bimbingan guru pendidikan agama islam dalam …eprints.ums.ac.id/34327/21/02. naskah...
TRANSCRIPT
BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI
KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA
DI SMP MUHAMADIYAH 1 KARTASURA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Disusun oleh:
Darini Diva Adinda
NIM: G 000110031
NIRM: 11/X/02.2.1/0904
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI
KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA
DI SMP MUHAMADIYAH 1 KARTASURA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Disusun oleh:
Darini Diva Adinda
NIM: G 000110031
NIRM: 11/X/02.2.1/0904
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
1
BIMBINGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI
KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QURAN PADA SISWA DI SMP
MUHAMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Darini Diva adinda
G000110031
Fakultas Agama Islam
ABSTRAK
Bimbingan adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah
dan atau kembali kepada fitrah, dengan cara memberdayakan (enpowering) iman,
akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah Swt kepadanya untuk mempelajari
tuntunan Allah dan Rasul-Nya, agar fitrah yang ada pada individu itu berkembang
dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah Swt.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mendiskripsikan jenis kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an, bentuk layananan bimbingan yang dilakukan guru pendidikan
agama Islam serta faktor pendukung dan penghambat layanan bimbingan guru
pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an pada
siswa di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), karena data yang
diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh dari lapangan, yaitu di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura. Untuk memperoleh data dalam penulisan ini, penulis
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data
terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data. Metode analisis data yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dan penarikan kesimpulannya menggunakan cara berfikir
induktif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, jenis kesulitan belajar dalam membaca
Al-Qur’an diantaranya siswa belum mengenal huruf hijāiyah, siswa belum menguasai
tanda baca, isyarat baca, serta hukum-hukum tajwīd. Sedangkan bentuk layanan
bimbingan mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an tidak hanya membagi
kelompok sesuai dengan kemampuan, pengenalan huruf hijāiyah, pengenalan tanda
baca, pengenalan isyarat baca, pengenalan hukum-hukum tajwīd, tutor sebaya,
tilāwah dan tartīl . Namun peneliti menemukan layanan bimbingan baru yang belum
ada pada teori yaitu: menggunakan lagu (Ibu-Farhan feat Hadad Alwi) untuk
mengenalkan huruf hijāiyah kepada siswa. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan ada
faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya adalah guru yang
sabar, sarana dan prasarana, ekstrakurikuler, serta guru yang berkompeten. Sedangkan
faktor penghambat adalah kurang perhatian dari orang tua, beragamnya kemampuan
siswa yang berbeda-beda, terpengaruhnya oleh lingkungan di masyarakat seperti
bermain Play Station, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali
tidak bermanfaat, kurangnya kesadaran siswa itu dalam pelaksanaan kegiatan mengaji
atau kegiatan Ektrakurikuler dan sibuknya anak-anak yang gaduh dan tidak
memperhatikan ketika kegiatan bimbingan membaca Al-Qur’an yang ada di sekolah.
Kata Kunci: Bimbingan, Kesulitan Belajar, Membaca Al-Qur’an
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura sebagai
usaha untuk mendewasakan siswa
mempunyai peranan dalam membina
dan membimbing siswa agar menjadi
manusia yang beriman, bertakwa
kepada Allah SWT dan berakhlak
mulia. Melihat begitu besar peran
SMP Muhammdiyah 1 Kartasura
dalam membentuk kepribadian siswa,
maka sekolah membekali siswa
dengan membaca Al-Qur’an,
menghafal, menulis, memahami arti,
serta mampu memahami isi
kandungannya dengan baik dan benar.
Dalam usahanya tersebut ada saja
hambatan-hambatan yang datang, baik
dari dalam (internal) maupun dari luar
(eksternal), sehingga diperlukan
pemecahan.
Berdasarkan pengalaman
selama melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura, banyak
saya temukan sebagian dari siswa yang
mengalami kesulitan dalam membaca
Al-Qur’an. Sehingga, bimbingan
dirasakan sangat perlu untuk
mengatasi kesulitan dalam belajar
membaca Al-Qur’an. Bimbingan
merupakan kegiatan bantuan yang
diberikan kepada individu secara terus
menerus dalam menghadapi persoalan-
persoalan yang timbul dalam
hidupnya.
Kesulitan belajar ini jika tidak
diatasi dengan baik dan tepat dari
pihak sekolah, maka untuk mencetak
peserta didik di SMP Muhammadiyah
1 Kartasura agar menjadi manusia
yang beriman, bertakwa kepada Allah
SWT dan berakhlak mulia akan
terkendala. Oleh karena itu, diperlukan
program khusus yaitu bimbingan yang
mengatasi kesulitan belajar pendidikan
agama Islam terutama Al-Qur’an.
Dengan adanya bimbingan diharapkan
dapat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca
Al-Qur’an.
Rumusan Masalah
Masalah adalah pokok yang
hendak diteliti dan dibahas.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka masalah mendasar yang akan
dikaji adalah:
1. Jenis kesulitan belajar apa saja
yang dihadapi siswa dalam
membaca Al-Qur’an di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura?
2. Apa bentuk layanan bimbingan
yang dilakukan guru pendidikan
agama Islam dalam mengatasi
kesulitan belajar membaca Al-
Qur’an pada siswa di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura?
3. Apa faktor pendukung dan
penghambat bimbingan guru
pendidikan agama Islam dalam
mengatasi kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an pada siswa di
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan
masalah di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan:
1. Untuk mendiskripsikan jenis
kesulitan belajar apa saja yang
dihadapi siswa dalam membaca
Al-Qur’an di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura
2. Untuk mendiskripsikan bentuk
layanan bimbingan yang dilakukan
guru pendidikan agama Islam
dalam mengatasi kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an pada siswa di
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
3. Untuk mendiskripsikan faktor
pendukung dan penghambat
layanan bimbingan guru
pendidikan agama Islam dalam
mengatasi kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil
dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti
3
Sebagai acuan untuk
memperluas pemikiran dan
pengalaman penulis dalam bidang
pendidikan di masa depan
khususnya menambah wawasan
keilmuan pendidikan Al-Qur’an.
