biogas komunal

17
Pemanfaatan Septic Tank Komunal untuk Menciptakan Gili Trawangan yang Hijau dan Mandiri Energi March 27, 2012 — yadi777 Pemanfaatan Septic Tank Komunal untuk Menciptakan Gili Trawangan yang Hijau dan Mandiri Energi (Utilization of Communal Septic Tank for Creating Gili Trawangan the Greens and the Independent Energy) Mulyadi 1) , Irna Ilsa Nuriza 2) 1) Matematika Murni, MIPA, Universitas Mataram, Jln. Majapahit 62 Mataram, [email protected]. 2) Biologi Lingkungan, MIPA, Universitas Mataram, Jln. Majapahit 62 Mataram, [email protected]. Abstract: Utilizing human excrement (feces) as a fertilizer and energy resources is a key point Gili Trawangan to create a green and energy independent. One solution, with menkonstruksi communal septic tank as digester producing biogas. Backed with a solid selection of raw materials and tested as environmental preservation efforts. Byproduct (sludge) can be used as solid and liquid fertilizer. Quality fertilizers are better than other organic fertilizers and the potential to improve the structure of calcareous soil on Gili Trawangan. Biogas is generated based on analysis of population density and the capacity of excretion of feces per day amounting to 111 175 m3 of biogas obtained. If the needs of each home is 0.1 m3 per day, with the number of Head of Family 299 kk, it will provide energy supplies amounting to 0.372 m3 per family. The rest can be used for other purposes. Abstrak: Memanfaatkan kotoran manusia (tinja) sebagai pupuk dan sumber energi adalah hal pokok untuk menciptakan Gili Trawangan yang hijau dan mandiri energi. Salah satu solusinya, dengan menkonstruksi septic tank komunal sebagai digester penghasil biogas. Didukung dengan pemilihan bahan baku yang kokoh dan teruji sebagai upaya pemeliharaan lingkungan. Produk sampingan (sludge) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk padat dan cair. Kualitas pupuk tersebut lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik lainnya dan berpotensi untuk memperbaiki struktur tanah berkapur di Gili Trawangan. Biogas yang dihasilkan berdasarkan analisa kepadatan penduduk dan kapasitas ekskresi tinja per hari didapatkan biogas sebesar 111.175 m 3 . Jika kebutuhan setiap rumah per hari adalah 0,1 m 3 , dengan jumlah Kepala Keluarga 299 kk, maka akan memberi pasokan energi sebesar 0,372 m 3 per KK. Sisanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.

Upload: muhammad-akbar-faereza-nugraha

Post on 16-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bbibibib

TRANSCRIPT

Page 1: Biogas Komunal

Pemanfaatan Septic Tank Komunal untuk Menciptakan Gili Trawangan yang Hijau dan Mandiri EnergiMarch 27, 2012 — yadi777

Pemanfaatan Septic Tank Komunal untuk Menciptakan

Gili Trawangan yang Hijau  dan Mandiri Energi

(Utilization of Communal Septic Tank for Creating Gili Trawangan the Greens and the

Independent Energy)

Mulyadi1), Irna Ilsa Nuriza2)

1)      Matematika Murni, MIPA, Universitas Mataram, Jln. Majapahit 62 Mataram, [email protected].

2)      Biologi Lingkungan, MIPA, Universitas Mataram, Jln. Majapahit 62

Mataram, [email protected].

Abstract: Utilizing human excrement (feces) as a fertilizer and energy resources is a key point Gili

Trawangan to create a green and energy independent. One solution, with menkonstruksi communal

septic tank as digester producing biogas. Backed with a solid selection of raw materials and tested as

environmental preservation efforts. Byproduct (sludge) can be used as solid and liquid fertilizer.

Quality fertilizers are better than other organic fertilizers and the potential to improve the structure of

calcareous soil on Gili Trawangan. Biogas is generated based on analysis of population density and the

capacity of excretion of feces per day amounting to 111 175 m3 of biogas obtained. If the needs of

each home is 0.1 m3 per day, with the number of Head of Family 299 kk, it will provide energy

supplies amounting to 0.372 m3 per family. The rest can be used for other purposes.

Abstrak: Memanfaatkan kotoran manusia (tinja) sebagai pupuk dan sumber energi adalah hal pokok

untuk menciptakan Gili Trawangan yang hijau dan mandiri energi. Salah satu solusinya, dengan

menkonstruksi septic tank komunal sebagai digester penghasil biogas. Didukung dengan pemilihan

bahan baku yang kokoh dan teruji sebagai upaya pemeliharaan lingkungan. Produk sampingan

(sludge) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk padat dan cair. Kualitas pupuk tersebut lebih baik

dibandingkan dengan pupuk organik lainnya dan berpotensi  untuk memperbaiki struktur tanah

berkapur di Gili Trawangan. Biogas yang dihasilkan berdasarkan analisa kepadatan penduduk dan

kapasitas ekskresi tinja per hari didapatkan biogas sebesar 111.175 m3. Jika kebutuhan setiap rumah

per hari adalah 0,1 m3, dengan jumlah Kepala Keluarga 299 kk, maka akan memberi pasokan energi

sebesar 0,372 m3 per KK. Sisanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.

