biodiesel sebagai sumber energi terrbarukan.docx
DESCRIPTION
pemanfaatan dan pembuatan biodieselTRANSCRIPT
BIODIESEL SEBAGAI SUMBER ENERGI
TERRBARUKAND
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : YESIKHA SIAHAAN
NPM : 09100057
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA
M.KUL : FISIKA LINGKUNGAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat,rahmat,dan kasihnya,penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fisika Lingkungan dan juga agar pembaca dapat mengetahui informasi seputar sumber energi
terbarukan yaitu biodiesel yang digunakan dalam berbagai hal yang dapat membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini,oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat
bermanfaat bagi penyempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini dan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Pematangsiantar, Januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber daya alam berupa energi di bumi ini,
yang penggunaanya banyak memiliki dampak bagi bumi ini, salah satu bahan bakar fosil yaitu
solar, keberadaannya mulai terancam sekarang ini karena konsumsinya yang cukup banyak di
bumi ini. Energi alternatif merupakan salah satu cara menghemat bahan bakar fosil, dimana
bahan bakar alternatif memiliki kriteria khusus yang dapat mengurangi dampak negatif.
Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak mempunyai
efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dapat
menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel. Biodiesel terbuat dari minyak nabati
yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui. Beberapa bahan baku untuk pembuatan
biodiesel antara lain kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, jarak pagar, tebu dan beberapa jenis
tumbuhan lainnya.
Penggunaan limbah biomassa untuk memproduksi energi juga mampu mengurangi
berbagai permasalahan manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi penggunaan bahan
bakar fosil, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah
laporan yang menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk memberikan
kontribusi bagi pengurangan pemanasan global. Laporan itu menyimpulkan bahwa di tahun 2020
nanti 19 juta ton minyak tersedia dari biomassa, 46% dari limbah bio: limbah padat perkotaan,
residu pertanian, limbah peternakan, dan aliran limbah terbiodegradasi yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel
dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar
menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini,
tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan
diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun,lebih
sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel
petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan bahan bakar fosil
sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel merupakan bahan bakar
terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan
dijual dengan menggunakan infrastruktur zaman sekarang.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika
Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar.
Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan
juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
Sumber Bahan Baku Biodiesel
Terdapat berbagai macam minyak yang dapat diproduksi menjadi biodiesel, meliputi:
• Bahan baku minyak nabati murni; biji kanola dan minyak kedelai yang paling banyak
digunakan. Minyak kedelai paling banyak digunakan 90% sebagai stok bahan bakar di
Amerika.
• Minyak jelantah;
• Lemak hewan termasuk produk turunan seperti asam lemak Omega-3 dari minyak ikan.
• Algae juga dapat dipergunakan sabagai bahan baku biodiesel yang dapat dibiakkan
dengan menggunakan bahan limbah seperti air selokan tanpa menggantikan lahan untuk
tanaman pangan.
Lemak hewani sangat terbatas dalam persediaan dan tidak efisien meningkatkan kadar lemak
dalam tubuh hewan. Walaupun demikian, produksi biodiesel dengan lemak hewani tidak dapat
diacuhkan dan dapat dijadikan sebagai pengganti penggunaan petro-diesel dalam jumlah kecil.
Hingga sekarang, investasi senilai 5 juta dollar sedang dibuat pabrik di Amerika,direncanakan
akan memproduksi 11.4 juta liter biodiesel dari perkiraan 1 milyar kg lemak ayam setiap tahun
dari peternakan ayam lokal.
Kelebihan Biodiesel
• Pengurangan emisi CO sebesar 50 %, emisi CO2 sebesar 78,45 %
• Lebih sedikit mengandung hidrokarbon aromatik
• Tidak menghasilkan emisi sulfur
• Pengurangan emisi partikulat sebesar 65 %
• Pengapian lebih sempurna karena angka setana tinggi
• Menghasilkan emisi NOx lebih kecil dibanding minyak diesel
• Lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan
daripada solar
• Dapat dicampur dengan solar dalam berbagai komposisi
• Merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui
Proses Pembuatan Biodiesel Dari Beberapa Bahan
1. Biodiesel dari tanaman jarak
Salah satu energi yang banyak terdapat di alam yaitu tumbuhan, dimanA tumbuhan
banyak terdapat di alam dan dapat terus diperbarui. Tanaman jarak penghasil biodiesel ini
berasal dari jenis tanaman jarak pagar yang dalam bahasa Inggris bernama ‘Physic Nut’ dengan
nama species Jatropha curcas, tanaman ini seringkali salah diidentifikasi dengan tanaman jarak
yang dalam bahasa Inggris disebut ‘Castor Bean’ dengan nama species Ricinus communis.
