexi J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
Rosdakarya. Jakarta. Nasution, M. Nur. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Ghalia Indonesia. Bogor. Nurcahyo, Rahmat dan Yuri M.Z. 2013. TQM: Manajemen Kualitas Total dalam
Perspektif Teknik Industri. PT Indeks. Jakarta. Prihantoro, Rudi. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung. Rivai, Veitzhal dan Sagala, Ella Jauvani. 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik: Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
163
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. PT Indeks. Jakarta. Sellappan, N. Dan K. Palanikumar. 2013. Development of Modified Evaluation
and Prioritization of Risk Priority Number in FMEA. International Journal of Engineering (IJE), Vol. 7 : Issue (1) : 32 – 43.
Sindhuwinata, Eka dan Felecia. 2016. Perancangan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015: Studi Kasus PT. X. Jurnal Titra, Vol 4, No.2, Juli 2016. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung. Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung. Theonardo, Irfan. 2017. Perancangan dan Penerapan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015 pada PT. ABC, Sidoarjo [Skripsi]. Universitas Surabaya. Surabaya.
Wastra, Akhmad Riyadi. 2016. Inovasi Agribisnis. UIN Jakarta Press. Jakarta. Witara, Ketut. 2017. Mengenal ISO 9001:2015 (Sistem Manajemen Mutu). STIE
Mahardhika Publisher. Surabaya. Yuanita, Bella Eriya. 2017. Kajian Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 di Pabrik Tepung Terigu X [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
13/Permentan/Ot.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant)
164
LAMPIRAN
165
Lampiran 1. Plang dan Pintu masuk UPTD RPH Terpadu Dinas Pertanian Kota Bogor
166
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Konteks Organisasi
Permasalahan Organisasi
Permasalahan Organisasi yaitu isu internal dan eksternal yang berkaitan dengan tujuan suatu organisasi. Isu internal dapat bersumber dari faktor karyawan, kepuasan pelanggan dan proses produksi. Isu eksternal dapat bersumber dari faktor teknologi, undang-undang, sosial dan ekonomi
Penetapan isu internal dan isu eksternal organisasi.
Terdapat kajian analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat)
√
Pihak yang Berkepentingan atau stakeholder adalah orang atau organisasi yang dapat mempengaruhi, dipengaruhi, atau menganggap dirinya terpengaruh oleh suatu keputusan atau kegiatan. Pihak berkepentingan yang dimaksud yaitu, karyawan, pelanggan, mitra, pemasok (supplier) dan pemerintah.
Penentuan pihak yang berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
Melakukan identifikasi terkait pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
√
Memiliki dokumentasi terkait:
Jumlah karyawan Bukti kerjasama dengan
mitra Bukti kerjasama dengan
pemasok (supplier)
√
167
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Konteks Organisasi
Lingkup Sistem Manajemen Mutu
Lingkup sistem manajemen mutu yaitu batasan dalam penerapan praktik-praktik manajemen mutu dalam suatu organisasi.
Memiliki ruang lingkup manajemen mutu.
Adanya daftar isu internal dan isu eksternal.
√
Adanya daftar kebutuhan pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
√
Adanya daftar produk dan jasa yang dihasilkan.
√
Sistem Manajemen Mutu dan Proses
Sistem manajemen mutu adalah bagian dari sistem manajemen yang terkait dengan mutu. Proses adalah urutan atau tahapan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
Pemetaan proses dan interaksi antar proses yang dilakukan dalam memproduksi barang dan jasa.
Memiliki rencana kerja terkait SDM dan material yang dibutuhkan dalam proses bisnis RPH.
√ √
Adanya alur proses pada tiap unit penyembelihan.
√ √
Menentukan spesifikasi barang dan jasa yang dihasilkan.
√
Memiliki dokumen terkait SOP (Standard Operating Procedure) untuk setiap unit kerja RPH.
√
Memiliki dokumen terkait Job Description untuk setiap unit kerja RPH.
√
Memiliki tabel risiko dan peluang dari setiap unit penyembelihan.
√
Melaksanakan rapat evaluasi terkait proses bisnis RPH.
√
Adanya notulen rapat dari hasil rapat evaluasi.
√
168
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Kepemimpinan Komitmen Komitmen adalah sikap
yang menunjukkan kuatnya pengenalan dan keterlibatan Top Management atau Management Representative dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO.
Kontribusi dalam penerapan sistem manajemen mutu.
Membuat job description untuk semua unit kerja RPH.
√
Tercapainya sasaran mutu. √ Kontribusi dalam rapat organisasi.
Kehadiran manajemen puncak dalam rapat mingguan.
√ √
Kehadiran manajemen puncak dalam rapat bulanan.
√ √
Kehadiran manajemen puncak dalam rapat tahunan.
√ √
Kontribusi dalam mengkomunikasikan sistem manajemen mutu ISO.
Melaksanakan briefing sebelum mulai pekerjaan. √ √
Melaksanakan sosialisasi terkait pendekatan proses dan pemikiran berbasis risiko.
√ √
Kontribusi dalam pengambilan keputusan.
Memberikan gagasan/ide tentang sasaran-sasaran selanjutnya yang akan dicapai.
√
Mengadakan studi banding dengan pihak luar.
√
Fokus pada Pelanggan
Pelanggan yaitu pihak yang menggunakan barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Komitmen Top Management untuk fokus pada pelanggan.
Adanya daftar persyaratan daging dari pelanggan.
√
Memiliki prosedur pengukuran kepuasan pelanggan.
√
Memiliki dokumentasi hasil survey kepuasan pelanggan.
√
169
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Kebijakan Mutu Kebijakan mutu adalah
tujuan dan arahan sebuah organisasi secara menyeluruh yang terkait dengan mutu yang dinyatakan secara resmi oleh manajemen atau pimpinan puncak.
Komitmen Top Management dalam menetapkan dan memelihara kebijakan mutu.
Memiliki dokumentasi kebijakan mutu.
√
Melaksanakan sosialisasi terkait kebijakan mutu.
√
Tanggung Jawab dan Wewenang
Tanggung jawab adalah keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Wewenang adalah hak untuk atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pemetaan peran, tanggung jawab dan wewenang.
Adanya struktur organisasi. √
Adanya job description dari semua posisi yang tercantum dalam struktur organisasi.
√
Perencanaan Risiko dan Peluang Risiko adalah pengaruh ketidakpastian dan setiap ketidakpastian dapat memiliki pengaruh positif atau negatif. Peluang dapat berasal sebagai akibat dari situasi yang menguntungkan untuk mencapai hasil yang dimaksud.
Identifikasi terkait kemungkinan terjadinya risiko dan pengendaliannya.
Terdapat alur proses pemotongan hewan dari masing-masing unit pemotongan hewan.
√ √
Terdapat risk and opportunities register.
√ √
Adanya penggolongan risiko dan peluang serta tindakan mengatasinya.
√
170
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Sasaran Mutu Sasaran mutu yaitu target
mutu yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau organisasi yang sesuai dengan harapan pelanggan.
Metode penentuan sasaran mutu.
Adanya penentuan sasaran mutu.
√
Metode SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realible/Reasonable, Time Frame).
√
Pemenuhan sasaran mutu.
Adanya mekanisme pemenuhan sasaran mutu. √
Perencanaan Perubahan
Perubahan adalah peralihan keadaan yang sebelumnya.
Terdapat bukti dokumentasi terkait perencanaan perubahan.
Adanya review terhadap manual mutu, sasaran mutu dan kebijakan mutu.
√
Adanya notulen dalam management review.
√
Adanya mekanisme perubahan dalam proses.
√
Adanya perencanaan ketersediaan sumber daya dalam melakukan perubahan.
√
Adanya dokumentasi perubahan job description dari proses yang mengalami perubahan.
√
Pendukung Sumber Daya Sumber daya dapat berupa sumber daya manusia dan sumber daya pendukung lain yang dibutuhkan perusahaan.
Penentuan sumber daya yang dibutuhkan oleh RPH untuk penerapan sistem manajemen mutu.
Adanya dokumentasi terkait daftar komponen pendukung yang digunakan dalam proses bisnis RPH.
√
171
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Membuat persyaratan dari
masing-masing komponen pendukung.
√
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yaitu orang yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan.
Penentuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan oleh RPH untuk penerapan sistem manajemen mutu.
Adanya prosedur perekrutan karyawan.
√
Adanya job requirement beserta penanggung jawabnya untuk masing-masing proses bisnis RPH.
√ √
Infrastruktur Infrastruktur adalah fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas RPH.
Adanya kelengkapan infrastruktur yang menunjang aktivitas RPH.
Adanya daftar infrastruktur yang digunakan dalam proses bisnis RPH.
√
Tersedianya: Ruang Kerja Bangunan Rumah
Jabatan Kandang Penampungan
Hewan Ruang Penyembelihan Gudang Pakan Kendaraan Dinas
√
Adanya pemeliharaan infrastruktur yang menunjang aktivitas RPH.
Adanya prosedur pemeliharaan infrastruktur.
√
Adanya jadwal pemeliharaan rutin terkait infrastruktur yang digunakan dalam setiap unit kerja RPH.
√
Adanya form laporan hasil pemeliharaan terkait infrastruktur yang digunakan dalam setiap unit kerja RPH.
√
172
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Adanya form laporan
evaluasi hasil pemeliharaan terkait infrastruktur yang digunakan dalam setiap unit kerja RPH.
√
Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah tempat terlaksananya semua kegiatan yang ada di suatu organisasi atau perusahaan.
Tersedianya lingkungan kerja yang sesuai dengan produk dan jasa yang dihasilkan.
Mempunyai prosedur pengelolaan fasilitas dan umum. √
Tersedianya sarana pengolahan limbah cair dan limbah padat.
√
Akses jalan menuju RPH dapat dilalui kendaraan pengangkut hewan dan daging.
√
Tersedianya sumber air paling kurang 1.000/liter/ekor/hari.
√ √
Tersedianya sumber tenaga listrik yang memadai dan tersedia terus menerus.
√ √
Tersedianya area penurunan hewan. √
Tersedianya area kandang penampungan hewan.
√
Tersedianya fasilitas pemusnahan bangkai.
√
173
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Tersedianya laboratorium
pengujian daging. √
Pemantauan dan Pengukuran Sumber Daya
Pemantauan adalah proses pengamatan terhadap suatu objek. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi atau kapasitas terhadap satuan pengukuran.
Kesesuaian antara kompetensi karyawan yang diharapkan dengan pelaksanaan.
Adanya matriks kompetensi karyawan.
√ √
Adanya gap analisis kompetensi karyawan. √
Adanya prosedur penilaian karyawan.
√
Mampu Telusur Mampu telusur adalah kemampuan dalam menelusuri suatu objek.
Identifikasi alat ukur yang digunakan untuk proses produksi.
Adanya daftar alat ukur yang dimiliki (termasuk yang disewa).
√ √
Adanya prosedur kalibrasi alat ukur.
√
Pelaksanaan proses kalibrasi.
√
Pemasangan label identifikasi atau sertifikat hasil kalibrasi pada semua alat ukur yang dikalibrasi.
√
Pengetahuan Organisasi
Pengetahuan organisasi adalah informasi terkait organisasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman.
Adanya pengalaman organisasi di bidang ilmu pengetahuan terkait proses bisnis RPH.
Adanya daftar pelatihan yang telah dilaksanakan.
√
Pelaksanaan program pengembangan sumber daya manusia.
√
Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.
√
174
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Kompetensi Kompetensi adalah
kemampuan yang meliputi pengetahuan, keahlian sesuai tugas dan tanggung jawab dalam sistem manajemen mutu ISO.
Penetapan kompetensi masing-masing personil.
Pelatihan SDM. √ Adanya bukti latar belakang pendidikan dan pengalaman SDM.
√
Adanya dokumentasi hasil pelatihan SDM.
√
Metode penilaian kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugasa dan tanggung jawab masing-masing.
Metode KPI ( key Performance Indicator) & Metode CAPA (Corrective action and preventive action).
√
Kepeduliaan Kepeduliaan adalah sikap mengindahkan atau sangat peduli. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Kontribusi terhadap penerapan sistem manajemen mutu.
Adanya sosialisasi tentang sistem manajemen mutu.
√
Adanya daftar hadir dari peserta sosialisasi.
√
Terdapat sarana dalam menyalurkan pendapat.
√
Terdapat informasi visual terkait kebijakan mutu dan sasaran mutu.
√
Komunikasi Komunikasi merupakan pengiriman atau penerimanaan pesan atau berita dari dua orang individu atau lebih agar pesan yang diberitakan dapat dipahami oleh lawan bicara. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Mekanisme dalam penyaluran atau penyampaian informasi kepada pihak internal (dalam organisasi) dan pihak eksternal (di luar organisasi).
Adanya kegiatan seperti rapat atau meeting, apel pagi, dll.
√
Adanya daftar hadir dari setiap kegiatan.
√
Memiliki notulen kegiatan. √ Adanya penggunaan alat komunikasi seperti telepon.
√
Adanya penyampaian informasi melalui aplikasi sosial media.
√
175
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Informasi
Terdokumentasi Informasi terdokumentasi merupakan informasi yang disajikan dalam bentuk media penyimpanan yang disyaratkan untuk dikendalikan dan dipelihara oleh organisasi.
Adanya informasi terdokumentasi yang diperlukan organisasi dan yang ditentukan persyaratan ISO.
Memiliki sasaran mutu. √ Memiliki kebijakan mutu. √ Memiliki manual mutu.
√
Prosedur mengenai informasi terdokumentasi.
Terdapat prosedur identifikasi dan deskripsi dokumen.
√
Terdapat prosedur distribusi, akses, pengambilan dan penggunaan dokumen.
√
Terdapat prosedur penyimpanan dan penjagaan dokumen.
√
Terdapat prosedur perlidungan dokumen.
√
Terdapat prosedur pengendalian dokumen dan data.
√
Terdapat prosedur pengendalian rekaman atau catatan.
√
Menentukan format dokumen dan media yang digunakan.
√
176
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Operasi Perencanaan dan
Pengendalian Perencanaan adalah proses penentuan tujuan organisasi dan menentukan tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Pengendalian dilakukan dengan tujuan agar hasil perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik.
Adanya perencanaan yang dibuat sebelum proses produksi.
Memiliki rencana mutu terkait proses produksi.
√
√
Memiliki persyaratan produk dan jasa yang akan diproduksi.
√
Memiliki dokumentasi terkait sumber daya yang akan digunakan.
√
Persyaratan produk dan jasa
Persyaratan produk dan jasa adalah penentuan kriteria produk yang dihasilkan agar dapat memenuhi kepuasan pelanggan.
Penetapan spesifikasi atau persyaratan produk dan jasa.
Memiliki prosedur pengadaan barang dan jasa. √
Memiliki daftar spesifikasi atau persyaratan produk dan jasa yang dihasilkan.
√
Memiliki daftar spesifikasi atau persyaratan produk dan jasa dari pelanggan.
√
Perubahan persyaratan produk dan jasa.
Adanya informasi terdokumentasi terkait perubahan persyaratan produk dan jasa.
√
√
177
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Komunikasi
Pelanggan Komunikasi merupakan pengiriman atau penerimaan pesan atau berita dari dua orang individu atau lebih agar pesan yang diberitakan dapat dipahami oleh pelanggan.
Metode komunikasi dengan pelanggan.
Terdapat brosur atau leaflet yang berisi informasi mengenai RPH.
√
Terdapat info mengenai RPH pada website.
√
Adanya form pemesanan dari pelanggan.
√
Adanya form penawaran dari pelanggan.
√
Adanya form keluhan pelanggan.
√
Tinjauan Persyaratan Produk
Tinjauan adalah pemeriksaan terkait kegiatan yang telah dilakukan.
Pelaksanaan tinjauan terkait persyaratan produk.
Adanya meeting terkait persyaratan produk dari pelanggan.
√
Adanya notulen meeting. √
Desain dan pengembangan
Desain dan pengembangan terdiri dari beberapa tahapan yaitu perencanaan, input/masukan, pengendalian, output dan peninjauan jika terjadi perubahan.
Perencanaan desain pengembangan produk.
Menentukan prosedur desain dan pengembangan.
√
Menentukan sumber daya yang dibutuhkan.
√
Memiliki perencanaan waktu dan penanggung jawab desain dan pengembangan.
√
Adanya proposal dari proses desain dan pengembangan.
√
Adanya dokumentasi persetujuan perencanaan desain dan pengembangan dari Manajemen Puncak.
√
178
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Penetapan input desain
dan pengembangan. Metode 4M (Man, Material, Machine, Method) + 1E (Environment).
√
Menentukan fungsi dan kinerja produk.
√
Memiliki dokumentasi informasi dari kegiatan desain dan pengembangan.
√
Adanya pengendalian desain dan pengembangan.
Memiliki mekanisme pengendalian desain dan pengembangan.
√
Melakukan kegiatan verifikasi produk.
√
Melakukan kegiatan validasi produk.
√
Memiliki dokumentasi verifikasi dari output yang telah memenuhi persyaratan.
√
Memiliki dokumentasi validasi bahwa output telah sesuai.
√
Penetapan output desain dan pengembangan.
Adanya output berupa gambar, prosedur, dll.
√
Menentukan standar keberterimaan produk baik barang maupun jasa.
√
Memiliki dokumentasi bahwa output sesuai dengan persyaratan sebelumnya.
√
179
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Memiliki dokumentasi
bahwa output sesuai dan dapat dilanjutkan ke proses berikutnya.
√
Perubahan desain dan pengembangan.
Adanya bukti dokumentasi terkait perubahan desain dan pengembangan.
√
Penyedia Eksternal Penyedia eksternal dapat disebut juga sebagai supplier atau pemasok yang bukan bagian dari organisasi.
Mekanisme penentuan dan pengendalian pemasok.
Menentukan mekanisme seleksi pemasok.
√
Menentukan mekanisme evaluasi pemasok.
√
Menentukan mekanisme pemantauan kinerja pemasok.
√
Adanya dokumentasi hasil seleksi, evaluasi dan pemantauan kinerja pemasok.
√
Adanya persyaratan untuk penyedia eksternal (supplier) yang telah ditentukan RPH.
Adanya jaminan kelayakan hewan, yang dibuktikan dengan SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan).
√
Pengendalian penyedia eksternal.
Adanya prosedur pengendalian pemasok dalam sistem manajemen mutu.
√
Adanya proses verifikasi input yang diperoleh dari pemasok.
√
180
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Pelaksanaan Proses Pelaksanaan proses yaitu
pelaksanaan proses produksi barang dan jasa, mulai dari penentuan input yang harus dipenuhi, metode identifikasi output, penggunaan properti milik pelanggan, penyimpanan produk , pasca pengiriman hingga pengendalian proses jika terjadi perubahan.
Terpenuhinya semua komponen input proses dalam menentukan karakteristik produk.
Adanya cheklist atau daftar dari setiap input yang dibutuhkan dalam proses pemotongan hewan.
√
Adanya penetapan karakteristik produk dan jasa.
√
Identifikasi barang atau jasa yang siap dipasarkan.
Adanya sertifikat penilaian kesesuaian daging dengan hieginitas yang dibuktikan dengan sertifikat NKV.
√
Adanya sertifikat penilaian kesesuaian daging dengan persyaratan halal yang dibuktikan dengan sertifikat Halal MUI.
√
Adanya SKKD (Surat Keterangan Kesehatan Daging).
√
Adanya stempel atau label pada produk berupa barang.
√
Penggunaan properti milik pelanggan.
Adanya daftar properti milik pelanggan.
√
√
Adanya prosedur penggunaan properti milik pelanggan.
√
Memiliki mekanisme penyimpanan properti milik pelanggan.
√
181
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Penyimpanan produk dan
jasa. Adanya mekanisme penyimpanan daging sebelum didistribusikan.
√
Penetapan kegiatan pasca pengiriman.
Adanya layanan tambahan apabila terjadi kerusakan produk.
√
Adanya survey atau riset produk.
√
Adanya mekanisme pelayanan komplain. √
Pengendalian Perubahan Desain dan Pengembangan
Adanya dokumentasi proposal perubahan desain dan pengembangan.
√
Adanya hasil pengujian dari pihak internal (Manajemen Puncak) dan pihak eksternal (Konsultan).
√
Adanya dokumentasi persetujuan dari pihak terkait, yaitu Manajemen Puncak, pelanggan, mitra dan pemasok.
√
Pelepasan Produk dan Jasa
Pelepasan produk dan jasa yaitu dikeluarkan produk dan diserahkan kepada pelanggan.
Produk dan jasa yang diserahkan ke pelanggan sudah memenuhi persyaratan.
Melakukan uji sampling terhadap barang dan jasa.
√
Adanya prosedur serah terima produk.
√ √
182
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Ketidaksesuaian
Produk dan Jasa Ketidaksesuaian produk dan jasa menandakan adanya gap antara produk yang dihasilkan dengan persyaratan seharusnya.
Identifikasi ketidaksesuaian produk dan jasa.
Memiliki daftar cacat produk yang pernah terjadi dan berpotensi terjadi.
√
Memiliki prosedur pengendalian produk yang tidak sesuai.
√
Evaluasi Kinerja Pemantauan dan Pengukuran
Pemantauan adalah proses pengamatan terhadap suatu objek. Pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka berdasarkan hasil pengamatan.
Metode-metode yang digunakan untuk memantau dan mengukur pelaksanaan sistem manajemen mutu.
Adanya penentuan titik kritis atau proses penting dalam pelaksanaan proses.
√
Adanya prosedur pengukuran kepuasan pelanggan.
√
Survei kepuasan pelanggan. √ Survei keluhan pelanggan. √
Analisis dan Evaluasi
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan suatu keadaan secara detail. Evaluasi adalah tindakan terhadap hasil dari analisis.
Alat atau cara yang digunakan untuk analisis dan evaluasi kinerja.
Metode FMEA (Failure Modes and Effect Analysis).
√
Audit Internal Audit Internal adalah audit yang dilakukan oleh internal perusahaan. Hasil audit digunakan sebagai referensi untuk perbaikan selanjutnya.
Terpenuhinya persyaratan dan ketentuan audit internal.
Memiliki tim audit internal. √ Melaksanakan pelatihan untuk tim audit internal.
√
Adanya jadwal audit internal.
√
Memiliki mekanisme pelaksanaan audit internal.
√
183
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Adanya dokumen hasil audit
internal. √
Tinjauan Manajemen
Tinjauan manajemen adalah kegiatan yang dilakukan manajemen puncak mengenai penerapan sistem manajemen mutu perusahaan.
Adanya tinjauan terhadap penerapan sistem manajemen mutu.
Adanya pelaksanaan rapat tinjauan manajemen secara rutin. √
Adanya daftar hadir peserta rapat tinjauan manajemen.
√
Adanya data masukan dalam tinjauan manajemen.
Adanya hasil tinjauan manajemen sebelumnya.
√ √
Adanya dokumentasi terkait isu internal dan isu eksternal.
√
Adanya hasil survey kepuasan pelanggan.
√
Adanya dokumentasi terkait pemenuhan sasaran mutu.
