bio_nurhayati.doc

Upload: novia-nabela

Post on 06-Mar-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII1 SMPN 2 BAGAN SINEMBAHTAHUN AJARAN 2009/ 2010SKRIPSIDiajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syaratGuna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

U N I V ERSITA

S

I S

L

A

M

RI A UP

E

K

A

N

B

A

R

UOlehNURHAYATINPM 086512740PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS ISLAM RIAUPEKANBARU 2010SURAT KETERANGANKami Pembimbing Skripsi dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa yangtersebut di bawah ini:Nama: NURHAYATINPM: 086512740Jurusan/ Program Studi: PMIPA/ Pendidikan BiologiTelah menyusun skripsi dengan judul:Penggunaan Media Gambar dan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah Tahun Ajaran 2009/ 2010 dan siap untuk diujikan.Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana perlunya.Pekanbaru,Juli 2010Pembimbing IPembimbing IIDr. Elfis, M. Si.Dra. Siti Robiah, M. Si.Lembar Pengesahan SkripsiPENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII1 SMPN 2 BAGAN SINEMBAH TAHUN AJARAN 2009/ 2010Disusun OlehNama: NURHAYATINPM: 086512740Jurusan/ Program Studi: PMIPA/ Pendidikan BiologiTim PembimbingPembimbing IPembimbing IIDr. Elfis, M. Si.Dra. Siti Robiah, M. Si.Ketua Program Studi Pendidikan BiologiDr. Sri Amnah, S.Pd., M.Si.Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Islam Riau PekanbaruPekanbaru, Juli 2010Zakir Has, S.H., M.Pd.Pembantu Dekan IBERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSIDENGAN PEMBIMBING ITelah dilaksanakan bimbingan Skripsi terhadap:

Nama: NURHAYATI

NPM: 086512740

Jurusan/ Program Studi: PMIPA/ Pendidikan Biologi

Jenjang Pendidikan: S1 (strata)

Pembimbing I: Dr. Elfis, M. Si.

Pembimbing II: Dra. Siti Rubiah, M.Si.

Judul Skripsi: Penggunaan Media Gambar dan Metode Diskusi

untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah Tahun

Ajaran 2009/ 2010

NoTanggalBerita BimbinganParaf

1November 2009Perbaikan Proposal

2November 2009Revisi Perangkat Pembelajaran

3Januari 2010Revisi BAB 2

4Februari 2010Revisi BAB 3

5April 2010Revisi BAB 4

6Juni 2010Revisi BAB 4 dan BAB 5

7Juli 2010Revisi Lampiran

8Juli 2010ACC untuk Diujiankan

9Agustus 2010Ujian Skripsi

Pekanbaru, Juli 2010Zakir Has, S.H., M.Pd.Pembantu Dekan IBERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSIDENGAN PEMBIMBING II

Telah dilaksanakan bimbingan Skripsi terhadap:

Nama: NURHAYATI

NPM: 086512740

Jurusan/ Program Studi: PMIPA/Pendidikan Biologi

Jenjang Pendidikan: S1 (strata)

Pembimbing I: Dr. Elfis, M.Si.

Pembimbing II: Dra. Siti Robiah, M. Si.

Judul Skripsi: Penggunaan Media Gambar dan Metode Diskusi

untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah Tahun

Ajaran 2009/ 2010

NoTanggalBerita BimbinganParaf

1November 2009Perbaikan Proposal

2November 2009Revisi Perangkat Pembelajaran

3Januari 2010Revisi BAB 2

4Februari 2010Revisi BAB 3

5April 2010Revisi BAB 4

6Juni 2010Revisi BAB 4 dan BAB 5

7Juli 2010Revisi Lampiran

8Juli 2010ACC untuk Diujiankan

9Agustus 2010Ujian Skripsi

Pekanbaru,Juli 2010

Zakir Has, S.H., M.Pd.Pembantu Dekan ISURAT PERNYATAANSaya mengakui skripsi ini merupakan hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan (baik langsung maupun tidak langsung) saya ambil dari berbagai sumber dan disebutkan sumbernya. Secara ilmiah, saya bertanggung jawab atas kebenaran data dan fakta skripsi ini.Bagan Sinembah, Juli 2010Peneliti,NurhayatiPENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII1 SMPN 2 BAGAN SINEMBAH TAHUN AJARAN 2009/ 2010NURHAYATINPM 086512740ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa Kelas VIII1 SMP Negeri 2 bagan Sinembah Tahun Ajaran 2009/ 2010 dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi. Dilaksanakan di Kelas VIII1 SMP Negeri 2 Bagan Sinembah. Waktu pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2010 sampai 16 April 2010 Tahun Ajaran 2009/ 2010 dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII1 SMP Negeri 2 Bagan Sinembah Tahun Ajaran 2009/ 2010 yang berjumlah 38 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Prosedur penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada nilai PPK terjadi peningkatan nilai hasil belajar sebelum PTK (78,9%) menjadi nilai hasil belajar siklus 1 (92,1%) sebesar 13,2%, dan terjadi peningkatan nilai hasil belajar siklus 1 (92,1%) menjadi siklus 2 (100%) sebesar 7,9%. Sedangkan pada nilai KI terjadi peningkatan nilai hasil belajar sebelum PTK (81,6%) menjadi nilai hasil belajar siklus 1 (100%) sebesar 1,2%, dan peningkatan nilai hasil belajar siklus 1 (100%) menjadi siklus 2 (100%) sebesar 0%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat peningkatan proses dan nilai hasil belajar mata pelajaran IPA siswa setelah dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi setelah dilakukan pada Siswa Kelas VIII1 SMP Negeri 2 Bagan Sinembah Tahun Ajaran 2009/ 2010.Kata Kunci: media gambar, metode diskusi, hasil belajarUSE OF MEDIA IMAGES AND METHODS RESULTS DISCUSSION TO IMPROVING STUDENT LEARNING IPA SMP 2 CLASS VIII1 SINEMBAH ACADEMIC YEAR 2009/2010NurhayatiNPM 086512740ABSTRACTThe purpose of this study is to determine the increase students' science learning outcomes VIII1 Junior High School Class 2 chart Sinembah Academic Year 2009/2010 with the use of media images and the method of discussion. Performed in Class 2 Junior High School VIII1 Sinembah Bagan. Data acquisition time of this study was conducted on February 4, 2010 until 16 April 2010 in Academic Year 2009/2010 with the research subjects were students of SMP Negeri 2 VIII1 class Sinembah Chart Academic Year 2009/2010 which amounted to 38 students, consisting of 18 male students and 20 female students. The procedure is a research-action research (CAR). The results explained that the increased value of KDP value learning outcomes prior to TOD (78.9%) to the value of the learning cycle 1 (92.1%) amounted to 13.2%, and an increase in the value of the learning cycle 1 (92.1 %) to cycle 2 (100%) amounted to 7.9%. While at KI values increased value of the study before PTK (81.6%) to the value of the learning cycle 1 (100%) amounted to 1.2%, and increase the value of the learning cycle 1 (100%) to cycle 2 (100% ) amounted to 0%. Based on this research we concluded that there is an increasing process and the value of studying science subjects students after teaching and learning activities carried out by using the method of media images and discussions after VIII1 grade students in Junior High School 2 Year Chart Sinembah Subjects 2009/2010.Keywords: media images, the method of discussion, learning outcomesBAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang MasalahPendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa (Kunandar, 2007).Tujuan pendidikan nasional yang merupakan sasaran akhir proses pendidikan, melahirkan tujuan-tujuan institusional atau tujuan lembaga pendidikan. Tujuan lembaga pendidikan itu selanjutnya dijabarkan ke dalam beberapa tujuan kurikulum atau tujuan budang studi, dan kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan pembelajaran, atau tujuan yang harus dicapai dalam satu kali pertemuan (Purwanto, 2008). Depdiknas (2006) menyebutkan tujuan pembela-jaran bidang studi IPA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan :1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 22) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 6) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya. Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pandidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : (a) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa, (b) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa dan (c) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Syah, 2006).3Hasil pengamatan yang peneliti lakukan di SMPN 2 Bagan Sinembah pada bulan September 2009 membuktikan bahwa terdapat beberapa masalah pada pembelajar IPA, masalah tersebut seperti: (a) hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah, terdapat siswa yang menjalankan remedial karena belum mencapai KKM 65, yaitu: pada nilai PPK 8 orang (21.1%) dan pada nilai KI 2 orang (5,3%), (b) aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA masih rendah, (c) tidak semua siswa memiliki buku paket/ buku pegangan siswa, (d) guru lebih sering menggunakan metode belajar konvensional (ceramah) dan jarang melaksanakan metode belajar diskusi.Tujuan pembelajaran IPA yang telah dijelaskan di atas dapat diraih melalui proses belajar yang berkesinambungan setelah dipengaruhi berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi belajar adalah karena adanya bantuan media pengajaran dan metode pembelajaran. Media yang digunakan dapat berupa media gambar dan metode diskusi. Menurut Arsyad dalam Farahdiba (2009), media gambar merupakan salah satu bentuk media pengajaran yang umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil. Selanjutnya Killen dalam Purwanto (2008) menjelaskan bahwa metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.4Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengupayakan pemecahan masalah dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul Penggunaan media gambar dan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar biologi Siswa Kelas VIII1 SMPN 2 BaganSinembah Tahun Ajaran 2009/2010.1.2. Identifikasi MasalahPeneliti menemukan beberapa masalah pada kegiatan belajar mengajaryang terjadi selama ini, yaitu:1) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi masih rendah, 2) Aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi masih rendah, 3) Tidak semua siswa memiliki buku paket/ buku pegangan siswa, 4) Guru lebih sering menggunakan metode belajar konvensional (ceramah) dan jarang melaksanakan metode belajar diskusi. 1.3. Pembatasan MasalahMasalah dalam penelitian ini dibatasi pada materi yang dipelajari adalah materi pada mata pelajaran biologi Kelas VIII semester 2, pada Standar Kompetensi 2 (Memahami pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dibagi dalam dua siklus penelitian, yaitu:(a) Siklus 1; Kompetensi Dasar 2.2. (Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan) 5(b) Siklus 2; Kompetensi Dasar 2.3. (Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan), dan Kompetensi Dasar 2.4. (Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan). 1.4. Perumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hasil belajar biologi siswa Kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah Tahun Ajaran 2009/ 2010 setelah penggunaan media gambar dan metode diskusi?1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian1.5.1. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa Kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah Tahun Ajaran 2009/ 2010 dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi.1.5.2. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:1) Siswa; menyenangi pelajaran biologi sehingga meningkatkan nilai hasil belajar biologi. 2) Guru; sebagai bahan masukan perihal penggunaan matode mengajar dan media pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lebih optimal. 63) Sekolah; sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai macam sumber belajar khususnya media gambar serta mengoptimalkan aktivitas belajar siswa dengan melaksanakan metode diskusi. 4) Peneliti; memperdalam pemahaman tentang pemanfaatan matode mengajar dan media pembelajaran. 1.6. Definisi Istilah JudulUntuk menghindari kesalahan pemahaman terhadap judul penelitian, maka definisi istilah judul penelitian ini adalah:Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan atau pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque proyektor (Hamalik, 2006).Metode diskusi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada beberapa orang siswa (kelompok-kelompok siswa) yang mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah (Syah, 2009).Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar (Majid, 2007).BAB 2TINJAUAN TEORI2.1. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran SainsKonstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri kita. Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar (Benny, 2009).Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut maka proses mengajar, bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke subjek belajar/siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subjek belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya. Mengajar adalah bentuk partisipasi dengan subjek belajar dalam membetuk pengetahuan. Karena itu guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar siswa. Jadi, menurut teori konstruktivistik, belajar adalah kegiatan yang aktif yang dimana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari (Sardiman, 2007). Penekanan teori konstruktivisme bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan. Teori konstruktivisme membawa8implikasi dalam pembelajaran yang harus bersifat kolektif atau kelompok dan proses sosial masing-masing siswa harus bisa diwujudkan (Muchith, 2008).Secara sederhana konstruktivis beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi, pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seseorang yang belajar itu membentuk pengertian hasil konstruksinya (Sardiman, 2008). Para kontruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat/ sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indranya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium dan merasakannya. Dari sentuhan indrawi itu seseorang membangun gambaran dunianya (Suparno, 2006).Belajar menurut teori kontruktivistk bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahauan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkontruksi yang dilakukan setiap individu (Sanjaya, 2008). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sardiman (2008) menyatakan tentang pandangan dari teori konstruktivisme, bahwa belajar merupakan proses aktif dari si subjek untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.9Revolusi konstruktivisme mempunyai akar yang kuat dalam sejarah pendidikan. Perkembangan kontruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan (dissequilibrium). Selain itu, Jean Piaget dan Vigotsky juga menekankan pada pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kelompok akan dapat meningkatkan perubahan konseptual (Baharuddin dan Wahyuni, 2008).2.2. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran SainsPendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan inquiry membimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi (Sudjana, 2009).10Sudjana (2009) menjelaskan bahwa pendekatan inquiry dalam mengajar termasuk pendekatan modern yang sangat didambakan untuk dilaksanakan di setiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu, tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (a) guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/ problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa, (b) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, (c) adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup, (e) partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan (f) guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa. Selanjutnya Sudjana (2009) menjelaskan bahwa metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil siswa (antara 3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilakukan pada saat tatap muka atau pada saat kegiatan terjadwal.Tujuan penggunaan pendekatan inkuiri menurut Senja (2009) adalah:1) Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya. 2) Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya. 3) Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tiada habisnya. 114) Memberi pengalaman belajar seumur hidupMenurut Massofa (2008), keuntungan mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri terdiri dari:1) Pengajaran berpusat pada diri pembelajar Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. 2) Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri), sehingga terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat. 3) Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri. 4) Pengembangan bakat dan kecakapan individu, lebih banyak kebebasan dalam proses belajar mengajar berarti makin besar kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan, kemampuan dan bakat-bakatnya. 5) Dapat memberi waktu kepada pembelajar untuk menganalisis dan mengakomodasi informasi. 6) Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional. Disamping keuntungan, menurut Massofa (2008) ada juga kelemahan- kelemahan dalam pendekatan inkuiri, diantaranya:1) Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar.122) Kalau pendekatan inkuiri diterpkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil. 3) Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang pengajar, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. 4) Lebih mengutamakan dan mengutamakan pengertian, sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu idealis. 2.3. Paradigma Pembelajaran BiologiIlmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar (Depdiknas, 2006).Elfis (2010a) menjelaskan bahwa model paradigma pembelajaran sains modern dalam konteks pembelajaran IPA di SMP/MTs yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah membutuhkan pendekatan yang disebut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Supaya materi lebih mudah13dipahami siswa, hendaknya guru mencoba menghubungkan konsep teori yang dipelajari siswa dengan fakta-fakta penjelasan teori tersebut di lapangan (kontekstual materi).Selanjutnya Elfis (2010a) menyebutkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar ada beberapa faktor yang terlibat seperti (a) pengelolaan kelas, (b) materi (kerumitan dan kesederhanaan serta pengembangan materi), (c) pendekatan dan metoda pembelajaran, (d) sumber dan media pembelajaran, serta (e) penilaian pencapaian hasil belajar siswa sebagai tolak ukur keberhasilan belajar siswa. Model paradigma pembelajaran sains modern dapat digambarkan sebagai berikut:

