bio air
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meskipun air sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam
bahan makanan. Air sendiri walaupun bukan merupakan sumber nutrient seperti
bahan makanan lain, namun sangat essensial dalam kelangsungan proses biokimiawi
organisme hidup.Disamping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air
terdapat bebas di alam dalam berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga
dalam pertanian, pencucian dan sanitasi umum mauoun pribadi, teknologi pangan dan
sebagai air minum.
Semua bahan makanan mengandung jumlah air yang tidaklah sama, baik
itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat
makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan
pembentukan biopolimer dan sebagainya.
Bahan pangan kita baik yang berupa buah, sayur, daging, maupun susu,
telah banyak berjasa dalam memenuhi kebutuhan air manusia. Buah mentah yang
menjadi matang selalu bertambah kandungan airnya, misalnya calon buah apel
yang mengandung air sejumlah 10% akan meningkat kadar airnya hingga 80%
saat matang. Nenas berkadar air 87% dan tomat 95% saat matang. Buah yang
berkadar air terbesar adalah semangka yaitu 97%.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menetukan acceptability,
kesegaran, dan daya tahan dari bahan tersebut. Selain menjadi bagian dari suatu
bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bahan makanan tersebut dan
alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahan bahan itu. Sebagian besar
perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan
atau yang berasal dari bahan itu sendiri.
Apabila tubuh manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan
diketahui kandungan airnya rata-rata 65% atau sekitar 47 liter per orang dewasa.
Setiap hari sekitar 2,5 liter harus diganti dengan air yang baru. Diperkirakan dari
sejumlah air yang harus diganti tersebut, 1,5 liter-nya berasal dari air minum dan
sekitar 1 liter lagi dari bahan makanan yang dikonsumsi.
Dalam keadaan kesulitan bahan pangan dan air, manusia mungkin dapat
hidup tanpa makan selama lebih dati 2 bulan, tetapi tanpa minum manusia akan
mati dalam waktu kurang dari seminggu.
B. Tujuan Praktikum
Praktikan mampu untuk menentukan kadar air dari beberapa macam
sample yang berbeda, baik melalui metode pemanasan (Thermogravimetri)
maupun metode distilasi toluene (Thermovolumetri) beserta perhitungannya.
BAB II
DASAR TEORI
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia
dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga
merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Bahkan dalam
makanan yang kering sekalipun seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian,
terkandung air dalam jumlah yang tertentu (Winarno, F.G., 1992).
Air dalam bahan makanan terdapat dalam berbagai bentuk (Bambang
Haryono, 1996) :
1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter granuler dan
pori-pori yang terdapat dalam bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap pada permukaan colloid
makro molekul seperti protein, pectin pati, selulosa. Selain itu air juga
terdispersi diantara koloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang
ada dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai
sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan
antara air dengan koloid tersebut merupakan ikatan hidrogen.
3. Air dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk Hidrat. Ikatanya bersifat
ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak
membeku walaupun pada suhu 00 F.
Perlu diketahui bahwasannya hingga saat ini belum diperoleh istilah yang
tepat untuk air yang terdapat dalam bahan makanan. Istilah yang umum dipakai
hingga sekarang ini adalah “air terikat” (bound water). Air terikat ini dapat
tertarik dan terikat dalam suatu tempat yang keras. Dalam keadaan seperti ini air
tidak dapat menjadi pelarut dan tidak pula membeku. Hal ini cukup sulit dalam
memberikan definisi yang pasti mengenai air terikat, mengacu pada banyaknya
teknik yang dipakai dalam pengukurannya. Dua definisi yang umum dipakai
adalah (John M. de Man, 1976):
1.Air terikat adalah air yang tetap tidak membeku pada temperatur tertentu di
bawah 0 C, biasanya pada suhu -20 C.
2.Air terikat adalah sejumlah air dalam suatu sistem dimana tidak dapat menjadi
pelarut.
Selain beberapa tipe di atas, masih ada pula jenis air imbibisi dan air
kristal. Air imbibisi adalah air yang masuk ke dalam bahan pangan dan akan
menyebabkan pengembangan volume, tetapi air ini bukan merupakan komponen
penyusun dari bahan tersebut. Air kristal adalah air terikat pada semua bahan, baik
pangan maupun non pangan yang berbentu kristal, seperti gula, garam, CuSO4,
dan lain-lain (Winarno, F.G., 1992).
Kandungan air dalam berbagai bahan makanan mempengaruhi daya tahan
bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan absorbed
water, yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian air
dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara tergantung dari jenis
bahannya. Umumnya dilakukan dengan pengeringan, baik yang alami maupun
yang secara buatan. Kandungan ke-basah-an bahan sebaiknya harus disesuaikan
dengan tetapan kering-nya untuk perhitungan pengeringan. Tetapan kering adalah
satuan berat dari berat kering, yang merupakan dasar yang baik untuk
penghitungan nilai evaporasi, bagi keseimbangan bahan, sejak berat dari bahan
padat tidak lagi berubah pada saat proses pengeringan (De Rienzo, Paul P. 1964).