Keyword: biogas, energy, feces, green, gili’s,

 

Page 2: Biogas Komunal

 

 

1. I.            PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gili Trawangan (Primadona wisata Lombok) adalah objek wisata unggulan ketiga yang

menjadi icon pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah Senggigi dan Mandalika

(Kusmayadi, 2011). Secara geografis, kawasan Gili Trawangan terletak pada 115o46’ BT-116o28’BT dan

8o12’LS-8o55’LS. Luas wilayahnya 340 ha dengan kepadatan penduduk mencapai 1529 jiwa pada

tahun 2011 (Anonim, 2011). Gili Trawangan merupakan obyek wisata yang paling ramai dikunjungi

wisatawan, baik lokal maupun manca Negara. Pada tahun 2010 pengunjung mencapai 1000 orang dan

di Tahun 2011 ini mengalami peningkatan sampai 1300 pengunjung per hari (Ahyar, 2011). Indutri

Pariwisata NTB akan terus ditingkatkan untuk menunjang program pemerintah Visit Lombok Sumbawa

2012 (Kusmayadi, 2011).

Kondisi tanah pada Gili Trawangan cukup memperihatinkan karena tanahnya berkapur, dengan ciri-ciri

sebagai berikut. 1).Tanahnya tidak subur dan sangat tidak cocok untuk lahan pertanian, 2). Merupakan

hasil pelapukan batuan kapur, 3). Dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kerajinan

keramik, 4). Dalam pertanian, tanah kapur yang sifat basanya tinggi dapat dimanfaatkan untuk

menetralkan kadar keasaman tanah (Anonim, 2011).

Sejalan dengan pesatnya perkembangan kegiatan wisata, kawasan Gili Trawangan akibat tuntutan

kebutuhan wisatawan, maka sudah selayaknya aspek kondisi lingkungan menjadi pusat perhatian

yang cukup serius. Pada dasarnya, keindahan, ketertiban dan kenyaman lingkungan tersebut

merupakan tuntutan kebutuhan. Kawasan terbangun yang ada saat ini sekitar 20%, terdiri dari

bangunan sarana akomodasi pariwisata,berupa hotel, bungalow, restoran, tempat penjualan barang

kerajinan, kegiatan penunjang pariwisata lainnya dan pemukiman penduduk.

Air limbah yang dihasilkan dari pulau ini merupakan buangan air kotor dari hotel, rumah makan

maupun perumahan penduduk. Air limbah di kawasan perencanaan dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu:  1).Air limbah manusia (tinja), 2). Air bekas cuci dan mandi. Air limbah umumnya dikelola secara

individual dengan menggunakan septic tank biasa. Sumber produksi sampah yang paling tinggi di

kawasan Gili Trawangan, berasal dari sampah hotel, rumah makan dan rumah tangga (Bakti, 2011).

Peningkatan jumlah pengunjung seiring dengan meningkatnya  kapasitas limbah yang ada di Gili

Trawangan, khususnya limbah kotoran manusia (tinja). Ambil sampel dalam kondisi libur 1000 orang

pengunjung  ditambah 1529 jiwa (Anonim, 2011) penduduk asli dengan kuantitas ekskresi dalam

sehari mencapai berat 1,570 kg tinja (Munif, 2011). Jika tinja sebanyak itu ditampung dalamseptic

tank standar atau septic tank perbaikan seperti yang diterapkan di Amerika Serikat dengan prinsip

Page 3: Biogas Komunal

satu daerah penyerapan (absorbing field)(Anonim, 2009), sedangkan tanah yang digunakan

sebagai absorbing field adalah tanah berkapur maka akan terjadi rembesan ke pantai yang akan

menyebabkan pantai tercemar, seperti menumpuknya softcoral dipinggir pantai dan pencemaran air

pantai oleh bakteri E. coli. Jika keadaan yang demikian dibiarkan berlarut-larut maka akan terjadi

perusakan lingkungan pantai yang sangat parah (Ahyadi, 2011).

Gili Trawangan tentunya juga tidak lepas dari kebutuhan energi sebagai penunjang aktivitas wisata,

karena nyawa dari obyek wisata adalah energi. Selama ini pasokan energi berupa listrik dan Bahan

Bakar Minyak (BBM) di Gili Trawangan berasal dari Kabupaten Lombok Utara (KLU). Gili Trawangan

yang terpisah dari massa daratan akan sangat sulit mendapatkan pasokan energi yang besar dan

kontinyu, karena pada kondisi-kondisi tertentu seperti ombak besar, badai, hujan lebat dan berbagai

kondisi buruk lainya merupakan hambatan terbesar dalam penyediaan pasokan energi di Pulau ini.

Akibatnya harga BBM, tarif listrik dan kebutuhan energi lainnya di pulau ini sangat mahal.

Di samping itu, produksi mesin-mesin bertenaga BBM semakin meningkat dan tak terkendali,

akibatnya ketersediaan BBM semakin menipis, yang lebih parahnya lagi, BBM

bersifat irresversible (tidak dapat diperbaharui). Permasalahan energi merupakan permasalahan

Global. Tidak hanya Indonesia yang dipaksa berpikir untuk mengambil langkah strategis, berjangka

panjang, berkesinambungan, diseputar masalah kebijakan energi. Dampak dari kelangkaan energi

berupa BBM cukup dirasakan oleh masyarkat di Gili Trawangan (Anonim, 2011).

