bio report

38
PENANGANAN EFEKTIF UNTUK PENYAKIT LEPTOSPIROSIS PASCA BANJIR Karya tulis ini disusun dalam rangka Lomba Karya Tulis antar pelajar SMA se-Jawa Bali yang merupakan rangkaian kegiatan Medical Week yang diselenggarakan oleh Forum Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya Tahun 2008 Oleh : Pinkky Vitalita Prasadhana Yessi Primanda Sari Aghisna Galih Purwitasari

Upload: lovienatayahoocoid

Post on 04-Jul-2015

96 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bio Report

PENANGANAN EFEKTIF

UNTUK PENYAKIT LEPTOSPIROSIS PASCA BANJIR

Karya tulis ini disusun dalam rangka Lomba Karya Tulis antar pelajar SMA se-Jawa Bali yang merupakan rangkaian kegiatan Medical Week yang diselenggarakan oleh

Forum Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga SurabayaTahun 2008

Oleh :

Pinkky Vitalita Prasadhana

Yessi Primanda Sari

Aghisna Galih Purwitasari

PEMERINTAH KOTA MADIUN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMA NEGERI 3 MADIUN

TAHUN 2008

Page 2: Bio Report

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis yang berjudul : Penanganan Efektif untuk Penyakit Leptospirosis Pasca

Banjir

Oleh : Pinkky Vitalita Prasadhana NIS: 14214

Yessi Primanda Sari NIS: 14219

Aghisna Galih Purwitasari NIS: 14197

telah disetujui dan disahkan oleh Kepala Sekolah SMAN 3 Madiun sebagai karya tulis

untuk lomba karya tulis antar pelajar SMA se-Jawa Bali yang merupakan rangkaian

kegiatan Medical Week yang diselenggarakan oleh Forum Ilmiah Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Tanggal persetujuan : 6 Maret

Tahun : 2008

Mengetahui

a.n. Kepala Sekolah

Wakil Kepala Sekolah SMAN 3 Madiun

Drs. Setyono

NIP. 130522814

Pembimbing

Dra. Rina Restanti

NIP. 132093835

Page 3: Bio Report

PREFACE

Thank God the writers deliver to the Almaighty God, Allah SWT, because of His

Bless this report was finally done well .

In making this report themed “ The effect of external factors “, writers decide

to put title “The Effect of Medias Toward The Chili Growth ”.

The aim making this report was to find out and declare the best madia for Chili

growth.

This report was impossibly done without helping from teachers, friends, and

anyone else related in it, that’s why the writers would like to deliver their thankful to :

1. Mrs. Sri Wahyuni as a guide in making experiment and also report as well

patiently.

2. Mrs. Ndari as a guide in making experiment and also report as well patiently.

3. Also anyone who had helped in finishing of this report.

Yet, in making this report we had many weakness. That’s why construct critics

and suggestion yang are needed to reach the best development. Hopefully this report

could be useful for anyone, especially the readers.

Madiun, November 2008

Writers

Page 4: Bio Report

ABSTRACTION

Key Word : plant growth, medias, characteristic

The problem we face when we have gardening is what kind of media we should take to put our plant on it to make it grow well.

Nowdays, people use plant for business, like Chili estate. The problem is what the best media to plant Chili to make it grow well ? Begin from this question, we made an experiment to figure it out. And the medias we use were Soil, Burned husk, Soft edible fern, Burned Sand / Malang Sand. That were we oftenly met which were used in gardening.

In making this report there are Problem Formulation: (1)How the effect of different medias toward the Chili growth? (2)What is the different effect among Soil, Burned husk, Soft edible fern, Burned Sand / Malang Sand ?(3)How the difference could happen?(4)What is the best media to Chili growth?

While the aim in making this report are (1)to know how media had effect toward Chili growth.(2)to know the different effect among Soil, Burned husk, Soft edible fern, Burned Sand / Malang Sand.(3)to know the reason how the differences could happen.(4)to find the best media for Chili growth

After doing experiment, we got conclusion : (1) Leptospirosis dapat menjangkit masyarakat luas dengan mudah dan efektif terutama saat banjir datang (2) Pada stadium awal, penyakit Leptospirosis mincul dengan gejala yang hampir sama denagn penyakit lain. Seperti demam, flu atau typus. Maka dari itu biasanya masyarakat hanya menanganinya dengan pengobatan yang tergolong sederhana dan tradisional. Akibatnya bakteri ini memiliki kesempatan untuk berkembang biak dan lebih merusak organ tubuh penderita (3) Pencegahan yang merupakan kunci utama bagi kita untuk mengantisipasi penyakit Leptospirosis ini adalah antara lain dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kemudian bila mengalami gejala-gejala kecil apapun, segera periksakan diri kepada layanan medis setempat. Usahakan jangan mediagnosis sendiri gejala yang telah dialami. Bila sedini mungkin penyakit ini terdeteksi, semakin besar kesempatan untuk hidup.

Page 5: Bio Report

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................. iii

ABSTRAKSI................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI................................................................................................................. v

DAFTAR TABEL......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................

2.1 Leptospirosis...................................................................................................

Page 6: Bio Report

2.1.1 Definisi...................................................................................................

2.1.2 Gejala.......................................................................................................

2.1.3 Komplikasi Leptospirosis.......................................................................

2.1.4 Penyebaran.............................................................................................

2.1.5 Resiko.....................................................................................................

BAB III METODE PENULISAN................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................

4.1Korelasi penyakit Leptospirosis dengan banjir..............................................

4.2 Perbandingan Diagnosa....................................................................................

4.3 Penanganan Leptospirosis pada pasca banjir.................................................

BAB V PENUTUP.......................................................................................................

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................

5.2 Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

BIODATA PENULIS..................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

111 Latar Belakang Masalah

Secara astronomis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada 6o LU – 11o

LS dan 95o BT – 141o BT. Posisi Indonesia ini kemudian membuatnya dilalui oleh

ekuator di sepanjang wilayahnya. Keadaan inilah yang mengakibatkan negara kita

memiliki iklim tropis yang satu tahunnya hanya memiliki 2 musim, yaitu musim hujan

dan musim kemarau. Dan ketika musim hujan datang, di negara kita terjadi hujan yang

intensitasnya tinggi. Tak heran bila keadaan negara kita lembab. Dari sinilah tentu

berkembang bibit-bibit penyakit tropis yang menyerang bangsa kita baik infectious

maupun noninfectious.

Dan memang, penyakit-penyakit yang menjangkit di daerah tropis yang paling

kompleks sering dijumpai di Indonesia. Hal ini disebabkan wilayah negara ini sangat

luas dan beberapa daerah punya identitas masing-masing. Lagipula Indonesia

Page 7: Bio Report

merupakan perlintasan lalu lintas internasional. Keadaan ini membuat negara kita rentan

terhadap berbagai bibit penyakit yang terbawa arus oleh mereka yang melintasi negara

kita.

Pada bulan November 2007, panas matahari menyengat. Selama beberapa hari

udara kering melanda. Padahal, beberapa minggu sebelumnya, di akhir bulan Oktober,

hujan mengguyur bumi tiada henti selama kurang lebih dua minggu. Tak disangka

iklim berganti wajah begitu cepat. Hujan bukannya dituntaskan hingga Februari tahun

ini, malah berhenti di tengah November tahun lalu (http://portal.cbn.net.id).

Kemudian selang beberapa minggu, intensitas hujan yang tinggi dengan periode

singkat menyebabkan bencana banjir mewarnai perayaan tahun baru. Ini merupakan

kesempatan emas bagi segala bakteri penyakit berkembang. Persediaan air yang

terkontaminasi akibat banjir merupakan media yang paling diminati para bakteri. Yang

mengerikan adalah musim penghujan tahun ini sulit diprediksi kapan berakhirnya.

Padahal hal tersebut belum lagi diperparah dengan fenomena alam yang sedang marak

yaitu Global Warming. Selain membuat prediksi iklim sulit diterka, Global Warming ini

juga berimbas terhadap pasangnya air laut yang kemudian dapat memberi andil yang

besar terhadap adanya banjir karena meluapnya air laut terutama di daerah dataran

rendah dekat pantai. Pada intinya, sekarang ini banjir tidak hanya dipicu karena air

hujan yang intensitasnya tinggi pada musim penghujan namun juga dipicu oleh

meluapnya air laut yang dipengaruhi oleh Global Warming.

Dalam karya tulis ini, penulis memaparkan salah satu penyakit tropis infectious

yang masih jarang dikenal masyarakat yang penyuluhannya masih kurang serta

diagnosa masyarakat dan pengobatan terhadap penyakit ini masih salah kaprah namun

sudah banyak mewabah akhir-akhir ini dalam rangka ikut meramaikan suasana musibah

banjir, yaitu Leptospirosis. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa penyakit ini

sangat erat kaitannya dengan bencana banjir yang sedang melanda Indonesia sekarang

sebab bakteri Leptospira banyak ditemukan dalam air kotor maupun dalam tubuh hewan

yang dikeluarkan ke lingkungan melalui kotorannya, yaitu terutama oleh tikus. Dengan

adanya banjir, ruang lingkup bakteri ini akan diperluas jangkauannya melalui media air.

Apabila penyakit ini sudah mencapai titik kronis maka dapat menimbulkan

kematian. Tetapi di Indonesia penyakit ini jarang dipahami masyarakat sehingga gejala

Page 8: Bio Report

awal yang ditimbulkan Leptospirosis pada tahap atau stadium awal masih diabaikan

bahkan malah cenderung diindikasikan kepada penyakit lainnya. Berawal dari diagnosa

yang salah berlanjut kepada penanganan yang salah justru memperburuk keadaan si

penderita Leptospirosis. Hal ini disebabkan karena jarang yang tahu bahwa penyakit ini

mampu mengakibatkan gangguan, komplikasi atau bahkan gagal organ pada tubuh si

penderita Leptospirosis yang berujung kematian .

111 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah, penyusun merumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah korelasi antara penyakit Leptospirosis dengan musibah banjir

yang semakin merebak?

2. Bagaimanakah perbandingan diagnosa penyakit Leptospirosis dengan penyakit

lain yang memiliki diagnosa hampir sama?

3. Bagaimanakah tindakan yang efektif, baik dalam mencegah maupun menangani

Leptospirosis pada pasca banjir?

111 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara penyakit Leptospirosis dengan

musibah banjir yang semakin merebak.

2. Untuk mengetahui gejala-gejala khusus penyakit Leptospirosis agar tidak terjadi

salah diagnosa maupun penanganan.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah tindakan yang efektif, baik dalam mencegah

maupun menangani Leptospirosis pada pasca banjir.

111 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan yang kami lakukan adalah :

1. Menyebarluaskan informasi tentang penyakit Leptospirosis pasca banjir beserta

gejala dan cara penanganannya.

2. Memberikan referensi kepada pihak terkait (masyarakat luas) agar tidak terjadi

kesalahan diagnosa.

Page 9: Bio Report

3. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, terutama di bidang kesehatan.

4. Meningkatkan pemahaman serta kualitas kehidupan kesehatan masyarakat

Indonesia.

5. Mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan kebersihan

lingkungan dan kesehatan.

Page 10: Bio Report

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LEPTOSPIROSIS

2.1.1 Definisi

Leptospirosis adalah suatu zoonosis yang disebabkan suatu mikroorganisme, yaitu

Leptospira, bakteri berbentuk spiral. Penyakit ini menyerang hewan dan manusia. Pada

manusia, penyakit ini bisa menjangkiti laki-laki dan perempuan tanpa mengenal umur

dan dikenal dengan berbagai nama, seperti mud fever, slime fever, swamp fever,

autumnal fever, field fever, cutter fever dan lain-lain. Bakteri ini mempunyai ratusan

serotipe. Nama-nama serotipe ini sebagian diambil dari nama penderita atau tempat di

Indonesia, seperti, serotipe harjo, mankarso, naam, sarmin, djasiman, sentot, rachmati,

paijan, bangkinang, dan binjei (Kapita Selekta Kedokteran 1999).

2.1.2 Gejala

Penyakit ini memiliki tiga fase dalam perkembangannya, yaitu sebagai berikut :

a. Fase pertama / fase Leptosperemia, yaitu ketika Leptospira ditemukan dalam darah

(selama 4-9 hari), memiliki gejala-gejala sebagai berikut :

o Demam mendadak, mual, muntah, diare, batuk

o Sakit kepala, terutama di bagian frontal dan oksipital

o Keluhan myalgia (nyeri otot)

o Nyeri tekan , terutama pada betis, paha, dan pinggang

o Icterus (warna kulit yang berubah menjadi kuning)

o Hiperestia kulit

o Hemoptitis (batuk berdarah)

o Penurunan kesadaran

o conjungtival suffusion (selaput ikat mata yang memerah)

o Injeksi faringeal ( faring terlihat merah dan bercak-bercak)

o Kulit dengan ruam berbentuk urtikaria yang tersebar pada badan

o Splenomegali (pembesaran limpa)

Page 11: Bio Report

o Hepatomegali (pembesaran hati)

b. Fase kedua / fase imun, yaitu berkaitan dengan munculnya antibody IgM sementara

C3 tetap normal (selama 1-3 hari), memiliki gejala-gejala sebagai berikut :

o Setelah gejala asimtomatik selama 1-3 hari, gejala klinis pada fase

Leptosperemia yang sudah hilang akan muncul kembali

o Meningismus (gejala menyerupai meningitis tetapi sebenarnya hanya merupakan

akibat rangsangan selaput otak karena berbagai hal)

o Demam jarang melebihi 39oC

o Iridosiklitis (radang selaput pelangi dan badan siliar)

o Neuritis optic (radang saraf mata)

o Mielitis (radang sumsung tulang)

o Ensefalitis

o Neuropati perifer (penyakit saraf, khususnya yang ditandai dengan degenerasi

saraf atau system saraf)

c. Fase ketiga / fase penyembuhan yang berlangsung pada minggu kedua sampai

minggu keempat terjadi perbaikan pada fungsi ginjal dan hati seperti semula karena

tidak terjadi kerusakan struktur pada organ tersebut serta hanya memiliki gejala

demam atau nyeri otot yang kemudian berangsur-angsur hilang.

(Kapita Selekta Kedokteran 1999)

2.1.3 Komplikasi Leptospirosis

Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6

Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.

Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung

yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.

Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.

Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan,

saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).

Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

(http://yankes-utara.jakarta.go.id; 16 Desember 2004)

Page 12: Bio Report

2.1.4 Penyebaran

Leptospirosis sesungguhnya tergolong penyakit hewan yang bisa menjangkiti

manusia juga , atau disebut zoonosis. Kuman ini hidup dan berbiak di tubuh hewan.

Semua hewan bisa terjangkiti. Paling banyak tikus dan hewan pengerat lainnya, selain

hewan ternak. Hewan piaraan, dan hewan liar pun bukan tak mungkin bisa terjangkit

juga (http://www.depkes.go.id; 03 Maret 2008). Hewan yang pada umumnya diketahui

terjangkit bakteri ini antara lain : babi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak,

kelelawar, tupai, sapi, domba, kucing, dan tikus. Namun potensi hewan-hewan ini

mendominasi dan menyebarkan infeksi bakteri Leptospira ke manusia tidak sehebat

tikus. Hal ini disebabkan pengendalian terhadap tikus sangat sulit, sedangkan

perkembangannya begitu signifikan. Selain itu penyebaran hewan tersebut hampir tidak

terbatas pada satu tempat saja, seperti sawah, tapi juga terdapat pada rumah-rumah

masyarakat ataupun gedung-gedung yang lain. Perlu diperhatikan bahwa penyakit

Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien.

Khusus yang terjadi di daerah banjir seperti Jakarta, penularannya melalui air

kencing tikus (http://www.honda-tiger.or.id). Kemudian, air kencing / kotoran hewan

terbawa banjir dapat masuk ke dalam tubuh/menginfeksi manusia melalui: permukaan

kulit yang terluka, selaput lendir mata, dan hidung (misalnya saat mencuci muka). Bisa

juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urine hewan yang

terinfeksi leptospira, kemudian dimakan / diminum manusia.

Namun bakteri Leptospira juga bisa mati pada keadaan tertentu seperti berada

pada suhu yang terlalu panas, pada air garam seperti air laut, atau desinfektan seperti

karbol dan lisol.

2. Resiko

Gejala Leptospirosis menjadi lebih berat jika tidak diobati atau obatnya salah

alamat. Selain komplikasi ke hati menimbulkan gejala penyakit kuning, komplikasi

ke selaput otak menimbulkan gejala nyeri kepala, kejang-kejang, leher kaku, dan

penurunan kesadaran. Komplikasi ke ginjal umumnya bersifat fatal. Angka

Page 13: Bio Report

kefatalan penyakit Leptospirosis mencapai 5 persen, artinya 5 dari setiap 100 kasus

bisa tewas. (http://drhandri.wordpress.com, 24 Februari 2007).

Angka kematian akibat Leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai

16,45 persen atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50 tahun,

risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah

mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematian

akibat Leptospirosis lebih tinggi lagi. (http://www.honda-tiger.or.id/)

Page 14: Bio Report

BAB III

METODE PENULISAN

Penulisan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur yang berkenaan

dengan tema karya tulis ini, yaitu Tropical Desease : Infectious and Non Infectious

dengan judul Penanganan Tepat untuk Penyakit Leptospirosis Pasca Banjir. Literatur

tersebut berupa buku, jurnal penelitian, dan halaman-halaman di internet. Dari literatur-

literatur tersebut diambil informasi-informasi yang relevan tentang Leptospirosis,

khususnya kasus yang terjadi setelah banjir melanda.

Selanjutnya dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada melalui studi

literatur. Berdasarkan informasi-informasi yang telah terkumpul, akan diperoleh

kesimpulan dan saran-saran yang dapat dikemukakan kepada pihak-pihak terkait serta

pemerintah agar lebih memperhatikan kesehatan masyarakat pasca banjir, terutama

terhadap gejala-gejala Leptospirosis yang sama beresikonya dengan demam berdarah.

Page 15: Bio Report

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Korelasi Antara Penyakit Leptospirosis Dengan Musibah Banjir Yang

Semakin Merebak

Penyakit Leptospirosis merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan tempat

dan profesi kerja. Karena itu pada umumnya bakteri Leptospira ditemukan di daerah

sawah ataupun di daerah peternakan. Jadi yang seharusnya memiliki bakat terinfeksi

bakteri Leptospira ini adalah para pekerja sawah/ladang, peternakan, perkebunan, dokter

hewan, ataupun orang-orang yang memiliki koneksi langsung dengan hewan pembawa

bekteri Leptospirosa.

Namun jika banjir telah menghadang, maka kawasan/jangkauan bakteri

Leptospira ini tidak hanya terbatas pada tempat tersebut di atas, melainkan air bah ini

akan menyatukan dan meratakan bakteri ini di seluruh zona banjir. Maka tak heran

masyarakat yang tertimpa banjir juga memiliki potensi tinggi terinfeksi bakteri ini.

Apalagi persediaan air bersih sangat terbatas atau bahkan tidak ada. Makanan pun sulit

didapat. Akibatnya, seperti yang telah terjadi dalam musibah banjir tahun baru lalu di

Jakarta, masyarakat korban banjir mengambil air banjir sebagai sumber air minum tanpa

sempat dimasak dan untuk kebutuhan lainnya (http://www.liputan6.co.id).

Berikut ini adalah data mengenai perubahan jumlah kasus Leptospirosis yang

terjadi pascabanjir di Jakarta dari tahun ke tahun.

Tabel 4.1 Data Jumlah Kasus Leptospirosis di Jakarta Tahun 2002-2007

Tahun Jumlah Kasus Jumlah Korban

2002

2003

2004

2005

2006

2007

44 kasus

49 kasus

44 kasus

59 kasus

9 kasus

135 kasus

13 meninggal

4 meninggal

5 meninggal

Page 16: Bio Report

Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah penderita Leptospirosis

pascabanjir dari tahun ke tahun mengalami perubahan............................

3.2 Perbandingan Diagnosa Penyakit Leptospirosis dengan Penyakit Lain yang

Memiliki Diagnosa Hampir Sama

Dalam kasus-kasus Leptospirosis sering terjadi kesalahan persepsi mengenai

gejala yang diderita karena gejala penyakit Leptospirosis memiliki beberapa kemiripan

bahkan persamaan dengan penyakit lain yang juga terjadi pascabanjir.

Berikut ini adalah tabel mengenai perbandingan diagnosa gejala penyakit

Leptospirosis dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan penyakit Hepatitis

Akut.

Tabel 4.2 Perbandingan Gejala Penyakit Leptospirosis dengan DBD

Gejala Penyakit Leptospirosis Gejala Berdarah Dengue (DBD)

o Demam mendadak

o Mual, muntah, diare

o Batuk

o Sakit kepala, terutama di bagian

frontal dan oksipital

o Keluhan myalgia

o Nyeri tekan , terutama pada otot

gastroknemius, paha, dan pinggang

o Icterus

o Hiperestia kulit

o Hemoptitis

o Penurunan kesadaran

o conjungtival suffusion

o Injeksi faringeal

o Kulit dengan ruam berbentuk

urtikaria yang tersebar pada badan

o Splenomegali

o Demam akut, yang tetap tinggi selama

2-7 hari, kemudian turun secara lisis

o Anoreksia

o Malaise

o Nyeri pada punggung, tulang,

persendian dan kepala

o Perdarahan gusi, hematemesis dan

melena

o Hepatomegali

o Nyeri tekan tanpa icterus

o Melalui uji torniquet, demam berdarah

tampak seperti bintik-bintik merah di

kulit sekitar 20 titik per inci persegi

Page 17: Bio Report

o Hepatomegali

o Melalui uji torniquet, Leptospirosis

tampak seperti bintik-bintik merah di

kulit kurang dari 20 titik per inci

persegi

Sumber : Kapita Selekta Kedokteran, 1999

Tabel 4.3 Perbandingan Gejala Penyakit Leptospirosis dengan Hepatitis Akut

Gejala Penyakit Leptospirosis Gejala Hepatitis Akut

o Demam mendadak

o Mual, muntah, diare

o Batuk

o Sakit kepala, terutama di bagian

frontal dan oksipital

o Keluhan myalgia

o Nyeri tekan , terutama pada otot

gastroknemius, paha, dan pinggang

o Icterus

o Hiperestia kulit

o Hemoptitis

o Penurunan kesadaran

o Conjungtival suffusion

o Injeksi faringeal

o Kulit dengan ruam berbentuk

makular/makolupapular/urtikaria

yang tersebar pada badan

o Splenomegali

o Hepatomegali

o Demam

o Sakit kepala

o Lemah

o Anoreksia

o Mual, muntah

o Nyeri pada otot dan nyeri pada perut

kanan atas

o Urin menjadi lebih cokelat

o Icterus

o Hepatomegali

Sumber : Kapita Selekta Kedokteran, 1999

Page 18: Bio Report

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ketiga penyakit tersebut memiliki

beberapa gejala yang sama. Di antaranya, sama-sama diawali dengan demam, keluhan

gastrointestinal (mual, muntah, anoreksia) dan nyeri.