Manajemen/

SCLCTLPengelolaanMateri

Kelas

PBM

KBMPHBS

InkuiriSumber/ MediaPendekatan/

Metode

Pembelajaran

DiskoveriPembelajaran

Gambar 1. Paradigma Pembelajaran Sains Modern (Elfis, 2010a)Lebih lanjut Elfis (2010a) menjelaskan bahwa faktor-faktor ini secara simulatan akan saling pengaruh mempengaruhi. Oleh sebab itu, menafikan salah satu faktor dari lima faktor penentu pencapaian hasil belajar ini akan menyebabkan kadang-kadang guru tidak bijak untuk memperbaiki proses kegiatan14belajar mengajarnya, karena secara umum guru hanya fokus kepada faktor hasil akhir yaitu nilai belajar siswa.2.4. Media GambarKata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikab. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Gerlach & Ely, 1971 dalam Arsyad, 2007).Menurut Sudjana dan Rivai (2005), manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; 154) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sehingga tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Leshing, Pollock dan Reigeluth dalam Wena (2009), mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok, yaitu: (1) media berbasis manusia (pengajar, instruktur, tutor, bermain peran, kegiatan kelompok firld trip); (2) media berbagai cetak (buku, buku latihan/ workbook, dan modul); (3) media berbasis visual (buku, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide); (4) media berbasis audio visual (video, film, program slide tape, dan televisi); (5) media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaksi video, hypertext).Belajar dengan menggunakan indera ganda-pandang dan dengar-berdasarkan konsep di atas akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran diberikan hanya dengan stimulas pandang atau hanya dengan stimulas dengar (Arsyad, 2007). Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya Baugh dalam Achsin, (1986) dalam Arsyad (2007). Sementara itu, Dele (1969) dalam Arsyad (2007) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%.16Sadiman (2008) menyatakan bahwa di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Beberapa kelebihan media gambar/foto yang lain dijelaskan di bawah ini:1) Sifatnya konkret; gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau pariwisata dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/pariwisata tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut. Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Pariwisata-pariwisata yang terjadi di masa lampau, kemarin, atau bahkan semenit yang lalu kadang-kadang tidak dapat kita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto amat bermanfaat dalam hal ini. 3) Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto. 4) Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman. 5) Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. 17Gambar diam merupakan jenis yang paling banyak digunakan, mudah dikenal, dan mudah dimengerti secara langsung tanpa memerlukan interpretasi. Gambar didefinisikan sebagai representasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang diwujudkan di atas kanvas, kertas, atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar, atau foto. Ukuran foto atau gambar dapat diperbesar atau diperkecil agar dapat digunakan untuk kepeluan pembelajaran tertentu (Uno, 2008).Anitah (2008) menjelaskan bahwa media visual juga disebut media pandang, karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Media ini dapat dibedakan mejadi dua, yaitu:1) Media visual yang tidak diproyeksikan 2) Media visual yang diproyeksikan Selanjutnya Anitah (2008) menyebutkan bahwa salah satu media yang tidak diproyeksikan adalah media gambar mati atau gambar diam (still picture). Gerlach dan Ely (1980) dalam Anitah (2008) menjelaskan bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada pembelajar suatu tempat, orang dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pengalaman pembelajar sendiri. Gambar juga dapat memberikan gambaran dari waktu yang telah lalu atau potret (gambaran) masa yang akan datang.Gambar atau fotografi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti, binatang, orang, tempat atau peristiwa. Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran yaitu, potret, kartupos, ilustrasi dari buku, katalog,18gambar cetak. Melalui gambar dapat diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis (Smaldino, 2005 dalam Anitah, 2008).Anitah (2008) menyebutkan bahwa kelebihan gambar adalah:a) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata, b) Banyak tersedia dalam buku-buku, c) Sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan, d) Relatif tidak mahal, e) Dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi. Selanjutnya Anitah (2008) menyebutkan bahwa kelemahan gambaradalah:a) Kadang-kadang terlalu kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar, b) Gambar mati adalah gambar dua dimensi. Untuk menujukkan dimensi yang ketiga (kedalam benda), harus digunakan satu seri gambar dari objek yang sama tetapi dari sisi yang berbeda, c) Tidak dapat menujukkan gerak, d) Pebelajar tidak selalu mengetahui bagaimana membaca (menginterpretasi) gambar.Anitah (2008) juga menyebutkan bahwa ciri-ciri gambar yang baik adalah:a) Cocok dengan tingkat umur dan kemampuan pebelajar, b) Bersahaja dalam arti tidak terlalu kompleks, karena dengan gambar itu pebelajar mendapatkan gambaran yang pokok. Kalau gambar kompleks, perhatian pebelajar berbagi, akibatnya ada sesuatu yang justru penting tetapi tidak tertangkap oleh pebelajar. 19c) Realistis, maksudnya gambar itu seperti benda yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa yang digambar, sudah tentu perbandingan ukuran juga harus diperhatikan. d) Gambar dapat diperlakukan dengan tangan. Ada yang menganggap bahwa gambar adalah sesuatu yang suci, tetapi sebagai media pembelajaran, gambar harus dapat dipegang, diraba oleh pebelajar. 2.5. Metode DiskusiMetode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen dalam Purwanto, 2008). Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pandapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama (Sudjana, 2009).Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Jalannya diskusi diatur oleh guru itu sendiri. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi kecil ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dangan beberapa submasalah. Setiap20kelompok memecahkan submasalah yang disajikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok (Purwanto, 2008). Menurut Purwanto (2008), ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:1) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberi gagasan dan ide-ide. 2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan. 3) Dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain. Selanjutnya menurut Purwanto (2008), selain beberapa kelebihan, diskusijuga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:1) Selain terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. 2) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur. 3) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. 4) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat menggaggu iklum pembelajaran. 21Sudjana (2009) menjelaskan bahwa kelompok diskusi bisa dibuatberdasarkan:1) Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogen dalam belajar. 2) Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama. 3) Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita barikan. 4) Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa, yang tinggal dalam satu wilayah dikelompokkan dalam satu kelompok sehingga memudahkan koordinasi kerja. 5) Pengelompokan secara random atau dilotre atau acak, tidak melihat faktor-faktor lain. 6) Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita. Selanjutnya Sudjana (2009) menjelaskan bahwa sebaiknya kelompok menggambarkan yang heterogen, baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok tersebut tidak berat sebelah (ada kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang baik).2.6. Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Peningkatan HasilBelajarSanjaya (2007) menjelaskan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan layanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses22pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yangberhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran:1) Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. 2) Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media. 3) Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar. 4) Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Kondisi pembelajaran merupakan faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil belajar. Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda pula. Hasil pembelajaran merupakan semua efek yang dapat digunakan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran pada kondisi yang berbeda (Dageng dalam Uno, 2008).Sudjana dan Rivai (2005) menjelaskan, berdasarkan studi mengenai pengguanaan pesan visual dalam hubungannya dengan hasil belajar menujukkan bahwa pesan-pesan visual yang moderat (berada dalam rentangan abstrak dan realistik) memberikan pengaruh tinggi terhadap prestasi belajar siswa, yang bila dilukiskan membentuk kurva normal sebagai berikut:23