Di satu sisi, menggunakan energi berbahan bakar fosil diisukan salah satu penyebab terjadinya

fenomena rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan berakibat pada perubahan iklim

(climte change). Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat menyebabkan gas

karbon dioksida (CO2) naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi. Hal

tersebut menyebabkan tingginya suhu di atas permukaan bumi (Wahyuni, 2010).

Melonjakknya harga dan semakin langkanya BBM, memaksa masyarakat untuk mencari dan

menemukan energi alternatif seperti tercantum dalam peraturan peresiden No. 5 Tahun 2006, yang

isinya penghematan dan pencarian energi terbarukan (Anonim, 2011). Namun, sejauh ini belum

ditemukan energi yang mampu menggantikan BBM. Artinya besar energi alternatif yang dihasilkan

masih belum mampu menandingi besarnya energi dari bahan bakar fosil. Oleh karena itu, diperlukan

energi alternatif yang mendekati energi BBM, tetapi sederhana, murah, jumlah ketersediaanya

melimpah dan ramah lingkungan serta yang paling penting dapat diperbaharui. Salah satu solusinya

adalah biogas, dengan memanfaatan tinja (kotoran manusia) menjadi biogas yang aman bagi

lingkungan menuju Gili Trawangan yang hijau dan mandiri energi.

Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam karya tulis ini adalah:

Bagaimana Prediksi Ketersediaan Tinja Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Biogas?

Page 4: Biogas Komunal

Bagaimana konstruksi  Septic Tank Komunal  dan Studi kelayakannya di tempatkan pada Gili

Trawangan?

Bagaimana pemilihan bahan pembuatan Septic Tank Komunal dalam mencegah Rembesan tinja

dan ketahanannya terhadap Gempa?

Sejauh mana pasokan biogas dapat menciptakan Gili Trawangan yang Mandiri Energi dan sisa

berupa sludge dapat menyuburkan tanahnya dan menjadikannya pulau yang hijau?

 

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah:

Untuk mengetahui prediksi ketersediaan tinja sebagai bahan dasar pembuatan biogas;

Mengetahui konstruksi Septic Tank Komunal dan Studi Kelayakannya ditempatkan di Gili

Trawangan.

Mengetahui bahan pembuatan septic tank Komunal Dapat Menjaga Ekowisata dari Rembesan Tinja

dan ketahananya terhdap gempa;

Mengetahui sejauh mana pasokan energi biogas dapat menjadikan Gili Trawangan mandiri energi

dan sejauh mana pupuk darisludge dapat menyuburkan tanahnya dan menjadikannya pulau yang

hijau.

 

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini adalah;

Menambah khazanah ilmu pengetahuan.

Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menghemat energi.

Meningkatkan Kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan terutama

obyek wisata seperti gili Trawangan.

 

 

 

 

1. II.            TELAAH PUSTAKA

Page 5: Biogas Komunal

Gili Trawangan

Gili Trawangan merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di sebelah utara dari bagian Barat

Kabupaten Lombok Barat. Secara geografis kawasan Gili Trawangan terletak pada 115o46’ BT-

116o28’BT dan 8o12’LS-8o55’LS.. Pada tahun 2007 jumlah penduduk di Gili diperkirakan mencapai 979

jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 299 KK. (Bakti, 2011). Pada tahun 2011, terjadi

peningkatan jumlah penduduk mencapai 1529 orang (Anonim, 2011).

Kondisi Lingkungan, Tanah Gili Trawangan adalah tanah berkapur Tanah kapur memiliki ciri-ciri

sebagai berikut.

Tanahnya tidak subur dan sangat tidak cocok untuk lahan pertanian.

Merupakan hasil pelapukan batuan kapur.

Dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kerajinan keramik.

Dalam pertanian, tanah kapur yang sifat basanya tinggi dapat dimanfaatkan untuk menetralkan

kadar keasaman tanah (Anonim, 2011).

Sejalan dengan pesatnya perkembangan kegiatan wisata dan sosial ekonomi maupun fisik kawasan

Gili Trawangan, akibat tuntutan kebutuhan wisatawan maupun penduduk lokal, maka sudah

selayaknya aspek kondisi lingkungan ini menjadi pusat perhatian yang cukup serius. Pada dasarnya,

keindahan, ketertiban dan kenyaman lingkungan tersebut merupakan tuntutan kebutuhan juga, baik

bagi wisatawan maupun penghuni lingkungan di kawasan tersebut. Pola penggunaan lahan pada saat

ini masih di dominasi oleh lahan tidak terbangun berupa ladang dan semak belukar yang sebagian

besar merupakan kawasan penyangga dan perbukitan, sedangkan lahan terbangun hanya sebagian

kecil sekitar 20% dari wilayahnya. Kawasan terbangun yang ada saat ini terdiri dari bangunan sarana

akomodasi pariwisata berupa hotel, bungalow, restoran, tempat penjualan barang kerajinan, serta

kegiatan penunjang pariwisata lainnya ditambah dengan kegiatan pemukiman penduduk.