2. Bagi lembaga yang di teliti
Dapat memberi informasi
pada guru pendidikan agama Islam
tentang mengatasi kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an pada siswa di
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
3. Bagi masyarakat
Peneliti berharap agar hasil
penelitian ini digunakan sebagai
khasanah ilmu pengetahuan untuk
bahan penelitian lebih lanjut,
khususnya spesifikasi ke Al-
Qur’annya dan tentunya akan
memberikan inspirasi dan alternatif
untuk mencari cara terbaik dalam
proses pembelajaran Al-Qur’an.
Tinjauan Pustaka
Berikut ini beberapa penelitian
sebelumnya yang dapat penulis
kemukakan sebagai bahan pustaka.
1. Yusuf Rahmadi (UMS, 2014)
dalam skripsinya yang berjudul
Pengaruh Bimbingan Konseling
Terhadap Penanaman Nilai Akhlak
Siswa SMP N1 Teras Boyolali
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Menyimpulkan bahwa seluruh staf
sekolah berperan dalam upaya
penanaman nilai akhlak kepada
sekolah dan melalui upaya
pemahaman, pencegahan,
pengentasan, pemeliharaan, serta
pengembangan yang di
internalisakan dengan kegiatan
sekolah memberikan pengaruh
terciptanya kesadaran keagamaan
pada siswa dan pemahaman siswa
akan peraturan-peraturan yang ada
disekolah.
2. Muttaqin, Alfian Huda (UMS,
2014) dalam skripsinya yang
berjudul Upaya Bimbingan Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar
Membaca Al-Qur’an pada Siswa
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Takeran Magetan Tahun Pelajaran
2013/2014. Menyimpulkan bahwa
guru pendidikan agama Islam
memilih metode yang tepat,
penggunaan media yang bervariasi,
guru berusaha dengan lebih telaten
dalam memahamkan siswa, guru
memberikan pekerjaan rumah,
selalu memberikan motivasi
kepada siswanya setelah selesai
kegiatan. Faktor pendukung
diantaranya guru PAI mewajibkan
bagi siswa yang masih Iqra’ untuk
ikut taman pendidikan Al-Qur’an,
dan faktor penghambat yaitu siswa
mempunyai beragam kemampuan
yang disebabkan input lulusan
yang berbeba.
3. Wilda Fahriyah (UIN Syarif
Hidayatullah, 2011) dalam
skripsinya yang berjudul Peranan
Bimbingan dan Konseling Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar
Pendidikan Agama Islam di SMP
Muhammadiyah 35 Jakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011. Mengatakan
peranan bimbingan dan konseling
dalam mengatasi kesulitan belajar
pendidikan agama Islam di SMP
Muhammadiyah 35 Jakarta. Dari
perhitungan diperoleh rxy sebesar
0,613. Hal ini berarti bahwa
korelasi antara variabel X
(Bimbingan dan Konseling)
dengan variabel Y (mengatasi
kesulitan belajar) merupakan
korelasi positif yang signifikan.
Dengan memperhatikan besarnya
rxy yang dihasilkan yaitu 0,613
yang berada pada rentang 0,40 –
0,70 berarti terdapat korelasi
positif yang sedang atau cukup
antara variabel X (Bimbingan dan
Konseling) dan Y (mengatasi
kesulitan belajar). Maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan dan
4
konseling berperan terhadap
kesulitan belajar pendidikan agama
Islam.
Tinjauan Teoritik
Bimbingan
a. Pengertian Bimbingan
Menurut Moh. Surya dalam
Yahya, menjelaskan bahwa bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan
terus-menerus dan sistematis kepada
individu dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya agar tercapainya
mampu memahami diri (self
understanding), menerima diri,
mengarahkan diri (self direction),
merealisasikan diri (self realization)
sesuai dengan potensi dan
kemampuannya dalam mencapai
penyesuaian diri dengan lingkungan,
baik keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Menurut Crow and Crow dalam
Yahya, menjelaskan bahwa bimbingan
diartikan sebagai bantuan yang
diberikan oleh seseorang, baik pria
maupun wanita yang memiliki pribadi
yang baik dan pendidikan yang
memadai, kepada seorang individu dari
setiap usia untuk menolongnya,
mengemudikan kegiatan-kegiatan
hidupnya, membuat pilihan dan
memikul bebannya sendiri.1
Menurut Dewa Ketut Sukardi
dan Nila Kuswari, menjelaskan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang diberikan kepada
seseorang atau kelompok orang secara
terus-menerus dan sistematis oleh
pembimbing agar individu menjadi
pribadi yang mandiri.2
Berdasarkan dari definisi di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang diberikan kepada
1 Murip Yahya, Profesi Tenaga
Kependidikan (Bandung : CV Pustaka Setia,
2013), cet 1, hlm. 148-149. 2 Ketut Sukardi dan Nila Kuswari, Proses
Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta :
Rineka Cipta, 2008), hlm. 2.
seorang baik pria maupun wanita
secara terus-menerus agar menjadi
pribadi yang mandiri.
b. Tujuan Bimbingan
Menurut Sukiman dalam
Suhesti, menjelaskan bahwa
bimbingan bertujuan membantu
peserta didik agar memiliki
kompetensi mengembangkan potensi
dirinya seoptimal mungkin dan
menguasai nilai-nilai yang terkandung
dalam tugas-tugas perkembangannya.
Perkembangan potensi meliputi tiga
tahapan, yaitu: Pertama, pemahaman
dan kesadaran. Kedua, sikap dan
penerimaan. Ketiga, ketrampilan atau
tindakan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan.3
Menurut Thohirin menjelaskan
bahwa tujuan bimbingan adalah:
1) Agar klien (siswa) memperoleh
pemahaman yang lebih baik
terhadap dirinya.
2) Agar klien (siswa) dapat
mengarahkan dirinya kearah
perkembangan yang optimal.
3) Agar klien (siswa) memecahkan
sendiri masalah yang dihadapinya.
4) Agar klien (siswa) mempunyai
wawasan yang lebih tentang
dirinya.
5) Agar klien (siswa) dapat
menyesuaikan diri secara lebih
efektif baik dengan diri sendiri atau
lingkungan.4
Dari penjabaran tujuan
bimbingan yang telah dijabarkan oleh
para ahli di atas dapat diketahui bahwa
pada prinsipnya tujuan bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu atau siswa untuk
mengetahui masalah yang dihadapinya,
bantuan yang diberikan untuk
3 Suhesti, Endang Ertiati, Bagaimana
Konselor Bersikap (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), hlm. 7. 4 Thohirin, Bimbingan dan Konseling di
Sekolah dan Madrasah Berbasis Intergrasi
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.