Kurva tingkat realistikGambar 2. Pengaruh Pesan Visual Terhadap Tingginya Prestasi Belajar Siswa (Sudjana dan Rivai, 2005)Diagram di atas menujukkan bahwa visualisasi pesan pada kutub abstrak atau tidak realistik dan kutub konkret atau realistik berada dalam posisi yang sama dilihat dari hasil belajarnya (Sudjana dan Rivai, 2005). Gambar yang disenangi para siswa belum menjamin meningkatnya hasil belajar siswa, namun yang pasti pengajaran akan lebih menarik bagi mereka. Atas dasar studi tersebut, penggunaan media dalam pengajaran mempunyai kontribusi tinggi terhadap kualitas pengajaran. Sedangkan secara teoritis kualitas pengajaran akan mempengaruhi kualitas hasil belajar yang dicapai para siswa (Sudjana dan Rivai, 2005).Hal tersebut sejalan dengan pendapat Santyasa (2007) yang menjelaskan bahwa media yang sesuai dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pebelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan24berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Posisi Media Dalam Sistem Pembelajaran (Santyasa, 2007)Penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Taraf berfikir siswa mengikuti tahap perkembangan mulai dari berfikir konkret menuju berfikir abstrak, dimulai dari berfikir sederhana menuju berfikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut sebab melalui25media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan (Sudjana dan Rivai, 2005).2.7.Hasil Penelitian yang RelevanBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2010, belum dipublikasikan) dengan judul penelitian Penggunaan Media Gambar dan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII1 SMPN 4 Bagan Sinembah Tahun Ajaran 2009/ 2010 menyebutkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPA setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi pada nilai PPK sebesar 12,2% pada siklus 1 dan meningkat sebesar 5,2% pada siklus 2. Ketuntasan klasikal PPK sebelum PTK menjadi setelah PTK Siklus 1 naik sebesar 32,4% dan pada siklus 2 sebesar 8,1%. Ketuntasan klasikal KI sebelum PTK terhadap siklus 1 sebesar 24,3% dan pada siklus 2 tidak mengalami kenaikan.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armaini (2010, belum dipublikasikan) dengan judul penelitian Penggunaan Media Gambar dan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII.d SMPN 1 Rengat Barat Tahun Ajaran 2009/ 2010, menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar PPK siswa dengan peningkatan daya serap siswa sebelum PTK terhadap siklus 1 sebesar 13,5% dan pada siklus 2 menjadi 2,5%Sejalan dengan penelitian di atas, terdapat pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Maifiras (2010, belum dipublikasikan) dengan judul penelitian Penggunaan media gambar dan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar26Biologi siswa kelas VIII.b SMP Negeri 1 Kemuning Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2009/2010, bahwa peningkatan daya serap dari rata-rata hasil belajar sebelum PTK menjadi siklus 1 sebesar 6% (penilaian PPK) dan pada siklus 1 menjadi siklus 2 sebesar 3% (penilaian PPK). Peningkatan ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal sebelum PTK menjadi siklus 1 sebesar 27.5% (penilaian PPK) dan 27.5% (penilaian KI), sedangkan peningkatan siklus 1 menjadi siklus 2 sebesar 5% (penilaian PPK) dan 2,5% (penilaian KI).BAB 3METODOLOGI PENELITIAN3.1. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini telah dilaksanakan di Kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah. Waktu penelitian dimulai pada bulan September 2009 sampai bulan Agustus 2010, sedangkan waktu pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2010-16 April 2010 Tahun Ajaran 2009/ 2010.3.2. Subjek PenelitianSubjek penelitian adalah siswa kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah Tahun Ajaran 2009/ 2010 yang berjumlah 38 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Dasar pengambilan siswa kelas VIII1 sebagai subjek penelitian dilakukan secara acak karena siswa kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah memiliki kemampuan akademik heterogen (tinggi, sedang, dan rendah).3.3. Metode dan Disain Penelitian3.3.1. Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Rustam (2004), penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat28meningkat. Desain penelitian ini adalah desain penelitian tindakan kelas (PTK)yang akan dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap penelitian yang dirumuskanpada Gambar 4.Pembelajaran Biologi