Kualitas air untuk berbagai keperluan ditentukan berdasarkan tiga faktor
berikut (Bambang Haryono, 1996) :
1. Sifat fisisnya, warna, bau,rasa, kekeruhan.
2. Sifat kimiawinya yaitu : padatan dan gas yang terlarut, ph, kesadahan.
3. Kandungan mikrobia misalnya : algae, bakteri, pathogen, bakteri buan
pathogen.
Disamping cara-cara fisik, ada pula cara-cara kimia untuk menentukan
kadar air. Mc Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asertilen yang
dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan bahan yang akan diteliti. Cara ini
digunakan pada bahan-bahan seperti sabun, tepung, kulit, bubuk biji vanili,
mentega dan sari buah. Karl Fischer pada tahun 1935 menggunakan cara
pengringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan basah
dengan larutan iodine, sulfur dioksida dan piridina dalam methanol. Perubahan
warna menunjukkan titik akhir titrasi (Winarno, F.G. 1992).
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Botol timbang
b. Eksikator
c. Penjepit
d. Oven
e. Timbangan ohaus
f. Spatula
g. Stark-Dean atau Sterling-Bidwell
h. Toluen 75 ml
i. Kompor listrik
j. Aquades
k. Labu erlenmeyer
2. Bahan
a. Kentang
b. Kopi
c. Teh celup
B. Cara Kerja
1. Cara kerja Thermogravimetri
a. Pertama kali timbang berat botol yang akan digunakan untuk
memasukan bahan-bahan sampel dalam timbangan ohaus.
b. Setelah diketahui berat botol, masukan bahan sampel dalam botol
kemudian timbang lagi kira-kira bahan sampel seberat 2 gr atau lebih
sedikit .
c. Kemudian bahan sampel dan botol dimasukan kedalam oven pada
suhu 1050 C selama 3-5jam.
d. Setelah dipanaskan dalam oven selama 3-5 jam bahan dikeluarkan
dari oven dan didinginkan dalam eksikator selama 10-15 menit.
e. Bahan sampel tersebut kemudian ditimbang lagi untuk mengetahui
berat keringnya dan dihitung persen kadar air bahan.
2. Cara kerja Thermovolumetri
a. Pertama-tama kupas kentang kmudian dipotong dadu.
b. Potongan kentang ditimbang menggunakan timbangan ohaus
kira-kira sebesar 2 gr atau lebih sedikit.
c. Masukan potongan kentang kedalam tabung erlenmeyer dan
ditambahkan toluen sebayak 75 ml.
d. Kemudian pasang labu destilasi pada alat Sterling-Bidwell
yang diatasnya ada alat pendingin untuk mengembunkan uap
air.
e. Panaskan pada kompor listrik selama 1jam.
f. Setelah air dan toluen mendidih, lihat volume uap air dan
toluen dadalam tabung penampung yang ada dalam Stark-
Dean.
g. Kemudian timbang kentang yang telah dipanaskan dalam
labu destilasi dan hitung persen kadar air bahan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Cara Pemanasan (Thermogravimetri)
1. Kentang
Botol timbang : 13, 787 gr
Botol + sampel : 17, 434 gr
Berat kering + botol : 14, 363 gr
Sampel basah : 4, 353 gr
Sampel kering : 0,576 gr
%KA Kentang : BSB BSK
BSBx
100%
: 4, 353 – 0, 576 x 100%
4, 353
: 86,77 %
2. Kopi
Botol timbang : 9, 976 gr
Botol + sampel : 11, 829 gr
Sampel kering + botol : 11, 780 gr
Sampel basah : 1, 853 gr
Sampel kering : 1, 804 gr
%KA Kopi : BSB BSK
BSBx
100%
: 1, 853 - 1,804 x 100%
1, 853
: 2, 64 %
3. Teh Celup
Botol timbang : 9, 305 gr
Botol + samprl : 11,183 gr
Sampel kering + botol : 11, 014 gr
Sampel basah : 1, 828 gr
Sampel kering : 1, 709 gr
%KA Teh Celup : BSB BSK
BSBx
100%
: 1, 878 – 1,709 x 100%
1, 878
: 9, 00 %
b. Cara Distilasi Toluene (Thermovolumetri)
1. Kentang
Berat basah : 2, 159 gr
Berat air : 1 gr
%KA : Berat air bahan x 100%
berat sampel
: 1 x 100%
2,159
: 46, 32 %
B. Pembahasan
1. Dengan Cara Pemanasan (Thermogravimetri)
Pertama kali kita timbang botol-botol untuk tempat sampel agar diketahui
beratnya pada timbangan ohaus. Kemudian masukan sampel pada botol tersebut
dan ditimbang lagi hingga didapatkan berat sampel 2 gr atau lebih sedikit. Setelah
selesai ditimbang sampel dan botolnya dimasukan dalam oven selama 3 jam untuk
mengucapkan uap air yang ada pada sampel. Setelah 3 jam sampel dikeluarkan dari
ove dan dimasukkan dalam eksikator selama 10-15 menit untuk menghilangkan uap
air yang ada dalam botol dan sampel. Setelah itu kita tambang botol dan sampelnya
kita akan mendapatkan berat keringnya dengan caraberat botol dan sampel kita
kurangi dengan berat botol yang digunakan. Untuk mendapatkan hasail yang akurat
kita dapat melakukan percobaan ini secara berulang-ulang sehingga didapat berat
yang konstan.