36.
5
memecahkan masalah yang
dihadapinya dan bantuan untuk
menjaga atau memelihara situasi dan
kondisi agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak akan
menjadi sumber masalah bagi dirinya
dan orang lain.
Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat
diartikan “kesukaran siswa dalam
menerima atau menyerap pelajaran
atau informasi yang diberikan”.5
Menurut Muhibbin Syah dalam
bukunya psikologi belajar bahwa
“kesulitan belajar adalah siswa-siswi
yang berkategori diluar rata-rata
(sangat pintar dan sangat bodoh) tidak
mendapat kesempatan yang memadai
untuk berkembang sesuai dengan
kapasitasnya”.6 Sedangkan dalam
pengertian lain, kesulitan belajar
adalah “keadaan dimana siswa atau
anak didik tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya”.7
Jadi yang dimaksud dengan
kesulitan belajar adalah “suatu kondisi
proses belajar yang ditandai dengan
hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar”.
b. Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Setiap murid mempunyai bakat
yang berbeda-beda, dan bakat
mempunyai pengaruh yang besar
terhadap prestasi belajar. Murid yang
berkurang berbakat dalam suatau
pelajaran tertentu membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk menguasai suatu
bahan, dibanding murid yang berbakat
dalam mata pelajaran tersebut. Bila
ditelusuri akan terdapat sejumlah
5 Fadillah Suralaga, dkk, Psikologi
Pendidikan dalam Prespektif Islam (Jakarta : UIN
Jakarta Press, 2005), Cet 1, hlm 135. 6 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar
(Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet 1,
hlm. 165. 7 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
Psikologi Belajar (Jakarta Rineka Cipta, 1991),
Cet 1, hlm. 77.
murid yang mengalami kesulitan
dalam belajar. Ada beberapa jenis
kesulitan dalam belajar secara umum:
1) Sekelompok murid yang belum
mencapai tingkat ketuntasan akan
hampir mencapainya. Murid
tersebut mendapat kesulitan dalam
memantapkan penguasaan bagian-
bagian yang sukar dari seluruh
bahan yang harus dipelajari.
Kesulitan dapat diatasi dengan
membaca kembali materi atau
mempelajari penjelasan-penjelasan
khusus dari buku teks.
2) Sekelompok murid yang belum
dapat mencapai tingkat ketuntasan
yang diharapkan karena ada konsep
dasar yang belum dikuasai. Jenis
kesulitan yang dihadapi murid
semacam ini tidak dapat diatasi
dengan cara mengulang bahan
yang sama tapi harus dicarikan
alternaif kegiatan lain yang
berbeda yang mengarah pada
tujuan instruksional dan tujuan
yang sama. Dengan cara seperti ini
serta bantuan dari guru diharapkan
kesulitan murid dapat diatasi.
Jenis dan tingkat kesulitan yang
dialami murid, karena secara
konseptual tidak menguasai bahan
yang dipelajari secara menyeluruh,
tingkat penguasaan bahan sangat
rendah, konsep-konsep dasar tidak
dikusai, bahkan tidak hanya bagian
yang sukar tidak dipahami, mungkin
juga bagian-bagian yang sedang atau
mudah tidak dapat dikuasai dengan
baik. Untuk jenis kesulitan semacam
yang dialami murid seperti ini, perlu
bimbingan dan penanganan secara
khusus dan bersifat individual.8
Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian membaca Al-Qur’an
Menurut Manna Khalil Al-Qattan
dalam study Ilmu-ilmu Qur’an
8 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar
dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus ( Jogjakarta: Nuha Litera, 2010), hal, 15-
17.
6
menyatakan Al-Qur’an adalah kalam
atau firman yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang
membacanya merupakan suatu ibadah.
Secara etimologi kata “baca”
adalah bentuk kata benda dari kata kerja
“membaca”. Menurut Bahasa Arab
dalam kamus Al-Munawwir adalah
“Iqra’ ” yang berarti membaca.
Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, membaca diartikan “melihat
tulisan dan mengerti atau dapat
melisankan apa yang tertulis itu.”
Khusus dalam membaca Al-Qur’an
harus dibarengi dengan kemampuan
mengetahui (ilmu) tajwid dan
mengaplikasikannya dalam membaca
teks.
Membaca Al-Qur’an juga tidak
terlepas hubungannya dengan masalah
tempo ini. Ada empat tingkatan (tempo)
yang telah disepakati oleh ahli Tajwīd,
yaitu:
1) Al-Tartīl
Al-Tartīl yaitu membaca
dengan pelan dan tenang,
mengeluarkan setiap huruf dari
makhrajnya dengan memberikan
sifat-sifat yang dimilikinya, baik
asli maupun baru datang (hukum-
hukumnya) serta memperhatikan
makna (ayat).
2) Al-Hadr
Al-Hadr yaitu membaca
dengan cepat tetapi masih menjaga
hukum-hukumnya.
3) Al-Tadwīr
Al-Tadwīr yaitu bacaan
sedang tidak terlalu cepat juga
tidak terlalu pelan, tetapi
pertengahan antara keduanya.
4) Al-Tahqīq
At-Tahqīq yaitu membaca
seperti halnya tartīl lebih tenang
dan perlahan-lahan. Tempo ini
hanya boleh dipakai untuk belajar
(latihan) dan mengajar, tapi tidak
boleh dipakai pada waktu shalat
atau menjadi imam.9
b. Bentuk Layanan Bimbingan dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca
Al-Qur’an
Masalah belajar merupakan inti
dari kegiatan di sekolah. Sebab semua
usaha di sekolah diperuntukkan bagi
berhasilnya proses belajar bagi setiap
siswa yang sedang studi di sekolah
tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan
layanan-layanan bimbingan sebagai
berikut:
1) Layanan Orientasi
Adapun cara layanan orientasi
dalam membaca Al-Qur’an secara
garis besar seseorang harus
menguasai beberapa hal, yaitu:
a) Pengenalan huruf hijāiyah yang
berjumlah 28 huruf berikut
makhārijul ḥurūfnya. Hal ini
dikarenakan untuk bisa
membaca Al-Qur’an 90%
ditentukan oleh penguasaan
huruf hijaiyah dan 10% oleh
tanda baca, hukum lainnya.
b) Pengenalan tanda baca seperti
kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun,
dan lainnya. Tanda baca dalam
Al-Qur’an seperti A, I, U, E, O
dalam bahasa latin yang
berfungsi untuk
menyambungkan kata.
c) Pengenalan isyarat baca seperti
panjang, pendek, dobel
(tasydīd), dan seterusnya.
