biologi sma kelas 10 animalia platyhelmintes
TRANSCRIPT
PLATYHELMINTES
Racha Ariestyapanan / 27Roes Ebara Gikami Lufti / 32
Platyhelmintes
• Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, Platy = Pipih dan Helminthes = cacing.
• Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih.
• Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata.
• Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling sederhana.
• Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit.
Ciri – Ciri Platyhelmintes
• Tubuh pipih tidak bersegmen. • Umumnya, golongan cacing pipih hidup
di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain.
• Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya.
• Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2–3 cm), dan Bipalium yang hidup di balik lumut lembap (panjang mencapai 60 cm).
Struktur Tubuh Platyhelmintes
• Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan embrional, yaitu ektoderma, mesoderma, dan endoderma. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina.
• Cacing memiliki saluran pencernaan dari mulut, faring, menuju kerongkongan. Akan tetapi, cacing pipih tidak memiliki saluran pencernaan. Cacing pipih hanya memiliki usus yang bercabang-cabang menuju seluruh tubuh sehingga peredaran makanan tidak melalui pembuluh darah, tetapi langsung diedarkan dan diserap tubuh dari cabang usus tersebut. Sistem ini disebut dengan sistem pencernaan gastrovaskuler.
Struktur Tubuh Platyhelmintes
• Platyhelminthes tidak memiliki anus atau sistem pembuangan. Pengeluaran dilakukan melalui mulut sedangkan sisa makanan berbentuk cair dikelurkan melalui permukaan tubuhnya.
• Sistem saraf hampir sama dengan sistem saraf pada Coelenterata, dapat bergerak aktif karena adanya sistem saraf dan sistem indra. Pada cacing hati terdapat dua bintik mata pada bagian kepalanya. Bintik mata tersebut mengandung pigmen yang disebut oseli. Indra peraba pada Planaria disebut aurikula (telinga), ada juga yang memiliki organ keseimbangan dan organ untuk mengetahui arah aliran air (reoreseptor).
Reproduksi Platyhelmintes
• Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi bagian tubuh yang hilang. Cara reproduksi aseksual tersebut biasanya dilakukan oleh Tubellaria sp.
• Platyhelminthes juga bisa bereproduksi secara seksual dengan cara perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada batu atau tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang mirip induknya.
Klasifikasi Platyhelmintes• Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing
bulu getar), Trematoda (cacing hisap),dan Cestoda (cacing pita).• Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar
sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.• Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk
melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma.
• Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata. Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.
Turbellaria
• Kelompok cacing Turbellaria adalah cacing yang hidup bebas dan bergerak dengan bulu getarnya, contohnya Planaria.
• Cacing ini dapat digunakan sebagai indikator biologis kemurnian air. Apabila dalam suatu perairan banyak terdapat cacing ini, berarti air tersebut belum tercemar karena cacing ini hanya dapat hidup di air yang jernih, sehingga apabila air tersebut tercemar maka cacing ini akan mati.
Contoh TurbellariaPlanaria merupakan salah satu contoh hewan avertebrata yang masuk dalam anggota filum platyhelminthes dari kelas turbellaria (cacing berambut getar).
Planaria sp berwarna gelap, halus dan licin.
Terdapat bitnik mata untuk membedakan gelap dan terang.
Planaria sp umumnya dapat ditemukan di habitat akuatik yang tidak tercemar dengan arus yang mengalir serta hidup bawah bebatuan yang terhindar dari sinar matahari.
Trematoda
• Trematoda atau disebut juga cacing isap adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes.
• Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.
• Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.
• Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau.
Contoh Trematoda
Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari Trematoda(Platyhelminthes).
Cestoda
• Cacing ini dikenal sebagai cacing pita. Seperti cacing hati, cacing pita bersifat sebagai parasit pada hewan dan manusia, jumlahnya sekitar 1500 species.
• Cacing ini membentuk koloni seperti pita sehingga panjangnya bisa mencapai 20 m atau lebih.
• Tubuh Cestoda dibagi menjadi 3 bagian:– Skoleks (menancap makanan)– Leher– Strobila (membentuk proglotid)
Contoh CestodaTaenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae.
Jenis yang terkenal adalah Taenia saginata (inangnya hewan sapi) dan Taenia solium (inangnya hewan babi).
Infeksi Cacing Pita Babi adalah infeksi usus yang disebabkan oleh cacing pita dewasa Taenia solium. Sistiserkosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh larva dari Taenia solium.Infeksi ini biasa ditemukan di Asia, Uni Soviet, Eropa Timur dan Amerika Latin.
Siklus Hidup Platyhelmintes• Fasciola hepatica Telur (bersama feces) -> larva bersilia (mirasidium) -> siput
air (lymnea auricularis atau lymnea javanica) -> sporokista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) -> dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica) -> usus -> hati -> sampai dewasa
• Chlornosis sinensis Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa
• Schistosoma javanicum Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia -> pembuluh darah vena
• Taenia saginata / Taenia Solium Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces
Siklus Hidup Fasciola hepatica
Chlornosis Sinensis
Penyakit yang disebabkan Platyhelmintes
• Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan.
• Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia.
• Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya. Spesies ini dapat menghisap darah manusia.
• Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut.