binter sap 3 fix
DESCRIPTION
blahhhTRANSCRIPT
3.1 ASPEK HUKUM,POLITIK DAN ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
Lingkungan politik telah diakui sebagai faktor penting dalam banyak
keputusan bisnis internasional. Pemerintah menganggap bahwa nasionalisme dan
perundangan dianggap sebagai salah satu masalah pokok bagi manajemen
internasional. Bagi perusahaan internasional permasalahan politik ini merupakan
permasalahan yang sangat penting, bahkan ada banyak sekali perusahaan yang
melakukan analisi politik sebelum menanamkan modalnya.
Dengan demikian, perusahaan asing dalam kegiatan internasionalnya tidak
bisa mengabaikan begitu saja aspek-aspek politik dalam negeri suatu Negara, sebab
aspek tersebut merupakan variable penting dalam penentuan strategi dalam perumusan
kebijaksanaan perusahaan.
A. BUDAYA DAN POLITIK
Budaya dan Politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam
kehidupan benegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan,
hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota
masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem
nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat
seluruhnya.
Secara umum budaya dan politik terbagi atas tiga :
1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
3. Budaya politik partisipatif (aktif)
Kekuatan budaya, dapat digunakan untuk mengerjakan analisis ekonomi yang
dimanfaatkan oleh sebuah korporasi maupun lembaga perekonomian lain. Mampu
menelurkan inovasi, mendongkrak ekuitas, efisiensi, dan digunakan untuk memacu
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Sehubungan dengan relasi bisnis, budaya dapat digunakan oleh korporat untuk
membantu koordinasi dalam memfasilitasi pertukaran ekonomi secara efisien. Dalam
relasi bisnis internasional, budaya selalu berupaya memberikan cara yang khas dalam
melihat dan menanggapi dunia luar. Merangkum pendekatan yang digunakan oleh
sebuah korporat. Lalu, mengkoordinasikannya, guna menanggapi aneka ‘pesan’ dari
luar melalui stok pengetahuan yang dimiliki.
Lingkungan terus bergerak dan mengembang. Khususnya, lingkungan
organisasi yang dalam praktiknya, ternyata mampu memberikan tekanan terhadap
korporat. Namun budaya, justru mampu mendorong organisasi agar tampil efektif.
Dalam menyikapi perubahan, organisasi memerlukan strategi. Hal ini
ditujukan untuk mengembangkan kompetensi inti, agar meraih keuntungan
kompetitif. Memenangi persaingan, dan memiliki daya untuk
menguasai resources yang diperlukan oleh perusahaan.
Sehubungan dengan budaya, setiap budaya korporat memerlukan strategi
adaptasi dan perubahan dalam setiap relasinya. Di sisi lain, terjadi rekonfigurasi relasi
sosial-ekonomi dalam bisnis internasional. Setiap korporat dan ke-khasan budayanya,
terlibat aktif dalam setiap dialek kerjasama, koordinasi, langkah efisiensi, hingga
konflik. Dalam perjalanannya, strategi bisnis internasional tak lepas dari glokalisasi.
Yakni menyergap peluang globalisasi, sekaligus menerkam fakta lokal yang tumbuh
dengan subur.
Dalam bisnis internasional, setiap organisasi berusaha memanfaatkan ke-
khasan budayanya untuk menggerakkan kompetensi inti. Menggerakkan setiap
elemen, untuk meraih keuntungan maksimal. Bahkan mampu mengembangkan diri
kepada domain-domain baru. Pada ujungnya, setiap organisasi yang terjun di kancah
bisnis internasional, memerlukan budaya yang cocok. Sesuai dengan kondisi obyektif
di lapangan. Memiliki kesesuaian konteks dengan strategi bisnis perusahaan. Mampu
menyelaraskan diri, mengantisipasi, beradaptasi dan berasosiasi dengan kinerja
superior.
TIPE – TIPE BUDAYA DAN POLITIK
1. Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya
sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila
frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik
mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat
dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat
suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak
ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau
dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat
politis, ekonomis atau religius.
2. Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang
bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih
bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika
terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik
secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan
kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai
struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah
tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan
secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat
terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa
tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan
yang memadai tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan
kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
3. Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran
politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif
dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang
anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat
dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat
kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang
berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif
dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap
peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.
Kegiatan pemasaran global dilaksanakan dalam lingkungan yang selalu
berubah oleh bauran ekonomi, budaya, dan tekanan social. Dalam meletakkan
perspektif global kita harus menjawab satu hal: Bahkan dalam transaksi komersial
yang mana semua pihak termasuk dalam masyarakat konteks rendah-sebagai
contoh, Amerika Serikat-dan persyaratan perjaniian dituangkan dalam bentuk
"hitam dan putih", pemahaman yang berbeda atas masing-masing kewajiban setiap
pihak seringkali terjadi.
Hubungan bisnis antara pihak-pihak yang terlibat dengan budaya dan/atau
kebangsaan yang berbeda dapat dipengaruhi oleh tantangan tambahan. Pihak-pihak
dari ncgara yang berbeda mungkin mengalami kesulitan mencapai kesepakatan
persyaratan kontrak karma perbedaan hukum yang mengatur kegiatan mereka
masing-masing dan masalah yang timbul karna melintasi batas-batas internasional.
Apa pun yang dinyatakan dalam kontrak. biasanya akan sulit dan mahal untuk
mcnuntut salah satu pihak karna melanggar kontrak kecuali di wilayah negaranya
sendiri, yang mungkin saja merupakan keunggulan yang tidak dapat diatasi bagi
peserta negara asalnva.
Bila salah satu pihak dari budaya konteks tinggi mengambil bagian dalam
kesepakatan bisnis, faktor-faktor yang dibahas dalam dua paragraf di atas mungkin
bahkan lebih rumit karena keyakinan berbeda mengenai signifikansi dari
kesepakatan bisnis formal dan kewajiban yang mengikat semua pihak. Lingkungan
bisnis di banyak negara di luar pasar Triad dapat dikarakteristikkan dengan semua
elemen sikap "permusuhan": bencana alam yang disebabkan oleh manusia,
masalah politik, valuta asing yang tidak dapat ditukarkan, kurs pertukaran valuta
asing yang banyak berubah, depresi, dan perubahan dalam prioritas ekonomi
nasional serta penetapan besar bea. Seseorang tidak dapat meramalkan dengan
tepat mengapa rencana yang dibuat dengan hati-hati menjadi serba salah, sampai
hal itu terjadi. Eksekutif pemasaran dan manajer yang berkecimpung di pasar asing
harus memupuk rasa saling percaya, menjalin hubungan, dan empati dengan rekan
bisnisnya karena itulah yang diperlukan untuk mempertahankan hubungan yang
tahan lama. Menunjuk warga nasional sebagai perwakilan penjualan di luar negeri
tidak menghilangkan masalah tersebut. Perusahaan yang memindah-mindahkan
staf internasionalnya ke berbagai bagian belahan dunia, ini akan berisiko
menghalangi terbentuknya apa yang kita sebut dengan "subbudaya konteks tinggi"
antara orang-orangnya dan warga setempat dan bisa mengurangi peluangnya untuk
mengatasi krisis bisnis.
B. PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi politik merupakan salah satu ciri khusus yang menunjukan bahwa
politik lebih termodernisasi. Partisipasi warganegara yang ikut andil dalam proses
pengambilan keputusan serta dapat merubah kehidupan bernegara masih cukup
rendah terutama pada wilayah - wilayah atau negara yang masih "tradisional" serta
pemimpin politiknya sebagian besar di dominasi oleh golongan - golongan elit
penguasa, dapat di katakan bahwa tingkat partisipasi politik pada wilayah atau negara
tersebut masih sangat rendah. Begitupun sebaliknya, di wilayah atau negara yang
proses modernisasi politik sudah dapat terlaksana dengan sangat baik semakin tinggi
pula tingkat partisipasi politik warganegaranya.