Kedalaman air tanah yang terdapat di Gili Trawangan berkisar antara 3-5 meter, kecuali di tempat

tertentu dapat mencapai 9 meter. Kualitas air tanah terutama pada sumur gali di Gili Trawangan tidak

terlalu baik dan dipengaruhi oleh air laut (air payau). Kedalaman pantai di Kawasan Gili Trawangan

berkisar antara 1-3 meter pada batas 20 meter dari tepi pantai. Kedalaman 20 meter terdapat pada

batas 40 meter dari pantai. Pasang surut pantai mencapai limit maksimum 3 meter dan di sekitar

pantai kawasan terdapat kumpulan batuan karang.

Air limbah yang dihasilkan dari pulau ini merupakan buangan air kotor dari hotel, rumah makan

maupun perumahan penduduk. Air limbah di kawasan perencanaan dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu:  1). Air limbah manusia (tinja), 2). Air bekas cuci dan mandi. Air limbah umumnya dikelola secara

individual dengan menggunakan septic-tank. Sumber produksi sampah yang paling tinggi di kawasan

Gili, berasal dari sampah hotel, rumah makan dan rumah tangga (Bakti, 2011).

Kelangkaan Energi

Page 6: Biogas Komunal

Fakta dunia dalam merespon kelangkaan energi. Permasalah energi merupakan permasalahan Global

yang pelik. Tak hanya Indonesia yang dipaksa berpikir untuk mengabil langkah strategis, berjangka

panjang, berkesinambungan, di seputar masalah kebijakan energi. China yang mengonsumsi minyak

6,5 juta bph pada tahun 2004 dan diperkirakan memakai 10,5 juta bph pada tahun 2020, sedang

melalukan “revolusi” energi. Juga AS, negeri-negeri Eropa, dan sejumlah negara Asia seperti Jepang,

Thailand, dan India. Mengantisipasi hal yang demikian penggalangan penemuan energi alternative

mulai digalakkan seperti tercantum dalam peraturan peresiden No. 5 Tahun 2006 (Anonim, 2011).

Menggunakan BBM juga terkendala pada harga. Minyak bukanlah sumber energi yang murah. Sebagai

perbandingan untuk menghasilkan listrik sebesar 1 Kwh maka dibutuhkan Rp 2.000 dengan asumsi

harga minyak adalah Rp 6.000 per liter. Sedangkan jika memakai gas hanya membutuhkan 10 sen

untuk menghasilkan 1 Kwh. Sebuah pertanyaan timbul,  mengapa Indonesia justru memakai energi

minyak yang notabene lebih mahal daripada gas? Padahal dengan mengimpor 600 ribu barel/hari

Indonesia bukanlah negara kaya minyak. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan Arab Saudi sebagai

eksportir minyak yang hanya mengeluarkan 20% minyak untuk kebutuhan domestik. Adapun beban

subisidi untuk minyak tidaklah kecil. Pada APBN tahun 2011 untuk BBM saja butuh subsidi 92,7 trilliun

rupiah ditambah dengan subsidi listrik 40,7 triliun rupiah. Sedangkan migas sendiri menyumbang

pendapatan sebesar 20% dari APBN atau setara dengan 200 triliun rupiah jika APBN Indonesia 1000

triliun rupiah. Sebauh kenaikan minyak 1 dollar per barel dapat menyebabkan defisit anggaran

setengah triliun rupiah. Sebuah tugas bagi pemerintah untuk lambat laun mengurangi subsidi BBM

karena Indonesia masih mengalami defisit untuk minyak. Untuk beralih menggunakan gas, butuh

infrastruktur yang baik agar distribusi ke masyarakat dapat merata. Namun sayangnya pemerintah

belum menyiapkan fondasi pembangunan infrastruktur mulai dari 10-20 tahun yang lalu. Padahal

Indonesia bukanlah negeri yang kaya akan minyak. Batubara di Indonesia hanyalah 0,5% dunia saja,

untuk gas sebesar 1,7% dan minyak hanyalah 0,3% dari persediaan didunia (Pambudi, 2011).

Mengingat kelangkaan energi seperti BBM , apalagi Negara berkembang seperti Indonesisa, sebagai

gambaran kondisi ketersediaan minyak berbahan bakar fosil. Menurut Blueprint Pengelolaan Energi

Nasional Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan minyak

bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam  kurun waktu 18 tahun dengan

rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam  kurun

waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun.

Bahaya Energi Berbahan Bakar Fosil

Di satu sisi, menggunakan energi berbahan bakar fosil diisukan salah satu penyebab terjadinya

fenomena rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan berakibat pada perumabah iklim

(climte change). Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat menyebabkan gas

karbon dioksida (CO2) naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi. Hal

tersebut menyebabkan tingginya suhu di atas permukaan bumi yang membuat tipis lapisan ozon (O3)

(Wahyuni, 2010).