Kedua tanaman ini berasal dari kerabat klasifikasi tanaman (family) yang sama yaitu
‘Euphorbiaceae’. Tidak sedikit dari kerabat klasifikasi tanaman Euphorbiaceae ini dikenal
dengan nama lokal Indonesia sebagai tanaman jarak. Bahkan Jatropha sendiri sebagai sebuah
‘genus’ dalam klasifikasi tanaman memiliki 12 species, semuanya dikenal dalam nama lokal
sebagai ‘tanaman jarak’.
Pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan ilmiah di Indonesia,
dipelopori oleh Dr. Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 1997
dengan fokus ektraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak tahun 2004 yang lalu, penelitian ini
mendapat dukungan dari Mitsubishi Research Institute (Miri) dan New Energy and Industrial
Technology Development Organization (NEDO) dari Jepang (Kompas, 12/5/2005).
Menghadapi krisis kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM di Indonesia, Pemerintah
mulai menggali sumber-sumber energi alternatif. Minyak jarak ini pun mulai mendapatkan
perhatian serius dari Pemerintah. Setelah dirintis oleh ITB kemudian diikuti oleh IPB, dan
selanjutnya diikuti oleh lembaga pemerintah pusat yaitu BPPT, dan oleh pemerintah daerah
seperti Pemprov. Nusa Tenggara Timur, Pemprov. Nusa Tenggara Barat, Pemkab. Purwakarta
dan Pemkab. Indramayu, serta oleh BUMN seperti PT. Pertamina, PT. PLN dan PT. Rajawali
Nusantara Indonesia (RNI), semua saling bekerja sama untuk pengembangan minyak jarak
sebagai bahan bakar minyak alternatif ini. Tidak ketinggalan Sekolah Menengah Kejuruan
bidang pertanian pun akan mengikuti pengembangan minyak jarak ini, untuk bahan bakar
minyak alternatif.
Proses pengolahan minyak jarak untuk menghasilkan biodiesel relatif mudah. Untuk
menghasilkan minyak dalam skala kecil (0,5-0,6 ton perawatan hari) cukup dengan mengepres
biji jarak yang sudah kering menggunakan mesin diesel satu silinder, sehingga menghasilkan
minyak jarak kasardan bungkil.
Tahap selanjutnya adalah menyaring menggunakan mesin penyaring sehingga dihasilkan
minyak jarak bersih. Kemudian dilakukan proses pemurnian terhadap minyak jarak yang sudah
bersih sampai menghasilkan minyak jarak murni yang siap dijual.
Biodiesel yang diperoleh dari tanaman jarak berupa minyak jarak yang diperoleh dari biji
jarak. Menurut Tatang H. Soerawidjaya (2005:1) biodiesel yang dihasilkan dari tanaman Jarak
Pagar merupakan minyak lemak semimulus (semi refined fatty oil), yang telah dibersihkan dari
fosfor dan asam-asam lemak. Dalam hal ini fosfor merupakan zat yang merugikan karena mesin
diesel dapat mengubah fosfor ini menjadi garam atau asam fosfat yang mengendap menjadi
kerak di dalam kamar pembakaran atau terbawa keluar sebagai pencemar udara oleh emisi gas
buang.
2. Biodiesel dari Dedak Padi
Indonesia sebagai penghasil gabah terbesar ketiga di dunia memproduksi dedak dalam
jumlah besar sebanyak 3,5 juta ton per tahun (Dirjen Bina Produksi Tanaman 2005). Dengan
suplai bahan baku yang melimpah maka produksi biodiesel dari minyak dedak amatlah
menjanjikan. Bergantung pada varietas beras dan derajat penggilingannya, dedak padi
mengandung 16%-32% berat minyak (Putrawan 2006). Sekitar 60%-70% minyak dedak padi
tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan (non-edible oil) dikarenakan kestabilan dan
perbedaan cara penyimpanan dedak padi (Goffman, dkk. 2003).
