evolusi animalia
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah tentangevolusi animalia, bagaimana evolusi itu terjadi dan bagaimana saja proses yang melatar bekalangani terjadinya evolusi pada hewan animalia atau hewan menyusui, yang berdasarkan bukti-bukti yang ada saat iniTRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teori evolusi terus berkembang, khususnya sejak Edwin Hubble pada
1929 dengan menggunakan efek Dopler menyatakan ide Big Bang, yang terjadi
14 milliar tahun lalu, dan diperkuat oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada
1965 yang secara kebetulan menemukan sinyal microwave di alam semesta yang
intinya: memperkuat teori big bang, sekaligus evolusi.
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi
organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan
kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu
populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-
sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi
ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang
bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh
rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme.
Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum
atau langka dalam suatu populasi.
Dasar teori ini yang menyatakan bahwa seleksi alam dan mutasi adalah
dua mekanisme yang saling melengkapi. Modifikasi evolusioner berasal dari
mutasi secara acak yang terjadi pada struktur genetis makhluk hidup. Sifat-sifat
yang ditimbulkan oleh mutasi kemudian diseleksi melalui mekanisme seleksi
alam dan dengan demikian makhluk hidup berevolusi. Evolusi memang terjadi
dalam dunia, tetapi tidak terbukti mengarah ke evolusi spesies. Evolusi hanya
terjadi sebatas variasi, misalkan pasangan berbeda ras akan menghasilkan
keturunan lain yang merupakan variasi di antara keduanya.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari evolusi?
2. Bagaimana proses evolusi pada animalia?
3. Adakah bukti-bukti terjadinya evolusi pada animalia?
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian evolusi.
2. Untuk mengetahui proses evolusi pada animalia.
3. Untuk mengetahui apakah bukti-bukti terjadinya evolusi pada
animalia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian evolusi
Teori evolusi sudah dikemukakan sejak zaman Aristoteles dimana teori
tersebut berusaha menjelaskan proses evolusi yang meliputi sumber variabilitas,
organisasi variasi genetic dalam populasi, diferensiasi populasi, isolasi
reproduktif, asal mula spesies dan hibridisasi. Biologi Evolusi ilmu yang lunak
yang mempunyai daya prediksi lemah. Teorinya tersusun atas data yang tidak
lengkap atau yang belum sempurna dipahami, meskipun ia tergolong ilmu hayat,
bahasannya lebih cenderung ke kutup humanika daripada ke kutup eksakta. Teori
evolusi sendiri berevolusi sejak zaman Aritoteles melalui Cuvier, lamarck, ke
Erasmus Darwin dan Charles Darwin/Alfred Wallace. Tokoh yang paling terkenal
adalah Darwin. Darwin banyak terpengaruh oleh Linnaeus dan Malthus. Teori
evolusi sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh de Vries dan Mendel, Morgan dan
Muller, lalu Mayr, Dobhansky. Di jaman Darwin belum ada genetika,
paleantropologi dan geokronologi, bahkan ilmu-ilmu lain juga belum
berkembang, seperti geologi, paleogeografi, dan embriologi komparatif
(Kompasiana. 2010).
Sekarang evolusi adalah teori sintetis atau teori biologi yang memanfaatkan
segala disiplin yang relevan. Seperti paleontology, palaekologi, biostratigrafi,
paleogeografi, biologi molekuler, biokimia, biostatistik dan lain sebagainya. Teori
evolusi akan mudah dipelajari jika kita memahami prinsip-prinsip dari disiplin
ilmu tersebut.
Evolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan
memakan waktu yang lama. Perubahan yang dimaksudkan disini adalah
perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari yang sederhana menuju
struktur dan fungsi yang kompleks dan beragam. Perubahan yang terjadi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu; perubahan progresif dan perubahan retrogresif.
Perubahan progresif yaitu perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari
kondisi sederhana menuju kondisi yang maju atau modern untuk dapat bertahan
hidup. Perubahan retrogresif yaitu perubahan struktur dan fungsi yang menuju