Page 7: Biogas Komunal

Solusi dengan Biogas

Krisis energi dan kelangkaan energi serta bahaya yang ditimbulkan oleh energi berbahan bakar fosil

menyebabkan orang berlomba-lomba mencari energi al-ternatif, ada yang memanfaatkan energi

matahari, air, maupun energi angin. Sejauh ini belum dapat ditemukan sumber energi yang benar-

benar bisa menggantikan bahan bakar minyak. Dengan ditemukannya biogas dengan kandungannya

yang mirip bahkan lebih tinggi dari kandungan-kandungan BBM, seperti kalori, 1 m3 kalori biogas

setara dengan 0,6-0,8 liter minyak tanah dan untuk menghasilkan listrik 1 kwh dibutuhkan 0,62-1 m3

biogas yang setara dengan 0,52 liter minyak solar. metana dan molekul-molekul lainnya. sedikit

tidaknya dapat membantu dalam proses penghematan energi berbahan bakar fosil. Biogas juga

sangat cocok menggantikan minyak tanah, LPG, dan bahan bakar fosil lainnya. biogas juga

mengandung 75% metana (CH4). Semakin tinggi kandungan CH4 bahan bakar, semakin besar kalori

yang dihasilkan. Selain itu, potensi biogas sebagai bahan alternative pengganti gas alam karena

karaktristiknya sama (Wahyuni, 2010).

Biogas merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organic, seperti kotaran sapi, kotoran manusia,

atau sampah. Di rendam dan disimpan didalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari

udara). Biogas juga dapat terbentuk dalam kondisi alami. Akan tetapi untuk mempercepat dan

menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya gas tersebut. Jika kotoran

ternak yang telah dicampur air atau isian (slurry) dimasukkan ke dalam alat pembuat biogas maka

akan terjadi proses pembusukan aerobik dan anaerobic. Pada proses aerobic diperlukan oksigen dan

hasilnya berupa karbon dioksida (CO2) (Setiawan, 2008).

Biogas dan Lingkungan

Biogas yang dihasilkan dari instalasi secara tidak langsung telah banyak membawa manfaat terhadap

lingkungan. Limbah yang awalnya dibuang disungai atau di septik tank, dengan dibangunnya instalasi

biogas dapat termanfaatkan dengan baik. Limbah tersebut diproses di dalam instalasi yang tidak

menimbulkan bau yang menyengat. Ampas atau sludge yang merupakan keluaran dari digester biogas

dapat diproses kembali menjadi pupuk organic. Biogas yang telah ada minimal dapat mengurangi

limbah yang akan mencemari lingkungan (Wahyuni, 2010).

Pada umumnya, out put utama hasil pengolah limbah adalah gas sintesis energi komersial dan produk

organic hasil residu proses fermentasi bahan organic. Gas metana yang hampir murni dari proses

biogas ini, dapat mensubstitusi energi komersisal baik dalam bentuk gas maupun dalam bentuk cair.

Limbah padat dapat dimanfaatkan sebagi pupuk organik atau bahan industry bangunan atau sebagai

bahan urugan (Anwar, 2007).

Teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan biogas disebut digester. Digester yang selama ini

digunakan ada 4, yaitu 1). Reactor kubah tetap (fixed-dome) terbuat dari pasangan batu kali atau

batubata/ beton, 2). reactor floating terbuat dari tong/drum/plastik, 3) reactor balon terbuat dari

plastik, dan 4). Reactor Fiber glass terbuat dari fiberglass (Wahyuni, 2010).

Page 8: Biogas Komunal

 

Potensi Biogas

Setiap kotoran hewan memiliki potensi pada tingkat penyediaan gas dalam Kg berat kotoran (m3)

tersebut, seperti kotoran sapi (0,023-0,040), kotoran babi (0.040-0.059), kotoran ayam (0,065-0,116)

dan kotoran manusia (0,020-0,028) (Wahyuni, 2010).

 

 

 

1. III.            METODE PENULISAN

Prosedur Pengumpulan Data

1. Telaah Pustaka

Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka berupa buku-buku, jurnal, artikel dan

browsing data dari internet yang telah teruji kevalidannya, berhubungan satu dengan yang lain,

relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis pembahasan.

1. Diskusi

Diskusi dan konsultasi dengan orang-orang yang cukup berpengalaman dalam bidang pemanfaatan

limbah, dan energi alternatif.

Pengolahan Data

Data yang terdapat dalam karya tulis ini adalah data sekunder dan merupakan hasil penelitian. Dalam

melakukan pengkajian, data yang telah ada dari hasil peneliti-peneliti lain dikumpulkan dan diseleksi.

Pengambilan Simpulan dan Saran

Dalam menarik simpulan dan merumuskan saran digunakan kaidah deduktif yakni dengan mengaitkan

variabel yang bersifat umum kemudian dijadikan poin dalam beberapa simpulan dan saran ke hal-hal

yang lebih khusus.

 

 

Page 9: Biogas Komunal

 

 

 

1. IV.            PEMBAHASAN

Potensi dan KetersediaanTinja sebagai Bahan Baku Pembuatan Biogas Di Gili Trawangan.

Energi biogas sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pertama, produksi biogas dari kotoran

manusia (tinja), misalnya, Ditunjang oleh kondisi yang kondusif karena perkembangan populasi

penduduk yang terus meningkat ditambah dengan pariwisata di Gili Trawangan yang setiap tahun

mengalami peningkatan pengunjung. Kondisi yang demikian sangat mendukung ketersediaan bahan

baku secara kontinyu dalam jumlah yang cukup besar untuk memproduksi biogas. Kedua, regulasi

dibidang energi seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (liquefied petroleum Gas), premium,

minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar dapat digantikan atau dihemat dengan

adanya biogas.