Penggunaan Media Gambar

PermasalahanAlternatif PemecahanPelaksanaan

(Rencana Tindakan I)Tindakan I

Siklus 1

RefleksiAnalisis DataObservasi

(Monitoring)

Terselesaikan

PermasalahanAlternatif PemecahanPelaksanaan

Belum(Rencana Tindakan II)Tindakan II

Terselesaikan

Siklus 2

RefleksiAnalisis DataObservasi

(Monitoring)

TerselesaikanPermasalahan

BelumSiklus Selanjutnya

Terselesaikan

Peningkatan Hasil

Belajar Siswa

Gambar 4. Desain penelitian tindakan kelas penggunaan media gambar dan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar IPA (dimodifikasi berdasarkan Elfis, 2010b)293.4. Prosedur PenelitianPenggunaan media gambar dan diskusi ini dilaksanakan melalui beberapatahap antara lain:1) Tahap persiapan 1. Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas VIII1 SMPN 2 Bagan Sinembah. 2. Menetapkan jumlah pertemuan pada setiap siklus penelitian yang telah disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar pembelajaran IPA, yaitu: siklus pertama 4 kali pertemua dan siklus kedua 7 kali pertemuan (termasuk pertemuan untuk melakukan ujian blok). 3. Mengambil nilai sebelum penelitian tindakan kelas (PTK) dari kompetensi dasar sebelumnya (nilai sebelum PTK). 4. Menyiapkan perangkat pembelajaran 5. Sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, guru telah meminta agar setiap siswa telah membaca buku pegangan pokoknya di rumah sehingga pelaksanaan penelitian dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi dapat berjalan dengan optimal. 2) Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan terstruktur sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) setiap pertemuan (seluruh RPP terlampir pada Lampiran). Secara garis besar, hal-hal yang dilakukan adalah:1. Pendahuluan a. Apersepsi b. Motivasi 302. Kegiatan Inti a. Siswa telah berada pada kelompoknya masing-masing. b. Guru memberikan media gambar dan beberapa soal kepada setiap ketua kelompok, soal-soal tersebut berisi sumber masalah yang harus dipecahkan siswa secara berdiskusi. c. Guru meminta setiap kelompok berdiskusi membahas soal dengan menggunakan media gambar yang telah diberikan. d. Guru meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas, dengan ditulis pada papan tulis atau dibaca secara langsung oleh siswa yang mewakili kelompoknya. e. Jawaban setiap kelompok dijadikan sumber masalah pada pelaksanaan diskusi kelas f. Setiap kelompok menanggapi jawaban hasil diskusi kelompok lain. g. Guru bersama siswa melaksanakan diskusi kelas dengan menggunakan bantuan media gambar yang ada di dinding kelas/ papan tulis. 3. Penutup a) Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan materi pelajaran. b) Menutup pelajaran. 4. Analisis data; guru atau peneliti melakukan analisis terhadap setiap perlakuan yang diberikan, baik dari perolehan nilai tes maupun dari aktivitas yang terbentuk saat ataupun setelah pembelajaran. 5. Refleksi; dilakukan oleh peneliti untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk 31mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penggunaan media gambar dan metode diskusi.6. Perencanaan Tindakan Lanjut; tindakan penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya apabila masalah yang dipecahkan belum dapat terselesaikan. 3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Perangkat PembelajaranPerangkat pembelajaran ini terdiri dari:1) Standar Isi Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Dantes, 2009). 2) Silabus Silabus adalah rencanan pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar (Kunandar, 2007). 3) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus, dan merupakan skenario proses pembelajaran untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD (Dantes, 2009). 324) Materi pokok Materi pokok adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar (Kunandar, 2007). 5) Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kegiatan Siswa/ LKS (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan (Elfis, 2010c). 6) Soal tes dan kunci jawabannya Soal tes digunakan untuk mengambilan data selama proses pembelajaran untuk perolehan nilai PPK dan nilai KI, sedangkan kunci jawaban tes merupakan patokan penilaian terhadap jawaban siswa. 3.5.2. Instrumen Pengumpulan DataInstrumen pengumpulan data yang digunakan adalah:1) Soal tes harian (diberikan pada setiap akhir pertemuan), soal tugas rumah, dan soal ujian ketuntasan blok yang digunakan untuk memperoleh nilai PPK yang terdapat pada perangkat pembelajaran. Menurut Elfis (2010d), tes adalah 33pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.2) Penilaian pelaksanaan praktikum dari LKS, presentasi hasil praktikum. Format penilaian KI yang terdiri dari format penilaian unjuk kerja (pratikum dan hasil pratikum) yang terdapat pada Lampiran 8.c. Tabel 1. Format Penilaian Unjuk Kerja dan PortofolioNo.Kode NamaAspek Penilaian