kepunahan. Kepunahan terjadi tidak hanya karena mundurnya struktur dan fungsi
tetapi juga dapat terjadi karena perkembangan struktur dan fungsi yang melebihi
proporsinya sehingga makhluk hidup tersebut tidak mampu bertahan hidup
(Anshori,2009).
2.2. Proses evolusi pada animalia.
2.1.1. Evolusi Pada Pisces
a. Ikan Tak Berahang (Kelas Agnatha)
Vertebrata pertama yang ditemukan sebagai fosil adalah ikan tak
berahang, ostrakodermi. Beberapa terdapat dalam batu-batuan Ordovisium,
meskipun pada zaman Silur mereka terdapat dalam jumlah lebih banyak yaitu ikan
pipih (15 sampai 30 cm). Hidup dengan dengan menghisap zat-zat organik dari
dasar sungai. Pertukaran gas terjadi pada pasangan-pasangan insang interna,
dengan tiap insang ditunjang satu lengkung tulang. Air masuk melalui mulut,
melalui insang dan keluar melalui serangkaian kantung insang yang bermuara di
permukaan. Tidak memiliki sirip dan ikan tersebut bergerak dengan gerakan
undulasi. Satu-satunya ikan tak berahang yang sekarang masih hidup adalah
Lamprey dan ikan hag (Hagfish). Hewan-hewan ini masih merupakan ikan
primitif. Disamping tidak memiliki rahang dan tidak memiliki sirip berpasangan.
Notokord dipertahankan selama hidupnya dan tidak pernah diganti secara
sempurna dengan kerangka yang terdiri atas tulang rawan. Pada tubuhnya tidak
terdapat sisik (Kimbal, 1999).
b. Plakodermi
Plakodermi berbeda dengan moyang agnathanya dalam 2 hal yang
mendasar, yaitu mempunyai rahang dan sirip yang berpasangan. Yang pertama
membantu dalam memangsa hewan yang lebih kecil secara aktif. Kedua
membantu lokomosi dengan menstabilkan ikan tersebut di dalam air. Catatan
fosil menggambarkan adanya radiasi adaptif yang ekstensif dari ikan ini pada
zaman Devon. Sebagian besar dari ikan-ikan ini kemudian punah, tetapi beberapa
diantaranya menghasilkan garis keturunan yang mengembangkan dua kelas besar
ikan masa kini yaitu, ikan tulang rawan) dan ikan tulang sejati (Osteichthyes).

Zaman Devon ditandai dengan periode-periode ketika banyak danau dan sungai
menjadi kering atau menjadi jauh lebih kecil dan lebih hangat. Perubahan
lingkungan ini menyebabkan tekanan seleksi yang hebat pada ikan air tawar
Zaman Devon (Kimbal, 1999).
c. Ikan Bertulang Rawan (Kelas Chondrichthyes)
Ikan bertulang rawan yang paling awal adalah hiu yang tidak jauh berbeda
dengan hiu masa kini, memperoleh namanya dari fakta bahwa kerangkanya terdiri
atas tulang rawan dan bukan tulang keras. Ikan hiu mempunyai rahang yang
berkembang dari kedua pasang pertama lengkung insang. Dalam hal ini, sepasang
celah insang tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, lubang ini masih terdapat pada
beberapa ikan masa kini dan disebut spirakel. Di samping hiu, ikan pari, dan belut
merupakan anggota kelas ini (Kimbal, 1999).
d. Ikan Bertulang Sejati (Kelas Osteichthyes)
Ikan bertulang sejati menempuh cara mengatasi masalah kekeringan yan
terjadi secara berkala dengan mengembangkan sepasang kantung hasil
perkembangan faring yang berfungsi sebagai paru-paru primitif. Ikan-ikan ini
dengan cepat (masih dalam zaman Devon tepecah menjadi 3 kelompok berbeda
yaitu paleoniskoida, ikan paru-paru dan krosopterigia. Zaman Devon dikatakan
sebagai “Zaman Ikan” karena selama zaman ini terjadi radiasi adaptif yang luar
biasa dari kelompok ini. Baik air tawar maupn air laut dihuni oleh mereka. Akan
tetapi menjelang akhir zaman Devon timbullah kelompok vertebrata baru.
kelompok ini adalah kelompok amfibia, vertebrata berkaki empat atau tetrapoda
yang pertama (Kimbal, 1999).
2.1.2. Evolusi Pada Amphibi
Amfibia merupakan perintis verebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota
tubuh yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk
lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan
darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa
kembali ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara pencampuran