Yang perlu iperhatikan dalam percobaan ini adalah batasan waktu yang tidak
selalu sama karena jenis dan kondisi bahan yang berbeda. Kelebihan percobaan
dengan menggunakan cara ini adalah lebih mudah digunakan, dilihat dari segi biaya
juga lebih murah selain itu bahan yang digunakan sebagai percobaan bisa
digunakan lagi. Semakin kering bahan maka bahan tersebut akan semakin awet.
Cara ini kelemahanya hanaya pada sgi waktu yang terlalu lama untuk dilakukan.
Cara ini lebih tepat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai daya tahan
terhadap panas yang tinggi.
2. Cara Distilasi Toluene (Thermovolumetri)
Hal pertama yang kita lakukan percobaan ini adalah kita mengupas
kentang, kemudian kentang tersebut dipotong dadu. Setelah itu potongan
kentang ditimbang hingga dicapai berat 2 gr atau lebih sedikit. Masukan
potongan kentang yang telah ditimbang kedalam labu erlenmyer dan
ditambahkan kedalamnya pelarut yaitu toluene sebanyak 75 ml. Toluene dipakai
karena bersifat hidrofobik sehingga tidak bereaksi dengan air. Lebih rincinya,
kita menggunakan larutan toluene karena larutan ini memiliki keunggulan antara
lain :
1. Toluen memiliki titik didih yang lebih tinggi dibanding pelarut (solven) yang
lain, seperti xilol misalnya.
2. Penguapan toluene yang lebih lambat membuat proses distilasi yang terjadi
menjadi lebih efektif dan berpengaruh pada keakuratan hasil akhir.
3. Secara kebetulan harga toluene labih murah dibandingkan dengan harga pelarut
yang lain (pertimbangan ekonomis).
4. Penguapan toluene lebih lambat daripada pelarut yang lain.
5. Toluene dapat melarutkan senyawa – senyawa organik yang ada di dalam
kentang atau bahan lain, misalnya karbohidrat, protein, lemak.
Hal yang selanjutnya dilakukan adalah merangkai Sterling-Bidwell dan labu
Erlenmeyer dengan kondensor. Kondensor berguna untuk mengmbunkan uap air
yang berasal dari toluene maupun air yang dipanaskan. Setelah alat-alat tersebut
dirangkai, letakkan tabung Erlenmeyer ditas kompor listri dan dipanaaskan selama
1 jam. Kemudian lihat volume air dan toluene yang berada dalam tabung
penampung yang terdapat pada Sterling-Bidwell. Untuk hasil yang akurat ulangi
lankah percobaan hingga didapat hasil volume air dan toluene yang konstan.
Kelebihan percobaan dengan menggunakan cara ini adalah dapat
dilakukan dengan lebih cepat. Kerugianya adalah zat lain yang terdapat dalam
bahan percobaan dapat ikut menguap sehingga mempengaruhi hasil akhir selain
itu alat-alat yang digunakan relatif lebih mahal dan rumit. Bahan yang digunakan
dalam percobaan juga tidak bisa digunakan lagi karena telah rusak pada proses
percobaan. Percobaan ini lebih tepat digunakan pada bahan yang memiliki kadar
air sedikit.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
cara, antara lain dengan menggunakan metode pemanasan dengan oven
maupu dengan cara distilasi toluene. Cara pemanasan dengan oven tepat
digunakan untuk bahan-bahan yang tahan terdapat suhu panas dan cara
ditilasi toluene lebih tepat untuk bahan-bahan yang mempunyai keadaan air
sangat kecil. Untuk hasil yang akurat kita dapat melakukan dengan cara
mengulangi sampai beberapa kali percobaan yang dilakukan. Dari percobaan
diperoleh hasil %KA kentang sebesar 36,77 %, untuk kopi %KA = 2,64 %,
dan untuk teh celup %KA = 9,00 %. Sedankan %KA kentang dari distilasi
toluene diperoleh sebesar46,32 %.
B. Saran
1. asisten diharapkan datang tepat waktu agar acara praktikum tidak terlalu
lama dan molor jamnya.
2. Asisten seharusnya memberi kesempatan pada praktikan umtuk mencoba
melakukan praktikan secara mandiri tetapi tetap diawasi, jangan hanya
asistennya saja yang memperagakan cara praktikum.
3. Diharapkan fasilitas yang disediakan fakultas bisa lebih lengkap lagi untuk
mendukung acara praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Haryono. 1996. Proses Bahan Pangan. Yogyakarta : Liberty.
De Man, J.M . 1976 . Principles of Food Chemistry . USA : The Avi Publishing
Company, Inc
De Rienzo, P.P . 1964 . Chemical Engineering . New York : Macmillan
Company
Winarno, F.G . 1992 . Kimia Pangan dan Gizi . Jakarta : PT Gramedia