Isyarat baca panjang dan
pendek dalam Al-Qur’an
mengandung unsur irama yang
indah.
d) Pengenalan hukum-hukum
tajwīd baca dengung (idgām),
samar-samar (ikhfā), jelas
(izhār) dan lain-lainnya.
2) Layanan Penempatan
Layanan bimbingan
penempatan membantu
9 Tombak Alam, Metode Membaca dan
Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai (Jakarta : PT.
Rineke Cipta, 2012), hlm. 13.
7
menempatkan individu dalam
lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan potensi-potensinya.
Termasuk didalamnya:
a) Penempatan kedalam kelompok
belajar, misalnya saja anak yang
punya bakat dalam pelajaran Al-
Qur’an dikelompokkan kepada
anak-anak yang minat baca tulis
Al-Qur’an, agar bakatnya
tersebut berkembang dengan
baik.
b) Penempatan di dalam kelas,
misalnya saja dalam pengaturan
tepat duduk di dalam kelas, anak
yang tubuhnya pendek di
tempatkan di depan sedangkan
anak yang tubuhnya tinggi di
tempatkan di belakang. Hal ini
sangat membantu sekali dalam
proses pebelajaran di kelas.
c) Mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler, misalnya saja
anak yang kurang dalam baca
tulis Al-Qur’an di khususkan
dan diberi kegiatan
ektrakurikuler.10
3) Tutor Sebaya
Menurut Hamalik,
mengemukakan bahwa tutor sebaya
adalah bimbingan pembelajaran
dalam bentuk pemberian bimbingan,
bantuan, petunjuk, arahan, dan
motivasi agar para siswa belajar
secara efesien dan efektif. Tutor
sebaya adalah siswa yang ditunjuk
atau ditugaskan membantu teman-
temannya yang mengalami kesulitan
belajar, karena hubungan teman
umumnya lebih dekat dibandingkan
hubungan guru dengan siswa.11
Menurut Ischak dan Warji,
mengemukakan bahwa tutor sebaya
adalah kelompok siswa yang telah
tuntas terhadap bahan pelajaran
memberikan bantuan kepada siswa
10
Ibid., hlm. 14. 11
Oemar Hamalik, Strategi Belajar
Mengajar Berdasarkan CBSA (Bandung: CV. Sinar
Baru, 1991), hlm. 73.
yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran yang
dipahaminya.12
Berdasarkan dari definisi di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
tutor sebaya adalah seseorang yang
ditunjuk dan ditugaskan untuk
memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan belajar
dalam memahami materi pelajaran
yang dipahaminya.
4) Tilāwah
Makna tilāwah awalnya
adalah mengikuti (tabiʻa atau
ittabaʻa) secara langsung dengan
tanpa pemisah, yang secara khusus
berarti mengikuti kitab-kitab Allah,
baik dengan cara qirā’ah atau
menjalankan apa yang terkandung
didalamnya (ittabaʻa).13
Tilāwah adalah membaca Al-
Qur’an dengan sepenuh hati dan
sepenuh pengertian.14
Berdasarkan dari definisi di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
tilāwah adalah membaca Al-Qur’an
dengan sepenuh hati dan
menjalankan apa yang terkandung
didalamnya.
5) Tartīl
Tartīl adalah membaca Al-
Qur’an sesuai dengan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Yakni
mengeluarkan/menyebutkan huruf-
huruf Al-Qur’an sesuai dengan
12
Suryo dan Amin. 1984. Pembelajaran
Tutor Sebaya.
(http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/07/21/
pembelajaran-tutor-sebaya), diakses pada tanggal
15 Juni 2015. 13
(http://m.facebook.com/nasehat.untuk.muslimah/po
sts/755544284462803), diakses pada tanggal 16
Juni 2015. 14
(http://dedendida.blogspot.com/2011/02/tilawah-al-
quran-membaca-al-quran.html), diakses pada
tanggal 15 Juni 2015.
8
makhraj (tempat keluarnya huruf)
dan sifat-sifat huruf.15
Tartīl adalah sesuatu yang
terpadu dan tersistem secara
konsisten, yakni melepaskan kata-
kata dari mulut secara baik, teratur,
dan kosisten.16
Berdasarkan dari definisi di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
tartīl adalah membaca Al-Qur’an
sesuai dengan aturan-aturan yang
sudah ditentukan.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan Layanan Bimbingan
dalam Mengatasi Kesulitan Membaca
Al-Qur’an
Pelaksanaan layanan
bimbingan di sekolah tidak terlepas
dari adanya faktor pendukung dan
penghambat, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas hasil
pelaksanaan layanan bimbingan.
Faktor pendukung yang dapat
terselenggara dengan baik mampu
menunjang tercapainya layanan
bimbingan yang berkualitas.
Menurut Prayitno berpendapat
bahwa yang mampu menjadi
pendukung layanan bimbingan
berkualitas adalah adanya modal
personal, modal profesional, dan
modal instrumental. Keseluruhannya
menjadi modal dasar yang dapat
menjamin suksesnya pelayanan
bimbingan. Modal personal yang
dimaksud adalah berwawasan luas,
menyayangi anak, sabar dan bijaksana,
lembut dan baik hati, tekun dan teliti,
menjadi contoh, tanggap dan mampu
mengambil tindakan, memahami dan
bersikap positif terhadap pelayanan
bimbingan.
15
(http://indoking.blogspot.com/2012/08/belajar-
tartil-dan-tilawah-quran.html), diakses pada tanggal
15 Juni 2015. 16
(http://m.facebook.com/nasehat.untuk.muslimah/po
sts/755544284462803), diakses pada tanggal 16
Juni 2015.
