upaya guru pendidikan agama islam dalam

26
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA I. LATAR BELAKANG MASALAH Istilah pubertas maupun adolescensia sering di maknai dengan masa remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung ( dependence ) terhadap orang tua kearah kemandirian (i ndependence ), minat-minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Sedangkan menurut Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni berlangsung 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang . Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya dan yang telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman sebagaimana sewaktu kecil . Dia juga di tuntut mampu mengendalikan tingkah lakunya karena dia bukan lagi tanggung jawab orang tua atau guru.

Upload: jihan-alive

Post on 22-Jun-2015

14.849 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAMMENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Istilah pubertas maupun adolescensia sering di maknai dengan masa

remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung ( dependence ) terhadap

orang tua kearah kemandirian (i ndependence ), minat-minat seksual,

perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.

Sedangkan menurut Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa

peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni berlangsung 11-13

tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang .

Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya

dan yang telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas

perkembangan yang harus dilakukukan remaja adalah mempelajari apa yang

diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan

harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman

sebagaimana sewaktu kecil . Dia juga di tuntut mampu mengendalikan

tingkah lakunya karena dia bukan lagi tanggung jawab orang tua atau guru.

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun

1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The

Developmental of model of moral Think and choice in the years 10 to 16.

menyebutkan bahwa tahap-tahap perkembangan moral pada individu dapat

di bagi sebagai berikut:

1. Tingkat Prakonvensional

Page 2: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi, hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).

2.[1.] Tingkat Konvensional Pada tingkat ini, anak hanya menurut harapan keluarga, kelompok atau

bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri,

tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata.

3. Tingkat Pasca-konvensional

Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan

prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari

otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan

terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut.

Piaget menyebutkan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap

pelaksanan formal dalam kemampuan kognitif. Dia mampu

mempertimbangkan segala kemungkinan untuk mengatasi suatu masalah

dari beberapa sudut pandang dan berani mempertanggung jawabkan.

Sehingga kohlberg juga berpendapat bahwa perkembangan moral

ketiga, moralitas pasca-konvensional harus di capai selama masa remaja.

Sejumlah prinsip di terimanya melalui dua tahap; pertama menyakini bahwa

dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga memungkinkan

dilakukan perbaikan dan perubahan standar moral bila menguntungkan

semua anggota kelompok; kedua menyesuaikan diri dengan standar sosial

dan ideal untuk menjahui hukuman sosial terhadap dirinya sendiri, sehingga

Page 3: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar keinginan pribadi, tatapi

mernghormati orang lain.

Akan tetapi pada kenyataan banyak di temukan remaja yang belum

bisa mencapai tahap pasca-konvensional , dan juga pernah di temukan

remaja yang baru mencapai tahap prakonvensional .

Fenomena tersebut banyak di jumpai pada remaja yang pada

umumnya mereka masih duduk di bangku SMA/SMK, seperti:

1.       Berperangi tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah

2.       Suka berhura-hura dan bergerombol.

3.           Mentaati peraturan sekolah, karena takut pada hukuman.

4. Dan tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar remaja yang

tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat menjadi

permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.

Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka berbuat

kekerasan sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang

memalukan tersebut terjadi, banyak yang menjawab bahwa mereka tidak

sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan ikut berkelahi.

Fenomena di atas menggambarkan bahwa upaya remaja untuk

mencapai moralitas dewasa; mengganti konsep moral khusus dengan

konsep moral umum , merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke

dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan mengendalikan

tingkah laku sendiri, merupakan upaya yang tidak mudah bagi mayoritas

remaja.

Page 4: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

Menurut Rice (1999), masa remaja adalah masa peralihan, ketika

individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal

penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal

tersebut adalah, pertama hal yang bersifat eksternal , yaitu adanya

perubahan lingkungan. Pada saat ini, masyarakat dunia sedang mengalami

banyak perubahan begitu cepat yang membawa berabagai dampak, baik

positif maupun negatif bagi remaja. Dan kedua adalah hal yang bersifat

internal , yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat relatif lebih

bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and

stress period).