darah yang kaya oksigen dengan darah yang miskin oksigen terjadi dalam dalam
ventrikel tunggal, jantung yang beruang 3 memberikan peningkatan yang berarti
dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk
mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah.
Amfibia telah mengembangkan telinga sederhana dari struktur yang
diwarisinya dari moyang mereka. Spirakel tertutup dengan membran yang
berfungsi sebagai gendang telinga dan tulang rahang yan tidak terpakai lagi
(berasal dari lengkung insang agnatha) berguna untuk meneruskan getaran dari
membran ini ke telinga dalam (Kimbal, 1999).
Amfibia yang paling awal adalah Diplovertebron, panjangnya ±60 cm.
Beberapa contoh fosil berukuran ±2,5 cm. Amfibia ini hanya berjaya selama
zaman Karbon. Bumi ditutupi oleh rawa yang luas, kehidupan tumbuhan yang
berlimpah, dan terdapat banyak insekta untuk di makan oleh amfibia. Zaman ini
sering disebut zaman Amphiba. Zaman ini diikuti oleh suatu periode (Permian)
ketika bumi menjadi lebih dingin dan lebih kering. Penurunan kejayaan amfibi
terjadi yang berlangsung terus sampai sekarang. Pada waktu
ini hanya tertinggal tiga ordo ialah :
1) katak dan bangkong (ordo Anura).
2) Salamander dan kadal air (newt) (ordo Urodela).
3) Sesilia (ordo Apoda), yang merupakan hewan seperti cacing dan tanpa
kaki. Karena tidak mempunyai kulit dan telur yang kedap air, maka tak
ada satu amfibia pun yang dapat menyesuaikan sepenuhnya dengan
keadaan daratan (Kimbal, 1999).
2.1.3. evolusi pada reptil
Reptilia adalah hewan pertama yang benar-benar hewan daratan. Reptilia
berkembang dari amfibia pada zaman Karbon. Kelebihan reptilia yang paling awal
“Kotiloaurus” terhadap amfibi adalah
Perkembangan telur yang bercangkang dan berisi kuning telur (yolk) yang
dapat diletakkan di tanah tanpa kemungkinan menjadi kering

Cangkang kedap air dan kedap terhadap sperma, sehingga perkembangan
telur yang bercangkang terjadi bersamaan dengan perkembangan fertilisasi
internal.
Embrio dilindungi oleh cairan yang terdapat dalam amnion, mendapat
makanan dari kantong kuning telur (yolk), bernapas melalui korion dan
alantois, dan menyimpan limbah metabolisme di dalam kantong yang
dibentuk oleh alantois.
Gambar Perbadingan alat gerak pada Ikan, Amphibia dan Reptil
Reptilia paling awal, yang kakinya pendek menjulur ke samping tubuh,
menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam air dan hanya bertelur di darat
sehingga mudah disembunyikan dari mangsa. Seiring semakin keringnya zaman
Permian, modifikasi lain untuk hidup di daratan kering berevolusi. Perkembangan
kulit kering memungkinkan mereka untuk meninggalkan air dengan aman. Tetapi
kulit kering tidak dapat digunakan untuk respirasi. Penyempurnaan paru-paru
dikembangkan dengan pembesaran rongga rusuk. Sekat ventrikel mengurangi
pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang oksigen
sehingga memungkinkan efisiensi peredaran darah. Kotilosaurus mengalami
radiasi adaptif dan menghasilkan lima garis keturunan yang utama, yaitu:
1. Pelikosaurus,
menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam air dengan kaki yang berada
di bawah sehingga memungkinkan untuk berlari lebih cepat dan lebih ringan
di darat. Dari pelicosaurus inilah berevolusi sekelompok reptil di darat yaitu
terapsida. Pada awal zaman Mesozoikum terapsida merupakan reptilia yang
paling banyak jumlahnya, tapi mereka segera dilampaui oleh kelompok lain.
Namun, hal tersebut hanya bersifat sementara (± 100 juta tahun), karena
keturunan terapsida yaitu mamalia, pada akhirnya menguasai bumi ini.

2. Penyu (Ordo Chelonia)
dari asal-usulnya dalam era Mesozoikum awal sampai sekarang, sebagian
besar penyu hidup di air tawar atau di lautan. Meskipun habitatnya demikian,
mereka tidak meninggalkan warisan adaptasi darat mereka. Mereka bernapas
dengan paru-paru dan meletakkan telur bercangkangnya di darat. Penyu air
tawar merayap ke darat untuk membuat lubang dalam pasir atau tanah untuk
bertelur. Meskipun tidak punah, penyu merupakan kelompok yang paling
menonjol, karena masih ada setelah berada di bumi selama 200 juta tahun,
dimana sebagian besar reptilia sezamannya telah punah.
3. Plesisaurus dan Iktiosaurus
merupakan anggota kedua garis keturunan reptilia laut yang berkembang
dalam periode Jura tetapi punah pada akhir zaman Mesozoikum. Mereka
pemakan ikan, hal ini sesuai dengan kehidupan di laut. Namun kenyataanya,
anggota tubuh yang menyelip di sirip sangat sesuai untuk lokomosi di darat
sehingga iktiosaurus mempertahankan telur di dalam tubuh induk dan tidak
bertelur di darat. Anak yang dilahirkan hidup dan aktif, seperti halnya ikan hiu
berenang.
4. Diapsida
merupakan garis keturunan kelima dari iktiosaurus. Disebut diapsida
karena mempunyai struktur tulang lengkung ganda yang khas di daerah
temporal tengkorak. Diapsida mempunyai adaptasi fisiologis yang penting
untuk hidup di darat yang tidak terdapat pada kelompok lain, yaitu
kemampuan untuk mengubah limbah nitrogen menjadi asam urat yang hampir
tidak dapat larut. Asam urat keluar sebagai pasta putih bersama feses.
Kemampuan kelompok ini dan keturunannya mengekresikan limbah nitrogen
sehingga membebaskan mereka hampir seluruhnya dari ketergantungan pada
air minum (Kimbal, 1999).
Evolusi kelompok reptilia ini diikuti beberapa cabang yang menghasilkan
kadal dan ular (Ordo Squamata) dan sekelompok reptilia mirip kadal yang
keturunannya masih ada (tetapi langkah) yaitu di Selandia Baru.
Kadal masa kini pertama kali timbul di periode Jura, merupakan penghuni
penting gurun pasir dan hutan daerah panas. Satu kelompok kadal periode

Kreta menjadi hewan meliang. Kaki-kaki hewan ini akhirnya lenyap dan
dengan demikian terjadilah ular (sisa kaki belakang masih dapat ditemukan
pada Boa dan Piton. Meskipun ular dapat bertahan hidup di daerah iklim
sedang (temperate) dengan cara hibernasi selama musim dingin, tetapi mereka
juga berhasil di daerah tropis dan subtropis burung sekarang (Kimbal, 1999).
Tekodon merupakan cabang kedua dari reptilia darat yang
mengeksresikan asam urat. Hewan ini dapat berlari cepat di daratan dan
menggunakan ekor yang panjang untuk keseimbangan. Fosil dari tekodon
tingkat tinggi menunjukkan adanya penutup insulasi tubuh dan suatu histologi
tulang yang menandakan bahwa hewan-hewan ini dapat mempertahankan
suhu tubuh yang relatif tinggi dan teratur baik. Hal ini digabung dengan
kecepatan dan toleransi terhadap keadaan gersang burung sekarang (Kimbal,
1999).
Lima ordo reptilia telah berevolusi dari tekodon. Anggota dari radiasi
adaptif yang luar biasa ini sering disebut reptilia yang berkuasa karena mereka
mendominasi seluruh tanah dan udara selama sisa era Mesozoikum.
Buaya dan aligator (ordo Crocodilia) meninggalkan lokomosi dengan
dua kaki dari moyang tekodonnya tetapi mempertahankan kaki belakang yang
besar. Hewan ini dapat bergerak cepat dengan mengangkat seluruh badannya
di atas tanah. Hewan ini merupakan satu-satunya keturunan reptilia tekodon
yang tidak pernah punah burung sekarang (Kimbal, 1999).
Pada akhir periode Trias, muncul 2 ordo dari dinosaurus yang masing-
masing mengalami radiasi adaptif yang luar biasa. Selama sisa era
Mesozoikum bumi dihuni oleh dinosaurus dar berbagai gambaran, ukuran dan
bentuk. Penemuan dan pemasangan fosil dinosaurus merupakan cabang
paleontologi yang palin aktif selama bertahun-tahun. Bila kita melihat
kerangka yang elah direkontruksi dari hewan seperti Tyrannosaurus (panjang
14,5 m dan tinggi 5,8 m) dan Brachiosaurus (bobot mendekati 90 ton).
Meskipun yang mewakili hanya 2 dari 15 ordo reptilia yang ada pada waktu
itu, dinosaurus saja sudah membuktikan bahwa era Mesozoikum sebagai
“Zaman Reptilia”.