Modal profesioanal yang
diperoleh melalui pendidikan dan
dilaksanakan sesuai dengan kaidah-
kaidah keilmuwan, teknologi, dan kode
etik secara profesional dapat diyakini
bahwa nantinya pelaksanaan
bimbingan akan berjalan lancar dan
sukses sedangkan yang menjadi modal
instrumental adalah seluruh penunjang
kegiatan, meliputi sarana dan
prasarana, seperti ruangan yang
memadai, perlengkapan bimbingan,
dan sarana pendukung lainnya.17
Menurut Dewa Ketut Sukardi
berpendapat bahwa “Pengelolaan
pelayanan bimbingan didukung oleh
adanya organisasi, personel pelaksana,
sarana dan prasarana, kerjasama, dan
pengawasan pelaksanaan bimbingan”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan
bimbingan tidak dapat terlepas dari
seluruh komponen pelayanan bimbingan
yang ada, sehingga apabila semuanya
mampu berjalan sesuai dengan prosedur
pelaksanaan sebenarnya, maka layanan
bimbingan akan berkualitas.18
Berdasarkan uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dapat
menjadi pendukung layanan bimbingan
menjadi berkualitas sebagai berikut:
1) Mempunyai modal personal, yaitu
guru pembimbing berwawasan
luas, menyayangi anak, sabar dan
bijaksana, lembut dan baik hati,
tekun dan teliti, menjadi contoh,
tanggap dan mampu mengambil
tindakan, memahami dan bersikap
positif terhadap pelayanan
bimbingan.
2) Mempunyai modal profesional,
yaitu guru pembimbing
mendapatkan pendidikan secara
formal, sesuai dengan kaiadah-
17
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan
Konseling SD (Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi,
1997), hlm. 45-46. 18
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konselig di
Sekolah (Jakarta : Rineke Cipta, 2008), hlm. 89.
9
kaidah keilmuwan, teknologi, dan
kode etik.
3) Mempunyai modal instrumental,
yaitu seluruh penunjang kegiatan,
meliputi sarana dan prasarana,
seperti ruangan yang memadai,
perlengkapan bimbingan, dan
sarana pendukung lainnya.
Apabila ditemukan faktor
penghambat, hal tersebut akan
berpengaruh dan menjadikan layanan
tidak berkualitas. Diantaranya faktor
yang dapat menghambat pelaksanaan
bimbingan sebagai berikut;
Menurut Slameto dalam
makalahnya menyebutkan faktor yang
melatarbelakangi rendahnya efektifitas
layanan bimbingan diantaranya;
bimbingan belum mampu terlaksana
seperti yang diharapkan, lemahnya
manajemen dikalangan guru
pembimbing, terdapat guru
pembimbing bekerja tanpa adanya
perencanaan yang matang, dan
program bimbingan dipakai sekedar
pajangan dan dokumen administrasi.
Menurut Tombak Alam
berpendapat bahwa faktor penghambat
layanan bimbingan disebabkan oleh;
rasa malas dalam diri siswa, tidak ada
motivasi dalam diri siswa untuk
belajar, lingkungan kurang mendukung
untuk belajar, dan kurangnya perhatian
orang tua terhadap anaknya.19
Berdasarkan uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dapat
menjadi penghambat layanan bimbingan
sebagai berikut:
1) Kurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya.
2) Lingkungan yang kurang
mendukung untuk belajar.
3) Lemahnya manajemen dikalangan
guru pembimbing.
4) Rasa malas dalam diri siswa.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
19
Tombak Alam, Metode Membaca dan
Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai ( Jakarta : PT
Rineke Cipta, 2002), hlm. 11.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research), dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian yang prosedurnya menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan yang dialami oleh subyek
penelitian yang diamati.20
Jenis penelitian
kualitatif deskriptif dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai bimbingan guru pendidikan
agama Islam dalam mengatasi kesulitan
belajar membaca Al-Qur’an pada siswa di
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis
untuk mengumpulkan data dalam peneitian
ini adalah:
Metode Observasi
Metode observasi adalah
memperhatikan sesuatu dengan
menggunakan mata atau pengamatan yang
meliputi kegiatan, pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh panca indera. Dalam menggunakan
metode observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapi dengan format atau
blangko pengamatan sebagai instrument.
Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi.21
Metode ini
digunakan untuk mengetahui secara
langsung jenis kesulitan belajar yang
dihadapi siswa dalam membaca Al-
Qur’an, proses layanan bimbingan di
lapangan, serta mengetahui faktor
pendukung dan faktor penghambat.
Metode Wawancara atau Interview
Metode wawancara/interview
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewee).22
Teknik wawancara yang
digunakan adalah teknik wawancara semi
20
Lexy Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
hlm. 3. 21
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta :
Rineka Cipta, 2010), hlm. 275. 22
Ibid., hlm. 155
10
structured,dalam hal ini mula-mula
interview menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu persatu diperdalam dalam
mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan
demikian jawaban yang diperoleh bisa
meliputi semua variable, dengan
keterangan yang lebih lengkap dan
mendalam.23
Metode wawancara dalam
penelitian ini dipakai penulis untuk
mengambil data tentang jenis kesulitan
belajar yang dihadapi siswa dalam
membaca Al-Qur’an, pelaksanaan layanan
bimbingan membaca Al-Qur’an di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura, serta faktor
pendukung dan faktor penghambat
bimbingan guru pendidikan agama Islam
dalam mengatasi kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an pada siswa di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura. Wawancara
dilakukan kepada Guru pendidikan agama
Islam, siswa serta pihak-pihak yang terkait
seperti kepala sekolah, dan guru pelajaran.
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal yang
variabelnya berupa catatan-catatan,
transkip, buku-buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,
dan sebagainya.24
Metode ini digunakan
untuk memperoleh data-data yang tidak
bisa diungkap dengan metode lainnya.
Dalam pelaksanaanya penulis melihat
melihat arsip-arsip dan catatan-catatan
yang diperlukan. Diantaranya tentang
sejarah singkat berdirinya sekolah,
inventaris sekolah, struktur organisasi,
daftar nama guru, proses layanan
bimbingan guru pendidikan agama Islam
dalam mengatasi kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an, faktor pendukung
dan faktor penghambat, serta jumlah siswa
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
Metode Analisis Data
Teknik analisis data dipakai setelah
data selesai dikumpulkan, dikerjakan dan
dimanfaatkan sedemikian rupa samapai
23
Ibid., hlm. 270 24
Ibid., 174.
berhasil menyimpulkan kebenaran yang
akan dipakai menjawab persoalan yang
digunakan dalam penelitian.
Adapun analisa yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif yaitu,
setelah semua data yang diperlukan telah
terkumpul kemudian disusun dan
diklasifikasikan, selanjutnya dianalisis
kemudian diintepretasikan dengan kata-
kata sedemikian rupa untuk
menggambarkan objek-objek penelitian
disaat penelitian dilakukan, sehingga
diambil kesimpulan secara proporsional
dan logis.
