bgm.pdf

4
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut umur berada dibawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS digunakan untuk memantau status pertumbuhan balita dengan pola pertumbuhan normal (data BGM), yaitu anak sehat adalah bertambah umur maka akan bertambah berat badan, namun jika anak berada pada BGM maka diperlukan tindakan kewaspadaan warning” agar anak tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan penyakit infeksi. Jumlah balita BGM di Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 25.182 balita atau sebesar 1,12 persen dibandingkan dengan persentase balita BGM pada dua tahun sebelumnya, yakni tahun 2010 mencapai 44.449 balita atau sebesar 2,13 persen dan tahun 2011 mencapai 30.449 balita atau sebesar 1,36 persen, sehingga terjadi penurunan secara berturut-turut, yaitu sebesar 1,01 persen tahun 2011 dan 0,24 persen pada tahun 2012. Penurunan ini menunjukkan bahwa upaya-upaya penanggulangan balita Kurang Energi Protein (KEP) yang dilakukan di Jawa Timur menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Upaya tersebut meliputi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Pemberian Makanan Tambahan- Pemulihan (PMT-P), peningkatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), peningkatan cakupan ASI Ekslusif, peningkatan konseling pertumbuhan dan lainnya (Dinkes Jatim, 2012). Partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi bagi balita ditunjukkan dari indikator jumlah balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran balita (D/S), di Jawa Timur hampir semua kabupaten/kota pencapaian D/S diatas 60 persen kecuali Kota Probolinggo, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Sidoarjo. Ketiga kabupaten/kota ini termasuk wilayah yang penduduknya banyak bergerak dibidang industri, sehingga orang tua sibuk mencari nafkah dan kurang memperhatikan anaknya termasuk dalam penimbangan di Posyandu (Dinkes Jatim, 2012). Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak dan rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi, laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan.

Upload: muhammad-zumrodin

Post on 19-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut umur berada dibawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS digunakan untuk memantau status pertumbuhan balita dengan pola pertumbuhan normal (data BGM), yaitu anak sehat adalah bertambah umur maka akan bertambah berat badan, namun jika anak berada pada BGM maka diperlukan tindakan kewaspadaan warning agar anak tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan penyakit infeksi. Jumlah balita BGM di Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 25.182 balita atau sebesar 1,12 persen dibandingkan dengan persentase balita BGM pada dua tahun sebelumnya, yakni tahun 2010 mencapai 44.449 balita atau sebesar 2,13 persen dan tahun 2011 mencapai 30.449 balita atau sebesar 1,36 persen, sehingga terjadi penurunan secara berturut-turut, yaitu sebesar 1,01 persen tahun 2011 dan 0,24 persen pada tahun 2012. Penurunan ini menunjukkan bahwa upaya-upaya penanggulangan balita Kurang Energi Protein (KEP) yang dilakukan di Jawa Timur menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Upaya tersebut meliputi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan (PMT-P), peningkatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), peningkatan cakupan ASI Ekslusif, peningkatan konseling pertumbuhan dan lainnya (Dinkes Jatim, 2012).

    Partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi bagi balita ditunjukkan dari indikator jumlah balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran balita (D/S), di Jawa Timur hampir semua kabupaten/kota pencapaian D/S diatas 60 persen kecuali Kota Probolinggo, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Sidoarjo. Ketiga kabupaten/kota ini termasuk wilayah yang penduduknya banyak bergerak dibidang industri, sehingga orang tua sibuk mencari nafkah dan kurang memperhatikan anaknya termasuk dalam penimbangan di Posyandu (Dinkes Jatim, 2012). Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak dan rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi, laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan.

  • 2

    Ika (2011) melakukan penelitian pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap pertumbuhan balita Bawah Garis Merah (BGM) di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kediri. Diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap pertumbuhan balita bawah garis merah di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kediri. Kurnia (2013) melakukan penelitian terhadap hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian ASI serta pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng. Diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan ibu tinggi tentang ASI dan pemberian ASI memiliki hubungan dengan status gizi balita usia 6-24 bulan. Luti (2013) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada balita bawah garis merah di wilayah kerja puskesmas Mrican Kota Kediri. Diperoleh kesimpulan ada pengaruh pola makan, sosial ekonomi, sanitasi lingkungan terhadap pertumbuhan pada balita bawah garis merah.

    Berdasarkan uraian diatas, masih banyaknya balita BGM di Jawa Timur tahun 2012 yaitu 1,12 persen maka dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik variabel penyebab terjadinya balita BGM di Jawa Timur dengan menggunakan statistika deskriptif, selain itu dilakukan analisis faktor untuk mereduksi variabel yang diduga sebagai faktor penyebabnya sehingga faktor tersebut mampu menjelaskan keragaman data yang dijelaskan oleh variabel asal dari faktor penyebab balita BGM. Adapun variabel yang diduga sebagai faktor penyebabnya yaitu rumah tangga Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pemberian ASI eksklusif, persentase posyandu, bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), balita gizi buruk, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) anak usia 6-23 bulan keluarga miskin yang BGM, rasio tenaga gizi di puskesmas, pengeluaran makanan perkapita/bulan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). 1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana karakteristik variabel penyebab terjadinya kasus balita

    BGM di Jawa Timur tahun 2012 ? 2. Bagaimana hasil pereduksian variabel penyebab terjadinya kasus

    balita BGM di Jawa Timur tahun 2012 ?

  • 3

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. 1 Mendeskripsikan karakteristik variabel penyebab terjadinya kasus

    balita BGM di Jawa Timur tahun 2012. 2 Mereduksi variabel penyebab terjadinya kasus balita BGM di Jawa

    Timur tahun 2012.

    1.4 Manfaat Bagi pemerintah dapat memberikan informasi dan masukkan kondisi kesehatan masyarakat terutama bagi Dinas Kesehatan untuk membantu pengambilan kebijakan masalah kasus balita BGM. 1.5 Batasan Masalah Penelitian ini menggunakan data jumlah kasus balita Bawah Garis Merah (BGM) di Provinsi Jawa Timur tahun 2012 dengan unit penelitian adalah tiap kabupaten/kota.

  • 4

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)