Dua kelompok Mesozoikum tersebut menjadi reptilia terbang. Cara
berjalan dengan dua kaki dari tekodon telah membebaskan kaki depan untuk
digunakan sebagai sayap. Mulanya sayap ini digunakan untuk meluncur tetapi
kemudian digunakan untuk terbang lama. Salah satu dari kelompok ini yaitu
Pterosaurus, yang menguasai selama sebagian besar era Mesozoikum.
Pteranodon dengan rentangan sayap 8,2 m diduga merupakan anggota terbesar
dari ordo tersebut. Kemudian pada awal tahun 1970, fosil dari seekor
pterosaurus dengan rentangan sayap 15,5 m ditemukan di Big Bend National
Park di Texas. Kelompok kedua reptilia terbang merupakan moyang burung-
burung sekarang (Kimbal, 1999).
2.1.4. Evolusi Pada Aves
Kelompok reptilia kedua yang mengudara mengembangkan suatu
modifikasi yang tidak terdapat pada pterosaurus yaitu bulu. Pertumbuhan bulu ini
memberi permukaan bagi sayap yang luas, ringan tetapi kuat. Bulu ini juga
memberikan insulasi (penutup hangat) bagi tubuh, sehingga membuatnya lebih
kecil namun dapat mempertahankan suhu tubuh yang relatif tinggi dan tetap
meskipun di daratan beriklim dingin. Bulu menjadi penciri utama munculnya
burung pertama (Kimbal, 1999).
Gambar.Fosil Archeopteryx
Penemuan fosil Archeopteryx dalam batuan zaman Jura merupakan salah
satu contoh yang terbaik dari “mata rantai yang hilang”. Hewan ini mempunyai
bulu, dengan demikian kita menyebutnya burung. Tetapi hubungannya dengan
reptilia jelas. Sayap yang agak rudimeter mempunyai cakar, dalam mulut terdapat
gigi dan mempunyai ekor yang panjang. Ciri-ciri reptilia ini tidak ditemui lagi

