peran guru pendidikan agama islam dalam …
TRANSCRIPT
i
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENANAMKAN NILAI-NILAI AJARAN ISLAM
KELAS X IPA SMAN 9 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
WAHYUNI
105191109016
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/ 2020 M
ii
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENANAMKAN NILAI-NILAI AJARAN ISLAM
KELAS X IPA SMAN 9 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
WAHYUNI
105191109016
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/ 2020 M
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wahyuni
Nim : 105191109016
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Kelas : C
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan Skripsi,
Penulis menyusun sendiri Skripsi ini (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Penulis tidak melakukan penjiplakan dalam menyusun Skripsi ini.
3. Apabila Penulis melanggar pada butir 1, 2 dan 3 maka bersedia untuk
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian
ini Penulis buat dengan penuh kesadaran.
20 Rabiul Akhir 1442 H
Makassar, ------------------------------
5 Desember 2020 M
Penulis
vi
ABSTRAK
WAHYUNI 105 191 109 016 Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Nilai-nilai Ajaran Islam Kelas X IPA SMAN 9 Makassar. Di
bimbing oleh H, Mawardi Pewangi, dan M. Amin Umar.
Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui peran guru Pendidikan
Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X
IPA SMAN 9 Makassar (2) untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi guru
Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik
Kelas X IPA SMAN 9 Makassar (3) untuk mengetahui hambatan guru pendidikan
agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik kelas X
IPA SMAN 9 Makassar
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sumber
data dalam penelitian adalah Kepala Sekolah, dan guru pendidikan agama Islam.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi, pedoman
wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian ditemukan bahwa (1)peran guru Pendidikan Agama Islam
dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik kelas X IPA SMAN 9
Makassar, menanamkan nilai-nilai ajaran Islam secara subtansial dan universal
sehingga tercapai tujuan utama sebagai guru pendidikan agama Islam di sekolah.
(2)faktor yang mempengaruhi guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan
nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9 Makassar, yaitu:
faktor pendidikan, faktor pergaulan, faktor keluarga. (3)hambatan guru pendidikan
agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik kelas X
IPA SMAN 9 Makassar yaitu: a)kurikulum yang luas cakupannya, b)adanya
pengulangan pada materi, c)minimnya media pembelajaran khususnya alat peraga
serta terbatasnya waktu yang disiapkan.
Kata Kunci: Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Menanamkan Nilai-Nilai
vii
KATA PENGANTAR
حيم ن ٱلره ح م ٱلره بسم ٱلله
Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT.
Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini dan seluruh isi alam
semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, baik itu secara jasmani
maupun rohani. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya pula, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurah kepada
pimpinan Islam yang telah membawa sinar kecemerlangan Islam yaitu Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
membimbing umat kearah jalan yang benar.
Dengan demikian penulis ungkapkan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada.
1. Kedua orang tua tercinta, Abdul Latif dan Hikmawati, yang selalu
memberikan cinta dan kasih sayang, dorongan semangat dan motivasinya,
setiap waktu bersujud dan berdoa demi kelancaran penulisan skripsi ini
hingga tercapainya cita-cita penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
terselesainya skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
4. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I dan Bapak M. Amin Umar, S.Ag,
M.Pd.I pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
membimbing serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat
tersusun.
6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7. Bapak Drs Supardin, M.Pd kepala sekolah SMAN 9 Makassar, yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Bapak/Ibu guru SMA N 9 Makassar
9. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-
mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Terutama bagi diri pribadi penulis.
Aamiin.
Makassar, 2 Rabiul Al-Awal 1442 H
19 September 2020 M
Wahyuni
105191109016
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .....................................................................................i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ...............................................................iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................vi
ABSTRAK .........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS .....................................................................6
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ....................................................6
B. Menanamkan Nilai-nilai Ajaran Islam ...................................................15
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Ajaran Islam .........................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................27
A. Jenis Penelitian .......................................................................................27
B. Lokasi dan Objek Penelitian ..................................................................27
C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus Penelitian .................................28
D. Sumber Data ...........................................................................................29
E. Instrumen Penelitian ...............................................................................30
F. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................30
G. Teknik Analisis Data ..............................................................................31
x
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................34
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................34
1. Sejarah Berdirinya SMAN 9 Makassar .............................................34
2. Visi Misi dan Tujuan Sekolah ...........................................................35
3. Identitas Sekolah ...............................................................................37
4. Keaadaan Guru ..................................................................................38
5. Keadaan Peserta didik .......................................................................43
6. Sarana Dan Prasarana Sekolah ..........................................................45
B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan
Nilai-nilai Ajaran Islam Kelas X IPA SMAN 9 Makassar…………….47
C. Faktor yang mempengaruhi guru Pendidikan Agama Islam
dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik
Kelas X IPA SMAN 9 Makassar ……………………………………..50
D. Hambatan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan
nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA
SMA N 9 Makassar …………………………………………………….53
BAB V PENUTUP……………………………………………………………..58
A. Kesimpulan……………………………………………………………..58
B. Saran……………………………………………………………………59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................60
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keadaan Personil Sekolah Guru....................................................... ….38
Tabel 2 Keadaan Personil Tenaga Kependidikan…………………………........42
Tabel 3 Jumlah Peserta Didik ............................................................................44
Tabel 4 Kegiatan Ekstrakurikuler ......................................................................44
Tabel 5 Pengembangan Diri Mata Pelajaran ......................................................45
Tabel 6 Ruang belajar Laboratorium dan Perpustakaan ....................................45
Tabel 7 Ruang Kepala Sekolah Wakasek, Guru, BK dan TU ...........................46
Tabel 8 Ruang Sekretariat Kegiatan Ekstrakurikuler .........................................46
Tabel 9 Sarana Olahraga dan Ibadah .................................................................47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peran penting untuk membentuk kehidupan sosial
yang sejahtera, sehingga dengan pendidikan diharapkan setiap individu
mempunyai bekal dalam kehidupan bermasyarakat yang menjunjung tinggi
norma-norma sosial yang berlaku, sehingga setiap warganya nanti akan hidup
dengan damai tanpa adanya konflik kekerasan, karena negara Indonesia adalah
negara yang patuh dan taat akan hukum, dengan pendidikan setiap individu akan
mendapat pemahaman mengenai kultur yang berkembang dalam masyarakat.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab 1 Pasal 1 ayat 1dijelaskan bahwa pendidikan adalah:
“Satu upaya dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”1
Seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang diatas, setiap peserta
didik harus diberikan bekal pendidikan yang baik dan supaya peserta didik bisa
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Serta diberikan pendidikan
keagamaan dan diberikan contoh untuk saling menghargai, menghormati
perbedaan antar umat beragama, dan yang mempunyai peran dalam memberikan
pendidikan keagamaan disini tidak hanya pihak sekolah saja akan tetapi orang tua
harus ikut
1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 , hal.146
2
berperan serta dalam penanaman pendidikan keagamaan sejak dini kepada anak,
karena dengan pendidikan keagamaan akan membentuk moral dalam diri anak.
Guru adalah salah satu diantara faktor pendidikan yang memiliki peranan
paling strategis, sebab guru sebetulnya “pemain” yang paling menentukan
didalam terjadinya proses belajar mengajar2
Menurut Undang_Undang No 14 tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 tentang
guru dan dosen.
”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”3
Undang-undang yang dijelaskan diatas guru memegang peran penting
terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Kita sadari bahwa agama dapat menjadi sumber moral dan etika. Konflik,
kekerasan, dan reaksi destruktif akan muncul apabila agama kehilangan
kemampuan untuk merespons secara kreatif terhadap perubahan sosial yang
sangat cepat. Setiap agama tentu mengajarkan nilai-nilai yang melahirkan norma
atau aturan tingkah laku para pemelukNya, memberi kemungkinan bagi agama
untuk berfungsi menjadi pedoman dan petunjuk bagi pola tingkah laku corak
sosial. Kerja sama antar agama diperlukan untuk menerjemahkan kesadaran atas
2 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam (Jakarta Kencana, 2007), hlm. 75
3 Kepmendiknas,Undang-undang Guru dan Dosen RI No.14 Th 2005 (sinar Grafika, 2005), hlm. 3
3
hakikat dasar moralitas dan sikap moral terhadap realitas sosial serta keinginan
untuk menghormati orang lain4.
Dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain: kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dikelas, kegiatan ekstrakurikuler diluar kelas serta tradisi dan
perilaku warga sekolah secara kontinu dan konsisten, sehingga tercipta suasana
keagamaan tersebut dalam lingkungan sekolah. Selain itu, peran orang tua dan
guru sangat dipentingkan, karena penanaman nilai-nilai ajaran Islam merupakan
tugas pokok orang tua dirumah dan tugas guru disekolah.
Nilai-nilai ajaran Islam itulah yang nanti akan menyatu dalam diri anak
sehingga dapat berdampak pada perkataan, sikap dan tingkah lakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Bila keluarga bisa melakukan fungsinya dengan baik dan
selalu proaktif dengan kegiatan pembelajaran yang ada disekolah, maka anak akan
tumbuh menjadi pribadi yang sempurna. Dalam hal ini, lingkungan sekolah lah
yang pertama berperan dan kemudian di lanjutkan oleh orang tua di rumah dalam
menanamkan nilai ajaran Islam tersebut. Di sini jelas bahwa guru mempunyai
peran penting dalam penanaman nilai ajaran Islam. Terutama guru Pendidikan
Agama Islam, karena guru Pendidikan Agama Islam dituntut bukan hanya untuk
mengajarkan teori, tetapi juga praktek dalam kehidupan sehari-hari.5
Sehingga dengan penanaman nilai ajaran Islam dapat memberikan bekal
kepada peserta didik untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan sikap
4 Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama Kerukunan Dalam Keragaman (Jakarta: Kompas,
2001), hlm.20 5 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2008),
hal. 5
4
keagamaan yang baik dan benar dalam rangka mewujudkan pribadi Muslim
seutuhnya.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas X IPA SMAN 9 Makassar. Masih
kurangnya tingkat pemahaman peserta didik tentang ajaran Islam, pembinaan
karakter dalam pembelajaran masih terbilang rendah, dan masih banyak yang
perlu di benahi terhadap pembinaan pemahaman ajaran_ajaran Islam secara
komprehensif terutama dalam pelaksanaan ibadah ritual dan nilai_nilai etika
akhlakul karimah. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka
penulis tertarik untuk meneliti dan membahas masalah tentang menanamkan nilai-
nilai ajaran Islam tersebut dalam skripsi dengan judul: “Peran Guru Pendidikan
Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-nilai Ajaran Islam Kelas X IPA
SMAN 9 Makassar’’
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-
nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9 Makassar.