Biogas mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifatnya

yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan keunggulannya untuk diterapkan pada

daerah ekowisata, seperti Gili Trawangan. Di satu sisi bahan bakar merupakan salah satu penyebab

terjadinya pemanasan global. Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat

menyebabkan gas CO2 naik ke permukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi.

Biogas sebagai salah satu energi alternatif dipastikan dapat menggantikan bahan bakar fosil.

Biogas yang dihasilkan dari Septik tank Komunal secara tidak langsung telah banyak membawa

manfaat terhadap lingkungan. Limbah berupa tinja yang awalnya menjadi sebab timbulnya

permasalah di pulau kapur karena akan mengganggu ekosistem air, disebabkan rembesan tinja ke

pantai yang dapat menimbulkan penumpukan softcoral dan pencemaran air laut oleh bakteri E. coli.

Sedini mungkin dapat dicegah, sehingga termanfaat dengan baik. Limbah tersebut diproses di dalam

instalasi yang tidak menimbulkan bau menyengat, ampas atau sludge yang merupakan residu dari

septik tank komunal destilasi bertingkat (digester) dapat dijadikan pupuk cair dan padat (Wahyuni,

2010).

Potensi dan Konstruksi Septic Tank Komunal serta studi kelayakannya di Gili Trawangan

Kedalaman pantai di Kawasan Gili Trawangan berkisar antara 1-3 meter pada batas 20 meter dari tepi

pantai. Kedalaman 20 meter terdapat pada batas 40 meter dari pantai. Gili Trawangan adalah pulau

kapur, penyerapan terhadap berbagai macam cairan, termasuk tinja manusia yang dibuang melalui

septik tank sangat cepat karena pori-pori tanahnya yang sangat besar sehingga penyaringan terhadap

tinja tidak sempurna. Artinya tinja dengan berbagai kandungannya termasuk bakteri E. coli. tidak

Page 10: Biogas Komunal

dapat tersaring dan akan mengalir ke lautan. Dalam jumlahnya yang sedikit, memang tidak

menyebabkan pencemaran ataupun pengotoran lingkungan wisata. Akan tetapi mengingat Gili

Trawangan adalah obyek wisata, maka tentunya jumlah limbah sangatlah melimpah. Salah satu

solusinya adalah dengan septik tank komunal.

Septic Tank Komunal akan ditempatkan di Gili Trawangan pada daerah sejauh 40 meter dari pantai,

yang kedalamannya 20 meter dari air tanah (Bakti, 2011). Untuk menampung 632, 25 kg dibutuhkan

volume septic tank 316,125 m3, dengan ukuran tinggi 6 meter, panjang dan lebar 52, 6875 m2. Artinya

dari luas daerah Gili Trawangan 340 ha akan menghabiskan lahan 0,015% untuk septic tank Komunal

dan tinggi 18 meter, dengan demikian Gili Trawangan layak untuk menempatkan tipe septic tank

mode destilasi betingkat lapis tiga.

Septic tank Komunal yang akan digunakan adalah septic tank tipe kubah dengan prinsip kerja model

destilasi bertingkat tiga lantai seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Didukung oleh bahan-bahan

bangunan yang sulit ditembus cairan agar tidak terjadi kebocoran dan kekuatan bangunan destilasi

tahan Gempa. Pipa penyaluran dari setiap septic tank rumah, hotel, restoran dan bungalow  juga

digunakan pipa-pipa yang teruji kemampuannya sebagai bahan penyalur cairan-cairan tinja.

Model septic tank seperti ini dimaksudkan agar energi berupa biogas terus mengalir kontinyu sebagai

pasokan energi untuk kebutuhan Gili Trawang. Residualnya akan dialirkan menggunakan pompa sedot

yang energinya berasal septic tank tersebut.

Desain dan Mekanisme Kerja Septic Tank Komunal

Desain teknologi pengolahan biogas septic tank Komunal (Gambar 1).

Input

Tangki penampungan bersuhu tinggi

Penampungan bersuhu rendah

Pipa sedot

Diamkan 3 hari

Diamkan 3 hari

Generator Listrik

Kompor biogas

Page 11: Biogas Komunal

Lapisan 1

Lapisan 2

Lapisan 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Desain alat septic tank Komunal destilasi bertingkat 3 lapis

Produksi pertama membutuhkan waktu 13 hari langsung dapat dikonsumsi, produksi ke-2 sehari,

produksi ke-3 juga sehari dengan demikian energi biogas yang dihasilkan akan tetap kontinu, seperti

yang ditunjukkan pada gambar 2. di bawah ini

Prinsip Kerja Septic Tank Komunal

Lapisan-1 ( 3 hari)

Page 12: Biogas Komunal

Lapisan ke-2 (3 hari )

Lapisan ke-3 (3 hari)

Biogas

Input/inlet (3 hari)

Gambar 2. Ilustrasi prinsip kerja septic tank Komunal berkelanjutan

 

 

 

 

 

 

 

Outlet/inlet       :Tiga hari didiamkan pada septic tank penduduk (pengaturan mode kran pada pipa

pengalir) baru dialirkan ke septic tank Komunal

Lapisan I          :Didiamkan selama 3 hari, hari ke-6 mengalir ke lapisan II

     Lapisan II        :Pada hari ke-6 sampai hari ke-9, tinja diam dan berproses, sementara itu pada

lapisan pertama juga terjadi proses selama tinja diam dilapisan ke-2, pada hari ke-9 mengalir ke

lapisan ke-III

    Lapisan III        :Tinja diproses selama 3 hari atau hari ke-12 biogas telah terbentuk dan pada hari

ke-13 dialirkan ke tangki penampungan gas yang selanjutnya dialirkan ke generator maupun kompor

biogas. Sementara itu, di setiap lapiasan septic tank Komunal terjadi fermentasi pada waktu yang

bersamaan, dengan demikian aliran energi setiap hari terus mengalir tanpa henti.