Namun, masing-masing dari mereka memiliki karakteristik yang khas. Gejala yang

mencolok pada DBD adalah demam akut, tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun

secara lisis yang membentuk grafik suhu seperti pelana kuda. Selain itu, melalui uji

torniquet, DBD tampak seperti bintik-bintik merah di kulit sekitar 20 titik per inci

persegi. Sedangkan gejala yang khas dari penyakit Hepatitis Akut diantaranya adalah

icterus, hepatomegali, urin menjadi lebih cokelat. Selanjutnya, gejala yang muncul dan

cukup khas dari penyakit Leptospirosis adalah mata atau kulit tubuh menjadi kekuning-

kuningan. Ini disebabkan oleh liver orang yang terjangkit telah rusak oleh racun

Leptospira. Selain itu juga demam, mialgia, nyeri sendi serta conjungtival suffusion.

Conjungtival suffusion dan mialgia merupakan gejala klinik yang paling sering

ditemukan.

Selain itu, bila diagnosa fisik masih belum spesifik, maka dapat melalui pemeriksaan

serologi: menemukan antibodi. Leptospira pada 50% kasus dapat diisolasi/dipisahkan

darah pasien. Kuman bisa didapat melalui kultur air seni pasien, dapat dilakukan pada

minggu kedua sampai dengan 30 hari.

4.3 Penanganan Leptospirosis pada pasca banjir

Salah satu usaha yang merupakan kunci utama pencegahan bagi kita untuk

mengantisipasi penyakit Leptospirosis ini antara lain :

Dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan

bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera dibersihkan agar tak ada tempat

sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri Leptospira yang mematikan.

Kuman Leptospira ini mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah, dan mati

oleh desinfektans seperti lisol dan karbon (Dokter kita, Februari 2008). Maka upaya

"lisolisasi" seluruh permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan

tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah berkuman Leptospira, dianggap cara

mudah dan murah mencegah "mewabah"-nya Leptospirosis.

Page 19: Bio Report

Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan

dengan menjaga tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor, tangan mungkin

tercemar kuman dari hewan piaraan yang sudah terjangkit bakteri Leptospira dari

tikus atau hewan liar lainnya. Hindari berkontak dengan kencing/kotoran hewan

piaraan. Jauh lebih baik bila memeriksakan hewan piaraan ke dokter hewan secara

berkala.

Kemudian, biasakan memakai pelindung, seperti sarung tangan karet sewaktu

berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu

bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau eksim. Biasakan membasuh tangan

sehabis menangani hewan, ternak, atau membersihkan gudang, dapur, dan tempat-

tempat kotor.

Apabila berada pada daerah banjir, usahakan hindari mengkonsumsi makanan yang

terendam banjir. Bersihkan sisa-sisa banjir, tentunya dengan memakai pelindung

badan.

Peliharalah hewan peliharaan maupun ternak dengan baik, perhatikan kebersihan

kandang maupun hewan itu sendiri. Berilah vaksinasi, seperti vaksin strain lokal

secara rutin.

Kalau terserang Leptospirosis, itu bukan berarti akhir dari segalanya.

Leptospirosis bukan penyakit ganas jika saja diagnosanya tidak terlambat dan segera

mendapatkan pengobatan yang tepat. Obatnya mudah didapat dan murah. Hanya saja di

awal-awal kasusnya mungkin luput didiagnosis. Berikut jenis pengobatan yang dapat

diberikan sebagai pertolongan pertama ataupun lanjutan :

Selain antibiotika golongan penicilline, kuman juga peka terhadap streptomycine,

chloramphenicol dan erythromycine. Harga jenis antibiotika klasik ini tergolong

tidak tinggi, selain mudah didapat, bahkan di Puskesmas sekali pun. Antibiotik

intravena, seperti penisilin G mungkin dibutuhkan untuk pasien dengan gejala lebih

berat (Dokter Kita, Februari 2008).

Karena itu, sebelum terlanjur parah, sangat diharapkan masyarakt tidak menganggap

remeh segala gejala sekalipun ringan yang dideritanya. Hal ini akan sangat memberi

kesempatan hidup kepada penderita bila penyakit ini diketahui sejak dini, sebab

prognosis Leptospirosis umumnya baik. Selain pengobatannya lebih mudah,

Page 20: Bio Report

kerusakan organ dalam tubuh yang disebabkan bakteri Leptospira ini pun belum

parah dan fatal. Bisa lain nasib pasien jika terapi terlambat diberikan. Sudah disebut

komplikasi Leptospirosis paling buruk jika sudah merusak ginjal, selain hati, dan

otak.