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9
Makassar.
3. Apa hambatan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-
nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9
C. Tujuan Penelitian
5
1. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9
Makassar.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Guru Pendidikan Agama
Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X
IPA SMAN 9 Makassar.
3. Untuk mengetahui hambatan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMA N 9
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, memberikan pengalaman langsung disaat melakukan
penelitian, menambah wawasan dan dapat menambah informasi baru
mengenai peran guru menanamkan nilai-nilai ajaran Islam. Dengan
demikian dapat memberikan masukan dan pembekalan untuk kedepan.
2. Bagi lembaga pendidikan, sebagai bahan masukan yang membangun guna
meningkatkan kualitas di Kelas X IPA SMAN 9 Makassar
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dimaksudkan agar
bermanfaat sebagai petunjuk, arahan, acuan, serta bahan pertimbangan
bagi peneliti atau instansi yang mengadakan penelitian lanjut yang relevan
dan sesuai dengan hasil kajian ini.
6
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Peran
Peran adalah suatu rangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisi sosial, baik secara formal maupun informal.
Ada juga yang mengatakan bahwa arti peran adalah tindakan yang
dilakukan individu atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, dan merupakan
pembentuk tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki
kedudukan dimasyarakat.6
Hakikatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian
perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian
seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran yang
dimainkan hakikatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan / diperankan
pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawahan mempunyai peran yang sama.
2. Teori peran
Teori yang merupakan perpaduan teori, orientasi, maupun disiplin ilmu
selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam
sosiologi dan antropologi. Dalam ketiga ilmu tersebut istilah peran diambil dari
dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh
6 Suharso, Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang: Widya Karya,
2005), hal. 371
7
tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu mengharapkan berperilaku secara
tertentu.7
Adapun beberapa dimensi peran sebagai berikut:
a) Peran sebagai suatu kebijakan. Pengaruh paham ini berpendapat bahwa
peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik untuk
dilaksanakan.
b) Peran sebagai strategi. Penganut peran ini mendalilkan bahwa peran
merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
c) Peran sebagai alat komunikasi. Peran di dayagunakan sebagai
instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi
dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini di landaskan oleh
suatu pemikiran bahwa pemerintahan dirancang untuk melayani
masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat
tersebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan keputusan
yang responsif dan responsible.
d) Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran di dayagunakan
sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredam konflik melalui
usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi
yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan
dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa
ketidakpercayaan dan kerancuan8
7 Sarwono, Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Balai
Pustaka.2002), hlm 7 8 Horoepoetri, Arimbi, Achmad Santosa, Peran Serta Masyarakat Dalam Mengelola
Lingkungan.( Jakarta: Walhi, 2003), hlm. 171
8
3. Pengertian Guru
Guru merupakan seseorang yang mempunyai tugas untuk berupaya
mencerdaskan semua aspek dalam diri manusia. Aspek_ aspek tersebut meliputi
aspek emosional dan spiritual, pengetahuan, maupun keterampilan fisik. Oleh
karena itu, guru bisa disebut sebagai unsur manusiawi yang ada dalam pendidikan.
Dia merupakan sosok yang menduduki posisi penting dan memegang peranan
yang sangat vital dalam pendidikan9.
Istilah lain yang biasa digunakan untuk guru adalah pendidik. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar.
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan , melatih, menilai, mengevaluasi, peserta didik
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”10.
Guru adalah pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada peserta didik disekolah. Guru bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap
kepada peserta didik agar memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan
yang dimilikinya, guru membimbing didik dalam mengembangkan
potensinya.Sebagaimana Firman Allah Swt. QS. An-Nahl (16): 44.
كر لتب بر وأنزلنا إليك ٱلذ ت وٱلز ن رون بٱلبي ل إليهم ولعلهم يتفك اس ما نز .ين للن
Terjemahannya:
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami
turunkan kepadamu Al-Qur‟an, agar kamu menerangkan pada umat
9 N. Yustisia, Hypno Teacheng (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm.1
10 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009) h. 54
9
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan”.11
Ayat diatas mengisyaratkan dan menegaskan lagi akan tugas seorang guru
(pendidik) agar senantiasa tidak henti-hentinya untuk mengamalkan segala ilmu
yang telah di dapatkannya serta mentransfer segala pengetahuan yang ada kepada
semua peserta didik khususnya, dan pada umumnya kepada seluruh umat elemen
masyarakat.
Kepribadian dan pandangan guru serta latar belakang pendidikan dan
pengalaman mengajar sangat memengaruhi kualitas pembelajaran. Guru adalah
manusia unik yang memiliki karakter sendiri-sendiri. Perbedaan karakter ini akan
menyebabkan situasi pelajar yang diciptakan oleh setiap guru bervariasi.
Menurut Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Mangun Budiyanto,
menjelaskan ada 2 fungsi utama bagi setiap pendidik, yaitu:
a. Tazkiyyah, yaitu menumbuh kembangkan, menyucikan dan membersihkan
diri peserta didiknya agar dekat kepada sang pencipta, menjauhkannya dari
segala keburukan dan kejahatan, serta menjaga dan memelihara fitrahnya.
b. Ta’lim, yaitu mentransfer atau menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan
dan aqidah kepada akal dan hati orang-orang mukmin (peserta didiknya),
agar mereka dapat menerapkan dalam segala perilaku dan kehidupan12.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalannya13.
11
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Depok: Al-Huda, 2005), hlm. 273. 12
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam (Yagyakarta: Griya Santri,2011), hlm.61 13
Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Bab 1 Pasal 1, ayat 10, hlm 3
10
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru Pendidikan Agama
Islam, dalam PERMENAG (Peraturan Menteri Agama) Nomor 16/2010 Pasal 16,
yaitu:
1) Guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki kompetensi pedagogik,
kepribadian sosial, profesional, dan kepemimpinan.
2) Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pasal (1) meliputi:
a. Pemahaman karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
b. Penguasaan teori dan prinsip belajar Pendidikan Agama
c. Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama
d. Penyelenggaraan kegiatan pengembangan Pendidikan Agama
e. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan dan pengembangan Pendidikan Agama
f. Pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki dalam bidang Pendidikan Agama
g. Komunikasi secara efektif,empatik, dan santun dengan peserta didik
h. Penyelenggaraan dan evaluasi proses dan hasil belajar Pendidikan
Agama
i. Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran Pendidikan Agama, dan
j. Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
Pendidikan Agama.
3) Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pasal (1) meliputi :
11
a. Tindakan yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia
b. Penampilan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik, dan masyarakat
c. Penampilan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
d. Penghormatan terhadap kode etik profesi guru
4) Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pasal (1) meliputi:
a. Sikap inklusif, bersifat objektif, serta tidak diskriminatif,
berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Sikap adaptasi dengan lingkungan sosial budaya tempat bertugas,
dan
c. Sikap komunikatif dengan komunitas guru, warga sekolah dan warga
masyarakat.
5) Kompetensi profesional sebagaimana yang dimaksud pasal (1) meliputi:
a. Penguasaan materi,struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran Pendidikan Agama
b. Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran Pendidikan Agama
c. Pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Agama secara kreatif
12
d. Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif, dan
e. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
6) Kompetensi kepemimpinan sebagaimana dimaksud pasal (1) meliputi :
a. Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman
ajaran agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah
sebagai bagian dari proses pembelajaran Agama
b. Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara
sistematis untuk mendukung pembudayaan pengalaman ajaran
agama pada komunitas sekolah
c. Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing
dan konselor dalam pembudayaan pengalaman ajaran Agama pada
komunitas sekolah, serta
d. Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan
pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah dan
menjaga keharmonisan antar pemeluk Agama dalam bingkai negara
kesatuan republik Indonesia14
Peran vital seorang guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
14
PERMENAG (Peraturan Menteri Agama), Pengelolaan Pendidikan Agama Pada
Sekolah Nomor 16 tahun 2010, Bab VI Pasal 16, hlm. 9-11
13
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.15
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, menjadi seorang
guru tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, yang hanya mentransformasikan
ilmu pengetahuannya melalui materi pelajaran dan menyuruh peserta didik untuk
belajar, tugas guru sangatlah berat seperti yang telah dijelaskan diatas, guru di
tuntut untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan terlebih lagi peran dari seorang
guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya bertugas mencerdaskan peserta didik
dari aspek jasmani, maupun rohani serta bertanggung jawab menumbuhkan sikap
spiritual setiap peserta didik supaya mereka lebih dekat kepada sang khaliq (Allah
Swt).
Tanggung jawab seorang guru agama Islam dalam menyampaikan
ajarannya sangatlah besar tidak hanya bertanggung jawab terhadap orang tua
peserta didik akan tetapi bertanggung jawab terhadap Allah Swt. Karena
Pendidikan Agama Islam bersumber dari Al_ Qur‟an dan As_Sunnah.
4. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang sengaja didirikan dan
diselenggarakan dengan hasrat dan niat (rencana yang sungguh-sungguh) untuk
mengejewantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam, sebagaimana tertuang atau
terkandung dalam visi, misi, tujuan, program kegiatan maupun pada praktik
pelaksanaan kependidikannya. Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama
15 N. Yustisia, Hypno Teacheng (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm.18
14
Islam (PAI) merupakan salah satu perwujudan dari pengembangan sistem
Pendidikan Islam16.
Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai program yang terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran Agama Islam, serta diikuti tuntunan untuk menghormati
penganut Agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa17.
Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup18.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha orang dewasa Muslim yang bertakwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta pengembangan
fitrah (kemampuan dasar) peserta didik melalui ajaran Islam ke arah titik
maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan Agama Islam juga
termasuk sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah swt, sebagaimana Islam menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat. Pendidikan Agama
Islam juga termasuk proses pengenalan yang ditanamkan secara bertahap dan
berkesinambungan dalam diri manusia mengenai objek-objek yang benar
16
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada , 2005), hlm.5 17
Muhammad Amin, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 6. 18
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130
15
sehingga hal itu akan membimbing manusia ke arah pengenalan dan pengakuan
terhadap eksistensi Tuhan dalam kehidupan.