KerjasamaKeaktifanPresentasiPelaporan

SiswaNilai KI

(0-20)Siswa (0-25)(0-20)(0-35)

1

2

3

4

5

Dst.

(Sumber:Depdiknas, 2006)

3.6. Teknik Analisis DataTeknik analisis data yang digunakan ialah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah penggunaan media gambar dan metode diskusi.3.6.1. Pengolahan Data Hasil Belajar PPKMenurut Elfis (2010e) nilai PPK diperoleh dari didapatkan dari nilai tugas (T), nilai pekerjaan rumah (PR), nilai quiz tertulis (TQ) dan ujian blok (UB). Masing-masing nilai ini akan digabungkan dengan rumus sebagai berikut :PPK = 50% x (rata-rata nilai T, PR dan TQ) + 50% x UB343.6.2 Pengolahan Data Hasil Belajar KIMenurut Elfis (2010) didapatkan nilai portofolio (LKS dan Makalah) serta nilai unjuk kerja (presentasi portofolio). Masing-masing nilai akan digabungkan dengan rumusan sebagai berikut :KI = 35% x (rata-rata nilai Portofolio) + 65% x (rata-rata nilai Unjuk Kerja)3.7. Teknik Analisis Data DeskriptifPengolahan data dengan teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar biologi siswa sesudah penggunaan media gambar dan metode diskusi. Menurut Elfis (2010e) analisis data pencapaian hasil belajar biologi siswa dilakukan dengan melihat a) daya serap, b) ketuntasan individu, dan c) ketuntasan klasikal melalui kelompok penilaian PPK dan KI.Kriteria penentuan pencapaian hasil belajar siswa, yaitua) Daya Serap Siswa Nilai hasil belajar siswa secara individu kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus daya serap sebagai berikut: Daya Serap (%) = Jumlah skor yang diperoleh siswa x 100% Jumlah skor maksimum

Untuk mengetahui kategori daya serap siswa, nilai hasil belajar siswa selanjutnya diolah dengan menggunakan interval daya serap siswa yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:35Tabel 2. Interval dan Kategori Daya Serap Siswa (dimodifikasi dari Purwanto 2004, berdasarkan KKM SMPN 2 Bagan Sinembah)IntervalKategori

89-100Amat baik

77-88Baik

65-76Cukup

53-64Kurang