Biogas yang dihasilkan akan disalurkan kerumah-rumah penduduk dan sebagian didistribusikan ke

generator listrik sebagai energi untuk pompa penyedot residul, baik cair maupun padatannya.

Page 13: Biogas Komunal

Selanjutnya akan dikemas menjadi pupuk yang akan digunakan sebagai penyubur areal kering di Gili

Trawangan.

Analisis Produksi Volume Biogas dan Potensi Sludge untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Gili Trawangan

Ambil sampel jumlah pengunjung pada waktu libur 1000 orang ditambah 1529 penduduk atau sama

dengan 2529 jiwa (Anonim, 2011). Rata-rata kuantitas ekskresi berupa kotoran manusia (tinja)

perorang dalam sehari mencapai 1,570 kg tinja (Munif, 2011). Berarti jumlah total pasokan bahan

baku  dalam sehari sekitar 3970.53 kg tinja dan dalam waktu satu bulan mencapai 119.115,9 kg tinja.

Mengacu pada tabel 1. Mengenai potensi produksi gas dari berbagai tipe kotoran hewan, setiap kg

kotoran manusia setara dengan 0,028 m3. Jadi, total produksi biogas dalam sekali produksi adalah

111.175 m3. 

Jika 1 m3 setara dengan  0,46 kg Elpiji, 0,62 liter minyak tanah, 0,52 liter minyak solar, 0,80 Bensin,

1,50 m3 gas kota, dan 3,50 Kg kayu bakar (Tabel 1), maka untuk 111.175 m3 biogas Gili Trawangan

telah mampu menghemat Bahan Bakar sebagai sumber energi sebesar 51,141 Lt Elpiji, 68,929 Lt

minyak tanah, 57,811 minyak solar, 88,94 Lt Bensin, 166,7623 m3 gas kota, dan 389,113 kg kayu

bakar. Dalam waktu satu bulan dengan perhitungan yang sama akan mampu melakukan

penghematan Bahan Bakar sebagai sumber energi sebesar 1534,23 Lt Elpiji, 2067,87 Lt Minyak tanah,

1734,33 Lt solar, 2668,2 Lt Bensin, 5002,869 m3 gas kota dan 11673,39 Kg kayu bakar.

Analisis pemakaian berdasarkan jumlah rukun keluarga, yaitu 299 KK (Munif, 2011).

Tabel 2. Kuantitas Tinja dan Air Seni

Tinja/Air SeniGram/orang/hari

Berat Basah Berat keringTinjaAir seni

135-2701.000-1.300

35-7050-70

Jumlah 1.135-1.570 85-140

Total bahan baku dengan jumlah penduduk  2529 jiwa, didapatkan 3970.53 kg tinja. Selanjutnya

dikalikan dengan  0,028 m3 gas yang dihasilkan per kilogram tinja akan dihasilkan 111.175 m3 . Jika

kebutuhan setiap rumah per hari kebutuhan adalah 0,1 m3, maka dengan jumlah 299 kk akan

memberi pasokan per kepala Keluarga sebesar 0,372 m3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil

perhitungan di atas, akan memenuhi pasokan bahan bakar yang setara dengan LPG untuk kebutuhan

rumah tangga.  Sisa biogas untuk kebutuhan rumah tangga per hari sebesar 0,272 m3 akan disalurkan

untuk kebutuhan umum seperti penerangan dan dialirkan ke generator  listrik untuk menghidupkan

mesin penyedot sludge. Sludge tersebut akan diolah menjadi pupuk oraganik cair dan padat.

Kelebihannya dibandingkan dengan pupuk organik yang lain adalah memiliki kualitas unsur hara yang

Page 14: Biogas Komunal

lebih tinggi, karena telah mengalami proses dalam alat yang biasanya mencapai tahap kematangan

sempurna (Setiawan, 2008).

Sludge yang telah disedot akan dikumpulkan pada wadah pembuangan. Pada wadah pembuangan

akan ditambahkan tanah liat beserta serabut kelapa sebagai pengikat dan perekat tanah berpasir atau

berkapur (Swardji, 2011).  Sludge yang telah tercampur dengan beberapa bahan akan dijadikan pupuk

organik, yang mimiliki potensi pendukung untuk kesuburan tanah di Gili Trawangan, yaitu: 1).