Dalam melakukan metode analisis
diatas digunakan dengan pola berfikir
induktif, yaitu metode berfikir yang
berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-
peristiwa khusus tersebut kemudian ditarik
generalisasi yang memiliki sifat umum.25
Metode ini digunakan untuk menganalisa
data yang diperoleh dari objek lapangan,
kemudian dihubungkan dengan teori yang
relevan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Sesuai dengan data yang diperoleh
di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, jenis
kesulitan belajar dalam membaca Al-
Qur’an adalah adanya siswa yang sama
sekali belum mengenal huruf hijaiyah,
serta adanya siswa yang belum menguasai
tanda baca (kasroh, pathah, dhamah, sukun
dan lainnya), isyarat baca (panjang,
pendek, dobel/tasdid), serta hukum-hukum
tajwid (dengung/idgham, samar-
samar/ikhfa’, jelas/idhar, dan lainnya).
Jenis-jenis kesulitan itulah yang
menyebabkan siswa kesulitan belajar
dalam membaca Al-Qur’an. Setelah
mengetahui kesulitan yang dialami siswa,
maka perlu adanya layanan bimbingan
dalam membaca Al-Qur’an agar kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa dapat
teratasi.26
25
Sutrisno Hadi, Metodologi Research
(Yogyakarta: Andi Affset,1 987), hlm. 42. 26
Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm.
43-45.
11
Hal ini sejalan dengan teori Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono, di
antaranya; secara konseptual tidak
menguasai bahan yang dipelajari secara
menyeluruh, tingkat penguasaan bahan
sangat rendah, konsep-konsep dasar tidak
dikusai, bahkan tidak hanya bagian yang
sukar tidak dipahami, mungkin juga
bagian-bagian yang sedang atau mudah
tidak dapat dikuasai dengan baik.27
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa adanya jenis-jenis kesulitan yang
dihadapi siswa dalam membaca Al-
Qur’an, maka guru dapat memberikan
layanan bimbingan agar kesulitan yang
dihadapi siswa dapat segera diatasi.
Bentuk Layanan Bimbingan
Membagi Kelompok Sesuai dengan
Kemampuan
Pembagian kelompok ini diawali
dengan tes membaca Al-Qur’an. Melalui
tes inilah tingkat kemampuan siswa dalam
membaca Al-Qur’an akan terlihat. Sesudah
mengetahui tingkat kemampuan siswa,
barulah pengelompokan ini bisa dilakukan
sesuai dengan tingkat kemampuanya. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah guru
dalam memberikan bimbingan dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al-
Qur’an. Sehingga kesulitan yang dialami
siswa akan lebih mudah teratasi.
Pengenalan Huruf Hijāiyah
Pengenalan huruf hijāiyah ini
dilaksanakan setiap hari senin dan selasa,
bimbingan ini dilaksanakan dari jam
13.30- 15.00 di ruang kelas yang sudah
disediakan sekolah. Pengenalan huruf
hijāiyah diberikan kepada siswa yang
sama sekali belum mengetahui huruf-huruf
hijāiyah.
Cara pengenalan huruf hijāiyah kepada
siswa dengan menggunakan lagu (Ibu-
Farhan feat Hadad Alwi). Tujuannya
adalah untuk membantu meningkatkan
kemampuan siswa khususnya bagi siswa
yang sama sekali belum bisa membaca
iqra’.
Pengenalan Tanda Baca
27
Telah dikutip pada Bab II, hlm. 19-20.
Pengenalan tanda baca ini meliputi:
kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun, dan
lainnya. Bimbingan ini dilaksanakan dari
jam 13.30- 15.00 di ruang kelas yang
sudah disediakan sekolah. Tujuan
pengenalan tanda baca ini agar siswa dapat
membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar.
Pengenalan Isyarat Baca
Pengenalan isyarat baca ini
dilaksanakan setiap jam 13.30-15.00
setelah pelajaran KBM selesai. Dalam
kegiatan ini guru memberikan contoh
membaca yang benar sesuai dengan
panjang, pendek, dan dobel/tasydīdnya
kepada siswa. Kemudian siswa menyimak
yang dibacakan oleh guru, setelah siswa
paham maka giliran siswa yang
mempraktikan maju kedepan satu persatu
secara bergantian. Tujuan pengenalan
isyarat baca ini agar siswa dapat membaca
Al-Qur’an sesuai dengan panjang, pendek,
dan dobel/ tasydīdnya.
Pengenalan Hukum-Hukum Tajwīd
Pengenalan hukum-hukum tajwīd
ini dilaksanakan setiap hari senin dan
selasa jam 13.30-15.00, semua siswa
diwajibkan untuk membawa Al-Qur’an
tujuannya untuk mempermudah guru
dalam menyampaikan atau menjelaskan
hukum-hukum bacan. Dalam pengenalan
hukum tajwīd ini guru membacakan Al-
Qur’an serta memberikan penjelasan cara
membaca dengan baik dan benar sesuai
dengan makhrajnya sedangkan siswa
menyimak.
Jika ada siswa yang ramai sendiri
dan tidak memperhatikan, maka guru
memberikan hukuman berupa menjelaskan
kembali apa yang sudah guru sampaikan.
Tujuannya agar siswa benar-benar fokus
dalam bimbingan pembelajaran tentang
pengenalan hukum-hukum bacaan. Namun
dalam pelaksanaan bimbingan ini agar
tidak terlihat jenuh dan membosankan,
sesekali guru memberikan cerita motivasi
yang sifatnya membangun semangat siswa
agar kembali fokus pada pelaksanaan
bimbingan.
Tutor Sebaya
12
Tutor sebaya ini dilaksanakan rutin
setiap pagi jam 07.00-07.30 setelah selesai
shalat dhuha di halaman sekolah. Kegiatan
tutor ini bertujuan agar siswa yang belum
bisa membaca Al-Qur’an akan sedikit
terbantu. Kegiatan ini adalah membaca
ayat-ayat pendek yang dipimpin langsung
oleh teman sebayanya dan semua siswa
diwajibkan membawa Al-Qur’an.