pada burung-burung yang masih hidup. Meskipun hewan ini pada akhir zaman
Mesozoikum sudah mantap, tetapi pada zaman Cenozoikum burung-burung ini
mengalami radiasi adaptif yang luas. Jumlah spesies yang besar dan distribusinya
yang luas membuktikan keberhasilan mereka. (Kimbal, 1999).
Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan untuk penerbangan yang
efisien, yaitu Sayap menjadi paling utama, memungkinkan burung terbang jarak
jauh untuk mencari makanan yang cocok dan berlimpah dan meloloskan diri dari
pemangsa. yang efisien harus ringan dan kuat. Keringanan tubuh burung diperoleh
dari bulu, tulang-tulang yang berongga dan gonad tunggal (pada betina) yang
membesar dan aktif hanya selama musim kawin. Hilangnya gigi mengurangi berat
kepala. Fungsi gigi ini dilaksanakan oleh empedal. Kekuatan dicapai dengan otot
dada besar yang terpaut pada tulang dada yang sangat membesar. Mempunyai
jantung beruang 4 dan efisiensinya memungkinkan perkembangan suhu tubuh
yang tetap (homeotermi). Homeotermi juga memungkinkan laju metabolisme
yang tinggi pada semua suhu lingkungan. Burung dapat tetap aktif dalam cuaca
dingin. Laju metabolisme yang tinggi mencerminkan pelepasan energi yang cepat
untuk terbang (Kimbal, 1999).
2.1.5. Evolusi Pada Mamalia
Mamalia pertama timbul pada akhir zaman Trias dari moyang terapsida.
Mereka merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang makanannya terutama
terdiri atas insekta. Kemampuan yang aktif ini berhubungan dengan
kemampuannya untuk memelihara suhu tubuh yang tetap (homeotermi). Hal ini
berkaitan dengan perkembangan jantung beruang 4 dan pemisahan sempurna dari
peredaran darah oksigen dan sistemik. Konservasi panas tubuh dimungkinkan
dengan perkembangan rambut. Sementara mamalia yang paling awal bertelur
seperti moyang reptilia, anaknya setelah menetas diberi makan dengan susu yang
disekresikan oleh kelenjar dalam kulit induknya (Kimbal, 1999).
Berlawanan dengan moyang reptilia, gigi mamalia mengalami spesialisasi
untuk memotong (gigi seri), menyobek (gigi taring), dan menggiling (geraham)
makanannya. Bahan kelabu serebrum, yang ditutupi oleh bahan puti pada reptilia,

tumbuh keluar diatas permukaan otak. Modifikasi ini mempunyai akibat yang
jauh (Kimbal, 1999).
Evolusi mamalia yang paling awal berlangsung mulai beberapa jalur yang
berbeda. Dari kelompok tersebut hanya tiga yang sampai sekarang masih hidup,
yaitu:
1) Monotremata, mamalia bertelur (Subkelas Prototheria)
2) Marsupialia, mamalia berkantung (Subkelas Metatheria)
3) Mamalia berplasenta (Subkelas Eutheria)
Masing–masing dibedakan dari cara merawat anak selama masa
perkembangan embrio. Monotremata tetap bertelur seperti moyang terapsidanya.
Platipus paruh bebek dan pemakan semut berduri (ekidna) merupakan satu-
satunya monotremata yang ada di bumi sekarang (Kimbal, 1999).
Pada marsupialia anak ditahan untuk jangka waktu yang pendek di dalam
saluran reproduksi induk. Selama waktu yang pendek ini, makanan diperoleh dari
kantung kuning telur yang tumbuh di dalam uterus. Tetapi anak itu dilahirkan
pada tahap perkembangan yang sangat awal. Kemudian merayap ke dalam
kantung yang terdapat di perut induknya dan melekatkan diri pada puting yang
mengeluarkan air susu. Di sini perkembangan diselesaikan. Marsupialia yang
paling awal mungkin mirip dengan oposum. Pada bulan maret 1982 ditemukan
sisa-sisa fosil marsupialia Polydolops sebesar 25 cm di pulau Seymouz (ujung
utara Tanjung Antartika) (Kimbal, 1999).
Mamalia berplasenta mempertahankan anaknya di dalam uterus induk sampai
berkembang dengan baik. Kuning telur hanya sedikit di dalam telur, tetapi embran
extra embrionik itu membentuk tal pusar dan plasenta sehingga anak yang sedang
bertumbuh mendapat makanannya langsung dari induknya.Selama kira-kira 70
juta tahun dalam era Mesozoikum mamalia berplasenta hanya diwakili oleh satu
ordo. Akan tetapi, pada akhir epoh kedua, Eosin, dari era Cenozoikum, mamalia
ini telah beradiasi menjadi paling sedikit 14 ordo yang berbeda (Kimbal, 1999).
2.3. Bukti-Bukti Evolusi

