bioimpedance measurement
DESCRIPTION
This paper tell us how to make an instrumentation device knowing the impedance of biological tissue with AD5933 evaluation board.TRANSCRIPT
1
Abstrak— Impedansi adalah salah satu karakteristik
elektronik pada materi yang dapat diketahui secara
eksperimen. Begitu juga sel tubuh manusia, khususnya
kulit, juga memiliki impedansi. Teknik yang digunakan
untuk mengetahui impedansi kulit adalah dengan
mengalirkan sinyal listrik pada permukaan kulit
kemudian menangkapnya menggunakan elektroda. Nilai
impedansi didapatkan dengan cara mengolah sinyal
keluaran dan sinyal masukan menggunakan algoritma dan
perhitungan yang tertanam dalam sistem instrumentasi.
Sistem memiliki komponen utama yaitu sebuah IC
AD5933 sebagai pusat pengolah sinyal dan sebuah
mikrokontroler untuk mengontrol kerja sistem dan
komunikasi data. Karena impedansi merupakan fungsi
dari frekuensi, data diambil berdasarkan frekuensi yang
berbeda-beda dalam rentang 5 kHz – 95 kHz. Data
pengukuran kemudian ditampilkan pada komputer dalam
bentuk spektroskopi impedansi.
Kata Kunci— AD5933, Frekuensi, Impedansi, Kulit,
Spektroskopi
I. PENDAHULUAN
EMUA jaringan biologis memiliki sifat kelistrikan, begitu
juga dengan tubuh manusia. Beberapa sifat kelistrikan
pada jaringan biologis diantaranya resistansi, konduktansi,
permitivitas, dan kapasitansi. Setiap proses biologis juga
merupakan proses elektrik dan sehat atau sakit berhubungan
dengan arus bio-elektrik dalam tubuh kita (Pekar, 1997).
Dengan adanya sifat kelistrikan ini, tubuh manusia dapat
diasumsikan sebagai campuran dari berbagai konduktor yang
terdistribusi dengan karakteristik kelistrikan yang berbeda.
Namun tidak seperti konduktor logam, konduksi listrik pada
jaringan biologi adalah aliran ion. Hadirnya medan listrik pada
jaringan, membuat arus konduksi Ic mengalir. Arus ini
berhubungan dengan kandungan ion dan pergerakan ion pada
jaringan tertentu. Faktor-faktor ini diekspresikan sebagai
konduktivitas jaringan (σ). Sedangkan resistivitas jaringan (R)
tidak lain adalah 1/σ.
Jaringan tersusun atas sel. Setiap sel penyusun organ
makhluk hidup dibungkus dengan membran semipermeabel
(hanya melewatkan beberapa ion tertentu saja) yang tersusun
atas molekul‐molekul lipida berlapis ganda (bilayer lipids) dan
protein‐protein. Karena secara fisik membran pembungkus ini
merupakan lapisan ganda, maka secara elektronik membran
bersifat seperti kapasitor keping sejajar yang mempunyai nilai
impedansi dalam bentuk reaktansi kapasitif. Keberadaan
protein pada membran membuat membran mempunyai sifat
semipermeabel dan menyebabkan ”kebocoran” pada kapasitor.
Gambar 1 memperlihatkan rangkaian RC ekivalen untuk
sistem sel (rangkaian Maxwell‐Wagner).
Rangkaian RC Maxwell‐Wagner nilai impedansinya
merupakan fungsi dari frekuensi. Dari sini muncul fenomena
dispersi impedansi pada frekuensi. Yang membuat impedansi
menjadi fungsi dari frekuensi yaitu karena adanya sifat
kapasitif yang menimbulkan reaktansi sebesar .
Terlihat pada grafik pada gambar 2 bahwa semakin besar
frekuensi maka impedansi semakin kecil karena adanya faktor
Spektroskopi Impedansi
Kulit Manusia A. Labib Fardany F—1106065445
Departemen Fisika,Universitas Indonesia
S
Gambar 2. Dispersi impedansi sebagai fungsi dari frekuensi
Gambar 1. Rangkaian listrik ekivalen untuk sel. Cm adalah kapasitansi
membran lapisan ganda, Rm adalah resistansi kebocoran dari kapasitor, Ri adalah resistansi larutan di dalam sel, dan Re adalah resistansi larutan di
luar sel.