Berdasarkan Firman Allah Swt. dalam Q.s Al-„alaq (96): 1-5
ن من علق ٱقرأ وربك ٱلكرم ٱقرأ بٱسم ربك ٱلذي خلق خلق ٱلنس
ن ما لم يعلم ٱلذي علم بٱلقلم علم ٱلنسTerjemahannya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan
tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajarkan (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak di ketahui.” 19
Surah Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi
Muhammad Saw. Inilah wahyu pertama yang diturunkan Allah swt kepada Nabi
Muhammad Saw, yang dalam kajian Ibnu Katsir dikatakan sebagai rahmat dan
nikmat pertama yang dianugerahkan Allah swt kepada para hambaNya.
Dan inilah pula yang menandai penobatan beliau sebagai Rasulullah, utusan
Allah, kepada seluruh umat manusia. Wahyu inilah yang menjadi tonggak
perubahan peradaban dunia, dengan turunnya ayat tersebut maka berubalah garis
sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyyah dan gelap dalam semua
aspek, termasuk didalamnya kegelapan ilmu pengetahuan, menjadi terang
benderang.
19
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Depok: Al-Huda, 2005), hlm. 594
16
B. Menanamkan Nilai-nilai Ajaran Islam
Menanamkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses,
atau cara. Nilai adalah kadar, mutu, sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. Nilai dalam pandangan adalah suatu perangkat keyakinan ataupun
perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang
khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, maupun perilaku.20
Nilai adalah tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai
aspek kehidupan. Nilai merupakan hasil proses pengalaman, yang mana seseorang
mempunyai rasa kekaguman, pilihan sendiri, dan mengintegrasikan pilihannya ke
dalam pola kehidupannya sehingga nilai akan tumbuh dan berkembang dalam
kehidupannya.21
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan, budaya yang dapat menunjang kesatuan bangsa yang harus kita
lestarikan. Nilai tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia
memasukkan nilai ke dalamnya jadi barang mengandung nilai, karena subjek yang
tahu dan menghargai nilai itu.22
Menanamkan nilai-nilai ajaran Islam adalah meletakkan dasar-dasar
keimanan, kepribadian, budi pekerti yang terpuji dan kebiasaan ibadah yang
sesuai kemampuan anak sehingga menjadi motivasi bagi anak untuk bertingkah
20
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka, 2008), hlm 1392 21
Said Agil Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam
(Jakarta: Ciputat Press, cet II, 2005), hlm 4. 22
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Untuk
Pelajar (Jakarta: Mizan Pustaka, 2011), hlm. 356.
17
laku. Menanamkan nilai-nilai ajaran Islam yang penulis maksud di sini adalah
suatu tindakan atau cara untuk menanamkan pengetahuan yang berharga berupa
nilai keimanan, ibadah dan akhlak yang berlandaskan pada wahyu Allah swt
dengan tujuan agar anak mampu mengamalkan pengetahuannya dalam kehidupan
sehari-hari dengan baik dan benar dengan kesadaran tanpa paksaan.
a) Melalui pergaulan
Pergaulan memiliki peran yang amat penting. Melalui pergaulan yang
bersifat edukatif nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dapat disampaikan dengan
mudah, baik dengan diskusi ataupun tanya jawab. Peserta didik mempunyai
banyak kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dipahaminya. Sehingga
wawasan mereka tentang nilai-nilai Pendidikan Agama Islam akan
diinternalisasikan dengan baik dengan pergaulan yang erat akan menjadikan
keduanya merasa tidak ada jurang di antara keduanya.
Melalui pergaulan yang demikian peserta didik yang bersangkutan akan
merasa leluasa untuk mengadakan dialog dengan gurunya karena sudah merasa
akrab. Cara tersebut akan efektif dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai
agama23
.
b) Melalui pemberian suri tauladan
Suri tauladan adalah alat Pendidikan yang sangat efektif bagi
kelangsungan mengkomunikasikan nilai-nilai agama. Konsep suri tauladan yang
ada dalam Pendidikan Ki Hajar Dewantoro yaitu “ing ngarso sung tulodo”,
melalui ing ngarso sung tulodo pendidik menampilkan suri tauladan, dalam
23
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm.155
18
bentuk tingkah laku, pembicaraan, cara bergaul, amal ibadah, tegur sapa dan
sebagainya. Melalui contoh-contoh tersebut nilai-nilai luhur agama akan di
internalisasikan sehingga menjadi bagian dari dirinya, dan kemudian di
aplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada hakikatnya dilembaga pendidikan ini peserta didik membutuhkan
akan suri tauladan, karena sebagian besar dari pembentukan pribadi seseorang
adalah dari keteladanan yang diamati dari gurunya. Jika dirumah, keteladanan
tersebut diterimanya dari kedua orang tuanya dan orang-orang dewasa dalam
keluarganya. Begitu pula keteladanan yang diterimanya dari lingkungan
disekitarnya. Oleh sebab itu sebagai seorang pendidik hendaknya mampu
menampilkan Akhlak karimah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Dalam proses penanaman nilai-nilai tersebut memerlukan keteladanan
(modelling).
Sebab nilai-nilai (values) tidak bisa diajarkan, nilai-nilai hanya bisa di
praktekkan; maka sebagai pendidik, guru harus bisa menjadikan keteladanan bagi
peserta didiknya, sehingga pendidikan dilakukan dengan “aura pribadi”.
Keteladanan menjadi aspek penting, terutama bagi anak-anak, untuk
membiasakan hal-hal yang baik. Gerak gerik guru sebenarnya selalu diperhatikan
oleh setiap peserta didik. Tindak tanduk, perilaku dan bahkan gaya guru mengajar
pun akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap peserta didik. Lebih dari itu,
19
karakter guru juga selalu di teropong dan sekaligus dijadikan cermin oleh peserta
didiknya24
.
c) Melalui Pembiasaan
Nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan kepada peserta didik adalah
bukan untuk di hafal menjadi ilmu pengetahuan (kognitif), akan tetapi untuk
dihayati (afektif) dan diamalkan (psikomotorik) dalam kehidupannya sehari-hari.
Islam adalah agama yang menyerukan kepada pemelukNya untuk
mengerjakannya sehingga menjadi umat yang beramal ṣaleh. Dalam teori
pendidikan terdapat metode yang bernama Learning by doing yaitu belajar dengan
memprakktekan teori yang telah dipelajarinya. Dengan mengamalkan teori yang
dipelajarinya akan menimbulkan kesan yang mendalam sehingga mampu di
internalisasikan. Hasil belajar terletak dalam psikomotorik yaitu mempraktekkan
ilmu yang dipelajari seperti nilai luhur agama didalam praktek kehidupan sehari-
hari.25
d) Melalui ceramah keagamaan
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan.26
Metode ceramah adalah sebuah cara
24
Abdul Rohman, Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-nilai Akhlak Remaja,
(Jurnal Nadwa, Volume 6 Nomor 1, Mei 2012, hlm 167 25
Fuad Ihsan,op.cit., hlm. 155 26
Roestiyah N.K, Sratategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2001), hlm.137
20
melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu
arah. Aktivitas peserta didik dalam pengajaran yang menggunakan metode ini
hanya menyimak sambil sesekali mencatat.
Meskipun begitu, para guru yang terbuka terkadang memberi peluang
bertanya kepada sebagian kecil peserta didik. Metode ceramah dapat dikatakan
sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan
informasi. di samping itu, metode ini juga paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan
daya paham peserta didik.27
e) Melalui diskusi dan tanya jawab
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-
masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk
menggunakan metode ini hendaknya jangan menghilangkan perasaan obyektivitas
dan emosionalitas yang dapat mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang
semestinya. Penerapan metode ini bertujuan untuk tukar menukar informasi,
pendapat dan pengalaman antar peserta didik dan guru agar mendapat pengertian
bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang materi yang disampaikan.28
Sedangkan metode tanya jawab adalah cara mengajar dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini bertujuan untuk
menstimulus peserta didik berpikir dan membimbingnya dalam mencapai
27
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda
Karya, 2002), hlm. 203
28 Abdul Majid, Ahmad Zayadi, Tadzkirah: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 138
21
kebenaran. Penerapan metode tanya jawab untuk menggiring manusia ke arah
kebenaran dengan menggunakan berpikir yang logis. Dalam proses belajar
mengajar, tanyajawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi
pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau sebaliknya29
.
1. Pengertian Nilai
Dalam kamus besar bahasa Indonesia nilai diartikan sebagai sifat-sifat (hal)
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan atau sesuatu yang menyempurnakan
manusia.30
Nilai dalam bahasa Inggris adalah “value”, dalam bahasa latin disebut
“velere”, atau bahasa Prancis Kuno “valoir”. Nilai dapat diartikan berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, bermanfaat, dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau sekelompok orang31
Sehingga nilai merupakan kualitas suatu hal
yang menjadikan hal yang disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna, dan
suatu yang terpenting atau berharga bagi manusia sekaligus inti dari kehidupan.
Nilai mempunyai peranan yang begitu penting dan banyak didalam hidup
manusia, sebab nilai dapat menjadi pegangan hidup, pedoman penyelesaian
konflik, memotivasi, dan mengarahkan pandangan hidup. Nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, di mana
29
Ibid, hlm. 138 30
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), hlm. 783 31
Sutarjo Adisusilo, JR. Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2012), hlm. 56
22
seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai sesuatu
yang pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan32
Dengan demikian nilai dapat diartikan sebagai suatu tipe kepercayaan yang
menjadi dasar bagi seseorang maupun sekelompok masyarakat, dijadikan pijakan
dalam tindakannya, dan sudah melekat pada suatu sistem kepercayaan yang
berhubungan dengan manusia yang meyakininya.
2. Fungsi Nilai
Nilai mempunyai fungsi sebagai standar dan dasar pembentukan konflik dan
pembuat keputusan, motivasi dasar penyesuaian diri dan dasar perwujudan diri.
Nilai sebagai sesuatu yang abstrak yang mempunyai sejumlah fungsi yang dapat
kita cermati, antara lain:
a. Nilai memberi tujuan atau arah (goals of purpose) kemana kehidupan
harus menuju, harus dikembangkan atau harus diarahkan.
b. Nilai memberi aspirasi (aspirations) atau inspirasi kepada seseorang
untuk hal yang berguna, baik, dan positif bagi kehidupan.
c. Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes) atau
bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi
acuan atau pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus bertingkah
laku.
d. Nilai itu menarik (interests), memikat hati seseorang untuk dipikirkan, di
renungkan, dimiliki, diperjuangkan, dan dihayati.
