bilangan peroksida
TRANSCRIPT
Metodologi Praktikum
A. Alat dan Bahan
Alat
Timbangan analitik Erlenmeyer Labu ukur Hot plate Buret Pipet tetes Alumunium foil
Bahan
Minyak goreng (sampel) Kloroform Asam asetat glasial Alkohol KI Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) Indikator kanjiB. Cara Kerja Timbang sampel minyak goreng kurang lebih seberat 2,5 g Masukkan ke dalam Erlenmeyer lalu tambahkan campuran larutan dari asam asetat glasial,
koroform, dan alkohol yang telah dibuat sebelumnya sebanyak 25 ml Tambahkan KI sebanyak 10 tetes, bungkus Erlenmeyer dengan alumuniu foil lalu didihkan di atas
hot plate di dalam lemari asam Setelah mendidih diamkan sebentar lalu tambahkan indicator kanji sampai warnanya berubah
menjadi agak kecoklatan Titrasilah dengan larutan natrium tiosulfat 0,2 N sampai warna larutannya berubah Catat jumlah larutan natrium tiosulfat yang digunakan Ulangi langkah tresebut sekali lagi (duplo) serta lakukan langkah diatas untuk blanko (tanpa
sampel/minyak goreng)
Hasil
Pembahasan
Praktikum Kimia Makanan Halal ini bertujuan menganalisa bilangan peroksida pada
minyak goreng. Dimana prinsip terhadap bilangan peroksida adalah senyawa dalama lemak akan
dioksidasi oleh KI dan iod yang dilepaskan ditrasi dengan tio sulfat. Disiapkan dua buah
Erlenmeyer yang masing-masing berisi sampel 2.5 gr minyak jelantah, dan campuran larutan
yang terdiri dari asam asetat glasial 20 mL, alkohol 25 mL, dan kloroform 55mL yang
ditambahakan KI jenuh 0,5 mL sebagai blanko. Pada sampel sebanyak 2.5 gram, di larutkan
dengan campuran larutan (kloroform, asam asetat glasial dan alkohol) sebanyak 25 mL. Tujuan
reagen tersebut untuk mengoksidasi minyak yang tergolong ke dalam asam lemak tidak
jenuh yang cenderung dapat teroksidasi dan dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya,
sehingga akan membentuk senyawa peroksida. Setelah minyak melarut, lalu ditambahkan KI
jenuh 0.5 ml (10 tetes) dan didihkan di atas hotplate selama 1 menit atau hingga ada buih
mendidih, dilakukan pada tempat gelap sambal dikocok. Pendidihan dilakukan untuk
mendekomposisi senyawa lemak, sehingga jika minyak jelantah mengandung peroksida akan
terdeteksi oleh indikator kanji dimana bereaksi dengan kalium iodida dan menghasilkan iodium
yang mengakibatkan perubahan warna menjadi coklat, sedangkan dipanaskan dalam tempat
gelap bertujuan untuk menghindari terjadinya proses oksidasi lebih lanjut karena dengan
terjadinya oksidasi oleh cahaya mengakibatkan makin tengiknya bahan sehingga terjadi
perubahan bilangan peroksida. Hal ini sesuai dengan Herschdoerfoer (1986), bahwa perlakuan
penting dalam pengukuran peroksida adalah menjaga sampel lemak agar jauh dari cahaya, dalam
keadaan dingin dan berada dalam wadah yang sepenuhnya berbahan gelas dan diberi penutup
yang kedap udara. Reaksi yang terbentuk, yaitu:
2KI + CH3(CH2)14COOH + H2O → CH3(CH2)14COH + 2KOH + I2
Setelah mendidih, diamkan beberapa saat. Kemudian teteskan indikator kanji hingga
muncul kecoklatan. Setelah muncul warna coklat, segera di titrasi dengan natrium tiosulfat 0,2 N
hingga warna berubah menjadi bening dan catat titer yang digunakan. Hal yang sama dilakukan
pada blanko, dan catat titer yang digunakan. Perubahan warna yang terjadi saat titrasi
menunjukan banyaknya iodin yang ada dalam minyak tersebut. Jadi I2 yang terbentuk dengan
penambahan KI sebelumnya akan bereaksi dengan Na2S2O3.
Sehingga warna coklat yang muncul karena ikatan larutan kanji dengan iodin akan
menghilang, disebabkan iodin yang bereaksi dengan natrium tiosulfat. Pada beberapa
kelompok, sampel minyak yang digunakan tidak menunjukan warna coklat pada saat penetesan
indikator kanji, hal ini bisa disebabkan karena minyak yang digunakan masih bagus sehingga
belum terbentuk peroksida atau terjadi kesalahan pada langkah kerja sehingga peroksida tidak
terdeteksi seperti reagen yang kadaluarsa atau konsentrasi indikator kanji yang kurang tepat.
Dari hasil data perhitungan bilangan peroksida minyak goreng yang telah dihitung diatas,
yakni dari minyak goreng baru, satu kali pakai, dua kali pakai, dan yang berkali-kali pakai secara
berturut-turut yaitu 0,0159 mg/100gr, 0,0157 mg/100gr, 0,0127 mg/100gr, dan 0,0473 mg/100gr.
Data tersebut fluktuatif yang seharusnya semakin sering digunakan minyak goreng tersebut maka
semakin besar nilai bilangan peroksidanya. Hal ini terjadi dikarenakan kesalahan pada praktikan
disaat pentitrasian atau pada saat pemanasan larutan.
Nilai peroksida dari keempat sampel minyak goreng tersebut masih dibawah batas
maksimal kandungan peroksida lemak yaitu 1 mg O2/100 gr minyak (Standar Industri Indonesia,
1992). Hal ini menunjukan bahwa minyak goreng tersebut masih aman digunakan atau
dikonsumsi karena masih aman.
KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dari hasil data perhitungan bilangan peroksida minyak goreng yang telah dihitung diatas,
yakni dari minyak goreng baru, satu kali pakai, dua kali pakai, dan yang berkali-kali
pakai secara berturut-turut yaitu 0,0159 mg/100gr, 0,0157 mg/100gr, 0,0127 mg/100gr,
dan 0,0473 mg/100gr. Hal ini menunjukan bahwa minyak atau sampel tersebut masih
aman untuk dikonsumsi karena kandungan peroksida yang dihasilkan masih termasuk
dalam batas maksimal kandungan peroksida lemak yaitu 1 mg/100gr