Pengertian partisipasi politik adalah segala kegiatan atau aktivitas yang
memiliki keterkaitan dengan politik (tindakan) di mana kegiatan yang berhubungan
dengan politik tersebut di lakukan oleh warga negara yang awam (non pejabat,
pemerintah, penguasa) dengan maksud agar dapat mempengaruhi atau mengintervensi
perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan oleh pemerintah, di mana kegiatan
- kegiatan tersebut dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (terdapat
perantara), dan tidak ada hubungannya dengan keberhasilan dari upaya
mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut.
Partisipasi politik terbagi menjadi 4 jenis (menurut Milbrarth dan Goel -
1997), yaitu Apatis, Spektator, Gladiator dan Pengkritik. Penjelasan terhadap 4 jenis
partisipasi politik tersebut adalah sebagai berikut ini :
1. Apatis - Orang/individu maupun kelompok yang tidak ikut berpartisipasi
dalam proses politik, atau orang/individu maupun kelompok yang telah
menarik diri dari proses politik yang pernah di ikutinya.
2. Spektator - Orang/individu atau kelompok yang ikut dalam partisipasi politik
dalam level yang paling sederhana, misalnya memilih pemimpin dalam
Pemilu.
3. Gladiator - Orang/individu maupun kelompok yang aktif dalam segala
kegiatan atau aktivitas politik misalnya aktivis masyarakat, aktivis partai dan
sebagainya.
4. Pengkritik - Ikut berpartisipasi dalam politik, akan tetapi dengan cara non –
konvension
C. IDEOLOGY POLITIK
Ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam dunia bisnis
seperti kondisi politik, sumber alam dan cuaca di negara yang bersangkutan. Selain
itu, perlu juga diperhatikan stabilitas dan hastrat pemerintah dalam mendorong
pertumbuhan investasi, juga perkiraan geografis dan sumber alam. Banyak kekuatan
politik yang harus dihadapi bisnis, mempunyai sumber-sumber ideologi dan ada
banyak lagi sumber-sumber lainnya. Hal ini meliputi masalah nasionalisme,
terorisme, budaya, tingkat stabilitas pemerintah, hubungan dengan organisasi
internasional dan badan usaha milik negara.
KEKUATAN IDEOLOGI POLITIK
Beberapa ideologi seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme, liberal dan
konservatif, sayap kiri dan sayap kanan sering digunakan untuk menjelaskan
pemerintah, partai politik dan masyarakat.
1. Komunisme
Komunisme yang dicetuskan oleh Karl Marx adalah teori perubahan sosial
yang diarahkan kepada cita-cita masyarakat tanpa kelas. Komunis yang
dikembangkan oleh Lenin dan lain-lainnya melibatkan penguasaan kekuatan
melalui partai politik konspirasi, memelihara kekuatan dengan menekan keras
oposisi internal, dan komitmen untuk mencapai tujuan akhir sebuah negara
komunis dunia. Pengambilalihan (expropriation) . Penyitaan pemerintah atas
kekayaan di dalam batas negaranya sendiri yang dimiliki orang asing, diikuti
dengan kompensasi yang segera, memadai dan efektif yang dibayarkan kepada
pemilik sebelumnya. Penyitaan (confiscation) . Penyitaan pemerintah atas
kekayaan di dalam batas negaranya sendiri yang dimiliki orang-orang asing, tanpa
pembayaran kepada mereka.
2. Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana alat-alat produksi dan distribusi
sebagian besar dimiliki dan dioperasikan oleh swasta untuk keuntungan pribadi.
Realitas dalam negara kapitalis benar-benar sangat kompleks. Pemerintah kapitalis
biasanya mengatur usaha milik swasta dengan cukup ketat dan pemerintah
memiliki badan-badan usaha.
3. Sosialisme
Sosialisme adalah Kepemilikan oleh masyarakat secara kolektif atas alat-alat
produksi dan distribusi dasar, dioperasikan untuk digunakan ketimbang mencari
laba. Dalam pelaksanaannya, pemerintah sosialis bervariasi dan cenderung tidak
konsisten dengan doktrin. Salah satu contoh misalnya Singapura yang menurut
bentuknya negara sosialis tetapi dalam kenyataannya adalah kapitalis agresif.
4. Konservatif atau Liberal
Kita tidak akan meninggalkan pokok bahasan ideologi tanpa menyebutkan
kata-kata ini seperti yang telah digunakan di pertengahan dan akhir abab 20. Secara
politis, di Amerika Serikat kata konservatif dapat dikonotasikan seorang,
kelompok, atau partai yang ingin meminimalkan kegiatan pemerintah dan
memaksimalkan kegiatan usaha swasta dan perorangan. Konservatif dapat
diartikan sesuatu yang dianggap sebagai sayap kanan, tetapi di Amerika Serikat
dan Inggris yang terakhir ini lebih bersifat ekstrim. Konotasi konservatif berbeda-
beda tergantung aplikasinya. Kelompok masyarakat atau kelompok lainnya yang
mencoba merintangi dan bahkan menghentikan kegiatan yang dilakukan
pemerintah disebut konservatif. Sedangkan di Amerika dan Inggris kelompok
konservatif menghendaki keterlibatan pemerintah sekecil mungkin. Secara politis
pada awal abab 20 di Amerika, kata liberal berarti sebaliknya dari yang diartikan
pada abab 19. Liberal sama dengan sayap kiri, tetapi yang terakhir ini pada
umumnya cenderung menunjukkan posisi yang lebih ekstrim dan lebih dekat
kepada sosialisme dan komunisme.
D. RESIKO POLITIK DALAM BISNIS INTERNASIONAL
Dalam berbisnis sangatlah penting mempertimbangkan risiko politik dan
pengaruhnya terhadap organisasi. Hal ini patut dipertimbangkan karena perubahan
dalam suatu tindakan maupun kebijakan politik di suatu negara dapat menimbulkan
dampak besar pada sektor keuangan dan perekonomian negara tersebut. Risiko politik
umumnya berkaitan erat dengan pemerintahan serta situasi politik dan keamanan di
suatu negara.
Setiap tindakan dalam organisasi bisnis adalah politik, kecuali
organisasi charity atau sosial. Faktor-faktor tersebut menentukan kelancaran
berlangsungnya suatu bisnis. Oleh karena itu, jika situasi politik mendukung, maka
bisnis secara umum akan berjalan dengan lancar. Dari segi pasar saham, situasi politik
yang kondusif akan membuat harga saham naik. Sebaliknya, jika situasi politik tidak
menentu, maka akan menimbulkan unsur ketidakpastian dalam bisnis.
Dalam konteks ini, kinerja sistem ekonomi-politik sudah berinteraksi satu sama
lain, yang menyebabkan setiap peristiwa ekonomi-politik tidak lagi dibatasi oleh
batas-batas tertentu Sebagai contoh, IMF, atau Bank Dunia, atau bahkan para investor
asing mempertimbangkan peristiwa politik nasional dan lebih merefleksikan
kompromi-kompromi antara kekuatan politik nasional dan kekuatan-kekuatan
internasional.
Tiap pembentukan pola bisnis juga senantiasa berkait erat dengan politik.
Budaya politik merupakan serangkaian keyakinan atau sikap yang memberikan
pengaruh terhadap kebijakan dan administrasi publik di suatu negara, termasuk di
dalamnya pola yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi atau perilaku bisnis.
Terdapat politik yang dirancang untuk menjauhkan campur tangan pemerintah
dalam bidang perekonomian/bisnis. Sistemnya disebut sistem liberal dan politiknya
demokratis. Ada politik yang bersifat intervensionis secara penuh dengan dukungan
pemerintahan yang bersih. Ada pula politik yang cenderung mengarahkan agar
pemerintah terlibat/ ikut campur tangan dalam bidang ekonomi bisnis.
Indonesia lebih mengacu pada pola terakhir, yakni pemerintah terlibat atau
turut campur tangan dalam bisnis. Hal ini dapat dilihat dalam hukum maupun
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menunjang perekonomian
dan bisnis
Risiko politik atau resiko perubahan kebijakan pemerintah yang pengaruhnya
akan merugikan kemampuan perusahaan perusahaan untuk beroperasi secara efektif
dan kemampulabaannya dapat menghalangi perusahaan yang ingin berinvestasi di luar
negeri. Apabila tingkat resiko politik dirasa lebih rendah, sebuah negara
berkemungkinan lebih menarik untuk tenpat berinvestasi. Tingkat risiko politik
proporsional dengan tahap perkembangan ekonomi sebuah negara: yang lain adalah
sama, semakn kecil perkembangan di suatu negara, semakin besar risiko politiknya.
Perubahan yang cepat belakangan ini di Eropa tengah dan pembubaran Uni
Sovyet secara jelas menunjukkan risiko politik yang besar; tekanan politik secara
drastic dapat mengubah lingkungan bisnis tanpa sedikitpun peberitahuan terlebih
dahulu. Karena adanya potensi terjadi hal-hal seperti perubahan yang tiba-
tiba,pebisnis perlu diberitahukan tentang pembentukkan dan evolusi artai-partai
politik Rusia, khususnya partai-partasi yang berorientasi ultranasionalis (yaitu yang
anti-barat).meskipun beberapa perusahaan telah menyimpulkan bahwa risiko politik di
Rusia dan Commonwealth of ndependent State (CIS) terlalu tinggi untukmembearkan
jika dilakukan investasi pada saat ini, tetap dilakukan pengawasan yang seksama
untuk memperkirakan resiko yang akan terjadi guna menentukan risiko itu telah turun
ke tingkat yang dapat diterima.
Politik internasional diwarnai oleh berbagai berbagai relasi yang bersifat
globaldan kekuatan politik dunia. Dengan kata lain, pengaruh politik dunia. Dengan
kata lain,pengaruh politik dunia dapat dibedakan oleh:
1. relasi global,
2. politik trannasional, dan
3. kekuatan politik tinggi.
Kebanyakan perusahaan merasa nyaman menilai iklim politik di negaranya
sendiri. Namun , menilai iklim politik di Negara – Negara lain adalah sesuatu yang
jauh lebih bermasalah. Bisnis- bisnis internasional yang berpengalaman terjun dalam
penilian resiko politik (political risk assessment)
TABEL 3.1
JENIS DAMPAKNYA TERHADAP
PERUSAHAAN
Eksporsi (pengambil alihan milik) Kehilangan laba pada masa mendatang
Penyitaan Kehilangan asset,
Kehilangan laba pada masa mendatang
Kampanye anti-barang asing Kehilangan penjualan,
Peningkatan biaya upaya hubungan
masyarakat untuk menaikan citra publik
Peraturan tunjangan buruh wajib Peningkatan biaya operasional
Penculikan, ancaman teroris, dan bentuk –
bentuk kekerasan lainnya
Gangguan produksi
Peningkatan biaya keamanan
Peningkatan biaya manajerial
Penurunan produktivitas
Perang saudara Perusakan tanah dan bangunan
Kehilangan penjualan