32
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 60
23
e. Nilai itu mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika
sedang mengalami berbagai perasaan, atau suasana hati, seperti senang,
sedih, tertekan, bergembira, bersemangat, dan lain-lain.
f. Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and
convictions) seseorang, terkait dengan nilai-nilai tertentu.
g. Suatu nilai menuntut adanya aktivitas (activities) perbuatan atau tingkah
laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai tidak berhenti pada
pemikiran, tetapi mendorong atau menimbulkan niat untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan nilai tersebut.
h. Nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran
seseorang ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan,
mengalami dilema atau menghadapi berbagai persoalan hidup (worries,
problems, obstacles)33
Dengan mengetahui sumber, fungsi dan sarana dan prasarana
menanamkan nilai-nilai, orang dapat memahami kekuatan nilai-nilai tersebut
bertahan pada seorang pribadi dan juga cara-cara yang kiranya dapat direncanakan
untuk mengubah nilai yang kurang baik ke arah nilai yang baik.
3. Macam-macam Nilai
Pada dasarnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
sebagaimana yang disebutkan oleh Mudlor Ahmad, yaitu:34
1. Nilai Formal
33
Sutarjo Adisusilo, JR, op. cit., hlm. 58 34
Abd. Aziz, Filsafat pendidikan Islam..... hlm. 104
24
Nilai yang tidak ada wujudnya, tetapi memiliki bentuk, lambang serta
simbol-simbol. Nilai ini terbagi menjadi dua macam yaitu nilai sendiri dan nilai
turunan. Nilai sendiri misalnya, sebutan Bapak Lurah bagi seorang yang
memangku jabatan sebagai lurah. Sedangkan nilai turunan, misalnya sebutan Ibu
Lurah bagi seorang yang menjadi pemangku jabatan sebagai lurah.
2. Nilai Material
Nilai yang terwujud dalam kenyataan pengalaman, rohani dan jasmani.
Nilai material mempunyai wujud karena dapat dirasakan, baik dengan rasa lahir,
pancaindra maupun rasa batin rasio. Antara lain:
a. Nilai Logika
Nilai logika ialah nilai yang mencakup pengetahuan, penelitian,
keputusan, penuturan, pembahasan, teori atau cerita. Nilai logika
bermuara pada pencarian kebenaran.42 dalam hal ini, kebenaran dari
nilai logika ada berbagai ragam, hal ini dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang, antara lain dapat dilihat dari sudut perantara, dari sudut
kekuasaan, dari sudut luar keberlakuan, dan dari sudut kualitasnya.
b. Nilai Etika
Banyak filosof etika negara-negara barat memandang bahwa tolak ukur
bagi nilai-nilai adalah melayani orang lain dan cinta kepada orang lain.
Sebagian cendekiawan kita pun telah mengadakan diskusi dan menulis
dalam bidang etika, justru mencari hubungan antara tauhid dengan
25
falsafah etika di situ dan mengkhayalkan bahwa tauhid berarti bahwa
manusia meleburkan dirinya dalam masyarakat sebagai ganti “Aku”
selalu “Kita” lah yang menjadi bahan pertimbangan.35
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Ajaran Islam
Pendidikan Agama Islam sarat dengan nilai-nilai. Sebagaimana rumusan
tujuan Pendidikan Agama Islam disekolah yaitu mewujudkan manusia Indonesia
yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan,
rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi,
tanggung jawab, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Melalui penanaman nilai, perubahan perilaku yang lebih terarah dapat
terlaksana oleh peserta didik karena adanya pemberian contoh teladan dari
seorang guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam. Begitu besar pengaruh
yang diberikan guru Pendidikan Agama Islam sehingga dapat merubah pola
tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik. Meski demikian, proses
menanamkan nilai juga merupakan tugas dari guru-guru mata pelajaran yang lain.
Hanya saja guru Pendidikan Agama Islam lebih memiliki tanggung jawab karena
berhubungan langsung dengan pembinaan moral. Agar peserta didik bisa
mencontoh apa yang guru lakukan, seorang guru harus bisa menjaga perlakuan,
35
Ibid., 105
26
penampilan, serta ucapan di depan mereka seperti yang diajarkan dalam kitab suci
Alqur‟an. Menjaga perlakuan seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak
berbuat kasar kepada peserta didik dan lain-lain. Menjaga penampilan seperti
berpakaian rapi, bersih dan sopan sesuai ajaran Islam. Menjaga ucapan seperti
tidak berkata kasar atau berteriak di depan umum. Dengan contoh demikian,
secara tidak langsung dapat memberi teladan yang baik bagi peserta didik di
sekolah.
Penanaman nilai-nilai kehidupan dalam kegiatan pembelajaran, dituntut
untuk keterlibatan dan kerja sama dari semua pihak. Khususnya bagi
guru/pendidik untuk proses penanaman nilai ini dituntut adanya keteladanan.
Keteladanan dalam konsistensi berpikir dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari.
Tuntutan ini bukan berarti seorang guru atau pendidik harus menjadi malaikat atau
manusia yang sempurna, melainkan manusia yang mempunyai sikap yang
konsisten dalam sikap hidupnya, artinya terbuka untuk perbaikan, terbuka untuk
menerima kritik dan masukan.
Berkaitan dengan materi dan isi dari nilai-nilai yang akan ditanamkan,
seorang guru yang sekaligus berperan sebagai pendidik dituntut untuk kreatif.
Kreatif untuk menemukan kemungkinan untuk menawarkan nila-nilai hidup
kepada peserta didik.36
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Bab II Pasal 2 Ayat 1
tentang kedudukan guru dan dosen.
36
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,cet. 3 (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm.62
27
“Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik”37.
Dalam menjalankan peran dan tugasnya, seorang guru yang tidak hanya
memberikan ilmu, namun juga menanamkan nilai-nilai ajaran Islam. Agar dapat
memberikan perubahan sikap, diperlukan kerjasama seluruh pihak sekolah serta
peserta didik itu sendiri dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang pengumpulan data
dilakukan dilapangan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dalam
pandangan perilakunya. Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah:
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.38
Menurut Kirk dan Miller dalam Sulaiman Saat, penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.39
Menurut Imam Gunawan,
37
Undang-Undang Guru dan Dosen Noomor 14 Tahun 2005, Bab 2 Pasal 2, ayat 1 , hlm 4 38
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Research and
Development, (Bandung Alfabeta, 2009) h.15 39
Sulaiman Saat, Sitti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian, (Penerbit Sibuku, 2018), h.
117
28
penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
tentang masalah-masalah manusia dan sosial.40
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelas X IPA SMAN 9 Makassar.
Alasan peneliti mengambil lokasi ini karena menyadari pentingnya peran guru
Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam di Kelas X
IPA SMAN 9 Makassar. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala
Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam SMAN 9 Makassar.
C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Fokus penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:
a. Peran guru Pendidikan Agama Islam
b. Menanamkan nilai-nilai Ajaran Islam
2. Deskripsi Fokus Penelitian
Deskripsi Fokus Penelitian dalam penelitian ini adalah :
a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam yang penulis maksud disini adalah
bagaimana mengembangkan nilai-nilai spiritual terhadap peserta didik.
Adapun peran atau fungsi guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai
berikut. Pekerjaan atau jabatan guru agama sangat luas, yaitu untuk
membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari
peserta didik sesuai dengan ajaran Islam. Peranan guru Pendidikan Agama
Islam selain berusaha memindahkan ilmu atau (Transfer of knowledge), juga
40
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. (Jakarta: Bumi Aksara,
2017), h. 85
27
29
harus menanamkan nilai-nilai Agama Islam kepada anak didiknya agar
mereka bisa mengaitkan antara ajaran-ajaran Agama dan ilmu pengetahuan.
b. Menanamkan nilai-nilai ajaran Islam adalah suatu proses memasukkan nilai
Agama Islam secara penuh ke dalam hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak
berdasarkan ajaran Agama Islam. Menanamkan nilai Agama Islam terjadi
melalui pemahaman ajaran Agama Islam secara utuh, dan diteruskan dengan
kesadaran pentingnya akan Agama.
D. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Data Primer
“Data primer menurut Sugiyono adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data”.41
Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa data primer merupakan data yang didapatkan langsung
dari yang diteliti dan menjadi tangan pertama yang menerimanya. Data primer
dalam penelitian ini yaitu melakukan wawancara dengan tujuan untuk
memperoleh data dari responden dimana yaitu Kepala Sekolah, Guru Pendidikan
Agama Islam, dn peserta didik di SMAN 9 Makassar.
2. Data Sekunder
Data sekunder menurut Sugiyono adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya peneliti harus melalui orang lain atau
mencari melalui dokumen data itu diperoleh dengan menggunakan literatur yang
dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang
41
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta, 2006). hlm.105
30
berhubungan dengan penelitian.42
Data sekunder dalam penelitian ini adalah
penelitian yang dihasilkan dari hasil objek yang mendukung statement data primer
yaitu melalui serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian di
Kelas X IPA SMAN 9 Makassar.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Dalam penelitian kualitatif,
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.43
Dalam
penelitian ini menggunakan instrumen pedoman observasi, pedoman wawancara,
dan catatan dokumentasi yang digunakan sebagai pendukung dan mempermudah
terlaksananya penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Arikunto dalam Imam Gunawan Observasi merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.44
Dengan metode ini peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian, dalam
hal ini yang diamati adalah lokasi penelitian.
2. Wawancara
42
Ibid.,hlm. 106 43
Ibid., hlm. 305 44
Imam Gunawan, Op. cit, h. 143.
31
Wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab antara pewawancara
(interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang
diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan
pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang
diteliti45
. Adapun responden yang peneliti interview adalah Kepala Sekolah
dan Guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 9 Makassar.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan studi dokumen sebagai pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.46
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Menurut Bungin dalam Sugiyono, teknik dokumentasi adalah
salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial
untuk menelusuri data historis.
G. Teknik Analisis Data
Terdapat banyak model dan analisis data dalam penelitian kualitatif dan
terdapat suatu variasi cara dalam penanganan dan analisis data. Prinsip pokok
metode analisis kualitatif ialah mengelola dan menganalisis data-data yang
terkumpul menjadi data yang teratur, sistematik, terstruktur, dan mempunyai
makna. Berikut ini analisis data dilakukan terdiri dari dua langkah, yaitu:
1. Analisis Data Kualitatif Sebelum di Lapangan
Analisis data dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
45
Ibid., hlm. 306 46
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,Op. cit, h. 329
32
demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang
setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.
2. Analisis Data Kualitatif Selama di Lapangan Model Miles and Huberman
(2007:43)
Miles and Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh47. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
a. Reduksi Data (data reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Penyajian Data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. Penarikan Simpulan (Conclusion Drawing/ verification)
47
Miles And Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode
Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi. (Jakarta: Universitas Indonesi, 2007). Hlm. 43.