Page 21: Bio Report

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu :

Leptospirosis dapat menjangkit masyarakat luas dengan mudah terutama saat

banjir telah menghadang, sebab kawasan/jangkauan bakteri Leptospira ini tidak

hanya terbatas pada tempat di mana baketri Leptospira itu seharusnya berada,

melainkan air bah ini akan menyatukan dan meratakan bakteri Leptospira di

seluruh zona banjir. Akibatnya masyarakat korban banjir memiliki potensi tinggi

untuk terinfeksi penyakir Leptospirosis.

Pada stadium awal, penyakit Leptospirosis mincul dengan gejala yang hampir

sama denagn penyakit lain. Seperti demam, flu atau typus. Maka dari itu

biasanya masyarakat hanya menanganinya dengan pengobatan yang tergolong

sederhana dan tradisional. Akibatnya bakteri ini memiliki kesempatan untuk

berkembang biak dan lebih merusak organ tubuh penderita

Pencegahan yang merupakan kunci utama bagi kita untuk mengantisipasi

penyakit Leptospirosis ini adalah antara lain dengan menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Kemudian bila mengalami gejala-gejala kecil apapun, segera

periksakan diri kepada layanan medis setempat. Usahakan jangan mediagnosis

sendiri gejala yang telah dialami. Bila sedini mungkin penyakit ini terdeteksi,

semakin besar kesempatan untuk hidup.

5.2 Saran

Page 22: Bio Report

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: Bio Report

BIODATA PENULIS

1. NAMA LENGKAP : PINKKY VITALITA PRASADHANA

TEMPAT/TGL LAHIR : Ngawi, 18 Januari 1991

JENIS KELAMIN : Perempuan

ALAMAT : Jl. Raya Solo km.9 Kabupaten Ngawi - Jatim

TELP. : 085235875586

NAMA ORANG TUA : Untung Sugiarto

Ervin Retno

SEKOLAH : SMA Negeri 3 Madiun

KELAS : XIA3

ALAMAT SEKOLAH : Jl. Ring Road Barat Madiun - Jatim

TELP. : (0351) 473506 - 473509

KARYA ILMIAH YANG : -

PERNAH DIBUAT

PRESTASI ILMIAH : -

2. NAMA LENGKAP : YESSI PRIMANDA SARI

TEMPAT/TGL LAHIR : Magetan, 15 Juni 1991

JENIS KELAMIN : Perempuan

ALAMAT : Desa kentangan RT 9 RW 2 Kecamatan Sukomoro

Kabupaten Magetan - jatim

TELP. : 085233591351

NAMA ORANG TUA : Supriyo

Lusia Suwarsih

SEKOLAH : SMA Negeri 3 Madiun

KELAS : XIA3

ALAMAT SEKOLAH : Jl. Ring Road Barat Madiun - Jatim

TELP. : (0351) 473506 - 473509

KARYA ILMIAH YANG : -

PERNAH DIBUAT

Page 24: Bio Report

PRESTASI ILMIAH : -

3. NAMA LENGKAP : AGHISNA GALIH PURWITASARI

TEMPAT/TGL LAHIR : Ponorogo, 9 Maret 1991

JENIS KELAMIN : Perempuan

ALAMAT : Jl. Sultan Agung 32 Kecamatan Kauman

Kabupaten Ponorogo - Jatim

TELP. : 085649170329

NAMA ORANG TUA : Drs. B. Suwito

Emdamg Suprihatin, BA

SEKOLAH : SMA Negeri 3 Madiun

KELAS : XIA3

ALAMAT SEKOLAH : Jl. Ring Road Barat Madiun - Jatim

TELP. : (0351) 473506 - 473509

KARYA ILMIAH YANG : -

PERNAH DIBUAT

PRESTASI ILMIAH : -