√
Adanya bukti dokumentasi kesesuaian produk.
√
Adanya bukti dokumentasi ketidaksesuaian dan tindakan korektif.
√
Adanya dokumentasi hasil pengukuran dan pemantauan sumber daya.
√
Adanya dokumentasi hasil audit internal dan audit eksternal.
√
Adanya dokumentasi hasil evaluasi kinerja pemasok.
√
184
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Adanya dokumentasi daftar
sumber daya yang digunakan dalam proses bisnis RPH.
√
Adanya tindakan penanganan risiko.
√
Adanya tindakan dalam menentukan peluang untuk perbaikan sistem manajemen mutu.
√
Adanya output tinjauan manajemen.
Adanya tindak lanjut terhadap temuan dalam hasil rapat.
√
Adanya notulen rapat tinjauan manajemen.
√
Perbaikan/ Peningkatan
Tindakan Koreksi Tindakan koreksi yaitu aktivitas yang dilakukan dalam menindak suatu ketidaksesuaian.
Tindak lanjut atas temuan ketidaksesuaian.
Adanya dokumentasi ketidaksesuaian produk.
√
Adanya koordinasi antar koordinator semua unit dalam menindaklanjuti ketidaksesuaian produk.
√
Adanya pengkategorian ketidaksesuaian.
√
Memiliki prosedur tindakan perbaikan ketidaksesuaian.
√
Adanya tindakan pencegahan terhadap masalah yang mungkin timbul.
√
185
Variabel Sub Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*) Memiliki prosedur tindakan
pencegahan ketidaksesuaian. √
Perbaikan Berkelanjutan
Perbaikan berkelanjutan adalah aktivitas berulang untuk meningkatkan kinerja.
Penentuan peluang sebagai bagian dari perbaikan.
Memiliki dokumentasi hasil evaluasi kinerja.
√
Memiliki dokumentasi hasil tinjauan manajemen.
√
Peningkatan kesesuaian sistem manajemen mutu secara berkelanjutan.
Memiliki rencana pengembangan bisnis jangka panjang.
√ √
Melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunities, Threat).
√ √
Keterangan: W*) : Wawancara O*) : Observasi D*) : Dokumentasi
186
Lampiran 3. Daftar Parameter Kegiatan Wawancara Parameter
Permasalahan Organisasi 1. Terdapat kajian analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat)
Kebutuhan dan Harapan Pihak yang Berkepentingan 1. Melakukan identifikasi terkait pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH.
Sistem Manajemen Mutu dan Proses 1. Memiliki rencana kerja terkait Sumber Daya Manusia (SDM) dan material yang dibutuhkan
dalam proses bisnis RPH. 2. Menentukan spesifikasi barang dan jasa yang dihasilkan. 3. Melaksanakan rapat evaluasi terkait proses bisnis RPH.
Komitmen 1. Membuat job description untuk semua unit kerja RPH. 2. Tercapainya sasaran mutu. 3. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat mingguan. 4. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat bulanan. 5. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat tahunan. 6. Melaksanakan briefing sebelum mulai pekerjaan. 7. Melaksanakan sosialisasi terkait pendekatan proses dan pemikiran berbasis risiko. 8. Memberikan gagasan/ide tentang sasaran-sasaran selanjutnya yang akan dicapai. 9. Mengadakan studi banding dengan pihak luar.
Fokus pada Pelanggan 1. Memiliki prosedur pengukuran kepuasan pelanggan.
Kebijakan Mutu 1. Melaksanakan sosialisasi terkait kebijakan mutu.
Risiko dan Peluang 1. Terdapat risk and opportunities register. 2. Adanya penggolongan risiko dan peluang serta tindakan mengatasinya.
Sasaran Mutu 1. Adanya penentuan sasaran mutu. 2. Adanya mekanisme pemenuhan sasaran mutu. 3. Metode SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realible/Reasonable, Time Frame).
Perencanaan Perubahan 1. Adanya review terhadap manual mutu, sasaran mutu dan kebijakan mutu. 2. Adanya mekanisme perubahan dalam proses. 3. Adanya perencanaan ketersediaan sumber daya dalam melakukan perubahan.
Sumber Daya 1. Membuat persyaratan dari masing-masing komponen pendukung.
Sumber Daya Manusia 1. Adanya prosedur perekrutan karyawan. 2. Adanya job requirement beserta penanggung jawabnya untuk masing-masing proses bisnis
RPH. Infrastruktur 1. Adanya prosedur pemeliharaan infrastruktur. 2. Adanya jadwal pemeliharaan rutin terkait infrastruktur yang digunakan dalam setiap unit
kerja RPH. Lingkungan Kerja 1. Mempunyai prosedur pengelolaan fasilitas dan umum. 2. Tersedianya sumber air paling kurang 1.000/liter/ekor/hari. 3. Tersedianya sumber tenaga listrik yang memadai dan tersedia terus menerus.
Pemantauan dan Pengukuran Sumber Daya 1. Adanya matriks kompetensi karyawan. 2. Adanya gap analisis kompetensi karyawan. 3. Adanya prosedur penilaian karyawan.
187
Parameter
Mampu Telusur 1. Adanya prosedur kalibrasi alat ukur. 2. Pelaksanaan proses kalibrasi. 3. Pemasangan label identifikasi atau sertifikat hasil kalibrasi pada semua alat ukur yang
dikalibrasi. Pengetahuan Organisasi 1. Pelaksanaan program pengembangan sumber daya manusia. 2. Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
Kompetensi 1. Pelatihan SDM. 2. Metode KPI ( key Performance Indicator) & Metode CAPA (Corrective action and
preventive action). Kepeduliaan 1. Adanya sosialisasi tentang sistem manajemen mutu.
Komunikasi 1. Adanya kegiatan seperti rapat atau meeting, apel pagi, dll. 2. Adanya penggunaan alat komunikasi seperti telepon. 3. Adanya penyampaian informasi melalui aplikasi sosial media.
Informasi Terdokumentasi 1. Terdapat prosedur identifikasi dan deskripsi dokumen. 2. Terdapat prosedur distribusi, akses, pengambilan dan penggunaan dokumen. 3. Terdapat prosedur penyimpanan dan penjagaan dokumen. 4. Terdapat prosedur perlidungan dokumen. 5. Terdapat prosedur pengendalian dokumen dan data. 6. Terdapat prosedur pengendalian rekaman atau catatan. 7. Menentukan format dokumen dan media yang digunakan.
Perencanaan dan Pengendalian 1. Memiliki rencana mutu terkait proses produksi. 2. Memiliki persyaratan produk dan jasa yang akan diproduksi.
Persyaratan produk dan jasa 1. Memiliki prosedur pengadaan barang dan jasa. 2. Adanya informasi terdokumentasi terkait perubahan persyaratan produk dan jasa.
Tinjauan Persyaratan Produk 1. Adanya meeting terkait persyaratan produk. 2. Adanya rapat tinjauan manajemen terkait persyaratan produk.
Desain dan pengembangan 1. Menentukan prosedur desain dan pengembangan. 2. Menentukan sumber daya yang dibutuhkan. 3. Memiliki perencanaan waktu dan penanggung jawab desain dan pengembangan. 4. Metode 4M (Man, Material, Machine, Method) + 1E (Environment). 5. Menentukan fungsi dan kinerja produk. 6. Memiliki mekanisme pengendalian desain dan pengembangan. 7. Melakukan kegiatan verifikasi produk. 8. Melakukan kegiatan validasi produk. 9. Menentukan standar keberterimaan produk baik barang maupun jasa.
Penyedia Eksternal 1. Menentukan mekanisme seleksi pemasok. 2. Menentukan mekanisme evaluasi pemasok. 3. Menentukan mekanisme pemantauan kinerja pemasok. 4. Adanya prosedur pengendalian pemasok dalam sistem manajemen mutu. 5. Adanya proses verifikasi input yang diperoleh dari pemasok.
188
Parameter Pelaksanaan Proses 1. Adanya daftar properti milik pelanggan. 2. Adanya prosedur penggunaan properti milik pelanggan. 3. Memiliki mekanisme penyimpanan properti milik pelanggan. 4. Adanya mekanisme penyimpanan daging sebelum didistribusikan. 5. Adanya layanan tambahan apabila terjadi kerusakan produk. 6. Adanya survey atau riset produk. 7. Adanya mekanisme pelayanan komplain.
Pelepasan Produk dan Jasa 1. Melakukan uji sampling terhadap barang dan jasa. 2. Adanya prosedur serah terima produk.
Ketidaksesuaian Produk dan Jasa 1. Memiliki prosedur pengendalian produk yang tidak sesuai.
Pemantauan dan Pengukuran 1. Adanya penentuan titik kritis atau proses penting dalam pelaksanaan proses. 2. Adanya prosedur pengukuran kepuasan pelanggan. 3. Survei kepuasan pelanggan. 4. Survei keluhan pelanggan.
Analisis dan Evaluasi 1. Metode FMEA (Failure Modes and Effect Analysis).
Audit Internal 1. Memiliki tim audit internal. 2. Melaksanakan pelatihan untuk tim audit internal. 3. Adanya jadwal audit internal. 4. Memiliki mekanisme pelaksanaan audit internal.
Tinjauan Manajemen 1. Adanya pelaksanaan rapat tinjauan manajemen secara rutin. 2. Adanya hasil tinjauan manajemen sebelumnya. 3. Adanya tindakan penanganan risiko. 4. Adanya tindakan dalam menentukan peluang untuk perbaikan sistem manajemen mutu. 5. Adanya tindak lanjut terhadap temuan dalam hasil rapat.
Tindakan Koreksi 1. Adanya koordinasi antar koordinator semua unit dalam menindaklanjuti ketidaksesuaian
produk. 2. Adanya pengkategorian ketidaksesuaian. 3. Memiliki prosedur tindakan perbaikan ketidaksesuaian. 4. Adanya tindakan pencegahan terhadap masalah yang mungkin timbul. 5. Memiliki prosedur tindakan pencegahan ketidaksesuaian.
Perbaikan Berkelanjutan 1. Memiliki rencana pengembangan bisnis jangka panjang. 2. Melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunities, Threat).
189
Lampiran 4. Daftar Parameter Kegiatan Observasi dan Dokumentasi Parameter Observasi Dokumentasi
Kebutuhan dan Harapan Pihak yang Berkepentingan 1. Memiliki dokumentasi terkait:
Jumlah karyawan Bukti kerjasama dengan mitra Bukti kerjasama dengan pemasok (supplier).
√
Lingkup Sistem Manajemen Mutu 1. Adanya daftar isu internal dan isu eksternal. 2. Adanya daftar kebutuhan pihak berkepentingan yang
terlibat dalam proses bisnis RPH. 3. Adanya daftar produk dan jasa yang dihasilkan.
√
Sistem Manajemen Mutu dan Proses 1. Memiliki rencana kerja terkait Sumber Daya Manusia
(SDM) dan material yang dibutuhkan dalam proses bisnis RPH.
2. Memiliki dokumen terkait SOP (Standard Operating Procedure) untuk setiap unit kerja RPH.
3. Memiliki dokumen terkait Jobdesc (Job Description) untuk untuk setiap unit kerja RPH.
4. Memiliki tabel risiko dan peluang dari setiap unit penyembelihan.
5. Adanya notulen rapat dari hasil rapat evaluasi.
√
Komitmen 1. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat mingguan. 2. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat bulanan. 3. Kehadiran manajemen puncak dalam rapat tahunan. 4. Melaksanakan briefing sebelum mulai pekerjaan. 5. Melaksanakan sosialisasi terkait pendekatan proses dan
pemikiran berbasis risiko.