Agar remaja yang sedang mengalami perubahan cepat dalam

tubuhnya itu mampu menyesuaikan diri dengan keadaan perubahan

tersebut, maka berbagai usaha baik dari pihak orang tua, guru maupun

orang dewasa lainnya, amat diperlukan.

Salah satu peran guru adalah sebagai pembimbing dalam tugasnya

yaitu mendidik, guru harus membantu murid-muridnya agar mencapai

kedewasaan secara optimal. Artinya kedewasaan yang sempurna (sesuai

dengan kodrat yang di punyai murid) Dalam peranan ini guru harus

memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid antara lain kematangan,

kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya agar mereka

(murid) dapat mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang

optimal.

Page 5: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

Untuk itu di samping orang tua guru di sekolah juga mempunyai

peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya,

keterbukaan hati guru dalam membantu kesulitan remaja, akan menjadikan

remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.

Usaha yang terpenting guru adalah memberikan peranan pada akal

dalam memahami dan menerima kebenaran agama termasuk mencoba

memahami hikmah dan fungsi ajaran agama.

Guru agama yang bijaksana dan mengerti perkembangan perasaan

remaja yang tidak menentu, dapat menggugahnya kepada petunjuk agama

tentang pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang sedang memasuki

masa baligh (puber). Salah satu ketentuan, misalnya dengan memberikan

pengertian tentang berbagai ibadah yang dulu telah dilakukan remaja,

seperti sholat, puasa dan sebagainya, sekarang diberikan hikmah dan makna

psikologis bagi ibadahya tersebut, misalnya makna sholat bagi kesehatan

mentalnya. Ia dapat mengungkapkan perasaan yang galau kepada Allah dan

ia dapat berdo’a memohon ampun atas kekeliuannya, ia boleh minta dan

mengajukan berbagai harapan dan keinginan kepada Allah yang Maha

Mengerti dan Maha Penyayang kepada hamban-Nya.

Dengan pemahaman baru tentang makna dan hikmah ajaran agama

bagi kesehatan mental, dan kepentingan hidup pada umumnya, remaja akan

mampu mengatasi kesulitannya, dan mampu mengendalikan diri.

Dengan kemampuan pengendalian diri ( self control ) yang baik, remaja

di harapkan mampu mengendalikan dan menahan tingkah laku yang bersifat

Page 6: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu mengendalikan serta

menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang

berlaku. Remaja juga di harapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat negatif

yang di timbulkan pada masa stroom and stress period .

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13:

(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini).Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk .

Berangkat dari kerangka di atas maka peneliti mengambil judul:

“ UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN

SELF CONTROL REMAJA

II.           FOKUS PENELITIAN Penelitian ini difokuskan pada Upaya Guru PAI dalam meningkatkan

Self Control siswa yang meliputi tujuan, kegiatan agama dan keagamaan

yang dilakukan dalam meningkatkan self control hasil yang di capai , serta

faktor pendukung dan penghambat.

III.       RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pembelajaran Guru PAI di SMK

Page 7: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

2. Bagaimanakah Upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatkan Self

Control siswa di SMK

3. Hasil apa yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di

SMK?

4. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap Peningkatan Self

Control siswa di SMK

IV.     TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka Tujuan Penelitian yang ingin di capai adalah:

1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pembelajaran Guru PAI di SMK

2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru PAI dalam

meningkatkan self control siswa di SMK

3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil yang di capai dalam

meningkatkan self control siswa di SMK

4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan

penghambat terhadap peningkatan self control siswa di SMK

V.         MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis Penelitian ini di harapkan dapat menunjukkan bahwa pendidikan agama dan

keagamaan yang di lakukan oleh Guru PAI di SMK dapat membentuk self

control siswa.