Gangguan produksi
Peningkatan biaya keamanan
Penurunan produktivitas
inflasi Biaya Oprasional yang lebih tinggi
Repatriasi dana Ketidakmampuan mentransfer dana dengan
bebas
Devaluasi mata uang Pengurangan nilai pendapatan yang
direpatriasi
Kenaikan paja Penurunan laba setelah pajak
Suatu analisis sistematis tentang resiko – resiko politik yang dihadapinya di
Negara – Negara asing. Resiko politik adalah perubahan – perubahan dalam
lingkungan yang mungkin akan membawa pengaruh yang merugikan terhadap nilai
kegiatan – kegiatan bisnis suatu perusahaan. Kebanyakan risiko politik dapat dibagi
menjadi tiga katagori :
1. Risiko kepemilikan dimana harta kekayaan suatu perusahaan terancam oleh
pengambil alihan
2. Risiko pengoprasian dimana operasi suatu perusahaan yang sedang berjalan dan
atau keselamatan karyawan – karyawannya terancam oleh perubahan – perubahan
hukum, standar lingkungan, undang – undang perpajakan, pemberontakan
bersenjata, dst
3. Risiko transport dimana pemerintah melakuakan campur tangan dalam
kemampuan suatu perusahaan memindahkan dana dari ke Negara tersebut
Sebagaimana diperlihatkan Tabel 3.1 risiko politik mungkin saja berasal dari
tindakan – tidakan pemerintah, seperti dikeluarkannya undang – undang untuk
mengambil alih milik swasta menaikan biaya oprasional, melakukan devaluasi mata
uang, atau membatasi pengiriman laba ke Negara asal. Risiko politik mungkin juga
muncul dari tindakan – tindakan non pemerintah seperti penculikan, pemasaran, dan
tindakan terorisme
Risiko politik dapat menimpa semua perusahaan dengan sama rata atau hanya
difokuskan pada beberapa perusahaan tertentu. Risiko makropolitik mempengaruhi
semua perusahaan di suatu Negara; contohnya adalah perang saudara yang mencabik
cabik Sierra Lione, Zaire, Bosnia, dan Ruanda. Pada tahun 1990-an. Risiko
mikropolitik hanya menimpa suatu atau beberapa perusahaan tertentu dalam suatu
industri tertentu. Nasionalisasi arab Saudi atas industry minyaknya pada tahun 1970-
an adalah suatu contoh risiko mikropolitik yang ditimpakan pemerintah. Risiko
mikropolitik dari pihak non pemerintahan juga sesuatu yang penting.
Setiap perusahaan yang sedang mempertimbangkan untuk memasuki pasar
baru seharusnya memperoleh pengetahuan dasar tentang Negara tersebut, dengan
mempelajari, misalnya, struktur politik dan ekonominya guna mengendalikan risiko
politik perusahaan itu.
Kontrol terhadap Saham
Tekanan Politik terhadap kendali nasional dari perusahaan asing merupakan
bagian dari lingkungan bisnis global di negara-negara yang penapatannya lebih
rendah. Tujuan terpenting dari pemerintah nasional adalah untuk melindungi hak
kedaulatan nasional, khususnya dalam segala aspek kegiatan bisnis domestic.
Pemerintah setempat kadang-kadang mencoba untuk mengendalikan kepemilikan
perusahaan yang dipunyai asing yang beroperasi di dalam batas wilayah mereka. Di
negara-negara berkembang, tekanan politik kadang-kadang menyebabkan perusahaan
mengambil mtra local.
Peraturan yang mengharusnkan perusahaan untuk mencairkan sahamnya tidak
pernah disukai dalam ruang rapat direksi, sekalipun demikiaan konsekwensi dari
peraturan seperti itu seringkali secara mengherankan ternyata menguntungkan.