Agar kegiatan tutor sebaya ini
berjalan degan tertib dan lancar, maka
sebelum kegiatan dimulai guru berkeliling
untuk mengkondisikan siswa dan
mengecek siswa yang tidak membawa Al-
Qur’an. Apabila ada siswa yang tidak
membawa Al-Qur’an maka akan dapat
hukuman, dan hukumannya adalah
menjadi pemimpin tutor pada hari
berikutnya. Hukuman ini tujuannya agar
siswa tidak lupa membawa Al-Qur’an dan
agar anak mau belajar sungguh-sungguh
dalam membaca Al-Qur’an.
Tilāwah
Kegiatan tilāwah ini dilaksanakan
setiap hari rabu dan kamis jam 13.30-
15.00 di ruang kelas yang sudah
disediakan sekolah. Dalam pelaksanaan
kegiatan ini guru memberikan contoh
kepada siswa, kemudian siswa menirukan.
Selain itu Ibu Noor Indah Soumi,
S.Pd.I. juga mengatakan guru juga sering
memutarkan video ataupun mp3 murotal
dan siswa disuruh untuk melihat dan
mendengarkan sehingga siswa akan
termotivasi untuk menirukan cara
membacanya. Tujuan diadakannya
kegiatan tilāwah ini agar siswa termotivasi
dan tertarik dalam belajar membaca Al-
Qur’an.
Tartīl
Kegiatan tartīl ini dilaksanakan
setiap hari Rabu dan Kamis jam 13.30-
15.00 di ruang kelas yang sudah
disediakan sekolah. Menurut Bapak
Mukhson mengemukakan, kegiatan
membaca tartīl ini diadakan agar siswa
dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan
makhrajnya. Dalam pelaksanaan kegiatan
ini guru memberikan contoh kepada siswa,
kemudian siswa menirukan.
Bentuk layanan bimbingan dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al-
Qur’an sesuai dengan data yang telah
diperoleh di SMP Muhammadiyah 1
Kartasura, yaitu membagi kelompok
sesuai dengan kemampuan, pengenalan
huruf hijāiyah, pengenalan tanda baca,
pengenalan isyarat baca, pengenalan
hukum-hukum tajwīd , tutor sebaya,
tilāwah dan tartīl.28
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa bentuk layanan
bimbingan yang ada di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura sudah sesuai
dengan teori.29
Akan tetapi yang perlu diketahui
bahwasanya bentuk layanan bimbingan
dalam mengatasi kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an guru menggunakan
cara baru yaitu lagu (Ibu- Farhan feat
Hadad Alwi) untuk mengenalkan huruf
hijāiyah kepada siswa agar lebih mudah
diingat.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Layanan Bimbingan
Faktor Pendukung
Sesuai dengan data yang diperoleh
di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura,
faktor pendukung layanan bimbingan di
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura adalah
adanya para guru pendidikan agama Islam
dan jajaran guru yang dengan sabar dalam
mengajarkan kepada siswa. Adanya
bimbingan berkelanjutan di sekolah
terhadap siswa yang mengalami kesulitan
belajar membaca Al-Qur’an. Adanya
fasilitas seperti Iqra’, Al-Qur’an, ruang
kelas, serta monitoring sehingga
bimbingan bisa berjalan dengan baik dan
lancar. Tersedianya sarana pembelajaran
Al-Qur'an dengan adanya tilawah dan
tartil, serta guru yang berkompeten.30
Hal ini sesuai dengan teori Prayitno
dan Dewa Ketut Sukardi, dalam
pelaksanaan layanan bimbingan terdapat
faktor pendukung di antaranya;
28
Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 44-
45. 29
Telah dikutip pada Bab II, hlm. 30-33. 30
Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 54-
55.
13
mempunyai modal personal, yaitu guru
pembimbing berwawasan luas,
menyayangi anak, sabar dan bijaksana,
lembut dan baik hati, tekun dan teliti,
menjadi contoh, tanggap dan mampu
mengambil tindakan, memahami dan
bersikap positif terhadap pelayanan
bimbingan. Mempunyai modal
profesional, dan mempunyai modal
instrumental.31
Adanya faktor pendukung layanan
bimbingan di SMP Muhammadiyah 1
Kartasura diharapkan dapat membantu
guru pendidikan agama Islam dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al-
Qur’an pada siswa.
Faktor Penghambat
Sesuai dengan data yang diperoleh
di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura,
faktor penghambat layanan bimbingan di
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura adalah
kurangnya orang tua dalam membimbing
anak dan kurangnya perhatian dalam
mengawasi anaknya disebabkan kesibukan
orang tua yang menghabiskan waktunya di
luar sekolah. Di samping kurangnya
perhatian dari orang tua yang menjadi
penghambat adalah dari segi siswa itu
sendiri, beragamnya kemampuan siswa
yang berbeda-beda. Terpengaruhnya oleh
lingkungan di masyarakat.
Dalam hal ini pergaulan dengan
teman-temannya untuk melakukan hal-hal
yang negatif seperti bermain Play Station,
menonton TV yang menampilkan hiburan
yang sama sekali tidak bermanfaat.
Kurangnya kesadaran siswa-siswi itu
dalam pelaksanaan kegiatan mengaji atau
kegiatan Ektrakurikuler dan sibuknya
anak-anak yang gaduh dan tidak
memperhatikan ketika kegiatan bimbingan
membaca Al-Qur’an yang ada di
sekolah.32
Hal ini sesuai dengan teori Slameto
dan Tombak Alam, di antaranya; rasa
malas dalam diri siswa, tidak ada motivasi
dalam diri siswa untuk belajar, lingkungan
31 Telah dikutip pada Bab II, hlm. 33-35.
32 Telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 55-
56.
yang kurang mendukung untuk belajar,
dan kurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya.33
Adanya faktor pengambat layanan
bimbingan di SMP Muhammadiyah 1
Kartasura diharapkan dapat segera diatasi,
sehingga tidak ada lagi hambatan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan. Dengan
demikan layanan bimbingan dapat berjalan
dengan baik dan lancar tanpa adanya
hambatan-hambatan lagi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data
penelitian mengenai Bimbingan Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Membaca Pada Siswa di
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa: Jenis
kesulitan belajar yang dihadapi siswa
dalam membaca Al-Qur’an di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura adalah
adanya siswa yang sama sekali belum
mengenal huruf hijāiyah, serta adanya
siswa yang belum menguasai tanda baca
(kasrah, fatḥaḥ, ḍammah, sukun, dan
lainnya),isyarat baca (panjang, pendek,
dobel/tasydīd),serta hukum-hukum tajwīd
baca dengung (idgām), samar-samar
(ikhfā), jelas (izhār) dan lain-lainnya.