2. Praktis

Page 8: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan

lebih lanjut bagi SMK mengenai peranan Guru PAI dalam membantu siswa

siswa membentuk self control yang baik.

VI.     LANDASAN TEORI DAN/ ATAU TELAAH PUSTAKA

Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu:

                    Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah

laku sendiri; kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri;

kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah

laku impulsif .

                    Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan

kontrol personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:

1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu

kemampuan mengatur pelaksanaan ( regulated administration ) dan

kemampuan memodifikasi stimulus ( stimulus modifiability )

2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu

memperoleh informasi ( information gain ) dan melakukan penilaian

( appraisal ).

3.     Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil

atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau

disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik

dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri

individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

Page 9: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

                    Untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:

a.         Kemampuan mengontrol perilaku

b.         Kemampuan mengontrol stimulus

c.           Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian

d.         Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.

e.         Kemampuan mengambil keputusan.

                    Pendidikan agama Islam hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak,

sehingga agama Islam itu, benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang

akan menjadi pengendali ( controling ) dalam hidupnya di kemudian hari.

Untuk tujuan pembinaan pribadi itu, maka pendidikan agama hendaknya

diberikan oleh guru yang benar-benar tercermin agama itu dalam sikap,

tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi

persoalan dan dalam keseluruhan pribadinya. Atau dengan singkat dapat

dikatakan bahwa Pendidikan Agama akan sukses, apabila ajaran agama itu

hidup dan tercermin dalam pribadi guru.

                    Tiga langkah orang dewasa dalam membangun kontrol diri pada anak, yaitu:

1.   langkah pertama adalah memperbaiki perilaku anda, sehingga dapat

memberi contoh control diri yang baik bagi anak dan menunjukkan bahwa

hal tersebut merupakan prioritas.

2. langkah kedua adalah membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal

sehingga dapat menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.

Page 10: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

3.         langkah ketiga mengajarkan cara membantu anak menggunakan kontrol diri

ketika menghadapi godaan dan stres, mengajarkan untuk berfikir sebelum

bertindak sehingga mereka akan memilih sesuatu yang aman dan baik.

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini terkait dengan tela’ah

pustaka terdahulu yang berusaha mengupas pembahasan tentang:

1.     Mukh. Nur Sikin, tahun 2002, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam

meningkatkan nilai-nilai Islam di SMU Negeri 5 Yogyakart. Menghasilkan

temuan tentang nilai-nilai agama Islam di Sekolah, meliputi sholat dhuha,

sholat jama’ah dan membaca Al-qur’an melalui kegiatan ekstra kulikuler

keagamaan.

2.           Sriyati, tahun 2004, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam pembinaan Akhlak

Siswa di SMK. Menghasilkan temuan tentang pentingnya peranan guru PAI di

SMK dalam menangani perilaku jelek siswa melalui pembelajaran PAI.

3.   Dewi Ima Maghfiroh 2004, yang berjudul: Pengaruh Pembelajaran PAI

terhadap ketaatan beribadah siswi tingkat III di, menghasilkan temuan

tentang:

1)         Pembelajaran PAI di SMK pada kategori sedang

2)   Ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMK pada kategori sedang.

3)     Ada pengaruh yang signifikan anatara pembelajaran PAI dengan ketaatan

beribadah siswi tingkat III SMK. Karena pembelajaran PAI selain berdasakan

kurikulum yang di tetapkan juga berdasarkan kegiatan-kegiatan keagamaan

yang bersifat non kurikulum.

Page 11: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

4.       M. Nur Ghufron, tahun 2003, yang berjudul: Hubungan Kontrol diri, persepsi

remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi

akademik. Menghasilkan temuan tentang:

1)       Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik.

2)       Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan

disiplinotoriter orang tua dengan prokrastinasi akademik

3) Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin

demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik.

4)     Ada hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin

permisif orang tua dengan prokrastinasi akademik.

Berdasarkan judul skripsi yang mereka angkat, maka penulis akan

mengadakan penelitian, sehingga sampai saat ini gagasan penelitian muncul

dan belum ditemukan penelitian yang membahas tentang: Upaya Guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan self control siswa di SMK, hal

ini sebagai bentuk betapa urgennya self control bagi anak SMK.

VII.   METODOLOGI PENELITIAN

1.       Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan

kualitatif, yang memiliki karakteristik alami ( natural setting ) sebagai sumber

data lansung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis

dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan

makna merupakan hal yang esensial.

Page 12: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan

pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory,

interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan kelas.

Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus

( case study) , yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari

secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi

lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.

2.           Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan

berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan

skenarionya.

Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain

adalah sebagai penunjang.

3.           Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMK karena di dasarkan pada beberapa

pertimbangan:

                SMK adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki konotasi keagamaan

yang tidak begitu baik menurut pandangan masyarakat. Ternyata memiliki

suatu kegiatan keagamaan yang begitu unik, sehingga Guru Pendidikan

Agama Islam di SMK sangat berperan dalam memantau penyimpangan

perilaku para siswa.

Page 13: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

                Adanya Imam-Imam setiap Kelas yang bertujuan untuk mendisplinkan

berjalannya kegiatan sholat jama’ah Dluhur dan kursus membaca Al-Qur’an.

                Keberhasilan pendidikan agama Islam tidak hanya dilihat dari keaktifan

siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas dan keaktifan mengikuti ekstra

keagamaan, tapi harus dilihat juga dari meningkatnya pengendalian diri

pada siswa dalam kehidupan sehari-hari.

4.           Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya.

Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata

dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto

dan catatan tertulis adalah sumber data tambahan.

5.           Prosedur Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara,

observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di

mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek

melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena

tersebut berlansung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan

dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).

                Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud

digunakannya wawancara anatara lain adalah (a) mengkonstruksi mengenai

orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

Page 14: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

kepedulian dan lain-lain, (b) mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan

demikian yang dialami masa lalu.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah

wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga

data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara

maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu

pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.

Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari: 1). Kepala Sekolah

SMK; 2). Guru Bimbingan dan Penyuluhan SMK; 3). Guru PAI SMK; dan 4).

Seluruh Imam Kelas SMK

                Teknik Observasi , dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan

menurut tiga cara . Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan

atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang

atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan

dalam penelitian ini digunakan tehnik observasi yang pertama di mana

pengamat bertindak sebagai partisipan.

                Tehnik Dokumentasi , digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non

insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.

“Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan

oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan

adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting . Sedangkan “Dokumen”

digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak

Page 15: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku

harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.

6.           Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah

pengelolahan dan analisa data. Yang di maksud dengan analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting

dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh dirinya sendiri atau orang lain.

Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif,

maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan model

spradley , yaitu tehnik analisa data yang di sesuaikan dengan tahapan dalam

penelitian, yaitu:

1.     Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour

question , yakni pertama dengan memilih situasi sosial ( place, actor, activity ),

2.     Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan

seseorang informan “ key informant ” yang merupakan informan yang

berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti

untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara

kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu

perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan

Page 16: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara.

Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan

analisis domain.

3.         Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa

data dilakukan dengan analisis taksonomi.

4.         Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya

peneliti mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis

komponensial.

5. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan

tema-tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti

menuliskan laporan penelitian kualitatif. [25]

7.           Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi dari

konsep kesahihan ( validitas ) dan keandalan ( reliabilitas ). Derajat

kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan pengecekkan

dengan tehnik pengamatan yang tekun, dan tri a ngulasi .

Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau

isu yang sedang dicari.

8.           Tahapan-tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan

tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian.

Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra lapangan, yang

Page 17: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,

mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan

memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan

menyangkut persoalan etika penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang

meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan

dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang

meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan

hasil laporan penelitian.