33
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
(2007:43) adalah penarikan simpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila simpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka simpulan yang dikemukakan merupakan
simpulan yang kredibel48
.
Simpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih kurang jelas
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau
interaktif, hipotesis, atau teori.
48
ibid., hlm. 44
34
BAB IV
HASIL PENILITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah berdirinya SMAN 9 Makassar
SMAN 9 Makassar didirikan pada tanggal 1 Juli 1985 Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:
0601/O/1985. Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa
pendidikan sekolah di SMAN 9 Makassar ditempuh dalam waktu tiga tahun
pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII. SMAN 9 Makassar terletak di
Jalan Karunrung Raya nomor 37 Makassar, tepatnya di Kelurahan Karunrung,
Kecamatan Rappocini Kota Makassar.
Sejak berdirinya sampai sekarang SMAN 9 Makassar telah dipimpin oleh
kepala sekolah berikut:
NAMA PERIODE TUGAS
1. Dra. Hj. Sutinah Muchtar Tahun 1985 s/d 1995
2. Drs. H. Sunusi Djikki Tahun 1995 s/d 2000
3. Dra. Hj. Marwah Paturungi Tahun 2000 s/d 2003
4. Drs. H. Haris Pawallang 1 Maret s/d 30 Juli 2003 (PLT)
5. Drs. H. Burhanuddin A.
Usman, M.Si.
1 Agustus 2003 s/d Mei 2006
6. Drs. Jamaluddin Mappi Mei 2006 s/d 19 September 2006
35
7. Drs. H. Rukman Pallawa, M.Pd. 20 September 2006 s/d Maret 2008 (PYMT)
8. Drs. Iswan Abd.Latif Maret 2008 s/d 22 Maret 2011
9. Drs. Harpansa 23 Maret 2011 s/d 13 Maret 2013
10. Drs. M. Syafruddin S., M.Pd. 14 Maret 2013 s/d 30 Maret 2016
11. Drs.Suardi.M.Pd 31 Maret 2016 s/d Desember 2017
12. Drs.Supardin,M.Pd Desember 2017 / Sekarang
2. Visi, Misi Dan Tujuan Sekolah
a. Visi :
Unggul dalam Prestasi, Santun dalam Prilaku, Teguh dalam IMTAQ,
Berbudaya dan Ramah Lingkungan.
b. Misi :
1. Meningkatkan Pembinaan Pengalaman Nilai-Nilai Keimanan dan
Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Meningkatkan Pembinaan Nilai-Nilai Patriotisme dan Kebangsaan
Menuju Tercapainya Revolusi Pendidikan.
3. Melaksanakan “PAKEM” Dalam Kegiatan Pembelajaran Yang
Terintegrasi Adiwiyata
4. Mengembangkan Sarana dan Prasarana yang mendukung dapat
terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang berhasil guna dan
berdaya guna
5. Menumbuh Kembangkan kesadaran Warga sekolah akan pentingnya
kelestarian alam.
36
6. Melaksanakan Pembinaan terhadap Nilai-Nilai Budaya ramah
lingkungan
7. Menciptakan Lingkungan Sekolah yang bersih, sehat, asri dan
nyaman.
8. Membantu mengenali potensi diri setiap peserta didik untuk
dikembangkan secara maksimal
9. Memiliki kemampuan baca tulis Al- Quran
c. Tujuan:
a) Memiliki Tingkat Keberhasilan Yang tinggi untuk masuk PTN dan
PTS.
b) Memiliki Keimanan dan Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
c) Memiliki grup seni dan team olahraga yang tangguh sehingga dapat
menjuarai setiap lomba tingkat wilayah kota Makassar
d) Memiliki Kemampuan berbahasa inggris yang baik dan lancar dan
memanfaatkan internet sebagai sumber belajar dan informasi
e) Memiliki Kemampuan dalam memecahkan masalah.
f) Memilikin budi pekerti luhur, sopan, santun, dan tata krama yang
baik.
g) Memilki disiplin tinggi dan melaksanakan tata tertib sekolah yang
baik dan kenyamanan
h) Memiliki rasa tanggung jawab akan kebersihan, keindahan,
kesehatan, dan kenyamana lingkungan sekolah.
37
i) Memiliki Rasa klepedulian sosial yang tinggi.
3. Identitas Sekolah
a) Nama Sekolah : SMAN 9 MAKASSAR
b) Alamat Sekolah :
Jalan : Karunrung Raya No. 37
Kelurahan : Karunrung
Kecamatan : Rappocini
Kota : Makassar
Provinsi : Sulawesi Selatan
Kode Pos : 90222
Telepon : (0411) 882109
E-mail : [email protected]
c) NPSN : 40311896
d) NSS : 30119600001
e) Nomor Rekening : 0468192745
Nama Bank : BNI Cabang Makassar
Kantor Pusat : Jl. Jendral Sudirman Makassar
Nama Pemegang : SMA Negeri 9 Makassar
1) Kepala UPT Sekolah : Drs. Andi Supardin, M.Pd.
2) Bendahara Sekolah : Hj. Ridwana Hasbi, S.Sos.
38
f) Akreditasi : A
4. Keadaan Guru
Tabel I: Keadaan Personil Sekolah Guru
No Nama / NIP Pendidikan Pankat/Gol Ket
1. Drs. Supardin, M.Pd.
19690311 199203 1 011
S2 Fisika Pembina Tk. I
IV / b
Kepsek
2. Dra.Hj.Nur Zahira Said
19600911 198503 1 014
S1 PAI Pembina Tk. I
IV/ b
3. Dra.Hj. Yuasmiwati
19601023 198103 2 001
S1 Biologi Pembina Tk. I
IV/a
4. Dra. Hj. Aliah Sri Wahyuni
19620322 198603 2 008
S1 Biologi Pembina Tk. I
IV/ b
Wak Kur
5. Drs. Muhammad Ali, M.Pd.
19630618 198603 1 019
S2 Bhs.
Inggris
Pembina Tk. I
IV/ b
6. Drs. Anis Nur, M.Pd.
19611217 198703 1 014
S2 Fisika Pembina
Utama Muda
IV / c
Wak
Kesis
7. Drs. H. Pamansari K., M.M.
19621231 198703 1 231
S2
Manajemen
Pembina
Utama Muda
IV / c
8. Drs. H. Kasimuddin
19601231 198712 1 018
S1 Fisika Pembina
Utama Muda
IV / c
9. Dra. Hj. Muliada
19610728 198701 2 001
S1 Mtk Pembina Tk. I
,IV/ b
39
10. Dra. Hj. Maryam Ahmad
19601231 198703 2 071
S1 PAI Pembina Tk. I,
IV/ b
11. Dra. Hj. Irmawaty, M.Pd.
19621108 198703 2 005
S2 B.Inggris Pembina Tk. I,
IV/ b
12. Nur Ani, S.Pd.
19621102 198703 2 008
S1 Mtk Pembina Tk. I,
IV/ b
13. Dra. Hj. Sumarni
19641231 198803 2 136
S1 PKn Pembina Tk. I
IV/ b
14. Dra. Hj. Hasniah
19640624 198803 2 009
S1 Geografi Pembina Tk. I
IV/ b
15. Nurwati, S.Pd.
19651231 198812 2 013
S1 Kimia Pembina Tk. I
IV/ b
16. Dra. Hj. Idaramatasia
19651028 198903 2 010
S1 Fisika Pembina
Utama Muda
IV / c
17. Dra.Mardatih
19630110 198903 2 007
S1 PAI Pembina Tk. I,
IV/ b
18. Hj. Rosdianah, S.Pd., M.M.
19661231 198903 2 095
S2
Manajemen
Pembina Tk. I,
IV/ b
19. Dra. Nursianah
19641027 199001 2 001
S1 Kimia Pembina Tk. I,
IV/ b
20. Yusthina Itje, S.Pd.
19601023 199103 2 008
S1 BK Pembina IV / a
21. Darmawati,S.Pd
19671214 199203 2 009
S1.Sejarah Pembina Tk. I,
IV/ b
22. Dra.Hj. Suarsih
19651110 199303 2 013
S1 Kimia Pembina Tk. I,
IV/ b
23. Dr. H. Islahuddin, M.Pd.
19690107 199303 1 006
S3 Mtk Pembina Tk. I,
IV/ b
Wak
SDM
40
24. Drs. Muh. Ahyar, M.Pd.
19700313 199403 1 006
S2 Ilmu
Pend.
Pembina Tk. I,
IV/ b
Wak
Humas
25. Atmam Amir,S.Pd,M.Pd
19701019 199802 1 004
S2 PJOK Pembina Tk. I,
IV/ b
26. Hj. Effisia Hamdan M.,
S.Pd.,M.M
19660814 199401 2 001
S2
Manajemen
Penata Tk. I,
III/ d
27. Rasiah,S.Pd
19691122 199403 2 006
S1 B.Jerman Pembina Tk. I,
IV/ b
28. Andi Ruaedah, S.Pd
19720420 199802 2 006
S1 Sejarah Pembina Tk. I,
IV/ b
29. Suriani, S.Pd.
19720319 199903 2 005
S1 Mtk Pembina Tk.I,
IV/ b
30. Dra. Hj. Patmaliah
19651231 200502 2 025
S1 Seni
Budaya
Pembina , IV /
a
31. Nurbaya, S.Pd.
19761228 200502 2 005
S1 BK Penata Tk. I,
III / d
32. Andi Hasniar Asfar,S.Pd,M.Pd
19660905 200502 2 002
S2 Bhs.Ind Pembina Tk.I
,IV / b
33. Saifuddin, S.Pd.
19691110 200604 1 014
S1 Geografi Penata Muda
Tk. I III / c
34. Rahma, S.Pd., M.Pd.
19730323 200604 2 028
S2 Bhs. Ind Pebina , IV / a
35.
Wahidah Arsyad, S.Pd, M.M.
19691217 200701 2 016
S2 Manajem Penata III / d
36.
Isyatur Radhilah Artjas, S.Pd.
19710127 200801 2 007
S1 Bhs. Ind Penata III / d
37. Darmawati, S.Sos.
19770812 200804 2 002
S1 Sosiologi Penata III / d
41
38.
Ilham Alim, S.Sos.
19750530 200804 1 001
S1 Sosiologi Penata III / d
39. Heru Sutanto, S.Pd., M.Pd.
19710422 200801 1 007
S2
Kepengawas
Penata Muda
Tk. I, III / c
40.
Andi Usnul Khatimah, S.Pd
19820906 201001 2 044
S1
Sendratasik
Penata Muda
Tk. I, III / b
41 Yusnita Muslatif,S.Pd
19820210 201101 2 010
S1
Bhs.Inggris
Penata Muda
Tk. I, III / b
42 Sukriah,S.Pd,M.Si
19870725 201101 2 002
S1 B. Ind
S2 Kom Pend
Penata Muda
Tk. I, III / c
43. Lili Suriani,S.Pd
19810613 201001 2 031
S1 BK
Penata Muda
Tk. I, III / c
44. Fahmy Ridha
19801013 201504 2 001
S1 Ekonomi Penata, III / a
45 Ratnasari Rahman ,S.Pd
19831128 200904 2 001
S1 Biologi Penata Muda
Tk. I, III / c
46
Suryani,S.Pd
19800630 201101 2 009
S1 Biologi Penata Muda
Tk. I, III / c
47.
Ariswan,S.Pd
197609292011011008
S1 Bhs.
Inggris
Penata Muda
Tk. I, III / c
48 Hermin, S.Th. S1 Agama
Kristen
- GTT
49. Muhlis, S.Pd.I. S1 PAI - GTT
50. M. Ramli Ramang, S.Pd. S1 TIK - GTT
51. Aditia Anugrah,S.Pd S1 Penjas
Orkes
- GTT
52. Asean Ningsih Abdullah,S.Pd S1 Penjas
Orkes
- GTT
53. Pasanrangi,S.Pd S1 Penjas
Orkes
- GTT
42
54. Rahmat Hidayah, S.Pd S1 Penjas
Orkes
- GTT
55 Salfia Nur,S.Pd S1 Bhs.Ind - GTT
56 Sahriani,S.Pd S1 Bhs.Ind - GTT
57. Mardiah,S.Pd S1 Bhs.Ind - GTT
58. Halim ,S.Pd S1 Mtk - GTT
59. Sul Ifah Sari Dewi,S.Pd S1 Mtk - GTT
60. Hasnaini,S.Pd S1 Mtk - GTT
61. Syahriani,S.Pd S1 Mtk - GTT
62. Nurlindayani,S.Pd S1 Sejarah - GTT
63. Siti.Khahfia ,S.Pd S1 Biologi - GTT
64. Eka Ayu Pertiwi S,Pd,M.Pd S2 .Biologi - GTT
65. Abdullah,S.Pd,M.Pd S2 .PPKn - GTT
66 Erna,S.Pd S1 Sejarah - GTT
Sumber Data: TU SMAN 9 Makassar 2020
Tabel II: Keadaan Personil Tenaga Kependidikan
No Nama Pegawai Jabatan Pangkat/ Gol Ket
1 Hatijah, SE Kepala Tata
Usaha
Penata
Tk1/llld
2 Rindwana Hasbi, S.Sos Bendahara
Rutin
Penata
Tk1/llld
3 Nur Hasna Ma‟ruf,
S.Sos
Staf Tata
Usaha
Penata
Tk1/llld
4 Hj. Sri Kurniati, S.E Staf Tata
Usaha
Penata
Tk1/llld
43
5 Hj. St. Sarah, S.E. Staf Tata
Usaha
Penata/lll,c
6 Ramlah Ilyas, S. Sos Staf Tata
Usaha
Penata/lll,c
7 Rahmawati AP Staf Tata
Usaha
Penata Muda
Tk.1/lllb
8 Abd. Kadir Jaelani Staf Tata
Usaha
Penata Muda
Tk.1/lllb
9 Muhammad Khaeruddin Staf Tata
Usaha
Penata Muda
Tk.1/lllb
10 Darmawan Pustakawan Honorer
11 Nurhaedah Staf Tata
Usaha
Honorer
12 Nurahedah Staf Tata
Usaha
Honorer
13 Hamid Dg Nuntung Satpam Honorer
14 S. Dg Emba Satpam Honorer
15 Dg Puji Satpam Honorer
16 S.Dg Leong Clening
Servis
Honore
Sumber Data: TU SMAN 9 Makassar 2020
Dari sejumlah guru, 94 % yang berstatus guru PNS. Sisanya 6 % guru honorer.
5. Keadaan Peserta Didik
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2020 / 2021 seluruhnya
berjumlah 1126 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata.
Peserta didik di kelas X IPA 6 rombel ,kelas X IPS. sebanyak 4 rombongan
belajar. Peserta didik XI IPA sebanyak 8 rombongan belajar, kelas XI IPS 4
rombongan belajar, demikian juga di kelas XII IPA sebanyak 9 rombongan
belajar, kelas XII IPS 4 rombongan belajar
44
Tabel III: Jumlah Peserta Didik Tahun Pelajaran 2020 / 2021
Kelas Jumlah
Jumlah Laki-laki Wanita
X MIA 91 111 202
X.IIS 56 72 128
XI- MIA 105 151 256
XI-IPS 65 57 122
XII-IPA 95 193 288
XII-IPS 55 75 130
JUMLAH 467 659 1.126
Sumber Data: TU SMA Negeri 9 Makassar Tahun 2020
Tabel lV: Kegiatan Ekstrakurikuler
No. Organisasi Ekskul Keterangan
1. OSIS Aktif
2. PRAMUKA Aktif
3. PASKIB Sangat Aktif
4. PMR Aktif
5. IKRAMUL Sangat Aktif
6. ATLAS Aktif
7. KARATE Aktif
8. FUTSAL Sangat Aktif
45
9. BOLA BASKET Aktif
10. BOLA VOLLI Aktif
Sumber Data: TU SMAN 9 Makassar 2020
Tabel V: Pengembangan Diri Mata Pelajaran
No. Organisasi Keterangan
1. SELF (Bahasa Inggris) Aktif
2. FORMASI (Matematika) Belum Aktif
3 BAHTERA ART (Seni) Aktif
Sumber Data: TU SMAN 9 Makassar 2020
6. Sarana dan Prasarana
Tabel VI: Ruang Belajar, Laboratorium, dan Perpustakaan
No. Ruang Banyaknya
(lokal)
Keterangan
1. Kelas Belajar (RKB) 25 Rusak Sebagian
2. Laboratorium Biologi 1 Rusak
3. Aula 2 Baik
4. Laboratorium Fisika 1 Baik
5. Laboratorium Kimia 1 Baik
6. Laboratorium Bahasa 1 Rusak
7. Laboratorium Komputer 1 Baik
46
8. Laboratorium Multimedia 1 Baik
9. Perpustakaan 1 Rusak
Jumlah 34
Sumber Data: TU SMAN 9 Makassar 2020
Tabel VII: Ruang Kepala Sekolah, Wakasek, Guru, BK, dan TU
No. Ruang Banyaknya
(lokal)
Keterangan
1. Kepala Sekolah 1 Baik
2. Wakasek 2 Baik
3. Guru 1 Baik
4. BK 1 Baik
5. TU 1 Baik
Jumlah 6
Sumber Data: TU SMAN 9 Makassar 2020
Tabel VIII: Ruang Sekretariat Kegiatan Ekstrakurikuler
No. Ruang Banyaknya
(lokal)
Keterangan
1. OSIS 1 Baik
2. PRAMUKA 2 Baik
3. PMR 1 Baik
4. ATLAS 1 Baik
5. IKRAMUL 1 Baik
47
6. PASKIB 1 Baik
Jumlah 7
Sumber Data: TU SMAN 9 Makassar 2020
Tabel XI: Sarana Olah Raga dan Ibadah
No. Ruang/Lapangan Banyaknya
(lokal)
Keterangan
1. Lapangan Upacara 1 Baik
2. Lapangan Futsal 1 Baik
3. Lapangan Volley Ball 1 Baik
4. Lapangan Basket 1 Rusak
5. Masjid 1 Baik
6. Marbot Masjid 1 Baik
Jumlah 5
Sumber Data: TU SMAN 9 Makassar 2020
B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-nilai
Ajaran Islam Kelas X IPA SMAN 9 Makassar
Peran guru pendidikan agama Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik agar memahami (knowing), terampil
melaksanakan (doing) dan mengamalkan (being) agama Islam melalui kegiatan
pendidikan.49
Dari ketiga aspek tersebut “aspek being (beragama atau menjalani
49
Ahmad Tafsir, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
(Bandung: Maestro, 2008), hlm.30.
48
hidup atas dasar ajaran dan nilai-nilai Islam) yang menjadikan tujuan utama
pendidikan agama Islam di Sekolah. Dalam artian, yang paling pokok dari proses
pendidikan agama Islam di sekolah bukan tujuan untuk menjadikan manusia yang
menguasai ilmu pengetahuan agama Islam, ahli agama, atau pandai dan terampil
melaksanakan, akan tetapi tujuannya untuk mewujudkan nilai-nilai ajaran agama
Islam itu dalam kehidupan nyata kepada peserta didik, yang menyatu dalam
kepribadiannya sehari-hari. Dengan kata lain bahwa pendidikan agama
menghendaki perwujudan insan yang beragama/religius. Oleh karena itu, untuk
membina moralitas peserta didik sebagai generasi penerus bangsa selain
lingkungan keluarga, juga sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menjadi
tempat mendidik, membina, dan mengajar peserta didik baik dari aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
Sebagai hasil wawancara dengan Bapak Drs Supardin, M.Pd selaku
kepala sekolah dapat diketahui bahwa peran guru pendidikan agama Islam dalam
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam pada peserta didik kelas X IPA SMAN 9
Makassar adalah sebagai berikut:
“Guru memiliki peran sebagai motivator dengan memberikan dorongan dan
anjuran kepada peserta didiknya agar secara aktif dan kreatif serta positif
berinteraksi dengan lingkungan atau pengalaman baru berupa pelajaran
yang ditawarkan kepadanya. Untuk itu guru, dengan seni dan ilmu yang
dimilikinya dapat merangsang minat dan perhatian peserta didiknya untuk
menerima pengalaman baru. Dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam
kepada peserta didik guru Pendidikan Agama Islam senantiasa
memberikan pencerahan dan pemahaman akan nilai-nilai sebuah tata
krama dan penghormatan kepada yang lebih tua dari mereka.”50
Kemudian menambahkan bahwa:
“Dalam menjalankan perannya, saya tegaskan kepada guru pendidikan
agama Islam mewajibkan peserta didik untuk melakukan shalat berjamaah
setiap harinya di mushollah dengan tentunya melibatkan semua tenaga
50
Drs Supardin, M.Pd, Kepala Sekolah SMA N 9 Makassar. Wawancara di SMA N 9
Makassar, 24-08- 2020
49
pendidik yang ada di SMAN 9 Makassar. Dan setiap hari jum‟at pagi
diadakan yang namanya literasi al-quran agar peserta didik senang dan
senantiasa terbiasa membaca al-quran, serta diadakannya kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan.51
Selanjutnya hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj. Maryam
Ahmad selaku guru pendidikan agama Islam tentang peran guru pendidikan
agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kelas X IPA SMAN 9
Makassar adalah sebagai berikut:
Dengan adanya fasilitas yang memadai seperti mushollah yang ada di
sekolah maka saya selalu mengoordinir pelaksanaan keagamaan seperti
di jadwalkannya sholat dhuha secara berjamaah, sholat duhur dan ashar
berjamaah. Dan saya menerapkan program pembiasaan tadarus al-quran
atau pembacaan asmaul husna sebelum jam pelajaran di mulai.pada
setiap awal pembelajaran.52
Selain sebagai seorang motivator guru Pendidikan Agama Islam
menjalankan juga fungsinya sebagai informator. Artinya guru Pendidikan Agama
Islam senantiasa memberikan informasi-informasi yang berhubungan dengan
keterampilan (skill) dan mental, moralitas (sikap keagamaan). Hal ini dilakukan
dengan memberikan informasi tentang sejarah-sejarah umat terdahulu para
sahabat Rasulullah saw yang memiliki sikap keagamaan yang mulia pada setiap
awal dan akhir pembelajarannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan Dra. Mardati
selaku guru pendidikan agama Islam tentang peran guru pendidikan agama Islam
dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kelas X IPA SMAN 9 Makassar
adalah sebagai berikut:
51
Dra. Hj. Maryam Ahmad, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA Wawancara di
SMA N 9 Makassar, 1-10- 2020 52
Dra. Mardati, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di SMAN 9
Makassar, 15-09- 2020
50
“Khususnya pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya
menekankan aspek teoretis saja, tetapi yang terpenting ditekankan
adalah aspek sikap keagamaan peserta didik. Bagaimana peserta didik
bersikap atau berinteraksi dengan orangtuanya, bagaimana peserta didik
bersikap atau berinteraksi dengan gurunya dan bagaimana peserta didik
berinteraksi dengan temannya dan bagaimana peserta didik berinteraksi
dengan masyarakat lingkungannya”53
.
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa guru pendidikan agama
Islam memiliki peran sebagai motivator dengan memberikan dorongan dan
anjuran kepada peserta didiknya agar secara aktif dan kreatif serta positif
berinteraksi dengan lingkungan atau pengalaman baru berupa pelajaran yang
ditawarkan kepadanya, Selain sebagai seorang motivator guru pendidikan
agama Islam menjalankan juga fungsinya sebagai informator. Artinya guru
pendidikan agama Islam di kelas X IPA SMAN 9 Makassar menyampaikan
hal-hal atau sejarah-sejarah manusia yang memiliki sikap keagamaan yang
terpuji.
C. Faktor yang mempengaruhi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Ajaran Islam Kelas X IPA SMAN 9 Makassar.
Kepribadian seseorang banyak dipengaruhi oleh keadaan atau situasi
yang ada disekitarnya. Demikian pula halnya dengan keberadaan peserta
didik kelas X IPA SMAN 9 Makassar tentang sikap keagamaannya banyak
ditentukan oleh keadaan yang ada disekitarnya.
Berikut ini penulis menguraikan beberapa faktor guru pendidikan agama
Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kelas X IPA SMAN 9
Makassar
a. Faktor pendidikan
53
Dra. Mardati, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di SMAN 9
Makassar, 15-09- 2020
51
Sekolah adalah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
membantu tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat dalam bidang
pembelajaran yang tidak dapat secara langsung dilakukan di rumah. Di
sekolah diajarkan berbagai macam pengetahuan oleh guru kepada peserta
didik yang dimaksudkan agar peserta didik lebih dewasa dalam berpikir,
bersikap dan bertindak seperti yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan
Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dikemukakan oleh Ibu Dra. Hj.
Maryam Ahmad selaku guru pendidikan agama Islam:
Pada umumnya sikap keagamaan peserta didik lebih banyak ditentukan
oleh pendidikan yang mereka peroleh di sekolah. Termasuk peserta didik
di kelas X IPA SMAN 9 Makassar. Hal ini disebabkan karena setiap hari
mereka berkecimpung dilingkungan sekolah meskipun pendidikan yang
mereka peroleh dirumah dan masyarakat dapat pula mempengaruhi sikap
keagamaan mereka.54
b. Faktor Pergaulan
Sebagaimana diketahui bahwa corak tingkah laku sosial dan interaksi
sosial seseorang dengan orang lain turut mempengaruhi perilaku atau sikapnya
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai makhluk indivdu dan sekaligus makhluk
sosial dalam berinteraksi dengan orang lain diperhadapkan pada sifat atau
karakter manusia yang berbeda-beda dilingkungannya. Oleh karena itu interaksi
atau pergaulan berpengaruh terhapap kepribadian atau perilaku seseorang.
Demikian pula halnya dengan peserta didik di kelas X IPA SMAN 9 Makassar
bahwa sikap keagamaannya turut dipengaruhi oleh pergaulan.
Karena kalau kami berteman dengan orang lain yang sifatnya berbeda
sedikitnya ada juga pengaruhnya. Oleh karena itu kami berhati-hati dalam
54
Dra. Hj. Maryam Ahmad, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di
SMA N 9 Makassar, 1-10- 2020
52
memilih teman. Hal sesuai dengan pernyataan Muhammad Haslan salah seorang
peserta didik kelas X IPA SMAN 9 Makassar.55
Dari penyataan tersebut dapatlah dipahami bahwa sikap peserta didik
khususnya di SMAN 9 Makassar masih mudah dipengarungi oleh interaksi
dengan orang lain sehingga pergaulan peserta didik perlu diarahkan, agar tidak
terjadi penyimpangan negatif dari peserta didik.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan keadaan yang ada sekitar tempat tinggal manusia.
Dengan demikian apa yang terjadi dalam lingkungan secara timbal balik akan
berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain perubahan-perubahan
yang ada dilingkungan sekitar mungkin saja menyebabkan terjadinya perubahan
dalam diri individu.
Kemajuan dibidang komunikasi dan informasi yang demikian pesat
sehingga berbagai informasi serta tayangan yang tidak sesuai dengan budaya
bangsa dan norma-norma agama dapat diterima begitu mudah.
Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dra. Mardati selaku guru pendidikan
Agama Islam bahwa:
“Tayangan atau siaran yang ada ditelevisi, dan internet dapat
mempengaruhi tingkah laku peserta didik. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya peserta didik yang berpenampilan yang tidak sesuai dengan
aturan, bahkan berpakaian yang berlebihan mewah dan kurang rapi.56
Demikian pula lingkungan sekolah tempat menerima pendidikan secara
formal turut memberikan implikasi bagi perilaku atau kepribadian peserta didik.
Hanya pengaruhnya yang berbeda karena dalam lingkungan sekolah peserta didik
55
Muhammad Haslan, Peserta Didik Kelas X IPA (Wawancara Daring, 12-10- 2020)
56 Dra. Mardati, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di SMA N 9
Makassar, 12-10- 2020)
53
diarahkan oleh guru sesuai dengan tujuan pendidikan menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. Sedangkan diluar sekolah persoalan yang dihadapi
peserta didik sangat kompleks, sehingga pengaruhnya sesuai dengan kondisi yang
dihadapi peserta didik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap keagamaan peserta
didik kels X IPA SMA N 9 Makassar pada umumnya dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, pergaulan dan lingkungan.
D. Hambatan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai
ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9 Makassar
Sebagai guru pendidikan agama Islam, Ibu Dra. Hj Maryam Ahmad
berpendapat bahwa hambatan guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan
nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9 Makassar adalah
yang pertama, secara kuantitas materi kurikulum Pendidikan Agama Islam yang
diperuntukkan bagi Sekolah Menengah Atas yang terbagi kedalam sejumlah
pokok dan sub pokok bahasan sangat luas cakupannya. Tidak sebanding dengan
alokasi waktu pembelajaran yang hanya menyediakan dua jam pembelajaran
perminggu. Disamping materi pendidikan agama Islam memang banyak juga
pembagian persub poko bahasan cukup panjang, sehingga dengan dua jam
pembelajaran berdurasi 90 menit terkadang tidak mencukupi, kecuali bila
dipaksakan, apalagi bila disertai dengan praktik dan evaluasi. Yang kedua,
terjadi pengulangan pada beberapa bagian materi dari yang sebelumnya yaitu
materi pendidikan agama Islam pada tingkat SMP walaupun dalam pengulangan
tersebut terjadi nuansa pendalaman dan perluasan, akan tetapi sedikit banyaknya
54
memberikan pengaruh psikologis bagi para peserta didik dan efesiensi
penggunaan waktu yang memang telah sangat terbatas.57
Hal serupa juga di sampaikan oleh Ibu Dra Mardati selaku guru
pendidikan Agama Islam hambatan guru pendidikan agama Islam dalam
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9
Makassar, sangat minimnya media pembelajaran khususnya alat peraga, sehingga
sangat menyulitkan untuk menyajikan materi khususnya yang hanya dapat
disajikan dengan cara peragaan. Selanjutnya, adanya peserta didik yang sebagian
berkemampuan lebih rendah dari pada peserta didik yang lainnya misalnya baca
tulis al-qur‟an, ketika masuk waktu sholat masih saja ada peserta didik
berkeliaran di area sekolah, terbatasnya pengawasan dari pihak sekolah untuk
mengawasi peserta didik karena apabila di rumah sudah menjadi tanggung jawab
orang tua, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya belajar agama58
1) Solusi Yang Dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi
Hambatan-hambatan Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Ajaran Islam Kelas X IPA
SMA N 9 Makassar
Sebagai hasil wawancara dengan ibu Dra. Hj. Maryam Ahmad selaku
guru pendidikan agama Islam tentang solusi guru Pendidikan Agama Islam
untuk mengatasi hambata-hambatan dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam
kelas X IPA SMA N 9 Makassar adalah sebagai berikut:
57
Dra. Hj. Maryam Ahmad, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di
SMAN 9 Makassar, 1-10- 2020 58
Dra. Mardati, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di SMAN 9
Makassar, 15-09- 2020
55
“Diperlukan suatu aksi revaluasi terhadap kurikulum dan selanjutnya
membentuk suatu format yang mencerminkan keseimbangan antara materi
dengan alokasi waktu yang disediakan. Sehubungan dengan itu perlu pula
dihindari terjadinya pengulangan materi dan untuk menunjang kelancaran,
efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, maka pemenuhan akan
kebutuhan media pembelajaran adalah suatu keharusan59
Sehubungan dengan hal tersebut, hal pertama yang di sampaikan oleh Ibu
Dra. Mardati selaku guru pendidikan agama Islam tentang solusi guru pendidikan
agama Islam untuk mengatasi hambata-hambatan guru pendidikan agama Islam
dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kelas X IPA SMAN 9 Makassar
adalah memberi motivasi belajar pada peserta didik. Biasanya, yang saya lakukan
adalah memberikan ganjaran misalnya melalui pujian, hadiah, atau hukuman.