Kecaman dari berbagai pihak tentang teori evolusi, mendorong para
pendukung teori evolusi membuktikan kebenaran teori evolusi. Hal-hal yang perlu
dibuktikan dalam teori evolusi sebenarnya sudah dibahas dalam buku Drawin
”The Origin of Species by Means Natural Selection”. Upaya untuk mencari bukti
sampai sekarang lebih mengarah pada petunjuk adanya evolusi daripada bukti
adanya evolusi. Pemaparan bukti evolusi harus dilakukan dengan pendekatan
multidisipliner (okezone, 2011).
Adapun bukti evolusi yang sering dipakai adalah fosil, anatomi
komparatif, struktur sisa, embriologi komparatif, biokimia komparatif dan
biogeografi.
a. Petunjuk adanya evolusi dari segi palaentologi
Charles Darwin yang menyatakan bahwa fosil adalah bukti perkembangan
makhluk hidup masa lampau, yang menujukkan suatu perkembangan yang
terus menerus secara evolutif. Perkembangan evolusi kuda sering
digunakan sebagai contoh perkembangan makhluk hidup dari segi
paleontologik.

Gambar 1. Evolusi Kuda
Perkembangan kuda dimulai dari apa yang disebut Hyracotherium,
termasuk kelompok Eohippus, yang muncul dari Eocene awal di Amerika
Utara dan Eropa. Nenek moyang kuda ini hanya sekitar 11 inci, berleher
pendek dan mempunyai kaki depan yang berbeda dengan kaki belakang,
kaki depan jumlah jari kakinya empat dan kaki belakang jumlah jarinya
hanya tiga; jari keempat dan kelima masih ada tapi kecil sekali. Pada
oligocene muncul Mesohippus yang lebih besar daripada Eohippus, yakni
sekitar 24 inci. Kaki depan dan kaki belakang semua berjari 3. Pada
Miocene dijumpai adanya Parahippus dan Merychippus, yang pertama
adalah pemakan daun dan yang kemudian adalah pemakan rumput. Baru
pada Pleiocene muncul apa yang disebut Pliohippus yang jari sampingnya

sudah mereduksi. Pada akhir Pleiocene akhir sudah muncul nenek moyang
kuda yang berjari satu, yang menyebar ke seluruh dunia kecuali Australia.
Kalau diikuti uraian tersebut di atas seakan-akan perkembangan kuda
secara evolusi seperti garis lurus. Dalam kenyataannya perkembangan
tersebut bercabang-cabang. Sebagai contoh adalah pada Miocene selain
terdapat Parahippus dan Merychippus seperti disebut di atas, juga ada
Hypohippus, namun kemudian tidak berkembang dan akhirnya punah
(Aryulina, dkk. 2007).
b. Petunjuk adanya Evolsi berupa Anatomi Komparatif
Dikenal adanya keadaan yang disebut homologi dan analogi. Homologi
adalah adanya fungsi yang berbeda beragai hewan yang bila dianalisa
secara cermat ternyata mempunyai bentuk dasar yang sama, sedangkan
analogi adalah adanya fungsi yang sama pada beberapa makhluk hidup
yang secara anatomik organ yang mengemban fungsi tersebut tidak
mempunyai struktur dasar yang sama. Para ahli berpendapat bahwa
peristiwa analogi ini adalah merupakan proses perkembangan evolusi
konvergen. Suatu peristiwa yang bertolak dari adaptasi anggota makhluk
hidup dari beberapa bentuk berbeda namun berada dalam lingkungan yang
sama untuk jangka waktu yang sangat lama. Yang biasa dipakai petunjuk
evolusi adalah homologi struktur ekstrimitas anterior beberapa hewan
vertebrata (gambar 2) (Aryulina, dkk. 2007).

Gambar 2. Homologi ekstremitas anterior beberapa binatang vertebrata
c. Petunjuk Evolusi Embriologi Komparatif
Hubungan perkembangan embrio dengan evolusi dinyatakan dalam Ernst
Haeckel bahwa ontogeni adalah pilogeni yang dipersingkat. Ia menyebut
sebagai teori rekapitulasi atau teori biogenetik. Perkembangan embrio
pada hewan vertebrata dijumpai kenyataan bahwa perkembangan embrio
dari zigot menujukkan struktur yang sama, namun selanjutnya
berkembang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga bentuk
dewasanya mejadi sangat berbeda (gambar 3).