VIII.       SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Di dalam penulisan skripsi ini diawali dengan halaman formalitas, yang

terdiri dari: halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan,

halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.

Dalam pembahasan skripsi penulis membagi dalam bagian-bagian,

tiap bagian terdiri bab-bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang

saling berhubungan dalam kerangka satu kesatuan yang logis dan

sistematis.

Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan.

Membahas tentang: Latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan

masalah, tujuan, manfaat dan metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab II. Landasan Teori dan/atau Telaah Pustaka.

Page 18: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

Membahas tentang: Guru Pendidikan Agama Islam dan self control remaja

yang terdiri dari pengertian dan tujuan.

Bab III. Temuan Penelitian.

Membahas tentang: Gambaran umum SMK yang berisi tentang sejarah

singkat, letak geografis, visi, m isi dan tujuan serta sarana dan prasarana.

Dan tentang deskripsi data meliputi bentuk pembelajaran guru PAI di SMK,

Upaya Guru PAI di SMK, serta hasil yang di capai dan faktor-faktor

pendukung dan penghambat.

Bab IV. Laporan hasil penelitian.

Membahas tentang: Analisa bentuk pembelajaran Guru PAI di SMK, analisa

Upaya Guru PAI di SMK, serta analisa hasil yang di capai dan faktor-faktor

pendukung dan penghambat.

Bab V. Penutup.

Membahas tentang: Kesimpulan dan saran. Dan setelah lima bab, kemudian

diikuti dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar riwayat hidup.

IX.             DAFTAR ISI SEMENTARA Bagian Awal

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK

Page 19: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (kalau ada)

DAFTAR GAMBAR (kalau ada)

DAFTAR LAMPIRAN

PEDOMAN TRANSLITERASI

Bagian Inti

BAB I : PENDAHULUAN B.     Latar Belakang Masalah

C.     Fokus Penelitian

D.     Rumusan Masalah

E.     Tujuan Penelitian

F.       Manfaat Penelitian

G.     Metode Penelitian

1.       Pendekatan dan Jenis Penelitian

2.       Kehadiran Peneliti

3.       Lokasi Penelitian

4.       Sumber Data

5.       Prosedur Pengumpulan Data

6.       Analisis Data

7.       Pengecekan Keabsahan Temuan

8.       Tahapan-tahapan Penelitian

H.     Sistematika Pembahasan

Page 20: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

BAB II: LANDASAN TEORITIK DAN ATAU TELAAH PUSTAKA

A.     Guru dan Pendidikan Agama Islam

1.   Pengertian

2.   Kurikulum Pendidikan Agama Islam

3.   Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam

a.   Cara Melaksanakan Pelajaran

b.   Metode Pembinaan rasa beragama

4.   Penilaian Pendidikan Agama Islam

B.     Self Control dan Remaja

1.   Pengertian

2.   Jenis dan Aspek Self Control

3.   Manfaat self control bagi remaja

4.   Langkah-langkah dalam membangun self control remaja

BAB III: TEMUAN PENELITIAN

A.     Gambaran Umum SMK

1.       Sejarah Singkat SMK

2.       Letak Geografis SMK

3.       Visi, Misi dan Tujuan SMK

4.       Sarana dan Prasarana SMK

B.     Deskripsi Data.

1.       Pembelajaran Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.

Page 21: Upaya guru pendidikan agama islam dalam

2.       Upaya Guru PAI dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2

Ponorogo.

3.       Hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2

Ponorogo

4.       Faktor Pendukung dan Penghambat dalam meningkatkan self control siswa

di SMK PGRI 2 Ponorogo.

BAB IV : PEMBAHASAN

1.   Analisa pembelajaran Guru PAI di SMK.

2.   Analisa upaya Guru PAI dalam Meningkatkan self Control siswa di SMK.

3.   Analisa hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK.

4.   Analisa faktor Pendukung dan Penghambat dalam meningkatkan self control

siswa di SMK

BAB V : PENUTUP

A.   Kesimpulan.

B.   Saran