√ √
Fokus pada Pelanggan 1. Adanya daftar persyaratan daging dari pelanggan. 2. Memiliki dokumentasi hasil survey kepuasan pelanggan.
√
Kebijakan Mutu 1. Memiliki dokumentasi kebijakan mutu. √
Tanggung Jawab dan Wewenang 1. Adanya struktur organisasi. 2. Adanya job description dari semua posisi yang
tercantum dalam struktur organisasi. √
Risiko dan Peluang 1. Terdapat alur proses pemotongan hewan dari masing-
masing unit pemotongan hewan. 2. Terdapat risk and opportunities register.
√
Perencanaan Perubahan 1. Adanya notulen dalam management review. 2. Adanya dokumentasi perubahan job description dari
proses yang mengalami perubahan. √
Sumber Daya 1. Adanya dokumentasi terkait daftar komponen
pendukung yang digunakan dalam proses bisnis RPH. √
Sumber Daya Manusia 1. Adanya job requirement beserta penanggung jawabnya
untuk masing-masing proses bisnis RPH. √
190
Parameter Observasi Dokumentasi Infrastruktur 1. Adanya daftar infrastruktur yang digunakan dalam
proses bisnis RPH. 2. Tersedianya:
Ruang Kerja Bangunan Rumah Jabatan Kandang Penampungan Hewan Ruang Penyembelihan Gudang Pakan Kendaraan Dinas
3. Adanya form laporan hasil pemeliharaan terkait infrastruktur yang digunakan dalam setiap unit kerja RPH.
4. Adanya form laporan evaluasi hasil pemeliharaan terkait infrastruktur yang digunakan dalam setiap unit kerja RPH.
√ √
Lingkungan Kerja 1. Tersedianya sarana pengolahan limbah cair dan limbah
padat. 2. Akses jalan menuju RPH dapat dilalui kendaraan
pengangkut hewan dan daging. 3. Tersedianya sumber air paling kurang
1.000/liter/ekor/hari. 4. Tersedianya sumber tenaga listrik yang memadai dan
tersedia terus menerus. 5. Tersedianya area penurunan hewan. 6. Tersedianya area kandang penampungan hewan. 7. Tersedianya fasilitas pemusnahan bangkai. 8. Tersedianya laboratorium pengujian daging.
√
Pemantauan dan Pengukuran Sumber Daya 1. Adanya matriks kompetensi karyawan. √
Mampu Telusur 1. Adanya daftar alat ukur yang dimiliki (termasuk yang
disewa). √
Pengetahuan Organisasi 1. Adanya daftar pelatihan yang telah dilaksanakan. √
Kompetensi 1. Adanya bukti latar belakang pendidikan dan pengalaman
SDM. 2. Adanya dokumentasi hasil pelatihan SDM.
√
Kepeduliaan 1. Adanya daftar hadir dari peserta sosialisasi. 2. Terdapat sarana dalam menyalurkan pendapat. 3. Terdapat informasi visual terkait kebijakan mutu dan
sasaran mutu.
√ √
Komunikasi 1. Adanya daftar hadir dari setiap kegiatan. 2. Memiliki notulen kegiatan.
√
Informasi Terdokumentasi 1. Memiliki sasaran mutu. 2. Memiliki kebijakan mutu. 3. Memiliki manual mutu.
√
191
Parameter Observasi Dokumentasi Perencanaan dan Pengendalian 1. Memiliki rencana mutu terkait proses produksi. 2. Memiliki dokumentasi terkait sumber daya yang akan
digunakan. √
Persyaratan produk dan jasa 1. Memiliki daftar spesifikasi atau persyaratan produk dan
jasa yang dihasilkan. 2. Adanya informasi terdokumentasi terkait perubahan
persyaratan produk dan jasa.
√
Komunikasi Pelanggan 1. Terdapat brosur atau leaflet yang berisi informasi
mengenai RPH. 2. Terdapat info mengenai RPH pada website. 3. Adanya form pemesanan dari pelanggan. 4. Adanya form penawaran dari pelanggan. 5. Adanya form keluhan pelanggan.
√
Tinjauan Persyaratan Produk 1. Adanya notulen meeting. √
Desain dan pengembangan 1. Adanya proposal dari proses desain dan pengembangan. 2. Adanya dokumentasi persetujuan perencanaan desain
dan pengembangan dari Manajemen Puncak. 3. Memiliki dokumentasi informasi dari kegiatan desain
dan pengembangan. 4. Memiliki dokumentasi verifikasi dari output yang telah
memenuhi persyaratan. 5. Memiliki dokumentasi validasi bahwa output telah
sesuai. 6. Adanya output berupa gambar, prosedur, dll. 7. Memiliki dokumentasi bahwa output sesuai dengan
persyaratan sebelumnya. 8. Memiliki dokumentasi bahwa output sesuai dan dapat
dilanjutkan ke proses berikutnya. 9. Adanya bukti dokumentasi terkait perubahan desain dan
pengembangan.
√
Penyedia Eksternal 1. Adanya dokumentasi hasil seleksi, evaluasi dan
pemantauan kinerja pemasok. 2. Adanya jaminan kelayakan hewan, yang dibuktikan
dengan SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan).
√
Pelaksanaan Proses 1. Adanya penetapan karakteristik produk dan jasa. 2. Adanya cheklist atau daftar dari setiap input yang
dibutuhkan dalam proses pemotongan hewan. 3. Adanya sertifikat penilaian kesesuaian daging dengan
hieginitas yang dibuktikan dengan sertifikat NKV. 4. Adanya sertifikat penilaian kesesuaian daging dengan
persyaratan halal yang dibuktikan dengan sertifikat Halal MUI.
5. Adanya SKKD (Surat Keterangan Kesehatan Daging). 6. Adanya stempel atau label pada produk berupa barang. 7. Adanya daftar properti milik pelanggan. 8. Adanya dokumentasi proposal perubahan desain dan
pengembangan.
√
192
Parameter Observasi Dokumentasi 9. Adanya hasil pengujian dari pihak internal (Manajemen
Puncak) dan pihak eksternal (Konsultan). 10. Adanya dokumentasi persetujuan dari pihak terkait,
yaitu Manajemen Puncak, pelanggan, mitra dan pemasok.
√
Pelepasan Produk dan Jasa 1. Adanya prosedur serah terima produk. √
Audit Internal 1. Adanya dokumen hasil audit internal. √
Tinjauan Manajemen 1. Adanya daftar hadir peserta rapat tinjauan manajemen. 2. Adanya hasil tinjauan manajemen sebelumnya. 3. Adanya dokumentasi terkait isu internal dan isu
eksternal. 4. Adanya hasil survey kepuasan pelanggan. 5. Adanya dokumentasi terkait pemenuhan sasaran mutu. 6. Adanya bukti dokumentasi kesesuaian produk. 7. Adanya bukti dokumentasi ketidaksesuaian dan tindakan
korektif. 8. Adanya dokumentasi hasil pengukuran dan pemantauan
sumber daya. 9. Adanya dokumentasi hasil audit internal dan audit
eksternal. 10. Adanya dokumentasi hasil evaluasi kinerja pemasok. 11. Adanya dokumentasi daftar sumber daya yang
digunakan dalam proses bisnis RPH. 12. Adanya notulen rapat tinjauan manajemen.
√
Tindakan Koreksi 1. Adanya dokumentasi ketidaksesuaian produk. √
Perbaikan Berkelanjutan 1. Memiliki dokumentasi hasil evaluasi kinerja. 2. Memiliki dokumentasi hasil tinjauan manajemen. 3. Memiliki rencana pengembangan bisnis jangka panjang. 4. Melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,
opportunities, Threat).
√
193
Lampiran 5. Panduan Wawancara (Point of Interview) No. Variabel Sub Variabel Point of Interview 1. Konteks
Organisasi Permasalahan Organisasi
• Apakah RPH memiliki kajian analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threat) untuk menentukan isu internal dan isu eksternal organisasi.
Kebutuhan dan Harapan Pihak yang
• Siapa saja pihak berkepentingan yang terlibat dalam proses bisnis RPH. • Apakah RPH telah melakukan identifikasi terkait kebutuhan dari pihak berkepentingan yang
terlibat dalam proses bisnis RPH. Sistem Manajemen Mutu dan Proses
• Apakah terdapat rencana kerja terkait perhitungan Sumber Daya Manusia (SDM) dan material yang dibutuhkan dalam proses bisnis RPH.. Jika iya, apakah rencana kerja tersebut sudah terdokumentasi. Siapa saja yang yang dilibatkan dalam pembuatan rencana kerja.
• Apakah RPH telah menetapkan alur proses pada tiap unit penyembeligan. Jika iya, siapa yang bertanggung jawab dalam menentapkan alur proses pada tiap unit penyembelihan.
• Apakah RPH telah menetapkan spesifikasi dari daging yang diproduksi. Jika iya, bagaimana spesifikasinya. Siapa saja pihak yang terlibat dalam penetapan spesifikasi daging tersebut. Apakah spesifikasi tersebut sudah terdokumentasi dengan baik.
• Apakah RPH telah membuat tabel risiko dan peluang dari setiap proses dalam setiap unit penyembelihan beserta cara penangannya. Jika sudah, apakah dokumentasinya telah tersimpan dengan baik.
• Apakah sumber daya yang ada sudah mendukung pelaksanaan proses di RPH. Apa saja sumber daya yang dibutuhkan.
• Apakah dilaksanakan rapat evaluasi secara rutin. Siapa saja yang hadir dalam rapat tersebut. Kapan waktu pelaksanaan rapat evaluasi tersebut. Siapa yang memimpin rapat evaluasi. Sudahkah ada dokumentasi terkait hasil rapat evaluasi.
2. Kepemimpinan Komitmen • Siapakah manajemen puncak di RPH Terpadu Kota Bogor. • Apakah RPH telah menetapkan sasaran mutu. Jika ada, apakah semua sasaran tersebut sudah
terpenuhi. Bagaimana keterlibatan manajemen puncak dalam penentuan sasaran mutu. Bagaimana keterlibatan atau peran manajemen puncak terkait pelaksanaan implementasi SMM ISO 9001:2015.
• Apakah manajemen puncak terlibat dalam pembuatan job description untuk semua unit kerja RPH.
194
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview • Apakah manajemen puncak selalu hadir dalam setiap rapat rutin yang diadakan oleh RPH, baik
rapat mingguan, bulanan, atau tahunan. Bagaimana peran manajemen puncak dalam rapat tersebut.
• Apakah dilaksanakan briefing sebelum mulai pekerjaan. Jika iya , siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan briefing tersebut. Bagaimana bentuk briefing yang dilakukan.
• Apakah manajemen puncak telah melaksanakan sosialisasi terkait pendekatan proses dan pemikiran berbasis risiko. Jika iya, bagaimana mekanisme dan bentuk sosialisasi yang dilakukan. Kapan waktu pelaksanaannya. Siapa saja pihak yang terlibat dalam sosialisasi tersebut.
• Adakah saran/gagasan/ide yang disampaikan oleh manajemen puncak terkait dengan sasaran yang akan dicapai selanjutnya. Jika ada, seperti apa saran/gagasan/ide tersebut.
• Apakah terdapat rancangan program sistem manajemen mutu. Jika ada, siapa saja yang berkontribusi dalam pembuatan rancangan program tersebut.
• Bagaimana cara membuat rancangan program tersebut. Adakah indikator atau kriteria dalam membuat rancangan program tersebut.
• Apakah dilakukan studi banding dengan pihak luar. Jika iya, siapa saja yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Kegiatan apa saja yang dilakukan pada saat melakukan studi banding. Hasil seperti apa yang diharapkan dari kegiatan tersebut.
Fokus pada Pelanggan
• Apakah RPH memiliki prosedur pengukuran kepuasan pelanggan. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab atas pembuatan prosedur tersebut. Apakah prosedur tersebut sudah terdokumentasi dengan baik.
• Bagaimana keterlibatan manajemen puncak dalam pembuatan prosedur pengukuran kepuasan pelanggan.
Kebijakan Mutu • Apakah dilakukan sosialisasi terkait kebijakan mutu. Jika iya, siapa saja pihak yang terlibat dalam sosialisasi tersebut. Apakah manajemen puncak terlibat dalam pembuatan kebijakan mutu. Kapan sosialisasi tersebut dilakukan. Adakah bukti dokumentasi terkait sosialisasi yang dilakukan.
195
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview 3. Perencanaan Risiko dan Peluang • Apakah RPH telah menetapkan alur proses pemotongan hewan (dari proses awal (penyiapan
input) hingga proses akhir (penyerahan output)) dari masing-masing unit penyembelihan hewan. Seperti apa alur prosesnya. Apakah terdapat panduan atau acuan seperti peraturan undang-undang dalam penetapan alur proses tersebut. Bagaimana cara memastikan bahwa proses yang dilakukan sudah sesuai dengan alur proses yang ditetapkan.
• Apakah RPH telah membuat risk and opportunities register dari masing-masing proses, terutama proses yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas produk.
• Apakah sudah dilakukan penggolongan risiko dan peluang dari risiko yang sudah terjadi atau yang berpotensi terjadi serta tindakan mengatasinya.
Sasaran Mutu • Apakah RPH telah menentukan sasaran mutu. Jika iya seperti apa sasaran mutu yang dimiliki RPH. Siapa yang bertanggung jawab dalam penentuan sasaran mutu.
• Apakah dalam menentukan atau membuat sasaran mutu menggunakan metode SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realible/Reasonable, Time Frame). Jika tidak, metode seperti apa yang digunakan dalam menentukan atau membuat sasaran mutu.
• Apakah terdapat mekanisme pemenuhan sasaran mutu. Jika iya, seperti apa mekanismenya. Perencanaan Perubahan
• Apakah RPH pernah melakukan perubahan, baik perubahan proses bisnis, perubahan struktur organisasi, perubahan kebijakan, atau perubahan lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem manajemen mutu.
• Apakah RPH telah membuat perencanaan terkait ketersediaan sumber daya dalam melakukan perubahan.
• Apakah RPH telah melaksanakan review terhadap manual mutu, sasaran mutu dan kebijakan mutu. Jika iya, mengapa perlu melakukan review terhadap dokumen-dokumen tersebut dalam merencanakan perubahan.
• Apakah RPH telah membuat tujuan dari perubahan beserta implikasinya. • Apakah terdapat mekanisme perubahan dalam proses. Jika iya, bagaimana mekanismenya.
196
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview 4. Pendukung Sumber Daya • Apakah RPH telah menjamin ketersediaan komponen pendukung yang dibutuhkan dalam proses
bisnis RPH. • Apakah RPH telah membuat persyaratan dari masing-masing komponen pendukung yang
dibutuhkan dalam proses bisnis RPH. Jika sudah, bagaimana persyaratannya. Siapa yang bertanggung jawab dalam membuat persyaratan tersebut. Apakah persyaratan tersebut sudah terdokumentasi dengan baik.
Sumber Daya Manusia
• Apakah RPH telah membuat prosedur mengenai perekretun karyawan. Jika iya, bagaimana prosedur tersebut. Siapa pihak yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur perekrutan karyawan.
• Apakah RPH telah menentukan job requirement beserya penanggung jawabnya untuk masing-masing unit kerja RPH. Siapa saja yang terlibat dalam penentuan job requirement tersebut. Apakah terdapat dokumentasi terkait job requirement.
Infrastruktur • Apakah terdapat prosedur pemeliharaan infrastruktur. Jika iya, bagaimana prosedurnya. • Apakah ada jadwal pemeliharaan dan perawatan rutin terkait sarana dan prasarana yang
digunakan dalam setiap unit kerja RPH. Jika iya, bagaimana pemanfaatan jadwal pemeliharaan dan perawatan tersebut. Bagaimana cara mengukur kinerja kegiatan pemeliharaan dan perawatan tersebut.
Lingkungan Kerja • Apakah terdapat prosedur pengelolaan fasilitas dan umum. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah RPH telah menjamin ketersediaan sumber air paling kurang 1.000/liter/ekor/hari untuk aktivitas RPH.
• Apakah RPH telah menjamin ketersediaan sumber tenaga listrik yang memadai dan tersedia terus menerus.
Pemantauan dan Pengukuran Sumberdaya
• Apakah terdapat prosedur penilaian karyawan. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah terdapat matriks kompetensi karyawan. Jika iya, bagaimana isi dari matriks tersebut. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan matriks tersebut.
197
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview
• Apakah RPH melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap kompetensi karyawan. Jika iya, apakah RPH menggunakah metode gap analisis dalam mengukur kompetensi karyawan. Jika iya, bagaimana hasil dari analisis gap tersebut. Jika tidak, metode apa yang digunakan RPH dalam mengukur kompetensi karyawan dan bagaimana hasilnya.
Mampu Telusur • Apakah semua alat ukur yang digunakan dalam pengujian barang dan jasa sudah melalui proses kalibrasi. Bagaimana prosedur kalibrasi tersebut. Bagaimana pelaksanaan proses kalibrasi. Kapan pelaksanaan proses kalibrasi alat ukur. Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses kalibrasi.
• Apakah semua alat ukur yang dikalibrasi sudah dipasang label identifikasi atau sertifikat hasil kalibrasi.
Pengetahuan Organisasi
• Apakah dilaksanakan program pengembangan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan organisasi. Jika iya, seperti apa program yang dilaksanakan. Kapan program tersebut dilaksanakan. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut.
• Apakah dilaksanakan program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan organisasi. Jika iya, seperti apa program yang dilaksanakan. Kapan program tersebut dilaksanakan. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut.
Kompetensi • Apakah ada jadwal pelatihan. Jika iya, bagaimana pemanfaatan jadwal pelatihan tersebut. Pelatihan seperti apa yang diberikan kepada karyawan. Apakah ada peningkatan kinerja dan peningkatan pemahaman karyawan setelah mengikuti pelatihan tersebut. Jika iya, bagaimana cara mengukur tingkat kinerja dan pemahaman karyawan tersebut.
• Apakah dalam menilai kinerja karyawan menggunakan metode KPI ( key Performance Indicator) & metode CAPA (Corrective action and preventive action). Jika tidak, metode seperti apa yang digunakan dalam menilai kinerja karyawan di RPH.
Kepedulian • Apakah ada sosialisasi tentang sistem manajemen mutu. Jika iya, seberapa sering dilakukan sosialisasi dan kapan waktu dilaksanakannya. Siapa saja pihak yang terlibat dalam sosialisasi. Apakah karyawan terlibat dalam sosialisasi. Jika iya, bagaimana keterlibatan karyawan.
• Apakah terdapat sarana dan prasarana bagi karyawan dalam menyalurkan pendapat. Jika iya, bagaimana bentuk sarana dan prasarana tersebut. Apakah sarana dan prasarana tersebut efektif dalam meningkatkan kepedulian karyawan.
198
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview
Komunikasi • Apakah dilaksanakan kegiatan dalam mengkomunikasikan sistem manajemen mutu seperti rapat atau meeting, apel pagi, dll. Jika iya, kapan waktu pelaksaannya. Siapa saja pihak yang terlibat dan bagaimana keterlibatannya.
• Apakah dalam melakukan komunikasi baik dengan pihak internal maupun eksternal, RPH menggunakan alat komunikasi seperti telepon. Apakah ada alat komunikasi lain yang digunakan.
• Apakah aplikasi sosial media menjadi pilihan RPH dalam penyampaian informasi kepada pihak eksternal seperti pemasok, pelanggan dan mitra. Adakah cara lain dalam penyampaian informasi.
Informasi Terdokumentasi
• Apakah terdapat prosedur tentang identifikasi dan deskripsi dokumen. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah terdapat prosedur tentang distribusi, akses, pengambilan dan penggunaan dokumen. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah terdapat prosedur tentang penyimpanan dan penjagaan. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah terdapat prosedur tentang perlidungan dokumen. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah terdapat prosedur pengendalian dokumen dan data. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah terdapat prosedur pengendalian rekaman atau catatan. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah semua innformasi mengenai prosedur-prosedur tersebut sudah terdokumentasi dengan baik.
• Apakah RPH telah menentukan format dokumen dan media yang digunakan dalam mebuat dan menyimpan dokumen-dokumen terkait sistem manajemen mutu. Seperti apa format dokumen dan media yang digunakan.
5. Operasi Perencanaan dan Pengendalian
• Apakah RPH memiliki rencana mutu terkait proses bisnis yang dilakukan. Bagaimana isi dari rencana mutu tersebut. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan rencana mutu.
• Apakah RPH telah menetapkan persyaratan produk dan jasa yang akan diproduksi. Jika sudah, bagaimana persyaratannya.
• Apakah RPH telah menetapkan kriteria keberterimaan pelanggan. Jika sudah, bagaimana kriterianya.
199
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview • Bagaimana RPH memastikan bahwa output yang dihasilkan sesuai dengan yang telah
direncanakan. Adakah bukti kesesuaiannya.
Persyaratan Produk dan Jasa
• Apakah RPH telah menetapkan persyaratan produk dan jasa yang dihasilkan. Bagaimana persyaratannya. Siapa yang bertanggung jawab dalam penetapan persyaratan tersebut.
• Apakah terdapat prosedur pengadaan barang dan jasa. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah RPH pernah melakukan perubahan terhadap persyaratan produk dan jasa. Jika iya, mengapa RPH melakukan perubahan tersebut.
Tinjauan Persyaratan Produk
• Apakah dilaksanakan meeting terkait persyaratan produk. Jika iya, siapa saja pihak yang terlibat dalam meeting tersebut dan kapan pelaksanaannya.
• Apakah dilaksanakan rapat tinjauan manajemen terkait persyaratan produk. Jika iya, siapa saja pihak yang terlibat dalam rapat tinjauan manajemen tersebut dan kapan pelaksanaannya.
Desain dan Pengembangan
• Apakah RPH menerapkan sebuah desain dan pengembangan untuk produk atau layanan yang diberikan. Jika iya, seperti apa desain dan pengembangan untuk produk atau layanan tersebut.
• Apakah RPH telah menentukan prosedur desain dan pengembangan. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan prosedur tersebut.
• Apakah dalam melakukan perencanaan desain dan pengembangan, RPH telah menentukan serta mempertimbangkan sumber daya yang dibutuhkan.
• Apakah RPH memiliki perencanaan waktu dan penanggung jawab desain dan pengembangan. • Apakah dalam penentuan input desain dan pengembangan, RPH menggunakan metode 4M (Man,
Material, Machine, Method) + 1E (Environment). Jika tidak, metode seperti apa yang digunakan. • Bagaimana cara RPH memastikan bahwa masukan desain dirasa sudah cukup, sehingga
perubahan desain dapat dilakukan dengan efektif. • Apakah RPH telah menentukan fungsi dan kinerja produk yang akan diubah desain dan
pengembangannya. • Apakah RPH memiliki mekanisme pengendalian desain dan pengembangan. Jika iya, bagaimana
mekanisme. Adakah bukti pelaksaannya.
200
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview
• Apakah RPH melakukan kegiatan verifikasi produk. Jika iya, siapa yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut. Adakah bukti pelaksanaan kegiatan tersebut.