Minyak dedak padi merupakan salah satu jenis minyak berkandungan gizi tinggi karena
adanya kandungan asam lemak, komponen-komponen aktif biologis, dan komponen-komponen
antioksi seperti: oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene
(Goffman, dkk. 2003; Özgul dan Türkay 1993). Tetapi dengan waktu penyimpanan yang cukup,
kandungan asam lemak bebas dapat meningkat lebih dari 60%. Peningkatan asam lemak bebas
secara cepat terjadi karena adanya enzim lipase yang aktif dalam dedak padi setelah proses
penggilingan padi (Lakkakula, dkk. 2003). Asam lemak bebas tersebut dapat dikonversi menjadi
biodiesel (methyl ester) dengan esterifikasi menggunakan alkohol. Oleh karena itu, dapat
dipastikan bahwa dedak merupakan bahan baku pembuatan biodiesel yang potensial.
Dedak merupakan produk samping penggilingan gabah menjadi beras (Cale, dkk. 1999;
Goffman, dkk. 2003; Ma F, dkk. 1998). Dedak mengandung 17%-23% lemak yang dapat
dimanfaatkan sebagai minyak pangan. Di dalam dedak juga terdapat beberapa mineral antara lain
: kalsium (0.13%), phosphorus (2.39%), potassium (0.14%), sodium (0.24%), magnesium
(0.14%) dan silika (4.07%). Selain itu terdapat pula besi (224 p.p.m.), aluminium, tembaga,
mangan, timah dan klorida (SBP Board of Consultants and Engineers 1998).
Sokhlet untuk proses ekstraksi
Rangkaian alat untuk proses esterifikasi
LANGKAH EKSTRAKSI
1. Masukkan dedak ke dalam labu leher tiga, tambahkan n-heksan, dipanaskan sampai suhu
60-65° C, lakukan selama ± 6 Jam.
2. Saring hasil ekstraksi (pemisahan n-hexane dari hasil ekstraksi).
3. Distilasi hasil ekstraksi dan analisa minyak dedak yang didapat.
4. Analisa bilangan asam dan asam lemak bebas sesuai prosedur SNI 01-3555-1998 yaitu
dengan cara sbb:
a. Ambil 3 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml.
b. Tambahkan 9 ml etanol 96% netral.
c. Panaskan sampai 45 0C
d. Tambahkan 2-3 tetes indikator pp dan titrasi dengan larutan standart NaOH 0,1 N
hingga warna merah muda tetap selama 15 detik.
e. Lakukan penetapan duplo. - Hitung Bilangan Asam dan Asam Lemak Bebas.
LANGKAH ESTERIFIKASI IN SITU
1. Memasukkan dedak, metanol, dan katalis H2SO4 ke dalam labu leher tiga, kemudian
diaduk dan dipanaskan sampai suhu reaksi yang ditentukan.
2. Pertahankan suhu reaksi.
3. Sampel diambil tiap selang waktu 15 menit selama waktu reaksi untuk analisa kadar
FFA.
4. Setelah waktu operasi tertentu, reaksi dihentikan, saring campuran, ambil filtratnya
5. Campuran metanol dan metil ester kemudian dipisahkan dengan distilasi.
6. Distilat kemudian dilarutkan dalam hexane dengan perbandingan volume 1:3
7. Larutan yang terpisah menjadi dua fase didekantasi untuk diambil lapisan atasnya.
8. Campuran hexane dan metil ester didistilasi
9. Analisa densitas, GC/GC MS , dan nilai kalor
BAGAN PROSES UNTUK MEMPEROLEH BIODIESEL DARI DEDAK PADI
3. Biodiesel Dari Ampas Kopi
Para petani menghasilkan lebih dari 16 milyar pon kopi diseluruh dunia tiap tahun.
Ampas kopi dari produksi espresso, cappucino, dan kopi jawa seringkali berakhir di tempat
sampah atau digunakan sebagai pupuk. Namun, ilmuwan memperkirakan bahwa sebenarnya
ampas kopi memiliki potensial untuk menambah 340 juta galon biosolar kepada pasokan bahan
bakar dunia.