Terdapa empat buah plihan yang tersedia bagi perusahaan yang menghadapi ancaman
pecairan saham:
1. Mengikuti isi undang-undang yang berlaku.
2. Meningalkan negara itu
3. Melakukan negoisasi di bawah undang-undang itu
4. Mengambil tindakan yang mendahului
Studi yang dilakukan Encarnation dan Vachani mengajarkan beberapa hal penting:
1. Telitilah berbagai kemungkinan.
2. Gunakanlah undang-undang untuk mencapai tujuan anda sendiri
3. Antisipasilah perubahan kebijakan pemerintah
4. Dengarkanlah apa yang dikatakan oleh manajer setempat.
Ancaman terus menerus atas kehilanganhak milik telah menyebabkan
beberapa perusahaan yang beroperasi di negara asing lewat usaha patungan atau
aliansi strategis.alternatif ini menimbulkan asalah legalkhusus;harus ada klausul
dalam kesepakatan kerjasaa patungan atau aliansi kalau terjadi pembubaran usaha,
sama halnya dengan kepemilikan paten, merek dagang, atau teknologi yang mungkin
timbul dari usaha patungan tersebut termasuk pengalihan lisensi setelah pembubaran
hak kepemilikan intelektual itu berkembang di bawah operasi kerjasama patungan
tersebut.
Sedangkan pada pengaruh kekuatan hukum terhadap bisnis internasional yaitu:
1. Berfokus pada pajak atas laba modal yang didapat.
2. Adanya kuota (pembatasan jumlah produk yang diimpor) dan subsidi
(pembayaran pemerintah untuk membantu bisnis domestic bersaing dengan
perusahaan asing).
3. Adanya kontrak bisnis internasional yang berisi: perjanjian patungan,
perjanjian waralaba,perjanjian lisensi, perjanjian keagenan memiliki formal
dan subtansi yang hampir sama diberbagai Negara.
4. Adanya hak paten terhadap merek dagang, nama dagang, hak cipta dan
rahasia dagang kekayaan.
Peluang mengatasai dampak negatif pengaruh politik terhadap bisnis
Dalam suasana sekarang yang penuh ketidakpastian politik dan ekonomi, ada
semacam peluang untuk mengatasi hubungan antara pemerintah dan bisnis melalui
pembagian kekuasaan, strategi pembangunan menurut sektor-sektor yang sebaiknya
diurus para pengusaha swasta atau negara, dan seterusnya. Selain itu, diperlukan juga
semacam ideologi dan program tentang peranan bisnis, harapannya, dan tanggung
jawabnya pada masyarakat, tentang hak dan kewajiban yang bersangkutan dengan
penegakkan etika bisnis, tanggung jawab sosial perusahaan dan sejenisnya.
Hal ini tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Berbagai masalah yang
sedang melilit negeri ini seperti stabilitas politik, kesulitan ekonomi, peninggalan
masa lalu terhadap buruknya praktik bisnis, serta ketegangan dalam hubungan antara
pemerintah dan perusahaan swasta sangat mempengaruhi proses tersebut.
Memperbaiki pandangan umum terhadap dunia usaha sangat penting sekaligus sangat
sukar, dan menghilangkan kecurigaan rakyat terhadap kalangan bisnis membutuhkan
waktu. Tetapi semua harus dilakukan secara terencana dan terorganisir. Sebuah
harapan terwujudnya trias etika: etika pemerintahan, etika profesi, dan etika bisnis.
ICW mengambil posisi untuk bersama-sama rakyat membangun gerakan sosial
memberantas korupsi dan berupaya mengimbangi persekongkolan kekuatan birokrasi
pemerintah dan bisnis. Dengan demikian reformasi di bidang hukum, politik, ekonomi
dan sosial untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang demokratis dan
berkeadilan sosial serta berekonomi baik dapat diwujudkan.
Pada akhirnya kondisi perekonomian akan bisa tumbuh apabila pemerintah
tetap berperan sebagai partner yang menguntungkan bagi berkembangnya perilaku
bisnis yang dipengaruhi oleh kondisi politik dalam negeri. Instrumen-intrumen
investasi perlu diinovasi, birokrasi perijinan dan sektor perbankan diharapkan mampu
mendukung sektor bisnis dalam menghadapai pengaruh situasi dan kondisi politik.
Daftar Pustaka :
https://www.academia.edu/7253284/Hukum_bisnis_internasional