• Apakah RPH melakukan kegiatan validasi produk. Jika iya, siapa yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut. Adakah bukti pelaksanaan kegiatan tersebut.
• Apakah sasaran dan target dari perancanaan desain dan pengembangan tercapai. Jika iya, adakah indikator atas tercapainya sasaran dan target tersebut.
• Bagaimana cara RPH memastikan bahwa proses desain dan pengembangan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
• Bagaimana cara RPH memastikan bahwa output desain dan pengembangan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
• Apakah terdapat standar keberterimaan pelanggan terhadap produk baik barang maupun jasa. Jika iya, apakah RPH mampu memenuhi standar keberterimaan tersebut.
Penyedia Eksternal • Siapa saja pemasok yang terlibat dalam kegiatan RPH. • Apakah RPH telah menentukan mekanisme seleksi pemasok. Jika iya, bagaimana mekanisme
tersebut. Siapa pihak yang bertanggung jawab dalam pembuatan mekanisme seleksi pemasok. • Apakah RPH telah menentukan mekanisme evaluasi pemasok. Jika iya, bagaimana mekanisme
tersebut. Siapa pihak yang bertanggung jawab dalam pembuatan mekanisme terkait evaluasi pemasok.
• Apakah RPH telah menentukan mekanisme pemantauan kinerja pemasok. Jika iya, bagaimana mekanisme tersebut. Siapa pihak yang bertanggung jawab dalam pembuatan mekanisme terkait pemantauan kinerja pemasok.
• Apakah RPH memiliki prosedur pengendalian pemasok dalam sistem manajemen mutu. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Siapa pihak yang bertanggung jawab dalam membuat prosedur tersebut.
• Apakah RPH telah melaksanakan proses verifikasi input yang diperoleh dari pemasok. Jika iya, bagaimana prosesnya. Kapan proses tersebut dilaksanakan.
201
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview
Pelaksanaan Proses • Apakah terdapat daftar properti milik pelanggan. Jika iya, bagaimana isi dari daftar tersebut. Apakah RPH melindungi keamanan dari properti milik pelanggan tersebut. Bagaimana bentuk perlindungan yang dilakukan.
• Apakah terdapat prosedur penggunaan properti milik pelanggan. Jika iya, seperti apa prosedurnya.
• Apakah terdapat mekanisme penyimpanan properti milik pelanggan. Jika iya, seperti apa mekanismenya.
• Apakah terdapat mekanisme penyimpanan daging sebelum didistribusikan. Jika iya, seperti apa mekanismenya.
• Apakah prosedur-prosedur dan mekanisme yang adaa sudah terdokumentasi dengan baik. • Apakah terdapat layanan tambahan apabila terjadi kerusakan. Jika iya, seperti apa layanan yang
diberikan. • Apakah perusahaan melakukan survey atau riset terhadap produk atau layanan yang dihasilkan.
Jika iya, seperti apa bentuk survey atau riset tersebut. Siapa saja pihak yang terlibat dalam melakukan survey atau riset tersebut.
• Apakah terdapat mekanisme dalam melayani komplain dari pelanggan. Jika iya, bagaimana mekanisme tersebut.
Pelepasan Produk dan Jasa
• Apakah dilaksanakan uji sampling terhadap barang dan jasa. Jika iya, seperti apa bentuk pengujian yang dilakukan dan apa alatnya. Siapa saja pihak yang terlibat dalam melakukan pengujian tersebut.
• Apakah terdapat prosedur mengenai serah terima produk. Jika iya, seperti apa prosedurnya. Ketidaksesuaian Produk dan Jasa
• Apakah terdapat prosedur mengenai pengendalian produk yang tidak sesuai. Jika iya, seperti apa prosedurnya.
6. Evaluasi Kinerja Pemantauan dan Pengukuran
• Apakah RPH telah menentukan titik kritis atau proses penting dalam setiap pelaksanaan proses. Jika iya, siapa pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Bagaimana hasil dari kegiatan tersebut.
• Apakah terdapat prosedur mengenai pengukuran kepuasan pelanggan. Jika iya, seperti apa prosedurnya.
202
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview
• Apakah RPH melakukan survei kepuasan pelanggan. Jika iya, bagaimana cara RPH dalam melakukan survei keluhan pelanggan tersebut. Bagaimana cara RPH dalam mengapresiasi kepuasan terhadap produk dan layanan dari pelanggan tersebut.
• Apakah RPH melakukan survei keluhan pelanggan. Jika iya, bagaimana cara RPH dalam melakukan survei keluhan pelanggan tersebut. Bagaimana cara RPH dalam mengatasi keluhan-keluhan pelanggan tersebut.
Analisis dan Evaluasi
• Apakah RPH menggunakan Metode FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) dalam melakukan analisis dan evaluasi terhadap sistem manajemen mutu yang diterapkan. Jika tidak, metode seperti apa yang digunakan perusahaan dalam melakukan analisis dan evaluasi terhadap sistem manajemen mutu yang diterapkan.
Audit Internal • Apakah RPH memiliki tim audit internal. Jika iya, siapa saja yang termasuk dalam tim audit internal tersebut. Pemilihan tim audit internal didasarkan atas apa.
• Apakah dilaksanakan pelatihan terhadap tim audit internal. Jika iya, seberapa sering pelatihan tersebut dilaksanakan.
• Apakah terdapat jadwal rutin terkait audit internal. Apakah RPH melakukan audit internal pada jadwal yang telah ditentukan. Jika iya, siapa saja pihak yang terlibat dalam audit internal.
• Apakah terdapat mekanisme dalam pelaksanaan audit internal. Jika iya, bagaimana mekanismenya.
Tinjauan Manajemen
• Apakah dilaksanakan rapat tinjauan manajemen secara rutin dalam meninjau sistem manajemen mutu yang diterapkan. Siapa saja pihak yang terlibat dalam rapat tinjauan manajemen.
• Apakah dilakukan tindak lanjut terhadap temuan dalam hasil rapat tinjauan manajemen. Jika iya, bagaimana tindak lanjut yang dilakukan.
• Apakah RPH menyimpan hasil tinjauan manajemen sebelumnya. Bagaimana hasilnya. • Apakah RPH telah melakukan tindakan dalam penanganan risiko. Jika iya, adakah bukti dari
pelaksanaan tindakan tersebut. • Apakah RPH telah melakukan tindakan dalam menentukan peluang untuk perbaikan sistem
manajemen mutu. Jika iya, adakah bukti dari pelaksanaan tindakan tersebut. 7. Perbaikan/
Peningkatan Tindakan Koreksi • Apakah RPH melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk tindakan koreksi atas temuan
ketidaksesuaian. Siapa saja pihak terkait tersebut. Bagaimana bentuk koordinasi yang dilakukan.
203
No. Variabel Sub Variabel Point of Interview
• Apakah RPH sudah membuat pengkategorian atas ketidaksesuaian yang terjadi. Jika iya, bagaimana bentuk pengkategorian tersebut.
• Apakah RPH memiliki prosedur tindakan perbaikan ketidaksesuaian. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Apakah prosedur tersebut sudah terdokumentasi dengan baik. Apakah bukti dari pelaksanaan prosedur tersebut.
• Apakah RPH melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah yang mungkin timbul. Jika iya, tindakan-tindakan pencegahan seperti apa yang dilakukan.
• Apakah RPH memiliki prosedur tindakan pencegahan ketidaksesuaian. Jika iya, bagaimana prosedurnya. Apakah prosedur tersebut sudah terdokumentasi dengan baik. Apakah bukti dari pelaksanaan prosedur tersebut.
Perbaikan Berkelanjutan
• Apakah RPH telah menentukan atau membuat rencana pengembangan bisnis jangka panjang. Jika sudah, faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam membuat rencana pengembangan bisnis jangka panjang. Bagaimana isi dari rencana pengembangan bisnis jangka panjang.
• Apakah RPH menggunakan metode SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threats) Analisis dalam membuat rencana pengembangan bisnis jangka panjang. Jika tidak, metode seperti apa yang digunakan RPH dalam membuat rencana pengembangan bisnis jangka panjang.
204
Lampiran 6. Panduan Observasi dan Panduan Dokumentasi (Point of Observation and Point of Documentation)
No. Variabel Sub Variabel Point of Observation and Point of Documentation Metode
O*) D*) 1. Konteks
Organisasi Permasalahan Organisasi
Mengecek ada tidaknya dokumentasi analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunities, Threat) terkait proses bisnis RPH. √
Kebutuhan dan Harapan Pihak yang Berkepentingan
Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait jumlah karyawan dari semua unit kerja RPH. Mengecek ada tidaknya bukti kerjasama dengan supplier. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar mitra yang menjalin kerja sama
dengan RPH.
√
Lingkup Sistem Manajemen Mutu
Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait isu internal dan eksternal. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar kebutuhan pihak berkepentingan yang
terlibat dalam proses bisnis RPH. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar produk dan jasa yang dihasilkan RPH.
√
Sistem Manajemen Mutu dan Proses
Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait rencana kerja terkait Sumber Daya Manusia (SDM) dan material yang dibutuhkan dalam proses bisnis RPH.
Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait alur proses pada tiap unit penyembelihan. Mengamati alur proses pada tiap unit penyembelihan. Mengecek ada tidaknya dokumen mengenai SOP (Standard Operating Procedure) yang
diterapkan untuk semua unit kerja di RPH. Mengecek ada tidaknya dokumen mengenai Jobdesc (Job Description) yang diterapkan
untuk semua unit kerja di RPH. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait tabel risiko dan peluang dari setiap unit
penyembelihan. Mengumpulkan dokumentasi notulen rapat evaluasi.
√ √
2. Kepemimpinan Komitmen Mengecek ada tidaknya bukti dokumentasi daftar hadir manajemen puncak dalam rapat rutin RPH, yaitu rapat mingguan, rapat bulanan dan rapat tahunan.
Mengecek dokumentasi kegiatan briefing. Mengecek ada tidaknya dokumentasi daftar hadir dalam meeting antar koordinator unit
pemotongan hewan. Mengecek ada tidaknya dokumentasi kegiatan sosialisasi terkait pendekatan proses dan
pemikiran berbasis risiko. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait rancangan program manajemen mutu.
√
205
No. Variabel Sub Variabel Point of Observation and Point of Documentation Metode
O*) D*)
Fokus pada Pelanggan
Mengecek ada tidaknya dokumentasi mengenai daftar persyaratan daging dari pelanggan. Mengecek ada tidaknya dokumentasi hasil survey kepuasan pelanggan.
√
Kebijakan Mutu Mengecek ada tidaknya, mengamati dan mencatat isi dokumentasi terkait kebijakan mutu.
√
Tanggung Jawab dan Wewenang
Mengamati dan mencatat struktur organisasi. Mengamati dan mencatat dokumentasi terkait jobdesc yang diterapkan di RPH dari
semua posisi yang tercantum dalam struktur organisasi.
√
3. Perencanaan Risiko dan Peluang Mengamati proses pemotongan hewan dari tiap unit penyembelihan. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait alur proses pemotongan hewan. Mengamati dan mencatat kemungkinan terjadinya risiko pada proses pemotongan hewan. Mengecek ada tidaknya form risk and opoortunities register. Mengecek ada tidaknya dokumentasi mengenai daftar identifikasi dan pengendalian
risiko serta peluang dari masing-masing proses pemotongan hewan.
√ √
Perencanaan Perubahan
Mengecek ada tidaknya notulen dalam management review. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait perubahan job description dari proses yang
mengalami perubahan.
√
4. Pendukung Sumber Daya Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar komponen pendukung yang digunakan dalam proses bisnis RPH.