Untuk memvalidasi ini, para ilmuwan ini mengumpulkan ampas kopi dari sebuah ritel
penyedia kopi cepat saji dan mengekstrak minyaknya. Mereka kemudian menggunakan proses
mudah nan murah untuk merubah 100 persen minyaknya menjadi biosolar.
Hasil dari bahan bakar berbasis kopi ini − yang memiliki bau kopi − memiliki
keuntungan besar dalam hal kestabilan dibandingkan biosolar tradisional karena kandungan
antioxidan tinggi di dalam kopi ungkap para peneliti. Limbah padat yang tersisa dari konversi ini
dapat dirubah menjadi etanol atau digunakan sebagai kompos. Para peneliti memperkirakan
bahwa proses ini dapat menghasilkan keuntungan lebih dari $8 juta dollar di Amerika saja.
Mereka berencana untuk mengembangkan sebuah pabrik skala kecil untuk menghasilkan dan
menguji bahan bakar eksperimen dalam rentang waktu hingga beberapa bulan ke depan.
4. Biodiesel Dari Alga
Alga, khususnya mikroalga uniseluler berwarna hijau sebenarnya telah lama diketahui
sebagai sumber bahan baku yang potensial bagi produksi bahan bakar nabati. Mikroalga
berpotensi untuk menghasilkan biomasa dan minyak dalam jumlah signifikan dan dapat
dikonversi menjadi biodisel. Mikroalga telah diperkirakan mempunyai produkstivitas biomasa
yang lebih tinggi daripada tanaman dalam hal penggunaan lahan yang diperlukan untuk
budidaya, diprediksi memerlukan biaya yang lebih rendah dengan hasil yang sama, dan
mempunyai potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan menggantikan bahan bakar
fosil. Seperti bahan baku yang berasal dari tanaman, mikroalga dapat digunakan secara langsung
atau diproses menjadi bahan bakar cair dan gas dengan menggunakan proses konversi biokimia
dan termokimia. Alga kering dapat menghasilkan energi melalui pembakaran langsung, akan
tetapi cara ini dirasa kurang tepat untuk diterapkan pada biomasa alga.
Metode yang dapat digunakan untuk melakukan konversi mikroalga menjadi bahan bakar
minyak atau gas adalah konversi termokimia yang meliputi gasifikasi, pirolisis, hidrogenasi dan
liquefaksi. Metode yang lain adalah metode biokimia termasuk fermentasi dan penguraian
anaerobik biomassa untuk menghasilkan bioethanol atau biogas. Di samping itu, gas hidrogen
juga dapat dihasilkan dari alga dengan menggunakan fotolisis. Dan hal yang paling utama adalah
pemisahan dan isolasi lemak triasilgliserol dari mikroalga yang dipanen dapat diubah menjadi
biodisel dengan metode transesterifikasi. Proses produksi biodisel dari mikroalga telah menarik
banyak ilmuan untuk menelitinya. Penelitian yang merupakan bagian dari Program Spesies
Akuatik oleh Departemen Energi Amerika Serikat menganalisa secara meluas tentang
kemampuan mikroalga untuk menghasilkan minyak dan menyimpulkan bahwa potensi
produktivitas minyak dari mikroalga mungkin lebih besar dari tumbuhan penghasil minyak
seperti kedelai. Serangkaian penelitian telah difokuskan pada strain mikroalga yang mempunyai
kemampuan untuk menghasilan lemak dalam jumlah yang banyak dan mengidentifikasi kondisi
budidaya yang akan dapat mendukung mikroalga untuk bisa berproduksi secara optimal. Banyak
penelitian berfokus pada kondisi budidaya yang dapat menyebabkan tingginya akumulasi lemak
netral pada sel mikroalga (terutama triasil gliserol), misalnya menggunakan pembatasan nutrien
seperti pembatasan nitrogen (N) atau fosfor (F). Namun, kelemahan terbesar dari penelitian jenis
ini adalah rendahnya produktivitas sel untuk menghasilkan biomasa sehingga secara total,
produksi lemak menjadi rendah. Kondisi budidaya yang berfokus pada peningkatan produktivitas
biomassa dirasa lebih efektif untuk meningkatkan produkstivitas lemak total. Lebih lanjut,
dengan jumlah biomassa alga yang besar dirasa akan lebih layak secara ekonomis untuk
memproduksi energi jika dibandingkan dengan jenis bahan bakar nabati yang lain.