2
1/f. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa membran sel
biologis (ketebalan 5-10 nm) memiliki kapasitansi listrik 0.5-
1.3 uF/cm2 dan memiliki resistivitas 102-105 ohm/cm2 (Chen
Hao, 2007).
II. METODE
Impedasi darah diukur dengan cukup presisi menggunakan
IC AD5933. IC ini dapat mengirimkan sinyal listrik AC yang
diberikan pada objek dan kemudian ditangkap kembali setelah
melewati objek tersebut. Sinyal yang diberikan frekuensinya
dibuat bervariasi dari 5 kHz sampai 95 kHz. Di dalam IC ada
sistem untuk membandingkan sinyal yang ditangkap dengan
sinyal yang dikeluarkan mula-mula. Perbedaan sinyalnya
dikonversi menjadi nilai resistansi (R) dan reaktansi (I). Tentu
saja nilai I dan R yang didapatkan belum pasti benar karena
harus dikalibrasi terlebih dahuu sebelumnya. Tanpa rangkaian
tambahan, IC ini dapat mengukur impedansi antara 1 kΩ
hingga 10 MΩ. Karena kisaran ini masih terlalu besar untuk
ukuran impedasi sel, maka digunakan rangkaian eksternal agar
bisa mengukur impedansi yang nilainya lebih kecil dari
kisaran nilai tersebut dan cocok dengan impedasi sel. Gambar
3 memperlihatkan diagram blok rangkaian eksternal yang
digunakan.
Pada rangkaian eksternal terdapat VCCS (Voltage
Controlled Currenst Source) yang memiliki 2 output sumber
arus, positif dan negatif. Pengaturan seperti ini diperlukan
untuk mengkur floating impedance yang berarti tidak diukur
berdasarkan acuan ground. Eksperimen ini menggunakan
VCCS berupa Howloand Current Source termodifikasi yang
dapat menginjeksi arus AC positif dan negatif sebesar 350 μA.
Dengan menggunakan sumber arus yang konstan, maka
tegangan akan bervariasi bergantung pada impedansi objek.
Tegangan objek diperkuat oleh instrumentation amplifier
kemudian disalurkan ke kaki input AD5933. Karena
impedansi juga fungsi dari frekuensi, diperlukan juga
pengamatan tentang hubungan tersebut. Maka frekuensi sinyal
divariasikan dari 5 kHz sampai 95 kHz (berdasarkan referensi
untuk pengukuran bioimpedance). Dalam eksperimen ini
objek / tissue under study (TUS) yang digunakan adalah kulit
pada lengan bagian bawah yang diberi elektroda ECG.
Sinyal dari objek yang ditangkap oleh AD5933 diproses
secara digital menggunakan sistem DFT (discrete fourier
transform) sehingga dapat diambil nilai resistansi R dan
reaktansi I dari objek. Proses ini dilakukan secara berulang-
ulang dengan frekuensi yang berbeda-beda dari rentang 5 kHz
sampai 9 kHz, sehingga didapat data R dan I secara array
dalam register AD5933.
Data resistansi dan reaktansi pada AD5933 kemudian
dikirim ke mikrokontroler untuk menghitung impedansi
berdasarkan frekuensinya dan mengirim data frekuensi,
resistansi, reaktansi, dan impedansi ke komputer. Di komputer
data tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik (spektroskopi
impedansi).
III. HASIL
Data yang didapat dari AD5933 eval board adalah tabel
yang berisi frekuensi sweep, resistansi R, reaktansi I dan
impedansi Z. Spektrum impedansi merupakan hasil plot dari
nilai R dan I yang ditampilkan pada gambar 5.