Jenis-jenis kesulitan itulah yang
menyebabkan siswa kesulitan belajar
dalam membaca Al-Qur’an.
Bentuk layanan bimbingan guru
pendidikan agama Islam di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al-
Qur’an pada siswa dengan adanya
membagi kelompok sesuai dengan
kemampuan belajar, pengenalan huruf
hijāiyah, pengenalan tanda baca,
pengenalan isyarat baca, pengenalan
hukum tajwīd, tutor sebaya, tilāwah dan
tartīl. Dengan adanya kegiatan layanan
bimbingan ini diharapkan kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an pada siswa dapat
teratasi secara maksimal.
33
Telah dikutip pada Bab II, hlm. 35-36.
14
Dalam pelaksanaan layanan
bimbingan ada faktor pendukung dan
penghambat. Faktor pendukung
diantaranya adalah adanya para guru
Pendidikan Agama Islam dan jajaran guru
yang dengan sabar dalam mengajarkan
kepada siswa dengan adanya bimbingan
berkelanjutan di sekolah terhadap siswa
yang mengalami kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an, adanya fasilitas
seperti Iqra’, Al-Qur’an serta monitoring
sehingga bimbingan bisa berjalan dengan
baik dan lancar, serta tersedianya sarana
pembelajaran Al-Qur'an dan dengan
adanya ekstrakurikuler tilāwah dan
tartīl,serta guru yang berkompeten.
Sedangkan faktor penghambat
adalah kurangnya orang tua dalam
membimbing anak dan kurangnya
perhatian dalam mengawasi anaknya
disebabkan kesibukan orang tua yang
menghabiskan waktunya di luar sekolah.
Di samping kurangnya perhatian dari
orang tua yang menjadi penghambat
adalah dari segi siswa itu sendiri,
beragamnya kemampuan siswa yang
berbeda-beda, terpengaruhnya oleh
lingkungan di masyarakat. Dalam hal ini
pergaulan dengan teman-temannya untuk
melakukan hal-hal yang negatif seperti
bermain Play Station, menonton TV yang
menampilkan hiburan yang sama sekali
tidak bermanfaat, kurangnya kesadaran
siswa-siswi itu dalam pelaksanaan
kegiatan mengaji atau kegiatan
Ektrakurikuler BTA dan sibuknya anak-
anak yang gaduh dan tidak memperhatikan
ketika kegiatan membaca Al-Qur’an yang
ada di sekolah.
Saran-saran
Kepada Kepala Sekolah
Diharapkan kepala sekolah SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura agar terus
memantau kegiatsan guru dan siswa dalam
proses bimbingan membaca Al-Qur’an.
Kepada guru atau pembimbing
Diharapkan guru atau pembimbing
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura agar
meningkatkan kualitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an sehingga membaca
Al-Qur’an menjadi kegiatan yang digemari
oleh siswa.
Kepada Siswa
Diharapkan siswa SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura agar lebih
rajin dan bersemangat lagi dalam berlatih
membaca Al-Qur’an agar kelak menjadi
generasi muda Islam yang baik.
Kepada Orang Tua
Diharapkan orang tua siswa untuk
lebih memperhatikan untuk dapat
mengajarkan dan memberi semangat anak-
anaknya untuk berlatih membaca Al-
Qur’an dan memberi tauladan yang baik,
serta mengecek kemampuan anak dalam
membaca Al-Qur’an di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
(http://dedendida.blogspot.com/2011/02/til
awah-al-quran-membaca-al-
quran.html), diakses pada tanggal
15 Juni 2015. (http://m.facebook.com/nasehat.untuk.mus
limah/posts/75554428446280),
diakses pada tanggal 16 Juni 2015. Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo.
1991. Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineke Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunur Rahim, Faqih. 2001. Bimbingan
dan Konseling dalam Islam.
Yogyakarta: Ullpress.
Aunur Rahim, Faqih. 2004. Bimbingan
dan Konseling dalam Islam.
Yogyakarta: Ullpress.
Departemen Agama RI. 2012. Alhidayah
Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid
Kode Angka. Bandung: CV. Sinar
Baru.
Hadi, Sutrisna. 1987. Metodologi
Research. Yogyakarta: Andi Affset.
Hamalik, Oemar. 1991. Strategi Belajar
Mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung: CV. Sinar Baru.
15
http://indoking.blogspot.com/2012/08/bela
jar-tartil-dan-tilawah-quran.html),
diakses pada tanggal 15 Juni 2015. Kasiram. 1999. Kapita Selekta Pendidikan.
IAIN: Biro Ilmiyah.
Ketut Sukardi, Dewa. 2008. Pengantar
Pelaksanaan Program Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Jakarta:
Rineke Cipta.
Marsudi, Saring dkk. 2003. Layanan
Bimbingan Konseling di Sekolah.
Surakarta : Muhammadiyah
University Press UMS.
Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mu’awaniyah, Elfi dan Hidayah, Rifa.
2009. Bimbingan Konseling Islami
di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Bimbingan Terhadap
Kesulitan Belajar Khusus.
Jogjakarta: Nuha Litera.
Nata, Abbudin. 1997. Akhlak Tasawuf.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan
Islam, Pendekatan Historis,Teoritis
dan Praktis. Jakarta: Ciputat Perss.
Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan
Konseling SD. Jakarta: Ikrar
Mandiri Abadi.
Suhesti, Endang Ertiati. 2012. Bagaimana
Konselor Bersikap. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sukardi, Ketut dan Kuswari, Nila. 2008.
Proses Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Jakarta: Rineke Cipta.
Surulaga, Fadillah dkk. 2005. Psikologi
Pendidikan dalam Prespektif
Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Suryo dan Amin. 1984. Pembelajaran
Tutor Sebaya.
(http://bagawanabiyasa.wordpress.
com/2013/07/21/pembelajaran-
tutor-sebaya), diakses pada tanggal
15 Juni 2015.
Syah, Muhibbin. 1991. Psikologi Belajar.
Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan
dalam Prespektif Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling
di Sekolah dan Madrasah (berbasis
Intelegensi). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Tombak, Alam. 2002. Metode Membaca
dan Menulis Al-Qur’an 5 Kali
Pandai. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Yahya, Murip. 2013. Profesi Tenaga
Kependidikan. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Zuhairini. 1994. Sejarah Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Aksara.