Kedua, menggunakan strategi pembelajaran yang variatif untuk meningkatkan
prestasi belajar peserta didik. Misalnya, dengan menarik perhatian peserta didik
dengan mengkombinasikan berbagai macam metode atau cara sehingga peserta
didik fokus dan lebih aktif pada saat pembelajaran berlangsung.”60
2). Metode yang di lakukan guru pendidikan agama Islam menanamkan nilai-nilai
ajaran Islam kelas X IPA SMAN 9 Makassar
Metode adalah suatu cara atau proses sistematis yang digunakan untuk
melakukan suatu kegiatan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dengan
kata lain, metode berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan, atau
bagaimana cara untuk melakukan/ membuat sesuatu.Suatu metode dijadikan
sebagai acuan kegiatan karena di dalamnya terdapat urutan langkah-langkah
59
Dra. Hj. Maryam Ahmad, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di
SMAN 9 Makassar, 1-10- 2020 60
Dra. Mardati, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di SMAN 9
Makassar, 15-09- 2020
56
yang teratur sehingga proses mencapai tujuan menjadi lebih efisien. Dalam
kaitannya dengan upaya ilmiah, metode merupakan cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Sebagai hasil wawancara dengan ibu Dra. Hj. Maryam Ahmad selaku
guru pendidikan agama Islam tentang metode guru Pendidikan Agama Islam
dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kelas X IPA SMA N 9 Makassar
adalah sebagai berikut:
“Metode bermain, contohnya memberi games tentang materi tersebut. Metode
pembiasaan, contohnya shalat duha, baca alquran dan shalat berjamaah.
Metode keteladanan, contohnya memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah,
memperkenalkan arti ibadah. Metode tanyajawab, contohnya memberikan
umpang balik pada peserta didik.”61
3) Tujuan guru Pendidikan Agama Islam menanamkan Nilai_Nilai ajaran Islam
pada peserta didik di kelas X IPA SMAN 9 Makassar
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan membentuk
manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah, dan
berakhlak terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap Muslim,
mulai dari perbuatan, perkataan dan tindakan apapun yang dilakukannya
dengan nilai mencari ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya, dan
menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan
semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajri
dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian, identitas
Muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya62
61
61
Dra. Hj. Maryam Ahmad, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara
di SMA N 9 Makassar, 1-10- 2020 62
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif Di Sekolah,
Kelurga Dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKIS, 2009), hlm.31.
57
Sebagai hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Maryam Ahmad selaku guru
pendidikan agama Islam tentang tujuan guru pendidikan agama Islam
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kelas X IPA SMAN 9 Makassar adalah
sebagai berikut:
“Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara”.63
Sehubungan dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan Dra. Mardati
selaku guru pendidikan agama Islam tentang tujuan guru pendidikan agama Islam
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kelas X IPA SMAN 9 Makassar adalah
sebagai berikut:
“Agar peserta didik memiliki moral yang lebih baik, berakhlak mulia, dan
terlebih lagi agar peserta didik bisa meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan mereka kepada Allah Swt dan apa yang diterima atau didapat di
sekolah nantinya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagai
bekal untuk peserta didik agar nantinya di kemudian hari tidak terjerumus
dan tergelincir dari hal- hal yang menyimpang”.64
Hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan guru
Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam adalah
sesuatu yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir dan agar
peserta didik dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan
hidup serta menuai keberhasilan hidup di dunia bagi peserta didik yang kemudian
akan membuahkan kebaikan diakhirat kelak.
63
Dra. Hj. Maryam Ahmad, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di
SMAN 9 Makassar, 1-10- 2020 64
Dra. Mardati, Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA. Wawancara di SMAN 9
Makassar, 1-10- 2020
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Peran Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Menanamkan Nilai-nilai Ajaran Islam Kelas X IPA SMAN 9
Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk sikap keagamaan
peserta didik di Kelas X IPA SMAN 9 Makassar menanamkan nilai-nilai
ajaran Islam secara subtansial dan universal sehingga tercapai tujuan
utama sebagai guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
2. Faktor yang mempengaruhi guru Pendidikan Agama Islam dalam
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9
Makassar dapat dinilai mengalamai perkembangan, namun masih banyak
yang perlu dibenahi terhadap pembinaan pemahaman ajaran-ajaran Islam
secara konprehensif terutama didalam pelaksanaan ibadah ritual dan nilai-
nilai etika akhlakul karimah.
3. Hambatan guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai
ajaran Islam peserta didik Kelas X IPA SMAN 9 Makassar meliputi,
materi kurikulum yang luas cakupannya, adanya pengulangan beberapa
materi sebelumnya yang ada pada tingkat SMP, minimnya media
pembelajaran khususnya alat peraga serta terbatasnya waktu yang
disiapkan.
B. Saran
Berdasarkan data-data hasil penelitian yang dilakukan, yang kemudian
dianalisis sedemikian rupa, maka untuk peningkatan kualitas supaya menjadi lebih
baik peneliti memberikan beberapa saran kepada instansi sebagai berikut:
1. Untuk lebih meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik tentang ajaran
Islam maka sarana dan prasarana ditambah seperti al-quran, teks asmaul husna
pada setiap kelas dan alat sholat
2. Supaya lebih optimal memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
lebih aktif dalam mengikuti lomba-lomba yang berbasiskan agama, sehingga
kualitas keagamaan peserta didik semakin meningkat, baik dalam pandangan
internal maupun eksternal.
62
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan Terjemahan.2005. Depok: Al-Huda
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Abdul Majid, Ahmad Zayadi, 2005. Tadzkirah: Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Abdul Rohman, 2012. Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-nilai Akhlak
Remaja, Jurnal Nadwa, Volume 6 Nomor 1, Mei
Abuddin Nata, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.
Chabib Thoha, 2006. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Chabib Thoha.
Drs Supardin, M.Pd Kepala Sekolah SMA N 9 Makassar. Wawancara di SMA N 9
Makassar, 24 Agustus 2020
Dra. Hj. Maryam Ahmad Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA Sekolah
SMA N 9 Makassar. Wawancara di SMA N 9 Makassar, 1-10- 2020
Dra. Mardati Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA Sekolah SMA N 9
Makassar. Wawancara di SMA N 9 Makassar, 15 September 2020
Fuad Ihsan, 2011. Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Haidar Putra Daulay, 2007. Pendidikan Islam Jakarta Kencana
Hamdani Ihsan, Fuad Ihsan, 2007. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka
Setia
Horoepoetri, Arimbi, Achmad Santosa, 2003. Peran Serta Masyarakat Dalam
Mengelola Lingkungan. Jakarta: Walhi
Imam Gunawan, 2017. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. (Jakarta:
Bumi Aksara
J.P. Chaplin, 2005. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Rajawali Press
Kepmendiknas, 2005 Undang-undang Guru dan Dosen RI No.14 Th 2005 Sinar
Grafika
Kunandar, 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Mangun Budiyanto, 2011. Ilmu Pendidikan Islam Yagyakarta: Griya Santri
Miles And Huberman, 2007. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi. Jakarta:
Universitas Indonesi,
Muhaimin, 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Muhaimin, 2006. Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media.
Muhammad Amin, 2006. Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Moh. Roqib, 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif Di
Sekolah, Kelurga Dan Masyarakat, Yogyakarta: LKIS.
Muhibbin Syah, 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Rosda Karya
N. Yustisia, 2012. Hypno Teacheng (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurcholish Madjid, 2001. Pluralitas Agama Kerukunan Dalam Keragaman
Jakarta: Kompas.
PERMENAG (Peraturan Menteri Agama), Pengelolaan Pendidikan Agama Pada
Sekolah Nomor 16 tahun 2010, Bab VI Pasal 16.
Rahmat Mulyana, 2004. MengartikanPendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta
Roestiyah N.K, 2001. Sratategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Sarwono, 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial
Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Research and Development, Bandung Alfabeta
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Op Cit.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Suharso, Ana Retnoningsih, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesi Semarang:
Widya Karya.
60
62
Sulaiman Saat, Sitti Mania, 2018. Pengantar Metodologi Penelitian, Penerbit
Sibuku.
Sutarjo Adisusilo, JR. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada,
Syamsu Yusuf, 2008. Psikologi Belajar Agama, Bandung: Maestro,
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka,
Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Bab 1 Pasal 1, ayat 10.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1
Ayat 1.
Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Bab 2 Pasal 2, ayat 1.
L A M P I R A N KEGIATAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
Kepala Sekolah Dan Guru
1. Bagaimana peran guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam pada
peserta didik di kelas X IPA?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai
ajaran Islam pada peserta didik di kelas X IPA?
3. Apa yang menjadi hambatan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai ajaran
Islam pada peserta didik di kelas X IPA?
4. Metode apa saja yang di lakukan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai
ajaran Islam pada peserta didik di kelas X IPA?
5. Bagaimana tingkat pemahaman peserta didik di kelas X IPA tentang ajaran
Islam?
6. Apa tujuan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam pada peserta
didik di kelas X IPA?
7. Apa saja yang di lakukan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai ajaran
Islam pada peserta didik di kelas X IPA?
DOKUMENTASI WAWANCARA
Gambar SMAN 9 Makassar
Gambar bersama Bapak Kepala Sekolah SMAN 9 Makassar
Gambar Bersama Guru Pendidikan Agama Islam SMAN 9 Makassar
RIWAYAT HIDUP
Wahyuni, Lahir di Ojang, 18 April 1995. Putri
pertama dari pasangan Abdul Latif dan Hikmawati.
Pendidikan
Peneliti memulai pendidikan tahun 2003 di SDK
Robek dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun yang sama mendaftar sebagai
siswa di SMP Negeri 3 Reok dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2012.
Pada tahun yang sama melanjutkan ke MAN Labuan Bajo dan selesai tahun 2015.
Kemudian pada tahun 2016 melanjutkan pendidikan jenjang Strata 1 (S1) pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.