Salah satu kelebihan dari mikroalga sebagai bahan baku bahan bakar nabati adalah bahwa
mikroalga dapat ditumbuhkan secara efektif dengan input air bersih yang sedikit dan tidak
memerlukan banyak lahan seperti tanaman penghasil bahan bakar nabati yang lain, sehingga
dapat menghemat penggunaan air bersih. Sebagai contoh, mikroalga dapat dibudidaya dekat
dengan laut untuk dapat memanfaatkan garam dan air payau. Oleh karena itu muncul
ketertarikan terhadap budidaya mikroalga di perairan asin. Namun, medium potensial lain yang
dapat digunakan adalah limbah cair. Telah diakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini
mikroalga dapat digunakan sebagai sarana pengolahan limbah cair yang murah dan ramah
lingkungan jika dibandingkan dengan metode pengolahan limbah yang biasa digunakan. Masalah
utama yang dihadapi dalam pemanfaatan limbah cair adalah konsentrasi nutrien yang sangat
tinggi, khususnya konsentrasi total N dan total P, serta logam beracun, yang memerlukan
pengolahan menggunakan bahan kimia dengan harga yang mahal untuk menghilangkannya
selama pengolahan berlangsung. Konsentrasi total P dan N berkisar antara 10-100 mg/l dalam
limbah cair perkotaan dan lebih dari 1000 mg/l pada limbah pertanian.
Kemampuan mikroalga untuk tumbuh dan mengakumulasi kandungan nutrisi dan logam
yang tinggi pada lingkungan secara efektif, menjadikan mikroalga sebagai sarana yang efektif
untuk digunakan pada pengolahan limbah cair secara efisien dan berkelanjutan. Namun, telah
lama juga diketahui bahwa mikroalga yang ditumbuhkan pada limbah cair dapat digunakan
sebagai penghasil energi. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa produsi bahan bakar nabati
dari mikroalga , khususnya biodisel sangat layak secara ekonomi dan lingkungan.
BAGAN PROSES UNTUK MEMPEROLEH BIODIESEL DARI ALGA
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Bahan bakar fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbarui dan keberadaanya mulai
berkurang sekarang ini, dan salah satunya adalah solar, bahan bakar jenis ini memiliki banyak
dampak bagi lingkungan kita dan menyebabkan krisis energi bila digunakan berlebihan.
Salah satu cara mengatasi masalah ini dengan menggunakan energi alternatif yang dapat
dimanfaatkan sebagai energi pengganti bahan bakar fosil ini. Di indonesia banyak energi
alternatif yang tersedia, dan salah satu yang tersedia adalah tumbuhan yang bermacam-macam.
Beberapa tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti
solar diantaranya tanaman jarak pagar, alga, atau menggunakan ampas kopi maupun dedak padi
yang dapat diolah menjadi biodiesel dengan proses proses yang relative mudah. Manfaat dari
energi alternatif ini cukup banyak, mulai dari ramah lingkungan, tidak merusak dan dapat
menjaga kelestarian alam, dan bermanfaat di bidang ekonomi.
SARAN
Penggunaan sumber energi terbarukan sangatlah menguntungkan dan juga bermanfaat
bila dibandingkan dengan sumber-sumber energi konvensional ( seperti bahan bakar fosil ), akan
tetapi sampai saat ini peluang penggunaan sumber daya tersebut belum dimanfaatkan secara
maksimal oleh karena adanya hambatan-hambatan tertentu. Akan lebih baik apabila untuk
kedepannya dari pihak pemerintah dapat menetapkan kebijakan-kebijakan yang memberikan
peluang bagi pemanfaatan sumber energi terbarukan agar dapat dikembangkan dan bagi seluruh
kalangan masyarakat juga hendaknya menyadari bahwa sumber energi terbarukan dapat
memberikan dampak yang lebih baik baik bagi diri mereka sendiri dan juga bagi lingkungan.
REFERENSI
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/03/rekayasa-e-coli-untuk-pembuatan-biodiesel/
http://bandengjuwana.blog.uns.ac.id/2010/05/27/proses-pembuatan-biodiesel/
http://id.wikipedia.org/wiki/Escherichia_coli
http://mic.sgmjournals.org/content/152/9/2529.full
www.oocities.org/markal_bppt/publish/biofbbm/biraha.pdf