Gambar 3. Embriologi Komparatif Beberapa hewan Vertebrata
d. Petunjuk dari Fisiologi Komparatif
Kemiripan faal tubuh dijumpai pada makhluk hidup mulai dari tingkat
rendah sampai tingkat tinggi meliputi:
- kemiripan dalam faal respiratoria
- kemiripan dalam metabolisme
- proses sintesis protein
- pembentukkan ATP sebagai molekul berenergi tinggi
e. Petunjuk dari usaha domestifikasi
Hasil perjalanan Darwin menunjukkan bahwa spesiasi dapat terjadi karena
upaya domestifikasi oleh manusia, misalnya upaya pemuliaan tanaman
maupun hewan.
f. Petunjuk dari Alat Tubuh yang tersisa
Alat-alat sisa digunakan sebagai petunjuk adanya evolusi, karena dalam
kenyataanya meskipun alat tersebut tidak lagi menunjukkan suatu fungsi
nyata tapi tetap dijumpai secara nyata dan jumlahnya boleh dikatakan
cukup banyak. Penganut faham evolusi melihat adanya kelemahan dari

penganut faham ciptaan khusus, bertolak dari alat-alat tersisa yang tidak
lagi ada gunanya itu. Adapun organ-organ sisa antara lain: apendiks,
selaput mata sebelah dalam, otot-otot penggerak telinga, tulang ekor, gigi
taring yang runcing, geraham ketiga, rambut didada, mammae pada laki-
laki, musculus piramidalis dan masih banyak lagi (Gambar 4).
Gambar 4. Beberapa Struktur Sisa dari Manusia
g. Petunjuk dari struktur DNA dan Protein
Semua organisme hidup tersusun oleh kode genetik
(DNA=Dioksiribonukleotid Acid) yang sama. Kode genetik makhluk
hidup tersusun oleh gula ribosa, pospat, dan empat basa nitrogen yang
saling berkombinasi menghasilkan sifat-sifat fenotif yang berbeda. Kode
genetik ini bersifat universal. Melalui proses transkripsi dan tranlasi kode-
kode genetik ini diterjemahkan menjadi asam amino-asam amino yang
menyusun protein. Secara universal protein seluruh makhluk hidup
tersusun oleh kombinasi 20 asam amino (Gambar 5 dan 6).

Gambar 5. Homologi Kode Genetik
Gambar 5. Kamus Kode Genetik

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bentuk evolusi dari hewan vertebrata dan hewan invertebrate terjadi melalui
proses yang sangat panjang, proses perubahan yang terjadi dari segi morfologi dan
anatomi serta tingkah laku dimulai dari sebuah kompetisi, sehingga dalam
berevolusi tidak terlepas dari peran lingkungannya. Dengan dibantu oleh
lingkungan, maka tiap sel akan terus mengalami perkembangan hingga pada
tahapan terbentuknya sebuah individu baru.
3.2. Saran
Untuk mendapatkan data yang valid terkait dengan evolusi vertebrata dan
invertebrta maka perlu adanya sebuah penelitian yang lebih lanjut guna
mengetahui bagaimana kedua jenis hewan tersebut berevolusi meskipun pada
hakikatnya membutuhkan waktu yang sangat lama untul mendapatkan hasil
penelitian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anshori Moch, Martono Djoko,2009. Buku sekolah elektronik Biologi 1 : Untuk
Sekolah Menengah Atas (SMA)-Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Aryulina, Diah,dkk. 2007. Biologi 3 SMA dan MA untuk Kelas XII. Jakarta: Esis.
Kimbal, John W. 1999. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
ONLINE
http://techno.okezone.com/read/2011/08/19/56/493770/fosil-ungkap-evolusi-
vertebrata
Kompasiana. 2010. Kebenaran Teori Evolusi Spesies. [Online]. Tersedia:
http://edukasi.kompasiana.com/2010/06/08/kebenaran-teori-evolusi-161682.html
[20 Juni 2014].