Memperbaiki struktur tanah. Pada waktu penguraian bahan organik oleh organisme di dalam tanah

dibentuk produk yang mempunyai sifat sebagai perekat, yang lalu mengikat butir-butir pasir menjadi

butiran yang lebih besar. Lagipula di dalam tanah tumbuh sistem tali-temali yang terdiri dari benang-

benang jamur yang mengikat bagian tanah menjadi kesatuan, 2). Menaikkan daya serap tanah

terhadap air. Bahan organik mempunyai daya absorpsi yang besar terhadap air tanah. Karena itu

pupuk organik sering kali mempunyai pengaruh positif terhadap hasil tanaman, apalagi pada musim

panas yang kering, 3). Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Hal ini terutama disebabkan

karena organisme di dalam tanah dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai

organisme di dalam tanah dapat memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Berbagai organisme

itu di dalam tanah mempunyai fungsi penting yang beraneka ragam sifatnya. 4). Mengandung zat

makanan tanaman. Berbagai zat makanan tanaman hanya sebagian dapat diserap oleh tanaman.

Bagian yang penting daripadanya baru tersedia sesudah terurainya bahan organik itu. Pupuk organik

biasanya menunjukkan pengaruh reaksi reaksi nitrogen yang jelas terlihat. Pengaruh dari fosfat dan

kalium biasanya tidak begitu jelas ( Rinsema, 1993).

Sludge yang telah menjadi pupuk dengan perlakuan khusus  akan dimanfaatkan untuk menyuburkan

tanah berkapur yang ada di Gili Trawangan.  Kesuburan tanah tentunya akan memancing tumbuhnya

tanaman-tanaman hijau secara alami. Didukung dengan penanaman pohon dari masyarakat melalui

bantuan pemerintah, misalnya penanaman  satu juta pohon program pemerintah Peovinsi NTB.

Dengan demikian, terciptanya Gili Trawangan yang Hijau dan Mandiri Energi dapat tercapai.

 

1. V.            PENUTUP

Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari Karya Tulis ini adalah:

Persediaan bahan baku berupa tinja dalam pembuatan biogas di Gili Trawangan cukup melimpah.

Konstruksi Septic tank Komunal tipe kubah model destilasi bertingkat (Gambar 1) cocok diterapkan

di Gili Trawangan.

Rembesan tinja dan kemungkinan kebocoran septic tank dapat diatasi dengan pemilihan bahan-

bahan pembuatan septic tank Komunal yang tepercaya dan konstruksi yang diatur tahan gempa.

Page 15: Biogas Komunal

Terciptanya lingkungan Gili Trawangan yang hijau dan mandiri energi.

 

Saran

Dalam penyempurnaan karya ini ada bebera saran yang perlu diperhatikan:

Dalam rangka penghematan energi hendaknya pemerintah provinsi mengeluarkan peraturan tentang

pemanfaatan biogas sebagai energi alternative. Kedepannya produksi biogas tidak hanya dari kotoran

manusia, melainkan juga dari kotoran sapi dan jerami yang keduanya adalah program unggulan NTB,

yaitu Bumi Sejuta Sapi (BSS) dan Padi Jagung dan Rumput Laut (PIJAR).

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tiga Gili Di Pulau Lombok. http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Indonesiaku/Tempat-

Menarik/Tiga-Gili-di-Selat-Lombok, diakses 29 Oktober 2011.

Anonim. 2001. Jenis-Jenis Dan Karakter Tanah Di Indonesia Dan Di

Dunia. http://www.apasih.com/2011/04/jenis-jenis-dan-karakteristik-tanah-di.html, diakses 29 oktober,

2011.

Anonim. 2009. Cooperative Extension Service Purdue University West Lafayette, IN 47907.

http//imademudiasa.wordpress.com/20090807/perbaikan-septiktank, diakses 28 Oktober 2011.

Anonim. 2011. Alternative Energi For Better Life (Biofuel, Bio Diesesel, Bioetanol, Dan

Biomasssa)http://www.indobiofuel.com/biodiesel.php, diakses 29 Oktober 2011.

Pambudi. 2011. Krisis energi: minyak bumi atau gas?. http://fitrianp.wordpress.com/2011/04/01/krisis-

energi-minyak-bumi-atau-gas/, di akses 29 Oktober 2011.

Page 16: Biogas Komunal

Wahyuni, Sri. 2009. Biogas. Jakarta. Penebar Swadaya (PS).

Arifin bakti. 2011. Pengelolaan Limbah Berbasis Masyarakat. file:///D:/lomba%2030%20oktbr

%20deadline/TRAWANGAN/3.121-limbah-di-pulau-gili-trawangan-.html, diakses 27 Oktober 2011.

Setiawan, Ade Iwan. 2008. Memanfaatka Kotoran Ternak.Jakarta. Penebar Swadaya.

Anwar, Achmad sjamsu. 2007. Model Semtra Energi Berbasis biomassa. Bogor. ITB Press.

Republika Indonesia. 2011. Prediksi BKKBN: 2011 Penduduk Indonesia 241 juta

jiwa.http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/05/lnua4p-prediksi-bkkbn-2011-penduduk-

indonesia-241-juta-jiwa, diakses 28 oktober 2011.

Kusmayadi. 2011. Jangan Sampai PLN Minggat dari Gili

Trawangan. http://korankampung.com/interaksi/jangan-sampai-pln-minggat-dari-trawangan diakses 10

November 2011.