Gambar 2 Komponen yang dibutuhkan
Gambar 3. Diagram blok rangkaian eksternal untuk mengukur impedansi
biologis
Gambar 4. Metode pengambilan data impedansi kulit
Rangkaian Eksternal
AD5933 Eval Board
Gambar 6. Spektrum impedansi kulit (plot R dan I)
3
Eksperimen menggunakan frekuensi sweep 900 Hz dengan
frekuensi awal 5 kHz dan frekuensi akhir 95 kHz. Dalam
range frekuensi ini diperoleh kurva I vs R yang melengkung
ke atas.
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil spektrum impedansi yang didapat,
hampir semua reaktansi bernilai negatif. Hal ini menandakan
adanya gejala kapasitif pada kulit yaitu pengaruh membran sel
kulit. Gejala induktansi terlihat sangat tidak dominan karena
reaktansi yang positif hanya terlihat sedikit pada grafik yaitu
pada saat frekuensi tinggi saja. Hal ini sesuai dengan teori
rangkaian RC ekivalen untuk sistem sel (rangkaian
Maxwell‐Wagner) seperti yang telah dijelaskan di atas. Grafik
yang sedikit mirip bisa didapatkan dengan mengukur
spektroskopi rangkaian 2R1C dengan Rs (series resistence) 68
ohm, Rp (parallel resistance) 130 ohm, dan kapasitor C 100
nF. Frekuensi sweep dilakukan dalam rentang 5 kHz sampai
100 kHz.
Pada kulit, nilai R bervariasi antara 10 ohm sampai 140
ohm dan nilai I bervariasi antara -6 ohm sampai -43 ohm.
Sedangkan rangkaian rangkaian 2R1C nilai R bervariasi antara
70 ohm sampai 175 ohm dan nilai I bervariasi antara -15 ohm
sampai -63 ohm. Perbandingan nilai-nilai tersebut sedikit
mendekati, mungkin bisa dicari nilai R dan C yang lebih
akurat lagi untuk dapat menggambarkan rangkaian ekuivalen
dari sel-sel kulit, namun sudah terlihat sangat jelas bahwa
rangkaian 2R1C dapat dikatakan sebagai rangkaian ekuivalen
dari sel kulit, khususnya pada lengan bawah.
V. KESIMPULAN
Hasil eksperimen pengukran impedansi kulit memiliki
kemiripan dengan teori rangkaian Maxwell-Wagner untuk
rangkaian ekuivalen sel. Hal ini dikarenakan spektrum
impedansi kulit menunjukkan gejala kapasitansi dan reaktansi
yang lebih dominan daripada induktansi dan memiliki bentuk
kurva yang melengkung ke atas. Maka dari itu rangkaia 2R1C
dapat dianggap sebagai rangkaian ekuivalen yang pas untuk
memodelkan impedansi kulit manusia khususnya di lengan
bawah.
REFERENSI
1. Hao, Chen., Yan, Feng., Ding, Lin., Xue, Yadong., Ju, Huangxian.
2007. “A Self-assembled Monolayer Based Electrochemical
Immunosensor for Detection of Leukemia K562 Cells”. Science Direct. Electrochemistry Communications 9
2. Dean, D.A., Ramanathan, T., Machado, D., Sundararajan, R.,
2008. “Electrical Impedance Spectroscopy Study of Biological Tissues”. J Electrostat
3. Seoane, Fernando., Ferreira, Javier., Jose Sanchez, Juan., Bragos,
Ramon. 2008. “An Analog Front-End Enables Electrical Impedance Spectroscopy System On-Chip for Biomedical
Applications”. IOP Science
4. Analog Devices, AD5933 Data Sheet
A. Labib Fardany Faisal, lahir di
Pamekasan 13 April 1993. Anak
pertama dari tiga bersaudara. Saat ini
sedang menempuh pendidikan di
Universitas Indonesia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Jurusan Fisika semester 2.
Sebelumnya, menimba ilmu di SMAN 3
Pamekasan.
Gambar 7. Rangkaian 2R1C ekuivalen dan spektrum
impedansi impedansinya
R1
68Ω
R2
130Ω
C1
100nF