√
Sumber Daya Manusia
Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait job requirement beserta penanggung jawabnya untuk masing-masing proses bisnis RPH.
√
Infrastruktur Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar infrastruktur yang digunakan dalam proses bisnis RPH.
Mengamati ketersediaan ruang kerja. Mengamati ketersediaan bangunan rumah jabatan. Mengamati ketersediaan kandang penampungan hewan. Mengamati ketersediaan ruang penyembelihan. Mengamati ketersediaan gudang pakan. Mengamati ketersediaan kendaraan dinas.
√ √
206
No. Variabel Sub Variabel Point of Observation and Point of Documentation Metode
O*) D*)
Mengecek ada tidaknya form laporan hasil pemeliharaan terkait infrastruktur yang digunakan dalam setiap unit kerja RPH.
Mengecek ada tidaknya form laporan evaluasi hasil pemeliharaan terkait infrastruktur yang digunakan dalam setiap unit kerja RPH.
√
Lingkungan Kerja Mengamati ketersediaan sarana pengolahan limbah cair dan limbah padat. Mengamati kondisi jalan menuju RPH. Mengamati ketersediaan sumber air yang digunakan untuk proses bisnis RPH. Mengamati ketersediaan sumber listrik yang digunakan untuk proses bisnis RPH. Mengamati ketersediaan area penurunan hewan. Mengamati ketersediaan area kandang penampungan hewan. Mengamati ketersediaan fasilitas pemusnahan bangkai. Mengamati ketersediaan laboratorium pengujian daging.
√
Pemantauan dan Pengukuran Sumber Daya
Mengecek ada tidaknya matriks kompetensi karyawan. Mengamati isi matriks kompetensi karyawan.
√
Mampu Telusur Mengamati ketersediaan alat ukur yang dimiliki (termasuk yang disewa) RPH. Mencatat alat ukur yang digunakan. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar alat ukur yang dimiliki (termasuk
yang disewa) RPH.
√ √
Pengetahuan Organisasi
Mengumpulkan dokumentasi terkait daftar pelatihan yang telah dilaksanakan. √
Kompetensi Mengecek ada tidaknya bukti latar belakang pendidikan dan pengalaman SDM. Mengumpulkan dokumentasi hasil pelatihan SDM.
√
Kepedulian Mengumpulkan dokumentasi terkait daftar hadir peserta sosialisasi ISO. Mengamati ketersediaan sarana bagi karyawan dalam menyalurkan pendapat. Mengecek ada tidaknya informasi visual terkait kebijakan mutu dan sasaran mutu.
√ √
Komunikasi Mengumpulkan dokumentasi terkait daftar hadir karyawan dari setiap kegiatan. Mengecek ada tidaknya notulen kegiatan.
√
207
No. Variabel Sub Variabel Point of Observation and Point of Documentation Metode O*) D*)
Informasi Terdokumentasi
Mengecek ada tidaknya dokumen terkait sasaran mutu dan mencatatat serta mengamati isi dari sasaran mutu.
Mengecek ada tidaknya dokumen terkait kebijakan mutu dan mencatatat serta mengamati isi dari kebijakan mutu.
Mengecek ada tidaknya dokumen terkait manual mutu dan mencatatat serta mengamati isi dari manual mutu
√
5. Operasi Perencanaan dan Pengendalian
Mengecek ada tidaknya rencana mutu. Mengamati isi dari rencana mutu. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait sumber daya yang akan digunakan.
√
Persyaratan produk dan jasa
Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar spesifikasi atau persyaratan produk dan jasa yang dihasilkan.
Mengecek ada tidaknya informasi terdokumentasi terkait perubahan persyaratan produk dan jasa.
√
Komunikasi Pelanggan
Mengecek ada tidaknya brosur atau leaflet yang berisi informasi mengenai RPH Mengecek ada tidaknya info RPH pada website. Mengecek ada tidaknya form pemesanan dari pelanggan. Mengecek ada tidaknya form penawaran barang dan jasa dari pelanggan. Mengecek ada tidaknya form keluhan pelanggan.
√
Tinjauan Persyaratan Produk
Mengumpulkan notulen rapat tinjauan manajemen. √
Desain dan pengembangan
Mengecek ada tidaknya proposal dari proses perubahan desain dan pengembangan. Mengecek ada tidaknya bukti persertujuan pelaksanaan perubahan desain dan
pengembangan dari Manajemen Puncak. Mengecek ada tidaknya dokumentasi informasi dari kegiatan desain dan pengembangan. Mengecek ada tidaknya dokumentasi verifikasi dari output yang telah memenuhi
persyaratan. Mengecek ada tidaknya dokumentasi validasi bahwa output telah sesuai. Mengecek ada tidaknya output berupa gambar, prosedur, dll.
√
208
No. Variabel Sub Variabel Point of Observation and Point of Documentation Metode
O*) D*)
Mengecek ada tidaknya dokumentasi bahwa output sesuai dengan persyaratan sebelumnya.
Mengecek ada tidaknya dokumentasi bahwa output sesuai dan dapat dilanjutkan ke proses berikutnya.
Mengecek ada tidaknya bukti dokumentasi terkait perubahan desain dan pengembangan.
√
Penyedia Eksternal Mengecek ada tidaknya dokumentasi hasil seleksi, evaluasi dan pemantauan kinerja pemasok.
Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait jaminan kelayakan hewan, yang dibuktikan dengan SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan).
Mengecek ada tidaknya dan mencatat daftar supplier hewan.
√
Pelaksanaan Proses Mengecek ada tidaknya cheklist atau daftar dari setiap input yang dibutuhkan dalam proses pemotongan hewan.
Mengecek ada tidaknya sertifikat penilaian kesesuaian daging dengan hieginitas yang dibuktikan dengan sertifikat NKV.
Mengecek ada tidaknya sertifikat penilaian kesesuaian daging dengan persyaratan halal yang dibuktikan dengan sertifikat Halal MUI.
Mengecek ada tidaknya SKKD (Surat Keterangan Kesehatan Daging). Mengecek ada tidaknya stempel atau label pada produk. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar properti milik pelanggan. Mengecek ada tidaknya dokumentasi proposal desain dan pengembangan. Mengamati dan mencatat isi proposal tersebut. Mengecek ada tidaknya hasil pengujian dari hasil pengujian dari pihak internal
(Manajemen Puncak) dan pihak eksternal (Konsultan). Mengecek ada tidaknya dokumentasi persetujuan dari hasil pengujian dari pihak terkait,
yaitu Manajemen Puncak, pelanggan, mitra dan pemasok.
√
Pelepasan Produk dan Jasa
Mengamati kegiatan serah terima produk dari RPH ke pelanggan. √
209
No. Variabel Sub Variabel Point of Observation and Point of Documentation Metode O*) D*)
Ketidaksesuaian Produk dan Jasa
Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait daftar cacat produk yang pernah terjadi dan berpotensi terjadi.
√ √
6. Evaluasi Kinerja Audit Internal Mengecek ada tidaknya dokumentasi hasil audit internal. √ Tinjauan Manajemen
Mengumpulkan notulen rapat tinjauan manajemen. Mengumpulkan dokumentasi terkait daftar hadir peserta rapat tinjauan manajemen. Mengumpulkan dokumentasi hasil tinjauan manajemen sebelumnya. Mengamati dan mencatat isi dari hasil tinjauan manajemen sebelumnya. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait isu internal dan isu eksternal. Mengecek ada tidaknya hasil survey kepuasan pelanggan. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait pemenuhan sasaran mutu. Mengecek ada tidaknya bukti dokumentasi kesesuaian produk. Mengecek ada tidaknya bukti dokumentasi ketidaksesuaian dan tindakan korektif. Mengecek ada tidaknya dokumentasi hasil pengukuran dan pemantauan sumber daya. Mengecek ada tidaknya dokumentasi hasil audit internal dan audit eksternal. Mengecek ada tidaknya dokumentasi hasil evaluasi kinerja pemasok. Mengecek ada tidaknya dokumentasi daftar sumber daya yang digunakan dalam proses
bisnis RPH.
√
7. Perbaikan/ Peningkatan
Tindakan Koreksi Mengumpulkan dokumentasi terkait ketidaksesuaian produk. Mengecek ada tidaknya dokumentasi hasil evaluasi kinerja. Mengecek ada tidaknya dokumentasi hasil tinjauan manajemen. Mengecek ada tidaknya dokumentasi terkait rencana bisnis jangka panjang. Mengecek ada tidaknya dokumentasi analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunities,
Threat) terkait proses bisnis RPH.
√ √
Keterangan: O*) : Observasi D*) : Dokumentasi
210
Lampiran 7. Notulen Rapat
211
Lampiran 8. Daftar Hadir Rapat
212
Lampiran 9. Alur Proses Pemotongan Sapi-Kerbau
213
Lampiran 10. Brosur UPTD RPH Terpadu Kota Bogor
214
Lampiran 11. Kondisi Lingkungan Kerja UPTD RPH Terpadu Kota Bogor
Sistem Lamela pada Sarana Pengolahan
Limbah Cair Sarana Pengolahan Limbah Padat
Akses Jalan menuju RPH Instalasi Air
215
Instalasi Listrik
Kandang Penampungan Hewan Area Penurunan Hewan
216
Lampiran 12. Informasi Terdokumentasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Klausul Sistem
Manajemen Mutu ISO
9001:2015
Informasi Terdokumentasi
4.3 Ruang lingkup sistem manajemen mutu
5.2 Kebijakan mutu
6.2 Sasaran mutu dan rencana pencapaian
7.5
Dokumen lain yang diterapkan di standar ini
(klausul 7.5) mencakup manual mutu, prosedur,
instruksi kerja dan formulir
7.1.5.1 Rekaman pemeliharaan peralatan, pemantauan dan
pengukuran
7.2 Bukti kompetensi SDM
8.2.3.2 Persyaratan produk barang dan jasa dari pelanggan
8.2.3.2 Persyaratan baru untuk produk barang dan jasa
8.3.3 Bukti input desain dan pengembangan
8.3.4 Bukti kontrol desain dan pengembangan
8.3.5 Bukti hasil desain dan pengembangan
8.3.6 Bukti perubahan desain dan pengembangan
8.4.1 Hasil evaluasi penyedia eksternal
8.5.1 Karakteristik produk atau jasa
8.5.3 Bukti perubahan pada barang milik pelanggan
8.5.6 Perubahan proses produksi barang dan jasa
8.6 Bukti kesesuaian produk dan jasa
8.7.2 Bukti data produk-produk yang tidak sesuai
9.1.1 Bukti monitoring informasi kinerja
9.2.2 Program internal audit dan hasilnya
9.3 Hasil dari tinjauan manajemen
10.2.2 Ketidaksesuaian dan tindakan korektif
Sumber: Witara (2017)
217
Lampiran 13. Job Description a. Kepala UPTD RPH Terpadu Jabatan Kepala UPTD RPH Terpadu Atasan Langsung - Bawahan Langsung Kasubag Tata Usaha Tugas: • Menyusun rencana dan program kerja • Menyelenggarakan ketatausahaan yang meliputi administrasi umum,
keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perencanaan dan pengolahan data Persyaratan: • Pendidikan minimal Dokter Hewan/S1 Kedokteran Hewan/S1 Peternakan • Menguasai ilmu kedokteran hewan • Menguasai dasar ilmu peternakan • Menguasai dasar manajemen administrasi umum, keuangan, kepegawaian,
perlengkapan, perencanaan dan pengolahan data • Menguasai dasar ilmu kepemimpinan
b. Kasubag Tata Usaha Jabatan Kasubag Tata Usaha Atasan Langsung Kepala UPTD RPH Terpadu Bawahan Langsung - Tugas: • Mengelola administrasi umum • Mengolah data
Persyaratan: • Pendidikan minimal S1 Ekonomi Manajemen/S1 Perkantoran
c. Penyimpanan Barang Benda Berharga Jabatan Penyimpanan Barang Benda Berharga Atasan Langsung Kasubag Tata Usaha Bawahan Langsung - Tugas: • Membuat laporan realisasi penerimaan dan persediaan benda berharga RPH • Membuat laporan persediaan benda berharga-gudang pemegang barang
khusus benda berharga RPH • Membuat laporan realisasi penerimaan dan persediaan benda berharga sub
RPH/koordinator pemungut • Membuat laporan permintaan benda berharga (karcis retribusi)
Persyaratan: • Pendidikan minimal SMA • Pengalaman 1 tahun sebagai staf tata usaha
218
d. Pembantu Pengurus Barang Jabatan Pembantu Pengurus Barang Atasan Langsung Kasubag Tata Usaha Bawahan Langsung - Tugas: • Menfasilitasi pembayaran pajak kendaraan dinas • Membuat laporan pelaksanaan kegiatan pengelolaan barang inventaris • Menyiapkan dokumen tagihan listrik/telepon dan air • Mengurus tagihan listrik/telepon/air • Membuat laporan pengurusan tagihan listrik/telepon/air
Persyaratan: • Pendidikan minimal SMA • Pengalaman 1 tahun sebagai staf tata usaha
e. Pengadministrasi Surat Jabatan Pengadministrasi Surat Atasan Langsung Kasubag Tata Usaha Bawahan Langsung - Tugas: • Mengelola surat masuk dan keluar • Menginventarisir kebutuhan pengelola arsip • Membuat laporan pengelolaan surat dan arsip bulanan • Mendistribusikan surat keluar
Persyaratan: • Pendidikan minimal SMA • Pengalaman 1 tahun sebagai staf tata usaha
f. Koordinator Kesehatan Hewan Jabatan Koordinator Kesehatan Hewan Atasan Langsung Kasubag Tata Usaha Bawahan Langsung - Tugas: • Melakukan pemeriksaan ante mortem dan post mortem • Melakukan pemeriksaan laboratorium
Persyaratan: • Pendidikan minimal D3 Peternakan • Pengalaman kerja minimal 1 tahun sebagai staf bidang peternakan • Memahami ilmu peternakan secara umum • Memahami ilmu tentang penyakit hewan • Memahami ilmu daging • Memahami kesejahteraan hewan (animal welfare)
219
g. Koordinator Mekanik dan Listrik Jabatan Koordinator Mekanik dan Listrik Atasan Langsung Kasubag Tata Usaha Bawahan Langsung - Tugas: • Mengelola dan menjaga fasilitas serta peralatan yang digunakan dalam
proses bisnis • Membuat laporan hasil pemeliharaan infrastruktur
Persyaratan: • Pendidikan minimal SMA atau SMK bidang mekanik/listrik
h. Koordinator Kebersihan Jabatan Koordinator Kebersihan Atasan Langsung Kasubag Tata Usaha Bawahan Langsung - Tugas: • Menata dan menjaga kebersihan ruangan • Menata dan menjaga kebersihan lingkungan • Menjaga kebersihan sarana dan prasarana RPH • Membuat laporan hasil pemeliharaan infrastruktur
Persyaratan: • Pendidikan minimal SMA • Memiliki sifat pekerja keras, rajin dan jujur
i. Koordinator Keamanan Jabatan Koordinator Keamanan Atasan Langsung Kasubag Tata Usaha Bawahan Langsung - Tugas: • Menjaga keamanan lingkungan RPH • Memeriksa kelengkapan dokumen hewan yang masuk
Persyaratan: • Pendidikan minimal SMA • Memiliki sifat pekerja keras, rajin dan jujur
220
j. Koordinator IPAL Jabatan Koordinator IPAL Atasan Langsung Kasubag Tata Usaha Bawahan Langsung - Tugas: • Melakukan penanganan limbah cair dan limbah padat • Memantau penangan limbah cair dan limbah padat • Membuat laporan hasil penanganan limbah cair dan limbah padat
Persyaratan: • Pendidikan minimal SMA • Memiliki sifat pekerja keras, rajin dan jujur
k. Petugas Timbangan Karkas dan Berat Hidup Hewan Jabatan Petugas Timbangan Karkas dan Berat Hidup Hewan Atasan Langsung - Bawahan Langsung - Tugas: • Membuat laporan timbangan karkas hewan
Persyaratan: • Pendidikan SMA • Pengalaman 1 tahun sebagai pelaksana di RPH • Bisa mengoperasikan timbangan digital untuk karkas dan timbangan hidup. • Mengenal berbagai macam jenis sapi
l. Petugas Penyembelihan Hewan (Modin) Jabatan Petugas Penyembelihan Hewan (Modin) Atasan Langsung - Bawahan Langsung - Tugas: • Menyembelihan hewan sesuai dengan syariat Islam
Persyaratan: • Pendidikan SMA • Beragama Islam • Biasa menyembelih hewan di masyarakat
221
Lampiran 14. Prosedur Perekrutan Karyawan
Logo UPTD RPH
Terpadu
UPTD RPH Terpadu Kota Bogor No. Dok No. Rev
PROSEDUR PEREKRUTAN KARYAWAN
Tgl Hal
1. Tujuan
Prosedur ini bertujuan memastikan bahwa karyawan yang terlibat dalam proses bisnis UPTD
RPH Terpadu sudah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan RPH untuk memenuhi
persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor.
2. Ruang Lingkup
Prosedur mencakup tata cara perekrutan karyawan. Hasil dari prosedur ini akan menjadi
referensi untuk menentukan karyawan yang akan diterima oleh UPTD RPH Terpadu Kota Bogor
3. Referensi
Persyaratan ISO 9001:2015 klausul 5.1
Persyaratan ISO 9001:2015 klausul 7.1.1
Persyaratan ISO 9001:2015 klausul 7.1.2
4. Prosedur
Melakukan rekrutmen secara langsung maupun kerjasama dengan Dinas Pertanian.
Menerima dan merekap dokumen pelamar.
Membuat jadwal wawancara untuk pelamar yang lolos pada tahap kelengkapan dokumen.
Melakukan wawancara dan membuat hasil wawancara.
Menyampaikan hasil wawancara ke manager representative.
Membuat pengumuman hasil penerimaan karyawan.
5. Kriteria Keberhasilan Prosedur
Kriteria keberhasilan prosedur ini yaitu karyawan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
RPH.
222
Lampiran 15. Prosedur Pengendalian Pemasok
Logo UPTD RPH
Terpadu
UPTD RPH Terpadu Kota Bogor No. Dok No. Rev
PROSEDUR PENGENDALIAN PEMASOK
Tgl Hal
1. Tujuan
Prosedur ini bertujuan memastikan bahwa pemasok yang terlibat dalam proses bisnis UPTD
RPH Terpadu sudah memenuhi standar yang ditetapkan RPH untuk memenuhi persyaratan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor.
2. Ruang Lingkup
Prosedur mencakup tata cara seleksi dan evaluasi pemasok. Hasil dari prosedur ini akan menjadi
referensi untuk melakukan pengendalian pemasok oleh UPTD RPH Terpadu Kota Bogor
3. Referensi
Persyaratan ISO 9001:2015 klausul 8.4
Persyaratan ISO 9001:2015 klausul 8.4.1
Persyaratan ISO 9001:2015 klausul 8.4.2
4. Prosedur
a. Prosedur Seleksi Pemasok
Masing-masing koordinator membuat daftar pemasok dari bagiannya.
Daftar pemasok dikumpulkan kemudian dibagi menjadi dua yaitu daftar supplier hewan
dan daftar supplier barang.
Melakukan proses verifikasi input dari pemasok.
Melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen dan perizinan untuk verifikasi supplier
hewan.
Mengecek ketepatan waktu pengiriman, jumlah, kualitas dan ketersedian barang untuk
verifikasi supplier barang.
Pemasok yang telah lolos pada tahap verifikasi diberikan Surat Keterangan Terdaftar.
223
Surat Keterangan Daftar dikeluarkan oleh UPTD RPH Terpadu dan ditanda tangani oleh
Kepala UPTD RPH Terpadu. Surat Keterangan Terdaftar berisi keterangan mengenai
identitas supplier yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah terdaftar sebagai
supplier di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor.
b. Prosedur Evaluasi Pemasok
Melakukan pendataan pemasok setiap satu tahun sekali untuk mengetahui adanya
penambahan atau pengurangan pemasok.
Melakukan evaluasi dengan melihat kesesuain barang yang diterima dengan barang
yang tercantum dalam surat perjanjian kerja.
Kriteria penilaian dalam melakukan evaluasi meliputi ketepatan waktu pengiriman,
kualitas, harga, ketersedian barang dan kemudahan komunikasi.
Hasil evaluasi dicatat dalam form evaluasi hasil kinerja pemasok.
5. Kriteria Keberhasilan Prosedur
Kriteria keberhasilan prosedur ini yaitu pemasok mendapat evaluasi.
224
Lampiran 16. Prosedur Pengendalian Desain dan Pengembangan
Logo UPTD RPH
Terpadu
UPTD RPH Terpadu Kota Bogor No. Dok No. Rev
PROSEDUR PENGENDALIAN DESAIN DAN PENGEMBANGAN
Tgl Hal
1. Tujuan
Prosedur ini bertujuan memastikan bahwa desain dan pengembangan yang dijalankan UPTD
RPH Terpadu sudah sesuai dengan yang direncanakan RPH untuk memenuhi persyaratan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2015 di UPTD RPH Terpadu Kota Bogor.
2. Ruang Lingkup
Prosedur mencakup tata cara pengendalian desain dan pengembangan. Hasil dari prosedur ini
akan menjadi referensi untuk melakukan pengendalian desain dan pengembangan oleh UPTD
RPH Terpadu Kota Bogor
3. Referensi
Persyaratan ISO 9001:2015 klausul 8.3
4. Prosedur
Membuat perencanan desain dan pengembangan meliputi sumber daya, perencanaan waktu
dan penanggung jawab.
Menentukan fungsi dan kinerja produk.
Melakukan kegiatan verifikasi dan validasi output sebagai bahan evaluasi untuk memastikan
bahwa hasil desain dan pengembangan sesuai dengan yang direncanakan.
Menyimpan dokumentasi hasil evaluasi desain dan pengembangan.
5. Kriteria Keberhasilan Prosedur
Kriteria keberhasilan prosedur ini yaitu desain dan pengembangan berjalan sesuai dengan yang
telah direncanakan.
225
Lampiran 17. Form Hasil Evaluasi Kinerja Pemasok a. Pemasok Barang
No. Nama
Pemasok Alamat
No. Telp
Kapasitas per Hari
Penilaian Baik=3, Cukup=2, Kurang=1 Total
Nilai
Rata-Rata Nilai
Kesimpulan Evaluasi Waktu
Pengiriman Kualitas Harga
Ketersediaan Barang
Kemudahan Komunikasi
226
b. Pemasok Hewan
No. Nama
Pemasok
Nama Pedagang Daging
Alamat No. Telp
Kapasitas per Hari
Penilaian Baik=3, Cukup=2, Kurang=1 Total
Nilai
Rata-Rata Nilai
Kesimpulan Evaluasi Kelengkapan
Dokumen Kualitas
Kemudahan Komunikasi
227
Lampiran 18. Form Daftar Alat Ukur
No. Nama Alat Ukur Tanggal Kalibrasi
Hasil Kalibrasi
Masa Berlaku Kalibrasi
Tanggal Kalibrasi
Ulang
228
1